Friday, June 28, 2013

School 2013 Episode 10

Se Chan dan In Jae masuk kembali ke kelas, dan In Jae terlihat sedih dengan insiden barusan. In Jae melihat ponsel Jung Hoo yang sudah berserakan di lantai karena terbanting tadi. In Jae mengambilnya dan melihat ke bangku Jung Hoo yang sudah kosong. In Jae merapikan kertas ujian Jung Hoo dan menaruh ponsel Jung Hoo dimeja.









Sementara itu di gudang, Heung Soo yang menyadari ponsel Nam Soon tertinggal karena memang tadi dikumpulkan sebelum ujian merasa kesal. Karena itu berarti mereka terkurung entah sampai berapa lama di gudang.
Nam Soon bertanya kenapa Heung Soo keluar ditegah-tengan ujian? Heung Soo sudah belajar kan?
Heung Soo menjawab kalau Nam Soon bahkan tidak tahu tempat, dan malah ikut ampur urusannya.

“Benar. Apa yang bisa dilakukan preman sepertiku?”

Heung Soo bertanya apa yang akan duilakukan Nam Soon sekarang? Nam Soon menjawab kalau dia akan melakukan semuanya.

“Apa yang harusnya ku lakukan tiga tahun yang lalu, akan ku lakukan sekarang. Semuanya.”

Kemudian Heung Soo berkata kalau yang dia maksud adalah apa yang akan Nam Soon lakukan sekarang sehingga mereka bisa keluar dari gudang ini?
Nam Soon tidak mempedulikan perkataan Heung Soo yang barusan, Nam Soon malah berkata maafkan aku. Heung Soo marah dan menyuruh Nam Soon menutup mulutnya.
Heung Soo juga bilang kalau dia tidak akan tinggal diam.

Nam Soon berkata kalau itu adalah kesalahan. Tiga tahun yang lalu itu merupakan kesalahan. “Aku hanya ingin memukulmu seperti hari pertama kau bergabung. Tapi..”

Heung Soo tidak mempedulikan Nam Soon, sehingga Nam Soon tidak melanjutkan kata-katanya. Heung Soo berbalik mencoba membuka pintu gudang yang jelas terkunci dari luar. Namun ternyata Nam Soon melanjutkan kata-katanya “tak peduli seberapa brengseknya aku..aku sama sekali tidak berniat mematahkan kakimu.”









Heung Soo yang mencoba tidak peduli, menjadi kesal dan menarik kerah seragam Nam Soon sambil berteriak, kalau dia tahu itu adalah sebuah kesalahan. “Jadi tutup mulutmu!!”

“Tapi tetap saja itu salahku.Itu kesalahanku.”

(Nangiisss akunya..)

“Karena itu sebuah kesalahan, karena itu salahmu, apa itu mengubah sesuatu?”

Nam Soon sudah hampir menangis dan berkata “itu sebabnya, karena tidak akan ada yang berubah meskipun aku mencobanya, aku minta maaf. Aku..Aku..benar-benar minta maaf. Aku bahkan tidak bisa minta maaf karena sangat menyesal, jadi.. ”

Heung Soo sudah tidak tahan mendnegar Nam Soon terus berbiara, mendorong Nam Soon ketumpukan kursi dan meja di belakang Nam Soon. Dan berteriak tutup mulutmu.









In Jae masih terlihat sedih dengan Jung Hoo yang tidak memilih sekolah dan malah pergi meninggalkan kesempatan yang sudah diberikan Se Chan padanya. Se Chan yang melihat In Jae bersedih berkata kalau mengenai Oh Jung Hoo, In Jae langsung memotong perkataan Se Chan, In Jae berkata kalau apa yang Se Chan lakukan adalah yang semestinya. In Jae tahu kalau untuk siswa seperti Oh Jung Hoo memang harus ditekan agar dia tahu maksud yang kita sampaikan. In Jae berkata kalau dia hanya merasa sedikit bersalah. Bagaimana kalau ternyata mereka menekannya terlalu keras didepan anak-anak lain?





Kemudian masuklah Soo Chul dan dnegan sedikit gugup berkata kalau kepala sekolah . Kata-kata itu dilanjutkan Se Chan apa kepala sekolah memanggil mereka lagi?
Soo Chul berkata kalau untuk hari ini kepala sekolah menyuruh mereka untuk mengurus anak-anak.
Kemudian Soo Chul pergi begitu saja membuat Se Chan dan In Jae heran.

Kembali lagi Nam Soon dan Heung Soo.
Nam Soon yang didorong Heung Soo tadi, mendekati Heung Soo dan berkata harusnya Heung Soo melawannya dari awal. Sejak mereka bertemu didepan sekolah dulu. Heung Soo harusnya memukul Nam Soon saat mereka pertama bertemu setelah tiga tahun berpisah.
Heung Soo berkata harusnya dia melakukan itu tiga tahun yang lalu.”Memohon dan dipukuli,kau harusnya juga menerima semua itu. ”

Nam Soon mengambil tangan Heung Soo dan mengarahkan ke tubuhnya. Nam Soon berkata agar Heung Soo memukulnya lagi. “Anggap sekarang tiga tahun yang lalu, dan pukul aku lagi.”

Heung Soo hanya diam.

“kenapa? Apa kau tak mampu memukulku? Jika kau bahkan tak bisa memukulku, kenapa kau bertindak seperti ini? Kau menyuruhku jangan berpura-pura bersikap baik. Kenapa kau tak jujur saja? Kau mungkin ingin membunuhku lebih dari seratus kali, seribu kali..”

Heung Soo melepaskan tangannya yang dipegang Nam Soon, dan berkata “Itu benar. Aku berkata pada diriku untuk membunuhmu lebih dari seratus, seribu kali. Jadi kenapa?Apa yang akan kau lakukan.”

Kali ini Heung Soo mendorong Nam Soon dengan sangat keras, membuat meja dan kursi yang bertumpuk-tumpuk itu jatuh mengenai Nam Soon. Seolah menimbunnya.









Heung Soo yang melihat Nam Soon tergeletak tidak sadarkan diri, merasa panik, dan takut terjadi apa-apa pada Nam Soon.
Heung Soo segra menyingkirkan kursi-kursi yang jatuh mengenai Nam Soon dan memanggil namanya. Setelah berhasil Heung Soo masih memanggil-manggil nama Nam Soon dengan perasaan cemas, dan nada yang khawatir. Heung Soo bahkan mengangkat kepala Nam Soon dan menaruh di pahanya sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh Nam Soon agar segera bangun. Tapi mata Nam Soon tetap terpejam, tanpa respon apapun.







Heung Soo menaruh kepala Nam Soon dengan hati-hati di lantai, dan beralih ke pintu gudang yang terkunci. Heung Soo menggedor-gedor pintu dengan keras berharap ada yang mendengar dan menolongnya.



Di kelas 2-2, sepertinya ujian sudah berakhir karena In Jae sudah membagikan semua ponsel mereka. In Jae berkata kalau mereka pasti lelah karena ujian hari ini. In Jae juga meminta maaf karena gangguan saat ujian listening tadi.
Seorang siswi bertanya apa yang akan terjadi pada mereka?
In Jae menjawab entahlah, bagaimana lagi. Tak ada yang bisa dilakukan sekarang. Ha Kyung terlihat kecewa, karena pasti ujian listening tadi hasilnya buruk.

Se Chan berkata ujian akademik adalah ujian yang mengevaluasi kemampuan akademik mereka. Nilai ujian mereka mungkin akan lebih rendah dari nilai sebenarnya, tapi..untuk mencari tahu kemampuan mereka yang sebenarnya, mereka harus pulang dan mendengarkan soal listening lainnya di rumah. Agar mereka tahu seberapa bagus kemampuan listening mereka. Se Chan akan membagikan lembar jawaban yang baru, dan mereka bisa menghitung sendiri seberapa banyak mereka nanti benar dalam menjawabnya. Anak-anak mulai terlihat mengeluh.
Se Chan meminta agar mereka benar-benar menghitung dengan teliti dan meminta mereka untuk mengumpulkan hasil nilai ujian listening mereka yang sebenarnya.





Jung In Jae keluar kelas dengan membawa dua tas, sepertinya tas Nam Soon, Heung soo dan Jung Hoo(Kalau Jung Hoo bawa tas ya..kan dia mana niat sekolah.^^)
Se Chan yang baru keluar kelas dan melihat In Jae membawa banyak tas, menawarkan membantunya.In Jae pun menyetujui, dengan memberikan satu tas yang bawanya pada Se Chan.

In Jae bertanya menurut Se Chan mereka pergi kemana?
Se Chan menjawab mereka pasti punya urusan sendiri.Se Chan juga bilang kalau mereka berdua memang punya banyak maslah yang harus diselesaikan antara mereka (Tumben nih guru bijak banget, insap kayaknya..^^)

In Jae diam saja, dan Se Chan mengambil tas yang ada di pundak In Jae agar biar dia yang membawanya (Iihhh…perhatiian banget..)









Uhm Dae Woong sedang melihat absensi kelas 2-2 yang hari ini ikut ujian, dan ternyata Nam Soon, Heung Soo dan Jung Hoo yang absen di ujian listening tadi. Kang Se Chan dan In Jae yang baru masuk ke ruangannya, langsung ditanya oleh Dae Woong siapa lagi yang membuat masalah selain Oh Jung Hoo di kelas mereka? Kemana perginya Go Nam Soon dan Park Heung Soo setelah sesi kedua?

In Jae dan Se Chan terlihat sedikit bingung, tapi kemudian Se Chan yang menjelaskan kalau anak-anak selalu tidak sabar menunggu ujian selesai, jadi mereka meninggalkan kelas lebih cepat. Uhm Dae Woong kemudian bertanya tentang tas yang dipundak Se Chan, Se Chan bingung menjawabnya. In Jaelah yang gantian menjawab, kalau mereka mungkin belum kembali.

Dae Woong kemudian mendekati mereka dan bertanya apa yang dipegang In Jae itu merupakan ponsel Nam Soon dan Heung Soo? Dae Woong berkata kalau begitu mereka masih ada di sekolah. In Jae menjawab kalau dia tidak terlalu yakin, jadi dia hanya membawanya saja. Dae Woong dengan mantap menjawab kalau pasti mereka masih di sekolah,anak-anak sekarang mana ada yang rela meninggalkan ponsel mereka.

Dae Woong dengan nada sedikit kesal bertanya kemana lagi mereka pergi, dan masalah apa yang sudah mereka buat? Dae Woong kemudian pergi akan mencari Nam Soon dan Heung Soo.









Se Chan hanya melihat kepergian Dae Woong dan sepertinya juga ikut cemas kalau-kalau Dae Woong menemukan mereka berdua dan akhirnya menghukum Nam Soon dan Heung Soo.

Sementara itu, Heung Soo masih dengan berteriak keras dan menggedor-gedor pintu, bertanya apa ada orang diluar, dan meminta tolong agar dibukakan pintu. Heung Soo benar-benar panik dna terlihat khawatir sekali, mengingat Nam Soon belum sadar juga dari pingsannya. Heung Soo masih berteriak-teriak “disini, disini tolong buka pintunya”

Kemudian Nam Sooon membuka matanya dan bergumam “kenapa dia ribut sekali?”
Nam Soon mencoba bangkit dan duduk.
Heung Soo yang sepertinya sudah hampir menangis menoleh dan melihat Nam Soon sudah sadar.









Nam Soon memandang Heung Soo yang sedang ketakutan dan berkata apa Heung Soo lupa kalau dia punya tulang yang kuat? Nam Soon yang masih menahan sakit mencoba pindah dan duduk disalah satu kursi. Heung Soo masih memandangnya dengan cemas dan bertanya apa Nam Soon terluka? (Ketauan kan kalau ternyata Heung Soo masih menyayangi Nam Soon. )
Nam Soon kemudian mengangkat tangannya yang terluka. Memperlihatkannya pada Heung Soo. Heung Soo berkata luka itu cocok untuk Nam Soon, dan merasa lega karena ternyata luka Nam Soon tidak serius atau parah.







Heung Soo menyandarkan punggungnya di lemari tempat dia bersembunyi tadi dengan Nam Soon. Heung Soo berkata kalau itu tadi menakutkan. Kemudian Heung Soo merubah posisinya dengan duduk berjongkok masih bersandar di lemari. Heung Soo berkata pada Nam Soon “kau bilang kau punya tulang yang kuat?”

Nam Soon tidak menanggapi itu dan malah berkata kalau dia takut Heung Soo akan meninggalkan dan melupakannya setelah ada di Seoul untuk bermain sepak bola.
Heung Soo menjawab kalau pada akhirnya dia juga tidak bisa pergi kan? “kenapa kau melarikan diri saat itu?”

Nam Soon menjawab kalau saat itu dia benar-benar takut ditinggalkan oleh Heung Soo. “Aku takut kau akan mengatakan tak mau lagi melihat bajingan sepertiku. Saat itu kau hanya punya dirimu, jika kau mengatakan yang seperti itu, aku takkan punya teman lagi. Tak satupun.”





Heung Soo kemudian mengingat kenangannya bersama Nam Soon saat masih bersama dulu.

Flashback

Saat itu Heung Soo sedang dikamarnya dan masuklah Nam Soon. Heung Soo terlihat sedang bersiap akan tidur dengan mengeringkan kakinya menggunakan handuk. Heung Soo tersenyum dan bertanya kenapa Nam Soon datang lagi, dan Nam Soon tanpa dikomando langsung masuk dan duduk di dekat Heung Soo. Heung Soo masih asik mengeringkan kakinya, dan Nam Soon bertanya tentang ibu Heung Soo? Ibu Heung Soo kan lagi sakit saat itu.
Heung Soo menjawab kalau ibunya masih seperti biasa, belum ada yang berubah.

“Jangan khawatir dia akan bangun besok.”

Dengan tersenyum Heung Soo menjawab kalau Nam Soon mengatakan kata-kata itu setiap harinya. Nam Soon dengan senyum juga menjawab kalau yang dia katakan adalah serius, jadi percaya padanya, dan tidurlah dengan nyenyak.





Nam Soon kemudian merebahkan kepalanya membelakangi Heung Soo, dan Heung Soo juga melakukan hal sama, berbaring di samping Nam Soon. Heung Soo bertanya kenapa Nam Soon selalu datang dan tidur ditempatnya padahal Nam Soon punya rumah? Nam Soon dengan singkat menjawab kalau disini rasanya nyaman. Heung Soo menoleh kearah Nam Soon dan bertanya kenapa?

“Kesetiaan. Ini disebut kesetiaan.”

Heung Soo hanya tersenyum dan kemudian menaruh handuk yang dipegangnya(Handuk bekas ngeringin kaki tadi.)di bawah kepala Nam Soon sebagai alas.(haduw apa ga ada alas yang lain..Hiiyy.^^)
Heung Soo kemudian menyebut Nam Soon pembohong. Heung Soo berkata kalau alasan Nam Soon pasti karena tidak mau tidur sendirian di rumah yang kosong itu. Heung Soo juga berkata kalau Nam Soon tak punya orang lain selain dirinya kan?







Nam Soon tidak menjawab, hanya diam. Dan Heung soo mencoba melihat apakah Nam Soon sudah tidur. Dengan kepala bertumpu pada tangannya, Heung Soo menyelimuti Nam Soon yang sudah terpejam.(keliatan banget ya Heung Soo sayang sama Nam Soon.)

Heung Soo kemudian merebahkan kepalanya lagi, dan Nam Soon membuka matanya tanpa diketahui Heung Soo. Kemudian Heung Soo mengucapkan selamat malam pada Nam Soon.





Flashback end

Heung Soo kemudian mengeluarkan rokoknya.



Diluar Uhm Dae Woong masih mencoba mencari keberadaan Nam Soon dan Heung Soo. Uhm Dae Woong mencari di tempat pengumpulan sampah, dan melihat tidak ada orang disana. Kemudian Uhm dae Woong berjalan lagi,melihat keatap sekolah, dan ternyata tidak ada mereka juga disana. Uhm Dae woong tidak berhenti hanya sampai disitu, kali ini dia melangkahkan kakinya ke gudang, dan melihat ada asap yang keluar dari jendela, mmenandakan bahwa di dalam ada orangnya.









Uhm Dae Woong menemui petugas dan meminta kunci gudang padanya.



Lalu terdengarlah pintu akan terbuka, Nam Soon dan Heung Soo yang ada didalamnya sedikit kaget. Nam Soon dan Heung Soo segera bangkit berdiri, dan Heung Soopun mematikan rokoknya dengan menginjakknya. Nam Soon melepas jas seragamnya dan menggunakannya untuk mengusir asap-asap rokok yang nanti bisa tercium dan membuat mereka ketahuan. Terbukalah pintu dan kagetlah Nam Soon serta Heung Soo.







Ternyata Kang Se Chan yang menemui mereka. Se Chan memperhatikan mereka, dan melihat ke tangan Nam Soon yang terluka, tapi Nam Soon segera menutupi dengan jas seragamnya. Berharap Se Chan tidak mengetahuinya.
Se Chan juga melihat kursi-kursi yang berantakan menandakan memang terjadi sesuatu digudang tadi.







Kemudian Se Chan memandang ke bawah, Heung Soo yang sadar segera menutupi sisa-sisa rokok tadi dengan kakinya, tapi sepertinya sudah terlambat. Karena Se Chan dengan kakinya menggeser kaki Heung Soo dan terlihatlah puntung rokok dibawahnya.
Se Chan kemudian mengambil sisa rokok itu. Se Chan berkata pada mereka “merokok dan berkelahi? Kalian tertangkap basah”









Kemudian mereka dikejutkan dengan sebuah suara yang bertanya apa yang mereka lakukan disini. Ternyata itu suara guru Uhm.
Se Chan menundukkan kepalanya memberi hormat pada guru Uhm. Guru Uhm berkata siapa yang merokok keluar. Belum ada yang beranjak dari tempatnya baik Heung Soo atapun Nam Soon, membuat guru Uhm mengulangi kata-katanya lagi. Heung Soo sudah mau melangkahkan kakinya untuk mengakui perbuatannya. Tapi tiba-tiba Kang Se Chan maju dan berkata kalau dulu waktu sekolah dia ingat dia pernah merokok disini, makanya tadi dia datang dan melakukannya lagi. Dengan perlahan Kang Se Chan membuka tangannya dan melihatkan kalau memang ada rokok ditangannya.







Guru Uhm tidak bisa berkata apa-apa untuk hal barusan. Guru Uhm hanya mengomentari Nam Soon dan Heung Soo yang bolos ujian tadi, jadi meminta agar Se Chan menasihati mereka dan menghukumnya. Se Chan mengangguk dna menyanggupinya, kemudian guru Uhm pergi meninggalkan mereka bertiga.



Se Chan keluar gudang dan dengan terseyum berkata pada mereka “Baiklah, kalian berhutang padaku. Ikuti aku.”
Nam Soon dan Heung Soo mematuhi Se Chan dengan mengikutinya.





Sementara itu ditempat lain. Yi Kyung bertanya pada Ji Hoon kenapa Ji Hoon harus mengganggu Jung Hoo? Ji Hoon menjawab kalau dia tidak melakukan apa-apa. Dia hanya memberitahu Jung Hoo agar hidup normal. Yi Kyung masih bersikeras kalau Ji Hoon sudah mengganggu Jung Hoo.
Bagaimana bisa Ji Hoon melakukan hal itu pada Jung Hoo saat dia berada dalam kondisi seperti ini?



Ternyata mereka berada di dekat tempat billiard, dan Yi Kyung mengajak Ji Hoon untuk ikut naik menemui Jung Hoo. Tapi kemudian Ji Hoon bertanya membuat langkah Yi Kyung terhenti. Ji Hoon bertanya apa Yi Kyung yakin Jung Hoo ada disini? Ji Hoon berkata kalau dia punya firasat buruk tentang tempat ini. Yi Kyung tanya kenapa? Ji Hoon hanya menjelaskan kalau pasti orang-orang itu sangat marah tentang masalah motor kemarin. Yi Kyung berkata kalau orang-orang itu tidak tahu itu salah mereka, tahunya Nam Soon dan Heung Soo yang bersalah. Yi Kyung juga berkata kalau dia yakin 100% Jung Hoo ada di dalam.



Ji Hoon pun akhirnya mengikuti yi Kyung untuk naik keatas dan menemui Jung Hoo. Di dalam memang ada Jung Hoo yang sedang tiduran. Jung Hoo kemudian membuka matanya dan tahu ada Ji Hoon juga disana. Ji Hoon meminta Jung Hoo untuk segera bangun karena tidur di tempat seperti itu akan membuat punggung Jung Hoo terasa sakit. Jung Hoo malah marah dan berkata urus saja dirimu sendiri. Ji Hoon masih mencoba ramah pada Jung Hoo dengan mengajaknya keluar cari makan, karena Ji Hoon yang akan mentraktir Jung Hoo. Jung Hoo masih dengan kasar berkata kalau dia tidak ingin makan.
Ji Hoon memejamkan matanya mencoba utnuk tetap sabar. Ji Hoon bertanya jadi apa Jung Hoo akan tetap disini dengan puntung rokok?





Jung Hoo yang semakin kesal bangun dari tidurnya lalu berdiri di hadapan Ji Hoon. Jung Hoo berkata kalau Ji Hoon sekarang mulai banyak bicara. Ji Hoon menjawab itu sebabnya ayo keluar, dan bicara di tempat lain saja. Jung Hoo bertanya bicara tentang apa? Apa wali kelas menyuruh Ji Hoon untuk membujuknya kembali?
Ji Hoon bertanya apa Jung Hoo pikir wali kelas gila melakukan itu, setelah kekacauan yang Jung Hoo buat?
Jung Hoo marah dan akan memukul Ji Hoon, tapi Yi Kyung mencegahnya dengan menahan Jung Hoo. Yi Kyung berkata jangan seperti ini. Jung Hoo menyuruh Ji Hoon segera pergi. Karena dia tidak akan berteman dengan mereka lagi.(termasuk Yi Kyung.)
Yi Kyung kaget dan bertanya apa maksud Jung Hoo? Ji Hoon juga bertanya lalu Jung Hoo akan berteman dengan siapa?
Jung Hoo melihat kearah orang-orang yang sedang bermain billiard dan menjawab kalau dia akan berteman dengan mereka-mereka itu.







Ji Hoon mendekati Jung Hoo dan berkata apa Jung Hoo bawahan mereka? Seperti pecundang? Jung Hoo menjawab itu benar.”Aku pecundang, dan kau bawahan pecundang itu.”
Ji Hoon terlihat kesal dnegan kata-kata Jung Hoo, tapi masih mencoba bersabar menahan marahnya. Ji Hoon memilih meninggalkan Jung Hoo dan Yi Kyung. Yi Kyung mencoba mengejar Ji Hoon dan memanggil namanya, tapi Ji Hoon tidak peduli, dan terus melangkah. Yi Kyung tidak melanjutkan langkahnya dan diam disana membiarkan Ji Hoon yang keluar. Jung Hoo kemudian berkata kalau Yi Kyung harus menentukan pilihannya sekarang. Jung Hoo menyuruh Yi Kyung pergi kalau memang ingin meninggalkannya, tapi tetap disini kalau memang ingin bersamanya.









Yi Kyung mendekati Jung Hoo dan bertanya kenapa Jung Hoo harus seperti ini? Dia akan pergi kemana jika tanpa Jung Hoo?(Setia banget ya mereka..sepertinya memang Ji Hoon dan Yi Kyung saling menyayangi dan benar-benar tulus bersahabat dengan Jung Hoo.)

Jung Hoo tidak peduli dengan ocehan Yi Kyung dan memanggil ketua preman yang dulu motornya seolah dicuri Nam Soon.
Jung Hoo memanggilnya dengan sebutan Hyungnim. Jung Hoo berkata kalau orang yang mencuri motor mereka adalah teman sekelasnya. Yi Kyung kaget mendengarnya.







Jung Hoo memanggil Yi Kyung dan menyuruhnya untuk mencari tahu dimana keberadaan Nam Soon dan Heung Soo.(Ini mungkin trik Jung Hoo untuk membuktikan kesetiaan Yi Kyung padanya.)



Sementara itu di Seungri, tepatnya di ruang guru. Nam Soon dan Heung Soo terlihat sedang asik membersihkan runagann itu dengan menyapunya, dan tentu ditunggui oleh Kang Se Chan. Se Chan mengingatkan mereka agar membersihkan setiap sudut, jangan sampai ada yang tertinggal. Se Chan menunjuk sudut rak dan menyuruh mereka membersihkan bagian sana juga. Tapi kemudian In Jae datang, bertanya apa yang sedang mereka lakukan disini?







In Jae yang kemudian duduk di kursinya antusias bertanya dimana Se Chan menemukan mereka? Se Chan menjawab kalau dia menemukan mereka digudang. Se Chan juga menceritakan kalau petugas keamanan mengira tidak ada orang digudang jadi menguncinya.

In Jae kaget dan spontan beralih pada Nam Soon dan Heung Soo. In Jae bertanya apa benar mereka terkurung? Apa mereka baik-baik saja?Mereka membenarkan hal itu. In Jae bertanya kenapa mereka harus pergi kesana ditengah ujian?
Se Chan menyela dengan berkata dalam istilah sastra itu disebut kau menuai apa yang kau tabur.Karena itu mereka tak bisa melawanku sekarang. Nam Soon dan Heung Soo memasang tampang lucu saat mendengar kata-kata terakhir Se Chan.









In Jae bertanya pada mereka apa mereka akan terus bertingkah seperti ini? Mereka menjawab tidak. In Jae mengembalikan ponsel mereka dan berkata kalau dia tidak akan memafkan mereka untuk lain kali. Merekapun menerima ponsel yang diserahkan In Jae. Se Chan bertanya kenapa harus menunggu lain kali? Harusnya In Jae tidak memafkan mereka sekarang agar mereka bisa sepenuhnya mengerti.
Se Chan yang melihat Nam Soon dan Heung Soo malah mendnegarkan percakapannya dengan In Jae, menyuruh mereka untuk kembali membersihkan tempat ini. Merekapun menjawab kalau mereka sudah selesai. Se Chan bertanya seolah tidak percaya “Sudah selesai?”
Se Chan kemudian menyuruh mereka pergi ke ruang bimbingan dan menulis surat permintaan maaf.
Se Chan memberikan kertas pada mereka, dan menyuruhnya memenuhi semua kertas baik depan ataupun belakang. Nam Soon dan Heung Soo terlihat enggan melakukannya, dan Se Chan kemudian bertanya apa mereka mau melakukannya di depan guru Uhm?Akhirnya mau ga mau Nam Soon dan Heung Soo mengambil kertas itu dan segera pergi untuk menulisnya.





Setelah mereka berdua pergi, In Jae bertanya apa Nam Soon dan Heung Soo membuat masalah lagi? Apa Se Chan menutupinya dari guru Uhm? Se Chan membenarkan hal itu.
In Jae bertanya lagi masalah apa? Apa serius? Apa tidak apa-apa jika terus ditutupi?
Se Chan menjawab kalau mereka harus menutupinya tidak peduli entah itu diizinkan atau tidak. Bukankah In Jae bilang itu tugas wali kelas?



Di ruang bimbingan, Nam Soon sudah terlihat capek menulis terus, dan Heung Soo juga sudah mulai kepayahan. Masuklah Se Chan melihat mereka. Dan kata-kata pertama yang diucapkan Se Chan adalah “kalian bodoh sekali. Kalian tak bisa menulis lebih dari tiga baris.”






Se Chan meminta mereka mengatakan yang sejujurnya apa mereka benar-benar tidak ingin kesekolah? Atau apa salah satu dari mereka ingin dipindahkan ke sekolah lain? Se Chan akan melakukannya jika memang Nam Soon dan Heung Soo menginginkannya. Mereka hanya diam saja. kemudian Se Chan berkata kalau memang tidak seperti itu, maka bisakah mereka bersekolah dnegan benar? Berhenti berkelahi dan merokok.Dan melakukan hal normal yang dilakukan siswa lainnya. Se Chan bertanya apa mereka mengerti? Nam Soon dan Heung Soo masih diam. Se Chan pun memanggil mereka “Hei..”
Akhirnya Nam Soon dan Heung Soo sadar, dan memandang Se Chan. Se Chan berkata kalau mereka selalu menyapa dan menjawab guru Jung. Apa mereka tidak terlalu jahat padanya?^^
Nam Soon dan Heung Soo pun akhirnya mengiyakan permintaan Se Chan untuk sekolah dengan benar, tidak merokok dan berkelahi lagi.

Se Chan menyuruh mereka untuk datang kembali besok pagi setelah pelajaran selesai. Jika mereka tidak muncul atau terlambat maka dia akan melaporkan mereka pada Guru Uhm karena perilaku buruk mereka. Nam Soon langsung memejamkan matanya tanda tidak setuju dan Heung Soo langsung menatap Se Chan tanda dia juga tidak menyetujuinya.







In Jae memandangi ponsel Jung Hoo yang rusak. Dia mengingat kejadian tadi dikelas,saat Se Chan mengambil paksa tangan Jung Hoo yang akhirnya menyebabkan ponsel Jung Hoo terbanting ke lantai.In Jae kemudian bersiap pulang.





Nam Soon dan Heung Soo juga sudah bersiap pulang, tapi kemudian Nam Soon menarik Heung Soo dan Heung Soo yang merasa kaget akan berteriak, tapi Nam Soon segera menutup mulut Heung Soo dengan tangannya, dan Heung Soo akhirnya tahu kenapa Nam Soon melakukan hal itu.
Mereka melihat preman-preman yang waktu itu masuk ke sekolah mereka,dan tentu saja , preman-preman itu mencari mereka karena masalah motor.
Preman-preman itu terlihat sudah memasuki halaman sekolah.





Nam Soon kemudian mengajak Heung Soo untuk mengikutinya. Ternyata Nam Soon mengajak Heung Soo ke belakang sekolah, untuk melompati pagar yang ada disana agar bisa keluar. Nam Soon sendiri sudah mendarat dengan sukses, sedangkan Heung Soo masih diam saja. Heung Soo hanya memandangi pagar itu, dan mungkin merasa takut untuk melompat, bukan takut karena dia tidak bisa, tapi lebih ke takut karena kakinya tidak memungkinkan untuk melakukan itu. Nam Soon yang tahu, segera mendekati pagar dan menunjuk pundaknya, agar Heung Soo nanti menaruh kakinya dipundak Nam Soon untuk berpijak, sehingga Heung Soo tidak perlu melompat.









Nam Soon pun sudah memposisikan dirinya agar mudah untuk Heung Soo, dan Heung soo akhirnya setuju untuk melakukannya. Tapi ternyata Heung Soo tidak menerima bantuan Nam Soon, karena dia memanjat pagar dan tidak turun tepat di tempat Nam Soon yang sudah siap menerima tubuh Heung Soo. Heung Soo melakukannya sendiri, walau setelah itu dia sedikit merasa sakit di kakinya. Nam Soon sedikit malu karena ternyata Heung Soo bisa sendiri memanjat pagar.
Hehe







Heung Soo bertanya apa mereka akan melarikan diri untuk selamanya? Nam Soon hanya menjawab, entahlah, selama masih bisa menghindar ya menghindar saja dulu.
Heung Sooo akhirnya berbalik menghadap Nam Soon dan bertanya apa Nam Soon pikir mereka akan menyerah begitu saja? Apa rencana Nam Soon untuk ini? Nam Soon menjawab kalau dia akan memikirkannya itu nanti saja saat sudah terjadi, sekarang biarkan seperti ini dulu. Heung soo terlihat tidak percaya Nam Soon bisa begitu santai menghadapinya.





Heung Soo tanpa berkata apa-apa lagi langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Nam Soon. Nam Soon juga akan segera pergi, tapi kemudiuan dia merasakan tubuhnya sakit semua.Dan kemudian bergumam kalau ini bukan sekolah, tapi ladang ranjau. Haha.



Keesokan paginya. In Jae ada diruangan kepala sekolah Im bersama Se Chan tentu saja. Kepala Sekolah Im bertanya apa In Jae akan bertanggung jawab dengan insiden kemarin di kelasnya? Apa mereka juga sudah memikirkan bagaimana caranya menyatukan metode mengajar mereka? Se Chan menjawab kalau mereka akan melakukannya setelah hasil dari ujian akademik keluar. Im Jung Soo berkata kalau sudah terlambat jika menunggu saat itu alias kelamaan menurut Jung Soo. Mereka harus punya rencana sebelum orang tua murid mulai bertindak. Jung soo berkata kalau dia akan memikirkan maslah itu, jadi sebelum waktunya datang Jung Soo meminta agar Se Chan dan In Jae melakukan tugas mereka seperti biasa.

Kemudian Jung Soo bertanya apa Oh Jung Hoo tidak datang kesekolah lagi? Se Chan yang menajwab dan mengatakan kalu dia belum tahu pasti hal itu. Jung soo meminta mereka membiarkan saja masalah ini untuk sementara. Sekolah akan berpura-pura tidak tahu,hingga Jung hoo kembali sendiri ke sekolah.Jung Soo berpesan agar mereka juga menunggu dengan tenang saja sampai saat Oh Jung Hoo kembali.



Setelah diluar ruang kepala sekolah, In Jae bertanya pada Se Chan kalau maksud Jung Soo tadi adalah menginginkan Jung Hoo untuk tidak kembali ke sekolah kan? Se Chan menjawab sepertinya begitu.In Jae menatap Se Chan dan bertanya kalau itu pasti juga yang diinginkan Se Chan kan? Se Chan meminta agar In Jae tidak berfikir untuk membawa Oh Jung Hoo kembali ke sekolah. Tak ada gunanya untuk memaksa atau membujuknya kembali. Se Chan berkata kalau Jung Hoo membuat masalah sebanyak ini, maka dia harusnya sadar sendiri akan kesalahannya dan kembali setelah memutuskan untuk tidak pernah melakukannya lagi. Jika tidak maka Jung hoo hanya akan membuat masalah lagi, dan akan terus melakukan hal sepert itu.

In Jae menjawab kalau dia juga tahu tentang itu. Tapi kalau Se Chan jadi Oh Jung Hoo, apa Se Chan bisa untuk kembali? Setelah bertobat dan memutuskan untuk tidak pernah melakukannya lagi, bahkan jika Jung Hoo mencoba untuk kembali sendiri, bukankah dia akan mengurungkan niatnya karena merasa terlalu malu?

“menyuruh seorang anak untuk melakukan sesuatu yang bahkan sulit dilakukan orang dewasa. Bukankah itu sama saja dengan menyuruhnya untuk tidak melakukannya. Aku hanya terus memikirkan itu.”

In Jae pun pergi setelah mengatakan smeua yang dirasakannya. Se Chan hanya bergumam dan menatap ke In Jae kalau In Jae tidak tahu cara untuk menyerah.







Se Chan sudah di dalam kelas, melihat kearah In Jae yang berdiri di belakang, dengan tatapan murung, dan terlihat di bangku belakang hanya ada Ji Hoon, tanpa Jung Hoo dan Yi Kyung disana.

Se Chan berkata setelah hasil ujian akademik keluar mereka akan melakukan konseling karir. Kemudian Se Chan berkata pada Nam Soon dan Heung Soo untuk mengikutinya. Se Chan menyudahi kelasnya, dan Nam Soon masih diam saja. Terpaksan Se Chan mengulangi lagi kata-katanya kalau kelas sudah selesai, dan akhirnya Nam Soon sadar. Dia segera berdiri untuk melakukan tugasnya sebagai ketua kelas. Tapi belum sempat Nam Soon melakukan tugasnyua, kemudian Se Chan berkata “Cukup. Karena kau sudah berdiri ikuti aku sekarang.”LOL







Ternyata Nam Soon dan Heung Soo disuruh untuk mengerjakan ujian kemarin yang tidak sempat mereka kerjakan karena terkunci di gudang. Nam Soon hanya memandangi lembar ujiannya tanpa melakukan apapun. Pasrah deh kayaknya. Heung Soo juga melakukan hal yang sama. Merekapun duduk membelakangi, dan Se Chan berkata kalau mereka harus menjawab sebanyak yang mereka bisa. Mereka pasti belum sempat melihat kunci jawaban,jadi Se Chan akan melihat kemampuan mereka. Se Chan mengingatkan kalau mereka juga dari kelas tambahan kan? Itu artinya mereka sudah tertinggal jauh dari teman-teman yang lain sehingga harus mendapat kelas tambahan. Dan itu juga berarti mereka sama saja dianggap tidak bisa mengerjakan soal pembagian atau perkalian. Apa hanya itu kemampuan mereka?







Nam Soon berkata kalau Heung Soo disini karena tertinggal kelas, bukan karena tidak pintar. Nam Soon juga berkata kalau Heung Soo lebih pandai daripadanya. Heung Soo yang tidak setuju dengan kata-kata Nam Soon langsung menoleh ke belakang, sedangkan Nam Soon cuek saja.
Hehe.

Se Chan bertanya “benarkah?Kalau begitu mari kita lihat seberapa pandainya dia?”





Se Chan berkata kalau waktu mereka adalah 70 menit dimulai dari sekarang. Jawab semua soal dan jangan sampai ada yang tertinggal. Jangan berbuat curang, dan bukankah mereka tidak akrab untuk berbagi jawaban.”dan sebagai peringatan, jika jawaban kalian sama semua, kalian akan mati. Peringatan lain, jika kalian hanya tidur dan menebak jawaban, kalian akan mati.”

Se Chan pun menyuruh mereka untuk mulai mengerjakan dan keluar meninggalkan mereka.



Ha Kyung menemui Se Chan untuk konsultasi tentang lembar spesifikasinya, dan Se Chan melihat catatan Ha Kyung. Se Chan berkata kalau catatan Ha Kyung baik, tapi Ha Kyung tidak banyak mendapat penghargaan dari lomba. Se Chan bertanya kenapa Ha Kyung tiba-tiba memusingkan hal ini? Ha Kyung menjawab karena dia merasa sedikit gugup. Apalagi nilai ujian tengah semesternya tidak terlalu bagus. Dia berencana untuk masuk perguruan tinggi atas rekomendasi guru dan nilai ujiannya, tapi, kalau begini sepertinya dia harus bersiap untuk penerimaan bergulir.

Se Chan menjawab jika untuk menyiapkan lembar spesifikasi memasuki tahun ketiga rasanya Ha Kyung sudah terlambat. Ha Kyung terlihat kecewa mendengarnya. Tapi kemudian Se Chan berkata kalau Ha Kyung harus memenangkan penghargaan terlebih dulu. Jadi artinya Ha Kyung harus ikut lomba, dan berusaha menang untuk bisa mengisi lembar spesifikasinya.
Se Chan berjanji akan mencari lomba yang berhubungan dengan sastra yang nantinya bisa dimenangkan Ha Kyung. Ha Kyung mengerti dan akhirnya mengangguk.
Saat Ha Kyung sudah mulai melangkah, Se Chan tiba-tiba memanggilnya dan bertanya kenapa Ha Kyung memilih datang padanya? Ha Kyung menjawab kalau Se Chan hanya perlu mengajarinya cara belajar, makanya Ha Kyung datang padanya.





Nan Hee yang baru saja mengisi kelas 2-2, berkata saat sudah masuk ke ruang guru kalau kelas 2-2 sudah mulai belajar keras sekarang. Sepertinya mereka mulai sadar akan tugasnya sebagai seorang siswa setelah melihat hasil akademik mereka.



Kwon Nam Hee bertanya apa suasana di kelas 2-2 mulai berubah?
Salah satu guru datang dan berkata kalau itu tidak berguna karena mereka hanya akan bertahan sebulan, setelah itu mereka juga akan menyerah.



Uhm Dae Woong mengomentari dengan berkata apa yang mereka bisa lakukan? Mereka punya tekad, tapi nilai mereka tetap tidak bisa meningkat. Tidak mengherankan kalau mereka menyerah setelah menghadapi kenyataan.
Se Chan ikut mendengar kata-kata guru Uhm itu. Sambil tetap asik dengan apa yang dilihatnya.







Guru Uhm berkata kalau ini adalah saatnya kelas 2-2 berusaha semaksimal mungkin untuk bisa masuk perguruan tinggi.
Se Chan mengalihkan pandangannya ke Jung In Jae dan memanggilnya. Se Chan bertanya apa In Jae sudah melihat ini? Ini akan membuat anak-anak panik. In Jae menjawab kalau dia tahu. Bahkan jika mereka mempertimbangkan ujian listening menurut In Jae ini benar-benar keterlaluan.



Kemudian masuklah Soo Chul mendekati mereka berdua, Soo Chul meminta agar In Jae dan Se Chan membagikan ini pada kelas 2-2 pada saat makan siang nanti. In Jae menerima amplop besar itu dan menyanggupinya. Soo Chul menambahi jika ini adalah perintah kepala sekolah.



In Jae mengeluarkan isi didalam amplop itu. Wajah In Jae mulai berubah, dan Se Chan disampingnya mulai melihat reaksinya itu. Kemudian Se Chan juga melihat kertas yang dipegang In Jae. Se Chan yang sudah tahu sumber masalahnya, langsung merebut kertas itu dari tangan In Jae dan langsung menghampiri wakil kepala sekolah Soo Chul, tanpa mempedulikan In Jae yang memanggil namanya.





In Jae yang mendapat lembar itu dari Soo Chul, berubah ekspresi saat sudah melihat isinya. Se Chan yang mengetahui sumber masalah kemurungan In Jae, langsung merebut kertas itu, dan menghampiri Soo Chul.

Se Chan melempar kertas itu ke meja So Chul dan bertanya apa maksudnya ini? Walau kaget Soo Chul menjawab kalau seperti yang se Chan lihat itu adalah lembar evaluasi kelas. Kepala Sekolah secara pribadi mendapatkannya dari Lembaga Penelitian Pendidikan Godeong, jadi Soo Chul menjelaskan kalau menurut kepala sekolah ini adalah cara terbaik untuk evaluasi kelas sastra. Se Chan kesal dan berkata kalau bukankah pendapat siswa sudah jelas saat mereka disuruh mereka disuruh memilih kelas?
Soo Chul menjawab kalau kejadian itu sudah lama lewat.

Se Chan berkata kalau anak-anak mengalami kesulitan menghadapi nilai evaluasi akademik mereka. Se Chan bertanya apa tujuan Soo Chul yang hanya mengevaluasi pelajaran guru Jung saja?
Soo Chul menjawab kalau tentu saja tujuannya baik. In Jae sendiri diam dan tidak menanggapi.







Se Chan membantah itu. "Tidak, tujuanmu terlihat jelas. Sudah jelas kalau sebagian anak-anak keberatan dengan pelajaran guru Jung."
Soo Chul menjawab kalau memang seperti itu, maka tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. In Jae akhirnya berkata kalau dia akan melakukan evaluasi kelas. Se Chan memandangnya kaget.



Se Chan dan In Jae melanjutkan percakapan mereka didekat tangga. Se Chan menanyakan keseriusan In Jae yang aakn melakukan evaluasi kelas sekarang ini.

“Guru Jung, kau juga tahu reaksi anak-anak seperti apa jika kau melakukan ini sekarang?”

In Jae tersenyum dan menjawab karena itulah sebabnya dia ingin mendengarkan pendapat anak-anak terhadapnya.
In Jae menjelaskan kalau dia tidak bisa memaksakan metode mengajarnya jika ternyata anak-anak memang menginginkan pelajaran dengan system Ujuan Masuk Perguruan Tinggi.

Se Chan masih mencoba membujuk In Jae dengan berkata kalau anak-anak selalu berubah selama periode pertama dan kedua. Setelah satu bulan anak-anak juga akan meyerah dan kembali tidur. In Jae selalu mengatakan bahwa penting agar anak-anak tidak tidur di kelas, lalu apa yang akan In Jae lakukan?

In Jae menjawab kalau menurut Se Chan ujian masuk perguruan tinggi lebih penting? In Jae berjanji akan memikirkan apa yang harus dilakukan saat itu. Se Chan bertanya apa In Jae menggunakan anak-anak sebagai alasan? In Jae sebenarnya hanya ingin menyerah mengajar mereka kan? Apa In Jae benar-benar tidak yakin dengan cara mengajarnya?
In Jae bukannya menjawab, malah mengembalikan pertanyaan terakhir tadi pada Se Chan. Apa Se Chan sendiri yakin akan cara mengajarnya? Tapi kemudian In Jae menjawab kalau dia tidak yakin. Anak-anak berada pada tingkat yang berbeda dan In jae merasa tidak tahu harus menyesuaikan dengan yang mana.
In Jae juga berkata kalau ujian masuk universitas itu bagusnya diajarkan di lembaga bimbingan belajar. Mengajar anak-anak yang tak ingin diajar..In Jae merasa tidak yakin.

“Mengajar siswa yang berusaha keras dan siswa yang ingin menyerah dalam satu kelas, bukankah aneh jika kita merasa yakin dengan cara mengajar kita? ”

In Jaepun melangkah meninggalkan Se Chan.





Anak-anak kelas 2-2, masih di kelas mereka. Kim Joong Hyun bertanya pada Ki Deok kenapa mereka harus dikumpulkan saat jam makan siang yang berharga seperti ini? Ki Deok menyuruh Joong Hyun diam saja. Masuklah In Jae dengan amplop berisi lembar untuk mengevaluasi kelasnya. Dan In Jae memang sedikit ragu untuk membagikan itu pada anak-anak, mungkin tidak siap mengetahui yang sebenarnya. In Jae kemudian memantapkan hatinya dnegan mulai membagi kertas itu. In Jae berkata kalau dia ingin tahu pendapat siswa tentang kelas sastranya, dan meminta mereka menjawabnya dengan jujur. In Jae juga menjelaskan kalau ini diisi tanpa menyertakan nama, jadi mereka tidak perlu merasa tertekan dalam menjawabnya.
Ini adalah cara untuk meningkatkan pelajaran.
In Jae akan menunggu diluar dan meminta anak-anak untuk bisa mengisi dengan jujur. Anak-anak serempak menjawab iya.

In Jae pun meninggalkan kelas, dan berdiri di luar.menunggu siswanya memberi pendapat tentang cara mengajarnya.











Sedangkan anak-anak mulai mengisi sesuai keinginan mereka, ada yang menulis kata-kata juga untuk In Jae sambil menggambar tandan hati yang artinya tentu dia menyukai In Jae sebagai gurunya.





In Jae langsung melihat hasilnya di ruang guru. Semua guru ada disana. Nan Hee bepesan agar In Jae tidak perlu merasa khawatir, karena mana ada guru yang tidak mendapat komentar yang buruk. Uhm Dae Woong juga berkata kalau mungkin anak-anak hanya merasa cemas saja sekarang.









Jo Bong Soo juga ikut menenangkan In Jae dan berkata kalau anak-anak mungkin hanya merasa tertekan dan kasihan pada guru. Tapi disini sebenarnya siswalah yang paling menderita.
Kwon Nam Hee berkata kalau semua guru pasti khawatir dengan cara mengajar mereka sendiri. Kata-kata itu agar In Jae tidak terlalu sedih dengan apa yang dia dapat dari pendapat anak-anak tentang kelasnya.





Guru yang lainpun ikut menenangkan In Jae dan berkata kalau bahkan guru khawatir membangunkan siswa yang tidur di kelas hanya karena takut mereka nanti membuat keributan saat terjaga. Guru yang satunya ikut berkata kalau dia juga bahkan merasa khawatir kalau siswa yang pintar mulai bicara,maka bagaimana reaksi siswa lainnya.

In Jae sendiri mendengarkan itu dalam diam, tidak berkomentar apapun, dan memasang tampang yang sepertinya sedih. Tanpa berkata terima kasih pada rekan guru yang lainnya karena sudah berusaha menghiburnya, In Jae keluar begitu saja dari ruangan itu, dan Se Chan yang melihat In Jae pergi segera menyusulnya.







In Jae sedang sendiri duduk di kursi dengan kepala menunuduk sangat dalam hingga hampir menyentuh meja. Masukklah se Chan yang langsung duduk di depan In Jae. (Lihat deh cara duduk nya,,cewek banget..Haha.)





In Jae langsung mengangkat kepalanya saat tahu Se Chan datang. Se Chan bertanya apa In Jae baik-baik saja?

“Aku sudah mempersiapkan diri untuk ini. Tapi aku merasa tak sanggup. Apa hasilnya akan berbeda jika aku mengajar seperti guru Kang?”

Se Chan dengan bercanda menjawab mungkin..sedikit akan berbeda. In Jaepun tersenyum karenanya.
Se Chan berkata kalau In Jae memang harus terlahir seperti itu.”Bagaiman bisa semua guru di dunia memiliki karismaku?”

(Huuuaaa…pedemu Bang..^^)

Se Chan pun dengan wajahnya yang lucu menghibur hati In Jae.





In Jae tertawa juga dan bertanya apa Se Chan meniru seseorang?
Kemudian Se Chan berubah serius “Lupakan semua itu, kau bisa mengajar dengan baik. Jika kau terus mengajar dengan polos. Bukankah itu yang disebut sekolah?”

Se Chan kembali bergurau “Profesor sepertiku, perlu teknik seperti itu. Ini punya hubungan langsung dengan hidupku”

In Jae kembali tersenyum mendengar gurauan Se Chan yang menghiburnya.



Anak-anak di kelas 2-2 ada yang sudah siap-siap mengubah meja dan kursi mereka untuk kelas In Jae yang memakai system belajar dalam kelompok. Nam kyung Min dan Eun Hye tidak mau melakukannya karena pasti In Jae tidak akan mengugunakan metode itu lagi, karena itu adalah hal yang tidak berguna.
Kang Joo berdiri dan berkata apa ada yang mengatakan kelas In Jae tidak bagus? Apa ini karena cara mengajarnya yang buruk? Itu karena kita saja yang merasa tertekan akhir-akhir ini.







Masukklah In Jae, dan berkata kalau mulai sekarang mereka tidak perlu lagi memindahkan meja. In Jae menjelaskan kalau dia membaca semua pendapat mereka. Dan banyak diantara siswa yang sepertinya merasa bersalah karena jawaban yang mereka tulis. In Jae mengatakan kalau dia mengerti perasaan mereka. Mereka merasa tertekan dengan ujian masuk universitas kan?









Kang Joo berkata kalau sebenarnya dia suka kelas In Jae tapi kalau itu terus dilanjutkan akan membuatnya merasa gugup.
Joong Hyun juga berkata kalau dia merasa malah seperti sudah berada di kelas tiga. Na Ri ikut berkomentar kalau dia bahkan tidak berani memberitahu ibunya hasil ujian akademiknya. Han Young Woo tiba-tiba mengangkat tangannya, dan berkata “aku..suka puisi sekarang”
In Jae tersenyum mendengarnya.





Ki Deok berkata dengan semangat, kalau dia tidak akan tidur di kelas lagi mulai sekarang. Dia akan memaksimalkan tubuhnya untuk masuk ke perguruan tinggi

(Hah..sejak kapan memaksimalkan tubuh berhubungan dengan masuk ke perguruan tinggi ya? Harusnya memaksimalkan otak dong..^^ )

Ha Kyung yang melihat Ki Deok membawa banyak buku,bertanya apa Ki Deok mengambil bukunya juga. Ki Deok meminta maaf dan mengembalikannya.

In Jae menyuruh mereka untuk segera duduk. Anak-anakpun mematuhinya, dan In Jae berkata kalau dia benar-benar mengerti. In Jae berjanji akan mencari cara untuk mengajar dengan berdasarkan ujian masuk perguruan tinggi. Jadi dia berharap agar mereka terus bekerja keras seperti ini.
In Jae berkata setelah ujian selesai, mereka akan membahas jawaban ujian. Apa pertanyaan tersulit dalam evaluasi akademik ini? Mari mereka membicarakannya.







Kelas telah selesai, dan In Jae pun keluar dari kelas, lalu berpapasan dengan Ji Hoon.(Oya,,Lee Ji Hoon pake nama aslinya ya? Benarkah?)
Ji Hoon berdiri didepan In Jae lama, seolah ingin mengatakan sesuatu. Dan In Jae yang tahu itu mencoba menanyakannya.
Ji Hoon mencoba berkata mengenai Jung Hoo. Ji Hoon bertanya bisakah In jae memberi Jung Hoo kesempatan sekali lagi. In jae menjawab kalai ini Jung Hoo harus membuat keputusannya sendiri. Tiba-tiba Yi Kyung memunculkan kepalanya dari balik pintu melihat Ji Hoon dan In Jae sedang bicara.





In Jae berkata kalau Jung Hoo harus benar-benar ingin sekolah, sehingga dia tidak akan pergi seperti ini lagi. Bagaimana jika Ji Hoon dan Yi Kyung yang membujuk Jung Hoo?
Ji Hoon menjawab kalau itu tidak akan berhasil.

“Dia tidak bisa kembali bahkan jika dia menginginkannya. Dia butuh alasan untuk kembali ke sekolah.”

Ji Hoon melanjutkan kalimatnya, jika In Jae mau membujuk Jung Hoo untuk kembali, maka dia dan Yi Kyung akan mencegah Jung Hoo untuk membuat masalah.
In Jae bertanya apa Ji Hoon tidak takut pada Jung Hoo? Bukankah Jung Hoo selalu memerintah Ji Hoon?
Ji Hoon tersenyum dan menjawab,kenapa dia harus takut? Mereka adalah teman. Dia dan Yi Kyung adalah teman Jung Hoo satu-satunya.

In Jae menyuruh Ji Hoon mengatakan pada Jung Hoo untuk mengambil ponselnya, karena In Jae sudah memperbaiki ponsel Jung Hoo.
Kemudian Yi Kyung yang dari tadi di balik pintu mendekati In Jae dan berkata kenapa ponselnya tidak dititpkan pada mereka berdua saja? rasanya sangat tak nyaman karena tidak bisa menghubungui Jung Hoo.

In Jae menatap Ji Hoon dan berkata bukankah Ji Hoon bilang Jung Hoo harus punya alasan?maka suruh Jung Hoo datang menemuinya untuk mengambil ponsel, maka saat itu In jae akan bicara dengan Jung Hoo.

Ji Hoon mengangguk tanda mengerti.



In Jae akan segera pergi, tapi Yi Kyung belum mau menyingkir, sehingga Ji Hoon terpaksa mendorong Yi Kyung agar In Jae bisa lewat. Setelah In Jae berjalan meninggalkan mereka, Ji Hoon membungkuk hormat pada In Jae. Ji Hoon melihat Yi Kyung yang tidak membungkuk, memukul kepala Yi Kyung agar segera mengikutinya memberi hormat pada wali kelas mereka. Yi Kyungpun mematuhinya.LOL







Saat In Jae sudah masuk ke ruang guru, diikuti oleh Se Chan, disana sudah ada Soo Chul yang ternyata memang menunggu mereka berdua. Soo Chul berkata kalau ada sesuatu yang pribadi yang harus dia katakan pada mereka, makanya dia menunggu disini. Soo Chul berkata kalau mereka pasti sibuk karena harus bolak balik terus ke kantor kepala sekolah karena banyaknya masalah.

Soo Chul mengingatkan In Jae dan Se Chan tentang lomba esai yang akan dilakukan bulan ini. Saat ini sekolah tentu mencari perwakilan untuk lomba tersebut, jadi Soo Chul meminta In Jae dan Se Chan untuk memilih dua nama yang nilainya bagus dan serahkan padanya. Soo Chul menyuruh mereka melakukan itu secepat mungkin walau dia tahu mereka berdua sedang sangat sibuk akhir-akhir ini.

In Jae dan Se Chan pun tentu menyanggupinya tanpa membantah sedikitpun.



Kang Se Chan menemui Kim Min Ki dan Lee Kang Joo,sepertinya dua siswa yang terpilih mengikuti lomba adalah mereka berdua. Se Chan mengatakan kalau ini bukanlah hal yang serius, dan benar saja kalau maksud Se Chan menemui mereka adalah untuk mengatakan kalau mereka berdua terpilih sebagai dua orang siswa yang akan mewakili sekolah dalam lomba esai tahun ini. Se Chan menanyakan pendapat mereka.

Kang Joo dengan sumringah bertanya "perwakilan sekolah?" Ia seperti tidak percaya terpilih untuk menguikuti lomba itu, tapi kemudian raut wajah Kang Joo berubah dan bertanya bolehkan dia memikirkannya dulu? Sedangkan Min Ki terkesan tidak terlalu suka dengan terpilihnya dia menjadi wakil Seungri.







Se Chan tentu mengijinkan Kang Joo untuk memikirkannya. Kemudian Se Chan beralih ke Min Ki dan bertanya bagaimana pendapat Min Ki? Kenapa min Ki tak mengatakan apa-apa? Apa Min Ki tak mau melakukannya?
Min Ki terlihat ragu-ragu menjawabnya,tapi kemudian dia bertanya apa ibunya tahu tentang ini?
(kasian ya Min Ki, dia terlalu takut dengan ibunya.)



Ha Kyung yang asik dengan buku catatannya tiba-tiba tersenyum saat melihat seseorang dan langsung berkata “Lee Kang Joo”

Kang Joo yang ada diseberang sana juga melihat Ha Kyung dengan tersenyum dan berkata “Song ha Kyung”

(Apakah yang akan terjadi kalau Ha Kyung tahu Kang Joolah yang terpilih menjadi salah satu kandidat siswa yang mewakili Seungri, padahal yang butuh lembar spesifikasi agar bisa masuk perguruan tinggi adalah Ha Kyung, dan bagaimana reaksi Ha Kyung jika dia juga tahu yang memilih Kang Joo adalah Kang Se Chan, guru yang menjanjikan akan mencarikan lomba yang bisa diikutinya untuk menambah lembar spesifikasinya nanti?)

Mereka berdua saling mendekat, dan Ha Kyung langsung menautkan lengannya pada lengan Kang Joo dengan penuh senyum.
Ha Kyung bertanya kenapa guru Kang memanggil Kang Joo?
Kang Joo pun dengan polos menjelaskan kalau dia terpilih menjadi siswa yang mengikuti lomba esai tahun ini, tentunya untuk mewakili sekolah. Raut muka Ha Kyungpun langsung berubah.









Ha Kyung bertanya “Guru Kang?”
Kang Joo pun mengangguk mengiyakan.
Ha Kyung bertanya apa jawaban Kang Joo?
“Kubilang aku akan memikirkannya”
Kang Joo sama sekali tidak sadar perubahan raut wajah Ha Kyung. Ha Kyung sama sekali tidak mengucapkan selamat atau merasa senang dengan berita yang dibawa Kang Joo. Padahal Kang Joo mengharapkan itu dari sahabatnya.
Kang Joo pun berkata kalau Ha Kyung melupakan sesuatu.”Ucapan selamat. Kau bahkan tidak mengucapkan selamat padaku.”
Ha Kyung dengan datar menjawab bukankah Kang Joo akan memikirkannya dulu?

“Tapi aku terpilih.”

“Jadi kenapa? Kau tak bisa menggunakannya untuk lembar spesifikasi?”

Kang Joo tidak percaya dengan tanggapan dingin Ha Kyung padanya.Berbeda tentu saja dari apa yang diharapkannya.
Kang Joo berkata apa maksud Ha Kyung orang yang memiliki nilai buruk sepertinya tidak pantas untuk berpartisipasi?

“anak-anak yang ingin masuk ke universitas S sepertimu yang membutuhkannya, tapi sia-sia karena jatuh padaku, begitu?”

“Jika kau berfikir realistis, Ya.”

Kang Joo menjawab dengan kesal kalau begitu harusnya Ha Kyung mengerjakan esai yang lebih baik daripadanya agar dipilih. “Jika aku tak ikut, apa kau punya kemampuan untuk mengikutinya?”

Kata-kata Kang Joo tadi cukup menghujam hati Ha Kyung,dan membuat Ha Kyung pergi tanpa berkata apapun untuk membalas kalimat kang Joo tadi. Dan Kang Joo yang juga merasa sakit hati karena kata-kata Ha Kyung hanya menatap Ha Kyung tanpa berniat mengejarnya.









Heung Soo dan Nam Soon masih mengerjakan soal ujian mereka yang tertinggal, dan Se Chan sudah mengatakan kalau waktu mereka habis. Se Chan pun mengumpulkan lembar jawaban mereka. Se Chan berkata kalau sekarang mereka berdua harus mengikuti kelas tambahan malam juga.

Kemudian Uhm Dae Woong masuk dan memanggil Se Chan, seperti ada yang ingin dibicarakannya, sehingga Se Chan pun keluar dari ruangan meninggalkan mereka berdua. Sebelum mengikuti guru Uhm, Se Chan berpesan pada Nam Soon dan Heung Soo untuk jangan bolos.







Heung Soo yang akan melangkah keluar dikejutkan dengan pertanyaan Nam Soon apakah dia akan hadir di kelas tambahan malam? Heung Soo pun membalikkan badannya dan akhirnya mereka saling berhadapan. Heung Soo berkata hentikan saja sekarang.

“Tak peduli seberapa kerasnya kau mencoba, kita tak bisa kembali seperti dulu. Kau dan aku..tak bisa berpura-pura itu tak pernah terjadi atau melupakannya. Kau pikir itu mungkin?”

Nam Soon hanya menunduk mendengar kata-kata Nam Soon. Sebelum Heung Soo kembali melangkahkan kakinya keluar, Nam Soon berkata “baiklah”
Heung Soo pun meninggalkan Nam Soon, dan Nam Soon hanya memandangi kepergian Heung Soo.







Se Chan ada bersama dae Woong sedang membahas Nam Soon dan Heung Soo yang masa lalu mereka telah diketahui. Ada peraturan dimana ternyata antara korban dan pelaku kekerasan tidak boleh berada pada sekolah yang sama.
Se Chan mempertanyakan dimana Dae Woong menemukan peraturan itu? Dae Woong menjawab kalau ini memang ada dalam peraturan kekerasan di sekolah. Kalau Se Chan punya waktu Se Chan bisa melihatnya agar percaya.



Ibu Min Ki menelpon Min Ki saat sedang kelas tambahan malam. Min Ki bertanya bisakah dia tidak mengikuti lomba esai? Dengan sedikit berbisik Min Ki berkata kalau tugas esai kemarin bahkan bukan dia yang mengerjakannya. Tapi kemudian Min Ki terlihat menjauhkan ponsel dari telinganya karena Ibu Min Ki sepertinya mulai tidak setuju dengan keinginan Min Ki yang menolak ikut lomba esai. Min Ki bahkan benar-benar tidak mau mendengar omelan atau ceramah ibunya, karena Min Ki menjauhkan ponsel itu. Min Ki sepertinya sudah menduga hasilnya akan seperti ini.





Se Chan masuk ke ruang guru, dan ada In Jae disana. In Jae berkata kalau Se Chan bisa pulang karena dia yang akan mengisi kelas malam.
“tidak apa-apa, aku akan melakukannya. Ini pasti yang melelahkan bagimu. ”

In Jae menolak, dan berkata kalau ada sesuatu yang ingin diselesaikannya dengan anak-anak. Se Chan pun tidak memaksa. In jae kemudian melihat buku panduan kekerasa sekolah yang Se Chan pegang. In Jae bertanya kenapa Se Chan membaca buku itu? Se Chan langsung menyingkirkannya dan menjawab kalau dia hanya ingin mengetahui sesuatu. Se Chan mungkin tidak ingin membuat In Jae khawatir dengan berita ini.









Park Heung Soo akan pulang, dan Go Nam Soon melihatnya dari kejauhan. Nam Soon yang juga akan pulang, tiba-tiba melihat ke gerbang sekolah kalau ada preman-preman itu yang menunggu di depan. Nam Soon panik dan khawatir karena sebentar lagi mereka akan menemukan Heung Soo.







Nam Soon dengan segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Heung Soo. Heung Soo pun menjawab ada apa?
Nam Soon berbohong dengan mengatakan kalau guru Uhm mencari mereka, dan dia juga sedang dalam perjalanan saat ini.
Heung Soopun segera berbalik arah, dan Nam Soon melihat Heung Soo untuk memastikan Heung Soo benar-benar berbalik.







Nam Soonpun berjalan keluar menemui mereka. Preman-preman itu memang sudah menunggu kedatangan Nam Soon, dan langsung menarik kerah seragam Nam Soon. Preman-preman itu bertanya apa Nam Soon tidak ikut kelas tambahan malam?
Nam Soon menyarankan pada preman-preman itu untuk pindah, karena ga enak kalau di depan sekolah seperti ini. Banyak anak-anak yang melihat.





Heung Soo seolah mendengar atau menyadari sesuatu, dan dia pun menoleh. Heung Soo pun melangkah ke depan, dan dia melihat Nam Soon masuk ke mobil preman-preman itu. Heung Soo yang tahu Nam Soon dalam bahaya, segera berlari mengejar mobil preman-preman itu yang sedang melaju.









Go Nam Soon tidak menyadari kalau Heung Soo mengejar mobil yang membawanya ini. Heung Soo berteriak memanggil-manggil, tapi tentu deru mobil mengalahkan suara Heung Soo.
Heung Soo berhenti mengejar karena toh percuma mobil sudah berjalan begitu jauh. Heung Soo memgang kakinya yang terasa sakit.
Heung Soo bergumam mengatakan kalau Nam Soon gila.





Di tempat Biliard, Yi Kyung masuk kesana tentu untuk menemui Jung Hoo. Yi Kyung memanggil Jung Hoo, dan Jung Hoo langsung menoleh. Ternyata Jung Hoo sedang asik makan mie dan baca komik. Jung Hoo senang Yi Kyung datang dan menyuruhnya masuk. Namun Yi Kyung tidak sendiri tentu saja, dia membawa Ji Hoon, dan menyuruh Ji Hoon untuk ikut masuk bersamanya. Ji Hoon terlihat enggan. Tapi Yi Kyung memaksa dan mendorongnya sehingga Ji Hoon seolah terlempar masuk ke dalam ruangan itu.









Yi Kyung berkata pada Jung Hoo kalau ada yang ingin disampaikan Ji Hoon pada Jung Hoo, jadi dia akan membiarkan mereka berdua bicara. Ji Hoon kaget dan masih dengan posisi duduk di lantai Ji Hoon terlihat akan protes pada Yi Kyung yang akan meninggalkannya berdua saja dengan Jung Hoo.



Yi Kyung langsung menutup pintu entah menguncinya juga dari luar, dan Ji Hoon berlari dengan cepat ke pintu tapi pintu sudah tertutup. Ji Hoon meminta Yi Kyung membukanya.
Jung Hoo sendiri juga merasa canggung ada Ji Hoon bersamanya. Hanya berdua pula. Jung Hoo kembali asik dengan komiknya. Sedangkan Ji Hoon yang merasa percuma karena toh pintu tidak akan terbuka, mendekati Jung Hoo dan berkata kalau guru menyuruh Jung Hoo mengambil ponselnya di sekolah. Ji Hoon berkata kalau Jung Hoo bahkan harus mengganti biaya service ponselnya itu. Jung Hoo tidak peduli dan terus membaca komiknya.
Ji Hoon menoleh memandang Jung Hoo dan bertanya bisakah mereka bertiga lulus bersama-sama?”Yi Kyung selalu mengeluh karena kau tidak ada, dan..”

“Aku tak peduli”

Ji Hoon lagi-lagi memejamkan matanya mencoba sabar menghadapi Jung Hoo.









Ji Hoon mengatakan kalau anak-anak di kelas tidak membicarakan siapa yang jadi nomer satu atau nomer dua lagi. Jung Hoo akhirnya berdiri dan mendekati Ji Hoon. Jung Hoo bertanya kenapa Ji Hoon peduli akan urusannya?

“Apa maksudmu kenapa? Aku temanmu”

Jung Hoo seperti tersentuh mendengarnya dan tidak mampu menjawab atau membantah kata-kata Ji Hoon tadi.



Lalu tiba-tiba pintu terbuka, dan masuklah Nam Soon ke dalam ruangan itu.Tentu bersama dengan preman-preman. Jung Hoo senang melihatnya, Nam Soon sendiri yang melihat Jung Hoo jadi tahu kalau ini ulah Jung Hoo. Jung Hoo lah yang memberi tahu dimana Nam Soon dan Heung Soo bersekolah.





Ketua preman bertanya dimana teman Nam Soon dan menyuruh Nam Soon memanggilnya(Heung Soo maksudnya).
Nam Soon tidak menjawab, dan melepas tasnya. Walaupun kedua tangannya mengepal, menahan marah. Dia tetap tidak melakukan perlawanan apapun.

Nam Soon malah berlutut dihadapan mereka semua. Ketua preman berkata kalau Nam Soon malah membuatnya kehilangan selera berkelahi. Nam Soon menengadahkan kepalanya dan berkata “Pukul saja aku. Ayo selesaikan hari ini.”









Ketua preman itu marah dan menganggap Nam Soon tidak sopan padanya, lalu menendang dada Nam Soon, membuat Nam Soon terjengkang ke belakang. Para preman lainnya tentu tidak melewatkan kesempatan ini, mereka langsung saja menyarangkan kaki mereka ke tubuh Nam Soon sekeras-kerasnya. Jung hoo tersenyum melihat Nam Soon kesakitan seperti itu.









In Jae masuk ke kelas 2-2 untuk mengisi kelas tambahan malam. Min Ki terlihat sedang menerangkn sesuatu pada Ki Deok, dan Ki Deok serius mendengarkannya(kayak ngerti aja si Ki Deok ini..^^)



Hae Seon mencoba membangunkan Na Ri yang tertidur di mejanya. Kim Joong Hyun yang masih terpejam, mencoba meregangkan tubuhnya karena kayaknya dia sudah tidur dari tadi deh. Jong Hyun kemudian menyadari adanya In Jae. Joong Hyun akan berseru tapi kemudian In Jae menyuruh Jong Hyun untuk tenang, dan pertanda kalau In Jae tidak ingin kehadirannya diketahui kelas.
Jong Hyun yang baru tersadar dari tidurnya hanya mengikuti gerakan In Jae dengan menaruh telunjuk di bibirnya.







Kembali ke Go Nam Soon lagi..

Nam Soon sudah tidak berdaya dipukuli dan dihajar habis-habisan oleh para preman itu. Jung Hoo malah tetap asik dengan komiknya. Tanpa berniat membantu sedikitpun. Ji Hoon melihat itu dengan tatapan tidak suka. Ini kesalahan Jung Hoo, kok malah Nam Soon yang menanggung akibatnya. Ji Hoon bertanya apa Jung Hoo hanya akan membiarkan hal ini terjadi?
Jung Hoo tidak peduli dan terus membaca.
Ji Hoon memutuskan untuk membantu, tapi Jung Hoo mencegahnya dengan memegang tangan Ji Hoon.





Ji Hoon memanggil preman-preman itu “Hyungnim. Bukan dia pelakunya.”

Preman-preman itu menoleh, dan kemudian melepaskan Nam Soon begitu saja. Nam Soon yang sudah tidak berdaya, mencoba berpegangan pada tepi meja billiard.





Jung Hoo yang merasa terancam, berbisik pada Ji Hoon “Apa kau gila?”
Ji Hoon tidak peduli dan berkata “Kami yang melakukannya.”
Ketua preman bertanya untuk menegaskan “Kalian?”
Ji Hoon membenarkan itu dan menjelaskan kalau saat itu mereka dalam keadaan marah.

“Karena aku menjual motor temanmu?”

Ji Hoon pun tanpa ragu membenarkan. Ketua preman menyebut kalau mereka ternyata punya nyali dan bukan pecundang. Ketua preman meminta agar mereka pergi saja dan jangan datang lagi kesini.
Jung Hoo pun langsung pergi, disusul Ji Hoon. Kondisi Nam Soon semakin lemah. (Itu Ji Hoon kelamaan amat jujurnya.)





Jung Hoo yang sudah turun disusul Ji Hoon dan menarik lengan Jung Hoo untuk menghentikannya. Jung Hoo terlihat marah. Dan berkata kalau dia hampir saja tertipu.”teman? jangan bercanda. Aku tak punya teman.”

Jung Hoo langsung meninggalkan Ji Hoon.





Heung Soo terlihat tergesa-gesa menaiki tangga agar bisa segera sampai di ruang billiard. (Ini juga telat banget datangnya. Apa ikut kelas malam dulu? Apa tempatnya terlalu jauh.? Temennya udah sekarat gitu, baru datang.)

Akhirnya sampailah Heung Soo diatas, dan baru saja dia mau membuka pintu, Nam Soon sudah terjatuh di depannya, dan Heung Soo menahan Nam Soon dengan tangannya. Heung Soo memandang Nam Soon tidak percaya. Melihat kondisi Nam Soon yang seperti itu hanya untuk melindungi dirinya. Nam Soon yang melihat Heung Soo hanya berkata “aku ketahuan”









Nam Soon mencoba bangkit, tidak mau membuat Heung Soo khawatir. Tapi tubuh Nam Soon tidak kuat lagi, sehingga akhirnya Heung Soo yang membantunya. Tapi kemudian Heung Soo melepaskan pegangannya pada Nam Soon. Dia sendiri masih bingung dengan perasaannya.
Heung Soo kemudian turun meninggalkan Nam soon, dan Nam Soon hanya melihat kepergian Heung Soo.





Nam Soon menguatkan dirinya menyusul Heung Soo. Mereka saling diam. Heung Soo kemudian menghentikan langkahnya, dan berbalik menghadap Nam Soon. Nam Soon menyenderkan tubuhnya di tembok.



“Kau bahkan mau dipukul untukku?”

“aku tak dipukuli sebanyak itu.”

“bukankah kita setuju untuk tidak melakukan ini lagi?”

Nam Soon menjawab, kalau dia tidak bisa membuat dirinya berhenti. Dia tidak bisa untuk tidak peduli pada Heung Soo, walaupun dia sudah berjanji untuk tidak melakukannya. Tapi dia tetap tidak bisa.
Heung Soo berkata harusnya mereka pergi bersama menemui preman-preman itu.



“Apa kakiku jadi normal jika kau terus seperti ini? Apa aku bisa bermain sepak bola lagi? ”

Nam Soon memandang Heung Soo. Kemudian berdiri tegak.



“Lalu apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa berpura-pura tidak tahu dan pura-pura tidak pernah terjadi.”

“Jadi kau akan terus seperti ini?”

Nam Soon menjawab kalau dia juga tidak tahu. ”aku akan melakukan apapun yang aku bisa”

“Aku tahu, aku tidak bisa menebus kesalahanku. Jadi setidaknya biarkan aku berpura-pura menebus kesalahanku. Aku, orang yang menghancurkan kaki dan masa depanmu”

Heung Soo mencengekram kerah seragam Nam Soon. Marah dengan kata-kata Nam Soon tadi. Heung Soo menyebut Nam Soon bajingan bodoh. “Itu sebabnya kau harusnya ada disana.”

Heung Soo dengan menangis berkata “Tak peduli apapun, kau harusnya tetap berada disana”

“Selain sepak bola aku hanya punya dirimu. Saat aku ingin mati setelah kehilangan sepak bola. Kau harusnya ada disana.”

Heung Soo berteriak “Jadi maksudku adalah..”

Kemudian terdiam dan melanjutkan “apa kau tak merindukanku,brengsek?”

Nam Soon ikut menangis mendengarnya.







Kembali ke kelas 2-2. Ternyata kelas malam belum berakhir.
In Jae melihat kursi Jung Hoo cs yang kosong. In Jae kemudian duduk disalah satu kursi bagian depan dan memandang murid-muridnya saat itu.





Terlihat Eun Hye sudah mulai menjatuhkan kepalanya ke meja karena mengantuk. Nam Kyung Min di belakangnya berniat membangunkan Eun Hye, tapi dia mengurungkan niatnya, dan fokus pada pelajarannya. Berusaha untuk tidak mengantuk.



Kang Joo melihat Ha Kyung dan teringat akan pertengkarannya siang tadi dengan sahabatnya itu.



Min Ki sendiri sepertinya tidak fokus pada pelajarannya dan seolah memikirkan bagaimana agar ibunya mau mengabulkan permintaannya untuk tidak ikut lomba esai.



Kim Joong Hyun tidur seperti biasa, dan Ki Deok juga melakukan hal sama. Bedanya Ki Deok tidur sambil duduk, dan menaruh kertas di kedua telinganya. Menyumbat telinganya agar tidak mendengar suara-suara yang mengganggu.





Kalau Han Young Woo sih pasti seriuuuusss..^^





In Jae melihat semua itu, dan kemudian berdiri lalu memanggil “Anak-anak”
In Jae merubah posisinya dan duduk di meja(Contoh buruk tuh Bu..kan ga boleh duduk diatas meja..^^)

In Jae bertanya “Ini sulit kan? Ada sesuatu yang ingin kulakukan sebelum aku mengakhiri pelajaran hari ini. Bisakah kita melakukannya sebentar.”

Anak-anak terlihat menyetujuinya.

In Jae berkata “Tak ada bunga yang akan mekar tanpa mendapat goncangan. Semua bunga indah di dunia ini. Mekar karena mendapat goncangan. Saat sedang tergoncang, batangnya akan menjadi lurus.”



Terlihatlah Se Chan sedang membuka buku tentang kekerasan sekolah sepertinya.
Dan suara In Jae kembali mengiringi “Tak ada cinta yang tak mendapat goncangan”





Lalu beralih ke Ji Hoon yang masih mengikuti Jung Hoo.
Suara In Jae seolah mengiri setiap scene itu “Dimanakah adanya bunga yang akan mekar tanpa terkena hujan”




Secen selanjutnya Nam Soon yang masih menangis karena pengakuan Heung Soo tadi.
Dan suara In Jae kembali terdengar

“Semua bunga terindah di dunia ini..”



Heung Soo sendiri juga masih dengan air mata yang menetes dipipinya.



“Mekar setelah terkena hujan”

Scene kembali ke In Jae.

“Saat tertiup angin dan terkena hujan, kelopak bunga mekar dengan hangat.”

Anak-anak mendengarkan dnegan serius, dan mulai menangkap maksudnya





“Dimanakah adanya kehidupan yang berjalan tanpa masalah?”



Se chan menemui Uhm Dae Woong dan berkata berarti salah satu dari mereka harus pindah? Tiba-tiba masuklah In Jae yang sudah mendengar semuanya dan bertanya siapa yang akan pindah?

Se Chan kaget dan memandang In Jae. Uhm Dae Woong menjelaskan kalau Go Nam Soon dan Park Heung Soo, salah satu dari mereka harus pindah.





Heung Soo berjalan memasuki rumahnya.Nam Soon hanya memandanginya. Heung Soo kemudian berbalik menoleh pada Nam Soon.









source : http://nhieshe.blogspot.com/2013/03/sinopsis-school-2013-episode-10-part-1.html and http://nhieshe.blogspot.com/2013/03/sinopsis-school-2013-episode-10-part-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment