Eun Gi terkejut mendengar pernyataan Maru yang tiba-tiba,
“Eun Gi-ya.. ayo kita melarikan diri” Ia mengerutkan kening, heran, apalagi
saat Maru meraih tangannya dan menggenggamnya,
“Aku akan pergi kemanapun kau pergi. Ke tempat dimana tak seorang pun akan mengenali kita. Larilah bersamaku, Seo Eun Gi.. Ayo kita lari.” |
Sesaat ragu, tapi Eun Gi menarik tangannya dari genggaman
Maru, “Aku tak mau. Kupikir kau sudah salah paham. Hubungan kita sudah berakhir
sejak lama. Bagiku sekarang, Taesan-ayah- Joon Ha yang belum sadar, dan mencari
tahu tentang kebenaran yang sebenarnya, adalah lebih penting jika dibanding
Kang Maru.”
Maru terdiam mendengar ucapan Eun Gi. Ada panggilan di
handphone Eun Gi dan Eun Gi mengatakan ‘ya, aku akan segera ke sana’ pada orang
yang menelponnya.
Pada Maru ia berkata kalau ia ada urusan jadi ia harus pergi
lebih dulu. Eun Gi beranjak pergi.
Mendadak Maru berdiri, menarik tangan Eun Gi dan memeluknya
erat.
Eun Gi merasa aneh mendapat pelukan itu, apalagi setelah itu Maru kemudian melepaskan pelukannya, Maru hanya tersenyum samar
dan berkata, “Baiklah. Pergilah..”
Enggan melepaskan, Maru tetap memegang tangan Eun Gi sedikit
lebih lama, dan akhirnya melepaskan tangan itu karena Eun Gi semakin menjauh.
Eun Gi menemui Sekretaris Jo dan mengatakan kalau dari
rekaman CCTV, Sekretaris Jo ada di lokasi kecelakaan Joon Ha. Namun Sekretaris
Jo membela diri kalau ia hanya kebetulan saja berada di lokasi kecelakaan Joon
Ha dan tak mengikuti mobil Joon Ha.
Sekretaris Jo memasang muka polos dan
berkata kalau ia merasa tak adil telah dituduh seperti itu, “Mengapa juga saya
mau melakukan hal seperti itu?”
Mendengar penjelasan Sekretaris Jo, Eun Gi mengangguk paham
dan menyuruh sekretaris itu untuk duduk. Tapi ia langsung menendang kursi itu
hingga Sekretaris Jo terjatuh dan Eun Gi langsung mencengkeram baju Sekretaris
Jo dengan nada mengancam,
“Itu juga maksudku, kenapa orang yang tak bersalah sepertimu ingin membunuh Pengacara Park? Siapa yang menyuruhmu? Katakan padaku, siapa dia? Sebutkan orang yang menyuruhmu!” |
Tergagap-gagap, Sekretaris Jo berkilah kalau semuanya ini
adalah salah paham dan kejadiaannya tak seperti itu.
Eun Gi mempersilakan Sekretaris Jo tetap membantah tuduhan
itu karena ia akan memaksa Sekretaris Jo dengan menggunakan cara yang paling
keji.
Ada kroni Sekretaris Jo yang mengintip dan mendengar ancaman
Eun Gi. Ia kemudian melaporkan hal ini
pada Min Young.
Maru menemui Jae Hee, memintanya untuk menyerahkan diri ke
polisi. Ia telah mengirimkan bukti rekaman pembunuhan Presdir Seo dan akan
sampai di tangan polisi besok. Jae Hee sudah tak bisa melarikan diri lagi.
Tapi Jae Hee tak mau mati sendiri. Ia mengingatkan Maru
kalau ia akan menguak dana ilegal Taesan dan penggelapan pajak yang akan
menyusahkan Eun Gi. “Apakah itu tak masalah? Apakah kau tak akan khawatir pada
apa yang akan terjadi dengan Eun Gi?”
Maru tersenyum tipis. Ancaman Jae Hee sangat menakutkan
sehingga terpikir olehnya untuk membawa lari Eun Gi. Ia pikir Eun Gi mau
mengikutinya ternyata tidak. “Ia mempunyai sesuatu yang harus ia lindungi.
Melihatnya seperti itu membuatku tenang, karena dia akan mampu menghadapi semua
kesulitan yang ada. Jadi tak masalah kalau aku tak mendampinginya, karena aku
malah menjadi beban untuknya.”
Maka dari itu, Maru mempersilakan Jae Hee untuk mengungkap
semuanya. Tapi Jae Hee juga harus menyerahkan diri ke polisi karena tempat Jae
Hee bersembunyi sudah tak ada lagi, “Dan tak peduli berapapun lamanya, aku akan
menunggumu.”
Jae Hee tak mau menyerahkan diri karena Maru menunggunya
tidak dengan cinta. Ia tak butuh perlindungan Maru, atau belas kasihannya. Jae
Hee mempertanyakan bagaimana mungkin mereka nanti bisa hidup bersama tanpa ada
cinta di antara mereka. “Lebih baik aku mati. Apakah kau mau mati bersama,
Maru? Lebih baik kita mati bersama. Baik hidup ataupun mati, hanya neraka yang
ada di depan kita.”
Maru menyuruh Jae Hee untuk mati sendiri, karena ia tak mau
mati. Bukan dia yang melakukan kesalahan. Dan ia bisa hidup dengan baik tanpa
cinta. Maru tak pernah sekalipun mendapatkan apa yang dia mau, walau ia sudah
tak serakah ataupun egois,
Dan rasa sakit itu menyerang kepalanya lagi, sehingga Maru
menghentikan kata-katanya. Mencoba menutupi rasa sakitya ia tersenyum dan buru-buru
berdiri. Ia akan menunggu Jae Hee untuk berubah pikiran. Jika diperlukan, ia
akan menemani Jae Hee ke kantor polisi.
Namun rasa sakit itu semakin menghebat menyerang kepala
Maru.
Di kamar Joon Ha, Eun Gi masih teringat akan ajakan Maru
untuk melarikan diri ke suatu tempat yang tak ada orang yang mengenali mereka.
Batinnya berperang dengan keraguan, tak percaya tapi menginginkannya.
Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan memijit-mijit tangan
Joon Ha. Betapa kagetnya ia melihat jari Joon Ha mulai bergerak. Ia memanggil-manggil
Joon Ha.
Jae Gil pulang ke rumah dan kaget melihat Maru tergeletak di
lantai tak sadarkan diri.
Ia panik, menepuk-nepuk pipi Maru, memintanya bangun.
Choco berlari di koridor rumah sakit. Kakinya terlalu gemetar,
hingga ia terjatuh. Namun Choco menguatkan diri, menghapus air mata yang mulai
muncul dan kembali berlari menuju kamar Maru.
Jae Gil berdiri di depan kamar, sudah menunggu kedatangan
Choco. Ia berkata kalau sedang ada dokter di dalam.
“Kau sudah tahu kalau kakak sedang sakit, kan? Kau sudah
tahu,kan? Kenapa aku tak diberitahu sebelumnya?” tanya Choco marah. “Aku ini
adiknya. Satu-satunya adik di dunia ini.”
Jae Gil membela Maru kalau sebenarnya Maru tak ingin Choco cemas.
Begitu pula dirinya. Tapi sebenarnya kemarahan Choco itu tidak ia tujukan pada
Jae Gil, melainkan dirinya sendiri, “Bagaimana mungkin aku tak menyadarinya?
Kakak langsung menyadari walaupun aku hanya sedikit demam. Kakakku..”
Choco terduduk lemas, mengingat begitu perhatiannya Maru
pada saat ia sedang sakit, “Kakak yang sakit hingga kondisinya seperti itu..
Bagaimana mungkin aku tak tahu?”
Ia menangis tersedu-sedu. Jae Gil menengadah, berusaha menahan
air matanya dan berkata, “Karena Maru adalah kakak.. dan kau adalah adik.” Ia
memaksakan senyum dan menyuruh Choco masuk untuk menemui Maru.
Maka Choco menguatkan diri, dan berjalan menuju pintu kamar
Maru. Tapi tangisnya tetap tak mau berhenti. Saat tangisnya berhenti, Choco
malah mundur dan berbalik pergi. Jae Gil terkejut melihat tindakan Choco yang
mendadak aneh dan memanggilnya.
Dokter yang ada di dalam kamar Maru, ternyata adalah Dokter
Seo. Di dalam kamar, ia hanya duduk menunggu Maru bangun. Maru yang akhirnya
bangun, terkejut dan langsung duduk melihat kedatangan dosennya.
“Duduklah,” kata Dokter Seo menenangkan, untuk kemudian
memarahi Maru, “Dasar anak bandel yang tak pernah mau mendengar. Tae Woo
memintaku untuk memukulimu. Tapi aku harus memukul apamu agar akal sehatmu
kembali, huh?”
Maru hanya bisa menunduk tapi tersenyum karena tahu kalau
dokter Seo hanya bercanda. Dokter Seo memberitahu Maru kalau ia telah
mempersiapkan operasinya besok pagi dan hal itu tak dapat ditunda, walau hanya
satu jam sama, “Berkat kebodohanmu, kesempatan hidupmu sekarang hanya 50/50.
Apakah kau tak takut?”
Maru menjawab jujur, “Saya pikir saya akan takut, tapi
ternyata perasaan saya lebih baik dari yang saya pikirkan.”
Dokter Seo bertanya pada Maru apakah ada yang ingin Maru
lakukan sebelum ia mati? Seperti menemui seseorang atau memiliki uang banyak,
“Kalau ada pengakuan cinta yang belum kau sampaikan, lakukanlah sekarang. Aku
memberi ijin khusus padamu untuk pergi keluar.”
Maru tersenyum geli mendengar ucapan Dokter Seo seperti
berbicara pada pesakitan yang akan dihukum mati, “Apakah Dokter memang suka
mengancam pasien yang menderita seperti ini? Kesempatan hidup saya masih ada
50%, kenapa Dokter berkata kalau saya akan mati?”
Dokter Seo balas
tersenyum, dia tak ada maksud apa-apa. Ia menyuruh Maru untuk beristirahat dan
ia akan pergi. Tapi sebelumnya ia berkata, “Baru-baru ini, hal yang paling aku
sesali adalah menuruti permintaanmu untuk merawat Seo Eun Gi. Walaupun aku tahu
kalau ia akan memburumu sesaat setelah ingatannya pulih, bukannya menghentikannya,
aku malah membantunya dengan ocehan seorang dokter.”
Dan Dokter Seo menuntut Maru untuk hidup, “Kau harus tetap
hidup dan kau harus menghadapiku, satu lawan satu.”
Ahh.. ternyata benar kalau Eun Gi bisa menjadi pasien Dokter
Seo, bukanlah suatu kebetulan.
Joon Ha mulai membuka mata, melihat Eun Gi yang menatapnya
dan memanggil-manggil namanya cemas, “Oppa, apakah kau bisa mengingatku? Apakah
kau bisa mengenaliku, Eun Gi?”
Tak ada anggukan maupun suara, tapi dari mata Joon Ha yang
mengedip, membuat Eun Gi menangis lega.
Jae Shik datang dengan hot dog di tangan, menemui adiknya
yang duduk termenung di ruangan yang gelap. Ia menyuruh bibi untuk menyalakan
lampu dan kemudian menyuruh bibi itu pergi.
Ia menawarkan hot dog yang ia pegang pada Jae Hee, tapi Jae
Hee diam saja, tak ada mood untuk melayani kakaknya. Maka Jae Shik menjelaskan
filosofi hot dog ini pada adiknya.
Jae Shik menceritakan kalau dulu ia pernah kangen pada Jae
Hee karena lama penjara anak-anak setelah memukuli anak menghina ibu mereka
yang pelacur. Maka ia memutuskan untuk menemui Jae Hee di sekolahnya.
Saat itu Jae
Hee sedang makan hotdog dengan teman-temannya, dan saking laparnya ia minta
segigit hotdog pada Jae Hee, “Tapi kau malah membuangnya ke tanah. Dan sejak
saat itu, kau memperlakukanku seperti anjing liar yang bodoh. Tak pernah
sekalipun kau memanggilku Oppa.”
Jae Hee tak bergeming mendengar cerita Jae Shik, tapi
amarahnya keluar saat Jae Shik mengelus rambutnya dan mengatakan akan membunuh
Maru, “Han Jae Shik! Sudah kukatakan kalau aku tak akan tinggal diam jika kau
membunuh Maru.”
Jae Shik mencemooh Jae Hee, “Apa kau pikir aku peduli kau
tinggal diam atau tidak, jika mereka menawari imbalan sebuah apartemen?”
“Jadi?”
“Jadi aku akan menutup mataku dan langsung membunuhnya. Tapi
di sana ada adiknya, si Chiki Chiki Choco Choco,” Jae Shik menggeleng-gelengkan
kepalanya, “yang selalu memberikan makanan pada calon pembunuh kakaknya.
Kemarin, juga seperti itu. Aku sudah membulatkan tekadku untuk membunuh Maru,
tapi gadis itu malah membuatkan sup rumput laut di hari ulang tahunku, bahkan
juga daging sapi 2+.”
“Jadi bagaimana mungkin aku bisa membunuh pria itu,
kakaknya?” teriak Jae Shik frustasi. “Bagaimana mungkin aku membunuhnya setelah
makan sup rumput laut buatannya? Karena gadis itu, sekarang apartemenku
melayang lenyap di udara!”
Jae Shik menyalahkan semua kegagalannya pada Jae Hee. Jika
saja Jae Hee memperlakukannya seperti manusia dan mau membuatkan nasi sop yang
panas untuknya, “Apa kau pikir aku mau menukar apartemen itu dengan sup rumput
laut yang konyol itu?? Hahh??”
Dibantingnya hot dog itu ke meja, dan menunjuk Jae Hee
marah, “Semua ini adalah kesalahanmu!!”
LOL dan terharu. Kok ternyata si penjahat Jae Shik ini so
sweet banget, ya..
Jae Shik mulai tenang dan berkata kalau Maru sekarang sedang
sakit parah dan akan mati juga nantinya. Jae Hee kaget dan bertanya apa yang
dimaksud dengan ucapan itu.
Tapi Jae Shik tak mendengarkan Jae Hee karena ia sedang
ancang-ancang untuk memalsu kematian Maru yang mati karena sakit dengan cara
menabraknya dengan mobil, “Apa aku bisa minta separuh harga dari apartemen
itu?”
Jae Hee berteriak menyela imajinasi Jae Shik. Ia menuntut
untuk diberitahu tentang kondisi Maru sebenarnya “Apakah ia memiliki sakit parah? Apa yang terjadi dengannya?”
Maru berdiri di depan jendela, pandangannya menerawang saat
teringat kata-kata gurunya untuk melakukan sesuatu yang belum ia lakukan. Dan
kata-kata Dokter Seo telak menebak keinginannya, “Jika ada pengakuan cinta yang
belum kau sampaikan, sampaikanlah sekarang”
Ia menunduk. Beranikah, Maru-ssi?
Jae Gil menemukan Choco menyanyi di karaoke bar dan
menyuruhnya untuk menemui Maru. Tapi choco tak mau. Ia tak mau menemuinya
sampai operasinya selesai. Jae Gil sangat marah mendengarnya, “Hanya dialah
kakakmu satu-satunya di dunia ini. Apa masuk akal kalau kau menemuinya setelah
operasi? Bagaimana jika..”
Jae Gil tak berani mengatakan kemungkinan itu. Ia tersenyum
menghibur dan hanya menarik tangan Choco.
Tapi Choco tahu maksud Jae Gil, dan ia menjawabnya, “Maka
biarkanlah ia tenang sekarang. Jika sekarang ia melihatku, ia akan berpikir
‘aku sudah bahagia, aku bahkan bisa menemui Choco.’”
Choco bercerita saat ia sakit dan Maru ada di penjara, walau
ada Jae Gil di sampingnya, semuanya terasa menyakitkan dan melelahkan.
Sebenarnya ia ingin meninggalkan semua ini, tapi dalam hatinya selalu terbersit
pikiran, ‘Jangan, Choco. Kau belum melihat kakakmu, kan? Bagaimana mungkin kau
mati tanpa melihatnya? Kau belum boleh mati.’ Jadi dengan sekuat tenaga, ia
mencoba bertahan dan berhasil.
“Jadi, kakakku juga begitu,” kata Choco berharap dengan
suara gemetar, “Jika ia dioperasi tanpa melihatku, dan di tengah operasi ia
menderita dan berpikir untuk meninggalkan semuanya, ia akan berpikir sepertiku,
berusaha keras untuk bertahan dan akhirnya tetap hidup.”
Jae Gil mempertimbangkan apa yang dipikirkan Choco, dan
menyadari harapan Choco mungkin bisa terjadi.
Mendadak handphone Jae Gil berbunyi. Telepon dari Jae Hee
yang menanyakan di mana Maru sekarang berada.
Jae Hee berganti baju, namun tangannya terlalu gemetar untuk
mengancingkan jasnya. Ia teringat keinginan Maru yang ingin tetap hidup walau
tanpa cinta. Walau ia tak pernah sekalipun mendapatkan apa yang ia mau, apa
yang ia harapkan.
Saat akan keluar, bibi berkata kalau Eun Gi baru saja pulang
untuk berganti baju. Jae Hee terdiam, teringat kembali akan ucapan Maru yang
ingin bertahan hidup karena jika mati adalah neraka, kenapa juga hidup juga
harus seperti di neraka.
Maka ia mendatangi kamar Eun Gi, walau mendapat kata-kata
pedas dari Eun Gi, Jae Hee memberitahukan, “Maru sangat.. sangat sangat sakit.”
Dan Eun Gi berjalan gontai di koridor rumah sakit. Terdengar
percakapan Eun Gi dan Jae Gil :
Jae Gil : “Saat itu, ia juga mengalami kecelakaan sepertimu, Eun Gi. Otak Maru juga cedera. Ia mengalami hematoma karena pendarahan yang terus menerus akibat kecelakaan itu. |
Eun Gi sudah sampai di depan pintu kamar Maru. Tapi ia ragu
untuk mengetuknya. Ia memegang handle pintu, memberanikan diri untuk
membukanya,
Maru masih berdiri di depan jendela, dan merasa ada
seseorang di pintu. Tapi ia mengabaikannya karena pintu itu tak kunjung dibuka.
Eun Gi mundur dan melepaskan pegangannya dari handle pintu,
menimbulkan sedikit suara.
Dan Maru benar-benar mendengar ada suara di balik pintu.
Ia
akhirnya pergi ke arah pintu, dan membukanya.
Eun Gi tak siap menghadapi Maru. Ia memilih pergi dari rumah
sakit, tak peduli kemana kakinya akan
melangkah. Ia hanya teringat semua ucapan kejinya yang pernah ia lontarkan pada
Maru.
Ia teringat wajah Maru saat ia berkata kalau ia akan
membunuh Maru dan Jae Hee, tak peduli itu akan membunuh dirinya sendiri.
Ia teringat bagaimana Maru terdiam saat ia menyuruh Maru
untuk melarikan diri jika ia takut. Saat itu Maru tak membela diri ketika ia
menuduh Maru membantunya memulihkan ingatannya karena merasa bersalah dan
sebagai imbalannya, ia akan memberinya kesempatan sekali lagi untuk lari.
Ia malah berkata kalau seharusnya Maru memang diam tak
menjawab. Jika Maru menjawab, berarti Maru bukanlah manusia.
Eun Gi menangis menyesali semua yang pernah ia katakan pada
Maru.
Begitu pula Jae Hee yang hanya bisa menangis di kamarnya.
Min Young menelepon Jae Hee dan tanpa ba bi bu, meminta Jae Hee
untuk mendengarkan saja kata-katanya. Ia berkata kalau semuanya ini terjadi
karena ambisinya untuk memiliki Taesan.
Jae Hee kaget dan marah mendengar Min Young menimpakan semua
kesalahan mereka pada diri sendiri. Tapi Min Young tak memberi Jae Hee
kesempatan dan terus berbicara.
Yang Min Young inginkan sebenarnya adalah Taesan, bukannya
Han Jae Hee. Han Jae Hee tak tahu kalau ia dimanipulasi oleh Min Young, “Itulah
alasan aku membantu Han Jae Hee saat kematian Presdir Seo. Yang juga akan aku
lakukan pada Seo Eun Gi.”
Jae Hee terbelalak tak percaya mendengar kalimat terakhir
Min Young. Ia memanggil-manggil Min Young, tapi Min Young seolah tak mendengar
dan terus berkata, “Untuk mencapai ambisi Tae San, maka halangan itu harus
dihilangkan. Karena itulah Seo Eun Gi harus dilenyapkan.”
Whoaaa.. that is a love. A twisted sick love. But it's still
a love.
Min Young menambahkan kalau nanti Jae Hee menyerahkan diri
ke polisi, maka Jae Hee harus mengatakan hal yang tadi ia katakan pada polisi.
Jangan ragu dan jangan bingung.
Tak mempedulikan jeritan Jae Hee, Min Young menutup telepon.
Di depannya sudah tampak Eun Gi sedang berjalan. Ia memakai topi dan
mempersiapkan diri.
Jae Hee panik, mencoba menelepon Eun Gi. Tapi Eun Gi malah
mematikan handphonenya. Tak berdaya, ia hanya bisa membanting handphonenya dan
menangis.
Jae Gil datang dan tersenyum melihat Maru sedang berbaring di tempat
tidur. Ia mengatakan kalau ia tak bisa menghubungi Choco yang sedang pergi
berlibur dengan temannya dan mungkin handphonenya tak mendapat sinyal.
Maru tersenyum dan malah bersyukur, karena jika Choco tahu,
ia pasti akan khawatir. Namun Maru kaget saat Jae Gil bertanya apakah Maru
sudah bertemu dengan Eun Gi.
Jae Gil heran melihat ekspresi Maru yang menandakan kalau
Eun Gi belum ke sini, padahal tadi ia sudah melihat Eun Gi di rumah sakit. Apakah Maru belum melihatnya?
Untung Dokter Seo memberikan ijin khusus bagi Maru agar bisa
keluar karena Maru sekarang meninggalkan rumah sakit dan mulai mencari-cari Eun
Gi.
Sementara Eun Gi masih berjalan tak tentu arah, Ia teringat
kata-kata terakhir yang Maru ucapkan padanya, mengajaknya untuk melarikan diri.
Tapi betapa sinisnya ia saat menolak ajakan Maru, malah mengatakan kalau
kematian ayahnya, kecelakaan Joon Ha maupun Taesan jauh lebih penting daripada
Maru.
Eun Gi mendadak berhenti melangkah. Benarkah Maru tak
penting baginya?
Dan Eun Gi pun berbalik, berlari untuk menemui seseorang
yang paling penting di hatinya.
Begitu pun Maru yang mencari ke setiap tempat. Hingga akhirnya
ia menemukan gadis itu sedang berdiri tak sabar menunggu lampu hijau di
seberang jalan.
Tak terburu-buru lagi, ia memandang Eun Gi dengan tenang.
Dengan sabar ia menunggu lampu hijau. Senyumnya mengembang saat Eun Gi akhirnya
melihatnya dengan raut wajah penuh kelegaan.
Lampu berubah menjadi hijau, dan mereka berjalan saling
mendekat..
Namun Maru melihat sosok bertopi yang ia kenal berada di
belakang Eun Gi. Min Young.
Buru-buru Maru berlari memeluk Eun Gi dan memutar tubuhnya
jadi ganti dia yang membelakangi Min Young, sehingga dialah yang tertusuk
pisau Min Young.
Min Young segera menyembunyikan pisau itu di saku dan
meninggalkan mereka, lenyap di antara kerumunan orang yang menyeberang.
Lampu sudah merah kembali, tapi Maru masih memeluknya. Eun
Gi ingin menatap Maru sehingga ia menjauhkan badannya, tapi Maru tak mau. Ia tetap
tak mau melepaskan pelukannya, malah semakin mempererat seperti tak ingin
kehilangan.
Jae Hee duduk di depan
meja riasnya (sepertinya ini adalah tempat favoritnnya), menguatkan
hati. Setelah itu ia menelepon kantor polisi. Ia, Han Jae Hee, ingin
menyerahkan diri.
Maru dan Eun Gi duduk di taman, dan Maru terus memandangi
Eun Gi. Wajahnya semakin memucat dan tangannya terus memegangi sisi pinggang
yang tadi ditusuk Min Young. Tapi Eun Gi tak menyadari apa yang barusan
terjadi. Dan Maru pun tak berniat memberitahukannya.
Ia malah berkata kalau ia harus segera kembali karena dokter
pasti sudah menunggunya. Ia juga sudah lelah, maka ia minta Eun Gi untuk segera
pulang. Mereka bisa bicara banyak esok hari.
Namun sebelum masuk taksi, Eun Gi bertanya pada Maru, “Saat
itu di terowongan, seharusnya kau bisa menghindari mobilku. Kenapa kau tak
menghindarinya?”
Maru, yang semakin lemah, berkata kalau ia lupa alasan mengapa
ia tak menghindarinya. Tapi ia akan memikirkannya malam ini dan akan
memberitahukan pada Eun Gi besok saat mereka bertemu.
Namun Eun Gi masih belum ingin berpisah dengan Maru. Bukannya
masuk taksi, tapi ia mendadak memeluk Maru dan menciumnya.
Di kantor polisi, Jae Hee memberi pernyataan kalau ialah
yang memaksa Min Young untuk membantunya melakukan kejahatan. Ia tak hanya mengakui
kesalahannya saat kematian Presdir Seo, tapi ia juga mengakui kalau ialah orang
yang mendalangi kecelakaan Joon Ha.
Dan tanpa membuang satu detikpun, Jae Hee
juga mengakui pembunuhan 7 tahun yang lalu, yang melibatkan Taesan dan membuat
Kang Maru menjadi kambing hitam menggantikannya.
Penyidik yang dari tadi mencatat semua pengakuannya,
berhenti mengetik. Ia bertanya apakah Jae Hee tetap akan membuat pengakuan
tanpa didampingi pengacara?
“Ya. Mohon Anda menerima pengakuan saya sebelum saya berubah pikiran.” |
Sebelum mereka berpisah, sambil tersenyum Eun Gi berkata
kalau ia merasa berterima kasih pada Jae Hee, karena Jae Hee-lah ia akhirnya bisa
bertemu dengan Maru.
Sepeninggal Eun Gi, Maru baru melepaskan tangannya yang
berlumuran darah.
Terhuyung-huyung, Maru berjalan sambil tetap memegangi pinggangnya.
Jalan yang ia lewati sepi dan gelap, namun Maru tetap berjalan dan saat itu
terdengar suaranya :
“Eun Gi bertanya padaku, saat itu di terowongan mengapa aku tak menghindar? Walaupun aku menjawab kalau aku lupa, sebenarnya aku mengingat jelas alasannya.”
“Saat itu aku lelah dengan dunia dan diriku sendiri. Saat itu aku berpikir, walau aku mengakhiri kehidupanku dengan cara seperti itu, pasti tak ada bedanya. Dan pada kehidupan berikutnya, aku akan bertemu dengan Eun Gi. Kami akan mengalami cinta yang biasa dialami orang-orang. Cinta sederhana yang dialami setiap orang, tak memandang siapa mereka dan apa pekerjaan mereka. Cinta biasa seperti itu.”
“Aku ingin memulai dari awal lagi. Kupikir, doa itulah yang kupanjatkan pada Tuhan.”
Maru terjatuh dan ia berusaha berdiri lagi, tapi untuk
mengangkat kepalanya saja, sudah sangat sulit bagi Maru. Maru tersengal-sengal,
nafasnya tinggal satu-satu.
Lama-lama, nafasnya semakin pendek, matanya semakin
lama semakin sayup dan akhirnya kosong.
Kesepian dan kegelapan menyelimuti tubuhnya yang tergeletak
di tanah.
7 tahun kemudian..
Park Seul Gi memperkenalkan dirinya di depan kamera. Ia juga
memperkenalkan nama ayahnya : Park Jae Gil dan ibunya Kang Choco.
Dan Choco versi ibu-ibu menghentikan performance putrinya. Namanya
bukan Kang Choco, tapi Jeon Ji Hyun. Seul Gi langsung mengatai ibunya
berbohong, dan menurut gurunya, Seol Gi tak boleh berbohong di depan kamera.
Tapi Choco bersikeras kalau ia tak berbohong. Ayah Seul Gi
yang memberikan nama itu padanya. Maka Seol Gi memutuskan, jika ibunya bisa
memiliki nama baru, maka ia pun akan memilih nama baru untuknya. Miranda Kerr.
Belum sempat mereka menyelesaikan perkenalan diri di kamera,
Seul Gi mengingatkan kalau ayahnya harus pergi bekerja. Dan Choco pun buru-buru turun untuk
membangunkan Jae Gil.
Dan aww.. setidaknya ada yang menikah pada akhirnya, karena
kita melihat foto-foto pernikahan Jae Gil-Choco terpajang di rumah yang dulu ditempati
Maru. Choco membangunkan Jae Gil yang hanya mau dibangunkan ala sleeping
beauty.
Jae Gil pergi ke restoran fried chicken dan memesan 30 porsi
ayam pada seseorang yang terasa familiar. Ternyata penjual itu adalah Jae Shik yang mencukur kumisnya!
Rupanya bersamaan dengan mencukur kumis, Jae Shik memutuskan untuk
bekerja dengan jujur. Dan dengan mencukur kumis, Jae Shik rupanya juga mengejar
seorang wanita.
Wanita itu adalah Sekretaris Hyun yang membanting surat yang
bertuliskan : Untuk Sekretaris Hyun yang kucintai dengan sepenuh hatiku. Aww… cute
couple yang tak pernah terpikirkan.
Tanpa senyum, Sekretaris Hyun berkata kalau ia sudah
berkali-kali memperingatkan agar Jae Shik tak melakukannya lagi. Dengan gugup
Jae Shik membela diri, kalau ia menulis itu saat pikirannya tak jernih. Saat
itu ia sedang mabuk.
Jae Gil ingin tahu surat apa yang dibanting Sekretaris Hyun.
Dan Jae Shik bilang love letta. Jae Gil hanya bisa menahan senyum saat Sekretaris
Hyun langsung mengkoreksi ucapan Jae Shik. Bukan love letta, tapi love letter. Bagaimana
mungkin surat yang Jae Shik tulis penuh kata-kata yang salah eja dan salah
grammar pula, “Dan ini.. kenapa kau memanggilku Sekretaris Hyun? Apa kau tak
tahu namaku?”
Jae Gil cengar-cengir mendengar Sekretaris Hyun memarahi Jae
Shik. Tapi Jae Shik malah tersenyum lembut dan mengatakan kalau ia tahu nama
Sekretaris Hyun, yaitu Jung Ah.
Aahh… ternyata itu. Jadi perlukah kita juga memanggilnya
Jung Ah?
Jae Shik kembali membela diri kalau hal ini terjadi karena tak
banyak belajar saat SD dulu. Dan Jung Ah menggerutu, “Kenapa kau malah
menyombongkan diri?”
Kesal karena ini salah itupun
salah, Jae Shik meremas surat itu dan mengatakan kalau ia tak akan menulis surat
lagi saat mabuk. Buru-buru Jung Ah mengambil surat yang dilempar itu dan
mengatakan kalau surat Jae Shik tak seburuk itu hingga tak perlu melemparnya
dan bertanya seberapa tinggi pendidikan Jae Shik.
“Kenapa kau ingin tahu kalau aku
drop out saat SD?” tanya Jae Shik bertambah kesal dan merebut surat itu dari
tangan Jung Ah, tapi Jung Ah tak mau melepaskannya.
Jae Gil tak bisa
menyembunyikan tawanya melihat mereka tarik-tarikan love letta itu.
Jae Hee tertidur di dalam mobil di
depan penjara sehingga ia tak melihat kalau Min Young sudah keluar dari bangunan itu. Min Young
melihat mobil Jae Hee dan menghampirinya. Tapi ia tak membangunkan Jae Hee,
malah meninggalkannya.
Jae Hee yang akhirnya terbangun,
masih sempat melihat punggung Min Young. Buru-buru ia keluar untuk mengejarnya.
Tapi ada tangan yang menahannya.
Joon Ha meminta Jae Hee untuk
membiarkan Min Young pergi karena Min Young sudah memutuskannya. Jae Hee hanya
menatap Min Young yang berjalan pergi dan mengangguk mengerti.
Dari pertanyaan yang diajukan Joon
Ha, kita tahu kalau Jae Hee baru saja keluar dari penjara beberapa bulan yang
lalu dan Eun Suk masih belum mau bertemu dengan ibunya. Jae Hee tahu kalau Eun
Suk tak bisa dengan mudah memafkan namun ia bersyukur karena putranya berhubungan
baik dengan Eun Gi.
Joon Ha pun menceritakan kalau Eun
Suk berbicara setiap hari dengan Eun Gi bahkan sekarang Eun Suk selalu curhat
tentang seorang gadis di sekolahnya. Dan Eun Gi memberinya nasihat. Jae Hee
senang mendengarnya, ia minta Joon Ha menyampaikan rasa terima kasihnya pada
Eun Gi.
Saat Joon Ha bertanya apa yang
akan Jae Hee lakukan saat ini, Jae Hee hanya bisa memandang gunung tinggi di depan
mereka dan berkata kalau ia ingin tahu apakah ia bisa mendaki gunung itu
sendirian.
Di sebuah kota yang bukan Seoul,
Eun Gi membopong seorang anak kecil ke sebuah klinik dan meminta perawat agar dokter
segara menangani anak itu, yang ia panggil dengan Myeong Joo.
Myeong Joo sepertinya bukanlah
anak Eun Gi karena ia memanggil Eun Gi dengan sebutan eonni.
Ia menitipkan Myeong Joo pada
perawat, karena ia harus menutup tokonya dulu. Dan Eun Gi pun buru-buru pulang
untuk menutup toko bakery-nya yang diberi nama Silvertop.
Setibanya di klinik, ia melihat
kalau Myeong Joo sudah ditangani oleh dokter, yang tak lain adalah Maru.
Dari
berbagai pertanyaan yang dilontarkan Myeong Joo, kita tahu kalau Maru adalah
lulusan dokter dari Amerika. Setelah menjalani operasi besar, ia bisa
melanjutkan sekolah kedokterian di luar negeri atas bantuan dari gurunya.
Dan
saat ditanya tentang alasan tujuan Maru datang ke kotanya, padahal ia memiliki gelar
dari Amerika, Maru berkata kalau ia suka dengan lingkungannya dan karena banyak
wanita cantik di sini.
Eun Gi yang masih menguping
pembicaraan mereka, menunjuk dirinya, mengisyaratkan pada Myeong Joo untuk
menyebutkan dirinya. Dan saat Myeong Joo menunjuk Eun Gi sebagai salah satu
wanita itu, Maru berbalik dan melihat Eun Gi.
Tersipu-sipu, Eun Gi menunggu
jawaban Maru. Tapi Maru menjawab tak tahu, membuat Eun Gi sedikit kecewa.
Myeong Joo tahu dari orang-orang
kalau akibat dari operasi yang dijalani Maru, membuat Maru hilang ingatan. Jadi
bagaimana mungkin Maru bisa menjadi dokter? Maru menjawab kalau ia tidak hilang
ingatan, tapi ia prospognasia. Ia tak dapat mengenali orang, “Orang yang dulu
aku kenal dan yang dulu aku sayangi.”
Walaupun begitu, Myeong Joo
mengatakan kalau Maru sangatlah aneh karena selalu datang ke toko bakery Eun Gi.
Walaupun semua orang mengakui kalau makanan yang Eun Gi buat tidak enak sama
sekali, tapi mengapa Maru selalu sarapan, makan siang dan makan malam di tempat
Eun Gi. Apakah masakan Eun Gi seenak itu?
Maru tak menjawab dan hanya
mengangkat bahu sambil tersenyum.
Seperti yang diucapkan Myeong Joo,
Maru duduk-duduk di toko Eun Gi yang sepi, minum dengan santai dan membaca
koran. Ia akhirnya melihat kalau Eun Gi diam-diam memotretnya.
Ia melambai pada Eun Gi yang salah
tingkah, menyuruhnya datang dengan membawa kameranya. Bagai anak nakal, Eun Gi
menyerahkan kamera itu dengan kepala tertunduk.
Maru membuka satu per satu
hasil tangkapan kamera Eun Gi. Dan di dalamnya tak ada foto lain kecuali foto
dirinya sehingga Maru bertanya apakah Eun Gi itu sejenis paparazzi? Eun Gi hanya
bergumam, “Mirip.”
Maka Maru bertanya lagi, “Apakah
kau tertarik padaku?” Malu-malu, tapi Eun Gi tak menolak anggapan itu dan beralasan
kalau ia menyukai pria tampan. Namun saat ditanya sejak kapan, Eun Gi hanya
menjawab, “Baru-baru ini,” walau ia tak mau menjelaskan lebih rinci lagi.
Maru terlihat kesal. Ia mengambil
koran dan handphonenya, dan meninggalkan Eun Gi. Namun saat ia melangkah pergi,
terlihat senyum kecil dari wajahnya.
Saat itu kita mendengar suara
Maru,
“Dan aku pasti akan bertemu Eun Gi
lagi di kehidupan berikutnya. Dan jika saat itu tiba, aku ingin berkencan
seperti yang lainnya. Dan aku ingin mencintai seperti yang lainnya.
“Aku ingin memulainya dari awal
lagi. Dan kupikir doa itulah yang kupanjatkan pada Tuhan.”
“Aku ingin bertanya pada orang
sekitarnya, orang seperti apa dia.”
Maru mengunjungi toko Eun Gi, tapi
toko itu tutup.
“Terkadang aku akan mengunjungi rumahnya.
“Terkadang, aku ingin terlihat bagus di hadapannya, maka aku akan belajar tarian ‘trot’ yang disukai ayahnya dan mempelajari baduk. Aku akan mencoba untuk tidak pilih-pilih saat makan.
“Terkadang aku akan menghafalkan semua lagu dari penyanyi favoritnya."
Maru duduk di bangku, dan beberapa
saat Eun Gi lewat. Sesaat ragu, tapi Eun Gi menghentikan sepedanya dan duduk di
bangku sambil tersenyum.
“Terkadang aku akan mengunjungi
tempat yang sering ia kunjungi dan menunggunya sepanjang hari.
“Aku akan berkata aku rindu jika
aku merindukannya.
“Aku akan berkata ingin bertemu ketika
aku ingin bertemu dengannya.
“Aku merasa senang dan bersyukur
bisa berkencan seperti pasangan lain.
Tanpa menoleh, Maru diam-diam
mengeluarkan sebuah kotak merah yang 7 tahun lalu pernah ia pegang. Kali ini ia
menaruh kotak itu di bangku, menarik perhatian Eun Gi.
Penasaran Eun Gi mengambil kotak
itu dan membukanya. Sepasang cincin. Eun Gi kaget melihatnya dan menatap
Maru tak percaya.
Maru akhirnya menoleh dan menatap
Eun Gi. Dan iapun tersenyum. Eun Gi pun tersenyum penuh kelegaan dan rasa
syukur.
“Kupikir doa itulah yang kupanjatkan.. dan aku akan memanjatkan doa itu lagi.” |
“Terima kasih.. sekarang.. aku
bahagia.” |
Komentar :
Sebelum kita menebak-nebak, apa sih yang terjadi di 10 menit
terakhir ini, ada baiknya kita membaca catatan dari website resmi Nice Guy:
마루의 기억.
마루는 사실 은기를 잊지 않고 있었습니다.
그 반지가 마루가 은기를 기억하고 있다는 증명해 주고 있죠
두 사람은 비로소 평범하게 사랑할 수 있게 되었습니다.
긴 시간을 엇갈리며 돌아왔던 두 사람의 길을 이제 함께 걸을 수 있게 되었습니다.
은마루 커플 그 시작이 사랑이었음을 잊지 않았네요.
행복한 은마루커플을 그동안 사랑해주셔서 너무나 감사합니다.
@착한남자 공식 홈페이지
Maru's Memory
Actually, Maru didn't
forget Eun Gi.
That ring proves that
Maru didn't forget Eun Gi.
At last both of them
could love each other ordinarily.
Both of them can now
walk at their road together after a long confusing time.
It was not forgotten
that the start of EunMaru couple was love.
Thanks for loving the
happy EunMaru couple for all these time.
Translation credit : soompi
Ingatan Maru
Sebenarnya, Maru tak pernah melupakan Eun Gi.
Cincin itu membuktikan kalau Maru tak melupakan Eun Gi.
Pada akhirnya, keduanya dapat saling mencintai seperti
layaknya orang biasa.
Keduanya sekarang dapat berjalan bersama setelah sekian lama
Tak pernah terlupakan kalau pasangan EunMaru bermula dari cinta
Terima kasih telah mencintai pasangan bahagia EunMaru selama
ini.
Note : yang di bawah ini adalah interpretasi saya sendiri, bukannya dari pihak produksi Nice Guy.
Jadi, apa yang terjadi pada malam itu? Mengapa Maru tidak
lekas ke rumah sakit saat ia tertusuk? Ia malah duduk-duduk di taman bersama
Eun Gi. Apakah ia lupa tekadnya yang pernah ia ucapkan pada Jae Hee: ia akan
tetap hidup apapun yang terjadi ?
Karena ia adalah Maru. Maru yang sangat pesimis dan
menganggap dirinya selalu bernasib buruk. Dengan tingkat keberhasilan operasi
50/50, harapannya melambung saat mendengar Jae Gil mengatakan kalau Eun Gi
mencarinya. Ia mendengar ada orang di balik pintu saat itu. Dan ia tahu pasti
kalau itu adalah Eun Gi.
Maka ia mencari Eun Gi, mencoba menemukannya. Jika ia
beruntung, ia pasti dapat menemukan Eun Gi di kota sebesar Seoul ini.
Dan ia beruntung. Ia menemukannya, menemukan Eun Gi berada di seberang
tempatnya berdiri, sejengkal dari pelukannya.
Apakah ia memang bisa mengharapkan kebahagiaan itu? Eun
Gi-nya telah kembali? Bolehkah ia
mempercayai hal ini? Ia memang beruntung?
Namun harapan itu pupus saat melihat sekelebat bayangan Min
Young. Tanpa pikir panjang, ia langsung meraih Eun Gi dalam pelukannya.Menerima
tusukan Min Young, menggantikan Eun Gi.
Ia menyadari kalau jalan hidupnya selalu seperti ini. Garis
hidupnya selalu buruk. Berapa kali ia mencoba untuk bangkit, berkali-kali itu
pulalah ia selalu jatuh.
Maka yang ia dapat lakukan sekarang adalah seperti
kata-katanya pada Jae Gil dulu, “Aku ingin merasakannya sedikit lebih lama
lagi, Jae Gil. Setelah merasakan kebahagiaan yang tak masuk akal ini, walau
hanya sebentar saja, aku mau dioperasi. Biarkan aku merasakan kebahagiaan juga.
Untuk sekali saja.”
Maka ia memilih untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan
Eun Gi. Ia takut jika ia segera pergi ke rumah sakit, ia tak bisa lebih lama
bersama Eun Gi. Lebih baik ia menukar waktu hidupnya dengan bisa lebih lama
bersama Eun Gi. Ia tak mau serakah, ia tak mau egois. Cukup waktu sebentar saja
bersama Eun Gi.
Dan hanya satu harapannya. Bertemu dengan Eun Gi lagi di
kehidupan yang mendatang.
Tapi seperti yang terjadi sebelumnya, jika Jae Gil menemukan Maru
tergeletak di rumah yang sepi dan gelap gulita, begitu pula Maru saat itu. Pasti ada
Jae Gil lain yang menemukan Maru tergeletak di jalan yang sepi dan gelap gulita.
Jika dahulu Maru selalu berada di bawah roda kehidupan, tapi
pada hari itu, Maru sudah melangkah naik ke atas roda kehidupan.
Apakah Maru hilang ingatan? Saat streaming malam itu dan sebelum
membaca official ending Nice Guy (seperti yang di atas), saya menyangka Maru
memang amnesia. Namun amnesia yang diderita berbeda dengan amnesianya Eun Gi.
Saya menyangka ingatan Maru perlahan-lahan kembali dan ia
mulai lembaran baru. Dengan pengakuan Jae Hee yang berarti menghapuskan catatan
kriminalnya, dan referensi dari gurunya –seorang ahli bedah syaraf yang
terkenal- , ia bisa kuliah lagi di luar negeri. Ia kembali dan bertemu dengan
Eun Gi di kota kecil itu.
Entah kenapa rasanya kok saya tidak klik dengan ending
seperti itu. Bagaimana dengan Taesan? Bagaimana Eun Gi bisa meninggalkan Taesan
juga meninggalkan Eun Suk. Apakah dunia yang sebelumnya kita lihat (7 tahun
kemudian yang memperlihatkan Jae Gil, Choco, Jae Hee, Min Young, Joon ha)
adalah dunia yang berbeda dengan dunia Maru – Eun Gi yang ditunjukkan pada
kita? Apakah dunia ini hanya harapan Maru saja?
Setelah membaca official ending itu, saya baru menyadari
kalau saya salah mengerti.
Seperti yang diakui Maru, ia mengalami prospagnosia bukan
hilang ingatan. Namun sebenarnya iapun tak mengalami prospagnosia.
Operasinya berjalan dengan sukses, ia kembali hidup.Ingatannya semua tetap ada. Tapi ia
tahu jika ia bersama Eun Gi saat itu, Eun Gi pasti tak akan mampu mengendalikan
Taesan.
Dengan segala kericuhan yang terjadi setelah Jae Hee
menyerahkan diri, dan ia yang sudah dipecat dari Taesan pasti akan
disangkutpautkan. Shareholder pasti tak akan mau melihatnya bersanding dengan
Eun Gi. Cacatnya sudah terlalu besar untuk ditutupi.
Maru tahu, jika operasinya berhasil dan ia sehat seperti
sediakala, Eun Gi akan langsung berada di sisinya. Tak peduli jika shareholder
Taesan tak menyukainya. Maru tahu kalau itu terjadi, Eun Gi akan memilih meninggalkan
Taesan demi dirinya. Dulu Eun Gi pernah melakukan hal itu, dan sekarang pun
juga akan begitu.
Maka ia memilih pura-pura prospagnosia, menerima tawaran
Dokter Seo untuk sekolah di luar negeri, sementara Eun Gi berada di Taesan
untuk membereskan semua kekacauan yang ada, mengambil kembali kepercayaan yang
dulu pernah hilang dari tangannya. Maru menyerahkan Eun Gi pada Joon Ha dan
Sekretaris Hyun untuk sementara waktu.
7 tahun adalah waktu Maru bersekolah di luar negeri. 7 tahun
adalah waktu Eun Gi untuk mengembalikan Taesan ke tangannya kembali. 7 tahun
adalah waktu Min Young untuk menebus kesalahannya. Namun 7 tahun bukanlah waktu
Jae Hee dalam menerima hukuman.
Waktu hukuman Jae Hee jauh lebih lama daripada Min Young,
karena hukuman yang paling berat bagi Jae Hee bukanlah saat ia mendekam dalam
penjara. Tapi hukuman yang paling berat adalah ditolak oleh anaknya sendiri.
*amit-amit, ketok-ketok kayu* Hanya Eun Suk dan Tuhan yang tahu, kapan hukuman
Jae Hee akan berakhir.
Seperti yang diduga Maru, begitu Eun Gi tahu Maru kembali ke Korea, Eun Gi pun langsung terbang ke
sisinya. Ia mendirikan klinik, Eun Gi pun membuka toko kue.
Eun Gi pernah amnesia. Eun Gi pernah merasakan melupakan
segalanya, namun hatinya langsung mengenali Maru. Maka ia pun merasa Maru pasti
akan mengenalinya. Buktinya Maru selalu mengunjungi toko kuenya. Maru selalu
memesan makanan yang bagi semua orang tak enak, tapi ia selalu memakannya
dengan lahap. Hati Maru pasti mengenalinya.
Btw, untuk kejadian Maru memergoki dan memarahi Eun Gi yang mengambil
gambarnya, saya rasa Maru bercanda. Ia ingin sedikit mengerjai Eun Gi,
dengan pura-pura marah padanya. Buktinya ia tersenyum setelah pergi.
Namun jika Maru nanti tak
mengenalinya pun tak masalah. Seperti kata Choco dulu, jika kenangan itu
hilang, maka buat saja kenangan yang baru.
Maka Eun Gi mengambil cuti panjang yang tak tahu kapan akan
berakhir. Ia menyerahkan semua pada Joon Ha dan Sekretaris Hyun untuk mewakili
semua urusannya. Mereka bertiga adalah satu tim yang saling melengkapi.
Mengapa Joon Ha dan Sekretaris Hyun mau diserahi tanggung
jawab sebesar itu? Apakah mereka punya agenda sendiri untuk mengambil alih
Taesan?
Tidak.
Tidak.
Mereka tahu kalau Eun Gi sedang berusaha mengembalikan
Maru. Dan mereka juga tahu jikalau ada masalah pelik yang menimpa
perusahaan, Maru akan berada di sisi mereka, membantu mereka.
Mereka sebenarnya sudah tahu kalau ingatan Maru tak pernah hilang. Selama 7
tahun ini, Maru selalu mendampingi mereka menemani Eun Gi. Walaupun jauh, tapi
Maru tak pernah berhenti memperhatikan Eun Gi. Maru memberi dukungan pada Eun
Gi dengan meminjam tangan Joon Ha dan Sekretaris Hyun
Maru telah memulai dari awal lagi. Ia telah tinggal di kota
seperti San Fransisco. Suatu tempat yang indah dan penuh dengan wanita cantik.
Ia telah tiba di kota itu. Dan ia tak perlu menunggu lama. Eun Gi telah datang
dengan bunga di rambutnya. Dan Eun Gi tahu, telah ada cinta yang menantinya di
sana.
source : http://www.kutudrama.com/2012/11/sinopsis-nice-guy-episode-20-2-final.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment