Jae-shin
shock melihat Bon Bon. Bon Bon menikmati melihat kengerian di wajah
Jae-shin. Dengan santai ia memakan cokelatnya. Jae-shin memukul-mukul
jendela tapi pukulannya terlalu lemah. Ia berusaha menggapai klakson di
kursi depan tapi ia tak sanggup mencapainya. Burung beo Jae-shin
memanggil-manggil Shi-kyeong tapi suaranya terlalu kecil.
Shi-kyeong
merasakan ada sesuatu yang tak beres dan kembali ke mobil. Ia terkejut
meihat Jae-shin terduduk di lantai mobil dengan tatapan shock. Jae-shin
menoleh ke belakang tapi Shi-kyeong tak melihat siapapun di sana. Ia
memerintahkan Dong-ha mencari bala bantuan dan membuka jalan secepatnya.
Shi-kyeong mengguncang Jae-shin. Ia meminta Jae-shin fokus menatapnya dan menyebut namanya.
Jae-shin menatap Shi-kyeong, berusaha menyebut namanya. “Eun….Shi….kyeong….”
Shi-kyeong
mengangguk lega dan menarik Jae-shin dalam pelukannya. Jae-shin gemetar
dan terus memanggil nama Shi-kyeong. Shi-kyeong memeluk Jae-shin
erat-erat.
“Anak?” tanya Hang-ah bingung.
Ayah Hang-ah berkata mereka mencoba merahasiakannya tapi direktur rumah sakit sudah terlanjur melaporkannya pada partai.
Ayah
Hang-ah berusaha menghibur Hang-ah. Ia berkata anak itu baru berumur
sebulan, jadi tak bisa disebut bayi, melainkan janin. Bahkan belum bisa
dianggap telah memiliki kehidupan. Namun hal itu tak menghibur Hang-ah.
Ia masih bingung dan belum bisa mempercayainya.
Hang-ah
menanyakan apa kata dokter mengenai penyebab kegugurannya. Ayahnya
menjawab, karena trauma berat. Terlalu banyak yang dihadapi Hang-ah di
Selatan. Bahkan Superman pun tak bisa menjalaninya.
Hang-ah
berkata ia perlu beristirahat. Ayahnya mengerti. Ia tidak tahu lagi apa
yang harus ia katakan dalam situasi seperti ini. Setelah sendirian,
Hang-ah pelan-pelan memegang perutnya. Ia tampaknya masih sulit mencerna
apa yang sebenarnya terjadi.
Jae-shin
diberitahu Sekretaris Eun kalau ia telah memblokir semua berita
mengenai Hang-ah. Dalam seminggu semuanya akan baik-baik saja. Tapi
wajah Jae-ha jelas menunjukkan semua ini tidak baik-baik saja.
Sekretaris
Eun melaporkan bahwa keluarga kerajaan akan mengambil sikap diam. No
comment. Sama seperti yang ia usukan pada Jae-kang saat muncul rumor
mengenai Jae-ha akan menikah dengan Hang-ah.
“Aku tidur dengannya,” kata Jae-ha.
“Perdana Menteri telah meminta penjelasan dan kita tidak akan memberikannya,” Sekretaris Eun mengabaikan kata-kata Jae-ha.
“Kubilang aku tidur dengan Hang-ah,” kata Jae-ha lagi.
“Apa
bagusnya itu?” sahut Sekretaris Eun.” Kalian bahkan belum bertunangan.
Dia dalam masa pelatihan dan Yang Mulia dalam masa berkabung. Keluarga
kerajaan bertugas menjaga kelas, martabat, dan kesopanan. Tapi seorang
bayi sebelum pernikahan?
“Aku tahu ini salahku, jadi aku harus bertanggungjawab.”
Sekretaris
Eun mengingatkan kalau Jae-ha adalah Raja. Jae-ha adalah negara ini.
Apakah Jae-ha akan membiarkan kesalahan pribadinya ikut ditanggung
rakyat? Jae-ha berkata ia tidak akan melarikan diri. Ini kesalahannya
dan tanggungjawabnya. Ia akan mengaku telah berbuat kesalahan dan
meminta maaf pada rakyat. Ia bersedia diturunkan dan menerima
hukumannya. Sekretaris Eun terdiam.
“Bayi itu….Hang-ah….mereka
terluka..,” kata Jae-ha terbata-bata. Ia berkata sejak mengirim Hang-ah
pulang, ia tidak bisa tidur.
Sekretaris
Eun berkata malam itu Hang-ah lah yang mengambil inisiatif. Hang-ah
sendiri yang mengakuinya pada Sekretaris Eun. Jae-ha tertegun, sejauh
itu Hang-ah melindungi dirinya. Ia berkata bukan seperti itu
kejadiannya. Tapi Sekretaris Eun mengancam akan mengatakan demikian pada
rakyat. Bahwa Hang-ah yang sengaja merayu Raja. Whaaa??
“Lepaskan dia. Hanya itulah satu-satunya keluarga kerajaan bisa bertahan,” kata Sekretaris Eun.
“Aku tidak bisa melakukannya. Aku akan mati!!”
“Jadilah kuat, Yang Mulia! Demi keluarga kerajaan.”
“Apakah menjadi kuat berarti melepaskan orang yang kaucintai dan bertahan sendirian ?!” protes Jae-ha.
Sekretaris Eun tak berkata apa-apa lagi dan pergi meninggalkan Jae-ha. Air mata mengaliri pipi Jae-ha.
Sekretaris
Eun membatalkan semua janji Jae-ha di luar istana. Jika memang penting,
ia akan ikut serta. Ia juga meminta pengawal meningkatkan penjagaannya.
Mereka harus memastikan Jae-ah tidak melakukan apapun dalam keadaan
emosi seperti sekarang. Jadi bingung, sebenarnya Raja itu siapa?
Sekretaris Eun atau Jae-ha? Hadeuh >,<
Shi-kyeong terkejut
saat tahu Hang-ah mengalami keguguran. Tapi perhatiannya tersita oleh
Jae-shin yang muntah-muntah setelah mengalami shock. Shi-kyeong
memerintahkan pengawasan diperketat dan pintu gerbang ditutup untuk
menghalangi reporter. Ia tak memberitahukan berita ini pada Jae-shin.
Jae-shin meminta Shi-kyeong tidak mengatakan apa yang dialaminya pada
ibunya. Ia tak ingin ibunya khawatir.
Shi-kyeong bertanya apakah ia perlu membantu Jae-shin pindah ke tempat tidur (dari kursi roda).
“Bagaimana caranya?” tanya Jae-shin.
Shi-kyeong belum memikirkan caranya. Sekarang ia jadi kebingungan. Memindahkan berarti harus memegang Jae-shin.
“Kau memelukku tanpa ijin sebelumnya,” Jae-shin mengingatkan.
Shi-kyeong
jadi merasa tak enak. Jae-shin bertanya apakah Shi-kyeong merasa
bersalah telah meninggalkannya sendirian di mobil sehingga menebusnya
dengan memeluk Jae-shin.
“Menurut peraturan pengawal baris ke-3
paragraf 2. Jika ada anggota keluarga kerajaan dalam bahaya, pengawal
diijinkan untuk menyentuh anggota keluarga kerajaan itu.”
“Gendong aku,” Jae-shin memerintahkan.
Shi-kyeong
patuh. Tapi ia jadi kebingungan, bolak-balik mengitari kursi roda
Jae-shin mencari cara untuk mengangkat Jae-shin. Jae-shin tak sabar. Ia
menarik tangan hingga melingkari pundaknya dan memerintahkan Shi-kyeong
menaruh tangannya sebelah lagi di kaki Jae-shin. Sementara Jae-shin
sendiri mengalungkan lengannya di leher Shi-kyeong.
Shi-kyeong
menggendong Jae-shin ke tempat tidur. Jae-shin terus menatap
Shi-kyeong. Saat tahu Jae-shin terus menatapnya, Shi-kyeong jadi salah
tingkah dan tak berani melihat Jae-shin.
“Mengapa kau tak mau
menatapku? Apa harimu berdebar?” tanya Jae-shin. Mendengar itu
Shi-kyeong langsung melepaskan Jae-shin hingga Jae-shin terbanting ke
tempat tidur. LOL^^
Jae-shin
memerintahkan Shi-kyeong berjaga di sisinya sebagai hukuman. Tapi ia
mengaku kalau sebenarnya ia masih merasa takut. Shi-kyeong menyelimuti
Jae-shin dan berdiri di sisi tempat tidur Jae-shin hingga Jae-shin
tertidur. Hihi…mana bisa tidur ya^^
Media Utara terus menyiarkan
berita mengenai Hang-ah dan bayinya: “Bayi dari seorang gadis polos
yang dilecehkan oleh Raja Korea Selatan terus menangis ‘Ayah, Ayah..aku
mati. Aku mati karenamu, Ayah’. Bisakah Raja Lee Jae-hamendengarnya
berteriak?”
Media Selatan menanggapi dengan mengatakan media
Korut telah melewati batas. Padahal Korea Selatan pun melakukan hal yang
sama. Mereka berkata Korea Utara biasa menggunakan gadis perawan
sebagai senjata. Tentu saja Ayah Hang-ah mengamuk mendengar hal ini.
Jae-ha
meihat pemberitaan di televisi semakin kacau. Mereka menjelekkan Korea
Utara tapi yang lebih parah mereka menyerang Hang-ah. Hang-ah
diberitakan telah mengencani banyak pria sebelum datang ke Selatan
padahal Jae-ha tahu hal ini sepenuhnya tidak benar. Jae-ha tak bisa
berdiam diri. Ia memanggil Shi-kyeong.
Shi-kyeong terkejut
mendengar rencana Jae-ha. Jae-ha berkata tidak ada cara lain lagi. Ia
bertanya bisakah Shi-kyeong menolongnya. Shi-kyeong tersenyum dan
mengangguk.
Hang-ah
menghadiri perayaan 100 hari bayi temannya. Ia tersenyum melihat bayi
temannya yang lucu. Sebenarnya Hang-ah cukup tegar tapi teman-temannya
merasa kasihan pada Hang-ah dan terus berusaha menghiburnya. Mereka
meminta Hang-ah tidak berpikir yang aneh-aneh . Sebaiknya Hang-ah pergi
ke luar negeri untuk menikmati hidup, tak perlu memikirkan tentang suami
dan anak-anak. Namun hal itu malah membuat Hang-ah merasa semakin
buruk.
Saat ia berjalan pulang, seorang komandan Utara menemui Hang-ah. Namanya Lee Sang-ryul. Hang-ah memberi hormat.
Komandan
Lee mengajak Hang-ah menonton komentar rakyat Selatan mengenai Hang-ah.
Komentar mereka sangat buruk. Mereka pikir Hang-ah yang merencanakan
semua ini untuk menjatuhkan keluarga kerajaan. Mereka juga berpikir
Hang-ah telah berbohong mengenai kehamilan dan kegugurannya. Mana
mungkin Raja mereka menyukai Hang-ah? Lalu diberitakan juga keluarga
kerajaan tetap diam dan tak memberi komentar hingga peristiwa ini hanya
akan dianggap manuver politik dan bukan kejadian yang sebenarnya.
“Apa kau dengar itu?” tanya Komandan Lee. Hang-ah terlihat marah.
Tapi
Hang-ah marah bukan karena berita itu. Dengan dingin ia bertanya
mengapa Komandan Lee memperlihatkan berita itu padanya. Beberapa orang
tentara masuk membawa kamera video.
Komandan Lee meminta Hang-ah
berbicara pada media. Untuk menunjukkan kebenaran pada rakyat Selatan
yang telah dibodohi oleh Rajanya. Hang-ah mengangguk.
Kamera dinyalakan. Hang-ah duduk menghadap kamera.
“Rakyat Korea Selatan, lama tak berjumpa. Aku Kim Hang-ah.”
Komandan Lee meminta Hang-ah berbicara dengan penuh kemarahan.
“Aku
meneruskan hidupku dengan baik. Jadi, jangan terlalu khawatir. Walau
awalnya sangat menyakitkan tapi aku memang kuat. Di pagi hari, aku
bangun dan berolah raga.”
“Komrad Kim Hang-ah!!” seru Komandan Lee.
Masih
di depan kamera, Hang-ah berkata ia dipaksa oleh atasannya untuk
mengatakan sesuatu setelah menunjukkan beberapa hal padanya. Ia tidak
tahu apa yang mereka rencanakan dengan menggunakan orang yang masih
sangat terluka seperti dirinya.
Komandan Lee tentu saja sangat
marah tapi Hang-ah tak kalah marah. Ia membentak balik komandannya.
Sambil menahan tangisnya, ia berkata dirinya telah hancur seperti yang
terlihat. Ia mohon negaranya tak mengecewakannya juga.
Hang-ah
keluar dan bertemu dengan ayahnya. Ayahnya telah mendengar kalau Lee
Sang-ryul memanggil Hang-ah. Ia bertanya apa yang Komandan Lee inginkan.
Tapi Hang-ah malah bertanya apakah benar-benar tidak ada kontak dari
Selatan sama sekali. Ayah Hang-ah jadi kesal. Hang-ah tak berbicara
apa-apa lagi dan pergi.
Bagaimana
dengan Jae-ha. Ia asyik membuat kosmetik. Ehm ..mungkin merencanakan
apa yang akan ia lakukan seandainya ia diturunkan dari kedudukannya?
Sekretaris Eun memberitahukan bahwa ia belum berhasil memblokir media
sepenuhnya. Jae-ha tak mempedulikannya dan malah menunjukkkan pelembab
kulit hasil buatannya.
“Ini adalah pelembab kulit. Dibuat dari air dari Danau Michigan di Seattle.”
“Danau Michigan terletak di Chicago,’ Sekretaris Eun membetulkan. Jae-ha tertawa, “Danau ya danau.”
Sekretaris
Eun membicarakan jadwal untuk besok. Tiba-tiba terdengar suara dari
ruangan sebelah. Jae-ha berkata ia sedang mendekorasi ulang ruangan
kerjanya karena ia merasa tertekan belakangan ini. Sekretaris Eun pergi
ke ruangan sebelah untuk memeriksa kebenaran kata-kata Jae-ha.
Jae-ha
bertanya apakah Sekretaris Eun mengira ia sedang membangun terowongan
untuk melarikan diri atau semacamnya. Beberapa petugas memindahkan
barang yang tertutup plastik hitam. Sekretaris Eun tersenyum puas dan
pergi.
Sepeninggal Sekretaris Eun, wajah Jae-ha kembali serius. “Mari kita mulai,” ujarnya.
Pintu
ditutup. Barang-barang tadi dibuka penutupnya dan ternyata isinya
kamera dan alat-alat lainnya. Jae-ha bersiap untuk membuat pernyataan di
depan kamera.
Jae-ha
memberitahu ibunya mengenai rencananya. Tapi ia serta merta menolak. Ia
mengambil berapa bungkusan besar berisi makanan yang ia siapkan untuk
dikirim pada Hang-ah diam-diam. Ia ingin mengirimkan ketulusannya
melalui hadiah-hadiah itu. Tapi Jae-ha tahu semua kiriman itu tidak akan
mengubah hati Hang-ah.
Ibunda Raja marah karena Jae-ha dan
Hang-ah telah tidur bersama. Ia berkata Jae-ha sangat ceroboh. Apalagi
mereka melakukannya saat sedang masa berkabung.
Jae-ha
menggenggam tangan ibunya dan meminta maaf. Ia yang bersalah. Ibunda
Raja berkata Hang-ah juga bersalah, Mereka belum bertunangan dan ia
sudah menjelaskannya beberapa kali pada Hang-ah, bagaimana bisa….
“Semua ini kesalahanku,” kata Jae-ha.
“Dan
ia seharusnya menjaga dirinya setelah kembali. Mengapa ia tidak menjaga
dirinya baik-baik? Itu anaknya…apa yang harus kulakukan? Dia begitu
malang,” Ibunda Raja menangis untuk Hang-ah. “bahkan bayi itu…pasti
semua ini berat baginya. “ Jae-ha memeluk ibunya. (aku terkesan dengan
akting Yoon Yeo-jung yang menjadi Ibunda Raja. Aktingnya bener-bener
natural)
Setelah
itu ia kembali mencoba berbicara dengan ibunya. Ia berkata ia melakukan
ini bukan karena ia merasa bertanggungjawab. Ibunya sendiri tahu kalau
ia bukan orang seperti itu.
“Ibu dan aku, kita bukan orang yang bisa melakukan hal buruk dan tak merasakan apapun sesudahnya.”
“Tidak, kita bisa. Kita hanya perlu menutup sebelah mata.”
“Besok jam 10 pagi.”
“Tidak ada gunanya. Ibu tidak akan melakukannya. Ibu tidak akan membantumu. ‘
Tapi Jae-ha terlalu mengenal ibunya. Ia tersenyum dan menggenggam erat tangan ibunya.
Keesokan
harinya Jae-ha telah bersiap pergi. Asisten Sekretaris Eun memberitahu
kalau Jae-ha akan berangkat 20 menit lagi. Jae-ha mengangguk dan
menyuruhnya pergi. Ia lalu mengangkat telepon dan menghubungi seorang
petugas di bagian humas istana. Ia meminta tolong pada petugas itu.
Ibunda
Raja menanti dengan cemas. Ia melihat jamnya. Pukul 9.13. Ia mengangkat
telepon dan meminta agar Sekretaris Eun menemuinya.
Sekretaris
Eun memenuhi panggilan Ibunda Raja. Ibunda Raja menanyakan suatu hal
mengenai pertemuan yang akan dihadirinya nanti sore. Sekretaris Eun
hendak memanggil orang untuk membantu Ibunda Raja tapi Ibunda Raja
meminta agar Sekretaris Eun sendiri yang menjelaskan padanya.
Jae-ha
mendiskusikan rencananya dengan Shi-kyeong dan Dong-ha dan beberapa
pengawal. Dong-ha merasa ragu tapi Shi-kyeong mengangguk meyakinkan. Ia
melihat jamnya. Pukul 9.25.
Shi-kyeong mengisi senjatanya dengan
peluru. Jae-shin menelepon agar Shi-kyeong menemuinya. Ia meminta
Shi-kyeong menemaninya ke rumah sakit. Ia tidak ingin kejadian terakhir
di ambulans terulang kembali. Tapi Shi-kyeong berkata kalau Jae-shin
harus pergi sendiri. Ia harus menjalankan tugas dari Jae-ha.
Jae-shin
berkata ia akan berbicara dengan kakaknya. Tapi Shi-kyeong berkata ia
ingin membantu Jae-ha. Jae-shin merasa ada sesuatu di balik sikap
Shi-kyeong. Ia memerintahkan para dayangnya keluar dari kamar.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanyanya saat mereka tinggal berdua. Shi-kyeong meminta maaf tapi ini rahasia.
“Mengapa kau tidak bilang saja terus terang? Ini mengganggumu bukan? Kau lelah mengikuti Puteri yang cacat dan rewel.”
“Silakan berpikir apapun yang Puteri inginkan. Tapi aku tidak bisa menemani Puteri kali ini.”
Jae-shin
tertegun. “Sepertinya benar. Bagaimana kau bisa menahannya kalau kau
begitu membenciku? Kalau begitu mengapa kau memberiku burung beo?
Mengapa kau memintaku untuk merawat kakiku? Aku tidak akan ke rumah
sakit. Karenamu, aku tidak akan pergi.”
“Silakan, aku tidak bisa memaksa orang yang tidak ingin pergi.”
Shi-kyeong membungkuk dan pergi meninggalkan Jae-shin. Jae-shin sangat kesal.
Shi-kyeong
masuk ke mobil Jae-ha yang telah menunggu di luar istana. Ia meminta
maaf karena terlambat. Saat mereka hendak berangkat, asisten Sektetaris
Eun membuka pintu dan hendak ikut atas perintah Sekretaris Eun. Jae-ha
menyuruh orang itu menaiki mobil lain karena ia akan tidur. Ia mendorong
si asisten, menutup pintu mobil lalu membaringkan dirinya. Akhirnya si
Asisten itu ketinggalan.
Ibunda Raja terus mengajak bicara
Sekretaris Eun untuk mengulur waktu. Sekretaris Eun mendapat pesan
masuk. Pesannya: Raja telah pergi ke suatu tempat.
Sekretaris
Eun meminta ijin pada Ibunda Raja dan bergegas keluar. Ibunda Raja
berkata waktunya pk 10.00. Ia memperlihatkan jamnya. Pk. 9.58. Tidak ada
waktu bagi Sekretaris Eun untuk bertindak.
Petugas
humas yang dimintai tolong oleh Jae-ha memberikan sebuah rekaman pada
atasannya. Ia tidak tahu apa isinya tapi Raja memerintahkan agar pesan
itu disiarkan tepat pukul 10.
Pukul 10.00. Rekaman itu diputar dan Jae-ha muncul di TV memberikan pernyataan:
“Rakyat
negara ini, aku Lee Jae-ha, Raja Korea Selatan. Belum lama ini pihak
Utara mengumumkan mengenai peristiwa keguguran yang dialami Kim Hang-ah.
Penyelidikan tak resmi kerajaan telah mengkonfirmasikan hal ini. Kim
Hang-ah mengandung dan mengalami keguguran. Anak itu adalah anakku.
Sebagai Raja negara ini, kejadian ini bukan hal sepele. Aku minta maaf
dengan tulus pada rakyat. Dan kepada Kim Hang-ah yang datang sendirian
ke Selatan. Karena kematian Raja sebelumnya, ia menjalani banyak
pemeriksaan. Ia dipaksa untuk kembali ke Utara. Karena menerima banyak
tekanan, ia kehilangan bayinya. Kepedihan itu terukir di hatiku.
Sekarang aku sedang dalam perjalanan untuk menemui Kim Hang-ah. Aku
tidak pergi ke Utara sebagai raja Korea Selatan karena hal politik. Aku
pergi sebagai pria yang akan menemui wanita yang telah kehilangan bayi
kami karenaku.”
Sementara
itu Jae-ha telah memasuki wilayah bebas militer (wilayah netral) di
perbatasan Korea Utara dan Selatan. Daerah bebas militer dijaga oleh
pasukan PBB.
Pemerintah Utara dan Selatan kalang kabut dengan
aksi Jae-ha yang begitu tiba-tiba. Perwakilan PBB di daerah bebas
militer menemui Jae-ha. Jae-ha berkata ia tidak punya banyak waktu. Ia
mampir karena ia tahu akan menimbulkan masalah internasional jika ia
tidak melewati daerah bebas militer. Semua bentuk komunikasi antara
Utara dan Selatan telah terputus. Hanya daerah ini yang memiliki koneksi
dengan Utara dan Selatan. Ia memberi waktu 10 menit pada Perwakilan PBB
untuk menghubungi pihak Utara.
Komandan
Lee dari Utara (yang mendesak Hang-ah untuk memojokkan Jae-ha) marah
dan berkata Jae-ha telah meremehkan negara mereka dan bersikap
seenaknya. Ayah Hang-ah berkata Jae-ha sudah berada di daerah bebas
militer. Mereka harus segera mengambil keputusan.
Komandan Lee
marah dan berkata kalau ayah Hang-ah tak punya harga diri. Ia
mengingatkan apa yang terjadi pada Hang-ah disebabkan oleh Jae-ha. Ia
sendiri yang bukan ayahnya merasa sedih sedangkan ayah Hang-ah malah
bersikap seperti orang asing. Bagaimana bisa ayah Hang-ah bersikap
dingin dan tak berperasaan.
Ayah Hang-ah berkata kedatangan
Jae-ha dianggap sebagai salah satu langkah rekonsiliasi/perdamaian oleh
dunia. Jika mereka salah mengambil sikap, maka dunia akan salah mengira
Korea Utara menghancurkan perdamaian karena seorang wanita.
Komandan
Lee menuduh ayah Hang-ah membela Jae-ha yang hampir menjadi calon
menantunya. Komandan Tinggi Hyeon Myeong-ho (atasan ayah Hang-ah dan
komandan Lee) diam mendengarkan perdebatan itu. Seorang petugas masuk
dan memberitahukan kalau PBB telah menghubungi mereka. Komandan Tinggi
membentak petugas itu dan mengusirnya keluar.
Jae-ha
menunggu di kantor PBB. Shi-kyeong mendapat pesan dari ayahnya.
Sekretaris Eun memerintahkan Shi-kyeong segera membawa Jae-ha pulang.
Shi-kyeong menutup teleponnya. Ia berkata pada Jae-ha kalau mereka tak
bisa menunggu lebih lama. Ia khawatir para pengejar akan menyusul
mereka.
Jae-ha dan para pengawalnya berjalan keluar dari daerah
bebas militer. Perwakilan PBB berlari menyusul Jae-ha dan berkata kalau
pihak Utara belum juga memberi jawaban. Berarti belum ada ijin bagi
Jae-ha untuk memasuki wilayah Utara. Akan berbahaya jika Jae-ha pergi
sekarang.
“Aku tahu. Tapi ini takdirku,” ujar Jae-ha, pffft…
Perwakilan PBB itu tersenyum dan membiarkan Jae-ha pergi.
Jae-ha
dan para pengawalnya berjalan kaki ke garis perbatasan. Mereka melewati
jalan yang dikelilingi pemandangan yang indah. Jae-ha tersenyum,
ternyata ada pemandangan seindah ini di antara todongan senjata Utara
dan Selatan.
Daam hatinya Jae-ha tahu ia bisa diturunkan dari
kedudukannya jika Raja dianggap tidak mampu melaksanakan tugasnya. Jika
ia diturunkan, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Tapi setidaknya ia
ingin bertanggungjawab untuk wanita yang ia cintai.
Jae-ha
dan para pengawalnya tiba di garis perbatasan (garis kuning yang
dilewati Hang-ah-ah saat ia masuk ke Selatan). Prajurit yang mengawal
perbatasan terkejut dan melapor pada Komandan Tinggi. Komandan Lee
berkata mereka harus bertindak sesuai cara mereka.
“Bersiaplah!” perintah Komandan Tinggi.
Para penjaga perbatasan mengacungkan senjata mereka pada Jae-ha.
Ayah
Hang-ah berkata jika mereka menembak Jae-ha maka saat itu juga perang
meletus. Komandan Lee berseru bahwa Jae-ha yang memulai ini semua.
Melihat
senjata diacungkan padanya, Jae-ha terdiam sejenak. Lalu ia melangkah
mendekati garis. Penjaga perbatasan dari Selatan memperingatkan kalau
para prajurit Utara itu akan menembak Jae-ha.
“Jika mereka menembak, kalian semua pergilah menyelamatkan diri,” katanya pada si penjaga perbatasan dan para pengawalnya.
“Kau
juga,” Jae-ha menoleh pada Shi-kyeong, ”Jika kau berani melindungiku
untuk mendapatkan medali kehormatan, pangkatmu akan diturunkan.”
Shi-kyeong tahu Jae-ha hendak melindunginya. Ia tersenyum kecil.
Dengan
berani Jae-ha terus berjalan. Penjaga perbatasan Utara panik melihat
Jae-ha berani melewati garis. Ia melapor pada Komandan Tinggi. Komandan
Tinggi terkejut. Gertakan mereka ternyata tak berhasil.
Jae-ha
berjalan memasuki gedung. Penjaga perbatasan tadi cepat-cepat
menghalangi Jae-ha dan bertanya apakah Jae-ha ingin mati. Jae-ha hanya
tersenyum dan meminta prajurit itu menunjukkan jalan.
Komandan
Tinggi berdiri hendak menyambut Jae-ha. Ia berkata Jae-ha datang atas
keinginannya sendiri, jadi pasti ada gunanya bagi mereka. Komandan Lee
Sang-ryul marah besar. Ia berkata semua ini karena Komandan Tinggi plin
plan (dia sih pengennya Jae-ha ditembak). Ia menuntut Komandan Tinggi
mempertanggungjawabkannya.
Ayah Hang-ah memberitahu Hang-ah kalau Jae-ha telah melewati perbatasan satu jam yang lalu.
“Itu
bahkan bukan perbatasan baginya, ia berjalan melewatinya begitu saja,”
kata ayah Hang-ah. Hehe tampaknya ayah Hang-ah terkesan juga dengan
keberanian calon menantunya (eh atau mantan calon menantu ya?).
“Dia datang untuk menemuiku, bukan?” tanya Hang-ah. Ayah Hang-ah tidak ingin Hang-ah menemui Jae-ha.
“Aku
harus menemuinya. Bukankah ia anggota keluarga kerajaan? Dia jauh-jauh
datang kemari jadi kita harus menjadi tuan rumah yang baik.”
”Apa
kau belum sadar juga? Ia melakukan apapun sekehendak hatinya,” kata
ayah Hang-ah kesal. Ia pikir Hang-ah lagi-lagi akan memaafkan Jae-ha.
Hang-ah
berkata justru karena ia sepenuhnya sadar maka ia bersedia menemui
Jae-ha. Setelah begitu banyak hal yang terjadi padanya, jika ia masih
juga seperti Hang-ah yang dulu maka ia akan dipukuli sampai mati.
Jae-ha
tiba di rumah Hang-ah. Ayah Hang-ah sudah menunggunya. Jae-ha melihat
ayah Hang-ah dengan perasaan bersalah. Ayah Hang-ah tampak canggung.
Jae-ha
mengulurkan tangannya dan menyapa ayah Hang-ah. Tapi ayah Hang-ah hanya
berdehem lalu berbalik tanpa menerima jabatan tangan Jae-ha. Well, apa
yang kauharapkan Jae-ha? Seharusnya kau meminta maaf bukan mengatakan
“lama tak bertemu”.
Jae-ha
dan Hang-ah bertemu. Mata Hang-ah masih menunjukkan kerinduan pada
Jae-ha walau ia bersikap dingin. Jae-ha memang berani melewati
perbatasan di bawah todongan senjata tapi ia tak berani menatap wajah
Hang-ah. Ia menunduk tak tahu apa yang harus dilakukan.
“Apa di lantai ada kotoran ?” kata Hang-ah. Ia mempersilakan Jae-ha duduk.
“Kau suka kopi kan? Tapi di sini tidak ada espreso,” kata Hang-ah ketus.
“Eh itu kopi 3 in 1 yang aku suka,,” sahut Jae-ha cepat.
Jae-ha
sangat bingung bagaimana caranya memulai percakapan. Hang-ah berkata ia
ada janji bertemu dengan temannya jam 3 nanti. Jadi Jae-ha hanya punya
waktu 30 menit untuk berbicara.
“Kau datang mendadak tapi aku sudah lebih dulu membuat janji dengan temanku. Kau tak keberatan bukan?”
Jae-ha masih tak tahu harus mulai berbicara apa.
“Mengapa kau tak mulai dengan pidato yang sudah kausiapkan?” Hang-ah mengusulkan.
Jae-ha
berkata ia telah mempersiapkan sesuatu. Shi-kyeong masuk membawakan
kotak hadiah untuk Hang-ah. Tapi Hang-ah bahkan tak mau memandangnya.
Melihat suasana tegang di antara Jae-ha dan Hang-ah, Shi-kyeong merasa
khawatir. Jae-ha mengangguk agar Shi-kyeong meninggalkan mereka.
Hang-ah
membuka kotak hadiah Jae-ha. Isinya bermacam-macam produk kosmetik.
Hang-ah terlihat kecewa. Jae-ha berkata ini baru hadiah awalnya, akan
ada lebih banyak lagi jika Hang-ah kembali bersamanya. Hang-ah tak
bereaksi. Jae-ha buru-buru berkata botol-botol itu tidak kosong.
Semuanya baru.
“Aku
bisa melihat kau telah berusaha keras,” kata Hang-ah. Sebenarnya ia
menyindir Jae-ha tapi Jae-ha tak tanggap. Jae-ha berkata ia telah
bekerja bahkan pada waktu kerja untuk mempersiapkan hadiah ini. Ia
berkata ada sesuatu di bawah hadiah-hadiah itu. Jae-ha mengulurkan
tangan hendak memperlihatkannya tapi ia berhenti saat Hang-ah mulai
berbicara.
“Benar, kau pasti merasa lebih baik setelah
mempersiapkan ini semua. Gadis Utara yang hidup dalam kemiskinan, apakah
itu belum cukup memalukan? Memberikan krim yang harganya bahkan lebih
mahal dari sebuah rumah untuk dioleskan pada wajahnya, pasti akan
membuatnya bahagia bukan?. Kau sudah merasa hebat karena telah melewati
perbatasan bukan? ‘Lihat, aku pria hebat. bahkan sampai matipun aku
adalah Raja yang mengesankan’. Bersikap tenang, penampilan rapi dengan
postur bagus?”sindir Hang-ah.
Jika biasanya Jae-ha meradang mendengar perkataan menyakitkan seperti itu, kali ini ia diam menerima semuanya.
“Maaf, aku terlalu mengenalmu,” kata Hang-ah pahit. Jae-ha berkata ia tahu Hang-ah pasti membencinya.
“Aku
tidak membencimu. Untuk bisa membenci seseorang, kau harus memiliki
perasaan. Sekarang, orang yang paling kubenci adalah….diriku sendiri.
Mengapa aku memberikan hatiku untuk pria seperti ini? Dia menipuku 2-3
kali tapi mengapa aku terus mempercayainya? Mengapa aku membatu
membersihkan selimut yang kotor walau dipermalukan? Berusaha keras
mencari tahu apa yang ia sukai. Bagaimana bisa seseorang mengabaikan
tubuhnya hingga ia bahkan tidak tahu kalau ia hamil? Setelah menjalani
sidang rakyat, dipaksa pergi, masih bertanya-tanya apakah dia akan
meneleponku. Mengapa aku masih juga menunggu ?’’ Mata Hang-ah mulai
berkaca-kaca.
Hang-ah
berkata ia dengar janin berusia sebulan kira-kira berukuran 1 cm. Ia
mengangkat jarinya, “Kira-kira sebesar ini. Tapi ia memiliki
jantung.tang berdetak. Jantung mungil itu….aku menghancurkannya. Aku
sangat bodoh karena mengira rasa sakit itu bukan apa-apa dan akan
hilang. Aku yang membunuhnya.” Hang-ah menangis.
Jae-ha mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Hang-ah tapi Hang-ah menepisnya.
‘Pulanglah!.
Aku menemuimu karena aku tidak inigin temperamenmu yang buruk itu
menimbulkan masalah lagi. Perasaanku tidak akan berubah. Haruskan aku
memanggil keamanan untuk menyeretmu? Keluarlah!!”
Jae-ha
keluar. Shi-kyeong mendapat telepon dari Sekretaris Eun. Sekretaris Eun
ingin berbicara dengan Jae-ha. Jae-ha meminta telepon itu dari
Shi-kyeong.
Sekretaris Eun bertanya apakah Jae-ha sudah selesai
dengan acaranya. Jae-ha berkata ia akan menemui Komandan Tinggi Hyeon.
Sekretaris Eun sudah mendapatkan jadwal acara yang akan Jae-ha ikuti di
Utara. Ia bertanya dengan sinis apakah Jae-ha akan ikut mendengar lagu
perjuangan Korea Utara dan ikut bertepuk tangan.
“Aku menolak
itu semua. Aku hanya akan mendatangi perternakan unggas. Ayam tidak akan
ikut menyanyikan lagu perjuangan, bukan?”
Sekretaris Eun meminta Jae-ha kembali sekarang juga. Jae-ha sudah cukup membuat malu rakyat Korea Selatan.
“Ahjussi,
aku tidak berbicara sebagai seorang raja kepada sekretarisnya tapi
sebagai seorang keponakan yang kaukenal sejak kecil. Anggap ini sebagai
permintaan kepada seorang paman. Tolong dengarkan aku sekali ini
saja.Tidak peduli Paman mempercayaiku atau tidak, aku telah melangkah
sejauh ini dan aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku akan mencapai apa
yang harus kulakukan.”
Jae-ha berkata berkali-kali ia meyakinkan
dirinya kalau ia bisa melakukannya. Tapi Sekretaris Eun terus
mengekangnya dan menghalanginya hingga ia kehilangan kepercayaan diri.
Ia tahu ia adalah sampah. Semua orang sudah tahu. Tapi bisakah
Sekretaris Eun mempercayainya sekali ini saja? Ia akan melakukan yang
terbaik. Sekretaris Eun menarik nafas panjang.
Nampaknya
Bong-gu sedang merencanakan sesuatu. Sekretarisnya mengingatkan orang
akan curiga kematian Jae-kang, kecelakaan Puteri dan rencana Bong-gu
bukanlah suatu kebetulan karena terjadi dalam waktu berdekatan. Tapi
Bong-gu berkata ia hanya hendak menakut-nakuti. Dan lagi target utamanya
sejak dulu adalah Lee Jae-ha. Ia bertanya apakah sekretarisnya mau
menggantikan Jae-ha. Sekretarisnya takut.
Bong-gu berkata juga
tidak mau membuat kekacauan tapi Jae-ha berani memanggilnya Kim Bong-gu.
Bong-gu bermain-main dengan guilotin mini yang ternyata sangat tajam.
Ia memanggil sekretarisnya agar mendekat. Dengan takut, pria asing itu
mendekat. Bong-gu berkata mereka akan mempergunakan kesempatan ini
sebaik-baiknya. Ia menarik tangan sekretarisnya dan memasukkannya ke
guilotin bersama dengan sebuah wortel.
Bong-gu berkata ia akan
membuat Jae-ha gemetar ketakutan. Ia menekan guilotinnya keras-keras.
Sekretaris Bong-gu menahan nafas dengan ngeri. Hanya wortelnya yang
terpotong, tangannya tetap utuh. Bong-gu akan membiarkan Jae-ha tahu
kalau ia pelakunya. Bong-gu tertawa mengerikan.
Jae-ha
bertemu dengan Komandan Tinggi Hyeon. Komandan Tinggi ingin Jae-ha
segera pulang. Bukankah tujuannya adalah Hang-ah dan ia sudah
menemuinya. Jae-ha berkata ia mempertaruhkan posisinya sebagai Raja.
Bagaimana mungkin ia datang hanya karena seorang wanita?
Jae-ha
berkata pihak Utara harus mengumumkan kalau mereka belum mengembangkan
EP-70. Tentunya Utara juga tidak mau terus dilibatkan dalam kematian
Jae-kang. Komandan Tinggi berterimakasih atas nasihat Jae-ha tapi apakah
Jae-ha masih menjadi Raja sekembalinya ke Selatan? Jika Jae-ha
diturunkan dari posisinya, untuk apa mereka mendengar nasihat dari
rakyat biasa.
Jae-ha tertawa dan bertanya apakah ini sebuah
ancaman. Komandan Tinggi tersenyum. Tentu saja bukan, katanya, ini hanya
kekhawatiran.
“Tolong jangan salah paham. Aku hanya merasa
bersalah pada Hang-ah. Aku tidak tertarik sedikitpun pada kalian. Jangan
pernah berpikir aku akan menyamaratakan kalian dengan Hang-ah walau ia
warga negara ini. Bagiku kalian orang Utara hanyalah saudara tiri
pembuat masalah. Saudara tiri miskin dan kejam yang kebetulan menjadi
tetanggaku. Dan akan kukeluarkan dari catatan keluarga jika aku bisa
melakukannya,” kata Jae-ha tenang.
Komandan Tinggi tentu saja merasa tak senang mendengar ucapan Jae-ha.
Jae-ha
meminta maaf karena ia telah berbicara keterlaluan. Ia memang selalu
seperti itu. Di Selatan ia dikenal sebagai pembuat kekacauan. Jika ia
membuka mulur, tak ada yang bisa menghentikannya.
“Tidak apa-apakah jika aku menjadi musuh kalian?” tanya Jae-ha tersenyum. Komandan Tinggi tersenyum kecut.
Mengapa
Jae-ha mengatakan hal seperti itu pada Komandan Tinggi? Kurasa ini
adalah sikap yang diambil Jae-ha sebagai seorang Raja. Ia tahu pihak
Utara bisa mengambil keuntungan karena Hang-ah adalah orang Utara.
Mereka pikir bisa menggunakan Hang-ah untuk mendikte Jae-ha sesuai
keinginan mereka. Tapi dengan jelas Jae-ha berkata kalau ia bukan orang
seperti itu. Ia tidak akan bisa diatur oleh Utara.
Keesokan
harinya berita mengenai EP-070 yang belum dikembangkan Utara muncul di
surat kabar. Bukan headline news tapi dalam kolom kecil di sudut halaman
tengah. Sekretaris Eun tertawa.
Ia bertemu dengan perdana
menteri dan ingin Perdana Menteri menindaklanjuti dengan mengumumkan
kalau Utara bukan pembunuh Jae-kang. Perdana Menteri tidak mau
kehilangan muka karena telah menuduh Utara sejak awal. Sekretaris Eun
mengancam akan membuat berita kalau pemerintah sudah tahu sejak awal
mengenai hal ini namun menutupinya dan tetap menuduh Utara demi
keuntungan politik. Perdana Menteri tak bisa berkata apa-apa lagi.
Hang-ah
berada di kantor nya dan mendengar berita dari TV Korea Selatan
mengenai EP -070 dan dibebaskannya pihak Utara dari kecurigaan
pembunuhan Jae-kang. Namun semua itu tidak berarti lagi bagi Hang-ah. Ia
mengambil suratkabar dan terkejut melihat foto Jae-ha di sana. Berpose
sambil memegang ayam LOL^^ Hang-ah baru tahu kalau Jae-ha masih di
Utara.
Para
dayang di istana juga melihat foto yang sama di surat kabar. Mereka
terpesona dengan Jae-ha yang tetap keren walau di kandang ayam haha…
ekspresinya itu lho^^ Dayang yang lain berkata Shi-kyeong juga keren.
Ekspresinya seperti akan membabat habis semua ayam di perternakan itu.
Double LOL^^
Puteri Jae-shin, yang memang sensitif belakangan
ini, melihat kedua dayang tadi berkasak-kusuk. Ia mendekati mereka dan
bertanya apakah mereka sedang membicarakan dirinya. Mereka
menyangkalnya. Jae-shin tak percaya. Ia berkata walau ia akhir-akhir ini
menakutkan tapi ia orang cacat. Jadi sebaiknya mereka tidak
membicarakannya seperti itu.
Para dayang itu diam. Jae-shin
melihat seorang dayang memegang sesutau di punggungnya. Ia mengira para
dayang itu mencoret-coret fotonya. Ia merebut surat kabar itu. Jae-shin
melihat foto Kakaknya dan Shi-kyeong. Ia baru tahu kalau Shi-kyeong juga
pergi ke Utara.
Jae-shin
menelepon Shi-kyeong dan menegurnya karena telah merahasiakan
kepergiannya ke Utara. Memangnya dia mata-mata yang akan memberitahu
semua orang kalau Jae-ha akan pergi ke Utara. Jae-ha berkata semua demi
keselamatan Jae-ha.
“Tapi dia adalah kakakku, keluargaku. Walau
aku bermental tidak stabil, jika kau bilang akan melindungi kakakku
apakah aku akan menyuruhmu mengikutiku tanpa peduli ia akan tertembak?
Apakah aku akan seperti itu? Kau itu orang paling tidak menarik pembuat
frustrasi nomor 1 di dunia!” omel Jae-shin.
“Meski Puteri tidak membesar-besarkannya, aku sangat tahu kalau aku tidak menarik,” sahut Shi-kyeong.
Jae-shin
tersenyum geli. Ia menanyakan keadaan kakaknya. Lalu menanyakan
keadaaan Hang-ah. Shi-kyeong berkata Hang-ah telah pulih dengan baik.
“Tak
peduli bagaimanapun kau harus membawanya kembali. Jika tidak, aku tidak
akan ke rumah sakit.” Jae-shin menutup teleponnya sambil tersenyum.
Shi-kyeong tersenyum.
Pihak
Utara mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai Jae-ha yang
membocorkan mengenai EP-070. Komandan Lee Sang-ryul bertanya apakah
mereka akan membiarkan Jae-ha seenaknya. Komandan Tinggi Hyeon
mengingatkan kalau Jae-ha telah melepaskan pihak Utara dari kecurigaan.
“Jadi apakah kita perlu bertepuk tangan dan berterima kasih padanya?” kata Komandan Lee sinis.
Mereka
terus menekan Komandan Tinggi yang mereka anggap telah berpihak para
Jae-ha. Komandan Tinggi mengingatkan kalau Jae-ha adalah Raja Korea
Selatan. Komandan Lee berkata Jae-ha bukan Raja mereka, satu-satunya
pemimpin yang mereka akui adalah Pemimpin Tertinggi mereka (dulu Kim
Jong-il, sekarang Kim Jong-un).
Komandan
Lee terus mengomel setelah pertemuan itu. Tangan kanannya memberi
isyarat agar ia hati-hati dalam bicara karena takut terdengar orang
lain. Ayah Hang-ah tampaknya mencurigai mereka. Ia menelepon seseorang
dan meminta seorang mata-mata.
Bong-gu
berada di kompleks perumahannya yang sepertinya terletak di tengah
laut. Ia bersiap hendak membuat rekaman untuk Jae-ha. Kamera dijalankan.
“Annyeong, aku merasa kau tidak baik-baik saja karena kau
sudah tertangkap. Kau cukup ketakutan bukan? Kau mungkin tidak pernah
mengalami hal seperti ini. Apalagi ini di Utara. Membutuhkan keberanian
untuk melangkah dan pergi ke sana. Tapi sayangnya sesuatu terjadi….”
Jae-ha
sedang makan bersama Shi-kyeong dalam sebuah kantin. Ada beberapa
prajurit Utara yang juga makan di tempat itu. Mereka dihidangkan mie
dingin.
Berbeda dengan di Selatan, orang Utara tidak menggunting
mienya karena mie panjang melambangkan panjang umur. Kaldu cukanya juga
tidak dituang pada supnya melainkan langsung pada mienya. Jae-ha
langsung mengernyitkan hidung begitu mencium bau cuka.
Terdengar
keriuhan di meja prajurit Utara. Sepertinya ada kabar gembira. Melihat
Jae-ha ada di sana, seorang petugas menenangkan mereka. Jae-ha bertanya
ada apa hingga semua tampak gembira.
Petugas itu berkata
puterinya diterima masuk universitas. Jae-ha berkata ternyata di Utara
masuk universitas juga tidak mudah sama seperti di Selatan. Sebagai Raja
Korea Selatan ia berpikir ia seharusnya menraktir mereka. Ia bangkit
berdiri dan mengumumkan akan menraktir mereka semua minum. Petugas itu
membungkuk penuh rasa terima kasih disambut tepuk tangan para perwira
Utara.
Bong-gu (masih dalam rekaman videonya): “Kau mungkin akan dihancurkan oleh para pecundang Utara itu begitu kau berbalik.“
Komandan
Lee mengadakan pertemuan dengan Daniel Craig, orang asing yang
memberikan album the Beatles pada Sekretaris Eun). Komandan Lee bertanya
apakah persiapan rencana mereka semua sudah selesai. Semua terserah
Komandan Lee, kata Daniel. Sebuah alat perekam tersembunyi di bawah
meja. Komandan Lee berkata ia bertindak untuk kehormatan negaranya,
bukan untuk keuntungan pribadi.
“Hanya ingin memastikan, siapa targetmu?” tanya Daniel.
“Mengapa harus memastikan? Targetnya… Lee Jae-ha,” jawab Komandan Lee.
Seorang
mata-mata mendengar pembicar aan mereka. Ternyata ia mata-mata yang
ditempatkan ayah Hang-ah untuk mengamati gerak-gerik Komandan Lee. Ayah
Hang-ah menerima telepon dari mata-mata itu dengan sembunyi-sembunyi
agar tidak terdengar oleh Hang-ah. Mata-mata itu berkata Komandan Lee
sedang membuat rencana dan targetnya adalah Raja Korea Selatan.
Bong-gu: “Aku hanya ingin memberitahumu. Akulah yang mengendalikan semuanya. Aku, John Mayer dari Klub M.”
Hang-ah menguping percakapan telepon ayahnya dari luar pintu. Ia mendengar ayahnya berkata kalau Jae-ha adalah target.
Bong-gu:
“Aku tidak memerintahkannya untuk membunuhmu. Tapi orang Korea Utara
memang orang-orang gila. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan.”
Sementara
Jae-ha ditepuktangani para perwira Utara di ruang makan, sekelompok
perwira kiriman Komandan Lee turun dari mobil mereka dan bergerak menuju
tempat Jae-ha.
Bong-gu: “Apa yang harus kulakukan? Jika kau mati seperti ini? Huh? Jae-ha-ya….”
source : http://patataragazza.blogspot.com/2012/04/sinopsis-king-2-hearts-episode-11.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment