Saturday, May 17, 2014

Sinopsis My Love From Another Star Episode 2

Prolog My Love From Another Star Episode 2



Min Joon ternyata datang tak sendiri. Seperti sekelompok astronot bumi yang mengumpulkan sampel di permukaan bulan, Min Joon dan rekan-rekannya mengambil sampel di hutan seperti bunga dan binatang. Kadang mereka melayang namun mereka bisa turun kembali ke tanah, seakan beradaptasi dengan kondisi Bumi.
Min Joon memisahkan diri dari kelompoknya, dan memasuki desa terdekat. Caranya? Ia menghentikan waktu seperti saat ia datang pertama kali dan berganti baju seperti warga Joseon yang kebanyakan. Semuanya dilakukan dengan santai tanpa terburu-buru, karena hanya dia sendiri yang bergerak.
Banyak hal yang membuatnya tertarik, salah satunya adalah mencoba memainkan bola sepak ala Joseon (walau gagal). Setelah puas melihat-lihat, ia menarik nafas panjang dan saat menghembuskan nafas, semuanya berjalan normal seperti biasa, tanpa ada yang menaruh curiga pada kehadiran Min Joon.
Min Joon tertarik pada judi menebak bola yang disembunyikan di salah satu cawan. Dengan kemampuan supernya, ia tahu kalau bandar memindahkan bola ke cawan yang tak dipertaruhkan dengan sangat cepat hingga tak terlihat oleh para penjudi. Ia hanya tersenyum melihat kelicikan Bandar itu.
Salah satu penjudi yang masih penasaran meminta permainan diulang dengan taruhan uang pengobatan anaknya, “Jika aku kalah, aku akan terjun ke sungai dan mati.” Ia mengeluarkan serenceng uang dan menyuruh Bandar untuk memulai permainannya dan menaruh uang di salah satu cawan yang benar.
Bandar itu kembali melakukan tipuannya, tapi kali ini Min Joon campur tangan. Dengan cepat, ia mengembalikan bola ke cawan tersebut sehingga saat dibuka cawan tersebut masih terisi bola. Penjudi itu tertawa kegirangan sementara si Bandar bingung kenapa hal ini bisa terjadi. Min Joo tersenyum lebar dan pergi meninggalkan mereka.
Malamnya, gadis yang diselamatkan Min Joon masih sibuk menulis. Ia mendapat perintah dari ibunya untuk menyalin buku tentang berbagai cara untuk mati. Gadis itu heran sekaligus kesal dengan perintah itu. Ia mengomel sendiri, “Apa Ibu menyuruhku untuk mengikuti jejak suamiku dan juga mati? Kenapa juga aku harus mati? Aku saja sudah merasa tak adik karena menjadi janda di umur 15 tahun saja!”
Gadis itu akhirnya ketiduran di mejanya. Dan seorang yang berbaju hitam, menculiknya dan mengambil kertas-kertas yang tadi ditulisnya. Saat tersadar, gadis itu melihat orang itu sedang mempersiapkan tali gantungan untuk menjerat lehernya. Ia panik namun ia merasakan kalau tali yang mengikat tangannya kendor dan diam-diam melepaskan tali itu.
Saat pria itu mendekatinya, dia pun melempar batu dan kabur. Pria itu mengangkat busurnya dan membidik punggung gadis itu. Anak panah terlepas, mengarah ke gadis itu.
Dan menancap di pohon yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia terkejut melihat anak panah itu dan melihat ke sekeliling hutan dengan ketakutan.
Gadis itu membuka mata dan melihat sekelilingnya. Ia tersungkur di tanah, namun segera bangkit. Betapa kagetnya ia melihat sosok pria yang berdiri membelakanginya dan ia segera berlari. Namun langkahnya terhenti saat menyadari siapa pria itu. Pria yang mengulurkan tangannya saat tirai tandu tersibak.
Ia menoleh pada pria itu yang sekarang menatapnya, “Tuan, apakah kau yang menolongku saat itu? Penampilanmu berbeda sehingga aku tak segera mengenalimu. Tapi, apa yang membawamu kemari?” Pria itu hanya menatapnya, membuat gadis itu bertanya lagi, “Apakah .. yang menolong saya beberapa saat yang lalu itu Anda?”
Pria itu tetap diam, namun kali ini berjalan menghampiri gadis itu dengan perlahan. Gadis itu mundur, namun pria itu hanya ingin mengambil daun yang tersangkut di rambutnya. Tak berani menatap wajah pria itu terlalu lama, gadis itu berterima kasih karena telah menyelamatkan nyawanya. Ia menanyakan nama pria itu dan memperkenalkan dirinya, “Nama saya Seo Yi Hwa.”
Yi Hwa terkejut saat menatap kaki pria itu yang melayang ke udara. Pria itu pun juga sama terkejutnya, karena ia terlihat canggung karenanya. Ia pun menurunkan badannya, kembali memijak tanah. Yi Hwa mundur sedikit takut, tapi pria itu tersenyum padanya dan memberikan sebuah tusuk konde.
Tusuk konde itu sekarang ada di sebuah museum dengan seseorang menjelaskan arti tusuk konde itu yang berasal dari tahun 1600 dan dibuat dari kristal yang dibentuk seperti akar pohon bambu dan untuk batangnya, kristal itu dilapisi dengan perunggu, “Seharusnya akar tersebut juga terbuat dari kristal, namun entah kenapa ujung tusuk konde itu pecah dan hilang.”
Pemandu museum itu menjelaskan kalau tusuk konde itu dibuat pada awal tahun 1600, tapi tak diketahui tentang pemilik tusuk konde itu. Ia juga menjelaskan kalau semua peninggalan bersejarah yang ada di ruangan ini adalah sumbangan dari seorang donator yang anonym, dan sampai sekarang mereka tak bisa melacak keberadaan donator tersebut.
Min Joon menatap tusuk konde itu dengan muram, dan setelah mendengar penjelasan pemandu itu yang merujuk pada dirinya sendiri, ia pun meninggalkan ruangan.

My Love From Another Star Episode 2 – 1
Keduanya bertatapan saat pintu lift terbuka. Namun Min Joon memutuskan tatapan itu dan  meninggalkan lift tanpa menyapa sedikit pun. Song Yi akhirnya memanggilnya dan berkata kalau tadi di kampus, ia terlalu terkejut sehingga tak mengucapkan semua yang ingin ia ucapkan. Dan ia sekarang akan mengucapkannya.
Min Joon hanya diam memandangnya, membuat Song Yi menyindir, “Kau bahkan tak merespon saat orang bicara padamu?” Min Joon tetap diam dan menatapnya, membuat Song Yi akhirnya melanjutkan, “Ya sudahlah. Berapa umurmu?”
“Apa aku harus menjawab?” tanya Min Joon balik.
“Tuh lihat. Bahkan ucapanmu juga tak sopan,” ujar Song Yi pedas. “Aku tahu kalau wajahku sangat baby face. Tapi lusa aku sudah berumur 30 tahun. Aku tak tahu seberapa kuat sponsormu sehingga bisa menjadi professor di usia semuda ini, tapi aku lebih tua darimu sehingga bicara dengan banmal (bahasa tak formal) sedikit ..”
Min Joon bergumam pada dirinya sendiri, menghina Song Yi dengan sebutan gadis byung ja dan mengatainya gila. Tapi Song Yi mendengar  dan mengira Min Joon menghinanya namun dengan bahasa yang lain. Kali ini ia benar-benar marah.
Min Joon menghela nafas dan menjelaskan kalau kata yang barusan ia ucapkan itu berasal dari ucapan di tahun ke-13 pemerintahan Raja Go Jong dikenal sebagai tahun byung ja karena masa kemarau panjang yang menyebabkan bendungan kering. Bendungan kering itu kemudian disebut orang dengan bendungan yang sombong, “Jadi saat itu jika ada orang yang tak tahu aturan, maka orang itu disebut ‘bertindak seperti bendungan sombong di tahun byung ja.’”
Otak Song Yi pun berputar untuk mencerna ucapan Min Joon dan menyimpulkan, “Jadi barusan tadi, kau menghinaku bukan dengan cara jaman sekarang, tapi dengan cara Joseon?”
Song Yi masih berpikir untuk menilai apakah ia harus marah atau tidak dengan hinaan jadul itu, tapi Min Joon sudah meninggalkan Song Yi. Song Yi berteriak memanggilnya lagi, tapi Min Joon sudah masuk apartemennya sendiri, membuat Song Yi kesal, “Bagaimana mungkin ada orang yang begitu.. gila?”
Ia hanya bisa meluapkan kekesalan dengan mengatai Min Joon sambil melempar baju yang ia pakai dengan serampangan. Min Joon yang mendengar semua sumpah serapah Song Yi dari ruang tidurnya, hanya bisa berdecak dan geleng-geleng kepala.
Min Joon tidur dan bermimpi melihat seseorang yang memakai sepatu perak mundur dan terjatuh ke dalam air. 
Ia menceritakan hal itu pada Pengacara Jang, yang berpikir kalau itu mungkin adalah suatu tanda, karena sebelumnya Min Joon pun pernah mendapatkan gambaran tentang apa yang akan terjadi 12 tahun yang lalu, “Hal itu terjadi lagi 3 bulan sebelum kau pergi. Dengan kemampuanmu, kau bisa membantu orang yang membutuhkan pertolongan.”
“Apakah hal itu akan merubah keadaan?” tanya Min Joon. Pengacara Jang heran mendengar nada skeptis dalam ucapan Min Joon . Min Joon pun menjelaskan kalau ia pernah melakukan hal itu tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Dan ia pun teringat 400 tahun yang lalu. Ia melihat penjudi, yang menang setelah mempertaruhkan uang pengobatan putrinya, sekarang muncul lagi di hadapan Bandar itu dan membawa putrinya untuk dijual sebagai modal judi. Bandar itu marah dan mengusir penjudi itu. 
Tapi penjudi itu berkata kalau gara-gara judi, rumah tangganya hancur dan istrinya kabur dari rumah. Yang tersisa hanyalah putri yang sakit-sakitan dan ia akan mempertaruhkannya.
Si bandar marah dan berkata kalau seharusnya penjudi itu berhenti saat ia menang banyak, “Kau semestinya tak usah menang saat itu. Sekarang kau menjadi gila karena terus bermain judi!”
Min Joon melihat semua itu dan nampak penyesalan di wajahnya. Dan wajah itu muncul kembali sekarang saat ia mengungkapkan apa yang ia petik dari kejadian itu, 
“Hanya karena kita bisa sedikit menolong mereka, itu tak bisa merubah untuk selamanya. Akhirnya, semua yang akan terjadi pasti akan terjadi. Hal yang sudah buruk, akan semakin bertambah buruk.”
Pagi itu, sepatu yang dilihat Min Joon dipakai oleh Song Yi. Manajer Song Yi memberitahukan kalau Song Yi mendapatkan tawaran untuk diliput selama 24 jam dan akan disebut ‘Chun Song Yi’s Special’. Song Yi mencemooh karena ia sudah spesial hingga ke tulangnya, “Apa orang tak akan tahu kalau aku adalah spesial jika aku tak melakukan hal itu?”
Si manajer membenarkan kalau Song Yi sudah dikenal spesial, tapi ada beberapa orang yang masih meragukan Song Yi, yang berkata kalau Song Yi ke kampur itu hanya untuk pencitraan, “Tapi jika hidup noona 24 jam terekspos, orang tak akan bicara lagi. Noona juga akan memiliki citra artis yang ramah.”
Song Yi tetap menolaknya, hingga asistennya berkata, “Jika oenni tak melakukannya, kudengar Han Yoo Ra mau melakukannya.” Ucapan itu langsung membuat tanduk Song Yi muncul dan asistennya menjelaskan kalau ia mendengar dari asisten Yoo Ra, kalau mereka sedang menunggu-nunggu Song Yi untuk menolak tawaran ini, “Dan ini akan menjadi ‘Han Yoo Ra’s Special’.”
Song Yi tertawa lebay, mendengar ucapan asistennya, “Hei.. bagaimana mungkin ia spesial? Acara itu tak akan menjadi  ‘Han Yoo Ra’s Noouurrmaall’. Nouurrmall..”
LOL banget mendengar kata nouurrmmalll dari mulut Song Yi. Si Manajer langsung memuji bahasa inggris Song Yi yang mengalami kemajuan.
Song Yi berkata kalau ia mau melakukannya karena khawatir pada Yoo Ra. Saat ia memenangkan best main actress award di Golden Bell Awards, Yoo Ra hanya memenangkan popularity award. Si asisten menjawab balik, “Tapi saat di Blue Dragon Awards, Yoo Ra yang menang dan bukannya noona.”
Si manajer menyikut si asisten dan asisten itu langsung tersadar apalagi Song Yi meliriknya kesal. Ia langsung menutup mulutnya. Tapi semua ucapan mereka itu membuat Song Yi memutuskan, “Aku akan melakukannya. Bukan ide buruk untuk memiliki citra yang ramah seperti yang diinginkan orang-orang.”
Tentu saja berita ini langsung terdengar oleh Yoo Ra yang kesal karena ia benar-benar ingin melakukannya. Se Mi muncul dan menyapa Yoo Ra dengan sebutan oenni.
Yoo Ra bertanya apa Se Mi sedang tak memiliki jadwal kerja? Se Mi menjawab kalau ia sekarang sedang bermain drama. Asisten Yoo Ra pun ingat kalau Se Mi main di drama yang sama dengan Song Yi tapi ia tak ingat Se Mi berperan menjadi apa. Se Mi hanya tersenyum.
Yoo Ra sadar kalau Se Mi dekat dengan Song Yi. Pada Se Mi, ia berkata kalau ia tak habis pikir kenapa Song Yi, yang biasanya tak menyukai reality show seperti itu, mau melakukannya. Se Mi menjawab, “Aku juga tak tahu pasti. Tapi … “
Ucapan Se Mi yang menggantung itu membuat Yoo Ra penasaran dan menoleh untuk mendengarkan lanjutan ucapannya, “Walau Song Yi tak mempedulikanku, ia sangat peduli denganmu. Aku mungkin bukan saingannya. Ia baik padaku karena kami adalah teman, tapi ia merasa oenni adalah rivalnya.”
Yoo Ra menyuruh Se Mi untuk menjelaskan lagi. Se Mi pun mengatakan walau Song Yi tak suka dengan satu gaun, tapi jika ia mendengar Yoo Ra ingin memakai gaun itu, Song Yi akan memakainya. Begitu juga dengan drama yang tak ia sukai, tapi akan ia lakukan jika mendengar kalau Yoo Ra menginginkan drama itu, “Begitulah Chun Song Yi, seperti anak-anak.”
Se Mi mengatakan hal ini dengan nada datar, tapi sudah bisa membuat Yoo Ra seperti cacing kepanasan karena sangat marah. Se Mi tersenyum tipis dan kembali membuka-buka majalahnya.
Dan tibalah syuting Chun Song Yi’s Special. Di lobi, Song Yi melirik tajam pada Min Joon yang juga akan berangkat kerja. Song Yi muncul di depan pintu gedung apartemennnya dengan bersepatu kets dan menyapa para wrartawan. Ia pergi ke parkiran sepeda dan berkata dengan manisnya kalau ia selalu menggunakan sepeda saat ia tak memiliki jadwal bekerja, “Aku kan Duta Perlindungan Hutan. Ya, kan?”
Min Joon yang juga mengambil sepedanya, mengawasi kerumunan itu dan mendengarkan Song Yi yang berkata, “Karena aku terburu-buru, aku tak memakai make up sama sekali. Apakah kalian sudah mulai syuting? Berarti acara ini benar-benar realistis, ya?”
Dan kita melihat apa yang terjadi saat matahari belum terbit beberapa saat yang lalu (yang mungkin juga didengar Min Joon). Song Yi sudah dirias make up dengan perintah khusus, “Riaslah seperti aku tak memakai make up sama sekali. Tanpa make up.”
Si perias mengeluh sulit, tapi Song Yi berkata kalau ia belum bisa dikatakan benar-benar perias yang pro jika belum mengerjakan hal yang sulit. Song Yi menyalahkan TV yang sekarang High Definition sehingga sedikit make up saja sudah terlihat. “Hanya karena orang ingin melihat wajah polos kita, bukan berarti wajah kita harus benar-benar polos tanpa make up, kan?”
Haha.. good quote. Si perias itu mengangguk-angguk setuju.
Di depan kamera, ia berkata kalau ia hanya mencuci muka saja berangkat ke kampus. Para wartawan memuji kulit Song Yi yang sangat bagus dan bertanya bagaimana cara Song Yi merawat kulitnya.
Dan Song Yi pun menjawab dengan rendah hati kalau ia tak melakukan hal yang spesial. Ia hanya sering tersenyum, makan makanan yang sehat dan berpikiran positif. “Aku juga selalu mengkonsumsi seperti vitamin dan omega ttthhrreee.” Semua tertawa mendengarnya. Manajer dan asisten Song Yi sangat puas dengan jawaban Song Yi. Hingga Song Yi menambahkan, “Ahh.. dan aku juga menggunakan propofol.”
Note : propofol adalah sejenis obat bius yang digunakan beberapa aktris untuk perawatan kulit yang akhirnya menjadi skandal karena penggunaan yang berlebihan. Park Shi Yeon dan Jang Min In Ae diberitakan pernah menggunakannya.
Semuanya bengong mendengarnya. Tapi Song Yi tak sadar. Ia malah mengatakan kalau efek propofol adalah yang terbaik. “Aku merasa tubuhku seakan melayang sehingga membuat moodku menjadi bagus.”
Para wartawan langsung berbisik-bisik. Si manajer maju untuk menjernihkan persoalan dengan mengatakan kalau Song Yi hanya salah ucap. Pada Song Yi, ia meminta Song Yi untuk mengkoreksi kata-katanya, Dengan polos Song Yi berkata kalau ia memang mengkonsumsinya setiap hari, “Kau bilang itu adalah untuk anti penuaan.”
Ia mengambil botol obat dan asistennya langsung berkata, “Oenni! Itu propolis! Obat itu kan kau beli di Australia!”
Bwahaha… ngakak guling-guling liat Song Yi salah ucap propofol dengan propolis. Sudah gitu mukanya benar-benar polos lagi saat menjawab, “Iya benar. Apa keduanya sangat berbeda?”
LOL. Manajernya benar-benar kesal dan bertanya, “Beda! Apa kau ingin menyerahkan dirimu ke kantor polisi?” Song Yi malah balik bertanya mengancam, “Apa kau sekarang sedang membentakku?” Si manajer hanya bisa menghela nafas, “Tidak. Tunggu sebentar, ya Noona,” ia berbalik dan memohon pada PD Nim untuk menghapusnya.
Song Yi melihat Min Joon yang memandangnya sekali lagi sebelum mengayuh sepedanya. Ia berusaha mengacuhkannya. Sambil berjalan menuntun sepedanya, Song Yi berkata di kamera kalau ia tetap murid biasa di universitas walau ia adalah seorang bintang.
Dan untuk membuktikannya ia menyapa salah satu teman sekelasnya dengan menyebut namanya dan mengajaknya minum bersama. Anak itu dan juga para temannya terkejut karena Song Yi tahu namanya. Song Yi hanya tersenyum. Kok bisa? Ternyata si Manajer memiliki daftar teman sekelas Song Yi dan ialah yang menunjukkan dengan berbisik pada Song Yi.
Si Manajer kemudian menyebut sebuah nama dan Song Yi langsung menyapa dengan namanya. Tapi rupanya orang tersebut adalah dosen. Buru-buru Song Yi menutupinya dengan berkata, “Profesor, Anda kelihatan sangat muda hingga saya seperti ingin memanggil Anda dengan Young Ah...”
Haha.. Buru-buru Manajer mendekati PD-nim dan berkata, “Yang itu juga diedit.”
Kayaknya bisa mati muda kalo jadi manajer Song Yi. 
Di kelas Min Joon, semua mahasiswa mengumpulkan tugas termasuk Song Yi yang maju ke depan dengan disorot kamera. Pada manajernya, Song Yi tersenyum rahasia.
Namun senyumnya hilang saat Min Joon memanggilnya dan berkata kalau sepertinya Song Yi tak tahu perarturan kelasnya karena sering absen, “Saat kau mengerjakan esai untuk kelasku, kau tak boleh copy paste atau mencampur dengan pendapat orang. Tak boleh sama sekali. Tapi kau melakukan semuanya.”
Song Yi teringat kalau pagi tadi manajernya memberikan esai yang katanya hantu pun tak bisa mengetahui kalau yang ada di esai itu adalah copy paste dari berbagai sumber. Esai itu ditulis oleh orang yang ahli hingga Min Joon tak mungkin mengetahuinya.
Maka Song Yi pun membantahnya. Maka Min Joon pun membuka helai demi helai esai itu dengan menyebutkan sumbernya. Dari pembukaan di halaman pertama dari thesis tahun 1999, kemudian yang berikutinya adalah thesis yang ditulis tahun 1996 dan kesimpulan yang diambil dari thesis 1959, “Kau melakukah pekerjaan yang bagus dengan melakukan copy and paste.”
Wajah Song Yi memucat dan si Manajer buru-buru berbisik lagi pada PD-nim. Tapi sudah terlambat karena berita pasti sudah menyebar karena mahasiswa mulai menyebarkan berita itu lewat status di Socmed mereka masing-masing. Min Joon tak peduli dengan hal itu dan berkata, “Karena itu, esai ini mendapat nilai nol.”
Beberapa mahasiswa tertawa mendengar nilai itu. Tapi Song Yi tetap menatap Min Joon yang bertanya, “Apakah kau keberatan?” Terdengar suara kamera handphone berbunyi di kanan kiri, membuat Song Yi tahu kalau semua orang akan mengetahui kejadian ini, detik ini juga.
Para mahasiswa keluar ruangan masih dengan membicarakan nilai nol yang didapat Song Yi. Min Joon yang melewati beberapa mahasiswa mendengar gunjingan mereka tentang Song Yi, bahkan salah satu dari mereka juga merekamnya dan akan menguploadnya ke internet dengan judul Si Nol Song Yi dengan deskripsi Chun Song Yi dengan otaknya yang sudah disuntik botox. Ia sekarang bahkan menjadi plagiat? Tentu saja tak punya akal sehat.
Ucapan itu mengingatkan Min Joon saat Song Yi marah dan mengira Min Joon mencapnya sebagai orang yang tak punya otak dan tak punya akal sehat. Dan ia melirik ke sekitarnya, para mahasiswa semua membicarakan betapa memalukannya perbuatan Song Yi dan menjelek-jelekkannya.
Ia ingat betapa terlukanya Song Yi dengan semua komentar yang membencinya itu. Maka saat salah satu mahasiswa hendak mengupload video itu, dengan kekuatannya ia menjatuhkan handphone itu hingga hancur.
Tapi tak hanya satu orang yang merekam kejadian itu karena ada orang lain lagi yang mengupload video itu. 
Di kelas, Song Yi membaca satu persatu komentar yang menghinanya. Ia mencoba menulis komentar sebagai orang yang membelanya, ‘Chun Song Yi adalah manusia juga. Tak dapatkah ia melakukan kesalahan?’ Tapi komentar berikutnya langsung menjawab, “Chun Song Yi, kau tak seharusnya berkomentar di sini.”
Song Yi kaget melihat orang bisa menebak dengan benar dan menoleh kanan kiri, merasa seperti diawasi. Si Manajer masuk kelas dan ragu-ragu duduk di hadapan Song Yi, ingin minta maaf. Song Yi bertanya, “Bahkan hantu pun tidak tahu? Dia itu siapa? Apakah dia hantu?”
Manajer itu juga heran, bagaimana mungkin Min Joon bisa tahu karena ini adalah sesuatu hal yang orang tak mungkin bisa tahu. Tapi Song Yi tak ingin membicarakannya. Ia menyuruh manajernya keluar dan meninggalkannya sendiri.
Melihat Song Yi yang tak marah-marah atau berteriak malah membuat Si manajer khawatir. Ia meminta Song Yi untuk marah padanya atau memukulnya seperti yang biasa Song Yi lakukan. Hal itu malah membuat pikirannya tenang. Tapi dengan suara pelan, Song Yi meminta manajer itu keluar karena ia ingin sendiri.
Manajer itu pun pergi dengan walau nampak khawatir dan bersalah. Sebuah SMS muncul di handphone Song Yi. Bukti transaksi pembelian dengan kartu kredit sebesar 3,29 juta won. Song Yi hanya menghela nafas memandang transaksi yang ia tahu dilakukan oleh siapa.
Siapa lagi kalau bukan ibu Song Yi yang belanja di butik. Ia bertemu dengan ibu Se Mi yang dengan nada manis bertanya apaka ibu Song Yi tak ikut syuting dengan putrinya? Biasanya untuk acara seperti itu melibatkan keluarga, “Oenni ini kan masih menjadi ibunya.”
Tentu saja ibu Song Yi tak mendengar tentang acara ini. Tapi ia menutupinya dengan senyum dan berbohong kalau nanti siang ia akan makan malam dengan Song Yi dan in Jae, bahkan mungkin juga bersama dengan Hwi Kyung, yang ia sebut sebagai menantunya.
Ibu Se Mi berkata kalau Song Yi dan Hwi Kyung tak pernah pacaran jadi sangat berlebihan jika ibu Song Yi memanggilnya menantu. Dengan santai ibu Song Yi menjawab, “Song Yi memang belum mengiyakan. Tapi begitu ia berkata oke, maka pernikahan akan segera terjadi. Anakku itu hanya jual mahal. Aku sebenarnya kasihan pada menantu Lee. Padahal ia adalah anak kedua  dari grup S&C?”
Di kantor, Hwi Kyung juga melihat apa yang terjadi di kelas Song Yi. Ia kesal pada dosen Song Yi dan penasaran pada orang itu yang memberikan nilai nol pada Song Yi-nya. Atasannya berdiri dan berkata kalau sekarang saatnya ngopi-ngopi dan menyebutkan pesanannya dan diikuti oleh pegawai lainnya.
Menjadi sebuah kebiasaan di sana kalau anak baru yang akan membelikan semua pesanan itu dan Hwi Kyung adalah anak baru itu. Tapi Hwi Kyung masih sibuk mengetik SMS pada Song Yi sehingga ia tak mendengarkan pesanan itu.
Rekan kerja yang disampingnya mengetuk-ketukkan bolpen, membuat Hwi Kyung menoleh dan rekan kerjanya mengulang semua pesanan kopi mereka. Hwi Kyung hanya menatap rekannya itu dan segera sadar, “Ahh.. teh susu untukku.” Dan ia kembali mengetik SMS kembali.
Ha, semua orang bengong melihat kelakuan Hwi Kyung. Mereka menatap Hwi Kyung yang akhirnya mendongak dan melihat kalau semua orang menatapnya. Ia kembali menyadari kalau ia tak sopan dan menambahkan, “Terima kasih untuk minumannya.”
Haha.. tepok jidat rasanya lihat Hwi Kyung.  Rekan kerjanya itu mau menceramahinya tapi Hwi Kyung malah meninggalkannya karena ia menerima telepon dari Se Mi. Atasannya sudah kesal dan hendak mengikuti Hwi Kyung untuk melabraknya, tapi dicegah oleh anak buahnya, “Biarkan saya yang memberinya pelajaran.”
Se Mi menelepon untuk mengingatkan kalau hari ini ia berulang tahun dan gembira saat Hwi Kyung berkata kalau ia akan mentraktirnya dengan makanan yang paling mahal. Tapi kegembiraannya surut saat Hwi Kyung mengusulkan untuk mengajak Song Yi juga. Ia berkata kalau Song Yi mungkin tak bisa ikut karena kejadian hari ini dan lebih baik jika mereka membiarkan Song Yi sendirian.
Hwi Kyung sedikit ragu tapi Se Mi meyakinkannya karena Se Mi mengenal Song Yi dengan baik. Hwi Kyung pun akhirnya setuju dan mereka pun janjian untuk bertemu jam 8 malam nanti. Song Yi sangat gembira karenanya.
Seorang wanita sedang menjaga kafe yang hanya dikunjungi oleh pria-pria yang tak keren. Ia pun memutuskan untuk cuci mata untuk melihat yang bening-bening di internet. Dan berita Song Yi menarik perhatiannya.
Melihat begitu banyak komentar haters, ia pun memutuskan untuk turun tangan dan menulis, ‘Aku adalah teman SMP dan SMA-nya Chun Song Yi. Sepertinya kalian semua salah paham. Kelakuan Chun Song Yi itu bukan karena dia terkenal, tapi kelakuannya sudah seperti itu sejak awal.’
Wanita itu terkekeh geli melihat komentarnya sendiri, hingga muncul  sebuah suara, “Kenapa kau kelihatannya sangat senang sekali?” Ia mendongak dan terkejut setengah mati melihat Song Yi, ada di hadapannya.
Dan ternyata wanita itu adalah teman Song Yi saat sekolah dulu. Nama aslinya adalah Bok Ja tapi ia sudah mengganti nama menjadi Hae In, walau Song Yi masih selalu memanggilnya dengan Bok Ja, membuatnya kesal. Song Yi datang ke kafe untuk makan ramen dan soju, sesuatu hal yang tak mungkin dilakukan aktris Song Yi, tapi ia melakukannya di depan Hae In. Sepertinya hanya di depan temannya ini, Song Yi bisa makan seenaknya dan berkeluh kesah.
Hae In menebak kalau mood Song Yi yang jelek ini pasti karena nilai nol yang diterimanya. Ia mengingatkan Song Yi kalau dulu Song Yi juga pernah mendapatkan nilai jelek, “Kau mendapat 4 untuk matematika, kan? Sudah kubilang, kalau kau harusnya mengisi jawaban dengan pilihan jawaban yang sama, kan?”
Hahaha.. kayak Young Do, dong..
Song Yi heran pada semua orang yang nampak baik di depannya tapi kemudian menjelek-jelekkannya di belakang. Hae In hendak berkata kalau Song Yi memang berbuat sesuatu yang bisa membuat orang menghinanya. Tapi melihat wajah Song Yi yang muram, ia mengurungkan menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya bisa kembali menuangkan soju dan heran pada kelakuan orang-orang itu.

Song Yi bergumam marah, “Pria sialan.” Hae In heran mendengar umpatan Song Yi dan bertanya siapa orang yang dimaksud?

Orang yang ada di pikiran Song Yi itu sekarang sedang duduk bermain mahjong dengan Pengacara Jang dan dua orang tua lainnya dan ia berhasil mengalahkan semuanya. Salah satu lawan Min Joon heran bagaimana Min Joon yang masih muda bisa mahir permainan itu dan bertanya pada Pengacara Jang. Apakah Pengacara Jang itu ayah Min Joon?
Walau mulanya kaget dengan pertanyaan itu, Pengacara Jang membenarkannya. Mendadak seorang kakek tua yang muncul di ruangan mahjong dan terkejut saat melihat Min Joon. Ia bertanya apakah Min Joon adalah Kim Woo San?

Min Joon tak kalah terkejut melihat kakek tua itu yang memiliki tahi lalat besar di hidung. Ia segera sadar kalau kakek itu adalah lawan yang pernah ia kalahkan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Tapi kakek itu segera menyadari kalau tak mungkin pria itu adalah Kim Woo San dan menebak lagi,”Apakah kau cucu Kim Woo San?”
Pengacara Jang langsung memperkenalkan diri kalau ia adalah putra Kim Woo San dan Min Joon adalah putranya. Kakek itu senang sekali bertemu dengan Min Joon yang mirip sekali dengan kakeknya, orang yang selalu ia kalahkan. Min Joon langsung tersentil karena ia tahu saat itu ia yang selalu mengalahkan kakek itu.
Min Joon pun mengkoreksi ucapan kakek itu kalau yang ia dengar kakeknya, Kim Woo San adalah pria yang terkenal sebagai pemain mahjong terhebat di provinsi Gyeongseong. Tapi kakek itu malah memproklamirkan dirinya sebagai pemain mahjong terhebat di Gyeongseong, “Sepertinya kakekmu telah membohongimu.’
LOL, Pengacara Jang berusaha untuk tidak tertawa melihat Min Joon yang kesal karena kenyataan diputarbalikkan oleh si kakek.
Masih menahan kesabarannya dan dengan sopan Min Joon berkata kalau kakeknya bukan orang yang suka berbohong. Tapi dengan suara keras sehingga membuat semua orang menoleh, kakek itu malah menuduh kakek Min Joo sebagai pembohong karena dialah pemain Mahjong terhebat di Gyeongseong, “Aku yang hidup di masa itu, pasti tahu lebih baik daripadamu. Apa kau melihat kejadian itu? Apa kau melihat kakekmu mengalahkanku? Kutanya kau, apa kau melihatnya?!”
Haha.. Pengacara Jang masih terus tertawa walau mereka sudah pulang dari main mahjong. Min Joon menceritakan kakek tua itu pernah ia kalahkan 60 tahun yang lalu. Rasanya saat itu seperti kemarin saja. Selama ia hidup 400 tahun ini, banyak hal yang terjadi tapi tak banyak kenangan yang bisa ia ingat untuk dibawa kembali.
Pengacara Jang mengingatkan kalau ada gadis yang ia temui 12 tahun yang lalu. Ia berinisiatif untuk mencari identitas gadis itu dan sekarang sedang menyelidikinya. Tapi menurut Min Joon, Pengacara Jang tak perlu melakukan hal seperti itu. Pengacara Jang bertanya bukankah Min Joon ingin menemui gadis itu?
“Aku hanya merasa penasaran,” jawab Min Joon. “Tapi.. jika memang ada alasan untuk aku bertemu dengannya, bukankah aku pasti akan bertemu dengannya lagi? Jika aku pulang tanpa aku pernah menemuinya, jadi mungkinkah memang karena aku tak memiliki alasan untuk itu? Selama aku hidup di sini untuk jangka waktu yang lama, hal itulah yang aku pelajari.“
Min Joon bersantai di rumah, dan ia bisa mendengarkan semua keramaian di jalan walau ia ada di lantai 23. Ia pun menyalakan musik dan saat ia memejamkan mata menikmati musik tersebut, tanaman rumput-rumputan bertambah tinggi.
Hmm… jadi ia bisa menumbuhkan tanaman saat ia melepaskan kewaspadaannya?

Ia bangkit karena mendengar suara password pintu rumahnya dipencet  terus menerus. Pencuri?
Bukan. Itu adalah Song Yi yang mabuk dan salah pintu. Jadi wajar saja kalau pintunya tak bisa dibuka dengan passwordnya. Tapi Song Yi tak tahu itu. Dalam mabuknya, ia terus memencet passwordnya.
Rambutnya terus menerus turun walau sudah disibakkan. Ia kesal dan memerintahkan rambutnya, “Tetap disana dan jangan turun.” Tapi rambutnya kembali jatuh lagi, “Apa kau tak mau mendengarkan oenni? Kalau kau terus turun, nanti oenni disangka hantu.”
Kelakuan Song Yi ini terlihat di layar dan Min Joon hanya geleng-geleng kepala melihat Song Yi sekarang mencoba membuka pintu dengan cara berbeda. Setelah gagal dengan kombinasi angkanya, ia pun memilih  memantrainya, “Sesam.. buka pintu!” 
Gagal. Ia pun bergaya lain lagi dan berteriak, “Sesam.. buka pintu!” Berkali-kali, hingga gaya terakhir, ia menarik pintu ke atas, “Sesaammm… buka pintu!” Dan terbuka!
Song Yi bersorak kegirangan karena  pintu akhirnya terbuka. Namun ada suara menyelanya, “Tentu saja terbuka, karena aku yang membukanya.”
Song Yi tak kaget atau bingung. Ia malah menyapa Min Joon, “Ah.. tukang umpat jaman Joseon. Hei, tukang umpat, kenapa kau ada di rumahku?”
Dengan datar Min Joon menjelaskan kalau ini adalah rumahnya. Ia sedikit terkesima saat Song Yi menyibakkan rambutnya. Song Yi bertanya apakah Min Joon sekarang merasa senang karena telah memberinya nilai nol dan mempermalukannya?
Ia mulai mengata-ngatai Min Joon dan saat Min Joon menyelanya, Song Yi langsung menghardik, “Kenapa? Apa hanya kau yang bisa mengumpat dengan Joseon? Aku juga bisa. Aku akan melempar jukbang di jaman edan ini.”
“Itu bukan jukbang, tapi bangjuk (gumpalan tanah),” kata Min Joon mengkoreksi.
“Tauklah!!” teriak Song Yi tak peduli dan langsung masuk rumah, melewati Min Joon yang tak sempat mencegahnya.
Se Mi sudah berdandan cantik dan menunggu kedatangan Hwi Kyung. Hwi Kyung menerima telepon dan langsung memutar mobilnya. Jelas ia lupa akan janji dengan Se Mi saat mendengar kabar dari Manajer Song Yi yang tak bisa menghubungi Song Yi walau berulang kali meneleponnya.
Min Joon speechless melihat kelakuan Song Yi yang tertidur pulas di sofa. Scarf dan isi tasnya berceceran di lantai rumah. Ia pun memunguti isi tas dan terkejut saat Song Yi bergerak sehingga tak sengaja pundaknya tersingkap. Ia pun membuang muka dan melempar scarf sehingga pundak itu tertutup.
Handphone Song Yi berbunyi dan Min Joon mengangkatnya. Suara Hwi Kyung menyambutnya dan langsung bertanya siapa dirinya yang mengangkat handphone Song Yi.
Dan Hwi Kyung pun langsung ke apartemen Min Joon. Min Joon sedikit ragu membiarkan Hwi Kyung masuk, tapi Hwi Kyung tak memperhatikan. Ia marah pada Min Joon, "Kalau kau melihat seorang gadis salah masuk ke rumahmu, bukankah kau seharunya mengembalikannya ke rumahnya sendiri dengan diam-diam? Apalagi ia datang dengan mabuk!”
“Untuk mengembalikannya dengan diam-diam, makanya aku mengangkat teleponmu dan membiarkanmu masuk ke dalam rumahku. Bukankah seharusnya kau malah harus berterima kasih?” sindir Min Joon.
Hwi Kyung tak menjawab dan masuk rumah. Ia kaget melihat barang Song Yi tersebar dan Song Yi yang terkapar di sofa. Ia bertanya pada Min Joon apakah Min Joon benar-benar tak melakukan sesuatu pada Song Yi? Min Joon hanya menjawab, “Singkirkan saja dia dari rumahku.” Hwi Kyung marah mendengar pilihan kata Min Joon, “Singkirkan? Apakah Song Yi-ku ini semacam sampah yang harus disingkirkan?”
Hwi Kyung tak percaya pada Min Joon. Ia meminta handphone Min Joon. Ia ingin melihat apakah Min Joon tak memotret Song Yi yang ada dalam kondisi mabuk. “Song Yi ini adalah aktris paling terkenal di Korea. Siapa tahu kau mengambil gambar yang tidak-tidak. Kenapa aku harus percaya padamu dan langsung pergi begitu saja?”
Min Joon kesal dengan ucapan Hwi Kyung. Ia pun menatap Hwi Kyung dan berkata, “Kau benar. Jika gadis ini adalah aktris besar dan terkenal, kenapa aku harus percaya padamu dan langsung memberikanmu begitu saja? Ia sedang mabuk, dan siapa yang tahu apa yang akan kau lakukan dengan gadis itu?”
Hwi Kyung kaget mendengarnya. Ia berkata kalau ia adalah pacar Song Yi dan mau bicara panjang lebar, tapi Song Yi bangun dan menyuruh semuanya untuk tidak berisik karena ia sedang tidur. Hwi Kyung pun mengangkat Song Yi dan memapahnya bangun. Ia juga membawa semua barang-barang Song Yi, tapi tak melihat ada dompet yang tergeletak di bawah kursi.
Min Joon hanya berdiri melihat Song Yi dipapah Hwi Kyung. Tapi melihat pundak Song Yi yang kembali terbuka, ia menyipitkan matanya dan sesaat kemudian jaket Song Yi naik untuk menutupi pundak.
Sambil memapah Song Yi, Hwi Kyung mengomeli Song Yi yang bisa salah masuk apartemen. Ia tak suka melihat tetangga Song Yi, “Apa yang kau lakukan jika ia melakukan sesuatu yang aneh padamu?”
Dan di apartemen sebelah, Min Joon mendengarkan tuduhan Hwi Kyung, dan merasa sangat kesal. Ia pun mandi namun ucapan Hwi Kyung yang bicara sendiri terus terdengar. Hwi Kyung memutuskan untuk tinggal lebih lama dan minum bir.
Hwi Kyung mencoba mencuri-curi kesempatan untuk dekat dengan Song Yi. Melihat Song Yi yang terlelap, ia pun memejamkan mata saat mendekat wajah Song yi dan menciumnya. Namun sebelum bibirnya menyentuh bibir Song Yi, terdengar suara, “Apa kau mau mati?”
Hwi Kyung terkejut karena mendengar suara Song Yi. Melihat Song Yi masih memejamkan mata namun bisa tahu kalau ia akan menciumnya, ia pun salah tingkah, “Ohh.. kau tidak tidur?”
Min Joon mendengarkan semua itu dan tak bisa tak tersenyum saat mendengar Hwi Kyung mengaduh-aduh karena Song Yi memukuli kepalanya, walau kemudian ia sadar dan mengembalikan lagi ekspresi wajahnya menjadi datar.
Hwi Kyung kembali ke rumah dan baru teringat kalau ia punya janji dengan Se Mi. Ia pun menelepon Se Mi untuk minta maaf dan menjelaskan kalau Song Yi mabuk dan salah masuk rumah tetangga sehingga ia harus menjemputnya. Se Mi menjawab kalau ia juga sedang masih syuting dan belum bisa pulang.
Suara Se Mi sedikit bergetar saat berkata kalau ia akan kembali syuting dan menutup telepon. Hwi Kyung pasti tak menyadari perubahan suara Se Mi  seperti ia tak menyadari kalau Se Mi berdiri di samping mobil di lokasi syuting yang sudah selesai dari tadi. Setelah Hwi Kyung menutup telepon, Se Mi menangis tersedu-sedu.
Hwi Kyung bertemu dengan kakaknya yang juga barusan pulang dari tempat penitipan hewan. Hwi Kyung berkomentar kalau hanya Jae Kyung, cheobol yang seperti Gandi, menjadi sukarelawan padahal tak ada kamera.
Jae Kyung tersenyum dan berkata kalau ia jarang melihat Hwi Kyung walau Hwi Kyung sudah pulang ke Korea. Hwi Kyung menjawab kalau ia sibuk dengan pacarnya. Jae Kyung menggoda Hwi Kyung yang selalu diseret kesana kemari oleh si pacar. Hwi Kyung nyengir dan balik menggoda, ia memang diseret ke sana kemari, tapi apakah ada wanita yang melakukan itu pada Jae Kyung?
Jae Kyung hanya tersenyum mendengarnya dan bertanya tentang pekerjaan Hwi Kyung di kantor dan meminta Hwi Kyung bekerja sungguh-sungguh karena tak ada yang tahu identitas Hwi Kyung. Hwi Kyung heran kenapa ia dijadikan karyawan rendahan sementara Jae Kyung langsung menjadi General Manager saat pertama kali masuk?
Jae Kyung menjawab kalau ia sendiri pun menyangka kakak mereka yang akan mewarisi perusahaan ayah mereka dan ia tak dipersiapkan dengan memperoleh pendidikan untuk menjadi pewaris perusahaan, “Kau kan juga tahu kalau impianku adalah menjadi seorang dokter hewan.”
Hwi Kyung menggangguk. Setelah apa yang terjadi dengan kakak mereka, ia tahu betapa keras kerja Jae Kyung. Jae Kyung hendak meminta Hwi Kyung melakukan yang sama, tapi Hwi Kyung menyelanya, “Aku tahu Hyung sangat sempurna. Aku tak bisa mengikuti jejak hyung dan aku juga tak mau.”
Jae Kyung tertawa mendengar ucapan adiknya. Ada panggilan masuk ke handphone Jae Kyung dan Jae Kyung menyuruh adiknya untuk masuk terlebih dulu. Jae Kyung mengangkat telepon dan terdengar suara wanita yang menangis dan memohon, “Keluarkan aku dari sini, kumohon. Aku minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Aku bersumpah. Kau kan bukan orang jahat.”
Dan wajah Jae Kyun menjadi dingin saat menjawab, “Tentu saja aku bukan orang jahat. Walau ada orang-orang yang kubunuh selama ini, tapi lebih banyak orang yang tetap kubuat hidup walau aku ingin membunuh mereka. Dan kau masuk ke golongan yang terakhir. Jadi kuminta agar kau tak memohon padaku, kau harusnya malah berterima kasih padaku.”
Uhh… serem banget sih ni orang.
Keesokan harinya, Min Joon menemukan dompet di lantai. Ia membuka dompet itu dan melihat foto keluarga di dompet itu. Betapa terkejutnya saat ia melihat wajah gadis yang sama dengan gadis 400 tahun yang lalu di dompet itu. Wajah gadis yang juga sama dengan gadis 12 tahun yang lalu.
Ia keluar untuk mencari Song Yi. Tapi di koridor ia bertemu dengan Manajer Song Yi dan bertanya dimana song Yi berada. Manajer itu terkejut namun menduga kalau Min Joon akan merubah nilai nol Song Yi. Tapi Min Joon tak ada waktu dan membentak dimana Song Yi sekarang.
Dan Min Joon pun pergi, kali ini tak menggunakan sepeda, namun dengan mobil, melesat menembus jalanan menuju ke tempat Song Yi berada.
Song Yi berada di salon sedang dirias. Ia panik saat periasnya mengatakan wajah Song Yi membengkak. Ia kemarin baru minum Somaek – campuran soju dan bir, juga makan mie, “Apakah wajahku kelihatan sangat bengkak?”
Err.. menurut saya sih biasa-biasa saja, tapi menurut periasnya kalau Song Yi harus membatalkan acara hari ini karena make upnya kali ini tak akan kelihatan bagus. Song Yi akan menjawab namun perutnya berulah dan ia buru-buru segera ke toilet agar bisa muntah.
Yoo Ra muncul saat Song Yi keluar dari toilet. Song Yi menyapa Yoo Ra dengan basa-basi, membuat Yoo Ra marah. Tapi Yoo Ran  memang sudah marah pada Song Yi duluan karena tanpa basi-basi ia menyuruh Song Yi untuk pindah salon. Ia selalu ingin marah jika melihat Song Yi. Song Yi menjawab kalem kalau ia pun juga merasa seperti itu saat melihat Yoo Ra, jadi bagaimana jika Yoo Ra yang mengganti salonnya.
Mendengar nada suara Song Yi, Yoo Ra menganggap Song Yi tak hormat pada seniornya. Maka Song Yi menjawab, “Maafkan nada bicaraku saat bicara dengan oenni yang sudah tua. Tapi aku perlu mengkoreksi sesuatu. Memang benar kalau kau itu tua tapi kau bukanlah seorang sunbae.”
Yoo Ra kaget mendengar hinaan Song Yi. Tapi Song Yi mengingatkan kalau ia sudah berakting selama 12 tahun sementara Yoo Ra baru berakting selama 5 tahun. Ia memang tak bisa mengkoreksi adat istiadat, tapi dialah yang menjadi sunbae Yoo Ra.
“Kudengar kau tak mau melakukan Song Yi’s Special. Tapi kau melakukannya karena mendengar aku menginginkan acara itu. Apakah benar?”
“Benar, bagaimana kau tahu?” tanya Song Yi santai.
“Apakah kau punya perasaan minder terhadapku?” sindir Yoo Ra.
“Tidak, bukankah kau mengatakan perasaan itu saat kau merasa lebih buruk daripada orang itu?” sindir Song Yi balik. “Aku memang bodoh, tapi aku juga tahu hal itu. Yang kurasakan pada oenni adalah superioritas.”
“Benarkah? Kau merasa superior tapi kau selalu mengulang-ulang drama tipikal Cinderella? Kau hanya memilih cerita-cerita itu? Ketika orang berkumpul, mereka hanya mengatakan betapa buruknya dramamu itu.”
Song Yi tersenyum dan menjawab, “Tapi kenapa saat orang berkumpul, pasti selalu hanya aku dan dramaku saja? Kurasa orang tak ada kerjaan lain selain membicarakan dramaku. Dan aku menyukainya, walau mereka menghina atau memujiku, tapi setidaknya itu lebih baik daripada melakukan drama yang berarting 4%, yang orang bahkan tak tahu siapa yang berperan di dalamnya.”
“Apa kau sedang menghina dramaku?” Yoo Ra merasa terhina.
“Ah.. benar. Dramamu berakhir dengan rating 4% bulan lalu, kan? Drama yang tak aku mainkan karena aku tak mau melakukannya,” jawab Song Yi manis. “Karena berakhir dengan buruk, aku juga merasa menyesal karenanya.”
Yoo Ra sudah hampir menangis mendengar hinaan Song Yi. Ia berkata kalau rating bukanlah segalanya. Ia dipuji karena dibuat dengan sangat bagus. “Apa kau tahu betapa kerasnya orang-orang bekerja keras di drama itu?”
“Aku tahu orang-orang itu sangat kerja keras. Dan sutradara sangat terluka karenanya. Jadi setidaknya kau kau harus mentraktirnya makan. Kau seharusnya punya akal sehat untuk melakukannya.”
“Kau..!” bentak Yoo Ra marah.
Tapi Song Yi belum selesai. Ia tahu kalau Yoo Ra yang menyebarkan informasi palsu tentang dirinya untuk memicu gosip dan ia akan menuntut Yoo Ra karena pencemaran nama baik. “Tapi aku tak melakukannya. Kau tak tahu hal itu, kan? Jadi hentikanlah sekarang juga.”
Song Yi meninggalkan Yoo Ra, tapi Yoo Ra mengejarnya. Ia melempar alat-alat salon yang ada didekatnya dan berkata, “Katanya kau sedang mengejar anak kedua dari grup S&C. Apakah itu juga gosip?”
Song Yi berhenti dan berbalik menatap Yoo Ra, “Itu bukan gosip tapi kenyataan. Walau yang sebenarnya adalah kebalikannya. Bukan aku yang mengejarnya, tapi dia yang menggodaku.”

Yoo Ra tersenyum sinis mendengarnya, “Ahh.. jadi seperti itu? Ibumu mendapatkan uang dengan menjual namamu dan bahkan mendirikan usaha dengan memakai namamu. Sepertinya itu bukan gosip, kan? Sekarang ibumu menyebut anak kedua Grup S&C sebagai menantunya. Apakah kau tak merasa keterlaluan?”


Para tamu dan pegawai salon berbisik-bisik mendengar perdebatan mereka. Song Yi meminta Yoo Ra untuk tak membawa-bawa keluarganya. Tapi Yoo Ra tak mendengarnya dan menyarankan kalau Song Yi memang tak bisa makan (menikahi Hwi Kyung) sekaligus, maka seharusnya Song Yi menyerah saja dan tak usah memakannya.
Song Yi menghampiri Yoo Ra dan berkata kalau ia bukannya tak bisa, tapi tak mau. “Tapi kurasa kau tak tahu hal seperti ini. Tak seperti orang lain, aku tak ingin mencampuri kehidupan orang lain hanya karena uang, karena itu menyedihkan. Dan karena aku bisa cari uang sendiri.”
Yoo Ra marah, merasa Song Yi sedang membicarakan dirinya. Ia mengangkat tangan hendak menampar Song Yi, tapi tangannya tertahan. Ada seseorang yang memegang tangannya.
Song Yi kaget karena tiba-tiba melihat Min Joon ada di hadapannya sedang menahan tangan Yoo Ra, “Apa ini? Kenapa kau bisa ada di sini?”
Min Joon melepaskan tangan Yoo Ra dan meminta Song Yi untuk ikut dengannya. Tapi Yoo Ra malah marah. Ia histeris membentak Min Joon, “Apakah kau tak melihat aku sedang bicara dengan wanita sialan ini?! Jangan ikut campur dan pergilah sekarang!!”

Min Joon melirik Yoo Ra tajam dan seketika itu juga beberapa lampu meledak, membuat semua orang berteriak ketakutan, termasuk Song Yi dan Yoo Ra. Ruangan menjadi kacau dan Min Joon langsung menarik Song Yi pergi.

Song Yi bertanya kenapa Min Joon bisa tahu kalau ia ada di sana? Dan tak tahukah kalau ia sekarang merasa sangat terkejut? Tapi Min Joon hanya diam memandangi Song Yi. Melihat Min Joon hanya diam dan menatapnya, Song Yi bertanya, “Kenapa? Apakah karena aku tak sengaja masuk ke rumahmu kemarin? Kau datang kemari untuk membicarakan hal itu?”

Min Joon tetap memandangi Song Yi. Tanpa diminta Song Yi pun menjelaskan kalau yang kemarin adalah salah paham saja. Tak ada salahnya untuk minum-minum dan jadi mabuk, “Dan karena kau mabuk, kau bisa buat kesalahan.”
Min Joon mengeluarkan dompet dan bertanya, “Siapa ini?” Song Yi merampas dompet itu dan marah karena Min Joon melihat foto orang tanpa permisi. Tapi Min Joon berteriak padanya, “Siapa ini?!”

Song Yi balik bertanya pada Min Joon, “Apa aku harus menjawabnya?” Ia tak menjawab dan berjalan pergi. Tapi Min Joon menariknya dan mendorongnya ke dinding. Song Yi membentak Min Joon yang melakukan hal itu dan mengatainya gila. Tapi Min Joon terus memandangnya.
Kau.. siapakah dirimu?”
Dan saat itu terdengar ucapan Min Joon seperti di akhir prolog episode 1, “Entah kau menginginkannya atau tidak, yang terjadi pasti akan terjadi. Dan makhluk Bumi menyebutnya sebagai takdir.”
Epilog



Pada wawancara Chun Song Yi’s Special, Song Yi ditanyai tentang cinta pertamanya. Sambil tertawa kecil Song Yi menjawab kalau ia pernah beberapa kali berkencan, tapi ia tak memiliki seseorang yang pantas disebut ‘cinta pertama’.
“Saat aku kecil, aku pernah hampir mengalami kecelakaan besar. Tapi seorang ahjussi menolongku. Aku tak bisa mengingatknya tapi ia tampan. Ia juga tinggi, lembut dan tipe orang yang hangat?”
Dan dalam wawancara Min Joon, Min Joon berkata kalau ia tak memliki jenis wanita yang ia sukai. Tapi ia punya jenis wanita yang tak ia sukai. “Gadis pemabuk, aku membencinya. Gadis yang tak bisa menempatkan diri, itu malah lebih kubenci. Gadis yang sangat sok tahu, gadis yang bertindak seenaknya atau suka membual, aku paling membencinya. Ada gadis yang memiliki semua sifat itu, dan yang kutahu, ia adalah yang terburuk.”
“Dia adalah yang terbaik,” kata Song Yi meneruskan. “Walau saat itu sangat singkat, tapi ia terasa sangat misterius tapi juga terasa sangat hangat. Aku masih dapat mengingatnya. Aku tak tahu apakah Paman itu akan mengingatku. Tapi, kupikir aku akan langsung mengenalinya saat itu juga. Seperti takdir.”

Interview berakhir saat sutradara berkata, “Cut, okay!” Song Yi segera berdiri dan melihat Min Joon lewat dengan sepedanya, tak peduli akan keramaian yang dibuat oleh Song Yi. Song Yi memandang sinis ke arah Min Joon dan bergumam, “Dasar sialan..”



source :
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment