Bong-gu
membuka kotak hadiah pemberian Jae-ha. Isinya? Sebuah USB. USB kerajaan
seperti yang pernah diberikan Jae-ha pada Hang-ah. Bong-gu sempat
kecewa. Hm…emang dia ngarepin apa ya? Jari manusia?
Ia
menertawakan cara Jae-ha yang tidak orisinil karena membalasnya dengan
menggunakan cara yang sama. Yaitu kiriman video. Ia melemparkan kembali
USB itu ke dalam kotak lalu pergi.
Tapi
Bong-gu penasaran juga dengan isi dari USB itu. Ia mem asang USB itu
dan menontonnya. Jae-ha muncul di layar. Tersenyum dan berkata Bong-gu
telah membuka kotak itu dan tidak menuruti nasihatnya (dalam surat
pengantar hadiah itu Jae-ha meminta Bong-gu tidak membukanya).
“Baiklah,
aku akan berbesar hati dan memberimu satu kesempatan lagi. Matikan
televisinya sekarang juga. Kau akan sangat menyesal jika kau tidak
mematikannya dalam hitungan ke-10. 1….2….” kata Jae-ha dengan tenang.
Bong-gu
berpikir Jae-ha sedang mempermainkannya. Memangnya akan ada film
dewasa? Bukannya mematikan televisi, Bong-gu malah mengambil remote dan
memutar video itu lebih cepat.
“…8…9…10… Jadi kau akan terus menonton? Baiklah,” Jae-ha menjentikkan jarinya.
Muncul
Dara di layar televisi. Jae-ha diam-diam telah merekam kebersamaannya
dengan Dara di klub Jepang itu. Mereka minum-minum dan tertawa. Jae-ha
Menoleh pada kamera yang terpasang di botol minuman. Seakan meledek
Bong-gu. Jae-ha hendak pulang tapi Dara berkata baru jam 2 pagi. Kamera
lainnya diarahkan oleh seorang pegawai klub agar lebih menyorot Dara.
“Kau bilang kau memiliki seorang kekasih,” kata Jae-ha. “Apakah ia tidak sedang menunggumu d kamar?”
“Aku
ke sini sendirian,” jawab Dara, “Apa maksudmu kekasih?Dia bukan
kekasihku. Aku hanya bermain-main untuk bersenang-senang. Dia tidak
punya pesona. Tidak humoris. Dan setiap malam ia menunjukkan trik
sulapnya padaku. Sangat kekanakkan. Aku memberinya pandangan tak suka
agar ia menghentikannya tapi ia tidak mengerti. Dia selalu berubah-ubah
dan mempunyai masalah kepercayaan diri yang ekstrim. Tapi…dia masih saja
menyebut dirinya “Sang Raja”,” Dara tertawa.
“Raja?” tanya Jae-ha.
Dara membenarkan sambil terus menertawakan Bong-gu. Jae-ha melirik pada kamera dan tersenyum meledek.
Dara
berkata ia bersama Bong-gu karena uang. Begitulah dunia ini, berputar
karena uang. Tapi ia tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa jijiknya.
Apakah uang bisa membeli harga diri dan kecerdasan? Tentu saja tidak
bisa. Maksud Dara, walau Bong-gu memiliki banyak uang tapi tidak bisa
menutupi kekurangan diri Bong-gu yang sebenarnya.
Bong-gu terkejut dan marah melihat kekasihnya menertawakan dan menjelek-jelekkannya pada Jae-ha.
Tepat
saat itu Dara masuk ke ruang tempat Bong-gu sedang menonton video
kiriman Jae-ha. Ia bertanya mengapa Bong-gu belum juga tidur. Tanpa
berkata-kata Bong-gu mengambil senjata di bawah sofa dan langsung
menembak mati Dara.
“Mari kita bersenang-senang,’ terdengar
suara Dara dari televisi. “Lebih baik kita membicarakan hal-hal yang
lebih menarik. Aku tahu tempat yang lebih baik.” Dara merayu Jae-ha.
Bong-gu mendekati Dara yang terkapar di lantai dan menembaknya lagi berkali–kali. Psycho >,<
“Tidak
mungkin kau sudah membunuhnya, bukan?” tanya Jae-ha dari televisi. “Kau
sudah lama tahu bagaimana perasaannya padamu. Begitulah manusia. Mereka
menipu, ditipu, dan membiarkan diri ditipu. Aku juga pernah seperti
itu….dengan Hang-ah. Hingga aku menembaknya…untungnya dengan peluru
kosong. Kakak yang menolongku, dan juga Hang-ah yang percaya padaku.
Dan aku bisa kembali hidup. Jadi aku harap kau juga bisa memaafkannya
kali ini. Bila tidak, kau akan sangat kesepian. Aku bisa memulai kembali
karena dukungan orang-orang yang percaya padaku. Tapi kau tidak
memilikinya. Tidak satu orangpun. Jika kau melewati batas dan
membunuhnya, kau akan habis. Tidak ada harapan. Itulah yang terpenting
saat kau hidup. Orang. Jadi senjata dan harapanku adalah….orang-orang
itu. Orang-orang yang percaya padaku. Walaupun mereka kujauhi, mereka
tetap mendukungku. Sekalipun aku menembaknya, ia tetap mencintaiku.”
Sekretaris
Bong-gu dan beberapa orang masuk karena mendengar suara tembakan, dan
menemukan Dara mati bersimbah darah. Sekretaris Bong-gu terkejut dan
memerintahkan orang-orang itu untuk mengeluarkan mayat Dara. Bong-gu
memberi isyarat agar Sekretarisnya tidak mengatakan apapun.
“Jadi
Kim Bong-gu-sshi. Cobalah menginjakku lagi dan aku hanya akan menjadi
lebih kuat. Mengapa? Karena aku akan melindungi orang-orang yang percaya
padaku. Saat aku menjadi lebih kuat…”
DOOORR!! Bong-gu menebak televisinya. Sekretarisnya berkata sepertinya Jae-ha akan membuat sebuah pengumuman.
Jae-ha
berada di acara konser untuk menghormati Jae-kang. Jae-ha melihat
rangkaian foto-foto kenangan Jae-kang, lalu ia berbalik dan mulai
berbicara:
“Raja sebelumnya, kakakku, memiliki impian dalam
hidupnya. Partisipasi tim gabungan Korea Utara dan Selatan dalam WOC,
juga pernikahanku dengan Kim Hang-ah. Untuk mewujudkan impiannya, aku
akan mengikuti WOC yang akan dilaksanakan satu bulan dari sekarang.
Anggota tim akan tetap sama. Tentu saja aku akan ikut serta.”
Seluruh isi gedung itu terkejut dan berkasak-kusuk membicarakannya. Bahkan Dong-ha pun kebingungan. Shi-kyeong tersenyum.
“Aku
berlatih 5 bulan lalu bersama para perwira dari Utara dan kami menerima
evaluasi yang baik. Belum lama ini dalam keadaan darurat, tim gabungan
Utara dan Selatan telah membuktikan memiliki semangat persatuan yang
kuat. Kami pasti akan lulus hingga ronde kedua. Jika kami gagal sebelum
ronde kedua, maka pertunangan dengan Utara akan dibatalkan.”
Bong-gu tegang dan marah melihat Jae-ha terang-terangan menantangnya.
“Seperti
yang kalian tahu, aku mencintai Kim Hang-ah. Tapi sebagai seorang Raja
yang bertunangan dengan seorang dari Utara, itu dianggap hal yang tidak
patut. Aku mengerti kekhawatiran rakyat. Jadi kami akan menunjukkan pada
kalian. Kami akan membuktikan bahwa kami saling mempercayai melalui
WOC. Aku juga akan menunjukkan seberapa besar pengaruh kerjasama Utara
dan Selatan jika kami bergabung. Dengan demikian impian raja terdahulu
akan terwujud dan pertunanganku akan disetujui rakyat dengan tulus.
Selanjutnya aku mengundang pemimpin tim Korea Utara, wanita yang
kucintai dan tunanganku, Nona Kim Hang-ah.”
Bong-gu memerintahkan agar semua penasihatnya dipanggil.
Hang-ah
menaiki panggung. Ia telah berganti pakaian dengan seragam perwira
Korea Utara. Jae-ha mengulurkan tangannya. Hang-ah menyambut uluran
tangan Jae-ha dan tersenyum. Seisi ruangan bertepuk tangan.
Tapi
tentu saja hal itu mendapat pertentangan, terutama dari Perdana
Menteri. Bagaimana bisa Raja sendiri ikut berkompetisi. Kompetisi itu
tidak ada bedanya dengan perang skala kecil. Jae-ha tertawa menenangkan.
“Banyak Raja yang pernah berperang. Aleksander Agung dan Genghis Khan berperang. Raja Ganggwaeto dan Raja Jangsu juga.”
“Semua itu kan di masa lalu.”
“Kennedy juga melakukannya. Apa Perdana Menteri tidak tahu kalau ia sendiri yang memimpin perang?”
“Itu kan keadaan darurat!”
Jae-ha
berkata sekarang juga demikian. Ia tidak pergi untuk bermain-main. Ia
sedang berdiplomatik. Posisi Korea cukup penting di Asia Timur. Amerika,
Cina, Jepang, dan Rusia sedang mengawasi situasi antara Korea Utara dan
Selatan. Itulah sebabnya ia berpatisipasi untuk menunjukkan kekuatan.
Untuk membungkam negara-negara yang ingin ikut campur dalam hubungan
Utara dan Selatan.
Perdana Menteri tak bisa berkata-apa-apa lagi
hingga ia meminta Sekretaris Eun ikut membujuk Jae-ha. Tapi Sekretaris
Eun diam saja (karena sebelumnya Jae-ha sudah memberitahu rencananya dan
Sekretaris Eun tampaknya menyetujuinya).
‘Apa yang akan Yang Mulia lakukan jika Yang Mulia terluka?” tanya Perdana Menteri.
“Aku
tidak akan terluka, tidak ada senjata mematikan di sana. Dan lagi, para
peserta dari negara lain pasti akan berhati-hati. Ada Raja di sana, apa
yang akan terjadi jika ia terluka? Akan menjadi masalah besar jika ia
terluka. Jika saat seperti itu tiba, Perdana Menteri harus ikut bekerja
sama denganku dan membesar-besarkannya,” Jae-ha mengedipkan matanya pada
Perdana Menteri. Haha..ampuun deh^^
Sekretaris Eun bertanya
bagaimana jika Jae-ha kalah. Perdana Menteri merasa mendapat angin.
Iaberkata jika Jae-ha kalah pada ronde pertama maka mereka akan menjadi
bahan olok-olok dunia. Bukan hanya Jae-ha tapi seluruh negara akan
ditertawakan.
Walau terlihat sempat tidak yakin, Jae-ha berkata
mereka pasti bisa melewati ronde pertama. Ia telah membuat analisa
strategi perang yang efektif. Ia menunjukkannya pada Perdana Menteri.
“Ah, tapi Perdana Menteri tidak akan mengerti. Perdana Menteri kan tidak pernah ikut wamil.”
Doeng,
Perdana Menteri langung diam. Jae-ha bertanya bagaimana dengan tekanan
darah Perdana Menteri (sepertinya penyakit ini yang menjadi alasan
Perdana Menteri tidak ikut wamil).
“Kau harus berhenti merokok dan minum-minum. Kau juga tidak pernah berolahraga kan?” tanya Jae-ha pura-pura prihatin.
“Aku
mengidap penyakit orang kaya,” kata Perdana Menteri malu. “Biasanya
tekanan darahku normal tapi setiap kali diukur, tekanan darahku selalu
naik.”
Jae-ha pura-pura khawatir dan meminta Perdana Menteri
memeriksakan diri pada dokter istana. Perdana Menteri sangat senang
hingga ia meminta Jae-ha menjaga diri baik-baik saat kompetisi. Ia akan
mengurus semuanya saat Jae-ha tidak ada.
“Kau tidak perlu
melakukannya. Ada 273 orang dalam daftar ahli waris yang berhak mewarisi
tahta. Jadi jangan khawatir. Aku sudah mengaturnya. Penggantiku adalah
Puteri Lee Jae-shin.”
Sang
Puteri sedang asyik berselancar di lorong-lorong istana dengan kursi
rodanya. Bukan karena ia suka melakukannya tapi karena ia tidak tahu apa
yang harus ia lakukan. Ia tak sengaja menyenggol seorang pelayan hingga
terjatuh. Ia berbalik mendekati pelayan itu dan dengan dingin berkata
kalau ia belum mahir mengunakan kursi rodanya, jadi apakah pelayan itu
masih mengharapkan permintaan maaf dari seorang yang cacat seperti
dirinya? Pelayan itu cepat-cepat menggeleng. Itulah Jae-shin yang
sekarang. Dulu ia ceria, hangat, ramah, menyenangkan. Sekarang ia
menjadi pribadi yang muram, sensitif, dingin, dan sinis.
Jae-shin
membelokkan rodanya hingga ia berada di puncak tangga melingkar yang
cukup tinggi. Matanya berkaca-kaca. Ia mengetatkan pegangannya dan
menggerakkan rodanya mendekati ujung tangga. Burung beonya yang selama
ini bertengger di rodanya berkicau riuh. Seakan mengerti apa yang hendak
dilakukan Jae-shin. Jae-shin berhenti. Tepat di ujung tangga.
Hang-ah
berusaha membujuk Jae-shin untuk menggantikan Jae-ha selama sebulan,
selama WOC berlangsung. Jae-shin tidak mau melakukannya. Bagaimana bisa?
Ia bahkan tidak mau pergi ke luar istana. Ia tidak mau tampil di depan
publik. Ibunda Raja menawarkan diri ia saja yang melakukannya.
Hang-ah
berusaha menjelaskan, menurut garis keturunan, Jae-shin adalah pewaris
tahta berikutnya. Jika Jae-shin tidak hadir saat Jae-ha tidak ada di
Korea. Semua pihak akan menekan keluarga kerajaan.
“Kalau begtu
mengapa kalian ikut WOC? Kau telah menyelamatkan kakak dan popularitasmu
meningkat. Jadi kau ingin meneruskan jadi pahlawan? Cukup tinggal di
sini dan bertunangan. Mengapa harus melakukan hal seperti ini?” tanya
Jae-shin kesal.
“Memangnya
aku melakukannya untuk diriku sendiri?!” bentak Hang-ah. Jae-shin dan
ibunda Raja bengong. Hang-ah bertanya bisakah Ibunda Raja keluar
sebentar, ia akan bicara dengan lembut pada Jae-shin berdua sebentar
saja. Jae-shin cepat-cepat protes. Ia bercerita pada ibunya kalau
Hang-ah pernah melempar (ke bak mandi) dan memukulnya.
“Melempar? Kapan aku melakukannya? Aku hanya memandikanmu dan tidak melakukan yang lainnya,” protes Hang-ah.
Ibunda
Raja mengambil jalan tengah. Ia meminta Hang-ah membujuk Jae-shin lain
kali saja karena mood Jae-shin sedang tidak baik.
Hang-ah
tak putus asa. Berikutnya ia menunggu di luar saat Jae-shin hendak
pergi ke rumah sakit. Ia berkata ia akan menemani Jae-shin ke rumah
sakit. Ia melihat kaki Jae-shin dan berkata Jae-shin harus mengganti
sepatunya. Jae-shin tidak boleh mengenakan sesuatu yang membuat kakinya
menderita.
Hang-ah membungkuk dan mengganti sepatu berhak tinggi
Jae-shin dengan sepatu kets. Jae-shin menggerutu kesal. Apa bedanya,
kakinya sudah seperti itu (tidak merasakan apa-apa lagi). Hsng-ah
memandang Jae-shin dengan lembut. Ia berkata ia sudah tahu kejadian yang
menimpa Jae-shin saat terakhir kali pergi ke rumah sakit. Ia sudah
mendengarnya dari Shi-kyeong. Karena itu kali ini ia kan menemani
Jae-shin. Bukankah Jae-shin sudah tahu kehebatannya?
Jae-shin masih mengomel tapi ia tersentuh juga dengan perhatian Hang-ah. Dan merasa lega karena ada yang menemani.
Giliran
Jae-ha yang membujuk ibunya. Ibunya tidak setuju Jae-shin menggantikan
Jae-ha untuk sementara. Jae-ha berkata sebagai pewaris tahta, Jae-shin
harus melakukannya. Dengan demikian tidak ada orang yang bisa mencampuri
keluarga kerajaan selama ia tidak ada.
Jae-ha tidak ingin
ibunya terus melindungi Jae-shin. Ibunya berkata ia bukannya melindungi
Jae-shin. Hanya saja saat ini kondiri Jae-shin sangat tidak baik. Setiap
malam ia bisa mendengar bunyi ketukan dari kamar Jae-shin. Saat ia
memeriksanya, temyata Jae-shin sedang memukul-mukulkan kepalanya ke
dinding dan bertanya mengapa dia bisa menjadi seperti ini. Dia sangat
ketakutan. Selalu mendengar lagu aneh di telinganya. Dan bermimpi
dikejar-kejar. Dia ketakutan saat tidur dan saat bangun.
“Hal ini tidak bisa berlanjut. Ia harus bisa mendapatkan ingatannya,” kata Jae-ha.
“Ia
tidak bisa mengurus dirinya sendiri, mengapa kau begitu memaksa untuk
ia mengingatnya? Dan bagaimana bisa kau memberikan kedudukanmu padanya?
Dia tidak bisa berjalan lagi dan kau malah menyuruhnya berlari. Apa itu
masuk akal?”
Jae-ha berkata Hang-ah sedang mengajar Jae-shin
sekarang. Bukankah mereka pergi ke rumah sakit, tanya Ibunda Raja.
Jae-ha memandang ibunya.”Jae-shin bisa berlari.”
Hang-ah
melihat Jae-shin yang tertidur di sisinya. Mereka sedang dalam
perjalanan. Hang-ah bertanya pada kepala pelayan apakah Jae-shin memang
selalu meminum obat untuk menstabilkan emosinya. Kepala Pelayan berkata
obat itu membuat Jae-shin merasa lebih baik hingga mereka selalu
membawanya. Hang-ah merasa sedih. Ia bergeser dan meletakkan kepala
Jae-shin di pundaknya dengan lembut.
“Ia begitu lemah, apa yang bisa ia lakukan?” katanya sambil membelai kepala Jae-shin.
Jae-ha
berkata semua orang mengira Jae-shin telah menjadi gila dan menuduh
keluarga kerajaan berbohong dengan mengatakan Jae-shin lumpuh. Jika
Jae-shin terus menyembunyikan diri maka semua orang akan berpikir ia
gila. Ibunda Raja menahan tangisnya.
“Dia mengunci diri di ruang
bawah tanah dan berteriak-teriak histeris. Mengunyah pakaiannya sendiri
dan memakan benda-benda kotor,” Jae-ha menyebutkan apa saja yang
dikatakan orang mengenai Jae-shin.
“Hentikan!” Ibunda Raja tak tahan lagi.
“Dia meludah dan buang air di sembarang tempat,” Jae-ha meneruskan.
Ibunda
Raja menangis dan bertanya mengapa Jae-ha tega mengatakan hal seperti
itu tentang adiknya sendiri. Jae-ha berkata justru karena ia tidak mau
orang-orang mengatakan hal seperti itu tentang Jae-shin.
“Sebelumnya Jae-shin kita begitu pintar, kuat, suka menyanyi di depan semua orang,” ratap Ibunda Raja.
“Itulah sebabnya Ibu harus mendorongnya maju. Kita harus mendukungnya agar ia kembali seperti dulu,” kata Jae-ha tegas.
Ia
mendekati ibunya yang terus menangis. Ia bertanya apakah mereka bisa
melepaskan orang yang membunuh kakaknya dan membuat Jae-shin seperti itu
pergi begitu saja. Ia menggenggam tangan ibunya kuat-kuat.
Bong-gu
mengadakan rapat dengan para penasihatnya. Ia memperlihatkan kotak
hadiah dari Jae-ha. Bong-gu mengatakan Jae-ha memberitahunya bahwa tidak
ada orang berbakat di samping Bong-gu. Bong-gu berkata hal itu benar
adanya dan itu semua kesalahannya. Karena itu mulai sekarang ia akan
menjadi simbol perdamaian. Klub M akan berkomitmen mendukung perdamaian
dan kemakmuran di masa yang akan datang. Hm..ini sih seperti tukang jual
rokok mengkampanyekan gerakan anti merokok.
“Sebagai langkah pertama, aku sendiri akan menghadiri forum perdamaian peninsula di Jeju bagian selatan,” ujar Bong-gu.
Ia
berkata selama ini Klub M bekerja di belakang melalui para pejabat yang
bekerjasama dengan mereka. Dan ia dianggap si malas yang takmelakukan
apa-apa. Karena itu ia akan meneladani Jae-ha. Jika Jae-ha ingin
mendamaikan Utara-Selatan, ia akan mendamaikan peninsula Korea.
Peace,
Korea. Bong-gu membuka kotak hadiah Jae-ha dan terbanglah 3 ekor burung
merpati dari kotak itu. Entah Bong-gu itu ngerti apa ngga ya kata
“damai”?
Jae-shin
dibawa oleh Hang-ah ke Anmyeondo, rumah peristirahatan tempat Jae-kang
meninggal. Ia mulai mendengar musik aneh itu lagi dan kilasan-kilasan
ingatan saat ia diculik berkelebat di pikirannya. Jae-shin
terengah-engah dan sangat ketakutan. Ia berpegangan erat pada kursi
rodanya.
Hang-ah mendekatinya dan menceritakan tentang Bong-gu
padanya. Demikian juga Jae-ha yang sedang berbicara dengan ibunya di
istana:
Hang-ah: Nama asli John Mayer dari Klub M adalah Kim Bong-gu. Ia pernah menemui raja sebelumnya.
Jae-ha:
Dia bilang ia sangat sedih dan bahkan makan bersama denganku. Aku
mendengarnya sendiri. Ia bilang ia membunuh kakak. Karena telah
memudahkan terjalinnya hubungan Utara dan Selatan. Dia orang yang sangat
berkuasa. Aku telah menyelidikinya dan kekuasaannya sangat menakutkan.
Tidak ada yang ia takuti.
Jae-ha berkata kakaknya adalah seorang
Raja (yang juga berkuasa) tapi Bong-gu dengan mudahnya membunuh
kakaknya dan melukai Jae-shin. Ibunda Raja berusaha mencerna perkataan
Jae-ha.
Jae-ha berkata pada ibunya, ia juga ingin menjadi kuat agar bisa menghadapi Bong-gu. Untuk itu, Ibunya dan Jae-shin juga….
“Jangan. Jangan hiraukan dia dan hindari dia. Jae-ha, mari kita hindari orang itu,” Ibunda Raja memohon.
“Ibu…,” protes Jae-ha.
Ibunda
Raja berkata sudah cukup ia kehilangan Jae-kang. Sebelum Jae-kang
menjadi kakak Jae-ha, ia terlebih dahulu menjadi anaknya. Ia memutuskan
untuk memaafkan semuanya dan menguburnya dalam hati. Ia akan menutup
sebelah mata dan berpura-pura tidak terjadi apapun. Jae-ha menangis
melihat ibunya seperti itu. Ia memeluk ibunya
“Jae-ha,
selamatkan Ibu. kau tidak boleh… Jae-ha-yaa…” Ibunda Raja menangis
memeluk Jae-ha erat-erat. “Ibu tidak bisa kehilangan kau juga. Jae-ha,
anakku…kau tidak boleh…tidak, tidak boleh.”
Hang-ah
berkata pada Jae-shin kalau Bong-gu sangat membenci persatuan Utara dan
Selatan melalui WOC. Karena itu jika mereka memutuskan ikut WOC,
bukankah itu berarti Bong-gu akan terus membuat masalah dengan keluarga
kerajaan? Dan untuk itu mereka membutuhkan Jae-shin.
Hang-ah
berlutut di hadapan Jae-shin. Ia berkata yang lebih penting lagi adalah
ingatan Jae-shin. Jika mereka ingin menghentikan Bong-gu, mereka harus
memiliki senjata. Untuk saat ini, hanya ingatan Jae-shin tentang
peristiwa itu yang menjadi satu-satunya senjata mereka.
“Kumohon, Puteri harus mengingatnya,” kata Hang-ah. Agar bisa digunakan sebagai bukti. Jae-shin merenungkan perkataan Hang-ah.
Malamnya
Jae-ha dan Hang-ah membicarakannya. Hang-ah membicarakan Jae-shin yang
begitu berubah setelah kejadian itu. Sayangnya mereka tidak tahu apa
yang terjadi pada hari kematian Jae-kang. Tiba-tiba Hang-ah menyadari
sesuatu.
“Darimana Kim Bong-gu mengetahui tempat itu?” tanyanya
pada Jae-ha. Jae-ha berkata tingkat kerahasiaan informasi itu cukup
tinggi, hanya beberapa orang saja yang tahu.
“Siapa saja yang tahu mengenai tempat itu?” tanya Hang-ah.
“Keluarga kami, Kepala Sekretaris Eun, Eun Shi-kyeong, tim pengamanan dan beberapa orang pengawal.”
“Kepala Sekretaris itu….kau bisa mempercayainya, bukan?” tanya Hang-ah.
“Hei,
bahkan jika kau ingin mencurigai yang lainnya, kau tetap tak bisa
mencurigai Kepala Sekretaris. Ia telah berada di istana ini selama 30
tahun, bahkan sejak sebelum aku dilahirkan,” kata Jae-ha.
Hang-ah
menceritakan pada Jae-ha kalau Sekretaris Eun pernah mengatakan hal
yang aneh padanya. Waktu itu Sekretaris Eun berkata bahwa Jae-ha lah
yang menginginkan Hang-ah menjalani sidang rakyat tapi setelahnya ia
mengaku telah membohongi Hang-ah. Jae-ha jadi teringat waku itu
Sekretaris Eun berkata kalau Hang-ah yang ingin menjalani sidang rakyat.
Ia baru tahu kalau Sekretaris Eun waktu itu membohonginya.
Keesokan
harinya Sekretaris Eun melaporkan kalau PBB telah menyetujui tim
gabungan Korea Utara dan Selatan berpartisipasi dalam WOC walau beberapa
negara lain mengkhawatirkan keamanan dalam kompetisi itu.
“Paman, kau tidak akan membohongiku, bukan?” tanya Jae-ha tiba-tiba.
“Ya,” jawab Sekretaris Eun tanpa ragu.
Jae-ha
mengangguk. Ia berjalan ke mejanya dan mengeluh bagian kebersihan lupa
membersihkan mouse-nya yang ternoda kopi. Padahal ia sudah meminta noda
itu dibersihkan.
Ia berkata mungkin saja usia dan kebanggaan
akan pekerjaan itu berpengaruh. Seperti juga dengan Sekretaris Eun.
Sekretaris Eun tampak bingung. Jae-ha mengingatkan kalau Sekretaris Eun
juga lupa memeriksa keamaanan cerobong asap di rumah peristirahatan
tempat kakaknya meninggal. Sekretaris Eun terkejut tapi ia lalu
mengangguk. Jae-ha bertanya apakah kecerobohan itu karena Sekretaris Eun
lupa. Sekretaris Eun hanya menunduk. Jae-ha tersenyum dan mengalihkan
pembicaraan. Ia memperbolehkan Sekretaris Eun pergi. Tapi tampaknya
Jae-ha mulai curiga.
Jae-shin
memikirkan perkataan Hang-ah. Lalu ia teringat Bon Bon yang mengerikan
dan kakaknya Jae-kang yang telah tiada. Tampaknya ia sudah mengambil
keputusan.
Shi-kyeong sedang mendengar perbincangan para
pengawal istana. Dong-ha sedang menceritakan tentang Kang-seok, yang
dijuluki Terminator tapi ternyata penggemar Tifanny SNSD.
Para
pengawal itu berkata semua orang di kamp militer memang selalu
menganggap SNSD itu bagaikan para dewi. Asalkan mereka muncul di TV,
semangat tempur para prajurit langsung meningkat. LOL^^
Dong-ha
berkata Kang-seok itu sebenarnya tidak terlalu kuat. Ia memanggul
peluncur roket hanya untuk pamer, untuk menutupi kerutan di wajahnya.
Shi-kyeong tersenyum. Ia bertanya pakah Dong-ha waktu itu lari saat
perang salju karena taku dengan kerutan di wajah Kang-seok.
Para
pengwal itu tertawa. Dong-ha membela diri. Ia hanya bersikap sopan pada
yang lebih tua. Saat mereka sedang bercanda tiba-tiba Jae-shin masuk
dengan kursi rodanya. Diikuti para pelayan yang mengkhawatirkannya.
Para
pengawal itu serta merta bangkit berdiri. Melihat para pengawal itu
berdiri terpaku, Jae-shin bertanya mengapa mereka diam saja, apakah
mereka sedang menunggu ia berdiri dan menari untuk mereka. Semua
langsung memberi hormat dan ambil langkah seribu. Kecuali Shi-kyeong. Ia
berdiri menunduk.
“Aku akan melakukannya. Aku akan menggantikan kakak. Aku akan menduduki tahta selama sebulan. Tapi ada satu syarat.”
Jae-shin menggenggam roknya erat-erat. “Aku membutuhkanmu.”
“Aku harus mengikuti WOC.”
“Kau
bisa digantikan orang lain untuk WOC. Banyak kapten lain yang lebih
berkemampuan darimu yang bisa pergi. Orang lain bisa mengantikanmu di
sana.”
“Tapi aku yang sudah berlatih bersama mereka.”
“Apakah aku harus berlutut dan memohon? Bantu aku. Seperti itukah? Jika kau melakukannya apakah kau akan membantuku?”
Jae-shin
berkata banyak rumor di luar sana yang mengatakan kalau kedua kakinya
cacat dan ia jadi gila. Tapi ia tetap saja seorang Puteri. Tapi mengapa
ia harus merendahkan dirinya pada Shi-kyeong. Ia menganggap Shi-kyeong
menyebalkan dan membosankan. Ia bahkan tak ingin melihat Shi-kyeong.
“Tapi
tidak lagi. Jika Oppa dan Eonni harus pergi ke WOC, tidak ada lagi
orang tempat kubergantung. Walau sangat memalukan aku harus
mengatakannya padamu. Tinggallah di sini. Aku mohon,” kata Jae-shin
menahan tangisnya.
Shi-kyeong akhirnya berkata ia akan membicarakannya dengan Jae-ha.
“Tapi….aku
belum bisa mengingatnya,” kata Jae-shin sedih. “Bukannya aku sengaja
tidak mengingatnya dan menyembunyikan diriku. Aku hanya tak bisa
mengingatnya walau aku sudah berusaha keras.”
“Aku tahu. Waktu itu aku…. Aku minta maaf, Puteri,” kata Shi-kyeong menyesal.
Jae-shin memalingkan wajahnya dan menangis.
Shi-kyeong menyampaikan permintaan Jae-shin pada Jae-ha. Lucunya
Jae-ha bukannya bingung karena Shi-kyeong tidak jadi ikut WOC tapi
karena Jae-shin sendiri yang meminta Shi-kyeong untuk tinggal.
“Dia sendiri yang mengatakan padamu kalau ia akan naik tahta?”
“Benar. Karena itu aku harus absen dalam WOC.”
“Apa
rahasiamu? Dari Kim Hang-ah hingga Ja-eshin, cara apa yang kaugunakan
untuk memikat mereka? Jangan bilang kalau kau “royal killer” alami,”
ledek Jae-ha.
Shi-kyeong
dengan serius membantahnya. Ia tidak pernah memikat mereka. Jae-ha
berkata selera wanita memang unik. Jika berhasil, Shi-kyeong bisa
menjadi menantu kerajaan.
Jae-ha pura-pura mengeluh mengapa harus
Shi-kyeong. Padahal ia berangan-angan memiliki adik ipar yang humoris,
mudah diajak bicara, bisa main golf dan bersenang-senang dengannya.
Seseorang yang bisa diajak berteman.
Dasar Shi-kyeong. Ia serius
menerima perkataan Jae-ha. Ia berkata dengan nada kesal kalau ia juga
tidak bermaksud seperti itu. Puteri bukan tipe wanita yang ia sukai jadi
Jae-ha tak perlu khawatir.
“Baiklah,” kata Jae-ha bingung,” Jika
kau tidak mau ya sudah. Tapi mengapa kau tidak bisa bercanda
sedikitpun? Dan lagi tipemu seperti apa? Dengan standar Jae-shin….” (lho
kok malah promosi^^)
“Jika tidak ada lagi yang hendak dikatakan Yang Mulia, aku permisi dulu,” Shi-kyeong memberi hormat dan buru-buru pergi.
Jae-ha
berkata ia belum selesai bicara, mengapa Shi-kyeong pergi begitu saja.
Ia meminta Shi-kyeong mencari pengganti untuk WOC. Lalu ia memberi
isyarat agar Shi-kyeong mendekat.
Jae-ha berkata informasi
mengenai tempat liburan kakaknya hanya diketahui beberapa orang. Ia
mencurigai adanya kebocoran. Karena itu ia meminta Shi-kyeong
menyelidikinya.
“Maksud Yang Mulia, ada pengkhianat di antara kita?”
“Tim
pengamanan, pengawal, kapten unit di mana kau bertugas, dan Kepala
Sekretaris,“ Jae-ha terdiam sejenak. Shi-kyeong kaget juga ayahnya ikut
diselidiki. Jae-ha meminta Shi-kyeong menyelidiki semuanya, kecuali
anggota keluarga kerajaan.
Sekretaris
Eun memberitahu Jae-shin jadwal kegiatan yang harus diikutinya. Tapi
Jae-shin menolak semuanya. Ia hanya akan melakukan berberapa upacara
keluarga, itu pun tidak boleh ada reporter di sana. Tapi Sekretaris Eun
berkata ada satu acara yang tidak boleh tidak harus Jae-shin hadiri.
Yaitu forum perdamaian peninsula di Jeju.
Acara itu
diselenggarakan keluarga kerajaan, bagaimana bisa tuan rumah tidak hadir
untuk menyambut para undangan. Jae-shin diam tak bisa mengelak lagi.
Sekretaris
Eun kembali ke ruangannya. Ia mendapat daftar nama peserta forum
perdamaian di Jeju. Ia terkejut saat melihat salah satu pesertanya
adalah John Mayer. Asistennya berkata bukankah baik jika John Mayer
hadir. Media luar negeri berspekulasi bahwa John akhirnya akan
menampilkan jati dirinya (selama ini di belakang layar).
Sekretaris
Eun menelepon Klub M. Tapi ia langsung menutup teleponnya saat melihat
pintu ruangannya dibuka. Shi-kyeong masuk. Ia hendak menanyakan sesuatu
tentang Anmyeondo pada ayahnya. Ada laporan tak konsisten mengenai
keamanan tempat itu.
Sekretaris Eun terkejut, mengapa Shi-kyeong
menanyakan tentang hal itu. Shi-kyeong berkata laporan awal mengatakan
kalau perapian telah diperiksa keamanannya tapi laporan terbaru
mengatakan kalau perapian itu tidak diperiksa.
“Aku
tanya mengapa kau menyelidiki hal ini?’ tanya Sekretaris Eun marah.
Shi-kyeong terdiam melihat sikap ayahnya. Ia berkata ia diperintahkan
oleh Jae-ha. Ia juga mengatakan kalau Jae-ha mencurigai adanya
pengkhianat di istana.
Sekretaris Eun bertanya siapa saja yang
akan diselidiki. Shi-kyoeng menjawab, semua orang kecuali anggota
keluarga kerajaan. Sekretaris Eun teringat pada perkataan Jae-ha: “Paman
tidak akan membohongiku, kan?”
Melihat ayahnya kesal, Shi-kyeong
berkata walau Jae-ha memerintahkan semua orang diselidiki, tapi
Sekretaris Eun tidak akan termasuk orang yang dicurigai karena ayahnya
adalah orang kepercayaan Jae-ha. Tepat saat itu, Jae-ha menelepon
Sekretaris Eun.
Sekretaris
Eun menemui Jae-ha. Jae-ha memperlihatkan seragam WOC yang akan
dipakainya, berikut pita kuning di lengan seragam itu yang menunjukkan
kalau ia menjadi pemimpin tim. Walau ia hanya berpangkat letnan dua tapi
ia adalah Raja jadi ia komandan tertinggi militer.
Sekretaris
Eun tidak terkesan. Ia melaporkan kalau John Mayer akan hadir dalam
forum perdamaian di Jeju. Jae-ha terdiam. Ia tahu Bong-gu tidak akan
diam begitu saja. Sekretaris Eun berkata John Mayer juga akan hadir
dalam acara makan malam yang akan dihadiri Puteri. Apakah Jae-ha tetap
akan pergi begitu saja?
Jae-ha
terlihat khawatir. Tapi ia meyakinkan dirinya kalau itu adalah acara
resmi. Dengan adanya begitu banyak orang, Bong-gu tidak akan berani
membuat keributan.
Sekretaris Eun masih khawatir. Tapi Jae-ha
berkata Sekretaris Eun akan ada di sana. Ia mengandalkan Sekretaris Eun
untuk menjaga Jae-shin.
“Aku percaya padamu, Paman,” kata Jae-ha sambil tersenyum. Sekretaris Eun tak bisa berkata apa-apa lagi.
Malamnya,
Jae-ha mengajak Hang-ah berkencan di halaman istana. Saat Hang-ah
datang, Jae-ha sedang sibuk memanggang makanan. Berkemah di halaman
istana^^
Hang-ah berkata kompetisi akan dimulai lusa, mengapa
Jae-ha masih ada di halaman, seharusnya ia sedang berlatih untuk
meningkatkan kekuatan fisiknya. Jae-ha berkata yang terpenting adalah
menyatukan semangat tim.
Mereka
toss dan minum bersama. Jae-ha hanya minum sedikit, Hang-ah
menghabiskan isi gelasya dalam satu tegukan. (warning: cara ini not
recommended, aku pernah melakukannya dan berakhir hoek-hoek di tengah
acara ulang-tahun calon ipar dan ada calon mertua pula…..benar-benar
peristiwa memalukan >,< )
Jae-ha menyinggung tentang cinta
pertamanya. Hang-ah langsung meradang. Ia berkata sebelum menyatukan
semangat, apa Jae-ha perlu dipukul lebih dulu.
“Apa
boleh buat, ia terlalu cantik,” jawab Jae-ha. Hang-ah langsung cemberut
kesal. Jae-ha tertawa geli. Ia menggeser kursinya ke samping kursi
Hang-ah dan memintanya duduk kembali.
“Tapi, ia sangat sombong dan pintar,” kata Jae-ha.
Kilas balik:
Jae-ha
kecil disekolahkan di sekolah umum oleh ibunya dengan menyembunyikan
identitasnya. Suatu hari, Jae-ha berlari di lorong sekolah dan tak
sengaja menubruk seorang anak perempuan. Ia langsung terpesona pada anak
perempuan itu dalam pandangan pertama. Walau anak perempuan itu terus
bersikap dingin padanya, ia tetap sangat menyukai anak itu. Bagaimanapun
mereka merahasiakannya, akhirnya identitas Jae-ha yang sebenarnya
terkuak. Tidak sampai 3 hari, semua orang di sekolah itu tahu Jae-ha
adalah seorang pangeran. Dan sejak saat itu sikap anak perempuan itu
berubah 180 derajat padanya. Ia menggandeng tangan Jae-ha dan mengambil
foto bersama. Tapi baginya itu terasa menakutkan.
“Cinta
pertama orang lain sepertinya lembut dan tenang, dan mereka ingin
mnyimpan kenangan itu seumur hidup mereka. Tapi, aku ingin
melupakannya.”
Jae-ha berkata semua orang seperti itu. Berubah
saat tahu ia seorang Pangeran. Sejak itu ia selalu berpikir dunia dan
semua orang adalah sama. Memperlakukannya dengan baik hanya karena ia
seorang Pangeran. Ia menyerah dan memutuskan untuk menikmati statusnya.
Tapi, meski ia bertemu dengan orang ia sukai, ia menjaga jarak dan tidak
bisa mempercayai orang itu.
“Tapi….hidup seperti itu, membuat orang akan merasa….kesepian,” katanya.
Hang-ah
menatap Jae-ha dengan simpati. Akhirnya ia mengerti mengapa Jae-ha
sebentar bersikap baik, sebentar menyebalkan, dan tidak bisa
mempercayainya saat mereka pertama bertemu. Ternyata Jae-ha orang yang
pernah terluka dan merasa kesepian. Hang-ah meletakkan tangannya di atas
tangan Jae-ha.
Jae-ha menempelkan pipinya ke telapak tangan
Hang-ah. “Terima kasih karena berada di sisiku, “ katanya lembut.
Hang-ah tersentuh.
“Kita harus menang sampai akhir,” kata Jae-ha lagi. Hang-ah mengangguk. (jika mereka kalah, mereka batal bertunangan lho)
Jae-ha mengecup bibir Hang-ah. Keduanya tersenyum.
Hari
pelaksanaan WOC. Jae-ha dan timnya telah tiba di Jepang. Jae-ha akan
menjadi pemimpin tim gabungan Utara dan Selatan. Dalam acara penerimaan
tim, Jae-ha meminta dirinya tidak dipelakukan berbeda karena ia sekarang
adalah pemimpin tim gabungan Korea Utara dan Selatan, bukan Raja Korea
Selatan.
Mereka tiba di hotel tempat para perwira akan tinggal
selama WOC berlangung. Tim-tim dari negara lain telah sibuk berlatih.
Mereka telah berlatih dan menyesuaikan diri di Jepang sejak sebulan
lalu. Tim Korea terlambat masuk. (Tapi aku yakin tidak ada tim lain yang
menjalani latihan penuh gejolak seperti tim mereka^^)
Mereka
pergi menemui tim Utara yang telah lebih dulu tiba yaitu Kang-seok dan
Young-bae. Jae-ha mengulurkan tangan dan menyapa mereka dengan ramah.
Kang-seok dan Young-bae memberi hormat dengan kaku. Mereka memberi
hormat pada Jae-ha sebagai Raja.
Jae-ha mengeluh, jika mereka
kaku dan tegang seperti itu selama kompetisi, bagaimana mereka bisa
bertahan melewati ronde kedua. Ia memegang pundak Kang-seok dan meminta
mereka bersikap lebih santai.
Kang-seok
tersenyum. Ternyata ia dan Young-bae hanya bercanda. Young-bae langsung
memeluk Jae-ha dan menggelitikinya. Hang-ah menjabat tangan Kang-seok
erat-erat. Kang-seok dan Dong-ha saling menyindir tapi tetap akrab.
Akhirnya
mereka ramai-ramai menggelitiki Jae-ha. Hang-ah tertawa sementara
pengganti Shi-kyeong bengong. Ia heran Raja-nya begitu akrab dan santai
bersama para perwira Utara. (kabarnya Lee Seung-gi ini bener-bener tak
tahan geli. Ia tak tahan digelitiki^^ Tawa gelinya dalam episode ini
benar-benar asli =D)
Sekretaris
Bong-gu memberitahu Bong-gu bahwa Sekretaris Eun terus menelepon dan
ingin berbicara. Tapi Bong-gu berkata biarkan Sekretaris Eun merasa
gugup. Ia pasti menduga target Bong-gu kali ini adalah Jae-shin.
Jae-shin dinobatkan menjadi Ratu sementara menggantikan Jae-ha.
Bong-gu
dan Sekretarisnya telah tiba di Jeju. Mobil yang mereka kendarai antri
menunggu pemeriksaan keamanan. Bong-gu kesal karena dalam pemberitaan
media, fotonya dipasang paling kecil, seakan ia orang yang tidak
penting. Sekretaris Bong-gu bertanya apakah Bong-gu benar-benar tidak
akan melakukan apa-apa mengenai WOC. Bong-gu berkata ia telah dilahirkan
kembali, sekarang ia John Mayer yang menyukai perdamaian.
Sekretarisnya
mengingatkan Jae-ha mengikuti kompetisi, dan jika ia berhasil maka ia
akan menikah. Bukankah itu menyentuh, kata Bong-gu.
“Demi
memenuhi impian kakaknya, ia terjun ke medan perang. Jika kau tak mau
membantunya tak apa, tapi jika kau masih mau mengganggunya, apa seorang
manusia akan melakukan hal seperti itu? Ah..Lee Jae-ha benar-benar bisa
membuat orang terharu,” ujar Bong-gu.
Hmmm…tidak mungkin kan Bong-gu mendadak normal?
Bong-gu
berkata tetap saja tim Utara dan Selatan ini membutuhkan keberuntungan.
Dan apakah mereka akan mempunyai keberuntungan itu? Bong-gu melakukan
trik sulap, seakan mengeluarkan sebuah bola dari dalam mulutnya. Bola
itu berwarna ungu bertuliskan : WOC. See? Tidak mungkin ia tiba-tiba
normal (-_-“)
Bola-bola
yang sama berada dalam sebuah wadah kaca. Itu adalah tempat pengundian
lawan yang akan dihadapi para peserta dalam ronde pertama kompetisi ini.
Wadah itu ditempatkan di panggung tempat pembukaan WOC.
Jae-ha
dan timnya tidak mendengarkan kata sambutan. Mereka sibuk membicarakan
siapa yang kira-kira akan menjadi lawan mereka. Menurut Dong-ha, lawan
yang termudah adalah Italia. Walau tentara mereka hebat tapi perwiranya
tidak begitu.
Kedua adalah Belanda. Walau tubuh mereka tinggi tapi mereka tidak bisa melewati ronde pertama tahun lalu.
“Bagaimana dengan Turki?” tanya Kang-seok.
“Mereka itu sahabat kita,” sahut Jse-ha, ”mereka membantu kita dalam Perang Korea.”
Kang-seok
dan Hang-ah merengut. Perang Korea itu perang antara Korea Utara dan
Selatan. Kalau Turki membantu Korea Selatan, berarti waktu itu mereka
melawan Korea Utara.
Kalau begitu mengapa kita tidak melawan
Cina saja (yang sebaliknya, membantu Korea Utara dalam perang Korea),
kata Kang-seok berapi-api hingga seisi ruangan hening. Ahirnya mereka
sepakat menyisihkan negara-negara yang menjadi teman Utara dan Selatan.
Bong-gu
akhirnya bersedia berbicara dengan Sekretaris Eun. Sekretaris Eun
langsung menanyakan maksud Bong-gu hadir dalam forum ini. Bong-gu
bertanya apa maksud perkataan Sekretaris Eun. Ia diundang tentu saja ia
datang.
“Jika kau masih berencana untuk mengancam Puteri...”
“Mengapa
aku mau mengganggu orang cacat dan tak bersemangat? Tapi, dibandingkan
mengkhawatirkan Puteri, bukankah kau harusnya mengkhawatirkan dirimu
sendiri?” tanya Bong-gu tenang, “Kudengar kau memiliki seorang putera.
Terlebih lagi, dia pengawal dan tangan kanan Raja. Kudengar ia sangat
menghormati ayahnya.”
Bong-gu tertawa kecil, “Jika ia tahu ayahnya dan aku saling mengenal, apa yang akan terjadi?”
Sekretaris Eun terdiam.
Jae-shin
sangat gugup dengan kemunculan pertamanya di depan publik. Shi-kyeong
berkata walau ia tidak bisa berdiri di panggung dengan Jae-shin, ia akan
selalu berdiri di tempat yang bisa Jae-shin lihat. Ia menghibur
Jae-shin, ia hanya harus berbicara satu kalimat di panggung.
Jae-shin
memegang lengan seragam Shi-kyeong. Ia bertanya apakah banyak orang
yang datang. Apakah ruangan itu penuh terisi. Apakah semua orang itu
akan melihatnya? Mata Jae-shin berkaca-kaca ketakutan.
Shi-kyeong berjongkok di depan Jae-shin. Ia bertanya apakah Jae-shin masih ingat saat mereka melihat bintang jatuh.
“Waktu
itu, aku sebenarnya tidak melihat bintang jatuh. Karena Puteri jauh
lebih bersinar daripada bintang itu. Dan sekarang pun masih seperti
itu.”
Air mata Jae-shin jatuh. Shi-kyeong tersenyum menenangkan.
Hang-ah
keluar ruangan dan menelepon ayahnya. Ia bertanya apakah ayahnya sudah
melakukan apa yang ia minta. Ayahnya telah melaksanakannya dan akan
mengirim hasilnya melalui SMS. Jika diikuti, maka tim Korea pasti akan
menang.
Hang-ah kembali ke ruangan. Ia membuka pesan dari
ayahnya. Ayahnya memberitahu tim-tim mana yang harus menjadi lawan
mereka agar mereka berkesempatan menang. Negara-negara itu adalah
Italia, Belanda, Mesir, dan Iran.
Proses
pemilihan lawan adalah melalui pengundian. Tahun lalu tim pemenang WOC
tahun sebelumnya yang berhak memilih lawan terlebih dahulu. Tapi tahun
ini, para negara pemenang tahun lalu, yaitu Amerika, Cina, dan Inggris,
memberikan kesempatan pada negara-negara yang baru pertama kali
mengikuti WOC untuk memilih lawan terlebih dulu.
Jae-ha berkata
ketiga negara itu selalu berpura-pura murah hati setiap kali ada
kesempatan. Menurut Hang-ah, mereka bukan bermurah hati tapi yakin bisa
menang melawan siapapun yang menjadi lawan mereka.
Menurut
urutan abjad, India diberi kesempatan memilih lawan terlebih dulu.
Hang-ah berkata tim India cukup hebat. Populasinya saja 1 miliar orang
dan memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga. Mereka
juga telah mengembangkan militer mereka.
Jae-ha berharap India
melawan Cina, tapi ternyata mereka akan melawan Mesir. Hang-ah dan
Jae-ha menarik nafas kecewa. Tersisa Italia, Belanda, dan Iran.
Berikutnya Italia dipersilakan mengundi lawan. Saking tegangnya Hang-ah berteriak agar mereka memilih Korea^^
Ternyata Italia akan melawan Inggris.
“Apa-apaan ini?Mereka seharusnya memilih kita sebagai lawan. Kita kan Italia dari Timur,” keluh Hang-ah.
“Italia dalam masalah kali ini, Inggris itu sangat kuat,” sahut Jae-ha.
“Korea!”
Hang-ah dan Jae-ha terkejut. Semua bertepuk tangan. Hang-ah dan Jae-ha bangkit berdiri dengan tegang.
Di
Jeju, acara makan malam untuk forum perdamaian peninsula akan dimulai.
Shi-kyeong memasuki aula. Para undangan, termasuk Bong-gu, telah duduk
di meja mereka. Sekretaris Eun dan Ibunda Raja juga berada disana.
Ibunda Raja terlihat tegang.
Jae-shin sangat tegang tapi ia menjalankan kursi rodanya memasuki aula tempat makan malam.
Di
Jepang, Jae-ha dan Hang-ah bergandengan tangan menaiki panggung. Mereka
berdiri di depan wadah pengundian. Jae-ha yang akan memilih bolanya.
Semua mengunggu dengan tegang. Kang-seok dan Dong-ha berharap lawan
mereka Belanda atau Iran.
Jae-ha tak juga memilih bolanya. Hang-ah beringsut mendekatinya dan berbisik.
“Jika
kau terlalu lama memilih, keberuntunganmu akan hilang. Ambil saja bola
pertama yang terpegang olehmu.” Ia mengangguk memberi semangat pada
Jae-ha.
Jae-ha
menggerakkan tangannya di atas bola-bola itu, tiba-tiba sebuah bola
masuk ke dalam genggaman tangannya. Ia mengangkatnya dan membuka stiker
yang menutupi gambar bendera negara yang akan menjadi lawan mereka.
Tanpa melihat siapa yang akan menjadi lawan mereka, ia langsung
mengacungkan bola itu ke hadapan para hadirin.
Semua terdiam begitu melihat siapa yang akan menjadi lawan Korea.
“Tim Amerika!”
Tim
Amerika bersorak girang. Hang-ah dan Jae-ha tersentak. Mereka berbalik
dan melihat bendera Korea berdampingan dengan bendera Amerika sebagai
lawan mereka untuk ronde pertama. O-ow…
source : http://patataragazza.blogspot.com/2012/05/sinopsis-king-2-hearts-episode-13.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment