Eun
Sang bertanya apakah tempat Kim Tan lebih aman. Tan berkata ia tidak
tahu tempatnya lebih aman atau tidak, tapi yang pasti lebih baik dari di
sini.
“Bagaimana? Apa kau mau ikut?”
Eun Sang nampak ragu.
Tapi
ia tidak memiliki tempat tujuan, jadi ia menerima tawaran Tan. Begitu
melangkahkan kakinya ke dalam rumah Tan, Eun Sang ternganga. Bagaimana
tidak, ia melihat rumah yang hanya tampak dalam buku-buku home
desain…atau drama Korea tentunya ;p
Ia
mengikuti Tan ke lantai bawah. Tan dengan santai duduk di sofa. Eun
sang kaget saat mengetahui Tan tinggal sendirian dalam rumah itu.
“Siapa
kau? Apa kau pengedar narkoba? “ Pffttt….sepertinya Eun Sang cuma
nonton film mafia dan ngga pernah nonton drama Korea yang bertaburan
chaebol ^^
Ia bertanya apa yang Tan lakukan untuk menghidupi
dirinya. Tan tak percaya Eun Sang mengira ia seorang pengedar narkoba.
Eun Sang berkata petugas polisi tadi tampaknya mengenal Tan, dan juga
teman Tan the overacting Jay langsung menghirup bubuk itu begitu
melihatnya.
“Benar
juga. Tapi….” Tan berdiri lalu berjalan mendekati Eun Sang. “Kenapa kau
pikir aku hanya menjual narkoba? Apa polisi yang kautemui tadi
benar-benar polisi?”
Eun Sang berjalan mundur ketakutan. Tan
terus mendekatinya dan dengan enteng bertanya apakah Eun Sang masih
memiliki 2 ginjal utuh. Ha…kukira Tan lagi pura-pura jadi germo ternyata
lagi pura-pura jadi penjual organ tubuh XD
Eun
Sang semakin takut. Ia memperingatkan Tan untuk tidak mendekatinya
lagi. Tapi ia tidak bisa mundur lagi dan sudah tersudut. Tan mendekatkan
wajahnya.
“Ini kamarmu. Panggil aku jika kau memerlukan
sesuatu,” katanya sambil tersenyum kecil. Ia membukakan pintu di
belakang Eun Sang lalu pergi.
“Apa-apaan itu tadi?” gumam Eun Sang, masih shock.
Eun
Sang masuk ke kamarnya. Ia teringat pada kakaknya yang melarikan diri
setelah mengambil uangnya. Tapi ia tidak bisa bersedih lebiih lama
karena ada urusan yang lebih penting. Urusan perut. Eun Sang baru sadar
ia belum makan lagi sejak turun dari pesawat.
Eun Sang
pelan-pelan membuka pintu kamar. Di luar gelap. Tan yang sedang
membereskan buku-bukunya mendengar suara. Dari balkon ia melihat ke
lantai bawah. Ia melihat Eun Sang mengendap-endap melintasi ruang tamu.
Eun
Sang membuka kulkas di dapur. Di dalamnya hanya ada berbagai makanan
kaleng. Ia mengambil beberapa dan mulai makan di dalam kegelapan.
Tiba-tiba
lampu menyala. Eun Sang menyadari ia sudah tertangkap basah. Tapi ia
sudah mempersiapkan diri. Ia memintaa maaf dan berkata ia hanya memakan
makanan yang sudah lewat masa expire-nya. Lalu ia menyodorkan uang US$ 5
di atas meja untuk mengganti makanan-makanan tersebut.
Tan
menghampirinya dan melihat masa kadaluwarsa pada kaleng-kaleng itu. Ia
berkata bagaimana bisa Eun Sang memakan makanan itu. Eun Sang tidak bisa
menjawab dan buru-buru pergi.
“Hei!” panggil Tan. Ia bertanya
apakah Eun Sang tidak akan membereskan sisa-sisa makanannya. Eun Sang
mulai membereskan kaleng-kaleng itu.
Tan terus menatapnya. Eun
Sang bertanya bagaimana caranya memilah sampah Tan. Tan tidak tahu
karena ia tidak pernah melakukannya.
“Siapa namamu?” tanyanya pada Eun Sang.
“Aku lupa mengatakannya padamu tadi. Terima kasih sudah membiarkan aku tinggal.”
“Itu nama yang panjang.”
Eun
Sang hanya menunduk. Tan mengerti Eun Sang tidak mau memberitahu
namanya dan tidak mendesaknya lagi. Ia berkata Eun Sang tidak perlu
berterima kasih padanya. Ia bukan membantu Eun Sang tapi sebagai ganti
rugi atas bubuk kacang Eun Sang yang ia tahu seharusnya untuk Eun Suk.
Sekretaris
Yoon memberitahu Kim Won bahwa Hotel Zeus (milik ayah Young Do)
langsung menghubunginya begitu tahu Won memesan penerbangan ke Amerika.
Mereka menawari Won untuk menginap di sana.
“Dia sudah bersikap
seakan-akan ia pemegang saham hanya karena ia bertunangan dengan
Presiden Lee (ibu Rachel Yoo) dari RS international,” ujar Won sinis.
Mendengar
itu Sekretaris Yoon terdiam. Ada apa, tanya Won. Sekretaris Yoon
berkata tidak ada apa-apa, ia akan menolak penawaran Hotel Zeus itu
dengan sopan.
(dalam diagram karakter, Presiden Lee dan
Sekretaris Yoon pernah menjalin hubungan kekasih. Namun melihat marga
Chan Young dan Rachel yang berbeda, aku tidak yakin jika mereka
bersaudara)
Kemudian
Sekretaris Yoon menyodorkan daftar tamu yang akan menghadiri pesta
keluarga yang akan datang . Ada 51 tamu, masing-masing akan datang
bersama keluarga mereka. Won menatap Sekretaris Yoon dengan tajam dan
tidak mengambil daftar itu.
“Saya sudah mengirimnya lewat email,” kata Sekretaris Yoon mengerti.
“Kalau begitu untuk apa kau memberi hard copynya (daftar nama dalam bentuk kertas)?” tanya Won.
Kenapa
Won sebal? Karena jika Sekretaris Yoon memberikan kertas berisi daftar
nama padahal telah mengiriminya melalui email, itu sama saja dengan
menuduhnya tidak melihat email sama sekali.
Ia lebih sebal lagi
setelah tahu ayahnya yang menyuruh Sekretaris Yoon memberikan daftar
nama itu lagi dalam bentuk dokumen. Sekretaris Yoon berkata ia sudah
memberitahu ayah Won perihal rencana keberangkatan Won ke Amerika.
Won bertanya apa Sekretaris Yoon pikir ia tidak bisa memberitahu ayahnya sendiri?
“Aku sudah lama ingin bertanya padamu. Sebenarnya kau bekerja pada siapa saat ini? Aku atau ayahku?”
“Aku selalu bekerja untuk Grup Empire.”
“Begitu,” kata Won sinis.
Sekretaris Yoon sambil tersenyum berkata Won saat ini seperti seseorang yang marah karena dikhianati kekasihnya.
“Kau
salah. Aku sedang menyarankan kau untuk lebih romantis dengan mencari
lebih banyak wanita. agar kau tidak ikut “mati” saat Presdir (ayah Won)
mati..” (Setelah seorang Raja Korea mati, para pelayannya ikut mati)
“Apa
ada saran lain?” tanya Sekretaris Yoon tenang. Whoaaaa…jika ia bisa
menentang Won setenang itu, artinya ia tahu posisinya tidak akan goyah
dan bahkan lebih kuat dari Won.
Won menyadari itu. Sekretaris
Yoon terlihat tidak takut pada apapun. Won berkata itu kebiasaan buruk
lain yang diajarkan ayahnya.
Sekretaris Yoon memandang Won yang berjalan menjauh dengan tatapan lembut (atau kasihan?). Ia mendoakan keberangkatan Won.
Ayah
Won sedang minum teh bersama istrinya, Nyonya Jung (Nyonya Jung Ji Suk
adalah istri kedua sementara ibu Won yang sudah meninggal adalah istri
pertama. Ibu Tan adalah wanita simpanan >,<) . Ayah Won duduk di
kursi roda dan nampaknya kesehatannya tidak terlalu baik. Ia berkata ia
baru menyadari sekarang kalau kesehatan adalah yang terpenting. Ia
menyarankan agar istrinya menjaga kesehatan dan makan banyak makan
makanan sehat.
“Jangan berpura-pura baik. Itu tidak akan membuatku melepaskan namaku dari daftar keluarga,” ujar Nyonya Jung.
Ayah
Won tertawa. Ia berkata ia tidak pernah memintanya, tapi Nyonya Jung
yang membawa ibu Tan masuk dalam keluarga mereka. Nyonya Jung berkata ia
tidak punya pilihan lain. Daripada ayah Won terus mengumbar aibnya di
depan umum, lebih baik ia membawanya masuk agar tetap tersembunyi.
“Aku tahu, aku yang berbuat kesalahan.”
“Bagus
kalau kau tahu. Tapi aku tidak akan pernah menceraikanmu. Karena itu
aku membawanya masuk. Untuk memerangkapnya dalam kandang hingga ia tidak
bisa melakukan apapun lagi sampai mati.”
Ayah Won tertawa. Ia berkata biasanya semakin lanjut usia, hati akan semakin lembut. Tapi Nyonya Jung tidak pernah berubah.
“Mungkin karena aku tidak punya anak,” kata Nyonya Jung tersenyum getir.
Di
luar, Nyonya Han (ibu Kim Tan) mencoba menguping pembicaraan mereka.
Won melihatnya. Nyonya Han buru-buru berkata kalau ayahnya dan Nyonya
Jung tidak membicarakan Won.
“Mereka hanya menghina diriku,” katanya tersenyum.
Won tidak menanggapinya dan hendak mengetuk pintu.
Tok tok tok, Nyonya Han mendahului Won.
“Won datang,” serunya dari luar pintu. Ia menyuruh Won masuk karena ibunya berkunjung.
“Aku tidak punya ibu di rumah ini,” kata Won.
“Baiklah, dia ahjumma. Ahjumma yang mengasuhmu,” ujar Nyonya Han.
Won bertanya apa Nyonya Han akan menguping.
“Aku
pergi. Ahjumma ini juga akan pergi,” kata Nyonya Han. Hee..kok aku suka
ya sama ibu Kim Tan. Sepertinya ia yang paling simple dari semua orang
dalam drama ini dan lucu dengan caranya sendiri ;)
Won
menemui ayahnya dan ibu tirinya. Nyonya Jung menyapanya. Won balas
menyapa dengan kaku. Nyonya Jung mengeluh Won tidak pernah menyapanya
lebih dulu. Ia mengingatkan ia yang sudah mengasuh Won selama 10 tahun
sebelum Won pergi ke Amerika.
“Aku mungkin tidak menyayangimu, tapi aku tetap melakukan yang terbaik. Jangan perlakukan aku seolah aku ibu tiri yang jahat.”
“Maaf aku mengecewakan setelah 10 tahun berusaha,” ujar Won tenang.
Nyonya
Jung kesal melihat sikap Won seperti ini padanya. Tapi sebelum mereka
sempat berdebat lagi, ayah Won menghentikan mereka. Maka Nyonya Jung pun
pergi meninggalkan mereka.
Aku kok merasa ngga adil ya cuma nyebut ayah Won padahal ia ayah Tan juga. Untuk selanjutnya aku sebut Presdir Kim saja ya^^
Presdir
Kim berkata ia dengar Won akan pergi ke Amerika. Presdir Kim berkata
orang Amerika sangat menghargai perusahaan yang dijalankan turun temurun
oleh keluarga dan bagi mereka keluarga adalah yang utama.
“Jadi sebaiknya kau juga membawa serta Tan.”
“Aku akan….”
“Dengarkan aku. Aku akan memberitahu Sekretaris Yoon.”
“Ini adalah urusanku. Aku akan…”
“Aku hanya melakukan tugasku. Perusahaan ini belum menjadi perusahaanmu,” potong Presdir Kim.
Dan Won pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Hmmm..ini sih kaya ayahnya yang mmebuat persaingan antara Won dan Tan >,<
Nyonya
Han menggiring Nyonya Jung ke tempat sepi. Ji Suk berkata ia sedang
sibuk. Ia menegur Nyonya Han karena tidak menggunakan bahasa formal
dengannya. Dengan enteng Nyonya Han berkata ia menggunakan bahasa
singkat untuk menghemat waktu Nyonya Jung.
Ia dengar Nyonya Jung akan menemui keluarga Rachel. Ia berkata kenapa mereka meminta Nyonya Jung menemui mereka.
“Mengapa kau begitu peduli? Apa kau akan pergi?” tanya Nyonya Jung sinis.
“Aku bertanya karena aku tidak bisa pergi. Aku harus tahu apa yang terjadi karena aku akan menjadi besan mereka.”
“Siapa besanmu? Apa kau lupa bahwa Tan adalah puteraku?” tanya Nyonya Jung.
“Jangan
terlalu pamer. Kau akan menyesalinya nanti. Tan tidak akan senang
mengetahui ibunya diperlakukan semena-mena seperti ini,” kata Nyonya
Han.
Nyonya Jung bertanya apa Nyonya Han sedang mengancamnya. Nyonya Han tidak menyangkal.
“Kau
ini penuh omong kosong. Kau pikir kau ini benar-benar nyonya rumah
hanya karena mereka memanggilmu Nyonya Han? Selama aku masih hidup, kau
tidak akan pernah menjadi istri suamiku. Aku akan memastikan kau tetap
jadi wanita simpanan. Apa kau mengerti?” kata Nyonya Jung dengan nada
menghina.
Perkataan Nyonya Jung tepat mengenai sasaran. Nyonya
Han tak mampu membalas. Setelah kepergian Nyonya Jung, Nyonya Han
menangis lalu menelepon anaknya.
“Tas
wanita lain….rumah wanita lain…suami wanita lain…. Ia tidak bahagia
karena ia menginginkan kehidupan wanita lain untuk hidupnya,” tulis Tan dalam bukunya. “Ia adalah….” Tan melihat ponselnya yang berdering namun tak mengangkatnya. Ibu.
“Ibu?
Ini aku. Apa kau khawatir karena aku begitu lama baru menelepon?
Maafkan aku. Aku tidak bisa menelepon karena aku benar-benar tersesat di
Amerika. Mereka hanya berbicara bahasa Inggris di sini. Kakak….” Eun
Sang berusaha menahan air matanya. “Ia bertambah tinggi dan kulitnya
semakin hitam. Ibu tahu kan bahaya matahari California? Sama seperti
batu yang dipanaskan di atas api. “
Ibu Eun Sang mengetuk ponselnya sebagai tanda ia mendengar.
Eun
Sang berbohong dengan berkata saat ini ia sedang berada di rumah
kakaknya. Rumah yang memiliki kebun. Tapi anehnya ibu Eun Sang tidak
tersenyum mendengar itu.
(hmmm…it’s weird. Jika seorang ibu tahu
anaknya menikah dan memiliki rumah yang bagus, harusnya ia senang
bukan? Apakah ia peka mendengar ada yang tidak beres dari suara Eun
Sang?).
Ia
mengetuk ponselnya lagi. Eun Sang meminta ibunya tidak khawatir dan
mengingatkan ibunya untuk makan dengan baik dan tidur yang nyenyak.
Sambil berusaha menahan tangisnya, Eun Sang pamit pada ibunya di telepon
dan berjanji akan menelepon kembali.
Tanpa sepengetahuan Eun
Sang, Tan tak sengaja mendengar kebohongan Eun Sang pada ibunya. Tan
datang untuk membawakan sandwich. Eun Sang berterima kasih.
“Tidak perlu berterima kasih, makanan itu bagus untuk ginjal,” seloroh Tan.
“Hentikan,” protes Eun Sang.
Tan
berkata Eun Sang pintar berbohong. Eun Sang sadar Tan tadi mendengar
percakapannya dengan ibunya di telepon. Kenapa Tan menguping?
Tan
berkata ia tidak terbiasa mendengar suara perempuan di rumahnya. Ia
melihat uang 1 dolar di meja samping tempat tidur dan bertanya untuk apa
itu. Eun Sang berkata itu untuk membayar biaya ia memakai telepon.
“Kau ini boros,” ujar Tan.
Eun Sang cemberut. Ia mengambil
dream catcher dari tasnya dan memberikannya pada Tan.
“Ini untuk kamar. Tadinya aku akan menggantungnya di kamarku di Amerika. Tapi aku akan memberikannya padamu.”
“Kau
tidak sedang membuangnya padaku kan?” ujar Tan. Kesal, Eun Sang hendak
merebutnya kembali. Tapi Tan menghindar dan bertanya benda apa itu.
“
Dream catcher. Benda itu menyaring mimpi-mimpi buruk dan hanya hanya mimpi indah yang melewatinya,” jawab Eun Sang.
“Apa gadis-gadis cantik juga akan datang?” tanya Tan. LOL XD
“Kembalikan padaku,” kata Eun Sang kesal.
Tan
tidak mau memberikannya. Ia menyuruh Eun Sang beristirahat dan
menghabiskan makanannya dan sekali lagi menggodanya bahwa makanan itu
bagus untuk ginjal. Ia tersenyum saat melihat Eun Sang kesal.
Tan menggantung
dream catcher
di ambang pintu menuju kolam. Dari area itu ia bisa melihat kamar Eun
Sang. Eun Sang tidak menyadari kalau kamarnya berbatasan langsung dengan
area kolam dan pintunya terbuat dari kaca.
Ia sibuk memindahkan
kursi untuk mengganjal pintu (puntu masuk dari dalam rumah). Tan
memperhatikan dari luar. Ia tak percaya Eun Sang masih takut bahkan
setelah ia memberinya makanan.
Eun Sang masih tidak sadar Tan bisa melihatnya dari luar. Ia mulai membuka pakaiannya untuk berganti pakaian.
Uhuk
uhuk…Tan langsung tersedak. Ia berlari kembali masuk ke dalam rumah.
Sekilas kepalanya menyentuh dream catcher pemberian Eun Sang.
Hmmm…apakah mimpi indah akan mendatangi Tan?
Eun
Sang terbangun oleh sinar matahari yang menerpa wajahnya. Awalnya ia
agak bingung ia berada di mana. Kemudian ia melihat ke luar dan terpana.
Eun Sang melangkah keluar ke area kolam. Pemandangan yang sangat indah terbentang di depannya. Eun Sang tersenyum takjub.
Tan
sedang bersiap untuk ke sekolah. Ia melihat Eun Sang dari balkon. Dan
untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia merasakan sesuatu yang tidak
pernah ia rasakan sebelumnya. (Mungkin belum sejauh cinta, tapi jelas ia
merasa penasaran dan tertarik pada Eun Sang)
Eun Sang menoleh ke atas. Melihat Tan sedang menatapnya, Ia menunduk dan tak berani menatap Tan langsung.
Tan
turun ke lantai bawah. Eun Sang memuji rumah Tan yang sangat indah.
Melihat Tan membawa tas, ia bertanya Tan hendak pergi ke mana. Tan
berkata ia akan sekolah.
“Ternyata kau bukan pengedar narkoba
tapi pelajar,” kata Eun Sang tersenyum. Ia bertanya apakah Tan ke
sekolah seperti sekolah yang ada di film-film Amerika?
“Sekolah
apa yang kaumaksud? Sekolah sihir Hogwarts? (sekolahnya Harry Potter…aku
menjelaskan seakan ada yang tidak tahu sekolah ini >,<)”
Eun Sang tertawa.
“Kau tertawa lagi. Artinya pada dasarnya kau sering tertawa” kata Tan.
Eun Sang berkata ia hanya ingin tahu seperti apa sekolah internasional. Ia meminta Tan menunggu sebentar, ia juga akan pergi.
“Kau mau ke mana?” tanya Tan kaget. Malah sedikit panik kelihatannya.
Eun Sang berkata ia harus pergi jika Tan pergi. Ia hanya akan mencuci muka dan menyikat gigi sebentar.
“Kalau
begitu tinggallah,” kata Tan cepat. Ia meminta Eun Sang tinggal hingga
ia kembali dari sekolah. Dan lagi Eun Sang tidak memiliki tempat tujuan.
Eun Sang hendak ke tempat kakaknya. Tan berkata restoran tempat Eun Suk bekerja belum buka, mereka baru buka siang nanti.
“Kalau begitu….”
“Tidak ada bis. Orang-orang yang naik bis tidak tinggal di sini.”
“Tapi…”
“Jika kau tidak nyaman tinggal di sini (sendirian), maka ikutlah ke sekolahku.”
Eun Sang bengong. Tan berkata bukankah Eun Sang ingin tahu sekolah seperti apa sekolah internasional itu.
Eun
Sang ikut dengan Tan. Sepanjang perjalanan Eun Sang tersenyum. Tan
meminjamkan kaca mata hitam. Saat Eun Sang menolak dengan halus, Tan
berkata di sini kacamata hitam bukan aksesoris tapi kebutuhan.
Eun
Sang memakai kacamata itu. Ia bahkan memberitahu Tan ia akan
mengulurkan tangannya ke luar mobil. Jika ini memalukan bagi Tan ia
meminta Tan memberitahunya.
“Kalau begitu 1 menit,” kata Tan.
Eun
Sang mengulurkan tangannya ke luar mobil (mobil Tan beratap terbuka),
merasakan hembusan angin yang melewatinya. Tan tersenyum dan terus
menoleh melihat Eun Sang (Fanny: lihat ke depan!! *inget drama Secret
>,<*).
Pelajaran
di sekolah Tan hari ini adalah: setiap kata memiliki makna. Begitu kita
memasukkan perasaan dalam sebuah kata, maka kata itu jadi bermakna.
Contohnya kata pensil akan mengandung arti berbeda jika kita
memikirkannya sebagai pensil untuk kita menulis surat. Heh?
Tan tidak menyimak kata-kata gurunya. Ia menoleh ke luar tempat Eun Sang duduk menunggunya.
Pak
Guru bertanya kata dalam bahasa Inggris apa yang paling indah di dunia
ini menurut survei dari 102 negara yang tidak menggunakan bahasa
Inggris. Para murid menjawab:
rainbow,
flowers,
unicorns, dll.
Pak Guru berkata kata terindah dalam bahasa Inggris adalah:
mother. Tan terpaku sejenak lalu menuliskan kata itu di bukunya. Kata-kata indah berikutnya adalah:
passion,
smile,
love, dan
eternity.
Lalu
apa kata tersedih dalam bahasa Inggris? Ada yang menjawab kematian,
pemakaman, dll. Tan tidak menulis lagi. Berarti kata “mother” baginya
adalah kata yang tersedih juga.
Sambil
menunggu Tan, Eun Sang melihat buku yang biasa digunakan ibunya untuk
berkomunikasi. Dengan sedih ia melihat tulisan ibunya. DRY CLEANING
ONLY. Berulang-ulang. Mungkin bagi Eun Sang itulah kata-kata tersedih di
dunia ini.
Pak Guru menyuruh pada murid mengumpulkan tugas
esai. Tan tidak mengumpulkan. Ia berkata tugasnya tidak untuk
diserahkan. Pak Guru menghela nafas panjang dan bertanya apakah Tan
tidak berpikir mungkin saja Tan menemukan tujuan baru jika mengumpulkan
tugasnya. Tan tidak menjawab dan berjalan keluar. Sepertinya gurunya
sudah terbiasa Tan tidak mengumpulkan tugas.
Tan
tidak menemukan Eun Sang di bangku tempat tadi Eun Sang menunggu. Ia
mencarinya dan menemukan Eun Sang sedang berdiri memperhatikan dua siswi
berpakaian bagus dan berbahasa Korea. Tan bertanya apa yang Eun Sang
lihat.
“Hanya…anak-anak yang beruntung. Murid internasional asal
Korea mengadakan pesta?” Eun Sang melihat ke arah brosur yang ditempel
dua siswi tadi. Brosur itu mengundang murid-murid ke acara Korean Night.
Tan berkata pesta itu tidak menyenangkan.
Eun
Sang tahu Tan sedang menghiburnya. Ia kembali pamit dan berterima kasih
pada Tan karena telah mengajaknya ke sekolah. Ia menitipkan
barang-barangnya pada Tan, nanti malam ia akan mengambilnya.
Tan
bertanya apakah Eun Sang akan pergi mencari kakaknya. Eun Sang berkata
ia harus mencarinya. Ia harus mengambil kembali uang ibunya. Ia tidak
bisa membiarkan kakaknya menghabiskan uang ibunya untuk pemabuk.
“Kalau begitu…good bye,” Eun Sang mengangkat tangannya. Lagipula ini Amerika, kan?
Eun Sang berjalan pergi.
“Hai! Apa kau tahu ke arah mana kau harus pergi?” tanya Kim Tan.
“Aku tahu,” Eun Sang menunjuk ke kanan.
“Benar,” Kim Tan menggiring Eun Sang ke arah lain. Ia berkata ia akan pergi dengan Eun Sang. Hehe^^
Eun Sang bertanya bukankah Tan masih harus mengikuti pelajaran. Tan berkata ia tidak menyukai pelajaran yang ini. Matematika.
“Aku suka matematika.”
“Kau pasti tidak waras.” (Ehem...aku juga suka matematika…sangat berguna untuk berbelanja XD)
Keduanya
pergi ke restoran tempat Eun Suk bekerja. Namun Eun Suk sudah berhenti
bekerja dan tidak akan kembali lagi. Tan menjadi penerjemah bagi Eun
Sang. Melalui pelayan lain, Eun Suk menitipkan pesan pada Eun Sang bahwa
ia akan menelepon Eun Sang dan menyuruh Eun Sang kembali ke Korea.
Eun Sang tak percaya kakaknya benar-benar melarikan diri dengan uang itu.
“Hei, you’re that girl!” Seru seorang pria bule. “You’re that b*tch’s sister!”
Rupanya
itu adalah pria pemabuk mantan kekasih Eun Suk. Eun Sang bertanya di
mana kakaknya. Tapi pria bule tadi juga sedang mencarinya karena Eun Suk
melarikan uangnya.
Pria bule itu menghampiri Eun Sang. Tan langsung memiting tangannya.
“Apa kau juga memukuli kakakku? Kau brengsek!” maki Eun Sang. “Pukul dia!” katanya pada Tan.
“Kau
tidak perlu mengatakan apa yang aku sudah tahu,” kata Tan tanpa
melepaskan si bule. Ia menendang kakinya hingga pria itu berlutut.
Dari
ujung jalan dua pria gemuk melihat kejadian itu dan rupanya mereka
mengenali mantan kekasih Eun Suk sebagai teman mereka. Mereka lari
menghampiri.
“Pada hitungan ke-3. 1, 2….”
Belum selesai
Tan menghitung, Eun Sang sudah menariknya untuk melarikan diri. Dua pria
gemuk itu mengejar mereka. Mereka terus berlari (Eun Sang terus
memegang tangan Tan^^), sementara kedua pria gemuk itu mengejar.
Errrr….bagus untuk menguruskan badan mereka XD Mana mungkin terkejar
hehehe^^
Tan pun merasa geli. Sambil tersenyum ia bertanya kenapa mereka melarikan diri.
“Apa yang kaubicarakan? Kau bilang pada hitungan ke-3…” kata Eun Sang sambil terus berlari.
“Aku
hendak menyuruhmu berdiri di belakangku pada hitungan ke-3,” kata Tan
menghentikan Eun Sang. Dan lagi kedua pria itu tidak bisa mengejar
mereka.
Kedua pria gemuk itu muncul dengan nafas ngos-ngosan. Eun Sang masih ketakutan.
“I want to kill you!” seru salah dari mereka terengah-engah.
“Kau bisa katakan itu saat kau bisa mencapaiku,” kata Tan dalam bahasa Korea, sambil berjalan mundur.
“I swear! I will kill you!”
“Aku
tahu kau ingin melakukanya tapi aku mungkin sudah tua dan mati sebelum
kau bisa melakukannya,” ejek Tan lagi dalam bahasa Korea.
“Apa mereka mengerti bahasa Korea?” tanya Eun Sang heran.
Tan
berkata kedua pria itu tidak akan bisa mendengar suaranya. Ia
mengatakan itu agar Eun Sang tidak takut. Eun Sang sedikit tersentuh
mendengarnya.
Ponsel Tan berdering. Rachel.
Senyum
di wajah Tan lenyap. Eun Sang berkata saat ini tidak ada waktu untuk
mengangkat telepon. Ia meraih tangan Tan, khawatir kedua pria gemuk itu
menyusul mereka.
“Tidak ada waktu untuk ini sejak kemarin,” kata Tan, tanpa sadar menepis tangan Eun Sang.
“Aku hanya…..” Eun Sang merasa tak enak hati.
Tan menyadari kesalahannya. Ia bergurau berkata yang menelepon itu pemesan narkoba organik.
“Ayo
pergi, kali ini kita harus lari,” giliran Tan meraih tangan Eun Sang.
Dan mereka pun berlari meninggalkan dua pria gemuk yang sudah tidak
mampu berlari lagi.
Rachel kesal karena Tan tidak juga mengangkat teleponnya. Ia terpekur
memandangi ponselnya yang membisu. Saat akhirnya ponselnya berdering,
ia tersenyum puas.
Tapi yang meneleponnya ternyata ibunya. Ibunya bertanya bagaimana tanggapan Tan atas pernikahannya.
“Memangnya itu sesuatu yang patut dibanggakan,” ujar Rachel sinis.
Presdir
Lee berkata tetap saja Tan harus tahu karena Young Do dan Tan adalah
teman baik. Rachel berkata mereka tidak berteman lagi. Lalu ia menutup
teleponnya.
Young Do tiba di hotel meliki keluarganya. Apa yang ia lakukan di sana? Mencuci piring.
Ia
sadar para pegawai berbisik-bisik membicarakannya. Rupanya setiap musim
panas Young Do ditugaskan mencuci piring sejak SMP. Semacam pelatihan
untuk ahli waris.
“Walau begitu ia melakukannya? Ia anak yang baik walau ia seorang chaebol,” puji pegawai yang baru tahu.
“Baik apanya?” ujar pegawai yang sudah lama bekerja di sana.
Manager
mendatangi Young Do lalu menegurnya karena Young Do tidak memanaskan
piring sebelum dihidangkan. Lalu ia juga mengomentari pakaian Young Do.
Young Do meletakkan piring yang sedang dicucinya.
“Aku sedang terlihat dalam mood baik?”
“Kalau
begitu apa aku harus membiarkanmu karena melalaikan tanggung jawabmu?”
tanya manager. Ia mengancam hendak memberi tahu ayah Young Do.
“Katakan
padanya. Laporkan pada ayahku. Itu tugasmu. Jangan mengabaikannya,”
Yougn Do melepas sarung tangan karetnya. “Saat aku menguasai hotel ini
10 tahun lagi, kau akan memerlukan pengalaman seperti itu untuk mencari
pekerjaan baru.”
Manager itu tak bisa berkata-kata selain
menahan kekesalannya. Seorang pelayan melaporkan kalau Komisaris Polisi
telah tiba. Young Do melepas celemeknya dan berkata ada tugas lain yang
lebih cocok untuknya.
Lee
Hyo Shin sedang makan bersama kakeknya, ayahnya, dan juga para
pamannya. Mereka sedang membicarakan ujian masuk Hyo Shin ke perguruan
tinggi. Hyo Shin nampak gugup dan wajahnya pucat.
Ayah Hyo Shin
berkata Hyo Shin harus berusaha meningkatkan ranking nasionalnya dari
tahun lalu. Pamannya berkata adalah perbuatan bodoh untuk menyalahkan
kekurangan waktu. Sang kakek lebih suka jika Hyo Shin masuk SMA yang
sama dengan SMA-nya.
Paman Hyo Shin berkata SMA Empire lebih
prestisius dan jamannya sudah berbeda dengan jaman kakak Hyo Shin. Kakek
berkata ia tahu itu, tapi Korea menekankan garis keturunan. Walau SMA
Empire lebih prestisius tapi sejarahnya terlalu pendek untuk
menghasilkan para pemimpin di bidang politik, hukum, dan bisnis.
“Kalau begitu Hyo Shin kita bisa menjadi sejarah Grup Empire,” kata pamannya. Hyo Shin hanya mengangguk.
“Kau dengar kata pamanmu, kan?” kata ayah Hyo Shin.
Sigh….belum apa-apa aku sudah bisa merasakan tekanan yang berat di bahu Hyo Shin >,<
Young
Do masuk dengan mengenakan pakaian formal. Keluarga Hyo Shin sudah
mengenalnya. Ia memberi salam dengan sopan pada mereka semua. Menteri
kehakiman (sepertinya kakek Hyo Shin), ayah Hyo Shin yang adalah
komisaris polisi , dan juga paman-paman Hyo Shin yang sama-sama memiliki
kedudukan.
Hyo Shin tidak nampak senang melihat kehadiran Young
Do. Ayah Hyo Shin memperkenalkan siapa Young Do pada mereka semua.
Mereka memuji Young Do yang dibesarkan dengan baik. Young Do berterima
kasih lalu menuangkan air minum untuk mereka.
Saat menuangkan minuman untuk Hyo Shin ia menuangkan air minum sampai penuh. Hyo Shin menatapnya.
“Kau kelihatan haus,” kata Young Do penuh arti.
Young
Do kembali ke kamarnya yang merupakan salah satu kamar di hotel itu.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Young Do membuka pintu dan melihat
Hyo Shin.
Hyo Shin hendak menggunakan kamar mandi Young Do. Begitu masuk kamar mandi, Hyo Shin langsung muntah-muntah.
Ketika
Hyo Shin keluar dari kamar mandi, Young Do berkata di lantai bawah juga
ada toilet. Hyo Shin berkata ia tidak bisa ketahuan ayahnya saat
muntah.
“Kalau begitu kau tidak apa-apa ketahuan olehku?” tanya Young Do.
“Jika
kita berbicara tentang rahasia, bukankah aku lebih banyak tahu
rahasiamu?” ujar Hyo Shin.“Sunbae, suaramu saat mengancamku terdengar
indah,” kata Young Do tertawa. (Jadi Hyo Shin duduk di kelas 3 SMA,
sementara Young Do sepertinya di kelas 2)
Hyo Shin tersenyum.
Suaranya lebih indah lagi saat bersumpah serapah. Apakah Young Do mau
mendengarnya? Young Do tidak mau. Ia menawari Hyo Shin rokok. Hyo Shin
berkata ia tidak melakukan hal yang tidak baik untuk tubuh. Hmm….jadi
muntah itu bentuk stress? Atau sakit?
Eun
Sang membawakan kopi untuk Tan. Tan mengeluh Eun Sang pergi lama
sekali. Eun Sang berkata ia hendak memberi waktu pada Tan untuk menerima
telepon. Apa Tan sudah selesai menjual narkoba organik? Tan berdehem
mendengar ledekan Eun Sang.
Eun Sang berdecak kagum setelah
mencicipi kopinya. Jangan lebay, kata Tan. Eun Sang berkata ia harus
minum kopi Americano setidaknya satu kali di Amerika. Jika tidak, ia
hanya akan memiliki kenangan buruk di sini.
“Apa kau yakin kau hanya memiliki kenangan buruk?” tanya Tan. Menanti jawaban Eun Sang bahwa ia adalah kenangan baik.
“Kalau dipikir-pikir….Sudah berapa lama kau tinggal di Amerika?”
“Kenapa kau menghentikan pikir-pikirmu!” protes Tan. Haha^^
Eun
Sang melihat beberapa orang menggunakan ponsel. Ia berkata mengapa hal
ini tidak terpikirkan sebelumnya. Ia lalu meminjam ponsel Tan. Ia
sekarang tahu cara untuk pulang.
“Pulang? Ke Korea?” tanya Tan.
Eun
Sang menadahkan tangannya dengan tatapan memohon. Tan terpaksa
memberikan ponselnya. Eun Sang mengetik pesan di Talkingbook ( semacam
fb atau twitter gitu kali ya^^). Ia mengirim pesan pada White Hacker
Yoon. Hmmm…White Chocolate Yoon Chan Young harusnya ^^
“Siapa dia? Teman priamu (kekasihmu)?” tanya Tan.
“Teman. Pria,” jawab Eun Sang.
Tan
berkata (dengan nada cemburu) kalau begitu seharusnya Eun Sang langsung
menelepon, bagaimana jika ia tidak merespon pesannya itu. Eun Sang
berkata nomor telepon temannya baru saja diganti dan ia tidak bisa
mengingatnya. Dan lagi temannya akan pergi ke suatu tempat jadi ia tidak
tahu apakah temannya di Korea atau tidak.
“Kau meminta bantuan pada pria yang bahkan kau tidak tahu ia ada di mana?”
“Ia ada di hatiku, kenapa?” ujar Eun Sang. “Itu bukan sesuatu yang akan kaumengerti.”
Eun Sang berkata ia menghargai Chan Young sebagai temannya.
“Memangnya
ia melindungi negara atau menemukan Hangul (bahasa Korea)?” ujar Tan
kesal. “Menghormati teman? Bagaimana jika ia tidak merespon?”
Eun Sang yakin Chan Young akan merespon. Tan yang cemburu segera berjalan pergi.
Mereka
pulang menggunakan taksi. Eun Sang terus menerus bertanya apakah Chan
Young sudah membalas pesannya. Tan menunjukkan ponselnya dengan kesal.
Belum ada respon.
“Apa kau yakin kalian berdua dekat?” tanyanya.
“Kami sudah saling mengenal separuh hidup kami.”
“Apa kalian berpacaran?”
“Sudah kubilang bukan.”
“Apa kau pernah berpacaran dengannya?”
Eun
Sang protes mengapa Tan membuat masa lalu palsu dari persahabatannya.
Ia berkata anggap saja Tan sedang menyelamatkan orang, dan memintanya
sering-sering mengecek pesannya. “Ia adalah harapan terakhirku. Ya?
Kumohon.”
Hehe…Eun Sang ini pintar membujuk. Tapi clueless….
Mereka
tiba di rumah Tan. Tan memberikan kuncinya pada Eun Sang dan
menyuruhnya masuk. Sementara ia sendiri naik kembali ke taksi. Ia akan
mengambil mobil yang mereka tinggalkan karena melarikan diri tadi.
Di taksi, Tan memeriksa profil Eun Sang di Talkingbook.
“Cha Eun Sang,” akhirnya ia tahu nama Eun Sang.
Lalu ia melihat pesan yang dikirim Eun Sang pada Chan Young:
Aku
tahu ini sulit dipercaya, tapi aku ada di Amerika dan aku dalam
masalah. Aku memerlukan bantuanmu. Hubungi aku sesegera mungkin.
“Pekerjaan kantoran dengan gaji 2 juta won sebulan. Aku juga menyukainya.”
Tan terus asyik melihat deretan status Eun Sang di medsos itu bahkan ketika ia telah naik ke mobilnya sendiri.
“Aku berharap Freddy dan Jason berbaikan.” (Freddy Krueger dari film A Nightmare on Elm Street dan Jason dari film Halloween)
“Aku benci pergi bekerja. Pada musim hujan seperti ini, aku harus menonton Texas Chainsaw Massacre.” Ha. Eun Sang ternyata pecinta film horror. Dia nonton Master’s Sun ngga ya^^
Tan tersenyum melihat selera film Eun Sang.
Lalu Eun Sang pernah memposting dirinya saat bekerja lalu menulis status:
“Anak-anak, aku di tempat kerjaku lagi. Ini ada alah Je-shi-kyeo Alba (buat ia bekerja) dan bukannya Jessica Alba. “
Tan bertanya-tanya berapa banyak pekerjaan paruh waktu yang dijalani Eun Sang.
Lalu ada foto Chan Young, yang ditulis sebagai “pelayan menyebalkan nomor 1”
Tan
tahu Chan Young ini yang diminta bantuannya oleh Eun Sang. Ia
memperhatikan percakapan di antara keduanya dalam medsos itu.
“Apa pelayan menyebalkan ini cute?” tulis Chan Young.
“Apa kau gila?” gumam Tan seakan bicara pada Chan Young.
“Pergilah! (Kkeo Joo! Aaaa jadi inget Joong Won^^)” balas Eun Sang.
“Benar!” seru Tan senang.
“
Kau telah bekerja keras hari ini. Tetaplah kuat, Cha Eun Sang.” Chan Young memberi semangat.
“Benar, mereka tidak mungkin hanya teman,” kata Tan.
Status berikutnya membuat Tan tertegun.
“Aku benci ibuku bekerja begitu keras. Aku harap grup Empire bangkrut.”
Polisi
mengetuk kaca jendela mobil Tan. Ia mengembalikan paspor Eun Sang dan
berkata ini hanya kesalahpahaman. Tan berkata ini bukan pertama kalinya
polisi itu salah paham. Tan menjalankan mobilnya.
Bo Na mengeluh Chan Young tidak menjawab teleponnya. Myung Soo memanas-manasinya dengan berkata di Amerika banyak gadis seksi.
“Setelah
melihat kayu seperti dirimu, melihat wanita dengan lekuk tubuh.
Bayangkan bagaimana indahnya tubuh mereka,” kata Myung Soo.
“Hei, apa kau pikir Chan Young ku sepertimu?”
“Itulah masalahnya. Ia tidak sepertiku. Tapi mengapa ia tidak menjawab teleponnya?”
Bo
Na berkata mungkin saja Chan Young sibuk atau tidak tahu kalau ia
meneleponnya. Myung Soo bertanya mengapa wanita selalu saja meributkan
hal yang sudah mereka ketahui jawabannya. Karena itu membuat kami merasa
lebih baik, ujar Bo Na.
Young
Do masuk. Ia berkata Myung Soo beruntung karena menjadi putera dari
pendiri sebuah firma hukum. Karena Myung Soo tidak becus belajar, Myung
Soo tidak akan dikirim ke sekolah hukum. Dengan begitu Myung Soo tidak
perlu bekerja paruh waktu di firma itu untuk mewarisinya kelak. Myung
Soo berkata Young Do tidak tahu betapa melegakannya ia tidak pintar.
Young
Do melihat Bo Na yang terus cemberut. Ada apa dengannya? Bukan
urusanmu, jawab Bo Na ketus. Ia bertanya bisakah Young Do berhenti
tertarik padanya.
“Bagaimana bisa? Kau terlalu cantik,” ujar Young Do.
Myung
Soo menatapnya. Sementara Bo Na berpikir ia memang layak diperjuangkan,
lalu ia kembali menelepon Chan Young. Young Do melirik Myung Soo yang
nampak kesal mendengar komentar tadi.
Kali
ini Chan Young mengangkat teleponnya. Bo Na protes kenapa Chan Young
tidak meneleponnya. Dengan ringan Chan Young berkata itu karena Bo Na
selalu mendahuluinya.
Bo Na cemburu begitu mendengar Chan Young
berbicara dengan seorang wanita. Padahal wanita itu adalah kasir yang
sudah pasti bukan tipe Chan Young. Ia meminta Chan Young membiarkan
wanita itu bicara di telepon.
“Ia
sudah bicara di telepon (Bo Na). Aku tidak bisa belajar karena aku
sangat merindukanmu,” kata Chan Young tersenyum. Aww…kamu so sweet dech
XD
Bo Na berkata ia sangat bahagia. Ia bertanya apakah Chan
Young sudah memeriksa SNS-nya, ia mengirim foto ia sedang menangis. Chan
Young berkata ia mematikan SNSnya karena ia tidak bisa berkonsentrasi.
Bo Na merengek agar Chan Young melihatnya.
Young Do berkata hanya Bo Na yang bisa tetap cantik walau selalu merengek seperti itu.
Chan
Young berjanji akan melihatnya dan menelepon Bo Na nanti. Namun begitu
ia membuka ponselnya, yang terlihat olehnya adalah pesan dari Eun Sang.
Chan Young menelepon Eun Sang tapi teleponnya tidak aktif.
Eun
Sang membawa kopernya keluar dari kamar. Saat ia menaiki tangga ia
mendengar suara pintu. Ia mengira Tan yang datang dan berkata ia akan
pergi.
Tapi yang muncul di hadapannya adalah seorang gadis.
Mereka saling bertanya: “Siapa kau?” Eun Sang mengenali gadis itu yang
ditemuinya di airport.
“Memangnya kenapa? Apa kau senang melihatku lagi?” ujar Rachel ketus. “Siapa kau? Aku adalah tunangan pemilik rumah ini.”
“Tunangan? Dia masih anak sekolah,” kata Eun Sang.
Rachel
berkata mereka bertunangan tahun lalu saat mereka berusia 17 tahun. Ia
bertanya siapa Eun Sang. Berapa kali ia harus bertanya mengapa Eun Sang
ada di rumah tunangannya?
Eun Sang berusaha menjelaskan ia
menginap di sini karena ada situasi mendesak. Dan ia baru saja akan
pergi. Eun Sang berkata Rachel salah paham akan situasinya.
“Tunggu. Mengapa kunci rumah ada di tanganmu?” Rachel merebut kunci dari tangan Eun Sang.
Eun
Sang berkata ia menitipkan barangnya pada Tan, lalu ia pamit. Rachel
berjalan turun dan sengaja mendorong koper Eun Sang hingga jatuh
berguling-guling ke lantai.
Eun Sang berlari turun. Ia melihat kopernya rusak. Dengan kesal ia bertanya apa yang Rachel lakukan.
“Kesalahan. Sama seperti kau dan aku bertemu di sini,” kata Rachel tenang.
Eun
Sang berkata ia sudah bilang tidak terjadi apapun yang bisa menyebabkan
kesalahpahaman. Ia akan menahan kemarahannya demi kebaikan pemilik
rumah ini padanya, yaitu Tan.
“Apa kau bergurau? Kau tidak bisa
pergi begitu saja. Kau memiliki kunci rumah di saat pemiliknya tidak
ada. Bagaimana aku bisa tahu tidak ada barang yang hilang? ”
Ugghhh…gadis ini bener-bener deh >,<
Ia
menyuruh Eun Sang membuka kopernya. Bukankah Eun Sang tidak mau ada
kesalahpahaman? Eun Sang berkata ia akan membuka kopernya. Tapi apa yang
akan Rachel lakukan jika tidak ada apapun di sana?
“Tidak mungkin tidak ada apa-apa,” kata Rachel sinis.
Eun Sang akhirnya membuka kopernya. Puas?
Rachel berjalan turun lalu mengangkat koper Eun Sang hingga seluruh isinya keluar. Eun Sang marah.
“Aku sedang memeriksanya. Tidak ada apa-apa. Pergilah.”
Ia berjalan sambil menyingkirkan barang Eun Sang dengan kakinya. “Dan bawa sampah ini bersamamu. Sebelum ia kembali. Segera.”
Eun Sang berusaha menahan kemarahannya, rasa malunya, dan air matanya sambil membereskan barang-barangnya.
Ia
keluar dari rumah Tan dan duduk di taman. Ia melihat sekelilingnya.
Keluarga yang bahagia, anak-anak yang berlarian dengan riang. Eun Sang
tersenyum, namun hatinya terasa sakit. Eun Sang merenung lalu berjalan
pergi.
Bo
Na mondar-mandir menanti telepon Chan Young. Myung Soo dan Young Do
memperhatikannya. Ada apa, tanya Myung Soo tak tahan lagi.
“Bagaimana
mungkin? Aku sudah bilang aku mengupload fotoku yang sedang menangis.
Bagaimana mana bisa tidak ada respon setelah 2 jam?” celotahnya.
“Aku berbicara sebagai oppa-mu…” Young Do angkat bicara. “Tidak ada oppa yang kukenal yang menyukai foto menangis.”
“Kalau begitu apa yang mereka sukai?”
“Daripada
selca, dia akan lebih menyukai hal dewasa,” kata Young Do sambil
tertawa. “Kirimkan foto yang memperlihatkan banyak kulitmu.”
“ Aku berani bertaruh segalanya Yoon Chan Young akan langsung naik ke pesawat,” kata Myung Soo.
“Hei, Chan Youngku tidak seperti itu! Minta maaf padanya sekarang juga! Amerika di arah mana? Membungkuklah ke arah itu!”
Myung Soo berkata jika Chan Young tidak seperti itu maka Chan Young tidak normal. Chan Young kan baru berusia 18 tahun.
“Putuskan saja. Putus dan berpacaran dengan Myung Soo,” kata Young Do.
“Aoa kau gila? Yang benar saja…Apa aku makan nerkoba?” kata Bo Na tak percaya.
“Hei, kau tidak perlu menolakku sebanyak 3 kali,” protes Myung Soo. “Tapi kau boleh juga.”
“Mengapa kalian melibatkan aku dalam hubungan kalian? Kalian berdua tampak serasi. Kalian seharusnya berpacaran,” kata Bo Na.
Myung
Soo berkata Young Do boleh juga. Apa kau mau mati, ujar Young Do. Myung
Soo pura-pura marah dan bertanya apa Young Do pilih-pilih gender saat
membicarakan cinta?
“Kita putus,” katanya genit.
“Aigoo..aku bahkan tidak bisa memukulmu karena kau sangat cantik,” balas Young Do. Heh….percakapan ini? XD
Myung
Soo langsung melancarkan jurus cute-nya. Bo Na pura-pura hendak muntah.
Gurauan seperti itu hanya lucu di awalnya lalu melewati batas.
Myung
Soo berkata garis batas memang harus dilewati. Contohnya Rachel yang
melewati batas hingga pergi ke Amerika untuk menemui Tan.
Mendengar nama Tan, senyum Young Do perlahan lenyap. Myung Soo berkata jika Bo Na rindu pada Chan Young maka pergilah ke sana.
“Hei,
sudah kubilang jangan sebut-sabut nama Kim Tan di depanku,” kata Bo Na.
Ia berkata kenapa Young Do diam, bukankah Young Do juga tidak suka
mendengar tentang Tan.
“Myung Soo berkelahi lebih baik dariku. Karena itu aku tidak bisa melakukan apapun,” kata Young Do.
“Dan Bo Na berkelahi lebih baik dariku,” Myung Soo kembali bercanda.
Keduanya tertawa. Dan dihadiahi lemparan batal Bo Na.
Eun Sang mencoba hendak membeli tiket tapi uangnya kurang. Ditambah lagi paspornya tidak ada.
Tan
telah kembali ke rumah dan mengetahui Eun Sang telah pergi. Ia bertanya
pada Rachel ke mana Eun sang pergi dan apakah ia membawa
barang-barangnya.
“Kim Tan, kita tidak bertemu selama 6 bulan
dan itu hal pertama yang kaukatakan padaku?” kata Rachel kesal. “Untuk
apa aku peduli ke mana gadis….
“Kau bertambah cantik,” ujar Tan.
“Aku tahu.”
“Apa kau mengusirnya?”
“Itu adalah hakku sebagai tunanganmu.”
Tan
bertanya apa Rachel memberitahu Eun Sang kalau mereka bertunangan.
Tentu saja, kata Rachel, seharusnya Tan yang memberitahu Eun Sang.
“Kalau begitu kenapa kau tidak membiarkannya tinggal. Aku bisa memperkenalkanmu padanya,” kata Tan.
Rachel
bertanya apakah Tan tidak tahu mengenai kedatangannya. Tan berkata ia
sudah tahu. Rachel bertanya kenapa Tan tak menjemputnya di bandara.
“Terlalu panas.”
“Kalau begitu kau harus ke Korea. Di sana musim gugur.”
“Terlalu jauh.”
“Apa kau tahu kita ulang tahun pertunangan hari ini.”
“Ya.”
“Ya?
Hanya itu yang bisa kaukatakan? Kalau begitu mengapa kau bertunangan
denganku jika kau akan bersikap seperti ini?” kata Rachel kesal.
Tan
menjawab setidaknya ia bisa bertunangan dengan Rachel agar tidak perlu
menikahinya (maksud Tan adalah jika ia setidaknya sudah bertunangan
namun tidak mau menikah akan lebih bisa diterima daripada sejak awal Tan
menolak). Rachel tak bisa berkata apa-apa lagi.
Terdengar
bunyi bel di pintu. Eun Sang melihat melalui kaca Tan sedang berjalan
menghampirinya. Eun Sang buru-buru berjalan pergi. Mungkin ia tadi
menekan bel untuk melihat apakah ada orang di rumah atau tidak.
Tan malah menyusulnya.
“Kau mau ke mana? Jika kau akan pergi setidaknya kau harus memberitahuku,” tegur Tan.
Eun
Sang berkata ia ketinggalan kartu nama petugas polisi (yang menahan
paspornya). Tan berkata kenapa Eun Sang mencarinya. Rachel muncul dan
berkata ia telah membuangnya ke tempat sampah di luar gerbang
(Hmmm...walau ia melihat Tan memarahi Eun Sang tapi jelas itu
menunjukkan perhatian. Tadi Tan menunjukkan rasa bosan dan tidak peduli
saat bicara dengannya).
Eun Sang hendak mengambilnya. Tan
berkata tidak usah dan hendak mengatakan paspor itu ada padanya. Tapi
Eun Sang sudah berlari pergi.
“Kau membuangnya?” tanya Tan kesal.
“Membuang apa? Aku bahkan tidak melihatnya.”
Tan
berkata ia mengerti situasi ini menyebalkan untuk Rachel tapi Eun Sang
tidak bisa pulang ke Korea karena kehilangan paspornya dan itu karena
dirinya.
“Apa hubungannya denganku?” kata Rachel ketus.
“Tidak ada hubungannya denganmu tapi ada hubungannya denganku. Jadi, jangan ikut campur.”
Tan
pergi menyusul Eun Sang. Rachel masuk ke rumah dengan kesal. Ponsel Tan
berbunyi. Ia melihatnya. Pesan Chan Young untuk Eun Sang.
“Amerika?
Di Amerika bagian mana? Aku juga sedang di Amerika! Ada apa? Aku bisa
langsung pergi jadi hubungi aku begitu kau membaca pesan ini. Ini
nomorku. Telepon aku sekarang juga!”
Rachel memikirkan sesuatu.
Eeepp…ia mengenal Chan Young dan Bo Na pastinya kan? Mereka sekolah di
sekolah yang sama. Apa yang akan ia lakukan? >,<
Eun Sang membongkar tempat sampah dan hampir panik saat Tan menemukannya.
“Tidak ada di sana,” kata Tan.
“Iya, tidak ada,” kata Eun Sang sambil menangis. “Bagaimanapun aku mencarinya tidak ada di sini.”
“Apa kau menangis?”
“Aku
berusaha untuk tidak menangis, tapi keadaan selalu….benar-benar…aku
datang ke Amerika untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tapi aku
berakhir di tempat sampah lagi. Kehidupan seperti yang bahkan tidak
berubah?”
Kim Tan meminta maaf dan menyuruh Eun Sang berdiri. Eun Sang berdiri, bertanya mengapa Tan meminta maaf.
Tan menyerahkan paspor Eun Sang. Ia berkata ia baru saja menemukannya. Eun Sang langsung memeluk paspornya.
Tiba-tiba
sebuah taksi berhenti di depan rumah Tan. Beberapa orang asing keluar
nampak mencari seseorang. Tan dan Eun Sang bersembunyi di dekat tempat
sampah tapi orang asing itu melihat mereka.
Tan dan Eun Sang
kembali melarikan diri. Para orang asing itu mengejarnya. Dan berbeda
dari dua pria gemuk tadi, mereka jelas lebih kuat berlari.
Mereka
berlari dan terus berlari. Akhirnya Tan menarik Eun Sang masuk ke dalam
sebuah bioskop untuk bersembunyi. Eun Sang melihat sekeliling bioskop
yang gelap itu.
“Apa yang kaulakukan?” tanya Tan.
“Biasanya pembunuh berantai muncul dari belakangmu,” kata Eun Sang.
“Berhentilah menonton film aneh.”
Eun Sang bertanya mengapa orang-orang itu mengejar Tan. Apa Tan benar-benar pengedar narkoba?
Tan
berkata ia tidak mau menyia-nyiakan hidupnya seperti itu (menjadi
bandar narkoba). Ia balik bertanya mengapa mereka mengejar Eun Sang.
Eh…jadi para pengejar itu tidak jelas siapa dan mengejar siapa?
Tan menyuruh Eun Sang menonton film yang sedang ditayangkan di ruangan bioskop itu. Ia juga membutuhkan istirahat.
Tan
menyandarkan kepakanya di kursi lalu memejamkan matanya. Eun Sang
mencoba menonton tapi tidak mengerti apa yang dibicarakan para tokohnya.
Sambil tetap memejamkan mata Tan menerjemahkan apa yang dikatakan para tokohnya.
“Untuk bisa mempercayaimu, aku perlu tahu siapa dirimu.”
“Kau tidak tidur?”
Tan menegakkan kepalanya.
“Tapi
ia bertemu seorang gadis semalam. Nama gadis itu Cha Eun Sang,” Tan
tidak lagi menceritakan film tapi cerita mengenai pertemuannya dengan
Eun Sang.
“Bagaimana kau tahu namaku?”
“Aku penasaran mengenai Cha Eun Sang. Apa mungkin….aku menyukaimu?” tanya Tan.
source : http://www.kdramatized.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-2-bagian-1.html and http://www.kdramatized.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-2-bagian-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com