Friday, December 27, 2013

The Heirs Episode 12



Eun Sang perlahan-lahan melepaskan tangannya dari Tan dan meminta maaf karena  ia tak dapat meneruskan lagi. 
Tan menepis tangan Young Do dan berkata kalau hal ini memang berat. Ia menyadari kesalahannya  dan ia tahu kalau ia juga tak bisa menjanjikan semuanya akan baik-baik saja nanti, “Tapi tetap saja, kumohon, pergilah bersamaku. Genggamlah tanganku.”



Kali ini Tan tak menarik tangan Eun Sang, melainkan mengulurkan tangannya. Young Do berkata, “Jangan pegang tangannya.”
Sambil menahan isak, Eun Sang meraih tangan Tan. Tapi Tan bisa merasakan kalau Eun Sang meraih tangannya bukan untuk menggenggam tangannya dan memohon agar Eun Sang tak melakukannya.
Dengan tangan satunya, Eun Sang mengenggam tangan Tan, seperti bersalaman dan berkata, “Kita sudah berjalan sejauh ini. Jangan melangkah lebih jauh lagi.”
“Sudah kubilang jangan lakukan itu!” seru Tan marah.
Tapi Eun Sang tetap melepaskan tangan itu dan dengan memaksakan senyum, Eun Sang berkata, “Kita akan berjumpa lagi. Aku pergi dulu.” Dan Eun Sang pun pergi meninggalkan Tan yang terlalu terkejut untuk bereaksi.
Young Do menatap Tan dan berkomentar kalau seperti biasanya, Tan membuat orang pergi. Young Do meninggalkan Tan tertegun sendirian di tengah jalan dan mengejar Eun Sang.
Ia menghalangi Eun Sang. Dengan suara bergetar, Eun Sang menyuruh Young Do untuk minggir. Young Do menunduk, memeriksa wajah Eun Sang yang sudah hampir menangis dan memarahinya, “Hey! Jika orang melihat kita, mereka pikir aku akan menculikmu.”
“Tan,” Eun Sang sesenggukan, mencoba menahan tangis, “Apakah dia sudah pergi?”
“Apa semuanya berakhir hari ini?” tanya Young Do, membuat Eun Sang menangis semakin keras. “Aku ingin berpesta sekarang, tapi kenapa kau menangis?”
Eun Sang terus menangis dan menutupi wajahnya, tak ingin dilihat oleh Young Do. Tapi Young Do tetap menghalangi jalannya dan mengusulkan, “Pelajaran pertamamu adalah olah raga, kan? Di hari baik seperti ini, bagaimana kalau kau membolos kelas dan berpesta?”
Eun Sang semakin terisak dan menjawab, “Usulmu benar-benar usulan anak yang memiliki rangking 98.”
Dan Young Do yang hanya bisa memandangi Eun Sang yang meninggalkannya dan bergumam muram, “Kau memang tak ingin membiarkanku untuk mendekatimu.”
Ternyata pelajaran pertama Tan juga adalah olah raga. Jadi ia menemukan Eun Sang sudah duduk di pinggir lapangan olah raga, sedang melamun.
Chan Young dan Bo Na muncul, dan Bo Na langsung memanggil dan menghampiri Eun Sang. Eun Sang terbangun dari lamunannya dan menoleh pada Bo Na. Tak sengaja pandangannya bertemu dengan Tan yang memandanginya.
Ia terkejut dan ingin menghindar pergi, tapi Bo Na duduk menjajarinya dan memarahinya yang tidak sarapan dulu sebelum pergi ke sekolah. Akhirnya ia kembali duduk dan berterima kasih karena diperbolehkan meniginap di rumah Eun Sang. Bo Na menagih foto masa kecil Chan Young dan Eun Sang berjanji akan segera memberikannya.
Sambil memandangi kedua gadis itu, Tan dan Chan Young bercakap-cakap. Rupanya Tan menelepon Chan Young kemarin malam untuk mengetahui keberadaan Eun Sang. Chan Young malah kaget mendengar Eun Sang tidur di luar. Mendengar Chan Young tak memberinya tumpangan untuk tidur, Tan menduga kalau Eun Sang tidur di hotel Young Do, apalagi ia menemukan mereka berjalan bersama pagi-pagi sekali.
Maka saat Tan ganti baju (ia olah raga di jam pertama dan Young Do di jam kedua), ia bertanya pada Young Do apakah Eun Sang terus menerus menangis? Young Do heran, mengapa Tan blak-blakan sekali menanyai hal itu?
Tan menjawab, “Hanya ingin memberitahukanmu, kalau kau pikir ini adalah kesempatanmu, jangan pikir sepert itu. Ini bukanlah kesempatanmu. Ini adalah kesempatanku.”
Young Do masih penasaran akan Eun Sang. Ia mencoba meng-google nama Cha Eun Sang dan terkejut karena melihat betapa banyak sekali wanita yang bernama Cha Eun Sang. Ia membuka satu per satu nama itu, namun profil Eun Sang yang ia kenal tak kunjung muncul.
Bo Na lagi-lagi marah pada Myung Soo. Kali ini karena Myung Soo memotretnya dari angle yang tak pas sehingga membuat dirinya gendut. Myung Soo dengan santai menjawab kalau kamera tak bisa berbohong. Myung Soo tak mau memberikan file aslinya dan bahkan menyuruh Bo Na untuk menambah berat 5 kg lagi.
Dengan sombong, Bo Na menjawab, “Apa kau pikir aku sudah gemuk jika beratku bertambah 5 kg lagi?” Tapi Myung Soo tak mendengarnya. Ia berseru terkejut, karena baru menyadari apa yang kameranya tangkap. Bo Na tertarik karena seruan Myung Soo dan mendekat. Ia pun berseru tak kalah kaget, “Daebak!”
Semua foto Young Do yang tertempel di dinding, dengan berbagai pose, semuanya memandangi Eun Sang. Myung So dan Bo Na berpandang-pandangan dan menyadari sesuatu.
“Hei, Choi Young Do! Apa kau benar-benar menyukai Cha Eun Sang?” tuduh Myung Soo. “Dunia ini sangat luas sekali, kenapa kau menemukan cinta pertamamu di sekolah?”
“Oh My God! Ini adalah cinta pertamamu?” tanya Bo Na tak percaya.
Young Do tak menjawab, malah memandangi fotonya, “Ahh.. jadi seperti itu wajahku saat memandang Cha Eun Sang.” Ia berjalan meninggalkan kedua temannya.
Myung Soo bertanya kemana Young Do akan pergi? Ia mengingatkan kalau seperti yang ditetapkan oleh undang-undang, cinta pertama itu tak pernah berhasil. Kali ini Bo Na menyetujui. Lihat saja cinta pertamanya dengan Tan.
Myung Soo langsung menghardik, “Hei! Itu bukan cinta pertama. Itu cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kalau boleh jujur, kau yang selalu mengejar-kejar Tan.” Bo Na kesal dan memarahi Myung Soo. Young Do? Sudah pergi dari ruangan itu.
Nyonya Han membombardir Tan yang baru pulang sekolah dengan pertanyaan tentang Eun Sang. Tan tak ngobrol berdua saja dengan Eun Sang, kan? Tan mau kan berjanji untuk tak menemui Eun Sang lagi tanpa sepengetahuannya? Nyonya Han khawatir kalau Tan tak pulang ke rumah lagi karena kejadian kemarin.
Tan menyela, apakah ia boleh melakukan hal itu? Nyonya Han meminta anaknya untuk tak bercanda. JIka Presdir Kim tahu, maka Tan akan dipindahkan ke Amerika lagi. Dengan lebih serius, Tan bertanya apakah ibunya bahagia tinggal di rumah ini dengan cara seperti ini? “Apakah Ibu baik-baik saja, walau aku tak bisa memanggil nama ibu di depan orang banyak?”
Wajah Nyonya Han menjadi keruh. Tentu saja ia tak merasa nyaman. Saat ia dibawa ke rumah ini, ia pikir kalau ia akan tercantum di silsilah keluarga Kim dan ia akan hidup berbahagia dengan ayah Tan. Tapi siapa sangka kalau ia ternyata harus hidup seperti ini.
“Tapi ibu tetap berharap kalau pertunanganku dan Rachel dapat berjalan dengan baik?” Tan kembali menyela. “Jika aku akhirnya menikah dengan Rachel, mungkin aku tak dapat memperkenalkan Ibu sebagai ibuku. Apakah Ibu tak apa-apa?”
Nyonya Han tersenyum tabah dan berkata kalau memang hal itu mengecewakan, tapi semuanya terasa sepadan jika Tan berhasil melakukan semuanya, “Dan aku akan menunggu hari itu tiba.” Tan menghela nafas panjang, membuat Nyonya Han heran, “Kau ini punya dua ibu. Tapi kenapa kau berlaku seolah-olah tak beribu?”
Tan tersenyum mendengar kata-kata ibunya dan menjawab, “Ibu nomor satu, lepas kaos kaki itu, karena itu milikku.” Nyonya Han terkejut dan menatap kaos kaki Eun Sang yang ada di kakinya.
Sepulang sekolah, Eun Sang mencari tempat kontrakan rumah yang terjangkau dengan keuangannya. Eun Sang meminta ibunya untuk menemuinya jam 5 sore sekaligus membawakan baju ganti untuknya.
Tan jogging, dan akhirnya beristirahat di samping Hyo Sin yang menungguinya. Hyo Sin pura-pura marah karena berani-beraninya Tan memanggil ia, anak yang mau ujian nasional untuk duduk-duduk seperti ini. Masih terengah-engah, Tan memanggil Hyo Sin dengan panggilan Hyung dan berkata, “Jujur, aku bukanlah putra Bu Presdir. Aku punya ibu yang lain.”
Hyo Sin menganggap Tan bercanda, tapi Tan berkata kalau ia berkata yang sebenarnya, “Selama ini aku telah menipumu. Maafkan aku.” Hyo Sin tetap tak percaya dan bertanya mengapa Tan memberitahukan hal ini. Tan menjawab kalau ia sedang menguji coba apakah ia merasa gugup atau tidak, “Tapi ternyata aku tetap gugup. Bahkan hanya dengan memberitahukanmu saja sangat menakutkan.”
Hyo Sin kali ini menatap Tan dengan serius, “Apakah itu benar?” Tan menjawab kalau kenyataan itu memang menakutkan. Ia pun bangkit dan berkata kalau ia akan berlari satu putaran lagi.
Won masih marah pada Sekretaris Yoon karena masalah pembelian saham diam-diam yang dilakukan atas nama Sekretaris Yoon. Ia sekarang tak bisa menebak sebenarnya Sekretaris Yoon berada di pihak yang mana. Ia memberikan kopi yang baru saja ia buat dan lucunya, Sekretaris Yoon bertanya apakah Won telah mencampur racun di kopinya itu? Won menjawab, “Dalam pikiranku… aku telah meracuninya ratusan kali.”
Ha. Sekretaris Yoon sepertinya sedang menduga-duga apakah guyonan tadi beneran atau tidak. Won menyuruh Sekretaris Yoon untuk duduk dan bertanya apa yang dijanjikan ayahnya sebagai imbalan saham yang dibeli atas nama Sekretaris Yoon?
Sekretaris Yoon tak memberi jawaban, tapi ia akan memberitahukan sesuatu yang berkaitan dengan hubungan pribadi. Ia menunjukkan artikel tentang Hyun Joo : Gadis muda yang dibesarkan oleh Grup Jeguk yang sekarang menjadi guru di SMA Jeguk.
Won marah sekali membaca artikel itu. Ia bertanya apakah ini alasan Sekretaris Yoon menghubungi Hyun Joo? Sekretaris Yoon mengiyakan, hal ini adalah bagian dari kegiatan amal dari Yayasan Jeguk.
Won membentak Sekretaris Yoon, “Bagaimana mungkin kau membiarkan hingga terjadi seperti ini? Seharusnya kau beritahu aku! Walaupun ini untuk amal, apakah menurutmu kerasnya hidup gadis itu layak disebarluaskan di dunia luar?”
“Sepertinya itulah yang Presdir Kim pikirkan,” jawab Sekretaris Yoon. “Rencana ini adalah permintaan khusus dari Pak Presdir.”
Won sangat shock mendengarnya. Ia buru-buru pulang ke rumah untuk menemui ayahnya. Tapi betapa kagetnya ia saat melihat ayahnya sedang duduk bersama Hyun Joo dan malah menunggui kedatangannya.
Presdir Kim meminta Won masuk karena dan menjelaskan kalau ia memanggil Hyun Joo karena ia ingin mendengar sesuatu dari Hyun Joo. Won meminta ayahnya untuk bicara padanya terlebih dahulu. Tapi Presdir Kim tak mau. Hyun Joo adalah contoh yang membanggakan Yayasan Jeguk. Ia pun juga merasa bangga.
Won skeptis dengan ucapan ayahnya. Apakah Presdir Kim benar-benar bangga? Karena setelah artikel ini keluar, semua orang akan mengingat Hyun Joo bukan sebagai gadis yang bangga menerima beasiswa Jeguk, tapi sebagai gadis yang hidupnya sangat sulit, “Kalau ayah mengungkapkan hal ini, bagaimana ia bisa bertahan di SMA Jeguk?”
Tak hanya marah pada ayahnya, Won juga bertanya mengapa Hyun Joo tak mengatakan apapun padanya? “Kenapa kau membuatku menjadi orang bodoh?!”
Ayah malah menyalahkan Won yang tak dapat menyelesaikan masalah dengan satu wanita,”Jangan pertaruhkan hidupmu untuk kedipan mata atau untuk mendengar jantungmu berdebar-debar.” Presdir Kim menoleh pada Hyun Joo dan juga menyalahkan gadis itu yang tak tahu diri, “Setelah menerima bantuanku, setelah menerima uangku, bagaimana mungkin kau bisa menemui anakku?”
Won mencoba mencegah ayahnya untuk berkata lebih banyak lagi, tapi Presdir Kim tak menggubris anaknya, “Sekarang kau pasti merasa ingin mati jika tak bertemu dengannya. Kau pasti rindu dengannya. Hatimu juga pasti terluka. Tapi tetap saja ..“
“Sudah kubilang, hentikan!!” teriak Won. “Kenapa Ayah malah membuat pengakuan yang aku pun belum pernah lakukan?”
Ayah dan anak itu saling bertatapan, marah. Mencoba menelan air matanya, Hyun Joo berkata kalau ia akan mempertimbangkan ucapan Presdir Kim dengan sebaik-baiknya. Ia bangkit dan pergi.
Won bertanya mengapa Presdir Kim melakukan hal itu? “Aku tak pernah membantah ayah, dan aku mencapai posisi ini jauh lebih cepat dari orang lain..”
Presdir Kim menyela ucapan anaknya dan berkata kalau Won ada di posisi itu karena ia sakit. Karena ia mengosongkan posisinya sehingga Won, sebagai anaknya, dapat naik. Apa sekarang ia tak boleh bersikap seperti ayah? Presdir Kim menyuruh Won untuk menyelesaikan semuanya karena ia sudah mengatur perjodohan untuk Won.
Won menjawab kalau sepertinya ia memang harus menyelesaikan hal ini dengan segera.
Hyun Joo keluar rumah dengan menangis. Di luar ia berpapasan dengan Tan yang menyapanya dan langsung mengenalinya sebagai Tan. Tan heran, “Apa kau mengenalku?” Hyun Joo tak menjawab dan hanya berkata kalau mereka nanti akan bertemu lagi. 
Tan bertanya apakah ia perlu memanggil taksi, karena jalan besar sangatlah jauh dari rumahnya. Hyun Joo menggeleng. Ia hanya meminta agar Won menahan kakaknya agar tak mengikutinya.
Won keluar dan Tan langsung memberitahu kalau gadis itu pergi ke arah sana, “Tapi ia menyuruhku untuk menahanmu.”
Tapi Won memang tak berniat untuk mengejar Hyun Joo. Tan mencegah Won masuk dalam mobil dan bertanya apakah sesuatu telah terjadi karena ia melihat wajah Won tak begitu sehat. Won menghardik Tan yang lagi-lagi ikut campur. Tapi Won malah memberitahu kalau cara Won menghardiknya sekarang bahkan tak meyakinkan, menguatkan Tan kalau sesuatu telah terjadi pada Won.
Won tak mau memberitahu, hanya memperingatkan Tan kalau ayah mereka telah menyuruh orang untuk membuntutinya. Jadi Tan mungkin juga harus hati-hati. Dan ia pun pergi dengan mobilnya.
Hyun Joo duduk termenung di halte.  Saat melihat hanya Tan yang menghampirinya, ia tersenyum sedih. Tan duduk di sampingnya dan mengatakan kalau Won tak mengejarnya. Hyun Joo menjawab kalau ia juga memang tak menunggu Won.
Banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Tan. Siapakah sebenarnya Hyun Joo? Apakah pacar kakaknya? Mengapa Hyun Joo bisa mengenalinya? “Mungkinkah kakakku.. membicarakan aku?”
Tan terkejut saat Hyun Joo mengangguk dan menirukan ucapan Won, “Adikku itu penyayang, jujur, bertambah tinggi dan matanya mirip sekali denganku,” Hyun Joo tersenyum dan berkata kalau Tan mirip sekali dengan yang digambarkan oleh Won.
Tan termenung, dan terus duduk di halte walau Hyun Joo sudah pergi.
Sebelum pergi menemui Eun Sang, ibu Eun Sang menemui Nyonya Han dan berkata kalau ia hanya bekerja sampai akhir bulan ini saja. Tapi Nyonya Han salah mengerti. Melihat ibu Eun Sang yang memakai jaket dan membawa tas, ia langsung panik dan bertanya, “Kau pergi sekarang? Bagaimana mungkin kau pergi tanpa berkata apapun padaku?”
Ibu Eun Sang melongo dan mengambil buku catatannya untuk menjelaskan. Tapi Nyonya Han langsung sadar kalau Ibu Eun Sang belum berhenti sekarang, dan langsung terlihat lega walau tetap muram.
Ibu Eun Sang duduk dan menunggu Eun Sang di minimarket. Begitu pula Young Do yang baru datang. Ia menelepon Eun Sang dan tak dapat menyembunyikan rasa senangnya karena Eun Sang mau mengangkat teleponnya.
Eun Sang berkata kalau ia mengangkat telepon ini untuk ganti agar ia tak dibully. Namun ia langsung menutup telepon saat Young Do menelepon hanya untuk mengajaknya makan mie, membuat Young Do menggerutu.
Eun Sang panik saat melihat ibunya menunggu dan ternyata ada Young Do juga di sana. Maka saat Young Do meneleponnya kembali untuk mengajak makanan yang lain, Eun Sang buru-buru menerima ajakan untuk makan mie-nya. Ia benar-benar suka makan mie, “Aku sekarang ada di perempatan. Datanglah kemari.”
Ia menunggu Young Do pergi ke tempat janjian mereka. Setelah yakin Young Do sudah tak ada lagi, ia pun menemui ibunya. Ibu memberitahu Eun San kalau ia sudah mengatakan pada Nyonya Han kalau ia akan berhenti bekerja hingga akhir bulan ini saja. Eun Sang pun juga mengatakan kalau ia baru menemukan apartemen yang termurah adalah 350 ribu won per bulan dengan uang jaminan 1 juta won. Dan ia masih akan mencari lagi.
Ibu bertanya dimana Eun Sang tidur? Eun Sang tersenyum, menenangkan ibunya, “Di rumah teman sekolahku. Aku punya seorang teman yang memiliki hati dan wajah yang cantik.”
Aww.. rasanya senang sekali mendengar Eun Sang memuji Bo Na seperti itu. Walau mulutnya pedas, tapi hati dan wajah Bo Na memang cantik.
Setelah berpisah dengan ibunya, Eun Sang langsung menemui Young Do. Young Do menyadari kalau Eun Sang datang dari arah minimarket dan membawa tas yang mirip dengan tas yang dibawa seorang ahjumma di minimarket itu. Rasa curiga muncul di benak Young Do dan ia meminta Eun Sang untuk menunggu di sini selama 15 menit. Tapi Eun Sang tak mau, tapi Young Do tetap bersikeras  menyuruhnya menunggu.
Ia pun pergi ke rumah Tan. Ia terbelalak melihat ahjumma yang tadi dilihatnya, sekarang berjalan ke arahnya dan hendak masuk ke dalam rumah. Ia langsung menyapa, “Selamat siang, Bu. Apakah Eun Sang ada di rumah?”
Ibu Eun Sang menggeleng. Young Do bertanya apakah dia adalah ibu Eun Sang? Ibu Eun Sang mengangguk. Young Do menghampiri ibu Eun Sang dan bertanya jam berapa Eun Sang akan kembali karena ia janjian bertemu dengannya.
Young Do menatap ibu Eun Sang dan berusaha sebaik mungkin menyembunyikan rasa terkejutnya saat ibu Eun Sang mengetik di handphone untuk memberi tahu kalau Eun Sang sedang pergi bekerja.
Tan berjalan pulang dan melihat Young Do pergi dari arah rumahnya, ia bertanya apa yang baru saja Young Do lakukan. Young Do tak mau mengatakan, ia hanya menjawab kalau ia punya banyak kenalan yang tinggal di lingkungan ini. Dengan sedikit bercanda, Young Do bertanya apakah ia seharusnya pindah ke dekat sini saja, ya?
Tapi Tan tak ingin bercanda. Jika Young Do baru saja dari rumahnya, maka ia tak mau melepaskan Young Do sekarang. Young Do menusuk perasaan Tan dengan mengatakan kalau Tan pasti merasa marah sekarang karena Eun Sang tak mau meraih tangan Tan. Tapi sekarang ia tak punya waktu untuk melihat kemarahan Tan itu karena ia ingin bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya berdebar-debar.
Ha. Pasti Tan emosi banget mendengar ucapan Young Do yang langsung meninggalkannya pergi. Apalagi saat ia menerima SMS dari Won yang mintanya untuk ikut main golf dengannya. Mereka akan main bersama dengan Young Do dan ayahnya. Tan hanya bisa menghela nafas panjang. Sabaaarr… sabaaar…
Young Do kembali ke perempatan tadi, tapi Eun Sang sudah tak ada di sana. Eun Sang ternyata sudah pergi.
Sambil berjalan, Eun Sang memeriksa baju ganti yang dibawakan ibunya untuknya. Betapa terkejutnya ia melihat ternyata kaos I love California yang menjadi baju gantinya. Ibu mengirimkan SMS, memberitahukannya kalau ada temannya datang ke rumah mencarinya. Anak laki-laki dan memakai motor.
Eun Sang segera kembali ke perempatan tadi. Young Do yang masih menunggunya, melihat kedatangannya dan berkata sendiri, “Nomor enam. Anak pembantu rumah tangga. Catatan tambahan, memiliki kekurangan : bisu.”
Young Do bertanya mengapa Eun Sang kembali? Eun Sang menjawab, “Alasanku sama dengan alasanmu tetap tinggal di sini.”
Young Do mencoba bergurau kalau hobinya adalah menunggu. Tapi Eun Sang tak percaya. Eun Sang tahu kalau Young Do sudah mengetahui yang sebenarnya karena Young Do pasti sudah bertemu dengan ibunya.  Young Do berpura-pura kesal. Seharusnya ia segera menyingkirkan handphone itu.
Tapi Eun Sang sedang tak ingin bercanda, “Jika kau ingin memberitahu anak-anak yang lain, silahkan. Jika kau ingin membully-ku, juga silahkan. Tapi sebagai gantinya, sampai aku dan ibuku meninggalkan rumah itu, jangan pernah ke sana lagi. Rumah itu adalah tempat kerja ibuku juga.”
Young Do malah mengajak Eun Sang untuk makan mie sekarang. Eun Sang malah khawatir dan bertanya apa yang sekarang Young Do ingin lakukan agar ia bisa bersiap-siap mulai sekarang.
Ya ampun.. saking takutnya Eun Sang dibully, ia sampai tak bisa melihat kalau Young Do tak bersikap jahat sedikitpun.
Young Do membentaknya, “Apa yang kau maksud dengan apa yang ingin aku lakukan padamu? Aku bahkan tak tahu bagaimana menangani lukaku, bagaimana aku dapat melakukan sesuatu pada lukamu?!”
Eun Sang terbelalak saat Young Do berkata, “Aku hanya sedih melihat kau pergi. Dan bahagia saat kau kembali. Dan rahasiamu yang berat itu. Hanya itu. Apa aku pernah bilang kalau aku akan melakukan sesuatu?”
“Aku sudah pernah melihat kau melakukan hal-hal itu. Dan kau juga pernah melakukan hal itu padaku,” jawab Eun Sang masih tak percaya.
“Karena itulah aku tak dapat melakukan apapun padamu sekarang. Yang hanya bisa aku lakukan adalah menyarankan agar kita makan mie,” Young Do terlalu frustasi dan akhirnya berkata kalau ia tak bisa bermain dengan Eun Sang sekarang dan mengajak Eun Sang untuk makan mie lain kali.
Eun Sang menatap kepergian Young Do, dan sepertinya ia baru menyadari perasaan Young Do yang sebenarnya.
Di lapangan golf, Presdir Choi memberi aturan main pada anaknya. Karena Jeguk dan Zeus akan melakukan kerja sama, maka ia meminta agar Young Do tak menjadikan Tan sebagai musuh, tapi tetap awasi terus. Hari ini, ia akan mengalah pada Won, namun Young Do harus menang dari Tan. Itulah peraturan hari ini.
Won juga mem-briefing Tan. Jeguk membutuhkan Zeus untuk investasi pembangungan hotel mereka karena Zeus adalah satu-satunya solusi. Tapi Zeus belum mengetahui hal itu. Jadi mereka tak boleh memperlihatkan kelemahan sedikitpun sehingga kerja sama yang akan mereka lakukan nanti menjadi kerja sama yang berimbang.
Well, itu adalah perintah para pebisnis. Namun kedua remaja ini memiliki pikiran lain, apalagi di tangan mereka ada tongkat golf. Setelah disindir Young Do berkali-kali tentang status anaknya, Tan menyuruh Young Do untuk tak main-main dengannya, karena ia sedang memegang tongkat golf.
Young Do pun juga begitu. Ada tongkat golf di tangannya. Tapi Tan tak tahu kalau Young Do tak akan berani menggunakan tongkat itu karena ada Presdir Choi di dekat mereka. Young Do pun membalas, “Apa di tanganku ini hanya ada tongkat golf?”
Young Do mendekati Tan dan bertanya, “Yang manakah yang membuat anak-anak di sekolah kita lebih terkejut. Kenyataan kalau kau adalah anak di luar nikah, atau Cha Eun Sang adalah anak pembantu di rumahmu? Atau anak di luar nikah, Kim Tan, pacaran dengan anak pembantu rumah tangga, Cha Eun Sang?”
“Jadi kau sudah mengetahuinya? Apakah kami sekarang terlihat pantas?”
“Suaramu sekarang gemetar,” ejek Young Do.
Tan marah. Ia membuang tongkat golfnya dan mencengkeram kerah jaket Young Do, “Aku tahu betapa keras usahamu. Tapi jangan pernah berpikir untuk mengancam Eun Sang dengan hal ini. Kau tidak sesampah itu. Walau mungkin kau sudah hampir mendekati batas (menjadi sampah).”
“Kenapa juga aku harus mengancamnya? Aku sedang mengancammu sekarang,” ujar Young Do serius.  “Jadi kau jangan melindungi Cha Eun Sang secara serampangan. Jika kau seperti itu, aku tak punya pilihan lain selain membuka identitasnya. Jika kau tak melindunginya, maka aku akan melindungi semuanya.”
Tan melepaskan cengkeramannya dan berkata, “Dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan. Jika aku ingin menang dalam perseteruan ini, aku akan kembali ke diriku yang lama, diriku yang jelek. Aku benar-benar tak mau melakukan hal itu. Aku sekarang melakukan sesuatu yang disebut ‘berpikir’. Tapi jika kau seperti ini, pikiranku mungkin akan berubah.”
Young Do geli karena tahu Tan tak akan mampu menang melawannya. Tapi Tan tak main-main.  Jika ia kembali ke dirinya yang lama, maka Young Do akan mati.
Ia mendekati Young Do dan walau perlahan, nadanya sangat mengancam, “Kau, ayahmu, perusahaan ayahmu, teman-temanmu, perusahaan ayah teman-temanmu, semua orang yang ada di sampingmu, akan aku sapu bersih.”
Young Do tertawa terbahak-bahak mendengarnya, “Dengan apa? Kau hanya anak di luar nikah.”
Tapi Tan bergeming. Young Do pernah mengucapkan hal yang sama 3 tahun yang lalu. Memang benar kalau ia adalah anak di luar nikah. Tapi hal itu tak mengubah kenyataan kalau ia adalah anak kedua dari Grup Jeguk. “Dengan ayah yang ada di belakangku, apa orang sepertimu bisa menang melawanku?”
Senyum Young Do kali ini lenyap dan Young Do menatap Tan marah. Tiga tahun yang lalu Tan juga pernah mengatakan ini padanya, “’Kali ini kau akan menyesalinya selamanya, Choi Young Do.’ Saat itu seharusnya kau datang padaku lebih awal. Sebelum aku kehilangan ibuku.”
Wajah Tan melunak, “Saat itu.. aku merasa sangat marah. Dan aku memberimu hukuman tepat 5 menit saja.”
Mereka membicarakan masa lalu, saat Tan mendatangi Young Do yang masih marah karena status anak haramnya dan tak mau mendengarkannya. Tan mengingatkannya kalau kali ini Young Do akan menyesalinya selamanya. Tan pun pergi, tapi 5 menit kemudian, ia berlari lagi untuk menemui Young Do. *Sepertinya saat itu ia memberitahu Young Do kalau ibunya sedang menunggunya di sebuah restoran.*
Mereka pun berlari menuju restoran, tapi kursi yang seharusnya ada ibu Young Do, sekarang sudah kosong. Hanya ada dua pasang sendok garpu dan hidangan untuk dua orang.
“Apakah kau masih ingat apa yang ada di atas meja?” tanya Tan  “Dua garpu.Untuk menang dariku, kau kehilangan kesempatan terakhir makan bersama ibumu. Aku tak peduli pada apa yang akan kau lakukan padaku. Tapi jangan lakukan hal ini pada Cha Eun Sang. Jangan menyentuhnya.”
Dengan suara lebih tenang, Tan meminta, “Dan tolong biarkan masalah kita ini berakhir dan kita sudahi sampai di sini. Sekarang aku tak punya waktu untuk bertengkar denganmu, karena aku sedang mempersiapkan diri untuk pertempuran yang lebih besar.”

Young Do menatap Tan, mencoba membalasnya, tapi tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya.



Di koridor sekolah, Eun Sang melihat Tan sedang mengambil buku di lokernya. Buru-buru Eun Sang menghampiri lokersnya sendiri, pura-pura menyibukkan diri mengambil buku pelajarannya.
Melihat Tan berjalan melewatinya, ia menunduk walau ekor matanya tetap memperhatikan Tan. Tapi Tan berjalan tanpa melihat sedikitpun pada Eun Sang.
Akhirnya Eun Sang yang memberanikan diri untuk melihat punggung Tan, seperti ingin memastikan apakah Tan benar-benar mengacuhkannya. Ia menghela nafas, menyadari kalau semua itu memang terjadi.


Di ruang broadcasting, Eun Sang terkejut melihat banyak hadiah di atas meja. Bo Na mengatakan kalau hadiah-hadiah itu adalah hadiah dari para fans Hyo Sin, karena Hyo Sin menang dalam Asian Youth Film Award. 
Tapi ada kabar yang lebih mengejutkan lagi yang dimiliki Bo Na. Bo Na meminta agar Eun Sang tak terlalu terkejut pada apa yang akan ia beritahukan, “Choi Young Do menyukaimu.”
Eun Sang berusaha pura-pura terkejut. Bo Na meminta agar Eun Sang diam-diam saja mengenai hal itu. Hanya Myung Soo dan ia saja yang tahu jadi ia meminta Eun Sang untuk tetap menjaga ini sebagai rahasia.
Hyo Sin muncul dan melihat kedua gadis itu bisik-bisik, ia bertanya apakah mereka sedang membicarakan dirinya? “Kelihatannya kalian menjadi berteman karena menggunjingkanku.”
Ha.. Bo Na langsung menyanggah kalau ia tak berteman dengan Eun Sang. Tiba-tiba Tan masuk dan mengetuk pintu. Heheh.. bukannya kebalik, ya? Ketuk pintu dulu baru masuk? Melihat siapa yang datang, Eun Sang langsung mengalihkan pandangan matanya, menghindari Tan.
Hyo Sin melarang orang yang tak dikenal masuk ke ruangan broadcasting. Tan langsung menimpali, “Apa di ruangan ini ada yang tak kukenal?”
Eun Sang merasa tersindir, tapi Bo Na lebih tersindir lagi. Ia berbisik pada Eun Sang, “Uhh.. ia membuatku gila. Pasti ia berkata begitu agar aku mendengarnya.” LOL, narsis satu lagi, nih.
Tanpa menoleh, Tan berkata pada Bo Na kalau ia mendengar bisikan itu. Pada Hyo Sin, ia berkata kalau ia datang karena membaca di papan pengumuman tentang kemenangan Hyo Sin. Hyo Sin menimpali, “Aku tak memenangkan penghargaan itu agar kau mau main ke ruanganku.”
Tan tertawa dan bertanya apa genre film yang dibuat Hyo Sin. Horror? Film yang menakutkan seperti Friday the 13th? Eun Sang akhirnya menoleh pada Tan karena mendengar nama film itu disebut. Hyo Sin menjawab kalau selera filmnya selalu mengarah cinta dan nafsu dan genre yang disebut Tan tadi lebih ke genre favorit Eun Sang.
Bo Na kaget mendengar jenis film kesukaan Eun Sang adalah horror. Eun Sang menambahkan kalau ia menyukai film horror, thriller, occult dan splatter. Hyo Sin terkejut akan jenis horror yang dipilih Eun Sang. Eun Sang mengatakan kalau ia bercita-cita membuat film horror yang penuh mimpi dan harapan.
Tan diam dan tak ikut dalam pembicaraan itu. Hyo Sin menyadari hal itu dan bertanya mengapa Tan dan Eun Sang saling menghindar dan tak mau saling melihat? Bo Na menatap keduanya dan berkata, “Eh, kalian tak perlu melakukan itu untuk menjaga perasaanku!”
Hahaha… narsis dan clueless..
Tapi Tan malah menggunakan ke-clueless-an Bo Na itu dengan mengatakan kalau ia ketahuan. Jadi sebaiknya ia pergi. Hyo Sin heran melihat Tan pergi begitu saja dan bertanya lagi, kenapa Tan kemari?
Tanpa menoleh ke belakang, Tan menjawab, “Aku hanya ingin menemui.” Tanpa menjelaskan obyek kalimatnya, Tan berlalu pergi.
Eun Sang menatap kepergian Tan dengan sedih. Hyo Sin berteriak, bertanya, “Siapa? Aku?” Bo Na menimpali Hyo Sin, “Tentu saja dia bicara tentang aku.” LOL.
Tan menemui Nyonya Jung dan meminta agar Nyonya Jung mengundang Rachel dan ibunya ke rumahnya. Mulanya Nyonya Jung ingin menolak permintaan Tan, tapi ia teringat ancamannya pada Nyonya Han. Bagaimana ia akan menunjukkan istri simpanan suaminya itu, serendah apa posisi Nyonya Han yang sebenarnya. Maka ia pun menyetujui usulan Tan.
Esther mengadakan fashion show dengan mengundang hanya orang-orang elit. Dan ia mengerutkan kening tak suka melihat ibu Ye Seul yang datang ke acara fashion show ini. Rachel yang sedari tadi bosan dan ingin cepat pergi dari tempat itu, heran akan sikap ibunya. Bukankah ibu Ye Seul memiliki bisnis air kemasan? Esther memberitahu kalau usaha ibu Ye Seul itu bukanlah bisnis air seperti itu, “Dia adalah pemilik bar terbesar di Gangnam.”
Rachel terbelalak mendengar informasi itu. Mereka memandangi ibu Ye Seul yang asyik bicara di telepon, dan tak menyadari jati dirinya sudah terkuak.
Ibu Ye Seul sedang bicara dengan Nyonya Han yang menceritakan tentang hubungan antara Tan dan Eun Sang. Ibu Ye Seul mengatakan Eun Sang menusuk Nyonya Han dari belakang walau sudah dibantu dengan berpura-pura sebagai ibunya dan membiayai semua biaya kemah untuk satu sekolah.
Tapi Nyonya Han mengatakan kalau sepertinya Tan-lah yang suka pada Eun Sang dan Tan yang mengikuti Eun Sang terus. Ia juga mengatakan kalau ibu Eun Sang akan keluar dari pekerjaannya dan ia sudah mengijinkannya.
Ibu Ye Seul langsung keluar logat daerahnya, walau langsung ia perbaiki. Ia menyuruh temannya untuk tak membiarkan ibu Eun Sang keluar karena ibu Eun Sang sudah memegang banyak rahasia Nyonya Han.
Pembicaraan mereka terhenti karena Ibu Eun Sang muncul untuk memberitahukan kalau Nyonya Jung datang dan akan mengundang Rachel dan ibunya ke dalam rumah ini. Nyonya Han terkejut setengah mati. Ia segera keluar dan menemui Nyonya Jung yang sedang mengawasi pelayan yang sedang membersihkan debu di foto keluarga Kim.
Inilah rupanya alasan mengapa tak ada foto keluarga di rumah sebesar ini. Foto keluarga itu berisi empat orang tanpa Nyonya Han di dalamnya. Hhh… keluarga yang aneh.
Nyonya Han langsung protes. Dengan banyaknya restoran di luar sana, mengapa Nyonya Jung mengundang keluarga Rachel  ke rumah ini hanya untuk makan malam saja? Dia kan juga tinggal di rumah ini?
Nyonya Jung tak mempedulikan protes Nyonya Han, bahkan menyuruh pelayan untuk menggantung foto keluarga itu di tempat yang kosong. Nyonya Han marah karena Nyonya Jung ingin menggantung foto tanpa konsultasi dengannya sebagai pemilik rumah. Nyonya Jung pun menyalak, “Kau bergurau ya? Kau ini hanya istri simpanan yang numpang tinggal di sini!”
“Benar. Aku ini istri simpanan yang numpang tinggal di sini. Dan Rachel pasti akan sangat menghargai istri simpanan yang tinggal di rumah ini, kan?” ancam Nyonya Han. “Beraninya kau melakukan ini tanpa bertanya pada Pak Presdir terlebih dulu.”
“Tentu Saja Pak Presdir tahu akan hal ini,” jawab Nyonya Jung sangat manis. “Apa kau tak mendengar hal ini dari Tan?”
Nyonya Han terkejut mendengar Tan juga tahu hal ini. Ia hampir menangis saat tahu kalau Tan-lah yang merencanakan semua ini.
Eun Sang  pergi ke kafe tempatnya bekerja. Betapa terkejutnya ia karena melihat Tan sudah berdiri di depan kafe, menunggunya. Dan menatap ke arahnya. Bahkan berjalan menghampirinya.
Eun Sang gugup namun menatap Tan penuh harap, “Apakah .. kau dapat melihatku sekarang?”
“Apakah kau baik-baik saja?” tanya Tan. Eun Sang mengangguk dan menunduk. “Apakah kau suka tidur di luar? Apakah kau suka tak melihatku? Apakah kau suka melepaskan tanganku?” Eun Sang hanya diam, mendengar Tan seakan memarahinya. Dengan suara lebih lembut, Tan berkata, “Senang bertemu denganmu dalam mimpi, kemarin malam.”
Eun Sang mencoba tak mengindahkan ucapan Tan dan berkata kalau ia sudah terlambat, “Aku harus pergi sekarang. Kau juga harus pergi. Jika aku terlambat, maka..”
Mendadak Tan mencondongkan badannya dan mengecup bibir Eun Sang, mengejutkan Eun Sang sehingga ia terdiam.
Tan tersenyum dan bertanya, “Apa kau pikir aku akan mendengarkanmu saat kau menyuruhku pergi? Kau sudah meninggalkanku di tengah jalan yang berbahaya. Tanpa pesan, tanpa menelepon kembali. Dan kini kau menyuruhku pergi dengan mudahnya. Padahal kau juga kangen padaku”
“Aku tak kangen padamu..” bantah Eun Sang. Namun ia mendapat hukuman dengan kecupan di bibir sekali lagi.
Eun Sang berusaha membentaknya, tapi Tan malah mengancam, “Jangan coba-coba untuk berbohong lagi.” Eun Sang akhirnya menutup mulutnya.
Tan mengatakan kalau ia datang kemari untuk melarang Eun Sang agar tak datang ke rumahnya. Eun Sang menjawab kalau ia memang sudah pindah dari rumah itu. Tapi Tan menambahkan kalau Eun Sang tetap tak boleh datang walau ibunya menyuruhnya datang.
Eun Sang heran akan maksud larangan itu. Tapi Tan hanya tersenyum dan beranjak pergi. Eun Sang menatap kepergian Tan dan menduga-duga apa maksud ucapannya.
Pelayan memberitahukan kalau tamu Nyonya Jung sudah datang. Nyonya Han bertanya apakah ini cara Nyonya Jung untuk membalas dendam padanya? Dengan sinis Nyonya Jung berkata, “Sudah kukatakan kalau aku akan memberitahukanmu di mana tempatmu yang sebenarnya.”
Nyonya Han sudah hampir menangis, apalagi saat Nyonya Jung menyuruhnya segera masuk ke kamar sebelum ia membuka pintu itu. Di dalam kamar ia menangis tanpa suara. Ibu Eun Sang masuk ia memalingkan wajahnya agar air matanya tak terlihat.
Tapi Ibu Eun Sang sudah melihatnya. Ia meletakkan segelas air di meja, dan menuliskan apa yang terjadi di luar sana. Nyonya Han bertanya apakah Tan sudah hadir? Ibu Eun Sang hanya bisa menatapnya dengan iba.
Di ruang makan, mereka berempat makan malam dengan ceria. Esther menggoda anaknya yang sangat bawel saat fashion show karena ingin segera datang ke rumah Tan, membuat Rachel malu.
Presdir Kim dan Nyonya Jung memuji Rachel. Bahkan Presdir Kim juga mengagumi Rachel yang menggemari permainan baduk. Rachel berkata kalau ia menyukainya karena sangat mengesankan. Untuk selalu berada di dekat musuh, seseorang harus melawan secara agresif dengan memasang wajah setenang mungkin.
Presdir Kim sangat senang sekali mendengar jawaban Rachel. Tan muncul dan meminta maaf karena datang terlambat. Rachel tersenyum dan berkata kalau ia tak menunggu lama.
Tan mengajak Rachel untuk ke kamarnya. Ajakan itu membuat Rachel terkejut karena sikap Tan yang tak biasanya. Ia minta ijin dulu kepada Nyonya Jung sebelum mengiyakan ajakan Tan. Nyonya Jung memperbolehkan.
Mereka pun naik ke atas dengan pujian dari Esther, “Tan nampak seperti orang ningrat.” Dan ditimpali oleh Nyonya Jung, “Maka dari itu, Tan bertemu dengan Rachel yang seperti putri.”
Mereka naik ke atas. Tapi di depan kamar, Rachel tak masuk. Ia ingat pada apa yang dikatakan Young Do saat datang ke rumah Tan. Karena ia ingin menjadi tunangan yang baik, maka ia akan memberi kesempatan pada Tan untuk menyembunyikan hal itu. Tan berkata kalau tak ada yang ia sembunyikan, “Hanya jangan terlalu terkejut kalau aku mengungkapkan segalanya.”
“Mengungkapkan apa?” tanya Rachel sambil berjalan masuk ke kamar.
“Kelemahan.”
“Jika kau tahu kelemahan musuhmu, maka kau dapat memahaminya lebih baik,” jawab Rachel. Tan pun menimpali kalau begitu hari ini Rachel akan mendapat jackpot.
Rachel masih tak mengerti apa yang Tan bicarakan. Ia melihat dreamcatcher yang tergantung di jendela dan ingat kalau barang itu tergantung di rumah Tan di America dan heran mengapa Tan menyimpan barang murahan seperti itu.
Tan tak menjawab dan meminta Rachel untuk duduk. Rachel merajuk, berkata ironis sekali karena ia bisa datang ke rumah Tan saat ia mengancam untuk memutuskan pertunangan. Tan minta maaf, dan Rachel berkata kalau Tan tak perlu minta maaf. Tapi Tan menjawab, “Aku ingin meminta maaf sebelumnya.”
“Sebelumnya?” Rachel heran mendengarnya. “Apa kau akan melakukan sesuatu yang buruk?”
“Ya. Kau penasaran, kan pada apa yang dilihat Young Do di sini? Aku akan menunjukkan padamu sekarang,” jawab Tan, membuat Rachel semakin heran.
Nyonya Jung mengunjungi istri simpanan suaminya di kamar. Ia berkata kalau sudah lama sekali sejak ia melihat Nyonya Han seperti ini. “Sudah 18 tahun, kan? Saat itu aku menangkap basah dirimu. Saat itu pasti kau tak tahu kalau tempatmu akan selalu berada di sini. Di rumah besar ini, hanya kamar inilah kau bisa menikmati kebebasanmu.”
Walau menangis, Nyonya Han tak menghiraukan ucapan Nyonya Jung. Ia menyuruh Nyonya Jung pergi karena ada tamu di luar sana, tapi Nyonya Jung menyiramkan air ke wajahnya.
“Tutup mulutmu,” bentak Nyonya Jung. “Kau sudah berlaku kasar. Kau pikir siapa dirimu menyuruhku keluar?”
Tan masuk dan melihat wajah ibunya basah kuyup dan penuh air mata. Ia segera mengeringkan wajah ibunya dengan handuk walau ibunya meminta Tan untuk tak menghiraukannya. Nyonya Han khawatir kalau Presdir Kim akan mencari-cari Tan.
Nyonya Jung menghela nafas dan sebelum pergi ia berkata sinis, “Mungkin untuk alasan inilah kenapa orang memiliki anak.”
Tan menggenggam tangan ibunya dengan erat dan meminta ibunya untuk tak pernah melepaskan tangannya. “Ayo kita kelur,” pinta Tan dan menarik tangan ibunya.
Nyonya Han meronta, namun Tan tetap membawa ibunya ke ruang tengah. Presdir Kim kaget melihat mereka muncul. Begitu pula Esther yang langsung mengenali Nyonya Han sebagai ibu Cha Eun Sang.
“Tidak. Yang Anda lihat itu salah. Wanita yang ada di sampingku ini.. “ Nyonya Han mencoba mencegah anaknya, tapi Tan menggenggam tangan ibunya semakin erat, “.. adalah ibuku.”
Semua kaget mendengarnya. Presdir Kim terbelalak mendengar Tan melanjutkan ucapannya, “Ia adalah ibu kandungku, yang telah melahirkanku.”
“Dan aku adalah anak kedua Presdir Grup Jeguk,  anak di luar nikah Kim Nam Yoon. Aku menyadari apa dampak pengakuan ini bagi ayahku, Bu Presdir, CEO Lee dan teman lamaku. Karena itu, pertunangan ini seharusnya dihentikan saja.”
Esther dan Rachel tercengang mendengar pengakuan. Presdir Kim berkata dengan tenang kalau ia akan menelepon Esther untuk memutuskan tanggal (pernikahan). Tapi Esther berdiri dan berkata kalau ia yang akan memutuskan tanggalnya. Dan ia juga yang akan menelepon Presdir Kim.
Ia langsung menarik Rachel yang masih tertegun akan kenyataan yang baru saja ia dengar ini. Nyonya Jung mengikuti mereka keluar untuk menenangkan.
Hanya bertiga, Presdir Kim langsung menampar Tan dengan keras. Dua kali. Nyonya Han meminta Tan meminta maaf, tapi Tan tetap diam bergeming di tempatnya.
Nyonya Han buru-buru mengatakan kalau Tan tak bersalah karen ia yang menyuruh anaknya melakukan pengakuan itu, “Aku yang memintanya karena aku tak tahan hidup seperti ini. Karena dia sudah dewasa, aku minta ia melakukan sesuatu..”
“Ibu, tolong hentikan..” sergah Tan. Nyonya Han meminta Tan untuk segera berlutut. Tapi Tan tak mau. Ia memandang ayahnya marah, “Kali ini aku tak akan berlutut dan mohon ampun. Aku akan hidup seperti ini beberapa saat. Jika setelah aku hidup seperti ini dan ternyata aku menyesali keputusan yang aku lakukan hari ini, saat itu aku akan memohon ampun. Tapi aku percaya kalau aku tak akan menyesalinya.”
“Anak bodoh,” tukas Presdir Kim geram. “Anak yang menyedihkan. Anak idiot.”
“Kalau Ayah ingin mengusirku, silahkan. Tapi tidak dengan ibu. Ibu adalah perempuan milik Ayah. Ayah yang harus menjaganya,” jawab Tan keras. Presdir Kim pergi meninggalkan mereka dan Nyonya Han menangis, memukuli putranya dengan lemah dan bertanya mengapa Tan melakukan hal ini.
Di kamar Tan, Nyonya Han terus menangis. Tan meminta ibunya agar berhenti menangis karena ibunya bisa sakit. Nyonya Han marah dan kembali bertanya, mengapa Tan melakukan hal ini? “Apa kau pikir kau melakukan semua ini untukku? Selama 3 tahun kau di Amerika, aku tak dapat bernafas karena tinggal bersama Won dan ayahmu. Aku menunggu kedatanganmu. Tapi kenapa kau melakukan hal ini?”
Dengan nada lebih lembut, Tan meminta maaf karena memiliki pikiran yang berbeda dengan ibunya. Nyonya Han hanya bisa menangis.
Di kafe, Eun Sang bekerja tapi tak dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya karena memikirkan pertemuan dengan Tan sebelumnya. Beberapa tugas yang harus diselesaikan, juga tak dikerjakan membuat si bos marah padanya.
Ia hanya bisa minta maaf dan akhirnya keluar untuk membuang sampah yang seharusnya sudah ia buang sejak tadi.
Saat akan kembali ke dalam café, ia melihat Tan berdiri di sana. Ia melihat kesedihan di wajah Tan. Dan saat Tan menangis, tanpa sadar ia pun menangis.




source :
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-12-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-12-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment