Setelah menampar Park Ha, Nenek
keluar dari rumah loteng tanpa mendengarkan penjelasan Park Ha. Diikuti oleh
Tante dan Se Na, di halaman Nenek menyuruh Se Na untuk menelepon Tae Young
karena ia ingin berbicara padanya.
Se Na masuk
kembali menemui Park Ha. Ia memberitahukan kalau Nenek menyuruhnya untuk datang
ke rumah. Rupanya nenek sudah tak percaya lagi pada Park Ha dan ingin
mengkonfrontasikan ucapan Park Ha dengan Tae Young.
Dengan sinis, Se Na menyindir
Park Ha yang mampu menjadi wanita yang diluar dugaannya.
Yi Gak dan Park Ha menghadap
Nenek dan Tante. Yi Gak meyakinkan nenek kalau semuanya ini adalah salah paham.
Ia tak pernah bertemu dengan Park Ha di Amerika.
“Bagaimana mungkin kau mengatakan
hal itu, padahal kau tak ingat apapun?” selidik Nenek. Yi Gak tak dapat
menjawabnya.
Nenek menunjukkan sketsa buatan
Tae Young, dan ia bertanya pada Yi Gak, apakah ia mengingatnya? Perlahan Yi Gak
menjawab jujur kalau ia tak mengingatnya. Nenek langsung menggunakan kata-kata
Yi Gak, untuk menyerang Park Ha, “Kau sudah mengenal Tae Young di Amerika. Kau
tahu kalau Tae Young hilang ingatan. Maka kau mendekatinya dan berhasil
mengambil hatinya. Ini sudah jelas sekali.”
Park Ha meminta Nenek untuk
mengerti kalau semuanya ini adalah kesalahpahaman. Nenek langsung memojokkan
Park Ha, “Apa kau pikir ia bukan Tae Young? Lalu menurutmu siapa pria ini?”
Tak dapat membuka identitas Yi
Gak, Park Ha hanya terdiam. Yi Gak akhirnya yang membela Park Ha, Park Ha bukan
gadis yang seperti disangka Nenek. Tante malah menunjukkan sikap Yi Gak yang
mudah tertipu yang seperti ini yang membuat Yi Gak gampang diperalat oleh Park
Ha.
“Aku tak mudah tertipu, Nek,”
sergah Yi Gak. “Aku menyukainya. Karena aku menyukainya.”
Semuanya kaget, bahkan termasuk
Park Ha. Park Ha terkesima mendengar ucapan Yi Gak.
“Karena aku menyukainya, maka aku mengikutinya bahkan menumpang di rumah loteng. Walaupun ia berkali-kali menyuruhku keluar, tapi aku bersikeras tetap tinggal di sana. Karena aku menyukainya.” |
Aww.. so sweet. Walaupun Park Ha tahu kalau apa yang dikatakan Yi Gak untuk melindunginya, tapi tetap saja.. so sweet.
Tapi nenek malah menganggap Park Ha seorang
pembohong. Berdasarkan kata-kata Yi Gak, berarti mereka memiliki hubungan
khusus. Padahal sebelumnya Park Ha meyakinkan nenek kalau ia dan Yi Gak tak
memiliki hubungan apapun. Saking marahnya, nenek berjanji
akan mengusir Park Ha dari rumah loteng dan mengeluarkan Park Ha dari
perusahaan.
Yi Gak mencoba mencegah keputusan
Nenek. Tapi Yi Gak malah disuruh keluar juga dari rumah.
Di luar, Yi Gak berkata kalau
Park Ha mengalami semuanya ini untuk melindunginya. Jika saja saat itu ia tak mengaku sebagai Tae
Young, Park Ha tak akan mengalaminya.
Park Ha mengatakan kalau Yi Gak telah mempertaruhkan nyawanya untuk
berpura-pura sebagai Tae Young.
“Apakah itu alasanmu
melindungiku?” tanya Yi Gak. Park Ha tak tahu. Ia benar-benar tak tahu
alasannya.
Yi Gak menyuruh Park Ha untuk
pulang ke rumah sekarang dan ia berlutut di halaman rumah nenek. Park Ha
terkejut melihat Yi Gak berlutut dan bertanya apa yang sedang Yi Gak lakukan?
Yi Gak tak menjawab, malah menyuruh Park Ha segera pulang.
Di rumah, Park Ha menceritakan
apa yang sedang terjadi. Man Bo menenangkan Park Ha kalau Yi Gak akan menyelesaikan semuanya. Young
Sul pun menambahkan kalau Park Ha tak perlu khawatir karena Park Ha memiliki
mereka yang akan mendukungnya.
Man Bo mencibir kata-kata Young
Sul yang tak mengena. Bukankah karena mereka, Park Ha mengalami semuanya ini?
Mereka pun bertengkar hingga Chi San harus melerai mereka berdua.
Yi Gak masih melakukan aksi
protesnya. Ia bertahan tetap berlutut, tak mau bangkit di tengah dinginnnya
malam. Tante yang selalu mengintip dan terus memberi informasi pada nenek,
meminta nenek agar memanggil Yi Gak
masuk ke rumah. Nenek juga bertahan tak mau melakukannya. Toh Yi Gak melakukan
itu karena keinginannya sendiri.
Tante berkata kalau semua ini
terjadi karena nenek mengusir Park Ha dan mengeluarkannya dari perusahaan. Ia
meminta Nenek untuk menarik kembali keputusannya. Tapi nenek tak mau dan malah
masuk kamar.
Sepanjang malam, di tengah
dinginnya malam dan bunga sakura yang berguguran, Yi Gak berlutut di
halaman. Di rumah, Park Ha menanti dengan penuh kekhawatiran.
Hingga keesokan harinya. Akhirnya
nenek menyuruh pembantu untuk memanggil Yi Gak masuk ke dalam rumah.
Nenek bertanya tentang
hubungannya dengan Park Ha, apakah ia ingin menikahinya? Yi Gak mengatakan
tidak, karena ia sudah memiliki calon sendiri. Hal ini membuat nenek kaget,
apakah cucu sama dengan kakeknya yang playboy? Yi Gak membantah hal itu.
Nenek akhirnya memegang kata-kata
cucunya dan berjanji akan menganggap semuanya tak pernah terjadi.
Tertatih-tatih, Yi Gak
meninggalkan rumah nenek. Di luar ternyata Park Ha telah menunggunya. Rupanya
ia mengkhawatirkan Yi Gak yang berlutut semalaman.
Ia membimbing Yi Gak ke taman. Di
sana ia mengoleskan balsam penghilang nyeri. Yi Gak memandangi Park Ha yang
masih sibuk mengoleskan balsam, dan tersadar kalau ia memperhatikan Park Ha
terlalu lama. Sebelum ketahuan, ia mengalihkan pandangannya dan berkata kalau balsam
itu terasa gatal di kaki.
Ia hendak menghapus balsam itu, tapi Park Ha mencegahnya. Balsam itu
memang terasa gatal, tapi kemudian akan terasa panas dan
akan meringankan pegal kaki. Yi Gak mencoba mencium balsam itu, tapi
ternyata sangat tajam hingga matanya saja langsung terasa panas.
Park Ha meminta Yi Gak untuk tak melakukan protes
dengan cara Joseon. Lebih baik diselesaikan dengan kata-kata saja.
Atas nama nenek, Yi Gak meminta
maaf pada Park Ha. Park Ha tak mempermasalahkan hal itu. Tapi tidak bagi Yi
Gak, “Aku mencegahmu kembali ke Amerika dan berjanji untuk selalu memberikan
kenangan yang indah. Tapi sekarang aku malah mengalami semua ini. Aku tak tahu
harus berkata apa.”
Park Ha mengatakan tak masalah.
Sambil memandang Park Ha, Yi Gak menggenggam tangan Park Ha dan meminta maaf, membuat Park
Ha terharu dan menangis.
Ia berpura-pura matanya kelilipan dan menggosok matanya dengan tangan. Ia lupa kalau tangannya
penuh balsam. Jadinya matanya sekarang pedih dan ia benar-benar menangis. Ia
panik, blingsatan merasakan panasnya balsam itu.
Tae Moo membawakan sarapan untuk
Se Na. Ia ingin selalu makan bersama Se Na dan mengajaknya untuk menikah. Se Na
tak menjawab hanya tersenyum kalau ia akan makan banyak.
Tae Moo memperhatikan
kalau hari ini Se Na memakai cincin pemberian CEO Jang. Ia langsung teringat
pada putri yang sedang dicari oleh CEO Jang, dan mengatakan rencananya untuk
segera menemukan putri CEO Jang dan menariknya ke pihaknya sebelum ditarik ke
pihak nenek.
Kata-kata Tae Moo membuat Se Na
tak tenang. Apalagi di kantor ia melihat Park Ha tetap bekerja seperti biasa,
dan masih bisa berjalan bersama Yi Gak. Bagaimana mungkin semua ini bisa
terjadi?
Dari Tante ia mendapat informasi
kalau Tae Young berlutut sepanjang malam di halaman dan mengakui perasaan sukanya
pada Park Ha. Park Ha tak pernah menipu Tae Young, tapi ia sendiri yang memilih
untuk tinggal bersama dengan Park Ha.
Se Na berpura-pura tenang
mendengarnya dan mengatakan jika Tae Young memang menyukai Park Ha maka ia akan
mundur. Mendengar kata-kata Se Na seperti malaikat, Tante malah menyuruh Se Na untuk segera mendekati Tae
Young, dan tak usah bersikap baik lagi pada Park Ha.
Ketiga Joseoners melihat
seseorang yang ingin menemui Park Ha. Dengan kemampuan fotografiknya yang sudah
digital, Man Bo mengenali pria tersebut. Pria kencan matseonnya Park Ha!
Mereka langsung menghadang Yeom.
Dengan sikap mengancam, mereka menanyakan alasan kedatangan Yeom ke sini.
Bukankah Park Ha telah meninggalkannya?
Yeom mengatakan kalau ia datang
untuk memberikan kue buatannya sendiri untuk Park Ha yang akan berulang tahun
pada esok hari. Tapi karena besok ia harus mengawal murid-muridnya pergi
berwisata, dan tak dapat mengucapkan selamat ulang tahun, maka ia ingin melakukannya
hari ini.
Ketiganya kaget dengan informasi
baru ini, tapi mereka menutupinya dengan baik. Tetap dengan sikap mengancam
mereka menyuruh Yeom untuk menyerahkan hadiah pada mereka saja. Mereka akan
menyampaikan hadiah itu pada Park Ha.
Tapi Yeom tak mau. Sesaat terjadi
tarik menarik antara Chi San dan Yeom. Tapi Yeom mundur teratur saat Young Sul berdiri
di hadapannya dengan sikap mengancam yang lebih menakutkan dari teman-temannya.
Ayah Tae Moo memanggil Se Na
untuk menyuruhnya mengundurkan diri segera. Jika Se Na mau, ia dapat mencarikan
pekerjaan di perusahaan lain. Ia dan Tae Moo sudah berusaha keras untuk
mendapatkan posisi mereka sekarang, dan mereka tak akan berhenti hanya sampai
sini saja.
Se Na memahami perasaan ayah Tae
Moo. Kata-kata itu membuat ayah senang. Tapi Se Na meneruskan, “Tapi jika Ibu
Presiden tahu kalau saya sudah berpacaran dengan Tae Moo selama 2 tahun,
padahal selama itu pula saya menjadi sekretarisnya, mungkin akan membuat posisi
Bapak dan Tae Moo dalam masalah. Berbagai dokumen rahasia selalu melalui tangan
saya.”
Dengan senyum manis, Se Na
melanjutkan, kalau ia keluar dari perusahaan akan membuat ayah dan Tae Moo dalam
posisi sulit. Ia kemudian minta diri untuk pamit, meninggalkan ayah yang
menduga-duga apakah Se Na sedang mengancamnya.
Mau tak mau ketiga Joseoners harus
mengakui kalau kue yang dibuat Yeom sangat indah. Tapi mereka tak bisa
membiarkan kue itu sampai ke tangan Park Ha. Maka jalan satu-satunya adalah
memberikan pada orang lain.
Targetnya adalah bos mereka,
Pyo Taek Soo. Mereka hompimpa, siapa yang ketiban sampur untuk memberikannya
pada Taek Soo.
Dan sampur jatuh pada Chi San. Walaupun
enggan, Chi San tetap melakukanya. Chi San menemui Taek Soo dan memberikan
kotak kue sambil berkata, “Ini adalah ungkapan perasaan yang tak bisa saya
ungkapkan pada Bapak. Mohon diterima.”
Taek Soo terkejut dan tak
menyangka kalau Chi San yang sedikit feminin ternyata baik juga. Betapa
senangnya saat ia menemukan kue tart di dalam box itu. Dan kartu yang menyertainya.
LOL. Rupanya ketiga Joseoners tak
menyadari ada kartu di dalamnya. Dalam kartu itu tertulis, “Sejak pandangan
pertama, aku sudah jatuh cinta padamu. Setiap hari, setiap aku membuka mataku,
aku ingin melihatmu.”
LOL.LOL.LOL..
Taek Soo terkejut dengan
kata-kata puitis ‘Chi San’. Ia melihat
Chi San masih menunggu di belakang pintu dan tangannya membentuk tanda hati dan memberikan padanya.
Bwahaha.. Taek Soo membanting
kartu itu marah, merasa hampir gila. Ia mengomel kalau semua orang di sekitarnya
adalah orang aneh. Pantas saja kalau ia mengira Chi San sangatlah feminin..
*Yang terlintas di pikiran saya,
adalah apa yang terjadi kalau Young Sul yang kalah hompimpa.. Kekeke..*
Se Na melihat Park Ha memberikan
katalog pada Ayah Tae Moo. Ia tak menyapa mereka.
Se Na mengajari Yi Gak cara
bermain squash yang benar. Dari bagaimana cara memegang raket hingga cara
berdiri yang benar. Selama itu pula Yi Gak selalu terkenang pada istrinya Hwa
Young.
Mereka berlatih selama beberapa
lama. Saat istirahat, melihat Se Na mengeluarkan banyak keringat, Yi Gak
memberikan saputangan sulam kupu-kupu. Se Na mengagumi keindahan saputangan itu
dan Yi Gak bertanya apakah Se Na baru pertama kali melihat saputangan ini?
Se Na menjawab baru pertama kali.
Yi Gak bertanya lagi, apakah ia tak merasakan sesuatu melihat sulaman kupu-kupu
itu? Se Na tak merasakan apapun.
Pulangnya, Yi Gak diantar Se Na
sampai depan rumah. Se Na merasa haus dan ingin mampir untuk minum. Tentu saja
Yi Gak langsung menawarinya untuk singgah dulu.
Di dalam rumah, Park Ha sedang
berkutat dengan pakaian. Ada kotak pakaian yang akan disumbangkan ada pula
pakaian yang akan dicuci. Melihat kedatangan Yi Gak bersama Se Na, moodnya
langsung jelek. Apalagi Yi Gak menyuruhnya untuk mengambilkan minuman untuk Se
Na.
Yi Gak seperti tak sadar akan
ketegangan yang terjadi di antara kedua wanita itu. Ia malah berkata pada Se Na
kalau Park Ha akan mencuci dan menyuruh Park Ha untuk mencucikan saputangannya.
Ia berpesan agar Park Ha mencucinya dengan hati-hati. Tidak boleh rusak
sedikitpun. Kata-kata Yi Gak membuat kesal Park Ha.
Hhh.. saya juga kesal dengernya.
Memang Park Ha pembantunya Yi Gak?
Park Ha langsung mengomel,
menyuruh Yi Gak untuk mencucinya sendiri jika merasa saputangan itu sangat
penting baginya. Dilemparnya saputangan itu ke keranjang cuci, namun meleset
dan masuk ke kotak baju yang akan disumbangkan.
Tak mau berlama-lama di rumah, ia
meninggalkan Yi Gak dan Se Na untuk memberikan kotak baju yang akan
disumbangkan.
Sebelum keluar, ia masih mendengar
kata-kata Se Na dan Yi Gak yang saling memuji keahlian berolahraga mereka.
Saking kesalnya, ia tak melihat kalau ia menjatuhkan saputangan Yi Gak di
halaman.
Ketiga joseoners memutuskan untuk
membuat kue ulang tahun untuk Park Ha. Mereka pergi ke toko yang membolehkan
pembeli untuk membuat kue ulang tahun sendiri. Pada pelayan toko, Young Sul
berkata kalau mereka ingin membuat kue sebesar rumah.
Tentu saja pelayan toko itu
bingung mendengar permintaan Young Sul yang aneh. Untung Man Bo segera
menjelaskan kalau mereka ingin membuat kue yang sangat besar.
Se Na mengompres tangan Yi Gak
yang nanti akan terasa sakit, karena tangan Yi Gak tak pernah melakukan
olahraga berat. Setelah itu ia pamit pulang. Ia mencegah Yi Gak
untuk mengantarnya karena tangan Yi Gak masih harus tetap dikompres.
Dan di luar ia menemukan
saputangan Yi Gak. Teringat kalau saputangan itu diberikan pada Park Ha untuk
dicuci beserta pesan untuk memperlakukannya dengan istimewa, maka Se Na mengambil
saputangan itu dan menyimpannya dalam tas tangannya.
Tanpa sepengetahuan kedua
anaknya, Ibu mengundang Se Na dan Park Ha secara terpisah, untuk berkumpul.
Dalam acara apa, ibu tak memberitahukan. Setelah Se Na dan Park Ha datang, ibu
baru mengatakan kalau ibu ingin merayakan hari ulang tahun Park Ha.
Se Na sangat kesal karena ibu tak
memberitahukan dulu padanya. Ia ingin pergi meninggalkan acara itu, tapi ibu
menyuruhnya untuk tetap tinggal, begitu pula dengan Park Ha. Park Ha hanya
terdiam dan memakan hidangan ibu.
Cincin biru besar yang dipakai Se
Na menarik perhatian ibu yang belum pernah melihat cincin Se Na itu sebelumnya.
Apakah Se Na baru saja membelinya? Dengan singkat Se Na menjelaskan kalau
seseorang memberikan cincin itu padanya, dan tidak, ibu tak mengenal orang itu.
Ibu tak berkomentar lagi, malah menyuruh Park Ha untuk makan lebih banyak lagi.
Park Ha pun menjawab, “Ya, Bu.”
Park Ha memanggil ibu langsung
disambar oleh Se Na. Se Na menyuruh Park Ha untuk mengulangi kata-katanya dulu,
yang tak akan menganggap Se Na sebagai keluarganya. Ibu tak tahu maksud Se Na.
Dan dengan licik Se Na
membalikkan kata-kata Park Ha, “Ia menuduhku telah
meninggalkannya sewaktu kecil dan menghancurkan hidupnya.”
Ibu kaget mendengarnya dan
berkata pada Park Ha kalau hal itu tak benar. Park Ha meminta Se Na untuk berhenti,
tapi Se Na tak mau. Park Ha telah memulainya lebih dahulu dan sekarang Park Ha
memintanya untuk berhenti? “Apakah ingatanmu telah kembali? Dan sekarang kau
berkata sesuka hatimu? Dan mana buktinya? Kau hanya mengarang jika kau berkata
tanpa bukti.”
Se Na berdiri dengan marah dan
berkata pada ibu, “Bu, dengar baik-baik, ya. Aku tak sudi punya keluarga
seperti dia. Jadi jangan undang aku dalam acara yang melibatkan dia.”
Se Na pun pergi meninggalkan ibu
yang tampak marah pada Park Ha.
Ketiga Joseoners menghias kue
dengan krim. Mulanya mereka melakukannya dengan belepotan. Tapi lama-lama
mereka semakin ahli, bahkan bias membuat lengkung-lengkung cantik di atas kue
itu. Dan permintaan Young Sul ternyata tak main-main. Mereka benar-benar
membuat kue yang saaangat besar.
Tak hanya satu atau dua susun.
Tapi empat susun. Ckckckck… macam kue pengantin saja.
*Sepertinya yang dimaksud dengan
membuat kue sendiri adalah menghias kue sendiri. Kue dasarnya sudah disediakan
dari toko. Tapi tetap saja. Menghias empat kue tart sekaligus? Wow!*
Mereka menyimpan kue tart itu di
dalam lemari es, membuat Yi Gak bertanya-tanya mengapa mereka membuat kue
sebesar itu? Besok kan bukan hari spesial?
Young Sul memberitahu kalau besok adalah hari ulang tahun Park Ha
dan mereka membuat kue untuk merayakannya. Ia bahkan berani bertanya di depan
muka Yi Gak, apa yang akan mereka lakukan untuk pesta besok?
Yi Gak tak suka dengan keberanian
Young Sul yang berkata di depan wajahnya langsung. Ini pangeran, gitu loh..
Young Sul langsung mundur dan meminta maaf atas kelakuannya.
Yi Gak merasa kue ulang tahun
sudah cukup banyak, dan tak ada lagi yang perlu dipersiapkan. Ketiga abdi itu
tak mendesak Yi Gak, tapi mereka tak puas. Maka mereka mencari Becky dan Mimi
untuk mempersiapkan acara ulang tahun Park Ha.
Sayangnya mereka berdua tak dapat
ikut acara ulang tahun karena Becky akan manggung di luar kota dan Mimi sudah
setuju untuk menemaninya. Tapi mereka memberitahu apa saja yang harus
dipersiapkan.
Pada dasarnya pesta ulang tahun
memiliki 4 elemen, yaitu kue, topi ulang tahun, kembang api dan lagu happy
birthday. Mereka sudah memiliki kue, topi dan kembang api bisa dibeli, kurang
satu lagu happy birthday.
Mimi dan Becky mengajarkan cara bernyanyi
dengan seimut mungkin. Namun hasilnya, ketiga joseoners menirukannya dengan
sejayus mungkin. Mimi dan Becky hanya dapat mengerutkan kening, mau mengkritik
gerakan mereka, tapi kok ya kasihan.. Akhirnya mereka membiarkan ketiganya
bernyanyi dengan gaya jayus.
Akhirnya Park Ha menyadari kalau
saputangan Yi Gak telah hilang dan sekarang ia mencari-cari ke seluruh penjuru
rumah. Yi Gak tak membantu mencari, malah menyalahkan Park Ha yang ceroboh.
Bukankah sebelumnya ia sudah pernah mengatakan kalau sapu tangan itu sangat berharga? Kenapa Park
Ha tak mengindahkan kata-katanya?
Park Ha bertanya apakah sapu
tangan itu benar-benar sangat berharga?
“Tentu saja. Sapu tangan itu jauh
lebih berharga daripada semua yang kau miliki,” jawab Yi Gak.
Park Ha merasa bersalah dan
menawarkan untuk membelikan saputangan baru sebagai pengganti saputangan yang
hilang.
Mendengar hal itu Yi Gak
meradang, “Tak ada yang dapat menggantikannya. Kau itu bodoh atau jahat, sih?
Sapu tangan itu hanya ada satu di dunia ini.”
Terluka mendengar hinaan Yi Gak,
tapi tak dapat membalas karena ia memang bersalah, Park Ha hanya bisa menjawab
kalau ia akan mencarinya sampai ketemu.
Di atas Chi San, Young Sul dan
Man Bo mendengar pertengkaran Yi Gak dan Park Ha. Mereka khawatir masalah ini
membuat acara ulang tahun Park Ha besok akan gagal. Maka mereka berinisiatif
untuk mempersiapkan sendiri. Young Sul kebagian tugas untuk membeli lilin kue,
topi ulang tahun dan kembang api untuk besok.
Dan Young Sul segera kembali
membawa semuanya. Makanan kecil dan bubur kacang merah. Rupanya Young Sul salah
dengar, mengira makanan kecil (kko kal) padahal seharusnya topi ulang tahun (go
kkal). Ia membeli bubur kacang merah (pat jook) padahal seharusnya kembang api
(pok jook).
Man Bo dan Chi san mencoba
memberitahukan pelafalan yang benar, tapi yang didengar dan dikatakan Young Sul
tetap sama, makanan kecil (kko kal) dan bubur kacang merah (pat jook). Hal ini
membuat Chi San kesal dan bertanya, apakah Young Sul dapat menggunakan
telinganya dengan benar?
Dengan polos Young Sul menjawab
kalau ia benar-benar dapat menggerakkan telinganya. Dan ia pun mencontohkan
dengan menggerak-gerakkan telinganya.
LOL. Tetap salah dengar juga.
Park Ha mendatangi tempat
pengumpulan baju bekas dan meminta ijin untuk mencari saputangan. Manajer
tempat itu agak ragu, tapi mengijinkan Park Ha. Bukan apa-apa, tapi tumpukan
baju bekas itu bukan hanya banyak tapi buaanyaaakk sekali. Menggunung hingga
memenuhi gudang.
Park Ha tetap tak mau menyerah.
Ia akan mencoba mencarinya. Manajer itu juga mengatakan kalau Park Ha harus
melakukannya malam ini karena besok pakaian ini akan diangkut pergi.
Sepanjang malam Park Ha mencari
secarik kain berwarna putih.
Sepanjang malam itu pula, Yi Gak menunggu
kepulangan Park Ha. Tapi Park Ha tak kunjung pulang, karena ia belum menemukan
sapu tangan itu.
Yang tak akan pernah ditemukan
karena sapu tangan itu sekarang sedang dipegang oleh Se Na.
Keesokan harinya, Park Ha pulang dengan
lelah. Mendengar suara Park Ha, Yi Gak keluar kamar dan bertanya, “Kemana saja
kau pergi? Kenapa kau tak menjawab teleponku? Bukankah aku pernah menyuruh agar
kau harus selalu bisa kuhubungi setiap saat?”
Dengan lesu Park Ha berkata, “Aku
tak dapat menerima karena handphone-ku mati. “
“Apakah kau mencari saputangan
itu semalaman?” tanya Yi Gak melunak.
“Maafkan aku, karena aku tak
dapat menemukannya,” jawab Park Ha pelan.
Tak disangka, Yi Gak tak
marah-marah lagi seperti kemarin, membuat Park Ha heran. Ia malah meminta Park
Ha untuk melupakan permintaannya dan menyuruhnya untuk segera beristirahat.
Saat sarapan, ketiga Joseoners
hanya minum air putih. Yi Gak datang dan Man Bo memberitahukan kalau pagi ini
tak ada sarapan karena Park Ha sakit.
Yi Gak masuk ke kamar Park Ha
untuk melihat kondisi Park Ha. Park Ha beralasan ia tak enak badan karena
kemarin malam ia tak tidur. Ia akan merasa baikan setelah ia tidur.
Yi Gak membuka selimut dan
mengambil tangan Park Ha, mengejutkan Park Ha. Tapi Yi Gak malah menyuruh Park Ha diam,
“Aku akan memeriksa kondisimu.”
“Apakah kau bisa membaca denyut
nadi?” tanya Park Ha heran.
Yi Gak menyuruh Park Ha diam.
Tapi setelah ia memeriksa denyut nadi Park Ha, Yi Gak langsung pergi tanpa
memberitahukan apa penyakitnya. Maka sebelum Yi Gak keluar kamar, ia bertanya,
“Apa penyakitku?”
“Da-mal-jeung,” jawab Yi Gak
pendek.
Park Ha belum pernah mendengar
nama penyakit itu. Maka ia bertanya, ”Da mal jeung? Penyakit apa itu?”
“Penyakit terlalu banyak bicara,”
tukas Yi Gak sambil keluar kamar.
LOL. Orang lagi sakit kok malah
dihina.
Yi Gak menulis resep dan meminta
Chi San untuk menebusnya di toko obat tradisional. Ia juga menyuruh Chi San untuk
membeli arang, tungku dan panci untuk merebus obat. Ia memikirkan Park Ha yang
tergeletak di tempat tidur dan bergumam, “Hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Tapi ia malah sakit dan tak dapat beristirahat.”
Ayah Tae Moo mencoba mencari
kelemahan Se Na dan meminta Soo Bong untuk
memberikan informasi rahasia seputar Se Na dan Tae Moo. Mulanya Soo Bong
tak mau, tapi karena ayah mengancamnya, ia memberitahukan kalau Se Na tinggal
di apartemen milik Tae Moo.
Ayah pergi mencari apartemen itu.
Tak sengaja ia bertemu dengan seorang wanita yang meminjam pena padanya. Wanita
itu menulis pesan di sebuah kertas, menyelipkannya di pintu dan mengembalikan
bolpen itu lagi. Setelah wanita itu pergi, ayah mengambil pesan itu dan
membacanya. Ia tersenyum saat melihat nama Sena dan ‘Ibu’ di sebuah kertas bon
toko di pasar.
Dan satu rahasia Se Na telah
terungkap.
Park Ha terbangun dan mendapati
Young Sul sedang membuat obat dengan cara tradisional di halaman rumah. Ia agak
skeptis, dan bertanya apakah obat itu dapat menyembuhkannya?
Young Sul menenangkannya, “Yang
mulia banyak belajar tentang ilmu pengobatan. “
“Obat yang paling mujarab adalah
ketika kau mempercayainya,” Yi Gak tiba-tiba muncul di halaman.
Rupanya ia
pulang untuk menjenguk Park Ha. Setelah melihat obat telah siap, Yi Gak
menyuruh Park Ha minum obat dalam rumah dan meminta Young Sul untuk kembali ke
kantor.
Park Ha naik ke tempat tidur dan
minum obat yang disodorkan Yi Gak. Namanya obat tradision, tentu saja obat itu
pahit. Park Ha mengernyit merasakan cairan obat yang masuk ke tenggorokannya.
Yi Gak memberikan obat penawar
rasa pahit, yaitu permen peppermint. Park Ha mengunyah Park Ha. Memikirkan itu,
Yi Gak tersenyum senang melihat Park Ha mengunyah permen itu.
“Setelah meminumnya, kau akan
merasa mengantuk. Tapi saat kau bangun nanti, tubuhmu akan terasa segar,” kata
Yi Gak.
“Aku minta maaf telah
menghilangkan saputanganmu,” kata Park Ha yang masih merasa bersalah.
Yi Gak tak mempermasalahkannya
lagi. Menurutnya, kalau saputangan itu memang miliknya, pasti saputangan itu
akan kembali lagi. Yi Gak melihat kartu pos yang bergambar sketsa diri Park Ha
dan bertanya, sebenarnya apa yang telah terjadi? Park Ha tak tahu, ia pun ingin
tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Foto itu benar-benar foto dirimu.
Pelukis gambar itu benar-benar Tae Young. Tapi kau tak pernah bertemu dengan
Tae Young,” Yi Gak mencoba menganalisa. “Saat Tae Young menggambar foto ini,
dia jelas-jelas masih hidup. Tapi saat kau menunggu untuk bertemu dengannya,
mungkin saat itu ia telah meninggal.”
“Apakah yang kukatakan ini masuk akal? Atau
tak masuk akal?” Tak mendapat respon apapun, ia kembali bertanya, “apakah tak
masuk akal?”
Yi Gak menoleh pada Park Ha yang
telah tertidur pulas. Aww.. ternyata tadi Yi Gak mendongengkan cerita sebelum
tidur.
Yi Gak tersenyum melihatnya dan
menyelimuti Park Ha sebelum ia meninggalkan kamar.
Dengan memegang rahasia Se Na,
ayah Tae Moo menemui Se Na dengan ceria. Ia menyuruh Se Na untuk mengungkapkan
rahasianya dan Tae Moo ke Nenek. Toh Nenek tak akan percaya pada Se Na yang berbohong
memiliki ibu yang menjadi dosen di Inggris (Oxford? Cambridge?) padahal ia
hanya penjual ikan di pasar.
Se Na gemetar, bukan ketakutan
tapi marah. Siapa yang membocorkan rahasianya? Ia teringat saat Park
berbincang-bincang dengan ayah Tae Moo, dan menduga Park Ha lah biang keroknya.
Hhhh… nggak semua orang seperti
dirimu, princess. Suka ngadu dan suka berbuat jahat..
Ia pergi ke rumah Park Ha untuk
mengkonfrontasi, tapi ia melihat Park Ha sedang tertidur. Ia melihat ada
catatan dari Yi Gak, “Jika kau sudah bangun, temui aku di bawah jembatan sungai
Han jam 7 malam nanti.”
Sementara itu Yi Gak pergi
membeli hadiah ulang tahun untuk Park Ha. Jepit rambut berbentuk bunga. Bunga
terataikah? Atau bunga yang tersulam di saputangannya?
Park Ha terbangun dan menemukan
pesan Yi Gak. Ia yang sudah merasa sehat, langsung berganti baju dan menata
rambutnya. Walaupun ia ragu dengan dandanannya dan memilih-milih baju lagi,
tapi akhirnya ia tetap pada penampilan awalnya.
Yi Gak menunggu Park Ha di tepi
sungai Han. Hmm.. sepertinya ia sudah bisa mengendarai mobil. Dan saat ada yang
memanggil namanya, ia menoleh berharap itu adalah Park Ha.
Tapi ternyata Se Na datang lebih
dahulu. Ia memberi tahu Yi Gak kalau Park Ha masih sakit dan tak dapat
menemuinya. Ia sebenarnya ingin memberitahu lewat telepon, tapi entah kenapa ia
ingin bertemu dengan Yi Gak.
Se Na teringat kata-kata Yi Gak
yang mengatakan kalau pada akhirnya ia akan menyukai Yi Gak. Dan ia bertanya
jika itu benar, apa yang akan terjadi selanjutnya?
“Kau akan menikahiku,” kata Yi
Gak percaya diri. Se Na meyakinkan kata-kata Yi Gak, jika ia menyukai Yi Gak,
Yi Gak akan langsung menikahinya.
Yi Gak berpikir kalau Se Na
menganggap dirinya terburu-buru, maka ia mengatakan kalau mungkin Se Na tak
menyukainya sekarang.
Tapi Se Na menyela dan berkata,
“Selama ini aku mencoba mengingkari perasaanku tapi ternyata aku tak mampu. Aku
sebenarnya menyukaimu.” Ia mengeluarkan saputangan dan mengangsurkannya pada Yi
Gak sesuatu yang ia temukan.
Yi Gak kaget melihat saputangan itu.
Apakah Se Na mencarinya sepanjang malam? Dan Se Na pun mengangguk membenarkan
karena ia menganggapk saputangan ini sangat penting artinya bagi Yi Gak.
Dari kejauhan, Se Na melihat Park
Ha berjalan menuju mereka. Yi Gak berterima kasih karena Se Na mau bersusah
payah mencarinya. Dan betapa terkejutnya ia saat Se Na maju dan memeluknya.
Tapi ia tak menolaknya.
Park Ha yang akhirnya melihat
mereka berdua, kaget karena melihat Yi Gak memeluk Se Na. Dan Se Na pun balas
menciumnya.
Park Ha berbalik dan melangkah
pergi, tak menyadari kalau Se Na hanya berpura-pura mencium Yi Gak. Tapi nasi
sudah menjadi bubur, karena hati itu patah lagi.
source : http://www.kutudrama.com/2012/04/sinopsis-rooftop-prince-episode-9-1.html and http://www.kutudrama.com/2012/04/sinopsis-rooftop-prince-episode-9-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment