Eun Sang perlahan-lahan
melepaskan tangannya dari Tan dan meminta maaf karena ia tak dapat meneruskan lagi.
Tan menepis
tangan Young Do dan berkata kalau hal ini memang berat. Ia menyadari
kesalahannya dan ia tahu kalau ia juga
tak bisa menjanjikan semuanya akan baik-baik saja nanti, “Tapi tetap saja,
kumohon, pergilah bersamaku. Genggamlah tanganku.”
Kali ini Tan tak menarik tangan
Eun Sang, melainkan mengulurkan tangannya. Young Do berkata, “Jangan pegang
tangannya.”
Sambil menahan isak, Eun Sang
meraih tangan Tan. Tapi Tan bisa merasakan kalau Eun Sang meraih tangannya bukan untuk
menggenggam tangannya dan memohon agar Eun Sang tak melakukannya.
Dengan tangan satunya, Eun Sang
mengenggam tangan Tan, seperti bersalaman dan berkata, “Kita sudah berjalan
sejauh ini. Jangan melangkah lebih jauh lagi.”
“Sudah kubilang jangan lakukan
itu!” seru Tan marah.
Tapi Eun Sang tetap melepaskan
tangan itu dan dengan memaksakan senyum, Eun Sang berkata, “Kita akan berjumpa
lagi. Aku pergi dulu.” Dan Eun Sang pun pergi meninggalkan Tan yang terlalu
terkejut untuk bereaksi.
Young Do menatap Tan dan
berkomentar kalau seperti biasanya, Tan membuat orang pergi. Young Do
meninggalkan Tan tertegun sendirian di tengah jalan dan mengejar Eun Sang.
Ia menghalangi Eun Sang. Dengan
suara bergetar, Eun Sang menyuruh Young Do untuk minggir. Young Do menunduk,
memeriksa wajah Eun Sang yang sudah hampir menangis dan memarahinya, “Hey! Jika
orang melihat kita, mereka pikir aku akan menculikmu.”
“Tan,” Eun Sang sesenggukan,
mencoba menahan tangis, “Apakah dia sudah pergi?”
“Apa semuanya berakhir hari ini?”
tanya Young Do, membuat Eun Sang menangis semakin keras. “Aku ingin berpesta
sekarang, tapi kenapa kau menangis?”
Eun Sang terus menangis dan
menutupi wajahnya, tak ingin dilihat oleh Young Do. Tapi Young Do tetap
menghalangi jalannya dan mengusulkan, “Pelajaran pertamamu adalah olah raga,
kan? Di hari baik seperti ini, bagaimana kalau kau membolos kelas dan
berpesta?”
Eun Sang semakin terisak dan
menjawab, “Usulmu benar-benar usulan anak yang memiliki rangking 98.”
Dan Young Do yang hanya bisa
memandangi Eun Sang yang meninggalkannya dan bergumam muram, “Kau memang tak
ingin membiarkanku untuk mendekatimu.”
Ternyata
pelajaran pertama Tan juga adalah olah raga. Jadi ia menemukan Eun Sang sudah
duduk di pinggir lapangan olah raga, sedang melamun.
Chan Young dan Bo Na muncul, dan
Bo Na langsung memanggil dan menghampiri Eun Sang. Eun Sang terbangun dari
lamunannya dan menoleh pada Bo Na. Tak sengaja pandangannya bertemu dengan Tan
yang memandanginya.
Ia terkejut dan ingin menghindar
pergi, tapi Bo Na duduk menjajarinya dan memarahinya yang tidak sarapan dulu
sebelum pergi ke sekolah. Akhirnya ia kembali duduk dan berterima kasih karena
diperbolehkan meniginap di rumah Eun Sang. Bo Na menagih foto masa kecil Chan
Young dan Eun Sang berjanji akan segera memberikannya.
Sambil memandangi kedua gadis
itu, Tan dan Chan Young bercakap-cakap. Rupanya Tan menelepon Chan Young
kemarin malam untuk mengetahui keberadaan Eun Sang. Chan Young malah kaget
mendengar Eun Sang tidur di luar. Mendengar Chan Young tak memberinya tumpangan
untuk tidur, Tan menduga kalau Eun Sang tidur di hotel Young Do, apalagi ia
menemukan mereka berjalan bersama pagi-pagi sekali.
Maka saat Tan ganti baju (ia olah
raga di jam pertama dan Young Do di jam kedua), ia bertanya pada Young Do
apakah Eun Sang terus menerus menangis? Young Do heran, mengapa Tan blak-blakan
sekali menanyai hal itu?
Tan menjawab, “Hanya ingin
memberitahukanmu, kalau kau pikir ini adalah kesempatanmu, jangan pikir sepert
itu. Ini bukanlah kesempatanmu. Ini adalah kesempatanku.”
Young Do masih penasaran akan Eun
Sang. Ia mencoba meng-google nama Cha Eun Sang dan terkejut karena melihat
betapa banyak sekali wanita yang bernama Cha Eun Sang. Ia membuka satu per satu
nama itu, namun profil Eun Sang yang ia kenal tak kunjung muncul.
Bo Na lagi-lagi marah pada Myung
Soo. Kali ini karena Myung Soo memotretnya dari angle yang tak pas sehingga
membuat dirinya gendut. Myung Soo dengan santai menjawab kalau kamera tak bisa
berbohong. Myung Soo tak mau memberikan file aslinya dan bahkan menyuruh Bo Na
untuk menambah berat 5 kg lagi.
Dengan sombong, Bo Na menjawab,
“Apa kau pikir aku sudah gemuk jika beratku bertambah 5 kg lagi?” Tapi Myung
Soo tak mendengarnya. Ia berseru terkejut, karena baru menyadari apa yang
kameranya tangkap. Bo Na tertarik karena seruan Myung Soo dan mendekat. Ia pun
berseru tak kalah kaget, “Daebak!”
Semua foto Young Do yang
tertempel di dinding, dengan berbagai pose, semuanya memandangi Eun Sang. Myung
So dan Bo Na berpandang-pandangan dan menyadari sesuatu.
“Hei, Choi Young Do! Apa kau
benar-benar menyukai Cha Eun Sang?” tuduh Myung Soo. “Dunia ini sangat luas
sekali, kenapa kau menemukan cinta pertamamu di sekolah?”
“Oh My God! Ini adalah cinta
pertamamu?” tanya Bo Na tak percaya.
Young Do tak menjawab, malah
memandangi fotonya, “Ahh.. jadi seperti itu wajahku saat memandang Cha Eun
Sang.” Ia berjalan meninggalkan kedua temannya.
Myung Soo bertanya kemana Young
Do akan pergi? Ia mengingatkan kalau seperti yang ditetapkan oleh
undang-undang, cinta pertama itu tak pernah berhasil. Kali ini Bo Na
menyetujui. Lihat saja cinta pertamanya dengan Tan.
Myung Soo langsung menghardik, “Hei! Itu bukan
cinta pertama. Itu cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kalau boleh jujur, kau
yang selalu mengejar-kejar Tan.” Bo Na kesal dan memarahi Myung Soo. Young Do?
Sudah pergi dari ruangan itu.
Nyonya Han membombardir Tan yang
baru pulang sekolah dengan pertanyaan tentang Eun Sang. Tan tak ngobrol berdua
saja dengan Eun Sang, kan? Tan mau kan berjanji untuk tak menemui Eun Sang lagi
tanpa sepengetahuannya? Nyonya Han khawatir kalau Tan tak pulang ke rumah lagi
karena kejadian kemarin.
Tan menyela, apakah ia boleh
melakukan hal itu? Nyonya Han meminta anaknya untuk tak bercanda. JIka Presdir
Kim tahu, maka Tan akan dipindahkan ke Amerika lagi. Dengan lebih serius, Tan
bertanya apakah ibunya bahagia tinggal di rumah ini dengan cara seperti ini?
“Apakah Ibu baik-baik saja, walau aku tak bisa memanggil nama ibu di depan
orang banyak?”
Wajah Nyonya Han menjadi keruh.
Tentu saja ia tak merasa nyaman. Saat ia dibawa ke rumah ini, ia pikir kalau ia
akan tercantum di silsilah keluarga Kim dan ia akan hidup berbahagia dengan
ayah Tan. Tapi siapa sangka kalau ia ternyata harus hidup seperti ini.
“Tapi ibu tetap berharap kalau
pertunanganku dan Rachel dapat berjalan dengan baik?” Tan kembali menyela.
“Jika aku akhirnya menikah dengan Rachel, mungkin aku tak dapat memperkenalkan
Ibu sebagai ibuku. Apakah Ibu tak apa-apa?”
Nyonya Han tersenyum tabah dan
berkata kalau memang hal itu mengecewakan, tapi semuanya terasa sepadan jika
Tan berhasil melakukan semuanya, “Dan aku akan menunggu hari itu tiba.” Tan
menghela nafas panjang, membuat Nyonya Han heran, “Kau ini punya dua ibu. Tapi
kenapa kau berlaku seolah-olah tak beribu?”
Tan tersenyum mendengar kata-kata
ibunya dan menjawab, “Ibu nomor satu, lepas kaos kaki itu, karena itu milikku.”
Nyonya Han terkejut dan menatap kaos kaki Eun Sang yang ada di kakinya.
Sepulang sekolah, Eun Sang
mencari tempat kontrakan rumah yang terjangkau dengan keuangannya. Eun Sang meminta ibunya untuk
menemuinya jam 5 sore sekaligus membawakan baju ganti untuknya.
Tan jogging, dan akhirnya
beristirahat di samping Hyo Sin yang menungguinya. Hyo Sin pura-pura marah
karena berani-beraninya Tan memanggil ia, anak yang mau ujian nasional untuk
duduk-duduk seperti ini. Masih terengah-engah, Tan memanggil Hyo Sin dengan
panggilan Hyung dan berkata, “Jujur, aku bukanlah putra Bu Presdir. Aku punya
ibu yang lain.”
Hyo Sin menganggap Tan bercanda,
tapi Tan berkata kalau ia berkata yang sebenarnya, “Selama ini aku telah
menipumu. Maafkan aku.” Hyo Sin tetap tak percaya dan bertanya mengapa Tan
memberitahukan hal ini. Tan menjawab kalau ia sedang menguji coba apakah ia
merasa gugup atau tidak, “Tapi ternyata aku tetap gugup. Bahkan hanya dengan
memberitahukanmu saja sangat menakutkan.”
Hyo Sin kali ini menatap Tan
dengan serius, “Apakah itu benar?” Tan menjawab kalau kenyataan itu memang
menakutkan. Ia pun bangkit dan berkata kalau ia akan berlari satu putaran lagi.
Won masih marah pada Sekretaris
Yoon karena masalah pembelian saham diam-diam yang dilakukan atas nama Sekretaris
Yoon. Ia sekarang tak bisa menebak sebenarnya Sekretaris Yoon berada di pihak
yang mana. Ia memberikan kopi yang baru saja ia buat dan lucunya, Sekretaris
Yoon bertanya apakah Won telah mencampur racun di kopinya itu? Won menjawab,
“Dalam pikiranku… aku telah meracuninya ratusan kali.”
Ha. Sekretaris Yoon sepertinya
sedang menduga-duga apakah guyonan tadi beneran atau tidak. Won menyuruh Sekretaris
Yoon untuk duduk dan bertanya apa yang dijanjikan ayahnya sebagai imbalan saham
yang dibeli atas nama Sekretaris Yoon?
Sekretaris Yoon tak memberi
jawaban, tapi ia akan memberitahukan sesuatu yang berkaitan dengan hubungan
pribadi. Ia menunjukkan artikel tentang Hyun Joo : Gadis muda yang dibesarkan
oleh Grup Jeguk yang sekarang menjadi guru di SMA Jeguk.
Won marah sekali membaca artikel
itu. Ia bertanya apakah ini alasan Sekretaris Yoon menghubungi Hyun Joo?
Sekretaris Yoon mengiyakan, hal ini adalah bagian dari kegiatan amal dari Yayasan
Jeguk.
Won membentak Sekretaris Yoon,
“Bagaimana mungkin kau membiarkan hingga terjadi seperti ini? Seharusnya kau
beritahu aku! Walaupun ini untuk amal, apakah menurutmu kerasnya hidup gadis
itu layak disebarluaskan di dunia luar?”
“Sepertinya itulah yang Presdir
Kim pikirkan,” jawab Sekretaris Yoon. “Rencana ini adalah permintaan khusus
dari Pak Presdir.”
Won sangat shock mendengarnya. Ia
buru-buru pulang ke rumah untuk menemui ayahnya. Tapi betapa kagetnya ia saat
melihat ayahnya sedang duduk bersama Hyun Joo dan malah menunggui
kedatangannya.
Presdir Kim meminta Won masuk
karena dan menjelaskan kalau ia memanggil Hyun Joo karena ia ingin mendengar
sesuatu dari Hyun Joo. Won meminta ayahnya untuk bicara padanya terlebih
dahulu. Tapi Presdir Kim tak mau. Hyun Joo adalah contoh yang membanggakan Yayasan
Jeguk. Ia pun juga merasa bangga.
Won skeptis dengan ucapan
ayahnya. Apakah Presdir Kim benar-benar bangga? Karena setelah artikel ini
keluar, semua orang akan mengingat Hyun Joo bukan sebagai gadis yang bangga
menerima beasiswa Jeguk, tapi sebagai gadis yang hidupnya sangat sulit, “Kalau
ayah mengungkapkan hal ini, bagaimana ia bisa bertahan di SMA Jeguk?”
Tak hanya marah pada ayahnya, Won
juga bertanya mengapa Hyun Joo tak mengatakan apapun padanya? “Kenapa kau
membuatku menjadi orang bodoh?!”
Ayah malah menyalahkan Won yang
tak dapat menyelesaikan masalah dengan satu wanita,”Jangan pertaruhkan hidupmu
untuk kedipan mata atau untuk mendengar jantungmu berdebar-debar.” Presdir Kim
menoleh pada Hyun Joo dan juga menyalahkan gadis itu yang tak tahu diri,
“Setelah menerima bantuanku, setelah menerima uangku, bagaimana mungkin kau
bisa menemui anakku?”
Won mencoba mencegah ayahnya
untuk berkata lebih banyak lagi, tapi Presdir Kim tak menggubris anaknya,
“Sekarang kau pasti merasa ingin mati jika tak bertemu dengannya. Kau pasti
rindu dengannya. Hatimu juga pasti terluka. Tapi tetap saja ..“
“Sudah kubilang, hentikan!!” teriak
Won. “Kenapa Ayah malah membuat pengakuan yang aku pun belum pernah lakukan?”
Ayah dan anak itu saling
bertatapan, marah. Mencoba menelan air matanya, Hyun Joo berkata kalau ia akan
mempertimbangkan ucapan Presdir Kim dengan sebaik-baiknya. Ia bangkit dan
pergi.
Won bertanya mengapa Presdir Kim
melakukan hal itu? “Aku tak pernah membantah ayah, dan aku mencapai posisi ini
jauh lebih cepat dari orang lain..”
Presdir Kim menyela ucapan
anaknya dan berkata kalau Won ada di posisi itu karena ia sakit. Karena ia
mengosongkan posisinya sehingga Won, sebagai anaknya, dapat naik. Apa sekarang
ia tak boleh bersikap seperti ayah? Presdir Kim menyuruh Won untuk
menyelesaikan semuanya karena ia sudah mengatur perjodohan untuk Won.
Won menjawab kalau sepertinya ia
memang harus menyelesaikan hal ini dengan segera.
Hyun Joo keluar rumah dengan
menangis. Di luar ia berpapasan dengan Tan yang menyapanya dan langsung
mengenalinya sebagai Tan. Tan heran, “Apa kau mengenalku?” Hyun Joo tak
menjawab dan hanya berkata kalau mereka nanti akan bertemu lagi.
Tan bertanya
apakah ia perlu memanggil taksi, karena jalan besar sangatlah jauh dari
rumahnya. Hyun Joo menggeleng. Ia hanya meminta agar Won menahan kakaknya agar
tak mengikutinya.
Won keluar dan Tan langsung memberitahu
kalau gadis itu pergi ke arah sana, “Tapi ia menyuruhku untuk menahanmu.”
Tapi Won memang tak berniat untuk
mengejar Hyun Joo. Tan mencegah Won masuk dalam mobil dan bertanya apakah
sesuatu telah terjadi karena ia melihat wajah Won tak begitu sehat. Won
menghardik Tan yang lagi-lagi ikut campur. Tapi Won malah memberitahu kalau
cara Won menghardiknya sekarang bahkan tak meyakinkan, menguatkan Tan kalau
sesuatu telah terjadi pada Won.
Won tak mau memberitahu, hanya
memperingatkan Tan kalau ayah mereka telah menyuruh orang untuk membuntutinya.
Jadi Tan mungkin juga harus hati-hati. Dan ia pun pergi dengan mobilnya.
Hyun Joo duduk termenung di
halte. Saat melihat hanya Tan yang menghampirinya,
ia tersenyum sedih. Tan duduk di sampingnya dan mengatakan kalau Won tak
mengejarnya. Hyun Joo menjawab kalau ia juga memang tak menunggu Won.
Banyak pertanyaan yang keluar
dari mulut Tan. Siapakah sebenarnya Hyun Joo? Apakah pacar kakaknya? Mengapa
Hyun Joo bisa mengenalinya? “Mungkinkah kakakku.. membicarakan aku?”
Tan terkejut saat Hyun Joo
mengangguk dan menirukan ucapan Won, “Adikku itu penyayang, jujur, bertambah
tinggi dan matanya mirip sekali denganku,” Hyun Joo tersenyum dan berkata kalau
Tan mirip sekali dengan yang digambarkan oleh Won.
Tan termenung, dan terus duduk di halte walau Hyun Joo sudah pergi.
Sebelum pergi menemui Eun Sang,
ibu Eun Sang menemui Nyonya Han dan berkata kalau ia hanya bekerja sampai akhir
bulan ini saja. Tapi Nyonya Han salah mengerti. Melihat ibu Eun Sang yang
memakai jaket dan membawa tas, ia langsung panik dan bertanya, “Kau pergi
sekarang? Bagaimana mungkin kau pergi tanpa berkata apapun padaku?”
Ibu Eun Sang melongo dan
mengambil buku catatannya untuk menjelaskan. Tapi Nyonya Han langsung sadar
kalau Ibu Eun Sang belum berhenti sekarang, dan langsung terlihat lega walau
tetap muram.
Ibu Eun Sang duduk dan menunggu
Eun Sang di minimarket. Begitu pula Young Do yang baru datang. Ia menelepon Eun
Sang dan tak dapat menyembunyikan rasa senangnya karena Eun Sang mau mengangkat
teleponnya.
Eun Sang berkata kalau ia
mengangkat telepon ini untuk ganti agar ia tak dibully. Namun ia langsung
menutup telepon saat Young Do menelepon hanya untuk mengajaknya makan mie,
membuat Young Do menggerutu.
Eun Sang panik saat melihat
ibunya menunggu dan ternyata ada Young Do juga di sana. Maka saat Young Do
meneleponnya kembali untuk mengajak makanan yang lain, Eun Sang buru-buru
menerima ajakan untuk makan mie-nya. Ia benar-benar suka makan mie, “Aku
sekarang ada di perempatan. Datanglah kemari.”
Ia menunggu Young Do pergi ke
tempat janjian mereka. Setelah yakin Young Do sudah tak ada lagi, ia pun
menemui ibunya. Ibu memberitahu Eun San kalau ia sudah mengatakan pada Nyonya
Han kalau ia akan berhenti bekerja hingga akhir bulan ini saja. Eun Sang pun
juga mengatakan kalau ia baru menemukan apartemen yang termurah adalah 350 ribu
won per bulan dengan uang jaminan 1 juta won. Dan ia masih akan mencari lagi.
Ibu bertanya dimana Eun Sang
tidur? Eun Sang tersenyum, menenangkan ibunya, “Di rumah teman sekolahku. Aku
punya seorang teman yang memiliki hati dan wajah yang cantik.”
Aww.. rasanya senang sekali
mendengar Eun Sang memuji Bo Na seperti itu. Walau mulutnya pedas, tapi hati
dan wajah Bo Na memang cantik.
Setelah berpisah dengan ibunya,
Eun Sang langsung menemui Young Do. Young Do menyadari kalau Eun Sang datang
dari arah minimarket dan membawa tas yang mirip dengan tas yang dibawa seorang
ahjumma di minimarket itu. Rasa curiga muncul di benak Young Do dan ia meminta
Eun Sang untuk menunggu di sini selama 15 menit. Tapi Eun Sang tak mau, tapi
Young Do tetap bersikeras menyuruhnya
menunggu.
Ia pun pergi ke rumah Tan. Ia
terbelalak melihat ahjumma yang tadi dilihatnya, sekarang berjalan ke arahnya
dan hendak masuk ke dalam rumah. Ia langsung menyapa, “Selamat siang, Bu.
Apakah Eun Sang ada di rumah?”
Ibu Eun Sang menggeleng. Young Do
bertanya apakah dia adalah ibu Eun Sang? Ibu Eun Sang mengangguk. Young Do
menghampiri ibu Eun Sang dan bertanya jam berapa Eun Sang akan kembali karena
ia janjian bertemu dengannya.
Young Do menatap ibu Eun Sang dan
berusaha sebaik mungkin menyembunyikan rasa terkejutnya saat ibu Eun Sang
mengetik di handphone untuk memberi tahu kalau Eun Sang sedang pergi bekerja.
Tan berjalan pulang dan melihat
Young Do pergi dari arah rumahnya, ia bertanya apa yang baru saja Young Do
lakukan. Young Do tak mau mengatakan, ia hanya menjawab kalau ia punya banyak
kenalan yang tinggal di lingkungan ini. Dengan sedikit bercanda, Young Do
bertanya apakah ia seharusnya pindah ke dekat sini saja, ya?
Tapi Tan tak ingin bercanda. Jika
Young Do baru saja dari rumahnya, maka ia tak mau melepaskan Young Do sekarang.
Young Do menusuk perasaan Tan dengan mengatakan kalau Tan pasti merasa marah
sekarang karena Eun Sang tak mau meraih tangan Tan. Tapi sekarang ia tak punya
waktu untuk melihat kemarahan Tan itu karena ia ingin bertemu dengan seseorang
yang membuat hatinya berdebar-debar.
Ha. Pasti Tan emosi banget
mendengar ucapan Young Do yang langsung meninggalkannya pergi. Apalagi saat ia
menerima SMS dari Won yang mintanya untuk ikut main golf dengannya. Mereka akan
main bersama dengan Young Do dan ayahnya. Tan hanya bisa menghela nafas
panjang. Sabaaarr… sabaaar…
Young Do kembali ke perempatan
tadi, tapi Eun Sang sudah tak ada di sana. Eun Sang ternyata sudah pergi.
Sambil berjalan, Eun Sang
memeriksa baju ganti yang dibawakan ibunya untuknya. Betapa terkejutnya ia
melihat ternyata kaos I love California yang menjadi baju gantinya. Ibu
mengirimkan SMS, memberitahukannya kalau ada temannya datang ke rumah
mencarinya. Anak laki-laki dan memakai motor.
Eun Sang segera kembali ke
perempatan tadi. Young Do yang masih menunggunya, melihat kedatangannya dan
berkata sendiri, “Nomor enam. Anak pembantu rumah tangga. Catatan tambahan,
memiliki kekurangan : bisu.”
Young Do bertanya mengapa Eun
Sang kembali? Eun Sang menjawab, “Alasanku sama dengan alasanmu tetap tinggal
di sini.”
Young Do mencoba bergurau kalau
hobinya adalah menunggu. Tapi Eun Sang tak percaya. Eun Sang tahu kalau Young
Do sudah mengetahui yang sebenarnya karena Young Do pasti sudah bertemu dengan
ibunya. Young Do berpura-pura kesal.
Seharusnya ia segera menyingkirkan handphone itu.
Tapi Eun Sang sedang tak ingin
bercanda, “Jika kau ingin memberitahu anak-anak yang lain, silahkan. Jika kau
ingin membully-ku, juga silahkan. Tapi sebagai gantinya, sampai aku dan ibuku
meninggalkan rumah itu, jangan pernah ke sana lagi. Rumah itu adalah tempat
kerja ibuku juga.”
Young Do malah mengajak Eun Sang
untuk makan mie sekarang. Eun Sang malah khawatir dan bertanya apa yang
sekarang Young Do ingin lakukan agar ia bisa bersiap-siap mulai sekarang.
Ya ampun.. saking takutnya Eun
Sang dibully, ia sampai tak bisa melihat kalau Young Do tak bersikap jahat
sedikitpun.
Young Do membentaknya, “Apa yang
kau maksud dengan apa yang ingin aku lakukan padamu? Aku bahkan tak tahu
bagaimana menangani lukaku, bagaimana aku dapat melakukan sesuatu pada
lukamu?!”
Eun Sang terbelalak saat Young Do
berkata, “Aku hanya sedih melihat kau pergi. Dan bahagia saat kau kembali. Dan
rahasiamu yang berat itu. Hanya itu. Apa aku pernah bilang kalau aku akan
melakukan sesuatu?”
“Aku sudah pernah melihat kau
melakukan hal-hal itu. Dan kau juga pernah melakukan hal itu padaku,” jawab Eun
Sang masih tak percaya.
“Karena itulah aku tak dapat
melakukan apapun padamu sekarang. Yang hanya bisa aku lakukan adalah menyarankan
agar kita makan mie,” Young Do terlalu frustasi dan akhirnya berkata kalau ia
tak bisa bermain dengan Eun Sang sekarang dan mengajak Eun Sang untuk makan mie
lain kali.
Eun Sang menatap kepergian Young
Do, dan sepertinya ia baru menyadari perasaan Young Do yang sebenarnya.
Di lapangan golf, Presdir Choi
memberi aturan main pada anaknya. Karena Jeguk dan Zeus akan melakukan kerja
sama, maka ia meminta agar Young Do tak menjadikan Tan sebagai musuh, tapi
tetap awasi terus. Hari ini, ia akan mengalah pada Won, namun Young Do harus
menang dari Tan. Itulah peraturan hari ini.
Won juga mem-briefing Tan. Jeguk
membutuhkan Zeus untuk investasi pembangungan hotel mereka karena Zeus adalah
satu-satunya solusi. Tapi Zeus belum mengetahui hal itu. Jadi mereka tak boleh
memperlihatkan kelemahan sedikitpun sehingga kerja sama yang akan mereka
lakukan nanti menjadi kerja sama yang berimbang.
Well, itu adalah perintah para
pebisnis. Namun kedua remaja ini memiliki pikiran lain, apalagi di tangan
mereka ada tongkat golf. Setelah disindir Young Do berkali-kali tentang status
anaknya, Tan menyuruh Young Do untuk tak main-main dengannya, karena ia sedang
memegang tongkat golf.
Young Do pun juga begitu. Ada
tongkat golf di tangannya. Tapi Tan tak tahu kalau Young Do tak akan berani
menggunakan tongkat itu karena ada Presdir Choi di dekat mereka. Young Do pun
membalas, “Apa di tanganku ini hanya ada tongkat golf?”
Young Do mendekati Tan dan
bertanya, “Yang manakah yang membuat anak-anak di sekolah kita lebih terkejut.
Kenyataan kalau kau adalah anak di luar nikah, atau Cha Eun Sang adalah anak
pembantu di rumahmu? Atau anak di luar nikah, Kim Tan, pacaran dengan anak
pembantu rumah tangga, Cha Eun Sang?”
“Jadi kau sudah mengetahuinya?
Apakah kami sekarang terlihat pantas?”
“Suaramu sekarang gemetar,” ejek
Young Do.
Tan marah. Ia membuang tongkat
golfnya dan mencengkeram kerah jaket Young Do, “Aku tahu betapa keras usahamu.
Tapi jangan pernah berpikir untuk mengancam Eun Sang dengan hal ini. Kau tidak
sesampah itu. Walau mungkin kau sudah hampir mendekati batas (menjadi sampah).”
“Kenapa juga aku harus
mengancamnya? Aku sedang mengancammu sekarang,” ujar Young Do serius. “Jadi kau
jangan melindungi Cha Eun Sang secara serampangan. Jika kau seperti itu, aku
tak punya pilihan lain selain membuka identitasnya. Jika kau tak melindunginya,
maka aku akan melindungi semuanya.”
Tan melepaskan cengkeramannya dan
berkata, “Dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan. Jika aku ingin menang
dalam perseteruan ini, aku akan kembali ke diriku yang lama, diriku yang jelek.
Aku benar-benar tak mau melakukan hal itu. Aku sekarang melakukan sesuatu yang
disebut ‘berpikir’. Tapi jika kau seperti ini, pikiranku mungkin akan berubah.”
Young Do geli karena tahu Tan tak
akan mampu menang melawannya. Tapi Tan tak main-main. Jika ia kembali ke dirinya yang lama, maka
Young Do akan mati.
Ia mendekati Young Do dan walau
perlahan, nadanya sangat mengancam, “Kau, ayahmu, perusahaan ayahmu,
teman-temanmu, perusahaan ayah teman-temanmu, semua orang yang ada di sampingmu,
akan aku sapu bersih.”
Young Do tertawa terbahak-bahak
mendengarnya, “Dengan apa? Kau hanya anak di luar nikah.”
Tapi Tan bergeming. Young Do
pernah mengucapkan hal yang sama 3 tahun yang lalu. Memang benar kalau ia adalah
anak di luar nikah. Tapi hal itu tak mengubah kenyataan kalau ia adalah anak
kedua dari Grup Jeguk. “Dengan ayah yang ada di belakangku, apa orang sepertimu
bisa menang melawanku?”
Senyum Young Do kali ini lenyap
dan Young Do menatap Tan marah. Tiga tahun yang lalu Tan juga pernah mengatakan
ini padanya, “’Kali ini kau akan menyesalinya selamanya, Choi Young Do.’ Saat
itu seharusnya kau datang padaku lebih awal. Sebelum aku kehilangan ibuku.”
Wajah Tan melunak, “Saat itu..
aku merasa sangat marah. Dan aku memberimu hukuman tepat 5 menit saja.”
Mereka membicarakan masa lalu,
saat Tan mendatangi Young Do yang masih marah karena status anak haramnya dan
tak mau mendengarkannya. Tan mengingatkannya kalau kali ini Young Do akan
menyesalinya selamanya. Tan pun pergi, tapi 5 menit kemudian, ia berlari lagi untuk
menemui Young Do. *Sepertinya saat itu ia memberitahu Young Do kalau ibunya
sedang menunggunya di sebuah restoran.*
Mereka pun berlari menuju restoran,
tapi kursi yang seharusnya ada ibu Young Do, sekarang sudah kosong. Hanya ada
dua pasang sendok garpu dan hidangan untuk dua orang.
“Apakah kau masih ingat apa yang
ada di atas meja?” tanya Tan “Dua garpu.Untuk
menang dariku, kau kehilangan kesempatan terakhir makan bersama ibumu. Aku tak
peduli pada apa yang akan kau lakukan padaku. Tapi jangan lakukan hal ini pada
Cha Eun Sang. Jangan menyentuhnya.”
Dengan suara lebih tenang, Tan meminta,
“Dan tolong biarkan masalah kita ini berakhir dan kita sudahi sampai di sini.
Sekarang aku tak punya waktu untuk bertengkar denganmu, karena aku sedang
mempersiapkan diri untuk pertempuran yang lebih besar.”
Young Do menatap Tan, mencoba
membalasnya, tapi tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya.
Di koridor sekolah, Eun Sang
melihat Tan sedang mengambil buku di lokernya. Buru-buru Eun Sang menghampiri
lokersnya sendiri, pura-pura menyibukkan diri mengambil buku pelajarannya.
Melihat Tan berjalan melewatinya,
ia menunduk walau ekor matanya tetap memperhatikan Tan. Tapi Tan berjalan tanpa
melihat sedikitpun pada Eun Sang.
Akhirnya Eun Sang yang
memberanikan diri untuk melihat punggung Tan, seperti ingin memastikan apakah
Tan benar-benar mengacuhkannya. Ia menghela nafas, menyadari kalau semua itu
memang terjadi.
Di ruang broadcasting, Eun Sang
terkejut melihat banyak hadiah di atas meja. Bo Na mengatakan kalau
hadiah-hadiah itu adalah hadiah dari para fans Hyo Sin, karena Hyo Sin menang
dalam Asian Youth Film Award.
Tapi ada kabar yang lebih
mengejutkan lagi yang dimiliki Bo Na. Bo Na meminta agar Eun Sang tak terlalu
terkejut pada apa yang akan ia beritahukan, “Choi Young Do menyukaimu.”
Eun Sang berusaha pura-pura
terkejut. Bo Na meminta agar Eun Sang diam-diam saja mengenai hal itu. Hanya
Myung Soo dan ia saja yang tahu jadi ia meminta Eun Sang untuk tetap menjaga
ini sebagai rahasia.
Hyo Sin muncul dan melihat kedua
gadis itu bisik-bisik, ia bertanya apakah mereka sedang membicarakan dirinya?
“Kelihatannya kalian menjadi berteman karena menggunjingkanku.”
Ha.. Bo Na langsung menyanggah
kalau ia tak berteman dengan Eun Sang. Tiba-tiba Tan masuk dan mengetuk pintu.
Heheh.. bukannya kebalik, ya? Ketuk pintu dulu baru masuk? Melihat siapa yang
datang, Eun Sang langsung mengalihkan pandangan matanya, menghindari Tan.
Hyo Sin melarang orang yang tak
dikenal masuk ke ruangan broadcasting. Tan langsung menimpali, “Apa di ruangan
ini ada yang tak kukenal?”
Eun Sang merasa tersindir, tapi
Bo Na lebih tersindir lagi. Ia berbisik pada Eun Sang, “Uhh.. ia membuatku
gila. Pasti ia berkata begitu agar aku mendengarnya.” LOL, narsis satu lagi,
nih.
Tanpa menoleh, Tan berkata pada
Bo Na kalau ia mendengar bisikan itu. Pada Hyo Sin, ia berkata kalau ia datang
karena membaca di papan pengumuman tentang kemenangan Hyo Sin. Hyo Sin
menimpali, “Aku tak memenangkan penghargaan itu agar kau mau main ke
ruanganku.”
Tan tertawa dan bertanya apa
genre film yang dibuat Hyo Sin. Horror? Film yang menakutkan seperti Friday the
13th? Eun Sang akhirnya menoleh pada Tan karena mendengar nama film
itu disebut. Hyo Sin menjawab kalau selera filmnya selalu mengarah cinta dan
nafsu dan genre yang disebut Tan tadi lebih ke genre favorit Eun Sang.
Bo Na kaget mendengar jenis film
kesukaan Eun Sang adalah horror. Eun Sang menambahkan kalau ia menyukai film
horror, thriller, occult dan splatter. Hyo Sin terkejut akan jenis horror yang
dipilih Eun Sang. Eun Sang mengatakan kalau ia bercita-cita membuat film horror
yang penuh mimpi dan harapan.
Tan diam dan tak ikut dalam
pembicaraan itu. Hyo Sin menyadari hal itu dan bertanya mengapa Tan dan Eun
Sang saling menghindar dan tak mau saling melihat? Bo Na menatap keduanya dan
berkata, “Eh, kalian tak perlu melakukan itu untuk menjaga perasaanku!”
Hahaha… narsis dan clueless..
Tapi Tan malah menggunakan
ke-clueless-an Bo Na itu dengan mengatakan kalau ia ketahuan. Jadi sebaiknya ia
pergi. Hyo Sin heran melihat Tan pergi begitu saja dan bertanya lagi, kenapa
Tan kemari?
Tanpa menoleh ke belakang, Tan
menjawab, “Aku hanya ingin menemui.” Tanpa menjelaskan obyek kalimatnya, Tan
berlalu pergi.
Eun Sang menatap kepergian Tan
dengan sedih. Hyo Sin berteriak, bertanya, “Siapa? Aku?” Bo Na menimpali Hyo
Sin, “Tentu saja dia bicara tentang aku.” LOL.
Tan menemui Nyonya Jung dan
meminta agar Nyonya Jung mengundang Rachel dan ibunya ke rumahnya. Mulanya
Nyonya Jung ingin menolak permintaan Tan, tapi ia teringat ancamannya pada
Nyonya Han. Bagaimana ia akan menunjukkan istri simpanan suaminya itu, serendah
apa posisi Nyonya Han yang sebenarnya. Maka ia pun menyetujui usulan Tan.
Esther mengadakan fashion show
dengan mengundang hanya orang-orang elit. Dan ia mengerutkan kening tak suka
melihat ibu Ye Seul yang datang ke acara fashion show ini. Rachel yang sedari
tadi bosan dan ingin cepat pergi dari tempat itu, heran akan sikap ibunya. Bukankah
ibu Ye Seul memiliki bisnis air kemasan? Esther memberitahu kalau usaha ibu Ye
Seul itu bukanlah bisnis air seperti itu, “Dia adalah pemilik bar terbesar di
Gangnam.”
Rachel terbelalak mendengar
informasi itu. Mereka memandangi ibu Ye Seul yang asyik bicara di telepon, dan
tak menyadari jati dirinya sudah terkuak.
Ibu Ye Seul sedang bicara dengan
Nyonya Han yang menceritakan tentang hubungan antara Tan dan Eun Sang. Ibu Ye
Seul mengatakan Eun Sang menusuk Nyonya Han dari belakang walau sudah dibantu
dengan berpura-pura sebagai ibunya dan membiayai semua biaya kemah untuk satu
sekolah.
Tapi Nyonya Han mengatakan kalau
sepertinya Tan-lah yang suka pada Eun Sang dan Tan yang mengikuti Eun Sang terus.
Ia juga mengatakan kalau ibu Eun Sang akan keluar dari pekerjaannya dan ia
sudah mengijinkannya.
Ibu Ye Seul langsung keluar logat
daerahnya, walau langsung ia perbaiki. Ia menyuruh temannya untuk tak
membiarkan ibu Eun Sang keluar karena ibu Eun Sang sudah memegang banyak
rahasia Nyonya Han.
Pembicaraan mereka terhenti
karena Ibu Eun Sang muncul untuk memberitahukan kalau Nyonya Jung datang dan
akan mengundang Rachel dan ibunya ke dalam rumah ini. Nyonya Han terkejut
setengah mati. Ia segera keluar dan menemui Nyonya Jung yang sedang mengawasi
pelayan yang sedang membersihkan debu di foto keluarga Kim.
Inilah rupanya alasan mengapa tak
ada foto keluarga di rumah sebesar ini. Foto keluarga itu berisi empat orang
tanpa Nyonya Han di dalamnya. Hhh… keluarga yang aneh.
Nyonya Han langsung protes. Dengan
banyaknya restoran di luar sana, mengapa Nyonya Jung mengundang keluarga Rachel
ke rumah ini hanya untuk makan malam
saja? Dia kan juga tinggal di rumah ini?
Nyonya Jung tak mempedulikan
protes Nyonya Han, bahkan menyuruh pelayan untuk menggantung foto keluarga itu
di tempat yang kosong. Nyonya Han marah karena Nyonya Jung ingin menggantung
foto tanpa konsultasi dengannya sebagai pemilik rumah. Nyonya Jung pun
menyalak, “Kau bergurau ya? Kau ini hanya istri simpanan yang numpang tinggal
di sini!”
“Benar. Aku ini istri simpanan
yang numpang tinggal di sini. Dan Rachel pasti akan sangat menghargai istri
simpanan yang tinggal di rumah ini, kan?” ancam Nyonya Han. “Beraninya kau
melakukan ini tanpa bertanya pada Pak Presdir terlebih dulu.”
“Tentu Saja Pak Presdir tahu akan
hal ini,” jawab Nyonya Jung sangat manis. “Apa kau tak mendengar hal ini dari
Tan?”
Nyonya Han terkejut mendengar Tan
juga tahu hal ini. Ia hampir menangis saat tahu kalau Tan-lah yang merencanakan
semua ini.
Eun Sang pergi ke kafe tempatnya bekerja. Betapa
terkejutnya ia karena melihat Tan sudah berdiri di depan kafe, menunggunya. Dan
menatap ke arahnya. Bahkan berjalan menghampirinya.
Eun Sang gugup namun menatap Tan
penuh harap, “Apakah .. kau dapat melihatku sekarang?”
“Apakah kau baik-baik saja?”
tanya Tan. Eun Sang mengangguk dan menunduk. “Apakah kau suka tidur di luar?
Apakah kau suka tak melihatku? Apakah kau suka melepaskan tanganku?” Eun Sang
hanya diam, mendengar Tan seakan memarahinya. Dengan suara lebih lembut, Tan
berkata, “Senang bertemu denganmu dalam mimpi, kemarin malam.”
Eun Sang mencoba tak mengindahkan
ucapan Tan dan berkata kalau ia sudah terlambat, “Aku harus pergi sekarang. Kau
juga harus pergi. Jika aku terlambat, maka..”
Mendadak Tan mencondongkan
badannya dan mengecup bibir Eun Sang, mengejutkan Eun Sang sehingga ia terdiam.
Tan tersenyum dan bertanya, “Apa
kau pikir aku akan mendengarkanmu saat kau menyuruhku pergi? Kau sudah
meninggalkanku di tengah jalan yang berbahaya. Tanpa pesan, tanpa menelepon
kembali. Dan kini kau menyuruhku pergi dengan mudahnya. Padahal kau juga kangen
padaku”
“Aku tak kangen padamu..” bantah
Eun Sang. Namun ia mendapat hukuman dengan kecupan di bibir sekali lagi.
Eun Sang berusaha membentaknya,
tapi Tan malah mengancam, “Jangan coba-coba untuk berbohong lagi.” Eun Sang
akhirnya menutup mulutnya.
Tan mengatakan kalau ia datang
kemari untuk melarang Eun Sang agar tak datang ke rumahnya. Eun Sang menjawab
kalau ia memang sudah pindah dari rumah itu. Tapi Tan menambahkan kalau Eun
Sang tetap tak boleh datang walau ibunya menyuruhnya datang.
Eun Sang heran akan maksud
larangan itu. Tapi Tan hanya tersenyum dan beranjak pergi. Eun Sang menatap
kepergian Tan dan menduga-duga apa maksud ucapannya.
Pelayan memberitahukan kalau tamu
Nyonya Jung sudah datang. Nyonya Han bertanya apakah ini cara Nyonya Jung untuk
membalas dendam padanya? Dengan sinis Nyonya Jung berkata, “Sudah kukatakan
kalau aku akan memberitahukanmu di mana tempatmu yang sebenarnya.”
Nyonya Han sudah hampir menangis,
apalagi saat Nyonya Jung menyuruhnya segera masuk ke kamar sebelum ia membuka
pintu itu. Di dalam kamar ia menangis tanpa suara. Ibu Eun Sang masuk ia
memalingkan wajahnya agar air matanya tak terlihat.
Tapi Ibu Eun Sang sudah
melihatnya. Ia meletakkan segelas air di meja, dan menuliskan apa yang terjadi
di luar sana. Nyonya Han bertanya apakah Tan sudah hadir? Ibu Eun Sang hanya
bisa menatapnya dengan iba.
Di ruang makan, mereka berempat
makan malam dengan ceria. Esther menggoda anaknya yang sangat bawel saat
fashion show karena ingin segera datang ke rumah Tan, membuat Rachel malu.
Presdir Kim dan Nyonya Jung
memuji Rachel. Bahkan Presdir Kim juga mengagumi Rachel yang menggemari
permainan baduk. Rachel berkata kalau ia menyukainya karena sangat mengesankan.
Untuk selalu berada di dekat musuh, seseorang harus melawan secara agresif
dengan memasang wajah setenang mungkin.
Presdir Kim sangat senang sekali mendengar
jawaban Rachel. Tan muncul dan meminta maaf karena datang terlambat. Rachel
tersenyum dan berkata kalau ia tak menunggu lama.
Tan mengajak Rachel untuk ke
kamarnya. Ajakan itu membuat Rachel terkejut karena sikap Tan yang tak
biasanya. Ia minta ijin dulu kepada Nyonya Jung sebelum mengiyakan ajakan Tan.
Nyonya Jung memperbolehkan.
Mereka pun naik ke atas dengan
pujian dari Esther, “Tan nampak seperti orang ningrat.” Dan ditimpali oleh
Nyonya Jung, “Maka dari itu, Tan bertemu dengan Rachel yang seperti putri.”
Mereka naik ke atas. Tapi di
depan kamar, Rachel tak masuk. Ia ingat pada apa yang dikatakan Young Do saat
datang ke rumah Tan. Karena ia ingin menjadi tunangan yang baik, maka ia akan
memberi kesempatan pada Tan untuk menyembunyikan hal itu. Tan berkata kalau tak
ada yang ia sembunyikan, “Hanya jangan terlalu terkejut kalau aku mengungkapkan
segalanya.”
“Mengungkapkan apa?” tanya Rachel
sambil berjalan masuk ke kamar.
“Kelemahan.”
“Jika kau tahu kelemahan musuhmu,
maka kau dapat memahaminya lebih baik,” jawab Rachel. Tan pun menimpali kalau begitu
hari ini Rachel akan mendapat jackpot.
Rachel masih tak mengerti apa
yang Tan bicarakan. Ia melihat dreamcatcher yang tergantung di jendela dan
ingat kalau barang itu tergantung di rumah Tan di America dan heran mengapa Tan
menyimpan barang murahan seperti itu.
Tan tak menjawab dan meminta
Rachel untuk duduk. Rachel merajuk, berkata ironis sekali karena ia bisa datang
ke rumah Tan saat ia mengancam untuk memutuskan pertunangan. Tan minta maaf,
dan Rachel berkata kalau Tan tak perlu minta maaf. Tapi Tan menjawab, “Aku
ingin meminta maaf sebelumnya.”
“Sebelumnya?” Rachel heran
mendengarnya. “Apa kau akan melakukan sesuatu yang buruk?”
“Ya. Kau penasaran, kan pada apa
yang dilihat Young Do di sini? Aku akan menunjukkan padamu sekarang,” jawab
Tan, membuat Rachel semakin heran.
Nyonya Jung mengunjungi istri
simpanan suaminya di kamar. Ia berkata kalau sudah lama sekali sejak ia melihat
Nyonya Han seperti ini. “Sudah 18 tahun, kan? Saat itu aku menangkap basah
dirimu. Saat itu pasti kau tak tahu kalau tempatmu akan selalu berada di sini. Di
rumah besar ini, hanya kamar inilah kau bisa menikmati kebebasanmu.”
Walau menangis, Nyonya Han tak
menghiraukan ucapan Nyonya Jung. Ia menyuruh Nyonya Jung pergi karena ada tamu
di luar sana, tapi Nyonya Jung menyiramkan air ke wajahnya.
“Tutup mulutmu,” bentak Nyonya
Jung. “Kau sudah berlaku kasar. Kau pikir siapa dirimu menyuruhku keluar?”
Tan masuk dan melihat wajah
ibunya basah kuyup dan penuh air mata. Ia segera mengeringkan wajah ibunya
dengan handuk walau ibunya meminta Tan untuk tak menghiraukannya. Nyonya Han
khawatir kalau Presdir Kim akan mencari-cari Tan.
Nyonya Jung menghela nafas dan sebelum
pergi ia berkata sinis, “Mungkin untuk alasan inilah kenapa orang memiliki anak.”
Tan menggenggam tangan ibunya
dengan erat dan meminta ibunya untuk tak pernah melepaskan tangannya. “Ayo kita
kelur,” pinta Tan dan menarik tangan ibunya.
Nyonya Han meronta, namun Tan
tetap membawa ibunya ke ruang tengah. Presdir Kim kaget melihat mereka muncul.
Begitu pula Esther yang langsung mengenali Nyonya Han sebagai ibu Cha Eun Sang.
“Tidak. Yang Anda lihat itu
salah. Wanita yang ada di sampingku ini.. “ Nyonya Han mencoba mencegah
anaknya, tapi Tan menggenggam tangan ibunya semakin erat, “.. adalah ibuku.”
Semua kaget mendengarnya. Presdir
Kim terbelalak mendengar Tan melanjutkan ucapannya, “Ia adalah ibu kandungku,
yang telah melahirkanku.”
“Dan aku adalah anak kedua
Presdir Grup Jeguk, anak di luar nikah
Kim Nam Yoon. Aku menyadari apa dampak pengakuan ini bagi ayahku, Bu Presdir,
CEO Lee dan teman lamaku. Karena itu, pertunangan ini seharusnya dihentikan
saja.”
Esther dan Rachel tercengang
mendengar pengakuan. Presdir Kim berkata dengan tenang kalau ia akan menelepon
Esther untuk memutuskan tanggal (pernikahan). Tapi Esther berdiri dan berkata
kalau ia yang akan memutuskan
tanggalnya. Dan ia juga yang akan menelepon Presdir Kim.
Ia langsung menarik Rachel yang
masih tertegun akan kenyataan yang baru saja ia dengar ini. Nyonya Jung
mengikuti mereka keluar untuk menenangkan.
Hanya bertiga, Presdir Kim langsung
menampar Tan dengan keras. Dua kali. Nyonya Han meminta Tan meminta maaf, tapi
Tan tetap diam bergeming di tempatnya.
Nyonya Han buru-buru mengatakan
kalau Tan tak bersalah karen ia yang menyuruh anaknya melakukan pengakuan itu, “Aku
yang memintanya karena aku tak tahan hidup seperti ini. Karena dia sudah dewasa,
aku minta ia melakukan sesuatu..”
“Ibu, tolong hentikan..” sergah
Tan. Nyonya Han meminta Tan untuk segera berlutut. Tapi Tan tak mau. Ia
memandang ayahnya marah, “Kali ini aku tak akan berlutut dan mohon ampun. Aku akan
hidup seperti ini beberapa saat. Jika setelah aku hidup seperti ini dan ternyata
aku menyesali keputusan yang aku lakukan hari ini, saat itu aku akan memohon
ampun. Tapi aku percaya kalau aku tak akan menyesalinya.”
“Anak bodoh,” tukas Presdir Kim
geram. “Anak yang menyedihkan. Anak idiot.”
“Kalau Ayah ingin mengusirku,
silahkan. Tapi tidak dengan ibu. Ibu adalah perempuan milik Ayah. Ayah yang
harus menjaganya,” jawab Tan keras. Presdir Kim pergi meninggalkan mereka dan
Nyonya Han menangis, memukuli putranya dengan lemah dan bertanya mengapa Tan
melakukan hal ini.
Di kamar Tan, Nyonya Han terus
menangis. Tan meminta ibunya agar berhenti menangis karena ibunya bisa sakit.
Nyonya Han marah dan kembali bertanya, mengapa Tan melakukan hal ini? “Apa kau
pikir kau melakukan semua ini untukku? Selama 3 tahun kau di Amerika, aku tak
dapat bernafas karena tinggal bersama Won dan ayahmu. Aku menunggu
kedatanganmu. Tapi kenapa kau melakukan hal ini?”
Dengan nada lebih lembut, Tan
meminta maaf karena memiliki pikiran yang berbeda dengan ibunya. Nyonya Han hanya
bisa menangis.
Di kafe, Eun Sang bekerja tapi tak
dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya karena memikirkan pertemuan dengan
Tan sebelumnya. Beberapa tugas yang harus diselesaikan, juga tak dikerjakan
membuat si bos marah padanya.
Ia hanya bisa minta maaf dan
akhirnya keluar untuk membuang sampah yang seharusnya sudah ia buang sejak
tadi.
Saat akan kembali ke dalam café,
ia melihat Tan berdiri di sana. Ia melihat kesedihan di wajah Tan. Dan saat Tan
menangis, tanpa sadar ia pun menangis.
source :
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-12-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-12-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment