Monday, December 03, 2012

Sinopsis King 2 Hearts Episode 1

TK2H-1-1


Tahun 1989, Republik Korea Selatan, Istana Baru.
Hari menjelang malam, lampu-lampu di istana mulai dinyalakan. Pengawal istana mengganti giliran jaga. Tak lama kemudian beberapa mobil berhenti di depan istana. Orang-orang di dalam mobil itu turun dan memasuki istana. Seorang pemuda menyaksikan kedatangan mereka dari balik jendela. Pemuda itu berjalan menuju lobi istana. Istana yang dari luar tampak sepi ternyata sebaliknya. Orang-orang lalu lalang membawa laporan dan telepon terus berdering.
Pria yang turun dari mobil tadi adalah Sekretaris Negara Eun Gyu-tae (Lee Soon-jae). Ia baru saja hendak memulai rapat ketika teleponnya (atau walkie talkie ya? Jaman dulu kan belum ada ponsel :p) berdering. Setelah menerima telepon, ia segera meninggalkan ruang rapat menuju bagian istana kediaman keluarga kerajaan. Pemuda yang menyaksikan kedatangannya dari balik jendela adalah Putera Mahkota Lee Jae-kang. Ia berjalan menyusuri koridor istana dan berpapasan dengan Sekretaris Eun.
Sekretaris Eun memberi hormat. Putera Mahkota dengan khawatir bertanya apakah perang sudah dimulai. Sekretaris Eun tersenyum dan mempersilakannya masuk ke dalam ruang keluarga kerajaan.
MP-00009 MP-00011
Di ruang keluarga istana, Raja dan Ratu sedang menonton berita dari televisi. Reporter menyiarkan berita langsung dari Tembok Berlin, Jerman. Raja memberi isyarat agar Putera Mahkota duduk di sebelahnya dan ikut menonton. Penyiar memberitakan sukacita rakyat Jerman karena runtuhnya Tembok Berlin (tembok pemisah Jerman Barat dan Timur. Dengan runtuhnya tembok itu, rakyat Jerman seluruhnya bersatu).
MP-00014 MP-00020
Saat mereka sedang serius menonton tiba-tiba seorang anak kecil masuk dan berteriak kalau mainannya rusak. Ratu segera menenangkan anak itu agar tidak ribut. Anak itu adalah Pangeran Lee Jae-ha.
Putera Mahkota menegur adiknya yang masih bermain walau sudah malam.
“Bukan urusan Kakak!” sergah Jae-ha.
Jae-kang bertanya apakah Jae-ha sudah menulis diarinya. Jae-ha balik bertanya siapa yang membiarkan kakaknya menonton TV hingga malam. Raja menegur Jae-ha karena tidak sopan terhadap kakaknya. Ratu buru-buru menyuruh Jae-ha kembali tidur. Raja dan Jae-kang kembali menyimak berita. Raja tampaknya kagum dan senang dengan runtuhnya Tembok Berlin.
MP-00022 MP-00023
Ratu membawa Jae-ha untuk mengikuti pelajaran di sebuah sekolah. Ratu seorang yang rendah hati. Ketika para pejabat sekolah dan para guru menyambutnya dengan hormat dan seorang anak perempuan memberikan sebuket bunga pada Ratu, ia berkali-kali mengucapkan terima kasih.
Perhatian Jae-ha langsung tertuju pada si anak perempuan. Tanpa tedeng aling-aling ia langsung bertanya siapa namanya.
“Jae-ha,” tegur ibunya. Jae-ha tidak mempedulikan ibunya. Ia malah maju dan menanyakan usia anak itu.
“Kau cantik,” tambahnya. Ratu speechless…
“Usia saya 13 tahun, Pangeran,” jawab anak perempuan itu.
“Datang dan bermainlah ke istana besok. Kau tahu alamatnya kan? Distrik Jongno, Istana Baru, No. 1,” ujar Jae-ha.
MP-00032 MP-00039
“Jae-ha,” Ratu menarik puteranya. Para pejabat sekolah tertawa. Kepala sekolah memuji Jae-ha seorang anak yang pintar, ia pasti menawan hati semua murid wanita di sekolah ini.
“Di mana kakakku?” tanya Jae-ha tidak peduli. Tanpa menunggu jawaban Kepala Sekolah ia langsung masuk ke dalam.
MP-00036 MP-00429
Di dalam sekolah, Jae-kang sedang menghadapi masalah. Ia disergap oleh beberapa orang temannya di dalam kelas. Seorang anak dengan angkuh berkata ayahnya telah menyumbangkan 500 juta won pada kerajaan. Berarti uang yang digunakan oleh keluarga kerajaan adalah uang keluarganya. Ia memperingatkan agar Jae-kang bersikap baik padanya. Jae-kang tidak bisa membalas perkataan itu karena itu adalah kebenarannya.
“Terima kasih. Aku akan menggunakannya dengan baik,” ujarnya. Jae-kang hendak kembali membersihkan kelas tapi temannya tidak puas. Sepertinya ia berharap Jae-kang membalas hingga merusak reputasinya.
MP-00042   MP-00049
“Apa kau menganggap kau lebih baik dari kami?” bentaknya.
“Jadi apa yang harus kulakukan?” tanya Jae-ha tak bisa menahan kekesalannya.
“Apa yang kau pelototi, berandal!” bentak anak itu.
Brakk!! Pintu kelas terbuka. Semuanya menoleh. Jae-ha berdiri di ambang pintu.
“Apa yang kalian lihat? Apa yang kaupelototi, berandal?!” bentak Jae-ha sambil melemparkan penghapus papan tulis. Tepat mengenai dahi anak kaya yang sombong itu.
“Selain uang, apa lagi yang kalian miliki? Beraninya berbicara seperti itu pada kakakku!!” dengan berani Jae-ha menghampiri mereka dan menendang anak itu lalu menjambak rambutnya. Jae-kang buru-buru menarik adiknya.
MP-00053 MP-00054
Anak sombong itu tentu saja tidak terima dipukul oleh anak kecil. Ia maju dan mendorong Jae-ha hingga Jae-ha terjatuh. Kali ini Jae-kang tak tinggal diam. Ia meninju anak sombong itu. Perkelahian pun tak terhindarkan lagi.
Seorang anak yang selama ini hanya menyaksikan dengan berdiri di dekat pintu, mengeluarkan bolpen dari sakunya. Lalu ia tiba-tiba maju dan menghujamkan bolpen itu ke punggung Jae-ha. Jae-ha berteriak kesakitan dan jatuh ke lantai.
Jae-kang berteriak memanggil adiknya. Para pengawal istana masuk dan segera menolong Jae-ha dan Jae-kang. Anak yang menusuk Jae-ha diam-diam memasukkan bolpen itu kembali ke saku celananya.
MP-00061 MP-00065
Jae-kang merawat luka adiknya di laboratorium sekolah. Jae-kang berkata ia telah menelepon Sekretaris Kim dan memintanya agar merahasiakan peristiwa ini dari ibunya. Jae-ha bertanya apalah anak yang telah menusuknya telah ditangkap. Jae-kang berkata anak itu dari kelas lain. Ia juga baru pertama kali bertemu dengan anak itu.
“Dasar brengsek, kau akan mati jika aku menyentuhmu,” gerutunya.
“Mengapa kau menerobos masuk? Kau begitu kecil,” ujar Jae-kang.
“Karena Kakak akan dilukai. Jika kakak terluka, apa yang harus kulakukan? Kakak akan menjadi Raja di masa yang akan datang.”
“Bodoh, apa kau begitu mengkhawatirkanku?” tanya Jae-kang. Ia tersenyum dan mengacak rambut adiknya dengan penuh kasih sayang. Jae-ha menepis tangan kakaknya dan bergidik geli.
MP-00077 MP-00078
Jae-kang berkata tidak apa-apa jika ia terluka, Jae-ha bisa mengambil alih posisinya. Jae-ha berkata itulah sebabnya ia tadi turun tangan, ia tidak mau menjadi Raja.
“Jika aku menjadi Raja, aku harus belajar mati-matian dan semua orang akan mengatur hidupku. Aku tidak bisa main game dan aku akan dipanggil ke berbagai tempat aneh setiap hari. Mengapa aku ingin menjadi Raja? Apa aku gila?” Jae-ha bergidik, membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri.
Jae-kang kesal mendengar perkataan adiknya yang dianggapnya tidak bertanggung jawab.
Tapi Jae-ha tidak peduli. Ia berkata jika kakaknya mengungkit hal seperti ini lagi, bahwa kakaknya akan terluka dan ia harus mengambil alih sebagai Raja, maka kakaknya akan mati. Tentu saja ini ancaman kosong dan Jae-kang mengetahuinya. Tapi Jae-kang kesal karena adiknya sama sekali tidak mengerti tanggung jawab sebagai seorang keluarga kerajaan, sebagai seorang Pangeran yang menjadi pewaris kedua posisi Raja.
“Diam di sini dan renungkan kesalahanmu selama 10 menit,” kata Jae-kang sambil berjalan keluar. Ia mengunci ruang laboratorium. Jae-ha bingung sebenarnya apa kesalahannya. Ia berteriak agar kakaknya membuka pintu. Pintu tidak dibuka.
MP-00084 MP-00088
Jae-ha berbalik dan melihat sesosok bayangan dari balik jendela. Bayangan itu mengacungkan-acungkan sebuah benda, sepertinya bolpen. Jae-ha mendekati jendela dan hendak membukanya tapi jendela itu macet.
Bayangan itu menulis di kaca yang berembun. “I am KING”. Jae-ha menatap jendela itu lekat-lekat. Orang yang membuat tulisan itu mengelap kaca dengan tangannya hingga wajahnya terlihat. Anak yang menusuk Jae-ha dengan bolpen.
Anak itu tersenyum lalu berbalik pergi. Jae-ha berusaha membuka jendela itu dan berteriak menyuruh anak itu berhenti.
“Jika aku menangkapmu, kau pasti mati!” makinya sambil berusaha membuka jendela.
MP-00103 MP-00110
23 tahun kemudian…..
Prang!! Kaca jendela pecah. Seorang tentara megap-megap kehabisan nafas dan berusaha mengeluarkan kepalanya dari jendela. Seorang tentara lain menariknya kembali masuk.
“Tidak!! Aku tidak mau!! Aku akan mati..uhuk…uhuk…” Ia terbatuk-batuk sambil diseret kembali ke dalam ruangan yang penuh asap. Ia adalah Pangeran Jae-ha (Lee Seung-gi) yang telah dewasa.
Ia sedang menjalani wajib militer. Dalam keadaan terbatuk-batuk, kehabisan nafas, berkeringat, dan lemas, para tentara itu diperintahkan untuk jongkok-berdiri berulang kali dan menyanyikan lagu wajib tentara. Ckckck…latihan yang aneh….
MP-00118 MP-00136
Mungkin begitu juga yang ada di pikiran Jae-ha. Ia meronta melepaskan diri dan menarik masker yang terikat di kepala instrukturnya. Tak berhasil, ia menerobos ke luar gedung dan muntah-muntah di tanah.
Dua orang tentara membantunya berdiri. Seseorang berteriak agar mereka tenang karena Jae-ha anggota keluarga kerajaan (agar tidak dihukum berat). Jae-ha menghambur ke komandan pelatihan dan meminta rokok. Komandan segera menyuruh Jae-ha dibawa kembali ke wisma tentara.
Jae-ha terus mengomel. Putera Perdana Menteri diperbolehkan tidak mengikuti wajib militer dan ia adalah anggota keluarga kerajaan. Mengapa ia harus berkali-kali mengikuti latihan seperti ini? Ia berbalik dan memaki-maki komandannya. Kalimat favoritnya? “Kau pasti mati!”
MP-00147 MP-00153
Hutan pinus, bagian utara Laut Kuning, pk. 05.37
Beberapa mobil melewati perbatasan, memasuki wilayah Korea Selatan. Itu adalah para petinggi militer Korea Utara yang akan mengadakan pertemuan dengan Raja. Raja berjalan ke ruang pertemuan. Ia adalah Jae-kang (Lee Sung-min) yang telah menggantikan ayahnya yang telah wafat.
Jae-kang memasuki ruang pertemuan. Para petinggi militer dari Korut dan Korsel memberi hormat. Jae-kang memulai pidatonya.
“Duapuluh tiga tahun lalu, ketika Tembok Berlin diruntuhkan, Ayahku berkata: ‘kami juga berharap suatu hari nanti Utara dan Selatan bisa berlatih bersama’. Setelah melewati 23 tahun, impian ini akhirnya menjadi kenyataan. WOC (World Officers Championship) adalah kompetisi bagi para pejabat milter. Para pejabat militer dari 18 negara akan berkumpul dan mempertunjukkan keahlian mereka dalam kompetisi ini. Pejabat militer dari Utara dan Selatan akhirnya bergabung untuk menjadi satu tim. Aku tidak meminta banyak. Aku menginginkan rakyat Korea Utara dan Selatan hidup dalam kedamaian tanpa takut akan terjadinya perang. Adalah harapanku bahwa WOC tahun ini menjadi langkah pertama menuju ke sana.”
Perjanjian kerjasama ditandatangani perwakilan dari kedua negara sementara Raja menyaksikan dengan terharu. Ia menoleh dan tersenyum pada seorang pejabat militer dari Korea Utara.
MP-00169 MP-00174
Pada saat ramah tamah, Raja bertanya pada pejabat itu apakah Korea Utara sudah menentukan tim yang mengikuti WOC.
“Iya, tapi diantaranya ada seorang wanita.”
“Wanita? Ohh..jadi dalam tim kita ada seorang pejabat wanita?”
“Iya, tapi aku merasa sedikit malu. Sebenarnya dia adalah puteriku.”
Lalu pejabat itu mulai menceritakan dengan berapi-api kehebatan puterinya yang berkemampuan tinggi.
“Dia adalah Nomor ! Nomor 1! Di antara pejabat wanita lainnya dalam milisi kami, dia yang terbaik.” Pokoknya hebat banget lah^^ Raja sampai terkagum-kagum mendengar penuturan pejabat itu.
“Namanya…?” tanya Raja.
MP-00433 MP-00186
Tuk tik tak…suara sepatu kuda? Bukan. Suara sepatu seorang wanita yang berjalan menyusuri koridor di gimnasium Pyongyang (Korea utara).
“Komrad Kim Hang-ah!!” panggil seorang prajurit. Wanita itu menoleh. Yup, dialah si wanita hebat yang sangat dibanggakan ayahnya. Kim Hang-ah (Ha Ji-won).
Kim Hang-ah menghambur masuk ke ruang perawatan. Seorang pria mengaduh kesakitan. Lengannya mengalami dislokasi hingga tak bisa melanjutkan kompetisi. Komandan mereka menarik nafas panjang. Kompetisi sudah memasuki ronde penentuan, sangat disayangkan kalau mereka menyerah sekarang. Ia menoleh pada Hang-ah.
“Mengapa kau melihatku? Aku tidak akan melakukannya (menggantikan pria yang terluka itu),” kata Hang-ah.
“Kalian, saat pertempuran satu lawan satu, siapa yang muncul dalam benak kalian?” tanya si komandan pada para junior Hang-ah. Awalnya mereka hanya mengangguk lalu mereka satu per satu menjawab: Senior Kim Hang-ah.
MP-00190 MP-00192
“Perhatian!!” Hang-ah memberi perintah. Para juniornya langsung berdiri tegap. Komandan berkata sebaiknya Hang-ah yang maju karena ia memang yang terbaik. Hanya sekali ini saja, mengapa Hang-ah tidak mempertunjukkan kebolehannya.
“Justru aku sudah sering memperlihatkannya,” protes Hang-ah. Dan sebentar lagi ia hendak pergi keluar. Bukankah Komandan sudah memberi ijin?
Komandan mengancam akan mencabut ijin keluarnya jika Hang-ah tidak mau berpartisipasi. Gaya otoriter. Tapi tidak mempan untuk Hang-ah. Ia berkata mengapa komandan berubah-ubah dalam memberi perintah, seperti amatiran saja.
Komandan menarik nafas panjang. Ia mulai membuka pakaiannya.
“Kalau begitu aku tidak punya pilihan. Bahkan dalam usiaku sekarang aku tidak punya pilihan lain selain maju. Haahh…ini akan membunuhku…Aigooo, pinggang tuaku….ini akan membunuhku,” keluhnya. Ia lalu memaksa membuka seragam tanding prajurit yang patah tangan itu. Gaya memelas. Prajurit itu mengaduh kesakitan, sampai mati pun ia tidak akan pernah melepas seragamnya (karena sakit LOL^^) 
And it’s work. Hang-ah memejamkan matanya menyerah.
MP-00200 MP-00201
Kompetisi Tarung Gaya Bebas Tentara Rakyat Korea ke -32.
Lawan memasuki arena, disambut dengan tepuk tangan para penonton. Selanjutnya Hang-ah. Ternyata sambutannya lebih meriah. Mereka meneriakkan nama Hang-ah. Lawan menyapa Hang-ah. Hang-ah mengajaknya bertarung dengan aman.
MP-00206 MP-00209
Peluit dibunyikan. Mereka mulai berhadapan. Hang-ah mengajak bicara lawannya
“Hei, aku harus pergi setelah ini, jadi…”
Belum selesai Hang-ah berbicara, lawan sudah memberi serangan tendangan yang berhasil dielak oleh Hang-ah. Penonton terus menyerukan nama Hang-ah. Lawan tentu saja tidak suka. Ia menyerang tapi Hang-ah menjepit lehernya dari belakang.
“Apa kau mau mati? Kita hanya membuang waktu,” tanya Hang-ah.
Pria itu menyikut Hang-ah. Komandan (atasan) Hang-ah kesal melihat murid kesayangannya dilukai. Hang-ah diserang bertubi-tubi tapi ia berhasil melawan dan menjatuhkan lawannya.
Hang-ah mengusap bibirnya. Berdarah. Ia kesal, bukankah ia sudah meminta pertarungan yang aman. Nasi sudah menjadi bubur, bibir sudah sobek, pertarungan pun menjadi serius. (Oya, kabarnya Ha Ji-won tidak memakai pemeran pengganti untuk adegan pertarungan ini...pengaruh pernah menjadi Gil Ra-im kali ya^^)
MP-00440 MP-00445
Lawan diserang habis-habisan oleh Hang-ah. Merasa terpojok, lawan mengambil kursi dan siap memukulkannya pada Hang-ah tapi Hang-ah berhasil mengelak dan menjatuhkan kursi itu. Hang-ah mengakhiri kompetisi dengan mengeluarkan jurus tendangan berputar (gaya Geum Jan-di). Lawan terkapar di lantai. Komandan Hang-ah bersorak senang.
Hang-ah mendekati lawannya. “Kau bahkan tidak bisa memukulku dan kau begitu serius membandingkan kekuatan?!!” Hang-ah menyepaknya sekali lagi dan meninggalkannya.
MP-00469 MP-00472
Hang-ah memerhatikan wajahnya di cermin. Ia telah mengenakan make-up dan berdandan rapi tapi ia kesal melihat ujung bibirnya yang terluka. Ia menutup cerminnya dan berlari-lari kecil dengan riang menuruni tangga stasiun kereta bawah tanah.
Dua tamannya sudah menunggu. Mereka melambaikan tangan pada Hang-ah. Dan keduanya membawa anak.
“Ada apa dengan wajahmu?” tanya seorang temannya. Hang-ah menunjuk bibirnya yang terluka, “Apakah begitu kelihatan?’
“Bukan itu. Tapi wajahmu yang penuh bintik. Bukankah aku sudah menyuruhmu memakai krim ginseng?”
“Aku sudah memakainya tapi ini terlalu banyak.”
MP-00236 MP-00237
Temannya memperingatkan jika kali Hang-ah gagal lagi, mereka akan semakin sulit mencarikan pria lain. Hang-ah mengangguk mengerti.
“Aku merasa lebih baik kali ini. Ia tahu aku dalam ketentaraan tapi ia tidak keberatan,” kata Hang-ah.
Temannya malah merasa pria itu seperti playboy. Ia mengusulkan agar Hang-ah berbicara pada ayahnya. Ia pasti mengenal banyak pria tampan di kantornya.
“Apa kau tidak tahu? Bagi ayahnya dia adalah Hwang Jin-yi (Ha Ji-won pernah berperan sebagai Hwan Jin-yi dalam drama Hwang Jin-yi). Tidak ada pria yang cukup baik baginya,” timpal temannya yang lain.
Mereka berkata pokoknya hari ini Hang-ah harus berhasil.
“Pada usiamu sekarang, tidak banyak wanita yang belum pernah kiss.”
“Aku harus kiss juga? Hei..itu sangat memalukan,” kata Hang-ah tersipu malu. Temannya berkata ia memiliki seorang teman yang baru 3 kali kencan langsung tidur bersama (wah…ini tidak boleh ditiru ya >,<). Sedangkan Hang-ah sudah 5 kali kencan dengan pria ini.
Mereka berkata jika Hang-ah tidak berani melangkah maka hubungannya tidak akan ada kemajuan. Dan teman-teman prianya nanti hanyalah para tentara.
“Benar! Tidak ada lagi tentara pria. Aku sudah banyak memilikinya,” Hang-ah bertekad.
MP-00242 MP-00474
Hang-ah pergi berkencan. Hang-ah dengan gugup melihat tangannya. Ia ingin meraih tangan pria itu tapi ia tak berani. Ia terus menatap ke bawah. Pria itu menyadarinya dan berhenti berjalan.
“Ma…maafkan aku,” ujar Hang-ah. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali. Lalu pelan-pelan ia meraih tangan Hang-ah dan menggenggamnya. Hang-ah terkejut…dan senang…
MP-00253 MP-00260
Pria itu melihat berkeliling dan menarik Hang-ah. Di balik sebuah gedung, pria itu mendekati Hang-ah dan hendak menciumnya. Saatnya sudah tiba bagi Hang-ah. Ia memejamkan matanya.
Pria itu semakin mendekatinya. Jep…tanpa sadar Hang-ah menangkap wajah pria itu dan menatapnya tajam. Pria itu terkejut. Demikian juga dengan Hang-ah setelah menyadari apa yang ia lakukan.
“Karena aku tidak bisa mendorong wajahmu, maka…”
Pria itu terlihat kesal dan tersenyum sinis.
“Lain kali…” Hang-ah berusaha memperbaiki situasi.
“Aku akan meneleponmu nanti,” potong pria itu. Ia pergi meninggalkan Hang-ah. Hang-ah menunduk sedih dan memandangi tangannya.
Pria itu tak pernah menelepon.
MP-00269 MP-00275
Hang-ah menyampaikan pada atasannya ia tidak bersedia berpartisipasi dalam WOC. Atsannya membujuknya, dengan mengikuti saja (tanpa menang) pun sudah menjadi kehormatan. Hang-ah bersikeras ia tidak mau ikut.
Komandan tidak menyerah. Ini adalah pertama kalinya Utara dan Selatan bergabung bersama dalam sejarah. Ia minta Hang-ah memikirkannya kembali. Hang-ah adalah bagian dari militer dan ia harusnya punya rasa tanggungjawab sebagai pejabat wanita yang pernah muncul di TV nasional.
“Karena itu!! Satu kali saja masuk televisi, seluruh negeri berpikir aku wanita yang menakutkan. Aku tidak tahu apa yang akan orang-orang katakan jika aku memperlihatkan diriku pada dunia kali ini. Wanita ini seorang wanita yang bisa menjatuhkan 12 pria sendirian, jadi jangan membuat masalah dengannya. Apakah itu yang ingin perlihatkan pada dunia?”
“Dari yang kulihat, bukan karena kau seorang pejabat militer hingga kau dijauhi pria, tapi temperamenmu yang buruk. Tanpa mempedulikan tempat kau berteriak dan membentak, tentu saja para pria itu… ”
“Tentu saja, semua itu salahku. Hanya untuk melatih para prajurit pria, aku marah-marah setiap hari. Sementara gadis lain mendandani diri dengan cantik, aku masih melatih di lapangan. Ini kesalahanku karena bergitu berbakti pada tanah air. Puas sekarang?” Hang-ah cemberut.
MP-00304 MP-00476
Komandan itu bertanya jadi penyebab ketidakikutsertaan Hang-ah dalam WOC adalah karena takut WOC mengganggu kehidupan cintanya.
“Bagaimana bisa dibilang kehidupan cinta? Ini adalah hidupku!” sergah Hang-ah tak percaya.
“Aku mengerti. Aku mengerti. Aku akan bertanggung jawab,” ujar Komandan.
Hang-ah kebingungan, apa maksudnya bertanggung jawab. Komandan itu berkata asalkan ia bisa menemukan pasangan bagi Hang-ah maka Hang-ah akan ikut WOC. Hang-ah terdiam. Deal!
MP-00311 MP-00313
Maka Hang-ah dan rekan-rekannya menyeberangi perbatasan. Ayahnya ikut mengantar mereka. Pers memberitakan kedatangan mereka.
Hang-ah baru kali ini memasuki Korea Selatan. Ia mengamati pemandangan sekitarnya. Ia tersentak melihat billboard Rain.
“Pria itu namanya Jung Ji-hoon. Bintang terkenal di dunia. Belum lama ini ia bergabung dengan militer dan menjadi prajurit,” Hang-ah mengucapkannya seakan Rain target operasi hehe^^
MP-00328 MP-00329
“Itu adalah Dong-won. Juga dalam wajib militer. Hah! Pria itu (Jo In-sung)! Dia dalam Angkatan Udara,” ujar Hang-ah gembira.
Temannya berkata Angkatan Udara Korsel sangat berbahaya.
“Tentu saja tidak! Mungkin saja ia akan berlatih bersama kita,” Hang-ah tersenyum senang seakan bertemu idolanya, “Jika ia (Jo In-sung) mendapat banyak penghargaan dan medali mungkin saja…ah tapi ia telah keluar wamil tahun kemarin,” Hang-ah menepuk tangannya kecewa.
 MP-00484 MP-00334
Jejejenggg… billboard Hyung Bin!!
“Oh!!” Hang-ah menempelkan wajahnya ke jendela, “Hyun- Binnie!! Dia juga ada. Dia baru masuk wamil setahun. Walau dia bukan tentara tapi dia sangat terkenal. Ada kemungkinan ia bisa berlatih bersa…”
(Ketiga aktor yang disebut Hang-ah pernah berakting bersama Ha Ji-won. Kang Dong-won dalam film The Duelist, Jo In-sung dalam drama Memories in Bali, Hyun Bin pasti udah pada tau dong ya...dalam drama Secret Garden^^) 
MP-00340 MP-00341
“Komrad Kim Hang-ah, apa kau suka pria tampan seperti mereka?” tanya Komrad Rhi Kang-seok (Jung Man-shik) meledek.
Hang-ah protes, ia tidak hanya melihat penampilan luar. Pria itu (Hyun Bin) masuk Angkatan Laut dan itu sama saja dengan Korps Marinir Korut yang terbaik. Ia berkata sebagai pemimpin tim tentu saja ia ingin merekrut yang terbaik.
Kang-seok berkata dengan nada meremehkan, pengalaman 2 tahun wamil tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang telah berlatih selama sepuluh tahun. Tapi ia terkejut saat melihat sesuatu di luar jendela.
MP-00353 MP-00357
Layar di atas sebuah gedung menayangkan Girl’s Generation. Ia terbata-bata menanyakan apa yang sedang mereka lakukan dengan baju minim dan kaki jenjang pada cuaca dingin seperti itu (setting video klipnya bersalju). Hang-ah berkata mereka sedang menari dan mereka adalah grup terkenal di Korsel.
“Mereka cantik, bukan?” ledek Hang-ah.
MP-00362 MP-00364
Kang-seok berdehem dan pura-pura tidak tertarik. Hang-ah bertanya-tanya kosmetik apa yang dikenalkan para gadis itu hingga wajah mereka begitu mulus. Ia teringat percakapannya dengan atasannya.
“Posisi 4. Berpartisipasi dalam WOC dan mendapat posisi 4 sudah cukup. Pernikahan Komrad Kim Hang-ah akan dibereskan oleh ketentaraan.”
Hang-ah berkata ia pemilih jadi ia tidak akan menyetujui begitu saja pria pilihan itu. Komandannya meyakinkan ia akan membantu Hang-ah untuk menemukan orang yang cocok.. Baik 100 atau 1000 orang, ia akan mencarikannya untuk Hang-ah.
Hang-ah tersenyum senang. Ia berharap atasannya memegang janji. Kalau saja pria itu bisa setampan mereka (Rain, Jo-In-sung, dan Hyung Bin), ia berangan-angan.
MP-00376 MP-00379

Mereka sudah tiba di istana. Hang-ah, Kang-seok, dan Kwon Young-bae (Choi Kwon), diperiksa oleh pihak keamanan istana. Ketiganya diperiksa dengan detektor metal.
Niiit…detektor itu berbunyi di dekat bahu Hang-ah. Hang-ah diminta melepaskan seragam luarnya. Hang-ah sebenarnya merasa terhina dengan perlakuan ini tapi ia menahannya dan membuka seragam luarnya. Kedua temannya melakukan hal yang sama.
Masalahnya detektor logam itu terus berbunyi di dekat kaki Young-bae karena kakinya dipasangi pin logam setelah mengalami kecelakaan. Kepala keamanan melihatnya dengan curiga. Young-bae melepas kaus kakinya untuk membuktikan ia tidak berbohong.
MP-00836 MP-00393
Tapi pihak keamanan tetap tidak memperbolehkan Young-bae masuk. Kang-seok melangkah maju. Ia menganggap ini sudah keterlaluan. Bukankah Young-bae sudah bertelanjang kaki? Hang-ah menahan Kang-seok. Ia berkata baik-baik bahwa mereka diundang ke istana. Hang-ah melangkah maju untuk menjelaskan.
“Jangan mendekat!!” bentak kepala keamanan. Raut wajah Hang-ah langsung berubah. Senyum menghilang dari wajahnya.
“Robek itu!” ujarnya.
Keduanya rekannya menatap Hang-ah.
“Ia tidak mempercayai kita. Terserah mau menggunakan jari atau gigimu, robek itu. Biarkan ia melihat pin-nya,” Hang-ah berbicara dengan tegas sambil menatap tajam kepala keamanan itu. Kepala keamanan terlihat sedikit takut.
MP-00399 MP-00402
“Tunggu sebentar,” Sekretaris Eun menghampiri mereka. Ia berkata pihak keamanan sedikit sensitif karena Raja secara pribadi mengundang mereka. Ia mempersilakan mereka mengenakan seragam mereka dan mengikutinya masuk.
 MP-00405MP-00408  
Raja sedang berbincang-bincang dengan ayah Hang-ah ketika ketiganya masuk. Dengan ramah, ia menyambut mereka. Ketiganya langsung berbaris dengan sikap sempurna dan memberi hormat pada Raja.
Raja menatap mereka dengan kagum. Setelah melihat sendiri pejabat militer dari Utara, semuanya menjadi begitu nyata. Ketiganya memperkenalkan diri pada Raja yang menjabat tangan mereka.
“Letnan Dua Tentara Rakyat Korea, Kwon Young-bae.”
“Letnan Satu Tentara Rakyat Korea, Rhi Kang-seok.”
MP-00412 MP-00838
“Kapten Tentara Rakyat Korea, Kim Hang-ah.”
Ayah Hang-ah memperkenalkan puterinya pada Raja. Raja memperkenalkan dirinya.
“Aku adalah Raja Republik Korea Selatan, Lee Jae-kang.”
Hang-ah tersenyum. Payah nih Hang-ah, tiap liat cowo hangat dan baik pasti langsung tertarik^^
Raja mengajak mereka menikmati hidangan sambil berbincang-bincang. Raja berjalan mendahului mereka. Hang-ah berbisik pada ayahnya, apakah hari ini mereka akan melihat tim Korsel yang akan ikut WOC. Ternyata Raja mendengarnya. Ia berbalik.
“Tidak, kau akan melihat mereka besok.”
Ia meminta Hang-ah mengurus seseorang dari tim itu. Seseorang yang benar-benar pembuat masalah.
MP-00420 MP-00421
Dan siapa lagi orangnya kalau bukan pangeran kita Lee Jae-ha? Ia senang sekali karena akhirnya ia sudah menyelesaikan pelatihannya. Jae-ha menjadi perwira pertama dari keluarga kerajaan yang menyelesaikan wamil. Untuk ketulusannya, ia mendapat hadiah berupa lencana. Jae-ha senang sekali.
Saking senangnya ia langsung menandatangani dokumen pengeluarannya dan sebuah dokumen lainnya tanpa dibaca lagi. Bahkan mengganti pensil dengan bolpen…yang artinya tidak bisa dihapus lagi.
Jae-kang datang untuk menjemput adiknya. Ketika semua orang memberi hormat dengan sikap sempurna, Jae-ha memberi hormat dengan gayanya sendiri. Jae-kang tersenyum geli melihat adiknya.
MP-00492 MP-00493
Setelah Jae-ha mengucapkan sumpah setia pada negara, Jae-kang menyematkan lencana di seragamnya. Jae-ha mengedipkan mata pada kakaknya. Jae-kang menepuk pipi adiknya dengan penuh kasih sayang.
MP-00503 MP-00502
Mereka pulang bersama. Jae-kang menyarankan agar Jae-ha beristirahat selama perjalanan. Jae-ha bercerita ia tidak bisa tidur semalaman karena tahu akan keluar hari ini. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan gadis-gadis seksi dalam mimpinya dan ingin memimpikannya lagi. Lalu ia bersandar dan memejamkan matanya. Raut wajah Jae-kang berubah…merasa bersalah?
MP-00511 MP-00512
Sekretaris Eun membangunkan Jae-ha yang masih tertidur di mobil. Jae-ha bingung mengapa mereka tidak ke Istana Baru, apakah mobil mereka mogok. Sekretaris Eun malah menyuruh Jae-ha menonton TV.
Perdana Menteri sedang mengumumkan keikutsertaan Korea Utara dan Selatan dan untuk membuktikan dukungan keluarga kerajaan pada acara itu maka adik Raja sendiri akan menjadi pesertanya. Jae-ha terperangah.
“Siapa itu? A…Aku??” tanyanya shock. Ini sih keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau.
MP-00522 MP-00519
Jae-ha protes pada kakaknya. Apakah kakaknya akan membiarkannya mengikuti pelatihan militer lagi? Bersama tentara Korea Utara?Dengan polos Jae-kang mengangguk.
“Kakak, ada apa denganmu?” rengek Jae-ha, “Baru beberapa jam lalu aku dikeluarkan dari wajib militer.”
“Benar, aku juga ingin melindungimu. Tapi kau sendiri yang melakukannya.” Jae-kang menyodorkan dokumen yang tadi ditandatangani Jae-ha tanpa membacanya lebih dulu.
Jae-ha melihat dokumen-dokumen itu dan menyadari telah ditipu kakaknya. Jae-kang tertawa. Jae-ha mencoba membujuk kakaknya, ia hanya seorang sersan, tidak akan menang melawan perwira tentara. Jae-kang berkata tidak apa-apa jika Jae-ha kalah.
MP-00532 MP-00533
“Kak, apa kau memperalatku untuk kedamaian Utara dan Selatan?”
“Biarkan aku memperalatmu kali ini saja. Kumohon,” sahut Jae-kang tenang.
Jae-ha berkata kakaknya tidak bisa melakukan ini padanya. Selama ini ia selalu mendukung Jae-kang. Dalam sejarah begitu banyak adik Raja yang membunuh Raja untuk menduduki tahta. Tapi ia selalu khawatir kakaknya terluka, dan ia juga bersedia menjadi orang jahat untuk menjaga semuanya tetap terkendali (jadi inget Yang Myung). Jae-kang mengingatkan bukankah Jae-ha yang tidak ingin menjadi Raja? Menganggap kematian lebih baik daripada menjadi seorang Raja?
Jae-ha bertanya apakah kakaknya melakukan ini karena ayah mereka. Mengapa Jae-kang begitu keras kepala mengenai WOC ini?
Jae-kang menatap adiknya dengan serius. Ia bertanya apakah Jae-ha tahu apa yang selama ini terus ia pikirkan berulang-ulang. Ia ingin perdamaian. Tidak hidup dalam ketakutan akan perang.
Jae-ha bertanya bagaimana bisa sebuah kompetisi menyelesaikan masalah itu. Bukankah perang masih terjadi di dunia ini? Jae-kang berkata ia ingin memperlihatkan pada dunia kalau Utara dan Selatan telah bersatu hingga negara lain tak bisa ikut campur lagi.
“Mengapa harus kita yang melakukannya? Mengapa harus kakak?”
Jae-kang tersenyum sedih.
“Apa karena kakak seorang Raja? Benar, kita anggota keluarga kerajaan. bukan pada jaman Joseon tapi keluarga kerajaan abad 21. Apa kakak tahu artinya? Itu artinya kita hanya….boneka.”
MP-00543 MP-00545
Senyum Jae-kang menghilang. Jae-ha berkata ia berterima kasih pada rakyat yang telah membayar pajak mereka dan ia akan melakukan sesuatu bagi rakyat. Tapi bukan dengan memperlihatkan perdamaian antara Utara dan Selatan. Rakyat bahkan tak peduli dengan hal itu.
“Mereka hanya menginginkan kita tersenyum dan melambai, yang akan memuaskan fantasi mereka. Kita itu apa? Hanya mannequin (boneka pajangan). Mannequin Republik Korea Selatan. Apa kakak tidak tahu? Sebenarnya apa yang Kakak inginkan?”
Jae-kang menatap marah adiknya.
MP-00551 MP-00554
Sementara itu, Hang-ah diwawancarai oleh para pejabat militer Korut dan Korsel. Atasannya mengingatkan tanggung jawab Hang-ah sebagai pemimpin tim. Komandan dari Korsel bertanya bukankah Hang-ah dari kesatuan khusus? Terlebih lagi, instruktur kesatuan khusus? Tugas kesatuan khusus adalah mengacaukan lawan dengan melakukan penghancuran dan pembunuhan. Bisakah seseorang dengan latar belakang seperti itu menjadi pemimpin tim Utara dan Selatan?
Atasan Hang-ah membelanya, itu kan di masa lalu mengapa mengungkitnya lagi. Kedua petinggi itu mulai berdebat.
“Benar, aku melatih tentara untuk menghancurkan (dengan bom) dan membunuh. Tapi itu hanyalah pekerjaan. Sudah lama sekali sejak aku mengajarkan hal itu dan aku hanya bisa mengingatnya dengan samar-samar.”
Ia berkata ia bersedia dipecat jika ia tidak melakukan tugasnya dengan baik. Ia mengucapkannya dengan lucu hingga komandan Utara dan Selatan sama-sama tertawa. Komandan Selatan pun sudah tidak bersikap kaku lagi. Ia bertanya apakah Hang-ah sudah bertemu dengan anggota dari selatan.
“Aku sudah membaca profil mereka…tapi ada satu orang…”
“Oooh dia..Dia akan datang. Tapi dia bukan orang biasa. Dia adalah Pangeran. Adik Raja.”
Hang-ah terkejut.
MP-00556 MP-00567 
Kembali pada percakapan dua kakak beradik yang mulai memanas.
“Kau benar. Kita tidak memiliki wilayah sendiri seperti keluarga kerajaan Inggris. Kita juga tidak dilihat sebagai penerima mandat dari surga seperti di Jepang. Kita hidup dari pajak…”
“Itulah sebabnya…”
“Itulah sebabnya, kau harus bekerja untuk setiap uang yang kau peroleh. Apa yang kaulakukan selain menelan pajak negara?” (sigh….aku berharap seandainya saja semua orang dalam pemerintahan kita berpikir seperti Jae-kang >,<)
“Tapi aku mengikuti wamil.”
“Itu adalah kewajiban.”
“Apa kakak tidak tahu aku adalah harapan dan impian tiap wanita?”
Jae-kang berkata itu di masa lalu, saat Jae-ha berusia 20-an. Apa Jae-ha tidak tahu julukan barunya? Pangeran bujangan yang malas dan mengganggu.
Jae-ha tak percaya. Banyak pemuda yang menjadikannya teladan. Mereka berharap bisa seperti dirinya yang pandai bersosialisasi dan bisa berbicara dengan banyak wanita. Sepertinya ini bukan hal yang baru yang diungkit Jae-ha karena Jae-kang langsung mengeluarkan selembar kertas hasil survey.
“52 % warga negara pria dalam negara ini menginginkanmu dikeluarkan dari istana. Mereka tidak tahan melihat kecongkakanmu.”
Jae-ha bergumam mengapa tidak ada perubahan setelah ia mengikuti wamil.
“Karena ini adalah prinsip. Kembalikan sebanyak yang kauterima. Ibu menyediakan makanan bagi para tunawisma. Ia mengerjakan uang pajak yang kita terima. Aku mempromosikan peningkatan kebudayaan dan juga melalui WOC. Tapi, apa yang telah kaulakukan selama ini? Kau bergantung pada pajak rakyat untuk hidup.”
MP-00586 MP-00587
Jae-ha tak bisa membantah perkataan kakaknya karena semua itu benar. Tapi ia belum mau menyerah.
“Mari hentikan ini. Jika aku mengatakan satu per satu apa yang telah kulakukan, Kakak bahkan tidak sanggup menghitungnya. Aku hanya tidak ingin diketahui orang lain. Sungguh memalukan untuk mengatakannya sendiri.”
“Tak apa-apa, sebutkan satu saja hal apa yang sudah kaulakukan. Aku tidak akan memaksamu mengikuti WOC.”
“Aku tidak bisa.”
“Kalau begitu tinggalkan istana.”
Jae-ha terhenyak.
“Aku tidak memerlukan orang yang makan dan minum dengan gratis dan masih menerima pajak. Kau bisa meninggalkan istana.”
Jae-kang berdiri meninggalkan Jae-ha. Jae-ha memanggil kakaknya tapi Jae-kang tak bergeming.
MP-00593 MP-00596
Sekretaris Eun membacakan perintah Raja untuk Jae-ha.
“Mulai hari ini dan seterusnya, Lee Jae-ha dikeluarkan dari istana. Semua biaya hidupnya tidak akan ditanggung negara. Lee Jae-ha terancam kehilangan status keluarga kerajaan. Jika Lee Jae-ha menyetujui persyaratan berikut, ia akan dikembalikan pada status semula. Apakah kau bersedia mengikuti WOC atau meninggalkan istana dan menjadi rakyat biasa?”
“Pelatihannya….sebulan?”
“WOC diadakan 6 bulan yang akan datang. Pangeran harus berlatih selama sebulan,” jawab Sekretaris Eun.
Jae-ha mengangguk seperti anak kecil yang baru dimarahi orang tuanya.
“Puteraku sebagai pemimpin tim dari Selatan akan menjalani pelatihan bersama Pangeran. Jika ada pertanyaan, bisa tanyakan padanya. ”
Jae-ha mengangguk mengerti.
MP-00599 MP-00841
Tapi begitu Sekretaris Eun hilang dari pandangan, sikap menurutnya hilang. Ia meminta pisau pada prajurit yang bertugas mengantarnya ke asrama. Kedua prajurit itu kebingungan.
Tiba-tiba pintu garasi di belakang Jae-ha terangkat. Seorang pria berdiri di dalam.
“Siap grak!” perintahnya. Kedua prajurit di luar langsung tegak sementara Jae-ha masih mencoba melihat siapa yang berdiri di dalam.
MP-00609 MP-00610
“Siap GRAK!!” Orang itu memerintah lebih keras. Jae-ha tersentak dan pelan-pelan menegakkan tubuhnya.
“Maju lima langkah!!”
Jae-ha menurut. Begitu berada di dalam, pintu menutup kembali. Lampu dinyalakan. Ternyata itu adalah garasi penyimpanan kendaraan perang. Jae-ha bertanya pada pria yang berdiri di hadapannya.
“Siapa kau? Eun Shi-kyeong? Apakah ayahmu bernama Eun Gyu-tae? Kepala Sekretaris kami? Aaa…ternyata kau kaptennya. Aku benar-benar senang,” Jae-ha berceloteh.
MP-00618 MP-00619
Eun Shi-kyeong (Jo Jung-seok) diam tak berkata apapun.
“Apa kau mempunyai pisau? Aku ingin…”Jae-ha mengangkat jarinya.
“Semua orang boleh menjadi perwira tapi tak semuanya bisa.” ujar Shi-kyeong.
“Kau benar, aku bukan perwira. Kalau saja aku tidak menandatanganinya…benar-benar….” Jae-ha menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia melihat berkeliling lalu melihat senjata api yang tersampir di pinggang Shi-kyeong.
“Benar…pistol. Aku harus mencobanya. Kau seorang perwira bukan? Mahir menggunakannya, bukan? Tembak menyerempet jariku….seeeeedikitt saja. Bagian yang ini, hanya menyerempetnya. Tapi jangan terlalu serius, cukup membuatnya berdarah sedikit saja. Aku akan mengurus sisanya. Beristirahat selama 2 minggu untuk memulihkan diri sudah cukup.”
Shi-kyeong meraih pistolnya. Jae-ha jadi ketakutan, bukankah pistol terlalu berbahya jika meleset sedikit saja. Shi-kyeong malah mengeluarkannya dan mengacungkannya pada Jae-ha.
“Di mana? Di sini?” tanyanya mengarahkan pistolnya ke jantung Jae-ha.
MP-00629 MP-00631
“Apa yang sedang kaulakukan?” tanya Jae-ha. Ia tak percaya Shi-kyeong berani menembak. Ia menantang Shi-kyeong menembaknya jika memang berani. Shi-kyeong tak bergerak.
Jae-ha mengambil senjata itu dari tangan Shi-kyeong dan balik mengacungkannya ke wajah Shi-kyeong.
MP-00643 MP-00645
“Bukan begitu caranya menembak. Begini caranya….” DORR!!
Jae-ha tersentak kaget. Demikian juga semua yang mendengar suara tembakan itu. Prajurit yang berdiri di luar menggedor pintu menanyakan keadaan Jae-ha dengan khawatir.
Tembakannya tidak mengenai Shi-yeong tapi melubangi tembok di belakangnya. Jae-ha menjatuhkan pistol itu.
“Senjata itu berpeluru? Apa kau benar-benar ingin membunuhku? Apa kau gila?!”
Dua prajurit di luar berhasil masuk.
“Aku yang menembakkannya,” ujar Shi-kyeong tenang. Seorang prajurit mengacungkan senjatanya pada Shi-kyeong. Shi-kyeong memungut senjata di lantai dan memberikannya pada prajurit itu.
“Laporkan aku,” kata Shi-kyeong.
“Aku tadi bercanda. Karena aku bosan, aku bermain-main. Kalian berdua berdirilah di sana!” ujar Jae-ha marah.
MP-00660 MP-00664
Ia mendekati Shi-kyeong.
“Apakah ayahmu tahu kau seperti ini? Baik aku akui keberanianmu. Tapi bagaimana lagi? Aku seorang yang pendendam. Kau akan mati.”
Shi-kyeong menunduk dan tersenyum.
“Aku memang membuat frustrasi tapi kau sedikit berbeda dengan rumor yang beredar,” ujarnya. Ia menyuruh dua prajurit tadi mengantar Jae-ha ke asrama. lalu ia pergi meninggalkan mereka.
MP-00670 MP-00673
Jae-ha diantar ke kamarnya. Ternyata ia sekamar dengan Kang-seok. Saat ia membuka pintu, ia melihat Kang-seok sedang berlatih bela diri dengan dua tongkat dan melempar jarum panjang hingga menancap di dinding…bagai ninja. Jae-ha terperangah.
“Aku tak bisa menahannya lagi,” serunya panik.
MP-00678 MP-00680
Ia berlari menemui Komandan Korsel. Jae-ha protes karena sekamar dengan tentara Korut. Sang komandan menjelaskan memang begitulah pengaturannya. Selatan dan Utara dalam satu kamar.
“Lalu bagaimana dengan Eun Shi-kyeong? Ia sendirian dalam satu kamar.
“Eun Shi-kyeong adalah pemimpin tim selatan jadi…”
Jae-ha protes itu namanya meng-anakemas-kan. Dalam dunia demokratis bahkan Pangeran pun harus diperlakukan sama rata. Agar adil ia juga harus mendapatkan kamar sendiri.
“Ini adalah peraturan, Pangeran. Kesepakatan ini telah didiskusikan antara utara dan selatan. Semuanya telah direncanakan setahun lalu jadi tidak tepat jika mengubahnya sekarang.”
Komandan berkata Shi-kyeong juga harusnya memiliki teman sekamar tapi pemimpin tim Utara adalah seorang wanita.
“Wanita? Ada wanita di sini?” tanya Jae-ha tertarik.
MP-00692 MP-00700
“Sekamar dengan perwira pria?” tanya Hang-ah terkejut.
“Dia adalah Pangeran Korea Selatan yang terakhir bergabung. Tidak ada yang bisa dilakukan pada situasi ini. Kita harus bekerja sama dan menjadi contoh persatuan.”
“Bagaimana bisa satu kamar dengan lawan jenis menjadi contoh? Jika hal ini tersebar luas apa yang harus kulakukan?”
Komandan menyakinkan Hang-ah semuanya sudah terkendali jadi tidak akan ada rumor. Kang-seok akan sekamar dengan Shi-kyeong. Dengan demikian dua impian Hang-ah mungkin saja terkabul. Pertama, penyatuan dua negara. Kedua, kehidupan cinta Hang-ah terkabul.
“Komandan!!” seru Hang-ah kesal.
MP-00713 MP-00714
Kedua tim akan bertemu untuk pertama kalinya. Kang-seok mengomel sebenarnya Lee Jae-ha itu orang seperti apa.
Shi-kyeong dan seorang perwira masuk. Hang-ah berdiri dan memperkenalkan dirinya sambil menjabat tangan Shi-kyeong. Shi-kyeong meminta maaf karena datang terlambat.
“Tidak apa-apa,” ujar Hang-ah cepat sambil menghempaskan tangan shi-kyeong. Ia beralih pada perwira di sebelah Shi-kyeong.
“Kau perwira Ryeom Dong-ha, bukan? Aku melihat jurnalmu setiap hari. Aku bahkan merasa telah mengenalmu sejak lama.”
Shi-kyeong berdehem dan berjalan menuju tempat duduknya. Hang-ah bertanya mengapa hanya ada mereka berdua. Tepat saat itu Jae-ha memasui ruangan.
MP-00722 MP-00723
Hang-ah tahu pria inilah yang akan menjadi teman sekamarnya. Ia mendekati Jae-ha dan mengulurkan tangan.
“Aku Kim Hang-ah.”
“Salahku untuk mengharapkan seorang wanita,” gumam Jae-ha sambil menghela nafas panjang. Ia berjalan melewati Hang-ah tanpa menjabat tangannya.
MP-00727 MP-00728
Hang-ah berkata ia merasa sudah mengenal Jae-ha karena sudah sering melihat data dirinya.
“Kau memiliki tahi lalat di bokongmu kan?” bisik Hang-ah.
Jae-ha menoleh melihat para perwira lainnya. Mereka pura-pura tidak mendengar percakapan itu.
 
MP-00730 MP-00731
“Bagaimana kau bisa tahu?” bisik Jae-ha.
“Selalu ada caranya. Silakan duduk, Komrad Lee Jae-ha.”
“Komrad? Kita bertemu berapa lama hingga menjadi komrad?” (Komrad= kawan seperjuangan, panggilan untuk sesama perwira di Korea Utara).
“Begitukah? Seharusnya aku lebih berhati-hati dengan perkataanku. Aku minta maaf, Lee Jae-ha-sshi. Aku tahu kau adalah adik Raja tapi tidak ada perkecualian. Apa kau mengerti?”
MP-00735 MP-00736
Young-bae dan Kang-seok baru mengetahui kalau Jae-ha adalah seorang Pangeran. Hang-ah berjalan menuju tempat duduknya, diikuti Jae-ha. Jae-ha sempat-sempatnya menendang kursi Shi-kyeong sesaat sebelum Shi-kyeong duduk hingga ia terjatuh. Shi-kyeong buru-buru bangkit berdiri dan dengan malu mengatakan kalau ia tak hati-hati.
Jae-ha tersenyum puas. Hal ini tak lepas dari pengamatan Hang-ah.
 MP-00844 MP-00748
Hang-ah meminta semua orang memperkenalkan diri, dimulai dari Kang-seok. Ia berkata ia bertugas di Departemen Pertahanan. Memberikan instruksi pada para komrad yang menjaga garis pertahanan. (Sepertinya ini tugas penting atau menakutkan karena semua orang terdiam setelah ia mengatakannya). Jae-ha tersenyum sinis, dalam hatinya ia berkata ia tidak akan takut.
Shi-kyeong memperkenalkan diri sebagai kapten Divisi 1 Lanjutan.
“Mengapa disebut lanjutan?” tanya Hang-ah tertarik.
“Itu…”
“Karena dia yang pertama maju menyerang Pyongyang saat perang Korea,” Jae-ha memotong perkataan Shi-kyeong.
“Bukankah itu kita, Divisi 7?” tanya Dong-ha.
“Bukan, merekalah yang mengibarkan bendera pertama kali,” sahut Jae-ha. Dong-ha dan Jae-ha berdebat mengenai hal itu.
Kang-seok tak tahan lagi dan menggebrak meja. “Apa maksudnya dengan menduduki Pyongyang (ibukota Korut)?” serunya sambil berdiri.
MP-00846 MP-00850
“Duduk.” Hang-ah memberi perintah. Kang-seok menurut. Hang-ah memberi tanda agar Young-bae memperkenalkan diri.
Young-bae berasal dari Departemen Operasi Taktis. Ia mengucapkannya dengan penuh semangat. Jae-ha berdiri dan menjabat tangan Young-bae dengan ramah.
“Benarkah? Aku dari divisi Medan Pertempuran. Kau dari departemen yang mengirim agen rahasia? Tapi divisi kami menghabisi 20 agen rahasia yang kalian kirim sebelumnya. Apakah kau tidak tahu?”
“Pangeran,” panggil Shi-kyeong. Ia dan Dong-ha terlihat tak enak hati.
MP-00764 MP-00767
Jae-ha tak peduli. Ia berkata ia tidak percaya ada takdir seperti ini. Ia terus berbicara.
“Komrad Lee Jae-ha,” panggil Hang-ah.
Jae-ha tak mempedulikannya. Dong-ha menarik baju Jae-ha agar berhenti.
“Komrad Lee Jae-ha!” Hang-ah mengeraskan suaranya.
“Ahjumma…jangan panggil aku komrad.” Jae-ha kembali nyerocos mengajak Young-bae berpelukan.
Hang-ah menggebrak meja dan berdiri, “Komrad Lee Jae-ha!!”
“Sudah kubilang, aku bukan komrad-mu,” ujar Jae-ha tajam.
MP-00772 MP-00773
Mereka bertatapan. Suasana menjadi tegang. Hang-ah menarik nafas dan tersenyum. Lalu ia bertanya dengan lembut, di manakah kamar kecilnya?
MP-00778 MP-00780
Jae-ha terpaksa mengantar Hang-ah ke kamar kecil. Ia terus mengomel karena Hang-ah tak berani ke kamar kecil sendirian padahal ia seorang perwira. Mereka berhenti di depan pintu.
“Kau bisa menanganinya dari sini, bukan?” ujar Jae-ha.
“Aku hanya akan sendirian di sana? Tidak ada siapa-siapa?” tanya Hang-ah dengan gaya cute.
“Tidak apa-apa…Kau bisa menggunakannya sepuasmu,” ujar Jae-ha. Hang-ah bertanya bisakah Jae-ha menolongnya melihat apakah ada kamera tersembunyi di dalam kamar kecil. Ia dengar pria Korsel banyak yang suka mengintip.
MP-00783 MP-00784
“Kau ini begitu merepotkan. Ayo kita lihat..”
Jae-ha masuk dan memeriksa setiap toilet.
“Lihat…tidak ada apa-apa kan?”
Ia berbalik dan melihat Hang-ah berdiri dengan tangan memegang kunci pintu. Jae-ha terkejut. Klik, Hang-ah mengunci pintuya
MP-00795 MP-00796
Jae-ha bertanya mengapa Hang-ah mengunvi pintu. Hang-ah maju dan menjegal Jae-ha hingga jatuh ke lantai. Lalu ia mengambil tongkat dan menyodok perut Jae-ha dengan tongkat itu. Jelas Jae-ha sama sekali bukan tandingan Hang-ah.
“Aku sedikit terlambat memperkenalkan diri, aku adalah Instruktur Brigade Penembak Jitu Tentara Rakyat Korea, Kim Hang-ah. Di negaramu kami disebut satuan khusus.”
MP-00813 MP-00816
Mendengar itu Jae-ha terkejut. Hang-ah menghempaskan Jae-ha ke lantai.
“Apa kau pikir aku ingin menjadi komrad-mu? Mereka menghabiskan waktu lama untuk mengajari kami mengenai negaramu. Kau tahu apa yang mereka ajarkan? Musuh negara: Lee Jae-ha. Bunuh begitu melihatnya.”
Hang-ah tersenyum. Jae-ha terpana.
MP-00826 MP-00828

source : http://patataragazza.blogspot.com/2012/03/sinopsis-king-2-hearts-episode-1.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment