Monday, January 21, 2013

Sinopsis Nice Guy Episode 2



Jae Hee panik melihat jarum yang akan ditusukkan ke leher Eun Gi. Ia berteriak menyuruh Maru untuk membatalkan tindakannya, karena ia bukanlah dokter dan Eun Gi bisa saja mati.


Tapi Maru tak mempedulikan Jae Hee. Dengan yakin ia menusukkan jarum suntik ke dada Eun Gi, dan menarik air dari paru-paru Eun Gi. Saat yang tertarik adalah darah, maka ia langsung menyetopnya.

Tanpa menoleh pada Jae Hee, Maru memberitahukan pramugari kalau kondisi pasien sudah stabil untuk sepuluh menit ke depan dan tugasnya sudah selesai.

Maru berjalan sempoyongan keluar dari ruang eksekutif dengan keringat di wajah. Tak dapat menyangga tubuhnya sendiri, ia meraih sandaran kursi terdekat untuk berpegangan. Pertemuan itu jelas menggoncangkan perasaannya.

Dan Jae Gil juga tak memperingan perasaannya. Dalam perjalanan pulang, Jae Gil yang duduk di belakang memborbardir pertanyaan pada Maru yang sedang menyetir.
Hah, duduk di depan napa? Emang Maru supirnya Jae Gil? Dan pertanyaan Jae Gil malah seperti ibu-ibu yang bergosip.


“Apakah wanita itu benar-benar Jae Hee? Kabarnya dia menjadi istri dari pimpinan grup Tae San. Tapi kau tak mau percaya. Kau bahkan memukuliku saat aku memberitahukanmu. Sebenarnya aku sudah curiga dengannya. Dulu saat kau masuk penjara, awalnya saja ia selalu mengunjungimu setiap hari. Tapi kemudian ia datang hanya sekali sebulan. Begitu pula bulan berikutnya.

Ada apa sebenarnya? Dan juga aku tak percaya kalau kau dapat membunuh. Walaupun temperamenmu sangat keras, tapi kau adalah dokter yang suka menyelamatkan orang.”

Maru membelokkan mobilnya dan mengerem mobil mendadak membuat Jae Gil kaget. Dengan ketus Maru berkata, “Aku bukan supirmu! Kenapa kau selalu duduk di belakang?”

Tanpa menunggu jawaban dari Jae Gil, Maru keluar mobil. Jae Gil kaget dengan sikap Maru dan berteriak pada Maru yang sudah berjalan kaki pergi, “Ini kan kebiasaan! Aku selalu dimanja. Aku duduk di depan, deh..”


Tapi Maru tetap pergi, membuat Jae Gil berteriak putus asa. “Hei, Maru! Kau mau kemana? Aku kan nggak bisa nyetir!”
Heheh.. ternyata Jae Gil ini Mama boy banget..


Maru keluar mobil sebenarnya bukan karena terpaksa menyupirii Jae Gil. Tapi lebih karena pertemuan yang baru saja ia alami. Ia teringat pada pertemuan pertamanya dengan Jae Hee. Saat itu ia sedang mencuci celana adiknya, Choco, yang masih ngompol padahal sudah bukan balita lagi.

Tiba-tiba Jae Hee lari masuk ke dalam halaman rumahnya dengan ketakutan  dan meminta mereka menyembunyikannya. Maru dan Choco hanya bengong melihat mereka. Tapi Maru masih bisa menunjuk ke dalam rumahnya, yang segera lari menuju arah telunjuk Maru.

Dan benar saja. Tak lama kemudian ada seorang pemuda yang mencari Jae Hee, yang langsung pergi saat tak menemukan gadis yang dicarinya.

Maru masuk rumah dan mengambil kotak P3K dan berkata kalau ia akan menjadi dokter saat ia besar nanti. Jae Hee tersenyum dan memperkenalkan dirinya, yang dijawab oleh Maru yang membalas senyumannya, “Aku tahu dirimu. Kau adalah gadis paling cantik di lingkungan kita ini.”

Hubungan mereka terus berlangsung hingga mereka kuliah. Saat itu Maru telah mencapai separuh cita-citanya. Ia berbaring di taman sambil membaca buku Kedokteran. Di sampingnya, Jae Hee duduk dan mengeluh tentang hasil ujiannya yang mungkin gagal lagi, sementara Maru selalu mendapat nilai terbaik.

Ia juga merentet pertanyaan tentang gadis kaya yang mengejar-ngejar Maru. Apakah Maru tak tertarik? Kalau Maru mau berkencan dengan gadis itu, berbagai kesempatan akan terbuka bagi Maru. Walau latar belakang keluarganya tidaklah bagus, tapi kualitas dan pribadi Maru sangatlah menawan. Ia merunut semua keunggulan Maru. Maru benar-benar pantas untuk diuber.

Tapi Maru tak menanggapi, malah dengan acuh ia bertanya, “Kalau begitu, apakah noona mau menguber? Sebenarnya aku ingin kau yang menguberku. Tapi jika kau tak mau, ya tak apa-apa.”

Buru-buru Jae Hee mengiyakan. Kata-kata Maru tak boleh ditarik lagi dan Maru adalah miliknya.


Ingatan Maru kembali di masa kini. Namun ia masih dapat melihat bayangan dirinya dan Maru yang bercanda saat makan di sebuah warung. Kenangan itu menjadi kenangan pahit baginya.


Ia berkata pedih pada dirinya sendiri, “Cukup. Hentikan semuanya. Dia yang sekarang sudah bukan dia yang dulu lagi. Ini adalah titik akhir.”

Joon Ha mengunjungi Eun Gi di rumah sakit. Ia tak dapat menyembunyikan komentarnya pada Eun Gi yang sudah duduk memeriksa dokumen kantor sambil mengunyah ayam goreng.


Tapi Eun Gi cuek, malah bertanya tentang penyelamatnya yang bukan dokter, “Dan ia berani-beraninya mempercayakan nyawaku pada orang yang bukan dokter? Tahu nggak sih kalau si bukan dokter itu membuatku hampir mati?”

Dengan kalem Joon Ha menjawab kalau kenyataannya Eun Gi baik-baik saja. Eun Gi bertanya lagi tentang ibu tirinya dan si bukan dokter itu yang sepertinya saling mengenal. Tapi Joon Ha tak tahu mengenai hal itu.

Eun Gi menerima telepon yang memberitahukannya kalau Jae Hee baru saja menarik uang 1 milyar Won dari rekeningnya. Ia menyuruh anak buahnya untuk membuntuti Jae Hee pergi.

Anak buah Eun Gi membuntuti Jae Hee yang mendatangi rumah Maru dengan membawa buah dan kantung belanjaan bermerek. Belum sempat Jae Hee melewati pintu gerbang rumah Maru, ia melihat Jae Gil sedang berbicara dengan sepasang suami istri. Ia memperhatikan apa yang sedang terjadi di dalam.

Si suami marah-marah pada Jae Gil, menyuruh Maru untuk keluar menemuinya. Ia tak percaya ucapan Jae Gil yang mengatakan Maru sedang keluar negeri. Ia juga tak mau ditenangkan oleh istrinya. Dengan bukti foto Maru di handphone istrinya,  ia tak akan melepaskan Maru yang telah menghancurkan rumah tangga orang.
Jae Gil membantah hal itu karena prinsip Maru adalah tak mengganggu rumah tangga orang. Bahkan gigolo pun memiliki prinsip. Ia menduga kalau si istri hanyalah fans Maru karena bukti yang dimiliki si istri hanyalah foto itu.


Saking kesalnya karena si suami tak percaya, Jae Gil mengambil sebatang kayu dan mematahkan dengan kepalanya (!)
Si Mama Boy ini kuat juga..

Bantahan Jae Gil malah membuat si istri yang tadinya tenang, menjadi belingsatan karena mendapat sebuah ilham baru, “Apakah ia mau menerimaku kalau aku telah bercerai?”

Dan ting! Ia berteriak, “Ayo kita bercerai!” Dan si istri itu langsung lari keluar, mungkin mempersiapkan dokumen talak. Hanya suaminya yang terbengong-bengong dan kemudian berteriak, “Sayaaanngg.. kau adalah satu-satunya milikku.”

Suaminya mengejar si istri dan memohon-mohon, kali ini menyalahkan global warming sebagai penyebab kekisruhan dunia dan rumah tangga mereka. LOL.

Setelah pasangan suami istri itu pergi, Jae Hee menemui Jae Gil dan bertanya apakah wanita tadi menyukai Maru? Sebenarnya apa yang terjadi pada Maru?

Yang terjadi pada Maru adalah ia sedang membawa Choco ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin dan ia lega mendengar kalau Choco baik-baik saja. Walaupun saat keluar dari ruang praktek dokter,Choco mengatakan kalau ia masih sakit. Maru mengangguk-angguk tapi Choco tetap bersikeras kalau ia tidak pura-pura dan meminta kakaknya untuk percaya.


Maru akhirnya menatap Choco dan mengatakan kalau Choco memang terlihat sakit. Maka Choco tak boleh minum-minum dan pergi bersenang-senang, Choco langsung mengeluarkan tantrumnya, “Aku tak boleh melakukan apapun, tak boleh sekolah. Apa ini yang namanya hidup? Harusnya aku mati saja!”


Dan Choco menyalahkan Maru yang  lebih memilih untuk menemui Jae Hee dan meninggalkannya saat ia sekarat, “Semua ini salah Kakak karena aku tersiksa seperti ini. Kalau aku mati, itu juga salah Kakak!”

Seolah ingin menyiksa Maru lebih lama lagi, Choco menyuruh Maru untuk menggendongnya di punggung dengan alasan ia telah capek berteriak-teriak.


Dan kata-kata Jae Gil pada Jae Hee seakan mencerminkan apa yang dilakukan oleh Maru saat ini. Setiap kali Choco pingsan, Maru harus mengeluarkan ratusan ribu Won. Ayah Maru telah meninggal karena serangan jantung akibat tak kuat akan penderitaan yang mendera keluarganya. 


“Maru ingin menjual organ tubuhnya, tapi jika uang itu diperoleh pun, tak akan dapat menutup seluruh hutang keluarga. Di Korea, mantan narapidana tak akan mampu bekerja layak untuk menutup hutang dan membayar biaya rumah sakit.
Tapi Jae Gil tak melihat mimik Jae Hee yang berubah. Ia melanjutkan,  “Choco adalah segalanya bagi Maru. Jika tak ada Choco, Maru pasti akan mengakhiri hidupnya sejak dari dulu. Sekarang ia berbuat apapun demi adiknya. Mengapa Tuhan sangat kejam padanya?”
Jae Hee tercenung mendengar kata-kata Jae Gil, “Mengapa Maru tak pindah dan mencari rumah yang lebih baik lagi?”
“Itu karenamu,” jawaban Jae Gil mengagetkan Jae Hee. “Jika kami pergi, maka kau tak akan dapat menemukan kami. Ia tak percaya kalau kau sudah pindah ke lain hati. Ia tak mau mendengarkanku. Maka kami menunggu kedatanganmu setiap hari.”

Kata-kata Jae Gil seolah tamparan keras bagi Jae Hee. Di mobil ia hanya menunduk terpekur, sehingga tak menyadari kalau Maru telah pulang ke rumah. Maru mengalah dan ia membawa pulang Choco dengan menggendongnya.

Di rumah, setelah ia menidurkan Choco, Jae Gil memberitahu kalau Jae Hee baru saja kemari. Betapa geramnya Maru saat menyadari kalau Jae Hee memberikan bingkisan dan uang  padanya.

Maru segera berlari keluar dan mencari Jae Hee. Tapi sosok Jae Hee tak dapat ia temukan. Ia hanya dapat menahan kegeramannya dan meremas amplop uang itu.
Duh, kayanya Jae Hee tak pernah mendapat kuliah Meminta Maaf 101. Jangan pernah memberikan uang sebagai ganti rugi janji yang pernah dikatakan, apalagi janji itu adalah ‘Aku tak akan pernah melupakan hutangku ini. Aku akan menebusnya seumur hidupku.”

Karena itulah kata-kata yang ia ucapkan pada Maru di hari bersejarah, saat Maru menyuruh Jae Hee meninggalkan TKP dan menyampirkan baju kotak-kotaknya di badan Jae Hee.

Sialnya lagi, di halaman rumah Jae Hee dicegat oleh Eun Gi yang sudah keluar dari rumah sakit. Mulanya Eun Gi berkata-kata manis, meminta Jae Hee untuk memberitahu pihak rumah sakit kalau ia sudah sembuh dan berterima kasih padanya. Berkat Jae Hee, ia dapat selamat saat ia pingsan di pesawat kemarin.

Jae Hee menyangkal, bukan ia yang menyelamatkan tapi dokterlah yang menyelamatkannya. Eun Gi mengatakan kalau penyelamat itu bukanlah dokter yang langsung diamini oleh Jae Hee. Tapi walaupun penyelamat itu bukan dokter, tapi ia sangatlah hebat karena mampu menyelamatkan Eun Gi.

Eun Gi tersenyum sinis mendengarnya, “Apakah kau menemuinya? Penyelamat yang bukan dokter tapi sangat hebat? Dan mengapa kau memberinya uang 1 milyar won?”

Jae Hee kaget mendengar ucapan Eun Gi. Tanpa basa-basi Eun Gi mengakui kalau ia memang menyuruh orang untuk memata-matai Jae Hee pergi sejak minggu pertama ibunya diusir keluar dari rumah ini, “Aku ingin balas dendam. Aku akan menemukan kelemahanmu dan menendangmu keluar dari rumah ini, seperti yang dulu kau lakukan pada ibuku,” katanya geram.
Jae Hee tercengang mendengar kata-kata Eun Gi yang baginya terlalu kasar. Dengan muka polos, ia mengatakan kalau ia memberikan uang itu sebagai balas jasa karena telah menyelamatkannya.

Eun Gi tertawa mendengar kata-kata Jae Hee. “Kau ingin aku mempercayainya? Kau memberinya uang sebagai balas jasa karena menyelamatkanku? Atau sebagai balas jasa karena membunuhku seolah ketidaksengajaan di pesawat terbang?”
Whoaa.. Eun Gi keren banget. Ia bukanlah Cinderella. Ia tak takut, bahkan menyerang balik ibu tirinya.

Maka Jae Hee mengubah taktik dan berkata kalau si penyelamat itu mengetahui kalau Eun Gi dulu pernah memakai narkoba tujuh tahun yang lalu saat Eun Gi di Amerika.Pria itu mengancamnya akan membocorkan hal ini pada media sehingga ia harus membayar pria itu.

Eun Gi terdiam, dan Jae Hee pun meneruskan kalau Eun Gi harusnya lebih berhati-hati karena jika Dewan Direksi tahu mengenai hal ini, maka Eun Gi tak dapat mewarisi perusahaan Tae San.

Eun Gi tak dapat membalas kata-kata Jae Hee. Ia memang pernah terlibat narkoba saat itu. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah pacarnya memohon padanya agar Eun Gi mau mengakui kalau narkoba itu adalah miliknya, “Aku akan membantumu jika kau mau membantuku. Bahkan ayahku berkata kalau ia akan membantu menolong perusahaan Tae San yang sekarang sedang dalam masalah.”

Maka di kamar Eun Gi menelepon mantan pacarnya yang sekarang sudah berkeluarga dan memiliki bayi. Apakah mantannya itu masih mengingatnya?


Ia menelepon pria untuk mengatakan kalau saat itu ia mau dikambinghitamkan bukan karena ingin menyelamatkan Tae San, tapi karena cinta. Sebelum pria itu menjawab pengakuan Eun Gi, Eun Gi mengatainya, “Bajingan” dan menutup teleponnya.

Handphonenya berbunyi lagi. Dari mantannya lagi. Tapi Eun Gi tak mau mengangkatnya, maka ia malah mencemplungkan handphone itu ke dalam aquarium. Heh.. sayangnya..

Sementara itu di tengah hujan di dalam mobil, Maru mendapat telepon dari Jae Gil yang berteriak gembira kalau ia tak akan pulang ke rumah karena suatu urusan. Dan Jae Gil melarang Maru untuk menghubunginya karena ia tak ingin dibebani oleh biaya roaming luar negeri.

Ha. Dan urusan itu sepertinya berhubungan dengan gadis yang ada dalam pelukannya.  Saat tahu kalau Maru ingin mengembalikan uang itu, ia menganjurkan agar Maru menyimpan 10% dan mengembalikan 90% sisanya, “Karena baginya, uang segitu adalah untuk membeli beberapa tas bermerek.”

Maru melirik amplop yang ada di kursi samping. Ia tak mengiyakan, malah meminta Jae Gil agar mengurusi wanita yang dalam pelukannya saja.

Di rumah Eun Gi, rupanya makan siang adalah internal meeting perusahaan karena Joon Ha dan pengacara Ahn Min Young juga hadir. Ayah menyelesaikan makannya terlebih dulu dan mengajak pengacara Ahn untuk masuk ke kamar kerjanya.


Di depan Jae Hee, Eun Gi bertanya pada Joon Ha tentang kelanjutan laporannya pada polisi. Dengan santai Eun Gi memberitahu Jae Hee kalau ia ingin menuntut pria yang melakukan pemerasan pada Jae Hee.

Jae Hee menggenggam sumpitnya lebih erat, mencoba menyembunyikan perasaannya. Genggamannya lebih erat saat Eun Gi mengajarinya untuk tak takut pada orang-orang seperti itu. Ia telah melaporkan kasus ini pada polisi, tapi menurut Joon Ha, polisi meminta pernyataan resmi dari si korban pemerasan.
Ohh.. ternyata Cinderella melakukan serangan balik.

Namun serangan balik itu tak hanya mengenai Jae Hee, tapi menimbulkan akibat yang lebih besar pada Maru. Karena Maru telah berdiri di depan rumah Jae Hee dengan membawa amplop uang pemberian Jae Hee. Ia melihat kepergian Eun Gi dan Joon Ha.
Berdiri di depan pintu pagar lama, Maru bukannya memencet bel untuk menemui Jae Hee langsung, ia malah menulis pesan di amplop uang dan kemudian memasukkannya ke dalam kotak pos.

Dan ia harus buru-buru pulang karena mendapat telepon dari Choco yang panik. Ada polisi yang mencarinya dan menggeledah kamarnya.

Salah satu polisi memperkenalkan diri dan meminta Maru untuk ikut dengannya, karena dia menjadi tersangka, “Han Jae Hee menuntut Kang Maru untuk kasus pemerasan.”
Maru tersentak kaget, “Apa yang kau bilang?”
Choco menangis membela kakaknya, “Untuk apa kakakku melakukannya? Ia tak akan pernah melakukan hal seperti itu!”

Tapi polisi tetap memintanya untuk ikut ke kantor polisi maka Maru pun digiring pergi. Di bawah hujan lebat, Choco mengejar kakaknya dan memohon agar kakaknya tak dibawa pergi. Maru meminjam payung dan memberikan pada Choco. Tapi Choco menepis payung itu. Maru tak bersalah, kenapa harus dibawa pergi? 


Maru menenangkannya dan menyuruh Choco untuk segera masuk kedalam, “Keringkan tubuhmu, ganti baju dan masaklah air untuk minum obat.”

Choco tak mau. Kalau Maru tak masuk ke dalam rumah sekarang, ia juga tak mau. Maru mulai hilang kesabarannya dan mengatakan kalau dokter melarangnya untuk berhujan-hujan. Tapi Choco tak peduli, “Memang kenapa kalau mati?”

“Kalau begitu mati saja. Kau kehujanan di sini dan akan mati, bodoh!” teriak Maru kesal.

Di kantor, Eun Gi termenung menatap hujan. Begitu pula dengan Jae Hee yang berada di mobil menuju kantor polisi bersama Pengacara Ahn.

Jae Hee sudah sampai di depan kantor polisi dan hujan juga telah berhenti. Tapi Jae Hee tak kunjung keluar dari mobil hingga Pengacara Ahn memintanya untuk turun.

Di ruang pemeriksaan, Jae Hee dihadapkan dengan Maru yang hanya terdiam memandang tajam padanya. Namun Jae Hee pun juga diam. Saat penyidik bertanya apakah Maru memeras Jae Hee untuk mendapatkan uang 1 milyar won, Jae Hee diam ragu untuk menjawab.

Berkali-kali ia ditanyai, tapi berkali-kali pula ia tetap diam, ragu memberikan pernyataan palsu di bawah tatapan tajam Maru. Hanya ketika pengacara Ahn memintanya untuk menjawab, Jae Hee mengiyakan semua.
Sedangkan Maru yang sebelumnya menyatakan dirinya tak bersalah, terus menerus diam saat dikonfrontasi apakah benar dirinya tak bersalah. Seolah tak mendengarkan pertanyaan penyidik, ia hanya menatap Jae Hee, dan dalam benaknya ia berkata,
“Kau dan aku sekarang.. adalah dua orang yang hidup di dunia yang berbeda. Aku sudah mengetahuinya dari dulu. Sebenarnya kau tak perlu melakukan hal ini karena  aku akan membiarkanmu berbahagia dengan pria lain.”

Jae Hee pulang dengan hati berat. Hatinya terasa lebih berat lagi saat menerima amplop uang dari pembantunya. Maru ternyata tak mau menerima uangnya.

Di ruang kerja, Eun Gi dimarahi habis-habisan oleh ayahnya karena keputusannya meluluskan permintaan dari Serikat buruh yaitu mengubah status pekerja kontrak menjadi permanen. Namun menurut Eun Gi, hal ini sudah sewajarnya. Ia sudah memperhitungkan semua biayanya. Dan jika ayahnya menganggap kalau keputusannya ini memberatkan perusahaan, maka ayahnya salah, karena perusahaan mampu menanggung pengeluaran ini.

Ayah marah hingga melempar asbak ke dinding. Tapi Eun Gi tak bergeming, walaupun pecahan kaca menggores pipinya hingga berdarah. Namun kata-kata ayah berikutnyalah yang menggores hatinya,

“Kau masih tetap gadis kecil yang bodoh. Sampai kapan aku harus menunggumu? Aku masih memiliki banyak pilihan selain dirimu. Ada ibu Eun Seuk dan juga Eun Seuk. Jika kau tak mampu mengatasinya, pergilah sekarang. Seperti ibumu yang dulu melarikan diri.”
Damn.. ayah Eun Gi ini egoisnya amit-amit atau buta hati, sih?

Di dalam kamarnya, Eun Gi menempelkan band aid ke lukanya, tak merasa sakit sedikitpun. Bagaimana merasa sakit kalau hatinya jauh lebih sakit?

Jae Hee menemui Eun Gi yang duduk di ruang tengah. Eun Gi menanyakan kelanjutan kasus pemerasan itu, yang kabarnya dihentikan karena tak cukup bukti. Namun Eun Gi tak  akan melepaskan kasus ini karena uang itu telah menghilang. Kemana uang 1 milyar won itu?

“Uang itu ada ditanganku,” jawab Jae Hee
“Kenapa?”

“Karena dia gagal menjalankan misinya. Aku menyuruhnya untuk membunuh anak suamiku dari pernikahannya yang pertama. Tapi ia gagal. Namun jangan lupa kalau kau 7 tahun yang lalau kau pernah ditahan karena memiliki narkoba namun dibebaskan. Jika para pemegang saham mengetahuinya, kau tak akan mampu mewarisi perusahaan ini,” Jae Hee mulai mengeluarkan cakarnya. “Kau masih muda, dan sepertiga pemegang saham sudah tak menyetujuimu. Aku dan Eun Seuk berterima kasih padamu, karena informasi ini akan membuatmu pergi.”

Eun Gi tak mengkeret mendengar ancaman Jae Hee. Lantas kenapa kalau ia pernah ditahan? “Apakah kau ingin memberitahukan hal ini pada para pemegang saham sekarang?”

Jae Hee tertawa. Ia tak berencana melakukan permainan itu karena pasti akan membosankan. Kalau Eun Gi sudah bisa menyamainya, maka ia akan bermain dengan Eun Gi. “Saat itu mari kita bertanding. Apakah kau yang menang dan aku mati ataukah sebaliknya. Untuk sekarang ini, jangan paksa aku hingga aku membocorkan rahasiamu.”

Ughh.. ibu tiri ini benar-benar kejam. Walau di depan anak kandungnya, ibu tiri menjadi ibu penyayang yang membacakan dongeng sebelum tidur bagi Eun Soo.

Sedangkan Cinderella menjadi upik abu dengan lembur mengerjakan dokumen-dokumen kantor. Walaupun upik abu itu bekerja sukarela untuk melepaskan kekesalannya. Tapi dengan menenggak minuman keras. Akhirnya ia tertidur di meja rapat.

Dan pangeran? Ada di penjara, terpekur di kegelapan.

Keesokan paginya, ia dibebaskan. Sesampainya di rumah, ia mencari Choco, mungkin ingin berbaikan. Namun ia tak menemukan adiknya walau ia mencari di seluruh penjuru rumah dan halaman. Ia mulai khawatir karena bayangan Choco pun juga tak ada.

Hingga salah satu tetangganya memberitahu kalau Choco sekarang ada di rumah sakit. Kemarin Choco mengejar Maru di tengah hujan lebat, dan ia pingsan di dekat bukit. Salah satu tetangganya menelepon rumah sakit, dan pihak rumah sakit langsung membawanya.

Maru segera pergi menuju rumah sakit. Di ICU, Choco tergeletak tak sadarkan diri, dengan selang oksigen dan infus terpasang di tubuhnya. Maru terduduk lunglai melihat kondisi adiknya yang seperti orang tidur, dan ingatan akan kejadian kemarin menghantamnya.


Bagaimana ia menyuruh Choco untuk mati saja di tengah hujan deras dan bagaimana Choco yang menuduhnya lebih memilih Jae Hee daripada dirinya. Dan jika nanti Choco mati, maka semua itu adalah salah Maru.

Ia meraih tangan Choco, sepertinya menyesal. Tapi apakah benar menyesal? Mungkin lebih dari itu, karena saat ia mengangkat wajahnya, matanya menyiratkan sebuah ambisi.

Sepertinya Eun Gi melepas stress dengan mengendarai motor balapnya. Saat di jalan beraspal, ia ngebut menyalip sana sini. Saat belok ke jalan tanah dan berpasir, kecepatan motornya tak  dikurangi, malah semakin ditambah.

Naluri bersaingnya muncul saat ada pengendara motor melompat dari atas dan menyalipnya. Eun Gi tak mau kalah, ia semakin mempercepat laju kendaraannya. Jadilah mereka berdua saling menyalib.

Akhirnya Eun Gi memenangkan round ini karena lawannya tak berhasil menghindari batang pohon yang melintang di jalan hingga terjatuh.

Namun nasib baik tak berpihak padanya. Rem tangannya tiba-tiba blong dan sepeda motornya tak mau berhenti padahal tebing sudah di depan mata. Segera Eun Gi memutar motornya 360 derajat hingga motor itu berhenti.


Di pinggir jurang.

Dan terjatuh. Begitu pula Eun Gi. Panik, Eun Gi meraih apapun yang dapat ia jadikan pegangan, dan itu adalah dahan pohon mati. Untuk beberapa saat it tergantung di pinggir jurang, mencari pijakan.

Tak mendapat pijakan, ia mencoba mengangkat tubuhnya menuju mulut jurang. Tapi hal itu malah memperlemah pegangan tangannya. Dan ia terjatuh..

.. jika saja tak ada tangan yang menangkap tangannya.

Maru.

source : http://www.kutudrama.com/2012/09/sinopsis-nice-guy-episode-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment