Kenangan pertemuan pertama Maru dan Jae Hee muncul kembali. Saat Maru mengobati luka Jae Hee. Namun kali ini kenangan itu muncul bersamaan dengan suara Maru :
Jika boleh jujur, pada hari itu seluruh mimpiku menjadi kenyataan. Jae Hee, nama yang mampu menenggelamkan hatiku, duduk dan tersenyum di hadapanku.
Jae Hee : “Kau milikku sekarang” |
Aku percaya, walau aku
tak dapat membuatnya kaya dan terkenal, tapi aku akan selalu menjaga dan
mencintainya.
Dan kata-kata itu terngiang di benak Maru saat ia mencium
Eun Gi di malam itu. Mata Eun Gi yang tertutup saat berciuman, tak dapat
melihat mata Maru terbuka dan sebenarnya kosong tanpa nafsu.
Aku tak akan
meninggalkanmu.
Malam itu Maru dan Eun Gi menonton karnaval. Maru meraih
tangan Eun Gi dan menggenggamnya. Eun Gi terkejut merasakan sentuhan Maru, tapi
ia tersenyum dan matanya memandang karnaval kembali.
Tapi tiba-tiba Maru menghilang. Eun Gi panik
mencari-carinya. Semakin ketakutan karena sebenarnya yang diparadekan di
karnaval itu adalah makhluk-makhluk yang menakutkan.
Padahal Maru ada di seberang jalan, hanya mengamati Eun Gi
dengan tatapan dingin, membiarkan Eun Gi yang ketakutan.
Hidupku berawal dengan
dirimu dan aku berjanji akan mengakhirinya bersamamu.
Akhirnya Eun Gi menemukannya. Wajah Maru langsung berubah, dari dingin menjadi hangat, dan tersenyum menenangkan Eun Gi. Ia mengacungkan dua kaleng, mengisyaratkan kalau ia tadi pergi membeli minum. Tapi Eun Gi, yang seperti anak hilang, berlari dan langsung memeluknya.
Kuharap dia merasakan
hal yang sama.
30 Juni 2003, Love – Maru
Hanya ketika Eun Gi yang sudah berada di pelukan dan tak
dapat melihatnya, wajah Maru kembali dingin dan tatapannya kosong.
Dan itu adalah adegan pembuka Nice Guy Episode 6.
Sinopsis Nice Guy
Episode 6 - 1
Eun Gi pulang dijemput oleh Sekretaris Hyun yang kaget akan perubahan sikap Eun Gi. Dengan riang Eun Gi bertanya, apakah Sekretaris Hyun mengira ia sudah gila? Ia berkata kalau ia sedang jatuh cinta. “Bagaimana mungkin cinta membuat orang tak berdaya? Mengejutkan,” Eun Gi berkaca dan sambil menatap wajahnya yang bersinar, “Kemana saja aku selama ini?”
Sekretaris Hyun menebak kalau Eun Gi sedang jatuh cinta pada
pria yang membuat ayah Eun Gi marah besar. Eun Gi tak membantah, hanya berkata
kalau ia perlu membeli baju baru, seperti gaun atau rok yang feminin, lembut
dan seksi. Ia juga meminta Sekretaris Hyun untuk mengirimkan Sekretaris Kim
padanya. Sekretaris Kim sepertinya pandai berdandan.
Kata-kata Eun Gi itu membuat Sekretaris Hyun kaget hingga
terbatuk-batuk, membuat Eun Gi menepuk-nepuk punggungnya, bersimpati, “Kan
sudah kukatakan untuk jangan terkejut melihatku. Aku juga sudah memperingatkan bagaimana
gilanya aku.”
Mereka sudah sampai di depan rumah Eun Gi. Sebelum Eun Gi turun, Eun Gi meminta Sekretaris Hyun untuk tak menceritakan hal ini pada ayahnya, “Mungkin ia akan langsung mengirimku ke rumah sakit jiwa.”
Mereka sudah sampai di depan rumah Eun Gi. Sebelum Eun Gi turun, Eun Gi meminta Sekretaris Hyun untuk tak menceritakan hal ini pada ayahnya, “Mungkin ia akan langsung mengirimku ke rumah sakit jiwa.”
Sekretaris Hyun mengeluarkan sebotol obat anti depresan dan meminta Eun Gi untuk memakainya jika diperlukan.
Seolah tahu apa yang akan dihadapinya, Eun Gi tak terkejut
Joon Ha sudah menunggunya dengan wajah cemas. Koper-kopernya sudah tertata
rapi di ruang tamu.
“Aku belum makan seharian ini. Bisakah aku makan dulu
sebelum ditendang dari rumah ini?” tanya Eun Gi sinis untuk kemudian berteriak
pada pembantunya untuk menyiapkan makan.
“Bagaimana mungkin kau bisa makan di saat-saat seperti
ini?!” teriak Ayah marah. Ia muncul dengan Jae Hee yang mendorong kursi
rodanya. Jae Hee kemudian meninggalkan ruangan dengan alasan akan memandikan
Eun Suk.
Eun Gi berkata kalau ia ingin makan dan minum dulu sebelum
pergi dari rumah. Tapi ayah menyuruhnya pergi sekarang juga. Pada Joon Ha, ia menyuruhnya mengambil semua kartu kredit
dan mobil Eun Gi. Hubungi seluruh hotel untuk melarang anak ini masuk. Semua
pegawai dilarang untuk memberi bantuan padanya.
“Apa ada yang lain?” tantang Eun Gi.
“Kau tak perlu masuk kantor lagi. Jika aku membiarkanmu satu
hari lagi bekerja di sana, aku takut Tae San akan bangkrut,” jawab ayah pedas.
Eun Gi bertanya pada ayahnya, kenapa ayah tak memujinya
sedikitpun karena berhasil menyelamatkan resor yang ditinggalkan oleh
almarhumah istrinya dari penipu? Tapi ayah tak akan pernah memujinya karena Eun
Gi telah menggagalkan penjualan yang sangat merugikan perusahaan. Jika tak
dihentikan oleh Jae Hee, sebenarnya ayah ingin melaporkan Eun Gi ke polisi.
Dan orang yang disebut-sebut ayah sedang bermain dengan Eun
Suk dengan gembira.
Joon Ha mencoba menengahi pertikaian ayah anak ini. Sebenarnya niat Eun Gi baik. Ia mohon agar Presdir Seo memaafkan Eun Gi kali ini saja.
Joon Ha mencoba menengahi pertikaian ayah anak ini. Sebenarnya niat Eun Gi baik. Ia mohon agar Presdir Seo memaafkan Eun Gi kali ini saja.
Tapi Presdir Seo tak mau karena Eun Gi tak merasa salah dan
tak mau minta maaf, “Bagaimana mungkin aku mau memaafkannya?”
Eun Gi tak merasa bersalah karena menyelamatkan Aomori
adalah hal yang paling membanggakan dan paling brilian yang pernah ia lakukan,
“Jika hal ini terulang lagi, aku tak akan segan untuk melakukannya lagi.”
Eun Gi melakukan apa yang ayah perintahkan. Bahkan ia tak
mau membawa semua koper yang ada di ruang tamu, “Semua barang yang ada di
koper-koper itu berasal dari Tae San semua, jadi aku tak mau membawanya,” kata
Eun Gi menantang. “Sebenarnya aku juga ingin melepas bajuku, tapi aku tak
mungkin pergi dengan telanjang, kan?”
Dan Eun Gi pun pergi meninggalkan rumah tanpa menoleh lagi
pada ayahnya. Joon Ha buru-buru mengejar Eun Gi, meninggalkan ayah yang
menahan air mata yang menggenang di matanya dan memegangi dadanya
kesakitan.
Joon Ha menghentikan Eun Gi dan memberikan kartu kreditnya.
Ia memberikan ini bukan sebagai pegawai Tae San, namun sebagai oppa yang
mengenalnya sejak Eun Gi belajar merangkak.
Tapi Eun Gi tak mau karena uang Joon Ha juga berasal dari
Tae San dan ia tak mau curang.Ia bahkan mengambil dompetnya. Hanya mengambil
uang tunai di dalamnya, Eun Gi menyerahkan dompet itu dan berkata kalau kunci
mobil ada di dalam kamarnya. Ia meminta Joon Ha untuk menjaga ayahnya
baik-baik.
Ia melangkah pergi, namun langkahnya berhenti karena ia
ingin menanyakan sesuatu pada Joon Ha, “Dimanakah aku bisa mencegat bis?”
Jae Hee akhirnya selesai memandikan Eun Suk, dan memuji
putranya sebagai yang terbaik dan mirip dengan ayahnya.
Hari sudah malam saat Eun Gi pergi ke rumah Maru. Di depan
gerbang, ia ragu untuk maju. Apalagi ia mendengar suara lagu yang diputar
keras-keras.
Ternyata yang memutar lagu itu adalah Jae Gil yang sedang
ber-shuffle dance dengan riang bersemangat namun aneh. Dan tariannya itu berhenti karena
Choco mematikan player. Kenapa dimatikan? Jae Gil sedang menikmati semua hal
yang ada di dunia ini. Mungkin ia perlu mendaftar audisi menjadi penari
latarnya Team Lee Sang (Gary di Running
Man. Ha, ya ya .. say jadi ngikutin Running Man gara-gara si Giraffe).
Melihat Choco yang mengerutkan kening melihatnya, Jae Gil
malah mengajak Choco untuk keluar dari pekerjaannya yang sekarang dan mengikuti
audisi juga. Ajakan Jae Gil malah membuat Choco semakin mengerutkan kening dan
menebak, “Kau kangen pada Yoo Ra, bukan?”
Jae Gil serta merta membantahnya. Siapa itu Yoo Ra? “Aku
hanyahanya mengenal Yuri dari SNSD tapi aku tak tahu siapa itu Yoo Ra.”
Choco langsung membentak, menggertaknya, tapi Jae Gil tetap
melanjutkan tariannya. Tapi untungnya gertakan Choco harus berhenti karena
terdengar bunyi bel. Ada orang di luar.
Choco kaget melihat Eun Gi yang berdiri di depan rumahnya, tapi ia tersenyum menyambut Eun Gi. Ia masih ingat kalau Eun Gi adalah gadis yang pernah ia temui di Joo Mo Jin. Eun Gi tersenyum dan bertanya dimanakah kakak Choco sekarang.
Choco kaget melihat Eun Gi yang berdiri di depan rumahnya, tapi ia tersenyum menyambut Eun Gi. Ia masih ingat kalau Eun Gi adalah gadis yang pernah ia temui di Joo Mo Jin. Eun Gi tersenyum dan bertanya dimanakah kakak Choco sekarang.
Maru sedang bekerja di bar. Namun pelanggannya hanya satu
orang, Jae Hee. Jae Hee telah memesan bar itu semalaman untuk dirinya sendiri.
Maru tak senang melihat kedatangan Jae Hee. Tapi ia, sebagai bartender, tetap
melayani Jae Hee yang memesan minuman Absinthe. Minuman yang, kata Jae Hee, membuat Van Gogh
mabuk dan memotong telinganya sendiri.
Tanpa banyak kata Maru membuatkan minuman Absinthe, dan Jae
Hee mengagumi kemampuan Maru yang selalu tanpa cela. Bahkan Jae Hee juga
mengagumi kemampuan Maru yang bisa membuat Eun Gi yang dingin itu terpesona, “Tapi
bukankah kau sebaiknya berhenti menipunya sekarang dan biarkan ia kembali ke
dunianya? Ia gadis yang sangat malang. Cukuplah aku yang menghancurkannya, aku
tak butuh bantuanmu.”
Maru hanya diam, masih membuatkan minuman untuk Jae Hee. Ia
hanya mendengarkan ucapan Jae Hee yang mengatakan kalau Eun Gi hanya
berpura-pura tampak kuat di luarnya, tapi Eun Gi tak akan dapat menyainginya, “Bagaimana
mungkin orang yang memiliki semuanya dapat mengalahkan orang yang tak memiliki
apa-apa?”
Omongan Jae Hee dianggap angin lalu dan Maru menyodorkan
minuman yang telah ia persiapkan. Ia menyuruh Jae Hee untuk langsung minum
minumannya dan segera pulang. Tapi Jae Hee pantang mundur dan berkata, “Aku
benar-benar tulus saat mengatakan ingin kembali padamu. Aku juga masih memiliki
perasaan pada Kang Maru.”
Maru tak menjawab. Ia malah mengambil handphonenya yang berbunyi. Ada SMS dari Jae Gil yang mengatakan kalau Eun Gi akan datang ke bar, dan menyuruh Maru untuk menyingkirkan semua wanita yang ada di pelukannya. Mereka akan tiba di bar 10 menit lagi.
Di taksi, Eun Gi mengatakan kalau Jae Gil tak perlu repot mengantarkannya. Tapi Jae Gil mengatakan kalau ia memang harus kesana juga. Ia juga bekerja di bar itu Mereka akan tiba di bar 10 menit lagi.
Maru tak menjawab. Ia malah mengambil handphonenya yang berbunyi. Ada SMS dari Jae Gil yang mengatakan kalau Eun Gi akan datang ke bar, dan menyuruh Maru untuk menyingkirkan semua wanita yang ada di pelukannya. Mereka akan tiba di bar 10 menit lagi.
Di taksi, Eun Gi mengatakan kalau Jae Gil tak perlu repot mengantarkannya. Tapi Jae Gil mengatakan kalau ia memang harus kesana juga. Ia juga bekerja di bar itu Mereka akan tiba di bar 10 menit lagi.
LOL. Pertanyaan aneh dan narsis. Eun Gi hanya dapat
tersenyum canggung, tak tahu bagaimana menjawabnya. Untung handphone Eun Gi
berbunyi. Telepon dari Maru.
Tapi Eun Gi tak tahu kalau sebenarnya Maru menaruh
handphonenya dan memasangnya dengan mode speakerphone. Sambil tersenyum dingin dan
memandang wajah Jae Hee yang pucat, ia berkata kalau ia kangen sekali pada Eun
Gi.
What? Apakah ini Maru yang sebenarnya?
Jae Hee menggenggam gelasnya lebih erat saat suara Eun Gi mengatakan kalau ia telah diusir dari rumah. Maru menjawab (dengan tersenyum pada Jae Hee) kalau ia telah menduga hal itu. Jadi ia telah mempersiapkan tempat untuk Eun Gi. Eun Gi dapat tinggal di kamarnya. Bersamanya.
What? Apakah ini Maru yang sebenarnya?
Jae Hee menggenggam gelasnya lebih erat saat suara Eun Gi mengatakan kalau ia telah diusir dari rumah. Maru menjawab (dengan tersenyum pada Jae Hee) kalau ia telah menduga hal itu. Jadi ia telah mempersiapkan tempat untuk Eun Gi. Eun Gi dapat tinggal di kamarnya. Bersamanya.
Eun Gi tersipu-sipu mendengarnya dan mengatakan kalau ia
sekarang lapar. Maru menjawab kalau ia akan memasak untuk Eun Gi. Eun Gi suka
makan ramen, dimsum goreng dan kue beras pedas. Dengan suara rendah menggoda,
Maru menatap tajam pada Jae Hee namun menjawab Eun Gi, “Aku akan membuatkan
untukmu. Cepatlah kesini.”
“Aku mencintaimu,” kata-kata itu tiba-tiba terlontar dari
mulut Eun Gi. Tak mendengar jawaban dari Maru, ia mengulang kata-kata itu lebih
keras hingga Jae Gil menoleh melihatnya.
Maru tersenyum sinis dan berkata, “Aku juga. Aku mencintaimu..”tatapannya masih mengarah ke Jae Hee saat melanjutkan kata-katanya, “.. Seo Eun Gi.”
Di ujung telepon, Eun Gi tersenyum senang dan menutup
telepon. Ia bertanya pada Jae Gil, berapa lama lagi mereka akan sampai? Jae Gil
mengatakan kalau sebentar lagi mereka akan sampai. Ia tersenyum pada Eun Gi,
namun kemudian parasnya serius saat bertanya, “Apakah kau benar-benar tak mau
tanda tanganku?”
Maru keluar dari balik meja bartender dan meninggalkan Jae
Hee. Ia menyuruh Jae Hee untuk segera pulang karena pacarnya akan datang ke
sini. Jae Hee meraih tangan Maru, mencegahnya pergi, “Kau akan membawa-bawa
gadis itu sampai mana? Ia kelihatan 100% tulus padamu. Apakah kau bisa tenang
setelah kau memperalat seorang gadis yang polos?”
“Apa kau pikir aku 100% berpura-pura padanya?” potong Maru. “Aku
pria biasa dengan otak pas-pasan. Sedangkan ia pintar, cantik dan memiliki
latar belakang yang mengagumkan. Apa kau pikir aku bisa 100 % berpura-pura
dengannya?” Maru menyuruh Jae Hee untuk segera pergi, karena pasti akan aneh jika
Jae Hee berpapasan dengan Eun Gi.
Tapi Jae Hee tak dapat digertak begitu saja. Bukankah Maru
juga akan merasakan hal yang sama? “Haruskah kita tertangkap basah sekarang,
Maru?”
Tanpa menunggu jawaban, Jae Hee menarik kepala Maru dan
menciumnya. Jae Hee tersenyum menantang, “Pose kita ini pasti tak akan membuat
orang salah paham, kan? Saat Eun Gi nanti masuk, ia langsung tahu apa yang
sedang terjadi di dalam dan mengerti siapa yang memperalatnya beserta cara dan
alasan mengapa memperalatnya. Mari kita sama-sama tertangkap basah, Kang Maru.”
Maru menatap marah pada Jae Hee. Ia menghapus bekas ciuman
Jae Hee dan berkata, “Berhenti bermain-main.”
Tak disangka Maru mendorong Jae Hee ke tembok dan memaksakan
ciuman ke bibir Jae Hee. Jae Hee mengernyit panik dipaksa seperti itu. Tapi
Maru tetap pada posisinya dan kemudian mengeluarkan handphonenya, dan memotret
mereka berdua yang masih berciuman.
Setelah foto didapat, Maru melepaskan ciumannya, puas.
“Bukankah kau dulu adalah wartawan untuk berita? Kupikir kau
tak tahu apa arti tertangkap basah,” Maru menunjukkan handphone yang sudah
memotret mereka, “Ini adalah caranya kau tertangkap basah, Han Jae Hee.”
Mata Jae Hee terbelalak melihat foto itu, menepisnya hingga handphone
Maru jatuh ke lantai, “Apakah kau sudah gila?”
Eun Gi sudah sampai di luar bar. Tiba-tiba handphone Eun Gi
berbunyi dan ada pesan gambar datang, membuat ia tercengang setengah mati. Foto
Jae Hee dan Min young yang sedang berciuman. Ia langsung menelepon Joon Ha dan
menghardiknya marah.
Maru memungut handphone dan bertanya kalem namun keji, “Inilah
imbalannya kalau kau memainkan permainan ini. Apakah kau tak mengerti?” Maru
mengembalikan kata-kata Jae Hee sebelumnya untuk menggambarkan hubungan mereka
berdua. “Bagaimana seorang yang memiliki banyak hal bisa mengalahkan seseorang
yang tak memiliki apa-apa? Dari awal mereka memang sudah digariskan berbeda.”
“Bukankah katanya kau ingin menyeretku turun?” tanya Jae Hee
pedas, “apakah kau pikir kau bisa menurunkanku setelah kau memanjat naik? Untuk
naik ke atas, kau harus merendahkan dirimu ke sebuah tempat yang gelap dan
jahat.”
“Kupikir bisa,” jawab Maru.
“Oke, kalau begitu mari kita lakukan,” tukas Jae Hee yakin. “Aku
tak akan turun dan kau juga tak mau berhenti. Jadi mari kita lanjutkan. Mari
kita lihat, sejauh mana kita dapat bertahan.”
Dan Jae Hee berlalu pergi. Namun sebelumnya ia sedikit
limbung dan tertatih-tatih. Dan untuk pertama kalinya sejak ia bertemu Jae Hee,
Maru menampakkan kekhawatiran yang sesungguhnya saat melihat langkah Jae Hee yang
gontai.
Jae Hee bertemu dengan Jae Gil di luar. Belum sempat ia
menyapa, Min Young datang dengan mobilnya dan mengantarkan Jae Hee pergi.
Di mobil, Min Young menawarkan untuk mengantarkan Jae Hee ke
rumah sakit. Tapi Jae Hee menolaknya. Ini adalah penyakit punggungnya yang
kadang-kadang kambuh dan tak perlu dikhawatirkan.
Dengan nada letih ia berkata kalau ia tahu Min Young memiliki ambisi pribadi dan menyuruh Min Young untuk mempergunakan dirinya untuk mencapai ambisi itu, “Tapi hanya gunakan aku dan jangan menyukaiku. Wanita ini, Han Jae hee, lebih baik diperlakukan seperti itu.”
Dengan nada letih ia berkata kalau ia tahu Min Young memiliki ambisi pribadi dan menyuruh Min Young untuk mempergunakan dirinya untuk mencapai ambisi itu, “Tapi hanya gunakan aku dan jangan menyukaiku. Wanita ini, Han Jae hee, lebih baik diperlakukan seperti itu.”
Di bar, Jae Gil menemukan Maru duduk terdiam. Melihat Maru
terdiam mematung, ia bertanya apa yang diminta oleh Jae Hee? Apakah ia ingin
memulai dari awal lagi? Atau yang lainnya?
Maru menyuruh Jae Gil untuk tidak berlebihan. Ia bertanya
dimanakah Eun Gi? Bukankah katanya mereka datang bersama-sama?
Jae Gil menjelaskan kalau ada sesuatu hal yang mendadak
sehingga ia pergi lagi naik taksi. Tapi ia tak tahu hal apa itu. Tapi bagi Jae
Gil, lebih baik begini. Tahukah Maru kalau ia sudah putus dengan Yoo Ra? Karena
Choco aku harus berpura-pura di rumah, bahkan tak dapat menangis. “Teman,
maukah kau menemaniku minum? Hiburlah aku.”
Eun Gi menemui Joon Ha untuk memarahi Joon Ha yang
mengiriminya foto yang sudah diphotoshopped. Tapi Joon Ha mengatakan kalau foto
itu bukan foto buatan, tapi ia dapat dari kamera CCTV. Ia menunjukkan foto yang
lebih besar di Note-nya, membuat Eun Gi lebih terkejut lagi.
Joon Ha mengirimkannya foto ini untuk menarik perhatian Eun
Gi, kalau tidak Eun Gi tak akan mau datang menemuinya. Ayah Eun Gi menawarkan
syarat yang harus dilakukan agar Eun Gi dapat kembali ke perusahaan. Kalau Eun
Gi dapat menyelesaikan masalah serikat buruh dalam dua hari, ayah Eun Gi akan
mengembalikan posisinya.
Eun Gi datang bukan untuk masalah kerja, tapi masalah foto.
Tapi bagi Joon Ha, hal ini lebih penting. Eun Gi harus kembali ke perusahaan,
bagaimanapun caranya. Presiden direktur sedang sakit, dan Jae Hee akan mulai
bekerja di perusahaan mulai bulan depan, setelah penjualan Aomori selesai, “Mereka
mampu melakukan segalanya. Jika kau pergi sekarang, kau mungkin tak akan bisa
kembali ke perusahaan.”
Eun Gi mencengkeram lengan kursi erat, geram dengan kondisi ini. Apakah ayahnya tahu tentang masalah foto ini? Joon Ha tak berani melakukannya karena kesehatan ayah Eun Gi.
Joon Ha bertanya apa yang bisa mereka lakukan sekarang? Ia
mengulang lagi pertanyaannya karena Eun Gi tak kunjung menjawab. Ketiga kali
Joon Ha bertanya, Eun Gi meledak marah, “Aku sedang berusaha berpikir keras
sampai kepalaku seperti mau pecah! Tolong jangan bicara lagi.”
Saat mobil Min Young berada di depan rumah Jae Hee, Presdir
Seo meneleponnya dan menyuruh Min Young untuk memasang alat pelacak di
handphone Jae Hee. Tadi Jae Hee pamit untuk menemui guru Eun Suk, tapi menurut
gurunya pertemuan itu dibatalkan.
Sambil memegangi dadanya yang kesakitan, ia berkata kalau
kadar kepercayaannya terhadap wanita hanya 30% saja.
Min Young berjanji melakukannya, dan dari kaca ia melihat
kalau Jae Hee mendengarkan pembicaraannya.
Pernah dengar quote ini? Kalau jadian, makan-makan. Kalau
putus, minum-minum. Nah itulah yang terjadi pada Jae Gil.
Maru menemaninya duduk, tapi tidak ikut mabuk. Ia masih
mengkhawatirkan Jae Hee yang tadi berjalan tertatih-tatih.
Ia ingat bagaimana dulu Jae Hee pernah dipukul dan
ditendangi oleh kakak Jae Hee, hanya karena Jae Hee tak mau memberikan tasnya
yang didalamnya ada buku tabungannya. Jae Hee tak mau memberikan tas itu dan
malah meringkuk melindungi tas itu, membiarkan punggungnya ditendangi oleh
kakaknya. Isi buku tabungan itu adalah uang kuliah Maru, bukan uangnya dan ia
tak mau memberikan uang itu.
Eun Gi sekarang ada di kedai dan ditemani oleh Joon Ha, ia
menemui pemimpin serikat buruh. Ia berterima kasih pada mereka yang masih
menemuinya. Ia menyebut dirinya sendiri pengkhianat berlidah dua.
Ia mengulurkan tangan tapi mereka tak mau berjabat tangan
dan memandang Eun Gi dengan curiga. Eun Gi tersenyum dan berkata kalau mereka
pasti tak mau mempercayainya. Maka ia menawarkan minum, seperti yang sebelumnya
sering mereka lakukan. Dan bagaimana jika bertaruh di depan pengacaranya?
Ia berkata pada orang yang ditengah, yang katanya kuat minum. Bagaimana jika mereka bertaruh di depan pengacaranya? Jika Eun Gi kalah, maka ia akan mengikuti kemauan mereka. Namun jika mereka kalah, maka mereka harus mengikuti kemauan Eun Gi. Di depan mereka sudah ada satu krat soju. Ia sudah mempersiapkannya untuk pertaruhan ini.
Ia berkata pada orang yang ditengah, yang katanya kuat minum. Bagaimana jika mereka bertaruh di depan pengacaranya? Jika Eun Gi kalah, maka ia akan mengikuti kemauan mereka. Namun jika mereka kalah, maka mereka harus mengikuti kemauan Eun Gi. Di depan mereka sudah ada satu krat soju. Ia sudah mempersiapkannya untuk pertaruhan ini.
Jae Gil dan Maru sama-sama tertidur karena mabuk. Choco yang
datang ke bar, melihat Jae Gil tertidur di lantai. Dalam tidurnya, Jae Gil
memanggil-manggil Yoo Ra. Mengapa Yoo Ra pergi saat ia menyuruhnya pergi?
Melihat itu, Choco menyadari kalau Jae Gil masih belum bisa
melepaskan Yoo Ra dan Jae Gil menari gila agar tidak membuatnya khawatir. Ia
tersenyum kagum pada Jae Gil, “Mengapa ia sangat hebat dan keren?”
Ia membangunkan Jae Gil, tapi Jae Gil hanya bergumam tak jelas. Choco hanya mendengar Jae Gil memanggil namanya, tapi setelah itu ia tak dapat memahami kata-kata Jae Gil.
Ia membangunkan Jae Gil, tapi Jae Gil hanya bergumam tak jelas. Choco hanya mendengar Jae Gil memanggil namanya, tapi setelah itu ia tak dapat memahami kata-kata Jae Gil.
Jae Gil menggumam sekali lagi, dan kali ini ia menangkap
kata-kata Jae Gil, “Jam tangan?” ia mendengarkan lebih baik lagi dan
mengartikan ‘Jam tangan Maru’.
Choco langsung mengambil jam tangan dari tangan Maru yang
masih tertidur dan memakaikannya ke tangan Jae Gil. Ia memuji jam tangan itu
yang lebih pantas dipakai Jae Gil.
Hehe.. Choco ini simple banget pikirannya. Ngapain juga Jae
Gil ingin memakai jam tangan Maru? Ia kemudian mengajak Jae Gil pulang. Ia menarik Jae Gil
dan..
.. menggendongnya ala piggyback. LOL banget. Jae Gil yang tingginya amit-amit
itu di gendong Choco yang imut.
Hasilnya kaki Jae Gil menjuntai di lantai dan terseret-seret saat Choco mulai berjalan.
Sebelum pergi, Choco menoleh pada kakaknya yang juga tertidur mabuk dan berkata, “Oppa, kau tahu kan bagaimana pulang sendiri? Sampai ketemu di rumah, ya..”
Hasilnya kaki Jae Gil menjuntai di lantai dan terseret-seret saat Choco mulai berjalan.
Sebelum pergi, Choco menoleh pada kakaknya yang juga tertidur mabuk dan berkata, “Oppa, kau tahu kan bagaimana pulang sendiri? Sampai ketemu di rumah, ya..”
Eun Gi dan Ketua serikat mulai membuka dua botol soju dan
menuangnya ke dalam baskom. Berbaskom-baskom diminum, hingga akhirnya Eun Gi
tak kuat lagi. Tapi Eun Gi menutupinya dengan berpura-pura akan ke toilet.
Di luar, Joon Ha menghentikan Eun Gi dan bertanya maksud taruhan
Eun Gi yang ceroboh ini. Jawab Eun Gi, “Aku berharap mereka akan mempermudah
usahaku karena menganggap hal ini lucu.”
Dengan lebih serius Eun Gi menjelaskan kalau ayahnya
memberikan tugas yang mustahil ia lakukan, kecuali ia menggunakan tukang pukul
dan memukuli mereka yang berdemo hingga mereka menuruti kemauannya. Tapi ia tak
mau menggunakan cara itu. Karena ayahnya yang tergila-gila pada Jae Hee,
ayahnya menyuruhnya masuk ke kandang macan. “Oleh karena itu, aku tahu jalan
keluarnya,” kata Eun Gi.
Joon Ha ingin tahu jalan keluar apa yang bisa diberikan Eun
Gi. Sambil menggeleng-gelengkan kepala agar tetap sadar, Eun Gi menjawab, “Ayo kita melarikan diri. Ambil mobilmu dan kita lari
sekarang sebelum mereka sadar.”
Maru bangun dan mendapati Jae Gil dan jam tangannya telah
menghilang. Ia pun pulang ke rumah. Di tengah jalan, ia menerima telepon dari
Eun Gi yang meminta maaf karena ia tak bisa datang. Maru langsung mendengar
suara Eun Gi yang mabuk. Apakah Eun Gi minum-minum?
Eun Gi menjawab kalau ia hanya minum beberapa teguk saja. Ia
bertanya pada Maru, apa yang Maru lakukan padanya sehingga ia seperti ini?
Sepanjang hari Maru berkeliaran di kepalanya. “Rasanya aku mau gila karena
memikirkanmu.”
Maru mendengar suara Eun Gi, tapi tidak di telepon. Ia
mencari-cari arah suara itu dan menemukan Eun Gi duduk di sebuah lorong dan
duduk, dan dengan mabuk berkata, “Aku tak dapat berpikir saat bekerja. Kau selalu
muncul di kepalaku, membuatku merindukanmu.”
Maru menghela nafas, perlahan-lahan menghampiri Eun Gi yang
berkata kalau ia bertindak tak seperti biasanya. Ini bukan Seo Eun Gi yang
dikenal orang-orang.
Maru tak menjawab apapun, hanya berjongkok di depannya. Bukannya kaget, Eun Gi malah menatap Maru dan bertanya, “Apa ini? Apakah kau muncul di kepalaku lagi?”
Maru menurunkan handphonenya dan bertanya, “Sebenarnya kau minum seberapa banyak?”
Maru tak menjawab apapun, hanya berjongkok di depannya. Bukannya kaget, Eun Gi malah menatap Maru dan bertanya, “Apa ini? Apakah kau muncul di kepalaku lagi?”
Maru menurunkan handphonenya dan bertanya, “Sebenarnya kau minum seberapa banyak?”
Eun Gi tak menjawab. Dengan telunjukknya ia menyentuh pipi
Maru dan heran, “Wow, benar-benar terasa seperti yang sebenarnya. Gambarnya seperti
3 Dimensi.”
Eun Gi menurunkan handphonenya dan mulai mengagumi 3D yang
ada di depannya. Ia meraba hidung dan bibir Maru, terkesima.
Maru hanya mampu memandang gadis di depannya yang meracau
tak keruan, “Aku menyesal saat aku memikirkan tentang kehidupanmu, anggap saja
kalau ini adalah satu mimpi buruk yang singkat, yang terjadi di kehidupanmu.”
Bukannya marah, Eun Gi malah memuji, “Wow, gambar ini juga
bisa bicara!”
“Kau dapat bangun dari mimpi burukmu. Dan setelah beberapa waktu, kau bahkan tak akan mengingat mimpi itu tentang apa.” |
Eun Gi hanya bisa meng-oohh aahh dan menepuk-nepuk bibir
Maru, “Ini benar-benar hebat. Gambar yang bisa bicara!” dan kemudian Eun Gi pun
muntah.
Maru membawa Eun Gi pulang dan membaringkan tubuh Eun Gi yang terlelap. Saat menyeka leher dan wajahnya, tangan Maru berhenti
menyeka dan ia memandangi Eun Gi dengan tatapan berbeda. Tertarik? Kasihan?
Merasa bersalah?
Apapun artinya, pandangan Maru beralih karena bunyi
handphone Eun Gi. Ternyata dari Joon Ha. Joon Ha yang khawatir akan keselamatan
Eun Gi, bertanya siapa yang menjawab telepon dan apakah Eun Gi bersamanya?
Maru menceritakan kondisi Eun Gi sekarang, dan ia memperkenalkan
diri sebagai Kang Maru. Joon Ha langsung menebak kalau Maru adalah pacar yang
disebut-sebut oleh Eun Gi. Maru ragu menjawabnya, tapi kemudian ia mengiyakan.
Joon Ha berkata kalau hal itu melegakan, Eun Gi berada
bersama Maru. Namun setelah hubungan telepon terputus, terlihat kalau perasaan
Joon Ha jauh dari rasa lega.
Saat pagi datang, Maru ternyata tidur di lantai di samping
Eun Gi, menungguinya. Eun Gi yang saat itu sudah bangun, hanya berbaring dan
tersenyum menatap Maru.
Sementara itu di rumah besar, Jae Hee saat itu juga sudah
terbangun, tetap berbaring, namun kemudian memunggungi suaminya.
Dan Joon Ha lari pagi dan berpapasan dengan Min Young. Joon
Ha hanya mengangguk hormat, tanpa berkata apapun, meninggalkan Min Young. Min
Young berhenti berlari dan merasa aneh dengan kelakuan Joon Ha.
Di kantor, Joon Ha memeriksa rekaman CCTV itu dan akhirnya
melihat potongan rekaman yang berikutnya. Yaitu Maru yang mengantarkan Eun Gi.
Di rekaman itu wajah Maru terlihat cukup jelas untuk bisa dicocokkan dengan foto Maru. Dan ia menelepon seseorang untuk memperjelas wajah di rekaman CCTV.
Akhirnya Maru terbangun, dan mendapati Eun Gi yang menatapnya dengan senyum (ha.. jadi si Eun Gi terus menerus menatap Maru dari tadi). Mereka bertukar sapa ‘Good Morning’ dan Eun Gi bertanya apa yang ia lakukan dan katakan malam tadi, “Apakah aku berkata kalau aku sepertinya akan gila karena aku menyukaimu?”
Di rekaman itu wajah Maru terlihat cukup jelas untuk bisa dicocokkan dengan foto Maru. Dan ia menelepon seseorang untuk memperjelas wajah di rekaman CCTV.
Akhirnya Maru terbangun, dan mendapati Eun Gi yang menatapnya dengan senyum (ha.. jadi si Eun Gi terus menerus menatap Maru dari tadi). Mereka bertukar sapa ‘Good Morning’ dan Eun Gi bertanya apa yang ia lakukan dan katakan malam tadi, “Apakah aku berkata kalau aku sepertinya akan gila karena aku menyukaimu?”
Maru mengiyakan. Eun Gi bertanya apa lagi? Maru menjawab
kalau Eun Gi mungkin tak akan mau bertanya kelanjutannya. “Kedengerannya sangat
gombal, sehingga nanti kau akan muntah lagi.”
Eun Gi tersenyum, namun tetap bertanya lagi, “Diantara
pengakuan gombalku, apakah kau tak memberi jawaban?”
Maru mengiyakan lagi dan Eun Gi bertanya apa jawaban Maru.
Maru hanya memandang Eun Gi lama, untuk kemudian bangun sambil menjawab, “Apa
kau tak lapar? Kau muntah sangat banyak semalam.”
Tapi Eun Gi tak menyerah. Ia menyuruh Maru untuk menjawabnya
lagi karena ia tak mendengarnya dan tak mengingatnya. Maru tetap terdiam,
membuat Eun Gi merajuk kalau Maru tak adil padanya.
Maru menyentuh lengan Eun Gi, mengajaknya untuk makan. Tapi
kali ini Eun Gi bertanya lebih keras lagi. Apa jawaban Maru?
Di kantor, Joon Ha keluar ruangan security dengan lemas. Ia
menelepon Sekretaris Hyun untuk memastikan apakah pacar Eun Gi bernama Kang
Maru? Dan ia semakin lemas mendengarnya.
Maru menatap Eun Gi saat menjawab pertanyaannya, “Seo Eun Gi. Kau sedang sial, karena kau masuk dalam jebakan Kang Maru. Apakah kau mau melarikan diri sekarang? Bangun dan pakailah sepatumu. Larilah sekencang-kencangnya untuk bisa lari dariku. Aku hanya memberimu kesempatan satu kali saja.”
Maru menatap Eun Gi saat menjawab pertanyaannya, “Seo Eun Gi. Kau sedang sial, karena kau masuk dalam jebakan Kang Maru. Apakah kau mau melarikan diri sekarang? Bangun dan pakailah sepatumu. Larilah sekencang-kencangnya untuk bisa lari dariku. Aku hanya memberimu kesempatan satu kali saja.”
Eun Gi mencoba mencerna kata-katanya. Kata-kata Maru
sedikit aneh, tapi Eun Gi mengira kalau kata-kata Maru tadi adalah gurauan ala
Maru. Dan sambil tersenyum ia bertanya apakah Maru serius dengan kata-katanya?
Apakah Maru ingin mengetahui jawabannya?
.. dan Eun Gi menciumnya sebagai jawabannya.
Jae Hee sedang mencoba gaun pengantinnya dengan ditemani oleh Min Young. Seriously, Min Young benar-benar mengekor kemanapan Jae Hee pergi. Apa Jae Hee tak punya teman untuk menemaninya mencoba gaun pengantin?
Jae Hee sedang mencoba gaun pengantinnya dengan ditemani oleh Min Young. Seriously, Min Young benar-benar mengekor kemanapan Jae Hee pergi. Apa Jae Hee tak punya teman untuk menemaninya mencoba gaun pengantin?
Ia mendapat telepon dari Maru, namun betapa kagetnya karena bukan suara Maru yang terdengar, melainkan suara kakaknya, Jae Shik, yang berkata kalau sudah lama mereka tak bertemu dan bertanya dimanakah Jae Hee sekarang?
Bagaimana handphone Maru bisa berada di tangan kakak Jae
Hee? Ternyata Jae Shik datang ke rumah Maru saat Maru tak ada, memukuli Jae Gil
hingga berdarah dan mengambil handphone Maru.
Choco yang mengadu pada Maru yang baru saja kembali. Tapi
Jae Gil memperingatkan Maru agar ia tak ikut campur dengan urusan kakak beradik
itu. Ia tadi melihat mata Jae Shik yang garang, seperti ingin membunuh Jae Hee
kalau Jae Shik berhasil menangkapnya.
Eun Gi mendatangi kantor serikat buruh. Dan ia menepati
janjinya. Ia langsung menyetujui permintaan mereka, yaitu kenaikan upah sebesar
2% dan pembangunan tempat istirahat bagi para pekerja.
Saat membaca klausul yang ketiga : sekolah gratis hingga SMA, Eun Gi juga menyetujuinya. Ia akan menjual mobil, motor, perhiasan dari ibunya dan dana lainnya. Sisanya ia akan mengambil pinjaman, hingga bisa mencukupi klausul ini.
Saat membaca klausul yang ketiga : sekolah gratis hingga SMA, Eun Gi juga menyetujuinya. Ia akan menjual mobil, motor, perhiasan dari ibunya dan dana lainnya. Sisanya ia akan mengambil pinjaman, hingga bisa mencukupi klausul ini.
Para pekerja itu mulai tak enak hati. Tapi Eun Gi tetap
melanjutkan. Klausul yang terakhir adalah mempekerjakan kembali 9 orang yang dipecat.
Untuk klausul ini, ayahnya tak mungkin mau mempekerjakan kembali. Jadi ia sendiri
yang akan mempekerjakan mereka dan akan memperlakukan sebagai pekerja biasa.
Persetujuan yang sangat mudah ini malah membuat para
pemimpin serikat ragu, apakah Presdir Seo benar-benar menyuruh putrinya untuk
menyelesaikan masalah ini dengan menggunakan dana pribadi putrinya sendiri?
Apakah Eun Gi tak akan mendapat masalah?
Dengan enteng Eun Gi menjawab kalau ia mendapat masalah,
ayahnya tinggal mencopot namanya dari kartu keluarga.
Di halte bis, Joon Ha mengejar Eun Gi. Tidak, ia tak akan
memberi ceramah pada kelakuan Eun Gi tadi, tapi ia memberikan sebuah amplop dan
memintanya untuk melihat dokumen itu jika sempat. Hampir saja Eun Gi membuka
amplop itu (yang mungkin berisi sesuatu yang Eun Gi seharusnya tak tahu), namun
bisnya sudah datang.
Mendekati rumah Maru, Eun Gi dihampiri oleh tetangga Maru.
Dengan canggung bibi itu menitipkan sebuah pigura foto untuk Maru. Toko di ujung
jalan akan tutup dan orang toko memintanya untuk memberikan ini pada Maru.
Tanpa prasangka, Eun Gi menerima pigura itu dan berjalan
lagi. Tapi ujung matanya melihat isi foto itu. Ia menghentikan langkahnya dan
melihat foto dalam pigura itu lebih jelas lagi.
Eun Gi tak tahu kalau Sekretaris Jo (yang dulu membohongi
Joon Ha atas suruhan Min Young) mengawasinya dari kejauhan.
No comments:
Post a Comment