Saturday, February 18, 2012

Sinopsis Dream High Episode 8

Hye Mi membaca sms dari Jin Kuk.
“Orang yang memalukan.” gumam Hye Mi. “Setelah berkhianat, kau masih berani bertemu denganku?”
Hye Mi bangkit dari duduknya dengan kesal, teringat pertengkaran terakhirnya dengan Jin Kuk. Tapi tidak lama, ia duduk lagi di depan cermin.
“Aku akan membuatmu membayar atas semua ini.” omel Hye Mi. “Tunggu sampai kita bertemu, aku benar-benar akan memukulmu.”
Hye Mi mengomel sendirian sambil merapikan rambutnya dan memakai lipgloss. Seulas senyum tersungging di bibirnya.
Sekretaris Kim membawa Jin Kuk ke bandara.
“Ia melakukan ini untuk melindungimu.” kata Sekretaris Kim.
“Melindungiku?” tanya Jin Kuk menertawakan. “Ia ingin menyembunyikan aku karena ia pikir aku anak yang memalukan. Benar, bukan? Aku pintar, bukan?”
Sekretaris Kim diam.
Sekretaris Kim menyerahkan passport dan tiket pada Jin Kuk.
“Kemana aku akan dikirim? USA?” tanya Jin Kuk.
“Canada, Vancouver.” jawab Sekretaris Kim.
“Kenapa ada 2 tiket?” tanya Jin Kuk lagi.
“Aku akan ikut denganmu.” kata Sekretaris Kim. “Setelah aku mengurus segala sesuatu untukmu disana, aku akan kembali kemari.”
Jin Kuk menarik napas panjang. Itu artinya tidak ada kesempatan baginya untuk kabur.
Sekretaris Kim merangkul bahu Jin Kuk agar tidak bisa kabur.
“Lepaskan aku.” kata Jin Kuk. “Banyak orang yang memperhatikan kita.”
Dengan diam-diam, Jin Kuk merencanakan sesuatu. Ketika Sekretaris Kim lengah, dengan cepat Jin Kuk melepas jaketnya dan lari.
Sekretaris Kim dan anak buahnya mengejar Jin Kuk, namun dengan gesit Jin Kuk berhasil kabur.
Hye Mi menunggu Jin Kuk di tempat latihan, namun Jin Kuk tak juga datang. Ia berusaha menghubungi ponsel Jin Kuk, namun tidak diangkat. Karena ponsel Jin Kuk memang terjatuh di depan gedung.
“Brengsek.” gumam Hye Mi marah.
Di saat yang sama, Jin Kuk berdiri diam di pinggir jalan. Ia menangis.
“Ayah…. Tolong jangan membuatku lebih membencimu.” ujarnya dalam hati.
Oh Hyuk dan Sam Dong mengantarkan ibu Sam Dong melihat-lihat rumah. Ibu Sam Dong kelihatan kagum dan senang pada rumah itu.
“Ngomong-ngomong, dimana gadis itu? Hye Mi?” tanya Ibu Sam Dong.
“Hye Mi… Dia…” Sam Dong bingung bagaimana menjawab pertanyaan ibunya.
Tidak lama kemudian Hye Mi datang.
“Apa Jin Kuk sudah pulang ke rumah?” tanya Hye Mi.
Hye Mi kaget melihat ibu Sam Dong ada disana. Cemberut langsung berubah menjadi senyum manis.
“Apa kabar, Bibi?” sapa Hye Mi ramah.
Ibu Sam Dong makan malam bersama dengan orang rumah.
Oh Sun sangat shock ketika Ibu Sam Dong menyebutnya Bibi.
“Semua lagu yang kalian nyanyikan sangat bagus.” kata Ibu Sam Dong. “Sam Dong mengatakan kau membujuknya untuk menikahimu begitu kalian lulus. Ia menjadi tidak bisa tidur setiap malam karenanya.”
Hye Mi melirik tajam ke arah Sam Dong.
“Terserah padamu, apakah kau mau menikah dengan Sam Dong atau tidak.” lanjut Ibu Sam Dong.
“Ya, Bibi.” jawab Hye Mi ramah, masih dengan senyum terkembang.
“Apa kau akan menikah dengan Kak Sam Dong?” tanya Hye Sung polos.
“Tidak.” jawab Hye Mi, mengernyit ke arah Sam Dong. “Kau belum membicarakan pernikahan, bukan?”
Hye Mi menendang kaki Sam Dong di bawah meja.
“Ya.” jawab Sam Dong, kesakitan.
Selang beberapa saat, Jin Kuk masuk ke dalam rumah.
“Apakah Hye Mi…” kata-kata Jin Kuk terpotong karena keramaian di dalam rumah.
“Kau pasti Jin Kuk, bukan?” tanya Ibu Sam Dong. “Teman baik Sam Dong?”
“Ya.” jawab Jin Kuk. “Salam kenal, Bibi.”
Oh Hyuk dan Ibu Sam Dong mengajak Jin Kuk makan bersama.
Hye Mi hanya menunduk diam.
“Kudengar kau seperti anak bebek yang mengikuti Sam Dong kemanapun ia pergi.” kata Ibu Sam Dong pada Jin Kuk, mengusap wajah Jin Kuk. “Karena kau dekat dengan putraku, kau sama seperti putraku sendiri. Makanlah yang banyak. Wajahmu kelihatan kurus.”
Jin Kuk terdiam menerima perlakukan itu.
Ibu Sam Dong meletakkan daging kerang di atas nasi Jin Kuk. “Kau sangat tampan.” katanya.
“Aku suka daging kerang.” kata Jin Kuk sopan. Ia kelihatan terharu karena belum pernah menerima perlakukan seperti itu sebelumnya. Mata Jin Kuk berkaca-kaca.
Jin Kuk diam, melihat mangkuknya dengan sedih.
“Kenapa kau tidak makan?” tanya Ibu Sam Dong. “Kau tidak biasa memakan makanan yang sudah dipegang orang lain? Jangan cemas, aku sudah mencuci tanganku.”
“Bukan begitu.” kata Jin Kuk sedih. Ia langsung memakan makanan itu dengan mata berkaca-kaca.
Hye Mi memperhatikan Jin Kuk yang bertingkah aneh.
Jin Kuk tersedak karena makan sambil menangis.
“Pelan-pelan.” kata Ibu Sam Dong.
“Ini terlalu lezat.” kata Jin Kuk, menunduk agar orang-orang tidak bisa melihat air matanya.
Setelah makan malam, Ibu Sam Dong pamit pulang.
“Bebek kecilku.” kata Ibu Sam Dong pada Jin Kuk, menyentuh wajah Jin Kuk. “Jika kita bertemu lagi, aku akan memasakkan banyak kerang untukmu.”
Jin kuk memegang tangan Ibu Sam Dong. “Terima kasih, Bibi.”
“Aku akan mengantar ibuku sampai terminal.” kata Sam Dong. “Jangan kunci pintu.”
Sam Dong dan ibunya pergi.
Hye Mi beranjak masuk ke dalam rumah.
“Hye Mi.” panggil Jin Kuk.
Hye Mi berbalik.
“Maafkan aku.” ujar Jin Kuk. “Aku kehilangan ponselku, jadi tidak bisa menghubungimu. Apa kau menunggu lama?”
Hye Mi diam.
“Apa kau marah?” tanya Jin Kuk. “Itu…”
“Ya, aku marah.” kata Hye Mi. “Sebenarnya aku ingin memukulmu begitu kau kembali. Tapi, aku akan melepaskanmu kali ini. Aku tidak tahu kenapa, tapi kau kelihatan perlu dikasihani hari ini. Aku juga sudah terlalu lelah. Apapun yang ingin kau katakan, katakan saja lain waktu.”
Hye Mi berbalik, namun Jin Kuk menarik tangannya dan langsung bersandar di bahu Hye Mi.
Hye Mi mengusap rambut Jin Kuk.
Jin Kuk menggenggam erat tangan Hye Mi.
Sam Dong mengantar ibunya ke terminal bus.
Ibu Sam Dong berpesan agar Sam Dong menjaga kesehatan dan makan dengan benar. Ia juga mengatakan bahwa ia sangat menyukai Hye Mi.
Ibu Sam Dong terus menerus mengoceh.
Sam Dong merasakan ada sesuatu yang salah dengan telinganya. Suara ibunya perlahan semakin pelan dan menghilang selama beberapa waktu.
“Kau dengar?” seru Ibu Sam Dong bersemangat.
“Iya, aku mengerti.” ujar Sam Dong, tersenyum seakan-akan tidak terjadi sesuatu.
“Aku pergi sekarang.” kata Ibu seraya naik ke atas bus.
Setelah bus ibunya pergi, ekspresi Sam Dong berubah serius. Ia tahu ada sesuatu yang terjadi dengan telinganya.
Doo Shik memutuskan akan membayar semua keperluan konser palsu kecuali sewa auditorium. Asisten Doo Shik sangat terkejut. Tidak biasanya Doo Shik begitu murah hati soal uang.
“Jika menonton konser, bukankah kita harus membayar biaya tiket konser?” ujar Doo Shik.
“Seberapapun mahalnya tiket konser, tidak akan sebanding dengan 6 juta won.” kata asisten Doo Shik.
“Mereka telah memperlihatkan mimpiku.” ujar Doo Shik. “6 juta won adalah harga yang terlalu murah.”
Dalam rapat para guru, Kyung Jin tidak melaporkan konser palsu Oh Hyuk dkk.
Saat Oh Hyuk bertanya pada Kyung Jin apakah Kyung Jin akan melaporkan mereka pada Bum Soo, Kyung Jin malah berpura-pura lupa. Ia tidak datang ke sekolah saat hari H konser dan tidak tahu apa-apa mengenai konser palsu.
Itu artinya, Kyung Jin akan merahasiakan semua kejadian hari itu.
Jin Man berpikir. Kyung Jin mungkin memutuskan untuk merahasiakan semuanya karena kejadian tumbrukan waktu itu.
Seorang utusan Moo Jin mengirimkan surat pengunduran diri Jin Kuk dari Kirin dan menyerahkan surat tersebut pada Oh Hyuk.
Oh Hyuk lalu menunjukkan surat itu pada Jin Kuk. Ia akhirnya tahu bahwa Jin Kuk adalah putra Hyun Moo Jin.
“Walaupun aku tidak tahu apa yang terjadi, aku tetap ingin menanyakan satu hal padamu.” ujar Oh Hyuk. “Apakah kau benar-benar ingin keluar?”
“Tidak.” jawab Jin Kuk.
“Sekolah ke luar negeri?”
“Aku tidak mau.” jawab Jin Kuk lagi.
“Kalau begitu, kau tidak keberatan kalau aku merobek surat ini, kan?” tanya Oh Hyuk.
“Tidak.” jawab Jin Kuk, tersenyum. Ia berkata pada Oh Hyuk akan bicara langsung pada ayahnya mengenai hal ini.
Jin Kuk berdiri seorang diri, menatap butiran salju yang turun. Apa yang bisa ia lakukan akan ayahnya mengizinkan ia tetap tinggal di Korea?
Jin Kuk mengeluarkan kartu nama produsen musik dan menatap kartu itu lekat-lekat. Ia berpikir.
Mungkinkah sebaiknya ia menerima tawaran produsen musik untuk mengeluarkan debut?
“Maaf, aku belum siap debut.” Jin Kuk teringat ketika ia menolak tawaran produsen.
Sang produsen tertawa. “Kau pasti tahu menganai perusahaan kami, bukan?” tanyanya.
“ya.”
“Jika kau tahu, bagaimana mungkin kau membuat keputusan seperti itu?” tanya produsen. “Selama berada di bawah label kami, kau pasti bisa menjadi penyanyi terkenal kelas dunia.”
Murid-murid Kirin mengerumuni pengumuman dan ribut berkomentar.
Sam Dong dan Hye Mi mendekati mereka.
“Hyun Shi Hyuk?” gumam Sam Dong. “Bukankah itu nama asli Jin Kuk?”
“Dia terlalu beruntung… Yoon Baek Hee itu…” gumam seorang murid.
Itu adalah pengumuman nama peserta terbaik Kirin yang ditawari debut.
“Kenapa nama Jin Kuk ada disana?” tanya Sam Dong pada Ah Jeong.
“Kau tidak menonton?” tanya Ah Jeong. “Dia berduet dengan Baek Hee di konser kemarin.”
Pernyataan itu membuat Hye Mi dan Sam Dong sangat terkejut.
Tidak lama kemudian, Do Joon datang dan mengatakan bahwa murid yang akan debut sedang di interview.
Anak-anak berbondong-bondong pergi untuk menonton.
Sam Dong dan Hye Mi masih berdiri terpaku.
“Dia ikut dalam pertunjukan Kirin dan akan melakukan debut.” gumam Sam Dong shock.
Hye Mi hanya bisa terdiam. Kata-kata Jin Kuk yang berjanji akan sepanggung dengan Hye Mi saat debut terngiang di telinganya.
Sam Dong menarik tangan Hye Mi. “Ayo kita dengar apa yang akan ia katakan.” ajaknya.
Saat Sam Dong dan Hye Mi sampai, Jin Kuk, Baek Hee, dan Jason sedang dipotret.
Baek Hee tersenyum menang ketika Hye Mi melihatnya. Jin Kuk menatap Hye Mi sedih.
Baek Hee diwawancara pertama kali.
“Aku ingin berterima kasih pada dua orang.” kata Baek Hee. “Pertama, pada laki-laki disampingku, Jin Kuk… Bukan, Shi Hyuk. Tanpanya, aku tidak akan bisa debut.”
Hye Mi menatap Jin Kuk dan Baek Hee dengan mata berkaca-kaca.
“Yang kedua adalah Guru Shi Kyung Jin.” lanjut Baek Hee. “Dia yang memberitahuku bahwa saingan lebih berharga dibandingkan teman. Kata-katanya membuatku berjuang lebih kuat sampai sekarang.”
“Lalu siapa sainganmu?” tanya reporter. “Tidakkah kau ingin berterima kasih padanya juga?”
“Ya, terima kasih padanya.” kata Baek Hee, menoleh tajam ke arah Hye Mi. “Terima kasih karena sudah merendahkanku dan mengatakan aku orang golongan tiga. Mendengar teman baikmu sendiri yang berkata seperti itu, aku jadi tersadar.”
Baek Hee menolak menyebut nama Hye Mi.
Hye Mi tidak kuasa menahan tangis dan langsung berlari pergi. Sam Dong mengejarnya.
Hye Mi berdiri seorang diri di balkon. Perlahan kenangannya bersama Baek Hee telintas di pikirannya.
Tanpa terasa, air mata Hye Mi menetes.
“Go Hye Mi.” gumam Hye Mi pada dirinya sendiri. “Kau orang yang sangat… mengerikan.”
Sam Dong datang dan berdiri di sisi Hye Mi.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya.
“Tidak.” jawab Hye Mi. “Aku tidak baik.”
“Kenapa?” tanya Sam Dong.
“Kupikir aku adalah Hani, tapi aku adalah Naeri. Kupikir aku Candy, tapi ternyata aku adalah Eliza.” jawab Hye Mi. Candy adalah tokoh protagonis di film kartun Candy Candy, sementara Eliza adalah tokoh antagonis. Hani Naeri adalah tokoh komik.
“Aku tidak mengerti.” ujar Sam Dong. “Bisakah kau bicara dengan kata-kata yang lebih simpel?”
Hye Mi tertawa pahit.
Mulai minggu depan, keenam murid yang melakukan debut akan tinggal di asrama.
Jin Kuk kelihatan sangat marah pada Baek Hee mengenai ucapan Baek Hee saat wawancara.
Jin Kuk berjalan keluar dan berpapasan dengan Sekretaris Kim.
“Aku sudah menerima tawaran perusahaan musik terkenal.” kata Jin Kuk datar. “Jika aku tiba-tiba menghilang, semuanya akan berantakan. Ayah tidak akan suka itu, bukan?”
Sekretaris Kim terdiam.
Ketika Sam Dong dan Hye Mi sedang melipat pakaian, Jin Kuk pulang ke rumah.
“Ada apa denganmu?” tanya Sam Dong pada Jin Kuk. “Debut apa?”
“Memangnya kenapa?” Jin Kuk balik bertanya dengan dingin. Ia berpaling pada Hye Mi.
“Hye Mi, aku ingin bicara denganmu sebentar.”
“Katakan saja.” ujar Hye Mi tanpa memandang Jin Kuk.
Jin Kuk meminta Sam Dong meninggalkan mereka, tapi Sam Dong menolak.
“Ayo ikut aku.” Jin Kuk menarik tangan Hye Mi.
Sam Dong langsung menarik tangan Jin Kuk. “Jika kau ingin mengatakan sesuatu, katakan disini.” katanya tajam.
Jin Kuk terlihat sangat kesal. Ia membopong Sam Dong dan menguncinya di luar rumah.
“Buka pintu!” teriak Sam Dong marah.
Tidak ada jawaban dari dalam.
“Maafkan aku.” kata Jin Kuk. “Aku tidak menepati janjiku. Tapi, perkataanku waktu itu jujur. Aku tidak menginginkan debut. Aku terpaksa melakukannya.”
“Aku iri padamu.” ujar Hye Mi. “Kau bisa debut walau tidak menginginkannya sedangkan aku sangat mengharapkannya. “Aku tidak marah. Apa aku punya hak untuk marah padamu? Aku bukan siapa-siapa bagimu.”
“Hye Mi…” Jin Kuk maju hendak menyentuh tangan Hye Mi, tapi Hye Mi mundur menghindar.
“Selamat untukmu.” kata Hye Mi. “Tapi maaf aku tidak bisa mengucapkan selamat dengan senyuman.”
Sambil berkata seperti itu, Hye Mi berjalan pergi.
Tidak lama kemudian, Sam Dong datang lewat pintu depan. Ia langsung menbanting Jin Kuk di sofa.
“Kau… jangan lakukan itu lagi!” seru Sam Dong marah.
Ri Ah melakukan rekaman, tapi suaranya sangat parah. Para kru geleng-geleng kepala.
“Berhenti, berhenti!” seru Director. “Apa kau tidak mendengar suaramu sendiri? Jika kita menggunakan nyanyian itu untuk iklan ponsel, ponsel kita pasti akan dikembalikan! Kau ingin dibunuh oleh produsen ponsel?!”
“Kurasa, kita hanya perlu menemukan orang lain yang bisa menyanyi.” usul Ri Ah. Hanya suaranya saja yang akan dipakai.
“Apa kau punya seorang teman di sekolah yang bisa menyanyi, tapi kelihatannya tidak mungkin melakukan debut?” tanya Director.
Akhirnya Ri Ah meminta Pil Sook menyanyi. Suara Pil Sook akan dijadikan suaranya dalam iklan ponsel.
Rekaman Pil Sook berjalan lancar karena suaranya yang indah.
Dengan bersemangat, Pil Sook menelepon ibunya.
“Ibu, kau bisa mendengar suaraku di tv.” kata Pil Sook. “Kau harus menonton ya bu!”
Selanjutnya, Pil Sook menelepon Jason.
“Jangan diangkat, jangan diangkat.” gumam Pil Sook.
Jason mengangkat telepon. “Ada apa, Nona Sushi?” sapanya.
“Hai Jason.” jawab Pil Sook grogi. “Aku menyanyi untuk iklan Juliet.”
Tanpa Pil Sook ketahui, saat itu Jason ada di belakangnya. “Benarkah? Selamat!”
“Mereka mengatakan akan mencantumkan namaku di kredit.” kata Pil Sook.
“Jadi, nama Kim Pil Sook akan muncul di tv?” tanya Jason. “Oke, aku pasti akan menonton.”
Pil Sook sangat senang mendengarnya. “Bye bye!” serunya ceria.
“Bye bye!” jawab Jason, saat itu sudah berada di samping Pil Sook.
Pil Sook kaget setengah mati.
Baek Hee memberikan kalung keberuntungannya pada Hye Mi.
“Untukku?” tanya Hye Mi, bingung. Benda itu adalah benda kesayangan Baek Hee.
“Aku merasa kau lebih membutuhkan ini ketimbang aku.” kata Baek Hee. “Mulanya aku sangat membencimu. Sekarang, aku melihat seekor bebek lemah. Aku merasa kasihan padamu. Aku sudah tidak membencimu lagi. Kau tidak bisa lagi kujadikan saingan. Kuharap kau tetap seperti ini.”
Hinaan yang sangat kasar untuk Hye Mi.
Baek Hee meletakkan kalung itu ke tangan Hye Mi, lalu berjalan pergi.
Hye Mi menatap kalung pemberian Baek Hee sambil bersandar di meja.
Tidak lama kemudian, Pil Sook datang dan ikut bersandar di meja.
“Ada yang ingin kudiskusikan denganmu.” kata Pil Sook.
Hye Mi membalikkan kepalanya membelakangi Pil Sook. Pil Sook langsung berpindah ke sisi lain Hye Mi.
Hye Mi menyerah. “Apa?” tanyanya kesal.
“Mungkin Jason benar-benar menyukaiku.” kata Pil Sook ceria. “Aku punya bukti. Dia mengajakku ke karaoke.”
“Hmm… Ada kemungkinan 20%.” kata Hye Mi acuh.
Pil Sook berpikir lagi. “Jason datang saat pertunjukkan kita.” katanya. “Dia datang untuk bernyanyi bersamaku.”
Hye Mi mulai tertarik. “Ada kemungkinan…. 60%.” katanya.
“Saat aku bernyanyi untuk iklan, Jason memberi selamat padaku dengan tulus.” tambah Pil Sook.
“70%.”
“Benarkah?!” seru Pil Sook senang. “Itu belum semuanya. Jika aku menyebutkan satu per satu hal lain, pasti akan mendekati 100%.”
Pil Sook menyebutkan semua kebaikan Jason padanya.
Hye Mi memandang Pil Sook dengan pandangan aneh, seperti terpesona atau apa.
“Kenapa kau memandangku seperti itu?” tanya Pil Sook, merasa tidak nyaman.
“Kau sangat cantik.” kata Hye Mi. “Bagaimana mungin aku tidak menyadarinya?”
“Benarkah?”
“Ya.” jawab Hye Mi. “Seperti tokoh utama yang semakin hari kelihatan semakin cantik.”
Pil Sook menyentuh kening Hye Mi. “Hye Mi, apa kau sedang sakit?”
Sam Dong pergi ke toko buku untuk membeli komik Hani dan Naeri serta Candy dan Eliza.
Sam Dong membaca komik-komik itu di rumah.
Jin Kuk bertanya padanya komik apa yang sedang dibaca oleh Sam Dong, tapi Sam Dong mengacuhkannya.
“Apa kau berencana tidak bicara denganku?” tanya Jin Kuk.
Sam Dong tetap diam.
Jin Kuk membuka lemari pakaiannya. “Apa kau memakai celana dalamku lagi?”
Sam Dong menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Setelah selesai mandi, Jin Kuk berpapasan dengan Hye Mi.
“Hye Mi, aku akan pindah ke asrama minggu ini.” kata Jin Kuk.
Tanpa berkata apa-apa, Hye Mi berjalan masuk ke kamarnya.
Pil Sook berniat menyatakan cintanya pada Jason. Ia menempelkan kertas berwarna pink berbentuk hati di sepanjang jalan.
Jason mengambil kertas tersebut satu per satu dan membaca tulisan yang tertulis disana.
Inti dari tulisan-tulisan itu adalah bahwa Pil Sook sangat menyukai Jason. Di akhir, Pil Sook menulis, “Tolong naik ke atas panggung jika kau merasakan hal yang sama.”
Jason melihat Pil Sook di kejauhan.
“Tolong naik, kumohon, kumohon.” ujar Pil Sook berdoa.
Jason duduk di samping Pil Sook. “Kau menulis ini semua?” tanyanya.
Pil Sook mengangguk malu-malu.
“Aku tidak tahu kalau kau sangat menyukaiku.” kata Jason. “Maafkan aku. Aku menyukaimu, tapi aku tidak merasakan perasaan yang sama denganmu.”
“Lalu kenapa kau datang kemari?” tanya Pil Sook. “Kenapa kau tidak pergi saja?”
“Jika aku pergi tanpa mengatakan apa-apa, rasanya itu sedikit…”
“Tidak sopan, bukan?” Pil Sook meneruskan perkataan Jason.
“Ya.” jawab Jason.
Pil Sook tertawa, berusaha menutupi sedihnya. “Ternyata memang hanya imajinasiku sendiri.” katanya, hampir menangis. “Hye Mi sering mengatakan padaku kalau aku mudah terpengaruh imajinasiku sendiri.”
Pil Sook mengambil kertas hati dari tangan Jason. “Biar aku membuang ini.” katanya seraya pergi meninggalkan Jason.
Ada satu kertas yang tertinggal di tangan Jason. Jason menatap kertas itu dalam diam.
Pil Sook pulang ke rumah dengan sedih.
Di sana, ia sudah menemukan kedua orang tuanya bersiap mengambil potret di iklan tv.
Mereka sudah menunggu, tapi Pil Sook tak juga muncul di tv. Hanya ada suaranya saja.
Rupanya kedua orang tua Pil Sook tidak mengerti maksud Pil Sook.
Pil Sook dan Hye Mi bersandar di meja dengan lesu.
“Hye Mi, aku bukanlah tokoh utama.” gumam Pil Sook lemas.
Hye Mi menggenggam tangan Pil Sook. Air mata menetes dari matanya.
Di rumah, Sam Dong sibuk menggambar sesuatu.
Jason melakukan pemotretan.
Setelah selesai, Ri Ah datang.
“Iklanmu hebat.” kata Director. “Siapa yang menyanyikan lagu itu?”
“Seorang gadis bernama Pil Sook.” jawab Ri Ah.
“Ah, orang yang tidak mungkin melakukan debut?” tanya Director.
“Mungkin saja bisa, kalau ia bisa menurunkan 30 kg berat badannya.” jawab Ri Ah.
Jason mendengar percakapan mereka.
Jason berjalan mendekati Ri Ah.
“Pil Sook yang menyanyikan lagu itu, tapi kenapa namamu yang muncul di kredit?” protes Jason.
“Aku juga tidak tahu.” jawab Ri Ah berbohong. “Itu dikerjakan oleh agen periklanan.”
Jason kelihatan sangat marah dan pergi meninggalkan Ri Ah.
“Kau pikir aku suka suara orang lain yang muncul?” gumam Ri Ah kesal.
Keluarga Oh Hyuk mengadakan pesta kecil-kecilan untuk Jin Kuk karena debutnya.
Sam Dong cemberut sementara Hye Mi tidak hadir.
Hye Mi berjalan pulang ke rumah. Ia berdiri ragu sebelum masuk ke dalam rumah.
Tanpa disadari Hye Mi, saat itu Jin Kuk ada di belakangnya. Jin Kuk memutuskan untuk tidak menyapa Hye Mi dan berjalan pergi tanpa suara.
Hye Mi masuk ke dalam kamarnya. Disana, ia menemukan helm dan earphone milik Jin Kuk. Kenangan-kenangan itu kembali tersirat. Hye Mi menangis.
Hye Mi berdiri di depan rumah sambil memakai helm Jin Kuk.
Sam Dong menghampirinya. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya.
Hye Mi diam.
Sam Dong melepas helm Hye Mi perlahan. Hye Mi sedang menangis.
“Hye Mi!” seru Sam Dong kaget. “Ada apa? Mengapa kau menangis?”
“Bolehkah aku mengatakan padamu mengapa aku menangis?”
Sam Dong menggeleng. “Tidak.” jawabnya. Ia sudah tahu alasan mengapa Hye Mi menangis.
“Kurasa kau sudah tahu.” ujar Hye Mi.
“Hentikan.” kata Sam Dong.
“Aku menangis karena Jin Kuk.” Hye Mi terus berkata tanpa menggubris Sam Dong.
“Hentikan!” teriak Sam Dong.
Hye Mi diam, memandang Sam Dong.
Sam Dong maju, menyentuh bahu Hye Mi. “Benar, kau menangis karena Jin Kuk.” katanya. “Karena ia bisa debut dengan cepat. Kau iri padanya dan menangis.”
“Sam Dong…”
“Aku bisa memahamimu lebih dari dirimu sendiri.” kata Sam Dong, menangis. “Aku benar, bukan? Tidak ada alasan lain, bukan?”
Hye Mi terdiam.
Di dalam rumah, Oh Hyuk sibuk mengangkat sekantong sampah. Karena kantong itu berat, tanpa sengaja Oh Hyuk menumpahkan sampah-sampah itu ke lantai.
Oh Hyuk menunduk untuk memungut sampah itu. “Apa ini?’ gumamnya seraya membuka salah satu remasan kertas.
Kertas itu bergambar tokoh kartun. Tokoh wanitanya kelihatan seperti Hye Mi.
“Ini gambarmu, bukan?’ tanya Oh Hyuk, menyerahkan kertas-kertas itu pada Hye Mi. “Sangat kekanak-kanakan.”
Hye Mi bingung. “Bukan.” jawabnya. Ia melihat kertas itu satu per satu. “Ini gambar Sam Dong.”
“Sam Dong?” gumam Oh Hyuk. “Ia menggambarkan kau sebagai tokoh utama.”
Hye Mi tertawa sendiri melihat gambar-gambar Sam Dong. Gambar-gambar itu menceritakan jalan hidup mereka. Bahkan ada Baek Hee juga.
Saat-saat pertemuan pertama Sam Dong dan Hye Mi, sampai saat konser.
Hye Mi bertanya pada Oh Hyuk apakah Hye Mi adalah Hani atau Naeri.
Oh Hyuk menjawab dengan bijaksana. Jika dilihat dari awal sampai saat ini, Hye Mi adalah Naeri. Tapi cerita belum berakhir. Hye Mi telah menyadari kesalahannya dan berkembang. Hye Mi bisa menjadi Hani.
“Aku akan pergi ke sekolah sebentar lagi.” pamit Oh Hyuk. “Apa kau mau ikut?”
“Ya, Guru Kang.” ujar Hye Mi.
Oh Hyuk berjalan pergi, namun tidak lama kemudian kembali lagi. “Barusan kau memanggilku Guru Kang?”
“Tidak.” jawab Hye Mi, berbohong.
Hye Mi masuk ke dalam kelas. Sam Dong sudah berada disana, duduk diam.
Saat melihat Hye Mi, sikap Sam Dong sangat kaku. Ia membuang muka, tidak mau memandang Hye Mi.
Hye Mi menunjukkan kertas gambar Sam Dong. “Aku sudah melihat ini.” katanya.
Sam Dong kaget setengah matu. “Darimana kau dapat itu?” tanyanya, berusaha merebut kertas itu dari tangan Hye Mi. “Kembalikan! Kembalikan sekarang!”
Hye Mi lari dari Sam Dong.
“Kau menggambar ini karena ingin memberikannya padaku!” kata Hye Mi.
“Tidak!” seru Sam Dong. “Kembalikan padaku!”
Hye Mi berusaha lari dari Sam Dong, tapi rambutnya malah tersangkut ke pin baju Sam Dong. Hye Mi berusaha melepaskan diri.
“Jangan bergerak.” kata Sam Dong. “Ini tersangkut.”
“Apa yang terjadi setelah ini?” tanya Hye Mi.
“Aku tidak tahu.” jawab Sam Dong. “Aku hanya menggambar asal-asalan.”
Hye Mi tersenyum. “Aku tahu apa yang terjadi setelah ini.” katanya. “Giliran kita yang akan menang.”
Sam Dong tertawa. Hye Mi tertawa bersamanya.
Pil Sook mengambil sepatu dari lokernya. Ketika melihat Jason, Pil Sook buru-buru kabur, tapi kepalanya terbentur pintu loker.
Pil Sook kesakitan dan langsung duduk di kursi.
“Kau baik-baik saja?” tanya Jason. “Biar kulihat keningmu.”
“Tidak perlu.” tolak Pil Sook. “Mulai saat ini, tolong berhenti bersikap baik padaku.”
“Aku selalu mencemaskanmu.” kata Jason. “Bagaimana kalau kau saja yang berhenti membuatku cemas.”
“Kau mencemaskanku?” tanya Pil Sook. “Kau tidak membenciku?”
“Mengapa aku mau pergi ke karaoke dengan orang yang kubenci?” ujar Jason.
“Kau tidak membenciku dan tidak menyukaiku juga?” tanya Pil Sook polos.
“Aku menyukaimu sedikit.” jawab Jason.
“Kau menyukaiku… tapi hanya sebagai teman, bukan?” tanya Pil Sook lagi.
Jason mengangguk.
“Jika berat badanku turun, apakah kau akan berubah pikiran?” tanya Pil Sook penuh tekad. “Dalam 200 hari berat badanku akan turun. Aku akan berubah menjadi cantik dan muncul di hadapanmu. Jika saat itu tiba, bisakah kau memberiku jawaban yang lain?”
Jason berpikir. Ia teringat kata-kata Ri Ah dan Director mengenai Pil Sook.
Demi kebaikan Pil Sook, Jason menyetujui permintaannya.
Dimulailah program penurunan berat badan Pil Sook, dibantu oleh Seung Hee.
Sam Dong, Hye Mi dan Pil Sook menonton Music Bank. Juara tahun 2011 itu adalah K.
K menjadi sebuah grup yang melejit seperti roket dan menjadi idola.
Diantara mereka bertiga, hanya Pil Sook-lah yang senang jika K menjadi juara tangga lagu.
200 hari berlalu, seorang gadis langsing memainkan gitar pinknya dan bernyanyi merdu.
K adalah sebuah nama grup musik yang beranggotakan murid-murid Kirin, yakni Jin Kuk, Baek Hee, Jason, dan 3 murid lain.
Ketika mereka berkunjung ke Kirin, para fans berteriak-teriak histeris.
Jin Kuk langsung datang ke kelas, tapi kelas itu kosong. Jason juga menuju kelas yang sama.
“Kenapa kau kemari?” tanya Jin Kuk.
“Aku hanya… ingin menemui seorang teman yang sudah lama tidak kutemui.” jawab Jason. “Lalu kau?”
“Sama.” jawab Jin Kuk. “Kemana mereka pergi?”
Jason berjalan menuju lokernya. Disana sudah ada permen dan note bertuliskan “welcome”.
Jason tersenyum. Ia celingak-celinguk mencari Pil Sook.
Ketika sedang berjalan, ia berpapasan dengan seorang gadis. Jason terus berjalan karena merasa tidak mengenal gadis itu.
“Lama tidak berjumpa.” sapa gadis itu dalam bahasa Inggris.
Jason berbalik.
“Sudah 200 hari.” kata gadis itu.
Jason melotot kaget. “Kau… apa kau Pil Sook?” tanyanya, memperhatikan gadis itu lekat-lekat.
Pil Sook telah berubah menjadi seorang gadis yang cantik dan langsing.
Murid-murid Kirin berkerubung melihat sesuatu di ruang latihan. Rupanya mereka sedang terpana melihat sepasang siswa-siswi yang sedang menari.
Jin Kuk dan Baek Hee ikut menonton. Dari kejauhan mereka tidak bisa melihat siapa pasangan tersebut.
Jin Kuk dan Baek Hee memperhatikan dengan seksama. Mereka sangat terkejut ketika mengetahui bahwa pasangan yang sedang menari itu adalah Sam Dong dan Hye Mi.
“Drama ini masih jauh dari akhir.” ujar Oh Hyuk. “Jadi jangan khawatir jika segala sesuatu berjalan dengan lambat. Dibandingkan dengan mereka yang berjalan cepat, orang yang berjalan lambat bisa melihat segala sesuatu dengan lebih jelas. Jika kau menanyakan padaku siapa yang memiliki potensi yang lebih besar, maka orang yang berjalan lebih lambat akan lebih berhati-hati dan berpengalaman.”

No comments:

Post a Comment