Tae Moo tersentak kaget mendengar
suara lirih yang menyapanya, “Tae Moo Hyung..” Mungkin ia berharap kalau
telinganya salah mendengar dan ia berbalik. Tapi yang dihadapi begitu
menakutkannya. Sepupunya duduk dengan wajah pucat namun jelas mengenalinya.
Di kantor, Nenek pingsan tak
sanggup menghadapi kejutan yang tak ia harapkan. Taek Soo buru-buru
menangkapnya sebelum nenek terjatuh.
Tae Moo panik saat sepupunya
bertanya dimana ia sekarang. Ia langsung bertanya, “Kau telah sadar? Apakah kau
ingat apa yang telah terjadi? Apakah kau mengingatku?”
Tae Young tak menjawab, hanya
menunduk dan mengeluh “Kepalaku sakit sekali..” membuat Tae Moo bergegas pergi
untuk memanggilkan dokter untuknya. Tae Moo tak menyadari kalau sepupunya
secara sambil lalu memasukkan tangan kirinya ke bawah selimut.
Untuk menyembunyikan satu-satunya
ciri kalau ia bukanlah Tae Young asli. Ia adalah Yi Gak.
Sementara itu Tae Young asli
diungsikan oleh ketiga Joseoners masuk ambulans. Untung mereka cepat
memasukkannya, karena beberapa saat kemudian Tae Moo keluar rumah sakit dengan
wajah pucat.
Mungkin ia bertanya-tanya,
mengapa rencananya kali ini gagal lagi? Hmmm… kalo menurut saya sih, Tae Moo
seharusnya tobat aja deh.. Karena kayanya dia selalu gagal kalau mau berbuat
jahat.
Sementara itu Park Ha masih tetap
mematuhi perintah Yi Gak yang menyuruhnya untuk berdiri tegak menunggunya.
Sampai malam, Park Ha masih berdiri di taman dengan memeluk jas dan sapu tangan
kupu-kupu milik Yi Gak. Tapi Yi Gak tak kunjung datang, dan Park Ha merasa khawatir
kalau Yi Gak sudah kembali ke jamannya.
Ia buru-buru pulang ke rumah dan sedikit
lega melihat lampu rumahnya sudah menyala. Ia memanggil-manggil “Yang Mulia!
Yang Mulia” untuk mencari Yi Gak tapi tak ada sahutan. Begitu pula saat ia
memanggil ketiga Joseoners yang lain, hanya sepi yang ia dapat.
Park Ha terduduk lemas di tangga,
“Mereka benar-benar kembali ke Joseon? Tanpa memberitahukanku?” isak Park Ha putus asa.
Tiba waktunya bagi Yi Gak sebagai
Tae Young untuk keluar dari rumah sakit. Taek Soo menyuruh Yi Gak untuk tinggal
di rumah nenek dan ketiga Joseoners untuk bersembunyi di apartemennya. Jangan
memberitahukan pada siapapun tentang rahasia ini pada siapapun. Karena jika
kedok ini terungkap, tak hanya rencana mereka yang hancur, nasib perusahaan dan
nasib mereka juga akan hancur.
Taek Soo juga menyuruh Yi Gak
untuk mengganti aksen bicaranya yang Yi Gak banget (ala sageuk) dengan aksen
bicara seperti Tae Young asli, yaitu aksen jaman sekarang. Chi San menenangkan
Taek Soo karena Yi Gak sudah berlatih keras selama ini. Yi Gak pun mencoba mempraktekkannya.
Tapi menurut Taek Soo, Yi Gak masih harus berlatih lagi.
Dan untuk semakin memperjelas
perbedaan Tae Young sekarang dan Tae Young sebelumnya, Taek Soo memberikan
kacamata yang sering dipakai Tae Yong yang asli untuk dipakai Yi Gak.
Mereka mengerti seluruh instruksi
Taek Soo. Hanya satu yang memberatkan mereka. Apakah mereka benar-benar tak
boleh memberitahukan pada siapapun? Mereka memikirkan Park Ha yang pasti sedang
khawatir di rumah. Tapi Taek Soo tetap kukuh pada pendiriannya. Siapapun tak
boleh mengetahuinya.
Taek Soo mengajak Yi Gak untuk
pulang menemui nenek Tae Young terlebih dahulu. Tapi Yi Gak ingin menemui Tae
Young terlebih dahulu. Dan Taek Soo pun mengantarkannya ke rumah sakit tempat
Tae Young dirawat.
Hanya berdua bersama kembarannya,
Yi Gak menatap Tae Young dengan pilu.
“Yong Tae Young, kau adalah reinkarnasiku. Tapi mengapa kau hanya berbaring tidur di sini? Apakah kau memanggilku karena kau merasa tak adil jika kau hanya bisa terbaring? Aku merasa seperti aku sedang melihat kematianku sendiri. Hatiku benar-benar terasa sakit. Aku akan mencari keadilan untukmu. Sampai kau kembali.. Aku akan melindungi posisimu. Kumpulkan tenagamu dan bangunlah.”
Berbekal keyakinan itu, Yi Gak mengambil kacamata milik Tae Young yang diberikan oleh Taek Soo dan memakainya.
Di lorong rumah sakit, Taek Soo
bertanya pada Yi Gak apa yang harus mereka lakukan pada Tae Moo? Ia mengusulkan
agar Tae Moo ditendang saja dari perusahaan. Dengan apa yang telah Tae Moo
lakukan di rapat pemegang saham, hal itu akan sangat mudah untuk dilakukan.
Tapi Yi Gak tak setuju. Ia akan tetap membiarkan Tae Moo tetap bekerja di Home
& Shopping, agar ia dapat mengumpulkan bukti kalau Tae Moo memang berniat
membunuh Tae Young.
Taek Soo masih belum tahu apa
rencana Yi Gak sebenarnya. Maka Yi Gak beranalogi, “Jika kau membuat asap di
depan sarang serigala, maka serigala itu akan keluar dengan sendirinya.
Tae Moo menunggu kedatangan Tae
Young dengan cemas namun juga waspada. Namun Tae Young menyapa sepupunya dengan
bersahabat, membuat Tae Moo sedikit lega.
Kelegaannya bertambah saat ia
minum kopi di café bersama Tae Young. Sepupunya ini menyukai kopi dan tak
menyukai pekerjaan kantoran. Persis seperti Tae Young dahulu. Hanya saja saat
ditanya tentang kejadian di New York 2 tahun yang lalu, Tae Young mengaku
frustasi karena tak ingat persis bagaimana kejadiannya.
Tae Moo mencoba bertanya lagi,
seberapa banyak yang diingat Tae Young?
“Apakah yang kau maksud tentang pertemuan
kita di Amerika?” Yi Gak mencoba menjebaknya.
Tae Moo kaget dengan pertanyaan
sepupunya, “Kau mengingatnya?”
Yi Gak sekarang yang berpura-pura
kaget akan pertanyaan Tae Moo, “Jadi kita pernah bertemu di Amerika? Katamu
kita tak pernah bertemu. Maksudku tadi adalah pertemuan kita yang tak jadi di
Amerika.”
Tae Moo hanya bisa ber-oohhh..
menyadari kalau lidahnya hampir saja terpeleset dan mengakui kesalahannya. Ia
tersenyum gugup saat menegaskan kalau mereka tak pernah bertemu saat di Amerika
dulu. Sepupunya hanya tersenyum mengatakan kalau ia senang mereka bertemu
kembali dan mengajak Tae Moo untuk main squash lagi.
Sementara itu Park Ha menemui
Taek Soo dan menceritakan kalau teman serumahnya telah menghilang tanpa pesan.
Ia tak dapat menghubungi handphone mereka, dan ternyata mereka juga tak masuk
kerja. Apa mungkin mereka berempat mengalami kecelakaan?
Taek Soo membantah kalau mereka
pernah mengalami kecelakaan. Jawaban itu malah membuat Park Ha semakin
bertanya, “Kalau anda tahu mereka tak mengalami kecelakaan, berarti anda tahu
kemana mereka?”
“Yang kutahu adalah, Tae Young
yang asli telah muncul,” jawab Taek Soo.”Dan setelah itu mereka berempat seakan
menghilang.
Park Ha kaget karena
kekhawatirannya terbukti, “Jadi mereka benar-benar telah kembali ke Joseon.”
Taek Soo tak mendengar gumaman
Park Ha, tapi ia bersimpati pada Park Ha yang terlihat sedih.
Walaupun Park Ha berjalan keluar gedung, tapi ia
masih memikirkan kata-kata Taek Soo hingga tak menyadari kalau ia melewati Tae
Moo yang menatapnya ingin tahu. Tae Moo ingin tahu bagaimana reaksi sepupunya
jika melihat Park Ha.
Akhirnya Tae Young datang
menyusul Tae Moo. Park Ha yang menyadari sosok Yi Gak yang berjalan menuju ke
arahnya, hanya dapat menatapnya. Berharap ia yakin kalau sosok didepannya
adalah Yi Gak dan bukan Tae Young.
Ia menatap pria itu hingga pria
itu menoleh padanya. Pria itu menatap ramah pada Park Ha tapi tak ada kata yang
terucap. Hanya senyum basa-basi yang diberikan pria itu pada Park Ha.
Harapan Park Ha untuk dapat
bertemu dengan Yi Gak lagi langsung musnah. Ia berjalan pulang dengan gontai.
Dan Tae Moo tersenyum lega, semakin yakin kalau pria ini adalah sepupunya yang
asli.
Park Ha tak menyadari kalau
beberapa saat setelahnya, pria itu lari kembali mencarinya. Dari lantai dua Yi
Gak hanya dapat memandangi Park Ha dengan pilu, ingin memanggilnya tapi tak
dapat ia lakukan. Sekarang ia adalah Tae Young yang asli, bukan Tae Young palsu
yang mencintai Park Ha.
Kelegaan Tae Moo hanya sesaat,
karena ia mendapat fax gelap yang bertuliskan “Pembunuh, pembohong”. Ia
teringat kalau kata-kata itu pernah diucapkan Tae Young palsu kepadanya.
Ia gemetar melihat kertas fax
itu. Buru-buru ia menyembunyikan kertas itu saat ia mendengar suara sepupunya.
Ternyata Tae Young hanya pamit untuk pergi ke toko buku. Tae Moo sedikit lega
karena Tae Young tak sempat melihat fax itu. Tapi ia geram, karena tahu di
suatu tempat yang tak ia ketahui, Tae Young palsu masih ada untuk mengancam dan
mungkin memerasnya.
Yi Gak kembali ke rumah loteng
untuk mengambil handphone Tae Young yang ia simpan di bawah tempat tidurnya.
Hampir saja ia bertemu dengan Tae Moo yang mencoba mencari jejaknya. Ia
buru-buru menyelinap pergi saat Tae Moo masuk ke dalam kamar Park Ha.
Hampir saja Yi Gak ketahuan oleh Park
Ha yang baru saja keluar dari tempat Becky. Tapi tidak. Park Ha malah bertemu
dengan Tae Moo yang masuk tanpa ijin ke rumahnya dan bertanya apa yang sedang
Tae Moo lakukan?
Tae Moo beralasan kalau ia sedang
mencari keempat penipu yang tinggal di rumah Park Ha dan mengacak-acak rumahnya. Ia ingin menangkap mereka
dan meminta pengertian Park Ha karena mereka berdua adalah sama-sama korban 4
orang penipu itu. Park Ha menjawab ketus kalau ia tak merasa ditipu dan meminta
Tae Moo untuk pergi sekarang juga.
Yi Gak pergi ke apartemen Taek
Soo untuk memberikan handphone Tae Young pada Man Bo dan meminta mereka untuk
melanjutkan rencana mereka. Ketiga joseoners itu menyambut junjungannya dengan
suka cita, walaupun tetap was-was kalau Yi Gak diikuti oleh seseorang.
Bersamaan dengan itu, ada bunyi
bel membuat Yi Gak dan yang lainnya bersikap waspada.
Hanya Young Sul yang
berseru gembira, “Pizzanya sudah datang.”
LOL.
Ketiganya makan pizza dengan
lahap. Yi Gak yang tergiur dengan pizza itu juga mengulurkan tangan untuk
mengambil satu dari dua pizza yang tersisa. Tapi Chi San menghentikannya dengan
penuh rasa hormat karena dua potong pizza itu untuk Taek Soo.
Yi Gak mengernyit melihat
kesetiaan pengikutnya hanya sampai segitu saja. Tapi ia jaim dan mengatakan
kalau ia tak akan memakannya. Man Bo mengeluh kalau mereka tak memiliki baju
lain karena mereka terburu-buru menyembunyikan diri. Mereka tak dapat meminjam
baju Taek Soo karena badan Taek Soo lebih kecil dan semuanya berdasi kupu-kupu.
Yi Gak berbaik hati untuk
membelikan mereka baju, membuat para pengikutnya senang. Tangan Yi Gak pun
menyelinap untuk mencoba mengambil pizza lagi.
Tapi kali ini ada tiga tangan
yang menghentikannya. Whoaa.. setianya mereka pada Taek Soo. Yi Gak pun menarik
tangannya, tak sengaja terkena tangan Young Sul yang sedang memegang Pizza.
Young Sul menggeram marah, “Ahh!!
benar-benar nih..”namun kemudian ia tersadar pada siapa ia berbicara. Ia pun
menunduk diam tapi kekesalannya masih terpancar dari raut mukanya.
LOL.
Dan Yi Gak mengajak ke distro
dimana kembarannya yang lain, Micky Yoochun, menjadi bintang iklan kaos
tersebut, NII. Mereka memutuskan memakai kaos cute yang seragam. Yi Gak juga
memberikan sepatu yang colorful untuk mereka.
Tae Moo makan malam dengan Se Na
yang khawatir karena CEO Jang ingin menemuinya. Tae Moo menenangkan Se Na dan
memintanya untuk tetap berhubungan baik dengan CEO Jang. Caranya : Se Na
mengkambinghitamkan dirinya yang menyuruh Se Na untuk berpura-pura menjadi
putrinya yang hilang.
Se Na mengembalikan cincin biru
pemberian CEO Jang berserta permintaan maafnya. Ia tahu kalau seharusnya ia tak
melakukan permintaan Tae Moo untuk berpura-pura menjadi putri CEO Jang.
CEO Jang sepertinya tak
mempermasalahkan hal itu. Ia hanya ingin mengetahui dimana In Joo berada. Tapi
Se Na mengaku tak tahu. Tentu saja CEO Jang kecewa mendengarnya. Ia mencoba
bertanya tentang cerita saat bayi, tapi Se Na mengaku kalau ia hanya mendengar
cerita itu dari radio.
Park Ha kembali ke kantor Home
& Shopping. Ia sepertinya menunggu Tae Young dan ingin mematainya. Saat Tae
Young berjalan melewatinya, ia buru buru menyembunyikan diri.
Dari kejauhan ia
melihat Tae Young yang berdiri seperti Yi Gak. Berdiri dengan menyembunyikan
tangan di belakang. Tapi semua orang juga sering melakukannya, kan?
Sambil menunggu lift terbuka, Tae
Young mengambil handphone dari saku celananya. Tae Young tak sadar kalau ada
benda yang terjatuh dari sakunya.
Dan benda itu menggelinding tepat ke
dekat kaki Park Ha.
Park Ha memungut benda itu. Benda
itu sama persis dengan benda yang melingkar di jari manisnya. Benda yang selalu
dipakai oleh Yi Gak sesaat sebelum ia menghilang.
Ia menatap Tae Young dengan geram
dan bergumam, “Kau benar-benar ingin mati, ya.”
Keluar dari lift, Yi Gak berjalan
melewati pintu darurat. Tiba-tiba ada tangan yang menariknya.
Betapa
terkejutnya ia, tapi sesaat kemudian Yi Gak menghela nafas lega, karena di
depannya berdiri Park Ha yang sudah hampir menangis tak bisa berkata apapun
kecuali, "Kau bodoh!"
Yi Gak memeluk Park Ha, lega
karena tak perlu menyembunyikan identitasnya lagi di depan Park Ha. Ia berkata
kalau ia merindukan Park Ha.
Sambil terisak, Park Ha mengungkapkan kekesalan namun juga kelegaannya: apakah Yi Gak pikir ia tak dapat
mengenali Yi Gak?
Mendengar omelan Park Ha, Yi Gak
tersenyum dan berkata, "Bertemu denganmu seperti ini membuat hatiku terasa
lega."
Mereka duduk-duduk di tangga.
Tiba saat mereka untuk berpisah. Park Ha bertanya apakah ia benar-benar tak
dapat menemui Yi Gak di sini? Yi Gak mengangguk. Park Ha mengerti, dan beranjak
pergi.
Tapi Yi Gak menariknya dan
mengecup bibirnya, “Terima kasih telah mempercayaiku.”
Park Ha tersipu-sipu dan hanya
dapat berkata, “Bodoh.”
Sebelum pergi, Park Ha
mengembalikan cincin Yi Gak dan mengancamnya, “Awas kalau kau menjatuhkan
cincin ini lagi.”
Yi Gak masuk ke ruangan Tae Moo
dan mulai mencari apapun yang bisa ia jadikan bukti. Tapi ia terkejut karena ia
malah menemukan foto yang sama dengan foto keluarga Park Ha yang terobek. Tapi
kali ini foto ini sepertinya lengkap.
Ia hendak menggeser foto untuk melihat
wajah wanita yang menjadi ibu Park Ha, tapi Tae Moo keburu masuk. Buru-buru Yi
Gak memasukkan foto itu ke dalam laci dan menyapa Tae Moo. Ia menyampaikan
pesan nenek yang meminta mereka untuk makan malam bersama di rumah nenek.
Hampir saja Tae Moo curiga kalau
perhatiannya tak teralihkan. Ada kiriman paket untuknya. Ia membuka paket itu
di depan sepupunya, tapi langsung menutupnya kembali.
Karena paket itu berisi
fotonya bersama sepupunya saat mereka berada di New York.
Ini jelas kerjaan Yi Gak dan ia
sekarang melihat Tae Moo yang panik walaupun ia berpura-pura tak tahu apa-apa.
Kepanikan Tae Moo semakin
menjadi-jadi saat mereka ke rumah nenek untuk makan malam. Nenek ingin
melupakan kejadian yang terjadi di masa lampau dan memulai lembaran baru. Saat
itu Tante datang membawa kiriman paket yang ditujukan untuk nenek.
Ia mencoba merebutnya, mencegah
agar paket itu tak terbuka. Hal itu membuat nenek dan tante bertanya-tanya akan
tingkah Tae Moo yang aneh. Tapi akhirnya kiriman paket itu terbuka juga.
Yi Gak mengawasi Tae Moo yang
ketakutan kalau kedoknya terbongkar, apalagi saat ia mengetahui kalau isinya
juga pigura foto. Tapi ternyata foto yang didalamnya hanyalah foto anjing yang
lucu. Tae Moo hanya dapat menghela nafas lega.
Tapi kelegaannya belum tuntas
karena ia mendapat telepon dari nomor lokal. Dari telepon umum, Yi Gak menelepon
Tae Moo yang langsung mengenalinya karena Yi Gak memakai aksen sageuk-nya dan
bertanya, “Apakah kau telah menerima kirimanku?”
“Kau ada dimana?” tanya Tae Moo.
“Kenapa?” tanya Yi Gak balik.
“Kau yang mengusirku keluar.”
“Apa yang kau inginkan?”
“Kau pikir apa yang aku inginkan
sekarang?” Yi Gak bertanya dengan nada dingin.”Pikirkan baik-baik.”
Dan pembicaraan mereka terputus,
membuat Tae Moo semakin panik ketakutan. Ketakutan kalau kebohongannya
terungkap. Ia segera melacak nomor telepon itu dan menemukan kalau telepon itu
berasal dari telepon umum.
Dekat rumah loteng. Tae Moo
menyadari kalau Yi Gak masih berada di sekitar rumah itu.
Ia langsung menuju rumah loteng. Kebetulan
ada Park Ha yang baru saja pulang ke rumah. Tapi Tae Moo tak peduli. Ia
mencari-cari Tae Young palsu dan mengobrak abrik rumah Park Ha.
Saat tak
menemukan jejak Yi Gak, ia sangat marah. Saking marahnya ia merusak dan membanting
semua yang ada di halaman, membuat Park Ha ketakutan.
Dari kejauhan, Yi Gak hanya bisa
berdiri mengawasi kejadian itu karena ia tak dapat membantu Park Ha. Ia
sekarang bukan Tae Young palsu, tapi Tae Young asli.
Park Ha sangat ketakutan. Tapi
hatinya terhibur saat ia mendapat SMS dari si bodoh. Ia pun bersiap-siap
menemui Yi Gak.
Park Ha keluar rumah dan berjalan
menuju stasiun kereta bawah tanah. Ia tahu kalau Tae Moo mengikutinya. Tapi ia
membiarkannya. Saat ada kereta datang, ia masuk diikuti Tae Moo yang berdiri
agak jauh darinya.
Namun ketika terdengar
pemberitahuan kalau kereta akan berangkat, tanpa ba bi bu Park Ha langsungkeluar meloncat
keluar kereta yang sudah bergerak berangkat. Sepersekian detik setelah Park Ha
meloncat, pintu pun tertutup.
Kereta pun berlalu pergi membawa
Tae Moo yang merasa terkecoh karena Park Ha masih berada di stasiun kereta.
Bersama Yi Gak yang menatapnya dari seberang peron. Mereka berdua sama-sama tersenyum, gembira bisa bertemu lagi.
Tanpa Tae Moo. Yay! Tanpa ketiga
pengikut Yi Gak. Yay lagi!
Menikmati kencan berdua di sore hari, Yi Gak bercerita tentang foto keluarga Park Ha yang ia temukan di meja kerja Tae Moo. Tapi ia belum sempat melihat wajah wanita itu karena Tae Moo keburu datang. Park Ha meminta Yi Gak untuk memotret wajah wanita itu jika lainkali ia menemukannya.
Yi Gak menyanggupinya. Ia juga
mewanti-wanti pada Park Ha agar berhati-hati terhadap Tae Moo. Ia tahu
kalau Park Ha adalah gadis yang kuat, tapi ia tak dapat berhenti
mengkhawatirkan Park Ha.
Park Ha menenangkan Yi Gak. Ia malah meminta Yi Gak untuk berhati-hati.
Park Ha menenangkan Yi Gak. Ia malah meminta Yi Gak untuk berhati-hati.
Saat makan bersama ibunya, Park
Ha menceritakan kalau ia menemukan seseorang yang memiliki foto itu, “Darimana
ya orang itu mendapatkan foto itu?”
“Tentu saja dari ibu kandungmu,” jawab Ibu tanpa berpikir. Namun setelah itu ibu menyadari apa yang baru saja ia katakan dan berseru, “Ya Tuhan! Mungkin saja kau akan menemukan ibu kandungmu!”
Park Ha pun menyadari perkataan
Ibu. Tapi saat ibu bertanya siapa yang memiliki foto itu, Park Ha tak
memberitahukannya pada ibu. Ia hanya menjawab belum tahu.
Ia menemui Tae Moo dan meminta agar Tae Moo menberitahukan dimana ibunya sekarang. Tapi Tae Moo tak mau. Ia mau memberitahu asal Park Ha memberitahu dimanakan Tae Young yang palsu berada.
Ibu mengajak Se Na untuk makan bersama. Ia sebenarnya ingin curhat pada Se Na. Walaupun ia merasa senang karena Park Ha menemukan orang yang memiliki foto keluarga yang sama dengan miliknya, namun ia merasa sedikit cemburu.
Se Na kaget mengetahui kalau Park Ha hampir menemukan ibu kandungnya. Ia buru-buru pergi tak mengindahkan panggilan ibunya.
Se Na menemui Tae Moo dan menceritakan apa yang ia ketahui dari ibu. Tae Moo menyadari kalau foto itu adalah bukti yang dapat menghubungkan Park Ha dengan CEO Jang. Oleh karena itu mereka membakarnya.
Park Ha berbincang-bincang dengan CEO Jang mengenai ibu tirinya yang juga sahabat CEO Jang. Ia merasa kalau ia mungkin dapat menemukan ibu kandungnya. Tapi ia takut menyakiti hati ibu tirinya. Ibu tirinyalah yang menerimanya dengan tangan terbuka saat ia kembali ke Korea dan mendapati ayahnya telah tiada.
Ia meminta pendapat CEO Jang,
“Apakah seharusnya saya tak usah mencari ibu kandung saya?”
“Apakah kau benar-benar tak ingin
mencarinya?” tanya CEO Jang hati-hati.
“Ibumu pasti juga
menginginkannya,” CEO Jang menyamakan dengan perasaannya. “Aku juga berharap
kalau putriku mencariku juga. Daripada hanya satu pihak, bukankah pertemuan
akan lebih cepat terjadi jika ada dua pihak yang mencari?”
Saat berpikir kalau masih ada
orang yang memiliki darah yang sama, Park Ha merasa ingin melihat orang itu
walau hanya sekali saja. CEO Jang menguatkan Park Ha dengan mengatakan, jika
Park Ha memiliki kesempatan untuk menemuinya, maka temui saja.
CEO Jang menemui ibu dan meminta agar ia diperbolehkan untuk membawa Se Na ke Hong Kong. Rupanya ia telah menyerah mencari putri keduanya. Walaupun ibu sedih, tapi ibu memperbolehkan temannya membawa Se Na, gadis yang ia besarkan sejak bayi. Tapi apakah Se Na sudah mengetahuinya? CEO Jang belum memberitahukannya, dan ia berencana untuk memberitahu Se Na setelah mendapat restu dari ibu.
Se Na pergi ke hotel untuk menemui CEO Jang. Tapi saat akan masuk ke dalam ruangan CEO Jang, ia mendengar CEO Jang berbicara pada suaminya kalau ia akan membawa putrinya ke Hongkong. Tak menyadari kalau yang dimaksud CEO Jang adalah dirinya dan bukannya Park Ha, ia langsung pergi dan menelepon Tae Moo.
Tae Moo kaget mendengar suara Se Na yang panik karena CEO Jang telah menemukan putrinya. Ia berjanji akan menyelesaikan masalah ini.
Saat itu ia sedang ada di gudang, dimana beberapa pekerja sedang memindahkan barang dari gudang ke truk berpendingin. Seketika itu juga ia mendapatkan ide.
Ia menelepon Park Ha, mengajaknya untuk menemui ibunya. Ia meminta maaf telah membuat Park Ha kecewa dengan pertemuan mereka yang terakhir, hanya karena masalah pribadinya. Tapi sekarang ia menyadari kalau adalah hak Park Ha agar bisa menemui ibunya, terlepas apapun masalah pribadinya sendiri. Walau ragu, tapi Park Ha menyetujuinya.
Tae Moo menjemput Park Ha di tempat yang dijanjikan dan Park Ha masuk ke dalam mobil Tae Moo. Namun di tengah jalan, Tae Moo menghentikan mobilnya karena ada bunyi berisik yang terdengar dari mobil, tepatnya di sisi Park Ha.
Park Ha tak menyadari kalau itu
hanyalah alasan Tae Moo untuk menghentikan mobil. Karena setelah itu, ia
meminta Park Ha untuk mengambil buku manual mobil yang ada di dashboard.
Saat Park Ha lengah, ia membekap Park Ha dan membiusnya hingga Park Ha pingsan.
Saat Park Ha lengah, ia membekap Park Ha dan membiusnya hingga Park Ha pingsan.
Yi Gak sedang melihat-lihat foto
Tae Young dan Tae Moo saat mereka di New York. Di salah satu foto, ia melihat
seorang gadis yang sangat familiar berdiri di belakang Tae Young dan Tae Moo.
Dan Yi Gak menyadari kalau Park Ha memang pernah bertemu dengan Tae Young.
Dan Yi Gak menyadari kalau Park Ha memang pernah bertemu dengan Tae Young.
Tae Moo membawa Park Ha yang sudah pingsan ke dalam truk berpendingan. Dengan handphone Park Ha, ia memotret Park Ha. Walau ia tak tahu nama asli pria yang menyaru menjadi Tae Young, tapi ia yakin kalau pria itu adalah pemilik nama Si Bodoh di handphone Park Ha. Karena nama itu sering muncul di daftar telepon dan nama itu juga nomor terakhir yang ditelepon oleh Park Ha hari ini.
Yi Gak menerima SMS yang isinya
adalah foto Park Ha yang pingsan. Yi Gak sangat terkejut melihatnya.
Yi Gak marah dan menelepon Tae
Moo, mengancam akan membunuh Tae Moo jika Tae Moo menyentuh Park Ha. Tapi Tae
Moo menyuruhnya untuk diam karena ia yang memegang kendali sekarang. Ia
menyuruh Yi Gak untuk membawa handphone yang menyimpan gambar-gambarnya di New
York, kalau tidak Park Ha akan mati kedinginan dalam truk.
Sementara menunggu kedatangan Yi
Gak, Tae Moo melihat kalau Park Ha mulai tersadar. Sebelum Park Ha sadar
sepenuhnya, Tae Moo menutup pintu truk dan menguncinya. Dengan mobilnya, ia pun
segera meninggalkan Park Ha yang sendirian di dalam truk.
Sementara itu Yi Gak melarikan
mobilnya untuk menyelamatkan Park Ha. Namun sepanjang perjalanan ia teringat
akan kata-kata Taek Soo yang menyuruhnya agar tak memberitahukan pada siapapun
kalau tak ingin rencana mereka gagal. Tapi ia juga teringat pada kata-kata Tae
Moo yang menyuruhnya segera datang. Kalau tidak, Park Ha akan mati kedinginan. Jadi apa yang ia pilih? Park Ha atau keberhasilan rencana mereka?
Seakan terpikirkan sesuatu, tiba-tiba ia mengerem mendadak dan mobilpun berhenti.
No comments:
Post a Comment