Tuesday, January 22, 2013

Sinopsis Nice Guy Episode 4




Keesokan harinya, Maru lari pagi mengelilingi lingkungan rumahnya. Tapi sosok Jae Hee terbayang di matanya. Mulai saat pertemuan mereka di pesawat, di kantor polisi dan pertemuan mereka semalam saat ia melihat Jae Hee mencium Min Young. 
Menjadi seperti apakah Jae Hee sekarang?
Sementara itu Jae Hee pun juga jogging di treadmill. Ia juga masih terbayang saat Maru memergokinya bersama Min Young. Ia juga melihat Maru mengantarkan Eun Gi. Pertemuan itu bukan kali terakhir mereka, karena Eun Gi penasaran dengan Maru dan mengajaknya untuk bertemu lagi esok dan keesokan harinya lagi.  
Maru tersenyum mendengar ajakan Eun Gil, “Seberapa pagi kita akan bertemu?”
Teringat akan hal itu, Jae Hee kehilangan focus dan berhenti di treadmill yang masih berputar. Hampir saja ia mundur terjatuh kalau saja Eun Gi tak memamtikan treadmill dan memeganginya.
Eun Gi menyindir Jae Hee, mengapa ia tak berhati-hati saat lari? Patut disayangkan jika nanti pernikahannya berantakan hanya karena wajahnya terluka. Walau ia sudah berhasil menggaet ayahnya, tapi banyak hal yang lain yang tak mudah untuk diraih di dunia ini.
Di ruang ganti, Jae Hee menanyai Eun Gi tentang Maru. Siapa pria yang mengantarkannya pulang? Bagaimana mereka bertemu dan apa hubungan mereka? Eun Gi tak menjawab pertanyaan Jae Hee karena, “Sejak kapan kau tertarik dalam kehidupan pribadiku?”
Tapi Eun Gi merasa murah hati untuk menceritakan kalau yang Jae Hee lihat kemarin malam adalah yang sebenarnya. Ia tertarik pada Maru dan ingin mengenalnya lebih jauh. Jae Hee mengingatkan Eun Gi kalau Eun Gi tak mengenal pria itu dengan baik.
Eun Gi tersenyum dan bertanya, “Kalau begitu apa kau mengenalnya? Karena kau mengenalnya maka kau sekarang panik? Omo.. Apakah kau menyukai pria itu?”
“Pria itu mendekatimu lebih karena statusmu saja,” kata Jae Hee mengabaikan sindiran Eun Gi.
Eun Gi menenangkan Jae Hee karena ia dapat mengatasi orang-orang seperti itu, dan bahkan, “Bukannya orang itu seperti kau yang dulu?” Eun Gi tak peduli kalau pria itu mendekati hanya karena kekayaannya. Ia tertarik pada pria itu dan ia sudah terbiasa dengan Jae Hee jadi Jae Hee tak perlu khawatir.
Eun Gi meninggalkan Jae Hee yang masih mencoba meneriakkan kata-kata yang penuh kekhawatiran padanya, “Kau bisa saja terluka karena dia!”
Oh, please.. sejak kapan Jae Hee menjadi ibu yang sangat baik dan penuh perhatian?
Choco masuk ke kamar Maru dan menemui Maru yang sedang bersiap-siap untuk pergi. Ia minta maaf akan kepergiannya pada ibu kandungnya yang akhirnya menyusahkan Maru. Ia mengkhawatirkan Maru, apakah ia terluka karena kejadian kemarin? Dengan kalem Maru menenangkannya.
Tapi Choco masih merasa menyesal karena ia tak dapat menolong Maru lebih banyak lagi. Walau begitu, ia membesarkan hatinya sendiri dengan mengatakan kalau selama ini  ia telah membantu Maru dengan memasak dan membersihkan rumah. Dan waktu SMA dulu, Choco pernah menyelamatkan Maru yang berkelahi dengan melemparkan botol saos ke lawan Maru.
Mengingat saat itu, Choco terlihat senang. Dan melihat Choco senang membuat Maru tenang. Ia berterima kasih karena, “Kau telah menjaga oppa agar tetap hidup lebih baik.”
Dan yang berikutnya terjadi adalah Choco  mengikuti ajang pencarian bakat. Sepertinya ia bertekad mencari uang untuk membantu Maru atau ia memang ingin menjadi seorang penyanyi. Tapi ia duduk dengan gelisah, memegang erat microfon yang ia bawa dari rumah. 

Berbagai peserta unjuk kemampuan, bahkan salah satu peserta menyanyikan Gangnam Style dengan caranya sendiri, membuat para juri tertawa. Bukannya hal itu membuat Choco semakin tenang, tapi malah semakin gemetar. Apalagi setelah giliran peserta Gangnam Style , selanjutnya adalah gilirannya.
Dapat diduga, Choco gagal pada detik pertama. Yang keluar dari mulutnya bukanlah suara merdu, tapi suara seperti orang kejepit pintu. Para juri menggeleng kecewa, dan walaupun Choco meminta satu kesempatan lagi, mereka menolaknya karena antrian peserta sangatlah panjang.
Selesai penjurian, Choco pergi ke restroom untuk menyesali kegugupannya padahal dia yakin bisa melakukan dengan baik. Kebetulan seorang gadis kecil keluar dari  toilet dan bertanya apakah gadis kecil itu mau mendengarkannya ia bernyanyi? Orang-orang memanggilnya Mariah Carey dari Timur.
Gadis kecil itu mengangguk dan tersenyum gembira. Tapi senyumannya hilang saat mendengar suara Choco yang masih tetap gemetar saat bernyanyi. Tanpa basa-basi, ia langsung keluar dari restroom.
Haduh.. si Choco demam panggung akut, nih..
Choco kecewa melihat satu-satunya penonton pergi. Akhirnya ia mengeluarkan penonton dari dalam sakunya. Ia membuka handphone dan membuka salah satu foto.. Jae Gil. Aww… si adik kecil ini naksir sahabat kakaknya?
Dengan wajah Jae Gil terpampang di layar handphone-nya, Choco menaruh handphone itu di atas tempat sabun dan mulai bernyanyi untuk Jae Gil. Choco menyanyikan lagu IU, dan betapa mengejutkan, karena ia menyanyikannya dengan baik.
Selesai menyanyi, ia berkata pada (foto) Jae Gil, “Oppa, bukankah aku menyanyikannya dengan baik?”
Tentu saja Jae Gil tak menjawab, tapi ada yang muncul di kaca. Gadis kecil itu melongokkan kepalanya dari pintu dan tersenyum pada Choco. Choco terkejut melihat gadis itu pasti mendengar ‘pembicaraannya’ dengan Jae Gil. Maka ia buru-buru berkata, “Aku bukan eonni yang gila.”
Joon Ha pergi ke daerah tempat Maru tinggal. Pada seorang ibu, yang katanya sudah tinggal di daerah sini lebih dari 10 tahun, ia menunjukkan foto Jae Hee dan bertanya, apakah ibu mengenalnya? Ibu itu melihat foto Jae Hee dan berkata kalau ia tak mengenal wanita itu.
Joon Ha ragu mendengarnya. Benarkah? Dengan canggung, ibu itu meyakinkan Joon Ha kalau ia sudah lama tinggal di sini, dan ia tak mengenal wanita di foto itu.
Tanpa Joon Ha sadari, ada seorang pria yang membuntutinya. Pria itu kemudian menelepon Min Young dan melaporkan kalau Joon Ha sedang menggali informasi tentang Jae Hee. Namun ia memastikan kalau tak seorang pun di daerah ini yang akan membocorkan jatidiri Jae Hee, karena ia telah memberikan uang yang cukup untuk tutup mulut.
Min Young teringat kebersamaannya bersama Jae Hee semalam. Sebelum Jae Hee menciumnya, Jae Hee berkata kalau ia tahu kalau Min Young sudah menyukainya sejak awal mereka bertemu. Dan Min Young pun teringat pertemuan mereka.
Saat itu ia melihat Jae Hee yang tiba-tiba masuk ke dalam lift eksekutif, dengan alasan lift karyawan sudah penuh. Saat sekretaris Min Young meminta Jae Hee keluar dan menyuruhnya untuk menunggu lift karyawan, Jae Hee langsung mengkritik perusahaan Tae San yang munafilk. Katanya Tae San adalah perusahaan milik karyawan namun mengapa untuk urusan lift saja mereka diskriminatif?
Jae Hee memperkenalkan diri sebagai wartawan junior dari HBS yang akan mewawancarai presiden direktur Tae San dan mengancam akan memasukan insiden ini ke dalam liputannya.
Hmm.. saat itu Jae Hee sudah tahu kalau Pengacara Ahn Min Young menyukainya? Dan kemudian ia menikah dengan ayah Eun Gi? Tak jadi menangkap ikan ini karena ada ikan lain yang lebih besar? Setelah ikan besar didapat, sekarang ikan kecil pun diembat? Ckckck…
Ayah Eun Gi tanpa basa-basi bertanya padanya, “Menurutmu, bagaimana kepribadian ibunya Eun Suk? Aku tak pernah bisa mempercayai wanita. Tapi Han Jae Hee.. dia orang yang berbeda, kan? Ia tak akan mengkhianatiku, kan?”
Mulanya Min Young tak mau memberikan penilaian, karena yang mereka bicarakan adalah istri Presdir. Tapi setelah didesak, ia memberi jawaban, “Tapi cintanya pada anda sama besar dengan ketulusan dan pengabdiannya.”
Eun Gi keluar dari fitness center yang segera disusul oleh Jae Hee. Seperti ingin menunjukan kalau ia adalah ibu yang baik, Jae Hee memanggil Eun Gi dan sambil tersenyum, ia membetulkan kerah baju Eun Gi yang sedikit terlipat.
Tapi senyum itu memudar saat ada seseorang memanggil Eun Gi. Maru.
Maru menghampiri Eun Gi yang tak dapat menyembunyikan keterkejutannya karena Maru datang dan menungguinya. Maru tersenyum dan berkata kalau bukankah mereka berjanji untuk saling bertemu sesaat setelah mereka bangun pagi?
Eun Gi membalas senyuman Maru dan bertanya apakah ia sudah menunggu lama? Maru tak menunggu lama, “.. hanya dua jam saja.”
Aww.. kalau tak ada agenda di balik cute overload antara Maru dan Eun Gi, pasti sangatlah manis.
Jae Hee cemas melihat keakraban anak tiri dan mantan pacarnya. Lebih cemas lagi saat Maru menyapanya dan mengatakan kalau ia sempat melihat Jae Hee semalam. Eun Gi memperkenalkan Jae Hee pada Maru sebagai wanita yang akan menikahi ayahnya.
Maru mengangguk dan berkata kalau ia pernah melihat Jae Hee di TV sebelumnya. Bukankah Jae Hee adalah wartawan yang sering berbicara tentang ketidakadilan strata sosial dan bagaimana etika dan hati nurani tak boleh berkompromi.
Eun gi mengangkat alis, seakan terkejut kalau masih ada yang mengenal Jae Hee sebagai wartawan. Sambil menatap mata Jae Hee, Maru mengatakan kalau ia adalah pengagum Jae Hee.
Tak ada yang dapat dikatakan oleh Jae Hee selain berterima kasih pada Maru. Tapi senyum Maru hilang seiring dengan perkataannya, “Tapi itu dulu. Sekarang aku tak mengagumimu lagi.”
Hmm.. kata-kata Maru yang berarti ganda ini benar-benar menohok perasaan Jae Hee.
Tak disangka, ayah Eun Gi datang bersama dengan Min Young dan melihat Maru. Eun Gi yang melihat kedatangan ayahnya dan langsung menyambutnya. Tanpa basa-basi, ayah langsung bertanya siapa pria itu dan Eun Gi memperkenalkan Maru sebagai pria yang ia kenal.
Dan saat ditanya lebih jauh apa hubungan mereka berdua, Eun Gi mengagetkan semuanya dengan menjawab kalau Maru dan dirinya saat ini pacaran.
Maka ayah Eun Gi mengundang Maru untuk sarapan di hotel bersama mereka. Jae Hee tak dapat berbuat apapun selain menyembunyikan kekhawatirannya.
Ayah tak menyangka kalau ia akhirnya merasakan saat-saat seperti ini, saat dimana Eun Gi mengenalkan pacarnya. Seperti seorang ayah pada umumnya, ayah Eun Gi menginterogasi bibit bebet bobot Maru.
Dengan jujur Maru menjawab kalau orang tuanya sudah meninggal dan dia dulu pernah kuliah, namun sekarang sudah tidak lagi (Jae Hee menggenggam garpunya lebih erat) dan sekarang ia bekerja menjadi bartender.
Nampak kalau Eun Gi juga kaget dengan informasi ini. Begitu pula ayah. Mengapa Maru berhenti kuliah? Apa ia tak mempunyai biaya untuk meneruskan? Maru menjawab sambil menatap ayah Eun Gi, “Saya berhenti kuliah, tapi saya dikeluarkan.”
Ayah kaget mendengar Maru pernah dikeluarkan. Mengapa? Maru menghindar pertanyaan ini karena ia sedang tidak disensus, kan?
Eun Gi mencoba meminta ayahnya menghentikan interogasi ini, tapi ayah malah melempar pertanyaan itu pada Eun Gi? Apakah Eun Gi tahu atau tidak tahu kalau Maru pernah dikeluarkan? Apakah Eun Gi tahu alasannya? “Atau kau bahkan tak mengetahuinya?”
Tangan Jae Hee semakin gemetar hingga ia terpaksa menyembunyikan di bawah meja. Min Young yang melihat kegugupan Jae Hee, menenangkannya dengan meraih tangan Jae Hee dan diam-diam menggenggamnya di bawah meja.
Whoaa… Min Young berani melakukannya? Min Young berani menyentuh wanita bosnya di depan mata Presdir Seo? Entah Min Young itu benar-benar cinta atau licik, tapi perbuatan itu tak dapat ditolerir.
Eun Gi tak menjawab pertanyaan ayahnya, sehingga ayah bertanya lagi mengapa Eun Gi tak pernah menyelidiki hal-hal seperti ini lebih dulu.
Kali ini Eun Gi menjawab, “Hal itu tak penting bagi saya. Yang penting adalah masa kini dan masa depan bersamanya. Tentang masa lalu dimana dia pernah dikeluarkan, hal ini tak penting sama sekali.”
Ganti Eun Gi yang bertanya pada ayahnya, “Bagaimana dengan Anda, Pak?  Anda menikahi wanita yang jauh lebih muda. Ia menjadi wanita simpananmu saat Anda memiliki istri dan anak.”
Ia menatap Jae Hee, namun kata-katanya tetap ditujukan pada ayahnya. “Wanita itu hanya lima tahun lebih tua dari anak Anda. Dan seberapa jauh Anda mengetahui masa lalunya dan kepribadian gadanya?”
Ayah meraih gelasnya dan melemparkan isinya ke muka Eun Gi, “Pengacara Ahn. Anak iri, picik dan kekanak-kanakkan ini, apakah anak ini pantas untuk mewarisi Tae San?”
Ia menyuruh Min Young untuk membawanya pergi, dan menyuruh Jae Hee untuk menyingkirkan pria ini dari sisi Eun Gi, baik dengan cara memberinya uang atau memasukkannya ke penjara dengan dalih pemerasan.
Eun Gi berteriak, kali ini tak memanggil ‘Presiden Direktur’, tapi memanggilnya dengan ‘ayah’. Tapi ayah Eun Gi tak mempedulikan panggilan anaknya, menyuruh Jae Hee untuk mengajari Eun Gi lebih baik lagi untuk mencari pria yang lebih baik dari pria itu, “Kalau ibunya masih hidup, ia pasti akan melakukan hal yang sama.”
Oh, really, sajang-nim? Really? This is how you show your love to your daughter?
Ayah pergi bersama Min Young, yang langsung dikejar oleh Eun Gi yang sebelumnya sempat melempar tatapan kebencian pada Jae Hee.
Setelah di ruangan itu tinggal mereka berdua, Maru dan Jae Hee meninggalkan kepura-puraan mereka. Maru bertanya, apakah dunia yang seperti ini yang ditinggali Jae Hee?
Jae Hee terdiam, maka Maru meneruskan, bukankah harusnya sekarang Jae Hee menawarinya uang agar ia mau meninggalkan Eun Gi? Berapa? Satu milyar won lagi? Jae Hee menuduhnya menginginkan sesuatu dari hubungan ini.
Maru menatap Jae Hee tajam, “Menurutmu, apa yang aku inginkan?”
Oohh.. kalau mata bisa membunuh..
Tentu saja jawaban Jae Hee sesuai dengan karakternya dia yang materialistis. Apakah uang? Atau balas dendam? Balas dendam tak ada gunanya, “Berpikirlah dengan jernih. Mintalah uang yang banyak. Kau juga menjual tubuhmu untuk mendapatkan uang.”
Haduhh… beginikah cara Jae Hee untuk membujuk Maru? Jelas tak akan berhasil, say..
Jae Hee tak menghina Maru. Cara pikir Jae Hee menunjukkan bagaimana karakter Jae Hee. Ia berkata kalau Maru pantas untuk mengambil uang itu untuk merawat Choco dan mulai hidup bergelimang uang, seperti yang diirikan oleh orang-orang.
 “Kau benar-benar gila,” Maru terpana mendengar kata-kata tulus Jae Hee,”Karena inilah aku harus membawamu. Aku tak tahu seberapa hebat dan berkilaunya duniamu, tapi tempat itu bukan untuk orang sepertimu.”
“Kang Maru!” Jae Hee tak suka akan kata-kata Maru, tapi Maru tetap meneruskan kata-katanya.
“Jika orang sepertimu masih ada di sini, seolah-olah tak terjadi apa-apa, maka keadilan telah hancur, system tak akan berjalan. Dunia gelap yang dulu kau remehkan saat kau menjadi wartawan, akan menjadi kenyataan,” kata-kata Maru bukanlah ancaman, tapi tekad, “Jika kau tak mau turun, maka aku akan menjemputmu yang sekarang ada di atas. Dan pada saat itu akan akan membawamu turun hingga kau tak akan membuat masalah lagi.”
Maru bangkit, dan sebelum ia pergi ia berkata, “Sampai saat itu tiba, tunggulah aku di sana dan bersiap-siaplah.” Iapun melangkah pergi.
“Jadi.. ,“ kata-kata Jae Hee menghentikan langkah Maru. “Di manakah tempat itu? Apakah tempat busuk yang dulu aku pernah tinggali?”
Maru menoleh dan berkata sinis, “Tidak. Bahkan tempat itu jauh lebih terhormat daripada dirimu.”
Dan Maru pun meninggalkan Jae Hee yang duduk tercenung.


Maru keluar ruang makan hotel, dan di luar ia menemukan Eun Gi yang duduk termenung. Ia mengeluarkan sapu tangannya dan mengeringkan rambut Eun Gi, “Apakah aku salah?”



Eun Gi tersenyum dan malah mengatakan kalau apa yang dilakukan Maru sudah benar. Maru menenangkan Eun Gi kalau ia tak merasa dipermalukan. Harga dirinya tidaklah jatuh, “Keluargamu sama berantakannya dengan keluargaku.”
Mendengar kata-kata Maru, Eun Gi terhibur dan menyetujuinya. Maru bertanya apakah Eun Gi sudah memutuskan untuk menghentikan hubungan ini? Walau nanti mereka menghentikan hubungan ini, Maru meyakinkan Eun Gi kalau ia tak menerima sepeser uang pun, dan jika ada yang akan memukulinya dua tiga hari ini, ia tak mempermasalahkannya.

Eun Gi tersenyum kembali mendengar kata-kata Maru. Ia mengakui kalau ia memiliki kenangan yang indah bersama Maru. Maru heran mendengar kata-kata Eun Gi. Mereka baru berkencan kurang dari 12 jam, kenapa Eun Gi sudah mengatakan tentang kenangan indah? 

“Memang belum 12 jam, tapi rasanya sudah seperti 12 jam. Walaupun rasanya memalukan untuk mengakui, sepertinya aku benar-benar tertarik padamu.”
Mendengar pengakuan Eun Gi, Maru bertanya, “Demi cinta, maukah kau menyerahkan perusahaanmu?”

Eun Gi tak menjawab, malah mengulurkan tangannya. Maru bertanya, “Kau ingin berjabat tangan untuk perpisahan kita?” Eun Gi berterima kasih dan mengucapkan selamat tinggal. Maru memandang tangan Eun Gi dan ia mengulurkan tangannya.

Tapi sebelum menyentuh tangan itu, Maru berkata, “Daripada berjabat tangan, aku lebih suka ciuman perpisahan saat aku diputuskan. Dan aku tak mau melakukannya di sini. Bagaimana kalau kau meneleponku saat kau telah menemukan tempat yang spesial untuk ciuman itu. Tak setiap hari aku bertemu wanita yang aku sukai. Kalau aku berpisah dengannya tanpa pernah menciumnya, pasti akan sangat menyedihkan, bukan? Saat itu mari kita berciuman dan berpisah.”

Maru meraih tangan Eun Gi dan menggenggamnya, “Jagalah dirimu sampai kita bertemu lagi. Dan aku lebih suka jika pertemuan kita berikutnya nanti lebih lama dari biasanya.”
Aihh… mulut Maru manis banget. Pantes aja sekarang dia bisa jadi playboy.

Di restoran tempat Choco bekerja, Choco didatangi oleh pacar Jae Gil yang membawa kaos bergambar Jae Gil  dengan gadis itu. Tapi sekarang wajah gadis itu sudah dihiasi telinga dan kumis kucing dan gadis itu menuduh Choco melakukannya.

Choco pura-pura tak tahu apa yang dimaksud dengan pacar Jae Gil. Tapi gadis itu bersikeras kalau Choco yang melakukannya karena cemburu. Ia menuduh kalau Choco menyukai Jae Gil.

Menanggapi tuduhan itu, Choco langsung berkata kalau ia menyukai Ashton Kutcher. Gadis itu tahu kalau yang disukai Choco adalah Ashton Kutcher, tapi Jae Gilnya juga mirip dengan Ashton Kutcher.
Bukannya membantah lagi, Choco malah mengerdipkan matanya seperti berpikir dan berkata, “Setuju. Sejujurnya mereka memang mirip, tapi..”

“Jae Gil lebih tampan daripada Ashton Kutcher,” potong gadis itu dan membayangkan, “matanya seperti mata rusa.”
LOL. Dan Choco marah karena pacar Jae Gil mendahuluinya mengatakan sesuatu yang ingin ia katakan.
ROFL. Dua gadis ini benar-benar..

Choco meyakinkan gadis itu, walau Jae Gil mirip dengan Ashton Kutcher, tapi ia tak menyukainya. Gadis itu menggeleng-geleng tak percaya, membuat Choco kesal dan meninggikan suaranya, “Aku tak menyukainya!”

Namun Choco tak dapat menolak saat gadis itu mengeluarkan handphone yang bergambar Jae Gil memonyongkan mulutnya untuk mencium. Choco hanya melongo memandang handphone itu, dan ia tak dapat menghindar saat pacar Jae Gil menciumkan handphone itu ke bibir Choco dan bertanya, “Bagaimana rasanya?”

Choco berdusta kalau ia tak merasakan apapun dan menyuruh gadis itu untuk berhenti bercanda. Ia meninggalkan meja counter, tapi baru beberapa langkah, kakinya lemas dan terjatuh karena jantungnya berdebar-debar.

Melihat Choco gemetar, gadis itu semakin tak percaya ucapan Choco. Tak dinyana Jae Gil datang ke restoran itu dan gadis itu yang pertama kali melihatnya. Ia menyolokkan kedua jarinya ke dua matanya. Untuk membuat matanya berlinang air mata? Cara yang aneh untuk mengeluarkan air mata buaya

Dan ia langsung mengeluarkan tangisan membuat Jae Gil buru-buru menghampirinya. Jae Gil langsung memeluk gadis itu, “Yoo Ra, mengapa menangis? Gara-gara Choco, kah?”

Yoo Ra langsung merengek, berkeluh kesah tentang kaos itu, “Harga diriku sangat terluka, Oppa. Aku kan dikenal sebagai gadis yang cantik alami tanpa make up.”
LOL, wajah seperti itu tidak pakai make up? Hmm.. mungkin, karena make upnya sudah nempel saat operasi plastik.

Dan yang lebih kocak lagi, Jae Gil percaya bahkan ia menenangkan ratunya dengan berkata, “Iya, iya. Kau tahu itu, aku juga tahu, bahkan Tuhanpun juga tahu.”


Jae Gil mengajak Yoo Ra untuk duduk menenangkan diri. “Walaupun wajahmu berlinang air mata, cintaku padamu tak akan berubah. Jadi berhentilah menangis.”

Jae Gil mencari-cari Choco dan Yoo Ra mengisyaratkan Choco sedang bersembunyi di balik counter. Karena sebelumnya, Choco juga menginjak kakinya.
Whaa..? Dari Hongkong, si Choco bisa nginjak kaki Yoo Ra? Bukankah mereka terpisah oleh meja counter? Tapi tentu saja Jae Gil tak dapat mendengar omelan saya.

Dengan lebay, Yoo Ra mengeluhkan kalau Choco melakukan hal itu karena tak menyukai kecantikannya. Dan lagi-lagi ia merengek sedih, “Apakah menjadi cantik itu sebuah kejahatan?

Jae Gil kembali menenangakan Yoo Ra, “Kalau menjadi cantik adalah sebuah kejahatan, maka kita berdua sudah dihukum mati sejak dulu.”
LOL. Jae Gil cantik? Okeeeyyyyy…

Ia menyeret Choco dengan menjewer telinganya dan menyuruh Choco untuk meminta maaf pada Yoo Ra sekarang juga. Choco meminta maaf, “I’m sorry”, tapi Jae Gil menyuruhnya meminta maaf kembali dengan bahasa Korea.
Choco meminta maaf lagi. Jae Gil menyuruh Choco meminta maaf lagi karena menginjak kaki Yoo Ra. Tapi Choco tak mau karena ia tak pernah melakukannya.

Mengesalkan sekali. Betapa Yoo Ra dengan lebaynya mengatakan kalau  mungkin ia yang harus disalahkan karena kecantikannya yang keterlaluan hingga membuat orang iri.


Dan Jae Gil juga mulai memarahi Choco seperti anak kecil yang menunjukkan kalau hidup orang itu sudah ditakdirkan. Menjadi tampan (menunjuk dirinya sendiri) atau jelek (menunjuk Choco), membuat orang memiliki garis hidupnya sendiri. Dan jika menyimpang dari garis hidup itu akan mempermalukan diri sendiri.

Ia memegang pundak Choco dan mengancamnya, “Kalau hal ini terjadi lagi, aku tak peduli kalau kau adalah adik sahabatku. Jika kau melukai Yoo Ra lagi, kau akan rasakan akibatnya. Mengerti?”

Dan Jae Gil membawa pulang Yoo Ra dengan menggendongnya di belakang punggung. Ia membawa Yoo Ra ke bar tempat Mar bekerja dan menyanyikan lagu untuknya.

Di balik meja, Maru bekerja dan menunjukkan keahliannya membuat bola es (ternyata bola es itu dibuat dengan pisau, kupikir dicetak) dan menaruhnya ke dalam gelas. Ia menuang minuman dan menyajikannya pada Min Young.

Mereka berdua hanya bertatapan tanpa saling bicara.

Sementara itu Jae Hee di rumah, minum-minum sampai bergelas-gelas. Sedangkan Eun Gi berada di kantor dan memeluk boneka Barbie-nya.

Keesokan harinya Eun Gi gusar bukan kepalang karena ia diminta oleh Joon Ha untuk tidak mengikuti rapat direksi. Yang memberi perintah adalah Presdir Seo. Alasannya adalah karena skandal yang terjadi saat sarapan di hotel.

Eun Gi tak mau mengikuti perintah itu, malah bergegas ke ruang rapat walaupun dilarang oleh Joon Ha. Tapi ia pun tak bisa langsung masuk karena pintu dikunci. Ia menggedor pintu berkali-kali.
Pintu baru terbuka setelah Min Young, yang mendapat persetujuan dari Presdir Seo, membuka pintu ruang rapat. Seolah tak terjadi apa-apa, Eun Gi masuk dan mengikuti ruang rapat.

Rapat kali ini membicarakan tentang pembelian saham perusahaan Joo Byung. Pangsa pasar elektronik mereka hanya 21%, sedangkan pangsa pasar pesaing mereka Joo Byung Electronik adalah 38%. Jika mereka melakukan merger maka pembelian ini akan sangat menguntungkan. Tapi merger ini membutuhkan dana sekitar 1,2 triliun won, sedangkan cadangan uang mereka tak mencukupi untuk nilai sebesar itu.

Maka satu-satunya cara adalah menjual asset perusahaan. Beberapa asset dilontarkan untuk dijual, tapi tak dapat direalisasi. Hanya ketika Min Young melontarkan usul untuk menjual resor Aomori di Jepang, Presdir Seo mengangguk dan mempertimbangkannya.

Tahun 2009, investor Rowling dari AS menawar resor Aomori seharga 103 milyar, dan mereka masih tertarik dan harga yang ditawarkan pasti lebih tinggi lagi. Dan untungnya, Jae Hee berhubungan baik dengan eksekutif Rowling.

Tapi Eun Gi langsung menyuarakan penolakan. Resor itu memiliki kenangan antara ayah dan ibunya. Ia memohon pada ayahnya,


 “Ayah? Di sini tak ada ayahmu!" Ayah Eun Gi langsung memotong dan menghardiknya. "Resor itu bernilai 1,2 triliun. Bagaimana mungkin kau membawa-bawa perasaan sentimentalmu? Apakah begini caramu mengurus perusahaan?”

Eun Gi menatap ayahnya tak percaya. Tapi ayahnya belum puas. Seakan menabur garam di atas luka hati putrinya, ayah menunjuk Jae Hee sebagai team leader dalam proyek ini sebagai latihan. Suatu hari nanti Jae Hee akan duduk managemen perusahaan.

Ayah menyuruh Min Young untuk membantu Jae Hee memenangkan proyek ini, karena Min Young mengenal masalah ini lebih baik dari siapapun.

Saat diberitahu berita ini Jae Hee luar biasa bahagia.

Maru berada di rumah dan ia membuka sebuah kotak yang berisi barang-barang yang ia gunakan saat kuliah dulu. Ada jas dokter, stetoskop dan buku-buku kedokteran. Ia membuka salah satu buku yang penuh dengan catatan dan stabilo untuk menggarisbawahi kata-kata penting.


Di salah satu halaman ada fotonya dan Jae Hee yang sedang merayakan ulang tahun. Ia membalikkan foto itu dan menutup buku.

Lagi-lagi rumah Maru kedatangan seorang wanita. Wanita itu mencari Maru. Choco, yang saat itu ada di depan rumah, memberitahu kalau kakaknya sedang tidak ada di rumah. Ia juga meminta agar wanita itu tak repot-repot mengejar Maru karena Maru mendekatinya hanya untuk uangnya saja.

Wanita itu heran pada Choco yang menjelek-jelekkan kakaknya sendiri, tapi Choco berkilah kalau yang ia katakan adalah kenyataan. Maru melakukan hal ini untuk memperoleh uang pengobatan Choco yang sakit-sakitan. Dan ia mengatakan ini tak hanya pada wanita itu saja, tapi juga pada tiap wanita yang datang ke rumah ini.

Wanita itu pergi, dan Maru pun keluar. Choco terbelalak melihat kakaknya ada di rumah. Apakah Maru mendengar semua kata-katanya? Tanpa senyum Maru mengiyakan, membuat Choco semakin ketakutan, “Apakah kau akan membunuhku setelah ini?”

Kali ini senyum Maru muncul, “Bagaimana mungkin aku akan membunuhmu, kalau selama ini aku selalu menjagamu agar terus hidup?” goda Maru. Sambil mencubit pipi Choco, ia malah memuji tindakan Choco tadi.

Maru melangkah pergi, tapi kata-kata Choco menghentikan langkahnya, “Oppa, carilah orang yang benar-benar mencintaimu..Gadis yang kau bawa di Joo Moo Jin kemarin sepertinya baik. ”
Maru tersenyum mendengar permintaan Choco, “Sekarang kau pasti benar-benar sembuh karena kau bisa cerewet seperti ini.”
Choco masih tetap khawatir pada kakaknya, “Lupakanlah Jae Hee eonni. Ia tak akan kembali”

Terdengar perih di telinga Maru, tapi ia tak dapat berkata kasar pada Choco, maka ia membalikkan pertanyaan itu pada adiknya, “Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah bisa melupakan Ashton Kutcher?”

Ha. Mendengar pertanyaan itu Choco tertawa gugup, “A.. A.. Ashton Kutcher yang mana?”


Saat keluar rumah, Maru mendapat telepon dari Eun Gi yang tanpa ba bi bu langsung meminta Maru menyebutkan 10 orang yang rela menyerahkan tahta demi cinta.
Maru menjawab, “Edward XI, Putri Pyung Gang, Putri Nang Nang, Putri Sunhwa,” Maru terdiam sejenak seperti kehabisan ide, namun kemudian ia lanjutkan, “Putri Fiona dari Shrek, Gu Jun Pyo dari Boys Before Flowers.”
Ha. Kenapa nggak sekalian Putri Se Ryung dari Princess’ Man?
Saat ditanya apa yang sedang Maru lakukan sekarang, ia menjawab kalau ia sedang berdiri di depan rumah menjawab pertanyaan Eun Gi.

“Aku kangen padamu,” kata Eun Gi tiba-tiba. Maru bertanya dimanakah Eun Gi sekarang, karena ia akan menyusulnya. Eun Gi menjawab kalau ia sekarang ada di Aomori, tempat ia menyimpan semua kenangan bersama ayah ibunya. “Tapi Presdir dan istri barunya memutuskan untuk menjual tempat ini.”
Maru diam mendengar kalau Eun Gi sekarang sedang berusaha menggagalkan penjualan resor itu, tapi tingkat kegagalannya 90% dan ada kemungkinan ia akan ditendang dari perusahaan setelah ini, “Jika aku jatuh miskin, maukah kau..”

“Aku akan membawamu,” potong Maru. “Tempatku mungkin tidaklah mewah. Tapi aku memiliki banyak kamar. Aku tinggal bersama adikku dan sahabatku. Aku punya 7 pasang alat makan, aku punya selimut dan bantal yang banyak.”
Aww.. so sweet banget.
Eun Gi menyetujui tawaran Maru. Jika suatu hari ia harus menyerah, ia akan menyerah, “Hingga saat itu, doakan aku untuk berhasil.”

Kata-kata Eun Gi terhenti karena ada Jae Hee berdiri di depannya. Ia menurunkan handphone tapi lupa mematikannya. Jae Hee menyindir kalau Eun Gi punya banyak waktu untuk jalan-jalan. Eun Gi menjawab berkat Jae Hee, ia memiliki banyak waktu luang karena ia tak perlu pergi ke kantor, “Aku berniat membuat keributan di sini. Aku akan menghentikan apa yang akan kau lakukan.”

Ia telah menemukan cara untuk mencegah agar resor ini tak terjual. Jae Hee tak takut pada ancaman Eun Gi.

Jae Hee hanya tertawa dan tak menganggap Eun Gi sebagai lawan sepadan. Ia sudah separuh jalan menuju tujuannya. Jalannya tak mulus dan gampang. Berkali-kali ia dilempari batu sepanjang perjalanannya.

“Bagaimana orang sepertimu bisa memahamiku? Aku akan menuju tempat itu.. bagaimanapun caranya. Aku tak akan memaafkan orang yang mencoba menghentikanku. Tak peduli siapapun orangnya.”

Dengan nada suara berubah manis dan keibuan Jae Hee menyibak rambut Eun Gi dan menyuruhnya untuk menikmati liburannya di Aomori, berendam air panas, setelah itu pulang ke rumah. Eun Gi hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu.

Di ujung telepon, Maru mendengarkan seluruh ucapan Jae Hee dan raut wajahnya mengeras. Tahu kalau Eun Gi tak menyadari handphonenya masih tersambung dengannya, ia yang memutus sambungan. Tapi kata-kata Jae Hee terus terngiang di telinganya. Aku akan menuju tempat itu.. bagaimanapun caranya.

Eun Gi bernostalgia di taman resor. Ia menaruh boneka Barbie-nya di ayunan, dan berkata pada boneka itu,

“Jangan khawatir, aku akan menemukan cara karena aku adalah Seo Eun Gi. Aku tak mudah dijatuhkan begitu saja. Percayalah padaku, Bu.”

Sementara itu Jae Hee menyambut investor Rowling dan dengan kata-kata sambutan, “Long time no see, Richard. You've gotten even sexier than I remember.”
Ih, seberapa dekat hubungan mereka sampai Jae Hee mengomentari partner bisnisnya, sexy? Dan jika sedekat itu, apakah yakin hubungan mereka hubungan bisnis?

Malam itu, Eun Gi berkutat di meja di dalam bungalownya. Mencari sumber uang yang dapat digunakan untuk menggantikan penjualan Aomori. Tapi semakin malam, dana itu tak kunjung ia temukan. Hari sudah hampir pagi dan waktu juga mulai menipis, tapi ia masih ada di jalan buntu.

Subuh menjelang, Eun Gi keluar bungalow dan membasuh muka untuk menyegarkan diri. Berbaring di rerumputan, ia menatap langit dan bertekad, “Aku belum menyerah. Aku belum kalah.”

Ia tertidur kelelahan hingga pagi menjelang. Tidurnya sangat lelap sehingga ia tak menyadari ada seseorang bersepatu kets menghampirinya. Orang itu menggendong Eun Gi dan membawanya..

.. dan melemparkannya ke dalam kolam.

Eun Gi gelagapan dan terbangun. Belum sempat ia berteriak memarahi orang yang berani-beraninya menceburkannya ke dalam kolam, ia terpana karena di pinggir kolam Maru berdiri di sana dan berkata,

“Hei, tukang tidur! Kau sudah tidur cukup banyak. Ayo bangun. Bersama-sama, kita akan bantai mereka semua!”



source : http://www.kutudrama.com/2012/09/sinopsis-nice-guy-episode-4-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment