Sapaan Yi Gak mengagetkan semuanya. Nenek terkejut bercampur gembira.
Tapi tidak demikian dengan Tae Moo. Merasa yakin kalau saat itu Tae
Young telah tenggelam 2 tahun yang lalu, yang berarti pria di depannya
ini bukan sepupunya. Ia langsung bertanya,
Tapi nenek menghentikan Tae Moo dan meminta semuanya keluar karena ia
ingin berbicara berdua dengan Yi Gak. Setelah hanya berdua, nenek
perlahan-lahan bertanya, “Apakah kau benar-benar Tae Young? Apakah kau
benar-benar cucuku Tae Young?”
“Siapa kau? Apakah kau telah merencanakan dari awal?” |
Tanpa keraguan, Yi Gak mengangguk. Nenek langsung memeluk Yi Gak, menyalahkan diri sendiri yang tak dapat mengenali cucunya.
Walaupun Tae Moo, Se Na dan Park Ha disuruh pergi, tapi kata-kata nenek
terdengar karena ruangan Yi Gak hanya dipisahkan oleh sehelai tirai
tipis. Tangan Tae Moo gemetar, tak menghiraukan Se Na yang mengajak Park
Ha pergi. Ia teringat pada pukulannya yang menenggelamkan sepupunya,
Tae Young. Dan dengan tangan yang sama ia juga memukul pria yang mirip
dengan sepupunya.
Hmm.. takut ketahuan atau menyesal kenapa pukulannya kali ini kurang keras sehingga Yi Gak masih bisa hidup?
Di luar Se Na bertanya akan keputusan Park Ha. Apakah ia sudah
memutuskan untuk kembali ke Amerika? Kali ini ia berterus terang
memberitahu alasan mengapa ia ingin Park Ha pergi dari Korea.
“Bukankah kau mau menerima uangku? Apakah kau tak membutuhkan uang itu lagi?” kata Se Na memojokkan.
Park Ha tak dapat mengelak. Ia benar-benar membutuhkan uang itu. Maka Se Na menyuruhnya untuk segera pergi.
Se Na meninggalkan Park Ha untuk menemui Tae Moo yang mencari wali Yi
Gak. Tapi Se Na mencegah Tae Moo dengan mengatakan kalau Park Ha telah
pulang karena ketinggalan sesuatu.
Padahal Park Ha ada di dekat mereka, mendengarkan dusta Se Na yang semakin membuatnya terluka.
Park Ha pulang ke rumah dengan sedih.
Tak ada hubungan keluarga yang mengikatnya di Korea. Teman-temannya sekarang (Becky dan Mimi) suatu saat akan kembali ke negaranya masing-masing. Keempat penghuni rumahnya yang baru.. well.. mereka datang tak diundang, pergi pun tak akan diantar, kan?
Saat masuk ke dalam rumah, Park Ha menemui ketiga teman barunya yang
sedang mengeringkan rambut (!). Rupanya mereka baru saja keramas dan Man
Bo menemukan cara untuk melembutkan rambut mereka dengan cairan yang
bernama shampoo.
Heheh.. ini girl talk atau joseon talk, ya? Dan ternyata ini adalah
percakapan yang tak pernah terungkap di drama-drama sageuk. Bagaimana
cara mereka mencuci dan menyisir rambut. Ternyata seperti ini..
Park Ha memberitahu mereka kalau Yi Gak sudah kembali ke keluarga kayanya, sehinga mereka tak perlu cemas. Melihat rambut mereka yang tergerai panjang, Park Ha tak tahan meneruskan komentar pemilik rumah yang mengeluh pipa saluran airnya tersumbat (ha! Harusnya mereka memakai shampoo yang tak hanya melembutkan tapi juga anti rontok) dan menyuruh mereka untuk memotong rambut besok pagi.
Betapa kagetnya Park Ha melihat reaksi yang sangat tajam dari ketiganya.
Bahkan Young Sul mengacungkan sisir sebagai ganti pedang dan meminta
Park Ha memotong kepalanya saja jika Park Ha ingin memotong rambutnya.
Yi Gak pulang ke rumah Tae Young bersama Nenek yang menyuruhnya segera
istirahat. Bukannya istirahat, Yi Gak memandangi foto Tae Young dan
berkata pada foto itu,
“Yong Tae Young, kau adalah reinkarnasiku. Lalu, kenapa kau menghilang? Mengapa aku harus datang ke sini dari masaku? Apakah kau sudah meninggal? Dan kau memanggilku ke duniamu?” |
Esok harinya, Yi Gak meminta nenek untuk membelikan rumah loteng untuknya sampai ingatannya benar-benar pulih. Nenek menyanggupi, tapi ada syaratnya. Sambil membetulkan letak poninya (ha!), Yi Gak bertanya syarat yang diajukan oleh nenek.
“Rambut yang ada di kepalamu. Potonglah rambutmu!”
Yi Gak terbelalak mendengar syarat (yang tak masuk akalnya). Yi Gak
menolak syarat itu dan mencoba menawar. Tapi keputusan nenek tak dapat
diubah lagi. Kalau mau rumah loteng itu, cucunya harus mau potong
rambut.
Yi Gak kembali ke rumah loteng bersamaan dengan ibu kos yang datang
membawa calon penyewa rumah loteng itu. Melihat pangerannya datang,
ketiga pengikut itu langsung melaporkan kalau Park Ha akan keluar dari
rumah loteng itu. Yi Gak ingin berbicara berdua dengan Park Ha.
Tapi Park Ha juga ingin mengatakan sesuatu pada mereka semua, dan
mengajak mereka masuk. Di dalam, ia memberikan setumpuk baju Joseon
meraka. Tak lupa ia mengambil pedang Young Sul yang ia sembunyikan di
bawah bak cuci piring beserta pesan agar Young Sul tak sembarangan
menggunakan pedang tersebut di luar rumah.
Tak disangka mereka protes karena Park Ha mengembalikan baju mereka. Man
Bo malah mengatakan kalau mereka belum membalas hutang mereka. Tapi
Park Ha akan mengabaikan hutang mereka.
Selama itu Yi Gak hanya terdiam memandang Park Ha. Ia menyuruh
pengikutnya untuk keluar karena ia ingin berbicara berdua dengan Park
Ha. Mematuhi perintah pangerannya, mereka pun keluar.
Yi Gak mencoba mengungkit apa yang pernah ia katakan saat hujan dulu,
“Hal-hal yang kukatakan pada saat hujan waktu itu, aku mengatakannya
tanpa mengetahui keadaanmu yang sebenarnya.”
Hmm.. apa Yi Gak mencoba untuk minta maaf? Karena tak ada kata maaf
walaupun memang tersirat. Dan Park Ha tahu itu. Ia membalikkan punggung
dan mengakui kalau bisnisnya sudah hancur. Apakah Yi Gak merasa senang
sekarang?
Park Ha mencoba mengalihkan perhatian pada Yi Gak. Apakah Yi Gak
benar-benar cucu orang kaya? Tanpa memandang mata Park Ha, Yi Gak
mengiyakan. Park Ha sebenarnya masih ragu, tapi memilih mengabaikan
karena itu bukan urusannya.
Ia mengeluarkan sehelai saputangan dan memberikan pada Yi Gak, “Pemilik binatu menemukan sapu tangan ini di lengan bajumu.”
Ia mengeluarkan sehelai saputangan dan memberikan pada Yi Gak, “Pemilik binatu menemukan sapu tangan ini di lengan bajumu.”
Yi Gak terkejut namun senang mendapatkan saputangan itu lagi. Namun ia
lebih terkejut lagi melihat ada yang muncul di saputangan itu, “Hei..
kupu-kupunya telah kembali ke saputangan ini.”
Park Ha tertarik dengan keterkejutan Yi Gak. Yi Gak menjelaskan kalau
sebelumnya kupu-kupu itu pernah menghilang namun sekarang telah kembali
seperti semula.
Park Ha seperti memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan kata-kata Yi Gak, namun tak berkata apapun. Ia masuk kamar dan membuka kaleng tempat kartu posnya berada dan melihat sketsa dirinya bersama seekor kupu-kupu yang berwarna kuning. Ia kemudian menaruh kembali kartu pos itu.
Becky dan Mimi menyerbu masuk ke dalam kamarnya dan Mimi tak sengaja
menabrak kaleng itu hingga isinya tumpah semua. Mereka sangat kesal
campur marah karena Park Ha ingin meninggalkan rumah lotengnya.
Ahhhh..!! Tidakkk!! Ketiganya terkejut dengan titah Paduka yang tak
masuk akal ini. Bagaimana jika mereka nanti kembali ke Joseon dengan
rambut pendek? Akan sangat memalukan.
Yi Gak menjelaskan alasan mereka harus potong rambut. Pertama, mereka
harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan kedua mereka harus
mempertahankan rumah loteng Park Ha. Dan jawabannya hanya satu, yaitu
memotong rambut.
Tapi ketiga pengikutnya masih tak mau. Man Bo dan Chi San memohon
memelas pada Yi Gak agar tak memerintahkan mereka untuk memotong
rambutnya. Lebih baik mereka mati saja.
Dan Young Sul yang menganggap serius pendapat temannya pun berkata, “Daripada menghadapi kehidupan memalukan dengan memotong rambut, kita sebaiknya mati di sini bersama-sama. Hamba akan pergi mengambil pedang.”
Dan Young Sul yang menganggap serius pendapat temannya pun berkata, “Daripada menghadapi kehidupan memalukan dengan memotong rambut, kita sebaiknya mati di sini bersama-sama. Hamba akan pergi mengambil pedang.”
Man Bo dan Chi San kaget mendengar kata-kata Young Sul dan buru-buru menangkap kaki Young Sul agar tak membunuh mereka masal.
LOL.
Dari kejauhan Becky dan Mimi hanya bisa geleng-geleng melihat ke-lebay-an ketiga orang itu, mengira mereka bersedih dan tak mau melepas kepergian Park Ha.
Hehehe.. andai saja mereka tahu ke-lebay-an mereka lebih ‘serius’
daripada kepergian Park Ha, pasti mereka akan tambah geleng-geleng
kepala lagi.
Di kamar, Mimi mengambil handphone-nya dan menyalakan. Betapa kagetnya ia melihat wajah Yi Gak di layar handphone. Menduga kalau ia salah ambil saat menjatuhkan kaleng biskuit milik Park Ha.
Ayah bertanya pada Tae Moo tentang kebenaran berita pria yang mirip Tae
Young itu tidur dirumahnya. Tae Moo membenarkan, dan itu berarti bukan
hal yang baik. Tapi Tae Moo yang yakin kalau pria itu bukan Tae Young
memiliki rencana sendiri untuk mengungkap kebohongan pria itu.
Rencana itu adalah tes DNA. Ia bahkan sudah membawa dokter yang akan
mengambil sampel ke rumah nenek. Nenek setuju dengan cara Tae Moo.
Yi Gak yang belum tahu maksud mereka, hanya menurut saja. Hanya saja
saat dokter itu menyuruhnya membuka mulut dan ingin mengambil sampel
dari lidahnya, ia panik.
Heheh.. Tentu saja, tak semua orang boleh memegang tubuh seorang Putra Mahkota, dan orang berbaju putih ini mau mengambil sesuatu dari lidahnya? No way, lah..
Heheh.. Tentu saja, tak semua orang boleh memegang tubuh seorang Putra Mahkota, dan orang berbaju putih ini mau mengambil sesuatu dari lidahnya? No way, lah..
Yi Gak meronta-ronta mencoba melepaskan pegangan dokter itu. Tae Moo
tersenyum melihat Yi Gak yang tak mau diperiksa, menyadari kalau
dugaannya tentang Tae Young palsu adalah benar.
Saat Yi Gak mencoba melepaskan diri dengan sekuat tenaga, sebuah
handphone jatuh. Tante yang kebetulan duduk di dekat Yi Gak, memungut
handphone tersebut dan menjerit saat wajah Tae Young dan Nenek muncul di
handphone tersebut. “Kakak, ada wajahmu dan wajah Tae Young di
handphone ini!”
Tae Moo terbelalak mendengar jeritan Tante. Bukankah saat itu ia telah membuang handphone Tae Young. Ia masih bisa mengingat saat-saat ia membuangnya. Lalu kenapa..?
Tangannya gemetar saat Nenek menyuruhnya untuk menelepon nomor Tae
Young. Ia menekan nomor Tae Young.. dan handphone itu berbunyi!
Nenek lega dan mempercayai kalau Yi Gak benar-benar Tae Young. Lupakan
tes DNA itu. Tante memeluk Tae Young gembira, “Kemana saja kau selama
ini?”
Ayah mencoba mengangkat nama Tae Moo yang selama ini pasti selalu
khawatir karena ialah yang terakhir ditugaskan untuk bertemu dengan Tae
Young. Dan sekarang beban Tae Moo sudah terangkat.
Nenek mengangguk. Tante menyadari kalau dengan memeriksa handphone itu,
mereka dapat melacak apa yang terjadi dengan Tae Young selama dua tahun
terakhir ini. Sayang handphone itu dikunci oleh Tae Young. Dan dengan
polos Yi Gak menggeleng saat ditanya password handphonenya.
Maka nenek menyuruh Tae Moo menemani Tae Young ke tempat service
handphone untuk membuka password-nya. Walaupun was-was, Tae Moo mematuhi
perintah nenek.
Untung saat menuju toko, handphone Tae Young terjatuh di kursi mobil. Diam-diam Tae Moo menyimpannya dan dengan lega menemani Tae Young ke toko handphone. Tak ada handphone, tak ada informasi yang bisa didapat.
Se Na mendapat telepon dari ibu yang sedang menuju rumah Se Na untuk
membicarakan suatu hal. Se Na bertanya darimana ibu tahu alamatnya. Ibu
tahu alamat rumah Se Na dari Park Ha yang pernah ke rumah Se Na.
Ibu kasihan pada Park Ha yang sedang mengalami kesulitan uang, dan ingin
mencari pinjaman untuk sebagian (20 juta won) dan meminta Se Na
meminjamkan sisanya. Se Na tak mau, ia tak mau membantu Park Ha karena
sebenarnya mereka tak memliki hubungan keluarga. Dan ia juga melarang
ibu untuk mencari pinjaman. Dengan berat hati ibu menyetujuinya.
Mendadak Tae Moo menelepon kalau ia hendak ke rumah Se Na membuat Se Na
kelabakan. Buru-buru ia meminta ibu untuk pulang dengan alasan kalau ia
harus segera pergi. Se Na pun mengantarkan ibu ke luar gedung
apartemennya.
Karena terburu-buru, tas bawaan ibu ketinggalan di rumah.
Karena terburu-buru, tas bawaan ibu ketinggalan di rumah.
Tae Moo masuk ke apartemen Se Na dan karena sendirian, ia mencoba
merusak handphone Tae Young. Tiba-tiba Se Na datang, mengagetkan Tae Moo
sehingga handphone yang ia pegang terjatuh ke dalam tas bawaan ibu yang
ketinggalan.
Se Na datang dan bertanya tentang kabar handphone Tae Young yang hilang.
Tae Moo mengiyakan tapi matanya berkali-kali melirik pada tas yang ada
di kakinya. Se Na melihat lirikan Tae Moo dan menyadari kalau
kebohongannya akan status ibunya akan terbongkar jika Tae Moo menanyakan
tentang kepemilikan tas situ.
Seakan kompakan, Se Na mengatakan kalau ia sekarang lapar dan ingin
mencari makan di luar dan Tae Moo pun menyetujui dengan senang hati. Dan
mereka pun pergi keluar apartemen menjauhi tas tersebut.
Namun Se Na melihat ibunya memasuki apartemennya lagi. Pada
Tae Moo, ia beralasan harus kembali ke dalam apartemen, dan meminta Tae
Moo untuk memesan makanan di restoran terlebih dahulu.
Ternyata ibu memang datang untuk mengambil tasnya yang ketinggalan dan segera pergi.
Ternyata ibu memang datang untuk mengambil tasnya yang ketinggalan dan segera pergi.
Tae Moo rupanya tak tenang meninggalkan Se Na dengan tas yang berisi handphone di
rumah. Maka ia menyusul Se Na. Di lift, ia berpapasan dengan ibu. Wajah
ibu itu terasa familiar baginya, dan ia mencoba mengingat-ingat.
Di apartemen, Tae Moo beralasan kedatangannya untuk mencari kartu nama
yang sepertinya ia di dalam sebuah tas. Se Na mengatakan kalau ia telah
membuang tas itu keluar dan menawarkan untuk mengambilkannya lagi.
Tentu saja Tae Moo menolaknya karena handphone telah menjadi sampah =
kebohongannya tak akan terbongkar. Dan iapun kembali tenang.
Barang-barang Se Na sudah dikemasi. Rumahnya sekarang kosong melompong.
Mendadak ia teringat akan boneka lobaknya dan menyuruh truk sampah untuk
berhenti. Ia kemudian mengambil boneka lobaknya dan tersenyum.
Di rumah Tae Young, Yi Gak membawa dan mengenalkan ketiga pengikut sebagai temannya.
Saat makan malam, Tante tak kuasa untuk mengomentari rambut panjang teman Tae Young yang ia anggap sebagai sesama seniman. Sejak kapan mereka memelihara rambut panjang itu?
“Eww.. menjijikkan,” kata Tante bergidik.
Saat makan malam, Tante tak kuasa untuk mengomentari rambut panjang teman Tae Young yang ia anggap sebagai sesama seniman. Sejak kapan mereka memelihara rambut panjang itu?
“Sejak kami lahir ke dunia ini,” |
Mereka sedikit terkesima melihat sajian steak dan sayuran. Tante menyuruh mereka untuk menggunakan pisau dan garpu.
Mendengar kata pisau, Chi San langsung menyarankan agar Young Sul yang memotongkan steak mereka karena Young Sul sangat jago.
Mendengar kata pisau, Chi San langsung menyarankan agar Young Sul yang memotongkan steak mereka karena Young Sul sangat jago.
Kesempatan memegang benda tajam lagi? Tentu saja Young Sul sangat gembira. Setelah diberi ijin, ia langsung menunjukkan kebolehan memotongkan steak Chi San dan Man Bo.
Uppss.. Nenek dan Tante terbengong-bengong dengan gaya antik teman cucunya ini. Yi Gak yang menyadari kalau nenek dan tante ketakutan, memberi isyarat pada Young Sul agar menghentikan aksinya. Hanya saja Young Sul yang masih fokus dalam memotong tak memperhatikan isyarat Yi Gak.
Yi Gak membawa pengikutnya masuk ke dalam kamar dan mereka terpana
melihat foto pangerannya tergantung di dinding kamar. Yi Gak menjelaskan
kalau setelah ini, mereka tak boleh memanggilnya Yang Mulia, melainkan
Tae Young.
Sambil menunjuk ke foto Tae
Young, Yi Gak mengatakan kalau mulai sekarang ia adalah Tae Young. Ia
juga mengatakan kalau dalam waktu dekat mereka akan bertemu dengan
wanita yang mirip dengan Putri Mahkota.
Man Bo bertanya apakah berarti wanita itu adalah reinkarnasi putri
mahkota dan Tae Young adalah reinkarnasi dari Yi Gak? Yi Gak membenarkan
dan mengatakan kalau kemungkinan Tae Young telah meninggal di suatu
tempat, karena jika tidak ia tak mungkin bisa masuk kemari dari jaman
Joseon.
Man Bo memuji cara berpikir Yi Gak yang menyimpulkan kalau dua roh yang sama tak bisa hidup di waktu dan ruang yang sama.
Man Bo memuji cara berpikir Yi Gak yang menyimpulkan kalau dua roh yang sama tak bisa hidup di waktu dan ruang yang sama.
Yi Gak menambahkan, kalau ia menduga hilangnya Tae Young mungkin
berhubungan dengan meninggalnya Putri Mahkota, dan ia akan mencari tahu
kebenarannya. Karena saat mereka menemukan kebenarannya, mereka akan
dapat kembali ke Joseon.
Park Ha menghabiskan malam terakhirnya di rumah loteng sendirian. Ia
merenung dan memandangi sepasang boneka kayu yang ia temukan di kotak
kaleng.
Tak sengaja ia menjatuhkan boneka itu sehingga jatuh dan tersangkut di pipa bawah tembok rumahnya. Ia mencoba mengambil boneka itu tapi tangannya tak sampai. Sedikit berjinjit, tetap tak sampai. Ia akhirnya berjinjit dengan perutnya bertumpu pada tembok untuk mengambilnya. Sedikiiitt… lagi.
Tak sengaja ia menjatuhkan boneka itu sehingga jatuh dan tersangkut di pipa bawah tembok rumahnya. Ia mencoba mengambil boneka itu tapi tangannya tak sampai. Sedikit berjinjit, tetap tak sampai. Ia akhirnya berjinjit dengan perutnya bertumpu pada tembok untuk mengambilnya. Sedikiiitt… lagi.
Yang kemudian dilihat oleh Yi Gak yang datang mengunjungi Park Ha. Ia terkejut dan mengira Park Ha akan bunuh diri.
Park Ha kaget karena Yi Gak memeluknya dari belakang dan setengah
mencekik lehernya. Ia hampir tak bisa bernafas dan meminta Yi Gak
melepaskannya. Yi Gak mau asal Park Ha berjanji untuk tak melompat.
Park Ha mengangguk dan Yi Gak pun melepaskannya. Setelah Yi Gak
‘menyelamatkan hidup’ Park Ha, Park Ha malah menatap Yi Gak kesal. Siapa
bilang ia ingin mati? Ia hanya ingin mengambil boneka miliknya itu.
Yi Gak hanya bisa Oooo… dan menawarkan untuk mengambilkannya.
Karena Yi Gak jauh lebih tinggi, maka usaha mengambil boneka itu jauh
lebih mudah dan tak kelihatan seperti orang bunuh diri.
Di tengah rumah yang sudah kosong, mereka minum soju dan whipped cream.
Tapi kali ini Park Ha ingin minum soju tanpa rasa manis. Ia berkata
kalau hari ini ia akan merasakan kepahitan saja. Yi Gak bertanya, apa
maksud Park Ha. Tapi Park Ha tak menjelaskan lebih lanjut.
Yi Gak menyadari kalau Park Ha berbicara dengan bahasa non formal padanya. Tapi menurut Park Ha, itu sudah sewajarnya karena sebelumnya ia berbicara pada Yi Gak dengan menganggap ia adalah seorang kakek berumur 300 tahun. Dan sekarang setelah jati diri Yi Gak ketahuan, yang berarti mereka seumuran. Ia bertanya berapa umur Yi Gak sekarang?
Yi Gak menyadari kalau Park Ha berbicara dengan bahasa non formal padanya. Tapi menurut Park Ha, itu sudah sewajarnya karena sebelumnya ia berbicara pada Yi Gak dengan menganggap ia adalah seorang kakek berumur 300 tahun. Dan sekarang setelah jati diri Yi Gak ketahuan, yang berarti mereka seumuran. Ia bertanya berapa umur Yi Gak sekarang?
Yi Gak menjawab tak tahu. Park Ha pun berkata kalau ia sebenarnya juga
tak tahu berapa umurnya sekarang. Sejak kecil, ia telah kehilangan
ingatan karena sebuah kecelakaan berat. Setelah itu, ia hidup tanpa
ingatan juga tanpa orang tua.
Park Ha menunjukkan layar handphonenya dan berkata kalau ia sedang
merasa sedih, ia selalu berimajinasi kalau ia sedang berada di pantai.
Setelah itu rasa sedihnya akan hilang. Ia juga menunjukkan boneka yang
tadi terjatuh. Boneka itu dibuat dari biji pohon palem yang
menggambarkan sepasang pria dan wanita.
Jika ia mengikatkan tangan mereka ke belakang, maka itu akan membantunya
untuk cepat kaya. Jika ia mengikatkan kaki mereka, ia akan menemukan
cinta sejati. Jika ia mengikatkan jari-jari mereka, akan membawa
kesehatan bagi diri sendiri.
Yi Gak, yang tahu kalau Park Ha mengikat boneka itu untuk mendapat
keberuntungan, bertanya, “Lalu, kenapa kau masih seperti ini?”
Di rumah yang kosong tanpa pemanas, membuat Park Ha merasa kedinginan.
Melihat itu, Yi Gak menarik tirai dan menyelimuti Park Ha. Ia bertanya
apakah Park Ha jadi kembali ke Amerika besok pagi? Park Ha membenarkan,
karena ia telah mengemasi barang dan membeli tiketnya.
“Jika kau bisa tinggal di tempat ini, apakah kau tetap akan pergi?” tanya Yi Gak tiba-tiba.
“Jika kau bisa tinggal di tempat ini, apakah kau tetap akan pergi?” tanya Yi Gak tiba-tiba.
Hari ini adalah hari peringatan kematian ibu Man Bo. Chi San dan Young
Sul menemani Man Bo untuk mengadakan upacara peringatan. Memakai baju
istana, mereka mulai mempersiapkan semuanya.
Chi San mencari buah-buah untuk sesembahan, dan menemukan sebuah botol saus tomat. Ia mencecap botol itu dan senang saat merasa saus tomat itu. Saus yang ada di omurice!
Chi San mencari buah-buah untuk sesembahan, dan menemukan sebuah botol saus tomat. Ia mencecap botol itu dan senang saat merasa saus tomat itu. Saus yang ada di omurice!
Ia langsung mencecap botol itu dengan rakus. Nenek yang terbangun di
tengah malam dan ingin minum, curiga akan pintu lemari es yang terbuka.
Ia bertanya, tapi tak ada jawaban. Maka ia mendekati lemari es itu.
Mendadak sebelah pintu tertutup, menyisakan lampu dari pintu lainnya. Dan ada hantu yang mulutnya berlumuran darah.
Young Sul mencoba menemukan alkohol, namun tak ketemu. Ia akhirnya
menemui Tante dan bertanya dimanakah mereka menyimpan alkohol di rumah
ini? Maukah Tante ikut dengannya?
Tante terkejut setengah mati saat melihat seorang pendekar lengkap
dengan pedang dan menyuruhnya ikut dengan pendekar itu. Terbata-bata ia
menjawab, “Tidak bisa! Aku belum siap untuk pergi. Aku tak mau
pergi..!!”
Dan tante pun memukuli Young Sul yang kelabakan.
Akhirnya semua sesajian telah siap. Man Bo mulai memimpin upacara
peringatan. Diterangi cahaya bulan, mereka berlutut berdoa untuk arwah
ibu Man Bo.
Saat mereka berdiri, ada seorang wanita bewajah putih pucat berdiri di hadapan mereka. Man Bo berteriak memanggil ibunya, tapi wanita itu hanya diam.
Saat mereka berdiri, ada seorang wanita bewajah putih pucat berdiri di hadapan mereka. Man Bo berteriak memanggil ibunya, tapi wanita itu hanya diam.
Mereka pun pingsan ketakutan. Dan wanita itu buru-buru menghampiri
mereka, mengkhawatirkan keselamatan mereka, “Tuan muda! Tuan muda!”
Di rumah yang telah kosong, Yi Gak menemani Park Ha menghabiskan malam
terakhirnya di dalam rumah loteng. Duduk tertidur, dan terbangun saat
kepala mereka terbentur satu sama lain.
Keesokan paginya, Park Ha telah tidur dengan kepalanya terbaring di tempat Yi Gak duduk. Tapi Yi Gak telah pergi.
Yi Gak mengajak ketiga pengikutnya pergi ke kantor. Untuk pertama kalinya mereka akan naik mobil sedan. Seperti biasa Yi Gak duduk di depan, dan menyuruh ketiga pengikutnya duduk di belakang.
Mereka mematuhi perintah Yi Gak.
Bwahaha..
Yi Gak mengajak ketiga pengikutnya pergi ke kantor. Untuk pertama kalinya mereka akan naik mobil sedan. Seperti biasa Yi Gak duduk di depan, dan menyuruh ketiga pengikutnya duduk di belakang.
Mereka mematuhi perintah Yi Gak.
Bwahaha..
Yi Gak mencoba membuktikan kata-katanya. Ia menunjuk pada Se Na dan
mengatakan kalau itu adalah reinkarnasi putri mahkota. Ia menyuruh untuk
membawa Se Na yang telah masuk gedung ke hadapannya.
Chi San mencoba, tapi ia langsung diusir oleh satpam. Pria berambut panjang dilarang masuk. Rambut panjang hanya untuk wanita.
Man Bo pun mencobanya. Dengan memasang wibawa yang tinggi, ia meminta
orang yang bertanggungjawab di gedung ini, karena ada yang ingin
dibicarakan. Sia-sia, karena rambutnya panjangnya menghalanginya masuk.
Young Sul menggunakan cara kekerasan. Dengan sekali kibas, satpam-satpam
itu langsung terjatuh dan ia berhasil masuk ke dalam gedung. Yay!
Ia masuk mengikuti pintu putar, dan kaget karena ia keluar lagi. Ia
segera memukul satpam-satpam itu dan masuk lagi ke pintu putar. Dan
keluar lagi. Ia memukul lagi, dan masuk lagi. Dan keluar lagi dengan
putus asa.
Di taman, Yi Gak menunjukkan kegagalan mereka memasuki pintu gedung karena rambut mereka. Karena mereka hidup di jaman ini, mereka harus mengikuti aturan dan pakaian mereka.
Ketiga abdinya masih mencoba menawar, tapi Yi Gak mencoba menenangkan, “Rambut panjang kita akan kembali lagi.”
Di dalam rumah lotengnya, Park Ha bimbang apakah ia harus pergi atau
tidak. Ia memberdirikan boneka lobak, jika boneka itu jatuh kedepan, ia
tak jadi pergi. Jika ke belakang, ia akan pergi.
Dua kali mencoba, dua kali pula boneka itu jatuh ke depan. Park Ha
mendesah kecewa. Ia mencoba sekali lagi, dan kali ini jatuh ke belakang.
Ia tersenyum walau masih bimbang.
Tiba-tiba terdengar suara Yi Gak dan kawan-kawan. Ia bergegas keluar
rumah dengan gembira. Namun kegembiraannya surut saat kedatangan mereka
untuk membuat foto kenangan.
Foto kenangan untuk mengingat rambut panjang mereka yang berharga.
Sementara Park Ha mengira foto kenangan itu untuk melepas kepergiannya.
Aww..
Tapi walaupun begitu Park Ha juga sudah senang. Ia menyuruh keempatnya
untuk duduk rapi. Ia menyuruh Young Sul untuk tersenyum (.. dan Yi Gak
menyunggingkan senyumnya). Ia menyuruh Chi San untuk menurunkan dagunya
(.. Yi Gak pun menurunkan dagunya). Ia menyuruh Man Bo untuk tak melipat
tangannya (.. dan Yi Gak mengikuti perintah Park Ha).
Aww.. semua perintah Park Ha selalu dituruti oleh Yi Gak. Mungkin ia
mengira kejadian memilih baju akan terulang lagi. Ia tak dipedulikan,
sehingga kali ini ia menuruti semua perintah Park Ha walau tak ditujukan
padanya.
Namun kemudian Park Ha membuatnya kaget, karena ia menyuruh Yi Gak untuk
geser sedikit, menyisakan tempat untuknya. Kali ini Yi Gak menuruti
perintah Park Ha dengan senang hati.
Dengan sedikit berkaca-kaca, Park Ha menatap keempatnya dari balik
kamera. Namun saat di depan kamera, wajahnya tersenyum gembira.
Cheerss..
Dan tiba saatnya mereka memotong rambut. Chi San sudah mengkeret dan ingin melarikan diri tapi ditahan oleh Young Sul. Man Bo mencoba menyadarkan Yi Gak, kalau Yi Gak ingin mengurungkan niatnya, sekarang belum terlambat.
Tapi Yi Gak tetap pada pendiriannya, malah memerintahkan capster untuk
mulai memotong rambutnya. Dengan mata berkaca-kaca ia merasakan helai
demi helai rambut terpisah darinya. Ketiga abdinya terperangah melihat
keteguhan pangerannya dan dengan berat hati mengikuti tindakan Yi Gak.
Park Ha sudah naik bis tak memperhatikan kalau Yi Gak berlari ke
arahnya. Sia-sia Yi Gak meneriakkan namanya tapi Park Ha tak
mendengarnya dan bisnya pun melaju pergi.
Yi Gak berlari sekuat tenaga mengejar bis Park Ha, namun sia-sia,
sehingga Yi Gak menghentikan larinya. Tak disangka ada truk yang melaju
dari arah belakang.
Hampir saja Yi Gak tertabrak. Supir truk langsung turun dan bersyukur
karena Yi Gak tak terluka. Ia menawarkan untuk mengantarkan Yi Gak ke
rumah sakit.
Tapi Yi Gak tak memperhatikan kata-kata supir itu karena ia lebih terkejut melihat barang yang dibawa truk itu. Gambar pantai yang sangat ingin didatangi Park Ha.
Tapi Yi Gak tak memperhatikan kata-kata supir itu karena ia lebih terkejut melihat barang yang dibawa truk itu. Gambar pantai yang sangat ingin didatangi Park Ha.
Ia langsung ingin membeli gambar itu. Mulanya supir itu menolak, tapi ia langsung mau ketika Yi Gak mengeluarkan kartu hitam VIP Card (semacam kartu kredit platinum) dan bersedia membeli dengan harga dua kali lipat.
Yi Gak akhirnya menumpang truk untuk mengejar bis Park Ha. Park Ha mulanya tak memperhatikan Yi Gak. Ia malah terkesima melihat baliho besar bergambar pantai yang melewati bisnya. Gambar itu sangat persis dengan pantai idamannya.
Namun betapa kagetnya ia malah melihat Yi Gak berteriak-teriak memanggilnya dari dalam truk. Beberapa penumpang menempelkan muka di kaca bis, ingin tahu siapa pria di truk dan apa yang ia cari.
Bis itu akhirnya berhenti dan Yi Gak naik dan menghampiri Park Ha yang
bersembunyi di balik boneka lobaknya karena malu. Yi Gak bertanya, “Kau
mau pergi kemana tanpa ijin dariku?”
Kyaaa… tanpa ijin.. memang Park Ha harus ijin dulu ya kalau mau pergi?
Park Ha mengingatkan Yi Gak tentang pembuatan foto kenangan itu.
Bukankah itu berarti Yi Gak tak keberatan kalau ia pergi? Dengan kesal
Yi Gak berkata, “Foto itu sebagai kenang-kenangan untuk rambut kami!”
Bwahaha…
Yi Gak memberitahukan kalau ia telah menemukan pantai yang selama ini
dicari oleh Park Ha, jadi ia tak mengijinkan Park Ha pergi lagi. Ia
menarik tangan Park Ha diiringi oleh tepuk tangan para penumpang bis.
Aww.. mungkin mereka mengira ada sepasang kekasih yang sedang bertengkar dan baikan lagi, kali ya..
Mereka pun turun dari bis, masih berpegangan tangan. Saat tersadar,
mereka pun saling melepaskan tangan. Tapi Yi Gak nyengir melihat Park Ha
yang terkejut, baru menyadari akan potongan rambutnya.
Mereka akhirnya duduk di atas truk, mengagumi keindahan pantai yang ada di hadapan mereka. Persis seperti impian Park Ha.
Tiba-tiba truk bergerak. Park Ha yang tak siap terhuyung-huyung jatuh ke depan, dan reflek Yi Gak langsung menangkapnya.
Mereka berpelukan dan saling memandang. Tak dapat disangkal, ada percikan yang timbul di antara mereka.
source : http://www.kutudrama.com/2012/04/sinopsis-rooftop-prince-episode-5.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment