“Oy, Yang Mulia,” panggil Park Ha sambil
menurunkan tali jemuran.
Yi Gak terpana, sesaat tak dapat berkata apapun.
Dan saat ia tersadar, ia hanya mampu mengucap, “Park Ha.. kau adalah Bu Young.”
Yi Gak mendekat dan menutupkan tangannya ke wajah
Park Ha, mencoba menyakinkan dirinya kalau wajah Bu Young yang tertutup cadar
benar-benar adalah wajah Park Ha. Ia terkesima melihat kemiripan itu, “Tak
salah lagi. Kau benar-benar Bu Young.”
Park Ha bingung mendengar kata-kata Yi Gak,
“Kenapa kau seperti ini? Siapakah Bu Young?”
“Bu Young adalah adik putri mahkota. Dan kau
adalah Bu Young,” ujar Yi Gak masih terkesima.
Park Ha terkejut, tapi juga terdengar senang
mendengarnya, “Aku juga ada di Joseon?”
Mereka duduk di kursi taman dan Yi Gak
menceritakan kalau Park Ha juga hidup di Joseon. “Rasanya seperti bertemu
dengan sahabat yang sudah lama tak berjumpa. Senang bertemu denganmu lagi.”
“Jadi maksudmu kita pernah bertemu di Joseon?”
tanya Park Ha.
“Bukan hanya pernah bertemu. Tapi hubungan kita
juga cukup dekat,” Yi Gak tersenyum memandang Park Ha, seakan masih tak percaya
kalau ia bertemu dengan adik iparnya lagi. “Kau adalah Bu Young.”
“Jadi namaku adalah Bu Young,” gumam Park Ha pada
dirinya sendiri.Dan ia bertanya pada Yi Gak, “Di Joseon, aku orangnya seperti
apa?”
“Bu Young tak pernah berani menatapku langsung
dan selalu menjaga jarak denganku,” kata Yi Gak mengingat-ingat adik iparnya.
“Kenapa?” tanya Park Ha. “Kenapa aku tak berani
mendekat dan menjaga jarak denganmu?”
“Bukankah tadi kubilang kalau Bu Young adalah
adik dari Putri Mahkota? Sejak kecil ia telah masuk ke dalam istana untuk
menemani Putri Mahkota.” Yi Gak menceritakan kalau adik iparnya selalu
menceritakan berita dari luar istana dengan sangat menarik, “Bahkan walaupun
aku sudah pernah mendengar cerita itu dari kasim atau dayang-dayang istana,
tapi cerita Bu Young selalu terdengar lebih menarik.”
Yi Gak juga menceritakan kalau kegemarannya
adalah main tebak-tebakan, dan Park Ha selalu dapat menebak teka-tekinya,
”Setelah dipikir-pikir lagi, saat itu aku lebih sering berbicara denganmu
daripada berbicara dengan putri mahkota. Saat berbicara denganmu, rasanya
sangat menyenangkan.”
Park Ha tersenyum senang melihat gambaran dirinya
di kehidupan lampaunya. Tapi hal itu tak berlangsung lama karena Yi Gak
meneruskan, “Tapi kau sekarang sangat berbeda dengan dirimu di masa lalu. Di
Joseon, kau sangat pintar dan bertutur kata halus.”
Wajah Park Ha langsung cemberut dan ia
menggerutu, “Aku tahu kau pasti akan menghinaku.”
Tapi godaan Yi Gak hanya membuat Park Ha kesal
sesaat. Ia kemudian tersenyum-senyum bahagia lagi.
Tiba-tiba ia teringat kalau ia harus membuat 5
bekal untuk mereka. Rencananya mereka mau menonton pesta kembang api di tepi
sungai Han. Tapi Yi Gak langsung menunjuk Park Ha dan dirinya sendiri. Park Ha
mengangkat alisnya, apa maksud isyarat Yi Gak?
“Kau dan aku.” |
Aww.. so cute! Pangeran hanya ingin berdua dengan
putri, tanpa ada kasim dan dayang-dayang.
Park Ha tersipu malu dan hanya berkomentar,
“Bodoh!” dan berdiri pura-pura menyibukkan diri dengan cuciannya. Yi Gak yang
belum mendengar kata ‘Ya’ tak mau menyerah.
Ia mengejar Park Ha dan merebut keranjang baju
yang dipegang Park Ha. “Kenapa kau tak mau menjawabku? Ayo kita pergi berdua
saja.” Yi Gak menghentakkan kakinya dan merengek dan meggoyangkan badannya
memohon. “Haruss. Mau ya?”
Park Ha tak dapat menyembunyikan tawanya melihat
Yi Gak merajuk seperti anak kecil.
Mereka berdua masuk rumah dan mendapat ketiga
pengikutnya sedang nonton TV. Man Bo mengajak junjungannya nonton TV karena
sekarang acara variety show kesukaan Yi Gak sedang diputar. Tapi di luar
kebiasaan, Yi Gak mengeluh lelah dan ingin segera tidur.
Dan meninggalkan Park Ha di bawah membereskan
semuanya. LOL, enaknya Yi Gak.
Park Ha merebut remote TV dan setengah memarahi
mereka karena mereka terlalu banyak nonton TV. Seharusnya mereka banyak membaca
buku.
LOL, kayak Park Ha sedang menasehati anak-anaknya
yang terlalu banyak nonton TV.
Mereka mematuhi nasehat Park Ha. Tapi Chi San
mengingatkan Park Ha kalau nanti malam mereka akan menonton kembang api. Tapi
Park Ha langsung mengatakan kalau ia tak bisa pergi, karena matanya sedang
iritasi dan dokter melarangnya melihat benda-benda yang bersinar. Untuk
membuktikan ucapannya, ia melihat lampu dan menjerit kesakitan, “Aduh, mataku!
Mataku”
Double LOL.
Ia beranjak mematikan lampu ruang tengah plus
mengeluh lagi, “Apa kalian tahu tagihan listrik kita bulan lalu membengkak?
Ayo, tidur sekarang! Kalian pasti sudah lelah semuanya. Malam ini kita tidur
cepat, ya!”
Dan ceklik! Lampu mati dan ketiga Joseoners itu
bengong di tengah ruangan yang menjadi gelap. Hehe.. dan sekarang baru jam
berapa? Bukannya baru saja Park Ha dan Yi Gak menjemur baju?
Se Na dan CEO Jang duduk berdua. Dengan mata
berkaca-kaca, Se Na meminta agar ia dapat memanggil CEO Jang dengan sebutan
‘ibu’. Ia merasakan sebuah perasaan khusus saat CEO Jang memberikan cincin biru
kepadanya dan Se Na bertanya apakah ibunya memiliki perasaan yang sama?
CEO Jang hanya tersenyum dan mengatakan mungkin.
Ia menceritakan asal nama In Joo adalah gabungan antara nama ayahnya dan
namnya, Park In Chul dan Jang Sun Joo sehingga menjadi In Joo.
Se Na tersenyum dan membenarkan kalau ayahnya
sering menceritakan hal itu kepadanya.
Dan wajah CEO Jang mengeruh seketika. Dalam
hatinya ia berkata, “Sena, yang kukatakan tadi tak benar. Nama In Joo
sebenarnya karena kami salah menuliskan nama. Seharusnya nama itu adalah Jin
Joo (mutiara).”
CEO Jang beralasan kalau ia sudah lelah dan ingin
kembali ke kamar. Se Na mengantarkannya ke dalam kamar dan melihat betapa
mewahnya kehidupan yang dijalani CEO Jang dan merasa kalau Park Ha tak layak
menjadi putri CEO Jang yang kaya. Dan dalam setelah meninggalkan CEO Jang, Se
Na bertekad untuk mengambil semua yang dimiliki oleh Park Ha.
Park Ha menuruni tangga dengan
berjingkat-jingkat. Yi Gak yang sudah tak sabar menunggunya bertanya, “Mengapa
kau lama sekali?” Tapi ia melihat sesuatu yang berbeda dengan Park Ha dan ia
bertanya lagi, “Apakah kau sekarang sedang memakai make up?”
Park Ha pura-pura kaget mendengarnya dan langsung
membantahnya, “Tidaakk.. siapa yang memakai make up?”
Yi Gak geli mendengarnya, tapi enggan
memperpanjang masalah itu. Ia menggenggam tangan Park Ha dan mengajaknya segera
pergi. Saling berpegangan tangan, mereka lari menuju sungai Han.
Di tepi sungai Han sudah banyak orang yang
menunggu pertunjukkan kembang api itu. Sebelum pertunjukkan mulai, Park Ha
memberitahukan kalau kembang api ini berbeda dengan kembang api yang mereka
nyalakan saat di rumah loteng.
Benar saja. Saat kembang api memancar di langit,
Yi Gak terkesima melihatnya. Park Ha tersenyum melihat Yi Gak yang terkesima.
Berdua mereka menikmati indahnya pijar api yang menyinari langit.
Karena asyik menatap langit, mereka tak menyadari
kalau tubuh Yi Gak mulai menghilang. Hanya sesaat, namun kemudian tubuhnya
muncul lagi. Menghilang lagi dan muncul lagi.
Yi Gak tak menyadarinya. Park Ha tak melihatnya.
Sesaat setelah tubuh Yi Gak memadat lagi, Park Ha menyandarkan kepalanya di
bahunya, seperti saat di bis dahulu. Merasakan kedekatan itu, Yi Gak tersenyum
bahagia.
Sementara itu, ketiga Joseoners ada di kamar
mereka. Walaupun dengan moengomel, mereka mengikuti nasehat Park Ha. Man Bo dan
Young Sul membaca buku dan Chi San menyulam.
LOL. Rupanya, bagi Chi San kain
adalah buku dan benang adalah tinta. Dan sekarang Chi San sedang menulis buku.
Dengan ingatan seperti Rain Man, Man Bo cepat
menghafal seluruh isi buku dan ingin diuji oleh Yi Gak. Diikuti oleh Young Sul
dan Chi San, mereka mengetuk pintu kamar Yi Gak. Tak mendengar ada jawaban,
mereka masuk ke dalam kamar. Di tempat tidur Yi Gak terbaring berbungkus
selimut.
Mereka membangunkan Yi Gak, tapi Yi Gak tetap
diam tak bergerak Dengan rasa hormat, Man Bo meminta ijin pada Yi Gak untuk
membuka selimutnya.
Saat selimut dibuka, mereka terkesiap kaget. Di
tempat tidur Yi Gak, hanya ada tumpukan bantal dan guling. Reflek dari mulut
Man Bo terucap kata, “Oh My God!”
LOL. Man Bo sekarang fasih berbahasa Inggris.
Yi Gak dan Park Ha pulang bergandengan tangan dengan
perasaan bahagia. Tapi kegembiraan mereka tak berlangsung lama, karena sudah
ada tiga orang yang menunggu kepulangan mereka dengan kesal.
Kesal karena disuruh membaca buku, kesal karena
ditinggal di rumah sendirian, kesal karena tak bisa menonton kembang api. Kesal
karena ditipu habis-habisan oleh Yi Gak yang mengaku lelah dan Park Ha yang
sakit mata.
Yi Gak terbelalak melihat mereka. Ia dan Park Ha
saling melirik, panik seperti anak yang ketahuan guru kalau ia membolos dengan
pacarnya. Tiba-tiba ia menarik tangan Park Ha dan segera berbalik kabur.
Ketiga pengikutnya tak mau kehilangan sang
target. Mereka mengejar junjungannya dan meminta agar Yang mulia berhenti lari.
Setelah mereka duduk dengan tenang, Yi Gak
menceritakan kalau Park Ha juga hidup di jaman Joseon dan Park Ha adalah adik
iparnya, Bu Young. Tentu saja ketiga abdi Yi Gak terkejut mendengarnya. Mereka
melihat Park Ha yang datang membawa kaleng minum dengan pandangan yang baru.
Walaupun mereka belum pernah bertemu langsung
dengan Bu Young yang hidup di jaman yang sama, mereka senang karena berarti
mereka telah mengenal Park Ha untuk waktu yang sangat lama.
Park Ha gembira dan menyapa mereka seperti
menyapa sahabat lama, “Aku juga senang bertemu dengan kalian lagi.”
Dan mereka bersulang atas pertemuan ini.
Sepeninggal Se Na, CEO Jang berpikir mengapa Se
Na harus berpura-pura menjadi putrinya. Apa alasannya.
Begitu juga Yi Gak yang berpikir sepanjang malam
diikuti ketiga pengikutnya yang sudah terkantuk-kantuk. Mereka meminta Yi Gak
untuk segera tidur. Chi San bahkan mengeluarkan kata-kata bijak, “Masalah dalam
berpikir adalah semakin kita berpikir,
semakin banyak pikiran yang harus kita pikirkan. Jadi hal yang terbaik adalah
jangan memikirkannya sama sekali.”
LOL. Kata-kata bijak Chi San seperti kata-kata
bijak yang pernah saya dengar waktu sekolah dulu : Banyak belajar, banyak lupa.
Tidak belajar, tidak akan lupa.
Tak mempedulikan ucapan abdinya, Yi Gak berkata
kalau semuanya tak cocok satu sama lain. Hal yang pasti adalah : Se Na adalah
putri mahkota dan Park Ha adalah Bu Young. Tapi mengapa kepribadian putri
mahkota berbeda dengan kepribadian Se Na yang jahat?
Chi San akhirnya memberitahukan kalau yang
menjadi putri mahkota sebenarnya adalah Bu Young. Tapi menurut gossip, putri
mahkota yang sekarang melukai wajah Bu Young dengan setrika sehingga putri
mahkota yang terpilih adalah kakaknya.
Mendengar hal itu Yi Gak membentak marah, bahkan
membangunkan Young Sul yang sudah tertidur, “Kenapa kau baru memberitahukanku
sekarang?!”
Mereka bertiga langsung bersujud pada Yi Gak,
meminta maaf. Tapi hal ini memperjelas kebingungan Yi Gak. Bagi Yi Gak masih
ada yang membuatnya bingung. Di Joseon, Putri mahkota dan Bu Young adalah
saudara kandung. Tapi mengapa di sini Se Na dan Park Ha adalah saudara tiri?
Yi Gak meminta ketiga abdinya untuk memberikan
pikiran atau pertanyaan yang belum dapat terjawab.Mendengar itu mereka pun
menyuarakan pendapatnya.
Chi San : “Di Joseon, Yang Mulia jatuh cinta pada
putri mahkota, lantas kenapa di sini YangMulia mencintai Park Ha?
Man Bo : “Dan mengapa kita jatuh di rumah Park
Ha, bukannya di rumah Putri Mahkota?”
Young Sul : …. (terkantuk-kantuk tidur)
Yi Gak juga heran akan hal itu. Putri Mahkota
meninggal setelah makan manisan kesemek. Karena menyelidiki hal itu, mereka
melintasi waktu. Seharusnya mereka jatuh di rumah Putri Mahkota. Tapi mengapa
mereka jatuh di rumah Park Ha? Yi Gak yakin ada sesuatu yang berkenaan dengan
Park Ha yang belum mereka ketahui.
Keesokan harinya, Yi Gak dan Park Ha makan siang
dengan CEO Jang yang ingin mengucapkan terima kasih karena ia diberi tempat
untuk beristirahat saat ia sakit. Walaupun mungkin makan siang yang ia belikan
ini rasanya tak sebanding dengan sup seafood yang Park Ha buatkan malam itu.
Yi Gak juga memuji Park Ha yang pandai memasak.
CEO Jang malah mengatakan kalau Park Ha tak hanya pintar memasak, tapi juga
berbakti pada orang tua, karena ia merawat ibunya dengan baik saat ibu Park Ha
di rumah sakit. Park Ha malu mendengarnya. Ia beralasan kalau ia melakukan hal
ini karena ia pernah hidup terpisah dengan ibunya dan saat itu ibunya selalu
mengkhawatirkannya. Maka sekarang ia ingin berbuat baik pada ibunya.
CEO Jang mengangguk dan mengatakan kalau setiap
orang tua pasti selalu mengkhawatirkan anaknya. Ia bertanya apakah Park Ha
sekarang tidak bekerja?
Park Ha menjelaskan kalau ia sebelumnya bekerja
di sebuah kota yang agak jauh dari Seoul “Tapi karena seseorang, saya harus
keluar dari pekerjaan itu dan kembali ke Seoul,” ia melirik Yi Gak sebal.
Yi Gak tak merasa bersalah dan malah menjawabnya,
“Karena itu sekarang aku menjagamu.”
“Bukannya kau sekarang menjadikanku sebagai
budakmu?” tanya Park Ha menunjukkan kenyataan aslinya.
“Ho ho!” Yi Gak mulai bertingkah seperti raja.
“Kau ini pasti ingin dihukum, ya.“
CEO Jang tersenyum geli melihat perkelahian
tamunya yang seperti anak kecil. Tapi walaupun mereka seperti itu, ia merasa
sangat nyaman dan selalu ingin bersama dengan mereka. Karena Park Ha sekarang
tak bekerja, ia menawarkan Park Ha untuk bekerja sebagai sekretarisnya selama
ia berada di Korea. Park Ha kaget namun senang dengan tawaran CEO Jang.
Dan setelah makan siang, di lobi hotel Yi Gak
menjelaskan ‘bakat-bakat’ Park Ha yang harus diperhatikan CEO Jang selama Park
Ha menjadi sekretarisnya. Park Ha terbiasa menyetir truk, jadi ia menyetir
dengan kasar. Mendengar itu CEO Jang tersenyum mengangguk dan menjawab, “Aku
memastikan akan selalu memakai sabuk pengaman.”
Yi Gak juga berpesan kalau CEO Jang harus
memberikan perintah yang singkat dan sederhana, karena Park Ha sedikit lambat
dalam berpikir. Ia juga mengatakan kalau Park Ha lapar, ia menjadi pemarah.
Park Ha tentu saja kesal mendengar kata-kata Yi
Gak yang menjelek-jelekkannya, “Awas ya, kalau kita nanti sampai di rumah,”
ancam Park Ha.
CEO Jang malah ikut menggodanya, “Astaga, Park
Ha. Apakah kau sedang marah sekarang? Apakah kau lapar? Perlukah kita sekarang
makan lagi?”
Park Ha tersipu malu mendengar CEO Jang yang
malah ikut menggodanya. Yi Gak tertawa dan mulai berkata lagi, tapi Park Ha
memegang lengan Yi Gak dan berkata mengancam dengan mulut terkatup, “Kenapa kau
ini? Kalau ada satu kata lagi..”
Hehe.. mereka itu pacaran atau teman bertengkar,
ya?
CEO Jang tertawa melihat Park Ha dan Yi Gak yang
bertengkar. Mereka tak menyadari kalau Se Na dan Tae Moo datang. Se Na dan Tae
Moo yang ingin menemui CEO Jang kaget karena melihat CEO Jang ngobrol santai
dengan Park Ha dan Yi Gak. Buru-buru mereka pergi sebelum terlihat oleh Park
Ha.
Tapi hal itu membuat Se Na marah. Kenapa Park Ha
bisa bersama CEO Jang? Tae Moo menyarankan untuk menelepon Park Ha.
Berpura-pura ingin minta tolong pada Park Ha, Se Na menanyakan apa yang sedang
Park Ha lakukan sekarang. Betapa kagetnya ia mendengar kalau Park Ha tak dapat
membantunya karena sekarang ia menjadi sekretaris seseorang yang sedang tinggal
sementara di Seoul.
CEO Jang mengantar Park Ha dan Yi Gak yang sudah
mau pulang. Sambil lalu ia bertanya pada Park Ha apakah kakaknya memiliki teman
yang bernama Park In Joo? Park Ha mengatakan tak ada.
Malam harinya, Se Na menemui CEO Jang dengan
membawakan rangkaian bunga dari Tae Moo dan memuji Tae Moo sebagai orang yang
yang berjasa karena membuat mereka bertemu. Se Na bertanya apa mereka tak
seharusnya membalas jasa pada Tae Moo?
CEO Jang mulai meraba motif Se Na dan bertanya
apa yang sebaiknya mereka lakukan untuk Tae Moo.
Se Na menjawab, “Saat rapat pemegang saham besok,
bisakah ibu memberikan suara untuk Tae Moo sebagai CEO berikutnya?”
CEO Jang mengangguk mengerti. Ia akhirnya
mengerti alasan Se Na berpura-pura menjadi putrinya.
Sementara itu Se Na melaporkan keberhasilan misi
mereka pada Tae Moo yang menunggunya di mobil.
Ibu dan Park Ha sarapan bersama. Ibu telah
menyiapkan hidangan yang sangat banyak, terutama hidangan favorit Se Na. Tapi
ternyata Se Na tak mau makan siang bersama. Park Ha tak tega melihat kekecewaan
ibu, dan menghiburnya kalau ia akan
makan 2 piring .. eh.. tidak. Ia akan makan 3 piring karena makanan ibu
sangat enak.
Kata-kata Park Ha menyenangkan ibu dan ibu
bertanya apakah Park Ha akan bekerja sebagai sekretaris temannya mulai hari
ini? Park Ha mengiyakan dan menyebut CEO Jang dengan tante. Ibu berpesan agar
Park Ha membantu CEO Jang dengan baik.
Ternyata Se Na tak mau datang ke rumah ibu karena
ingin sarapan bersama CEO Jang. Ia mengungkit jasa Tae Moo yang mempertemukan
mereka dan meyakinkan ‘ibu’nya lagi agar memilih Tae Moo saat pemungutan suara
nanti. CEO Jang tersenyum dan bertanya apa ada hal lain yang Se Na inginkan?
Se Na tersenyum dan berkata, “Aku benar-benar
menyayangi ibu. Memiliki ibu di sampingku membuatku merasa tenteram. Tak ada
hal lain yang aku inginkan.”
Bersamaan dengan itu Park Ha datang menemui CEO
Jang untuk memulai tugasnya sebagai sekretaris dan ia sempat mendengar Se Na
yang memanggil ibu pada CEO Jang.
Ia langsung duduk menghadapi Se Na, “Apakah kau
gila? Siapa yang kau panggil ibu?”
Se Na kaget karena Park Ha mendengar ucapannya.
Tapi ia menyuruh Park Ha agar tak ikut campur akan urusannya. Tapi Park Ha
harus ikut campur, karena sepanjang malam ibu mereka memasak makanan kesukaan
Se Na dan tak tahu kalau di sini Se Na memanggil wanita lain dengan sebutan ‘ibu’.
“Apa kau sekarang mengguruiku?” tanya Se Na
marah.
Park Ha menyambar gelas di depannya dan menyiram
wajah Se Na. Ha! Sekarang Park Ha baru membeli pelajaran. “Sadar diri, dong! Setelah
kau memaku hati ibu, apakah kau mampu hidup dengan baik?”
Se Na geram karena Park Ha berani menyirammnya, “Beraninya
kau.. “ ia menyambar gelas miliknya dan hendak membalas Park Ha.
Tapi kali ini Park Ha lebih cepat merebut gelas
itu dan menyiram gelas kedua ke wajah Se Na hingga wajah Se Na basah kuyup, “Setelah
kau memakunya, walau kau bisa mencabut paku itu, hati ibu tetap akan berlubang
karenamu. Jika kau malu menjadi putrinya, jangan jadi putrinya. Aku yang akan melakukannya.”
Yay, attagirl!
Park Ha melakukan hari pertamanya menjadi
sekretaris CEO Jang. Salah satunya adalah ia harus mengantarkan dokumen ke rapat
pemegang saham di Home & Shopping.
Di Home & Shopping diadakan rapat pemilihan
CEO baru telah dimulai. Pemungutan suara telah dilakukan dan posisi sekarang
adalah berimbang, Keputusan ada di tangan CEO Jang yang tak kunjung datang.
Ayah Tae Moo mulai cemas karena CEO Jang yang
diharapkan tak kunjung datang. Akhirnya Park Ha, sebagai sekretaris CEO Jang,
datang dengan membawa dokumen, membuat lega hati Tae Moo dan ayahnya.
Tak disangka CEO Jang memilih Tae Young sebagai
CEO berikutnya, membuat Nenek dan Taek Soo girang, tapi ayah marah karena usaha mereka gagal.
Se Na menemui CEO Jang untuk bertanya mengapa CEO
Jang tak memenuhi permintaannya. Dan dengan dingin CEO Jang berkata,
"Karena kau bukan In Joo. Apakah kau pikir bisa membohongiku?”
Se Na terkejut mendengarnya. Ia hanya dapat
terdiam karena tak ada jawaban yang membenarkan sikapnya. CEO Jang kemudian
menyuruh Se Na pergi karena ia tak ingin berbicara lagi.
Di luar gedung, bukannya menyelamati Yi Gak
menjadi CEO baru, Park Ha malah mengkhawatirkan Yi Gak yang akan bertambah
bebannya. Tapi Yi Gak menenangkan Park Ha. Walaupun ia ingin memecahkan misteri
kematian putri mahkota, tapi ia merasa ia juga harus memecahkan misteri di
balik kematian Tae Young. Maka ia akan berbuat sebaik mungkin untuk menjadi
pengganti Tae Young.
Tapi kekhawatiran itu masih tetap terpancar dari
wajah Park Ha, hingga Yi Gak mendorong dahi Park Ha dan berkata, “Jangan
khawatir. Kau kelihatan jelek kalau seperti itu. Ayolah, tersenyum.”
Park Ha akhirnya menyunggingkan senyumnya untuk
Yi Gak.
Park Ha menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
oleh CEO Jang dengan Yi Gak yang mengikutinya. Park Ha tak ingin Yi Gak mengikutinya,
bukankah ia tadi mengatakan kalau pekerjaannya hanya butuh waktu sebentar.
Mengapa Yi Gak berkeras untuk mengikutinya?
“Siapa yang mengikutimu?” bantah Yi Gak membela
diri. “Aku hanya ingin mengawasi pekerjaanmu.”
LOL.
Mereka melewati sebuah kios yang menjual cincin yang
menurut kertas promosinya akan mengabulkan harapan. Park Ha mengajak Yi Gak
untuk membelinya. Dengan suara keras, Yi Gak mengatakan kalau itu itu hanya
tipuan semata. Penjual cincinnya langsung cemberut mendengar kata-kata Yi Gak.
Park Ha meminta Yi Gak membelikan cincin untuknya
dan ia akan membelikan cincin untuk Park Ha. Ia sudah memasukkan cincin ke
jarinya dan memasukkan satu lagi ke jari Yi Gak. Tapi Yi Gak hendak melepas
cincin itu karena menurutnya pria tak memakai cincin.
“Setiap pasang kekasih harus memakai cincin yang
sama,” kata Park Ha, membuat Yi Gak mengurungkan niatnya.
Di bukit tempat mereka biasa duduk, Park Ha
bertanya apa harapan yang harus mereka ucapkan? Yi Gak tak mau melakukannya,
akhirnya Park Ha berdoa sendirian. Yi Gak geli melihat Park Ha serius dengan
cincin itu. Ia memperhatikan Park Ha yang berdoa dengan khusyuk.
And I feel love from his eyes to his girlfriend.
Park Ha telah selesai berdoa, dan menatap Yi Gak.
Yang menghilang..
Dan muncul lagi..
Dan menghilang lagi..
Park Ha terpana melihat Yi Gak yang tersenyum
menatapnya perlahan-lahan hilang hanya tinggal bayang-bayang samar.
Yi Gak tak menyadarinya. Tapi kali ini Park Ha
melihatnya.
Namun hilangnya Yi Gak hanya sesaat. Karena Yi
Gak kembali lagi, memadat, menjadi sosok utuh yang dapat disentuh.
Buru-buru Park Ha memeluk Yi Gak erat, takut
kalau Yi Gak hilang lagi. Yi Gak tersenyum walaupun bingung akan tindakan Park
Ha.
“Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?” |
Park Ha tak mau menjawabnya. Ia malah semakin mempererat
pelukannya, seakan tak ingin melepaskannya.
Malam hari, ketiga Joseoners mengendap-endap
masuk ke ruangan kerja Tae Moo. Mereka ingin menyelidiki kepergian Tae Moo yang
mendadak ke Chicago. Ruangan kerja Tae Moo gelap, tapi Young Sul menyadari
keberadaan orang lain di ruangan itu. Ia langsung waspada dan hendak
menyerangnya.
Ternyata Taek Soo yang duduk dan tersenyum
menatap mereka.
Bersama dengan Yi Gak mereka duduk dan
diinterogasi oleh Taek Soo. Taek Soo mulai menginterogasi Yi Ga yang ia tuduh
sebagai Tae Young palsu. Tak ada jalan lain, Yi Gak mengakuinya. Tapi bagaimana
Taek Soo bisa tahu?
Karena Taek Soo mengetahui kalau Tae Young yang
asli masih hidup. Keempat Joseoners kaget mendengarnya. Masih hidup? Tapi
mengapa Taek Soo tak membuka kedok Yi Gak?
Itu karena Taek Soo merasa Yi Gak tak bermaksud
jahat, malah ikut menyelidiki peristiwa hilangnya Tae Young 2 tahun yang lalu.
Tapi yang terpenting adalah Tae Moo berencana untuk membawa Tae Young kembali
ke Seoul, sehingga mereka harus bergerak cepat.
Tae Moo pasti berencana untuk mengambil posisi
CEO kembali. Jadi kali ini Taek Soo membutuhkan bantuan Yi Gak dan Yi Gak juga
membutuhkannya.
Maka ketiga Joseoners memata-matai kedatangan Tae
Moo di bandara. Mereka melihat kalau Tae Moo naik ambulans dan mulai
membuntutinya.
Young Sul yang menyetir. Chi San yang menyuruhnya
agar mempercepat laju mobilnya agak mereka tak kehilangan jejak. Dan Man Bo
menyuruhnya agar tak terlalu dekat dengan ambulans itu agar tak ketahuan.
Perintah yang berganti-ganti malah membuat mereka
tak menyadari kalau ambulans sudah berbelok ke kanan. Mereka pun kehilangan
ambulans itu. Man Bo dan Chi San keluar mobil dan memarahi Young Sul yang tak
becus menyetir.
Young Sul kesal karena dimarah-marahi terus, “Apa
kalian menyetir dengan mulut kalian?” dan Young Sul masuk mobil lagi, diikuti
oleh Chi San dan Man Bo yang masih mengomel.
Tapi omelan mereka berhenti karena pintu mobil
tak dapat dibuka. Mereka menggedor-gedor pintu mobil, tapi Young Sul tak mau
membukanya. Ia malah menjalankan mobilnya dengan kencang hingga Chi San
terjatuh.
LOL. Siapa suruh menyetir dengan mulut?
Mereka berlari mengejar Young Sul, dan setelah
beberapa lama Young Sul menghentikan mobilnya. Man Bo dan Chi San menghampiri
mobil dengan terengah-engah. Young Sul mengancam mereka kalau lain kali mereka
berhenti menyuruh-nyuruhnya saat ia sedang menyetir.
Mereka mengerti. Tapi sekarang bagaimana dengan
Tae Moo? Mereka sudah kehilangan ambulans yang dinaiki Tae Moo walaupun Man Bo
masih mengingat nomor polisinya. Tiba-tiba Young Sul mendapat ide dan mengajak
mereka masuk ke dalam mobil.
Ia menjalankan mobilnya dengan kencang, hanya
untuk ditabrakkan ke pembatas jalan. Man Bo dan Chi San keluar dengan badan
sakit karena tabrakan mobil itu. Apa Young Sul sekarang sudah gila? Young Sul
tidak gila. Bahkan inilah idenya, membuat mobil tabrakan dan melaporkannya pada
polisi dengan laporan : mobil mereka tabrak lari dengan sebuah ambulans yang
bernomor polisi yang diingat oleh Man Bo.
Mereka terkesima dengan pemikiran Young Sul dan
memujinya. Tapi mengapa mereka berdua juga harus masuk ke dalam mobil? Kan
lebih baik hanya Young Sul saja yang melakukannya.
Young Sul mendekat dan berkata, “Agar terlihat
realistis.”
Hehe.. bilang saja mau balas dendam.
Tae Moo menelepon dan meminta ayahnya untuk mengadakan rapat
pemegang saham ulangan sore ini. Cukup 2/3 pemegang saham sudah cukup. Tujuan
diadakannya rapat adalah pencopotan CEO yang baru. Maka ayah dengan bersemangat
menghubungi para pemegang saham.
Taek Soo yang mendengar kabar ini buru-buru lari menuju
kantor, hingga terjungkal jatuh. Ia kesal karena di saat yang penting ia malah mempermalukan
dirinya sendiri di depan orang banyak.
Hari itu Park Ha berjalan-jalan sendiri
melihat-lihat kota. Ia tak menyadari kalau Yi Gak membuntutinya.
Yi Gak menikmati aktivitas ini, menikmati
saat-saat ia bisa memperhatikan Park Ha selama ia mau. Memperhatikan apa yang
diperhatikan Park Ha. Melakukan apa yang dilakukan Park Ha.
Saat Park Ha duduk di taman menikmati alunan musik
pengamen jalanan, Yi Gak menaruh jasnya dan menelepon Park Ha. Sambil
mengintinya, Yi Gak berkata kalau ia akan sedikit terlambat menemui Park Ha.
Park Ha tak mempermasalahkannya karena ia juga
masih adal di jalan. Yi Gak tersenyum mendengarnya. Park Ha sedang berbohong.
“Aku akan sampai lima menit lagi,” kata Yi Gak.
“Aku juga akan sampai lima menit lagi. Kau tak
perlu terburu-buru,” Park Ha mengangguk-angguk menikmati lagu yang dinyanyikan
pemusik jalanan itu.
“Kalau kau sudah datang, tunggu aku sambil makan
es krim, ya,” pancing Yi Gak. Sesaat Park Ha tak menjawab, hanya menatap es
krim yang sedang ia makan dan mengangguk-angguk lagi mengiyakan. Yi Gak pun
melanjutkan, “Dan jangan duduk sambil menggoyang-goyangkan kakimu. Berdiri dan
tunggulah aku dengan sabar.”
Kaki Park Ha berhenti bergoyang dan matanya mencari-cari
Yi Gak, “Kau ada dimana? Kau pasti sedang melihatku, ya?”
Yi Gak tersenyum geli, “Jangan selalu beranggapan
kalau aku selalu melihatmu.”
Tak menemukan sosok Yi Gak, Park Ha pun duduk
lagi sambil menyilangkan kaki, “Sudah ya, aku tutup tutup telelponnya.. “
“Dan jangan menyilangkan kaki seperti itu.”
|
Park Ha sontak berdiri lagi dan celingak-celinguk
mencari Yi Gak, “Kau ada dimana?”
Hampir saja Yi Gak ketahuan. Ia geli melihat Park
Ha yang kebingungan. Ia masih ingin menggoda Park Ha
lagi, tapi ada telepon
masuk untuknya. Dari Taek Soo.
Ia hanya mendengarkan sebentar dan langsung
berlari menuju mobil, mengabaikan Park Ha yang masih kebingungan mencarinya.
Park Ha mulai berkeliling mencari sosok Yi Gak.
Tapi sosok itu tak ditemukan. Ia hanya menemukan sebuah jas yang tergeletak di
atas bangku. Di sakunya tersembul saputangan yang ia kenal. Saputangan
kupu-kupu. Saat menelepon, Yi Gak pasti ada di taman ini. Tapi dimana Yi Gak
sekarang?
Tae Moo menemui ayahnya lagi untuk mematangkan
rencana mereka. Dan ayah menyuruh Tae Moo untuk mulai menjalankannya. Tae Moo
pun bergegas menuju rumah sakit.
Begitu pula Yi Gak yang mempercepat laju
mobilnya, seakan saling berpacu siapa yang lebih cepat sampai. Ia tak
memperhatikan kalau Park Ha meneleponnya.
Park Ha menunggu Yi Gak mengangkat teleponnya.
Tapi tetap tak diangkat oleh Yi Gak. Tiba-tiba Park Ha teringat akan saat Yi
Gak menghilang dari hadapannya. Tubuhnya lemas, takut kalau hal itu terulang lagi.
Dan mungkin untuk selamanya.
Ia hanya dapat memeluk jas Yi Gak dengan erat. Dan
ia berdiri menunggu di taman, seperti yang Yi Gak perintahkan padanya.
Yi Gak sampai di rumah sakit. Di tempat parkir,
Young Sul dan Chi San yang menyamar menjadi paramedis dan suster telah
menunggunya. Mereka memberitahukan kalau Tae Moo belum datang.
Hanya beda beberapa saat, Tae Moo tiba di rumah
sakit. Man Bo yang memata-matai dari lobi depan, memberitahukan hal ini pada
Chi San.
Yi Gak yang masuk lewat tangga darurat, menyuruh
Man Bo untuk memperlambat kedatangan Tae Moo. Man Bo pun mempersiapkan diri.
Namun ia malah dihadang oleh seorang nenek yang menanyakan arah padanya. Man Bo
berusaha menghindarinya, tapi nenek itu malah semakin bersikeras meminta Man Bo
menunjukkan jalan untuknya.
Saat Man Bo berhasil melepaskan diri dari nenek
itu, Tae Moo telah masuk ke dalam lift.Buru-buru Man Bo naik mengejar Tae Moo
melalui tangga daruruat.
Tim Yi Gak berhasil mendahului masuk ke ruangan
Tae Young. Young Sul dan Chi San memindahkan tubuh Tae Young ke dipan beroda.
Yi Gak memandangi reinkarnasinya sebelum Young Sul dan Chi San membawanya
pergi.
Young Sul dan Chi San keluar dari ruangan bertepatan
Tae Moo dan juru kamera yang keluar dari lift. Buru-buru mereka menundukkan
wajah dan mendorong tempat tidur Tae Young. Mereka terkesiap kaget saat Tae Moo
memanggil mereka.
Ternyata Tae Moo memungut name tag Chi san yang terjatuh
dan memberikannya pada Chi San. Masih tetap menunduk Chi San mengerima name
tag-nya. Mereka pergi, berhasil meloloskan Tae Young tepat di bawah hidung Tae
Moo.
Tae Moo hendak masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba
seorang dokter menghentikannya. Dokter itu meminta Tae Moo untuk mengikutinya.
Tae Moo mengatakan kalau dokter itu salah orang. Dokter itu menatap Tae Moo
heran, dan kemudian pergi sambil menggumam kalau ia salah orang.
Kedatangan dokter itu sangat mencurigakan bagi Tae
Moo. Ia bergegas masuk ke dalam kamar Tae Young dan menghela nafas lega. Tae
Young masih tetap ada di tempat tidur, tergeletak tak berdaya.
Ayah menyambut kedatangan para pemegang saham,
termasuk Nenek dan Taek Soo. Teleconference mulai diadakan. Di layar tampak Tae
Moo sedang berbicara, melaporkan penemuannya. Bahwa CEO yang mereka pilih
beberapa saat yang lalu adalah penipu. Pria itu bukanlah Tae Young, karena Tae
Young asli sekarang berada bersamanya. Tergeletak koma.
Kamera mengarah ke belakang Tae Moo, ke arah Tae
Young yang terbaring dengan tatapan kosong. Semua orang, terutama nenek sangat
kaget melihatnya.
Tae Moo memberitahukan kalau Tae Young asli
sekarang sedang koma dan kemungkinan untuk pulih sangatlah kecil. Tapi ia
sangat yakin kalau ia adalah Tae Young yang asli. Dan Tae Young yang menjadi
CEO adalah Tae Young palsu. Ia mengajukan pembatalan Tae Young sebagai CEO.
Tanpa disangka-sangka, Tae Young berkedip dan
perlahan-lahan bangkit dan memanggil sepupunya,
"Tae Moo Hyung ..." |
source : http://www.kutudrama.com/2012/05/sinopsis-rooftop-prince-episode-15.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment