Keesokan harinya, Maru lari pagi mengelilingi lingkungan
rumahnya. Tapi sosok Jae Hee terbayang di matanya. Mulai saat pertemuan mereka
di pesawat, di kantor polisi dan pertemuan mereka semalam saat ia melihat Jae
Hee mencium Min Young.
Menjadi seperti apakah Jae Hee sekarang?
Sementara itu Jae Hee pun juga jogging di treadmill. Ia juga
masih terbayang saat Maru memergokinya bersama Min Young. Ia juga melihat Maru
mengantarkan Eun Gi. Pertemuan itu bukan kali terakhir mereka, karena Eun Gi
penasaran dengan Maru dan mengajaknya untuk bertemu lagi esok dan keesokan
harinya lagi.
Maru tersenyum mendengar ajakan Eun Gil, “Seberapa pagi kita
akan bertemu?”
Teringat akan hal itu, Jae Hee kehilangan focus dan berhenti
di treadmill yang masih berputar. Hampir saja ia mundur terjatuh kalau saja Eun
Gi tak memamtikan treadmill dan memeganginya.
Eun Gi menyindir Jae Hee, mengapa ia tak berhati-hati saat
lari? Patut disayangkan jika nanti pernikahannya berantakan hanya karena
wajahnya terluka. Walau ia sudah berhasil menggaet ayahnya, tapi banyak hal
yang lain yang tak mudah untuk diraih di dunia ini.
Di ruang ganti, Jae Hee menanyai Eun Gi tentang Maru. Siapa
pria yang mengantarkannya pulang? Bagaimana mereka bertemu dan apa hubungan
mereka? Eun Gi tak menjawab pertanyaan Jae Hee karena, “Sejak kapan kau
tertarik dalam kehidupan pribadiku?”
Tapi Eun Gi merasa murah hati untuk menceritakan kalau yang
Jae Hee lihat kemarin malam adalah yang sebenarnya. Ia tertarik pada Maru dan
ingin mengenalnya lebih jauh. Jae Hee mengingatkan Eun Gi kalau Eun Gi tak mengenal pria
itu dengan baik.
Eun Gi tersenyum dan bertanya, “Kalau begitu apa kau
mengenalnya? Karena kau mengenalnya maka kau sekarang panik? Omo.. Apakah kau
menyukai pria itu?”
“Pria itu mendekatimu lebih karena statusmu saja,” kata Jae
Hee mengabaikan sindiran Eun Gi.
Eun Gi menenangkan Jae Hee karena ia dapat mengatasi
orang-orang seperti itu, dan bahkan, “Bukannya orang itu seperti kau yang
dulu?” Eun Gi tak peduli kalau pria itu mendekati hanya karena kekayaannya. Ia
tertarik pada pria itu dan ia sudah terbiasa dengan Jae Hee jadi Jae Hee tak
perlu khawatir.
Eun Gi meninggalkan Jae Hee yang masih mencoba meneriakkan
kata-kata yang penuh kekhawatiran padanya, “Kau bisa saja terluka karena dia!”
Oh, please.. sejak kapan Jae Hee menjadi ibu yang sangat
baik dan penuh perhatian?
Choco masuk ke kamar Maru dan menemui Maru yang sedang
bersiap-siap untuk pergi. Ia minta maaf akan kepergiannya pada ibu kandungnya
yang akhirnya menyusahkan Maru. Ia mengkhawatirkan Maru, apakah ia terluka
karena kejadian kemarin? Dengan kalem Maru menenangkannya.
Tapi Choco masih merasa menyesal karena ia tak dapat
menolong Maru lebih banyak lagi. Walau begitu, ia membesarkan hatinya
sendiri dengan mengatakan kalau selama ini ia telah membantu Maru
dengan memasak dan membersihkan rumah.
Dan waktu SMA dulu, Choco pernah menyelamatkan Maru yang berkelahi
dengan melemparkan botol saos ke lawan Maru.
Mengingat saat itu, Choco terlihat senang. Dan melihat Choco senang
membuat Maru tenang. Ia berterima kasih karena, “Kau telah menjaga oppa agar
tetap hidup lebih baik.”
Dan yang berikutnya terjadi adalah Choco mengikuti ajang pencarian bakat. Sepertinya
ia bertekad mencari uang untuk membantu Maru atau ia memang ingin menjadi seorang penyanyi. Tapi ia duduk dengan gelisah,
memegang erat microfon yang ia bawa dari rumah.
Berbagai peserta unjuk kemampuan, bahkan salah satu peserta
menyanyikan Gangnam Style dengan caranya sendiri, membuat para juri tertawa.
Bukannya hal itu membuat Choco semakin tenang, tapi malah semakin gemetar.
Apalagi setelah giliran peserta Gangnam Style , selanjutnya adalah gilirannya.
Dapat diduga, Choco gagal pada detik pertama. Yang keluar
dari mulutnya bukanlah suara merdu, tapi suara seperti orang kejepit pintu.
Para juri menggeleng kecewa, dan walaupun Choco meminta satu kesempatan lagi,
mereka menolaknya karena antrian peserta sangatlah panjang.
Selesai penjurian, Choco pergi ke restroom untuk menyesali
kegugupannya padahal dia yakin bisa melakukan dengan baik. Kebetulan seorang
gadis kecil keluar dari toilet dan
bertanya apakah gadis kecil itu mau mendengarkannya ia bernyanyi? Orang-orang
memanggilnya Mariah Carey dari Timur.
Gadis kecil itu mengangguk dan tersenyum gembira. Tapi
senyumannya hilang saat mendengar suara Choco yang masih tetap gemetar saat
bernyanyi. Tanpa basa-basi, ia langsung keluar dari restroom.
Haduh.. si Choco demam panggung akut, nih..
Choco kecewa melihat satu-satunya penonton pergi. Akhirnya
ia mengeluarkan penonton dari dalam sakunya. Ia membuka handphone dan membuka
salah satu foto.. Jae Gil. Aww… si adik kecil ini naksir sahabat kakaknya?
Dengan wajah Jae Gil terpampang di layar handphone-nya,
Choco menaruh handphone itu di atas tempat sabun dan mulai bernyanyi untuk Jae
Gil. Choco menyanyikan lagu IU, dan betapa mengejutkan, karena ia
menyanyikannya dengan baik.
Selesai menyanyi, ia berkata pada (foto) Jae Gil, “Oppa,
bukankah aku menyanyikannya dengan baik?”
Tentu saja Jae Gil tak menjawab, tapi ada yang muncul di
kaca. Gadis kecil itu melongokkan kepalanya dari pintu dan tersenyum pada
Choco. Choco terkejut melihat gadis itu pasti mendengar ‘pembicaraannya’ dengan
Jae Gil. Maka ia buru-buru berkata, “Aku bukan eonni yang gila.”
Joon Ha pergi ke daerah tempat Maru tinggal. Pada seorang
ibu, yang katanya sudah tinggal di daerah sini lebih dari 10 tahun, ia
menunjukkan foto Jae Hee dan bertanya, apakah ibu mengenalnya? Ibu itu melihat
foto Jae Hee dan berkata kalau ia tak mengenal wanita itu.
Joon Ha ragu
mendengarnya. Benarkah? Dengan canggung, ibu itu meyakinkan Joon Ha kalau ia
sudah lama tinggal di sini, dan ia tak mengenal wanita di foto itu.
Tanpa Joon Ha sadari, ada seorang pria yang membuntutinya.
Pria itu kemudian menelepon Min Young dan melaporkan kalau Joon Ha sedang
menggali informasi tentang Jae Hee. Namun ia memastikan kalau tak seorang pun
di daerah ini yang akan membocorkan jatidiri Jae Hee, karena ia telah
memberikan uang yang cukup untuk tutup mulut.
Min Young teringat kebersamaannya bersama Jae Hee semalam.
Sebelum Jae Hee menciumnya, Jae Hee berkata kalau ia tahu kalau Min Young sudah
menyukainya sejak awal mereka bertemu. Dan Min Young pun teringat pertemuan
mereka.
Saat itu ia melihat Jae Hee yang tiba-tiba masuk ke dalam
lift eksekutif, dengan alasan lift karyawan sudah penuh. Saat sekretaris Min
Young meminta Jae Hee keluar dan menyuruhnya untuk menunggu lift karyawan, Jae
Hee langsung mengkritik perusahaan Tae San yang munafilk. Katanya Tae San
adalah perusahaan milik karyawan namun mengapa untuk urusan lift saja mereka
diskriminatif?
Jae Hee memperkenalkan diri sebagai wartawan junior dari HBS
yang akan mewawancarai presiden direktur Tae San dan mengancam akan memasukan
insiden ini ke dalam liputannya.
Hmm.. saat itu Jae Hee sudah tahu kalau Pengacara Ahn Min
Young menyukainya? Dan kemudian ia menikah dengan ayah Eun Gi? Tak jadi menangkap
ikan ini karena ada ikan lain yang lebih besar? Setelah ikan besar didapat,
sekarang ikan kecil pun diembat? Ckckck…
Ayah Eun Gi tanpa basa-basi bertanya padanya, “Menurutmu,
bagaimana kepribadian ibunya Eun Suk? Aku tak pernah bisa mempercayai wanita.
Tapi Han Jae Hee.. dia orang yang berbeda, kan? Ia tak akan mengkhianatiku,
kan?”
Mulanya Min Young tak mau memberikan penilaian, karena yang
mereka bicarakan adalah istri Presdir. Tapi setelah didesak, ia memberi
jawaban, “Tapi cintanya pada anda sama besar dengan ketulusan dan
pengabdiannya.”
Eun Gi keluar dari fitness center yang segera disusul oleh
Jae Hee. Seperti ingin menunjukan kalau ia adalah ibu yang baik, Jae Hee
memanggil Eun Gi dan sambil tersenyum, ia membetulkan kerah baju Eun Gi yang
sedikit terlipat.
Tapi senyum itu memudar saat ada seseorang memanggil Eun Gi.
Maru.
Maru menghampiri Eun Gi yang tak dapat menyembunyikan
keterkejutannya karena Maru datang dan menungguinya. Maru tersenyum dan berkata
kalau bukankah mereka berjanji untuk saling bertemu sesaat setelah mereka
bangun pagi?
Eun Gi membalas senyuman Maru dan bertanya apakah ia sudah
menunggu lama? Maru tak menunggu lama, “.. hanya dua jam saja.”
Aww.. kalau tak ada agenda di balik cute overload antara
Maru dan Eun Gi, pasti sangatlah manis.
Jae Hee cemas melihat keakraban anak tiri dan mantan
pacarnya. Lebih cemas lagi saat Maru menyapanya dan mengatakan kalau ia sempat
melihat Jae Hee semalam. Eun Gi memperkenalkan Jae Hee pada Maru sebagai wanita
yang akan menikahi ayahnya.
Maru mengangguk dan berkata kalau ia pernah melihat Jae Hee
di TV sebelumnya. Bukankah Jae Hee adalah wartawan yang sering berbicara
tentang ketidakadilan strata sosial dan bagaimana etika dan hati nurani tak
boleh berkompromi.
Eun gi mengangkat alis, seakan terkejut kalau masih ada yang
mengenal Jae Hee sebagai wartawan. Sambil menatap mata Jae Hee, Maru mengatakan
kalau ia adalah pengagum Jae Hee.
Tak ada yang dapat dikatakan oleh Jae Hee selain berterima
kasih pada Maru. Tapi senyum Maru hilang seiring dengan perkataannya, “Tapi itu
dulu. Sekarang aku tak mengagumimu lagi.”
Hmm.. kata-kata Maru yang berarti ganda ini benar-benar
menohok perasaan Jae Hee.
Tak disangka, ayah Eun Gi datang bersama dengan Min Young
dan melihat Maru. Eun Gi yang melihat kedatangan ayahnya dan langsung
menyambutnya. Tanpa basa-basi, ayah langsung bertanya siapa pria itu dan Eun Gi
memperkenalkan Maru sebagai pria yang ia kenal.
Dan saat ditanya lebih jauh apa
hubungan mereka berdua, Eun Gi mengagetkan semuanya dengan menjawab kalau Maru
dan dirinya saat ini pacaran.
Maka ayah Eun Gi mengundang Maru untuk sarapan di hotel
bersama mereka. Jae Hee tak dapat berbuat apapun selain menyembunyikan
kekhawatirannya.
Ayah tak menyangka kalau ia akhirnya merasakan saat-saat
seperti ini, saat dimana Eun Gi mengenalkan pacarnya. Seperti seorang ayah pada
umumnya, ayah Eun Gi menginterogasi bibit bebet bobot Maru.
Dengan jujur Maru
menjawab kalau orang tuanya sudah meninggal dan dia dulu pernah kuliah, namun
sekarang sudah tidak lagi (Jae Hee menggenggam garpunya lebih erat) dan
sekarang ia bekerja menjadi bartender.
Nampak kalau Eun Gi juga kaget dengan informasi ini. Begitu
pula ayah. Mengapa Maru berhenti kuliah? Apa ia tak mempunyai biaya untuk
meneruskan? Maru menjawab sambil menatap ayah Eun Gi, “Saya berhenti kuliah,
tapi saya dikeluarkan.”
Ayah kaget mendengar Maru pernah dikeluarkan. Mengapa? Maru
menghindar pertanyaan ini karena ia sedang tidak disensus, kan?
Eun Gi mencoba meminta ayahnya menghentikan interogasi ini,
tapi ayah malah melempar pertanyaan itu pada Eun Gi? Apakah Eun Gi tahu atau tidak tahu
kalau Maru pernah dikeluarkan? Apakah Eun Gi tahu alasannya? “Atau kau bahkan
tak mengetahuinya?”
Tangan Jae Hee semakin gemetar hingga ia terpaksa
menyembunyikan di bawah meja. Min Young yang melihat kegugupan Jae Hee,
menenangkannya dengan meraih tangan Jae Hee dan diam-diam menggenggamnya di
bawah meja.
Whoaa… Min Young berani melakukannya? Min Young berani
menyentuh wanita bosnya di depan mata Presdir Seo? Entah Min Young itu
benar-benar cinta atau licik, tapi perbuatan itu tak dapat ditolerir.
Eun Gi tak menjawab pertanyaan ayahnya, sehingga ayah
bertanya lagi mengapa Eun Gi tak pernah menyelidiki hal-hal seperti ini lebih
dulu.
Kali ini Eun Gi menjawab, “Hal itu tak penting bagi saya. Yang penting
adalah masa kini dan masa depan bersamanya. Tentang masa lalu dimana dia pernah
dikeluarkan, hal ini tak penting sama sekali.”
Ganti Eun Gi yang bertanya pada ayahnya, “Bagaimana dengan
Anda, Pak? Anda menikahi wanita yang
jauh lebih muda. Ia menjadi wanita simpananmu saat Anda memiliki istri dan
anak.”
Ia menatap Jae Hee, namun kata-katanya tetap ditujukan pada ayahnya.
“Wanita itu hanya lima tahun lebih tua dari anak Anda. Dan seberapa jauh Anda
mengetahui masa lalunya dan kepribadian gadanya?”
Ayah meraih gelasnya dan melemparkan isinya ke muka Eun Gi,
“Pengacara Ahn. Anak iri, picik dan kekanak-kanakkan ini, apakah anak ini
pantas untuk mewarisi Tae San?”
Ia menyuruh Min Young untuk membawanya pergi, dan menyuruh
Jae Hee untuk menyingkirkan pria ini dari sisi Eun Gi, baik dengan cara
memberinya uang atau memasukkannya ke penjara dengan dalih pemerasan.
Eun Gi berteriak, kali ini tak memanggil ‘Presiden
Direktur’, tapi memanggilnya dengan ‘ayah’. Tapi ayah Eun Gi tak mempedulikan
panggilan anaknya, menyuruh Jae Hee untuk mengajari Eun Gi lebih baik lagi
untuk mencari pria yang lebih baik dari pria itu, “Kalau ibunya masih hidup, ia
pasti akan melakukan hal yang sama.”
Oh, really, sajang-nim? Really? This is how you show your
love to your daughter?
Ayah pergi bersama Min Young, yang langsung dikejar oleh Eun
Gi yang sebelumnya sempat melempar tatapan kebencian pada Jae Hee.
Setelah di ruangan itu tinggal mereka berdua, Maru dan Jae
Hee meninggalkan kepura-puraan mereka. Maru bertanya, apakah dunia yang seperti
ini yang ditinggali Jae Hee?
Jae Hee terdiam, maka Maru meneruskan, bukankah
harusnya sekarang Jae Hee menawarinya uang agar ia mau meninggalkan Eun Gi?
Berapa? Satu milyar won lagi? Jae Hee menuduhnya menginginkan sesuatu dari hubungan ini.
Maru menatap Jae Hee tajam, “Menurutmu, apa yang aku inginkan?”
Oohh.. kalau mata bisa membunuh..
Tentu saja jawaban Jae Hee sesuai dengan karakternya dia
yang materialistis. Apakah uang? Atau balas dendam? Balas dendam tak ada
gunanya, “Berpikirlah dengan jernih. Mintalah uang yang banyak. Kau juga
menjual tubuhmu untuk mendapatkan uang.”
Haduhh… beginikah cara Jae Hee untuk membujuk Maru? Jelas
tak akan berhasil, say..
Jae Hee tak menghina Maru. Cara pikir Jae Hee menunjukkan
bagaimana karakter Jae Hee. Ia berkata kalau Maru pantas untuk mengambil uang
itu untuk merawat Choco dan mulai hidup bergelimang uang, seperti yang diirikan
oleh orang-orang.
“Kau benar-benar
gila,” Maru terpana mendengar kata-kata tulus Jae Hee,”Karena inilah aku harus
membawamu. Aku tak tahu seberapa hebat dan berkilaunya duniamu, tapi tempat itu
bukan untuk orang sepertimu.”
“Kang Maru!” Jae Hee tak suka akan kata-kata Maru, tapi Maru
tetap meneruskan kata-katanya.
“Jika orang sepertimu masih ada di sini, seolah-olah tak
terjadi apa-apa, maka keadilan telah hancur, system tak akan berjalan. Dunia
gelap yang dulu kau remehkan saat kau menjadi wartawan, akan menjadi
kenyataan,” kata-kata Maru bukanlah ancaman, tapi tekad, “Jika kau tak mau
turun, maka aku akan menjemputmu yang sekarang ada di atas. Dan pada saat itu
akan akan membawamu turun hingga kau tak akan membuat masalah lagi.”
Maru bangkit, dan sebelum ia pergi ia berkata, “Sampai saat
itu tiba, tunggulah aku di sana dan bersiap-siaplah.” Iapun melangkah pergi.
“Jadi.. ,“ kata-kata Jae Hee menghentikan langkah Maru. “Di
manakah tempat itu? Apakah tempat busuk yang dulu aku pernah tinggali?”
Maru menoleh dan berkata sinis, “Tidak. Bahkan tempat itu
jauh lebih terhormat daripada dirimu.”
Dan Maru pun meninggalkan Jae Hee yang duduk tercenung.
Maru keluar ruang makan hotel,
dan di luar ia menemukan Eun Gi yang duduk termenung. Ia mengeluarkan sapu
tangannya dan mengeringkan rambut Eun Gi, “Apakah aku salah?”
Eun Gi tersenyum dan malah
mengatakan kalau apa yang dilakukan Maru sudah benar. Maru menenangkan Eun Gi
kalau ia tak merasa dipermalukan. Harga dirinya tidaklah jatuh, “Keluargamu
sama berantakannya dengan keluargaku.”
Mendengar kata-kata Maru, Eun Gi
terhibur dan menyetujuinya. Maru bertanya apakah Eun Gi sudah memutuskan untuk
menghentikan hubungan ini? Walau nanti mereka menghentikan hubungan ini, Maru
meyakinkan Eun Gi kalau ia tak menerima sepeser uang pun, dan jika ada yang
akan memukulinya dua tiga hari ini, ia tak mempermasalahkannya.
Eun Gi tersenyum kembali mendengar kata-kata Maru. Ia mengakui kalau ia memiliki kenangan yang indah bersama Maru. Maru heran mendengar kata-kata Eun Gi. Mereka baru berkencan kurang dari 12 jam, kenapa Eun Gi sudah mengatakan tentang kenangan indah?
Mendengar
pengakuan Eun Gi, Maru bertanya, “Demi cinta, maukah kau menyerahkan
perusahaanmu?”
Eun Gi tersenyum kembali mendengar kata-kata Maru. Ia mengakui kalau ia memiliki kenangan yang indah bersama Maru. Maru heran mendengar kata-kata Eun Gi. Mereka baru berkencan kurang dari 12 jam, kenapa Eun Gi sudah mengatakan tentang kenangan indah?
“Memang belum 12 jam, tapi rasanya sudah seperti 12 jam. Walaupun rasanya memalukan untuk mengakui, sepertinya aku benar-benar tertarik padamu.” |
Eun Gi tak menjawab, malah
mengulurkan tangannya. Maru bertanya, “Kau ingin berjabat tangan untuk
perpisahan kita?” Eun Gi berterima kasih dan mengucapkan selamat tinggal. Maru
memandang tangan Eun Gi dan ia mengulurkan tangannya.
Tapi sebelum menyentuh tangan
itu, Maru berkata, “Daripada berjabat tangan, aku lebih suka ciuman perpisahan
saat aku diputuskan. Dan aku tak mau melakukannya di sini. Bagaimana kalau kau
meneleponku saat kau telah menemukan tempat yang spesial untuk ciuman itu. Tak
setiap hari aku bertemu wanita yang aku sukai. Kalau aku berpisah dengannya
tanpa pernah menciumnya, pasti akan sangat menyedihkan, bukan? Saat itu mari
kita berciuman dan berpisah.”
Maru meraih tangan Eun Gi dan
menggenggamnya, “Jagalah dirimu sampai kita bertemu lagi. Dan aku lebih suka
jika pertemuan kita berikutnya nanti lebih lama dari biasanya.”
Di restoran tempat Choco bekerja,
Choco didatangi oleh pacar Jae Gil yang membawa kaos bergambar Jae Gil dengan gadis itu. Tapi sekarang wajah gadis
itu sudah dihiasi telinga dan kumis kucing dan gadis itu menuduh Choco
melakukannya.
Choco pura-pura tak tahu apa yang
dimaksud dengan pacar Jae Gil. Tapi gadis itu bersikeras kalau Choco yang
melakukannya karena cemburu. Ia menuduh kalau Choco menyukai Jae Gil.
Menanggapi tuduhan itu, Choco
langsung berkata kalau ia menyukai Ashton Kutcher. Gadis itu tahu kalau yang
disukai Choco adalah Ashton Kutcher, tapi Jae Gilnya juga mirip dengan Ashton
Kutcher.
Bukannya membantah lagi, Choco
malah mengerdipkan matanya seperti berpikir dan berkata, “Setuju. Sejujurnya
mereka memang mirip, tapi..”
“Jae Gil lebih tampan daripada
Ashton Kutcher,” potong gadis itu dan membayangkan, “matanya seperti mata
rusa.”
LOL. Dan Choco marah karena pacar
Jae Gil mendahuluinya mengatakan sesuatu yang ingin ia katakan.
ROFL. Dua gadis ini benar-benar..
Choco meyakinkan gadis itu, walau Jae Gil mirip dengan Ashton Kutcher, tapi ia tak menyukainya. Gadis itu menggeleng-geleng tak percaya, membuat Choco kesal dan meninggikan suaranya, “Aku tak menyukainya!”
Choco meyakinkan gadis itu, walau Jae Gil mirip dengan Ashton Kutcher, tapi ia tak menyukainya. Gadis itu menggeleng-geleng tak percaya, membuat Choco kesal dan meninggikan suaranya, “Aku tak menyukainya!”
Namun Choco tak dapat menolak
saat gadis itu mengeluarkan handphone yang bergambar Jae Gil memonyongkan
mulutnya untuk mencium. Choco hanya melongo memandang handphone itu, dan ia tak
dapat menghindar saat pacar Jae Gil menciumkan handphone itu ke bibir Choco dan
bertanya, “Bagaimana rasanya?”
Choco berdusta kalau ia tak
merasakan apapun dan menyuruh gadis itu untuk berhenti bercanda. Ia meninggalkan
meja counter, tapi baru beberapa langkah, kakinya lemas dan terjatuh karena
jantungnya berdebar-debar.
Melihat Choco gemetar, gadis itu
semakin tak percaya ucapan Choco. Tak dinyana Jae Gil datang ke restoran itu
dan gadis itu yang pertama kali melihatnya. Ia menyolokkan kedua jarinya ke dua
matanya. Untuk membuat matanya berlinang air mata? Cara yang aneh untuk
mengeluarkan air mata buaya
Dan ia langsung mengeluarkan
tangisan membuat Jae Gil buru-buru menghampirinya. Jae Gil langsung memeluk
gadis itu, “Yoo Ra, mengapa menangis? Gara-gara Choco, kah?”
Yoo Ra langsung merengek,
berkeluh kesah tentang kaos itu, “Harga diriku sangat terluka, Oppa. Aku kan
dikenal sebagai gadis yang cantik alami tanpa make up.”
LOL, wajah seperti itu tidak
pakai make up? Hmm.. mungkin, karena make upnya sudah nempel saat operasi
plastik.
Dan yang lebih kocak lagi, Jae
Gil percaya bahkan ia menenangkan ratunya dengan berkata, “Iya, iya. Kau tahu
itu, aku juga tahu, bahkan Tuhanpun juga tahu.”
Jae Gil mengajak Yoo Ra untuk duduk menenangkan diri. “Walaupun wajahmu berlinang air mata, cintaku padamu tak akan berubah. Jadi berhentilah menangis.”
Jae Gil mengajak Yoo Ra untuk duduk menenangkan diri. “Walaupun wajahmu berlinang air mata, cintaku padamu tak akan berubah. Jadi berhentilah menangis.”
Jae Gil mencari-cari Choco dan
Yoo Ra mengisyaratkan Choco sedang bersembunyi di balik counter. Karena
sebelumnya, Choco juga menginjak kakinya.
Whaa..? Dari Hongkong, si Choco
bisa nginjak kaki Yoo Ra? Bukankah mereka terpisah oleh meja counter? Tapi
tentu saja Jae Gil tak dapat mendengar omelan saya.
Dengan lebay, Yoo Ra mengeluhkan
kalau Choco melakukan hal itu karena tak menyukai kecantikannya. Dan lagi-lagi
ia merengek sedih, “Apakah menjadi cantik itu sebuah kejahatan?
Jae Gil kembali menenangakan Yoo
Ra, “Kalau menjadi cantik adalah sebuah kejahatan, maka kita berdua sudah
dihukum mati sejak dulu.”
Ia menyeret Choco dengan menjewer
telinganya dan menyuruh Choco untuk meminta maaf pada Yoo Ra sekarang juga.
Choco meminta maaf, “I’m sorry”, tapi Jae Gil menyuruhnya meminta maaf kembali
dengan bahasa Korea.
Choco meminta maaf lagi. Jae Gil
menyuruh Choco meminta maaf lagi karena menginjak kaki Yoo Ra. Tapi Choco tak
mau karena ia tak pernah melakukannya.
Mengesalkan sekali. Betapa
Yoo Ra dengan lebaynya mengatakan kalau mungkin
ia yang harus disalahkan karena kecantikannya yang keterlaluan hingga membuat
orang iri.
Dan Jae Gil juga mulai memarahi Choco seperti anak kecil yang menunjukkan kalau hidup orang itu sudah ditakdirkan. Menjadi tampan (menunjuk dirinya sendiri) atau jelek (menunjuk Choco), membuat orang memiliki garis hidupnya sendiri. Dan jika menyimpang dari garis hidup itu akan mempermalukan diri sendiri.
Dan Jae Gil juga mulai memarahi Choco seperti anak kecil yang menunjukkan kalau hidup orang itu sudah ditakdirkan. Menjadi tampan (menunjuk dirinya sendiri) atau jelek (menunjuk Choco), membuat orang memiliki garis hidupnya sendiri. Dan jika menyimpang dari garis hidup itu akan mempermalukan diri sendiri.
Ia memegang pundak Choco dan mengancamnya,
“Kalau hal ini terjadi lagi, aku tak peduli kalau kau adalah adik sahabatku.
Jika kau melukai Yoo Ra lagi, kau akan rasakan akibatnya. Mengerti?”
Dan Jae Gil membawa pulang Yoo Ra
dengan menggendongnya di belakang punggung. Ia membawa Yoo Ra ke bar tempat Mar
bekerja dan menyanyikan lagu untuknya.
Di balik meja, Maru bekerja dan
menunjukkan keahliannya membuat bola es (ternyata bola es itu dibuat dengan
pisau, kupikir dicetak) dan menaruhnya ke dalam gelas. Ia menuang minuman dan
menyajikannya pada Min Young.
Sementara itu Jae Hee di rumah,
minum-minum sampai bergelas-gelas. Sedangkan Eun Gi berada di kantor dan
memeluk boneka Barbie-nya.
Keesokan harinya Eun Gi gusar
bukan kepalang karena ia diminta oleh Joon Ha untuk tidak mengikuti rapat
direksi. Yang memberi perintah adalah Presdir Seo. Alasannya adalah karena
skandal yang terjadi saat sarapan di hotel.
Eun Gi tak mau mengikuti perintah
itu, malah bergegas ke ruang rapat walaupun dilarang oleh Joon Ha. Tapi ia pun
tak bisa langsung masuk karena pintu dikunci. Ia menggedor pintu berkali-kali.
Pintu baru terbuka setelah Min
Young, yang mendapat persetujuan dari Presdir Seo, membuka pintu ruang rapat.
Seolah tak terjadi apa-apa, Eun Gi masuk dan mengikuti ruang rapat.
Rapat kali ini membicarakan
tentang pembelian saham perusahaan Joo Byung. Pangsa pasar elektronik mereka
hanya 21%, sedangkan pangsa pasar pesaing mereka Joo Byung Electronik adalah
38%. Jika mereka melakukan merger maka pembelian ini akan sangat menguntungkan.
Tapi merger ini membutuhkan dana sekitar 1,2 triliun won, sedangkan cadangan
uang mereka tak mencukupi untuk nilai sebesar itu.
Maka satu-satunya cara adalah
menjual asset perusahaan. Beberapa asset dilontarkan untuk dijual, tapi tak
dapat direalisasi. Hanya ketika Min Young melontarkan usul untuk menjual resor
Aomori di Jepang, Presdir Seo mengangguk dan mempertimbangkannya.
Tahun 2009, investor Rowling dari AS menawar resor Aomori seharga 103 milyar, dan mereka masih tertarik dan harga yang ditawarkan pasti lebih tinggi lagi. Dan untungnya, Jae Hee berhubungan baik dengan eksekutif Rowling.
Tahun 2009, investor Rowling dari AS menawar resor Aomori seharga 103 milyar, dan mereka masih tertarik dan harga yang ditawarkan pasti lebih tinggi lagi. Dan untungnya, Jae Hee berhubungan baik dengan eksekutif Rowling.
Tapi Eun Gi langsung menyuarakan
penolakan. Resor itu memiliki kenangan antara ayah dan ibunya. Ia memohon pada
ayahnya,
“Ayah? Di sini tak ada ayahmu!" Ayah Eun Gi langsung memotong dan menghardiknya. "Resor itu bernilai 1,2 triliun. Bagaimana mungkin kau membawa-bawa perasaan sentimentalmu? Apakah begini caramu mengurus perusahaan?”
“Ayah? Di sini tak ada ayahmu!" Ayah Eun Gi langsung memotong dan menghardiknya. "Resor itu bernilai 1,2 triliun. Bagaimana mungkin kau membawa-bawa perasaan sentimentalmu? Apakah begini caramu mengurus perusahaan?”
Eun Gi menatap ayahnya tak
percaya. Tapi ayahnya belum puas. Seakan menabur garam di atas luka hati
putrinya, ayah menunjuk Jae Hee sebagai team leader dalam proyek ini sebagai
latihan. Suatu hari nanti Jae Hee akan duduk managemen perusahaan.
Ayah menyuruh Min Young untuk membantu Jae Hee memenangkan proyek ini, karena Min Young mengenal masalah ini lebih baik dari siapapun.
Ayah menyuruh Min Young untuk membantu Jae Hee memenangkan proyek ini, karena Min Young mengenal masalah ini lebih baik dari siapapun.
Maru berada di rumah dan ia membuka
sebuah kotak yang berisi barang-barang yang ia gunakan saat kuliah dulu. Ada
jas dokter, stetoskop dan buku-buku kedokteran. Ia membuka salah satu buku yang
penuh dengan catatan dan stabilo untuk menggarisbawahi kata-kata penting.
Di salah satu halaman ada fotonya dan Jae Hee yang sedang merayakan ulang tahun. Ia membalikkan foto itu dan menutup buku.
Di salah satu halaman ada fotonya dan Jae Hee yang sedang merayakan ulang tahun. Ia membalikkan foto itu dan menutup buku.
Lagi-lagi rumah Maru kedatangan
seorang wanita. Wanita itu mencari Maru. Choco, yang saat itu ada di depan rumah,
memberitahu kalau kakaknya sedang tidak ada di rumah. Ia juga meminta agar
wanita itu tak repot-repot mengejar Maru karena Maru mendekatinya hanya untuk
uangnya saja.
Wanita itu heran pada Choco yang
menjelek-jelekkan kakaknya sendiri, tapi Choco berkilah kalau yang ia katakan
adalah kenyataan. Maru melakukan hal ini untuk memperoleh uang pengobatan Choco
yang sakit-sakitan. Dan ia mengatakan ini tak hanya pada wanita itu saja, tapi
juga pada tiap wanita yang datang ke rumah ini.
Wanita itu pergi, dan Maru pun
keluar. Choco terbelalak melihat kakaknya ada di rumah. Apakah Maru mendengar
semua kata-katanya? Tanpa senyum Maru mengiyakan, membuat Choco semakin
ketakutan, “Apakah kau akan membunuhku setelah ini?”
Kali ini senyum Maru muncul, “Bagaimana
mungkin aku akan membunuhmu, kalau selama ini aku selalu menjagamu agar terus
hidup?” goda Maru. Sambil mencubit pipi Choco, ia malah memuji tindakan Choco
tadi.
Maru melangkah pergi, tapi
kata-kata Choco menghentikan langkahnya, “Oppa, carilah orang yang benar-benar mencintaimu..Gadis
yang kau bawa di Joo Moo Jin kemarin sepertinya baik. ”
Maru tersenyum mendengar permintaan
Choco, “Sekarang kau pasti benar-benar sembuh karena kau bisa cerewet seperti
ini.”
Terdengar perih di telinga Maru,
tapi ia tak dapat berkata kasar pada Choco, maka ia membalikkan pertanyaan itu
pada adiknya, “Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah bisa melupakan Ashton
Kutcher?”
Saat keluar rumah, Maru mendapat telepon dari Eun Gi yang tanpa ba bi bu langsung meminta Maru menyebutkan 10 orang yang rela menyerahkan tahta demi cinta.
Maru menjawab, “Edward XI, Putri Pyung
Gang, Putri Nang Nang, Putri Sunhwa,” Maru terdiam sejenak seperti kehabisan
ide, namun kemudian ia lanjutkan, “Putri Fiona dari Shrek, Gu Jun Pyo dari Boys
Before Flowers.”
Ha. Kenapa nggak sekalian Putri
Se Ryung dari Princess’ Man?
Saat ditanya apa yang sedang Maru
lakukan sekarang, ia menjawab kalau ia sedang berdiri di depan rumah menjawab
pertanyaan Eun Gi.
“Aku kangen padamu,” kata Eun Gi
tiba-tiba. Maru bertanya dimanakah Eun Gi sekarang, karena ia akan menyusulnya.
Eun Gi menjawab kalau ia sekarang ada di Aomori, tempat ia menyimpan semua
kenangan bersama ayah ibunya. “Tapi Presdir dan istri barunya memutuskan untuk
menjual tempat ini.”
Maru diam mendengar kalau Eun Gi
sekarang sedang berusaha menggagalkan penjualan resor itu, tapi tingkat
kegagalannya 90% dan ada kemungkinan ia akan ditendang dari perusahaan setelah
ini, “Jika aku jatuh miskin, maukah kau..”
“Aku akan membawamu,” potong
Maru. “Tempatku mungkin tidaklah mewah. Tapi aku memiliki banyak kamar. Aku
tinggal bersama adikku dan sahabatku. Aku punya 7 pasang alat makan, aku punya
selimut dan bantal yang banyak.”
Aww.. so sweet banget.
Eun Gi menyetujui tawaran Maru.
Jika suatu hari ia harus menyerah, ia akan menyerah, “Hingga saat itu, doakan
aku untuk berhasil.”
Kata-kata Eun Gi terhenti karena
ada Jae Hee berdiri di depannya. Ia menurunkan handphone tapi lupa mematikannya.
Jae Hee menyindir kalau Eun Gi punya banyak waktu untuk jalan-jalan. Eun Gi
menjawab berkat Jae Hee, ia memiliki banyak waktu luang karena ia tak perlu
pergi ke kantor, “Aku berniat membuat keributan di sini. Aku akan menghentikan
apa yang akan kau lakukan.”
Ia telah menemukan cara untuk
mencegah agar resor ini tak terjual. Jae Hee tak takut pada ancaman Eun Gi.
Jae Hee hanya tertawa dan tak menganggap Eun Gi sebagai lawan sepadan. Ia sudah separuh jalan menuju tujuannya. Jalannya tak mulus dan gampang. Berkali-kali ia dilempari batu sepanjang perjalanannya.
“Bagaimana orang sepertimu bisa memahamiku? Aku akan menuju tempat itu.. bagaimanapun caranya. Aku tak akan memaafkan orang yang mencoba menghentikanku. Tak peduli siapapun orangnya.” |
Dengan nada suara berubah manis dan keibuan Jae Hee menyibak rambut Eun Gi dan menyuruhnya untuk menikmati liburannya di Aomori, berendam air panas, setelah itu pulang ke rumah. Eun Gi hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu.
Di ujung telepon, Maru
mendengarkan seluruh ucapan Jae Hee dan raut wajahnya mengeras. Tahu kalau Eun Gi
tak menyadari handphonenya masih tersambung dengannya, ia yang memutus
sambungan. Tapi kata-kata Jae Hee terus terngiang di telinganya. Aku akan menuju tempat itu.. bagaimanapun
caranya.
Eun Gi bernostalgia di taman
resor. Ia menaruh boneka Barbie-nya di ayunan, dan berkata pada boneka itu,
“Jangan khawatir, aku akan menemukan cara karena aku adalah Seo Eun Gi. Aku tak mudah dijatuhkan begitu saja. Percayalah padaku, Bu.” |
Sementara itu Jae Hee menyambut
investor Rowling dan dengan kata-kata sambutan, “Long time no see, Richard. You've
gotten even sexier than I remember.”
Ih, seberapa dekat
hubungan mereka sampai Jae Hee mengomentari partner bisnisnya, sexy? Dan
jika sedekat itu, apakah yakin hubungan mereka hubungan bisnis?
Malam itu, Eun Gi berkutat di
meja di dalam bungalownya. Mencari sumber uang yang dapat digunakan untuk
menggantikan penjualan Aomori. Tapi semakin malam, dana itu tak kunjung ia
temukan. Hari sudah hampir pagi dan waktu juga mulai menipis, tapi ia masih ada
di jalan buntu.
Subuh menjelang, Eun Gi keluar
bungalow dan membasuh muka untuk menyegarkan diri. Berbaring di rerumputan, ia
menatap langit dan bertekad, “Aku belum menyerah. Aku belum kalah.”
Ia tertidur kelelahan hingga pagi
menjelang. Tidurnya sangat lelap sehingga ia tak menyadari ada seseorang
bersepatu kets menghampirinya. Orang itu menggendong Eun Gi dan membawanya..
Eun Gi gelagapan dan terbangun.
Belum sempat ia berteriak memarahi orang yang berani-beraninya menceburkannya
ke dalam kolam, ia terpana karena di pinggir kolam Maru berdiri di sana dan
berkata,
No comments:
Post a Comment