Jae-ha
menyuruh Shi-kyeong menelepon Bong-gu. Ia akan mengundurkan diri.
Shi-kyeong berkata apapun keputusan Jae-ha, tetap harus didiskusikan
dengan komite keluarga kerajaan. Tapi Jae-ha sudah menyerah. Ia berkata
langsung saja hubungi Bong-gu, sekarang dialah rajanya. Shi-kyeong
menatap Jae-ha dengan sedih.
Dong-ha menemui Jae-ha. Ia berkata ada kontak dari Klub M. Dari Hang-ah. Jae-ha tersentak.
Bong-gu
memperingatkan Hang-ah bahwa teleponnya tidak bsia dilacak. Hang-ah
akan kehilangan nyawanya jika tidak berhati-hati. Tiga orang pria
menodongkan senjata mereka pada Hang-ah.
Bong-gu menyuruh Hang-ah
meyakinkan Jae-ha untuk turun tahta. Pura-pura terlihat sedih dan
takut. Hang-ah tak menjawab. Sementara itu Shi-kyeong mengatakan pada
Jae-ha kalau Bong-gu pasti melihat telepon ini dari samping Hang-ah jadi
Jae-ha harus bisa menahan emosi dan berusaha mengulur waktu. Ia akan
mencoba melacak darimana teleponnya. Jae-ha mengangguk. Shi-kyeong
meninggalkan Jae-ha sendirian.
Jae-ha
duduk dan menekan tombol. Wajah Hang-ah muncul di layar. Mereka hanya
bertatapan untuk beberapa saat. Melepaskan kerinduan dan memasikan
keduanya baik-baik saja. Akhirnya Jae-ha bertanya apakah Hang-ah
baik-baik saja. Dengan mata berkaca-kaca, Hang-ah tersenyum dan
mengangguk. Jae-ha menanyakan keadaan ibunya. Hang-ah berkata Ibunda
Raja baik-baik saja.
Jae-ha
meminta Hang-ah tidak memikirkan apapun dan tidak melakukan apapun. Ia
akan mengurus semuanya. Mulai sekarang mereka akan menjalani hidup
mereka dengan tenang.
Wajah Hang-ah sedikit terkejut karena itu
menunjukkan Jae-ha akan turun tahta. Ia lalu menangis dan berkata Jae-ha
harus berhasil. Ia ingin tetap hidup.
Hang-ah menangis tersedu-sedu. Bong-gu tersenyum puas. Para pengawal istana tidak bisa melacak telepon itu.
“Aku
ingin hidup bahagia secepatnya. Aku ingin hidup bersama Yang Mulia
sampai tua,” isak Hang-ah. “Alasan aku bertahan hidup sampai sekarang
hanyalah Yang Mulia.”
Jae-ha sedih mendengar perkataan Hang-ah.
“Yang Mulia ingat, bukan? Saat WOC, aku mengatakan pada Yang Mulia tipe pria seperti apa yang kuinginkan.”
Deg,
Jae-ha berpikir cepat. Saat WOC, Hang-ah berkata ia ingin pria yang
layak menerima rasa hormatnya. Seorang yang menang dengan terhormat. Ia
menatap Hang-ah.
“Bukankah kita menang pada akhirnya? Kita memiliki begitu banyak kenangan.” Kata Hang-ah pelan-pelan.
Bong-gu mulai merasa curiga.
“Kita
bahkan memutar bola dunia dan berpikir ke mana kita hendak mengirimkan
hadiah. Kau ingat, bukan?” lanjut Hang-ah menatap Jae-ha dengan tajam.
Jae-ha ingat. “Di sanakah kau disandera?” katanya dalam hati.
“Hei!!” teriak Bong-gu. Hang-ah menoleh.
“Siapa orang di sampingmu?” tanya Jae-ha khawatir.
“Tidak
ada siapapun,” kata Hang-ah tenang. Bong-gu memberi isyarat pada para
pria yang mengepung Hang-ah. Mereka mengokang senjata mereka. Klik!!
“Bunyi apa itu?” tanya Jae-ha semakin ceams. “Apa yang terjadi?”
“Mereka tidak akan berbuat sembarangan,” ujar Hang-ah. Ia menatap Bong-gu denagn amah,” Mereka hanya menggertak!”
“HEI!!” teriak Bong-gu.
“Kau
harus ingat!” seru Hang-ah pada Jae-ha, ”Jika kau mengikuti perintah
mereka dan turun tahta, aku akan bunuh diri dengan menggigit lidahku.
Jadi kau sama sekali tidak boleh mengundurkan diri!!”
Heh…jadi
inget Jae-shin pernah meneriakkan kata-kata ancaman yang sama dan
Hang-ah waktu itu berkata pada Shi-kyeong kalau orang yang benar-benar
ingin mati tidak akan mengatakan kata-kata seperti itu.
Bong-gu mematikan koneksi. Wajah Hang-ah hilang dalam sekejap dari layar.
“Hang-ah!!
Hang-ah!!” seru Jae-ha panik. Shi-kyeong dan Dong-ha menghambur masuk
mendengar teriakan Jae-ha. Jae-ha berkata mereka ada di Cina. Ia
mengirimkan hadiah pada Bong-gu ke Cina. Jae-ha berdiri dan menyuruh
mereka menelepon duta besar negara-negara perbatasan dan Departemen
Administrasi. Ia juga memerintahkan pasukan anti-teroris untuk bersiaga.
Bong-gu
menghampiri Hang-ah dengan marah. Ia bertanya apa maksudnya dengan
perkataan Hang-ah mengenai bola dunia. Hang-ah mengusap air matanya dan
mengibaskan rambutnya.
“Bukankah kami mengirimimu hadiah. Kau
tidak ingat?” ledek Hang-ah. “Kekasihmu?” (ternyata Hang-ah tahu waktu
Jae-ha mendekati Dara untuk mengetahui lokasi Bong-gu. Seneng deh ada
pasangan yang ngga rahasia-rahasiaan^^)
Bong-gu sadar Hang-ah
telah memberitahu lokasinya kepada Jae-ha. Hang-ah berkata Bong-gu tidak
bisa membunuhnya dan Ibunda Raja. Setelah ia bersusahpayah menculik
mereka, sekarang Amerika dan Cina juga sedang mengawasi Bong-gu dengan
ketat. Jadi bagaimana bisa Bong-gu membunuh mereka? Wajah Bong-gu
menunjukkan apa yang dikatakan Hang-ah benar.
“Itulah
sebabnya dia (Bon Bon) hanya mengacung-acungkan guntuing pada Ibu.
Apakah menyenangkan bermain sebagai penata rambut? Apa itu membuatmu
senang? Kim..Bong..gu?” tanya Hang-ah dengan nada meremehkan.
PLAKK!!
Bong-gu menampar Hang-ah keras-keras. Ia membenarkan ia tidak bisa
membunuh Hang-ah tapi ia bisa melukainya. Dan luka yang tak terlihat
jauh lebih baik. Para anak buah melepaskan senjata mereka dan
menghampiri Hang-ah d ngan tangan kosong. Omo…apa yang akan mereka
lakukan?
Tapi
Hang-ah tak akan membiarkan dirinya diperlakukan seenaknya begitu saja.
Ia melawan para pria itu dan berhasil merebut kacamata hitam dari
seorang penjaga. Ia melepaskan tangkai kacamata hitam itu dan
menempelkan ujung yang tajam di lehernya.
“Aku bilang aku akan
bunuh diri dengan menggigit lidahku kan? Aku adalah instruktur Tentara
Rakyat Korea. Di Selatan kami disebut pasukan khusus. Kami dilatih untuk
bunuh diri. Kau pasti sudah tahu, bukan?”
Hang-ah tahu, jika ia
mati maka semuanya akan sia-sia untuk Bong-gu. Bong-gu tidak akan bisa
tawar menawar dengan Jae-ha. Karena itu Hang-ah tahu Bong-gu tak akan
membiarkan dirinya mati.
“Jangan salah paham. Aku masih hidup
bukan karena keberuntungan tapi karena aku belum memutuskan untuk mati.
Biarkan aku berada di sisi Ibu dan aku akan bersikap baik,” kata
Hang-ah.
Hang-ah
dipertemukan kembali dengan Ibunda Raja. Ibunda Raja terkejut melihat
keadaan Hang-ah yang penuh luka. Hang-ah menenangkan Ibunda Raja kalau
ia tidak apa-apa, ia hanya kurang berolah raga. Hang-ah berusaha
membuktikannya dengan mengangkat tangannya tapi ia malah mengernyit
kesakitan. Hang-ah tersenyum agar Ibunda Raja tak mengkhawatirkannya.
Melihat
keadaan Hang-ah, Ibunda Raja mengumpulkan keberaniannya dan mengajak
Hang-ah melarikan diri. Hang-ah terkejut. Ibunda Raja mengangguk.
Hang-ah terharu dengan keberanian mertuanya.
Jae-ha,
ayah Hang-ah, dan Shi-kyeong menganalisa lokasi kediaman Bon-gu. Mereka
bisa masuk melalui sebuah gua yang terhubung dengan kediaman. Tapi
mereka membutuhkan bantuan pemerintah Cina.
Hang-ah melihat
situasi di luar ruangan tempat mereka disandera. Ada dua penjaga di
sana. Hang-ah teringat ayahnya pernah berkata kalau Bong-gu membuat
kediamannya di atas sebuah gua.
Setelah keberadaannya diketahui,
Bong-gu tahu Korea Selatan akan berusaha membebaskan Ibunda Raja dan
Hang-ah. Karena itu ia menggunakan pengaruhnya atas pemerintah Cina.
Pemerintah
Cina menolak memberi bantuan pada Korea Selatan. Alasannya adalah Kim
Bong-gu orang asing jadi mereka tidak boleh bertindak sembarangan. Dan
lagi Cina tidak mau ada tentara dari luar memasuki wilayah mereka.
Perdana Menteri pun tidak bisa membuat permintaan resmi karena tidak ada
bukti nyata Klub M yang menculik Ibunda Raja dan Hang-ah. Jika ternyata
mereka tidak menemukan keduanya di Cina, maka hubungan Cina-Korea akan
terancam.
Ayah Hang-ah hendak menghubungi negaranya tapi Jae-ha
berkata itu juga tidak ada gunanya. Utara tidak akan mau merusak
hubungan mereka dengan Cina. Satu-satunya cara adalah menggunakan cara
tak resmi. Diam-diam menyusupkan pasukan yang menyamar sebagai turis.
Dong-ha, Young-bae, pengganti Shi-kyeong dan pengawal lainnya memasuki
Cina secara terpisah dengan pura-pura tak saling mengenal.
Ibuda
Raja dan Hang-ah memulai rencana pelarina mereka. Ibunda Raja
memecahkan lampu. Kedua penjaga di luar ruangan segera menghambur masuk.
Hang-ah menyerang mereka dari belakang dan dengan ahli membuat keduanya
terkapar. Walau sudah memberanikan diri, tetap saja Ibunda Raja gugup
saat berhadapan dengan bahaya yang sebenarnya.
Hang-ah mengambil
senjata dari seorang penjaga yang terkapar lalu membawa Ibunda Raja
keluar dari sana. Ia menembak setiap orang yang menghalangi mereka,
namun lengannya sempat tertembak.
Pasukan
Bong-gu menyisir bawah tanah untuk mencari Ibunda raja dan Hang-ah.
Ibunda Raja dan Hang-ah bersembunyi di balik pipa-pipa. Hampir saja
mereka berpapasan dengan Bon Bon. Untung Bon Bon tidak melihat mereka.
Fiuh….
Hang-ah dan Ibunda Raja telah tiba di gua. Mereka
menyusuri gua untuk mencari jalan keluar. Karena tidak bisa menemukan
mereka di bawah tanah, Bon Bon tahu keduanya melarikan diri melalui gua.
Pada
saat yang sama, tim penyelamat dari Korea telah siap sedia di dekat
tempat itu. Mereka mengamati situasi dari atas pohon dan hendak
menjatuhkan penjaga di bawah agar mereka bisa ke gua.
Tapi belum
sempat mereka beraksi, lebih banyak lagi pasukan Bong-gu muncul dan
memberitahu rekan-rekan mereka di bawah kalau sandera telah melarikan
dan mereka diperintahkan ke gua. Untunglah Dong-ha mendengarnya.
Ibunda Raja dan Hang-ah telah tiba di mulut gua. Luka tembak di lengan Hang-ah semakin terasa sakit. Banyak darah yang keluar.
Mereka
berhasil keluar gua! Tapi sebuah sungai menghalangi mereka. Mereka
harus menyeberang. Hang-ah melihat Ibunda Raja yang kelelahan.
Sementara itu Bon Bon telah tiba di gua dan membawa anjing pelacak. Oh no…no dogs >,<
Hang-ah
berkata ia akan menyeberang duluan dan akan mencari tali untuk menarik
Ibunda Raja ke seberang. Ibunda Raja memegang lengan Hang-ah . Hang-ah
menjerit kesakitan.
“Dengan lengan seperti itu bagaimana caramu menyelamatkanku dengan tali?”
“Aku seorang pelatih. Jangan remehkan aku,” kata Hang-ah tersenyum menenangkan.
“Apa kaupikir hanya wanita Utara yang kuat? Wanita Selatan juga sangat kuat,” kata Ibunda Raja sambil melangkah ke sungai.
Hang-ah
menahan mertuanya. Airnya terlalu dalam. Ibunda Raja bertanya apakah
mereka hanya akan menunggu di sana. Anak pertamanya telah tiada.
Puterinya cacat. Dan puteranya yang tersisa sedang dalam bahaya. Mengapa
juga ia harus menjadi beban untuk menantunya? Ia tidak mau. Dengan
berani Ibunda Raja berenang menyeberangi sungai.
Hang-ah melihatnya dengan ngeri, apalagi Ibunda Raja sempat terpeleset. Ia lega saat Ibunda Raja berhasil sampai di seberang.
Terdengar
suara anjing dari dalam gua. Hang-ah terkejut. Ia segera berenang
menyeberangi sungai. Mereka kembali melarikan diri. Sementara itu
pasukan penyelamat juga bertindak.
Young-bae melepaskan tembakan
hingga pasukan Bong-gu teralihkan dan tak bisa mengejar sandera.
Terjadi adu tembak antara pasukan penyelamat dengan pasukan Bong-gu.
Young-bae menyuruh Dong-ha pergi ke gua untuk mencari Ibunda Raja dan
Hang-ah. Ia akan menghadang pasukan Bong-gu.
Dong-ha
berteriak memanggil-manggil Hang-ah dan Ibunda Raja. Hang-ah dan Ibunda
Raja mendengarnya tapi Hang-ah khawatir mereka tidak sempat bertemu
Dong-ha sebelum ditemukan oleh para pengejar mereka Bon Bon dan pasukan
pengejar telah tiba di seberang sungai (kok aneh ya, gimana caranya
mereka ke seberang? Kayanya mereka ngga berenang deh soalnya masih
kering semua^^)
Hang-ah meminta Ibunda Raja mengumpulkan kekuatan
dan terus berjalan merunduk tanpa memikirkan apapun. Ibunda Raja
bertanya Hang-ah hendak ke mana. Hang-ah tak menjawab. Ia mendorong
Ibunda Raja agar terus lari.
Ibunda Raja berlari. Hang-ah
mengeluarkan senjatanya lalu menembak untuk mengalihkan perhatian Bon
Bon dan para pengejar. Hang-ah berlari ke arah yang berbeda dengan arah
Ibunda Raja. Bon Bon dan pasukannya mengejarnya. Dengan demikian mereka
tidak mengejar Ibunda Raja. Untunglah Dong-ha menemukan Ibunda Raja.
Ibunda Raja selamat.
Hang-ah
terus berlari. Saat menaiki tanah yang curam, ia terpeleset dan jatuh.
Tubuhnya terkubur di bawah daun-daun kering. Tangannya terkulai tak
bergerak.
Ibunda
Raja kembali dengan selamat ke istana. Jae-ha menemui ibunya yang
sedang menjalani perawatan. Ia sedih melihat Ibunya lemah seperti itu.
Ibunda raja melambaikan tangan agar Jae-ha mendekat. Jae-ha menggenggam
tangan ibunya dan meminta maaf. Ini semua kesalahanya.
Ibunda
Raja mengeleng. Ia terus menanyakan apa yang akan mereka lakukan
mengenai Hang-ah. Jae-shin dan Shi-kyeong ikut sedih. Jae-ha menenangkan
ibunya. Ia yakin Hang-ah baik-baik saja di suatu tempat. Ia akan
menemukannya. Ia pasti menemukannya. Ibunda Raja mengangguk lemah.
Bong-gu
mendengar para sanderanya telah melarikan diri. Tapi Hang-ah belum
ditemukan, mereka hanya menemukan senjata dengan sidik jari Hang-ah.
Bong-gu memerintahkan sekretarisnya untuk diam-diam menyelidiki
keberadaan Hang-ah.
Jae-ha berbicara dengan Perdana Menteri dan
memintanya meminta bantuan Cina untuk menemukan Hang-ah. Tapi Perdana
Menteri merasa keberatan. Saat ini Cina sedang marah karena Jae-ha
diam-diam menyusupkan pasukan ke Cina untuk menyelamatkan Ibunda Raja.
Deuh…politik ini memang kacau deh ya…masa nyelamatin orang ngga boleh
>,<
Jae-ha marah. Ia bangkit berdiri dan menarik kerah Perdana Menteri. Ia berkata itu adalah pekerjaan Perdana Menteri.
“Ketika
warga disandera, kau harus menyelamatkan mereka. Ketika ada masalah
dalam negara ini, kau harus menyelesaikannya. Tapi kau… Apa yang telah
kaulakukan selama ini? Selain membuang uang negara dengan mengadakan
pesta, kau seharusnya melakukan sesuatu, bukan? Apa kau benar-benar
ingin memulai perang denganku? Apa kau ingin rakyat tahu semua yang
telah kausembunyikan selama ini?!”
“Aku mengerti, Yang Mulia,” jawab Perdana Menteri ketakutan, “aku akan melakukan yang terbaik.”
Jae-ha
melepaskan cengkeramannya dan terduduk lemas di kursi. Dengan suara
tercekat penuh emosi ia meminta Perdana Menteri harus menemukan Hang-ah.
Ia mohon.
Cina
mengadakan razia di perbatasan. Mereka mencari Hang-ah. Apakah untuk
diselamatkan? Bukan, mereka mencari Hang-ah sebagai pengungsi dari Korea
Utara ( yang memasuki Cina dengan ilegal) untuk ditangkap. Cina
melakukannya atas permintaan Bong-gu. Seorang mata-mata dari Utara
melaporkan hal ini pada ayah Hang-ah.
Ayah
Hang-ah memberitahu Jae-ha mengenai hal ini. Ia kesal Cina bekerjasama
dengan Bong-gu untuk menangkap puterinya dan menggunakannya sebagai alat
negosiasi. Jae-ha bertanya apakah ayah Hang-ah sudah mencari di tempat
penampungan pengungsi. Ayah Hang-ah berkata pihak Cina melarangnya
melihat tempat penampungan itu.
Jae-ha ingin agar para pengungsi
itu melewati Korea Selatan dahulu sebelum dikembalikan di Utara. Ia
berharap salah seorang dari mereka adalah Hang-ah. Ayah Hang-ah berkata
ia telah memintanya pada pemerintah Cina tapi siapapun dilarang melihat
daftar para pengungsi itu. Jae-ha dan ayah Hang-ah semakin frustasi.
Jae-ha
menyadari Bong-gu berada di balik semuanya. Satu-satunya cara adalah
mengajukan Bong-gu pada ICC (International Criminal Court). ICC adalah
pengadilan internasional yang mengadili para penjahat internasional.
Jika Bong-gu dicap sebagai penjahat intenasional maka Cina tidak akan
bisa melindunginya lagi. Dengan demikian Hang-ah bisa diselamatkan.
Tapi jika langkah ini gagal, maka bisa terjadi perrang. Sedikit saja kesalahan bisa menghancurkan segalanya.
“Apakah Yang Mulia memiliki bukti untuk melaporkannya?” tanya Shi-kyeong.
“Tidak
ada,” jawab Jae-ha getir. Bahkan seandainya ia memiliki bukti yang
jelas, bukan berarti masalahnya selesai. Jika Bong-gu menyembunyikan
diri dalam negara bukan anggota ICC maka ICC tidak bisa menangkapnya.
Tapi biar bagaimanapun, melaporkan Bong-gu pada ICC adalah jalan yang
paling efektif saat ini.
Shi-kyeong mengusulkan agar Jae-ha
berbicara dengan Sekretaris Eun. Ia berpendapat selama ini ayahnya bisa
menangani Klub M dengan baik dan memiliki segudang pengalaman. Jae-ha
tersenyum kecil.
“Kita belum bisa menghubunginya sekarang.”
“Mengapa tidak bisa? Apa yang sebenarnya terjadi antara ayahku dan …,” kata Shi-kyeong frustrasi.
“Kau boleh pergi,” potong Jae-ha singkat.
Shi-kyeong terpaksa pergi.
Kecurigaan
Shi-kyeong yang semakin meningkat membuatnya menggunakan akses utama
yang diberikan Jae-ha untuk melihat arsip rahasia negara. Ia membaca
surat pengunduran diri ayahnya. Shi-kyeong yang malang sangat shock :(
Sekretaris
Eun menelepon Jae-ha. Ia berkata ia tahu Hang-ah hilang dari kepala
keamanan istana. Awalnya Jae-ha menanggapi dengan dingin dan hendak
menutup teleponnya. Tapi Sekretaris Eun meminta Jae-ha melaporkan
Bong-gu pada ICC. Jae-ha tak jadi menutup teleponnya.
“Yang Mulia tahu ini satu-satunya cara bukan? Aku akan maju sebagai saksi.”
“Aku
sudah memikirkannya tapi itu tidak akan berhasil. Aku tidak merekam
semua pembicaraanku dengannya. Dan lagi jika kau bersaksi di depan umum,
apa Bong-gu akan diam saja? Bagaimana jika ia bilang kau membuat
kesaksian palsu dan kau hanya menjadikannya kambing hitam?”
Sekretaris Eun terdiam.
“Kenapa? Apa aku salah lagi?” sindir Jae-ha.
Sekretaris Eun teringat perkataan Shi-kyeong bahwa Jae-ha adalah Raja yang memiliki kemampuan.
“Tidak, apa yang Yang Mulia katakan benar.” Akhirnya Sekretaris Eun mengakui kalau Jae-ha pantas menjadi Raja.
Jae-ha
melihat dokumen yang hendak ditandatanganinya. Di situ tertulis
Shi-kyeong telah mengakses arsip kerajaan. Jae-ha berkata pada
Sekretaris Eun kalau Shi-kyeong sepertinya sudah tahu semuanya. Jae-ha
nampak khawatir. Ia berkata ia akan melacak keberadaan Shi-kyeong
sekarang.
Shi-kyeong mengendarai mobilnya di tengah hujan untuk
menemui ayahnya. Sekretaris Eun melihat fotonya dan Shi-kyeong yang
tersenyum bahagia. Ia menghela nafas sedih.
Tanpa
menghiraukan hujan yang mengguyur tubuhnya, Shi-kyeong berjalan ke
rumah ayahnya. Sekretaris Eun hendak menghindari Shi-kyeong dengan pergi
untuk sementara. Terlambat, saat ia keluar rumah Shi-kyeong sedang
berjalan menghampirinya membawa surat pengunduran diri Sekretaris Eun.
Shi-kyeong bertanya apakah benar ayahnya telah melakukan apa yang tertulis dalam surat itu. Sekretaris Eun tak menjawab.
“Ayah
yang mengajariku untuk tidak melakukan hal yang memalukan pada orang
lain. Sekali melakukannya maka akan mudah untuk melakukannya lagi.
Bukankah ayah yang mengajariku untuk tetap berbuat benar?”
Sekretaris Eun menyuruh Shi-kyeong masuk dan berbicara di dalam agar tidak kehujanan. Tapi Shi-kyeong sangat emosi saat ini.
“Ayah selama ini sangat keras padaku. Lalu apa ini?!!!” teriaknya sambil menangis.
“Sangat
memalukan, bukan?” jawab Sekretaris Eun. “Lihatlah dengan jelas, inilah
ayahmu yang sebenarnya. Agar tak meninggalkan noda dalam sejarah
pengabdianku, aku tak mengakui kesalahan yang kuperbuat. Dan akhirnya
aku berjalan ke arah yang berlawanan. Selama ini aku memintamu untuk
tidak membuat hal yang memalukan pada orang lain. Aku mengoreksinya
sekarang. Kau harus menjadi orang yang tahu malu. Karena itu kau harus
ingat Ayah yang sekarang. Dan juga kau harus…”
“Pada akhirnya
Ayah hanya bisa menegur orang lain. Walau Ayah tak mengatakannya aku
juga sudah tahu. Ini sudah cukup memalukan bagiku. Aku sudah mengingat
keadaan ayah sekarang. Terima kasih telah memberiku beban yang baik.”
Shi-kyeong
pergi dengan tubuh basah kuyup. Sekretaris Eun meminta pelayannya untuk
mengejar Shi-kyeong dan memberikan payung. Melihat anaknya yang sangat
terpukul dan malu akibat perbuatannya, Sekretaris Eun menangis dengan
penuh penyesalan.
Shi-kyeong
menghilang. Jae-ha memerintahkan pencarian Shi-kyeong. Je-shin tak
sengaja mendengar perkataan Jae-ha. Ia pikir Jae-ha sedang mencari
Hang-ah. Jae-ha melihat adiknya dan memutuskan untuk memberitahu
Jae-shin semuanya. Ia memberitahu Jae-shin kalau Shi-kyeong menghilang.
Jae-ha menceritakan mengenai Sekretaris Eun.
Sementara itu
Shi-kyeong sedang menenangkan dirinya di suatu tempat. Ia teringat
percakapannya dengan Jae-ha saat mengetahui ayahnya dipecat. Waktu itu
Jae-ha tetap menutupi kesalahan ayahnya walau Shi-kyeong marah. Ini
membuat Shi-kyeong semakin malu dan merasa bersalah. Lalu ia ingat
rencana Jae-ha untuk melaporkan Bong-gu ke ICC. Sepertinya Shi-kyeong
merencanakan sesuatu.
Dong-ha
memberitahu Jae-ha kalau mereka telah menemukan Shi-kyeong. Shi-kyeong
berada di bandara hendak pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba pengawal
kerajaan menghalanginya. Jae-ha sendiri datang menjemput Shi-kyeong di
Bandara. Rakyat yang melihat Jae-ha membungkuk memberi hormat. Cool^^
Mereka
berbicara berdua dalam sebuah ruangan di bandara. Jae-ha bertanya
apakah Shi-kyeong tahu kalau pengawal kerajaan lelah seharian karena
Shi-kyeong. Ia ingin tahu apa yang Shi-kyeong hendak lakukan. Shi-kyeong
berkata ia hendak mencari Bong-gu. Sengaja membiarkan Bong-gu
menangkapnya agar ia bisa tahu di mana Bong-gu berada. Maksudnya menjadi
mata-mata.
“Apa? Siapa? Kau?”
“Ya.”
Jae-ha meminta Shi-kyeong menatapnya saat berbicara tapi Shi-kyeong tak mampu. Ia terus menunduk.
“Kau tidak melakukan kesalahan jadi mengapa kau tak bisa mengangkat kepalamu. Kau adalah kau, ayahmu adalah ayahmu.”
“Aku tidak melakukannya karena perasaan bersalah. Tapi karena hanya aku yang bisa melakukannya.”
Jae-ha tak mengerti. Pelan-pelan Shi-kyeong menatap Jae-ha. Ia berkata kalau Bong-gu tertarik padanya.
“Aku
akan pura-pura bertahan lalu dengan sengaja membiarkan dia mendapatkan
aku. Jika ia berusaha untuk membujukku, aku akan menolaknya lalu
pura-pura menurut. Dengan begitu aku bisa memberitahu di mana ia
bersembunyi. Jika menggunakan cara itu, ada kemungkinan untuk bisa
menuntutnya. Yang Mulia hanya perlu mencari bukti.”
Jae-ha menatap Shi-kyeong.
Jae-shin
meminta psikolognya untuk mengeluarkan ingatannya. Psikolognya tak
setuju, hal itu berbahaya bagi Jae-shin saat ini. Tapi Jae-shin telah
bertekad. Bong-gu telah melakukan banyak hal mengerikan pada
keluarganya. Semua orang sedang menderita. Kakaknya, Hang-ah dan
terlebih lagi…Shi-kyeong. Ia tak bisa lagi diam saja dan hanya melihat
semuanya. Ia berkata cara apapun akan ia lakukan untuk memperoleh
ingatannya.
Jae-ha
bertanya apakah Shi-kyeong benar-benar ingin bertempur dengan Bong-gu.
Shi-kyeong mengangguk. Jae-ha berkata hal itu sedikit sulit karena
menyangkut harga tinggi negara. Jika keluarga kerajaan Korea melawan
seseorang, yang bagi orang lain terlihat hanya sebagai presiden sebuah
perusahaan, maka seluruh rakyat akan dihinggapi kebimbangan pada
keluarga kerajaan.
Shi-kyeong berkata justru itu mereka harus
membuat persiapan sebaik mungkin. Tapi Jae-ha tak mau berdebat lagi. Ia
menekan tombol. Dong-ha masuk. Jae-ha memerintahkan Dong-ha membawa
Shi-kyeong kembali ke istana dan mengawasinya selama 24 jam.
“Yang Mulia, “protes Shi-kyeong.
“Rasa
bersalahmu? Sekarang Hang-ah tidak di sisiku. Aku lebih khawatir
dibandingkan semua orang. Tapi sebagai Raja, aku tetap bekerja keras dan
memikirkan dengan tenang bagaimana menangkap Bong-gu. Kau anggap siapa
dirimu?!” Jae-ha memarahi Shi-kyeong.
Dong-ha menginterupsi
mereka. Ia baru saja mendapat telepon mengenai Jae-shin. Shi-kyeong
langsung waspada begitu mendengar Jae-shin disebut.
Jae-ha
segera kembali ke istana. Ibunda Raja memberitahu Jae-ha kalau Jae-shin
ingin melakukan hipnoterapi tapi dokternya mengatakan Jae-shin belum
siap dan hal itu bisa menimbulkan serangan panik luar biasa pada
Jae-shin. Ia bertanya apa yang harus mereka lakukan.
Shi-kyeong dengan khawatir meminta Jae-ha menghalangi Jae-shin.
Jae-ha
menemui adiknya. Jae-shin duduk di tempat tidurnya dan telah dipasangi
alat untuk proses hipnoterapi. Jae-ha meminta semua orang keluar walau
Jae-shin protes. Jae-ha berkata kekeraskepalaan Jae-shin tidak akan
membantunya.
Jae-shin berkata ia telah memikirkannya sejak lama.
Ia juga ingin berguna. Jae-shin memalingkan wajahnya dan menangis.
Jae-ha duduk di tepat tidur Jae-shin. Ia berkata Shi-kyeong ada di luar
kamar Jae-shin saat ini dan menanyakan apakah kehadiran Shi-kyeong bisa
membantu menenangkan Jae-shin.
Jae-shin menolak. Ingatannya pasti
seperti monster. Ia tak ingin Shi-kyeong melihatnya. Jae-ha mengerti.
Shi-kyeong diperintahkan untuk menunggu di luar.
Jae-ha
menemani Jae-shin dalam proses hipnoterapi itu. Dokter berkata Jae-shin
bisa menghentikannya di tengah terapi jika terlalu berat. Tapi Jae-shin
telah bertekad dan memintanya untuk segera mulai.
Proses
hipnoterapi dimulai. Ibunda Raja dan Shi-kyeong menunggu diluar dengan
cemas. Jae-shin mulai tertidur. Dokter menuntun Jae-shin memasuki alam
bawah sadarnya.
“Ada pintu tersembunyi di depan matamu. Pintu apakah itu?”
Maka ingatan Jae-shin pun kembali pada hari ketika ia mengunjungi Jae-kang di rumah peristirahatan Anmyeondo.
“Pohon kelapa…meja billiar…”gumamnya. Jae-ha tahu itu adalah rumah peristirahatan yang ditinggali Jae-kang saat itu.
Jae-shin
teringat saat ia mencari kakaknya dan tidak menemukan mereka. Ia pergi
keluar dan bertemu dengan Bon Bon. Lalu mereka menangkapnya.
Segera
saja monitor menunjukkan grafik yang kacau. Jae-ha khawatir. Jae-shin
gemetar dan berkeringat. Dokter berkata pada Jaeha kalau mereka harus
menghentikannya. Tapi Jae-shin masih cukup sadar untuk memegang tangan
dokter itu sebagai tanda kalau ia tidak ingin berhenti.
Dokter
bertanya apakah Jae-shin ingin melanjutkan. Jae-shin mengangguk dengan
mata terpejam. Dokter menoleh pada Jae-ha untuk meminta persetujuan.
Jae-ha akhirnya mengangguk.
Dokter meminta Jae-shin mengatur nafas dan menenangkan diri. Jae-shin akhirnya tenang.
Ternyata
ia dibawa Bon Bon ke dalam rumah peristirahatan itu. Lalu Bon Bon
menelepon Bong-gu. Bong-gu ingin berbicara dengan Jae-shin.
“Puteri…mengapa kau pergi ke sana tanpa alasan?” tanya Bong-gu melalui telepon dengan nada menyesal.
“Aku tidak akan bertanya siapa dirimu tapi apa yang kauinginkan” tanya Jae-shin tegas.
“Sebagai keluarga kerajaan kaupasti sudah dilatih untuk mengatasi krisis, tapi…”
Jae-shin
menyuruh Bong-gu menelepon Kepala Sekretaris. Bong-gu berkata ia tidak
sebodoh itu untuk membiarkan nomor teleponnya terlacak. Ia membentak
Jae-shin yang terus memotong perkataannya.
Bong-gu memerintahkan Jae-shin untuk meletakkan arang beracun ke dalam perapian.
“Biarkan mereka pergi dengan tenang…kakak Gang-mu,” ujarnya.
Mengetahui
arang itu untuk membunuh kakak dan kakak iparnya, Jae-shin meronta
panik. Tapi seorang penjahat menodongkan senjatanya di kepala Jae-shin.
Bong-gu berkata walau Jae-shin seorang wanita, tetap saja tembakan tidak
akan meninggalkan jejak yang bersih. Tengkorak kepala akan hancur dan
darah memercik ke segala tempat. Para pembunuhnya akan sangat kesal jika
harus membersihkan bekas-bekasnya. Dan siapa yang akan menjadi sasaran
kemarahan mereka?
“Kakak Gang-mu yang akan menjadi sasarannya. Aku tidak akan membiarkannya pergi dengan tenang,” kata Bong-gu.
Ia
lalu memperdengarkan lagu “The Ride of The Valkyrie” (lagu yang
diperdengarkan NAZI di dalam kamar gas beracun ketika mereka membantai
orang Yahudi dalam kamar itu), lagu kesukaannya yang selama ini selalu
memicu serangan panik Jae-shin. Dasar psycho >,<
Jae-shin
diseret dan dipaksa untuk menaruh arang beracun itu ke dalam perapian.
Tangannya dipaksa mengambil arang. Jae-shin tak mau meletakkan arang itu
dalam perapian. Ia berusaha melepaskan diri namun mereka kembali
menyeretnya dan memasaknya mengambil arang itu lagi.
Mereka
mengancam akan membunuh Jae-shin. Jae-shin terus menggenggam arang itu.
Tak mau melepasnya ke dalam perapian. Ia teringat saat-saat ia bersama
Jae-kang. Jae-shin melemah dan tangannya terbuka, arang-arang itu masuk
ke perapian.
Jae-shin
membuka matanya dengan shock. “Aku…akulah…akulah yang membunuh kakak
agar aku bisa hidup. Akulah yang membunuh kakak Gang!!”
Jae-ha terkejut. Ia segera berlari menghampiri adiknya dan mencoba menenangkan Jae-shin. “Jae-shin…tidak apa-apa..Jae-shin…!”
“Aku…aku yang melakukannya!!!” kata Jae-shin panik dan mulai meronta hingga melukai dirinya.
Jae-ha
tak mampu menenangkannya. Jae-shin berteriak-teriak histeris. Jae-ha
memerintahkan proses hipnoterapi itu dihentikan. Shi-kyeong merana
mendengar teriakan Jae-shin dan merasa sangat tak berdaya. Ibunda Raja
ingin melihat keadaan Jae-shin tapi kepala keamanan menenangkannya.
Jae-ha
terpukul melihat keadaan Jae-shin. Dengan lunglai ia menemui
Shi-kyeong. Matanya berkaca-kaca namun wajahnya menunjukkan kemarahan
yang amat sangat.
Shi-kyeong
pergi ke kamar Jae-shin. Jae-shin telah diberi suntikan penenang hingga
tertidur dan tangannya diikat. Shi-kyeong terpukul melihat kondisi
Jae-shin. Shi-kyeong ditinggal berdua dengan Jae-shin.
Shi-kyeong
duduk di sisi pembaringan Jae-shin. Hatinya hancur saat melihat luka di
leher dan tangan Jae-shin. Pertahanan dirinya ambrol dan ia menangis
terisak-isak. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Jae-shin
tapi ia tak sanggup menyentuhnya.
Jae-ha
berbicara dengan ibunya. Ia berkata Bong-gu telah merencanakan ini
semua sejak awal. Sejak kematian Jae-kang. Karena Jae-shin memergokinya,
Bong-gu membuat Jae-shin tak bisa mengatakan apapun yang dilihatnya.
Bahkan jika Jae-shin ingat semuanya, malah akan semakin menghancurkan
keluarga kerajaan. Ibunda Raja tak mampu berkata apapun.
“Jadi
Ibu, mulai sekarang aku ingin benar-benar memulai perang dengannya.
Awalnya aku pikir ia bukan apa-apa maka aku mengabaikannya. Tapi aku tak
bisa lagi. Karena dia bukan apa-apa maka aku harus melawannya. Aku
ingin berhadapan dengannya agar keluarga kerajaan kita, harga diri
Republik Korea, dan yang terpenting, agar aku bisa meneruskan hidup.”
Jauh
di Cina, Hang-ah berjalan tanpa arah. Ia memegangi lengannya yang
terluka. Saat melihat dua perwira Cina lewat, Hang-ah segera
menyembunyikan diri. Tampaknya ia tahu ia sedang dicari.
“Agar kita bisa meneruskan hidup. Aku harus bertemu Hang-ah kembali.”
source : http://patataragazza.blogspot.com/2012/05/sinopsis-king-2-hearts-episode-17.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment