Se Na kaget melihat kedatangan
Tae Young. Apakah Tae Young mendengar ucapannya? Dari mimik Tae Young yang
marah, Se Na menebak kalau Tae Young mendengarnya.
Yi Gak menghampiri Se Na yang
ketakutan melihatnya. Tapi belum jauh ia melangkah, ia mendengar suara pintu
terbuka.
Tae Moo datang, kaget melihat
kedatangan sepupunya. Ia mencoba menyapanya dengan bersahabat, “Tae Young ah..”
Tapi Yi Gak yang murka, sudah
mendorongnya keluar apartemen dan memukul Tae Moo hingga terjatuh, “Dasar
bajingan! Kau yang menyebabkan nenek meninggal, kan? Katakan yang sebenarnya.”
Ia menarik Tae Moo berdiri dan memukulnya lagi.
“Kau sudah gila, ya?” Tae Moo
mencoba mengelak dan pura-pura tak tahu. “Kau ini ngomong apa sih?”
Tapi Yi Gak, yang kalap dan tak
sadar kalau ia menggunakan aksen aslinya (aksen sageuk), menggeram marah, “Kau
adalah pembohong juga pembunuh! Kau adalah kedua-duanya. Aku sudah tahu dari
dulu.”
Tae Moo mulai marah dan menyerang
Yi Gak, “Jangan omong kosong!”
Tapi Yi Gak lebih cepat dan
memukul Tae Moo lagi hingga mulut Tae Moo berdarah. “Aku akan memastikan kalau
kau membayar kejahatanmu.”
Dan Yi Gak meninggalkan Tae Moo
yang terduduk di lantai.
Esoknya, Yi Gak mengunjungi Tae Young
yang masih terbaring diam. Kedatangannya kali ini untuk meminta maaf pada Tae
Young, karena walau ia telah menggantikan posisi Tae Young, tapi ia tak dapat
melindungi nenek hingga nenek meninggal. Tapi ia berjanji akan menangkap
pembunuhnya.
Yi Gak duduk di bukit, mengingat
semua kenangannya bersama nenek. Semenjak ia bertemu dan nenek memintanya untuk
menjadi Tae Young, cucunya, hingga saat-saat terakhir ketika mereka berfoto
bersama sehingga nenek merasa sangat bahagia.
Di akhir hidupnya Nenek sangat
bahagia karena mengira telah bertemu dengan cucunya, juga Yi Gak memperlakukan
nenek dengan rasa hormat sekaligus sayang. Tapi saya rasa Yi Gak masih
menyimpan rasa bersalah karena belum sempat mempertemukan nenek dengan Tae
Young yang asli yang masih terbaring koma. Karena bagaimanapun juga nenek belum
pernah melihat cucunya yang asli.
Park Ha datang dengan mood yang
hampir mirip dengan Yi Gak. Walaupun Yi Gak Ymemang menduga kalau Park Ha dan
Se Na adalah saudara sedarah, tapi ia tetap merasa terkejut. Tapi setidaknya
sekarang satu misteri telah terpecahkan.
Yi Gak bersimpati pada Park Ha
yang baru bisa bertemu dengan ibunya sekarang. Jika saja Park Ha tahu sejak
dulu, tentu hidupnya tak akan sekesepian seperti sekarang.
Park Ha terisak mendengar
kata-kata Yi Gak, “Jika saja kami bertemu sejak dulu ..”
Park Ha berdiri dan memunggungi
Yi Gak tak mau memperlihatkan air matanya. Tapi Yi Gak tahu kalau Park Ha
membutuhkan dukungannya dan ia ingin memeluknya.
Ia bangkit dan mengulurkan tangan
untuk memeluk Park Ha. Namun ia hanya memeluk angin.
Yi Gak kaget, menyadari
tubuhnya perlahan-lahan menghilang.
Ia melangkah mundur, melihat tangannya yang tak terlihat lagi. Apa yang
terjadi? Hanya beberapa saat, ia kemudian melihat tangannya
perlahan-lahan muncul
kembali. Tapi kekagetannya masih belum hilang.
Park Ha sudah berhasil
menghentikan tangisnya dan ia berbalik menatap Yi Gak dengan memaksakan
senyumannya. Tapi ia merasa Yi Gak sedikit aneh, “Ada apa?” tanyanya.
Sesaat Yi Gak tak dapat berkata
apapun, tapi kemudian ia berkata kalau semuanya baik-baik saja. Tapi Park Ha
melihat kalau Yi Gak menyembunyikan sesuatu dan memaksanya untuk berkata yang
sebenarnya.
“Aku sudah katakan kalau semuanya
baik-baik saja. Jadi kenapa kau seperti ini?” Yi Gak pura-pura marah dan
meninggalkan Park Ha.
Park Ha mengejarnya dan terus
bertanya. Akhirnya Yi Gak mengakui sambil menatap tangannya,
“Tadi aku menghilang, dan aku sendiri tak dapat melihat tubuhku. Aku juga tak dapat memelukmu.” |
Park Ha terbelalak mendengarnya,
“Kau sudah melihatnya? Kau tadi melihat dirimu menghilang?”
Ganti Yi Gak yang kaget mendengar
pertanyaan Park Ha, “Kau pernah melihatku menghilang sebelumnya?” Park Ha mengangguk,
membuat Yi Gak marah dan berteriak, “Kenapa kau tak memberitahuku sebelumnya?”
“Bagaimana aku bisa
memberitahukanmu? Bagaimana aku mengatakannya?” tanya Park Ha putus asa. Ia
berbalik dan menangis.
Yi Gak ingin memeluk Park Ha,
menenangkannya. Tapi ia takut. Ia takut kalau ia tak dapat menyentuh Park Ha.
Perlahan-lahan ia mengulurkan tangannya mencoba menyentuh Park Ha.
Dan terasa oleh ujung jarinya, ia
dapat menyentuh pundak Park Ha. Ia segera meraih Park Ha dan memeluknya erat. Park
Ha menangis dalam pelukan Yi Gak.
Setelah sama-sama tenang, mereka
berbicara dari hati ke hati. Yi Gak menduga kalau tubuhnya yang mulai hilang
dan muncul adalah pertanda kalau dalam waktu dekat, ia akan kembali ke Joseon.
Park Ha mengangguk, jika itu memang harus terjadi, maka Yi Gak memang harus
kembali.
“Kupikir alasan mengapa aku
datang ke sini dari Joseon adalah untuk menemuimu,” Yi Gak menatap Park Ha.
“Karena hanya itulah yang kulakukan
sejak aku datang kemari, yaitu aku jatuh cinta padamu.”
“Bukankah kau juga harus
memecahkan misteri kemtatian Putri Mahkota?” Park Ha mencoba mengingatkan.
“Tapi aku ingin menghabiskan sisa
waktuku di sini bersamamu,” Yi Gak menghela nafas sedih, “aku tidak punya
banyak waktu.” Apalagi masih ada kasus pembunuhan nenek.
Ketiga Joseoners menunggu
kedatangan Yi Gak untuk melaporkan perkembangan terkini atas kasus nenek.
Polisi mulai menanyai orang-orang yang berhubungan dengan nenek karena polisi
curiga kalau ini bukanlah kecelakaan biasa.
Yi Gak yakin kalau Tae Moo
berhubungan dengan kematian nenek, tapi tak ada bukti yang memberatkannya.
Mereka harus segera mencari bukti tersebut sebelum polisi, karena ia ingin
menghukum Tae Moo dengan tangannya sendiri.
Waktunya pembacaan surat wasiat
Nenek. Di depan seluruh anggota keluarga plus Taek Soo, pengacara nenek
memberitahukan kalau seluruh harta kekayaan nenek akan diwariskan pada Yong Tae
Young. Tapi karena surat wasiat ini dibuat saat Tae Young menghilang, ada
klausul lain. Yaitu jika Yong Tae Young tak muncul pada saat pembacaan surat
wasiat (yaitu jam 12 siang keesokan harinya), maka warisan nenek akan berpindah
pada Yong Tae Moo.
Ayah dan Tae Moo meninggalkan
pertemuan itu dengan perasaan marah. Ayah menggerutu kalau mereka tak dapat
melakukan apapun karena Tae Young sudah kembali normal. Kecuali jika memang ada
kondisi khusus, maka mereka dapat mengajukan alasan keberatan akan surat wasiat
itu.
Tapi Tae Moo tak menyerah begitu
saja. Saat menyusuri koridor apartemennya, ia teringat kata-kata sepupunya yang
menuduhnya pembunuh juga pembohong. Kata-kata itu sama dengan kata-kata Tae
Young palsu. Ia buru-buru kembali ke kantor dan memutar ulang DVD saat ia
menemukan Tae Young untuk pertama kali.
Dan betapa kagetnya ia melihat
sesuatu yang baru ia sadari sekarang. Tae Young menyembunyikan tangan kirinya
dengan gerakan orang yang bukan baru saja sadar dari koma. Berarti Tae Young
yang sekarang juga adalah Tae Young palsu.
Tae Moo bergerak cepat. Ia pergi
ke rumah Tae Young dan menaruh bungkusan yang berisi uang dan tiket pesawat ke
dalam mobil Tae Young.
Seorang polisi menemui Se Na
untuk menyelidiki kasus kematian nenek.
Yi Gak sedang berjalan-jalan
dengan Park Ha. Tapi ia hanya berjalan dalam diam, karena pikirannya tak
bersama Park Ha. Park Ha yang berjalan di belakangnya, mencoba menggoda Yi Gak.
Yi Gak selalu berjalan dengan
tangan di belakang (khas seorang pangeran dan raja). Dengan tangannya, Park Ha
menyentuh telapak tangan Yi Gak. Sekali, dua kali. Tapi tak ada respon dari Yi
Gak.
Park Ha kembali menyentuh tangan
Yi Gak lagi, kali ini lebih keras. Sekali, dua kali.
Dan Yi Gak menangkap tangan Park
Ha untuk kemudian menggenggamnya. Dan tangan itu tak ia lepaskan lagi. Yi Gak
berbalik dan tersenyum meminta maaf karena, “Walaupun kita sedang bersama, aku
tak memeperhatikanmu.”
Park ha tersenyum ceria dan
telunjuknya bergoyang mengisyaratkan kalau Yi Gak salah, “Seorang raja yang
hanya memikirkan wanita, tidaklah menarik. Jadi lanjutkan lagi memikirkan apa
yang sedang kau pikirkan.”
Yi Gak tersenyum mendengar Park
Ha yang sangat pengertian. Park Ha bertanya apakah Yi Gak belum menemukan
petunjuk untuk kematian nenek? Yi Gak menggeleng.
Tapi ia mungkin memiliki
petunjuk, karena ia melihat iklan produk black box (semacam kamera CCTV) yang
bisa dipasang di mobil.
Ia bertanya pada Park Ha apakah orang-orang mulai
menggunakan black box itu? Park Ha menjelaskan kalau hampir semua mobil
sekarang menggunakannya.
Yi Gak teringat kalau sebelum ia
menemukan nenek meninggal, ada sebuah kecelakaan di depan rumahnya. Yang
berarti mungkin ada black box yang merekam kejadian di rumah nenek.
Maka mereka mendatangi satu per
satu bengkel yang ada di sekitar rumah nenek. Tapi tak ada yang menangani mobil
yang kecelakaan di depan rumah pada hari meninggalnya nenek. Kecuali satu
bengkel.
Montir bengkel itu mengatakan
kalau ia memang menangani mobil yang kecelakaan pada hari itu. Park Ha dan Yi
Gak kemudian menemui pemilik mobil itu dan bertanya apakah mobilnya dipasangi
black box?
Betapa leganya hati mereka
mendengar kalau ada black box yang terpasang, hanya saja mobil itu adalah milik
saudara yang tinggal di Gwangju. Mereka tak menyerah dan meminta alamat yang
ada di Gwangju.
Informasi itu membuat Yi Gak dan
Park Ha puas. Yi Gak merasa dengan informasi yang mereka dapatkan, semuanya
akan berlangsung dengan baik.
Dan aww… cute banget minum satu
pak yakult untuk berdua. Dan siapa yang akan minum yakult yang ada di
tengah-tengah? *ignore.. ignore*
Tiba-tiba muncul polisi (yang
sama dengan polisi yang menanyai Se Na) dan bertanya apakah Yi Gak adalah Yong
Tae Young?
Setelah Yi Gak mengiyakan, polisi
itu langsung menunjukkan tanda pengenal. Ia
mengatakan kalau Yi Gak akan ditahan karena berpura-pura menjadi Yong
Tae Young dan diduga melakukan pembunuhan pada nenek.
Whaaaa..tt*?
Tanpa ba bi bu, polisi itu
menyeret Yi Gak tanpa mendengar protes dari Yi Gak dan Park Ha dan membawanya
pergi ke kantor polisi.
Di kantor polisi, Yi Gak mencoba
meyakinkan polisi kalau ia adalah Tae Young yang asli. Tapi polisi malah
bertanya kalau dimana Yi Gak menyembunyikan Tae Young yang asli.
Yi Gak hanya
dapat menjawab, “Saat kau melihat Yong Tae Young dan bertanya dimanakah Yong
Tae Young, aku harus menjawab apa?”
Polisi meletakkan tas berisi
tiket dan uang yang sebelumnya disembunyikan Tae Moo di mobilnya, “Kau berpura-pura
menjadi Tae Young, membunuh, mencuri uang perusahaan dan berniat kabur keluar
negeri. Semua bukti mengarah padamu, kenapa kau tak mengakuinya saja?”
Yi Gak kaget dan mengatakan kalau
ia baru saja melihat tas itu untuk pertama kalinya. Tapi polisi tak percaya
pada pengakuan Yi Gak. Maka Yi Gak memanggil saksi yang bersamanya saat itu,
yaitu Tae Moo.
Sayang Tae Moo tak mengaku kalau
ia bersama dengan Yi Gak, karena saat itu ia sedang bersama dengan Se Na yang
dapat dibuktikan jika polisi bertanya pada Se Na. Dan polisi mempercayai
kata-kata Tae Moo, tak peduli kata-kata Yi Gak yang mengatakan kalau Tae Moo
telah berbohong.
Polisi meninggalkan mereka
berdua, dan Tae Moo menatap Yi Gak sambil tersenyum menang, “Segalanya akan
berakhir besok siang, sementara itu tunggulah kau disini. Setelah itu aku akan
menghancurkanmu untuk selamanya.”
Polisi akhirnya memasukkan Yi Gak
ke dalam penjara, walaupun Yi Gak berteriak meminta untuk dilepaskan. Yi Gak
putus asa, menatap jam yang bergerak maju, menuju saat-saat pembacaan surat
wasiat. Ia teringat kata-kata terakhir Tae Moo yang akan membiarkan ia mendekam
di tahanan sampai saat surat wasiat dibacakan.
Sementara itu Tae Moo mengajak Se
Na makan di restoran dan memesan banyak hidangan yang enak. Tapi Se Na tak
berselera makan. Tae Moo menenangkan Se Na kalau sebentar lagi semuanya akan
selesai. Besok ia akan menangani Tae Young palsu dan besok perusahaan juga akan
menjadi milik mereka.
Di rumah loteng, bunga teratai
sudah berkembang dan sekarang diletakkan di atas akuarium. Park Ha mengambil
saputangan kupu-kupu dan menyadari kalau ada inisial di ujung saputangan yang
belum pernah dilihatnya.
Saat mengunjungi Yi Gak di
penjara, Park Ha menenangkan Yi Gak yang mengkhawatirkan kalau ia tak dapat
bertindak apapun untuk mencegah warisan yang akan jatuh ke tangan Tae Moo.
Park
Ha menunjukkan saputangan kupu-kupu dan bertanya apa arti tulisan di pojok itu?
Sepertinya inisial itu dari bahasa Hangeul.
Yi Gak kaget kalau di saputangan
ada inisial yang belum pernah ia lihat. Inisial itu terbaca.. Bu Young? Yi Gak
teringat kalau putri mahkota mengaku kalau ia menyulam semalaman untuk membuat
saputangan kupu-kupu ini. Dan ternyata saputangan itu dibuat oleh Bu Young?
Park Ha bertanya apakah Yi Gak
tak pernah melihat inisial itu? Yi Gak mengetahui ada inisial itu, tapi ia tak
tahu artinya. Baru sekarang ia menyadarinya kalau inisial itu berarti Bu Young.
Terkesima, walaupun tahu kalau ia
tak dapat menyentuh dari balik kaca yang memisahkan mereka, Yi Gak mencoba
menyentuh saputangan milik adik iparnya.
Tapi yang terjadi malah membuat
mereka berdua kaget. Tangan Yi Gak menghilang! Perlahan-lahan tangan Yi Gak
menghilang, dan kali ini diikuti oleh seluruh tubuhnya.
Park Ha terkejut dan panik
melihat Yi Gak perlahan-lahan menipis hingga menyatu dengan udara. Bersamaan
dengan itu ada polisi datang membawa tahanan, membuat Park Ha berpura-pura
menelepon seseorang dan mengatakan kalau Yi Gak sudah kembali ke selnya.
Park Ha buru-buru pergi sebelum
ketahuan, dan di koridor ia melihat sosok Yi Gak sudah menunggunya di koridor.
Ia menggandeng Yi Gak dan melangkah pergi keluar.
Hampir saja mereka bertemu
dengan polisi yang menangkapnya, kalau saja mereka tak buru-buru berbelok ke
arah tangga.
Setelah sampai di luar kantor
polisi dengan aman, Yi Gak pun buru-buru pergi menuju kantor Home &
Shopping.
Waktu hanya tinggal beberapa menit lagi saat Yi Gak sampai di lobi
kantor. Tapi ia ketinggalan lift yang sudah keburu tertutup. Akhirnya ia
berlari menuju tangga darurat.
Di ruang meeting, waktu sudah
menunjukkan pukul 12 tepat dan surat wasiat resmi dibacakan. Pengacara
memanggil nama Tae Young sebagai pewaris utama, tapi Tae young tak menjawab
karena ia belum hadir.
Tae Moo tersenyum puas sementara ayahnya bertepuk tangan
saat pengacara menyatakan kalau warisan akan diberikan pada pewaris kedua yaitu
Yong Tae Moo.
Surat yang tadi dibacakan
berpindah tangan. Tae Moo menerima surat wasiat itu dengan menang. Ia membaca
surat wasiat itu dan tak terburu-buru menstempelnya, menikmati saat-saat
kemenangannya. Namun saat stempelnya hampir menempel di surat wasiat,
“Tunggu! Maafkan saya yang datang terlambat. Saya, Yong Tae Young, telah hadir.” |
Tae Moo kaget melihat Yi Gak yang
terengah-engah, menyeruak masuk ke dalam ruangan. Ia langsung berteriak menuduh
Yi Gak sebagai Tae Young palsu.
Yi Gak tersenyum, “Kalau aku
palsu, bagaimana mungkin aku dapat berdiri di sini?”
Tae Moo menatap Yi Gak tak
percaya.
LOL. Saya rasa Tae Moo harus
mulai mengenal kata menyerah. Karena apa yang dilakukannya, sepertinya tak
disetujui oleh alam.
Taek Soo memeluk Yi Gak erat, tak
menyangka kalau Yi Gak bisa keluar dari penjara dan bertanya bagaimana caranya?
Yi Gak hanya tersenyum tapi tak menjawabnya.
Taek Soo mengusulkan Yi Gak
sebagai CEO baru untuk menendang Tae Moo dari perusahaan. Tapi Yi Gak menolaknya,
ia akan mengurus Tae Moo sendiri dan ia meminta agar perusahaan ditangani oleh
Presiden Pyo.
Taek Soo terkejut, karena
Presiden Pyo.. bukankah itu dirinya sendiri? Yi Gak tersenyum dan mengangguk,
berkata kalau nenek pasti juga akan menyetujui akan keputusannya.
Urusan perusahaan telah beres,
sekarang mereka menangani misteri kematian nenek. Young Sul berhasil melacak
black box yang ada di Gwangju dan ia menyerahkan black box itu pada Yi Gak. Dan
hasil temuan ini mengagetkan Yi Gak.
Di kantor, Tae Moo disekap oleh
seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Young Sul. Tae Moo mencoba
melawan, tapi sia-sia karena Young Sul langsung membungkamnya dan memasukkannya
ke dalam mobil.
Tae Moo duduk seperti tahanan di
Joseon, Yi Gak menyuruh Tae Moo untuk menghubungi Se Na. Tapi Tae Moo menolak
sehingga Young Sul memukul kepalanya hingga Tae Moo mengaduh kesakitan.
Ha! Mau melawan penyelidikan ala
Joseon yang belum mengenal HAM?
Akhirnya Se Na duduk di samping
Tae Moo. Ia tak dapat menyembunyikan kekagetannya saat rekaman black box diputar. Ia melihat dirinya keluar dari
rumah nenek dengan membawa laptop. Tapi ia mencoba mengelak kalau ia memang
terbiasa keluar masuk rumah nenek, jadi tak ada yang aneh pada video itu.
“Tadi sudah kukatakan kalau video ini direkam saat kejadian meninggalnya nenek, dan kau terlihat keluar dari rumah.” |
Tae Moo mencoba bersikap tenang
dan malah menunjukkan kemarahannya karena kematian nenek dapat meleset satu
atau dua jam, jadi bukti yang dimiliki Yi Gak tak ada gunanya.
Ia menarik
tangan Se Na untuk segera pergi, tapi Young Sul menahannya untuk tetap duduk.
“Aku ingin kau membayar
kejahatanmu,” kata Yi Gak marah. “Mundur dari perusahaan dan kembalikan semua
uang yang telah kau curi. Jika tidak, kau akan disiksa lebih banyak lagi.”
Tae Moo tak bergeming mendengar
ancaman Yi Gak. Ia menarik tangan Se Na lagi dan mengajaknya pergi, tak
mempedulikan teriakan Yi Gak, “Ini kesempatan terakhir yang kuberikan padamu!
Kau dan aku tak memiliki waktu lebih banyak lagi!”
Se Na sangat terpukul mengetahui
ada bukti yang mengarah pada dirinya dan bukti itu akan diserahkan pada polisi.
Apa yang harus ia lakukan? Tae Moo geram dan bersumpah akan membunuh Yi Gak dan
mengakhiri semuanya ini.
“Yang Mulia, apakah kau sudah
tidur?” terdengar suara Park Ha memanggilnya dari luar kamar Yi Gak.
“Sudah malam, tidurlah sekarang,”
kata Yi Gak sudah terbungkus selimut dan hampir tertidur.
Di luar, Park Ha duduk berjongkok
di depan pintu kamar Yi Gak. Suaranya terdengar tenang, dan walaupun sedikit
kecewa ia menjawab balik, “Oke, tidurlah.”
Beberapa saat kemudian, terdengar
suara Park Ha lagi, “Hei, bodoh. Apakah kau benar-benar sudah tertidur?”
Sekarang Yi Gak benar-benar
terbangun, “Ya, aku sudah tidur.”
“Bagaimana mungkin orang yang
sudah tidur bisa menjawab balik?”
Yi Gak mendesah, bangkit dan
membuka pintu kamarnya. Ia sedikit kaget melihat Park Ha yang jongkok
meringkuk, “Apa yang mengganggu perasaanmu sehingga kau tak mau pergi dari
pintu kamarku?”
Park Ha menjawab perlahan, “Aku
takut kejadian di kantor polisi terulang lagi, kau tiba-tiba .. menghilang.”
Yi Gak menatap wajah Park Ha yang
sedih, dan kemudian ia menarik tangan Park Ha masuk ke dalam kamarnya.
Ia menyelimuti Park Ha yang
sekarang terbaring di sisinya dan ia juga ikut berbaring sambil menggenggam
tangan Park Ha, “Apakah sekarang kau sudah merasa tenang?”
Park Ha mengangguk, “Jika kau tak
menghilang di kantor polisi, kau tak mampu melindungi perusahaan. Kau juga akan
kembali ke Joseon untuk memecahkan misteri putri mahkota, kan? Kau harus
kembali, ya? Apakah itu hal yang akan terjadi?”
Yi Gak berbalik menghadap Park Ha
dan dengan tangan satunya, Yi Gak menggenggam tangan Park Ha, “Daripada merasa
tersiksa, menebak-nebak karena tak tahu kapan kita akan berpisah, aku
memutuskan untuk menikmati saat-saat bersamamu. Aku menyukai saat-saat ini.
Mari kita buat banyak kenangan indah. Kau pikirkan apa yang akan kita lakukan
besok malam. Sekarang, ayo kita tidur.”
Park Ha tersenyum mendengar
kata-kata Yi Gak. Ia menarik tangan Yi Gak lebih dekat ke pelukannya dan iapun
tertidur. Walaupun Park Ha sudah menutup mata, Yi Gak masih menatap wajah Park
Ha dan setelah itupun ia tertidur.
Keesokan paginya, Tae Moo
mengajak Se Na ke sebuah bendungan dan meminta Se Na untuk mengingat semua
ceruk di tempat ini. Ia juga menyuruh Se Na untuk mengajak Yi Gak datang ke
bendungan ini, bagaimanapun caranya.
Ihh.. enak bener si Tae Moo.
Semua-semuanya dilakukan oleh Se Na. Dari berpura-pura menjadi putri CEO Jang,
mengambil laptop sehingga membuat nenek meninggal dan sekarang memanggil Yi
Gak, yang melakukan adalah Se Na semua. *ignore.. ignore..*
Dan Se Na pun menemui Park Ha di
rumah loteng. Ia datang untuk meminta maaf pada Park Ha. Jika ia pada posisi
Park Ha, ia pun juga tak ingin menemui dirinya.
“Aku tak tahu mengapa aku
melakukan hal ini. Saat aku memikirkan apa yang telah aku lakukan, aku tak
dapat menegakkan kepalaku karena malu. Aku tak dapat bertemu dengan ibu, atau ibu kandung kita, atau dirimu,” Ia
menangis saat berkata, “Haruskah aku mati saja? Jika aku mati, apakah
kesalahanku dapat termaafkan?”
Park Ha tak ingin mendengar Se Na
berkata seperti itu. Ia mengambil tisu dan memberikan pada Se Na. Tapi Se Na
tetap menangis. Park Ha berdehem dan mengatakan kalau ia akan mengambil buah
terlebih dahulu.
Park Ha meninggalkan Se Na ke
dapur. Se Na menatap sekeliling rumah dan di meja terdengar bunyi handphone
Park Ha berbunyi. Ada SMS dari Yi Gak, “Kau sudah memutuskan kita akan pergi
kemana malam ini?”
Buru-buru Se Na pergi ke kamar
mandi dan mengetik balasan untuk Yi Gak. Ia, sebagai Park Ha, mengajak Yi Gak
untuk pergi memancing di bendungan malam ini. Yi Gak mengirim SMS balik dan
menyuruh Park Ha untuk berdandan dan memakai kaos kuning milik Chi San yang ia
letakkan di meja dekat pintu.
Setelah keluar kamar mandi, Se Na
memasukkan handphone Park Ha kedalam tasnya. Saat Park Ha datang membawa
sepiring buah, ia buru-buru pamit pada Park Ha yang kebingungan akan sikap Se
Na.
Tanpa menunggu reaksi Park Ha, Se Na keluar rumah dan masuk ke mobil. Belum
sempat mobilnya berjalan jauh, Park Ha berlari mengejarnya dan memintanya untuk
berhenti.
Se Na panik tapi ia memasang muka
tenang saat ia menurunkan kaca jendelanya. Ternyata Park Ha merasa tak enak membiarkan
Se Na pergi begitu saja. Ia ingin mengajak Se Na makan dan ia yang mentraktirnya.
Se Na bingung harus berkata apa.
Saat Park Ha melihat GPS Se Na
yang mengarah pada sebuah bendungan, Ia langsung menyuarakan perasaannya, “Kenapa
kau ingin pergi ke bendungan? Kau tak berpikir mau melakukan hal yang bodoh,
kan? Kau tak ingin membunuh dirimu, kan?”
Se Na mengatakan kalau ia hanya
salah menyetel GPS-nya dan ia mematikannya. Walau begitu Park Ha tetap mengatakan
kalau Se Na dapat selalu memperbaiki perbuatannya, namun jangan menganggap
enteng dan menganggap kalau nyawa itu tak berharga.
Kata-kata Park Ha semakin membuat
Se Na gelisah.
Tiba-tiba handphone Park Ha yang
ada di dalam tasnya berbunyi, mengagetkannya juga mengagetkan Park Ha yang
bertanya, “Bunyi dering handphonemu sama denganku?”
Se Na hanya mengangguk
membenarkan, tapi ia tak segera mengangkatnya membuat Park Ha sedikit curiga.
Se Na kemudian menyelipkan tangannya untuk mematikan handphone itu.
Telepon itu dari Yi Gak yang ada
di toko peralatan memancing. Ia memilih semua perlengkapan memancing dibantu
oleh ketiga pengikutnya. Man Bo bertanya mengapa Yi Gak tiba-tiba ingin
memancing? Sambil tersenyum rahasia, Yi Gak berkata kalau memancing adalah
sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan di malam hari.
Man Bo dan Chi San langsung
mengerti, “Aaahh.. kencan di malam hari.” Young Sul yang polos, merasa kalau ia
harus tetap melindungi junjungannya. Ia menawarkan diri untuk mengawal Yi Gak
dan Park Ha.
Man Bo buru-buru mencegah Young
Sul, bahkan Chi San harus membekap mulutnya agar tak ikut campur. Yi Gak
menelepon Park Ha tapi telepon itu tak diangkat, sehingga Chi San bertanya
apakah Park Ha tak mengangkat teleponnya? Yi Gak mengatakan kalau mereka berjanji
untuk bertemu langsung di bendungan. Ia juga menyuruh pengikutnya untuk segera
pergi karena rencana mereka yang akan menonton pertandingan bola.
Teringat pertandingan bola, Chi
San teringat kalau ia lupa membawa tiketnya.
Se Na mengantar Park Ha ke depan
restoran. Ia menunggu Park Ha turun, untuk mengatakan kalau ia harus segera
pergi dan mengajak Park Ha untuk makan bersama di lain kesempatan. Ia segera
pergi, tanpa Park Ha sempat mengatakan apapun.
Di rumah, Park Ha mencari-cari
handphonenya yang mendadak menghilang. Chi San masuk ke rumah dan heran melihat
Park Ha masih ada di rumah, “Noona, apakah kau pergi memancing?”
Park Ha bingung mendengar
kata-kata Chi San, “Memancing?”
“Yang Mulia telah menunggumu di
sana,” jawab Chi San buru-buru. Sebelum pergi, ia juga menambahkan kalau mereka
tak akan menunggu kepulangan mereka.
Park Ha bingung mendapat
informasi yang aneh dari Chi San. Memancing? Tapi ia segera teringat akan
kelakuan Se Na yang aneh, ringtone handphone Se Na yang mirip dengannya dan GPS
Se Na yang mengarah jauh ke bendungan.
Ia segera menyadari kalau Yi Gak
mungkin dalam bahaya. Buru-buru ia naik taksi ke arah bendungan.
Sementara itu Yi Gak
mempersiapkan tempat untuk memancing bersama Park Ha. Dan ia merasa puas
melihatnya.
Whaa..? Nggak ada tenda?
*ignore.. ignore..*
Namun yang ditunggu-tunggu belum
datang juga. Dan Yi Gak juga heran, mengapa Park Ha memilih tempat sejauh ini.
Beberapa saat kemudian, dari
kejauhan ia melihat sosok Park Ha yang memakai kaos kuning milik Chi San. Yi
Gak memanggilnya, tapi Park Ha hanya melambai dan malah berlari menjauh.
Yi Gak
menyangka Park Ha sedang ingin mempermainkannya. Ia pun berteriak pada Park Ha,
“Jangan sampai aku menangkapmu, ya..”
Yi Gak mengejar Park Ha yang
menghilang di kegelapan. Ia memanggil-manggil Park Ha, tapi tak ada jawaban
membuat Yi Gak mulai kesal, “Ia sudah mulai keterlaluan.”
Yi Gak mencari-cari Park Ha,
hingga ke jalan besar. Dan di sana Tae Moo yang telah menunggunya mulai
menjalankan mobilnya pelan-pelan.Sementara Se Na yang menyamar menjadi Park Ha
telah bersembunyi di balik semak-semak.
Akhirnya Park Ha sampai ke
bendungan. Setelah turun dari taksi, ia mencari-cari Yi Gak dan tak terlalu
lama ia menemukannya. Belum sempat ia memanggil, ia melihat ada sebuah
mobil yang mengarah pada Yi Gak. Ia segera berteriak memanggil Yi Gak.
Di balik semak-semak, Se Na kaget
melihat kedatangan Park Ha. Ia juga melihat kalau Tae Moo mulai mempercepat
laju mobilnya.
Mobil Tae Moo semakin mendekati
Yi Gak. Dan setelah dekat jangkauan, Tae Moo menekan pedal gas, melarikan
mobilnya untuk menabrak Yi Gak.
Tapi Yi Gak yang tak menyadari kalau
ia dalam bahaya, memanggil Park Ha dengan gembira. Park Ha yang sudah melihat
mobil Tae Moo dari tadi, segera lari menghampiri Yi Gak.
Se Na panik melihat Park Ha lari.
Yi Gak akhirnya menyadari kalau ada mobil yang melaju kencang ke arahnya. Tapi
ia terlalu kaget untuk menggerakkan badannya, menghindar.
Tak ada waktu lagi bagi Park Ha.
Ia menubruk Yi Gak hingga Yi Gak terdorong ke belakang dan matanya terbelalak
melihat lampu mobil Tae Moo berkilat-kilat mengarah padanya.
source : http://www.kutudrama.com/2012/05/sinopsis-rooftop-prince-episode-18.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment