Tuesday, December 31, 2013

December in Memoriam

bulan desember..... uuumm banyak hal yang udah aku lewati sama keluargaku, sahabat-sahabatku, dan temen-temenku. semua rasa campur aduk. seneng, sedih, tegang, dan sebagainya deh. berasa kayak permen nano-nano. nah aku rinci aja ya satu-satu

Deg-degan:

awal desember ini aku dihadepin sama ulangan umum semester 1. waaaa banyak temen-temenku yang ngerasa ini bukan kayak ulangan umum, soalnya kita jarang belajar. jujur ya, malah waktu mid semester kemaren kita belajar giat banget. nah banyak kejadian waktu di kelas yang bikin tegang.

Sedih :

bulan ini aku ditinggal sama ayah ku ke sumatra. uuuu sedih. gak ada ayah berasa gak lengkap. dan sekarang apa-apa harus ngelakuin sendiri. dan waktu ayah pergi tu aku mikir 'ternyata kerjaan ayah selama ini berat ya. ganti galon lah, bayar listrik, beli ini lah, itu lah. daaan segala macem.'

Seneng :

yeeey akhirnya aku bisa hang out bareng sama sahabatku, Amma. kita nonton The Hobbit 2. sebelumnya aku sama Amma ke Cinema Bakery (dan jujur ya, itu nguras dompet ku banget. uuuu). dan aku juga seneng waktu adek ponakan ku yang dari Cianjur, Alif, pulang ke Jogja.

Kesel :

banyak juga kejadian yang menguras emosi, yang kejadian class meeting lah, bahas tari lah, ini lah itu lah. aaaa rasanya pengen marah, cuma mencoba menahan emosi. daripada emosi, mending nonton drama korea aja ya, kekekeke

nah.... sebenernya banyak banget sih yang aku rasain, cuma yaaa gak bisa aku jelasin satu-satu. kekeke

desember....... gak akan lupa. semuanya terjadi di bulan ini ^^

terima kasih ya Allah, udah bikin bulan desember ini penuh dengan semua perasaan. baik suka, duka dan segalanya
readmore »»  

Saturday, December 28, 2013

The Heirs Episode 19

Di dalam ballroom, para tamu menyapa Presdir Kim dengan hormat, membuat Nyonya Jung berkata kalau Presdir Kim harus selalu sehat karena masih banyak yang menghormatinya. Presdir Kim menjawab kalau hal itu tak ada gunanya karena kedua anaknya tak mau berada di sisinya.
Nyonya Jung mengungkit masalah Nyonya Han yang pergi dari rumah dan menyindir, “Apa dia pikir hubungan kalian berdua adalah hubungan yang panas membara?” Seakan membela ibu Tan, Presdir Jung menjawab, “Itulah masalahnya. Memang akan lebih baik jika dia tutup mulut dan tetap tinggal karena uang.”



Merasa tersindir, Nyonya Jung pun diam. Saudara dan keponakan Presdir Kim muncul dan menyapa mereka. Terkesan basa-basi dan palsu, itulah isi percakapan mereka.
Dan muncul gadis yang bertemu dengan Won di kencan sebelumnya bersama ayahnya, Presdir Jang. Saat kedua pria itu bersalaman dengan ramah, Nyonya Jung memperhatikan gadis itu dengan tertarik. Ia sepertinya sudah suka dengan pilihannya dan menyetujui jika gadis itu yang akan menjadi istri Won.
Note : kita sebut saja gadis itu dengan Nona Jang, oke?
Myung Soo, si fotografer, kali ini jepret sana-sini, tapi bukan untuk memotret orang-orang di pesta Tan, tapi memotret dirinya sendiri. Haha.. dasar narsis. Tapi ia langsung diam tak bergerak saat melihat Presdir Kim memandanginya tajam. 
Hyo Sin heran melihat Myung Soo tak meneruskan kenarsisannya. Dengan gugup, Myung Soo berbisik, “Aku baru saja memperlihatkan pose imutku pada Ayah Tan. Dan mata kami saling bertatapan.”
Hyo Sin menoleh ke belakang dan melihat Presdir Kim masih memandangi mereka. Ia pun merasa gugup. 
Ha. Hanya tatapan mata saja membuat Myung Soo mati gaya. Padahal mungkin saja Presdir Kim baru sekali ini melihat orang mengambil selca.
Kegugupan itu putus saat Bo Na berteriak, “Oh my God! Oppa?” dan langsung berlari menghambur seorang pria dan lansung bermanja-manja dengan pria itu. Chan Young mengerutkan kening, jelas tak suka, apalagi saat Bo Na membawa pria itu ke hadapannya.
“Lee Bo Na! Aku sudah tahu kalau kau pasti akan melakukan hal ini,” tuduh Chan Young kesal. “Bukankah dulu sudah kukatakan aku akan memotong kakimu jika kau melakukan hal ini?” Bo Na malah tersenyum gembira mendengar ancaman Chan Young dan berkata kakinya adalah milik Chan Young. #eaaa
Chan Young semakin kesal dan bertanya bagaimana mungkin Bo Na bisa berkata seperti itu dengan tangan menggandeng pria lain? “Lepaskan tanganmu sekarang juga!” Pria itu berkata kalau ia tak suka Chan Young membentak adiknya seperti itu. Mendengar kata adik, Chan Young melongo kaget.
Sambil menahan tawa, Bo Na memperkenalkan, “Ini adalah kakakku. Selama ini ia sekolah di New York. Dan kau sekarang dalam masalah.” LOL.
Chan Young langsung jaim dan menunduk hormat pada kakak Bo Na. Tapi kakak Bo Na tak ingin melepaskan Chan Young begitu saja, “Setelah kita saling mengenal, mari kita bicara, apa yang hendak kau lakukan tadi pada kaki adikku?”
Bwahahaha.. Bo Na, Myung Soo dan Hyo Sin meninggalkan mereka berdua sambil tertawa geli. Akhirnya Chan Young kena batunya juga.
Won datang dan melihat gadis yang kemarin ditemuinya di kencan butanya sedang bercakap-cakap dengan Nyonya Jung. Saat mereka berdua, Won berkata kalau Nona Jang tak membawa pacarnya kemari. Nona Jang menjawab kalau ia tak membawa pacarnya ke pesta seperti ini karena pacarnya terlalu miskin. Tapi sebagai gantinya ia membawa ayahnya yang kaya.
Nona Jang menebak kalau Won juga pasti punya pacar juga, “Bukankah kita adalah pasangan yang serasi? Ayahku ingin agar kita menikah.” Won berkata kalau mereka bukan pasangan yang serasi, tapi nona Jang mengatakan itu tak masalah baginya.
Tan datang bersama Eun Sang, membuat para wartawan langsung mengerumuni mereka, penasaran pada gadis yang dibawa Tan. Kilatan kamera menyerbu mereka, membuat Eun Sang sedikit gugup. Tan bertanya apakah Eun Sang takut? Eun Sang menjawab, “Sedikit.”
“Sebuah kehormatan dengan adanya kau di sisiku, Cha Eun Sang,” kata Tan. Eun Sang tersenyum dan sambil bergandengan tangan, mereka berjalan, sekarang tak mempedulikan kamera yang mengarah pada mereka.
Tentu saja kedatangan mereka berdua membuat semua mata memandang ke arah mereka. Wajah  Presdir Kim dan Nyonya Jung langsung mengeras melihat Tan datang bersama Eun Sang.
Tak hanya mereka berdua, semuanya pun juga kaget melihat kedatangan mereka berdua. Myung Soo langsung memfoto mereka berkali-kali dan Chan Young memandangi Eun Sang, membuat Bo Na memukul lengannya, cemburu.
Tan berhenti di depan ayahnya dan menyapanya, berterima kasih karena telah menyelenggarakan pesta ulang tahun yang meriah untuknya. Saking shocknya, Presdir Kim hanya diam memandangi tangan anaknya yang menggenggam tangan Eun Sang, Nyonya Jung berbisik pada suaminya kalau para wartawan masih mengawasi mereka.
Tan menyapa paman dan sepupunya yang langsung menanyai, siapa gadis di samping Tan. Tanpa ragu, Tan menjawab kalau gadis itu adalah pacarnya. Ia bahkan mengenalkan Cha Eun Sang pada mereka. Cha Eun Sang memberi salam, membuat wajah Presdir Kim semakin mengeras.
Pada wartawan di luar berteriak, meminta Presdir Kim memberikan pernyataan, walau hanya sedikit. Won menunggu apa yang akan dikatakan ayahnya, begitu pula Tan. Tapi dari senyum yang muncul di bibirnya, nampak ia merasa kalau ia sudah berhasil kali ini.
Sambil tersenyum, Presdir Kim berkata kalau para wartawan itu sudah cukup mendapatkan banyak foto dan mempersilahkan mereka pergi sekarang. Pintu pun ditutup.
Di dalam kamar, Presdir Kim marah karena kelakukan Tan. Begitu banyak mata melihat mereka dan Tan benar-benar gila dengan datang seperti itu. Ia menunjuk pada tangan Tan yang menggenggam tangan Eun Sang.
Tapi Tan berkata kalau ia ingin menunjukkan Eun Sang pada seluruh dunia, “Aku tak lagi takut akan kecaman dunia ini atau kecaman Ayah.”
“Seberapa pentingnya perasaanmu itu? Aku ingin memberikan dunia yang lebih besar padamu. Dan aku sudah meletakkannya di atas piring perak,” sergah Presdir Kim marah.
Tapi Tan tak tertarik karena Eun Sang jauh lebih menarik dari dunia yang ditawarkan Presdir Kim, “Jadi, kumohon berikanlah restu pada kami, Yah.”
Presdir Kim menghela nafas keras, tak percaya mendengar kata-kata Tan. Ia terdiam lama dan mengatur nafasnya. Akhirnya  ia berkata, “Baiklah. Kalau kau memang sangat mencintainya, teruskan dan pacaranlah dengannya.”
Tan dan Eun Sang terkejut mendengar ucapan Presdir Kim yang tiba-tiba berubah. Tan bertanya apakah ayahnya serius? Tapi Presdir Kim berkata kalau ia bukannya memberikan restu, karena ia yakin kalau nanti Tan akan menyesali keputusannya. Dan pada Eun Sang, ia berkata kalau suatu hari Eun Sang akan menyesali telah menggoyahkan hati anaknya.
Presdir Kim berdiri dan berkata, “Ibumu ada di ruang 3409. Jangan berpikir kalau aku telah kalah darimu. Aku hanya melepaskanmu kali ini.”
Presdir Kim pun pergi, meninggalkan mereka. Eun Sang bingung mendengar ucapan Presdir Kim. Ucapan Presdir Kim tadi itu, apakah sebuah tanda kalau setuju atau malah sebuah ancaman? Tan menjawab sekaligus bertanya, “Sebuah persetujuan yang sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman?”
Melihat keraguan di wajah Eun Sang, Tan meminta gadis itu untuk mencoba memahami ucapan ayahnya, karena ucapan itu muncul sebagai bentuk menjaga harga dirinya. Eun Sang mengangguk dan bertanya ragi, “Kalau begitu, kita..” Tanpa menunggu Eun Sang meyelesaikan kalimatnya, Tan membenarikan, “Benar. Kita telah berhasil melewati satu pintu.”
Eun Sang tersenyum lega dan suaranya penuh haru saat berkata, “Selamat ulang tahun, Kim Tan.”
Tan menarik Eun Sang dan memeluknya. Sama-sama merasakan kelegaan karena berhasil melalui sebuah rintangan. Tan mengajak Eun Sang untuk merayakan ulang tahun yang sebenarnya. “Di lantai 34. Ibuku kabur meninggalkan rumah. Tapi ia tetap terkunci di dalam. Ia bahkan tak dapat menghadiri pesta ulang tahun anaknya. Mari kita pergi.”
Nyonya Han benar-benar kaget saat melihat Tan muncul dengan membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menyala. Lebih kaget lagi saat melihat Eun Sang ada di samping Tan. Ia langsung menembakkan banyak pertanyaan, “Kau ada di Seoul? Kenapa ibumu tak pernah meneleponku sekalipun? Dan bajumu..,” ia menatap baju pesta Eun Sang dan menoleh khawatir ke anaknya, “Kau membawanya ke pesta?”
Tan tak mau menjawab dan malah meminta ibunya untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuknya karena lilinnya sudah hampir mati. Nyonya Han langsung sadar dan mempersilakan masuk dengan senyum paling lebar yang pernah terlihat.
Nyonya Han memberi selamat ulang tahun pada Tan dan berterima kasih telah lahir sebagai putranya. Tapi Tan yang berterima kasih pada ibunya. Dan tanpa ba bi bu, ia langsung meniup lilinnya, membuat ibunya kesal, “Kau seharusnya mengucapkan permintaanmu dulu. Kita bahkan belum menyanyi untukmu.”
“Aku sudah menyebutkan harapanku. Dan itu rahasia,” jawab Tan, membuat ibunya merengut kesal. Tapi Tan punya hadiah istimewa untuk ibunya. Ia meminta ibunya memejamkan mata. Eun Sang tersenyum saat Nyonya Han berbisik dan bertanya apa yang sedang Tan lakukan? Eun Sang menjawab, “Ia mengambil sesuatu yang berkilau dan indah.”
Nyonya Han memandangi kalung kunci yang penuh berlian, yang sekarang tergantung di lehernya. Ia yang memilih untuk melepas semua perhiasan saat angkat kaki dari rumah Presdir Kim, sekarang memakai kalung yang indah, seakan menunjukkan penghargaan Tan pada ibunya.
Tan berlutut dan berkata, “Terima kasih telah melahirkanku, Bu. Kuharap ibu sekarang bahagia karena sudah bisa hidup sebagai ibuku.” Mata Nyonya Han berkaca-kaca saat berkata kalau dari dulu hinga sekarang pun ia merasa bahagia.
Nyonya Han heran melihat kedua anak itu bisa keluar dari pesta dengan selamat. Tan berkata kalau ayah sudah melepaskan mereka, “Ayah juga sudah melepaskan cengkeramannya dari ibu. Ayah sudah tahu kalau ibu tinggal di hotel ini.”
Nyonya Han terbelalak, panik mendengar hal itu. Sepertinya ia tak percaya kalau Presdir Kim melepaskannya begitu saja. Ia langsung bertanya pada Eun Sang, sekarang Ibu Eun Sang tinggal di mana?
Dan yang terjadi berikutnya adalah Nyonya Han terburu-buru keluar dari mobil yang membawanya ke kota tempat tinggal ibu Eun Sang. Ibu Eun Sang yang sedari tadi mondar-mandir tak sabar menunggu, juga melambaikan kedua tangannya, saat melihat Nyonya Han berlari menghampirinya. Mereka pun berpelukan.
Nyonya Han memarahi Ibu Eun Sang, “Kenapa kau tak pernah memberi kabar padaku? Kau jahat sekali. Aku tahu aku ini kejam padamu. Tapi ada yang namanya hubungan benci tapi rindu!”
Ibu Eun Sang malah tersenyum lebar dimarahi seperti itu. Dengan bahasa isyarat ia berkata kalau ia tak pernah membenci Nyonya Han, ia bahkan meninggalkan surat. Eun Sang langsung menterjemahkan, dan Nyonya Han langsung menjawab, “Aku tahu. Tapi surat itu hanya 3 baris saja. Dan 3 bari itu yang membuatku sangat marah.”
Nyonya Han melihat kalau sekarang ibu Eun Sang menjadi lebih kurus, “Jadi yang paling enak adalah bersamaku. Iya, kan?” Ibu Eun Sang mengangguk, masih tersenyum lebar. Nyonya Han mengajak Ibu Eun Sang untuk segera kembali ke rumah karena ia merasa kedinginan.
Ibu Eun Sang pun membawa Nyonya Han pergi dan Nyonya Han menggandeng Ibu Eun Sang seperti mereka adalah teman lama. Eun Sang tersenyum melihat kedekatan mereka berdua dan menelepon Tan untuk memberitahu kalau ia sudah sampai. Ia juga memberitahu kalau kedua ibu mereka saling berpelukan, “Dan dimana pacarku ini sekarang?”
Tan geli mendengar dengan cara Eun Sang bertanya dan menjawab kalau ia sedang menuju ke kaar Young Do. Ada yang ingin ia bicarakan. Ia akan menemui Eun Sang dan kedua ibu mereka besok.
Tan dan Young Do duduk berhadapan, sama-sama diam. Tan ingin bicara tentang ibunya tapi Young Do yang tahu akan ke arah mana percakapan mereka, tak mau membicarakan itu, “Jangan berterima kasih atau minta maaf karenanya.”
Tapi Tan tetap mengucapkan terima kasih dan minta maaf, membuat Young Do mengeluh, “Kalau kau seperti itu, aku harus berkata apa?” Tan menjawab kalau Young Do tak harus berkata apapun karena ia hanya mengucapkan apa yang ia rasakan. Ia pun beranjak pergi.
Young Do menghentikannya, “Tentang ibuku.. bukan kesalahanmu kalau aku kehilangannya. Ia hanya pergi lebih dulu. Tapi aku membutuhkanmu untuk melampiaskan kemarahanku.” Tan pun juga sudah tahu itu.
Tapi sepertinya ucapan Tan itu tetap tak membuat hatinya merasa lega. Perasaan menyesal, kecewa dan sedih berkecamuk di dalam hatinya. Di studio, Young Do melihat foto-foto Tan dan Eun Sang. Myung Soo yang baru datang mencoba menghentikannya, tapi terlambat, Young Do berkata kalau ia sudah melihat semuanya.
Myung Soo pun separuh menyalahkan Young Do yang tak percaya pada kata-katanya dulu, “Cinta pertama itu tak pernah berhasil. Harusnya kau mendengarkan aku sebelum kau benar-benar ditolak.”
Young Do berkata dengan percaya diri kalau ia bukannya ditolak, tapi Myung Soo tahu perasaan Young Do yang sebenarnya. Karena itu ia sudah mempersiapkan sebuah pengumuman, larangan masuk bagi Tan, Eun Sang dan anjing.
Young Do menyuruh Myung Soo untuk mengeluarkan gambar yang nampak kasihan itu. Maksudnya sih menunjuk pada gambar anjing, “Dia tak bersalah.” Maka Myung Soo pun menambahkan satu garis ke kata anjing, dan berkata kalau ia sudah mengeluarkan ‘yang nampak kasihan itu’, yang maksudnya adalah Eun Sang.
Young Do menampar kaki Myung Soo dan berkata, “Aku akan membunuhmu,” walau senyum muncul di wajahnya. Myung Soo nyengir melihat usahanya untuk membuat Young Do tersenyum, berhasil. Aww…
Young Do bertekad untuk bisa mengalahkan ayahnya dalam judo. Ia terus berlatih dan berlatih. Tapi pelatihnya berkata kalau tak mungkin Young Do bisa mengalahkan ayahnya. Mendapat tanggapan itu, Young Do hanya berkata, “Kalau begitu aku harus berlatih lebih keras lagi.”
Ibu Eun Sang dan Nyonya Han minum-minum hingga sedikit mabuk. Ibu Eun Sang menulis kalau tak seharusnya Nyonya Han tak kabur dari rumah karena Nyonya Han sudah tak muda lagi dan tak punya keahlian, “Harusnya Nyonya tahu lebih baik mengenai ini!!”
Dalam mabuknya, Nyonya Han langsung menunjuk pada dua tanda seru, berkata kalau ia tak menyukai hal itu. Tapi sebenarnya ia pun juga tak menyangka hidupnya akan menjadi seperti ini, “Tinggal di rumah wanita lain, memakai tas wanita lain, bersama suami wanita lain. Aku sedang dihukum karena melakukan hal itu. Dan sekarang aku tak bisa menjadi istri ataupun ibu dari anakku.”
Ibu Eun Sang menatap Nyonya Han dengan iba. Nyonya Han tiba-tiba berkata kalau ia ingin pergi ke toilet. Tapi Ibu Eun Sang sangat mengenal Nyonya Han dengan baik. Ia tahu kalau Nyonya Han tak pergi ke toilet.
Ia pun pergi keluar, menemui Nyonya Han yang menangis tersedu-sedu di tengah riuhnya deburan ombak, menyesali semua yang terjadi. Ia  hanya duduk di samping Nyonya Han, membiarkan Nyonya Han menumpahkan semua perasaannya.
Tan baru saja menelepon Eun Sang untuk datang menemuinya. Tapi Eun Sang sudah muncul di depannya, membuat ia kaget. Eun Sang berkata kalau ia datang kemari bukan untuk menemuinya, ia akan bertemu dengan pria lain.
Tan langsung marah dan cemburu, bertanya siapa pria itu? Dan muncullah Won yang datang dengan muka polos. Ha. Eun Sang hanya mengangkat bahu.
Ternyata pertemuan itu untuk membujuk Eun Sang agar mau pindah ke apartemen yang sudah Tan siapkan. Eun Sang tak mau. Ia sudah membicarakan hal ini dengan ibunya dan memutuskan kalau ia akan pindah ke apartemen lamanya. 
Tan sakit kepala mendengar Eun Sang tak mau pindah ke apartemen itu, “Kau tak tahu apa yang harus aku berikan pada kakakku untuk mendapatkan itu. Sudahlah, kembalilah ke kamarmu.”
Maksud Tan adalah kamar di dalam rumahnya. Tapi Eun Sang tak mau, “Bagaimana mungkin aku pergi ke sana? Tak ada jaminan kalau hubungan kita akan langgeng. Hal itu akan menambah masalah kalau nanti kita putus.”
Tan mendelik mendengar ucapan Eun Sang dan Won memandang mereka dengan geli. Eun Sang meneruskan kalau ia mungkin sekarang merasa akan mati kalau tak bisa hidup tanpa Tan, “Tapi kita kan tak tahu apa yang akan terjadi nanti.”
“Heh, aku ini juga tak bisa hidup tanpamu. Dan itu adalah masa depan kita, bodoh!”
“Anak-anak..,” sela Won.
Tapi Tan memotongnya, “Kak, tenanglah. Aku bisa mengurusi hal ini sendiri.” Ia pun berbalik pada Eun Sang dan bertanya apakah Eun Sang serius dengan kata-katanya.
Maka Eun Sang pun menjawab, “Tak ada jaminan kalau kita akan bahagia selamanya. Aku mungkin akan mencampakkanmu.” Tan kesal, menyuruh Eun Sang diam dan menariknya pergi
LOL. Won menatap kepergian mereka dengan geli, tapi kemudian senyumnya menghilang dan iapun menghela nafas. Mungkin membandingkan hubungan Tan-Eun Sang dengan hubungannya sendiri.
Di depan ibu Eun Sang, Tan dan Eun Sang berlutut. Tan meminta maaf karena telah menyusahkan ibu Eun Sang dan berjanji kalau hal ini tak akan terulang kembali. Ia sudah mendapat persetujuan ayahnya dan meminta ijin ibu Eun Sang agar mereka bisa mulai pacaran, “Berilah restu pada kami, Bu.”
Ibu Eun Sang diam tak menjawab, hanya menunduk dan mulai mencabuti sisa benang di kaos kaki. Rupanya itu adalah pekerjaan yang bisa ia dapat sekarang. Tan dan Eun Sang menunggu, tapi ibu tetap mencabuti sisa-sisa benang, tetap tak memberi jawaban.
Akhirnya Nyonya Han muncul dengan tak sabar, “Aku sudah tak tahan lagi. Ahjumma, Apa kau tak merestui putraku? Kedengarannya kau tak merestuinya!” katanya sambil berkacak pinggang.
Tan dan Eun Sang kaget melihat Nyonya Han muncul. Mereka memandangi penampilan Nyonya Han dari atas sampai bawah dengan terkesima karena sudah mirip dengan ibu-ibu kebanyakan.
Dengan tangannya, Ibu Eun Sang menjawab kalau ia memang tak bisa merestui hubungan itu. Ia sudah tak ingin berurusan dengan keluarga Kim lagi, karena ia melihat anaknya menderita karena ini.
Tanpa diterjemahkan pun, Nyonya Han dapat menebak kalau Ibu Eun Sang tak menyetujui Tan memacari Eun Sang. Ia sangat kesal pada mantan pembantunya itu, “Anakku ini tampan, tinggi, baik dan mengorbankan hidupnya untuk Eun Sang. Ia bisa memilih yang lebih baik. Kenapa kau menolaknya?”
Ooh.. ngajak perang, nih. Ibu Eun Sang mendelik dan dengan bahasa isyarat ia berkata, Eun Sangku ini cantik, baik dan pintar! Tan tak mengerti apa yang dikatakan ibu Eun Sang dan bertanya pada Eun Sang. 
Tapi sebelum Eun Sang menjawab, ibu meneruskan, kali ini pada Eun Sang, Kau! Kau harus pulang sebelum jam 9. Jangan coba-coba untuk pulang terlambat. Aku akan membunuhmu jika kau datang kemari dengan bergandengan tangan!
Haha.. Eun Sang meringis ngeri karena ancaman itu, tapi ia langsung merubah ekspresinya dan sambil tersenyum ia berkata pada Tan, “Pokoknya aku harus selalu pulang dan untuk sekarang ini, kita dapat bergandengan tangan”
Ibu Eun Sang itu bisu tapi tidak tuli. Mendengar anaknya membelokkan ucapannya, Ibu memukul Eun Sang. Tapi Tan lebih cepat. Ia maju untuk melindungi Eun Sang, sehingga pukulan Ibu kena bahunya.
Semuanya kaget dan semuanya tak bergerak. Tan dan Nyonya Han terlalu kaget dan Ibu Eun Sang kaget plus ketakutan karena ia memukul anak majikan. Bekas majikan sih, tapi tetap saja. Eun Sang bergerak cepat. Ia berbisik pada Tan, “Cepat! Lakukan sesuatu yang kau sangat pintar melakukakannya.”
Tan mulanya bingung, tapi ia langsung sadar dan menjatuhkan dirinya dan mengerang kesakitan. Hahaha.. Nyonya Han langsung berteriak panik, “Ahjumma, kau tadi barusan memukul anakku?”
Ahahaha.. Ibu dan anak sama saja, pinter acting. Ibu Eun Sang terbelalak ketakutan namun juga bingung melihat anak majikannya itu sangat kesakitan sekali. Apalagi dengan nada khawatir Eun Sang bertanya apakah Tan baik-baik saja, “Apa sakit sekali?”
Tan terus mengerang namun menjawab, “Sepertinya sih aku akan baik-baik saja jika ibumu setuju.” Bwahahaha.. Nyonya Han malah menambahi dengan menyuruh Tan untuk menuntut Ibu Eun Sang jika Ibu Eun Sang terus menolak.
Akhirnya Ibu Eun Sang sadar kalau semua itu hanya pura-pura. Ia memukul Tan lagi, membuat Tan mengerang lebih keras. Tapi Ibu Eun Sang kali ini diam dan melanjutkan pekerjaannya. Eun Sang tersenyum, tahu kalau itu artinya ibunya sudah memberikan restu. Ia pun berterima kasih dan Tan pun bangun dengan berlutut lagi, “Terima kasih, Ibu.”
Aww… Nyonya Han melihat senyum kecil muncul dari Ibu Eun Sang. Ia pun duduk, mengambil satu kaos kaki dan mulai mencabuti sisa benangnya. Tan dan Eun Sang toss diam-diam, senang karena usaha mereka akhirnya berhasil.
Eun Sang akhirnya membawa barang-barangya kembali ke rumahnya yang kecil. Dan ia terkejut melihat Tan muncul dari balik pintu, “Oh? Bagaimana mungkin kau ada di sini?”
Tan nyengir, “Kenapa? Apa kau pikir aku hanya ada di cerita-cerita dongeng? Ayo masuklah.”
Tan menutup mata Eun Sang saat membawanya masuk ke dalam rumah. Eun Sang ngomel-ngomel karena Tan menutup matanya, membuat Tan mengancamnya, “Apa yang terjadi kalau kau selalu membantah ucapanku?” Tapi Eun Sang tetap bicara, hingga akhirnya Tan menekan sesuatu di laptopnya dan melepas tangannya.
Eun Sang membuka mata dan terkesima melihat potongan-potongan video dirinya yang sekarang ada di hadapannya. Sambil memeluk Eun Sang, Tan bertanya apakah Eun Sang menyukainya? “Aku mampu bertahan selama ini karena selalu menonton video itu.”
Mata Eun Sang berkaca-kaca mendengarnya. Walau ia merasa sangat terharu, tapi ia mencoba terlihat tenang dan acuh dengan memberi komentar, “Aku terlihat sangat fotogenic.”
Dan benar saja, Tan langsung bertanya apa Eun Sang tak merasa tersentuh dengan apa yang sudah ia lakukan. Eun Sang menjawab kalau Romance bukanlah seleranya, “Aku lebih suka film horror. Atau sesuatu seperti ini,” Eun Sang tiba-tiba mencium pipi Tan, “Thriller.”
Tan nyengir mendapat kecupan mendadak itu dan berkata kalau memang asyik nonton thriller di rumah. Tapi sekarang ia mengajak Eun Sang nonton film romance. Dan tatapan matanya yang mengandung arti, membuat Eun Sang waspada dan langsung melepaskan diri dari pelukan Tan dan menjauh, “Jangan lakukan itu.” 
“Lakukan apa?” goda Tan yang dengan kakinya yang panjang, ia mengejar Eun Sang dengan mudah, “Ruang tamu ini hanya berjarak dua langkah saja.”
Eun Sang menjerit karena Tan berhasil mengejarnya. Eun Sang mengancam kalau ibunya akan segera tiba, tapi Tan malah berkata, “Tak masalah. Aku dapat mengunci pintunya.” Haha.. Dan beneran, Tan mengunci pintunya, membuat Eun Sang menjerit panik, namun juga tertawa-tawa.
Hmm… thriller romantis?
Di sekolah, tak sengaja Rachel menabrak Ye Seol, tapi ia hanya diam saja. Ye Seol menyuruh Rachel meminta maaf padanya, tapi Rachel tetap cuek. Salah satu siswi lain menyindir kalau sopan santun Rachel patut dipertanyakan karena tak ada keluarga yang bisa mengajarkan Rachel akan sopan santun, “Pertunangan ibumu dibatalkan. Pertunanganmu juga batal.”
Rachel menatap mereka marah. Tapi para gadis itu malah terus mengejek, “Kami ini takut padamu karena kau dulu adalah tunangan Tan.”
Terdengar suara sumpit dibanting ke meja. Para gadis itu menoleh dan kaget karena Young Do duduk di belakang mereka, sekarang berdiri dan berkata, “Bagaimana dengan dia menjadi adikku? Kurasa aku menjadi terlalu baik sekarang.”
Mereka langsung kabur saat itu juga. Dengan suara yang hanya bisa didengar mereka berdua, Young Do menyuruh Rachel untuk bangkit dan pergi keluar karena anak-anak lain memperhatikan mereka. 
Rachel pun berdiri dan Young Do memeluk pundaknya dengan akrab. Rachel mencoba melepaskan pelukan Young Do, tapi Young Do malah berkata, “Cobalah terlihat akrab. Dengan begitu, anak-anak yang biasa-biasa saja itu tak akan mengganggumu.”
Aww.. manisnya Young Do.
Rachel bertanya apa Young Do tak berniat untuk menjadi jahat lagi? “Dan menaikkan rambutmu lagi?” Young Do menjawab kalau ia menyukai rambutnya yang sekarang. Tapi Rachel malah menjawab, “Jelek. Pikirkan lagi.”
Hahaha.. Young Do nampak terluka mendengar hinaan Rachel pada rambut barunya itu.
Di luar, Rachel berkata kalau anak-anak itu sekarang tak begitu takut lagi pada Young Do. Tapi Young Do berkata walau begitu, ia tetap masih dapat menyelamatkan adiknya. Rachel heran, “Bagaimana aku masih menjadi adikmu?”
“Karena aku adalah kakakmu. Kau dapat bersandar kepadaku sekarang dan selamanya,” jawab Young Do.
Aww.. Young Do akan menjadi pelindung Rachel selamanya.
Rachel melihat sekarang Young Do banyak waktu luang. Apakah Young Do sudah mengakhiri semuanya dengan Cha Eun Sang? Young Do menjawab kalau tak ada yang perlu diakhiri dan ia tak memerlukan ijin orang lain. Kalau ia merasa sudah selesai, maka semuanya selesai.
Rachel bertanya tentang kondisi perusahaan Presdir Choi dan Young Do berkata masih tetap baik-baik saja. Rachel berharap kalau tak akan terjadi apapun sehingga ia tak perlu menghibur Young Do, “Sepertinya semester ini, kita saling menghibur satu sama lain.”
Rachel pun kembali ke kelas.
Young Do melihat kemunculan Eun Sang dan ia berjalan menghampiri Eun Sang. Eun Sang sudah hampir menyapanya, tapi Young Do terus berjalan tanpa menghiraukannya.

Eun Sang memandangi Young Do yang menjauh darinya.



Salah seorang anak berteriak, “Hasil ujian sudah keluar!” Semua berbondong-bondong ke papan pengumuman, termasuk Eun Sang. Tapi ia dihentikan oleh Bo Na yang dengan wajah serius berkata, “Mulai sekarang, jangan mendekatiku. Menyingkirlah!”
“Kenapa?”
“Hasil ujian sudah keluar. Dan jika ternyata Chan Young kalah dari Rachel karena terlalu mengkhawatirkanmu yang menghilang… aku akan menangis!” kata Bo Na judes.
LOL. Eun Sang tersenyum geli melihat temannya yang dramaqueen banget.


Tapi semuanya tak dapat melihat hasilnya karena Tan sudah ada di sana dan paling depan,  menutupi kertas pengumuman itu dengan seluruh tubuhnya. Bahkan ia berjinjit dan mengangkat jaketnya agar peringkat yang di atas pun tak dapat dibaca dan menyuruh semua siswa untuk menyingkir.
Aishh.. Memang sih semua sekolah punyanya Tan, tapi…
Saat ia mendengar suara Eun Sang memanggilnya, Tan bertambah panik. Ia langsung menyobek kertas pengumuman itu dan kabur. Eun Sang berteriak memanggilnya, “Hei!! Kau ada di peringkat paling bawah lagi? Berhenti!” Tapi Tan terus melarikan diri, membuat Eun Sang berteriak frustasi, “Katamu kau akan berada selalu di belakangku!”
Teriakan itu membuat Tan berhenti dan menoleh, “Kalau begitu berjalanlah lebih dulu di depanku.”
Haha.. Eun Sang tersenyum dan berjalan menghampiri Tan, “Ohh.. pria yang selalu memegang ucapannya.” Ia langsung merebut kertas itu dan malah melarikan diri. Yaelahh.. dua anak ini.
Di taman, Tan mencoba mencari kertas yang disembunyikan Eun Sang, tapi Eun Sang tak mau. Kata ibunya, mereka tak boleh berpegangan tangan. Tapi Tan berkilah kalau ibu Eun sang tak ada di sini. Ia belum siap melihat nilainya, jadi ia merobek kertas perngumuman itu, “Aku trauma karena itu. Ayo, berikan padaku!”
Dengan manis Eun Sang bertanya apa Tan yakin kalau Tan ada di posisi 100? Ia membuka dompet untuk  mengambil uang untuk membeli minuman. Tapi Tan melihat kertas pengumuman itu ternyata terlipat rapi di dalam dompetnya, maka ia langsung merebut dompet itu dan menyembunyikan di dalam jaketnya. Ia ingin hubungan mereka langgeng, maka memutuskan kalau mereka berdua tak akan membaca hasil itu.
Namun tetap saja terlambat. Chan Young telah mengupdate hasil ujian mereka di Kakao-nya. Tan mencoba menghalangi Eun Sang untuk membacanya, tapi namanya yang hanya dua kata gampang terlihat. Ia ada di posisi 50, sedangkan Myung So (yang kemarin lirik kanan kiri tak mau hasilnya dicontek) ada di posisi 100! Bwahaha..
Tan kaget sekaligus bangga, “Akhirnya aku bisa juga punya nilai rata-rata.” LOL, biasanya memang selalu merasa di ujung, ya.. Ujung puncak kenarsisan dan pun puncak bawah nilai akademis. Dan Tan pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyombong, “Sebenarnya, dulu itu aku ini tak sungguh-sungguh mengerjakannya.”
Tapi Eun Sang tak menghiraukannya karena ia melihat nama lain, “Choi Young Do di peringkat 27.”
“Maksudmu peringkat 97?”
“Dia di peringkat 27,” Eun Sang mengkoreksi. “Wahh.. Ia sangat keren. Ia pasti baru sekarang mengerjakan ujiannya dengan sungguh-sungguh.”
Hahaha.. Tan gondok sekali mendengar pujian Eun Sang pada Young Do, “Hei, ini bukan ujian kita yang terakhir. Dulu aku rangking 100, sekarang rangking 50, berarti kau bisa menebak kan aku ada di peringkat berapa nanti?”
Eun Sang mencibir, “Tidak bisa kalau masih ada Chan Young, Kalau dipikir-pikir, Chan Young juga sangat keren.”
Tan benar-benar kesal hingga mendorong Eun Sang, “Kalau begitu pacaran saja dengan Chan Young.” Tapi ia segera ingat, “Eh, kau peringkat berapa?”
Eun Sang terbelalak dan buru-buru kabur.
Young Do bertanding lagi dengan ayahnya, dan kali ini ia menang. Presdir Choi memuji Young Do yang berhasil mengalahkannya dan bertanya hadiah apa yang diminta Young Do sekarang? Young Do menyebutkan, “Beritahu aku dimana ibu sekarang tinggal.”
Presdir Choi takdapat memenuhi permintaan Young Do karena ia sendiri juga tak tahu. Tapi jawaban itu membuat Young Do lega, karena setidaknya ayahnya tak menyembunyikan keberadaan ibu darinya.
Masih dengan memakai seragam, Young Do pergi ke restoran ddukbokgi, dan pemilik restoran yang baru tahu nama Young Do dari name tag yang ada di seragam memberitahukan kalau ada seorang wanita yang menitipkan kartu nama untuk diberikan pada anak yang bernama Choi Young Do.
Young Do membaca nama ibunya yang bekerja di sebuah kafe bernama Secret Garden. Dan ternyata di bawah pertanyaan ibunya, Young Do menulis jawaban untuk ibunya.
Tan menghadang Bo Na yang langsung dituduh kalau Tan ingin menyatakan perasaannya karena sedang tak ada Chan Young. Ha.. dua anak narsis ini, Tan berkata kalau ia menemui Bo Na karena sedang tak ada Eun Sang di antara mereka, Ia ingin bertanya apa yang Eun Sang suka dan tidak sukai?
Bo Na menjawab tak tahu karena ia bukanlah teman Eun Sang. Namun ia menduga kalau Tan ingin memberikan hadiah pada Eun Sang dan berkata kalau Eun Sang butuh sekali banyak barang, “Ia meminjam sepatu tinggiku, handphone-nya tergores, ia suka bantalku, dan dompetnya juga baru saja hilang. Katanya ada orang gila yang mencuri dompetnya.”
Tan nyengir bangga, “Aku si orang gila itu. Aku mengambilnya karena ingin membelikan dompet untuknya.”
“Oh My God!”
Hyo Sin memberitahukan kalau SMA Se Ryun ingin meminjam host untuk festival dari sekolah mereka. Bo Na sangat antusias dan meminta Hyo Sin untuk mengiyakan. Alasannya? “Klub broadcasting Se Ryun itu banyak cowok cakep!” Eun Sang berkata kalau Bo Na sudah punya pacar, tapi Bo Na berkata kalau ia punya pacar bukan berarti ia tak bisa memandang pria-pria tampan.
Ia pun mengajak Eun Sang untuk menemaninya. Eun Sang tak bisa karena ia harus bekerja. Maka Bo Na pun mengajak Eun Sang dan mengatur pertemuan itu di café Eun Sang.
Mereka pun beranjak pergi dengan bersemangat. Hyo Sin senyum-senyum melihat mereka dan mengambil handphone-nya, “Tan sekarang ada di mana, ya? Kuharap Chan Young sedang ada di dekat sini.” LOL, ada yang nyalain kompor, nih.
Bo Na dan Eun Sang menemui anak Se Ryun yang bertanya sekaligus memuji, “Apakah gadis di Jeguk semuanya cantik seperti kalian?” 
Dengan manis Eun Sang menjawab kalau mereka saja yang memang cantik. Aih..
Namun belum sempat percakapan mereka lebih jauh, terdengar suara, “Sayang ..”. Bo Na dan Eun Sang menoleh dan melihat Tan serta Chan Young menghampiri mereka. Pada anak Se Ryun, Tan memberiahu kalau Eun Sang sudah menikah dan menyuruh mereka pergi.
Kedua pria itu berkata kalau mereka belum membicarakan masalah festival. Tapi mereka mengalah dan berkata kalau mereka akan menghubungi Bo Na kembali. Tapi dengan ketus Chan Young melarang mereka melakukan hal itu. Kedua murid itupun pergi.
Tan dan Chan Young duduk menggantikan murid-murid Se Ryun. Tan mengkritik jepit rambut yang tumben dipasang oleh Eun Sang, yang langsung buru-buru dilepas oleh Eun Sang. Tan memarahi Bo Na yang mengajak Eun Sang di siang hari.
Chan Young yang tadinya sepaham dengan Tan langsung berbalik arah, “Kenapa kau malah memarahi Bo Na? Eun sang juga bukan seperti Ibu Theresa. Ia itu tergila-gila pada pria.”
“Yoon Chan Young, jangan mengada-ada,” bentak Eun Sang kesal. Tapi Bo Na malah menyerang Eun Sang yang membentak Chan Young. Tan yang masih kesal pada Bo Na, berkata kalau Bo Na tak punya hak bicara. Bo Na ganti membentak Tan, “Jangan bicara padaku lagi. Aku ini bukan pacarmu.”
“Kalau begitu berhentilah menemui pria lain,” potong Chan Young. Kali ini Tan setuju dan mereka pun satu kubu lagi. Eun Sang kesal pada Tan yang bukannya menghentikan Chan Young malah membela Chan Young. Bo na setuju, “Kim Tan itu adalah tipe yang membuatmu merasa kesal.”
Chan Young setuju dan pada Eun Sang ia menasihati, “Apa gunanya wajah tampan? Itu hanya bertahan selama 3 bulan.”
Dan kali ini Eun Sang setuju, “Yang penting dari pria itu adalah kepintaran.”
Haha.. Kasihan Tan, semua malah mengeroyoknya.
Saat berdua, Tan mengakui kalau dirinya adalah cowok posesif. Ia sebenarnya ingin membunuh para pria yang menatap Eun Sang, benci pada pria-pria yang memikirkan Eun Sang, “Kau tak tahu pria-pria itu berpikir apa. Semua pria itu sama. Kecuali diriku.” Lol.
Eun Sang tertawa mendengar Tan tak sama dengan pria-pria lain. Tapi Tan bersikeras kalau dia polos dalam mencintai Eun Sang (ha!) dan memiliki hati yang putih (HA!). 
Eun Sang mencibir tak percaya, “Bagaimana kau bisa membuktikannya? Apa kau bisa mengeluarkan hati putihmu?”
“Lupakanlah. Aku kecewa padamu,” Tan cemberut dan meninggalkan Eun Sang. Eun Sang kaget melihat Tan yang marah beneran dan berteriak, kapan Tan akan mengembalikan dompetnya.
Ternyata Tan hanya pura-pura marah. Ia berbalik dan tersenyum. Ia melemparkan sebuah bungkusan dan berkata kalau ia sekarang akan mengembalikannya. “Aku merasa senang karena kita bertengkar bukan karena situasi yang sedang kita hadapi, tapi tentang kita sendiri. Mari kita bertengkar setiap hari seperti ini.” Tan melambaikan tangannya dan pergi.
Aww.. so sweet..
Masih tetap tersenyum, Eun Sang membuka bungkusan itu. Ternyata dompetnya sudah diganti dengan dompet yang baru. Dan di dalamnya ada foto Tan.
Haha.. tetep.. narsis dan posesifnya kumat. Awas.. jangan-jangan ada alat penyadapnya.
Yoon sepertinya ingin nostalgia dan mendatangi kafe yang dulu sering ia datangi. Ia kaget karena melihat Esther ada di sana. Esther pun juga tak menanyangka melihat mantan pacarnya itu ada di hadapannya.
Mereka pun duduk bersama. Esther mengungkit tentang Yoon yang sekarang menjadi wakil presiden direktur dan Yoon juga mengungkit tentang kabar putusnya pertunangan Esther. Esther menjawab kalau Hotel Zeus sekarang sedang dalam penyelidikan, membuat Yoon berkata kalau Esther selalu pintar, sama seperti 20 tahun yang lalu.
Yoon bertanya apakah Rachel baik-baik saja? Esther menjawab kalau sekarang Rachel sedang menangis sejak pertunangannya putus padahal Rachel adalah gadis yang jarang menangis, “Ia pasti sangat suka dengan Tan. Tapi ia tak tahu bagaimana cara menyukai seseorang. Aku sendiri tak dapat mengajarkan padanya. Karena aku sendiri juga tak tahu.”
Yoon terkejut mendengar pengakuan Esther. Esther melanjutkan, “Melihat Rachel sekarang, aku jadi punya kesempatan untuk melihat ke kehidupanku sendiri.”
“Dan kehidupan itu seperti apa?” tanya Yoon hati-hati.
“Sebuah kehidupan yang menghasilkan banyak uang, sangat kaya,” Esther menghela nafas, “Sebuah kehidupan tanpa Yoon Jae Ho.”
Walau Tan selalu memarahi ibunya yang suka minum anggur, kali ini Tan malah menuangkan anggur untuk ibunya dan mengajak minum bersama. Tan berkata kalau seorang anak harus belajar cara minum dari ayahnya. Tapi sekarang ibu adalah ayahnya juga. Mendengar nama ayah disebut, mood Nyonya Han langsung suram, karena mengingatkannya pada presdir Kim.
Tan bertanya kapan ibunya akan pindah ke tempat yang disediakan Won? Nyonya Han tak berniat pindah ke sana. Ia tak ingin tinggal di rumah yang bagus lagi. Ia ingin berjalan dengan kakinya sendiri melihat dunia luar, “Aku akan berjalan-jalan ke Gangnam besok.”
Tan mengajak ibunya untuk berjalan-jalan bersamanya besok. Nyonya Han setuju. Mereka besok akan jalan-jalan, tapi setelah itu Tan harus pulang ke rumah karena ayah Tan hanya sendirian saja. Tapi Tan tak mau karena ibu adalah ayahnya juga. Nyonya Han meminta Tan untuk tak berkata seperti itu.
Presdir Kim berada di rumahnya yang besar, dan tiba-tiba ia merasa pusing. Saat merasa agak baikan, ia mendengar suara, “Aku sudah pulang.”
Presdir Kim menoleh dan rupanya ia teringat masa lalu. Saat itu Won pulang sekolah dan Tan mengikutinya dari belakang, bertanya pada Won. Tapi Won tak menjawab. Tan pun melihat ayahnya dan menghambur untuk memeluknya. Presdir Kim sudah membuka tangannya namun ia tak memeluk Tan, karena Won menoleh ke arahnya.
Bayangan masa lalu itu menghilang, dan kepala Presdir Kim terasa sangat sakit hingga ia terjatuh pingsan. Sendirian di rumah yang besar.
Tan dan Won langsung menuju rumah sakit saat mendengar berita jatuhnya ayah. Begitu pula dengan Nyonya Han. Pertolongan pertama sudah dilakukan pada Presdir Kim yang mengalami perdarahan otak. Tapi menurut dokter, mereka tak bisa mengoperasi Presdir Kim sekarang, harus menunggu Presdir Kim sadar dulu.
Tan bertanya bagaimana kalau ayahnya tak sadar? Dokter menjawab kalau mereka harus berdoa agar Presdir Kim bisa sadar. Nyonya Han yang selama itu duduk di samping Presdir Kim dengan sedih, hanya semakin mempererat genggamannya, seakan ingin memberi kekuatan agar cepat sadar.
Nyonya Jung juga mendengar tentang kondisi suaminya. Adik Nyonya Jung meminta kakaknya agar segera bergerak. Nyonya Jung menyuruh adiknya tenang karena ia sedang berpikir. Adik Nyonya Jung berkata kalau kakaknya telah berpikir selama 20 tahun. Apa lagi yang perlu dipikirkan? “Kita harus segera cepat melakukannya. Suruh Pengacara Park untuk mempersiapkan semua dokumennya.”
“Tindakan yang sembrono akan membawaku ke posisi kotor yang penuh tuduhan dan dakwaan hukum. Aku akhirnya bisa tak memiliki sepeserpun,” jawab Nyonya Jung.
Tapi menurut adiknya, sekaranglah saat yang tepat karena Won sedang panik sekarang dan belum tahu gerakan mereka, “Kau telah menahan semua penghinaan dari keluarga itu. Untuk apa? Ya untuk hari ini! Segala penderitaanmu akan hari-hari yang menyedihkan itu harusnya terbayar sekarang.”
Nyonya Jung memang berniat melakukannya. Tapi ia mencoba melakukannya dengan benar. Ia menyuruh adiknya untuk mencari tahu kondisi terakhir di rumah sakit sementara ia akan menelepon beberapa orang.
Tapi Yoon dan Won sudah dapat menebak langkah Nyonya Jung. Sebagai istri yang sah, Nyonya Jung mendapat hak suara milik Presdir Kim jika presdir Kim tetap dalam keadaan koma. Won menduga kalau Nyonya Jung akan menggelar rapat pemegang saham untuk mencopot posisi Presdir Kim. Yoon berkata kalau ia akan segera mengadakan rapat internal.
Nyonya Han masih tetap duduk menemani Presdir Kim. Tan masuk dan meminta ibunya untuk pulang dan akan menelepon jika ayahnya bangun. Tapi Nyonya Han meminta anaknya tak mengkhawatirkannya. Ia lebih khawatir kalau Presdir Kim langsung mencari-carinya ketika sadar.
Tapi Tan berkata kalau ia tak mengkhawatirkan ibunya, tapi mengkhawatirkan perusahaan dan ayahnya, “Bu Presdir sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Aku tak ingin ia melihat ibu ada di sini. Won, ayah dan aku akan berada di posisi yang sulit,” pinta Tan.
Nyonya Han merasa terluka, tapi ia berkata kalau ia mengerti dan akan segera pergi. Tan merasa tak enak  karena mengucapkan kata-kata yang terus terang itu pada ibunya. Tapi ibunya menenangkan anaknya kalau ia mengerti maksud Tan dan meminta Tan untuk segera meneleponnya jika Presdir Kim sadar. Ia pun segera pergi. Tan hanya menghela nafas memandangi ayahnya.
Nyonya Jung mengumpulkan pemegang saham yang merupakan saudara Presdir Kim. Ia mengatakan kalau ia tak percaya pada kemampuan Won dan Tan dalam menghandle perusahaan yang dibangun oleh suaminya seumur hidupnya. Saudara-saudara Presdir Kim meminta Nyonya Jung blak-blakan tentang niatnya.
Maka Nyonya Jung berkata kalau mereka semua memiliki kesempatan untuk mendapatkan perusahaan ini lagi melalui dirinya. Ia tak memiliki anak untuk menjadi pewaris, sehingga dengan mereka berada di pihaknya, mereka memiliki kesempatan lagi mewarisi Jeguk.
Nyonya Jung meminta mereka untuk berada di pihaknya. Karena saat Won dan Tan mewarisi Jeguk, mereka semua tak memiliki kesempatan itu lagi.
Kartu nama ibunya sudah ada di tangan, tapi ia ragu. Akhirnya ia memutuskan untuk mencuci piring. Namun di sana ia malah mendengar para koki sedang bergosip. Tahu apa yang mereka gosipkan, ia pun melepas sarung tangan dan celemek, meninggalkan dapur dan menuju ruangan ayahnya.
Benar saja. Ia melihat jaksa dan polisi sedang mengumpulkan semua dokumen. Ia berteriak dan mencoba menghentikan mereka, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Presdir Choi berteriak, meminta Young Do untuk meninggalkan ruangannya.
Young Do dibawa keluar, namun ia terus menatap wajah ayahnyan yang tak sepercaya diri seperti biasanya.
Tan menunggui ayahnya dan memandanginya, seakan memohon agar ayahnya bangun. Melihat tangan ayahnya yang terkulai, ia memberanikan diri untuk menggenggamnya.
Nyonya Jung muncul dan langsung bertanya dimana ibu Tan sekarang, “Apa dia tak bisa masuk karena ia bukan keluarga?” sindirnya.
“Anda juga keluarganya, tapi Anda datang terlambat,” jawab Tan. Nyonya Jung menjawab kalau ia harus mengurus beberapa hal karena tak ada harapan bagi Presdir Kim untuk bisa sadar kembali. Berbeda dengan Nyonya Jung, Tan percaya ayahnya nanti akan sadar.
Pada suaminya, Nyonya Jung berkata kalau sekarang Presdir Kim pasti merasa bahagia karena anak-anaknya ada di sisinya. Dan ia juga bahagia karena ia sudah menunggu-nunggu akan datangnya hari ini. “Karena kau sekarang terbaring di sana, maka aku sekarang adalah wali resmi Tan. Itulah gunanya kartu keluarga.”
Tan memperingatkan Nyonya Jung agar tak coba-coba menyentuh saham yang diberikan ayahnya padanya karena ia akan menjadikan Won sebagai walinya. Nyonya Jung mempersilakan Tan melakukan hal itu. Karena sebentar lagi Tan dan ibunya akan pergi tanpa sepeser uang pun. “Selamat datang di dunia yang penuh keserakahan ini, anakku.”
Won muncul dan menyapa Nyonya Jung sekaligus menyindirnya, “Saya pikir Anda tak bisa datang karena sibuk.” Nyonya Jung berkata kalau ia hanya ingin melihat Presdir Kim dan memberitahu tan apa yang harus ia beritahukan. Ia pun pergi meninggalkan mereka.
Won meminta agar Tan tak perlu memikirkan ucapan Nyonya Jung karena Tan masih terlalu muda. Ia menyuruh Tan untuk pulang dan beristirahat. Ia akan berjaga malam ini dan Tan bisa menjaga ayah setelah pulang sekolah.
Tak banyak bicara, Tan mengiyakan perintah kakaknya. Sejenak ia menatap ayahnya dan kemudian berlalu pergi.
Di lift hotel, ia memencet angka 34. Teringat wajah ayahnya yang pucat pasi dan ucapan Nyonya Jung di rumah sakit, “Kadang pelajaran pahit adalah obat yang mujarab. Kita ambil, kita kalah, kiat mengambil alih, kita diambil alih. Selamat datang di dunia yang penuh keserakahan ini, anakku.”
Ia pun mengurungkan niat ke kamarnya. Ia memencet angka 35. Satu lantai menuju atap hotel. Di atas, ia menatap kota Seoul. Ia membutuhkan tempat untuk berpikir.

Merasa tak sendiri, ia menoleh dan melihat Young Do ternyata juga berada di sana. Young Do pun menyadari kehadiran seseorang. Ia menoleh dan mereka pun berpandang-pandangan. Ingin bercerita, tapi mereka tak sedekat sahabat. Mereka pun sama-sama memandang ke atas kota Seoul, tenggelam dalam pikiran masing-masing.




source :
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-19-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-19-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani,blogspot.com
readmore »»