Thursday, March 28, 2013

Sinopsis Rooftop Prince Episode 9



Setelah menampar Park Ha, Nenek keluar dari rumah loteng tanpa mendengarkan penjelasan Park Ha. Diikuti oleh Tante dan Se Na, di halaman Nenek menyuruh Se Na untuk menelepon Tae Young karena ia ingin berbicara padanya.


Se Na masuk kembali menemui Park Ha. Ia memberitahukan kalau Nenek menyuruhnya untuk datang ke rumah. Rupanya nenek sudah tak percaya lagi pada Park Ha dan ingin mengkonfrontasikan ucapan Park Ha dengan Tae Young. 
Dengan sinis, Se Na menyindir Park Ha yang mampu menjadi wanita yang diluar dugaannya.
Yi Gak dan Park Ha menghadap Nenek dan Tante. Yi Gak meyakinkan nenek kalau semuanya ini adalah salah paham. Ia tak pernah bertemu dengan Park Ha di Amerika.
“Bagaimana mungkin kau mengatakan hal itu, padahal kau tak ingat apapun?” selidik Nenek. Yi Gak tak dapat menjawabnya.
Nenek menunjukkan sketsa buatan Tae Young, dan ia bertanya pada Yi Gak, apakah ia mengingatnya? Perlahan Yi Gak menjawab jujur kalau ia tak mengingatnya. Nenek langsung menggunakan kata-kata Yi Gak, untuk menyerang Park Ha, “Kau sudah mengenal Tae Young di Amerika. Kau tahu kalau Tae Young hilang ingatan. Maka kau mendekatinya dan berhasil mengambil hatinya. Ini sudah jelas sekali.”
Park Ha meminta Nenek untuk mengerti kalau semuanya ini adalah kesalahpahaman. Nenek langsung memojokkan Park Ha, “Apa kau pikir ia bukan Tae Young? Lalu menurutmu siapa pria ini?”
Tak dapat membuka identitas Yi Gak, Park Ha hanya terdiam. Yi Gak akhirnya yang membela Park Ha, Park Ha bukan gadis yang seperti disangka Nenek. Tante malah menunjukkan sikap Yi Gak yang mudah tertipu yang seperti ini yang membuat Yi Gak gampang diperalat oleh Park Ha.
“Aku tak mudah tertipu, Nek,” sergah Yi Gak. “Aku menyukainya. Karena aku menyukainya.”
Semuanya kaget, bahkan termasuk Park Ha. Park Ha terkesima mendengar ucapan Yi Gak.
“Karena aku menyukainya, maka aku mengikutinya bahkan menumpang di rumah loteng. Walaupun ia berkali-kali menyuruhku keluar, tapi aku bersikeras tetap tinggal di sana. Karena aku menyukainya.”
Aww.. so sweet. Walaupun Park Ha tahu kalau apa yang dikatakan Yi Gak untuk melindunginya, tapi tetap saja.. so sweet.
Tapi nenek malah menganggap Park Ha seorang pembohong. Berdasarkan kata-kata Yi Gak, berarti mereka memiliki hubungan khusus. Padahal sebelumnya Park Ha meyakinkan nenek kalau ia dan Yi Gak tak memiliki hubungan apapun. Saking marahnya, nenek berjanji akan mengusir Park Ha dari rumah loteng dan mengeluarkan Park Ha dari perusahaan.
Yi Gak mencoba mencegah keputusan Nenek. Tapi Yi Gak malah disuruh keluar juga dari rumah.
Di luar, Yi Gak berkata kalau Park Ha mengalami semuanya ini untuk melindunginya.  Jika saja saat itu ia tak mengaku sebagai Tae Young, Park Ha tak akan mengalaminya.  Park Ha mengatakan kalau Yi Gak telah mempertaruhkan nyawanya untuk berpura-pura sebagai Tae Young. 
“Apakah itu alasanmu melindungiku?” tanya Yi Gak. Park Ha tak tahu. Ia benar-benar tak tahu alasannya.
Yi Gak menyuruh Park Ha untuk pulang ke rumah sekarang dan ia berlutut di halaman rumah nenek. Park Ha terkejut melihat Yi Gak berlutut dan bertanya apa yang sedang Yi Gak lakukan? Yi Gak tak menjawab, malah menyuruh Park Ha segera pulang.
Di rumah, Park Ha menceritakan apa yang sedang terjadi. Man Bo menenangkan Park Ha  kalau Yi Gak akan menyelesaikan semuanya. Young Sul pun menambahkan kalau Park Ha tak perlu khawatir karena Park Ha memiliki mereka yang akan mendukungnya.
Man Bo mencibir kata-kata Young Sul yang tak mengena. Bukankah karena mereka, Park Ha mengalami semuanya ini? Mereka pun bertengkar hingga Chi San harus melerai mereka berdua. 
Yi Gak masih melakukan aksi protesnya. Ia bertahan tetap berlutut, tak mau bangkit di tengah dinginnnya malam. Tante yang selalu mengintip dan terus memberi informasi pada nenek, meminta nenek agar  memanggil Yi Gak masuk ke rumah. Nenek juga bertahan tak mau melakukannya. Toh Yi Gak melakukan itu karena keinginannya sendiri.
Tante berkata kalau semua ini terjadi karena nenek mengusir Park Ha dan mengeluarkannya dari perusahaan. Ia meminta Nenek untuk menarik kembali keputusannya. Tapi nenek tak mau dan malah masuk kamar.
Sepanjang malam, di tengah dinginnya malam dan bunga sakura yang berguguran, Yi Gak berlutut di halaman. Di rumah, Park Ha menanti dengan penuh kekhawatiran.
Hingga keesokan harinya. Akhirnya nenek menyuruh pembantu untuk memanggil Yi Gak masuk ke dalam rumah.
Nenek bertanya tentang hubungannya dengan Park Ha, apakah ia ingin menikahinya? Yi Gak mengatakan tidak, karena ia sudah memiliki calon sendiri. Hal ini membuat nenek kaget, apakah cucu sama dengan kakeknya yang playboy? Yi Gak membantah hal itu.
Nenek akhirnya memegang kata-kata cucunya dan berjanji akan menganggap semuanya tak pernah terjadi.
Tertatih-tatih, Yi Gak meninggalkan rumah nenek. Di luar ternyata Park Ha telah menunggunya. Rupanya ia mengkhawatirkan Yi Gak yang berlutut semalaman. 
Ia membimbing Yi Gak ke taman. Di sana ia mengoleskan balsam penghilang nyeri. Yi Gak memandangi Park Ha yang masih sibuk mengoleskan balsam, dan tersadar kalau ia memperhatikan Park Ha terlalu lama. Sebelum ketahuan, ia mengalihkan pandangannya dan berkata kalau balsam itu terasa gatal di kaki.
Ia hendak menghapus balsam itu, tapi Park Ha mencegahnya. Balsam itu memang terasa gatal, tapi kemudian akan terasa panas dan akan meringankan pegal kaki. Yi Gak mencoba mencium balsam itu, tapi ternyata sangat tajam hingga matanya saja langsung terasa panas.
Park Ha meminta Yi Gak untuk tak melakukan protes dengan cara Joseon. Lebih baik diselesaikan dengan kata-kata saja. 
Atas nama nenek, Yi Gak meminta maaf pada Park Ha. Park Ha tak mempermasalahkan hal itu. Tapi tidak bagi Yi Gak, “Aku mencegahmu kembali ke Amerika dan berjanji untuk selalu memberikan kenangan yang indah. Tapi sekarang aku malah mengalami semua ini. Aku tak tahu harus berkata apa.”
Park Ha mengatakan tak masalah. Sambil memandang Park Ha, Yi Gak menggenggam tangan Park Ha dan meminta maaf, membuat Park Ha terharu dan menangis. 
Ia berpura-pura matanya kelilipan dan menggosok matanya dengan tangan. Ia lupa kalau tangannya penuh balsam. Jadinya matanya sekarang pedih dan ia benar-benar menangis. Ia panik, blingsatan merasakan panasnya balsam itu.
Tae Moo membawakan sarapan untuk Se Na. Ia ingin selalu makan bersama Se Na dan mengajaknya untuk menikah. Se Na tak menjawab hanya tersenyum kalau ia akan makan banyak.
Tae Moo memperhatikan kalau hari ini Se Na memakai cincin pemberian CEO Jang. Ia langsung teringat pada putri yang sedang dicari oleh CEO Jang, dan mengatakan rencananya untuk segera menemukan putri CEO Jang dan menariknya ke pihaknya sebelum ditarik ke pihak nenek.
Kata-kata Tae Moo membuat Se Na tak tenang. Apalagi di kantor ia melihat Park Ha tetap bekerja seperti biasa, dan masih bisa berjalan bersama Yi Gak. Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi?

Dari Tante ia mendapat informasi kalau Tae Young berlutut sepanjang malam di halaman dan mengakui perasaan sukanya pada Park Ha. Park Ha tak pernah menipu Tae Young, tapi ia sendiri yang memilih untuk tinggal bersama dengan Park Ha.
Se Na berpura-pura tenang mendengarnya dan mengatakan jika Tae Young memang menyukai Park Ha maka ia akan mundur. Mendengar kata-kata Se Na seperti malaikat, Tante malah menyuruh Se Na untuk segera mendekati Tae Young, dan tak usah bersikap baik lagi pada Park Ha.
Ketiga Joseoners melihat seseorang yang ingin menemui Park Ha. Dengan kemampuan fotografiknya yang sudah digital, Man Bo mengenali pria tersebut. Pria kencan matseonnya Park Ha!
Mereka langsung menghadang Yeom. Dengan sikap mengancam, mereka menanyakan alasan kedatangan Yeom ke sini. Bukankah Park Ha telah meninggalkannya?
Yeom mengatakan kalau ia datang untuk memberikan kue buatannya sendiri untuk Park Ha yang akan berulang tahun pada esok hari. Tapi karena besok ia harus mengawal murid-muridnya pergi berwisata, dan tak dapat mengucapkan selamat ulang tahun, maka ia ingin melakukannya hari ini.
Ketiganya kaget dengan informasi baru ini, tapi mereka menutupinya dengan baik. Tetap dengan sikap mengancam mereka menyuruh Yeom untuk menyerahkan hadiah pada mereka saja. Mereka akan menyampaikan hadiah itu pada Park Ha.
Tapi Yeom tak mau. Sesaat terjadi tarik menarik antara Chi San dan Yeom. Tapi Yeom mundur teratur saat Young Sul berdiri di hadapannya dengan sikap mengancam yang lebih menakutkan dari teman-temannya.
Ayah Tae Moo memanggil Se Na untuk menyuruhnya mengundurkan diri segera. Jika Se Na mau, ia dapat mencarikan pekerjaan di perusahaan lain. Ia dan Tae Moo sudah berusaha keras untuk mendapatkan posisi mereka sekarang, dan mereka tak akan berhenti hanya sampai sini saja.
Se Na memahami perasaan ayah Tae Moo. Kata-kata itu membuat ayah senang. Tapi Se Na meneruskan, “Tapi jika Ibu Presiden tahu kalau saya sudah berpacaran dengan Tae Moo selama 2 tahun, padahal selama itu pula saya menjadi sekretarisnya, mungkin akan membuat posisi Bapak dan Tae Moo dalam masalah. Berbagai dokumen rahasia selalu melalui tangan saya.”
Dengan senyum manis, Se Na melanjutkan, kalau ia keluar dari perusahaan akan membuat ayah dan Tae Moo dalam posisi sulit. Ia kemudian minta diri untuk pamit, meninggalkan ayah yang menduga-duga apakah Se Na sedang mengancamnya.
Mau tak mau ketiga Joseoners harus mengakui kalau kue yang dibuat Yeom sangat indah. Tapi mereka tak bisa membiarkan kue itu sampai ke tangan Park Ha. Maka jalan satu-satunya adalah memberikan pada orang lain.
Targetnya adalah bos mereka, Pyo Taek Soo. Mereka hompimpa, siapa yang ketiban sampur untuk memberikannya pada Taek Soo.
Dan sampur jatuh pada Chi San. Walaupun enggan, Chi San tetap melakukanya. Chi San menemui Taek Soo dan memberikan kotak kue sambil berkata, “Ini adalah ungkapan perasaan yang tak bisa saya ungkapkan pada Bapak. Mohon diterima.”
Taek Soo terkejut dan tak menyangka kalau Chi San yang sedikit feminin ternyata baik juga. Betapa senangnya saat ia menemukan kue tart di dalam box itu. Dan kartu yang menyertainya.
LOL. Rupanya ketiga Joseoners tak menyadari ada kartu di dalamnya. Dalam kartu itu tertulis, “Sejak pandangan pertama, aku sudah jatuh cinta padamu. Setiap hari, setiap aku membuka mataku, aku ingin melihatmu.”
LOL.LOL.LOL..
Taek Soo terkejut dengan kata-kata puitis ‘Chi San’.  Ia melihat Chi San masih menunggu di belakang pintu dan tangannya membentuk tanda hati dan memberikan padanya.
Bwahaha.. Taek Soo membanting kartu itu marah, merasa hampir gila. Ia mengomel kalau semua orang di sekitarnya adalah orang aneh. Pantas saja kalau ia mengira Chi San sangatlah feminin..
*Yang terlintas di pikiran saya, adalah apa yang terjadi kalau Young Sul yang kalah hompimpa.. Kekeke..*
Se Na melihat Park Ha memberikan katalog pada Ayah Tae Moo. Ia tak menyapa mereka.
Se Na mengajari Yi Gak cara bermain squash yang benar. Dari bagaimana cara memegang raket hingga cara berdiri yang benar. Selama itu pula Yi Gak selalu terkenang pada istrinya Hwa Young.
Mereka berlatih selama beberapa lama. Saat istirahat, melihat Se Na mengeluarkan banyak keringat, Yi Gak memberikan saputangan sulam kupu-kupu. Se Na mengagumi keindahan saputangan itu dan Yi Gak bertanya apakah Se Na baru pertama kali melihat saputangan ini?
Se Na menjawab baru pertama kali. Yi Gak bertanya lagi, apakah ia tak merasakan sesuatu melihat sulaman kupu-kupu itu? Se Na tak merasakan apapun.
Pulangnya, Yi Gak diantar Se Na sampai depan rumah. Se Na merasa haus dan ingin mampir untuk minum. Tentu saja Yi Gak langsung menawarinya untuk singgah dulu.
Di dalam rumah, Park Ha sedang berkutat dengan pakaian. Ada kotak pakaian yang akan disumbangkan ada pula pakaian yang akan dicuci. Melihat kedatangan Yi Gak bersama Se Na, moodnya langsung jelek. Apalagi Yi Gak menyuruhnya untuk mengambilkan minuman untuk Se Na.
Yi Gak seperti tak sadar akan ketegangan yang terjadi di antara kedua wanita itu. Ia malah berkata pada Se Na kalau Park Ha akan mencuci dan menyuruh Park Ha untuk mencucikan saputangannya. Ia berpesan agar Park Ha mencucinya dengan hati-hati. Tidak boleh rusak sedikitpun. Kata-kata Yi Gak membuat kesal Park Ha.
Hhh.. saya juga kesal dengernya. Memang Park Ha pembantunya Yi Gak?
Park Ha langsung mengomel, menyuruh Yi Gak untuk mencucinya sendiri jika merasa saputangan itu sangat penting baginya. Dilemparnya saputangan itu ke keranjang cuci, namun meleset dan masuk ke kotak baju yang akan disumbangkan.
Tak mau berlama-lama di rumah, ia meninggalkan Yi Gak dan Se Na untuk memberikan kotak baju yang akan disumbangkan.
Sebelum keluar, ia masih mendengar kata-kata Se Na dan Yi Gak yang saling memuji keahlian berolahraga mereka. Saking kesalnya, ia tak melihat kalau ia menjatuhkan saputangan Yi Gak di halaman.
Ketiga joseoners memutuskan untuk membuat kue ulang tahun untuk Park Ha. Mereka pergi ke toko yang membolehkan pembeli untuk membuat kue ulang tahun sendiri. Pada pelayan toko, Young Sul berkata kalau mereka ingin membuat kue sebesar rumah.
Tentu saja pelayan toko itu bingung mendengar permintaan Young Sul yang aneh. Untung Man Bo segera menjelaskan kalau mereka ingin membuat kue yang sangat besar.
Se Na mengompres tangan Yi Gak yang nanti akan terasa sakit, karena tangan Yi Gak tak pernah melakukan olahraga berat. Setelah itu ia pamit pulang. Ia mencegah Yi Gak untuk mengantarnya karena tangan Yi Gak masih harus tetap dikompres.
Dan di luar ia menemukan saputangan Yi Gak. Teringat kalau saputangan itu diberikan pada Park Ha untuk dicuci beserta pesan untuk memperlakukannya dengan istimewa, maka Se Na mengambil saputangan itu dan menyimpannya dalam tas tangannya.

Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 2

Tanpa sepengetahuan kedua anaknya, Ibu mengundang Se Na dan Park Ha secara terpisah, untuk berkumpul. Dalam acara apa, ibu tak memberitahukan. Setelah Se Na dan Park Ha datang, ibu baru mengatakan kalau ibu ingin merayakan hari ulang tahun Park Ha.


Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 2
Se Na sangat kesal karena ibu tak memberitahukan dulu padanya. Ia ingin pergi meninggalkan acara itu, tapi ibu menyuruhnya untuk tetap tinggal, begitu pula dengan Park Ha. Park Ha hanya terdiam dan memakan hidangan ibu.
Cincin biru besar yang dipakai Se Na menarik perhatian ibu yang belum pernah melihat cincin Se Na itu sebelumnya. Apakah Se Na baru saja membelinya? Dengan singkat Se Na menjelaskan kalau seseorang memberikan cincin itu padanya, dan tidak, ibu tak mengenal orang itu. Ibu tak berkomentar lagi, malah menyuruh Park Ha untuk makan lebih banyak lagi. Park Ha pun menjawab, “Ya, Bu.”
Park Ha memanggil ibu langsung disambar oleh Se Na. Se Na menyuruh Park Ha untuk mengulangi kata-katanya dulu, yang tak akan menganggap Se Na sebagai keluarganya. Ibu tak tahu maksud Se Na.
Dan dengan licik Se Na membalikkan kata-kata Park Ha, “Ia menuduhku telah meninggalkannya sewaktu kecil dan menghancurkan hidupnya.”
Ibu kaget mendengarnya dan berkata pada Park Ha kalau hal itu tak benar. Park Ha meminta Se Na untuk berhenti, tapi Se Na tak mau. Park Ha telah memulainya lebih dahulu dan sekarang Park Ha memintanya untuk berhenti? “Apakah ingatanmu telah kembali? Dan sekarang kau berkata sesuka hatimu? Dan mana buktinya? Kau hanya mengarang jika kau berkata tanpa bukti.”
Se Na berdiri dengan marah dan berkata pada ibu, “Bu, dengar baik-baik, ya. Aku tak sudi punya keluarga seperti dia. Jadi jangan undang aku dalam acara yang melibatkan dia.”
Se Na pun pergi meninggalkan ibu yang tampak marah pada Park Ha.
Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 2
Ketiga Joseoners menghias kue dengan krim. Mulanya mereka melakukannya dengan belepotan. Tapi lama-lama mereka semakin ahli, bahkan bias membuat lengkung-lengkung cantik di atas kue itu. Dan permintaan Young Sul ternyata tak main-main. Mereka benar-benar membuat kue yang saaangat besar.
Tak hanya satu atau dua susun. Tapi empat susun. Ckckckck… macam kue pengantin saja. 
*Sepertinya yang dimaksud dengan membuat kue sendiri adalah menghias kue sendiri. Kue dasarnya sudah disediakan dari toko. Tapi tetap saja. Menghias empat kue tart sekaligus? Wow!*
Mereka menyimpan kue tart itu di dalam lemari es, membuat Yi Gak bertanya-tanya mengapa mereka membuat kue sebesar itu? Besok kan bukan hari spesial?
Young Sul memberitahu kalau besok adalah hari ulang tahun Park Ha dan mereka membuat kue untuk merayakannya. Ia bahkan berani bertanya di depan muka Yi Gak, apa yang akan mereka lakukan untuk pesta besok?
Yi Gak tak suka dengan keberanian Young Sul yang berkata di depan wajahnya langsung. Ini pangeran, gitu loh.. Young Sul langsung mundur dan meminta maaf atas kelakuannya.
Yi Gak merasa kue ulang tahun sudah cukup banyak, dan tak ada lagi yang perlu dipersiapkan. Ketiga abdi itu tak mendesak Yi Gak, tapi mereka tak puas. Maka mereka mencari Becky dan Mimi untuk mempersiapkan acara ulang tahun Park Ha.
Sayangnya mereka berdua tak dapat ikut acara ulang tahun karena Becky akan manggung di luar kota dan Mimi sudah setuju untuk menemaninya. Tapi mereka memberitahu apa saja yang harus dipersiapkan.
Pada dasarnya pesta ulang tahun memiliki 4 elemen, yaitu kue, topi ulang tahun, kembang api dan lagu happy birthday. Mereka sudah memiliki kue, topi dan kembang api bisa dibeli, kurang satu lagu happy birthday.
Mimi  dan Becky mengajarkan cara bernyanyi dengan seimut mungkin. Namun hasilnya, ketiga joseoners menirukannya dengan sejayus mungkin. Mimi dan Becky hanya dapat mengerutkan kening, mau mengkritik gerakan mereka, tapi kok ya kasihan.. Akhirnya mereka membiarkan ketiganya bernyanyi dengan gaya jayus.
Akhirnya Park Ha menyadari kalau saputangan Yi Gak telah hilang dan sekarang ia mencari-cari ke seluruh penjuru rumah. Yi Gak tak membantu mencari, malah menyalahkan Park Ha yang ceroboh. Bukankah sebelumnya ia sudah pernah mengatakan kalau  sapu tangan itu sangat berharga? Kenapa Park Ha tak mengindahkan kata-katanya?
Park Ha bertanya apakah sapu tangan itu benar-benar sangat berharga?
“Tentu saja. Sapu tangan itu jauh lebih berharga daripada semua yang kau miliki,” jawab Yi Gak.
Park Ha merasa bersalah dan menawarkan untuk membelikan saputangan baru sebagai pengganti saputangan yang hilang.
Mendengar hal itu Yi Gak meradang, “Tak ada yang dapat menggantikannya. Kau itu bodoh atau jahat, sih? Sapu tangan itu hanya ada satu di dunia ini.”
Terluka mendengar hinaan Yi Gak, tapi tak dapat membalas karena ia memang bersalah, Park Ha hanya bisa menjawab kalau ia akan mencarinya sampai ketemu.
Di atas Chi San, Young Sul dan Man Bo mendengar pertengkaran Yi Gak dan Park Ha. Mereka khawatir masalah ini membuat acara ulang tahun Park Ha besok akan gagal. Maka mereka berinisiatif untuk mempersiapkan sendiri. Young Sul kebagian tugas untuk membeli lilin kue, topi ulang tahun dan kembang api untuk besok.
Dan Young Sul segera kembali membawa semuanya. Makanan kecil dan bubur kacang merah. Rupanya Young Sul salah dengar, mengira makanan kecil (kko kal) padahal seharusnya topi ulang tahun (go kkal). Ia membeli bubur kacang merah (pat jook) padahal seharusnya kembang api (pok jook).
Man Bo dan Chi san mencoba memberitahukan pelafalan yang benar, tapi yang didengar dan dikatakan Young Sul tetap sama, makanan kecil (kko kal) dan bubur kacang merah (pat jook). Hal ini membuat Chi San kesal dan bertanya, apakah Young Sul dapat menggunakan telinganya dengan benar?
Dengan polos Young Sul menjawab kalau ia benar-benar dapat menggerakkan telinganya. Dan ia pun mencontohkan dengan menggerak-gerakkan telinganya.
LOL. Tetap salah dengar juga.
Park Ha mendatangi tempat pengumpulan baju bekas dan meminta ijin untuk mencari saputangan. Manajer tempat itu agak ragu, tapi mengijinkan Park Ha. Bukan apa-apa, tapi tumpukan baju bekas itu bukan hanya banyak tapi buaanyaaakk sekali. Menggunung hingga memenuhi gudang.
Park Ha tetap tak mau menyerah. Ia akan mencoba mencarinya. Manajer itu juga mengatakan kalau Park Ha harus melakukannya malam ini karena besok pakaian ini akan diangkut pergi.
Sepanjang malam Park Ha mencari secarik kain berwarna putih.
Sepanjang malam itu pula, Yi Gak menunggu kepulangan Park Ha. Tapi Park Ha tak kunjung pulang, karena ia belum menemukan sapu tangan itu.
Yang tak akan pernah ditemukan karena sapu tangan itu sekarang sedang dipegang oleh Se Na.
Keesokan harinya, Park Ha pulang dengan lelah. Mendengar suara Park Ha, Yi Gak keluar kamar dan bertanya, “Kemana saja kau pergi? Kenapa kau tak menjawab teleponku? Bukankah aku pernah menyuruh agar kau harus selalu bisa kuhubungi setiap saat?”
Dengan lesu Park Ha berkata, “Aku tak dapat menerima karena handphone-ku mati. “
“Apakah kau mencari saputangan itu semalaman?” tanya Yi Gak melunak.
“Maafkan aku, karena aku tak dapat menemukannya,” jawab Park Ha pelan.
Tak disangka, Yi Gak tak marah-marah lagi seperti kemarin, membuat Park Ha heran. Ia malah meminta Park Ha untuk melupakan permintaannya dan menyuruhnya untuk segera beristirahat.
Saat sarapan, ketiga Joseoners hanya minum air putih. Yi Gak datang dan Man Bo memberitahukan kalau pagi ini tak ada sarapan karena Park Ha sakit.
Yi Gak masuk ke kamar Park Ha untuk melihat kondisi Park Ha. Park Ha beralasan ia tak enak badan karena kemarin malam ia tak tidur. Ia akan merasa baikan setelah ia tidur.
Yi Gak membuka selimut dan mengambil tangan Park Ha, mengejutkan Park Ha. Tapi Yi Gak malah menyuruh Park Ha diam, “Aku akan memeriksa kondisimu.”
“Apakah kau bisa membaca denyut nadi?” tanya Park Ha heran.
Yi Gak menyuruh Park Ha diam. Tapi setelah ia memeriksa denyut nadi Park Ha, Yi Gak langsung pergi tanpa memberitahukan apa penyakitnya. Maka sebelum Yi Gak keluar kamar, ia bertanya, “Apa penyakitku?”
“Da-mal-jeung,” jawab Yi Gak pendek.
Park Ha belum pernah mendengar nama penyakit itu. Maka ia bertanya, ”Da mal jeung? Penyakit apa itu?”
“Penyakit terlalu banyak bicara,” tukas Yi Gak sambil keluar kamar.
LOL. Orang lagi sakit kok malah dihina.
Yi Gak menulis resep dan meminta Chi San untuk menebusnya di toko obat tradisional. Ia juga menyuruh Chi San untuk membeli arang, tungku dan panci untuk merebus obat. Ia memikirkan Park Ha yang tergeletak di tempat tidur dan bergumam, “Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tapi ia malah sakit dan tak dapat beristirahat.”
Ayah Tae Moo mencoba mencari kelemahan Se Na dan meminta Soo Bong untuk  memberikan informasi rahasia seputar Se Na dan Tae Moo. Mulanya Soo Bong tak mau, tapi karena ayah mengancamnya, ia memberitahukan kalau Se Na tinggal di apartemen milik Tae Moo.
Ayah pergi mencari apartemen itu. Tak sengaja ia bertemu dengan seorang wanita yang meminjam pena padanya. Wanita itu menulis pesan di sebuah kertas, menyelipkannya di pintu dan mengembalikan bolpen itu lagi. Setelah wanita itu pergi, ayah mengambil pesan itu dan membacanya. Ia tersenyum saat melihat nama Sena dan ‘Ibu’ di sebuah kertas bon toko di pasar.
Dan satu rahasia Se Na telah terungkap.
Park Ha terbangun dan mendapati Young Sul sedang membuat obat dengan cara tradisional di halaman rumah. Ia agak skeptis, dan bertanya apakah obat itu dapat menyembuhkannya?
Young Sul menenangkannya, “Yang mulia banyak belajar tentang ilmu pengobatan. “
“Obat yang paling mujarab adalah ketika kau mempercayainya,” Yi Gak tiba-tiba muncul di halaman.
Rupanya ia pulang untuk menjenguk Park Ha. Setelah melihat obat telah siap, Yi Gak menyuruh Park Ha minum obat dalam rumah dan meminta Young Sul untuk kembali ke kantor.
Park Ha naik ke tempat tidur dan minum obat yang disodorkan Yi Gak. Namanya obat tradision, tentu saja obat itu pahit. Park Ha mengernyit merasakan cairan obat yang masuk ke tenggorokannya.
Yi Gak memberikan obat penawar rasa pahit, yaitu permen peppermint. Park Ha mengunyah Park Ha. Memikirkan itu, Yi Gak tersenyum senang melihat Park Ha mengunyah permen itu.
“Setelah meminumnya, kau akan merasa mengantuk. Tapi saat kau bangun nanti, tubuhmu akan terasa segar,” kata Yi Gak.
“Aku minta maaf telah menghilangkan saputanganmu,” kata Park Ha yang masih merasa bersalah.
Yi Gak tak mempermasalahkannya lagi. Menurutnya, kalau saputangan itu memang miliknya, pasti saputangan itu akan kembali lagi. Yi Gak melihat kartu pos yang bergambar sketsa diri Park Ha dan bertanya, sebenarnya apa yang telah terjadi? Park Ha tak tahu, ia pun ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Foto itu benar-benar foto dirimu. Pelukis gambar itu benar-benar Tae Young. Tapi kau tak pernah bertemu dengan Tae Young,” Yi Gak mencoba menganalisa. “Saat Tae Young menggambar foto ini, dia jelas-jelas masih hidup. Tapi saat kau menunggu untuk bertemu dengannya, mungkin saat itu ia telah meninggal.”
 “Apakah yang kukatakan ini masuk akal? Atau tak masuk akal?” Tak mendapat respon apapun, ia kembali bertanya, “apakah tak masuk akal?”
Yi Gak menoleh pada Park Ha yang telah tertidur pulas. Aww.. ternyata tadi Yi Gak mendongengkan cerita sebelum tidur.
Yi Gak tersenyum melihatnya dan menyelimuti Park Ha sebelum ia meninggalkan kamar.
Dengan memegang rahasia Se Na, ayah Tae Moo menemui Se Na dengan ceria. Ia menyuruh Se Na untuk mengungkapkan rahasianya dan Tae Moo ke Nenek. Toh Nenek tak akan percaya pada Se Na yang berbohong memiliki ibu yang menjadi dosen di Inggris (Oxford? Cambridge?) padahal ia hanya penjual ikan di pasar.
Se Na gemetar, bukan ketakutan tapi marah. Siapa yang membocorkan rahasianya? Ia teringat saat Park berbincang-bincang dengan ayah Tae Moo, dan menduga Park Ha lah biang keroknya.
Hhhh… nggak semua orang seperti dirimu, princess. Suka ngadu dan suka berbuat jahat..
Ia pergi ke rumah Park Ha untuk mengkonfrontasi, tapi ia melihat Park Ha sedang tertidur. Ia melihat ada catatan dari Yi Gak, “Jika kau sudah bangun, temui aku di bawah jembatan sungai Han jam 7 malam nanti.”
Sementara itu Yi Gak pergi membeli hadiah ulang tahun untuk Park Ha. Jepit rambut berbentuk bunga. Bunga terataikah? Atau bunga yang tersulam di saputangannya?
Park Ha terbangun dan menemukan pesan Yi Gak. Ia yang sudah merasa sehat, langsung berganti baju dan menata rambutnya. Walaupun ia ragu dengan dandanannya dan memilih-milih baju lagi, tapi akhirnya ia tetap pada penampilan awalnya.
Yi Gak menunggu Park Ha di tepi sungai Han. Hmm.. sepertinya ia sudah bisa mengendarai mobil. Dan saat ada yang memanggil namanya, ia menoleh berharap itu adalah Park Ha.
Tapi ternyata Se Na datang lebih dahulu. Ia memberi tahu Yi Gak kalau Park Ha masih sakit dan tak dapat menemuinya. Ia sebenarnya ingin memberitahu lewat telepon, tapi entah kenapa ia ingin bertemu dengan Yi Gak.
Se Na teringat kata-kata Yi Gak yang mengatakan kalau pada akhirnya ia akan menyukai Yi Gak. Dan ia bertanya jika itu benar, apa yang akan terjadi selanjutnya?
“Kau akan menikahiku,” kata Yi Gak percaya diri. Se Na meyakinkan kata-kata Yi Gak, jika ia menyukai Yi Gak, Yi Gak akan langsung menikahinya.
Yi Gak berpikir kalau Se Na menganggap dirinya terburu-buru, maka ia mengatakan kalau mungkin Se Na tak menyukainya sekarang.
Tapi Se Na menyela dan berkata, “Selama ini aku mencoba mengingkari perasaanku tapi ternyata aku tak mampu. Aku sebenarnya menyukaimu.” Ia mengeluarkan saputangan dan mengangsurkannya pada Yi Gak sesuatu yang ia temukan.
Yi Gak kaget melihat saputangan itu. Apakah Se Na mencarinya sepanjang malam? Dan Se Na pun mengangguk membenarkan karena ia menganggapk saputangan ini sangat penting artinya bagi Yi Gak.
Dari kejauhan, Se Na melihat Park Ha berjalan menuju mereka. Yi Gak berterima kasih karena Se Na mau bersusah payah mencarinya. Dan betapa terkejutnya ia saat Se Na maju dan memeluknya. Tapi ia tak menolaknya.
Park Ha yang akhirnya melihat mereka berdua, kaget karena melihat Yi Gak memeluk Se Na. Dan Se Na pun balas menciumnya.
Park Ha berbalik dan melangkah pergi, tak menyadari kalau Se Na hanya berpura-pura mencium Yi Gak. Tapi nasi sudah menjadi bubur, karena hati itu patah lagi.

source : http://www.kutudrama.com/2012/04/sinopsis-rooftop-prince-episode-9-1.html and http://www.kutudrama.com/2012/04/sinopsis-rooftop-prince-episode-9-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment