Yang melihat percakapan Min Ho dan Ji Kyung, tak hanya In Jung tapi juga Han Kang. Sementara In Jung ingin tahu mengapa Min Ho marah pada Ji Kyung. Sikap yang tak biasa dilakukan oleh Min Ho. Min Ho hanya menjawab pendek kalau Ji Kyung melakukan kesalahan padanya.
Terus terang In Jung sudah capek melakukan hubungan mereka secara sembunyi-sembunyi. Ia ingin memanggil Min Ho dengan Oppa. Min Ho menyuruhnya untuk bersabar sebentar lagi.
Han Kang juga memarahi Ji Kyung yang berlaku tak sopan pada temannya yang juga pelanggan restoran. Ia menganggap Ji Kyung salah mengartikan perintahnya dahulu. Ia menyuruhnya untuk tak memberi perhatian berlebih pada tunangan temannya, bukannya malah memperlakukan temannya dengan kasar.
Ji Kyung hanya dapat menggerundel dalam hati, kalau Han Kang membencinya (sebagai Ji Hyun) tapi juga menjaga tunangannya.
Dalam perjalanan pulang Ji Kyung mendapat ide untuk mengumpulkan 3 tetes air mata itu. Ia buru-buru menelepon Scheduler dan bertanya, apakah handhphone yang sekarang ia pegang dapat ia gunakan untuk telepon?
Dan Scheduler memandang Ji Hyun lewat handphonenya (yang saat itu tidak video call) dengan pandangan, “Maksud elo?!! Helloww.. itu handphone gitu loh..!” dan mengatakan kalau barang itu namanya handphone, tentu saja bisa digunakan.
Ji Kyung pun menelepon teman-temannya dan membuat janji bertemu untuk membicarakan tentang kecelakaan Ji Hyun.
Kedatangan Ji Kyung sudah ditunggu oleh ibu kos yang meminta uang sewa. Buru-buru Ji Kyung masuk rumah, berganti baju, dan Ji Hyun pun keluar dari tubuh Yi Kyung. Namun ibu kos ternyata mengejarnya dan menggedor pintu kamarnya.
Kedatangan Ji Kyung sudah ditunggu oleh ibu kos yang meminta uang sewa. Buru-buru Ji Kyung masuk rumah, berganti baju, dan Ji Hyun pun keluar dari tubuh Yi Kyung. Namun ibu kos ternyata mengejarnya dan menggedor pintu kamarnya.
Yi Kyung yang terbangun menemui ibu kos yang meminta uang sewa. Dan kenapa Yi Kyung harus lari saat melihatnya?
Yi Kyung heran mendengar perkataan ibu kos. Kapan ia lari saat melihat ibu kos? Dan mengapa dandanan rambutnya sekarang berbeda?
Dan Ji Hyun pun menatap Yi Kyung dengan ketakutan. Buru-buru ia menelepon Scheduler, tapi hanya video message yang ia dapat.
LOL. Tapi Secheduler benar. Walaupun Yi Kyung curiga, tapi ia kemudian tak menghiraukan keanehan yang ia rasakan.
“Masalahmu kali ini bukan sesuatu yang gawat darurat.” |
Keesokan harinya di restoran Heaven, Bibi Manajer membawakan sup daging dan semua pegawai sarapan sup daging termasuk Ji Kyung dan Han Kang. Han Kang terkesima dengan selera makan Ji Kyung dan malah memberikan sebagian nasi miliknya, yang diterima Ji Kyung dengan senang hati.
Selera makan Ji Kyung mengingatkan Han Kang pada Ji Hyun, apalagi saat ada anak pelanggan menangis, Ji Kyung menghibur anak itu dengan melakukan sulap. Sulap yang sama persis dengan sulap yang dilakukan Ji Hyun waktu SMA dulu.
Maka ia pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Ji Hyun, membawakan bunga dan menyelimuti kaki Ji Hyun. Ia mengatakan pada Ji Hyun yang terbaring diam, mengatakan bagaimana mungkin ia bisa bingung, menyamakan Ji Hyun dengan orang lain? Jika Ji Hyun sadar, Ji Hyun pasti akan mengatainya gila.
Sepertinya Han Kang sedang menghipnotis dirinya untuk tetap loyal dengan perasaannya pada Ji Hyun. Jadi saat mobilnya melewati Ji Kyung yang sedang berjalan kaki, ia tak menghiraukan Ji Kyung yang menyapanya.
Di ruang kerja Han Kang, Ji Kyung masih dengan gaya cerianya, memberikan roti yang tadi ia beli dari toko kue Seo Woo. Tapi Han Kang langsung menolak dengan dingin. Ia malah mengusirnya dan menyuruhnya untuk berhenti mengganggunya.
Ji Kyung pada akhirnya disuruh pulang ke rumah oleh Paman Manager karena wajahnya yang pucat. In Jung yang baru saja datang bersama Seo Woo, heran karena Ji Kyung dapat pulang kerja lebih cepat dari yang lain. Dan ia bertambah heran, karena tahu Han Kang memperbolehkan Ji Kyung keluar restoran sesuka hatinya. Itu bukan Han Kang banget.
Ji Kyung yang pulang ke rumah, seperti kehabisan tenaga. Ia menelepon Scheduler untuk mengambil uang yang ia pinjam ke rumah Yi Kyung, karena ia tak memiliki tenaga untuk membawanya. Scheduler menyuruhnya untuk membawa uangnya dan menemuinya di sebuah café.
Ji Kyung yang pulang ke rumah, seperti kehabisan tenaga. Ia menelepon Scheduler untuk mengambil uang yang ia pinjam ke rumah Yi Kyung, karena ia tak memiliki tenaga untuk membawanya. Scheduler menyuruhnya untuk membawa uangnya dan menemuinya di sebuah café.
Ji Hyun pun keluar rumah bersama Yi Kyung dan lari meninggalkan Yi Kyung untuk menemui Scheduler. Ia tak tahu kalau Yi Kyung kembali ke rumah dan memuntahkan makanan yang tadi ia makan.
Scheduler ternyata sedang menyanyi di café, dan Ji Kyung pun ikut menyanyi, membuat kagum Scheduler yang tadinya mengejeknya. Mengapa Ji Hyun tak jadi penyanyi saja?
Ji Hyun menjelaskan kalau ayahnya melarangnya untuk menjadi penyanyi. Ayah menginginkannya untuk mencari suami yang baik dan segera menikah. Ji Hyun kesal karena Scheduler mengoloknya kalau keingainan ayah malah mentrakdirkannya berhubungan dengan Kang Min Ho. Memang Scheduler juga bernasib bagus? Kenapa juga ia bisa menjadi Scheduler?
Scheduler tak tahu. Tapi ia merasa kalau ia meninggalkan dunia dengan masih menyisakan sesuatu hal yang penting. Maka ia sukarela menjadi scheduler. Sesuatu yang penting itu seperti apa, tanya Ji Hyun. Hal itu membuat Scheduler marah. Memang kalau ia tahu hal penting itu, apa mungkin ia akan menjadi scheduler? Sudah, jangan banyak bertanya! Kembalikan saja uang yang Ji Hyun pinjam.
Hehe.. Ji Hyun dan kelemotannya..
Keesokan harinya, Ji Hyun menunggu-nunggu kedatangan Yi Kyung. Tapi Yi Kyung tak kunjung datang. Hal itu membuat Ji Hyun khawatir. Ia memanggil Scheduler dan memintanya datang. Ini masalah gawat darurat.
Bersama-sama mereka memasuki kamar Yi Kyung, dan mendapati Yi Kyung pingsan.
Keesokan harinya, Ji Hyun menunggu-nunggu kedatangan Yi Kyung. Tapi Yi Kyung tak kunjung datang. Hal itu membuat Ji Hyun khawatir. Ia memanggil Scheduler dan memintanya datang. Ini masalah gawat darurat.
Bersama-sama mereka memasuki kamar Yi Kyung, dan mendapati Yi Kyung pingsan.
Scheduler tiba-tiba panik dan mendorong Ji Hyun untuk masuk ke tubuh Yi Kyung. Ia menyuruhnya untuk membawa badan Yi Kyung ke rumah sakit.
Sempoyongan, Ji Kyung pergi ke rumah sakit. Dokter menanyakan apa saja yang ia makan kemarin. Dan saat Ji Kyung menyebutkan makanan-makanan yang masuk mulutnya, Dokter hanya melongo, dan langsung bertanya, apa Ji Kyung tak muntah memakan semuanya?
Sempoyongan, Ji Kyung pergi ke rumah sakit. Dokter menanyakan apa saja yang ia makan kemarin. Dan saat Ji Kyung menyebutkan makanan-makanan yang masuk mulutnya, Dokter hanya melongo, dan langsung bertanya, apa Ji Kyung tak muntah memakan semuanya?
Han Kang menunggu kedatangan Ji Kyung yang tak kunjung tiba. Ia mulai khawatir dan bertanya-tanya, apa kemarin keketusannya terlalu berlebihan, ya?
Jadi bayangkan betapa kagetnya ia melihat Ji Kyung diturunkan di depan restoran oleh seseorang yang tak ia sangka. Yaitu Min Ho.
Ternyata Min Ho tak sengaja bertemu dengan Ji Kyung yang berjalan dan hampir terjatuh. Ia menawarkan diri, atau tepatnya memaksa Ji Kyung, untuk masuk ke mobilnya dan mengantarkannya kerja, karena ia juga akan pergi ke restoran Han Kang.
Han Kang yang marah, menuduh Min Ho yang menemui wanita lain padahal tunangannya sedang terbaring koma di rumah sakit. Min Ho malah berbalik menuduh Han Kang yang berpura-pura mengkhawatirkan Ji Hyun padahal sebenarnya Han Kang menyukai Ji Kyung.
Hasil pertengkaran itu? Min Ho pergi dan Han Kang memecat Ji Kyung. Ji Kyung menolak uang pesangon yang diberikan Han Kang dan segera pergi.
Tak ia sangka, Min Ho masih berada di luar dan mendengar pemecatan Ji Kyung dari para pegawai yang bergosip. Ia menunggu Ji Kyung keluar dan menawarkan untuk bekerja di rumahnya, bersih-bersih dan yang lainnya.
Tak ia sangka, Min Ho masih berada di luar dan mendengar pemecatan Ji Kyung dari para pegawai yang bergosip. Ia menunggu Ji Kyung keluar dan menawarkan untuk bekerja di rumahnya, bersih-bersih dan yang lainnya.
Dengan nada dingin, Ji Kyung menerima tawaran Min Ho dan bertanya, “Berapa kau akan membayarku?”
No comments:
Post a Comment