Prolog My Love From Another Star
Episode 2
Min Joon ternyata datang tak
sendiri. Seperti sekelompok astronot bumi yang mengumpulkan sampel di permukaan
bulan, Min Joon dan rekan-rekannya mengambil sampel di hutan seperti bunga dan
binatang. Kadang mereka melayang namun mereka bisa turun kembali ke tanah,
seakan beradaptasi dengan kondisi Bumi.
Min Joon memisahkan diri dari kelompoknya,
dan memasuki desa terdekat. Caranya? Ia menghentikan waktu seperti saat ia
datang pertama kali dan berganti baju seperti warga Joseon yang kebanyakan.
Semuanya dilakukan dengan santai tanpa terburu-buru, karena hanya dia sendiri
yang bergerak.
Banyak hal yang membuatnya
tertarik, salah satunya adalah mencoba memainkan bola sepak ala Joseon (walau
gagal). Setelah puas melihat-lihat, ia menarik nafas panjang dan saat
menghembuskan nafas, semuanya berjalan normal seperti biasa, tanpa ada yang
menaruh curiga pada kehadiran Min Joon.
Min Joon tertarik pada judi menebak bola yang disembunyikan di salah satu cawan. Dengan kemampuan
supernya, ia tahu kalau bandar memindahkan bola ke cawan yang tak dipertaruhkan
dengan sangat cepat hingga tak terlihat oleh para penjudi. Ia hanya tersenyum
melihat kelicikan Bandar itu.
Salah satu penjudi yang masih
penasaran meminta permainan diulang dengan taruhan uang pengobatan anaknya,
“Jika aku kalah, aku akan terjun ke sungai dan mati.” Ia mengeluarkan serenceng
uang dan menyuruh Bandar untuk memulai permainannya dan menaruh uang di salah
satu cawan yang benar.
Bandar itu kembali melakukan
tipuannya, tapi kali ini Min Joon campur tangan. Dengan cepat, ia mengembalikan
bola ke cawan tersebut sehingga saat dibuka cawan tersebut masih terisi bola.
Penjudi itu tertawa kegirangan sementara si Bandar bingung kenapa hal ini bisa
terjadi. Min Joo tersenyum lebar dan pergi meninggalkan mereka.
Malamnya, gadis yang diselamatkan
Min Joon masih sibuk menulis. Ia mendapat perintah dari ibunya untuk menyalin
buku tentang berbagai cara untuk mati. Gadis itu heran sekaligus kesal dengan
perintah itu. Ia mengomel sendiri, “Apa Ibu menyuruhku untuk mengikuti jejak
suamiku dan juga mati? Kenapa juga aku harus mati? Aku saja sudah merasa tak
adik karena menjadi janda di umur 15 tahun saja!”
Gadis itu akhirnya ketiduran di
mejanya. Dan seorang yang berbaju hitam, menculiknya dan mengambil
kertas-kertas yang tadi ditulisnya. Saat tersadar, gadis itu melihat orang itu
sedang mempersiapkan tali gantungan untuk menjerat lehernya. Ia panik namun ia
merasakan kalau tali yang mengikat tangannya kendor dan diam-diam melepaskan
tali itu.
Saat pria itu mendekatinya, dia
pun melempar batu dan kabur. Pria itu mengangkat busurnya dan membidik punggung
gadis itu. Anak panah terlepas, mengarah ke gadis itu.
Dan menancap di pohon yang tak
jauh dari tempatnya berdiri. Ia terkejut melihat anak panah itu dan melihat ke
sekeliling hutan dengan ketakutan.
Gadis itu membuka mata dan
melihat sekelilingnya. Ia tersungkur di tanah, namun segera bangkit. Betapa
kagetnya ia melihat sosok pria yang berdiri membelakanginya dan ia segera
berlari. Namun langkahnya terhenti saat menyadari siapa pria itu. Pria yang
mengulurkan tangannya saat tirai tandu tersibak.
Ia menoleh pada pria itu yang
sekarang menatapnya, “Tuan, apakah kau yang menolongku saat itu? Penampilanmu
berbeda sehingga aku tak segera mengenalimu. Tapi, apa yang membawamu kemari?”
Pria itu hanya menatapnya, membuat gadis itu bertanya lagi, “Apakah .. yang
menolong saya beberapa saat yang lalu itu Anda?”
Pria itu tetap diam, namun kali
ini berjalan menghampiri gadis itu dengan perlahan. Gadis itu mundur, namun
pria itu hanya ingin mengambil daun yang tersangkut di rambutnya. Tak berani
menatap wajah pria itu terlalu lama, gadis itu berterima kasih karena telah
menyelamatkan nyawanya. Ia menanyakan nama pria itu dan memperkenalkan dirinya,
“Nama saya Seo Yi Hwa.”
Yi Hwa terkejut saat menatap kaki
pria itu yang melayang ke udara. Pria itu pun juga sama terkejutnya, karena ia
terlihat canggung karenanya. Ia pun menurunkan badannya, kembali memijak tanah.
Yi Hwa mundur sedikit takut, tapi pria itu tersenyum padanya dan memberikan
sebuah tusuk konde.
Tusuk konde itu sekarang ada di
sebuah museum dengan seseorang menjelaskan arti tusuk konde itu yang berasal
dari tahun 1600 dan dibuat dari kristal yang dibentuk seperti akar pohon bambu
dan untuk batangnya, kristal itu dilapisi dengan perunggu, “Seharusnya akar
tersebut juga terbuat dari kristal, namun entah kenapa ujung tusuk konde itu
pecah dan hilang.”
Pemandu museum itu menjelaskan
kalau tusuk konde itu dibuat pada awal tahun 1600, tapi tak diketahui tentang
pemilik tusuk konde itu. Ia juga menjelaskan kalau semua peninggalan bersejarah
yang ada di ruangan ini adalah sumbangan dari seorang donator yang anonym, dan
sampai sekarang mereka tak bisa melacak keberadaan donator tersebut.
Min Joon menatap tusuk konde itu
dengan muram, dan setelah mendengar penjelasan pemandu itu yang merujuk pada
dirinya sendiri, ia pun meninggalkan ruangan.
My Love From Another Star Episode 2 – 1
Keduanya bertatapan saat pintu
lift terbuka. Namun Min Joon memutuskan tatapan itu dan meninggalkan lift tanpa menyapa sedikit pun.
Song Yi akhirnya memanggilnya dan berkata kalau tadi di kampus, ia terlalu
terkejut sehingga tak mengucapkan semua yang ingin ia ucapkan. Dan ia sekarang
akan mengucapkannya.
Min Joon hanya diam memandangnya, membuat Song Yi menyindir,
“Kau bahkan tak merespon saat orang bicara padamu?” Min Joon tetap diam dan
menatapnya, membuat Song Yi akhirnya melanjutkan, “Ya sudahlah. Berapa umurmu?”
“Apa aku harus menjawab?” tanya
Min Joon balik.
“Tuh lihat. Bahkan ucapanmu juga
tak sopan,” ujar Song Yi pedas. “Aku tahu kalau wajahku sangat baby face. Tapi
lusa aku sudah berumur 30 tahun. Aku tak tahu seberapa kuat sponsormu sehingga
bisa menjadi professor di usia semuda ini, tapi aku lebih tua darimu sehingga
bicara dengan banmal (bahasa tak formal) sedikit ..”
Min Joon bergumam pada dirinya
sendiri, menghina Song Yi dengan sebutan gadis byung ja dan mengatainya gila. Tapi
Song Yi mendengar dan mengira Min Joon
menghinanya namun dengan bahasa yang lain. Kali ini ia benar-benar marah.
Min Joon menghela nafas dan menjelaskan
kalau kata yang barusan ia ucapkan itu berasal dari ucapan di tahun ke-13
pemerintahan Raja Go Jong dikenal sebagai tahun byung ja karena masa kemarau panjang
yang menyebabkan bendungan kering. Bendungan kering itu kemudian disebut orang
dengan bendungan yang sombong, “Jadi saat itu jika ada orang yang tak tahu aturan,
maka orang itu disebut ‘bertindak seperti bendungan sombong di tahun byung
ja.’”
Otak Song Yi pun berputar untuk
mencerna ucapan Min Joon dan menyimpulkan, “Jadi barusan tadi, kau menghinaku
bukan dengan cara jaman sekarang, tapi dengan cara Joseon?”
Song Yi masih berpikir untuk
menilai apakah ia harus marah atau tidak dengan hinaan jadul itu, tapi Min Joon
sudah meninggalkan Song Yi. Song Yi berteriak memanggilnya lagi, tapi Min Joon
sudah masuk apartemennya sendiri, membuat Song Yi kesal, “Bagaimana mungkin ada
orang yang begitu.. gila?”
Ia hanya bisa meluapkan kekesalan
dengan mengatai Min Joon sambil melempar baju yang ia pakai dengan serampangan.
Min Joon yang mendengar semua sumpah serapah Song Yi dari ruang tidurnya, hanya
bisa berdecak dan geleng-geleng kepala.
Min Joon tidur dan bermimpi
melihat seseorang yang memakai sepatu perak mundur dan terjatuh ke dalam air.
Ia menceritakan hal itu pada
Pengacara Jang, yang berpikir kalau itu mungkin adalah suatu tanda, karena
sebelumnya Min Joon pun pernah mendapatkan gambaran tentang apa yang akan
terjadi 12 tahun yang lalu, “Hal itu terjadi lagi 3 bulan sebelum kau pergi.
Dengan kemampuanmu, kau bisa membantu orang yang membutuhkan pertolongan.”
“Apakah hal itu akan merubah
keadaan?” tanya Min Joon. Pengacara Jang heran mendengar nada skeptis dalam
ucapan Min Joon . Min Joon pun menjelaskan kalau ia pernah melakukan hal itu
tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Dan ia pun teringat 400 tahun
yang lalu. Ia melihat penjudi, yang menang setelah mempertaruhkan uang
pengobatan putrinya, sekarang muncul lagi di hadapan Bandar itu dan membawa
putrinya untuk dijual sebagai modal judi. Bandar itu marah dan mengusir penjudi
itu.
Tapi penjudi itu berkata kalau gara-gara judi, rumah tangganya hancur dan
istrinya kabur dari rumah. Yang tersisa hanyalah putri yang sakit-sakitan dan
ia akan mempertaruhkannya.
Si bandar marah dan berkata kalau
seharusnya penjudi itu berhenti saat ia menang banyak, “Kau semestinya tak usah
menang saat itu. Sekarang kau menjadi gila karena terus bermain judi!”
Min Joon melihat semua itu dan
nampak penyesalan di wajahnya. Dan wajah itu muncul kembali sekarang saat ia
mengungkapkan apa yang ia petik dari kejadian itu,
“Hanya karena kita bisa
sedikit menolong mereka, itu tak bisa merubah untuk selamanya. Akhirnya, semua
yang akan terjadi pasti akan terjadi. Hal yang sudah buruk, akan semakin
bertambah buruk.”
Pagi itu, sepatu yang dilihat Min
Joon dipakai oleh Song Yi. Manajer Song Yi memberitahukan kalau Song Yi
mendapatkan tawaran untuk diliput selama 24 jam dan akan disebut ‘Chun Song
Yi’s Special’. Song Yi mencemooh karena ia sudah spesial hingga ke tulangnya,
“Apa orang tak akan tahu kalau aku adalah spesial jika aku tak melakukan hal
itu?”
Si manajer membenarkan kalau Song
Yi sudah dikenal spesial, tapi ada beberapa orang yang masih meragukan Song Yi,
yang berkata kalau Song Yi ke kampur itu hanya untuk pencitraan, “Tapi jika
hidup noona 24 jam terekspos, orang tak akan bicara lagi. Noona juga akan
memiliki citra artis yang ramah.”
Song Yi tetap menolaknya, hingga
asistennya berkata, “Jika oenni tak melakukannya, kudengar Han Yoo Ra mau
melakukannya.” Ucapan itu langsung membuat tanduk Song Yi muncul dan asistennya
menjelaskan kalau ia mendengar dari asisten Yoo Ra, kalau mereka sedang
menunggu-nunggu Song Yi untuk menolak tawaran ini, “Dan ini akan menjadi ‘Han
Yoo Ra’s Special’.”
Song Yi tertawa lebay, mendengar
ucapan asistennya, “Hei.. bagaimana mungkin ia spesial? Acara itu tak akan
menjadi ‘Han Yoo Ra’s Noouurrmaall’.
Nouurrmall..”
LOL banget mendengar kata
nouurrmmalll dari mulut Song Yi. Si Manajer langsung memuji bahasa inggris Song
Yi yang mengalami kemajuan.
Song Yi berkata kalau ia mau
melakukannya karena khawatir pada Yoo Ra. Saat ia memenangkan best main actress
award di Golden Bell Awards, Yoo Ra hanya memenangkan popularity award. Si
asisten menjawab balik, “Tapi saat di Blue Dragon Awards, Yoo Ra yang menang
dan bukannya noona.”
Si manajer menyikut si asisten
dan asisten itu langsung tersadar apalagi Song Yi meliriknya kesal. Ia langsung
menutup mulutnya. Tapi semua ucapan mereka itu membuat Song Yi memutuskan, “Aku
akan melakukannya. Bukan ide buruk untuk memiliki citra yang ramah seperti yang
diinginkan orang-orang.”
Tentu saja berita ini langsung
terdengar oleh Yoo Ra yang kesal karena ia benar-benar ingin melakukannya. Se
Mi muncul dan menyapa Yoo Ra dengan sebutan oenni.
Yoo Ra bertanya apa Se Mi sedang
tak memiliki jadwal kerja? Se Mi menjawab kalau ia sekarang sedang bermain
drama. Asisten Yoo Ra pun ingat kalau Se Mi main di drama yang sama dengan Song
Yi tapi ia tak ingat Se Mi berperan menjadi apa. Se Mi hanya tersenyum.
Yoo Ra sadar kalau Se Mi dekat
dengan Song Yi. Pada Se Mi, ia berkata kalau ia tak habis pikir kenapa Song Yi,
yang biasanya tak menyukai reality show seperti itu, mau melakukannya. Se Mi
menjawab, “Aku juga tak tahu pasti. Tapi … “
Ucapan Se Mi yang menggantung itu
membuat Yoo Ra penasaran dan menoleh untuk mendengarkan lanjutan ucapannya,
“Walau Song Yi tak mempedulikanku, ia sangat peduli denganmu. Aku mungkin bukan
saingannya. Ia baik padaku karena kami adalah teman, tapi ia merasa oenni
adalah rivalnya.”
Yoo Ra menyuruh Se Mi untuk
menjelaskan lagi. Se Mi pun mengatakan walau Song Yi tak suka dengan satu gaun,
tapi jika ia mendengar Yoo Ra ingin memakai gaun itu, Song Yi akan memakainya.
Begitu juga dengan drama yang tak ia sukai, tapi akan ia lakukan jika mendengar
kalau Yoo Ra menginginkan drama itu, “Begitulah Chun Song Yi, seperti
anak-anak.”
Se Mi mengatakan hal ini dengan
nada datar, tapi sudah bisa membuat Yoo Ra seperti cacing kepanasan karena sangat
marah. Se Mi tersenyum tipis dan kembali membuka-buka majalahnya.
Dan tibalah syuting Chun Song
Yi’s Special. Di lobi, Song Yi melirik tajam pada Min Joon yang juga akan
berangkat kerja. Song Yi muncul di depan pintu gedung apartemennnya dengan bersepatu
kets dan menyapa para wrartawan. Ia pergi ke parkiran sepeda dan berkata dengan
manisnya kalau ia selalu menggunakan sepeda saat ia tak memiliki jadwal
bekerja, “Aku kan Duta Perlindungan Hutan. Ya, kan?”
Min Joon yang juga mengambil
sepedanya, mengawasi kerumunan itu dan mendengarkan Song Yi yang berkata,
“Karena aku terburu-buru, aku tak memakai make up sama sekali. Apakah kalian
sudah mulai syuting? Berarti acara ini benar-benar realistis, ya?”
Dan kita melihat apa yang terjadi
saat matahari belum terbit beberapa saat yang lalu (yang mungkin juga didengar
Min Joon). Song Yi sudah dirias make up dengan perintah khusus, “Riaslah
seperti aku tak memakai make up sama sekali. Tanpa make up.”
Si perias mengeluh sulit, tapi
Song Yi berkata kalau ia belum bisa dikatakan benar-benar perias yang pro jika
belum mengerjakan hal yang sulit. Song Yi menyalahkan TV yang sekarang High
Definition sehingga sedikit make up saja sudah terlihat. “Hanya karena orang
ingin melihat wajah polos kita, bukan berarti wajah kita harus benar-benar
polos tanpa make up, kan?”
Haha.. good quote. Si perias itu
mengangguk-angguk setuju.
Di depan kamera, ia berkata kalau
ia hanya mencuci muka saja berangkat ke kampus. Para wartawan memuji kulit Song
Yi yang sangat bagus dan bertanya bagaimana cara Song Yi merawat kulitnya.
Dan Song Yi pun menjawab dengan
rendah hati kalau ia tak melakukan hal yang spesial. Ia hanya sering tersenyum,
makan makanan yang sehat dan berpikiran positif. “Aku juga selalu mengkonsumsi
seperti vitamin dan omega
ttthhrreee.” Semua tertawa mendengarnya. Manajer dan asisten Song Yi sangat
puas dengan jawaban Song Yi. Hingga Song Yi menambahkan, “Ahh.. dan aku juga
menggunakan propofol.”
Note : propofol adalah sejenis
obat bius yang digunakan beberapa aktris untuk perawatan kulit yang akhirnya
menjadi skandal karena penggunaan yang berlebihan. Park Shi Yeon dan Jang Min
In Ae diberitakan pernah menggunakannya.
Semuanya bengong
mendengarnya. Tapi Song Yi tak sadar. Ia malah mengatakan kalau efek propofol
adalah yang terbaik. “Aku merasa tubuhku seakan melayang sehingga membuat
moodku menjadi bagus.”
Para wartawan langsung
berbisik-bisik. Si manajer maju untuk menjernihkan persoalan dengan mengatakan
kalau Song Yi hanya salah ucap. Pada Song Yi, ia meminta Song Yi untuk
mengkoreksi kata-katanya, Dengan polos Song Yi berkata kalau ia memang
mengkonsumsinya setiap hari, “Kau bilang itu adalah untuk anti penuaan.”
Ia mengambil botol obat dan
asistennya langsung berkata, “Oenni! Itu propolis! Obat itu kan kau beli di Australia!”
Bwahaha… ngakak guling-guling
liat Song Yi salah ucap propofol dengan propolis. Sudah gitu mukanya
benar-benar polos lagi saat menjawab, “Iya benar. Apa keduanya sangat berbeda?”
LOL. Manajernya benar-benar kesal
dan bertanya, “Beda! Apa kau ingin menyerahkan dirimu ke kantor polisi?” Song
Yi malah balik bertanya mengancam, “Apa kau sekarang sedang membentakku?” Si manajer
hanya bisa menghela nafas, “Tidak. Tunggu sebentar, ya Noona,” ia berbalik dan
memohon pada PD Nim untuk menghapusnya.
Song Yi melihat
Min Joon yang memandangnya sekali lagi sebelum mengayuh sepedanya. Ia berusaha
mengacuhkannya. Sambil berjalan menuntun sepedanya, Song Yi berkata di kamera
kalau ia tetap murid biasa di universitas walau ia adalah seorang bintang.
Dan untuk
membuktikannya ia menyapa salah satu teman sekelasnya dengan menyebut namanya
dan mengajaknya minum bersama. Anak itu dan juga para temannya terkejut karena
Song Yi tahu namanya. Song Yi hanya tersenyum. Kok bisa? Ternyata si Manajer
memiliki daftar teman sekelas Song Yi dan ialah yang menunjukkan dengan
berbisik pada Song Yi.
Si Manajer
kemudian menyebut sebuah nama dan Song Yi langsung menyapa dengan namanya. Tapi
rupanya orang tersebut adalah dosen. Buru-buru Song Yi menutupinya dengan
berkata, “Profesor, Anda kelihatan sangat muda hingga saya seperti ingin
memanggil Anda dengan Young Ah...”
Haha.. Buru-buru
Manajer mendekati PD-nim dan berkata, “Yang itu juga diedit.”
Kayaknya bisa mati muda kalo jadi manajer Song Yi.
Di kelas Min
Joon, semua mahasiswa mengumpulkan tugas termasuk Song Yi yang maju ke depan
dengan disorot kamera. Pada manajernya, Song Yi tersenyum rahasia.
Namun senyumnya
hilang saat Min Joon memanggilnya dan berkata kalau sepertinya Song Yi tak tahu
perarturan kelasnya karena sering absen, “Saat kau mengerjakan esai untuk
kelasku, kau tak boleh copy paste atau mencampur dengan pendapat orang. Tak
boleh sama sekali. Tapi kau melakukan semuanya.”
Song Yi
teringat kalau pagi tadi manajernya memberikan esai yang katanya hantu pun tak
bisa mengetahui kalau yang ada di esai itu adalah copy paste dari berbagai
sumber. Esai itu ditulis oleh orang yang ahli hingga Min Joon tak mungkin
mengetahuinya.
Maka Song Yi
pun membantahnya. Maka Min Joon pun membuka helai demi helai esai itu dengan
menyebutkan sumbernya. Dari pembukaan di halaman pertama dari thesis tahun
1999, kemudian yang berikutinya adalah thesis yang ditulis tahun 1996 dan
kesimpulan yang diambil dari thesis 1959, “Kau melakukah pekerjaan yang bagus
dengan melakukan copy and paste.”
Wajah Song Yi
memucat dan si Manajer buru-buru berbisik lagi pada PD-nim. Tapi sudah
terlambat karena berita pasti sudah menyebar karena mahasiswa mulai menyebarkan
berita itu lewat status di Socmed mereka masing-masing. Min Joon tak peduli
dengan hal itu dan berkata, “Karena itu, esai ini mendapat nilai nol.”
Beberapa mahasiswa tertawa mendengar nilai itu. Tapi Song Yi tetap menatap Min Joon yang
bertanya, “Apakah kau keberatan?” Terdengar suara kamera handphone berbunyi di
kanan kiri, membuat Song Yi tahu kalau semua orang akan mengetahui kejadian
ini, detik ini juga.
Para mahasiswa
keluar ruangan masih dengan membicarakan nilai nol yang didapat Song Yi. Min
Joon yang melewati beberapa mahasiswa mendengar gunjingan mereka tentang Song
Yi, bahkan salah satu dari mereka juga merekamnya dan akan menguploadnya ke
internet dengan judul Si Nol Song Yi dengan deskripsi Chun Song Yi dengan
otaknya yang sudah disuntik botox. Ia sekarang bahkan menjadi plagiat? Tentu
saja tak punya akal sehat.
Ucapan itu
mengingatkan Min Joon saat Song Yi marah dan mengira Min Joon mencapnya sebagai
orang yang tak punya otak dan tak punya akal sehat. Dan ia melirik ke
sekitarnya, para mahasiswa semua membicarakan betapa memalukannya perbuatan
Song Yi dan menjelek-jelekkannya.
Ia ingat betapa
terlukanya Song Yi dengan semua komentar yang membencinya itu. Maka saat salah
satu mahasiswa hendak mengupload video itu, dengan kekuatannya ia menjatuhkan
handphone itu hingga hancur.
Tapi tak hanya
satu orang yang merekam kejadian itu karena ada orang lain lagi yang mengupload
video itu.
Di kelas, Song Yi membaca satu persatu komentar yang menghinanya. Ia
mencoba menulis komentar sebagai orang yang membelanya, ‘Chun Song Yi adalah
manusia juga. Tak dapatkah ia melakukan kesalahan?’ Tapi komentar berikutnya
langsung menjawab, “Chun Song Yi, kau tak seharusnya berkomentar di sini.”
Song Yi kaget
melihat orang bisa menebak dengan benar dan menoleh kanan kiri, merasa seperti
diawasi. Si Manajer masuk kelas dan ragu-ragu duduk di hadapan Song Yi, ingin
minta maaf. Song Yi bertanya, “Bahkan hantu pun tidak tahu? Dia itu siapa? Apakah
dia hantu?”
Manajer itu
juga heran, bagaimana mungkin Min Joon bisa tahu karena ini adalah sesuatu hal
yang orang tak mungkin bisa tahu. Tapi Song Yi tak ingin membicarakannya. Ia
menyuruh manajernya keluar dan meninggalkannya sendiri.
Melihat Song Yi
yang tak marah-marah atau berteriak malah membuat Si manajer khawatir. Ia
meminta Song Yi untuk marah padanya atau memukulnya seperti yang biasa Song Yi
lakukan. Hal itu malah membuat pikirannya tenang. Tapi dengan suara pelan, Song
Yi meminta manajer itu keluar karena ia ingin sendiri.
Manajer itu pun
pergi dengan walau nampak khawatir dan bersalah. Sebuah SMS muncul di handphone
Song Yi. Bukti transaksi pembelian dengan kartu kredit sebesar 3,29 juta won.
Song Yi hanya menghela nafas memandang transaksi yang ia tahu dilakukan oleh
siapa.
Siapa lagi
kalau bukan ibu Song Yi yang belanja di butik. Ia bertemu dengan ibu Se Mi yang
dengan nada manis bertanya apaka ibu Song Yi tak ikut syuting dengan putrinya?
Biasanya untuk acara seperti itu melibatkan keluarga, “Oenni ini kan masih
menjadi ibunya.”
Tentu saja ibu
Song Yi tak mendengar tentang acara ini. Tapi ia menutupinya dengan senyum dan
berbohong kalau nanti siang ia akan makan malam dengan Song Yi dan in Jae,
bahkan mungkin juga bersama dengan Hwi Kyung, yang ia sebut sebagai menantunya.
Ibu Se Mi
berkata kalau Song Yi dan Hwi Kyung tak pernah pacaran jadi sangat berlebihan
jika ibu Song Yi memanggilnya menantu. Dengan santai ibu Song Yi menjawab,
“Song Yi memang belum mengiyakan. Tapi begitu ia berkata oke, maka pernikahan
akan segera terjadi. Anakku itu hanya jual mahal. Aku sebenarnya kasihan pada
menantu Lee. Padahal ia adalah anak kedua
dari grup S&C?”
Di kantor, Hwi
Kyung juga melihat apa yang terjadi di kelas Song Yi. Ia kesal pada dosen Song
Yi dan penasaran pada orang itu yang memberikan nilai nol pada Song Yi-nya.
Atasannya berdiri dan berkata kalau sekarang saatnya ngopi-ngopi dan
menyebutkan pesanannya dan diikuti oleh pegawai lainnya.
Menjadi sebuah
kebiasaan di sana kalau anak baru yang akan membelikan semua pesanan itu dan
Hwi Kyung adalah anak baru itu. Tapi Hwi Kyung masih sibuk mengetik SMS pada
Song Yi sehingga ia tak mendengarkan pesanan itu.
Rekan kerja
yang disampingnya mengetuk-ketukkan bolpen, membuat Hwi Kyung menoleh dan rekan
kerjanya mengulang semua pesanan kopi mereka. Hwi Kyung hanya menatap rekannya
itu dan segera sadar, “Ahh.. teh susu untukku.” Dan ia kembali mengetik SMS
kembali.
Ha, semua orang
bengong melihat kelakuan Hwi Kyung. Mereka menatap Hwi Kyung yang akhirnya mendongak
dan melihat kalau semua orang menatapnya. Ia kembali menyadari kalau ia tak
sopan dan menambahkan, “Terima kasih untuk minumannya.”
Haha.. tepok
jidat rasanya lihat Hwi Kyung. Rekan
kerjanya itu mau menceramahinya tapi Hwi Kyung malah meninggalkannya karena ia
menerima telepon dari Se Mi. Atasannya sudah kesal dan hendak mengikuti Hwi
Kyung untuk melabraknya, tapi dicegah oleh anak buahnya, “Biarkan saya yang
memberinya pelajaran.”
Se Mi menelepon
untuk mengingatkan kalau hari ini ia berulang tahun dan gembira saat Hwi Kyung
berkata kalau ia akan mentraktirnya dengan makanan yang paling mahal. Tapi
kegembiraannya surut saat Hwi Kyung mengusulkan untuk mengajak Song Yi juga. Ia
berkata kalau Song Yi mungkin tak bisa ikut karena kejadian hari ini dan lebih
baik jika mereka membiarkan Song Yi sendirian.
Hwi Kyung
sedikit ragu tapi Se Mi meyakinkannya karena Se Mi mengenal Song Yi dengan
baik. Hwi Kyung pun akhirnya setuju dan mereka pun janjian untuk bertemu jam 8
malam nanti. Song Yi sangat gembira karenanya.
Seorang wanita
sedang menjaga kafe yang hanya dikunjungi oleh pria-pria yang tak keren. Ia pun
memutuskan untuk cuci mata untuk melihat yang bening-bening di internet. Dan
berita Song Yi menarik perhatiannya.
Melihat begitu
banyak komentar haters, ia pun memutuskan untuk turun tangan dan menulis, ‘Aku
adalah teman SMP dan SMA-nya Chun Song Yi. Sepertinya kalian semua salah paham.
Kelakuan Chun Song Yi itu bukan karena dia terkenal, tapi kelakuannya sudah
seperti itu sejak awal.’
Wanita itu
terkekeh geli melihat komentarnya sendiri, hingga muncul sebuah suara,
“Kenapa kau kelihatannya sangat senang sekali?” Ia mendongak dan terkejut
setengah mati melihat Song Yi, ada di hadapannya.
Dan ternyata
wanita itu adalah teman Song Yi saat sekolah dulu. Nama aslinya adalah Bok Ja
tapi ia sudah mengganti nama menjadi Hae In, walau Song Yi masih selalu
memanggilnya dengan Bok Ja, membuatnya kesal. Song Yi datang ke kafe untuk
makan ramen dan soju, sesuatu hal yang tak mungkin dilakukan aktris Song Yi, tapi
ia melakukannya di depan Hae In. Sepertinya hanya di depan temannya ini, Song
Yi bisa makan seenaknya dan berkeluh kesah.
Hae In menebak
kalau mood Song Yi yang jelek ini pasti karena nilai nol yang diterimanya. Ia
mengingatkan Song Yi kalau dulu Song Yi juga pernah mendapatkan nilai jelek,
“Kau mendapat 4 untuk matematika, kan? Sudah kubilang, kalau kau harusnya
mengisi jawaban dengan pilihan jawaban yang sama, kan?”
Hahaha.. kayak
Young Do, dong..
Song Yi heran
pada semua orang yang nampak baik di depannya tapi kemudian menjelek-jelekkannya
di belakang. Hae In hendak berkata kalau Song Yi memang berbuat sesuatu yang
bisa membuat orang menghinanya. Tapi melihat wajah Song Yi yang muram, ia
mengurungkan menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya bisa kembali menuangkan soju
dan heran pada kelakuan orang-orang itu.
Song Yi
bergumam marah, “Pria sialan.” Hae In heran mendengar umpatan Song Yi dan
bertanya siapa orang yang dimaksud?
Orang yang ada di pikiran Song Yi itu
sekarang sedang duduk bermain mahjong dengan Pengacara Jang dan dua
orang tua lainnya dan ia berhasil mengalahkan semuanya. Salah satu lawan
Min Joon
heran bagaimana Min Joon yang masih muda bisa mahir permainan itu dan
bertanya pada Pengacara Jang. Apakah Pengacara Jang itu ayah Min Joon?
Walau mulanya kaget dengan pertanyaan itu, Pengacara Jang membenarkannya. Mendadak seorang kakek tua yang muncul
di ruangan mahjong dan terkejut saat melihat Min Joon. Ia bertanya apakah Min Joon adalah Kim Woo San?
Min Joon tak kalah terkejut melihat kakek tua itu yang memiliki tahi lalat besar di hidung. Ia segera sadar kalau
kakek itu adalah lawan yang pernah ia kalahkan berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Tapi kakek itu segera menyadari kalau tak mungkin pria itu adalah Kim Woo San
dan menebak lagi,”Apakah kau cucu Kim Woo San?”
Pengacara Jang
langsung memperkenalkan diri kalau ia adalah putra Kim Woo San dan Min Joon
adalah putranya. Kakek itu senang sekali bertemu dengan Min Joon yang mirip
sekali dengan kakeknya, orang yang selalu ia kalahkan. Min Joon langsung
tersentil karena ia tahu saat itu ia yang selalu mengalahkan kakek itu.
Min Joon pun
mengkoreksi ucapan kakek itu kalau yang ia dengar kakeknya, Kim Woo San adalah
pria yang terkenal sebagai pemain mahjong terhebat di provinsi Gyeongseong.
Tapi kakek itu malah memproklamirkan dirinya sebagai pemain mahjong terhebat di
Gyeongseong, “Sepertinya kakekmu telah membohongimu.’
LOL, Pengacara
Jang berusaha untuk tidak tertawa melihat Min Joon yang kesal karena kenyataan
diputarbalikkan oleh si kakek.
Masih menahan kesabarannya dan dengan sopan Min Joon berkata kalau
kakeknya bukan orang
yang suka berbohong. Tapi dengan suara keras sehingga membuat semua
orang menoleh, kakek itu malah menuduh kakek Min Joo sebagai pembohong
karena dialah pemain Mahjong terhebat di
Gyeongseong, “Aku yang hidup di masa itu, pasti tahu lebih baik
daripadamu. Apa kau melihat kejadian itu? Apa kau melihat kakekmu
mengalahkanku?
Kutanya kau, apa kau melihatnya?!”
Haha..
Pengacara Jang masih terus tertawa walau mereka sudah pulang dari main
mahjong. Min Joon menceritakan kakek tua itu pernah ia kalahkan
60 tahun yang lalu. Rasanya saat itu seperti kemarin saja. Selama ia
hidup
400 tahun ini, banyak hal yang terjadi tapi tak banyak kenangan yang
bisa ia
ingat untuk dibawa kembali.
Pengacara Jang
mengingatkan kalau ada gadis yang ia temui 12 tahun yang lalu. Ia berinisiatif
untuk mencari identitas gadis itu dan sekarang sedang menyelidikinya. Tapi menurut Min
Joon, Pengacara Jang tak perlu melakukan hal seperti itu.
Pengacara Jang bertanya bukankah Min Joon ingin menemui gadis itu?
“Aku hanya
merasa penasaran,” jawab Min Joon. “Tapi.. jika memang ada alasan untuk aku
bertemu dengannya, bukankah aku pasti akan bertemu dengannya lagi? Jika aku
pulang tanpa aku pernah menemuinya, jadi mungkinkah memang karena aku tak
memiliki alasan untuk itu? Selama aku hidup di sini untuk jangka waktu yang
lama, hal itulah yang aku pelajari.“
Min Joon
bersantai di rumah, dan ia bisa mendengarkan semua keramaian di jalan walau ia
ada di lantai 23. Ia pun menyalakan musik dan saat ia memejamkan mata menikmati
musik tersebut, tanaman rumput-rumputan bertambah tinggi.
Hmm… jadi ia
bisa menumbuhkan tanaman saat ia melepaskan kewaspadaannya?
Ia bangkit karena mendengar suara password pintu rumahnya dipencet terus menerus. Pencuri?
Bukan. Itu
adalah Song Yi yang mabuk dan salah pintu. Jadi wajar saja kalau pintunya tak
bisa dibuka dengan passwordnya. Tapi Song Yi tak tahu itu. Dalam mabuknya, ia
terus memencet passwordnya.
Rambutnya terus
menerus turun walau sudah disibakkan. Ia kesal dan memerintahkan rambutnya, “Tetap
disana dan jangan turun.” Tapi rambutnya kembali jatuh lagi, “Apa kau tak mau
mendengarkan oenni? Kalau kau terus turun, nanti oenni disangka hantu.”
Kelakuan Song Yi ini terlihat di layar dan Min Joon
hanya geleng-geleng kepala melihat Song
Yi sekarang mencoba membuka pintu dengan cara berbeda. Setelah gagal dengan kombinasi
angkanya, ia pun memilih memantrainya, “Sesam.. buka pintu!”
Gagal. Ia pun
bergaya lain lagi dan berteriak, “Sesam.. buka pintu!” Berkali-kali, hingga
gaya terakhir, ia menarik pintu ke atas, “Sesaammm… buka pintu!” Dan terbuka!
Song Yi
bersorak kegirangan karena pintu
akhirnya terbuka. Namun ada suara menyelanya, “Tentu saja terbuka, karena
aku yang membukanya.”
Song Yi tak
kaget atau bingung. Ia malah menyapa Min Joon, “Ah.. tukang umpat jaman Joseon.
Hei, tukang umpat, kenapa kau ada di rumahku?”
Dengan datar Min Joon menjelaskan kalau ini adalah rumahnya. Ia sedikit terkesima saat Song Yi menyibakkan
rambutnya. Song Yi bertanya apakah Min Joon sekarang merasa senang karena telah memberinya nilai nol dan mempermalukannya?
Ia mulai mengata-ngatai Min Joon dan
saat Min Joon menyelanya, Song Yi langsung menghardik, “Kenapa? Apa hanya kau
yang bisa mengumpat dengan Joseon? Aku juga bisa. Aku akan melempar jukbang di
jaman edan ini.”
“Itu bukan
jukbang, tapi bangjuk (gumpalan tanah),” kata Min Joon mengkoreksi.
“Tauklah!!”
teriak Song Yi tak peduli dan langsung masuk rumah, melewati Min Joon yang tak sempat mencegahnya.
Se Mi sudah
berdandan cantik dan menunggu kedatangan Hwi Kyung. Hwi Kyung menerima
telepon dan langsung memutar mobilnya. Jelas ia lupa akan janji dengan Se Mi
saat mendengar kabar dari Manajer Song Yi yang tak bisa menghubungi Song Yi
walau berulang kali meneleponnya.
Min Joon
speechless melihat kelakuan Song Yi yang tertidur pulas di sofa. Scarf dan isi
tasnya berceceran di lantai rumah. Ia pun memunguti isi tas dan terkejut saat
Song Yi bergerak sehingga tak sengaja pundaknya tersingkap. Ia pun membuang
muka dan melempar scarf sehingga pundak itu tertutup.
Handphone Song
Yi berbunyi dan Min Joon mengangkatnya. Suara Hwi Kyung menyambutnya dan langsung
bertanya siapa dirinya yang mengangkat handphone Song Yi.
Dan Hwi Kyung
pun langsung ke apartemen Min Joon. Min Joon sedikit ragu membiarkan Hwi
Kyung
masuk, tapi Hwi Kyung tak memperhatikan. Ia marah pada Min Joon, "Kalau
kau
melihat seorang gadis salah masuk ke rumahmu, bukankah kau seharunya
mengembalikannya ke rumahnya sendiri dengan diam-diam? Apalagi ia datang
dengan mabuk!”
“Untuk
mengembalikannya dengan diam-diam, makanya aku mengangkat teleponmu dan membiarkanmu
masuk ke dalam rumahku. Bukankah seharusnya kau malah harus berterima kasih?” sindir
Min Joon.
Hwi Kyung tak
menjawab dan masuk rumah. Ia kaget melihat barang Song Yi tersebar dan Song Yi
yang terkapar di sofa. Ia bertanya pada Min Joon apakah Min Joon benar-benar
tak melakukan sesuatu pada Song Yi? Min Joon hanya menjawab, “Singkirkan saja
dia dari rumahku.” Hwi Kyung marah mendengar pilihan kata Min Joon,
“Singkirkan? Apakah Song Yi-ku ini semacam sampah yang harus disingkirkan?”
Hwi Kyung tak
percaya pada Min Joon. Ia meminta handphone Min Joon. Ia ingin melihat apakah
Min Joon tak memotret Song Yi yang ada dalam kondisi mabuk. “Song Yi ini adalah
aktris paling terkenal di Korea. Siapa tahu kau mengambil gambar yang
tidak-tidak. Kenapa aku harus percaya padamu dan langsung pergi begitu saja?”
Min Joon kesal
dengan ucapan Hwi Kyung. Ia pun menatap Hwi Kyung dan berkata, “Kau benar. Jika
gadis ini adalah aktris besar dan terkenal, kenapa aku harus percaya padamu dan
langsung memberikanmu begitu saja? Ia sedang mabuk, dan siapa yang tahu apa
yang akan kau lakukan dengan gadis itu?”
Hwi Kyung kaget
mendengarnya. Ia berkata kalau ia adalah pacar Song Yi dan mau bicara panjang
lebar, tapi Song Yi bangun dan menyuruh semuanya untuk tidak berisik karena ia
sedang tidur. Hwi Kyung pun mengangkat Song Yi dan memapahnya bangun. Ia juga
membawa semua barang-barang Song Yi, tapi tak melihat ada dompet yang
tergeletak di bawah kursi.
Min Joon hanya
berdiri melihat Song Yi dipapah Hwi Kyung. Tapi melihat pundak Song Yi yang
kembali terbuka, ia menyipitkan matanya dan sesaat kemudian jaket Song Yi naik
untuk menutupi pundak.
Sambil memapah
Song Yi, Hwi Kyung mengomeli Song Yi yang bisa salah masuk apartemen. Ia tak
suka melihat tetangga Song Yi, “Apa yang kau lakukan jika ia melakukan sesuatu
yang aneh padamu?”
Dan di
apartemen sebelah, Min Joon mendengarkan tuduhan Hwi Kyung, dan merasa sangat
kesal. Ia pun mandi namun ucapan Hwi Kyung yang bicara sendiri terus terdengar.
Hwi Kyung memutuskan untuk tinggal lebih lama dan minum bir.
Hwi Kyung
mencoba mencuri-curi kesempatan untuk dekat dengan Song Yi. Melihat Song Yi
yang terlelap, ia pun memejamkan mata saat mendekat wajah Song yi dan
menciumnya. Namun sebelum bibirnya menyentuh bibir Song Yi, terdengar suara,
“Apa kau mau mati?”
Hwi Kyung terkejut karena mendengar suara Song Yi. Melihat Song Yi masih memejamkan
mata namun bisa tahu kalau ia akan menciumnya, ia pun salah tingkah, “Ohh.. kau
tidak tidur?”
Min Joon
mendengarkan semua itu dan tak bisa tak tersenyum saat mendengar Hwi Kyung
mengaduh-aduh karena Song Yi memukuli kepalanya, walau kemudian ia sadar dan mengembalikan lagi ekspresi wajahnya menjadi datar.
Hwi Kyung kembali
ke rumah dan baru teringat kalau ia punya janji dengan Se Mi. Ia pun menelepon
Se Mi untuk minta maaf dan menjelaskan kalau Song Yi mabuk dan salah masuk
rumah tetangga sehingga ia harus menjemputnya. Se Mi menjawab kalau ia juga
sedang masih syuting dan belum bisa pulang.
Suara Se Mi
sedikit bergetar saat berkata kalau ia akan kembali syuting dan menutup
telepon. Hwi Kyung pasti tak menyadari perubahan suara Se Mi seperti ia tak menyadari kalau Se Mi berdiri
di samping mobil di lokasi syuting yang sudah selesai dari tadi. Setelah Hwi
Kyung menutup telepon, Se Mi menangis tersedu-sedu.
Hwi Kyung
bertemu dengan kakaknya yang juga barusan pulang dari tempat penitipan hewan.
Hwi Kyung berkomentar kalau hanya Jae Kyung, cheobol yang seperti Gandi,
menjadi sukarelawan padahal tak ada kamera.
Jae Kyung
tersenyum dan berkata kalau ia jarang melihat Hwi Kyung walau Hwi Kyung sudah
pulang ke Korea. Hwi Kyung menjawab kalau ia sibuk dengan pacarnya. Jae Kyung
menggoda Hwi Kyung yang selalu diseret kesana kemari oleh si pacar. Hwi Kyung
nyengir dan balik menggoda, ia memang diseret ke sana kemari, tapi apakah ada
wanita yang melakukan itu pada Jae Kyung?
Jae Kyung hanya
tersenyum mendengarnya dan bertanya tentang pekerjaan Hwi Kyung di kantor dan meminta
Hwi Kyung bekerja sungguh-sungguh karena tak ada yang tahu identitas Hwi Kyung.
Hwi Kyung heran kenapa ia dijadikan karyawan rendahan sementara Jae Kyung langsung
menjadi General Manager saat pertama kali masuk?
Jae Kyung
menjawab kalau ia sendiri pun menyangka kakak mereka yang akan mewarisi
perusahaan ayah mereka dan ia tak dipersiapkan dengan memperoleh pendidikan untuk
menjadi pewaris perusahaan, “Kau kan juga tahu kalau impianku adalah menjadi
seorang dokter hewan.”
Hwi Kyung
menggangguk. Setelah apa yang terjadi dengan kakak mereka, ia tahu betapa keras
kerja Jae Kyung. Jae Kyung hendak meminta Hwi Kyung melakukan yang sama, tapi
Hwi Kyung menyelanya, “Aku tahu Hyung sangat sempurna. Aku tak bisa mengikuti
jejak hyung dan aku juga tak mau.”
Jae Kyung
tertawa mendengar ucapan adiknya. Ada panggilan masuk ke handphone Jae Kyung
dan Jae Kyung menyuruh adiknya untuk masuk terlebih dulu. Jae Kyung mengangkat
telepon dan terdengar suara wanita yang menangis dan memohon, “Keluarkan aku
dari sini, kumohon. Aku minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Aku bersumpah.
Kau kan bukan orang jahat.”
Dan wajah Jae
Kyun menjadi dingin saat menjawab, “Tentu saja aku bukan orang jahat. Walau ada
orang-orang yang kubunuh selama ini, tapi lebih banyak orang yang tetap kubuat
hidup walau aku ingin membunuh mereka. Dan kau masuk ke golongan yang terakhir.
Jadi kuminta agar kau tak memohon padaku, kau harusnya malah berterima kasih
padaku.”
Uhh… serem
banget sih ni orang.
Keesokan
harinya, Min Joon menemukan dompet di lantai. Ia membuka dompet itu dan melihat
foto keluarga di dompet itu. Betapa terkejutnya saat ia melihat wajah gadis
yang sama dengan gadis 400 tahun yang lalu di dompet itu. Wajah gadis yang juga
sama dengan gadis 12 tahun yang lalu.
Ia keluar untuk
mencari Song Yi. Tapi di koridor ia bertemu dengan Manajer Song Yi dan bertanya
dimana song Yi berada. Manajer itu terkejut namun menduga kalau Min Joon akan
merubah nilai nol Song Yi. Tapi Min Joon tak ada waktu dan membentak dimana
Song Yi sekarang.
Dan Min Joon
pun pergi, kali ini tak menggunakan sepeda, namun dengan mobil, melesat
menembus jalanan menuju ke tempat Song Yi berada.
Song Yi berada
di salon sedang dirias. Ia panik saat periasnya mengatakan wajah Song Yi
membengkak. Ia kemarin baru minum Somaek – campuran soju dan bir, juga makan
mie, “Apakah wajahku kelihatan sangat bengkak?”
Err.. menurut
saya sih biasa-biasa saja, tapi menurut periasnya kalau Song Yi harus
membatalkan acara hari ini karena make upnya kali ini tak akan kelihatan bagus.
Song Yi akan menjawab namun perutnya berulah dan ia buru-buru segera ke toilet
agar bisa muntah.
Yoo Ra muncul
saat Song Yi keluar dari toilet. Song Yi menyapa Yoo Ra dengan basa-basi,
membuat Yoo Ra marah. Tapi Yoo Ran
memang sudah marah pada Song Yi duluan karena tanpa basi-basi ia menyuruh
Song Yi untuk pindah salon. Ia selalu ingin marah jika melihat Song Yi. Song Yi
menjawab kalem kalau ia pun juga merasa seperti itu saat melihat Yoo Ra, jadi
bagaimana jika Yoo Ra yang mengganti salonnya.
Mendengar nada
suara Song Yi, Yoo Ra menganggap Song Yi tak hormat pada seniornya. Maka Song
Yi menjawab, “Maafkan nada bicaraku saat bicara dengan oenni yang sudah tua.
Tapi aku perlu mengkoreksi sesuatu. Memang benar kalau kau itu tua tapi kau
bukanlah seorang sunbae.”
Yoo Ra kaget
mendengar hinaan Song Yi. Tapi Song Yi mengingatkan kalau ia sudah berakting
selama 12 tahun sementara Yoo Ra baru berakting selama 5 tahun. Ia memang tak
bisa mengkoreksi adat istiadat, tapi dialah yang menjadi sunbae Yoo Ra.
“Kudengar kau
tak mau melakukan Song Yi’s Special. Tapi kau melakukannya karena mendengar aku
menginginkan acara itu. Apakah benar?”
“Benar,
bagaimana kau tahu?” tanya Song Yi santai.
“Apakah kau
punya perasaan minder terhadapku?” sindir Yoo Ra.
“Tidak,
bukankah kau mengatakan perasaan itu saat kau merasa lebih buruk daripada orang
itu?” sindir Song Yi balik. “Aku memang bodoh, tapi aku juga tahu hal itu. Yang
kurasakan pada oenni adalah superioritas.”
“Benarkah? Kau
merasa superior tapi kau selalu mengulang-ulang drama tipikal Cinderella? Kau
hanya memilih cerita-cerita itu? Ketika orang berkumpul, mereka hanya
mengatakan betapa buruknya dramamu itu.”
Song Yi
tersenyum dan menjawab, “Tapi kenapa saat orang berkumpul, pasti selalu hanya
aku dan dramaku saja? Kurasa orang tak ada kerjaan lain selain membicarakan
dramaku. Dan aku menyukainya, walau mereka menghina atau memujiku, tapi
setidaknya itu lebih baik daripada melakukan drama yang berarting 4%, yang
orang bahkan tak tahu siapa yang berperan di dalamnya.”
“Apa kau sedang
menghina dramaku?” Yoo Ra merasa terhina.
“Ah.. benar.
Dramamu berakhir dengan rating 4% bulan lalu, kan? Drama yang tak aku mainkan
karena aku tak mau melakukannya,” jawab Song Yi manis. “Karena berakhir dengan
buruk, aku juga merasa menyesal karenanya.”
Yoo Ra sudah
hampir menangis mendengar hinaan Song Yi. Ia berkata kalau rating bukanlah
segalanya. Ia dipuji karena dibuat dengan sangat bagus. “Apa kau tahu betapa
kerasnya orang-orang bekerja keras di drama itu?”
“Aku tahu
orang-orang itu sangat kerja keras. Dan sutradara sangat terluka karenanya.
Jadi setidaknya kau kau harus mentraktirnya makan. Kau seharusnya punya akal
sehat untuk melakukannya.”
“Kau..!” bentak
Yoo Ra marah.
Tapi Song Yi
belum selesai. Ia tahu kalau Yoo Ra yang menyebarkan informasi palsu tentang
dirinya untuk memicu gosip dan ia akan menuntut Yoo Ra karena pencemaran nama
baik. “Tapi aku tak melakukannya. Kau tak tahu hal itu, kan? Jadi hentikanlah
sekarang juga.”
Song Yi
meninggalkan Yoo Ra, tapi Yoo Ra mengejarnya. Ia melempar alat-alat salon yang
ada didekatnya dan berkata, “Katanya kau sedang mengejar anak kedua dari grup
S&C. Apakah itu juga gosip?”
Song Yi
berhenti dan berbalik menatap Yoo Ra, “Itu bukan gosip tapi kenyataan. Walau
yang sebenarnya adalah kebalikannya. Bukan aku yang mengejarnya, tapi dia yang menggodaku.”
Yoo Ra tersenyum sinis mendengarnya, “Ahh.. jadi seperti itu? Ibumu mendapatkan uang dengan menjual namamu dan bahkan mendirikan usaha dengan memakai namamu. Sepertinya itu bukan gosip, kan? Sekarang ibumu menyebut anak kedua Grup S&C sebagai menantunya. Apakah kau tak merasa keterlaluan?”
Para tamu dan
pegawai salon berbisik-bisik mendengar perdebatan mereka. Song Yi meminta Yoo
Ra untuk tak membawa-bawa keluarganya. Tapi Yoo Ra tak mendengarnya dan menyarankan
kalau Song Yi memang tak bisa makan (menikahi Hwi Kyung) sekaligus, maka
seharusnya Song Yi menyerah saja dan tak usah memakannya.
Song Yi menghampiri
Yoo Ra dan berkata kalau ia bukannya tak bisa, tapi tak mau. “Tapi kurasa kau
tak tahu hal seperti ini. Tak seperti orang lain, aku tak ingin mencampuri
kehidupan orang lain hanya karena uang, karena itu menyedihkan. Dan karena aku
bisa cari uang sendiri.”
Yoo Ra marah,
merasa Song Yi sedang membicarakan dirinya. Ia mengangkat tangan hendak
menampar Song Yi, tapi tangannya tertahan. Ada seseorang yang memegang
tangannya.
Song Yi kaget
karena tiba-tiba melihat Min Joon ada di hadapannya sedang menahan tangan Yoo
Ra, “Apa ini? Kenapa kau bisa ada di sini?”
Min Joon
melirik Yoo Ra tajam dan seketika itu juga beberapa lampu meledak, membuat
semua orang berteriak ketakutan, termasuk Song Yi dan Yoo Ra. Ruangan menjadi kacau
dan Min Joon langsung menarik Song Yi pergi.
Song Yi
bertanya kenapa Min Joon bisa tahu kalau ia ada di sana? Dan tak tahukah kalau
ia sekarang merasa sangat terkejut? Tapi Min Joon hanya diam memandangi Song
Yi. Melihat Min Joon hanya diam dan menatapnya, Song Yi bertanya, “Kenapa?
Apakah karena aku tak sengaja masuk ke rumahmu kemarin? Kau datang kemari untuk
membicarakan hal itu?”
Min Joon tetap
memandangi Song Yi. Tanpa diminta Song Yi pun menjelaskan kalau yang kemarin
adalah salah paham saja. Tak ada salahnya untuk minum-minum dan jadi mabuk, “Dan
karena kau mabuk, kau bisa buat kesalahan.”
Min Joon
mengeluarkan dompet dan bertanya, “Siapa ini?” Song Yi merampas dompet itu dan
marah karena Min Joon melihat foto orang tanpa permisi. Tapi Min Joon berteriak
padanya, “Siapa ini?!”
Song Yi
balik bertanya pada Min Joon, “Apa aku harus menjawabnya?” Ia tak menjawab dan
berjalan pergi. Tapi Min Joon menariknya dan mendorongnya ke dinding. Song Yi
membentak Min Joon yang melakukan hal itu dan mengatainya gila. Tapi Min Joon
terus memandangnya.
Kau.. siapakah
dirimu?”
Dan saat itu
terdengar ucapan Min Joon seperti di akhir prolog episode 1, “Entah kau menginginkannya
atau tidak, yang terjadi pasti akan terjadi. Dan makhluk Bumi menyebutnya
sebagai takdir.”
Epilog
Pada wawancara
Chun Song Yi’s Special, Song Yi ditanyai tentang cinta pertamanya. Sambil
tertawa kecil Song Yi menjawab kalau ia pernah beberapa kali berkencan, tapi ia
tak memiliki seseorang yang pantas disebut ‘cinta pertama’.
“Saat aku
kecil, aku pernah hampir mengalami kecelakaan besar. Tapi seorang ahjussi
menolongku. Aku tak bisa mengingatknya tapi ia tampan. Ia juga tinggi, lembut
dan tipe orang yang hangat?”
Dan dalam
wawancara Min Joon, Min Joon berkata kalau ia tak memliki jenis wanita yang ia
sukai. Tapi ia punya jenis wanita yang tak ia sukai. “Gadis pemabuk, aku
membencinya. Gadis yang tak bisa menempatkan diri, itu malah lebih kubenci.
Gadis yang sangat sok tahu, gadis yang bertindak seenaknya atau suka membual,
aku paling membencinya. Ada gadis yang memiliki semua sifat itu, dan yang kutahu,
ia adalah yang terburuk.”
“Dia adalah
yang terbaik,” kata Song Yi meneruskan. “Walau saat itu sangat singkat,
tapi ia terasa sangat misterius tapi juga terasa sangat hangat. Aku masih dapat
mengingatnya. Aku tak tahu apakah Paman itu akan mengingatku. Tapi, kupikir aku
akan langsung mengenalinya saat itu juga. Seperti takdir.”
Interview
berakhir saat sutradara berkata, “Cut, okay!” Song Yi segera berdiri dan
melihat Min Joon lewat dengan sepedanya, tak peduli akan keramaian yang dibuat
oleh Song Yi. Song Yi memandang sinis ke arah Min Joon dan bergumam, “Dasar
sialan..”
source :
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment