Adegan pertama, kita dibawa ke California dengan bukit Hollywood, Disneyland dan pantai
yang dijubeli dengan banyak orang yang berjemur di musim panas. Di laut,
seorang pria melenggok ke sana kemari dengan papan surfingnya, menaiki ombak. Ia adalah Kim Tan (Lee Min
Ho).
Kim Tan tak sendiri surfingnya. Ia having fun di pantai
bersama teman-temannya, salah satunya bernama Jay. Dari cara Jay mencium teman
wanitanya, sedangkan Kim Tan hanya memberikan pelukan, terlihat kalau Kim Tan
menikmati kehidupannya tapi bukan dengan cara yang ceroboh.
Dan ucapan di dalam hatinya menegaskan hal itu, “Pada hari kepergianku belajar ke luar
negeri, kakak mengucapkan salam perpisahan padaku dengan sederhana, singkat dan
jujur.”
Kejadian hari itu teringat di benak Kim Tan. Saat itu
kakaknya, Kim Won (Choi Jin Hyuk), memintanya untuk tak perlu belajar giat.
Jika bahasa Inggris menjengkelkannya, Kim Tan tak perlu mempelajarinya,
“Hiduplah sesukamu, tanpa merasa khawatir ataupun perlu berpikir. Itulah yang
biasa dilakukan oleh anak-anak keluarga kaya, tak usah punya mimpi. Dan kalau
bisa, jangan pernah kembali.”
“Pada saat itu, aku
menyadari kalau kepergiannya ke Amerika bukanlah untuk belajar, namun karena
diasingkan. Kakak sudah lebih dulu mengambil
kembali apa yang akan kuambil di masa yang akan datang.”
Kim Tan menatap luar restoran dengan bosan. Seorang pelayan
menawarkan untuk refill kopi dengan bahasa Korea. Jay bertanya apakah Kim Tan
tak menyalahkan kakaknya yang selalu membencinya? Tak menyalahkan ibunya yang melahirkannya
atau ayahnya yang tak pernah memihaknya?
Kim Tan menjawab dalam hati, “Aku terlalu malas untuk menyalahkan seseorang.”
Choi Young Do (Kim Woo Bin) melatih lemparan baseball-nya.
Target latihannya? Tembok dekat teman sekolahnya berdiri. Sambil terus melempar bola ke tembok, Young
Do bertanya, “Hai teman, apa rencanamu untuk liburan nanti? Kalau aku tak
bertemu denganmu, aku akan merindukanmu. Iya kan?”
Kedua teman Young Do hanya tertawa-tawa melihat anak itu
gemetar ketakutan, walau tubuhnya tak terkena lemparan. Young Do kembali
bertanya, “Kenapa? Apakah kau benar-benar tak rindu padaku? Kau benar-benar tak
berperasaan, ya?” Dan ia melempar bola itu keras dan mengenai tangan anak itu,
membuat anak itu menjerit kesakitan.
Young Do malah tertawa-tawa dan minta maaf, “Kau tak
terluka, kan?”
Salah satu teman Young Do bercanda kalau lemparan Young Do
mulai kacau dan memintanya berhati-hati. Jika ada orang yang melihat mereka,
orang mengira mereka mem-bully anak itu.
Dengan nada dingin, Young Do pun menyuruh temannya itu
berdiri di tembok, menggantikan posisi si anak itu. Temannya yang lain mencoba
menghentikannya, tapi mundur saat Young Do mengancamnya juga.
Akhirnya temannya itu menuruti permintaan Young Do dan
menyuruhnya untuk melemparkan bola ke arahnya. Young Do tersenyum dan berkata
kalau bukan ia yang melemparkan bola. Ia pun melempar bola pada si anak itu dan
berkata kalau sekarang adalah gilirannya.
Anak itu ragu-ragu juga takut. Young Do tertawa melihatnya,
“Kau akan dipukuli jika kau melemparnya. Kau juga akan dipukuli jika kau tak
melemparnya. Masalahmu adalah kau akan dipukuli oleh orang yang berkuasa atau
orang yang sedikit berkuasa. Dan kenyataannya adalah, masalah dalam hidupmu
akan terus seperti ini bahkan di masa yang akan datang.”
Anak itu mencoba menahan emosi mendengar ucapan Young Do.
Tapi Young Do malah terus memprovokasinya, “Kenapa? Karena ketika kita dewasa,
kami akan menjadi atasanmu. Cepat putuskan.”
Kedua teman Young Do tertawa, akhirnya memahami maksud Young
Do. Anak itu gemetar, frustasi tak dapat menahan marah, akhirnya melemparkan
bola itu ke cermin. Young Do tertawa, “Kau ini, walaupun miskin, tapi kau
adalah tipe yang memiliki harga diri. Kalau begitu, jagalah terus badanmu itu
karena kesehatanlah yang paling penting.”
Young Do bergidik pura-pura ngeri dan mengemasi
barang-barangnya, “Uhh.. Aku benar-benar takut, sepertinya aku harus melarikan
diri sekarang. Sampai bertemu di semester depan dan selamat berlibur!”
Young Do meninggalkan ruangan, dengan anak itu dipukuli oleh
kedua temannya.
Young Do mengambil pesanan motor barunya. Si pemilik toko
membanggakan onderdil-onderdil yang ia pesan dari luar negeri. Tanpa memandang
sedikitpun pada si pemilik toko, Young Do bertanya, “Apa kau menyombongkan dengan
menggunakan uangku?”
Seorang gadis, Cha Eun Sang (Park Shin Hye) masuk toko untuk
mengantarkan pesanan ayam goreng yang seharga 16.100 won. Salah satu tekhnisi
bertanya menggoda Eun Sang, mengapa uangnya harus dengan 100 won, apakah Eun
Sang akan membeli permen dengan 100 won itu?
Eun Sang tak menjawab, dan meminta mereka segera
membayarnya. Pria itu meminta Eun Sang untuk tidak jual mahal. Ia bahkan
menawarkan untuk menjemput Eun Sang setelah pulang kerja.
Eun Sang hanya menghela nafas dan mengeluarkan handphonenya,
dan berkata di telepon, “Halo, saya adalah murid SMA yang sedang bekerja paruh
waktu..”
Pria-pria itu langsung panik saat tahu Eun Sang menelepon
polisi. Mereka segera merebut handphone Eun Sang dan berkata kalau mereka hanya
bercanda. Mereka pun segera membayar Eun Sang dan Eun Sang pun segera pergi.
Young Do memperhatikan Eun Sang saat gadis itu melewatinya.
Ternyata selain tukang antar ayam goreng, Eun Sang juga
bekerja paruh waktu di kedai kopi. Begitu sibuknya ia melayani pelanggan,
hingga ia tak menyadari kalau Yoon Chan Young (Kang Min Hyuk) sudah duduk di
salah satu meja selama 30 menit dan tekun belajar.
Eun Sang kesal karena Chan Young sudah duduk-duduk tanpa
memesan apapun. Bos-nya pasti akan marah jika tahu. Chan Young hanya tertawa
dan berkata kalau Bo Na belum datang. Eun Sang meneruskan omelannya mendengar nama pacar Chan Young
disebut, “Benar-benar.. Dari sekian banyak kedai kopi di Seoul, kenapa juga…”
Omelan Eun Sang berhenti karena Chan Young mengulurkan
payung padanya. Payung itu ia pinjamkan pada Eun Sang karena hujan akan turun
di perjalanan Eun Sang ke pekerjaan paruh waktu berikutnya.
Payung itu membuat Eun Sang lumer. Ia duduk dan tersenyum
menerima payung itu, “Kalau kau berikan padaku,
lalu bagaimana dengan pacarmu?”
Chan Young tersenyum dan sambil menutupkan jaket ke atas
kepalanya, ia berkata kalau Bo Na adalah salah satu tokoh dalam film.
*Maksudnya, Bo Na suka dengan tindakan romantis seperti dalam film-film, dan ia
akan menggunakan jaketnya untuk memayungi mereka berdua.*
Eun Sang cemberut dan Chan Young menyuruh Eun Sang agar
segera mencari pacar. Tapi bagi Eun Sang, memiliki pacar itu sangatlah mahal,
“Apa kau pikir aku punya waktu untuk punya pacar?”
Chan Young menghela nafas khawatir. Sebenarnya berapa banyak
pekerjaan yang dilakukan Eun Sang sekarang? Eun Sang menjawab kalau hanya
pekerjaan paruh waktu di surga yang belum pernah ia lakukan.
Chan Young akan terus memandang khawatir pada Eun Sang jika
saja terdengar suara, “Yoon Chan Young, turunkan pandangan matamu!”
Err.. bukannya kalau
mata Chan Young turun, malah jadi ke arah yang forbidden, ya?
Eun Sang menghela nafas kesal melihat kehadiran Lee Bo Na
(Krystal). Seperti mereka sama-sama saling tak menyukai. Bo Na duduk di samping
Chan Young dan menegur Eun Sang, “Bukankah kamu sudah kularang agar tak
menggoda pacarku?”
“Apa kau pikir aku secantik itu?”
“Aku nggak pernah menyebutmu cantik!” sergah Bo Na.
“Memang, tapi kau yang benar-benar cantik,” tukas Eun Sang
bosan. “Jadi berhentilah membuang waktu si pekerja paruh waktu ini. Kalian mau
memesan atau pergi dari sini?”
Bo Na menyindir kalau pelayan di toko ini sangatlah tak
sopan. Disindir seperti itu, Eun Sang mejawab sarkastik, “Astaga, aku
ketahuan!”
Bo Na semakin marah dan mengajak Chan Young untuk segera
pergi, “Kamu kan akan pergi besok. Jadi kamu akan buang-buang waktu kalau
menghabiskan waktu dengannya.”
Eun Sang heran karena ia baru mendengar kalau Chan Young
akan pergi. Chan Young nampak enggan memberitahukan kalau ia memang akan pergi.
Bo Na buru-buru menutup mulut pacarnya untuk tak memberitahukan lebih banyak
lagi pada Eun Sang, “Hanya aku yang boleh tahu!”
Bo Na menarik Chan
Young pergi, tapi langsung berhenti dan memperhatikan penampilan Chan Young.
“Tunggu. Bukannya sudah kukatakan kalau kamu harus pakai sesuatu yang warnanya merah
karena warna itu sedang in tahun ini!”
Chan Young langsung menunjukkan sepatunya, dan malah semakin
membuat Bo Na marah “Itu bukan merah! Itu merah marun! Kamu ini benar-benar tak
berguna. Ayo pergi!”
Haha.. Chan Young benar-benar sabar punya pacar kayak Bo Na,
ya?
Chan Young mengucapkan selamat tinggal pada Eun Sang namun
terus ditarik oleh Bo Na. Eun Sang mengawasi kepergian mereka dan menggerutu,
“Dasar anak-anak orang kaya yang tak berguna.” Tapi wajahnya melunak melihat
Chan Young mengusap-usap kepala Bo Na dengan sayang.
Di jalan, Bo Na mengungkapkan perasaannya, “Aku nggak suka
Cha Eun Sang. Aku benar-benar membencinya. Sangat benci padanya. Benci sekali!”
“Jangan seperti itu,” jawab Chan Young kalem.
Bo Na langsung membentak, “Aku semakin membencinya kalau
kamu berkata seperti itu! Dia itu miskin tapi ia memandang rendah padaku. Ia
bahkan tak minder padaku. Ia tahu semua tentang masa kecilmu, sedangkan aku tak
tahu apa-apa. Cha Eun Sang benar-benar membuatku kesal!”
“Kalau kesal, kamu akan keriput, loh,” goda Chan Young.
Bo Na memandang pacarnya marah. Maka Chan Young menenangkan
kalau ia dan Eun Sang hanyalah teman biasa. Tapi Bo Na tak percaya, “Kamu ini
bercanda, ya. Di dunia ini nggak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki
dan perempuan!”
Bukannya marah, tapi Chan Young malah tertawa geli. Ia
buru-buru mengejar pacarnya. Aihh.. cute.
Tak hanya Bo Na yang benci pada Eun Sang, Eun Sang pun
begitu. Ia menelepon kakaknya, mengungkapkan ketidaksukaannya pada Bo Na yang
selalu gonta ganti baju bermerek setiap harinya. Ia juga tak suka karena
kemana-mana Bo Na selalu memakai mobil yang lengkap dengan sopir.
Ia pun juga bertanya tentang keadaan kakaknya yang
bersekolah di Amerika, “Kamu beruntung, kak, bisa kuliah di Amerika. Aku
merindukanmu.”
Dan kita melihat suara Eun Sang terekam di telepon, di
sebuah rumah dimana ada seorang gadis Korea yang marah karena pacarnya
berselingkuh. Gadis itu adalah kakak Eun Sang, yang juga menjadi pelayan di
rumah makan tempat Kim Tan ngobrol sebelumnya.
Tapi si pacar itu malah menampar dan mengusir kakak Eun Sang jika tak
suka melihatnya berselingkuh.
Eun Sang menutup telepon dan kaget merasakan hujan turun. Ia
segera mengambil payung dan membukanya. Tapi payungnya macet, hingga ia
akhirnya berteduh di sebuah toko sambil terus mencoba membuka payungnya. Di
toko itu tergantung dreamcatcher berwarna ungu dan biru, dan sesaat Eun Sang terpana
mengagumi benda itu.
Saat itu juga payung Eun Sang terbuka, membuat Eun Sang
kaget. Namun walau payung sudah bisa digunakan, ia kembali menoleh ke dalam
toko, mengagumi dreamcatcher itu.
Chan Young tersenyum melihat hujan turun. Ia pasti teringat
akan Eun Sang dan payung yang ia pinjamkan. Ayah Chan Young pura-pura ngomel.
Bukannya Chan Young makan malam dengan Bo Na, malah makan malam bersamanya.
Chan Young menemani karena tak ingin ayahnya bosan kesepian apalagi hujan-hujan
seperti ini.
“Karenamu, maka kemungkinan malam ini menjadi malam yang
menyenangkan ini berubah menjadi malam yang membosankan.”
“Apa Ayah sekarang punya pacar?” selidik Chan Young. Ayah
tak sengaja memotong wortel dengan keras, dan berkata, “Kau yang sekarang
merusak kesempatanku memiliki pacar.”
Hihihi.. nih ayah anak seneng banget bertengkar.
Melihat ayah memotong-motong wortel (eh.. kulitnya nggak
dikupas), Chan Young berkomentar kalau ayah memotong wortel terlalu besar. Ia
pun menjelaskan kalau wortel harus dipotong lebih kecil dari kentang agar saat
dimasak bersama maka matang bersamaan. Ayah bertanya bagaimana jika dimasak
terpisah? Chan Young pun menjelaskan panjang lebar kalau hal itu tidak efisien.
Ayah mengangguk dan menyuruh Chan Young menjelaskan dalam
bahasa Inggris. Chan Young mencoba, tapi tak ada yag keluar dari mulutnya. Ia nyengir dan berkata kalau ia tak bisa. Hukumannya,
Chan Young harus mencuci baju (pakai mesin cuci, sih..). Ia sudah keluar uang
banyak hari ini.
Chan Young tahu kalau ayahnya sudah membeli tiket pesawat
hari ini. Saat ditanya apakah Bo Na dan Eun Sang sudah tahu tentang kepergiannya ke Amerika untuk belajar bahasa,
Chan Young hanya mengatakan kalau Bo Na sudah tahu, bahkan Bo Na sudah
mempersiapkan untuk ikut pergi ke Amerika.
Sedangkan untuk Eun Sang, ia minta agar ayah tak
memberitahukan hal ini pada Eun Sang, karena ia merasa tak enak karena Eun Sang
sibuk bekerja paruh waktu, sementara malah pergi keluar negeri untuk belajar
bahasa. Chan Young juga bertanya tentang ibu Eun Sang. Apakah ia baik-baik
saja?
Ayah menjawab kalau ibu Eun Sang baik-baik saja, “Ia berada
di pusat dimana kekuasaan Grup Empire bermain dan bisa mengendalikan Nyonya Han.”
Chan Young kaget dan penasaran akan peryataan ayahnya, “Benarkah?”
Dan kita melihat ibu Eun Sang (Park Hee Nam) ternyata adalah
pelayan di rumah pemilik Grup Empire. Ia dipanggil oleh Nyonya Han dan oleh
salah satu temannya diingatkan kalau Nyonya Muda sedang kesal karena tak bisa
menghubungi putranya di Amerika.
Jadi, ini adalah ibu Kim Tan, dengan jabatan Nyonya Muda
yang berarti istri kedua (atau ketiga) (atau simpanan).. terserah..
Nyonya Han marah karena makan malamnya tak enak, “Kau ini
tak bisa bicara dan tak dapat merasakan makanan. Memang apa yang bisa kau
gunakan dengan mulutmu itu?”
Ibu Eun Sang ternyata bisu, dan ia langsung mengeluarkan
notesnya untuk menulis: Saya akan mempersiapkan makanan lainnya. Nyonya Han
merasa tak perlu dan menyuruh untuk menyingkirkan semua makanan.”
Pelayan lain datang dan mengatakan kalau Presiden Direktur
telah datang. Nyonya Han yang sedang minum anggur, langsung tersedak dan
bangkit, Sepertinya ia takut ketahuan kalau minum anggur “Apa yang harus
kulakukan dengan ini?”
Ia pun meneguk anggur cepat-cepat dan pelayan itu
melanjutkan, “Presdir langsung masuk ke kamarnya,” membuat si Nyonya meludahkan
kembali anggur yang diminumnya.
Ewww…
“Kenapa kau selalu menyimpan informasi penting di saat yang
terakhir? Apakah kau memang sengaja melakukannya?” Nyonya Han terus mengomel.
Ibu Eun Sang mendengar sesuatu dan langsung merebut gelas anggur dan menuangkan
isinya ke dalam mangkuk sup. Nyonya Han kaget melihat kekurangajaran ibu Eun
Sang.
Namun ibu Eun Sang tak peduli. Ia mengelap bibir Nyonya Han
dan menyembunyikan gelas anggur itu ke balik celemeknya.
Sedetik kemudian, muncul Kim Won (Choi Jin Hyuk) dan Nyonya
Han langsung memasang muka manis menyambut putra tirinya. Tapi Kim Won tak
menggubris ibu tirinya. Ia menyuruh pelayan untuk merapikan kamarnya sekali
lagi dan membawakan air minum untuknya. Tanpa menoleh sedikitpun pada ibu
tirinya, ia langsung pergi.
Hal ini membuat Nyonya Han kesal dan menyuruh Ibu Eun Sang
untuk mengambil sebotol anggur lagi dan membawakannya ke dalam kamar. Ibu Eun
Sang mengingatkan agar Nyonya Han makan dulu.
Tapi dengan penuh harga diri,
Nyonya Han berkata dramatis, “Kalau aku bisa makan setelah diperlakukan seperti
ini, maka hal itu akan membuatku menjadi seorang istri simpanan. Seorang istri
yang benar-benar menjadi istri, pasti tak akan mampu menelan sebutir pun nasi
jika diperlakukan seperti ini.”
Nyonya Han tersenyum santun dan berjalan dengan anggunnya. Wihh..
Nyonya Han ini kebanyakan nonton drama deh..
Ibu Eun Sang berkata dalam hati, “Istri simpanan tetaplah
istri simpanan, tak peduli kau mau makan atau tidak. Dan istri simpanan yang
mau makan itu lebih baik daripada istri simpanan yang suka minum-minum.”
Maka makanan dari rumah majikan, berpindah ke meja makan Eun
Sang. Tapi Eun Sang tak gembira melihat makanan sebanyak itu. Dengan bahasa
isyarat, ibu menjelaskan kalau Nyonya Han memberikan makanan ini untuk mereka. Eun
Sang pun menyalak, “Jadi kalau mereka melemparkan makanan, kita harus
memakannya? Apak aku ini adalah keranjang sampah mereka?”
“Siapa yang peduli kau itu apa?” tanya ibu dengan bahasa
isyarat. “Apa yang lebih penting dari makan? Apa kau pikir dengan penghasilan
kita, kita dapat makan makanan seperti ini?”
“Apakah ini salahku kalau kita tak mampu makan makanan
seperti ini?” mata Eun Sang mulai berkaca-kaca, “Ibu makan saja sendiri.”
Eun Sang masuk kamar dan sambil membuka-buka buku ia
menggerutu, “Menyebalkan. Ia bisa hidup enak di sana sendirian,” Eun Sang
melirik foto kakaknya, kesal. Dan ia berbalik memunggungi pintu saat ibu masuk
ke kamar, “Sudah kubilang aku tak mau makan.”
Ibu duduk dan namun Eun Sang masih memunggunginya. Ibu
memukul bahu Eun Sang keras sampai Eun Sang berteriak kesakitan. Aku tak akan membawakan makanan mereka ke
rumah lagi.Jam berapa kau akan pergi kerja besok? Aku harus ke bank.
Dan Eun Sang terbelalak melihat ibu ingin mengirim seluruh
uang (8,3 juta won) yang tersimpan di rekening ibu untuk kakaknya yang katanya
akan menikah di Amerika.
Ternyata pernikahan tak hanya terjadi dikeluarga Eun Sang
saja. Rachel Yoo (Kim Ji Won) kaget saat mendengar ibunya akan menikah lagi,
karena perceraian dengan ayahnya belum lama terjadi. Apa ayahnya sudah
mendengar hal ini? Ibu merasa tak perlu memberitahu mantan suaminya karena
sebentar lagi berita pernikahannya akan tersebar di media.
Ibu Rachel menyuruh putrinya untuk berganti baju dan sepatu
yang tanpa hak, karena mereka akan makan siang dengan suami barunya, dan
badannya tak begitu tinggi. Rachel bertanya separuh menyindir, “Siapa dia?
Siapa orang yang pendek dan cukup terkenal sehingga ia terkenal di media?”
Pertanyaan tentang calon suami juga muncul saat Eun Sang dan
ibu berangkat kerja. Eun Sang penasaran dengan calon suami kakaknya. Apakah
orang bule atau orang Korea? Apakah kakaknya akan mengundang mereka ke
pernikahan?
Ibu menjawab dengan bahasa isyarat, tapi Eun Sang langsung
melirik kiri kanan dan berkata lebih pelan, “Aku sudah minta ibu untuk menulis
SMS saja jika kita sedang di luar.” Maka ibu pun mengetik di handphonenya, “Kakakmu
cukup dewasa dengan bisa sekolah ke luar negeri. Jadi ia pasti bisa membuat
keputusan yang tepat. Jika kita datang, kita akan malah menjadi noda di sana.”
Eun Sang marah karena ibu berpikiran seperti itu. Ia hampir
saja mengeluarkan kata-kata yang akan ia sesali nanti, tapi untungnya ia
berhasil menahan diri. Akhirnya ia berkata kalau ia akan pergi ke Amerika untuk
memberikan uang itu langsung kepada kakaknya.
Jika Eun Sang tak tahu siapa calon suami kakaknya, Rachel
tahu siapa calon suami ibunya. Ia adalah ayah Young Do. Dan dengan tinggi badan
dan wajah pas-pasan, dapat dipastikan Young Do sangat mirip dengan ibu
kandungnya.
Rachel dan Young Do diam mendengarkan percakapan calon suami
istri itu dan hanya bisa menahan diri untuk tak mencemoohnya. Percakapan mereka
sangat sopan dan berbunga-bunga seperti yang sering kita dengar dari seorang
motivator di TV.
Akhirnya ibu Rachel Yoo memperkenalkan putrinya dan
mengatakan kalau Young Do lahir lebih dulu dari Rachel, sehingga Young Do akan
menjadi kakak Rachel. Young Do pun memperkenalkan diri dengan, “Hey, sister..”
Rachel mengernyit mendengar panggilan Young Do padanya.
Ibu Rachel mengabaikan ketidaksopanan Young Do dan mengatakan
harapannya agar Young Do sebagai kakak
dapat menjaga Rachel. Young Do tersenyum dan menjawab, “Tentu saja. Ia adalah
tipeku.”
Semua terkejut mendengar jawaban Young Do. Young Do berdiri
dan berkata kalau ia akan pergi. Tapi ayahnya menyuruhnya duduk lagi.
Saat
Young Do tak menurut, ayah Young Do berdiri dan menamparnya keras. Jadi
tahu dari mana sifat Young Do yang suka membully itu berasal.
Rachel dan ibunya terkejut melihat perlakukan ayah Young Do.
Young Do tetap meninggalkan ruangan. Ayah Young Do meminta maaf atas
ketidaksopanan putranya
Whooa.. are you serious, Dad? And you’re not
apologizing for YOUR behavior?
Rachel pun bangkit dan berkata kalau ia tak menerima maaf
dari ayah Young Do karena ia akan membuat Young Do meminta maaf padanya.
Setelah Rachel pergi, ayah Young Do berkata, “Kepribadian Rachel
mirip denganmu.” Dan segera dijawab oleh ibu Rachel, “Dan kepribadian anakmu
mirip dengan mantan istrimu.”
Ayah Young Do kesal mendengar nama mantan istrinya disebut-sebut,
tapi ibu Rachel sepertinya tak takut melihat sifat calon suaminya yang pemarah
itu. Ia malah bertanya santai, apakah mantan istrinya itu cantik? Hal itu malah
menyurutkan amarah calon suaminya.
Rachel mengejar Young Do dan menyapanya, “Hey, brother..”
Young Do berniat mengabaikan Rachel, tapi tak bisa karena Rachel bertanya, “Kau
tahu kan kalau aku bertunangan dengan Kim Tan? Jika kita menjadi saudara..
apakah itu menjadikanmu dan Tan sebagai.. saudara ipar?”
Sepertinya hubungan Tan dan Young Do tak begitu baik dan
Rachel mengetahuinya. Rachel menjelaskan kalau tak hanya Young Do saja yang tak
menginginkan pernikahan orang tua mereka. Ia pun begitu. Tapi mungkin Young Do
lebih membenci pernikahan ini daripadanya karena adanya hubungan dengan Tan.
Young Do mengejutkannya dengan
mengatakan kalau ia tak membenci pernikahan orang tua mereka. Pernikahan bagi
orang-orang kaya berarti merger dan akuisisi terselubung. Dan dengan orang tua
mereka menikah, maka bisa dibayangkan perusahan siapa yang akan mengakuisisi
perusahaan siapa.
Dan jika tak cukup jelas, Young
Do menambahkan, “Jadi jika kau ingin menghalangi pernikahan mereka, silahkan.
Jangan sampai namamu dari Rachel Yoo menjadi Rachel Choi.”
Young Do meninggalkan Rachel yang
bungkam seribu bahasa dan sangat frustasi setelah mendengarnya.
Di sebuah dapur yang sangat
sibuk, Eun Sang melakukan pekerjaan paruh waktu lainnya, sebagai pencuci
piring. Dan piring yang dibersihkan bukan main banyaknya. Dan segala
kekesalannya memuncak saat teman kerjanya menumpukkan baki penuh piring dan
hampir jatuh ke bak cuci piring yang sedang ia bersihkan.
Ia berhasil menahan sabar, tapi
frustasi atas segala jerih payah yang tak setimpal itu tak bisa ia enyahkan.
Saat bosnya memberikan upah dan bertanya tentang rencana berliburnya, ia
mengatakan kalau ia akan mengunjungi kakaknya yang akan menikah di Amerika.
Namun ia tak berencana untuk kembali.
“Kakak menikah di sana berarti ia
tak berniat untuk kembali. Dan jika ia tak kembali, itu berarti aku akan terus
mencuci piring selamanya dan akan tinggal bersama dengan ibuku. Sepertinya
hidupku sudah terprogram dari awal dan itu membuatku sangat marah. Aku sudah
menginginkan hal ini sejak aku berusia 8 tahun.”
Eun Sang ke bank dan menukarkan
semua uang simpanannya dan uang ibunya. Di rumah, ia mempersiapkan notes yang akan
digunakan ibunya untuk berkomunikasi. Ia menemui ibu yang sedang membereskan lemari
es dan berkata pelan kalau ia sudah menukar semua uang tabungan ibu menjadi
dolar,
“Jangan khawatir. Aku akan
memberikan uang ini langsung padanya dan akan kembali. Kupikir akan lebih baik
jika ada salah satu keluarga yang menghadiri pernikahannya. ”
Ibu mengangguk ragu namun terus membereskan
lemari es. Eun Sang memberitahukan juga kalau ia sedang membuat paspor yang
akan jadi 3 hari lagi. Ibu kembali mengangguk dan mengeluarkan baki untuk
kacang kedelai.
Eun Sang memasukkan notes itu ke
lemari dan melihat notes yang sudah terpakai oleh ibu. Ia mengambil satu dan membuka
halaman satu per satu.
Nyonya besar datang berkunjung tadi.
Maafkan saya, Nyonya.
Apa yang Anda inginkan untuk makan malam, Nyonya?
Jangan marah pada saya, Nyonya.
Eun Sang menoleh ke ibu yang
sibuk memilihi kacang kedelai.
Saya tak tahu bahasa Inggris dengan baik. Saya akan mengingat secepat
mungkin, Nyonya.
Air mata Eun Sang menetes saat membaca berikutnya.
Cuci kering dalam bahasa Inggris.
DRY CLEANING ONLY. DRY CLEANING ONLY.DRY CLEANING ONLY.
Eun Sang menangis tanpa suara
saat terus membuka setiap halaman ibu menuliskan DRY CLEANING ONLY
berhalaman-halaman. Ia pun mengambil notes kosong yang tadi ia siapkan dan menuliskan
di sana:
Maafkan aku ibu. Aku berjanji aku akan menjadi sukses dan akan kembali
untuk menjemputmu.Tunggulah sebentar lagi.
Sama seperti Eun Sang yang sedang
berkemas-kemas, Rachel pun begitu. Hanya saja barang yang dikemas lebih banyak
dan lebih heboh. Sepatu ini atau itu?
Ibu Rachel tak suka melihat anaknya
pergi dalam jangka waktu yang lama. Mengapa tak mengundang Tan datang ke Korea
saja? Rachel langsung berkata sinis kalau ibunya bisa mengundang Tan untuk
menghadiri pernikahannya. Ibu Rachel tahu kalau anaknya tak setuju, tapi ia
tetap akan meneruskan pernikahannya, “Kalau kau memang begitu, kau bisa
mencoret namamu di daftar warisan.”
Rachel juga tak suka mendengar ibunya selalu
menggunakan ancaman yang sama sejak dulu. Ibunya kalem menjawab kalau ancaman
itu selalu efektif setiap saat ia gunakan. Rachel bertanya apa yang membuat ibu
ingin menikahi pria itu, “Ibu pasti sudah mendengar gosip. Dan tadi kita juga
melihat ia melakukan kekerasan fisik. Atau.. ibu benar-benar sudah jatuh cinta?”
“Yoo Rachel!” seru ibu kesal.
Tapi Rachel langsung membalas, “Apakah ibu tak ingat dengan ayah saat
memanggilku seperti itu? Atau ibu ingin mengubah namaku menjadi Choi Rachel?”
Ibu menghela nafas menahan sabar,
“Kau punya tunangan yang bisa kau gunakan sebagai tempat pelarian, jadi kurasa
hidupmu tak terlalu sulit. Sampaikan salamku padanya.”
Walau ibunya sudah pergi, Rachel
masih tetap merasa kesal. Ia pun menelepon Tan.
Kita dibawa mengunjungi mansion
Tan dengan segala fasilitasnya, dan mendengarkan suara Tan, “Saat aku ditendang ke California untuk
pertama kalinya, yang terpikir di benakku adalah ‘setidaknya aku bisa makan
kacang sepuas-puasnya’. Dan mulanya aku berpikir untuk menjadi pemberontak saja
seperti anak haram pada umumnya. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk
bersenang-senang seperti saran kakak.
Walaupun jadinya, selalu ada polisi yang sekarang mengawasiku. Dan aku
menjadi pusat perhatian di sekolah. Aku juga membuat ibuku di Seoul menangis
setiap hari.”
Jay muncul, dan kenapa anak ini lebay
banget, ya? Jay melemparkan handphone Tan yang terus berdering. Tapi Tan hanya
menangkapnya dan menaruhnya saja setelah melihat siapa peneleponnya. Rachel.
Tan mengungkapkan kalau sebentar
lagi adalah anniversary pertunangannya yang pertama dan telepon dari tunangan
itu berarti Rachel sekarang mau naik
pesawat, atau sudah ada di dalam pesawat, atau sudah turun dari pesawat.
Jay, si lebay, berkata, “Kelihatannya
kau seperti merasa hal itu bukanlah suatu
hal yang menarik.” Tan nyengir dan memakai
topinya dengan gaya, “Tidak, aku selalu kelihatan menarik.” Jay, si lebay,
tertawa mendengar ke-pede-an Tan.
Tan mengajak Jay untuk pergi ke
pantai, karena ia terlalu malas untuk merayakan ulang tahun pertunangannya.
Eun Sang tiba di bandara Los
Angeles dan nampak gugup jika tak mau disebut ketakutan. Berada di tengah dunia
yang asing itu, ia menenangkan diri dengan mengatakan kalau ia adalah 15 besar
di sekolahnya. Eun Sang mulai melafalkan Can
I get a city map? - Where is the subway station dari selembar kertas yang
selalu ia pegang erat seakan itu adalah penyelamat hidupnya.
Di luar bandara, ia melihat
seorang gadis sedang menelepon dalam bahasa Korea. Mendengar bahasa ibu, ia
langsung menangkap apa yang gadis itu bicarakan. Eun Sang melirik penampilan
gadis itu yang modis dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Gadis itu berkata pada orang di
handphone kalau ia sudah sampai dan Tan ada di sampingnya sedang memasuk-masukkan
barang ke dalam mobil, “Ia semakin keren dan sekarang lebih tinggi. Kulitnya
juga bertambah coklat karena kena matahari California.”
Eun Sang melirik ke orang yang
memasuk-masukkan barang dan tahu kalau gadis itu sedang berbohong. Gadis itu,
Rachel, tak sengaja melihat Eun Sang dan berkata sambil mengawasinya, “Kata
Tan, aku juga semakin cantik.”
Eun Sang tersenyum mendengar
kebohongan yang diucapkan. Dan Rachel semakin yakin. Ia pun menutup telepon dan
memanggil Eun Sang, “Apa kau tadi menertawakanku?”
Eun Sang pura-pura bingung dan
berkata dalam bahasa Jepang, “Annoo.. Maaf, saya adalah orang Jepang.”
Rachel menjawab sinis dengan
bahasa Jepang yang tak kalah fasih, “Kalau kau orang Jepang, maka kau tadi
seharusnya tak menguping saat aku berbicara dengan bahasa Korea.”
Eun Sang pun minta maaf dan
berkata kalau ia tadi bukan menertawakan Rachel, tapi ia tertawa karena merasa
senasib dengan Rachel, “Tak hanya aku yang merasa tak disambut di sini. Seperti
itulah..”
Setelah menjelaskan, Eun Sang
buru-buru pergi tanpa menunggu reaksi Rachel.
Tempat pertama yang dikunjugi Eun
Sang adalah pantai. Melihat banyak bule di pantai, ia bergumam, “Jadi aku
benar-benar ada di sini..” Dan melihat gadis-gadis
berbikini, ia hanya mengintip dadanya yang tertutup kaos dan kembali bergumam, “Apa
karena makanan yang aku makan berbeda, ya?” Haha..
Sebelum pergi, Eun Sang melihat
Tan yang baru saja selesai surfing dan berpikir kalau banyak sekali orang yang
beruntung bisa hidup enak.
Tan pun sempat melihat sekelebat sosok Eun Sang. Jay si lebay, mengajak Tan untuk
pergi ke pesta salah satu temannya. Tapi Tan menolak.
Eun Sang akhirnya sampai ke
alamat tempat tinggal kakaknya. Tapi ia ragu melihat kondisi rumah yang tak
terawat. Ia mendengar suara wanita dan mengira itu adalah kakaknya. Betapa
kagetnya saat melihat wanita tak ia kenal membuka pintu dengan buru-buru
mengancingkan roknya.
Saking kagetnya, Eun Sang bertanya
dalam bahasa Korea, bertanya apakah ini benar rumah Cha Eun Suk. Wanita tak
mengerti ucapan Eun Sang dan memanggil, “Chris!!” Keluarlah pacar Eun Suk. Ahh..
jadi ini selingkuhan pacarnya Eun Suk.
Eun Sang langsung membuang
pandangannya saat melihat seorang pria keluar dengan bertelanjang dada. Ia
membuka-buka catatannya, untuk bertanya dalam bahasa Inggris. Tapi pria itu
mengenalinya, dan menyapa, “Eun Sang?”
Eun Sang tak menduga rumah
kakaknya berantakan dan jorok seperti ini. Dari ruang sebelah, selingkuhan
Chris marah-marah, menganggap Eun Sang adalah pacar Chris yang lain, “Apa kau
sekarang suka dengan anak-anak?” Wanita itu pergi setelah marah-marah lagi.
Chris santai melihat
selingkuhannya pergi. Ia menghampiri Eun Sang yang langsung bertanya apakah
Chris ini suami kakaknya? Chris tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. Tentu
saja ia bukan suami Stella (nama Amerikanya Eun Suk) dan Stella tak kuliah.
Kekesalan
Eun Sang sudah sampai di ubun-ubun hingga ia membentak Chris, “Dimana gadis
jahat itu sekarang?!!”
Tan sibuk menulis di buku dan Eun
Suk menghampirinya. Sambil menuangkan kopi, Eun Suk bertanya apa yang sedang
Tan lakukan. Tan menjawab pendek, “Aku sedang mengerjakan tugas kampus.” Eun
Suk melirik buku Tan dan berkata kalau Tan tak seperti mengerjakan tugas.
Ha.. semua orang pasti juga tahu.
Mana ada ngerjain tugas kampus pake tulisan tangan? Yang ada pake laptop dan
kirim via email.
Tapi Tan berkilah kalau itulah
alasan ia mengerjakan dengan cara seperti ini, “Ini adalah cara
pemberontakanku.” Eun Suk penasaran. Pemberontakan pada siapa? Dosennya? Kali
ini Tan tak menjawab dan berterima kasih atas kopinya. Eun Suk mengerti kalau
ia sudah harus diam, maka ia tersenyum dan pergi.
Tan kembali menulis di bukunya.
Dan, wow.. tulisan tangannya adalah latin bersambung. Wihh… Ia menulis : Saat aku menulis, aku menulis apa yang
sedang kupikirkan. Sesuatu yang dilarang oleh kakakku.
Dan si kakak yang selalu memenuhi
benak Tan, sekarang sedang memimpin rapat direksi. Namun wajahnya terlihat
marah saat mendengar laporan tentang penjualan di mall premium yang telah
mereka dirikan tak memenuhi target.
Salah satu manajer mengusulkan
kalau mereka perlu meningkatkan belanja iklan (Won : “Berarti harus keluar uang
lagi?”) atau memperluas target konsumen dari
orang-orang kaya saja menjadi keluarga (Won : “Kalau begitu sejak semula aku
akan membangun taman bermain bukannya mall premium”)
Saat tahu kalau laporan pertengahan
tahun ini sudah sampai ke tangan para manajer dari seminggu yang lalu, ia
bertanya siapa lagi yang sudah menerima laporan ini? Ayah Chan Young yang
sedari tadi mengikuti rapat dengan bosan, berkata, “Presdir Kim sudah tahu.”
Hal itu membuat Won geram dan
bertanya, “Jadi Presdir Kim sudah tahu betapa tak becusnya aku selama seminggu
ini walaupun dia ada di rumah? Sedangkan aku baru mengetahui hal ini hari ini padahal aku
setiap pagi pergi ke kantor?”
Ayah Chan Young yang selanjutnya
akan saya tulis sebagai Sekretaris Yoon, berkata kalau sebenarnya Presdir Kim
ingin datang ke rapat ini. Won memandangi satu persatu anggota rapat dan berkata
kalau ia sudah merasa ayahnya ada di sekitar mereka, “Siapa saja dari kalian
yang menjadi mata dan telinganya?”
Semua orang menghindari
bertatapan dengan Won. Sekretaris Yoon memberitahukan kalau Presdir Kim
menitipkan pesan, yaitu : Untuk menjaga perkebunanmu, kau harus memperlakukan
para petani penyewa dengan baik, dan bukannya para pemilik tanah.
Hmm.. sepertinya hubungan ayah dan anak Kim ini tak begitu baik.
Tan melihat gadis yang ia tadi
lihat di pantai, sekarang berdiri di hadapannya di luar restoran. Tapi gadis
itu tak melihat ke arahnya melainkan ke belakangnya.
Ia pun menoleh ke belakang
dan melihat gadis itu memperhatikan Eun Suk yang sedang berbincang-bincang
intim dengan salah satu pengunjung bahkan diam saja saat menerima tip yang
diselipkan ke dalam bajunya.
Tan terus mengawasi gadis itu,
yang sekarang berkaca-kaca, seakan tak percaya melihat Eun Suk hanya tersenyum
digodai di sana sini oleh para pengunjung pria. Ia dapat menangkap kesedihan dan kemarahan dalam
diri gadis itu.
Akhirnya Eun Suk menghampiri meja
Tan untuk mengisi cangkir kopinya. Ia membuka percakapan dengan Tan, tapi Tan
tak menjawab. Tatapan matanya tak pernah lepas, membuat Eun Suk penasaran dan menoleh
pada obyek yang dilihat Tan. Eun Suk terbelalak melihat adiknya sekarang ada di
hadapannya.
Tan hanya diam, dan menonton Eun
Suk yang sekarang menghampiri Eun Sang dan bertanya mengapa Eun Sang kemari?
Apakah ibu baik-baik saja? Eun Sang marah karena Eun Suk masih berani menyebut
nama ibu mereka, “Berapa banyak kebohongan yang telah kau katakan? Pernikahan?
Kau menemukan pria yang baik? Kau kuliah di universitas? Kau benar-benar gila!!”
Eun Suk tak menjawab. Ia malah
berjongkok dan membuka koper Eun Sang.
Eun Sang tak percaya melihat
kakaknya malah membongkar kopernya, mengobrak-abrik isinya dan malah bertanya
apakah Eun Sang membawa uang. Ia tahu kalau ia sekarang kena karma karena ia
berniat pergi ke Amerika untuk meninggalkan ibu dan tinggal bersama Eun Suk.
Eun Suk terus membongkar koper
tapi ia tak menemukan uangnya. Ia melemparkan barang-barang Eun Sang termasuk
notes milik ibu.
Eun Sang menjadi marah dan
mendorong kakaknya, menyuruhnya berhenti. Kakak adalah harapan terakhirnya
dalam dunia yang sangat menyebalkan ini dan selama ini ia mampu menahan semua
tekanan ini, “Kau tahu kenapa? Karena aku selama ini terus bertahan menghidupi
diriku sendiri sampai kau kembali!”
Eun Suk meminta maaf dengan nada
datar dan meminta Eun Sang untuk memaafkannya sekali lagi. Ia akhirnya
menemukan amplop uang dari ibu. Eun Sang melarang kakaknya untuk menyentuh
amplop itu. Tapi Eun Suk malah menyuruh Eun Sang untuk kembali ke Korea dan ia
akan menelepon ibu nanti.
Eun Sang berteriak separuh marah
separuh menangis, melarang kakaknya
pergi dengan uang itu. Apa kakaknya tak tahu kalau ibu bekerja sangat keras
untuk mengumpulkan uang itu? Tapi Eun Suk tak mendengarnya dan lari.
Eun Sang terus menangis dan
memanggil kakaknya, bingung antara ingin mengejar kakaknya tapi takut
kehilangan barang-barang di kopernya. Buru-buru Eun Sang memasukkan semua
barangnya dan terus memanggil kakaknya, meminta kakaknya untuk menunggunya. Tan
yang sedari tadi tak melewatkan sedikitpun apa yang terjadi, hanya bisa menatap
Eun Sang dengan iba.
Tiba-tiba momen itu dirusak oleh
Jay yang tiba-tiba muncul dan dengan berisik berkata kalau mereka harus segera
pergi ke pesta teman mereka. Tan menyuruh Jay diam. Namun entah Jay sedang
kerasukan apa, ia melihat arah pandangan Tan dan langsung berkata kalau gadis
itu seperti malaikat yang jatuh dari langit.
Mendadak Jay melihat bungkusan serbuk
di koper Eun Sang dan berkata kalau Tan tak perlu khawatir. Ia langsung lari
dengan girang. Ya ampun.. si Jay ini nganggap Eun Sang bawa narkoba, ya?
Tan menyadari kalau Jay sudah salah sangka. Ia pun lari mengejar Jay, namun Jay sudah keburu sampai di depan
Eun Sang. Ia merebut kantong tepung kedelai itu dan langsung. Eun Sang bengong,
shock melihat ada orang yang mengambil barangnya, “Apa aku baru saja kecopetan?”
Eun Sang pun langsung mengejar Jay
hingga ke pinggir pantai. Si Jay ini mungkin memang lagi mabuk, karena lari
saja nggak bisa, bahkan dia sampai jatuh menabrak net voli pantai. Eun Sang
langsung merebut kantong itu, tapi Jay tak mudah melepaskannya. Akhirnya mereka
tarik-tarikkan hingga isi kantong terburai hingga mengenai wajah Jay.
Betapa kagetnya Eun Sang saat
melihat Jay berkelojotan, seperti tak bisa bernafas. Tan yang akhirnya berhasil
mengejar mereka, mencoba menyadarkan Jay. Tapi Jay sudah pingsan. Tan menyuruh
Eun Sang untuk menelepon 911.
Tapi Eun Sang berkata kalau ia tak
membawa handphone. Kemudian ia terbelalak baru sadar kalau Tan tak berbahasa
Inggris, “Kau orang Korea?”
“Apa itu penting?” sergah Tan
kesal.
Akhirnya Jay dibawa ke rumah
sakit dan dokter mengatakan kalau Jay pingsan karena alergi akut. Apakah Jay
memiliki alergi? Tan menjawab kalau Jay alergi kacang. Eun Sang langsung menyambar
kalau tepung itu adalah memang tepung kedelai. Tan menoleh dan menjawab masam, “Aku
tahu.”
Eun Sang langsung diam mendengar
jawaban tak enak dari Tan. Dokter meminta Tan untuk mengisi formulir
pendaftaran. Eun Sang bertanya baik-baik pada Tan tentang kondisi Jay, tapi Tan
malah menyentaknya, kenapa juga Eun Sang membawa tepung kedelai seperti itu?
Eun Sang heran melihat Tan malah marah padanya, “Temanmu yang mencurinya dan
dia yang pengguna narkoba..”
“Dia hanya mabuk,” bentak Tan, “Jika
ia benar-benar pecandu, ia langsung bisa membedakan antara makanan dan narkoba.”
“Jadi kau sekarang menyalahkanku?
Di sini aku adalah korban.”
“Di sini aku yang harus
menanggung semuanya,” tukas Tan dan langsung meninggalkan Eun Sang.
Masalah kembali muncul dengan
adanya polisi yang menyelidiki bungkusan yang dimiliki Eun Sang. Walau Eun Sang
sudah meyakinkan dengan bahasa Inggris yang belepotan kalau tepung itu adalah
makanan, polisi itu tak percaya. Ia meminta paspor Eun Sang dan mengira Eun
Sang adalah remaja di bawah umur. Polisi itu bertanya alamat tempat tinggal Eun
Sang dan curiga kalau Eun Sang masuk dengan cara illegal.
Eun Sang tak bisa mencerna semua
ucapan polisi itu dan meminta polisi itu untuk berkata lebih pelan, “More slow,
please..”
Mendadak ada tangan yang
merangkulnya, “It’s okay, baby. She’s my girlfriend. She’s just here for
vacation,” kata Tan sambil memandang Eun Sang seromantis mungkin, untuk
menyelamatkan gadis itu dari penyelidikan lebih lanjut.
Tapi kebetulan saja polisi yang
mengurusi hal ini adalah polisi yang sering bertemu dengan Tan. Bukan bertemu untuk
minum kopi bersama, tapi sepertinya karena Tan sering berbuat onar. Melihat Eun
Sang memiliki hubungan dengan Tan, polisi itu malah memutuskan untuk menyelidiki
lebih dalam lagi. Ia akan menyita paspor Eun Sang dan akan memberikannya
setelah semua penyelidikan selesai.
Eun Sang bertanya pada Tan atas
apa yang baru saja terjadi. Tapi Tan tak menjelaskan lebih lanjut, malah
bertanya, “Kenapa kau berbicara denganku menggunakan banmal (bahasa informal)?”
Eun Sang berkilah kalau tak ada tingkatan bahasa di dalam bahasa Inggris. Tan
langsung menukas dengan kesal, “Tapi kau kan tak berbahasa inggris saat berbicara
denganku.”
“Kalau begitu anggap saja kita
bicara dalam bahasa Inggris,” tukas Eun Sang tak mau kalah. “Aku juga melihat
umur temanmu di status pasien. Umurnya sama denganku. Berarti umurmu juga sama
denganku, kan?”
Tan berdehem, ia kalah bicara.
Dan Tan pun bertanya mengapa Eun Sang buang-buang waktu di sini? Dimana Eun
Sang tinggal? “Aku harus tahu kemana aku harus menghubungimu saat polisi
meneleponku.”
Eun Sang tak tahu dimana ia harus
tinggal, dan ia ingin pinjam handphone Tan agar bisa menghubungi kakaknya.
Tan langsung bertanya apa mungkin kakaknya mau menerima teleponnya setelah
pertengkaran tadi? Eun Sang terkesiap kaget, tak menyangka Tan melihat
peristiwa tadi.
Tan pun bertanya lagi, “Kau tak
berpikir untuk menelepon agar diijinkan tinggal di rumahnya, kan?”
Eun Sang menunduk. Walau memang
hal itu yang ada dipikirannya, tapi ia tak membiarkan Tan mengetahuinya, “Itu
bukan urusanmu. Dan seperti yang tadi kukatakan, semua ini 100% bukan
kesalahanku, jadi kau harus mau mengantarkanku.”
Takut Tan akan menolaknya, Eun
Sang langsung mengusulkan kalau ia akan membayar bensinnya. Tan langsung
menembak, “Kau pikir uang dapat menyelesaikan semuanya? Apa kau ini kaya?”
Eun Sang menunduk dan bergumam, “Aku
takut kalau kau akan meninggalkanku. Kumohon..”
Tan memandang gadis yang berdiri
di hadapannya. Setelah berdebat cukup lama dengan Eun Sang, Tan tak menyangka
akan mendapat jawaban seperti itu.
Maka ia pun mengantarkan Eun Sang
ke rumah Eun Suk. Eun Sang mengatakan kalau ia akan menelepon Tan 3 kali
sehari, setiap jam 8 pagi, 12 siang, dan 3 sore, “Kau dapat mengangkat telepon
jika kau sudah memegang pasporku. Selain itu, kau hanya perlu mengabaikannya.”
Eun Sang pun menarik kopernya,
dan Tan menunggu Eun Sang hingga masuk ke dalam rumah. Tapi Eun Sang tak segera
masuk rumah karena pintu rumah tak terbuka walau Eun Sang mengebel berkali-kali
dan memanggil nama kakaknya.
Tan akhirnya keluar mobil dan
bertanya apakah Eun Sang masih mau menunggu di luar? Apa Eun Sang tak pernah
mendengar tentang jalanan di Amerika saat malam hari?
“Jangan menakutiku,” sekarang Eun
Sang jadi takut.
“Apa kau pikir ia akan pulang
setelah kabur membawa uangmu?”
Kali ini Tan benar juga. Tapi Eun
Sang tetap tak bergerak dari tempatnya. Akhirnya Tan menyerah dan berkata, “Sesukamulah.”
Ia masuk ke dalam mobil dan segera pergi.
Sendirian dalam lingkungan yang
tak mengenalinya, Eun Sang duduk di tangga teras. Suara sirine polisi menambah
seramnya malam. Sekelompok remaja melewati rumah Chris dan melihat Eun Suk
duduk. Mereka menyapa dan menggoda, membuat Eun Sang bersembunyi ke dalam balik
tembok. Anak-anak itu berlalu, tapi mereka sudah cukup membuat saraf Eun Sang tegang.
Ia memutuskan untuk pergi dari
rumah itu dan mulai berjalan pergi. Tapi tiba-tiba terdengar derum mobil yang
berhenti tepat di belakangnya. Eun Sang menoleh dan terbelalak melihat Tan
menatapnya dan berkata,
“Apa kau mau menginap di rumahku?”
|
source : http://www.kutudrama.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-1-1.html and http://www.kutudrama.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-1-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment