NB: Aku ada permintaan.. bisakah kamu menggantikanku jadi wakil demo hari ini?? Kutunggu jawabanmu sore ini ^.^
Dong-hoon mengambil kertas yang dibaca oleh Jin-rak dan terkejut dengan tulisan Dok-mi yang bertuliskan, ”tidak boleh menyiram setelah kencing? Aku tidak bisa hidup seperti itu.”
Jin-rak kesal dengan Dong-hoon yang tiba-tiba datang dan langsung mengambil suratnya. Dia bertanya pada Dong-hoon apa hanya itu saja yang ada dipikiranmu?. “Iya, apa lagi yang seharusnya saya lihat?”tanya Dong-hoon. Jin-rak membela Dok-mi dan berkata tapi dia begitu bersih. Kamu begitu aneh. Ketika aku pertama kali datang untuk tinggal di sini kamu bertanya apakah kamu seorang pembersih? Aku merasa seperti di interview untuk sebuah wawancara sebagai perkerja pemerintah.
Mereka membiarkannya masuk dan melihat sekeliling. Jin-rak menggerutu tentang kue yang dibawa Watanabe begitu keras. Dong-hoon melihat gambar webtoon yang dibuat Jin-rak dan merasa kenal dengan karakter yang dibuat oleh Jin-rak.
“Jadi ini perasaanku waktu semalam” kata Enrique. “Apartemen lantai 4 kamar 2 kena kau.”
Enrique pun langsung cepat keluar dari apartemen hanya dengan berpakaian celana pendek dan mantel saja. Dok-mi kebingungan dia harus melakukan apa.
Dok-mi berbaring di kursi dengan seorang terapis. Terapis bertanya, ”nona Dok-mi apa yang paling anda benci?”
Dok-mi menjawab, ”seorang yang mengentuk pintu, suara telepon berdering, suara interkom, seseorang yang memanggil namaku.”
Terapis itu bertanya, ”kenapa kamu membenci akan hal itu? Apakah karena kejadian itu?”. Dok-mi tidak menjawab tapi ia menangis dengan mata tertutup.
“Kamu tidak bisa hidup seperti itu. Kamu tidak bisa hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain,” kata terapis itu.
Jin-rak, Dong-hoon, Watanabe terkejut mendengar ada suara ribut. Mereka pun membuka pintu apartemennya sambil mengintip apa yang sedang terjadi. Mereka melihat pria yang menendang, memukul pintu apartemen 402 dengan sangat keras.
“Siapa yang berpakaian seperti itu?”tanya Dong-hoon sebelum melihat wajah pria tersebut. Ia terkejut bahwa itu adalah Enrique.
“Hey.... tidak mungkin Enrique datang, huh?”. Jin-rak tak percaya bahwa itu adalah Enrique. Dong-hoon segera mengeluarkan hpnya, dia ingin membuat video untuk menangkap momen yang memalukan, tapi sebelum ia dapat memvideokan mereka bertiga jatuh di lantai karena Watanabe bergerak ingin tahu.
Jin-rak, Watanabe, Dong-hoon, Dok-mi bersamaan menjawab, ”seorang pria”?
Enrique: Iya! Seorang pria..
Jin-rak pun menjawab, ”seorang wanita yang tinggal di apartemen itu. Jadi tanpa kamu tahu siapa yang tinggal di sana kamu menendang dan memukul pintu apartemennya??”. Enrique terkejut dengan penjelasan Jin-rak. Seorang satpam datang ke sana dan bertanya, ”Ada apa ini? Kekacauaan apa yang terjadi?” Enrique berkata tak peduli baik pria maupun wanita yang pasti apartemen ini telah mengintipku dari kemarin malam sampai pagi ini. Bapak satpam malah memarahi Enrique dan tidak percaya akan penjelasannya. Malahan bapak satpam mengira Enrique adalah orang jahat. Ia berkata kepada Enrique, ”aku bersyukur bisa menangkap kau. Kau ini adalah bajingan sesat. Bibi tetangga (yang di sukai bapak satpam) keluar dari apartemennya dan bertanya, ”apa yang sedang terjadi di sini? Bapak satpam dengan semangat menjawab, ”jangan kuatir tentang apapun bu. Ini adalah tugasku sebagai kepala keamanan.”
Bapak satpam berteriak kepada Enrique, ”hai, kamu bajingan tidakkah kamu tahu aku pernah ditraining spesial di tentara? Aku bekerja sebagai penjaga selama 38 tahun, bajingan kau!” sambil menarik-narik kerahnya Enrique. Bapak satpam melihat kaki Enrique tidak memakai celana. Ia pun bertanya, ” kenapa kau tidak memakai celana apapun? Huh?” sambil memukul paha Enrique.
Bibi berkata, ”dia tidak seperti orang jahat”
Enrique berkata kepada bapak satpam, ”lepaskan aku”.
Enrique berkata, ”lepaskan aku” kepada bapak satpam. Dok-mi membuka pintu. Semua orang terkejut melihatnya. Enrique berteriak kepada Dok-mi ”Hippo”. Dok-mi takut akan hal itu lalu langsung menutup pintu apartemennya. Enrique teringat siapa Dok-mi. Ia adalah wanita yang berada di depan pintu apartemen Tae-joon dengan menangis di depan pintu apartemen. Bapak satpam berteriak kepada Dok-mi, dan berkata, ”nona muda tenanglah jangan kuatirkan apapun. Aku akan pergi membawa dia ke kantor polisi. Jadi jangan mengkhawatirkan apapun juga. Dok-mi takut Enrique akan dibawa ke kantor polisi. Ia pun membuka pintunya dan berkata,”tuan biarkanlah dia pergi. Pria ini ke sini gara-gara aku. Itu benar aku telah melakukan kesalahan.“ Tidak ada yang mendengar suara Dok-mi selain Jin-rak yang berdiri di depan pintu apartemennya. Suara Dok-mi sangat pelan. Jin-rak yang mendengar itu pun berkata kepadanya kenapa kamu tidak masuk ke dalam saja, biar aku yang mengurus semua ini. “Oh, ya aku yang akan memimpin demonstran besok. Jadi kamu tidak perlu keluar. Mengerti?”
Enrique: “Apa yang dia katakan?”
Bapak satpam: “Apa yang dia katakan? Apakah dia bilang kalau pria ini orang jahat?”
Jin-rak berkata, ”Apapun yang dikatakan oleh wanita ini tidaklah penting. Kesalahan ini terjadi karena kesalahapahaman karena gedung apartemen mereka saling berdekatan. Tuan kenapa anda tidak melepaskan dia sekarang juga?”.
“Baiklah kita pergi”jawab pak satpam sambil menarik Enrique yang tidak puas dengan jawaban tersebut. Dok-mi merasa lega masalah tersebut sudah selesai.
Tapi Jin-rak membela Dok-mi, ”hey apa yang kamu katakan? Mengintip? Memangnya apa yang bisa diintip dari Enrique?”. Tapi Dong-hoon merasa Dok-mi yang mengintip Enrique karena jika tidak ia pasti berteriak dasar kau bajingan!
Jin-rak tak setuju dengan pendapat Dong-hoon,”itu karena dia begitu baik dan bersih hatinya. Tidak ada yang disembunyikan dari orang itu, wanita di apartemen 402 ada cahaya di matanya dan cara dia terlihat dari depan dan belakang serta belakang dia terlihat sangat baik.
”Wanita di apartemen 402? Bujangan No.1 mengungkapkan dia tertarik dengan wanita di 402. Itulah yang kamu expresikan, yang kamu rasakan pada wanita 402?” gumam Dong-hoon. Melihat itu Jin-rak kesal dan mengangkat kaus kakinya yang bau ke wajah Dong-hoon.
Dok-mi melihat isi kulkas dan berasnya sudah tidak ada. Ia pun membuat daftar catatan belanja, meskipun ia tidak mau meninggalkan apartemennya.
“Sejak kapan kamu mempersiapkan semua ini? Kamu harus mempersiapkan ending yang pas untuk cerita ini,” kata editornya.
”Saya memulai ini ketika aku pindah 3 tahun yang lalu”, jawab Jin-rak. Editornya bingung kenapa pria itu tidak menggungkapkan perasaannya kepada dia.
”Tapi jika dia mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu apakah gadis itu akan menerimanya atau memutuskan hubungan dengan pria itu. Itulah kenapa pria tersebut tidak bisa mengungkapkannya. Pria itu takut akan membuat gadis itu masuk ke dalam kekacauan, karena pria itu tidak mau membuat gadis itu susah”, ungkap Jin-rak dengan mata mau menangis. Editornya menyetujui mereka untuk membuat webtoon itu. Ia pun meminta dalam satu minggu sudah di kirim episode 1. Jin-rak dan Dong-hoon senang sekali mendengar hal itu dan mereka melakukan high five tapi tangan Jin-rak mengenai muka Dong-hoon saking senangnya mendengar kabar itu.
Bapak satpam memperkenalkan penghuni baru yang tinggal di apartemen 403, namanya Watanabe dia berasal dari Jepang. Jin-rak memandang Dok-mi terus, Dong-hoon yang melihat hal itu hanya senyum-senyum nakal melihat tingkah temannya.
“Halo apa kabar namaku Watanabe Ryu. Aku datang ke sini untuk belajar masakan Korea.”ucap Watanabe memperkenalkan diri.
“Ia itu benar sekali kami beberapa minggu ini kami sibuk membuat webtoon,” kata Dong-hoon.
“Petisi yang kamu tanda tangani kemarin untuk diberikan kepada departemen lingkungan. Sedangkan yang sekarang akan diberikan langsung kepada direktur,” kata bapak satpam.
Enrique sedang bersiap ke tempat pertemuan di apartemen Dok-mi.
Dengan semangat Jin-rak mengatakan ia akan menggantikan apartemen 402. “Tapi katanya kamu tidak akan mau memimpin demo lagi?” kata bapak satpam.
“Tidak. Tiba-tiba aku ada dorongan untuk melakukan protes kita. Pertimbangkan! Pertimbangkan! “
“Itu benar. Pertimbangkan! Pertimbangkan!” ucap bapak satpam sambil mengajak semuanya untuk pulang.
”Masakan Spanyol, India, Jepang” jawab Watanabe. Kelihatannya bapak satpam suka dengan bibi, ia cemburu melihat bibi begitu genit kepada Watanabe ia berteriak, ”Oke setiap hari Rabu di apartement 403”, hal itu membuat bibi kesal. Bapak satpam mengajak semuanya untuk pulang.
“Seperti yang telah aku katakan. Aku akan menjadi pemimpin demo hari ini, yang perlu kamu lakukan hanyalah menghadiri demo. Baiklah kalau begitu aku akan turun lebih dulu” ucap Jin-rak dengan nada suara yang dibuat-buat.
“Jadi kamu tidak mau menjawab pertanyaaanku yah?. Baiklah,” kata Enrique lalu ia pun mengeluarkan hpnya. ”Aku melihat anjing yang terluka tapi pemiliknya sedang tidak ada di rumah” itu adalah rekaman suara Dok-mi yang menelpon 911. Dok-mi menjawab dalam hati, ”apa sekarang? Apa sekarang?
Enrique juga berkata apa sekarang? Apa sekarang? Dok-mi terkejut Enrique tahu apa yang ada dalam pikirannya. “Sekarang aku punya bukti semua di sini. Kemarin 911 datang ke tempat kakakku dan bertanya apakah ada seekor anjing yang terluka? Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi ketika aku melihatmu aku langsung menelpon 911, dan mengcopy suaramu.”
Dok-mi menjawab dalam hatinya, ”bagus untukmu... itu tidak seperti kamu menyelamatkan negara atau apapun” . Enrique menjawab, “aku tahu melakukan hal tersebut tidak seperti akan menyelamatkan negara atau apapun itu. Bukan aku yang kamu intip tapi kamu mengintip hippo kan? Maksudku anjing kami. Huh? ahjuma, tidak bisakah kamu berbicara?”
“Aku bukan seorang ahjuma. Aku masih 20 tahun. Tolong pergilah!” jawab Dok-mi dalam hati sambil menatap kesal ke Enrique.
“Setidaknya katakanlah padaku kamu bukan seorang ahjuma atau katakanlah padaku untuk pergi atau apapunlah itu!!”kata Enrique. Dok-mi menatap Enrique, ”kamu bisa mendengarkan suara hatiku”?
“Benar. Seperti itulah kamu seharusnya berbicara kepada orang lain. Kamu harus menatap matanya.” Enrique pun menjelasakan alasan dia datang ke sini karena perilakunya yang kelewatan pagi ini. “Jika kamu melihat seseorang mengintip dengan teropong bagaimana menurutmu perasaaan mereka?” Enrique membela diri kenapa dia melakukan itu kepadanya.
Enrique berkata kepada Dok-mi untuk berhenti memikirkan kembali ke tempatnya dan memberinya sebuah jawaban. “Maafkan aku karena telah mendramatrisir masalah ini. Serius tak terpikir olehku kalau itu kamu”.
“Yah aku mengerti tapi kenapa kamu berpikir bahwa aku adalah seorang pria,” kata Dok-mi dalam hati.
“Tapi kenapa aku berpikir kamu seorang pria ya? Bahkan hanya sekilas saja kamu pasti seoarang wanita.” Mendengar jawabannya Dok-mi lagsung mundur karena Enrique selalu bisa menjawab pertanyaannya.
Enrique bertanya kepada Dok-mi kamu mengerti yang aku maksudkan??. Dok-mi hanya menganggukkan kepala sampai berulang kali. Enrique yang melihat hal itu memegang dahi Dok-mi dan mengatakan cukup sekali saja menganggukkan kepala. Dok-mi menjadi malu akan hal itu sehingga membuat merah hidungnya.
Enrique mengajaknya untuk masuk ke tenda karena ia pikir Dok-mi kedinginan karena tadi hidungnya merah. Dok-mi tak menjawab, tapi ia langsung lari pulang meninggalkan Enrique yang sudah masuk ke dalam tenda. Melihat itu Enrique juga ikut turun tanpa sepengetahuan Dok-mi.
“Ah, yang benar saja ahjuma itu tak mengucapkan satu kata pun tapi mengapa aku merasa kami memiliki banyak percakapan?” kata Enrique setelah keluar dari gedung apartmen Dok-mi.
Enrique berjalan ke tempat ia akan melakukan konferensi pers, tanpa ia sadari di belakangnya ada 3 wartawan yang mengikutinya dari belakang. Enrique merasa ia diikuti tapi ia tidak melihat siapapun, karena ke 3 wartawan sudah bersembunyi.
”Yah itu benar” balas wartawan.
”Aku mempelajarinya dari semua dongeng dan frase” kata Enrique menjelaskan.
“Oh, jadi kamu menyebutkan bahwa kamu ke sini untuk memberikan kuliah. Tidakkah kamu ke sini untuk mempromosikan game terbarumu?”tanya wartawan.
“Tidak aku ke sini tidak untuk promosi game tapi memberikan kuliah. Karena ia ingin menjadi inspirasi bagi semua orang.” Eunrique pun mengajak mereka untuk mendengarkan kuliah yang ia berikan.
Seo Young mengirim sms ke Enrique. ”Aku meminta banyak seafood di pastamu, okay?” Membaca sms itu Enrique berharap Seo Yong tidak datang ke rumah.
Ketika Dok-mi jalan menuju apartemennya ada seorang wanita dengan mantel berwarna pink yang duduk di dalam mobilnya. Ia mendapat kabar orang yang ia cari tinggal di apartemen (tempat Dok-mi tinggal) selama 3 tahun.
Jin-rak melihat Dok-mi pulang dari supermarket. ”Aku akan segera turun” kata Dok-mi.
”Santai saja” jawab Jin-rak. Dong-hoon yang melihat hal itu menjadi senyum-senyum.
Jin-rak yang melihat Dok-mi jadi tambah bersemangat untuk memimpin demo. Ia meneriakkan, ”marilah kita semua bersama dan mendapatkan kompensasi untuk usaha kita”. Pendemo yang lainnya meneriakkan, ”dapatkan! dapatkan!”.
Do-hwi bertanya apakah Dok-mi tinggal di sana? Bukankah di sana ada kebocoran air? Dok-mi tidak menjawab pertanyaan yang diberikan. Ia kelihatan shock dan takut akan adanya Do-hwi.
Do-hwi bertanya kepada Dok-mi siapa pria itu (Enrique) ? Enrique memperkenalkan dirinya adalah tetangganya. Dulu kami seperti Romeo dan Juliet tapi sekarang kami sudah berteman. Dalam hati Do-hwi, Dok-mi begitu beruntung bisa bertemu dengan pria yang tampan.
Terjadi keributan di antara para pendemo Do-hwi pergi ke sana untuk melihat apa yang terjadi. Enrique pun sama, tapi Dok-mi menarik lengannya. Enrique melihat Dok-mi bergetar dan menangis. Enrique bingung apa yang terjadi, tiba-tiba Dok-mi pingsan di pelukan Enrique.
Enrique memanggil Dok-mi, “kamu sudah sadar sekarang!! Aku pikir kamu seharusnya di periksa oleh kakakku, dia seorang dokter. Sebentar lagi dia akan pulang.” Mendengar hal itu Dok-mi buru-buru pamit untuk pulang. Enrique menahannya untuk tidak pulang. Ia memohon kepada Dok-mi untuk tetap berada di sana. Ia berkata, ”bisakah kamu membantuku? Aku akan memulai sesuatu yang sulit aku harap kamu tidak pergi”. Terdengar ada yang membunyikan kode pintu dan Tae-joon masuk ke dalam. Ia melihat Dok-mi di sana.
source : http://www.pelangidrama.net/2013/01/sinopsis-k-drama-flower-boy-next-door_25.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment