Monday, November 11, 2013

The Heirs Episode 1

Adegan pertama, kita dibawa ke California  dengan bukit Hollywood, Disneyland dan pantai yang dijubeli dengan banyak orang yang berjemur di musim panas. Di laut, seorang pria melenggok ke sana kemari dengan papan surfingnya,  menaiki ombak. Ia adalah Kim Tan (Lee Min Ho).



Kim Tan tak sendiri surfingnya. Ia having fun di pantai bersama teman-temannya, salah satunya bernama Jay. Dari cara Jay mencium teman wanitanya, sedangkan Kim Tan hanya memberikan pelukan, terlihat kalau Kim Tan menikmati kehidupannya tapi bukan dengan cara yang ceroboh.
Dan ucapan di dalam hatinya menegaskan hal itu, “Pada hari kepergianku belajar ke luar negeri, kakak mengucapkan salam perpisahan padaku dengan sederhana, singkat dan jujur.”
Kejadian hari itu teringat di benak Kim Tan. Saat itu kakaknya, Kim Won (Choi Jin Hyuk), memintanya untuk tak perlu belajar giat. Jika bahasa Inggris menjengkelkannya, Kim Tan tak perlu mempelajarinya, “Hiduplah sesukamu, tanpa merasa khawatir ataupun perlu berpikir. Itulah yang biasa dilakukan oleh anak-anak keluarga kaya, tak usah punya mimpi. Dan kalau bisa, jangan pernah kembali.”


“Pada saat itu, aku menyadari kalau kepergiannya ke Amerika bukanlah untuk belajar, namun karena diasingkan. Kakak sudah lebih dulu mengambil  kembali apa yang akan kuambil di masa yang akan datang.”
Kim Tan menatap luar restoran dengan bosan. Seorang pelayan menawarkan untuk refill kopi dengan bahasa Korea. Jay bertanya apakah Kim Tan tak menyalahkan kakaknya yang selalu membencinya? Tak menyalahkan ibunya yang melahirkannya atau ayahnya yang tak pernah memihaknya?
Kim Tan menjawab dalam hati, “Aku terlalu malas untuk menyalahkan seseorang.”
Choi Young Do (Kim Woo Bin) melatih lemparan baseball-nya. Target latihannya? Tembok dekat teman sekolahnya berdiri. Sambil terus melempar bola ke tembok, Young Do bertanya, “Hai teman, apa rencanamu untuk liburan nanti? Kalau aku tak bertemu denganmu, aku akan merindukanmu. Iya kan?”
Kedua teman Young Do hanya tertawa-tawa melihat anak itu gemetar ketakutan, walau tubuhnya tak terkena lemparan. Young Do kembali bertanya, “Kenapa? Apakah kau benar-benar tak rindu padaku? Kau benar-benar tak berperasaan, ya?” Dan ia melempar bola itu keras dan mengenai tangan anak itu, membuat anak itu menjerit kesakitan.
Young Do malah tertawa-tawa dan minta maaf, “Kau tak terluka, kan?”
Salah satu teman Young Do bercanda kalau lemparan Young Do mulai kacau dan memintanya berhati-hati. Jika ada orang yang melihat mereka, orang mengira mereka mem-bully anak itu.
Dengan nada dingin, Young Do pun menyuruh temannya itu berdiri di tembok, menggantikan posisi si anak itu. Temannya yang lain mencoba menghentikannya, tapi mundur saat Young Do mengancamnya juga.
Akhirnya temannya itu menuruti permintaan Young Do dan menyuruhnya untuk melemparkan bola ke arahnya. Young Do tersenyum dan berkata kalau bukan ia yang melemparkan bola. Ia pun melempar bola pada si anak itu dan berkata kalau sekarang adalah gilirannya.
Anak itu ragu-ragu juga takut. Young Do tertawa melihatnya, “Kau akan dipukuli jika kau melemparnya. Kau juga akan dipukuli jika kau tak melemparnya. Masalahmu adalah kau akan dipukuli oleh orang yang berkuasa atau orang yang sedikit berkuasa. Dan kenyataannya adalah, masalah dalam hidupmu akan terus seperti ini bahkan di masa yang akan datang.”
Anak itu mencoba menahan emosi mendengar ucapan Young Do. Tapi Young Do malah terus memprovokasinya, “Kenapa? Karena ketika kita dewasa, kami akan menjadi atasanmu. Cepat putuskan.”
Kedua teman Young Do tertawa, akhirnya memahami maksud Young Do. Anak itu gemetar, frustasi tak dapat menahan marah, akhirnya melemparkan bola itu ke cermin. Young Do tertawa, “Kau ini, walaupun miskin, tapi kau adalah tipe yang memiliki harga diri. Kalau begitu, jagalah terus badanmu itu karena kesehatanlah yang paling penting.”
Young Do bergidik pura-pura ngeri dan mengemasi barang-barangnya, “Uhh.. Aku benar-benar takut, sepertinya aku harus melarikan diri sekarang. Sampai bertemu di semester depan dan selamat berlibur!”
Young Do meninggalkan ruangan, dengan anak itu dipukuli oleh kedua temannya.
Young Do mengambil pesanan motor barunya. Si pemilik toko membanggakan onderdil-onderdil yang ia pesan dari luar negeri. Tanpa memandang sedikitpun pada si pemilik toko, Young Do bertanya, “Apa kau menyombongkan dengan menggunakan uangku?”
Seorang gadis, Cha Eun Sang (Park Shin Hye) masuk toko untuk mengantarkan pesanan ayam goreng yang seharga 16.100 won. Salah satu tekhnisi bertanya menggoda Eun Sang, mengapa uangnya harus dengan 100 won, apakah Eun Sang akan membeli permen dengan 100 won itu?
Eun Sang tak menjawab, dan meminta mereka segera membayarnya. Pria itu meminta Eun Sang untuk tidak jual mahal. Ia bahkan menawarkan untuk menjemput Eun Sang setelah pulang kerja.
Eun Sang hanya menghela nafas dan mengeluarkan handphonenya, dan berkata di telepon, “Halo, saya adalah murid SMA yang sedang bekerja paruh waktu..”
Pria-pria itu langsung panik saat tahu Eun Sang menelepon polisi. Mereka segera merebut handphone Eun Sang dan berkata kalau mereka hanya bercanda. Mereka pun segera membayar Eun Sang dan Eun Sang pun segera pergi.
Young Do memperhatikan Eun Sang saat gadis itu melewatinya.
Ternyata selain tukang antar ayam goreng, Eun Sang juga bekerja paruh waktu di kedai kopi. Begitu sibuknya ia melayani pelanggan, hingga ia tak menyadari kalau Yoon Chan Young (Kang Min Hyuk) sudah duduk di salah satu meja selama 30 menit dan tekun belajar.
Eun Sang kesal karena Chan Young sudah duduk-duduk tanpa memesan apapun. Bos-nya pasti akan marah jika tahu. Chan Young hanya tertawa dan berkata kalau Bo Na belum datang. Eun Sang meneruskan  omelannya mendengar nama pacar Chan Young disebut, “Benar-benar.. Dari sekian banyak kedai kopi di Seoul, kenapa juga…”
Omelan Eun Sang berhenti karena Chan Young mengulurkan payung padanya. Payung itu ia pinjamkan pada Eun Sang karena hujan akan turun di perjalanan Eun Sang ke pekerjaan paruh waktu berikutnya.
Payung itu membuat Eun Sang lumer. Ia duduk dan tersenyum menerima payung itu, “Kalau kau berikan padaku,  lalu bagaimana dengan pacarmu?”
Chan Young tersenyum dan sambil menutupkan jaket ke atas kepalanya, ia berkata kalau Bo Na adalah salah satu tokoh dalam film. *Maksudnya, Bo Na suka dengan tindakan romantis seperti dalam film-film, dan ia akan menggunakan jaketnya untuk memayungi mereka berdua.*
Eun Sang cemberut dan Chan Young menyuruh Eun Sang agar segera mencari pacar. Tapi bagi Eun Sang, memiliki pacar itu sangatlah mahal, “Apa kau pikir aku punya waktu untuk punya pacar?”
Chan Young menghela nafas khawatir. Sebenarnya berapa banyak pekerjaan yang dilakukan Eun Sang sekarang? Eun Sang menjawab kalau hanya pekerjaan paruh waktu di surga yang belum pernah ia lakukan.
Chan Young akan terus memandang khawatir pada Eun Sang jika saja terdengar suara, “Yoon Chan Young, turunkan pandangan matamu!”
Err..  bukannya kalau mata Chan Young turun, malah jadi ke arah yang forbidden, ya?
Eun Sang menghela nafas kesal melihat kehadiran Lee Bo Na (Krystal). Seperti mereka sama-sama saling tak menyukai. Bo Na duduk di samping Chan Young dan menegur Eun Sang, “Bukankah kamu sudah kularang agar tak menggoda pacarku?”
“Apa kau pikir aku secantik itu?”
“Aku nggak pernah menyebutmu cantik!” sergah Bo Na.
“Memang, tapi kau yang benar-benar cantik,” tukas Eun Sang bosan. “Jadi berhentilah membuang waktu si pekerja paruh waktu ini. Kalian mau memesan atau pergi dari sini?”
Bo Na menyindir kalau pelayan di toko ini sangatlah tak sopan. Disindir seperti itu, Eun Sang mejawab sarkastik, “Astaga, aku ketahuan!”
Bo Na semakin marah dan mengajak Chan Young untuk segera pergi, “Kamu kan akan pergi besok. Jadi kamu akan buang-buang waktu kalau menghabiskan waktu dengannya.”
Eun Sang heran karena ia baru mendengar kalau Chan Young akan pergi. Chan Young nampak enggan memberitahukan kalau ia memang akan pergi. Bo Na buru-buru menutup mulut pacarnya untuk tak memberitahukan lebih banyak lagi pada Eun Sang, “Hanya aku yang boleh tahu!”
Bo Na  menarik Chan Young pergi, tapi langsung berhenti dan memperhatikan penampilan Chan Young. “Tunggu. Bukannya sudah kukatakan kalau kamu harus pakai sesuatu yang warnanya merah karena warna itu sedang in tahun ini!”
Chan Young langsung menunjukkan sepatunya, dan malah semakin membuat Bo Na marah “Itu bukan merah! Itu merah marun! Kamu ini benar-benar tak berguna. Ayo pergi!”
Haha.. Chan Young benar-benar sabar punya pacar kayak Bo Na, ya?
Chan Young mengucapkan selamat tinggal pada Eun Sang namun terus ditarik oleh Bo Na. Eun Sang mengawasi kepergian mereka dan menggerutu, “Dasar anak-anak orang kaya yang tak berguna.” Tapi wajahnya melunak melihat Chan Young mengusap-usap kepala Bo Na dengan sayang.
Di jalan, Bo Na mengungkapkan perasaannya, “Aku nggak suka Cha Eun Sang. Aku benar-benar membencinya. Sangat benci padanya. Benci sekali!”
“Jangan seperti itu,” jawab Chan Young kalem.
Bo Na langsung membentak, “Aku semakin membencinya kalau kamu berkata seperti itu! Dia itu miskin tapi ia memandang rendah padaku. Ia bahkan tak minder padaku. Ia tahu semua tentang masa kecilmu, sedangkan aku tak tahu apa-apa. Cha Eun Sang benar-benar membuatku kesal!”
“Kalau kesal, kamu akan keriput, loh,” goda Chan Young.
Bo Na memandang pacarnya marah. Maka Chan Young menenangkan kalau ia dan Eun Sang hanyalah teman biasa. Tapi Bo Na tak percaya, “Kamu ini bercanda, ya. Di dunia ini nggak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan!”
Bukannya marah, tapi Chan Young malah tertawa geli. Ia buru-buru mengejar pacarnya. Aihh.. cute.
Tak hanya Bo Na yang benci pada Eun Sang, Eun Sang pun begitu. Ia menelepon kakaknya, mengungkapkan ketidaksukaannya pada Bo Na yang selalu gonta ganti baju bermerek setiap harinya. Ia juga tak suka karena kemana-mana Bo Na selalu memakai mobil yang lengkap dengan sopir.
Ia pun juga bertanya tentang keadaan kakaknya yang bersekolah di Amerika, “Kamu beruntung, kak, bisa kuliah di Amerika. Aku merindukanmu.”
Dan kita melihat suara Eun Sang terekam di telepon, di sebuah rumah dimana ada seorang gadis Korea yang marah karena pacarnya berselingkuh. Gadis itu adalah kakak Eun Sang, yang juga menjadi pelayan di rumah makan tempat Kim Tan ngobrol sebelumnya.  Tapi si pacar itu malah menampar dan mengusir kakak Eun Sang jika tak suka melihatnya berselingkuh.
Eun Sang menutup telepon dan kaget merasakan hujan turun. Ia segera mengambil payung dan membukanya. Tapi payungnya macet, hingga ia akhirnya berteduh di sebuah toko sambil terus mencoba membuka payungnya. Di toko itu tergantung dreamcatcher berwarna ungu dan biru, dan sesaat Eun Sang terpana mengagumi benda itu.
Saat itu juga payung Eun Sang terbuka, membuat Eun Sang kaget. Namun walau payung sudah bisa digunakan, ia kembali menoleh ke dalam toko, mengagumi dreamcatcher itu.
Chan Young tersenyum melihat hujan turun. Ia pasti teringat akan Eun Sang dan payung yang ia pinjamkan. Ayah Chan Young pura-pura ngomel. Bukannya Chan Young makan malam dengan Bo Na, malah makan malam bersamanya. Chan Young menemani karena tak ingin ayahnya bosan kesepian apalagi hujan-hujan seperti ini.
“Karenamu, maka kemungkinan malam ini menjadi malam yang menyenangkan ini berubah menjadi malam yang membosankan.”
“Apa Ayah sekarang punya pacar?” selidik Chan Young. Ayah tak sengaja memotong wortel dengan keras, dan berkata, “Kau yang sekarang merusak kesempatanku memiliki pacar.”
Hihihi.. nih ayah anak seneng banget bertengkar.
Melihat ayah memotong-motong wortel (eh.. kulitnya nggak dikupas), Chan Young berkomentar kalau ayah memotong wortel terlalu besar. Ia pun menjelaskan kalau wortel harus dipotong lebih kecil dari kentang agar saat dimasak bersama maka matang bersamaan. Ayah bertanya bagaimana jika dimasak terpisah? Chan Young pun menjelaskan panjang lebar kalau hal itu tidak efisien.
Ayah mengangguk dan menyuruh Chan Young menjelaskan dalam bahasa Inggris. Chan Young mencoba, tapi tak ada yag keluar dari mulutnya. Ia nyengir dan berkata kalau ia tak bisa. Hukumannya, Chan Young harus mencuci baju (pakai mesin cuci, sih..). Ia sudah keluar uang banyak hari ini.
Chan Young tahu kalau ayahnya sudah membeli tiket pesawat hari ini. Saat ditanya apakah Bo Na dan Eun Sang sudah tahu tentang  kepergiannya ke Amerika untuk belajar bahasa, Chan Young hanya mengatakan kalau Bo Na sudah tahu, bahkan Bo Na sudah mempersiapkan untuk ikut pergi ke Amerika.
Sedangkan untuk Eun Sang, ia minta agar ayah tak memberitahukan hal ini pada Eun Sang, karena ia merasa tak enak karena Eun Sang sibuk bekerja paruh waktu, sementara malah pergi keluar negeri untuk belajar bahasa. Chan Young juga bertanya tentang ibu Eun Sang. Apakah ia baik-baik saja?
Ayah menjawab kalau ibu Eun Sang baik-baik saja, “Ia berada di pusat dimana kekuasaan Grup Empire bermain dan bisa mengendalikan Nyonya Han.” Chan Young kaget dan penasaran akan peryataan ayahnya, “Benarkah?”
Dan kita melihat ibu Eun Sang (Park Hee Nam) ternyata adalah pelayan di rumah pemilik Grup Empire. Ia dipanggil oleh Nyonya Han dan oleh salah satu temannya diingatkan kalau Nyonya Muda sedang kesal karena tak bisa menghubungi putranya di Amerika.
Jadi, ini adalah ibu Kim Tan, dengan jabatan Nyonya Muda yang berarti istri kedua (atau ketiga) (atau simpanan).. terserah..
Nyonya Han marah karena makan malamnya tak enak, “Kau ini tak bisa bicara dan tak dapat merasakan makanan. Memang apa yang bisa kau gunakan dengan mulutmu itu?”
Ibu Eun Sang ternyata bisu, dan ia langsung mengeluarkan notesnya untuk menulis: Saya akan mempersiapkan makanan lainnya. Nyonya Han merasa tak perlu dan menyuruh untuk menyingkirkan semua makanan.”
Pelayan lain datang dan mengatakan kalau Presiden Direktur telah datang. Nyonya Han yang sedang minum anggur, langsung tersedak dan bangkit, Sepertinya ia takut ketahuan kalau minum anggur “Apa yang harus kulakukan dengan ini?”
Ia pun meneguk anggur cepat-cepat dan pelayan itu melanjutkan, “Presdir langsung masuk ke kamarnya,” membuat si Nyonya meludahkan kembali anggur yang diminumnya.
Ewww…
“Kenapa kau selalu menyimpan informasi penting di saat yang terakhir? Apakah kau memang sengaja melakukannya?” Nyonya Han terus mengomel. Ibu Eun Sang mendengar sesuatu dan langsung merebut gelas anggur dan menuangkan isinya ke dalam mangkuk sup. Nyonya Han kaget melihat kekurangajaran ibu Eun Sang.
Namun ibu Eun Sang tak peduli. Ia mengelap bibir Nyonya Han dan menyembunyikan gelas anggur itu ke balik celemeknya.
Sedetik kemudian, muncul Kim Won (Choi Jin Hyuk) dan Nyonya Han langsung memasang muka manis menyambut putra tirinya. Tapi Kim Won tak menggubris ibu tirinya. Ia menyuruh pelayan untuk merapikan kamarnya sekali lagi dan membawakan air minum untuknya. Tanpa menoleh sedikitpun pada ibu tirinya, ia langsung pergi.
Hal ini membuat Nyonya Han kesal dan menyuruh Ibu Eun Sang untuk mengambil sebotol anggur lagi dan membawakannya ke dalam kamar. Ibu Eun Sang mengingatkan agar Nyonya Han makan dulu. 
Tapi dengan penuh harga diri, Nyonya Han berkata dramatis, “Kalau aku bisa makan setelah diperlakukan seperti ini, maka hal itu akan membuatku menjadi seorang istri simpanan. Seorang istri yang benar-benar menjadi istri, pasti tak akan mampu menelan sebutir pun nasi jika diperlakukan seperti ini.”
Nyonya Han tersenyum santun dan berjalan dengan anggunnya. Wihh.. Nyonya Han ini kebanyakan nonton drama deh..
Ibu Eun Sang berkata dalam hati, “Istri simpanan tetaplah istri simpanan, tak peduli kau mau makan atau tidak. Dan istri simpanan yang mau makan itu lebih baik daripada istri simpanan yang suka minum-minum.”
Maka makanan dari rumah majikan, berpindah ke meja makan Eun Sang. Tapi Eun Sang tak gembira melihat makanan sebanyak itu. Dengan bahasa isyarat, ibu menjelaskan kalau Nyonya Han memberikan makanan ini untuk mereka. Eun Sang pun menyalak, “Jadi kalau mereka melemparkan makanan, kita harus memakannya? Apak aku ini adalah keranjang sampah mereka?”
“Siapa yang peduli kau itu apa?” tanya ibu dengan bahasa isyarat. “Apa yang lebih penting dari makan? Apa kau pikir dengan penghasilan kita, kita dapat makan makanan seperti ini?”
“Apakah ini salahku kalau kita tak mampu makan makanan seperti ini?” mata Eun Sang mulai berkaca-kaca, “Ibu makan saja sendiri.”
Eun Sang masuk kamar dan sambil membuka-buka buku ia menggerutu, “Menyebalkan. Ia bisa hidup enak di sana sendirian,” Eun Sang melirik foto kakaknya, kesal. Dan ia berbalik memunggungi pintu saat ibu masuk ke kamar, “Sudah kubilang aku tak mau makan.”
Ibu duduk dan namun Eun Sang masih memunggunginya. Ibu memukul bahu Eun Sang keras sampai Eun Sang berteriak kesakitan. Aku tak akan membawakan makanan mereka ke rumah lagi.Jam berapa kau akan pergi kerja besok? Aku harus ke bank.
Dan Eun Sang terbelalak melihat ibu ingin mengirim seluruh uang (8,3 juta won) yang tersimpan di rekening ibu untuk kakaknya yang katanya akan menikah di Amerika.
Ternyata pernikahan tak hanya terjadi dikeluarga Eun Sang saja. Rachel Yoo (Kim Ji Won) kaget saat mendengar ibunya akan menikah lagi, karena perceraian dengan ayahnya belum lama terjadi. Apa ayahnya sudah mendengar hal ini? Ibu merasa tak perlu memberitahu mantan suaminya karena sebentar lagi berita pernikahannya akan tersebar di media.
Ibu Rachel menyuruh putrinya untuk berganti baju dan sepatu yang tanpa hak, karena mereka akan makan siang dengan suami barunya, dan badannya tak begitu tinggi. Rachel bertanya separuh menyindir, “Siapa dia? Siapa orang yang pendek dan cukup terkenal sehingga ia terkenal di media?”
Pertanyaan tentang calon suami juga muncul saat Eun Sang dan ibu berangkat kerja. Eun Sang penasaran dengan calon suami kakaknya. Apakah orang bule atau orang Korea? Apakah kakaknya akan mengundang mereka ke pernikahan?
Ibu menjawab dengan bahasa isyarat, tapi Eun Sang langsung melirik kiri kanan dan berkata lebih pelan, “Aku sudah minta ibu untuk menulis SMS saja jika kita sedang di luar.” Maka ibu pun mengetik di handphonenya, “Kakakmu cukup dewasa dengan bisa sekolah ke luar negeri. Jadi ia pasti bisa membuat keputusan yang tepat. Jika kita datang, kita akan malah menjadi noda di sana.”
Eun Sang marah karena ibu berpikiran seperti itu. Ia hampir saja mengeluarkan kata-kata yang akan ia sesali nanti, tapi untungnya ia berhasil menahan diri. Akhirnya ia berkata kalau ia akan pergi ke Amerika untuk memberikan uang itu langsung kepada kakaknya.
Jika Eun Sang tak tahu siapa calon suami kakaknya, Rachel tahu siapa calon suami ibunya. Ia adalah ayah Young Do. Dan dengan tinggi badan dan wajah pas-pasan, dapat dipastikan Young Do sangat mirip dengan ibu kandungnya.
Rachel dan Young Do diam mendengarkan percakapan calon suami istri itu dan hanya bisa menahan diri untuk tak mencemoohnya. Percakapan mereka sangat sopan dan berbunga-bunga seperti yang sering kita dengar dari seorang motivator di TV.
Akhirnya ibu Rachel Yoo memperkenalkan putrinya dan mengatakan kalau Young Do lahir lebih dulu dari Rachel, sehingga Young Do akan menjadi kakak Rachel. Young Do pun memperkenalkan diri dengan, “Hey, sister..” Rachel mengernyit mendengar panggilan Young Do padanya.
Ibu Rachel mengabaikan ketidaksopanan Young Do dan mengatakan harapannya agar Young Do  sebagai kakak dapat menjaga Rachel. Young Do tersenyum dan menjawab, “Tentu saja. Ia adalah tipeku.”
Semua terkejut mendengar jawaban Young Do. Young Do berdiri dan berkata kalau ia akan pergi. Tapi ayahnya menyuruhnya duduk lagi. Saat Young Do tak menurut, ayah Young Do berdiri dan menamparnya keras. Jadi tahu dari mana sifat Young Do yang suka membully itu berasal.
Rachel dan ibunya terkejut melihat perlakukan ayah Young Do. Young Do tetap meninggalkan ruangan. Ayah Young Do meminta maaf atas ketidaksopanan putranya 
Whooa.. are you serious, Dad? And you’re not apologizing for YOUR behavior?
Rachel pun bangkit dan berkata kalau ia tak menerima maaf dari ayah Young Do karena ia akan membuat Young Do meminta maaf padanya.
Setelah Rachel pergi, ayah Young Do berkata, “Kepribadian Rachel mirip denganmu.” Dan segera dijawab oleh ibu Rachel, “Dan kepribadian anakmu mirip dengan mantan istrimu.”
Ayah Young Do kesal mendengar nama mantan istrinya disebut-sebut, tapi ibu Rachel sepertinya tak takut melihat sifat calon suaminya yang pemarah itu. Ia malah bertanya santai, apakah mantan istrinya itu cantik? Hal itu malah menyurutkan amarah calon suaminya.
Rachel mengejar Young Do dan menyapanya, “Hey, brother..” Young Do berniat mengabaikan Rachel, tapi tak bisa karena Rachel bertanya, “Kau tahu kan kalau aku bertunangan dengan Kim Tan? Jika kita menjadi saudara.. apakah itu menjadikanmu dan Tan sebagai.. saudara ipar?”
Sepertinya hubungan Tan dan Young Do tak begitu baik dan Rachel mengetahuinya. Rachel menjelaskan kalau tak hanya Young Do saja yang tak menginginkan pernikahan orang tua mereka. Ia pun begitu. Tapi mungkin Young Do lebih membenci pernikahan ini daripadanya karena adanya hubungan dengan Tan.
Young Do mengejutkannya dengan mengatakan kalau ia tak membenci pernikahan orang tua mereka. Pernikahan bagi orang-orang kaya berarti merger dan akuisisi terselubung. Dan dengan orang tua mereka menikah, maka bisa dibayangkan perusahan siapa yang akan mengakuisisi perusahaan siapa.
Dan jika tak cukup jelas, Young Do menambahkan, “Jadi jika kau ingin menghalangi pernikahan mereka, silahkan. Jangan sampai namamu dari Rachel Yoo menjadi Rachel Choi.”
Young Do meninggalkan Rachel yang bungkam seribu bahasa dan sangat frustasi setelah mendengarnya.
Di sebuah dapur yang sangat sibuk, Eun Sang melakukan pekerjaan paruh waktu lainnya, sebagai pencuci piring. Dan piring yang dibersihkan bukan main banyaknya. Dan segala kekesalannya memuncak saat teman kerjanya menumpukkan baki penuh piring dan hampir jatuh ke bak cuci piring yang sedang ia bersihkan.
Ia berhasil menahan sabar, tapi frustasi atas segala jerih payah yang tak setimpal itu tak bisa ia enyahkan. Saat bosnya memberikan upah dan bertanya tentang rencana berliburnya, ia mengatakan kalau ia akan mengunjungi kakaknya yang akan menikah di Amerika. Namun ia tak berencana untuk kembali.
“Kakak menikah di sana berarti ia tak berniat untuk kembali. Dan jika ia tak kembali, itu berarti aku akan terus mencuci piring selamanya dan akan tinggal bersama dengan ibuku. Sepertinya hidupku sudah terprogram dari awal dan itu membuatku sangat marah. Aku sudah menginginkan hal ini sejak aku berusia 8 tahun.”
Eun Sang ke bank dan menukarkan semua uang simpanannya dan uang ibunya. Di rumah, ia mempersiapkan notes yang akan digunakan ibunya untuk berkomunikasi. Ia menemui ibu yang sedang membereskan lemari es dan berkata pelan kalau ia sudah menukar semua uang tabungan ibu menjadi dolar,
“Jangan khawatir. Aku akan memberikan uang ini langsung padanya dan akan kembali. Kupikir akan lebih baik jika ada salah satu keluarga yang menghadiri pernikahannya. ”
Ibu mengangguk ragu namun terus membereskan lemari es. Eun Sang memberitahukan juga kalau ia sedang membuat paspor yang akan jadi 3 hari lagi. Ibu kembali mengangguk dan mengeluarkan baki untuk kacang kedelai.
Eun Sang memasukkan notes itu ke lemari dan melihat notes yang sudah terpakai oleh ibu. Ia mengambil satu dan membuka halaman satu per satu.


Nyonya besar datang berkunjung tadi.

Maafkan saya, Nyonya.

Apa yang Anda inginkan untuk makan malam, Nyonya?

Jangan marah pada saya, Nyonya.
Eun Sang menoleh ke ibu yang sibuk memilihi kacang kedelai.


Saya tak tahu bahasa Inggris dengan baik. Saya akan mengingat secepat mungkin, Nyonya.
Air mata Eun Sang menetes saat membaca berikutnya.

Cuci kering dalam bahasa Inggris.
DRY CLEANING ONLY. DRY CLEANING ONLY.DRY CLEANING ONLY.
Eun Sang menangis tanpa suara saat terus membuka setiap halaman ibu menuliskan DRY CLEANING ONLY berhalaman-halaman. Ia pun mengambil notes kosong yang tadi ia siapkan dan menuliskan di sana:

Maafkan aku ibu. Aku berjanji aku akan menjadi sukses dan akan kembali untuk menjemputmu.Tunggulah sebentar lagi.



 Sama seperti Eun Sang yang sedang berkemas-kemas, Rachel pun begitu. Hanya saja barang yang dikemas lebih banyak dan lebih heboh. Sepatu ini atau itu?
Ibu Rachel tak suka melihat anaknya pergi dalam jangka waktu yang lama. Mengapa tak mengundang Tan datang ke Korea saja? Rachel langsung berkata sinis kalau ibunya bisa mengundang Tan untuk menghadiri pernikahannya. Ibu Rachel tahu kalau anaknya tak setuju, tapi ia tetap akan meneruskan pernikahannya, “Kalau kau memang begitu, kau bisa mencoret namamu di daftar warisan.”
Rachel juga tak suka mendengar ibunya selalu menggunakan ancaman yang sama sejak dulu. Ibunya kalem menjawab kalau ancaman itu selalu efektif setiap saat ia gunakan. Rachel bertanya apa yang membuat ibu ingin menikahi pria itu, “Ibu pasti sudah mendengar gosip. Dan tadi kita juga melihat ia melakukan kekerasan fisik. Atau.. ibu benar-benar sudah jatuh cinta?”
“Yoo Rachel!” seru ibu kesal. Tapi Rachel langsung membalas, “Apakah ibu tak ingat dengan ayah saat memanggilku seperti itu? Atau ibu ingin mengubah namaku menjadi Choi Rachel?”
Ibu menghela nafas menahan sabar, “Kau punya tunangan yang bisa kau gunakan sebagai tempat pelarian, jadi kurasa hidupmu tak terlalu sulit. Sampaikan salamku padanya.”
Walau ibunya sudah pergi, Rachel masih tetap merasa kesal. Ia pun menelepon Tan.
Kita dibawa mengunjungi mansion Tan dengan segala fasilitasnya, dan mendengarkan suara Tan, “Saat aku ditendang ke California untuk pertama kalinya, yang terpikir di benakku adalah ‘setidaknya aku bisa makan kacang sepuas-puasnya’. Dan mulanya aku berpikir untuk menjadi pemberontak saja seperti anak haram pada umumnya. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk bersenang-senang seperti saran kakak.


Walaupun jadinya, selalu ada polisi yang sekarang mengawasiku. Dan aku menjadi pusat perhatian di sekolah. Aku juga membuat ibuku di Seoul menangis setiap hari.”
Jay muncul, dan kenapa anak ini lebay banget, ya? Jay melemparkan handphone Tan yang terus berdering. Tapi Tan hanya menangkapnya dan menaruhnya saja setelah melihat siapa peneleponnya. Rachel.
Tan mengungkapkan kalau sebentar lagi adalah anniversary pertunangannya yang pertama dan telepon dari tunangan itu berarti  Rachel sekarang mau naik pesawat, atau sudah ada di dalam pesawat, atau sudah turun dari pesawat.
Jay, si lebay, berkata, “Kelihatannya kau seperti  merasa hal itu bukanlah suatu hal yang menarik.” Tan nyengir  dan memakai topinya dengan gaya, “Tidak, aku selalu kelihatan menarik.” Jay, si lebay, tertawa mendengar ke-pede-an Tan.
Tan mengajak Jay untuk pergi ke pantai, karena ia terlalu malas untuk merayakan ulang tahun pertunangannya.
Eun Sang tiba di bandara Los Angeles dan nampak gugup jika tak mau disebut ketakutan. Berada di tengah dunia yang asing itu, ia menenangkan diri dengan mengatakan kalau ia adalah 15 besar di sekolahnya. Eun Sang mulai melafalkan Can I get a city map? - Where is the subway station dari selembar kertas yang selalu ia pegang erat seakan itu adalah penyelamat hidupnya.
Di luar bandara, ia melihat seorang gadis sedang menelepon dalam bahasa Korea. Mendengar bahasa ibu, ia langsung menangkap apa yang gadis itu bicarakan. Eun Sang melirik penampilan gadis itu yang modis dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Gadis itu berkata pada orang di handphone kalau ia sudah sampai dan Tan ada di sampingnya sedang memasuk-masukkan barang ke dalam mobil, “Ia semakin keren dan sekarang lebih tinggi. Kulitnya juga bertambah coklat karena kena matahari California.”
Eun Sang melirik ke orang yang memasuk-masukkan barang dan tahu kalau gadis itu sedang berbohong. Gadis itu, Rachel, tak sengaja melihat Eun Sang dan berkata sambil mengawasinya, “Kata Tan, aku juga semakin cantik.”
Eun Sang tersenyum mendengar kebohongan yang diucapkan. Dan Rachel semakin yakin. Ia pun menutup telepon dan memanggil Eun Sang, “Apa kau tadi menertawakanku?”
Eun Sang pura-pura bingung dan berkata dalam bahasa Jepang, “Annoo..  Maaf, saya adalah orang Jepang.”
Rachel menjawab sinis dengan bahasa Jepang yang tak kalah fasih, “Kalau kau orang Jepang, maka kau tadi seharusnya tak menguping saat aku berbicara dengan bahasa Korea.”
Eun Sang pun minta maaf dan berkata kalau ia tadi bukan menertawakan Rachel, tapi ia tertawa karena merasa senasib dengan Rachel, “Tak hanya aku yang merasa tak disambut di sini. Seperti itulah..”
Setelah menjelaskan, Eun Sang buru-buru pergi tanpa menunggu reaksi Rachel.
Tempat pertama yang dikunjugi Eun Sang adalah pantai. Melihat banyak bule di pantai, ia bergumam, “Jadi aku benar-benar ada di sini..”  Dan melihat gadis-gadis berbikini, ia hanya mengintip dadanya yang tertutup kaos dan kembali bergumam, “Apa karena makanan yang aku makan berbeda, ya?” Haha..
Sebelum pergi, Eun Sang melihat Tan yang baru saja selesai surfing dan berpikir kalau banyak sekali orang yang beruntung bisa hidup enak. 
Tan pun sempat melihat sekelebat sosok Eun Sang. Jay si lebay, mengajak Tan untuk pergi ke pesta salah satu temannya. Tapi Tan menolak.
Eun Sang akhirnya sampai ke alamat tempat tinggal kakaknya. Tapi ia ragu melihat kondisi rumah yang tak terawat. Ia mendengar suara wanita dan mengira itu adalah kakaknya. Betapa kagetnya saat melihat wanita tak ia kenal membuka pintu dengan buru-buru mengancingkan roknya.
Saking kagetnya, Eun Sang bertanya dalam bahasa Korea, bertanya apakah ini benar rumah Cha Eun Suk. Wanita tak mengerti ucapan Eun Sang dan memanggil, “Chris!!” Keluarlah pacar Eun Suk. Ahh.. jadi ini selingkuhan pacarnya Eun Suk.
Eun Sang langsung membuang pandangannya saat melihat seorang pria keluar dengan bertelanjang dada. Ia membuka-buka catatannya, untuk bertanya dalam bahasa Inggris. Tapi pria itu mengenalinya, dan menyapa, “Eun Sang?”
Eun Sang tak menduga rumah kakaknya berantakan dan jorok seperti ini. Dari ruang sebelah, selingkuhan Chris marah-marah, menganggap Eun Sang adalah pacar Chris yang lain, “Apa kau sekarang suka dengan anak-anak?” Wanita itu pergi setelah marah-marah lagi.
Chris santai melihat selingkuhannya pergi. Ia menghampiri Eun Sang yang langsung bertanya apakah Chris ini suami kakaknya? Chris tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. Tentu saja ia bukan suami Stella (nama Amerikanya Eun Suk) dan Stella tak kuliah. 
Kekesalan Eun Sang sudah sampai di ubun-ubun hingga ia membentak Chris, “Dimana gadis jahat itu sekarang?!!”
Tan sibuk menulis di buku dan Eun Suk menghampirinya. Sambil menuangkan kopi, Eun Suk bertanya apa yang sedang Tan lakukan. Tan menjawab pendek, “Aku sedang mengerjakan tugas kampus.” Eun Suk melirik buku Tan dan berkata kalau Tan tak seperti mengerjakan tugas.
Ha.. semua orang pasti juga tahu. Mana ada ngerjain tugas kampus pake tulisan tangan? Yang ada pake laptop dan kirim via email.
Tapi Tan berkilah kalau itulah alasan ia mengerjakan dengan cara seperti ini, “Ini adalah cara pemberontakanku.” Eun Suk penasaran. Pemberontakan pada siapa? Dosennya? Kali ini Tan tak menjawab dan berterima kasih atas kopinya. Eun Suk mengerti kalau ia sudah harus diam, maka ia tersenyum dan pergi.
Tan kembali menulis di bukunya. Dan, wow.. tulisan tangannya adalah latin bersambung. Wihh… Ia menulis : Saat aku menulis, aku menulis apa yang sedang kupikirkan. Sesuatu yang dilarang oleh kakakku.
Dan si kakak yang selalu memenuhi benak Tan, sekarang sedang memimpin rapat direksi. Namun wajahnya terlihat marah saat mendengar laporan tentang penjualan di mall premium yang telah mereka dirikan tak memenuhi target.
Salah satu manajer mengusulkan kalau mereka perlu meningkatkan belanja iklan (Won : “Berarti harus keluar uang lagi?”) atau memperluas  target konsumen dari orang-orang kaya saja menjadi keluarga (Won : “Kalau begitu sejak semula aku akan membangun taman bermain bukannya mall premium”)
Saat tahu kalau laporan pertengahan tahun ini sudah sampai ke tangan para manajer dari seminggu yang lalu, ia bertanya siapa lagi yang sudah menerima laporan ini? Ayah Chan Young yang sedari tadi mengikuti rapat dengan bosan, berkata, “Presdir Kim sudah tahu.”
Hal itu membuat Won geram dan bertanya, “Jadi Presdir Kim sudah tahu betapa tak becusnya aku selama seminggu ini walaupun dia ada di rumah? Sedangkan aku  baru mengetahui hal ini hari ini padahal aku setiap pagi pergi ke kantor?”
Ayah Chan Young yang selanjutnya akan saya tulis sebagai Sekretaris Yoon, berkata kalau sebenarnya Presdir Kim ingin datang ke rapat ini. Won memandangi satu persatu anggota rapat dan berkata kalau ia sudah merasa ayahnya ada di sekitar mereka, “Siapa saja dari kalian yang menjadi mata dan telinganya?”
Semua orang menghindari bertatapan dengan Won. Sekretaris Yoon memberitahukan kalau Presdir Kim menitipkan pesan, yaitu : Untuk menjaga perkebunanmu, kau harus memperlakukan para petani penyewa dengan baik, dan bukannya para pemilik tanah.
Hmm.. sepertinya hubungan ayah dan anak Kim ini tak begitu baik.
Tan melihat gadis yang ia tadi lihat di pantai, sekarang berdiri di hadapannya di luar restoran. Tapi gadis itu tak melihat ke arahnya melainkan ke belakangnya. 
Ia pun menoleh ke belakang dan melihat gadis itu memperhatikan Eun Suk yang sedang berbincang-bincang intim dengan salah satu pengunjung bahkan diam saja saat menerima tip yang diselipkan ke dalam bajunya.
Tan terus mengawasi gadis itu, yang sekarang berkaca-kaca, seakan tak percaya melihat Eun Suk hanya tersenyum digodai di sana sini oleh para pengunjung pria. Ia  dapat menangkap kesedihan dan kemarahan dalam diri gadis itu.
Akhirnya Eun Suk menghampiri meja Tan untuk mengisi cangkir kopinya. Ia membuka percakapan dengan Tan, tapi Tan tak menjawab. Tatapan matanya tak pernah lepas, membuat Eun Suk penasaran dan menoleh pada obyek yang dilihat Tan. Eun Suk terbelalak melihat adiknya sekarang ada di hadapannya.
Tan hanya diam, dan menonton Eun Suk yang sekarang menghampiri Eun Sang dan bertanya mengapa Eun Sang kemari? Apakah ibu baik-baik saja? Eun Sang marah karena Eun Suk masih berani menyebut nama ibu mereka, “Berapa banyak kebohongan yang telah kau katakan? Pernikahan? Kau menemukan pria yang baik? Kau kuliah di universitas? Kau benar-benar gila!!”
Eun Suk tak menjawab. Ia malah berjongkok dan membuka koper Eun Sang.
Eun Sang tak percaya melihat kakaknya malah membongkar kopernya, mengobrak-abrik isinya dan malah bertanya apakah Eun Sang membawa uang. Ia tahu kalau ia sekarang kena karma karena ia berniat pergi ke Amerika untuk meninggalkan ibu dan tinggal bersama Eun Suk.
Eun Suk terus membongkar koper tapi ia tak menemukan uangnya. Ia melemparkan barang-barang Eun Sang termasuk notes milik ibu.  
Eun Sang menjadi marah dan mendorong kakaknya, menyuruhnya berhenti. Kakak adalah harapan terakhirnya dalam dunia yang sangat menyebalkan ini dan selama ini ia mampu menahan semua tekanan ini, “Kau tahu kenapa? Karena aku selama ini terus bertahan menghidupi diriku sendiri sampai kau kembali!”
Eun Suk meminta maaf dengan nada datar dan meminta Eun Sang untuk memaafkannya sekali lagi. Ia akhirnya menemukan amplop uang dari ibu. Eun Sang melarang kakaknya untuk menyentuh amplop itu. Tapi Eun Suk malah menyuruh Eun Sang untuk kembali ke Korea dan ia akan menelepon ibu nanti.
Eun Sang berteriak separuh marah separuh menangis, melarang kakaknya pergi dengan uang itu. Apa kakaknya tak tahu kalau ibu bekerja sangat keras untuk mengumpulkan uang itu? Tapi Eun Suk tak mendengarnya dan lari.
Eun Sang terus menangis dan memanggil kakaknya, bingung antara ingin mengejar kakaknya tapi takut kehilangan barang-barang di kopernya. Buru-buru Eun Sang memasukkan semua barangnya dan terus memanggil kakaknya, meminta kakaknya untuk menunggunya. Tan yang sedari tadi tak melewatkan sedikitpun apa yang terjadi, hanya bisa menatap Eun Sang dengan iba.
Tiba-tiba momen itu dirusak oleh Jay yang tiba-tiba muncul dan dengan berisik berkata kalau mereka harus segera pergi ke pesta teman mereka. Tan menyuruh Jay diam. Namun entah Jay sedang kerasukan apa, ia melihat arah pandangan Tan dan langsung berkata kalau gadis itu seperti malaikat yang jatuh dari langit.
Mendadak Jay melihat bungkusan serbuk di koper Eun Sang dan berkata kalau Tan tak perlu khawatir. Ia langsung lari dengan girang. Ya ampun.. si Jay ini nganggap Eun Sang bawa narkoba, ya?
Tan menyadari kalau Jay sudah salah sangka. Ia pun lari mengejar Jay, namun Jay sudah keburu sampai di depan Eun Sang. Ia merebut kantong tepung kedelai itu dan langsung. Eun Sang bengong, shock melihat ada orang yang mengambil barangnya, “Apa aku baru saja kecopetan?”
Eun Sang pun langsung mengejar Jay hingga ke pinggir pantai. Si Jay ini mungkin memang lagi mabuk, karena lari saja nggak bisa, bahkan dia sampai jatuh menabrak net voli pantai. Eun Sang langsung merebut kantong itu, tapi Jay tak mudah melepaskannya. Akhirnya mereka tarik-tarikkan hingga isi kantong terburai hingga mengenai wajah Jay.
Betapa kagetnya Eun Sang saat melihat Jay berkelojotan, seperti tak bisa bernafas. Tan yang akhirnya berhasil mengejar mereka, mencoba menyadarkan Jay. Tapi Jay sudah pingsan. Tan menyuruh Eun Sang untuk menelepon 911.
Tapi Eun Sang berkata kalau ia tak membawa handphone. Kemudian ia terbelalak baru sadar kalau Tan tak berbahasa Inggris, “Kau orang Korea?”
“Apa itu penting?” sergah Tan kesal.
Akhirnya Jay dibawa ke rumah sakit dan dokter mengatakan kalau Jay pingsan karena alergi akut. Apakah Jay memiliki alergi? Tan menjawab kalau Jay alergi kacang. Eun Sang langsung menyambar kalau tepung itu adalah memang tepung kedelai. Tan menoleh dan menjawab masam, “Aku tahu.”
Eun Sang langsung diam mendengar jawaban tak enak dari Tan. Dokter meminta Tan untuk mengisi formulir pendaftaran. Eun Sang bertanya baik-baik pada Tan tentang kondisi Jay, tapi Tan malah menyentaknya, kenapa juga Eun Sang membawa tepung kedelai seperti itu? Eun Sang heran melihat Tan malah marah padanya, “Temanmu yang mencurinya dan dia yang pengguna narkoba..”
“Dia hanya mabuk,” bentak Tan, “Jika ia benar-benar pecandu, ia langsung bisa membedakan antara makanan dan narkoba.”
“Jadi kau sekarang menyalahkanku? Di sini aku adalah korban.”
“Di sini aku yang harus menanggung semuanya,” tukas Tan dan langsung meninggalkan Eun Sang.
Masalah kembali muncul dengan adanya polisi yang menyelidiki bungkusan yang dimiliki Eun Sang. Walau Eun Sang sudah meyakinkan dengan bahasa Inggris yang belepotan kalau tepung itu adalah makanan, polisi itu tak percaya. Ia meminta paspor Eun Sang dan mengira Eun Sang adalah remaja di bawah umur. Polisi itu bertanya alamat tempat tinggal Eun Sang dan curiga kalau Eun Sang masuk dengan cara illegal.
Eun Sang tak bisa mencerna semua ucapan polisi itu dan meminta polisi itu untuk berkata lebih pelan, “More slow, please..”
Mendadak ada tangan yang merangkulnya, “It’s okay, baby. She’s my girlfriend. She’s just here for vacation,” kata Tan sambil memandang Eun Sang seromantis mungkin, untuk menyelamatkan gadis itu dari penyelidikan lebih lanjut.
Tapi kebetulan saja polisi yang mengurusi hal ini adalah polisi yang sering bertemu dengan Tan. Bukan bertemu untuk minum kopi bersama, tapi sepertinya karena Tan sering berbuat onar. Melihat Eun Sang memiliki hubungan dengan Tan, polisi itu malah memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam lagi. Ia akan menyita paspor Eun Sang dan akan memberikannya setelah semua penyelidikan selesai.
Eun Sang bertanya pada Tan atas apa yang baru saja terjadi. Tapi Tan tak menjelaskan lebih lanjut, malah bertanya, “Kenapa kau berbicara denganku menggunakan banmal (bahasa informal)?” Eun Sang berkilah kalau tak ada tingkatan bahasa di dalam bahasa Inggris. Tan langsung menukas dengan kesal, “Tapi kau kan tak berbahasa inggris saat berbicara denganku.”
“Kalau begitu anggap saja kita bicara dalam bahasa Inggris,” tukas Eun Sang tak mau kalah. “Aku juga melihat umur temanmu di status pasien. Umurnya sama denganku. Berarti umurmu juga sama denganku, kan?”
Tan berdehem, ia kalah bicara. Dan Tan pun bertanya mengapa Eun Sang buang-buang waktu di sini? Dimana Eun Sang tinggal? “Aku harus tahu kemana aku harus menghubungimu saat polisi meneleponku.”
Eun Sang tak tahu dimana ia harus tinggal, dan ia ingin pinjam handphone Tan agar bisa menghubungi kakaknya. Tan langsung bertanya apa mungkin kakaknya mau menerima teleponnya setelah pertengkaran tadi? Eun Sang terkesiap kaget, tak menyangka Tan melihat peristiwa tadi.
Tan pun bertanya lagi, “Kau tak berpikir untuk menelepon agar diijinkan tinggal di rumahnya, kan?”
Eun Sang menunduk. Walau memang hal itu yang ada dipikirannya, tapi ia tak membiarkan Tan mengetahuinya, “Itu bukan urusanmu. Dan seperti yang tadi kukatakan, semua ini 100% bukan kesalahanku, jadi kau harus mau mengantarkanku.”
Takut Tan akan menolaknya, Eun Sang langsung mengusulkan kalau ia akan membayar bensinnya. Tan langsung menembak, “Kau pikir uang dapat menyelesaikan semuanya? Apa kau ini kaya?”
Eun Sang menunduk dan bergumam, “Aku takut kalau kau akan meninggalkanku. Kumohon..”
Tan memandang gadis yang berdiri di hadapannya. Setelah berdebat cukup lama dengan Eun Sang, Tan tak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu.
Maka ia pun mengantarkan Eun Sang ke rumah Eun Suk. Eun Sang mengatakan kalau ia akan menelepon Tan 3 kali sehari, setiap jam 8 pagi, 12 siang, dan 3 sore, “Kau dapat mengangkat telepon jika kau sudah memegang pasporku. Selain itu, kau hanya perlu mengabaikannya.”
Eun Sang pun menarik kopernya, dan Tan menunggu Eun Sang hingga masuk ke dalam rumah. Tapi Eun Sang tak segera masuk rumah karena pintu rumah tak terbuka walau Eun Sang mengebel berkali-kali dan memanggil nama kakaknya.
Tan akhirnya keluar mobil dan bertanya apakah Eun Sang masih mau menunggu di luar? Apa Eun Sang tak pernah mendengar tentang jalanan di Amerika saat malam hari?
“Jangan menakutiku,” sekarang Eun Sang jadi takut.
“Apa kau pikir ia akan pulang setelah kabur membawa uangmu?”
Kali ini Tan benar juga. Tapi Eun Sang tetap tak bergerak dari tempatnya. Akhirnya Tan menyerah dan berkata, “Sesukamulah.” Ia masuk ke dalam mobil dan segera pergi.
Sendirian dalam lingkungan yang tak mengenalinya, Eun Sang duduk di tangga teras. Suara sirine polisi menambah seramnya malam. Sekelompok remaja melewati rumah Chris dan melihat Eun Suk duduk. Mereka menyapa dan menggoda, membuat Eun Sang bersembunyi ke dalam balik tembok. Anak-anak itu berlalu, tapi mereka sudah cukup membuat saraf Eun Sang tegang.
Ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan mulai berjalan pergi. Tapi tiba-tiba terdengar derum mobil yang berhenti tepat di belakangnya. Eun Sang menoleh dan terbelalak melihat Tan menatapnya dan berkata, 
“Apa kau mau menginap di rumahku?”
source : http://www.kutudrama.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-1-1.html and http://www.kutudrama.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-1-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment