Kim Tan
dan Young Do berdiri di atas atap Hotel Zeus, memandang pemandangan
malam kota Seoul. Suasana terasa sunyi, baik Kim Tan maupun Young Do
diam merenung memikirkan permasalahan masing-masing.
"Malam ini...dingin", ucap Young Do memecah keheningan.
"Dingin....dan gelap", tambah Kim Tan
Hanya kata itu yang terucap menggambarkan suasana hati mereka saat ini. Lalu keduanya kembali tenggelam dalam lamunan mereka.
Keesokan
harinya, Kim Tan menemui ibu Myung Soo yang berprofesi sebagai
pengacara. Ibu Myung Soo heran ketika Kim Tan berniat ingin mengubah hak
perwalian. Kim Tan memberitahu saat ini ayahnya sedang di rawat di
rumah sakit.
Ibu
Myung Soo mengetahui secara pasti disaat situasi seperti ini, semua hak
suara presdir Kim akan di limpahkan pada istri sahnya, Ny. Ji Sook,
"Apakah ini pertarungan memperebutkan manajemen".
"Aku ingin mempertahankan manajemen", jawab Kim Tan. Ibu Myung Soo bertanya pada siapa Kim Tan ingin mengalihkan hak walinya.
"Kakak ku", jawab Kim Tan.
Ibu
Myung Soo berkomentar ia mengenal semua anggota tim hukum yang bekerja
di perusahaan Jeguk (sulit bagi ibu Myung Soo melakukan hal itu, karena
ia bukan bagian dari kuasa hukum Jeguk).
Kim Tan
tahu itu, karena itulah ia meminta tolong pada ibu Myung Soo, "Aku tidak
bisa percaya pada tim hukum yang sekarang. Aku harus mengganti wali
hukumku sebelum rapat para pemegang saham, Ibu Jo. Kumohon, jadilah
pengacaraku".
Ibu Myung Soo menghela napas panjang (tak sanggup menolak).
Jae Hoo
melaporkan saham-saham Jeguk yang saat ini dimiliki para pemegang saham.
Presdsir Kim memiliki saham 13,6 %, Ny. Ji Sook 4,7% dan saudara
presdir Kim memiliki saham 5,2%. Jika digabung semuanya menjadi 23,5%.
Sementara
saham Kim Tan dan Kim Won berjumlah 23,1%. Jika ditambahkan dengan
5,37% dari saham milik Jeguk Holding, maka mencapai tolal 28,5%.
"Semuanya
akan diputuskan oleh 4% oleh saham dengan nama pinjaman. 19% dimiliki
oleh pemegang saham asing. Dan 25% dimiliki oleh pemegang saham dalam
negeri", ucap Kim Won.
"Berapa persen dari mereka yang akan mendukungmu?", tanya Jae Hoo.
Kim Won menghela napas berat. Langkah pertama, ia akan mengumpulkan orang-orang kepercayaan presdir Kim terlebih dahulu.
Tanpa
membuang waktu Kim Won segera melaksanakan rencananya mengumupulkan
orang-orang kepercayaan presdir Kim. Ia bersama Kim Tan dan Jae Hoo
menunggu di ruang meeting. Sudah lama mereka menunggu tapi tak ada
satupun dari mereka yang datang.
Kim Tan mengetuk-ngetuk jarinya ke meja dengan gelisah, "Kukira yang dipanggil adalah
orang-orang ayah. Tapi, kenapa tak ada yang datang?".
"Sepertinya mereka memilih keuntungan daripada kesetiaan", jawab Jae Hoo.
Kim Tan
terdiam dan Kim Won menunduk lesu. Namun, beberapa detik kemudian, 2
orang anggota dewan direksi datang. Kim Won tampak sedikit lega melihat
kemunculan mereka sekaligus mengucapkan terima kasih telah datang.
"Kami telah bekerja untuk presdir selama 20 tahun, tentu saja kami harus datang", sahut salah satu dari mereka.
"Sepertinya, yang lain tidak berpikir seperti itu", ucap Kim Won terpukul.
Diwaktu
yang sama, Ny. Ji Sook juga melakukan pergerakan dengan mengumupulkan
para pemegang saham. Banyak pemegang saham yang hadir, berbanding
terbalik dengan yanng dialami Kim Won barusan. Pertanya Ny. Ji Sook
mendapatkan banyak dukungan. Esther salah satu diantaranya.
Ny. Ji
Sook mengahanturkan terima kasih untuk semua yang datang, ia berani
menjamin mereka tidak akan menyesali ini, "Aku merasa sangat bersyukur
karena Lee dari RS Internasional ada di sini".
"Aku belum memutuskan akan berpihak pada siapa", ujar Esther membuyarkan senyum di wajah Ny. Ji Sook.
Esther ingin melawan presdir Kim tapi ia belum yakin, apakah pihak yang bisa melawan presdir Kim atau tidak.
Disekolah,
Eun Sang terkejut ketika Chan Young mengabarkan tentang presdir Kim
yang terserang storek dan sekarang terbaring koma. Eun Sang menyadari
itulah sebabnya Kim Tan belum menelponnya sejak kemarin. Eun Sang
bertanya di rumah sakit mana presdir Kim dirawat.
"Tan
tidak ada di rumah sakit. Dia sedang dalam perjalanan bisnis dengan
Ayahku. Mereka akan pergi dalam waktu 10 hari. Mereka harus mendapatkan
delegasi (dukungan tanda tangan pelimpahan wewangn) dari berbagai
pemegang saham asing", jelas Chan Young.
"Apa ada masalah dengan perusahaan Jeguk", tanya Eun Sang khawatir.
"Sepertinya
begitu. Ayah bilang kalau ini perang, bukan perjalanan bisnis.", jawab
Chan Young sembari melihat jam di pergelangan tangannya, "Mereka pasti
sudah berada di dalam pesawat sekarang".
Di
dalam pesawat, Jae Hoo melihat Kim Tan yang terus berdiam diri sejak
tadi dan berwajah murung. Ia bertanya apa Kim Tan gugup.
"Sedikit", jawab Kim Tan.
"Kau tahu alasan kenapa kau ikut dengaku, 'kan?", tanya Jae Hoo.
"Ya.
Aku adalah anak muda yang mungkin saja kehilangan ayahnya tiap saja,
dan aku juga anak yang paling disayangi ayahku", jawab Kim Tan.
Jae Hoo membenarkan, "Bisnis adalah sesuatu yang dilakukan untuk menggerakkan hati seseorang agar kontraknya ditandatangani".
Kim
Tan yang baru mengetahui seperti apa itu bisnis, bertanya-tanya
bagaimana ayahnya menjalani bisnis (perang) seperti ini selama 20 tahun.
Jae Hoo pun tidak mengerti bagaimana presdir Kim melalui semua ini. Ia
menutup map dokumen yang ia baca dan melepaskan kacamatanya. Jae Hoo
menyuruh Kim Tan tidur, besok jadwal mereka akan sibuk sekali.
Eun
Sang membaca surat yang ditinggalkan Kim Tan di dalam selipan boneka
burung hantu (Boneka yang sama dengan milik Bo Na). Eun Sang tersenyum
saat membacanya,
"Maaf
aku tidak bisa menghubungimu. Kau menginginkan boneka burung hantu ini,
kan? . Aku membelikannya untukmu, jadi maafkan aku. Aku mungkin tidak
bisa menghubungimu. Aku sedang ada di luar negeri. Aku akan membunuhmu
jika kau berani selingkuh. Sampai jumpa, aku akan sangat merindukanmu,
Cha Eun Sang".
Young Do makan malam bersama ayahnya. Young Do terlihat tidak semangat, ada beban pikiran yang menganjal dibenaknya.
"Ayah...mungkinkah", ucap Young Do berniat menanyakan sesuatu.
"Aku
akan segera ditangkap", sela Dong Wook mengetahui apa yang ingin Young
Do tanyakan, "Jadi, besok aku akan menyerahkan diri secara sukarela
sebelum mereka menangkapku".
Young
Do ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa ayah akan masuk penjara.
Dong Wook berhenti makan, dan minta pada putranya untuk mendengarkan
baik-baik.
"Jangan
percaya pada siapapun. Hanya percaya pada Wakil Presdir jika itu ada
hubungannya dengan hotel. Jika kau mau mengirimi aku pesan atau ada yang
menanyakan pendapatmu. Kau harus berbicara melalui pengacaramu. Apa kau
mengerti?".
Young
Do mengangguk dengan wajah tegang. Tak sanggup membayangkan apa yang
akan terjadi ke depannya. Apakah ia harus hidup sendirian tanpa ayah,
tanpa ibu.
"Jika aku tidak bisa bebas lebih cepat, pergilah
ke tempat bibimu. Jangan tinggal di rumah sendirian. Mengerti?. Dan
juga jangan meninggalkan tugasmu di dapur (cuci piring) saat aku tidak
ada", Dong Wook tersenyum berusaha bercanda.
Tapi
tetap saja wajah Young Do tampak tegang, takut dan mencemaskan nasib
ayahnya. Dengan wajah serius Dong Wook berkata bahwa ia akan segera
keluar, "Jadi, sekarang makanlah".
Keesokan
harinya, Young Do melihat tayangan berita di televisi. Berita terkini
yang melaporkan tentang berita ayahnya. Tim jaksa akan menangkap Presdir
Hotel Zeus, Choi Dong Wook atas tuduhan penggelapan dan manipulasi
pajak.
Dalam
tayangan berita itu, tampak Dong Wook yang berjalan masuk di tempat
pemeriksaan dengan di ikuti para wartawan di belakangnya. Young Do yang
merasa sedih dan tak sanggup melihatnya, segera mematikan televisi.
Tak
lama kemudian, beberapa tim pengacara Dong Wook datang menemui Young
Do. Melihat mereka, Young Do pun langsung bertanya bagaimana dengan
ayah. Mereka minta Young Do untuk duduk dan tenang. Pengacara Park dan
pengacara Lee tidak bisa datang, karena mereka harus ke pengadilan.
"Apa yang terjadi?", tanya Young Do semakin cemas.
"Apa
kau tahu alasan ayahmu menyewa tujuh pengacara?. Itu artinya sudah
menjadi tugas kami untuk mengurus semuanya, jadi kau tidak usah
khawatir. Jalanilah kehidupanmu seperti biasanya. Pergilah ke sekolah.
Hotel tetap akan beroperasi dan untuk sementara dipimpin oleh wakil
presdir. Kau tak perlu mengkhawatirkan hotel".
"Baiklah", ucap Young pelan.
Salah satu dari mereka menyampaikan pesan dari ayah Young Do, "Ayahmu bilang aturan itu penting dan jangan berlaku curang".
Young
Do terdiam dengan mata berkaca-kaca. Tampaknya Dong Wook telah memetik
pelajaran dari perbuatannya. Pelajaran itu memang mahal harganya.
Disekolahnya
yang baru Moon Joon Young (mantan siswa SMA Jeguk yang pindah karena
tak tahan terus di bully Young Do) tampak bahagia bersenda gurau dengan
teman-temanya. Rasa takut dan trauma tersirat di wajahnya begitu melihat
sosok Young Do dari belakang, yang berdiri di halaman sekolahnya.
Teman-teman Moon Young yang heran dengan ekspresi wajah Joon Young, bertanya ada apa.
"Choi Young Do", guman Moon Young tertegun.
"Choi Young Do?. Si penganggu itu?. Dia orangnya?. Si pewaris hotel?"
Perlahan
Young Do jalan mendekat. Teman-teman Moon Young mengambil jarak merasa
takut. Moon Young bertanya kenapa Young Do kemari, apa kau ingin
membully-ku lagi. Young Do berkata tujuannya kemari bukan untuk
menganggu Moon Young.
"Aku datang untuk minta maaf. Maafkan aku. Aku ingin memohon maaf. Aku bersungguh-sungguh minta maaf"".
"Aku
terkejut kau tahu bagaimana cara meminta maaf. Tapi jika kau
benar-benar bersalah padaku, maka kau harus menyesalinya selama sisa
hidupmu", ujar Moon Young.
"Baik, aku akan melakukannya".
"Aku
tidak akan menerima permintaan maafmu. Jangan datang menemuiku lagi",
Moon Young mengajak teman-temannya pergi meninggalkan Young Do.
Young
Do terpekur diam menanggung perasaan bersalah. Setidaknya, Young Do
telah menyadari kesalahannya, meski permintaan maafnya di tolak.
Eun
Sang tengah belajar, sejenak ia berhenti sebentar. Mengambil ponselnya
membuka aplikasi Kakaotalk. Ia meninggalkan pesan di ruang chat dia
dengan Kim Tan (ehem..nama ruang chatnya Tan Love Eun Sang).
Sementara
itu Kim Tan dan Jae Hoo sibuk menemui para pemegang saham untuk
mendapatkan tanda tangan mereka unyuk meminta dukungan.
"Seoul dirimu rasanya lebih dingin dari biasanya".
Eun Sang berhenti mengetik, saat melihat acara di televisi yang menayangkan tentang berita penangkapan ayah Young Do.
"Barusan aku melihat ayah Young Do di berita. Bagaimana
rasanya menanggung beban melihat anggota keluargamu diberitakan?. Dalam
dunia yang dimimpikan banyak orang, kau, Young Do, dan anak-anak lain.
Seberapa terlukanya kalian.", tulis Eun Sang lagi.
Seperti biasa, Eun Sang datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Di lantai halaman sekolah, ia melihat pola gambar bekas mayat.
"Setiap pagi ketika aku yang pertama tiba di sekolah. Aku terkadang bisa melihat siapa yang menggambar garis mayat".
Eun Sang menoleh kesekeliling dan melihat Ye Sol yang tengah berlari, "Aku sangat terkejut. Karena pelakunya bukan hanya 1 orang".
"Pada hari yang sama, itu ulah Senior Hyo Shin. Terkadang ulah Ye Sol. Kadang ulah Myung Soo yang selalu tampak bahagia.
"Terkadang juga ulah Rachel".
"Dan hari ini ulah Young Do. Saat aku mengetahui mereka yang menjadi pelakunya. Aku tidak bisa iri atau membenci mereka lagi.
Eun Sang merenung duduk di bangku halaman. Ia kembali mengirim pesan untuk Kim Tan,
"Tan-ah, dipagi hari seperti ini. Apa kau sendiri juga pernah menggambar garis bekas mayat itu?".
Young
Do memutuskan pergi ke cafe yang alamatnya tertera di kartu nama yang
ia terima beberapa hari lalu. Dari jendela luar, Young Do bisa melihat
wajah ibunya. Ny. Yoo melayani pelanggan dengan wajah tersenyum, tampak
tenang dan bahagia.
Young Do terpaku dengan mata berkaca-kaca. 3 tahun lamanya, ia tak pernah melihat wajah ibu yang begitu ia rindukan.
Ketika
ibunya menoleh, Young Do bersembunyi di balik tembok. Tidak memiliki
keberanian untuk menemui ibunya, ataupun sekedar bertatap muka. Dalam
diamnya, Young Do menangis.
Suara Eun Sang : Meskipun
itu terlalu berat, kejam, atau menyedihkan, aku berharap kau punya
pilihan lain selain terluka. Kuharap kau tidak hancur karena beban itu.
Aku merindukanmu, Kim Tan.
Dalam
perjalanan pulang ke Korea, Kim Tan bertemu dengan pemegang saham dari
Cina, Tn. Chen. Sebisa mungkin Kim Tan berusaha membujuk Tn. Chen. Tapi,
pemegang saham cina ini menolaknya secara langsung.
Saat
Jae Hoo berusaha membujuk, Tn. Chen semakin bersikap acuh tak acuh.
Mengenakan penutup mata dan tidur. Jae Hoo menghembuskan napas kecewa.
Kim Tan sakit kepala menerima penolakan.
Setibanya di Korea Kim Tan langsung menuju rumah sakit Daehan, mengunjungi ayahnya. Kim Won berkata keadaan ayah jauh lebih baik dari sebelumnya. Pembengkakan pada otaknya sudah mulai mengecil.
Kim
Won menanyakan hasil dari perjalanan mereka. Jae Hoo berkata beberapa
dari pemegang saham ada yang belum memutuskan, beberapa lainya menolak
untuk bergabung, "Tapi banyak juga yang bersedia menandatangani
delegasi. Kontribusi Tan sangat berarti".
"Kerja yang bagus", ucap Kim Won memuji usaha adiknya.
Kim
Tan bertanya bagaimana perkembangan kondisi di Korea. Seperti yang di
perkirakan Kim Won sebelumnya, mosi untuk pemecatan ayah sudah diajukan
ke dewan direksi, "Jika disetujui, maka pemilik Jeguk Grup akan
berganti. Dan tuntutan hukum tak berujung akan dimulai".
"Apapun hasilnya, aku sudah siap", kata Kim Tan
Kim
Won mengajak Kim Tan kembali pulang kerumah, "Kita harus melindungi
rumah selama ayah tidak ada. Ayo kita sama-sama pulang kerumah".
Kim
bersaudara kembali pulang kerumah mereka. Kim Won melirik Kim Tan yang
terlihat sedih, tapi ada yang harus ia katakan, "Aku ingin kau menemui
Young Do. Kalian masih berteman, 'kan?. Presdir Choi sedang dalam
investigasi. Dia tidak akan bisa hadir dalam rapat pemegang saham.
Mungkin, Young Do bisa memberikan hak suara ayahnya".
Kim Tan bersedia menemui Young Do. Tapi sebaliknya, Kim Tan ingin kakaknya berjanji satu hal. Kim Won bertanya apa itu?.
"Meskipun ayah Young Do dihukum, jangan putus kontrak kerja sama dengan Hotel Zeus", pinta Kim Tan.
Kim Won berjanji, selama ia yang menjadi presdir akan tetap menjalin kerja sama dengan Hotel Zeus.
Sebelum
menemui Young Do, Kim Tan menemui seseorang yang sangat penting
baginya. Siapa lagi kalau bukan Eun Sang. Eun Sang yang saat itu sedang
mengangkat gelas kotor tertegun melihat Kim Tan berdiri di depannya.
"Kau sudah bekerja keras, Cha Eun Sang", ucap Kim Tan lalu merentang kedua tangannya.
Eun Sang tersenyum, berlari ke dalam pelukan Kim Tan.
Sepasang kekasih yang saling merindukan ini, berlelukan erat tersenyum dalam damai melepaskan kerinduan mereka.
Di
dalam cafe, Eun Sang dengan antusias mengajukan banyak pertanyaan,
"Ayahmu masih belum sadar?. Apakah pertemuan pemegang saham akan
diadakan?. Apakah perjalanan bisnismu berhasil?".
Semua pertanyaan Eun Sang itu, Kim Tan jawab dengan dehemen pelan tanpa memandang Eun Sang. Wajah Kim Tan juga terlihat muram.
"Aku tidak selingkuh", ucap Eun Sang kemudian.
Kim
Tan akhirnya tertawa, "Kau baik padaku karena aku terlihat menyedihkan,
Cha Eun Sang. Menyinggung soal itu bisa kau pegang tanganku?".
Kim
Tan mengulurkan tangan. Eun Sang menaruh tangannya dalam genggaman Kim
Tan, menggenggamnya erat. Kim Tan berkomentar mana ada orang sekuat
tenaga memegang tangan, "Jangan pakai kekuatanmu. Peganglah dengan
segenap hatimu".
"Aku punya hati yang kuat. Kenapa?. Tetaplah begini".
Kim Tan kembali tersenyum, "Kau pasti sangat khawatir, 'kan? Maaf kah aku".
Eun Sang menggeleng. Kim Tan berkata akan bekerja keras mengatasi semua masalah ini dengan baik, "Aku merindukanmu".
Eun Sang tersipu, "Tetaplah kuat, Kim Tan", ujar Eun Sang memberikan semangat.
Setelah
melepas rindu dengan Eun Sang, barulah Kim Tan menemui Young Do. Ia
meminta maaf karena datang kesini dengan membawa masalah pribadi, disaat
Young Do juga berada dalam masalah. Ini tentang pertemuan pemegang
saham.
Young
Do terdiam bingung, lalu mengerti arah pembicaraan Kim Tan, "Mosi
Ayahmu sudah diajukan pada dewan oleh ketua yayasan (Ny. Ji Sook)?".
Kim Tan membenarkan. Young Do berkata, "Punya atau tidak punya ibu sama-sama bawa masalah".
"Bantu aku. Meski kita tidak bisa berteman, tapi suatu saat nanti aku akan melunasi hutangku padamu".
Young
Do berkata Kim Tan bisa melunasi hutangnya sekarang. Amggap saja
bantuan Young Do ini sebagai kompensasi atas semua hal tak pantas yang
pernah ia katakan mengenai ibu Kim Tan.
Kim
Tan setuju dan memberitahu Young Do tak perlu datang menghadiri rapat
pemegang saham. Kirim saja melalui pengacaramu. Young Do mengangguk
pelan, "Baiklah. Apakah ayahmu baik-baik saja?".
"Khawatirkan saja dirimu", sahut Kim Tan
"Aku mencoba perhatian, brengsek".
Kim
Tan tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Wajah Young Do berubah,
tidak terbiasa mendengar ucapan terima kasih. Sembari berdiri, ia
menyuruh Kim Tan pergi, "Aku harus mencuci piring".
"Mencuci piring?", tanya Kim Tan
Young
Do terdiam sejenak, menarik napas lalu berkata, "Yang bisa kulakukan
sekarang adalah....mencuci piring", ujar Young Do muram.
Jari
Young Do terluka terkena sisi pisau yang tajam saat mencuci peralatan
makan. Ia hanya membersikah darah yang keluar dengan siraman air, lalu
kembali mencuci sisa tumpukan piring kotor.
Esther
terkejut menerima kunjungan Jae Hoo. Ia bertanya angin apa yang membawa
Jae Hoo ketempatnya. Jae Hoo datang selaku wakil presdir dari
Konstruksi Jeguk. Esther yang terlihat kecewa mempersilahkan Jae Hoo
duduk.
Jae
Hoo tetap berdiri dan langsung ke pokok permasalahan, "Aku ke sini
untuk minta bantuanmu. Dan aku harus mendengarnya langsung darimu. Aku
akan bersikap sesopan dan semenyedihkan mungkin".
"Apa kau ke sini untuk pertemuan pemegang saham?", tebak Esther.
Dengan
nada bercanda Jae Hoo berkata semua terjadi tepat setelah menjabat
sebagai wakil predir, "Mungkin aku adalah kesialan bagi Jeguk Grup".
Esther bertanya apa Jae Hoo ingin meminta simpatinya.
"Aku akan melakukan apapun asal berhasil".
Esther mengulum senyum, "Kau datang kesini untuk merayuku atau bisinis?". Jae Hoo tersenyum, ia senang jika bisa merayu Esther.
Senyum
di wajah Esther memudar berganti wajah murung. Ia minta berkasnya dan
bersedia tanda tangan. Dengan beralasan sibuk, Esther tidak bisa
menghadiri rapat itu. Jae Hoo menyodorkan berkas yang dibawanya.
"Terima kasih", ucap Jae Hoo.
"Semoga kau sehat selalu", harap Esther menunduk sedih.
"Kau juga", jawab Jae Hoo.
Kim
Won bertemu dengan Da Kyung. Da Kyung sadar saham yang dimiliki ayahnya
sangat penting, hingga Kim Won datang menemuinya untuk meminta bantuan.
Kim Won membenarkan.
"Kau tahu ucapanmu itu sepertinya terdengar kalau kau setuju untuk menikah denganku?", tanya Da Kyung.
"Ya. Apakah kau akan datang ke pertemuan itu?".
"Apa kau tidak apa-apa menikahi aku?',
Kim Won terdiam, tak menjawab.
Hari
pertemuan pemegang saham tiba. Ny. Ji Sook dan pendukungnya duduk di
barisan kursi sebelah kiri. Sementara di barisan sebelahan, pendukung
Kim Tan dan Kim Won hanya sedikit. Kakak dan adik itu terlihat tegang.
Beda halnya dengan Ny. Ji Sook yang sempat menoleh ke mereka dengan
tatapan percara diri.
Selang
beberapa menit kemudian, pendukung Kim bersaudara mulai bermunculan.
Pengacara yang mewakili Young Do datang, berikutnya ada pula Da Kyung.
Kedatangan 2 orang ini, setidaknya bisa sedikit membuat Kim Won merasa
lega.
Pembawa
acara mulai naik ke atas panggung dan memulai voting. Satu persatu
hadirian yang datang, memasukan voting mereka ke dalam kotak suara.
Setelah voting di kumpulkan, maka hasilnya pun langsung diumumkan.
Petisi untuk memecat Ketua Kim Nam Yoon dari Jeguk Holding, 52 % suara
menolak, 44 % suara menyetujui dan 4 % suara abstain. Maka, dengan ini
petisi pemecatan Ketua Kim Nam Yoon, di tolak.
Kim
Won dan para pendukungnya keluar dari ruangan dengan perasaan puas. Ny.
Ji Sook yang harus mengalami kekalahan tentu saja sangat kesal. Kim Tan
dan Jae hoo berdiri di belakang Kim Won. Jae Hoo beranjak pergi ketika menerima telepon.
"Jangan
rayakan kemenanganmu dulu. Kau mungkin mengalahkanku hari ini. Tapi
perang ini baru saja dimulai", ucap Ny. Ji Sook tajam.
"Terima kasih telah memberikanku kesempatan untuk melihat siapa teman dan musuhku", sindir Kim Won balik.
"Jangan
menyombong. Kita akan segera bertemu lagi. Entah itu tahun depan atau
bulan depan. Atau mungkin 2 minggu lagi. Siapa yang tahu?", Ny. Ji Sook
berjalan pergi dengan angkuh.
Jae
Hoo kembali dan mengabarkan bahwa presdir Kim sudah sadar. Tim dokter
segera menjadwalkan operasinya. Kim Won menghela napas lega. Ny. Ji Sook
yang berada tidak jauh dari mereka, terkejut mendengarnya. Karena ia
mengira (atau mungkin berharap) presdir Kim tidak akan pernah sadar dari
komanya.
Ny.
Han, Kim Won dan Kim Tan menunggu diluar ruang operasi dengan gelisah.
Kim Tan menggenggam tangan ibunya yang tampak sangat cemas. Setelah
beberapa jam menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi.
Dokter
berkata masih ada pembangkakan di otak yang membuatnya khawatir, tapi
operasinya berjalan dengan sukses. Tinggal menunggu presdir Kim sadar.
Ny.
Han menangis lega. Kim Tan memeluk ibunya, menenangkan sekaligus minta
ibunya untuk berhenti menangis, "Kenapa ibu mencintai pria yang sudah
menyia-nyiakan ibu?".
Kim
Won menatap Ny. Han dengan pandangan lembut. Kejadian ini membuat Kim
Won menyadari bahwa Ny. Han benar-benar peduli dan mencintai ayahnya.
Young Do pergi ke cafe tempat ibunya lagi, dan kali ini ia memberanikan diri masuk ke dalam cafe.
"Young Do-ah", panggil Ny. Yoo dengan mata berkaca-kaca
Young Do membeku di tempatnya, menunduk tanpa berani menatap wajah ibunya, "Anyoenghaseyo", ucap Young Do lirih.
"Apakah kau baik-baik saja?", tanya Ny. Yoo menahan tangis.
"Tidak", jawab Young Do dalam hati. Setetes air mata mengalir di wajahnya.
Ny.
Yoo menangis. Perlahan mendekati Young Do, menghapus air mata yang
membasahi wajah putranya. Ia mengamati Young Do yang kini telah tumbuh
dewasa
"Kau bertambah tinggi sekarang. Putraku tampan sekali".
"Ibu", ucap Young Do tercekat, menatap wajah ibunya.
Ny. Yoo mengangguk, "Hmm".
"Ibu".
Ny.
Yoo memeluk anaknya, dengan terisak ia meminta maaf, "Maafkan Ibu.
Karena tidak menunggumu lebih lama. Sebenarnya ibu ingin kembali
menemuimu setelah itu. Maafkan ibu karena tidak bisa".
Young Do tak kuasa berkata-kata. Menangis dan memeluk ibunya dengan erat. Pertemuan ibu dan anak yang mengharukan.
Hyo
Shin meletakan setumpuk buku dan tabnya di pangkuan Eun Sang. Ia
berkata buku itu merupakan kumpulan soal terbaik yang sering ia
pelajari, "Aku sudah memeriksa dan menandai pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin keluar dalam ujian. Buku-buku ini adalah hartaku".
Eun Sang tersenyum senang, "Ah, beruntungnya aku. Terima kasih sunbae".
"Tidak, aku yang berterima kasih. Terima kasih untuk menjadi bagian yang baik di masa SMA ku yang dingin, Cha Eun Sang".
"Apa itu? perkataan sunbae terdengar seperti orang yang mau pergi", ucap Eun Sang heran.
"Belajarlah yang tekun. Aku harap kau dan Tan menjadi seperti apa yang ada di film romantis yang membosankan.".
"Apakah sunbae benar-benar mau pergi ke suatu tempat?", tanya Eun Sang lagi.
Hyo Shin tak menjawab, hanya tersenyum lebar.
Esther
meeting bersama para designer dan staf, untuk membahas peluncuran
koleksi terbaru. Tak lama Rachel datang yang disambut senyum Esther.
Setelah meeting selesai, Esther minta pendapat Rachel terkait desain
terbaru yang akan diluncurkan musim depan.
Rachel
berkata, ia menyukai semua rancangan itu. Tapi Rachel heran kenapa
ibunya minta pendapat dari seorang remaja. Esher memuji Rachel memiliki
bakat, ia minta putrinya itu untuk melihat konsep keseluruhannya.
"Pakaian ini semua terlihat nyaman dan hangat. Aku tidak suka kedinginan", ujar Rachel.
Esther
mendadak mengajak Rachel berlibur ke tempat yang hangat, bagaimana
kalau ke Maldives. Rachel tidak mau, "Ibu dan aku pergi berbulan madu?.
Tidak, terima kasih".
"Lebih tepatnya liburan dua wanita lajang yang sudah membatalkan pertunangan mereka", kata Esther.
Rachel
bertanya kenapa ibunya memanggilnya kesini, dan tiba-tiba mengajaknya
berlibur. Eshter mengetahui akhir-akhir ini Rachel sering meminum obat
tidur Esther. Rachel berdalih memimum obat tidur itu pada saat ia
mengalami sulit tidur, bukan untuk hal lain. Jadi ibunya jangan
khawatir.
Tapi
Esther mengetahui dengan pasti apa yang dialami putrinya. Ia berencana
akan menelpon Dr. Han. Esther menyuruh Rachel untuk menemui dokter Han,
dan mengambil resep yang diberikan dokter itu. Rachel mengangguk setuju.
Rachel
pergi kerumah sakit seperti yang diminta ibunya. Perawat jaga meminta
Rache Rachel untuk menunggu sebentar. Saat hendak duduk, Rachel terkejut
melihat dengan Hyo Shin yang baru keluar dari ruang psikiater.
"Kau juga datang ke tempat ini?", tanya Hyo Shin.
Rachel
menjawab ini pertama kalinya ia datang ketempat ini. Hyo Shin mengambil
tempat duduk di samping Rachel membuat gadis itu sedikit kikuk. Dengan
santai Hyo Shin memberitahu bahwa ia sering datang berobat kesini.
"Kenapa kau berobat di sini?", tanya Rachel
"Agar aku bisa hidup. Kau... apa alasanmu berobat kemari?".
"Aku tidak bisa tidur", jawab Rachel.
Hyo
Shin mengangguk mengerti, ia berada dalam masalah sekarang. Rachel
tanya apa itu. Hyo Shin mengatakan ia terus berbagi rahasia dengan
Rachel, "Kita bukanlah tipe orang yang ada di drama anak SMA".
Rachel tersenyum, "Belajarlah, kau sudah pernah gagal".
"Aku akan mengikuti wajib militer", ujar Hyo Shin
Rachel terkejut, "Apa?".
Hyo Shin
bilang perkataanya yang tadi termaksud rahasia. Anak-anak yang belum
belum mengetahuinya. Rachel tertegun dan bertanya, "Apakah ada seorang
gadis yang akan menunggumu?".
Hyo Shin
mengerutkan kening sembari tersenyum geli, "Entahlah....", ucap Hyo
Shin menerawang, memikirkan siapa gadis yang akan menunggunya. Wajah
Rachel tampak muram mendengar Hyo Shin akan pergi.
Kim Tan berlari ke stasiun kereta. Disana ia melihat Hyo Shin yang duduk merenung menunggun kereta datang
"Hei!. Lee Hyo Shin", panggil Kim Tan sembari jalan mendekat.
Hyo Shin
tertawa terkejut melihat kedatangan Kim Tan, "Bagaimana kau bisa tahu?.
Aku tidak menyang kau akan mengetahuinya lebih cepat dari ibuku".
(Kemungkinan
besar, Rachel yang memberitahu Kim Tan. Karena dia satu-satunya orang
yang mengetahui Hyo Shin akan pergi wajib militer).
"Kenapa tiba-tiba kau melakukan ini??", Kim Tan menuntut penjelasan, "Kenapa kau masuk wajib militer. Kau bahkan belum lulus?".
Hyo Shin
menoleh ke kanan dan kekiri, takut ada yang mendengar. Lalu menenangkan
Kim Tan, "Jangan membesar-besarkannya. Kita semua juga pasti akan
mengikutinya suatu saat nanti".
Tetap saja Kim Tan menilai ini adalah cara yang salah, "Apakah orangtuamu setuju?".
"Kurasa
aku takkan pernah bisa dapat persetujuan selama 19 tahun hidupku. Aku
melakukannya diam-diam. Untuk memberi mereka waktu untuk berpikir. Saat
ini mereka mungkin sudah menemukan surat ku".
"Kau sudah gila!. Benar-benar!", ucap Kim Tan tidak percaya.
"Ini adalah satu-satunya cara yang cukup kuat untuk menghentikan ibuku".
"Hei! Kau gila ya!".
Hyo Shin
menanggapinya dengan senyuman, "Aku tidak bisa menyangkalnya". Melihat
tekad Hyo Shin yang kuat, Kim Tan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi
selain mendukungnya, "Jangan sampai terluka".
Hyo Shin mengangguk. Kim Tan memeluk Hyo Shin dan menepuk punggungnya. Hyo Shin jadi terharu. Membalas rangkulan Kim Tan.
"Aku akan baik-baik saja", ucap Hyo Shin menenangkan sembari menepuk punggung Kim Tan.
Eun Sang
melihat ibunya sedang memilih-milih kacang kedelai, ia bertanya apa
ibunya ingin membuat bubuk kacang lagi. Hee Nam mengangguk. Eun Sang
ikut memilih dan berkata bukankah ini terlalu banyak untuk mereka
berdua.
Dengan
bahasa isyarat Hee Nam berkata akan mengirimkan sebagian untuk kakaknya
Eun Sook (kakak Eun Sang). Mendengarnya membuat Eun Sang kesal, "Apa
onnie menelpon ibu?". Hee Nam berkata kakak Eun Sang mengirimkan sms
dengan memberi kabar bahwa dia sudah mendapatkan pekerjaan dan membeli
ponsel baru.
"Itu
saja?", tanya Eun Sang marah, "Apakah dia tidak membicarakan soal uang
yang dia bawa lari?. Berapa nomor ponselnya?. Berikan padaku".
"Kenapa?. Apa yang akan kau katakan?", tanya Hee Nam khawatir.
"Menurut ibu apa?. Aku
akan bilang, bahwa ibu dan aku baik-baik saja. Dan aku merindukan
onnie. Aku juga akan bilang kita baik-baik saja di sini, dan dia hanya
perlu mengkhwatirkan dirinya sendiri", Eun Sang tersenyum.
"Putriku, apa kau benar-benar bahagia?. Kau sudah melalui banyak kesulitan karena memiliki ibu sepertiku".
Eun
Sang berkata ia bahagia terlahir menjadi anak dari ibunya, "Aku akan
memberikan kehidupan yang lebih baik untuk ibu, jika aku dewasa nanti.
Aku mencintai ibu".
Hee Nam tersenyum sembari membuka tangannya. Eun Sang menghambur ke pelukan ibunya. Mereka berpelukan dengan senyum bahagia.
Eun Sang melepas pelukannya ketika ponselnya berdering. Dengan tersipu Eun Sang berkata, "Dari pacarku".
Hee Nam
pura-pura ingin memukul. Eun Sang menghindar, dengan tersenyum ia
menjawab telponnya. Ternyata Kim Tan menelpon untuk mengajak Eun Sang
pergi kerumah sakit menjenguk presdir Kim yang sudah sadar pasca
operasi.
Tapi
rupanya Ny. Ji Sook yang lebih dulu menjenguk presdir Kim. Entah, Ny. Ji
Sook memang datang secara suka rela atau karena di panggil presdir Kim.
Mereka bicara tanpa memandang wajah satu sama lain. Presdir Kim berkata
sudah mendengar kekacauan yang ditimbulkan istrinya itu selama ia
terbaring koma.
"Aku tidak mendapatkan apapun", ucap Ny. Ji Sook
"Karena
itu, kenapa kau tak bisa bersabar?. Selama bertahun-tahun kau sudah
menanti dan bertahan dengan anggun. Kenapa harus menghilangkan
kesempatan untuk mendapat kompensasi?",
"Aku menginginkan yang lebih. Aku sudah lama merencanakan ini".
(Ny. Ji Sook tidak hanya mengharapkan kompensasi, tapi ia juga berharap bisa mengambil alih perusahaan).
Presdir
Kim berkata ia juga mempunyai rencana seperti itu (rencana yang ingin
ia lakukan sejak dulu). Itu sebabnya ia ingin bertemu dengan Ny. Ji
Sook.
"Jung Ji Sook. Kita bercerai saja".
Kali
ini Ny. Ji Sook setuju, "Baiklah. Aku sudah mempersiapkan diri untuk
ini. Aku mungkin tidak mendapatkan Grup Jeguk secara keseluruhan. Tapi
aku bisa mendapatkan setengahnya. Itulah gunanya dari pernikahan
resmi".
Usai
mengatakan itu Ny. Ji Sook langsung berbalik pergi. Presdir Kim
memerintahkan pengacara yang kebetulan ada dalam ruangan untuk segera
mengurus perceraian dengan Ny. Ji Sook. Pengacara mengiyakan lalu pergi
keluar.
Kemudian Kim Tan masuk bersama Eun Sang, "Ayah, Eun Sang datang", ucap Kim Tan.
"Lega
rasanya melihat anda sudah sadar. Mungkin buku-buku ini baik untuk anda
baca", Eun Sang menaruh 2 buku yang ia bawa diatas kasur.
Presdir Kim memalingkan wajah, "Tidak perlu bersikap manis didepanku".
"Tapi, tetap saja aku ingin melakukannya", jawab Eun Sang.
Eun Sang telah mengumpulkan banyak keberanian untuk datang kemari. Tolong, bersikap baiklah padanya", bujuk Kim Tan.
Eun Sang berjanji akan membayar hutanganya sedikit demi sedikit, "Anda harus tetap sehat agar aku bisa melunasi semuanya".
Presdir Kim tersenyum tipis, "Aku harus hidup lebih lama agar bisa terima semua pembayarannya".
Kim Tan
bertanya pada Eun Sang hutang apa. Eun Sang mohon pamit. Presdir Kim
berkata Eun Sang tak perlu datang lagi. Ia melirik buku yang dibawa Eun
Sang dan berkata, "Aku akan membaca bukunya".
Eun Sang tersenyum dan mengangguk. Kim Tan tersenyum senang sembari mendekatkan keduabuku itu ke sisi ayahnya.
Sesuai
dengan rencana mereka, Kim Tan menemani Ny. Han berjalan-jalan di
Gangnam. Ny. Han menggandeng lengan anaknya. Kim Tan bertanya bagaimana
perasaaan ibu. Ny. Han mengaku merasa baik, benar-benar baik.
"Apa Ibu ingin pergi ke suatu tempat yang special?".
"Lain kali saja. Kakiku mati rasa. Ini sudah terlalu lama. Kebebasan itu memang tidak murah".
"Itulah, kenapa ibu memakai high heels seperti itu?. Lain kali gunakan sepatu yang nyaman".
"Ibu
tak bisa melakukannya, Anakku. Impian Ibu dulu menjadi Miss Korea. Ibu
tidak bisa meninggalkan high heels", Ny. Han tersenyum.
(Kim
Sung Ryung pemeran Ny. Han adalah mantan Miss Korea tahun 1988,
diusianya yang ke-21. Hm...setahun setelah Lee Min Ho lahir...hehehe).
Kim Tan tersenyum geli. Ibu dan anak ini kembali melangkahkan kaki dengan senyum di wajah mereka.
Chan
Young dan Jae Hoo pergi memancing. Jae Hoo berkata udara segar sangat
baik. Chan Young mengeluh ayahnya terlalu sibuk bekerja. Jae Hoo
menimpali dengan itulah ia bisa menghidupi Chan Young.
Mereka
juga mendirikan tenda. Disaat menunggu umpan di sambar ikan, Chan Young
mengambil selca dan minta ayahnya senyum. Tapi Jae Hoo malah memasang
wajah mengekerut.
"Untuk Bo Na?", tebak Jae Hoo.
"Dia tidak bisa bernapas jika dia tidak melihatku sejam saja".
"Bisa kulihat, begitu kau kuliah, Bo Na akan mendominasi hubungan kalian".
Chan
Young berkata justru itu yang ia nantikan. Ia bertanya apa Jae Hoo tidak
ingin menikah lagi atau memiliki wanita yang di sukai. Jae Hoo berkata
sibuk bekerja hingga tidak memiliki waktu untuk berkencan, "Apakah kau
tidak ingin menggantikan ayah bekerja?".
Chan
Young ngomel kenapa ayahnya ingin sekali menjadi pengangguran. Bahkan
waktu itu Jae Hoo tidak sedih sama sekali saat di pecat. Jae Hoo
mengatakan nanti Chan Young akan mengerti saat dewasa. Hidup di dunia
kerja kerja itu tidaklah mudah. Kadang-kadang lebih menyakitkan dan
lebih melelahkan dari pada pacaran. Chan Young merenung.
"Apa kau sedang membicarakan aku?", terdengar suara di belakang mereka.
Chan Young dan Jae Hoo serentak menoleh dan melihat Kim Won datang bersama Kim Tan. Bersaudara Kim ini tampak akur sekarang. :)
Berikutnya
Chan Young mengajari Kim Tan memancing. Chan Young berceloteh memancing
itu adalah masalah waktu, "Apa kau tahu Jiang Zi Ya dari Zhou?".
Kim Tan nyengir, "Diam, brengsek", ucapanya sembari menyikut Chan Young.
Sementara
2 orang dewasa Jae Ho dan Kim Won minum kopi dibawah pohon. Jae Hoo tak
menyangka Kim Won akan datang jauh-jauh kesini untuk mentraktinya kopi.
Kim Won ia bisa aja sedikit terobsesi pada sesuatu.
"Kau sering memancing?", tanya Kim Won.
"Ini adalah tradisi mempererat hubungan ayah dan anak. Chan Young sudah selesai ujian akhir dan aku membutuhkan udara segar".
Kim Won ingat sesuatu, ia menoleh ke belakang dan bertanya bagaimana dengan hasil ujian akhir Kim Tan.
"Kakak akan terkejut. Tanyakan saja pada Chan Young", ucap Kim Tan percaya diri.
"Kim Tan rangking 50", ujar Chan Young memberitahu
"Peringkat 50?", tanya Jae Hoo dan Kim Tan bersamaan.
Kim Tan mengiyakan dengan anggukan sembari tersenyum bangga.
Kim Won pun turut tersenyum bangga , "Dia melakukannya dengan sangat baik".
Jae Hoo memasang wajah syok, "Baik apanya?. Aku malah tidak tahu kalau ada rangking 50 di SMA Jeguk".
"Bagaimana dengan Chan Young?', tanya Kim Won penasaran.
Jae Hoo berkata Chan Young selalu rangking pertama. Tidak ada drama dalam nilainya. Aku bahkan tidak mengeceknya lagi".
Kim Won
memandang Kim Tan kesal. Chan Young manggut-manggut mendengar perkataan
ayahnya. Kim Tan berdiri dan protes lagi-lagi Chan Young
mengacaukannya, "Ikut aku". Saking malunya, Kim Tan buru-buru ngibrit
kabur. Hahaha..larinya lucu. Kim Won dan Jae Hoo tersenyum geli.
"Akan menyenangkan jika setiap hari bisa seperti ini. Tan masih belum tahu, kan?", tanya Jae Hoo.
"Apa gunanya dia mengetahui hal itu".
Jae Hoo
berkata beritanya akan diterbitkan besok. Kim Won tahu, "terbitkan
saja". Sejenak wajah Kim Won tampak murang. Ia mengalihkan pembicaraan
dengan berkata suasana disini menyenangkan. Lain kali ia harus datang
kemari lagi.
Di
hatle bis, Hyun Joo terpukul membaca berita pernikahan Kim Won dengan
cucu pemilik BS Telecom, Yang Da Kyung. Hyun Joo menangis sedih setelah
membaca berita itu. Tiba waktunya bagi Hyun Joo untuk melepas Kim Won.
Malam
itu juga, Hyun Joo dan Kim Won bertemu di cafe. Untuk beberapa saat
keduanya saling diam. Hyun Joo berusaha tersenyum menyembunyikan
kesedihan. Ia minta sekarang Kim Won harus menepati janjinya.
"Janji apa?", tanya Kim Won muram.
Hyun
Joo mengeluarkan wishbone, "Oppa berjanji akan menarik sisi yang lain
jika aku punya keinginan. Sekarang aku mempunyai keinginan".
Sepertinya
Kim Won mengetahui apa keinginan Hyun Joo. Ia menunduk sedih, tanpa
berani menatap Hyun Joo. Karena Kim Won tak juga mau memegang sisi
satunya. Hyun Joo akhirnya berkata kalau menunggu itu membosankan.
"Kau mau aku yang melakukannya?",
Hyun Joo menunjuk sisi sebelah kiri adalah milik Kim Won dan sisi sebelah kanan miliknya.
"Jangan lakukan itu", pinta Kim Won.
Tetap saja Hyun Joo mematahkan wishbone itu. Bagian Hyun Joo lebih panjang dibandingkan bagian Kim Won.
"Bagianku lebih panjang. Itu artinya keinginanku akan menjadi kenyataan".
Hyun
Joo menutup mata, seperti membuat permohonan. Sekaligus menguatkan
hatinya. Saat membuka mata, air mata mulai mengenang di pelupuk matanya.
Sebisa mungkin Hyun Joo berusaha menahan tangis.
"Aku
ingin putus. Itulah keinginanku. Kita selalu bertatap muka sedekat ini.
Tapi kita selalu terpisah jauh satu sama lain. Kau tidak perlu minta
maaf, karena dari dulu aku sudah tahu".
"Maafkan aku...maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf", ucap Kim Won bergetar. Hanya kata-kata itu yang bisa ia ucapkan.
"Seperti
yang pernah ku katakan, aku akan bersorak untuk oppa di tengah
keramaian", Hyun Joo menahan tangis. Mencoba tersenyum saat melambaikan
tangan dan berkata, "Selamat tinggal, oppa".
Kim Won
juga merasakan kesedihan yang sama. Ia termenung sedih sendirian saat
setelah Hyun Joo pergi. Memandangi patahan wishbone yang ditinggalkan
Hyun Joo diatas meja.
Setibanya
di rumah kepulangan Kim Won langsung disambut Kim Tan yang memang sudah
menunggunya sejak tadi. Kim Tan menuntut penjelasan dari berita yang ia
dengar, "Apa yang terjadi?. Hyung akan menikah?. Kenapa mendadak
sekali?".
"Kita
tidak bisa mempertahankan perusahaan dengan usaha sendiri. Itu sebabnya
aku memerlukan pernikahan ini. Itulah beban dari mahkota yang harus aku
tanggung".
"Tapi tetap saja...", Kim Tan masih ingin protes.
"Aku
tidak butuh pendapatmu", sela Kim Won. "Itu adalah keputusanku. Jangan
mengatakan apa-apa lagi. Aku sudah memikirkan tentang kesepakatan kita.
Tentang mengirimmu ke Amerika".
Kim Tan menunduk pasrah jika Kim Won benar-benar akan mengirimnya ke Amerika.
"Kau
tak perlu ke Amerika, sebaliknya tinggalah di belakangku, di sampingku.
Ini artinya kau tidak boleh mempunyai mimpi yang lain. Belajarlah
tentang manajemen. Fokus pada hal itu. Aku kesepian".
"Jika aku di sini?. Apa kakak tidak akan kesepian?"
"Aku masih kesepian, tapi itu lebih baik dari pada kau tidak ada disini", kata Kim Won lalu beranjak pergi ke kamarnya.
Young
Do pergi ke bengkel langganan, ia ingin men-service motornya bukan untuk
tuning (menyetel motor menjadi lebih kencang melaju). Pemilik bengkel
heran terakhir kali Young Do melukan service 3 bulan yang lalu. Tapi
Young Do berkata, "Sekarang aku lebih menyukai yang stabil dari pada
menantang".
Young
Do beralih melihat-lihat helm saat montir mengecek motor. Ia melihat
sayatan luka dijarinya yang tergores pisau saat mencuci piring. Seorang
gadis datang mengantarkan pesanan ayam goreng.
Saat itulah Young Do baru sadar, ternyata ia melihat Eun Sang pertama kali di tempat ini. Bukan di depan minimarket.
"Ternyata kita telah bertemu lebih awal daripada yang aku pikirkan".
Young
Do teringat pada Eun Sang yang memberikanya plester. Ia mengambil
plester dari saku jaketnya (plester itu selalu Young Do bawa
kemana-mana), lalu menempelkannya ke jarinya yang terluka. Pertanda ia
telah melepaskan Eun Sang.
Bo Na,
Ye Sol dan Chan Young menunggu Myung Soo di studio Myung Soo. Si pemilik
tempat, Myung Soo menelpon Bo Na mengabarkan ia tidak bisa berkumpul
bersama mereka. Bo Na mengomel karena Myung Soo baru menelpon sekarang.
Ye Sol penasaran apa Myung Soo sedang berkencan. Chan Young berkata bagi
Myung Soo wanita lebih penting dibandingkan dengan teman.
"Apa kau bermaksud mengatakan aku lebih penting daripada temanmu, Cha Eun Sang?", tanya Bo Na manis.
"Sepertinya begitu", jawab Chan Young.
Mereka
lalu bermain kartu. Entah bermain kartu apa dan bagaimana cara
memainkannya. Chan Young menetapkan tema bermain kartu dengan mengambil
tema 18. Bo Na kalah, ia menunduh Ye Sol dan Chan Young bermain curang.
"Bo Na out. Aku punya keinginan. Cium", Chan Young menunjuk pipinya.
"Aku
malu, ada orang lain di sini", ujar Bo Na tersipu melihat ke Ye Sol.
Tapi malunya hanya sebentar. Ia bergerak mendekat dan bertanya, "Sebelah
mana?. Sebelah sini?".
Tepat saat itu Chan Young menoleh, hingga mereka berciuman. Bo Na terkejut menutupi bibirnya.
"Hei! Kenapa tiba-tiba kau menoleh seperti itu?".
"Maaf, kalau begitu akan kukembalikan", Chan Young merangkul Bo Na. Siap mencium balik.
Ow..ow.., Chan Young lupa ada Ye Sol di tengah mereka yang risih melihat sepasang kekasih itu bermesraan.
"Kalian
ini benar-benar! Keinginanku adalah agar kalian putus", ucap Ye Sol
kesal sembari menunjukan kartu pamungkasnya, membuat Chan Young dan Bo
Na mendelik kesal.
Pelayan
keluarga Kim memberikan paket dari Amerika untuk Kim Tan. Kiriman itu
rupanya dari guru Kim Tan di Amerika yang mengirimkan kembali buku tugas
yang pernah ia kumpulkan. Saat itu, diakhir halaman Kim Tan menulis.
"One Who Wants To Bear The Crown, Bears The Crown".
"Mahkota jenis apa yang ingin kau pakai?. Apakah Kekayaan? Ketenaran atau cinta?", tanya sang guru di bawah tulisan.
Kim Tan merenung dan kembali menulis diatas bukunya.
"Pemilik ruang kerja sudah berganti".
Kim Won duduk di ruang kerja. Meski ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan dan menjadi lebih kuat, namun dia kesepian.
Kim Won
mengeluarkan patahan wishbone yang selalu ia simpan. Tangannya bergetar
saat memegang benda itu dan tak kuasa menahan tangisnya.
"Hyung
memperoleh yang Ia inginkan. Dia menjadi lebih kuat. Tetapi saat malam
dia menangis. Hyung mungkin berpendapat bahwa penjara utamanya adalah
rumah yang dia tinggali selama seumur hidupnya ini".
"Dan aku menjadi seorang siswa senior yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya".
Kim
Tan sedang berjalan masuk ke halaman sekolah. Ia melihat Myung Soo yang
sedang menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Bisa ditebak dari mana
Myung Soo semalam, pub.
Myung Soo mengeluarkan kamernya dan memotret Kim Tan yang langsung mendapatkan protes dari sang aktor. (hihi)
"Apa kau tidak tahu soal pelanggaran privasi memotret dari keluarga pengacaramu?", protes Kim Tan.
"Aku memotret untuk kenang-kenangan".
"Kenangan apa?".
"Wajahmu seperti orang yang baru melewati rintangan dalam hidup", jawab Myung Soo tersenyum lalu pergi.
Kim Tan
tersenyum tipis, kembali melanjutkan jalannya. Ia melihat Rachel yang
keluar dari gedung sekolah. Keduanya berpandangan sebentar. Rachel
berlalu begitu saja tanpa menyapa ataupun tersenyum.
Lalu, Kim Tan berpapasan dengan sepasang kekasih Bo Na - Chan Young yang jalan bergandengan tangan.
"Kau tahu besok ujian hari pertama, kan?. Aku menantikannya", ucap Chan Young.
"Sebaiknya kau lindungi tempatmu dengan baik. Aku tidak pernah melakukan hal setengah-setengah.", balas Kim Tan.
"Pasti dia akan rangking 100 lagi" ejek Bo Na, lalu menarik Chan Young pergi.
"Kalian ini!", gerutu Kim Tan. Tapi ia tersenyum.
Kemudian Kim Tan berpapasan dengan Young Do. Tidak saling menyapa dan hanya melewati satu sama lain.
"Namun, tak ada yang berubah. Kami masih belum mampu sepenuhnya menjadi orang asing ataupun damai layaknya pria dewasa".
Eun Sang : Tapi,
kami akan ingat. Rasa sakit apa yang kami hadapi saat kami berusia 18
tahun. Bagaimana kami menangis dan terjatuh. Bagaimana kerasnya kami
berjuang.
Eun
Sang menyodorkan boneka burung hantunya saat Kim Tan jalan kearahnya dan
tersenyum. Kim Tan mengambil tempat duduk di samping Eun Sang. Ia tidak
tahu jika Eun Sang suka pamer, bagaimana jika Bo Na melihat boneka itu
(Bo Na punya boneka yang sama).
"Aku justru mau dia melihatku!. Dan aku akan berkata 'Lihat!. Pacarku memberikan ini untukku!".
Kim Tan geli melihat Eun Sang yang sangat senang dengan pemberian boneka yang hanya bernilai beberapa sen.
Eun Sang merasa penasaran dan bertanya apa permohonan yang Kim Tan panjatkan saat meniup lilin ulang tahun.
"Aku berharap semua orang yang aku kenal bahagia", jawab Kim Tan.
Eun Sang tak percaya. Kim Tan berkata, "Sungguh...Aku ingin mengadakan pesta di rumahnku 10 tahun kemudian".
"Pesta".
Mereka lalu membayangkan apa yang terjadi 10 tahun kemudian. Dirumah keluarga Kim.
Eun Sang : 10 tahun mendatang, saat kita berumur 29 tahun?. Apa semua orang hadir?
Kim Tan : Ya. Bo Na dan Chan Young selalu sibuk berkerja bahkan saat pesta.
Bo Na
dan Chan Young masih bersama. Chan Young bekerja di bagian dari tim
investigasi kejahatan dunia maya. Sementara Bo Na menjadi wanita karir.
Mereka melambaikan tangan saat melihat Kim Tan datang.
Ye Sol
berbincang dangan Hyo Shin yang terlah menjadi sutradara ternama. Ia
mendengar film Hyo Shin di nominasikan dalam pengharggan festival Film
Asia. Hyo Shin berkata tentang film militer antara cinta dan benci. Ye
Sol minta Hyo Shin menghubunginya jika membutuhkan pemeran utama untuk
film berikutnya. Ye Sol pergi.
Rachel mendekati Hyo Shin dan bertanya, "Apa kau masih menggunakan bakat melucumu itu (membuat film)?".
Hyo
Shin menjawab ya, apa Rachel tidak tahu (melihat berita), "Kau tidak
punya internet di tempat kerjamu?". Rachel berkata ia tidak punya waktu
dan sibuk mempersiapkan fashion show.
Hyo
Shin bertanya apa Rachel akan datang ke pemutaran perdana filmnya jika
ia mengundangnya. Rachel tidak mau, ia tidak suka menonton dan tidak
tertarik.
"Kalau begitu, datanglah untuk menemuiku".
"Akan kupertimbangkan", jawab Rachel kikuk lalu meneguk minumannya.
Hyo Shin hormat layaknya tentara saat Kim Tan melintas di depannya.
Young
Do menerima telepon dari Myung Soo yang kini sedang berada di camp wajib
militer. Ia memberi kabar akan mengambil cuti wamil. Kim Won yang ada
disampingnya bertanya apa pangkat Myung Soo sekarang, kopral?.
"Sersan. Dia mendapat banyak masalah karena terlambat mengikuti wajib militer", ujar Young Do.
Young
Do berkata akan mengambil alih pekerjaan ayahnya. Dan akan bertanggung
jawab pada proyek Konvensi Jeju mulai bulan depan. Kim Won bercanda
dengan berkata pasti Young Do telah lama menginginkan hal itu, ayah
Young Do pasti merasa khawatir proyek itu akan gagal. Young Do berkata
akan kali ini akan melakukan dengan lebih baik.
Kim Tan lewat di depan mereka. Young Do tersenyum menyapa Kim Tan. Kim Won memberi tahu ayah mereka berada di ruang baca.
Presdir
Kim keluar dari ruang baca bersama Jae Hoo. Ayah Kim Tan masih tampak
sehat, meski semakin menua dan rambutnya memutih. Ia tersenyum melihat
putranya datang. Jae Hoo dan Rachel juga tersenyum pada Kim Tan.
Kim Tan
berjalan ke tangga, berpapasan dengan Ny. Ji Sook yang jalan turun
setelah bercakap ria dengan Ny. Han dan Hee Nam. Ny. Ji Sook tersenyum
saat jalan besisian dengan Kim Tan.
Ny. Han
memanggil Hee Nam dengan panggilan onnie. Ia kaget melihat Hee Nam yang
tampak lebih muda darinya. Dengan gaya khasnya, Ny. Han minta ibu Eun
Sang untuk menunjukan KTP-nya. Keduanya lalu tersenyum dan melambaikan
tangan pada Kim Tan.
Kim Tan meneruskan langkah, berjalan perlahan menaiki tangga yang menuju ke kamarnya.
Kim Tan : Aku
harap, bahkan setelah 10 tahun kemudian. Aku tetap bersemangat
mengejarmu seperti saat berusia 18 tahun. Aku akan ada di jalan yang
mengantarku padamu. Itu permohonanku saat meniup lilin.
Di dalam kamar, ada Eun Sang yang sudah menunggunya dengan senyuman.
Kim Tan mendekatkan wajahnya dan mencium Eun Sang.
Kembali
ke masa kini. Kim Tan masih tersenyum meski lamunananya itu telah
buyar. Eun Sang berkata mereka adalah tipe orang yang hanya bisa terus
bahagia dalam impian saja.
"Itu sebabnya kenapa itu disebut sebagai permohonan", sahut Kim Tan.
"Aku berharap itu bisa menjadi kenyataan".
"Mungkin saja...suatu hari nanti".
Keduanya tersenyum. Berdiri dari tempat duduk dan berjalan dengan bergandengan tangan.
Di hari lain, Kim Tan dan Eun Sang berjalan sambil bergandengan tangan di bawah guyuran hujan salju.
Kim Tan : Ketika
kami berusia 18 tahun, kami jatuh cinta. Saling menyukai, menangis,
melarikan diri, berlutut. Dan berpaling satu masing lain untuk sekian
kalinya.
Flasback saat perpisahan mereka dan saling menyakiti. Berjalan membelakangi dan melewati satu sama lain.
Eun Sang : Walaupun
begitu, saat kami berusia 18 tahun...kami saling menghampiri satu sama
lain. Bergandengan tangan...Dan berpelukan dengan erat satu sama lain.
Flashback saat mereka saling berpelukan, berbagi kesedihan dan memberikan rasa nyaman satu sama lain.
Kim Tan
bertanya kapan Eun Sang mentraktinya makan seperti yang pernah dia
janjikan. Eun Sang tertawa karena Kim Tan menanggapinya dengan serius.
Ia mengatakan hal itu hanya untuk menggoda Kim Tan.
"Mungkinkah
kau sengaja tidak mentraktirku?. Supaya kau bisa memasak untukku setiap
pagi?. Apakah kau sekarang ingin melamarku?", ujar Kim Tan
"Tidak begitu. Sekarang ini kau sepetinya minta di pukul", sahut Eun Sang.
Eun Sang menjulurkan lidah (ngolok nich...hahahah) lalu jalan cepat mendahului Kim Tan.
"Hei!.
Cha Eun Sang berhenti disana!. Apa kau lupa apa yang akan aku lakukan
jika kau berbalik membelakangiku?, seru Kim Tan, "Kenapa kau tidak
menjawab".
Eun Sang mempercepat langkah sembari menutup mulutnya.
Kim Tan tersenyum, "Kau mau datang ke rumahku. Apa kau hanya menyukaiku di dalam mimpimu".
Eun
Sang tersenyum, melambatkan jalannya lalu mengampit lengan Kim Tan.
Mereka kembali berjalan beriringa. Wuah..pemandangannya cantik.
Eun Sang : Kami mungkin bisa terjatuh lagi. Mungkin juga bisa sampai berlutut terluka. Tapi, kami..
Kim Tan : Tidak peduli apapun itu... Kami akan terus melangkah maju.
source :
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-20-part-1.html
http://blognyanuri.blogspot.com/2014/01/sinopsis-heirs-episode-20-part-2-final.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com