Wednesday, February 19, 2014

My Best Gift

hahahahha masak aku nyanyi buat aku sendiri sih. tapi gak papa deh

생일축하합니다
생일축하합니다
사랑하는우리대아나
생일축하합니다

oh iya tadi waktu aku buka Google, kaget liat gambar Google nya kayak gini


hahahaha gak nyangka diucapin selamat ulang tahun sama Google, hehehe. terima kasih Google yang udah ngucapin. aaaaah di ulang tahun yang sekarang, alhamdulillah banyak banget kado yang aku terima. ehh maksudku bukan kado berbentuk barang, tapi doa.

subhanallah, banyak banget doa yang diucapkan sama kedua orang tuaku, sahabatku, dan temen-temenku. ya Allah, ternyata banyak yang sayang dan peduli sama aku ya. semua doa sih initinya 'lulus, masuk PTN, dan dapet NEM yang bagus' dan insyaAllah doa-doa yang baik akan terkabulkan.

baca semua doa-doa yang dikirim sahabat-sahabatku, aku jadi pengen nangis sendiri. gak tau kenapa, aku ngerasa pengen aja nangis setelah baca doa-doa itu. doanya ya kayak di atas tadi, tapi entah kenapa, rasanya pengen nangis. linda bilang 'bentar lagi kita pisah nih' dan jleb.... astaghfirullah, aku jadi keinget bentar lagi kita udah mau lulus. aaah aku dan novi lagi-lagi membahas tentang 'jati diri'.

aku beranggapan bahwa di umurku yang sekarang ini, aku harus lebih banyak bersyukur atas nikmat yang Allah kasih. kejadian-kejadian yang silih berganti mengisi pikiranku, seakan mengingatkanku untuk terus bertawakal dan berikhtiar kepada Allah.

inget ulang tahunku, inget kejadian yang menyedihkan setahun silam. Dion, temenku di kelas X, meninggal dunia di bulan ini (aku lupa tanggal berapa. entah menjelang ulang tahunku, atau tepat ulang tahunku) karena penyakit kanker. dan tanggal 14 dini hari, jogja mendapat kado abu vulkanik dari gunung kelud. dengan bertambahnya umurku yang sekarang, aku jadi mikir, seakan Allah sedang bicara sama aku 'Fit, lihatlah kejadian-kejadian itu. Aku masih memberikanmu waktu untuk terus beribadah, jadi manfaatkanlah waktumu selagi masih ada'.

ya Allah, kalo dihitung-hitung, selama ini udah berapa tarikan napas yang aku lakukan? pasti banyak sekali, dan itu Allah berikan secara gratis tanpa ada imbalan. sebagai hambba yang beriman harusnya kita lebih banyak bersyukur pada-Nya, kan. namun, terkadang, masalah terkecilpun dapat membutakan hati kita untuk tidak bersyukur.

ya Allah, terima kasih atas berkah, karunia, dan semua yang telah Engkau berikan kepadaku selama ini. sungguh aku merasa kecil dan nista dihadapanmu, ya Allah. namun bimbinglah aku menjadi hamba-Mu yang selalu bersyukur dengan nikmat yang Engkau berikan.

oh iya, di ulang tahunku yang sekarang, aku juga dapet kado dari temen-temenku berupa kebahagiaan. kebahagiaan karena temen-temenku diterima di UII. ada yang daftar di arsitek, teknik sipil, akutansi, ilmu hukum, dll. senengnya bisa liat temen-temenku bahagia. selamat ya guys udah diterima di PTS.

hahaha aku tanya novi, 'diterima dimana?' novi jawab 'diterima di hatinya ibukku'. kita berdua gak daftar di PTS manapun looo, bukannya gimana, tapi belum nemu PTS yang sreg sama hati. aku sama novi selalu dinasehatin 'RIDHO ALLAH JUGA RIDHO ORANG TUA'. hmmmm that's right. wanna try?
readmore »»  

Friday, February 14, 2014

Erupsi Gunung Kelud


Saat aku bangun, bunda langsung bilang sama aku, 'dek, coba naek ke atas, liat ada hujan abu'. karena masih setengah sadar, aku nurutin kata bunda. sesaat aku terpana melihat keadaan luar, namun akhirnya aku sadar dan bertanya gunung apa yang meletus. tidak mungkin gunung merapi kan...

bunda bilang yang meletus gunung kelud. di tv lagi rame membahas gunung kelud meletus. tau gak, dampak erupsi ini mencapai jarak 40 km dari pusat gunung. subhanallah, gunung merapi aja enggak sepanjang itu. terus bunda telpon saudaraku di kediri, tanya gimana kabarnya, dan sepupuku bilang kalo semua keluarga di kediri baik-baik aja. alhamdulillah kalo gitu.

aku gak tau kalo bakal ada gunung yang meletus. bunda bilang kalo tadi malem beliau ngerasa panas banget hawanya. aku sih nganggepnya biasa aja. aku tidur sekitar jam setengah satu pagi. pas tengah malem, tiba-tiba listrik mati. aku gak tau kenapa. dan aku sempet denger kayak ada suara dentuman keras. pas liat di berita pagi ini ternyata gunung kelud erupsi jam 10.50 pm.

karena situasinya kayak gini, aku langsung sms anak-anak fosfor. tanya pada berangkat sekolah apa enggak. sebagian besar sih jawabnya enggak sekolah. trus minta anak cowok buat tanyain ke pak agung, ayahnya ivan, tetep sekolah apa enggak. dan alhamdulillah sekolah diliburkan.

jarum jam menunjukkan pukul 5.55 am, namun sang surya tak menampakkan dirinya. langit dihiasi oleh seberkas cahaya merah berpadukan gelap. belum terlihat tanda-tanda hadirnya matahari. hujan abu masih tebal menyelimuti bumi pertiwi. dan sekarang langit masih kelabu.

kondisi setelah erupsi gunung kelud di samping rumah


bintik-bintik putih tersebut menandakan bahwa masih terjadi hujan abu

ketebalan abu yang ada di jalan


readmore »»  

Sunday, February 09, 2014

Kuliah (?)


Dulu, saat aku ditanya 'besok gede mau jadi apa?' aku dengan mantap jawab 'pengen jadi dokter' namun seiring berjalannya waktu, aku jadi meragukan keinginanku itu. Waktu SD, ayah masukin aku ke bimbel bahasa inggris, alhasil nilai bahasa inggris ku di sekolah meroket, dan semenjak itu aku menyukain bahasa inggris.

Tak hanya sampai di SD, beranjak SMP pun nilai bahasa inggris ku bisa dibilang mumpuni. Amma dulu tanya 'besok mau kuliah dimana?' aku mantap menjawab 'di Oxford dong. kan kita pengen pergi ke Inggris.' namun pemikiran tentang 'mau kuliah apa dan dimana' sedikit terlupakan saat aku menginjak masa SMA.

Saat aku berada di kelas X, aku masih belum terpikirkan ingin mengambil jurusan apa. Aku masih menjalani kegiatan sekolahku dengan lumayan santai. Belum mau terbebani dengan tetek-bengeknya kuliah. Sedikit terpikir, namun tidak terlalu ku tanggapi.

Disaat aku kelas XI, kesibukan yang amat sangat membuatku tidak sempat memikirkan apa yang harus aku pilih untuk memasuki sebuah jenjang baru yang pastinya akan aku lalui juga. Namun, entah mengapa, saat ada yang bertanya 'apa yang mau kamu ambil?' dengan mantap aku menjawab 'Sastra Inggris'. Namun, aku dihadapkan dengan cobaan lain, aku mengambil jurusan IPA, sedangkan Sastra Inggris adalah jurusan Bahasa atau IPS. Dengan begitu, aku sedikit berpikir untuk mengambil jurusan tersebut. 

Saat memasuki kelas XII, kegalauanku semakin memuncak. Alhasil, aku bertanya kesana kemari, jurusan apa yang baik untuk aku pilih. Kakakku menyarankan aku untuk masuk Poltekkes dan sejenak aku dapat melupakan Sastra Inggris. Aku bertanya lagi pada orang-orang, ada yang menyarankan aku masuk Pertanian dan ada juga yang menyarankan aku masuk Bahasa Inggris di UNY.

Jika aku masuk Pertanian UGM, aku mungkin akan di blacklist oleh ayah bunda sebagai anak mereka karena memilih jurusan tersebut. Karena kedua kakakku telah menjadi sarjana pertanian dan sarjana teknologi industri pertanian. Semuanya berbau pertanian, dan bunda tidak menyukai itu. Suatu hari, aku pernah bertanya pada bunda, 'jika aku masuk pertanian, apakah boleh?' bunda langsung menjawab 'kamu jangan ikut-ikutan kedua kakakmu yang sudah mengambil jurusan tersebut'.

Akhirnya aku memantapkan hati untuk kembali memilih jurusan Sastra Inggris ataupun Pendidikan Bahasa Inggris. lalu, suatu ketika, sekolah mengadakan tes IQ, dan tahukah engkau rekomendasi kuliah bagiku adalah 'Pertanian, Bahasa dan Sastra, serta Komputer'. Astagfirullah, aku berhadapan lagi dengan Bahasa dan Satra yang aku inginkan. Dan dengan begitu, aku semakin mantap untuk mengambilnya.

Namun, lagi-lagi aku dihadapkan dengan cobaan yang pelik. Pendidikan Bahasa Inggris di UNY masuk jurusan IPS. Padahal kita yang mengikuti SNMPTN diwajibkan memilih jurusan kuliah yang sama dengan jurusan SMA, yaitu IPA.

Aku berkonsultasi dengan kakakku dan menceritakan semua yang aku rasakan. Dan kakakku merekomendasikan aku memilih jurusan Komputer, namun PG jurusan komputer di UGM lumayan tinggi. Aku tidak masalah memilih jurusan tersebut, namun hatiku sepertinya telah memilih Bahasa dan Sastra untuk ku tekuni saat aku kuliah kelak. Saat kakakku berkata 'masalah hati sudak tertampat di Bahasa Inggris, jika tidak berjodoh mau diapakan lagi' saat itu juga hatiku merasakan pukulan yang luar biasa.

Aku bertanya dalam hati, apakah benar aku tidak berjodoh dengan Bahasa dan Sastra? Sesak luar biasa yang aku rasakan saat kakakku mengatakan seperti itu. Apa yang harus aku pilih? Hatiku telah memilih Bahasa dan Sastra, namun banyak rintangan yang harus aku lalui jika aku memilihnya. Memang belum terlambat memang untuk merubah pikiranku ini, namun entahlah, sepertinya Allah belum memberikan petunjuknya padaku.

Jika aku mengikuti SNMPTN dan aku diterima, namun aku tidak mengambil jurusan tersebut, maka bisa dipastikan aku tidak boleh mengikuti SBMPTN. Namun jika aku tidak diterima melalui jalur SNMPTN, aku akan mengikuti SBMPTN, namun, itu susah. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?

Saat ini aku hanya bisa berusaha sekuat tenaga dan berdoa kepada-Mu ya Allah. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, serasa jalan pikiranku buntu. Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini untuk mengatasi masalah yang pelik.
readmore »»  

Thursday, February 06, 2014

Miracle in Cell No 7


aku tau ini film gegara aku liat EXO Showtime yang episode 4. di EXO Showtime di ceritain siapa member EXO yang paling cengeng. trus pada challenge nonton film yang sedih. dan aku liat film ini. paginya aku tanya sama Linda film apa yang ditonton EXO di episode 4. dan tataratata.... nemu deh judul film nya.

aku penasaran kan sama filmnya gimana. abis di EXO Showtime, semua member pada nangis. bahkan Xiumin yang biasanya gak nangis,, ikutan nangis. berarti tu film bagus banget kan sampe bisa bikin nangis orang. akhirnya kemaren sore aku sama Linda ke jagonet buat hunting film. dan alhamdulillah nemu deh tu film. kita ngerampok banyak banget film disana. wkwkwk berasa gak pengen pulang kalo gitu. aku sampe rumah jam 8 kurang 45. trus mandi, sholat, makan, dan abis itu cus nyalain lappy buat nonton ni film. entah karena aku cengeng atau gimana, dari awal film diputar, mataku udah berkaca-kaca.

Film Miracle in Cell No 7 ini bercerita tentang seorang anak yang memiliki ayah yang idiot. Anak tersebut (Yea Seung) sangat menyukai Sailor Moon, dan sangat ingin memiliki tas Sailor Moon, namun sang ayah belum memiliki cukup uang. Disaat mereka berada didepan suatu toko yang menjual tas tersebut, tas tersebut sudah dibeli oleh seseorang dan ayah Yea Seung masuk ke dalam meminta orang tua anak tersebut untuk tidak membeli tas tersebut.

Suatu ketika saat ayah Yea Seung sedang bekerja, tiba-tiba anak yang mempunyai tas Sailor Moon menghampiri ayah Yea Seung. Dia mengatakan bahwa dia tahu tempat yang menjual tas Sailor Moon yang lain. Akhirnya ayah Yea Seung mengikutinya. Namun kejadian yang tak terduga menimpa anak tersebut. Orang tua anak tersebut menuduh bahwa ayah Yea Seung lah pembunuhnya.

Dan ayah Yea Seung menjadi tahanan dengan kasus pembunuhan dan pemerkosaa pada anak dibawah umur. Yea Seung yang menunggu kepulangan ayahnya pun tak tahu harus mencari ayahnya kemana. Dan saat dia melewati area TKP, dia melihat ayahnya. Yea Seung menjerit memanggil ayahnya, namun ditahan oleh seorang warga. Akhirnya Yea Seung dibawa ke panti asuhan. Di panti asuhan dia mengikuti paduan suara dan mengikuti paduan suara di penjara tempat ayahnya ditahan.

Akhirnya Yea Seung dapat bertemu dengan ayahnya di sel tahanan. Namun, dia tidak bisa kembali ke panti asuhan karena bus panti asuhan yang membawa rombongan anak-anak panti asuhan telah melaju. Yea Seung menginap di sel selama 2 hari. Namun, kepala tahanan mengetahui bahwa di sel no 7 terdapat seorang anak kecil.

Banyak kejadian yang sangat mengharukan yang terjadi selama Yea Seung berada di sel bersama ayahnya. Film tersebut sangat menguras air mata. Jujur, saat melihat film ini, aku jadi terbayang sama ayah yang sekarang lagi di Medan, banting tulang mencari rezeki bagi aku dan bunda disini. Film ini juga dikemas dengan beberapa adegan komedi dari para penghuni sel tahanan.

Namun, kekurangan film ini adalah film ini memiliki alur yang hampir sama dengan Harmony. Pemeran anak kecil di dua film ini juga sama-sama mengikuti paduan suara. Sehingga saat aku liat film ini, pikiranku juga melayang ke film harmony.

Terlepas dari semua itu, aku mengakui kalo film ini sangat sangat sangat patut untuk ditonton. Banyak kisah hidup yang diajarkan dalam film ini. Hal yang sangat aku ingat dalam film ini adalah semua orang tua akan menjaga anaknya tetap hidup walaupun mereka harus mengorbankan nyawa mereka sendiri. Suatu hal yang mungkin tidak akan dilakukan oleh anak untuk rang tuanya. Jadi, bagi kalian yang masih diberikan kesempatan untuk berbakti pada kedua orang tua, cepatlah minta maaf jika kalian memiliki banyak kesalahan, karena kita tidak tahu betapa sulit dan susahnya orang tua mengorbankan semua hal di dunia hanya untuk melihat anaknya senang.

Ayah, bunda, terima kasih telah menjadi orang tua yang baik bagi Fitri. Maaf, Fitri belum bisa jadi anak yang baik, berbakti, nurut, dan membahagiakan kalian. Terima kasih telah membesarkanku sampai aku bisa menjadi seperti sekarang. Terima kasih telah memberikan kasih sayang yang berlimpah, sehingga Fitri tidak merasa kekurangan kasih sayang. Terima kasih telah menjadi orang tuaku di dunia ini.
readmore »»  

The Heirs Episode 20 (Final)



Kim Tan dan Young Do berdiri di atas atap Hotel Zeus, memandang pemandangan malam kota Seoul. Suasana terasa sunyi, baik Kim Tan maupun Young Do diam merenung memikirkan permasalahan masing-masing. 

"Malam ini...dingin", ucap Young Do memecah keheningan. 

"Dingin....dan gelap", tambah Kim Tan

Hanya kata itu yang terucap menggambarkan suasana hati mereka saat ini. Lalu keduanya kembali tenggelam dalam lamunan mereka.

Keesokan harinya, Kim Tan menemui ibu Myung Soo yang berprofesi sebagai pengacara. Ibu Myung Soo heran ketika Kim Tan berniat ingin mengubah hak perwalian. Kim Tan memberitahu saat ini ayahnya sedang di rawat di rumah sakit. 

Ibu Myung Soo mengetahui secara pasti disaat situasi seperti ini, semua hak suara presdir Kim akan di limpahkan pada istri sahnya, Ny. Ji Sook, "Apakah ini pertarungan memperebutkan manajemen". 

"Aku ingin mempertahankan manajemen", jawab Kim Tan. Ibu Myung Soo bertanya pada siapa Kim Tan ingin mengalihkan hak walinya. 

"Kakak ku", jawab Kim Tan. 

Ibu Myung Soo berkomentar ia mengenal semua anggota tim hukum yang bekerja di perusahaan Jeguk (sulit bagi ibu Myung Soo melakukan hal itu, karena ia bukan bagian dari kuasa hukum Jeguk). 

Kim Tan tahu itu, karena itulah ia meminta tolong pada ibu Myung Soo, "Aku tidak bisa percaya pada tim hukum yang sekarang. Aku harus mengganti wali hukumku sebelum rapat para pemegang saham, Ibu Jo. Kumohon, jadilah pengacaraku". 

Ibu Myung Soo menghela napas panjang (tak sanggup menolak). 

Jae Hoo melaporkan saham-saham Jeguk yang saat ini dimiliki para pemegang saham. Presdsir Kim memiliki saham 13,6 %, Ny. Ji Sook 4,7% dan saudara presdir Kim memiliki saham 5,2%. Jika digabung semuanya menjadi 23,5%. 

Sementara saham Kim Tan dan Kim Won berjumlah 23,1%. Jika ditambahkan dengan 5,37% dari saham milik Jeguk Holding, maka mencapai tolal 28,5%. 

"Semuanya akan diputuskan oleh 4% oleh saham dengan nama pinjaman. 19% dimiliki oleh pemegang saham asing. Dan 25% dimiliki oleh pemegang saham dalam negeri", ucap Kim Won.

"Berapa persen dari mereka yang akan mendukungmu?", tanya Jae Hoo. 

Kim Won menghela napas berat. Langkah pertama, ia akan mengumpulkan orang-orang kepercayaan presdir Kim terlebih dahulu. 

Tanpa membuang waktu Kim Won segera melaksanakan rencananya mengumupulkan orang-orang kepercayaan presdir Kim. Ia bersama Kim Tan dan Jae Hoo menunggu di ruang meeting. Sudah lama mereka menunggu tapi tak ada satupun dari mereka yang datang. 

Kim Tan mengetuk-ngetuk jarinya ke meja dengan gelisah, "Kukira yang dipanggil adalah
orang-orang ayah. Tapi, kenapa tak ada yang datang?". 

"Sepertinya mereka memilih keuntungan daripada kesetiaan", jawab Jae Hoo.


Kim Tan terdiam dan Kim Won menunduk lesu. Namun, beberapa detik kemudian, 2 orang anggota dewan direksi datang. Kim Won tampak sedikit lega melihat kemunculan mereka sekaligus mengucapkan terima kasih telah datang. 

"Kami telah bekerja untuk presdir selama 20 tahun, tentu saja kami harus datang", sahut salah satu dari mereka. 

"Sepertinya, yang lain tidak berpikir seperti itu", ucap Kim Won terpukul. 

Diwaktu yang sama, Ny. Ji Sook juga melakukan pergerakan dengan mengumupulkan para pemegang saham. Banyak pemegang saham yang hadir, berbanding terbalik dengan yanng dialami Kim Won barusan. Pertanya Ny. Ji Sook mendapatkan banyak dukungan. Esther salah satu diantaranya.

Ny. Ji Sook mengahanturkan terima kasih untuk semua yang datang, ia berani menjamin mereka tidak akan menyesali ini, "Aku merasa sangat bersyukur karena Lee dari RS Internasional ada di sini". 

"Aku belum memutuskan akan berpihak pada siapa", ujar Esther membuyarkan senyum di wajah Ny. Ji Sook. 

Esther ingin melawan presdir Kim tapi ia belum yakin, apakah pihak yang bisa melawan presdir Kim atau tidak.

Disekolah, Eun Sang terkejut ketika Chan Young mengabarkan tentang presdir Kim yang terserang storek dan sekarang terbaring koma. Eun Sang menyadari itulah sebabnya Kim Tan belum menelponnya sejak kemarin. Eun Sang bertanya di rumah sakit mana presdir Kim dirawat. 

"Tan tidak ada di rumah sakit. Dia sedang dalam perjalanan bisnis dengan Ayahku. Mereka akan pergi dalam waktu 10 hari. Mereka harus mendapatkan  delegasi (dukungan tanda tangan pelimpahan wewangn) dari berbagai pemegang saham asing", jelas Chan Young. 

"Apa ada masalah dengan perusahaan Jeguk", tanya Eun Sang khawatir.

"Sepertinya begitu. Ayah bilang kalau ini perang, bukan perjalanan bisnis.", jawab Chan Young sembari melihat jam di pergelangan tangannya, "Mereka pasti sudah berada di dalam pesawat sekarang". 

Di dalam pesawat, Jae Hoo melihat Kim Tan yang terus berdiam diri sejak tadi dan berwajah murung. Ia bertanya apa Kim Tan gugup. 

"Sedikit", jawab Kim Tan. 

"Kau tahu alasan kenapa kau ikut dengaku, 'kan?", tanya Jae Hoo. 

"Ya. Aku adalah anak muda yang mungkin saja kehilangan ayahnya tiap saja, dan aku juga anak yang paling disayangi ayahku", jawab Kim Tan. 

Jae Hoo membenarkan, "Bisnis adalah sesuatu yang dilakukan untuk menggerakkan hati seseorang agar kontraknya ditandatangani". 

Kim Tan yang baru mengetahui seperti apa itu bisnis, bertanya-tanya bagaimana ayahnya menjalani bisnis (perang) seperti ini selama 20 tahun. Jae Hoo pun tidak mengerti bagaimana presdir Kim melalui semua ini. Ia menutup map dokumen yang ia baca dan melepaskan kacamatanya. Jae Hoo menyuruh Kim Tan tidur, besok jadwal mereka akan sibuk sekali. 

Eun Sang membaca surat yang ditinggalkan Kim Tan di dalam selipan boneka burung hantu (Boneka yang sama dengan milik Bo Na). Eun Sang tersenyum saat membacanya, 

"Maaf aku tidak bisa menghubungimu. Kau menginginkan boneka burung hantu ini, kan? . Aku membelikannya untukmu, jadi maafkan aku. Aku mungkin tidak bisa menghubungimu. Aku sedang ada di luar negeri. Aku akan membunuhmu jika kau berani selingkuh.  Sampai jumpa, aku akan sangat merindukanmu, Cha Eun Sang". 

Young Do makan malam bersama ayahnya. Young Do terlihat tidak semangat, ada beban pikiran yang menganjal dibenaknya. 

"Ayah...mungkinkah", ucap Young Do berniat menanyakan sesuatu. 

"Aku akan segera ditangkap", sela Dong Wook mengetahui apa yang ingin Young Do tanyakan, "Jadi, besok aku akan menyerahkan diri secara sukarela sebelum mereka menangkapku". 

Young Do ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa ayah akan masuk penjara. Dong Wook berhenti makan, dan minta pada putranya untuk mendengarkan baik-baik. 

"Jangan percaya pada siapapun. Hanya percaya pada Wakil Presdir jika itu ada hubungannya dengan hotel. Jika kau mau mengirimi aku pesan atau ada yang menanyakan pendapatmu. Kau harus berbicara melalui pengacaramu. Apa kau mengerti?".

Young Do mengangguk dengan wajah tegang. Tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah ia harus hidup sendirian tanpa ayah, tanpa ibu.

"Jika aku tidak bisa bebas lebih cepat, pergilah ke tempat bibimu. Jangan tinggal di rumah sendirian. Mengerti?. Dan juga jangan meninggalkan tugasmu di dapur (cuci piring) saat aku tidak ada", Dong Wook tersenyum berusaha bercanda. 

Tapi tetap saja wajah Young Do tampak tegang, takut dan mencemaskan nasib ayahnya. Dengan wajah serius Dong Wook berkata bahwa ia akan segera keluar, "Jadi, sekarang makanlah". 


Keesokan harinya, Young Do melihat tayangan berita di televisi. Berita terkini yang melaporkan tentang berita ayahnya. Tim jaksa akan menangkap Presdir Hotel Zeus, Choi Dong Wook atas tuduhan penggelapan dan manipulasi pajak.

Dalam tayangan berita itu, tampak Dong Wook yang berjalan masuk di tempat pemeriksaan dengan di ikuti para wartawan di belakangnya. Young Do yang merasa sedih dan tak sanggup melihatnya, segera mematikan televisi.

Tak lama kemudian, beberapa tim pengacara Dong Wook datang menemui Young Do. Melihat mereka, Young Do pun langsung bertanya bagaimana dengan ayah. Mereka minta Young Do untuk duduk dan tenang. Pengacara Park dan pengacara Lee tidak bisa datang, karena mereka harus ke pengadilan. 

"Apa yang terjadi?", tanya Young Do semakin cemas. 

"Apa kau tahu alasan ayahmu menyewa tujuh pengacara?. Itu artinya sudah menjadi tugas kami untuk mengurus semuanya, jadi kau tidak usah khawatir. Jalanilah kehidupanmu seperti biasanya. Pergilah ke sekolah. Hotel tetap akan beroperasi dan untuk sementara dipimpin oleh wakil presdir. Kau tak perlu mengkhawatirkan hotel". 

"Baiklah", ucap Young pelan. 

Salah satu dari mereka menyampaikan pesan dari ayah Young Do, "Ayahmu bilang aturan itu penting dan jangan berlaku curang".

Young Do terdiam dengan mata berkaca-kaca. Tampaknya Dong Wook telah memetik pelajaran dari perbuatannya. Pelajaran itu memang mahal harganya. 

Disekolahnya yang baru Moon Joon Young (mantan siswa SMA Jeguk yang pindah karena tak tahan terus di bully Young Do) tampak bahagia bersenda gurau dengan teman-temanya. Rasa takut dan trauma tersirat di wajahnya begitu melihat sosok Young Do dari belakang, yang berdiri di halaman sekolahnya. 

Teman-teman Moon Young yang heran dengan ekspresi wajah Joon Young, bertanya ada apa. 

"Choi Young Do", guman Moon Young tertegun.

"Choi Young Do?. Si penganggu itu?. Dia orangnya?. Si pewaris hotel?"

Perlahan Young Do jalan mendekat. Teman-teman Moon Young mengambil jarak merasa takut. Moon Young bertanya kenapa Young Do kemari, apa kau ingin membully-ku lagi. Young Do berkata tujuannya kemari bukan untuk menganggu Moon Young. 

"Aku datang untuk minta maaf. Maafkan aku. Aku ingin memohon maaf. Aku bersungguh-sungguh minta maaf"". 

"Aku terkejut kau tahu bagaimana cara meminta maaf. Tapi jika kau benar-benar bersalah padaku, maka kau harus menyesalinya selama sisa hidupmu", ujar Moon Young. 
"Baik, aku akan melakukannya". 

"Aku tidak akan menerima permintaan maafmu. Jangan datang menemuiku lagi", Moon Young mengajak teman-temannya pergi meninggalkan Young Do. 

Young Do terpekur diam menanggung perasaan bersalah. Setidaknya, Young Do telah menyadari kesalahannya, meski permintaan maafnya di tolak. 

Eun Sang tengah belajar, sejenak ia berhenti sebentar. Mengambil ponselnya membuka aplikasi Kakaotalk. Ia meninggalkan pesan di ruang chat dia dengan Kim Tan (ehem..nama ruang chatnya Tan Love Eun Sang). 

Sementara itu Kim Tan dan Jae Hoo sibuk menemui para pemegang saham untuk mendapatkan tanda tangan mereka unyuk meminta dukungan.

"Seoul dirimu rasanya lebih dingin dari biasanya". 

Eun Sang berhenti mengetik, saat melihat acara di televisi yang menayangkan tentang berita penangkapan ayah Young Do. 

"Barusan aku melihat ayah Young Do di berita. Bagaimana rasanya menanggung beban melihat anggota keluargamu diberitakan?. Dalam dunia yang dimimpikan banyak orang, kau, Young Do, dan anak-anak lain. Seberapa terlukanya kalian.", tulis Eun Sang lagi. 

Seperti biasa, Eun Sang datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Di lantai halaman sekolah, ia melihat pola gambar bekas mayat. 

"Setiap pagi ketika aku yang pertama tiba di sekolah. Aku terkadang bisa melihat siapa  yang menggambar garis mayat". 

Eun Sang menoleh kesekeliling dan melihat Ye Sol yang tengah berlari, "Aku sangat terkejut. Karena pelakunya bukan hanya 1 orang". 

"Pada hari yang sama, itu ulah Senior Hyo Shin. Terkadang ulah Ye Sol. Kadang ulah Myung Soo yang selalu tampak bahagia. 

"Terkadang juga ulah Rachel". 

"Dan hari ini ulah Young Do. Saat aku mengetahui mereka yang menjadi pelakunya. Aku tidak bisa iri atau membenci mereka lagi

Eun Sang merenung duduk di bangku halaman. Ia kembali mengirim pesan untuk Kim Tan, 

"Tan-ah, dipagi hari seperti ini. Apa kau sendiri juga pernah menggambar garis bekas mayat itu?". 

Young Do memutuskan pergi ke cafe yang alamatnya tertera di kartu nama yang ia terima beberapa hari lalu. Dari jendela luar, Young Do bisa melihat wajah ibunya. Ny. Yoo melayani pelanggan dengan wajah tersenyum, tampak tenang dan bahagia. 

Young Do terpaku dengan mata berkaca-kaca. 3 tahun lamanya, ia tak pernah melihat wajah ibu yang begitu ia rindukan. 

Ketika ibunya menoleh, Young Do bersembunyi di balik tembok. Tidak memiliki keberanian untuk menemui ibunya, ataupun sekedar bertatap muka. Dalam diamnya, Young Do menangis. 

Suara Eun Sang : Meskipun itu terlalu berat, kejam, atau menyedihkan, aku berharap kau punya pilihan lain selain terluka. Kuharap kau tidak hancur karena beban itu. Aku merindukanmu, Kim Tan.

Dalam perjalanan pulang ke Korea, Kim Tan bertemu dengan pemegang saham dari Cina, Tn. Chen. Sebisa mungkin Kim Tan berusaha membujuk Tn. Chen. Tapi, pemegang saham cina ini menolaknya secara langsung.

Saat Jae Hoo berusaha membujuk, Tn. Chen semakin bersikap acuh tak acuh. Mengenakan penutup mata dan tidur. Jae Hoo menghembuskan napas kecewa. Kim Tan sakit kepala menerima penolakan. 

Setibanya di Korea Kim Tan langsung menuju rumah sakit Daehan, mengunjungi ayahnya. Kim Won berkata keadaan ayah jauh lebih baik dari sebelumnya. Pembengkakan pada otaknya sudah mulai mengecil.

Kim Won menanyakan hasil dari perjalanan mereka. Jae Hoo berkata beberapa dari pemegang saham ada yang belum memutuskan, beberapa lainya menolak untuk bergabung, "Tapi banyak juga yang bersedia menandatangani delegasi. Kontribusi Tan sangat berarti". 

"Kerja yang bagus", ucap Kim Won memuji usaha adiknya. 

Kim Tan bertanya bagaimana perkembangan kondisi di Korea. Seperti yang di perkirakan Kim Won sebelumnya, mosi untuk pemecatan ayah sudah diajukan ke dewan direksi, "Jika disetujui, maka pemilik Jeguk Grup akan berganti. Dan tuntutan hukum tak berujung akan dimulai". 

"Apapun hasilnya, aku sudah siap", kata Kim Tan

Kim Won mengajak Kim Tan kembali pulang kerumah, "Kita harus melindungi rumah selama ayah tidak ada. Ayo kita sama-sama pulang kerumah". 

Kim bersaudara kembali pulang kerumah mereka. Kim Won melirik Kim Tan yang terlihat sedih, tapi ada yang harus ia katakan, "Aku ingin kau menemui Young Do. Kalian masih berteman, 'kan?. Presdir Choi sedang dalam investigasi. Dia tidak akan bisa hadir dalam rapat pemegang saham. Mungkin, Young Do bisa memberikan hak suara ayahnya". 

Kim Tan bersedia menemui Young Do. Tapi sebaliknya, Kim Tan ingin kakaknya berjanji satu hal. Kim Won bertanya apa itu?. 

"Meskipun ayah Young Do dihukum, jangan putus kontrak kerja sama dengan Hotel Zeus", pinta Kim Tan. 

Kim Won berjanji, selama ia yang menjadi presdir akan tetap menjalin kerja sama dengan Hotel Zeus. 




Sebelum menemui Young Do, Kim Tan menemui seseorang yang sangat penting baginya. Siapa lagi kalau bukan Eun Sang. Eun Sang yang saat itu sedang mengangkat gelas kotor tertegun melihat Kim Tan berdiri di depannya. 

"Kau sudah bekerja keras, Cha Eun Sang", ucap Kim Tan lalu merentang kedua tangannya. 


Eun Sang tersenyum, berlari ke dalam pelukan Kim Tan. 

Sepasang kekasih yang saling merindukan ini, berlelukan erat tersenyum dalam damai melepaskan kerinduan mereka.  

Di dalam cafe, Eun Sang dengan antusias mengajukan banyak pertanyaan, "Ayahmu masih belum sadar?. Apakah pertemuan pemegang saham akan diadakan?. Apakah perjalanan bisnismu berhasil?". 

Semua pertanyaan Eun Sang itu, Kim Tan jawab dengan dehemen pelan tanpa memandang Eun Sang. Wajah Kim Tan juga terlihat muram. 

"Aku tidak selingkuh", ucap Eun Sang kemudian. 

Kim Tan akhirnya tertawa, "Kau baik padaku karena aku terlihat menyedihkan, Cha Eun Sang. Menyinggung soal itu bisa kau pegang tanganku?". 

Kim Tan mengulurkan tangan. Eun Sang menaruh tangannya dalam genggaman Kim Tan, menggenggamnya erat. Kim Tan berkomentar mana ada orang sekuat tenaga memegang tangan, "Jangan pakai kekuatanmu. Peganglah dengan segenap hatimu". 

"Aku punya hati yang kuat. Kenapa?. Tetaplah begini". 

Kim Tan kembali tersenyum, "Kau pasti sangat khawatir, 'kan? Maaf kah aku". 

Eun Sang menggeleng. Kim Tan berkata akan bekerja keras mengatasi semua masalah ini dengan baik, "Aku merindukanmu". 

Eun Sang tersipu, "Tetaplah kuat, Kim Tan", ujar Eun Sang memberikan semangat. 

Setelah melepas rindu dengan Eun Sang, barulah Kim Tan menemui Young Do. Ia meminta maaf karena datang kesini dengan membawa masalah pribadi, disaat Young Do juga berada dalam masalah. Ini tentang pertemuan pemegang saham. 

Young Do terdiam bingung, lalu mengerti arah pembicaraan Kim Tan, "Mosi Ayahmu sudah diajukan pada dewan oleh ketua yayasan (Ny. Ji Sook)?". 

Kim Tan membenarkan. Young Do berkata, "Punya atau tidak punya ibu sama-sama bawa masalah".

"Bantu aku. Meski kita tidak bisa berteman, tapi suatu saat nanti aku akan melunasi hutangku padamu".

Young Do berkata Kim Tan bisa melunasi hutangnya sekarang. Amggap saja bantuan Young Do ini sebagai kompensasi atas semua hal tak pantas yang pernah ia katakan mengenai ibu Kim Tan.

Kim Tan setuju dan memberitahu Young Do tak perlu datang menghadiri rapat pemegang saham. Kirim saja melalui pengacaramu. Young Do mengangguk pelan, "Baiklah. Apakah ayahmu baik-baik saja?". 

"Khawatirkan saja dirimu", sahut Kim Tan

"Aku mencoba perhatian, brengsek". 

Kim Tan tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Wajah Young Do berubah, tidak terbiasa mendengar ucapan terima kasih. Sembari berdiri, ia menyuruh Kim Tan pergi, "Aku harus mencuci piring". 

"Mencuci piring?", tanya Kim Tan 

Young Do terdiam sejenak, menarik napas lalu berkata, "Yang bisa kulakukan sekarang adalah....mencuci piring", ujar Young Do muram. 

Jari Young Do terluka terkena sisi pisau yang tajam saat mencuci peralatan makan. Ia hanya membersikah darah yang keluar dengan siraman air, lalu kembali mencuci sisa tumpukan piring kotor. 

Esther terkejut menerima kunjungan Jae Hoo. Ia bertanya angin apa yang membawa Jae Hoo ketempatnya. Jae Hoo datang selaku wakil presdir dari Konstruksi Jeguk. Esther yang terlihat kecewa mempersilahkan Jae Hoo duduk. 

Jae Hoo tetap berdiri dan langsung ke pokok permasalahan, "Aku ke sini untuk minta bantuanmu. Dan aku harus mendengarnya langsung darimu. Aku akan bersikap sesopan dan semenyedihkan mungkin". 

"Apa kau ke sini untuk pertemuan pemegang saham?", tebak Esther. 

Dengan nada bercanda Jae Hoo berkata semua terjadi tepat setelah  menjabat sebagai wakil predir, "Mungkin aku adalah kesialan bagi Jeguk Grup". Esther bertanya apa Jae Hoo ingin meminta simpatinya. 

"Aku akan melakukan apapun asal berhasil". 

Esther mengulum senyum, "Kau datang kesini untuk merayuku atau bisinis?". Jae Hoo tersenyum, ia senang jika bisa merayu Esther. 

Senyum di wajah Esther memudar berganti wajah murung. Ia minta berkasnya dan bersedia tanda tangan. Dengan beralasan sibuk, Esther tidak bisa menghadiri rapat itu. Jae Hoo menyodorkan berkas yang dibawanya.

"Terima kasih", ucap Jae Hoo. 

"Semoga kau sehat selalu", harap Esther menunduk sedih. 

"Kau juga", jawab Jae Hoo. 

Kim Won bertemu dengan Da Kyung. Da Kyung sadar saham yang dimiliki ayahnya sangat penting, hingga Kim Won datang menemuinya untuk meminta bantuan. Kim Won membenarkan.

"Kau tahu ucapanmu itu sepertinya terdengar kalau kau setuju untuk menikah denganku?", tanya Da Kyung. 

"Ya. Apakah kau akan datang ke pertemuan itu?". 

"Apa kau tidak apa-apa menikahi aku?', 

Kim Won terdiam, tak menjawab. 

Hari pertemuan pemegang saham tiba. Ny. Ji Sook dan pendukungnya duduk di barisan kursi sebelah kiri. Sementara di barisan sebelahan, pendukung Kim Tan dan Kim Won hanya sedikit. Kakak dan adik itu terlihat tegang. Beda halnya dengan Ny. Ji Sook yang sempat menoleh ke mereka dengan tatapan percara diri. 

Selang beberapa menit kemudian, pendukung Kim bersaudara mulai bermunculan. Pengacara yang mewakili Young Do datang, berikutnya ada pula Da Kyung. Kedatangan 2 orang ini, setidaknya bisa sedikit membuat Kim Won merasa lega. 


Pembawa acara mulai naik ke atas panggung dan memulai voting. Satu persatu hadirian yang datang, memasukan voting mereka ke dalam kotak suara. Setelah voting di kumpulkan, maka hasilnya pun langsung diumumkan. Petisi untuk memecat Ketua Kim Nam Yoon dari Jeguk Holding, 52 % suara menolak, 44 % suara menyetujui dan  4 % suara abstain. Maka, dengan ini petisi pemecatan Ketua Kim Nam Yoon, di tolak. 

Kim Won dan para pendukungnya keluar dari ruangan dengan perasaan puas. Ny. Ji Sook yang harus mengalami kekalahan tentu saja sangat kesal. Kim Tan dan Jae hoo berdiri di belakang Kim Won. Jae Hoo beranjak pergi ketika menerima telepon.

"Jangan rayakan kemenanganmu dulu. Kau mungkin mengalahkanku hari ini. Tapi perang ini baru saja dimulai", ucap Ny. Ji Sook tajam.

"Terima kasih telah memberikanku kesempatan untuk melihat siapa teman dan musuhku", sindir Kim Won balik. 

"Jangan menyombong. Kita akan segera bertemu lagi. Entah itu tahun depan atau bulan depan. Atau mungkin 2 minggu lagi. Siapa yang tahu?", Ny. Ji Sook berjalan pergi dengan angkuh. 

Jae Hoo kembali dan mengabarkan bahwa presdir Kim sudah sadar. Tim dokter segera menjadwalkan operasinya. Kim Won menghela napas lega. Ny. Ji Sook yang berada tidak jauh dari mereka, terkejut mendengarnya. Karena ia mengira (atau mungkin berharap) presdir Kim tidak akan pernah sadar dari komanya. 

Ny. Han, Kim Won dan Kim Tan menunggu diluar ruang operasi dengan gelisah. Kim Tan menggenggam tangan ibunya yang tampak sangat cemas. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. 

Dokter berkata masih ada pembangkakan di otak yang membuatnya khawatir, tapi operasinya berjalan dengan sukses. Tinggal menunggu presdir Kim sadar.

Ny. Han menangis lega. Kim Tan memeluk ibunya, menenangkan sekaligus minta ibunya untuk berhenti menangis, "Kenapa ibu mencintai pria yang sudah menyia-nyiakan ibu?". 

Kim Won menatap Ny. Han dengan pandangan lembut. Kejadian ini membuat Kim Won menyadari bahwa Ny. Han benar-benar peduli dan mencintai ayahnya. 

Young Do pergi ke cafe tempat ibunya lagi, dan kali ini ia memberanikan diri masuk ke dalam cafe. 

"Young Do-ah", panggil Ny. Yoo dengan mata berkaca-kaca

Young Do membeku di tempatnya, menunduk tanpa berani menatap wajah ibunya, "Anyoenghaseyo", ucap Young Do lirih. 

"Apakah kau baik-baik saja?", tanya Ny. Yoo menahan tangis. 

"Tidak", jawab Young Do dalam hati. Setetes air mata mengalir di wajahnya. 

Ny. Yoo menangis. Perlahan mendekati Young Do, menghapus air mata yang membasahi wajah putranya. Ia mengamati Young Do yang kini telah tumbuh dewasa

"Kau bertambah tinggi sekarang. Putraku tampan sekali". 

"Ibu", ucap Young Do tercekat, menatap wajah ibunya.

Ny. Yoo mengangguk, "Hmm". 

"Ibu".
Ny. Yoo memeluk anaknya, dengan terisak ia meminta maaf, "Maafkan Ibu. Karena tidak menunggumu lebih lama. Sebenarnya ibu ingin kembali menemuimu setelah itu. Maafkan ibu karena tidak bisa". 

Young Do tak kuasa berkata-kata. Menangis dan memeluk ibunya dengan erat. Pertemuan ibu dan anak yang mengharukan. 

Hyo Shin meletakan setumpuk buku dan tabnya di pangkuan Eun Sang. Ia berkata buku itu merupakan kumpulan soal terbaik yang sering ia pelajari, "Aku sudah memeriksa dan menandai pertanyaan-pertanyaan yang mungkin keluar dalam ujian. Buku-buku ini adalah hartaku". 
Eun Sang tersenyum senang, "Ah, beruntungnya aku. Terima kasih sunbae". 

"Tidak, aku yang berterima kasih. Terima kasih untuk menjadi bagian yang baik di masa SMA ku yang dingin, Cha Eun Sang". 

"Apa itu? perkataan sunbae terdengar seperti orang yang mau pergi", ucap Eun Sang heran. 

"Belajarlah yang tekun.  Aku harap kau dan Tan menjadi seperti apa yang ada di film romantis yang membosankan.". 

"Apakah sunbae benar-benar mau pergi ke suatu tempat?", tanya Eun Sang lagi. 

Hyo Shin tak menjawab, hanya tersenyum lebar. 

Esther meeting bersama para designer dan staf, untuk membahas peluncuran koleksi terbaru. Tak lama Rachel datang yang disambut senyum Esther. Setelah meeting selesai, Esther minta pendapat Rachel terkait desain terbaru yang akan diluncurkan musim depan. 

Rachel berkata, ia menyukai semua rancangan itu. Tapi Rachel heran kenapa ibunya minta pendapat dari seorang remaja. Esher memuji Rachel memiliki bakat, ia minta putrinya itu untuk melihat konsep keseluruhannya. 

"Pakaian ini semua terlihat nyaman dan hangat. Aku tidak suka kedinginan", ujar Rachel. 

Esther mendadak mengajak Rachel berlibur ke tempat yang hangat, bagaimana kalau ke Maldives. Rachel tidak mau, "Ibu dan aku pergi berbulan madu?. Tidak, terima kasih". 

"Lebih tepatnya liburan dua wanita lajang yang sudah membatalkan pertunangan mereka", kata Esther. 

Rachel bertanya kenapa ibunya memanggilnya kesini, dan tiba-tiba mengajaknya berlibur. Eshter mengetahui akhir-akhir ini Rachel sering meminum obat tidur Esther. Rachel berdalih memimum obat tidur itu pada saat ia mengalami sulit tidur, bukan untuk hal lain. Jadi ibunya jangan khawatir. 

Tapi Esther mengetahui dengan pasti apa yang dialami putrinya. Ia berencana akan menelpon Dr. Han. Esther menyuruh Rachel untuk menemui dokter Han, dan mengambil resep yang diberikan dokter itu. Rachel mengangguk setuju.


Rachel pergi kerumah sakit seperti yang diminta ibunya. Perawat jaga meminta Rache Rachel untuk menunggu sebentar. Saat hendak duduk, Rachel terkejut melihat dengan Hyo Shin yang baru keluar dari ruang psikiater. 

"Kau juga datang ke tempat ini?", tanya Hyo Shin. 

Rachel menjawab ini pertama kalinya ia datang ketempat ini. Hyo Shin mengambil tempat duduk di samping Rachel membuat gadis itu sedikit kikuk. Dengan santai Hyo Shin memberitahu bahwa ia sering datang berobat kesini. 

"Kenapa kau berobat di sini?", tanya Rachel

"Agar aku bisa hidup. Kau... apa alasanmu berobat kemari?". 

"Aku tidak bisa tidur", jawab Rachel.
Hyo Shin mengangguk mengerti, ia berada dalam masalah sekarang. Rachel tanya apa itu. Hyo Shin mengatakan ia terus berbagi rahasia dengan Rachel, "Kita bukanlah tipe orang yang ada di drama anak SMA".  

Rachel tersenyum, "Belajarlah, kau sudah pernah gagal".

"Aku akan mengikuti wajib militer", ujar Hyo Shin 

Rachel terkejut, "Apa?". 

Hyo Shin bilang perkataanya yang tadi termaksud rahasia. Anak-anak yang belum belum mengetahuinya. Rachel tertegun dan bertanya, "Apakah ada seorang gadis yang akan menunggumu?". 

Hyo Shin mengerutkan kening sembari tersenyum geli, "Entahlah....", ucap Hyo Shin menerawang, memikirkan siapa gadis yang akan menunggunya. Wajah Rachel tampak muram mendengar Hyo Shin akan pergi. 

Kim Tan berlari ke stasiun kereta. Disana ia melihat Hyo Shin yang duduk merenung menunggun kereta datang

"Hei!. Lee Hyo Shin", panggil Kim Tan sembari jalan mendekat. 

Hyo Shin tertawa terkejut melihat kedatangan Kim Tan, "Bagaimana kau bisa tahu?. Aku tidak menyang kau akan mengetahuinya lebih cepat dari ibuku". 

(Kemungkinan besar, Rachel yang memberitahu Kim Tan. Karena dia satu-satunya orang yang mengetahui Hyo Shin akan pergi wajib militer). 

"Kenapa tiba-tiba kau melakukan ini??", Kim Tan menuntut penjelasan, "Kenapa kau masuk wajib militer. Kau bahkan belum lulus?". 

Hyo Shin menoleh ke kanan dan kekiri, takut ada yang mendengar. Lalu menenangkan Kim Tan, "Jangan membesar-besarkannya. Kita semua juga pasti akan mengikutinya suatu saat nanti". 

Tetap saja Kim Tan menilai ini adalah cara yang salah, "Apakah orangtuamu setuju?". 

"Kurasa aku takkan pernah bisa dapat persetujuan selama 19 tahun hidupku. Aku melakukannya diam-diam. Untuk memberi mereka waktu untuk berpikir. Saat ini mereka mungkin sudah menemukan surat ku". 

"Kau sudah gila!. Benar-benar!", ucap Kim Tan tidak percaya. 

"Ini adalah satu-satunya cara yang cukup kuat untuk menghentikan ibuku". 

"Hei! Kau gila ya!". 

Hyo Shin menanggapinya dengan senyuman, "Aku tidak bisa menyangkalnya". Melihat tekad Hyo Shin yang kuat, Kim Tan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi selain mendukungnya, "Jangan sampai terluka". 

Hyo Shin mengangguk. Kim Tan memeluk Hyo Shin dan menepuk punggungnya. Hyo Shin jadi terharu. Membalas rangkulan Kim Tan. 

"Aku akan baik-baik saja", ucap Hyo Shin menenangkan sembari menepuk punggung Kim Tan.


Eun Sang melihat ibunya sedang memilih-milih kacang kedelai, ia bertanya apa ibunya ingin membuat bubuk kacang lagi. Hee Nam mengangguk. Eun Sang ikut memilih dan berkata bukankah ini terlalu banyak untuk mereka berdua.

Dengan bahasa isyarat Hee Nam berkata akan mengirimkan sebagian untuk kakaknya Eun Sook (kakak Eun Sang). Mendengarnya membuat Eun Sang kesal, "Apa onnie menelpon ibu?". Hee Nam berkata kakak Eun Sang mengirimkan sms dengan memberi kabar bahwa dia sudah mendapatkan pekerjaan dan membeli ponsel baru. 

"Itu saja?", tanya Eun Sang marah, "Apakah dia tidak membicarakan soal uang yang dia bawa lari?. Berapa nomor ponselnya?. Berikan padaku".

"Kenapa?. Apa yang akan kau katakan?", tanya Hee Nam khawatir.

"Menurut ibu apa?. Aku akan bilang, bahwa ibu dan aku baik-baik saja. Dan aku merindukan onnie. Aku juga akan bilang kita baik-baik saja di sini, dan dia hanya perlu mengkhwatirkan dirinya sendiri", Eun Sang tersenyum. 

"Putriku, apa kau benar-benar bahagia?. Kau sudah melalui banyak kesulitan karena memiliki ibu sepertiku". 

Eun Sang berkata ia bahagia terlahir menjadi anak dari ibunya, "Aku akan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk ibu, jika aku dewasa nanti. Aku mencintai ibu". 


Hee Nam tersenyum sembari membuka tangannya. Eun Sang menghambur ke pelukan ibunya. Mereka berpelukan dengan senyum bahagia. 

Eun Sang melepas pelukannya ketika ponselnya berdering. Dengan tersipu Eun Sang berkata, "Dari pacarku". 


Hee Nam pura-pura ingin memukul. Eun Sang menghindar, dengan tersenyum ia menjawab telponnya. Ternyata Kim Tan menelpon untuk mengajak Eun Sang pergi kerumah sakit menjenguk presdir Kim yang sudah sadar pasca operasi. 

Tapi rupanya Ny. Ji Sook yang lebih dulu menjenguk presdir Kim. Entah, Ny. Ji Sook memang datang secara suka rela atau karena di panggil presdir Kim. Mereka bicara tanpa memandang wajah satu sama lain. Presdir Kim berkata sudah mendengar kekacauan yang ditimbulkan istrinya itu selama ia terbaring koma. 

"Aku tidak mendapatkan apapun", ucap Ny. Ji Sook

"Karena itu, kenapa kau tak bisa bersabar?. Selama bertahun-tahun kau sudah menanti dan bertahan dengan anggun. Kenapa harus menghilangkan kesempatan untuk mendapat kompensasi?",

"Aku menginginkan yang lebih. Aku sudah lama merencanakan ini". 

(Ny. Ji Sook tidak hanya mengharapkan kompensasi, tapi ia juga berharap bisa mengambil alih perusahaan). 

Presdir Kim berkata ia juga mempunyai rencana seperti itu (rencana yang ingin ia lakukan sejak dulu). Itu sebabnya ia ingin bertemu dengan Ny. Ji Sook. 

"Jung Ji Sook. Kita bercerai saja". 

Kali ini Ny. Ji Sook setuju, "Baiklah. Aku sudah mempersiapkan diri untuk ini. Aku mungkin tidak mendapatkan Grup Jeguk secara keseluruhan. Tapi aku bisa mendapatkan setengahnya. Itulah gunanya dari pernikahan resmi". 

Usai mengatakan itu Ny. Ji Sook langsung berbalik pergi. Presdir Kim memerintahkan pengacara yang kebetulan ada dalam ruangan untuk segera mengurus perceraian dengan Ny. Ji Sook. Pengacara mengiyakan lalu pergi keluar. 


Kemudian Kim Tan masuk bersama Eun Sang, "Ayah, Eun Sang datang", ucap Kim Tan. 

"Lega rasanya melihat anda sudah sadar. Mungkin buku-buku ini baik untuk anda baca", Eun Sang menaruh 2 buku yang ia bawa diatas kasur.

Presdir Kim memalingkan wajah, "Tidak perlu bersikap manis didepanku". 

"Tapi, tetap saja aku ingin melakukannya", jawab Eun Sang. 

Eun Sang telah mengumpulkan banyak keberanian untuk datang kemari. Tolong, bersikap baiklah padanya", bujuk Kim Tan. 

Eun Sang berjanji akan membayar hutanganya sedikit demi sedikit, "Anda harus tetap sehat agar aku bisa melunasi semuanya". 

Presdir Kim tersenyum tipis, "Aku harus hidup lebih lama agar bisa terima semua pembayarannya". 

Kim Tan bertanya pada Eun Sang hutang apa. Eun Sang mohon pamit. Presdir Kim berkata Eun Sang tak perlu datang lagi. Ia melirik buku yang dibawa Eun Sang dan berkata, "Aku akan membaca bukunya". 

Eun Sang tersenyum dan mengangguk. Kim Tan tersenyum senang sembari mendekatkan keduabuku itu ke sisi ayahnya. 

Sesuai dengan rencana mereka, Kim Tan menemani Ny. Han berjalan-jalan di Gangnam. Ny. Han menggandeng lengan anaknya. Kim Tan bertanya bagaimana perasaaan ibu. Ny. Han mengaku merasa baik, benar-benar baik. 

"Apa Ibu ingin pergi ke suatu tempat yang special?". 

"Lain kali saja. Kakiku mati rasa. Ini sudah terlalu lama. Kebebasan itu memang tidak murah".

"Itulah, kenapa ibu memakai high heels seperti itu?. Lain kali gunakan sepatu  yang nyaman". 

"Ibu tak bisa melakukannya, Anakku. Impian Ibu dulu menjadi Miss Korea. Ibu tidak bisa meninggalkan high heels", Ny. Han tersenyum. 

(Kim Sung Ryung pemeran Ny. Han adalah mantan Miss Korea tahun 1988, diusianya yang ke-21. Hm...setahun setelah Lee Min Ho lahir...hehehe). 

Kim Tan tersenyum geli. Ibu dan anak ini kembali melangkahkan kaki dengan senyum di wajah mereka. 

Chan Young dan Jae Hoo pergi memancing. Jae Hoo berkata udara segar sangat baik. Chan Young mengeluh ayahnya terlalu sibuk bekerja. Jae Hoo menimpali dengan itulah ia bisa menghidupi Chan Young. 

Mereka juga mendirikan tenda. Disaat menunggu umpan di sambar ikan, Chan Young mengambil selca dan minta ayahnya senyum. Tapi Jae Hoo malah memasang wajah mengekerut. 

"Untuk Bo Na?", tebak Jae Hoo. 

"Dia tidak bisa bernapas jika dia tidak melihatku sejam saja". 

"Bisa kulihat, begitu kau kuliah, Bo Na akan mendominasi hubungan kalian".


Chan Young berkata justru itu yang ia nantikan. Ia bertanya apa Jae Hoo tidak ingin menikah lagi atau memiliki wanita yang di sukai. Jae Hoo berkata sibuk bekerja hingga tidak memiliki waktu untuk berkencan, "Apakah kau tidak ingin menggantikan ayah bekerja?". 

Chan Young ngomel kenapa ayahnya ingin sekali menjadi pengangguran. Bahkan waktu itu Jae Hoo tidak sedih sama sekali saat di pecat. Jae Hoo mengatakan nanti Chan Young akan mengerti saat dewasa. Hidup di dunia kerja kerja itu tidaklah mudah. Kadang-kadang lebih menyakitkan dan lebih melelahkan dari pada pacaran. Chan Young merenung. 


"Apa kau sedang membicarakan aku?", terdengar suara di belakang mereka. 

Chan Young dan Jae Hoo serentak menoleh dan melihat Kim Won datang bersama Kim Tan. Bersaudara Kim ini tampak akur sekarang. :)


Berikutnya Chan Young mengajari Kim Tan memancing. Chan Young berceloteh memancing itu adalah masalah waktu, "Apa kau tahu Jiang Zi Ya dari Zhou?". 

Kim Tan nyengir, "Diam, brengsek", ucapanya sembari menyikut Chan Young. 


Sementara 2 orang dewasa Jae Ho dan Kim Won minum kopi dibawah pohon. Jae Hoo tak menyangka Kim Won akan datang jauh-jauh kesini untuk mentraktinya kopi. Kim Won ia bisa aja sedikit terobsesi pada sesuatu. 

"Kau sering memancing?", tanya Kim Won. 

"Ini adalah tradisi mempererat hubungan ayah dan anak. Chan Young sudah selesai ujian akhir dan aku membutuhkan udara segar". 

Kim Won ingat sesuatu, ia menoleh ke belakang dan bertanya bagaimana dengan hasil ujian akhir Kim Tan. 

"Kakak akan terkejut. Tanyakan saja pada Chan Young", ucap Kim Tan percaya diri. 

"Kim Tan rangking 50", ujar Chan Young memberitahu

"Peringkat 50?", tanya Jae Hoo dan Kim Tan bersamaan. 

Kim Tan mengiyakan dengan anggukan sembari tersenyum bangga. 

Kim Won pun turut tersenyum bangga , "Dia melakukannya dengan sangat baik". 

Jae Hoo memasang wajah syok, "Baik apanya?. Aku malah tidak tahu kalau ada rangking 50 di SMA Jeguk". 

"Bagaimana dengan Chan Young?', tanya Kim Won penasaran.

Jae Hoo berkata Chan Young selalu rangking pertama. Tidak ada drama dalam nilainya. Aku bahkan tidak mengeceknya lagi". 

Kim Won memandang Kim Tan kesal. Chan Young manggut-manggut mendengar perkataan ayahnya. Kim Tan berdiri dan protes lagi-lagi Chan Young mengacaukannya, "Ikut aku". Saking malunya, Kim Tan buru-buru ngibrit kabur. Hahaha..larinya lucu. Kim Won dan Jae Hoo tersenyum geli. 

"Akan menyenangkan jika setiap hari bisa seperti ini. Tan masih belum tahu, kan?", tanya Jae Hoo. 

"Apa gunanya dia mengetahui hal itu". 

Jae Hoo berkata beritanya akan diterbitkan besok. Kim Won tahu, "terbitkan saja". Sejenak wajah Kim Won tampak murang. Ia mengalihkan pembicaraan dengan berkata suasana disini menyenangkan. Lain kali ia harus datang kemari lagi. 
 
Di hatle bis, Hyun Joo terpukul membaca berita pernikahan Kim Won dengan cucu pemilik BS Telecom, Yang Da Kyung. Hyun Joo menangis sedih setelah membaca berita itu. Tiba waktunya bagi Hyun Joo untuk melepas Kim Won.

Malam itu juga, Hyun Joo dan Kim Won bertemu di cafe. Untuk beberapa saat keduanya saling diam. Hyun Joo berusaha tersenyum menyembunyikan kesedihan. Ia minta sekarang Kim Won harus menepati janjinya. 

"Janji apa?", tanya Kim Won muram. 

Hyun Joo mengeluarkan wishbone, "Oppa berjanji akan menarik sisi yang lain jika aku punya keinginan. Sekarang aku mempunyai keinginan".

Sepertinya Kim Won mengetahui apa keinginan Hyun Joo. Ia menunduk sedih, tanpa berani menatap Hyun Joo. Karena Kim Won tak juga mau memegang sisi satunya. Hyun Joo akhirnya berkata kalau menunggu itu membosankan. 

"Kau mau aku yang melakukannya?", 

Hyun Joo menunjuk sisi sebelah kiri adalah milik Kim Won dan sisi sebelah kanan miliknya.

"Jangan lakukan itu", pinta Kim Won.

Tetap saja Hyun Joo mematahkan wishbone itu. Bagian Hyun Joo lebih panjang dibandingkan bagian Kim Won.

"Bagianku lebih panjang. Itu artinya keinginanku akan menjadi kenyataan".

Hyun Joo menutup mata, seperti membuat permohonan. Sekaligus menguatkan hatinya. Saat membuka mata, air mata mulai mengenang di pelupuk matanya. Sebisa mungkin Hyun Joo berusaha menahan tangis.

"Aku ingin putus. Itulah keinginanku. Kita selalu bertatap muka sedekat ini. Tapi kita selalu terpisah jauh satu sama lain. Kau tidak perlu minta maaf, karena dari dulu aku sudah tahu".

"Maafkan aku...maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf", ucap Kim Won bergetar. Hanya kata-kata itu yang bisa ia ucapkan.

"Seperti yang pernah ku katakan, aku akan bersorak untuk oppa di tengah keramaian", Hyun Joo menahan tangis. Mencoba tersenyum saat melambaikan tangan dan berkata, "Selamat tinggal, oppa".

Kim Won juga merasakan kesedihan yang sama. Ia termenung sedih sendirian saat setelah Hyun Joo pergi. Memandangi patahan wishbone yang ditinggalkan Hyun Joo diatas  meja.

Setibanya di rumah kepulangan Kim Won langsung disambut Kim Tan yang memang sudah menunggunya sejak tadi. Kim Tan menuntut penjelasan dari berita yang ia dengar, "Apa yang terjadi?. Hyung akan menikah?. Kenapa mendadak sekali?".

"Kita tidak bisa mempertahankan perusahaan dengan usaha sendiri. Itu sebabnya aku memerlukan pernikahan ini. Itulah beban dari mahkota yang harus aku tanggung".

"Tapi tetap saja...", Kim Tan masih ingin protes.

"Aku tidak butuh pendapatmu", sela Kim Won. "Itu adalah keputusanku. Jangan mengatakan apa-apa lagi. Aku sudah memikirkan tentang kesepakatan kita. Tentang mengirimmu ke Amerika".

Kim Tan menunduk pasrah jika Kim Won benar-benar akan mengirimnya ke Amerika.

"Kau tak perlu ke Amerika, sebaliknya tinggalah di belakangku, di sampingku. Ini artinya kau tidak boleh mempunyai mimpi yang lain. Belajarlah tentang manajemen. Fokus pada hal itu. Aku kesepian".

"Jika aku di sini?. Apa kakak tidak akan kesepian?"

"Aku masih kesepian, tapi itu lebih baik dari pada kau tidak ada disini", kata Kim Won lalu beranjak pergi ke kamarnya.




Young Do pergi ke bengkel langganan, ia ingin men-service motornya bukan untuk tuning (menyetel motor menjadi lebih kencang melaju). Pemilik bengkel heran terakhir kali Young Do melukan service 3 bulan yang lalu. Tapi Young Do berkata, "Sekarang aku lebih menyukai yang stabil dari pada menantang".




Young Do beralih melihat-lihat helm saat montir mengecek motor. Ia melihat sayatan luka dijarinya yang tergores pisau saat mencuci piring. Seorang gadis datang mengantarkan pesanan ayam goreng.

Saat itulah Young Do baru sadar, ternyata ia melihat Eun Sang pertama kali di tempat ini. Bukan di depan minimarket.

"Ternyata kita telah bertemu lebih awal daripada yang aku pikirkan".

Young Do teringat pada Eun Sang yang memberikanya plester. Ia mengambil plester dari saku jaketnya (plester itu selalu Young Do bawa kemana-mana), lalu menempelkannya ke jarinya yang terluka. Pertanda ia telah melepaskan Eun Sang.

Bo Na, Ye Sol dan Chan Young menunggu Myung Soo di studio Myung Soo. Si pemilik tempat, Myung Soo menelpon Bo Na mengabarkan ia tidak bisa berkumpul bersama mereka. Bo Na mengomel karena Myung Soo baru menelpon sekarang. Ye Sol penasaran apa Myung Soo sedang berkencan. Chan Young berkata bagi Myung Soo wanita lebih penting dibandingkan dengan teman.

"Apa kau bermaksud mengatakan aku lebih penting daripada temanmu, Cha Eun Sang?", tanya Bo Na manis.

"Sepertinya begitu", jawab Chan Young.

Mereka lalu bermain kartu. Entah bermain kartu apa dan bagaimana cara memainkannya. Chan Young menetapkan tema bermain kartu dengan mengambil tema 18. Bo Na kalah, ia menunduh Ye Sol dan Chan Young bermain curang.

"Bo Na out. Aku punya keinginan. Cium", Chan Young menunjuk pipinya.

"Aku malu, ada orang lain di sini", ujar Bo Na tersipu melihat ke Ye Sol. Tapi malunya hanya sebentar. Ia bergerak mendekat dan bertanya, "Sebelah mana?. Sebelah sini?".


Tepat saat itu Chan Young menoleh, hingga mereka berciuman. Bo Na terkejut menutupi bibirnya.

"Hei! Kenapa tiba-tiba kau menoleh seperti itu?".

"Maaf, kalau begitu akan kukembalikan", Chan Young merangkul Bo Na. Siap mencium balik.

Ow..ow.., Chan Young lupa ada Ye Sol di tengah mereka yang risih melihat sepasang kekasih itu bermesraan.

"Kalian ini benar-benar! Keinginanku adalah agar kalian putus", ucap Ye Sol kesal sembari menunjukan kartu pamungkasnya, membuat Chan Young dan Bo Na mendelik kesal.

Pelayan keluarga Kim memberikan paket dari Amerika untuk Kim Tan. Kiriman itu rupanya dari guru Kim Tan di Amerika yang mengirimkan kembali buku tugas yang pernah ia kumpulkan. Saat itu, diakhir halaman Kim Tan menulis.

"One Who Wants To Bear The Crown, Bears The Crown".

"Mahkota jenis apa yang ingin kau pakai?. Apakah Kekayaan? Ketenaran atau cinta?", tanya sang guru di bawah tulisan.

Kim Tan merenung dan kembali menulis diatas bukunya.

"Pemilik ruang kerja sudah berganti".

Kim Won duduk di ruang kerja. Meski ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan dan menjadi lebih kuat, namun dia kesepian.

Kim Won mengeluarkan patahan wishbone yang selalu ia simpan. Tangannya bergetar saat memegang benda itu dan tak kuasa menahan tangisnya.

"Hyung memperoleh yang Ia inginkan. Dia menjadi lebih kuat. Tetapi saat malam dia menangis. Hyung mungkin berpendapat bahwa penjara utamanya adalah rumah yang dia tinggali selama seumur hidupnya ini".  
"Dan aku menjadi seorang siswa senior yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya". 



Kim Tan sedang berjalan masuk ke halaman sekolah. Ia melihat Myung Soo yang sedang menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Bisa ditebak dari mana Myung Soo semalam, pub.


Myung Soo mengeluarkan kamernya dan memotret Kim Tan yang langsung mendapatkan protes dari sang aktor. (hihi)

"Apa kau tidak tahu soal pelanggaran privasi memotret dari keluarga pengacaramu?", protes Kim Tan.

"Aku memotret untuk kenang-kenangan".

"Kenangan apa?". 

"Wajahmu seperti orang yang baru melewati rintangan dalam hidup", jawab Myung Soo tersenyum lalu pergi.

Kim Tan tersenyum tipis, kembali melanjutkan jalannya. Ia melihat Rachel yang keluar dari gedung sekolah. Keduanya berpandangan sebentar. Rachel berlalu begitu saja tanpa menyapa ataupun tersenyum.


Lalu, Kim Tan berpapasan dengan sepasang kekasih Bo Na - Chan Young yang jalan bergandengan tangan.

"Kau tahu besok ujian hari pertama, kan?. Aku menantikannya", ucap Chan Young.

"Sebaiknya kau lindungi tempatmu dengan baik. Aku tidak pernah melakukan hal setengah-setengah.", balas Kim Tan.

"Pasti dia akan rangking 100 lagi" ejek Bo Na, lalu menarik Chan Young pergi.

"Kalian ini!", gerutu Kim Tan. Tapi ia tersenyum.


Kemudian Kim Tan berpapasan dengan Young Do. Tidak saling menyapa dan hanya melewati satu sama lain.

"Namun, tak ada yang berubah. Kami masih belum mampu sepenuhnya menjadi orang asing ataupun damai layaknya pria dewasa".


 Eun Sang : Tapi, kami akan ingat. Rasa sakit apa yang kami hadapi saat kami berusia 18 tahun. Bagaimana kami menangis dan terjatuh. Bagaimana kerasnya kami berjuang. 

Eun Sang menyodorkan boneka burung hantunya saat Kim Tan jalan kearahnya dan tersenyum. Kim Tan mengambil tempat duduk di samping Eun Sang. Ia tidak tahu jika Eun Sang suka pamer, bagaimana jika Bo Na melihat boneka itu (Bo Na punya boneka yang sama).


"Aku justru mau dia melihatku!. Dan aku akan berkata 'Lihat!. Pacarku memberikan ini untukku!".

Kim Tan geli melihat Eun Sang yang sangat senang dengan pemberian boneka yang hanya bernilai beberapa sen.

Eun Sang merasa penasaran dan bertanya apa permohonan yang Kim Tan panjatkan saat meniup lilin ulang tahun.

"Aku berharap semua orang yang aku kenal bahagia", jawab Kim Tan.

Eun Sang tak percaya. Kim Tan berkata, "Sungguh...Aku ingin mengadakan pesta di rumahnku 10 tahun kemudian".

"Pesta".



Mereka lalu membayangkan apa yang terjadi 10 tahun kemudian. Dirumah keluarga Kim.

Eun Sang : 10 tahun mendatang, saat kita berumur 29 tahun?. Apa semua orang hadir?

Kim Tan : Ya. Bo Na dan Chan Young selalu sibuk berkerja bahkan saat pesta.

Bo Na dan Chan Young masih bersama. Chan Young bekerja di bagian dari tim investigasi kejahatan dunia maya. Sementara Bo Na menjadi wanita karir. Mereka melambaikan tangan saat melihat Kim Tan datang.



Ye Sol berbincang dangan Hyo Shin yang terlah menjadi sutradara ternama. Ia mendengar film Hyo Shin di nominasikan dalam pengharggan festival Film Asia. Hyo Shin berkata tentang film militer antara cinta dan benci. Ye Sol minta Hyo Shin menghubunginya jika membutuhkan pemeran utama untuk film berikutnya. Ye Sol pergi.

Rachel mendekati Hyo Shin dan bertanya, "Apa kau masih menggunakan bakat melucumu itu (membuat film)?".





Hyo Shin menjawab ya, apa Rachel tidak tahu (melihat berita), "Kau tidak punya internet di tempat kerjamu?". Rachel berkata ia tidak punya waktu dan sibuk mempersiapkan fashion show.

Hyo Shin bertanya apa Rachel akan datang ke pemutaran perdana filmnya jika ia mengundangnya. Rachel tidak mau, ia tidak suka menonton dan tidak tertarik.

"Kalau begitu, datanglah untuk menemuiku".

"Akan kupertimbangkan", jawab Rachel kikuk lalu meneguk minumannya.

Hyo Shin hormat layaknya tentara saat Kim Tan melintas di depannya.




Young Do menerima telepon dari Myung Soo yang kini sedang berada di camp wajib militer. Ia memberi kabar akan mengambil cuti wamil. Kim Won yang ada disampingnya bertanya apa pangkat Myung Soo sekarang, kopral?.

"Sersan. Dia mendapat banyak masalah karena terlambat mengikuti wajib militer", ujar Young Do.

Young Do berkata akan mengambil alih pekerjaan ayahnya. Dan akan bertanggung jawab pada proyek Konvensi Jeju mulai bulan depan. Kim Won bercanda dengan berkata pasti Young Do telah lama menginginkan hal itu, ayah Young Do pasti merasa khawatir proyek itu akan gagal. Young Do berkata akan kali ini akan melakukan dengan lebih baik.

Kim Tan lewat di depan mereka. Young Do tersenyum menyapa Kim Tan. Kim Won memberi tahu ayah mereka berada di ruang baca.

Presdir Kim keluar dari ruang baca bersama Jae Hoo. Ayah Kim Tan masih tampak sehat, meski semakin menua dan rambutnya memutih. Ia tersenyum melihat putranya datang. Jae Hoo dan Rachel juga tersenyum pada Kim Tan.

Kim Tan berjalan ke tangga, berpapasan dengan Ny. Ji Sook yang jalan turun setelah bercakap ria dengan Ny. Han dan Hee Nam. Ny. Ji Sook tersenyum saat jalan besisian dengan Kim Tan.

Ny. Han memanggil Hee Nam dengan panggilan onnie. Ia kaget melihat Hee Nam yang tampak lebih muda darinya. Dengan gaya khasnya, Ny. Han minta ibu Eun Sang untuk menunjukan KTP-nya. Keduanya lalu tersenyum dan melambaikan tangan pada Kim Tan.

Kim Tan meneruskan langkah, berjalan perlahan menaiki tangga yang menuju ke kamarnya.

Kim Tan : Aku harap, bahkan setelah 10 tahun kemudian. Aku tetap bersemangat mengejarmu seperti saat berusia 18 tahun. Aku akan ada di jalan yang mengantarku padamu. Itu permohonanku saat meniup lilin.

Di dalam kamar, ada Eun Sang yang sudah menunggunya dengan senyuman.

Kim Tan mendekatkan wajahnya dan mencium Eun Sang.



Kembali ke masa kini. Kim Tan masih tersenyum meski lamunananya itu telah buyar. Eun Sang berkata mereka adalah tipe orang yang hanya bisa terus bahagia dalam impian saja.

"Itu sebabnya kenapa itu disebut sebagai permohonan", sahut Kim Tan.

"Aku berharap itu bisa menjadi kenyataan".

"Mungkin saja...suatu hari nanti".

Keduanya tersenyum. Berdiri dari tempat duduk dan berjalan dengan bergandengan tangan.

Di hari lain, Kim Tan dan Eun Sang berjalan sambil bergandengan tangan di bawah guyuran hujan salju.

Kim Tan : Ketika kami berusia 18 tahun, kami jatuh cinta. Saling menyukai, menangis, melarikan diri, berlutut. Dan berpaling satu masing lain untuk sekian kalinya.

Flasback saat perpisahan mereka dan saling menyakiti. Berjalan membelakangi dan melewati satu sama lain. 

Eun Sang : Walaupun begitu, saat kami berusia 18 tahun...kami saling menghampiri satu sama lain. Bergandengan tangan...Dan berpelukan dengan erat satu sama lain. 

Flashback saat mereka saling berpelukan, berbagi kesedihan dan memberikan rasa nyaman satu sama lain.

Kim Tan bertanya kapan Eun Sang mentraktinya makan seperti yang pernah dia janjikan. Eun Sang tertawa karena Kim Tan menanggapinya dengan serius. Ia mengatakan hal itu hanya untuk menggoda Kim Tan.


"Mungkinkah kau sengaja tidak mentraktirku?. Supaya kau bisa memasak untukku setiap pagi?. Apakah kau sekarang ingin melamarku?", ujar Kim Tan

"Tidak begitu. Sekarang ini kau sepetinya minta di pukul", sahut Eun Sang.

Eun Sang menjulurkan lidah (ngolok nich...hahahah) lalu jalan cepat mendahului Kim Tan.


"Hei!. Cha Eun Sang berhenti disana!. Apa kau lupa apa yang akan aku lakukan jika kau berbalik membelakangiku?, seru Kim Tan, "Kenapa kau tidak menjawab".


Eun Sang mempercepat langkah sembari menutup mulutnya.


Kim Tan tersenyum, "Kau mau datang ke rumahku. Apa kau hanya menyukaiku di dalam mimpimu".

Eun Sang tersenyum, melambatkan jalannya lalu mengampit lengan Kim Tan. Mereka kembali berjalan beriringa. Wuah..pemandangannya cantik. 

Eun Sang : Kami mungkin bisa terjatuh lagi. Mungkin juga bisa sampai berlutut terluka. Tapi, kami..

Kim Tan : Tidak peduli apapun itu... Kami akan terus melangkah maju.




source :
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-20-part-1.html
http://blognyanuri.blogspot.com/2014/01/sinopsis-heirs-episode-20-part-2-final.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
readmore »»