Tapi akhirnya ia memilih mengejar Park Ha (yay!) meninggalkan Se Na yang menatap kepergian Yi Gak dengan sedikit kecewa.
Di luar Park Ha sudah menghentikan taksi tapi ia urung masuk karena Yi
Gak menahan bahunya. Park Ha menepis tangan Yi Gak, tapi Yi Gak tetap
keras kepala, ia kembali menahan bahu Park Ha, “Apa yang terjadi? Kenapa
kau menatapku seperti ini? Kau harus mengatakannya padaku.”
Tapi Park Ha hanya mendelik marah pada Yi Gak, tapi tak mengucap satu
katapun. Ia menyingkirkan tangan Yi Gak lagi dan kali ini ia masuk ke
taksi sebelum Yi Gak dapat mencegahnya.
Park Ha mengunjungi ibu yang senang melihat Park Ha. Tapi begitu CEO
Jang datang, ia menyuruh Park Ha untuk keluar makan malam terlebih
dahulu. CEO Jang terlihat tertarik pada Park Ha. Tapi ibu mengatakan
dengan ketus kalau Park Ha bukanlah anak yang CEO Jang cari.
CEO Jang mengatakan kalau kedatangannya bukanlah untuk mengambil kembali
anaknya. Sejak ia menyerahkannya 29 tahun yang lalu, ia telah berjanji
untuk tak mengambil lagi anaknya. Dan ia sadar kalau ia harus memegang
janji itu. Empat tahun yang lalu ia berjuang untuk mengatasi kanker, dan
sekarang setelah sembuh, ia hanya ingin melihat kondisi anaknya saja.
Setelah kata-kata CEO Jang yang melegakan itu, sikap ibu tak ketus lagi dan ia mulai bersikap baik pada CEO Jang.
Setelah Park Ha pergi, CEO Jang bercerita kalau setelah meninggalkan
anaknya pada ibu, ia menikah lagi. Namun pernikahannya itu juga tak
bertahan lama. Ia kemudian pergi ke Hongkong dan menikah lagi dengan
seorang pria yang bertahan sampai sekarang.
Ibu bertanya apakah temannya memiliki anak lagi. Dengan sedih CEO Jang
mengakui kalau pada Pada pernikahannya di Hongkong, ia tak memiliki
anak. Namun di pernikahannya yang kedua, ia memiliki anak lagi namun ia
meninggalkan anak itu.
Menceritakan kisah hidupnya yang ternyata tak seindah jabatannya, membuat CEO sedih dan ia menutupi dengan mengambil minum.
Menceritakan kisah hidupnya yang ternyata tak seindah jabatannya, membuat CEO sedih dan ia menutupi dengan mengambil minum.
Saat ibu ditinggal sendiri, datanglah Se Na yang mengkhawatirkan ibunya.
Ibu berusaha menyuruh Se Na pergi sebelum CEO Jang datang. Namun dari
kejauhan CEO Jang sudah melihat Se Na tapi ia tak mendekati mereka.
Park Ha turun dari bis, masih dengan mood yang jelek. Jadi saat Yi Gak
menelepon menanyakan mana yang Park Ha pilih strawberi atau pisang, Park
Ha tak menjawab. Ia malah bertanya balik apa maksud Yi Gak mengatakan
mengatakan hal itu.
“Aku akan memberikannya padamu,” kata Yi Gak sambil menatap punggung Park Ha.
Tapi Park Ha tak menyadari keberadaan Yi Gak. Dengan ketus ia menjawab
kalau ia akan pulang telat dan menyuruh yang lain untuk tidur dulu atau
apalah, terserah mereka. Park Ha meninggalkan Yi Gak yang hanya bisa
kesal sendiri.
Park Ha duduk di bangku depan sungai dan mengingat kata-kata ibunya saat
memberikan foto keluarganya. Ia juga teringat bagaimana Se Na
mengacuhkan ibunya yang terkapar di jalan dan bagaimana gelang yang ia
sukai ada di pergelangan tangan Se Na. Betapa hari yang tak menyenangkan
untuknya.
Tiba-tiba terdengar suara orang menyedot minuman sampai habis. Park Ha
menoleh ke arah suara itu. Ternyata Yi Gak duduk di bangku sebelahnya
dan meminum susu strawberi.
Yi Gak menoleh ke Park Ha dan berkata, “Ah, kenyangnya karena aku minum keduanya, susu stroberi dan pisang.”
“Apa yang kau lakukan di sini?” bentak Park Ha.
“Apa yang kau juga lakukan di sini? Bukankah kau tadi mengatakan akan terlambat pulang?” tanya Yi Gak tak menanggapi pertanyaan Park Ha.
“Apa yang kau juga lakukan di sini? Bukankah kau tadi mengatakan akan terlambat pulang?” tanya Yi Gak tak menanggapi pertanyaan Park Ha.
“Berarti kau mengikutiku sejak dari halte bis?” tuduh Park Ha.
“Tak mungkin aku melakukannya,” bantah Yi Gak tapi ia melanjutkan, “Aku harus tahu mengapa kau marah padaku.”
Frustasi dengan percakapan ini, Park Ha meninggalkan Yi Gak sambil berkata, “Jangan memaksaku untuk bicara lagi!”
Di mobil caravan, ketiga pegawai sedang mencoba produk baru perusahaan,
alat pemijat dan pelangsing. Mereka setengah kegelian dan setengah
kesakitan dan meminta pertolongan Park Ha saat ia masuk caravan. Tapi
Park Ha yang sedang bad mood tak mau, malah mengusirnya keluar.
Ketiganya keluar dan Yi Gak yang duduk diluar bertanya apakah mereka disuruh keluar oleh seorang wanita?
Man Bo langsung mengomel kalau Park Ha bukanlah wanita, karena ia tak punya darah wanita sama sekali. Chi San pun menimpali kalau ia tak akan bertanya pada wanita kalau ini adalah jaman Joseon, dan ia menduga dengan kelakuan Park Ha seperti ini, Park Ha pasti hanya dapat menjadi pelayan rendahan di istana.
Man Bo langsung mengomel kalau Park Ha bukanlah wanita, karena ia tak punya darah wanita sama sekali. Chi San pun menimpali kalau ia tak akan bertanya pada wanita kalau ini adalah jaman Joseon, dan ia menduga dengan kelakuan Park Ha seperti ini, Park Ha pasti hanya dapat menjadi pelayan rendahan di istana.
Yi Gak tersenyum puas mendengar ocehan mereka yang menyumpahi Park Ha.
Namun ia merasa keanehan saat menatap Young Sul yang terdiam, dan Yi Gak
langsung bertanya padanya, “Kenapa kau tak berkata sepatah katapun?”
Young Sul memasang muka polos dan bertanya apa maksud Yi Gak. Tapi Chi
San juga merasakannya dan berkata, “Mencurigakan. Kau tak pernah
mengatai Park Ha dan selalu berterima kasih padanya.”
Wajah Yi Gak langsung berubah mendengar dugaan Man Bo. Young Sul buru-buru membantah, siapa yang menyukai Park Ha?
Untuk membuktikan hal itu, Yi Gak menyuruh Young Sul untuk mengeluarkan semua uneg-unegnya pada Park Ha sekarang.
Untuk membuktikan hal itu, Yi Gak menyuruh Young Sul untuk mengeluarkan semua uneg-unegnya pada Park Ha sekarang.
Sejenak Young Sul ragu-ragu, tapi setelah mengambil nafas panjang, ia
pun mulai, “Hamba.. bukannya hamba tak ingin mengucap yang jelek-jelek
tapi sudah berkali-kali rasanya hamba ingin memukulnya. Bagaimana
mungkin seorang wanita bisa menatap dengan menantang pada hamba dan
meneriaki hamba?
Yi Gak mengangguk-angguk puas mendengar kata-kata Young Sul. Begitu pula dengan Chi San dan Man Bo. Melihat hal itu Young Sul pun menambahkan,
“Jika hamba boleh melakukan, hamba akan melemparkannya ia ke udara dan membantingnya langsung ke tanah dan mendorongnya ke kubangan lumpur.”
Tapi kali ini Yi Gak tak bermuka puas, malah pura-pura tak melihatnya.
Begitu juga dengan Man Bo dan Chi San. Yang berarti satu hal, Park Ha
pasti ada di belakangnya!
LOL.. Dalam sehari, Young Sul harus sial dua kali? Bwahaha.. Kasihan, Young Sul..
Park Ha mendelik pada Young Sul yang hanya bisa diam terpaku. Ia membawa semua alat kesehatan dan menyorongkannya pada Young Sul, “Aku merasa tak enak pada kalian dan ingin mengajari cara memakai barang-barang ini. Tapi apa yang baru saja kau katakan? Melemparku ke udara? Membantingku ke tanah? Mendorongku ke kubangan lumpur? Kenapa tak membunuhku saja sekalian!”
Young Sul hanya dapat membisu tak dapat berkata apapun. Maka Park Ha pun menambahi, “Tak pernah kuduga kalau kau orang yang seperti itu, mengatakan hal-hal yang buruk di depan teman-teman yang lebih muda darimu. Kupikir kau benar seorang yang berbudi baik, ternyata kau hanya penggosip murahan!”
Park Ha pun masuk dan meninggalkan Young Sul. Sementara Yi Gak pura-pura
tak mendengar dan memperhatikan jam tangannya. Chi San mengecek
handphone seperti menunggu telepon (dari siapa?) dan Man Bo memijat
lehernya yang terasa (tidak) kaku.
Yi Gak masuk dan menemukan Park Ha yang sedang berkemas-kemas. Yi Gak
mencoba menahannya agar tak pergi, Young Sul hanya bercanda. Tapi Park
Ha tak mau dan beranjak pergi. Yi Gak menahan bahunya, dan sedikit
terjadi dorong-dorongan sehingga seluruh isi tas Park Ha tumpah keluar.
Yi Gak mencoba membantu memungut barang-barang Park Ha dan ia menemukan foto keluarga yang terobek. Ia bertanya foto siapa ini?
“Laki-laki itu adalah ayahku, bayi itu adalah aku. Puas? Sekarang kembalikan foto itu,” Park Ha mencoba meraih foto itu kembali.
Tapi Yi Gak mengangkat foto itu tinggi-tinggi sehingga Park Ha yang pendek tak dapat mengambilnya, “Apakah itu berarti ingatanmu sudah kembali? Ingatan masa kecilmu sudah kembali?”
Duduk di tepi sungai untuk kedua kalinya, mereka membicarakan ingatan
Park Ha. Park Ha menceritakan kalau ayahnya sangat membenci ibunya
karena meninggalkan keluarganya. Maka dari itu ayahnya merobek foto
ibunya.
Yi Gak menghibur Park Ha, mencoba mengambil sisi baiknya, “Setidaknya ingatan masa kecilmu telah kembali.”
Park Ha tak merasa beruntung, “Mungkin malah lebih baik kalau aku tak pernah ingat dan tak tahu apapun.”
Menghubungkan dengan masalahnya sendiri, Yi Gak berkata, “Jika kau tak pernah ingat, kau tak akan pernah memiliki mereka di dalam hatimu. Jika kau mengingatnya walau hanya sedikit, kau akan selalu merasa bersama selamanya.”
Sendirian di tepi sungai, Yi Gak berpikir, "Dalam sekejap mata, aku
melintasi 300 tahun ke depan. Putri Mahkota telah bereinkarnasi dan
terlahir kembali. Karena itulah aku menyimpan ingatanku tentang Joseon.
Namun Putri Mahkota tak memiliki ingatan itu. Aku harus memecahkan
masalah ini, sehingga aku tahu mengapa aku melewati waktu dan mengetahui
misteri siapa yang membunuh Putri Mahkota.”
Ibu diperbolehkan keluar dari rumah sakit.Tae Moo ikut menemani ibu dan
Park Ha berkemas-kemas. Tae Moo kembali minta maaf atas tabrakan itu,
tapi Ibu menenangkannya karena menganggap mereka sama-sama sedang tak
beruntung.
Tae Moo menawarinya jika memiliki masalah, dapat menghubunginya. Ibu pun meminta tolong Tae Moo untuk memberikan Park Ha pekerjaan apapun di kantor Tae Moo. Tae Moo menyanggupi.
Mulanya Park Ha menolak tapi Tae Moo mengatakan kalau ada posisi untuk
Park Ha dan menyuruh Park Ha untuk ke kantor besok pagi, sehingga Park
Ha pun menerimanya.
Di kantor, Man Bo dan Chi San berdebat tentang wanita paling ideal, Shin Bong Sun atau Shin Mina. Standar ideal mereka rupanya berbeda. Standar ideal Man Bo adalah wanita yang mampu melahirkan anak adalah yang paling baik.
Chi San hanya bisa geleng-geleng karena standar cantik Man Bo yang aneh,
karena baginya tentu saja Shin Min A yang paling cantik. Saat
ditanyakan pada Young Sul, Young Sul tak mau menjawab.
Heee .. kira-kira siapa ya yang paling cantik menurut Young Sul?
Yi Gak datang membawa satu toples penuh permen. Ia baru saja menemukan
ada permen peppermint, yang jika peppermint dilafalkan dalam bahasa
Korea adalah Park Ha, dan membelinya semua. Untuk melepaskan kekesalan
pada Park Ha, Yi Gak menawarkan cara yang aman yaitu mengunyah Park Ha.
LOL.
Yi Gak memberikan permen itu satu per satu pada ketiga abdinya. Man Bo dan Chi San mengunyah keras-keras, seakan-akan permen itu adalah Park Ha. Chi San merasakan kelegaan dengan mengunyah permen itu. Man Bo pun menambahi kalau rasa permen itu benar-benar sangat kuat, seperti kepribadian Park Ha.
Yi Gak puas mendengarnya. Tapi ia melihat kalau Young Sul mengunyahnya
pelan-pelan dan mendelik padanya, “Kenapa kau hanya mengulumnya? Kunyah
permen itu keras-keras!”
Young Sul mematuhi perintah Yi Gak. Tapi Yi Gak belum puas juga. Ia
meraup segenggam permen dan menyuruh Young Sul untuk mengunyah semuanya.
Young Sul pun mematuhi Yi Gak. Permen sebanyak itu dimasukkan semuanya
ke dalam mulut, dan Young Sul berusaha sekuat tenaga untuk mengunyahnya.
Coba bayangkan memasukkan segenggam permen ke dalam mulut dan
mengunyahnya. Tentunya susah, kan? Tapi Chi San malah mengadu, “Yang
Mulia! Ia tidak mengunyah.”
Tae Moo menemui CEO Jang, mengungkapkan kekhawatirannya kalau CEO Jang
akan meninggalkan mereka. Tapi CEO Jang menenangkannya kalau ia
sebenarnya sedang mencari seseorang dan meminta bantuan Tae Moo.
Ia mengeluarkan sebuah foto yang sama dengan foto milik Park Ha dan
mengatakan kalau ia ingin menemukan anaknya. Ayahnya bernama Park In
Chul dan telah meninggal 2 tahun yang lalu. Nama anaknya adalah Park In
Jo dan dinyatakan hilang saat ia berumur 9 tahun dan sampai sekarang ia
belum dapat menemukannya.
Di kantor Tae Moo memperhatikan foto CEO Jang. Kebetulan Se Na masuk dan tak sengaja melihat foto itu. Betapa kagetnya ia melihat ayah tirinya di dalam foto itu. Secara sambil lalu ia bertanya siapakah orang yang di dalam foto itu?
Tae Moo menjelaskan hubungan CEO Jang dengan anak di dalam foto itu, dan menceritakan kalau CEO Jang mencari-cari anak perempuannya. Tubuh Se Na kaku mendengarnya.
Tubuh Se Na semakin kaku melihat Park Ha masuk ke ruangan Tae Moo.
Buru-buru Se Na menutupi foto itu dengan folder yang ia bawa sehingga
Park Ha tak melihatnya. Tae Moo menjelaskan pada Se Na kalau Park Ha
akan bekerja di perusahaan mereka.
Tae Moo menunjukkan ke Park Ha tempat kerjanya yang baru dan memintanya untuk mulai bekerja esok. Mereka pun berpisah jalan.
Ternyata Se Na telah menunggunya dan langsung bertanya pada Park Ha apakah Park Ha meminta Tae Moo agar memperoleh pekerjaan di kantornya?
Dengan kalem Park Ha menjawab kalau yang meminta bukanlah dia tapi ibu jadi kalau Se Na keberatan, Se Na dapat mengatakannya pada ibu atau Tae Moo. Ia sebenarnya ingin menolak tapi karena tahu kalau Se Na juga bekerja di sini, ia akhirnya mau menerimanya. Ia juga berkata kalau ia tak berniat untuk membuka aib Se Na, jadi Se Na tak perlu menentangnya.
Se Na marah bukan kepalang. Ia menyuruh Park Ha untuk segera mengundurkan diri dari kantor kalau tidak ia tak akan selamat.
Tapi kali ini Park Ha tak takut dengan ancaman Se Na, karena, “Aku tak marah padamu, malah mengasihanimu.”
Dan Park Ha pun melenggang pergi masuk ke dalam lift. Saat keluar dari lift, ia bertemu dengan Yi Gak yang kaget melihat Park Ha lagi. Park Ha menjawab kalau Yi Gak harus mulai terbiasa melihatnya mulai sekarang.
Tapi kali ini Park Ha tak takut dengan ancaman Se Na, karena, “Aku tak marah padamu, malah mengasihanimu.”
Dan Park Ha pun melenggang pergi masuk ke dalam lift. Saat keluar dari lift, ia bertemu dengan Yi Gak yang kaget melihat Park Ha lagi. Park Ha menjawab kalau Yi Gak harus mulai terbiasa melihatnya mulai sekarang.
Bwahaha.. Memang Yi Gak itu Park Yoo Chun, anggota JYJ?
Pada Tae Moo, Se Na bertanya siapakah CEO Jang bagi Tae Moo? Tae Moo menjelaskan kalau CEO Jang adalah orang yang penting untuk langkah kesuksesannya. Maka Se Na menawarkan bantuannya untuk mencarikan putri CEO Jang. Ia memfotokopi foto itu dan berjanji untuk mencari informasi tentangnya.
Yi Gak mengajak Park Ha pergi ke suatu tempat, yaitu Choonchun. Se Na
melihat kepergian Yi Gak dan Park Ha. Ia menelepon Yi Gak, berpura-pura
mencarinya karena akan ada meeting sebentar lagi. Yi Gak langsung
meminta Se Na untuk membatalkan meetingnya dulu karena ia akan pergi ke
Choonchun.
Dan Se Na tahu arah kepergian mereka.
Di dalam taksi, Yi Gak menjelaskan kalau studio foto yang mencetak foto
itu ada di Choonchun. Mungkin saja jika mereka menunjukkan foto itu, ada
yang mengingatnya.
Namun saat mereka pergi ke studio foto itu, pemilik studio mengatkan kalau yang mengambil foto itu pasti ayahnya yang telah meninggal. Walaupun kecewa, Park Ha masih menyimpan harapan karena ia teringat kalau ia pernah sekolah di sebuah SD yang ada pohon besar dan jembatan di depannya. Pemilik studio foto itu dengan mudah menunjukkan tempatnya.
Dengan riang Park Ha menjelaskan kalau dulu sepulang sekolah ia dan
teman-temannya suka memencet bel pintu rumah orang yang tak dikenal dan
kabur. Yi Gak tak mengerti apa asyiknya permainan itu. Bagi Yi Gak,
kabur hanya dilakukan oleh pencuri dan penjahat.
Park Ha tak menggubris kata-kata Yi Gak. Dengan pandangan usil, ia berdiri di depan rumah orang dan memencet bel. Ting tong. Dan terdengar suara seorang wanita “Siapa itu?” Dan ia langsung kabur.
Tapi larinya terhenti karena Yi Gak tak ikut kabur, malah berdiri tegak
di depan. Park Ha menyuruhnya untuk kabur tapi Yi Gak tak mau. “Aku akan
memberitahukan pemilik rumah kalau ada wanita yang kekanak-kanakkan
yang memencet bel rumahnya.”
Park Ha menarik-narik jaket Yi Gak untuk pergi, tapi Yi Gak tetap
berdiri seperti patung. Pintu terbuka, dan seorang wanita keluar.
Reflek Yi Gak meraih tangan Park Ha dan lari sekencang-kencangnya karena wanita itu terus mengejarnya.
Reflek Yi Gak meraih tangan Park Ha dan lari sekencang-kencangnya karena wanita itu terus mengejarnya.
Kali ini ia yang mencoba. Ia berdehem dan memencet bel rumah. Bukannya
seorang wanita, tapi suara anjing menggonggong yang menyapa mereka dan
seorang pria kekar keluar.
Panik karena lawan mereka lebih besar, mereka berpegangan tangan lagi
dan lari terbirit-birit. Namun pria itu tetap lari mengikuti mereka,
sehingga lari mereka pun dipercepat sampai sepatu Park Ha terlepas.
Walaupun begitu mereka tetap tertawa seperti anak kecil.
SD yang ditunjukkan masih ada, tapi tak ada nama Park Ha di dalam
database sekolah. Park Ha memberitahukan hal itu pada Yi Gak. Yi Gak
menatap Park Ha dengan skeptis dan bertanya, “Apa kau yakin namamu sudah
benar?”
Park Ha mendelik kesal, “Memang aku bodoh tak bisa mengingat nama sendiri?”
LOL.
Yi Gak menanyakan nama cina ‘Ha’ yang digunakan Park Ha. Dengan handphonenya (yang by the way juga Galaxy Note) Yi Gak menuliskan huruf Cina Ha yang dimaksud. Park Ha melihat huruf itu dan mengiyakannya. Huruf itu berarti bunga teratai.
“Kau menggunakan nama yang berarti bunga teratai, yang juga sering disebut.. Bu Young.”
Ingatan Yi Gak kembali ke masanya, saat ia memberi teka-teki untuk adik
iparnya, Bu Young. Ia mengulang teka-teki itu pada Park Ha.
“Apa yang mati saat hidup, dan apa yang hidup saat mati?” tanya Yi Gak sambil menatap Park Ha. “Apakah kau mampu memecahkannya?
Yi Gak langsung mendekat ke Park Ha dan menunggu jawabannya.
“Jawaban yang benar adalah kehidupan. Karena hidup sebenarnya bukanlah kehidupan.” |
Yi Gak mendelik kesal mendengar jawaban Park Ha. Ia menjentikkan jarinya
pada kepala Park Ha, “Dasar! Apa sih yang ada di dalam kepalamu? Kau
benar-benar bodoh!”
Park Ha membalas, “Kenapa sih? Jangan memukul kepalaku, nanti aku tambah bodoh!” Tiba-tiba ia teringat sesuatu, “Ah! Aku tahu jawabannya.”
Kekesalan Yi Gak hilang dan ia mendekat Park Ha lagi, menunggu jawaban Park Ha.
Hhh… Mendengar jawaban itu, Yi Gak berkata, “Aku akan memberi makanan padamu karena sepertinya otakmu sedang tak berfungsi.”
“Kacang yang dapat memukul kepala” Yi Gak memukul dahi Park Ha dan kabur.
Park Ha langsung mengejar Yi Gak yang buru-buru lari menghindar, tapi Park Ha tetap mengejarnya. Yi Gak lari ke atas luncuran, dan Park Ha ikut mengejarnya.
Juga kehabisan harapan. Harapan menemukan asal usulnya. Ia membelakangi
Yi Gak dan menangis. Merasakan kesedihan Park Ha, Yi Gak menyentuh
pundak Park Ha, menghadapkannya dan memeluknya.
Park Ha semakin menangis tersedu-sedu. Yi Gak memeluknya semakin erat dan dalam hatinya ia berkata,
“Mulai sekarang, kau hanya akan memiliki kenangan yang indah.” |
Tae Moo dan CEO Jang ternyata juga mendatangi studio foto di Choonchun.
Pemilik studionya berkomentar kalau hari ini banyak sekali yang
menanyakan tentang foto ini. CEO Jang kaget, apalagi mengetahui kalau
ada sepasang pria dan wanita yang menanyakan foto itu. Pemilik studio
juga memberitahu kalau wanita tadi juga bertanya tentang lokasi SD yang
memiliki pohon besar dan jembatan.
Maka ke sekolah itulah mereka pergi.
Di sekolah Yi Gak dan Park Ha bermain ayunan dan tertawa gembira. Dari pintu gerbang Se Na mengawasi mereka dengan sikap tak suka.
Ia melihat kedatangan Tae Moo dan CEO Jang, maka ia buru-buru
menghadangnya. Tae Moo dan CEO Jang kaget melihatnya dan bertanya apakah
Se Na melihat sepasang pria dan wanita yang datang ke sekolah?
Sambil menunjukkan copy foto yang ia bawa, Se Na langsung mengatakan
kalau tadi ia datang ke studio foto dan bertanya-tanya. Mengenai pria,
pasti pria yang dimaksud adalah pria yang ia tanyai jalan menuju studio
foto. Sena juga mencegah mereka
untuk masuk dengan alasan kalau ia tadi sudah masuk ke dalam sekolah,
namun di dalam sekolah sudah kosong.
Walaupun kecewa, tapi CEO Jang berterimakasih atas bantuan Se Na. Dan jika tak keberatan, ia ingin menumpang di mobil Se Na.
Di dalam mobil, CEO Jang terus memperhatikan Se Na. Dan setelah sampai
tujuan, ia memberikan cincin miliknya untuk Se Na. Se Na berterima kasih
atas hadiah CEO Jang.
Sendirian di ruang parkir, mendadak Tae Moo memeluk Se Na dan
memberitahu kalau sepertinya CEO Jang menyukai Se Na dan jika CEO Jang
meminta Se Na sebagai pengganti putrinya yang hilang apakah Se Na
bersedia? Se Na bersedia.
Tiba-tiba mereka dikejutkan suara ayah Tae Moo yang melihat mereka.
Sontak mereka melepaskan pelukannya. Ayah Tae Moo menyalahkan Se Na, si
sekretaris, berpacaran dengan putranya. Ia menyuruh Tae Moo untuk pergi
dulu membawakan hadiah yang ia bawa untuk CEO Jang dan pada Se Na ia
menyuruh untuk mengakhiri hubungan dengan anaknya.
Whoaa.. apa salah pekerjaan sebagai sekretaris? Bukannya membela Se Na,
tapi mengapa profesi sekretaris sangat tabu? Jadi ingat pada Eun Seol di
Protect the Boss.
Sepanjang perjalanan pulang, Park Ha dan Yi Gak tertidur di dalam bis. Kepala Park Ha terangguk-angguk sampai akhirnya tersandar di bahu Yi Gak.
Sepanjang perjalanan pulang, Park Ha dan Yi Gak tertidur di dalam bis. Kepala Park Ha terangguk-angguk sampai akhirnya tersandar di bahu Yi Gak.
Beberapa saat kemudian Park Ha terbangun, dan mengangkat kepalanya, mencoba untuk tidur dengan kepala tegak.
Dengan mata tetap terpejam, perlahan Yi Gak menyentuh kepala Park Ha dan menidurkan kepalanya ke bahunya kembali.
Merasakan sentuhan Yi Gak, Park Ha terbangun tapi kemudian ia tertidur kembali dan kali ini lebih pulas.
Masih tetap terpejam, tapi kali ini Yi Gak tersenyum.
Sesampainya di tujuan, Yi Gak mendapat SMS dari Se Na yang ingin bertemu
dengannya. Langsung Park Ha terlupakan. Tanpa memandang Park Ha, Yi Gak
menyuruh Park Ha untuk segera pulang dan ia mengejar bis kembali.
Se Na menunggu Yi Gak di restoran. Tae Moo meneleponnya dan ingin
bertemu. Tapi Se Na menolak karena kali ini ia hanya ingin sendiri. Tak
berapa lama, Yi Gak pung datang.
Ternyata Se Na menemui Yi Gak untuk mengembalikan gelang pemberiannya.
Ia merasa Yi Gak tertarik padanya, tapi dengan jujur ia mengatakan kalau
ia tak menyukai Yi Gak.
Yi Gak tak mundur, malah berkata, “Kau akhirnya akan menyukaiku.”
Se Na tak percaya pada kata-kata Yi Gak. Apa yang membuat Yi Gak tertarik padanya. Yi Gak pun bertanya balik, “Apakah kau mempercayai reinkarnasi?”
Se Na tertawa mendengar kata-kata Yi Gak. Jadi Yi Gak menyukainya karena reinkarnasi? Apa Yi Gak percaya kalau mereka adalah pasangan di kehidupan yang sebelumnya?
Dengan kalem Yi Gak berkata, “Suatu saat kau akan mempercayainya.”
Se Na menganggap Yi Gak seseorang yang aneh kalau tidak orang yang keras kepala. Tapi ia terkejut karena Yi Gak menanyai apakah ia mempunya adik perempuan? Tergagap ia mengatakan tidak. Tapi dengan tatapan rahasia, Yi Gak mengatakan kalau Se Na seperti orang yang memiliki adik.
Ia melingkarkan gelang berbandul yang telah dikembalikan Se Na ke tangan Se Na kembali. Dalam hati ia berkata, “Jika kau tak memiliki kenangan itu, maka kita tak akan pernah bisa bersama walau hanya dalam hati saja. Tapi jika kau memiliki sedikit saja kenangan itu, maka kita akan bersama selamanya.
Tak mereka sadari kalau Tae Moo melihat mereka berdua.
Ketika Se Na pulang ke rumah, Tae Moo telah menunggunya. Saat ditanya kemana Se Na pergi, Se Na menjawab kalau ia pergi ke sana dan sini dan minum bir juga.
Tae Moo meminta maaf atas perlakuan ayahnya. Ia akan mencoba meyakinkan
ayahnya dan mendapat ijin darinya agar bisa berhubungan dengan Se Na.
Se Na kesal pada sikap Tae Moo. Untuk berkencan dengannya, Tae Moo harus
minta ijin pada ayahnya. Se Na menyuruh Tae Moo untuk minta ijin agar
dapat menikah dengannya sekarang. Tae Moo tak dapat melakukannya. Maka Se Na pun meminta putus.
Pagi-pagi, Park Ha telah bersiap untuk bekerja. Ia berteriak memanggil
teman serumahnya untuk segera keluar. Ini adalah hari pertamanya maka ia
tak boleh terlambat. Karena mereka belum keluar juga, Park Ha
memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu. Dan berjalanlah ia pergi.
Satu per satu mereka keluar dan Yi Gak berkomentar kalau Park Ha tak setia kawan. Mereka pun berjalan menyusul Park Ha.
Karena langkah kaki Park Ha kecil, maka para pria Joseon itu dengan mudah menyusulnya. Mereka menyalib Park Ha dan Yi Gak berkomentar, “Jalanmu lambat sekali. Kau pendek, sih. Kita pergi lebih dahulu, ya.”
Karena langkah kaki Park Ha kecil, maka para pria Joseon itu dengan mudah menyusulnya. Mereka menyalib Park Ha dan Yi Gak berkomentar, “Jalanmu lambat sekali. Kau pendek, sih. Kita pergi lebih dahulu, ya.”
Merasa tak dapat menyusul, Park Ha mempercepat langkahnya menjadi lari. Keempatnya tak mau kalah dan ikut lari.
Dan terjadilah lomba lari menuju kantor.
Tae Moo mendapat kunjungan khusus dari Taek Soo yang mendengar kalau Tae Moo menemui CEO Jang akhir-akhir ini. Karena CEO Jang memiliki saham yang cukup besar, kelihatan sekali kalau Tae Moo mendekati CEO Jang untuk mendapatkan sahamnya.
Dengan tenang Tae Moo menjawab kalau imajinasi Taek Soo dapat digunakan untuk menulis sebuah novel. Tapi Taek Soo berpendapat lain. Hanya karena Tae Young telah kembali, bukan berarti kejadian hilangnya Tae Young 2 tahun yang lalu dapat diabaikan begitu saja.
“Kau mengatakan kalau kau tak dapat menemui Tae Young di Amerika. Tapi aku memiliki bukti kalau sebenarnya kau menemuinya,” tuding Taek Soo.
“Dari sekian banyak jenis novel, kau cocok untuk menulis novel fiksi ilmiah,” ujar Tae Moo tak terpengaruh.
Taek Soo mencondongkan tubuhnya dan berkata, “Saat kau pergi 2 tahun yang lalu, kau menggunakan kartu kredit perusahaan. Di restaurant dan café, masing-masing ada tagihan untuk dua hidangan untuk dua orang. Aku akan membuat ingatan Tae Young kembali. Hidup bukanlah permainan.”
Taek Soo mencondongkan tubuhnya dan berkata, “Saat kau pergi 2 tahun yang lalu, kau menggunakan kartu kredit perusahaan. Di restaurant dan café, masing-masing ada tagihan untuk dua hidangan untuk dua orang. Aku akan membuat ingatan Tae Young kembali. Hidup bukanlah permainan.”
Park Ha sedang membersihkan area yang digunakan untuk syuting saat
keempat temannya datang. Mereka memberitahukan kalau hari ini mereka
akan pindah rumah dan nanti ada pesta syukuran rumah. Park Ha kaget,
kenapa ia tak diberitahu sebelumnya? Memang siapa yang nanti akan
memasak.
Tae Moo kebetulan lewat dan melihat Park Ha berbincang-bincang dengan Tae Young dan temang-temannya. Ia pergi ke ruang kendali siaran, dan menyalakan speaker agar dapat mendengar pembicaraan mereka.
Park Ha bertanya apa yang ingin mereka makan nanti? Chi San menjawab kalau ia ingin makan kepiting. Park Ha langsung merencanakan akan memasak kepiting saus kecap. Pasti enak jika dimakan dengan nasi.
Tapi Chi San langsung mencegah Park Ha. Park Ha tak dapat memasak kepiting dengan saus kecap. Yi Gak menjelaskan saat ia berusia 5 tahun ia hampir mati karena makan kepiting yang dicampur dengan saus kecap. Ia ternyata alergi pada masakan itu dan pingsan karena sesak nafas.
“Lima tahun?” gumam Tae Moo yang menguping pembicaraan mereka.
Tae Moo dan Yi Gak bermain squash dan Tae Moo tak memberi ampun pada Yi Gak yang belum pernah memegang raket seumur hidupnya. Yi Gak mencoba untuk tak terkena bola, namun bola itu seolah mengejarnya.
Selesai bermain Yi Gak berkomentar pada Tae Moo yang katanya akan mengajarinya bermain. Tae Moo hanya menatap Yi Gak dan berkata kalu seseorang mungkin bisa kehilangan ingatannya bukan kemampuannya. Dan ia tak pernah sekalipun bisa menang melawan sepupunya saat bermain squash.
No comments:
Post a Comment