Tuesday, January 22, 2013

Sinopsis Nice Guy Episode 6



Kenangan pertemuan pertama Maru dan Jae Hee muncul kembali. Saat Maru mengobati luka Jae Hee. Namun kali ini kenangan itu muncul bersamaan dengan suara Maru :

Jika boleh jujur, pada hari itu seluruh mimpiku menjadi kenyataan. Jae Hee, nama yang mampu menenggelamkan hatiku, duduk dan tersenyum di hadapanku.

Jae Hee : “Kau milikku sekarang” 
Dan aku jadi serakah dan mulai bermimpi. Kadang aku masih belum bisa percaya, kalau ia adalah Han Jae Hee-ku. Aku bersyukur dia ada di sampingku.
Ternyata kata-kata itu adalah catatan yang ditulis Maru saat ia kuliah dulu.

Aku percaya, walau aku tak dapat membuatnya kaya dan terkenal, tapi aku akan selalu menjaga dan mencintainya.

Dan kata-kata itu terngiang di benak Maru saat ia mencium Eun Gi di malam itu. Mata Eun Gi yang tertutup saat berciuman, tak dapat melihat mata Maru terbuka dan sebenarnya kosong tanpa nafsu.  
Aku tak akan meninggalkanmu.
Malam itu Maru dan Eun Gi menonton karnaval. Maru meraih tangan Eun Gi dan menggenggamnya. Eun Gi terkejut merasakan sentuhan Maru, tapi ia tersenyum dan matanya memandang karnaval kembali.
Tak peduli apapun yang terjadi, aku tak akan melepaskan tanganmu.

Tapi tiba-tiba Maru menghilang. Eun Gi panik mencari-carinya. Semakin ketakutan karena sebenarnya yang diparadekan di karnaval itu adalah makhluk-makhluk yang menakutkan.
Aku akan selalu berada di tempat kau bisa menemukanku.

Padahal Maru ada di seberang jalan, hanya mengamati Eun Gi dengan tatapan dingin, membiarkan Eun Gi yang ketakutan.
Hidupku berawal dengan dirimu dan aku berjanji akan mengakhirinya bersamamu.

Akhirnya Eun Gi menemukannya. Wajah Maru langsung berubah, dari dingin menjadi hangat, dan tersenyum menenangkan Eun Gi. Ia mengacungkan dua kaleng, mengisyaratkan kalau ia tadi pergi membeli minum. Tapi Eun Gi, yang seperti anak hilang, berlari dan langsung memeluknya.

Kuharap dia merasakan hal yang sama.

30 Juni 2003, Love – Maru
Hanya ketika Eun Gi yang sudah berada di pelukan dan tak dapat melihatnya, wajah Maru kembali dingin dan tatapannya kosong.

Dan itu adalah adegan pembuka Nice Guy Episode 6.

Sinopsis Nice Guy Episode 6 - 1



Eun Gi pulang dijemput oleh Sekretaris Hyun yang kaget akan perubahan sikap Eun Gi. Dengan riang Eun Gi bertanya, apakah Sekretaris Hyun mengira ia sudah gila? Ia  berkata kalau ia sedang jatuh cinta. “Bagaimana mungkin cinta membuat orang tak berdaya? Mengejutkan,” Eun Gi berkaca dan sambil menatap wajahnya yang bersinar, “Kemana saja aku selama ini?”

Sekretaris Hyun menebak kalau Eun Gi sedang jatuh cinta pada pria yang membuat ayah Eun Gi marah besar. Eun Gi tak membantah, hanya berkata kalau ia perlu membeli baju baru, seperti gaun atau rok yang feminin, lembut dan seksi. Ia juga meminta Sekretaris Hyun untuk mengirimkan Sekretaris Kim padanya. Sekretaris Kim sepertinya pandai berdandan.

Kata-kata Eun Gi itu membuat Sekretaris Hyun kaget hingga terbatuk-batuk, membuat Eun Gi menepuk-nepuk punggungnya, bersimpati, “Kan sudah kukatakan untuk jangan terkejut melihatku. Aku juga sudah memperingatkan bagaimana gilanya aku.”

Mereka sudah sampai di depan rumah Eun Gi. Sebelum Eun Gi turun, Eun Gi meminta Sekretaris Hyun untuk tak menceritakan hal ini pada ayahnya, “Mungkin ia akan langsung mengirimku ke rumah sakit jiwa.”

Sekretaris Hyun mengeluarkan sebotol obat anti depresan dan meminta Eun Gi untuk memakainya jika diperlukan.

Eun Gi menolak obat itu. Ia tersenyum dan berkata, “Aku kan Seo Eun Gi.”

Seolah tahu apa yang akan dihadapinya, Eun Gi tak terkejut Joon Ha sudah menunggunya dengan wajah cemas. Koper-kopernya sudah tertata rapi di ruang tamu.

“Aku belum makan seharian ini. Bisakah aku makan dulu sebelum ditendang dari rumah ini?” tanya Eun Gi sinis untuk kemudian berteriak pada pembantunya untuk menyiapkan makan.

“Bagaimana mungkin kau bisa makan di saat-saat seperti ini?!” teriak Ayah marah. Ia muncul dengan Jae Hee yang mendorong kursi rodanya. Jae Hee kemudian meninggalkan ruangan dengan alasan akan memandikan Eun Suk.

Eun Gi berkata kalau ia ingin makan dan minum dulu sebelum pergi dari rumah. Tapi ayah menyuruhnya pergi sekarang juga. Pada Joon Ha,  ia menyuruhnya mengambil semua kartu kredit dan mobil Eun Gi. Hubungi seluruh hotel untuk melarang anak ini masuk. Semua pegawai dilarang untuk memberi bantuan padanya.
“Apa ada yang lain?” tantang Eun Gi.
“Kau tak perlu masuk kantor lagi. Jika aku membiarkanmu satu hari lagi bekerja di sana, aku takut Tae San akan bangkrut,” jawab ayah pedas.

Eun Gi bertanya pada ayahnya, kenapa ayah tak memujinya sedikitpun karena berhasil menyelamatkan resor yang ditinggalkan oleh almarhumah istrinya dari penipu? Tapi ayah tak akan pernah memujinya karena Eun Gi telah menggagalkan penjualan yang sangat merugikan perusahaan. Jika tak dihentikan oleh Jae Hee, sebenarnya ayah ingin melaporkan Eun Gi ke polisi.

Dan orang yang disebut-sebut ayah sedang bermain dengan Eun Suk dengan gembira.


Joon Ha mencoba menengahi pertikaian ayah anak ini. Sebenarnya niat Eun Gi baik. Ia mohon agar Presdir Seo memaafkan Eun Gi kali ini saja.

Tapi Presdir Seo tak mau karena Eun Gi tak merasa salah dan tak mau minta maaf, “Bagaimana mungkin aku mau memaafkannya?”

Eun Gi tak merasa bersalah karena menyelamatkan Aomori adalah hal yang paling membanggakan dan paling brilian yang pernah ia lakukan, “Jika hal ini terulang lagi, aku tak akan segan untuk melakukannya lagi.”
“Keluar!” bentak ayah marah.

Eun Gi melakukan apa yang ayah perintahkan. Bahkan ia tak mau membawa semua koper yang ada di ruang tamu, “Semua barang yang ada di koper-koper itu berasal dari Tae San semua, jadi aku tak mau membawanya,” kata Eun Gi menantang. “Sebenarnya aku juga ingin melepas bajuku, tapi aku tak mungkin pergi dengan telanjang, kan?”
Eun Gi memberi hormat pada ayahnya, dan berkata, “Jagalah kesehatan Anda.. Pak Presdir.”

Dan Eun Gi pun pergi meninggalkan rumah tanpa menoleh lagi pada ayahnya. Joon Ha buru-buru mengejar Eun Gi, meninggalkan ayah yang menahan air mata yang menggenang di matanya dan memegangi dadanya kesakitan.

Joon Ha menghentikan Eun Gi dan memberikan kartu kreditnya. Ia memberikan ini bukan sebagai pegawai Tae San, namun sebagai oppa yang mengenalnya sejak Eun Gi belajar merangkak.

Tapi Eun Gi tak mau karena uang Joon Ha juga berasal dari Tae San dan ia tak mau curang.Ia bahkan mengambil dompetnya. Hanya mengambil uang tunai di dalamnya, Eun Gi menyerahkan dompet itu dan berkata kalau kunci mobil ada di dalam kamarnya. Ia meminta Joon Ha untuk menjaga ayahnya baik-baik.

Ia melangkah pergi, namun langkahnya berhenti karena ia ingin menanyakan sesuatu pada Joon Ha, “Dimanakah aku bisa mencegat bis?”

Jae Hee akhirnya selesai memandikan Eun Suk, dan memuji putranya sebagai yang terbaik dan mirip dengan ayahnya.

Hari sudah malam saat Eun Gi pergi ke rumah Maru. Di depan gerbang, ia ragu untuk maju. Apalagi ia mendengar suara lagu yang diputar keras-keras.

Ternyata yang memutar lagu itu adalah Jae Gil yang sedang ber-shuffle dance dengan riang bersemangat namun aneh. Dan tariannya itu berhenti karena Choco mematikan player. Kenapa dimatikan? Jae Gil sedang menikmati semua hal yang ada di dunia ini. Mungkin ia perlu mendaftar audisi menjadi penari latarnya Team Lee Sang  (Gary di Running Man. Ha, ya ya .. say jadi ngikutin Running Man gara-gara si Giraffe).

Melihat Choco yang mengerutkan kening melihatnya, Jae Gil malah mengajak Choco untuk keluar dari pekerjaannya yang sekarang dan mengikuti audisi juga. Ajakan Jae Gil malah membuat Choco semakin mengerutkan kening dan menebak, “Kau kangen pada Yoo Ra, bukan?”

Jae Gil serta merta membantahnya. Siapa itu Yoo Ra? “Aku hanyahanya mengenal Yuri dari SNSD tapi aku tak tahu siapa itu Yoo Ra.”

Choco langsung membentak, menggertaknya, tapi Jae Gil tetap melanjutkan tariannya. Tapi untungnya gertakan Choco harus berhenti karena terdengar bunyi bel. Ada orang di luar.

Choco kaget melihat Eun Gi yang berdiri di depan rumahnya, tapi ia tersenyum menyambut Eun Gi. Ia masih ingat kalau Eun Gi adalah gadis yang pernah ia temui di Joo Mo Jin. Eun Gi tersenyum dan bertanya dimanakah kakak Choco sekarang.

Maru sedang bekerja di bar. Namun pelanggannya hanya satu orang, Jae Hee. Jae Hee telah memesan bar itu semalaman untuk dirinya sendiri. Maru tak senang melihat kedatangan Jae Hee. Tapi ia, sebagai bartender, tetap melayani Jae Hee yang memesan minuman Absinthe. Minuman yang, kata Jae Hee, membuat Van Gogh mabuk dan memotong telinganya sendiri.


Tanpa banyak kata Maru membuatkan minuman Absinthe, dan Jae Hee mengagumi kemampuan Maru yang selalu tanpa cela. Bahkan Jae Hee juga mengagumi kemampuan Maru yang bisa membuat Eun Gi yang dingin itu terpesona, “Tapi bukankah kau sebaiknya berhenti menipunya sekarang dan biarkan ia kembali ke dunianya? Ia gadis yang sangat malang. Cukuplah aku yang menghancurkannya, aku tak butuh bantuanmu.”

Maru hanya diam, masih membuatkan minuman untuk Jae Hee. Ia hanya mendengarkan ucapan Jae Hee yang mengatakan kalau Eun Gi hanya berpura-pura tampak kuat di luarnya, tapi Eun Gi tak akan dapat menyainginya, “Bagaimana mungkin orang yang memiliki semuanya dapat mengalahkan orang yang tak memiliki apa-apa?”

Omongan Jae Hee dianggap angin lalu dan Maru menyodorkan minuman yang telah ia persiapkan. Ia menyuruh Jae Hee untuk langsung minum minumannya dan segera pulang. Tapi Jae Hee pantang mundur dan berkata, “Aku benar-benar tulus saat mengatakan ingin kembali padamu. Aku juga masih memiliki perasaan pada Kang Maru.”


Maru tak menjawab. Ia malah mengambil handphonenya yang berbunyi. Ada SMS dari Jae Gil yang mengatakan kalau Eun Gi akan datang ke bar, dan menyuruh Maru untuk menyingkirkan semua wanita yang ada di pelukannya. Mereka akan tiba di bar 10 menit lagi.


Di taksi, Eun Gi mengatakan kalau Jae Gil tak perlu repot mengantarkannya. Tapi Jae Gil mengatakan kalau ia memang harus kesana juga. Ia juga bekerja di bar itu Mereka akan tiba di bar 10 menit lagi.

Ia juga bekerja di bar itu, “Aku menyanyi di sana. Apa kau mau tanda tanganku?”

LOL. Pertanyaan aneh dan narsis. Eun Gi hanya dapat tersenyum canggung, tak tahu bagaimana menjawabnya. Untung handphone Eun Gi berbunyi. Telepon dari Maru.
Ia mengangkat telepon dan menyapa Maru. Terdengar suara Maru di ujung telepon.

Tapi Eun Gi tak tahu kalau sebenarnya Maru menaruh handphonenya dan memasangnya dengan mode speakerphone. Sambil tersenyum dingin dan memandang wajah Jae Hee yang pucat, ia berkata kalau ia kangen sekali pada Eun Gi.

What? Apakah ini Maru yang sebenarnya?


Jae Hee menggenggam gelasnya lebih erat saat suara Eun Gi mengatakan kalau ia telah diusir dari rumah. Maru menjawab (dengan tersenyum pada Jae Hee) kalau ia telah menduga hal itu. Jadi ia telah mempersiapkan tempat untuk Eun Gi. Eun Gi dapat tinggal di kamarnya. Bersamanya.

Eun Gi tersipu-sipu mendengarnya dan mengatakan kalau ia sekarang lapar. Maru menjawab kalau ia akan memasak untuk Eun Gi. Eun Gi suka makan ramen, dimsum goreng dan kue beras pedas. Dengan suara rendah menggoda, Maru menatap tajam pada Jae Hee namun menjawab Eun Gi, “Aku akan membuatkan untukmu. Cepatlah kesini.”

“Aku mencintaimu,” kata-kata itu tiba-tiba terlontar dari mulut Eun Gi. Tak mendengar jawaban dari Maru, ia mengulang kata-kata itu lebih keras hingga Jae Gil menoleh melihatnya.

Maru tersenyum sinis  dan berkata, “Aku juga. Aku mencintaimu..”tatapannya masih mengarah ke Jae Hee saat melanjutkan kata-katanya, “.. Seo Eun Gi.”

Di ujung telepon, Eun Gi tersenyum senang dan menutup telepon. Ia bertanya pada Jae Gil, berapa lama lagi mereka akan sampai? Jae Gil mengatakan kalau sebentar lagi mereka akan sampai. Ia tersenyum pada Eun Gi, namun kemudian parasnya serius saat bertanya, “Apakah kau benar-benar tak mau tanda tanganku?”

Hehehe..

Maru keluar dari balik meja bartender dan meninggalkan Jae Hee. Ia menyuruh Jae Hee untuk segera pulang karena pacarnya akan datang ke sini. Jae Hee meraih tangan Maru, mencegahnya pergi, “Kau akan membawa-bawa gadis itu sampai mana? Ia kelihatan 100% tulus padamu. Apakah kau bisa tenang setelah kau memperalat seorang gadis yang polos?”

“Apa kau pikir aku 100% berpura-pura padanya?” potong Maru. “Aku pria biasa dengan otak pas-pasan. Sedangkan ia pintar, cantik dan memiliki latar belakang yang mengagumkan. Apa kau pikir aku bisa 100 % berpura-pura dengannya?” Maru menyuruh Jae Hee untuk segera pergi, karena pasti akan aneh jika Jae Hee berpapasan dengan Eun Gi.

Tapi Jae Hee tak dapat digertak begitu saja. Bukankah Maru juga akan merasakan hal yang sama? “Haruskah kita tertangkap basah sekarang, Maru?”

Tanpa menunggu jawaban, Jae Hee menarik kepala Maru dan menciumnya. Jae Hee tersenyum menantang, “Pose kita ini pasti tak akan membuat orang salah paham, kan? Saat Eun Gi nanti masuk, ia langsung tahu apa yang sedang terjadi di dalam dan mengerti siapa yang memperalatnya beserta cara dan alasan mengapa memperalatnya. Mari kita sama-sama tertangkap basah, Kang Maru.”

Maru menatap marah pada Jae Hee. Ia menghapus bekas ciuman Jae Hee dan berkata, “Berhenti bermain-main.”

Tak disangka Maru mendorong Jae Hee ke tembok dan memaksakan ciuman ke bibir Jae Hee. Jae Hee mengernyit panik dipaksa seperti itu. Tapi Maru tetap pada posisinya dan kemudian mengeluarkan handphonenya, dan memotret mereka berdua yang masih berciuman.
Setelah foto didapat, Maru melepaskan ciumannya, puas.
“Apa ini? Apa yang sedang kau lakukan?” teriak Jae Hee marah.

“Bukankah kau dulu adalah wartawan untuk berita? Kupikir kau tak tahu apa arti tertangkap basah,” Maru menunjukkan handphone yang sudah memotret mereka, “Ini adalah caranya kau tertangkap basah, Han Jae Hee.”

Mata Jae Hee terbelalak melihat foto itu, menepisnya hingga handphone Maru jatuh ke lantai, “Apakah kau sudah gila?”

Eun Gi sudah sampai di luar bar. Tiba-tiba handphone Eun Gi berbunyi dan ada pesan gambar datang, membuat ia tercengang setengah mati. Foto Jae Hee dan Min young yang sedang berciuman. Ia langsung menelepon Joon Ha dan menghardiknya marah.

Maru memungut handphone dan bertanya kalem namun keji, “Inilah imbalannya kalau kau memainkan permainan ini. Apakah kau tak mengerti?” Maru mengembalikan kata-kata Jae Hee sebelumnya untuk menggambarkan hubungan mereka berdua. “Bagaimana seorang yang memiliki banyak hal bisa mengalahkan seseorang yang tak memiliki apa-apa? Dari awal mereka memang sudah digariskan berbeda.”

“Bukankah katanya kau ingin menyeretku turun?” tanya Jae Hee pedas, “apakah kau pikir kau bisa menurunkanku setelah kau memanjat naik? Untuk naik ke atas, kau harus merendahkan dirimu ke sebuah tempat yang gelap dan jahat.”
“Kupikir bisa,” jawab Maru.
“Oke, kalau begitu mari kita lakukan,” tukas Jae Hee yakin. “Aku tak akan turun dan kau juga tak mau berhenti. Jadi mari kita lanjutkan. Mari kita lihat, sejauh mana kita dapat bertahan.”

Dan Jae Hee berlalu pergi. Namun sebelumnya ia sedikit limbung dan tertatih-tatih. Dan untuk pertama kalinya sejak ia bertemu Jae Hee, Maru menampakkan kekhawatiran yang sesungguhnya saat melihat langkah Jae Hee yang gontai.

Jae Hee bertemu dengan Jae Gil di luar. Belum sempat ia menyapa, Min Young datang dengan mobilnya dan mengantarkan Jae Hee pergi.

Di mobil, Min Young menawarkan untuk mengantarkan Jae Hee ke rumah sakit. Tapi Jae Hee menolaknya. Ini adalah penyakit punggungnya yang kadang-kadang kambuh dan tak perlu dikhawatirkan.


Dengan nada letih ia berkata kalau ia tahu Min Young memiliki ambisi pribadi dan menyuruh Min Young untuk mempergunakan dirinya untuk mencapai ambisi itu, “Tapi hanya gunakan aku dan jangan menyukaiku. Wanita ini, Han Jae hee, lebih baik diperlakukan seperti itu.”

Di bar, Jae Gil menemukan Maru duduk terdiam. Melihat Maru terdiam mematung, ia bertanya apa yang diminta oleh Jae Hee? Apakah ia ingin memulai dari awal lagi? Atau yang lainnya?

Maru menyuruh Jae Gil untuk tidak berlebihan. Ia bertanya dimanakah Eun Gi? Bukankah katanya mereka datang bersama-sama?

Jae Gil menjelaskan kalau ada sesuatu hal yang mendadak sehingga ia pergi lagi naik taksi. Tapi ia tak tahu hal apa itu. Tapi bagi Jae Gil, lebih baik begini. Tahukah Maru kalau ia sudah putus dengan Yoo Ra? Karena Choco aku harus berpura-pura di rumah, bahkan tak dapat menangis. “Teman, maukah kau menemaniku minum? Hiburlah aku.”

Eun Gi menemui Joon Ha untuk memarahi Joon Ha yang mengiriminya foto yang sudah diphotoshopped. Tapi Joon Ha mengatakan kalau foto itu bukan foto buatan, tapi ia dapat dari kamera CCTV. Ia menunjukkan foto yang lebih besar di Note-nya, membuat Eun Gi lebih terkejut lagi.

Joon Ha mengirimkannya foto ini untuk menarik perhatian Eun Gi, kalau tidak Eun Gi tak akan mau datang menemuinya. Ayah Eun Gi menawarkan syarat yang harus dilakukan agar Eun Gi dapat kembali ke perusahaan. Kalau Eun Gi dapat menyelesaikan masalah serikat buruh dalam dua hari, ayah Eun Gi akan mengembalikan posisinya.

Eun Gi datang bukan untuk masalah kerja, tapi masalah foto. Tapi bagi Joon Ha, hal ini lebih penting. Eun Gi harus kembali ke perusahaan, bagaimanapun caranya. Presiden direktur sedang sakit, dan Jae Hee akan mulai bekerja di perusahaan mulai bulan depan, setelah penjualan Aomori selesai, “Mereka mampu melakukan segalanya. Jika kau pergi sekarang, kau mungkin tak akan bisa kembali ke perusahaan.”

Eun Gi mencengkeram lengan kursi erat, geram dengan kondisi ini. Apakah ayahnya tahu tentang masalah foto ini? Joon Ha tak berani melakukannya karena kesehatan ayah Eun Gi.
Joon Ha bertanya apa yang bisa mereka lakukan sekarang? Ia mengulang lagi pertanyaannya karena Eun Gi tak kunjung menjawab. Ketiga kali Joon Ha bertanya, Eun Gi meledak marah, “Aku sedang berusaha berpikir keras sampai kepalaku seperti mau pecah! Tolong jangan bicara lagi.”

Saat mobil Min Young berada di depan rumah Jae Hee, Presdir Seo meneleponnya dan menyuruh Min Young untuk memasang alat pelacak di handphone Jae Hee. Tadi Jae Hee pamit untuk menemui guru Eun Suk, tapi menurut gurunya pertemuan itu dibatalkan.

Sambil memegangi dadanya yang kesakitan, ia berkata kalau kadar kepercayaannya terhadap wanita hanya 30% saja.

Min Young berjanji melakukannya, dan dari kaca ia melihat kalau Jae Hee mendengarkan pembicaraannya.




Pernah dengar quote ini? Kalau jadian, makan-makan. Kalau putus, minum-minum. Nah itulah yang terjadi pada Jae Gil.
Maru menemaninya duduk, tapi tidak ikut mabuk. Ia masih mengkhawatirkan Jae Hee yang tadi berjalan tertatih-tatih.



Ia ingat bagaimana dulu Jae Hee pernah dipukul dan ditendangi oleh kakak Jae Hee, hanya karena Jae Hee tak mau memberikan tasnya yang didalamnya ada buku tabungannya. Jae Hee tak mau memberikan tas itu dan malah meringkuk melindungi tas itu, membiarkan punggungnya ditendangi oleh kakaknya. Isi buku tabungan itu adalah uang kuliah Maru, bukan uangnya dan ia tak mau memberikan uang itu.

Mengingat hal itu, Maru menenggak sojunya lagi dan mengabaikan panggilan telepon Eun Gi.

Eun Gi sekarang ada di kedai dan ditemani oleh Joon Ha, ia menemui pemimpin serikat buruh. Ia berterima kasih pada mereka yang masih menemuinya. Ia menyebut dirinya sendiri pengkhianat berlidah dua.
Ia mengulurkan tangan tapi mereka tak mau berjabat tangan dan memandang Eun Gi dengan curiga. Eun Gi tersenyum dan berkata kalau mereka pasti tak mau mempercayainya. Maka ia menawarkan minum, seperti yang sebelumnya sering mereka lakukan. Dan bagaimana jika bertaruh di depan pengacaranya?


Ia berkata pada orang yang ditengah, yang katanya kuat minum. Bagaimana jika mereka bertaruh di depan pengacaranya? Jika Eun Gi kalah, maka ia akan mengikuti kemauan mereka. Namun jika mereka kalah, maka mereka harus mengikuti kemauan Eun Gi. Di depan mereka sudah ada satu krat soju. Ia sudah mempersiapkannya untuk pertaruhan ini.

Jae Gil dan Maru sama-sama tertidur karena mabuk. Choco yang datang ke bar, melihat Jae Gil tertidur di lantai. Dalam tidurnya, Jae Gil memanggil-manggil Yoo Ra. Mengapa Yoo Ra pergi saat ia menyuruhnya pergi?

Melihat itu, Choco menyadari kalau Jae Gil masih belum bisa melepaskan Yoo Ra dan Jae Gil menari gila agar tidak membuatnya khawatir. Ia tersenyum kagum pada Jae Gil, “Mengapa ia sangat hebat dan keren?”

Ia membangunkan Jae Gil, tapi Jae Gil hanya bergumam tak jelas. Choco hanya mendengar Jae Gil memanggil namanya, tapi setelah itu ia tak dapat memahami kata-kata Jae Gil.

Jae Gil menggumam sekali lagi, dan kali ini ia menangkap kata-kata Jae Gil, “Jam tangan?” ia mendengarkan lebih baik lagi dan mengartikan ‘Jam tangan Maru’.

Choco langsung mengambil jam tangan dari tangan Maru yang masih tertidur dan memakaikannya ke tangan Jae Gil. Ia memuji jam tangan itu yang lebih pantas dipakai Jae Gil.
Hehe.. Choco ini simple banget pikirannya. Ngapain juga Jae Gil ingin memakai jam tangan Maru? Ia kemudian mengajak Jae Gil pulang. Ia menarik Jae Gil dan..

.. menggendongnya ala piggyback. LOL banget. Jae Gil yang tingginya amit-amit itu di gendong Choco yang imut.


Hasilnya kaki Jae Gil menjuntai di lantai dan terseret-seret saat Choco mulai berjalan.

Sebelum pergi, Choco menoleh pada kakaknya yang juga tertidur mabuk dan berkata, “Oppa, kau tahu kan bagaimana pulang sendiri? Sampai ketemu di rumah, ya..”

Hehe.. ni Choco benar-benar adik yang ‘setia’ nih..

Eun Gi dan Ketua serikat mulai membuka dua botol soju dan menuangnya ke dalam baskom. Berbaskom-baskom diminum, hingga akhirnya Eun Gi tak kuat lagi. Tapi Eun Gi menutupinya dengan berpura-pura akan ke toilet.

Di luar, Joon Ha menghentikan Eun Gi dan bertanya maksud taruhan Eun Gi yang ceroboh ini. Jawab Eun Gi, “Aku berharap mereka akan mempermudah usahaku karena menganggap hal ini lucu.”

Dengan lebih serius Eun Gi menjelaskan kalau ayahnya memberikan tugas yang mustahil ia lakukan, kecuali ia menggunakan tukang pukul dan memukuli mereka yang berdemo hingga mereka menuruti kemauannya. Tapi ia tak mau menggunakan cara itu. Karena ayahnya yang tergila-gila pada Jae Hee, ayahnya menyuruhnya masuk ke kandang macan. “Oleh karena itu, aku tahu jalan keluarnya,” kata Eun Gi.

Joon Ha ingin tahu jalan keluar apa yang bisa diberikan Eun Gi. Sambil menggeleng-gelengkan kepala agar tetap sadar, Eun Gi menjawab, “Ayo kita melarikan diri. Ambil mobilmu dan kita lari sekarang sebelum mereka sadar.”
Namun saat Joon Ha datang dengan mobilnya, Eun Gi sudah menghilang.

Maru bangun dan mendapati Jae Gil dan jam tangannya telah menghilang. Ia pun pulang ke rumah. Di tengah jalan, ia menerima telepon dari Eun Gi yang meminta maaf karena ia tak bisa datang. Maru langsung mendengar suara Eun Gi yang mabuk. Apakah Eun Gi minum-minum?

Eun Gi menjawab kalau ia hanya minum beberapa teguk saja. Ia bertanya pada Maru, apa yang Maru lakukan padanya sehingga ia seperti ini? Sepanjang hari Maru berkeliaran di kepalanya. “Rasanya aku mau gila karena memikirkanmu.”

Maru mendengar suara Eun Gi, tapi tidak di telepon. Ia mencari-cari arah suara itu dan menemukan Eun Gi duduk di sebuah lorong dan duduk, dan dengan mabuk berkata, “Aku tak dapat berpikir saat bekerja. Kau selalu muncul di kepalaku, membuatku merindukanmu.”

Maru menghela nafas, perlahan-lahan menghampiri Eun Gi yang berkata kalau ia bertindak tak seperti biasanya. Ini bukan Seo Eun Gi yang dikenal orang-orang.


Maru tak menjawab apapun, hanya berjongkok di depannya. Bukannya kaget, Eun Gi malah menatap Maru dan bertanya, “Apa ini? Apakah kau muncul di kepalaku lagi?” 


Maru menurunkan handphonenya dan bertanya, “Sebenarnya kau minum seberapa banyak?”

Eun Gi tak menjawab. Dengan telunjukknya ia menyentuh pipi Maru dan heran, “Wow, benar-benar terasa seperti yang sebenarnya. Gambarnya seperti 3 Dimensi.”
Haha.. Eun Gi kalau mabuk, lucu banget.

Eun Gi menurunkan handphonenya dan mulai mengagumi 3D yang ada di depannya. Ia meraba hidung dan bibir Maru, terkesima.

Maru hanya mampu memandang gadis di depannya yang meracau tak keruan, “Aku menyesal saat aku memikirkan tentang kehidupanmu, anggap saja kalau ini adalah satu mimpi buruk yang singkat, yang terjadi di kehidupanmu.”

Bukannya marah, Eun Gi malah memuji, “Wow, gambar ini juga bisa bicara!”

 “Kau dapat bangun dari mimpi burukmu. Dan setelah beberapa waktu, kau bahkan tak akan mengingat mimpi itu tentang apa.”
Eun Gi hanya bisa meng-oohh aahh dan menepuk-nepuk bibir Maru, “Ini benar-benar hebat. Gambar yang bisa bicara!” dan kemudian Eun Gi pun muntah.

Maru membawa Eun Gi pulang dan membaringkan tubuh Eun Gi yang terlelap. Saat menyeka leher dan wajahnya, tangan Maru berhenti menyeka dan ia memandangi Eun Gi dengan tatapan berbeda. Tertarik? Kasihan? Merasa bersalah?

Apapun artinya, pandangan Maru beralih karena bunyi handphone Eun Gi. Ternyata dari Joon Ha. Joon Ha yang khawatir akan keselamatan Eun Gi, bertanya siapa yang menjawab telepon dan apakah Eun Gi bersamanya?

Maru menceritakan kondisi Eun Gi sekarang, dan ia memperkenalkan diri sebagai Kang Maru. Joon Ha langsung menebak kalau Maru adalah pacar yang disebut-sebut oleh Eun Gi. Maru ragu menjawabnya, tapi kemudian ia mengiyakan.

Joon Ha berkata kalau hal itu melegakan, Eun Gi berada bersama Maru. Namun setelah hubungan telepon terputus, terlihat kalau perasaan Joon Ha jauh dari rasa lega.

Saat pagi datang, Maru ternyata tidur di lantai di samping Eun Gi, menungguinya. Eun Gi yang saat itu sudah bangun, hanya berbaring dan tersenyum menatap Maru.

Sementara itu di rumah besar, Jae Hee saat itu juga sudah terbangun, tetap berbaring, namun kemudian memunggungi suaminya.

Dan Joon Ha lari pagi dan berpapasan dengan Min Young. Joon Ha hanya mengangguk hormat, tanpa berkata apapun, meninggalkan Min Young. Min Young berhenti berlari dan merasa aneh dengan kelakuan Joon Ha.

Di kantor, Joon Ha memeriksa rekaman CCTV itu dan akhirnya melihat potongan rekaman yang berikutnya. Yaitu Maru yang mengantarkan Eun Gi.


Di rekaman itu wajah Maru terlihat cukup jelas untuk bisa dicocokkan dengan foto Maru. Dan ia menelepon seseorang untuk memperjelas wajah di rekaman CCTV.


Akhirnya Maru terbangun, dan mendapati Eun Gi yang menatapnya dengan senyum (ha.. jadi si Eun Gi terus menerus menatap Maru dari tadi). Mereka bertukar sapa ‘Good Morning’ dan Eun Gi bertanya apa yang ia lakukan dan katakan malam tadi, “Apakah aku berkata kalau aku sepertinya akan gila karena aku menyukaimu?”

Maru mengiyakan. Eun Gi bertanya apa lagi? Maru menjawab kalau Eun Gi mungkin tak akan mau bertanya kelanjutannya. “Kedengerannya sangat gombal, sehingga nanti kau akan muntah lagi.”

Eun Gi tersenyum, namun tetap bertanya lagi, “Diantara pengakuan gombalku, apakah kau tak memberi jawaban?”

Maru mengiyakan lagi dan Eun Gi bertanya apa jawaban Maru. Maru hanya memandang Eun Gi lama, untuk kemudian bangun sambil menjawab, “Apa kau tak lapar? Kau muntah sangat banyak semalam.”
Tapi Eun Gi tak menyerah. Ia menyuruh Maru untuk menjawabnya lagi karena ia tak mendengarnya dan tak mengingatnya. Maru tetap terdiam, membuat Eun Gi merajuk kalau Maru tak adil padanya.

Maru menyentuh lengan Eun Gi, mengajaknya untuk makan. Tapi kali ini Eun Gi bertanya lebih keras lagi. Apa jawaban Maru?

Di kantor, Joon Ha keluar ruangan security dengan lemas. Ia menelepon Sekretaris Hyun untuk memastikan apakah pacar Eun Gi bernama Kang Maru? Dan ia semakin lemas mendengarnya.


Maru menatap Eun Gi saat menjawab pertanyaannya, “Seo Eun Gi. Kau sedang sial, karena kau masuk dalam jebakan Kang Maru. Apakah kau mau melarikan diri sekarang? Bangun dan pakailah sepatumu. Larilah sekencang-kencangnya untuk bisa lari dariku. Aku hanya memberimu kesempatan satu kali saja.”


Eun Gi mencoba mencerna kata-katanya. Kata-kata Maru sedikit aneh, tapi Eun Gi mengira kalau kata-kata Maru tadi adalah gurauan ala Maru. Dan sambil tersenyum ia bertanya apakah Maru serius dengan kata-katanya? Apakah Maru ingin mengetahui jawabannya?

.. dan Eun Gi menciumnya sebagai jawabannya.


Jae Hee sedang mencoba gaun pengantinnya dengan ditemani oleh Min Young. Seriously, Min Young benar-benar mengekor kemanapan Jae Hee pergi. Apa Jae Hee tak punya teman untuk menemaninya mencoba gaun pengantin?


Ia mendapat telepon dari Maru, namun betapa kagetnya karena bukan suara Maru yang terdengar, melainkan suara kakaknya, Jae Shik, yang berkata kalau sudah lama mereka tak bertemu dan bertanya dimanakah Jae Hee sekarang?


Bagaimana handphone Maru bisa berada di tangan kakak Jae Hee? Ternyata Jae Shik datang ke rumah Maru saat Maru tak ada, memukuli Jae Gil hingga berdarah dan mengambil handphone Maru.

Choco yang mengadu pada Maru yang baru saja kembali. Tapi Jae Gil memperingatkan Maru agar ia tak ikut campur dengan urusan kakak beradik itu. Ia tadi melihat mata Jae Shik yang garang, seperti ingin membunuh Jae Hee kalau Jae Shik berhasil menangkapnya.

Eun Gi mendatangi kantor serikat buruh. Dan ia menepati janjinya. Ia langsung menyetujui permintaan mereka, yaitu kenaikan upah sebesar 2% dan pembangunan tempat istirahat bagi para pekerja.


Saat membaca klausul yang ketiga : sekolah gratis hingga SMA, Eun Gi juga menyetujuinya. Ia akan menjual mobil, motor, perhiasan dari ibunya dan dana lainnya. Sisanya ia akan mengambil pinjaman, hingga bisa mencukupi klausul ini.

Para pekerja itu mulai tak enak hati. Tapi Eun Gi tetap melanjutkan. Klausul yang terakhir adalah mempekerjakan kembali 9 orang yang dipecat. Untuk klausul ini, ayahnya tak mungkin mau mempekerjakan kembali. Jadi ia sendiri yang akan mempekerjakan mereka dan akan memperlakukan sebagai pekerja biasa.

Persetujuan yang sangat mudah ini malah membuat para pemimpin serikat ragu, apakah Presdir Seo benar-benar menyuruh putrinya untuk menyelesaikan masalah ini dengan menggunakan dana pribadi putrinya sendiri? Apakah Eun Gi tak akan mendapat masalah?

Dengan enteng Eun Gi menjawab kalau ia mendapat masalah, ayahnya tinggal mencopot namanya dari kartu keluarga.

Di halte bis, Joon Ha mengejar Eun Gi. Tidak, ia tak akan memberi ceramah pada kelakuan Eun Gi tadi, tapi ia memberikan sebuah amplop dan memintanya untuk melihat dokumen itu jika sempat. Hampir saja Eun Gi membuka amplop itu (yang mungkin berisi sesuatu yang Eun Gi seharusnya tak tahu), namun bisnya sudah datang.

Mendekati rumah Maru, Eun Gi dihampiri oleh tetangga Maru. Dengan canggung bibi itu menitipkan sebuah pigura foto untuk Maru. Toko di ujung jalan akan tutup dan orang toko memintanya untuk memberikan ini pada Maru.

Tanpa prasangka, Eun Gi menerima pigura itu dan berjalan lagi. Tapi ujung matanya melihat isi foto itu. Ia menghentikan langkahnya dan melihat foto dalam pigura itu lebih jelas lagi.

Eun Gi tak tahu kalau Sekretaris Jo (yang dulu membohongi Joon Ha atas suruhan Min Young) mengawasinya dari kejauhan.

Sementara itu Maru keluar rumah dan melihat Eun Gi yang berdiri mematung di jalan. Ia tersenyum menyambut kedatangan Eun Gi.


source : http://www.kutudrama.com/2012/10/sinopsis-nice-guy-episode-6-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment