Wednesday, December 18, 2013

The Heirs Episode 6

Kembalinya Kim Tan ke sekolah Jeguk High School, membawa kehebohan sendiri. Para murid berkumpul di Hall depan melilinginya. Young Do muncul, dan berhadapan langsung dengan Kim Tan. Kedunya saling menyapa dengan nada tidak bersahabat, saling menatap tajam.

Tiba-tiba Eun Sang masuk ke tengah kerumunanan tanpa menyadari keadaan sekitar, karena ia sedang sibuk mengetik sms. Eun Sang berhenti mengetik sms, menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia menegakan kepalanya, melihat sekitar. Di sebelah kanan ada Kim Tan, dan disebelah kanan ada Young Do.

Eun Sang bingung, tak tahu apa yang terjadi. Young Do bersuil, "Ini seperti 1 set paket hadiah lIburan", tersenyum dengan gaya khasnya. 


"Kau datang tanpa memakai seragammu?", tanya Kim Tan. Wajah Young Do langsung suram, menyadari Kim Tan dan Eun Sang saling kenal.

Eun Sang seperti blank, tidak bisa mencerna. Chan Young maju, menggandeng tangan Eun Sang pergi dari sana, "Ikuti aku", ucapnya sambil melirik Kim Tan.

"Aku sangat kesal!", gerutu Bo Na marah, dan disahut "Aku juga", oleh Rachel. 

Young Do terus mengamati Kim Tan yang masih melihat kepergian Eun Sang dari sudut matanya.

Rachel mendekati Young Do dan bertanya, "Apa kau sudah selesai memberi salam?". Tanpa menunggu jawaban Rachel berbalik hendak menghampiri Kim Tan. 

Tapi Young Do menariknya dengan kasar, mencengkram pundak Rachel agar tetap di sisinya. "Oppa masih belum selesai bicara, sister!", ucapnya dengan nada di tekan seolah menantang Kim Tan. "Kita tidak bisa mengakhirinya tanpa pelukan atau air mata". 

Rachel meronta, "Lepaskan!".

"Aku tidak tahu tentang pelukan. Tapi kau bisa bertanya padaku tentang tangisan, karena aku bisa membuatmu menangis", balas Kim Tan dengan tatapan tajam. 

Young Do : Lihat? Ini sudah mulai menyenangkan. Huf. Aku akan menjadi semangat untuk ke sekolah setiap pagi sekarang.

Kim Tan maju mendekat dan menarik Rachel, membebaskan gadis itu dari cengkraman Young Do. Rachel sedikit terkejut dengan tindakan Kim Tan.

"Kalau kau khawatir,  harusnya kau pindah. Karena aku tidak bisa. Karena aku tidak bisa melakukan itu. Ibuku (Ny. Ji Sung) adalah ketua dewan (yayasan)", ucap Kim Tan. 

(Seperti yang pernah saya jelaskan sebelumnya, di mata hukum dan dimata publik. Kim Tan adalah anak dari Ny. Ji Sung).

"Ooo...", Young Do mengolok karena ia mengetahui siapa ibu kandung Kim Tan yang sebenarnya, "Omma (Ny. Han) dan Omoeni (Ny. Ji Sung). Begitu kah cara kamu membedakan keduanya?". 

Wajah Kim Tan mengeras, rahangnya bergemetak menahan geram. Young Do semakin menjadi, "Apakah aku bersikap berlebihan sekarang?. Aku sangat senang bertemu denganmu lagi. Ayo berteman". 

Young Do melangkah masuk ke dalam dengan senyum kemenangan, di ikuti Myung Soo. Kim Tan menatap marah punggung Young Do. Rachel mengajak Kim Tan bicara di suatu tempat, lalu jalan pergi lebih dulu. Kim Tan mengikuti di belakang. 

Satu persatu anak-anak membubarkan diri, masuk ke dalam gedung sekolah. Hyo Shin tersenyum melihat dari atas. 

Bo Na dan Ye Sol masih di tempat mereka, melihat Kim Tan dan Rachel pergi.

"Jadi dia Kim Tan yang terkenal itu?", tanya Ye Sol pada Bo Na. "Aku dengar dia bahkan lebih jahat dari Choi Young Do. Tapi dia sangat tampan".

"Itulah kenapa dia adalah iblis. Dia mem-bully yang lainnya dengan wajah setampan itu", ujar Bo Na. 

"Bagaimana kau mengenalnya?", tanya Ye Sol heran. 

"Dia cinta pertamaku. Si brengsek", jawab Bo Na

Ye Sol kaget, "Benarkah? Kau pernah pacaran dengan Kim Tan?. Bagaimana semua ini bisa terjadi pada saat yang bersamaan?". 

Bo Na diam saja, tak lepas memandang Kim Tan yang semakin menjauh.

Rachel berkata sepertinya ia harus mentraktir Myung Soo makan. Jika Myung Soo tidak menyebarkan rumor mengenai kembalinya Kim Tan. Ia pasti akan tercengang seperti orang lain yang tidak mengetahui apa-apa. Padahal statusnya adalah tunangan Kim Tan. Kim Tan menanggapi santai menyuruh Rachel mentraktir Myung Soo makanan yang enak. 

"Dia (Eun Sang) ditransfer ke sekolah ini. Apakah itu ada hubungannya denganmu?", tanya Rachel menuntut penjelasan. 

"Itu tidak ada hubungannya denganku, karena pasti Ibuku yang menandatangai surat persetujuannya", jawab Kim Tan. 

Rachel bertanya karena ia penasaran, jika Kim Tan lah yang menginginkan kepindahan Eun Sang. Kim Tan menjawab, "Sejak kapan keinginanku menjadi urusan keluargaku?. Aku bahkan bertunangan tanpa aku menginginkannya. Cha Eun Sang ditransfer ke sekolah ini tidak ada hubungannya denganku". 

Rachel terkejut sekaligus terluka mendengar pengakuan Kim Tan barusan. Ia tahu sekarang, Kim Tan bertunangan dengannya karena desakan orang tua bukan keinginan Kim Tan sendiri.

Rachel melunak, mengajak Kim Tan bicara mengenai hubungan mereka saja. Kim Tan tidak bersedia, "Kita sudah berbicara tentang kita sekarang".

Kim Tan pergi. Rachel menghela napas. Pasti hatinya sakit.

Eun Sang dan Rachel bicara di taman sekolah. Chan Young berkata seharusnya Eun Sang menelponya, jadi mereka bisa datang ke sekolah bersama-sama. Eun Sang balik berkata seharusnya Chan Young yang menelponya, "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau Kim Tan adalah anak dari pemilik Grup Jeguk?". 

Chan Young diam sebentar, "Jadi kau sudah tahu". Eun Sang bilang seharusnya Chan Young memberitahu hal itu padanya. Chan Young tanya, "Dan jika memang aku memberitahumu?
Apakah kau akan meninggalkan rumah itu?".

Eun Sang diam. Karena itulah kenapa Chan Young tidak memberitahu Eun Sang. Karena tak mungkin Eun Sang meninggalkan rumah itu. "Dibandingkan dengan apa yang ada di depanmu, tidak penting siapa itu Kim Tan. Sebaliknya, aku akan memberitahumu sesuatu yang penting, sesuatu yang terbentang di depanmu".

"Kenapa kau terdengar sangat serius?. Kau membuatku takut". kata Eun Sang.

"Dengarkan baik-baik. Ada peringkat sosial yang ketat di sini", jelas Chan Young. 

"Kelas tertinggi. 'Kelompok Ahli Waris Pengusaha'. Sederhananya , putra dan  putri dari keluarga konglomerat".

Contoh : Choi Young Do, Yoo Rachel.

"Kelas kedua, 'Kelompok Ahli Waris Pemegang Saham '. Mereka tidak berpartisipasi dalam manajemen, tetapi mereka sudah pemegang saham yang utama". 

Contoh : Lee Bo Na

"Kelas Ketiga, "Kelompok  Ahli Waris Kehormatan".Menteri , politisi , hakim agung , dan pemilik firma hukum. Anak-anak dari keluarga seperi itu". 

Contoh : Lee Hyo Shin, Jo Myung Soo.

"Dan kelas keempat, 'Kelompok Kesejahteraan Sosial' seperti kau dan aku".

"Kelompok kesejahteraan sosial", tanya Eun Sang tak mengerti. 

Chan Young menjelaskan itu adalah nama kelompok untuk anak-anak yang masuk ke sekolah melalui kepedulian sosial (beasiswa). Eun Sang heran sebutan itu cocok untuk dirinya, tapi tidak untuk Chan Young. Chan Young mengatakan, "Apakah kau tahu sistem kasta?. Seorang putra dari kepala sekretaris?. Aku hanya 'Shudra' (rakyat biasa). Peringkat yang paling rendah".

"Jika kau seperti itu, lalu bagaimana denganku?", tanya Eun Sang mulai panik, "Apakah aku bisa bertahan di sini?".

Chan Young berkata setidaknya Eun Sang memiliki seseorang di sisinya, "Semua orang disini berdiri sendiri ketika baru masuk, termaksud aku". Chan Young menatap Eun Sang, mencoba memberikan dukungan pada temannya itu.Tetap saja ada gurat kekhawatiran di wajah Eun Sang.

Ponsel Chan Young berdenting menerima pesan baru. Setelah membaca pesan, Chan Young bergurau sedikit bergurau memanggil Eun Sang dengan panggilan murid pindahan, "Kau di panggil ke kantor guru. Aku adalah ketua kelas (Osis). Kau bisa bertanya padaku, jika kau ingin tahu sesuatu". 

"Terima kasih", ucap Eun Sang. "Pertanyaan pertama. Dimana kantor gurunya?".

Eun Sang tiba di kantor guru. Guru memberikan beberapa lembar form yang harus diisi. Form pertama berisi mata pelajaran yang wajib Eun Sang ikuti, form ke dua berisi pilihan mata pelajaran tambahan apa yang ingin Eun Sang ikuti, seperti sistem kuliah. Dan form terakhir adalah data diri siswa. Guru minta Eun Sang mengisinya sekarang. 

Eun Sang data dirinya dengan cepat, tapi pada saat mengisi kolom data diri mengenai orang tau, ia sempat terdiam beberap detik. Kolom pendidikan tertinggi orang tua, Eun Sang kosongkan. Kolom pekerjaan orang tua, Eun Sang menulis, "Ibu rumah tangga".

"Aku dengar Ibumu adalah pembantu rumah tangga. Itu sebabnya kau mendapatkan biaya pendidikan gratis", ucap Guru. 

Ucapan ibu guru ini di dengar oleh anak berkacamata yang pernah Young Do bully pada episode 1. Dia juga ada di ruangan guru dan tak sengaja mendengar. Nama murid ini adalah Joon Young.

"Dia juga seorang Ibu rumah tangga", sahut Eun Sang menunduk

"Hm..Oke", kata guru, bertepatan dengan bunyi lonceng, "Kelas pertama mu dengan aku. Ini  kelas wajib.  Belajarlah dengan baik".

Guru membawa Eun Sang masuk kelas. Dan sebuah kebetulan Eun Sang satu kelas dengan Kim Tan, Young Do, Ye Sol dan Joon Young. Guru mengenalkan Eun Sang sebagai murid pindahan yang akan bergabung dengan murid lainya mulai hari ini, "Sapalah mereka".

Eun Sang membungkukan badan, mengucapkan salam dalam bahasa formal. Seisi kelas menertawainya kecuali Kim Tan dan Young Do. Sadar di tertawai, Eun Sang merubah bahasanya menjadi bahasa non formal, dengan suara lebih keras.

"Aku Cha Eun Sang. Aku murid yang biasa saja. Aku bisa melakukan semuanya sendiri. Jadi aku tidak akan meminta bantuan kalian. Bantuan apapun itu akan terasa berlebihan. Senang bertemu dengan kalian".

"Ooohh....!", reaksi dari murid lain mendengar perkenalan Eun Sang.

Guru menyuruh Eun Sang duduk di kursi kosong. Seorang murid yang duduk di depan Young Do mengajukan pertanyaan, murid ini adalah salah satu teman Young Do yang hobby membully orang lemah. Dia bertanya bagaimana bisa Eun Sang masuk ke sekolah ini.

Eun Sang terpaku diam, bingung tak tahu harus menjawab apa. Semua mata tertuju pada Eun Sang menanti jawaban. Begitu pula dengan Kim Tan. Di kelas itu hanya Kim Tan dan Joon Young yang mengetahui apa pekerjaan orang tuan Eun Sang. 

Kim Tan mengankat tangan, "Ada siswa baru juga di sini". Guru tanya apa ada yang tidak kenal Kim Tan di sekolah ini. Tapi Kim Tan berkata ia tidak boleh melewatkan kesempatan ini dan harus tetap memberi salam.

Kim Tan berdiri jalan ke depan kelas, alis Young Do terangkat menandakan ia tertarik. Young Do tahu Kim Tan sedang membantu Eun Sang. Membuatnya semakin penasaran.

"Miggir. Sekarang giliranku", kata Kim Tan dingin bersikap tak mengenal Eun Sang. 

Eun Sang duduk dibangku kosong yang tersedia. Ia duduk di belakang Joon Young, dan  Ye Sol duduk di belakangnya.

Ye Sol yang menyukai Young Do terus memandang pria itu, tapi ia malah melihat Young Do yang sedang memperhatikan Eun Sang sejak duduk dibangkunya.

Kim Tan mengenalkan diri, "Aku adalah Kim Tan. Aku tidak akan memberi tahu kalian sekolahku dulu. Aku baru saja kembali dari Amerika. Aku juga ingin menjadi murid yang biasa saja dan tidak mengalami kesulitan di sekolah ini. Mohon kerja samanya", Kim Tan menatap tajam Young Do, yang ditatapap pun balas menatap balik. 

Ny. Han memanggil Hee Nam sambil mencari di sekitar rumah. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat Hee Nam berada di kamar mandi, sedang membersihkan bath tub. Tak seperti biasanya, Hee Nam memakai pakaian pelayan, dan roknya tersingkap keatas, hingga melihatkan kedua pahanya persis adegan dalam film korea, "The Housemaid". 

(Film dewasa yang dibintangi Jeon De Yeon, menceritakan kisah seorang pembantu yang berselingkuh dengan majikannya sendiri). 

"Kenapa kau memakai pakaian itu saat membersihkan? Bukankah itu tidak nyaman?", tanya Ny. Han syok.

Hee Nam menulis, "Untuk merubah mood". 

"Lalu bagaimana dengan moodku", tanya Ny. Han marah. "Apakah kau sedang syuting film
atau apa?". 

Hee Nam menunduk bersalah. Ny. Han menggerutu, "Dari semua film...(kenapa dia harus memilih film itu). "Apakah kau melihat ​​blus kremku, yang hanya ada 2 di Korea. Satunya ada pada Jeon Ji Hyun dan satunya ada padaku". 

Hee Nam menulis, "Dry Cleaning Only". 

"Oh. Benar", sahut Ny. Han. "Aku merasa tidak aman tanpa itu". 

Ny. Han pergi ke galeri lukis Ny. Ji Sung, melihat lukisan yang di pajang di dinding. Ny. Han mencibir, "Apakah dia memiliki mata untuk seni?. Apakah dia tahu apa yang dia gantung di dinding?. 

Ny. Ji Sung datang dengan gayanya bak Nyonya besar, melirik judes ke arah Ny. Han. Ny. Han hanya tersenyum seperti biasa. 

"Kau sudah gila!. Kau pikir, kau ada di mana?", tanya Ny. Ji Sung. 

"Aku di sini sebagai orang tua untuk bertemu dengan Ketua Dewan Sekolah. Aku hanya seorang Ibu yang bersemangat. Ini hari pertama Tan bersekolah. Dia pasti membuat keributan di sini", ujar Ny. Han dengan senyum mengembang. 

Ny. Ji Sung ngomel, "Apakah kau gila?. Aku sudah membuatmu menjadi Nyonya rumah. Jadi tinggallah di rumah! Kenapa kau berkeliaran di luar?. Apakah kau tidak tahu bahwa kau dan aku tidak bisa berada di tempat yang sama?". 

"Apakah aku tidak bisa mendapatkan udara segar?. Siapa aku ini? Rapunzel?", protes Ny. Han kehilangan kesabaran.

Ny. Ji Sung menyuruh Ny. Han pergi ke sungai Han jika ingin mencari udara segar, "Kau harus sadar diri! Ini adalah galeri seni!". Ny. Han berkata ia tak bisa pergi ke sana, seseorang mungkin akan mendorongnya ke sungai. 

Ny. Ji Sung menggertak seperti akan memukul. Ny. Han sigap menghindar, "Apa? Kau mau menamparku lagi?". Ny. Ji Sung mengangkat tangannya, "tamparan kedua tidak akan sesakit itu". 

Buru-buru Ny. Han mengeluarkan visum dari dokter, "Dokter bilang untuk 2 minggu rawat inap. Aku membiarkanmu menamparku dulu, tetapi tidak lagi sekarang. Kau tahu aku bisa menuntutmu dengan ini!". 

Ny. Ji Sung merampas dengan kasar, lalu membacanya. "Diagnosis Cedera : Depresi, panik, dan anthrophobia". (Anthrophobia : Takut pada orang lain). 

Ny. Ji Sung menantang jika Ny. Han ingin mengajukan gugatan lakukan saja. Ny. Han kesal, "Kau pikir aku tidak akan melakukannya?. Jika aku tidak bisa menuntutmu, aku bisa menamparmu". 
"Pergi!. Sekarang", teriak Ny. Ji Sung melemparkan visum dokter ke wajah Ny. Han. Suaranya teriakannya menggeleger di penjuru ruangan. Ny. Han mendesis kesal, susah melawan Nyonya besar model Ny. Ji Sung ini. Bukan tandingan. 

Hyo Shin berada di ruangan Broadcast (klub penyiaran), sedang menulis pengumuman lowongan posisi Produser yang kosong. Kim Tan masuk, lalu mengetuk pintu. (Seharusnya ketuk pintu dulu baru masuk, tapi Kim Tan melakukan kebalikannya). 

"Kau tak usah repot mengetuk pintu", celetuk Hyo Shin lalu kembali menulis. 

"Bersikap baiklah padaku. Sudah setahun kita tak bertemu". protes Kim Tan. "Setidaknya, ucapkan selamat datang kembali". 

Hyo Shin berdiri, merentangkan kedua tangannya, "Kenapa? Kau ingin pelukan?".
Kim Tan menjauh sedikit, "Hentikan atau aku akan jatuh cinta padamu". (Buahahahaha). Love this scene.

Keduanya tersenyum ramah. Kim Tan tanya bagaimana kabar Hyo Shin, apakah semuanya baik-baik saja. Apa Hyo Shin masih pintar dan terus belajar. Hyo Shin menjawab tentu saja, lalu tanya apa Kim Tan akan menetap di sini (Korea). 

Kim Tan bilang ia mengenakan seragam sekarang, itu tandanya ia kembali selamanya. Kim Tan lalu mengomentari ruangan penyiaran ini terlalu besar untuk ukuran ruangan broadcast SMA. Hyo Shin berkata ini semua berkat kekayaan ayah Kim Tan. 

Hyo Shin menunjukkan pengumuman yang ia tulis tadi, ia bertanya apa Kim Tan mau mengikuti test untuk mengisi lowongan produser program. 

"Wajahku terlalu tampan untuk itu", kata Kim Tan percaya diri. Hyo Shin tersenyum mendengarnya. 

Tiba-tiba Bo Na masuk, dan langsung berbalik begitu melihat Kim Tan ternyata ada di dalam. Kim Tan menyapa ramah, "Bagaimana kabarmu, Lee Bo Na?". 

"Baik", sahut Bo Na ketus. 

Kim Tan tanya dimana Chan Young. Bo Na menjawab lebih ketus, setengah teriak, "Chan Young tidak melakukan kesalahan apapun!", ucapnya lalu keluar. 

Kim Tan heran. Hyo Shin berkata ia mendengarnya (apa yang dikatakan Boo Na).

"Lalu apa kesalahan yang telah aku lakukan?", tanya Kim Tan bingung.  (Hihihi...Kim Tan gak salah, Bo Na aja yang ke-geeran).

(Hm. Ternyata hubungan Kim Tan dan Hyo Shin baik, mereka cukup dekat dan saling menyapa ramah. Hyo Shin bersikap lebih ramah pada Kim Tan dibandingkan dengan Young Do. Saya pikir Hyo Shin menyebut Kim Tan sebagai "Lucifer", karena dia tak menyukai Kim Tan, tapi justru sebaliknya. Apa mungkin Hyo Shin senang Kim Tan kembali, sehingga Young Do mempunyai lawan tangguh dan tidak bisa berkuasa seperti sebelumnya. Hm..menarik).

Di ruang loker, Bo Na menumpahkan kekesalannya pada Ye Sol. Bo Na kesal kenapa Kim Tan mencari Chan Young, dia ingin menghajarnya atau apa?. Ye Sol tak mengerti kenapa Kim Tan ingin menghajar Chan Young. 

"Kenapa lagi? Dia masih tidak bisa melupakan aku", jawab Bo Na pede, membuat Ye Sol jengah. 

Bo Na bertanya-tanya kenapa Kim Tan kembali, ia ingin melupakan semuanya, karena itu hanya masa lalu, "Aku sangat membencinya, tapi dia hot banget".

Ye Sol mengakui Kim Tan memang sangat tampan, "Tapi Young Do lebih tampan dibandingkan Kim Tan dan Chan Young". 

"Apa?". protes Bo Na.

Myung Soo muncul dan bergabung dengan mereka, "Menurut kalian bagaimana?". Bo Na tak mengerti apanya. Myung Soo mengatakan tentang murid pindahan itu (Eun Sang), ia merasa pernah melihatnya, "Aku pikir aku pernah melihatnya di suatu tempat. Apakah hanya aku?". 

Ye Sol berkata jika Myung Soo merasa pernah melihatnya, mungkin saja di klub malam (Ketahuan nich, Myung Soo sering dugem). Myung Soo tertawa, "Benarkah?".

Rachel berdiri di depan lokernya, tak jauh dari mereka. 

Di saat yang tepat, Eun Sang jalan di kodidor loker. Myung Soo melambaikan tangan, memanggilnya dengan sebutan murid pindahan. "Ingat namaku?. Siswa terbaik di Jeguk". 

"Jo Myung Soo", jawab Eun Sang membaca name tag Myung Soo. 

"Wow. Kau pintar", puji Myung Soo. "Aku juga tahu nama kamu. Cha Eun Sang , kan?. Eun Sang ada di sisi sebelah mana?". 

Eun Sang tak mengerti, apa maksudnya. Myung Soo menjelaskan, ada 2 jenis golongan murid pindahan. Golongan orang kaya baru atau golongan kesejahtraan sosial (menerima tunjangan beasiswa). "Jadi kamu dari golongan mana?". 

Eun Sang diam melirik Bo Na. Bo Na menyahut ketus, "Mengapa kau menatapku? Jawab saja sendiri". 

(Gak yakin Bo Na tahu ibu Eun Sang berkerja di rumah Kim Tan. Tapi yang jelas, Bo Na tahu perkerjaan paruh waktu yang dilakukan Eun Sang, dan kenyataan Eun Sang bukanlah orang kaya). 

"Apa kau mengenalnya". tanya Rachel ingin tahu. 

"Dan jika memang iya, kenapa? Kau pikir aku akan memberitahumu?", sahut Bo Na sewot. "Kau tidak memberitahuku tentang kembalinya Kim Tan ke Korea".

"Lupakan saja", Rachel menutup lokernya, pergi dari sana. 

Ye Sol merasa aneh, "Kau murid pindahan baru disini, tapi Kim Tan dan Choi Young Do mengenalmu, Bo Na juga. Chan Young menyeretmu dan Rachel sudah membencimu. Siapa sebenarnya dirimu?. 

Semua mata tertuju pada Eun Sang menanti jawaban. Eun Sang diam tak bisa menjawab. Harus menjawab apa, terlalu ribet. 

"Orang kaya baru", seru Kim Tan tiba-tiba di belakang mereka. Lalu jalan mendekati Eun Sang. 

Myung Soo sudah menduga, pastilah Eun Sang orang kaya baru yang belum tahu bagaimana cara menghabiskan uangnya. Bo Na tidak tahan dan langsung pergi, karena Kim Tan ada disitu. 

"Orang kaya baru, ikut aku", ucap Kim Tan jalan duluan. Tapi Eun Sang malah berbalik, jalan berlainan arah. 

Kim Tan menoleh ke belakang, sedikit kesal karena sikap keras kepala Eun Sang. Hm..sepertinya Eun Sang marah sama Kim Tan.

Eun Sang jalan keluar sekolah dengan melamun, Young Do melihat dan sengaja mengulurkan kakinya, menjegal Eun Sang hingga tersandung. Young Do menangkap tangan Eun Sang, "Apakah kau baik-baik saja?", tanyanya sok baik. 

"Kau yang hampir membuatku terjatuh", ujar Eun Sang masih terkejut. 

"Aku tidak bisa menyelamatkanmu jika aku tidak melakukan itu", balas Young Do masih mengenggam tangan Eun Sang.

Eun Sang menarik tangannya, "Kau orang aneh". 

Young Do tanya hanya aneh, tidak menakutkan. Eun Sang balik tanya kenapa harus takut. Young Do mengatakan karena ia akan sering membuat Eun Sang jatuh, lagi dan lagi. Eun Sang tertegun. Sekarang Young Do ingin bertanya sesuatu dan kali ini Eun Sang harus menjawabnya dengan benar, "Apa hubunganmu dengan Kim Tan?". 

"Jika kau penasaran, kenapa kau tidak bertanya langsung padanya?", jawab Eun Sang. 

Young Do mulai kehilangan kesabaran, "Oh. Aku lupa memperkenalkan dirimu. Mulai hari ini, kau milikku. Dengan kata lain "Shuttle" alias pesuruhku. Bisakah kau menjawabnya sekarang?. Bagaimana kau bisa mengenal Tan?", tanyanya dengan nada mengancam. 

"Mengapa kamu peduli jika dia mengenal aku tidak?", sahut Kim Tan dari belakang, jalan mendekati mereka. "Tanya aku. Tanya saja langsung padaku".

Kim Tan ke Eun Sang, "Aku bilang ingin berbicara denganmu. Kenapa kau lari?. Jangan pernah berpikir untuk lari. Sekarang pergilah". 

Eun Sang pergi, kedua namja itu memandanginya menjauh. Young Do berkata ia hanya ingin menambah teman baru, tapi Kim Tan menghalanginya. 

"Kau lebih baik tidak punya teman. Kenapa kau bersusah payah mencari teman kalau pada akhirnya kau akan menyingkirkan mereka?", Kim Tan pergi.

Wajah Young Do mengeras, sindiran yang sangat tepat mengena sasaran. 


Kim Tan dan Eun Sang bicara di taman. Eun Sang berdiri membelakangi Kim Tan. Kim Tan tanya apa Eun Sang akan terus menghindar darinya. Wajah Eun Sang  bagaimana ia bisa menghindari Kim Tan, bahkan ketika ia pulang, Kim Tan masih ada disana. 

Kim Tan tak bermaksud menyembunyikannya. Mata Eun Sang berkaca-kaca, "Sengaja atau tidak hal itu tak mengubah fakta bahwa itu menyulitkanku".  

"Apakah kau menangis?", tanya Kim Tan. 

Eun Sang berbalik, menatap Kim Tan, "Apakah kau bisa membantuku?. Berpura-puralah kau tidak mengenalku. Aku benar-benar ingin lulus dari sekolah ini. Aku butuh ijazah dari sekolah ini. Tapi semuanya kacau bahkan pada hari pertama. Apa yang kau pikirkan dengan memanggilku dengan sebutan orang kaya baru?". 

"Kau tidak menyukainya?. Haruskah aku membuatmu menjadi pewaris konglomerat (Chaebol)?", tanya Kim Tan. 

Eun Sang berkata aku serius sekarang. Kim Tan balik berkat, "Kau pikir aku bercanda. Aku ingin membuatmu nyaman di sini". Eun Sang berkata bisa saja mereka mengetahui yang sebenarnya. 

"Tetaplah di sisiku. Selama kau ada di sisiku, itu tidak akan terjadi. Kamu tidak punya alasan untuk khawatir. Juga, cobalah untuk menghindari  Choi Young Do", pinta Kim Tan.

"Tidak! Alasan kenapa Young Do bertanya padaku dan alasan kenapa semua perempuan itu melotot padaku adalah karena kau. Bahkan saat ini, mereka mengintip saat kita bicara".

Kim Tan menoleh ke samping, memang ada beberapa siswa yang duduk dibangku taman sedang melihat ke arah mereka.

Eun Sang melanjutkan, "Bukan Choi Young Do yang harus aku hindari. Tapi kau", Eun Sang pergi. 

Kim Tan menarik napas, mengambil ponselnya menghubungi Chan Young. Ia mengajak Chan Young bertemu dengannya sepulang sekolah. 

Kim Tan menemui Chan Young di studio milik Myung Soo. Markas tempat Young Do dan Myung Soo berkumpul. Kim Tan yang sedikit heran tanya tempat apa ini. Chan Young menjawab, "Studio, alias tempat nongkrong Myung Soo". Kim Tan tak pernah tahu Myung Soo bekerja di luar klub. 

Kim Tan tanya apa yang sedang Chan Young lakukan. Chan Young mengatakan sedang memperbaiki komputer Myung Soo yang rusak. Kim Tan tanya, "Kau ahli dalam bidang komputer?". Chan Young menjawab lumayan. 

Setelah selesai memperbaiki, Chan Young tanya kenapa Kim Tan ingin menemuinya. Kim Tan tanya apa Chan Young tahu Eun Sang tinggal di rumahnya. Chan Young bilang Eun Sang juga tahu dia tinggal di rumah Kim Tan. 

Itu sebabnya, Kim Tan minta Chan Young jangan beritahukan orang lain fakta bahwa Eun Sang sekolah di SMA Jeguk dengan beasiswa kesejahteraan, "Hubungan antara dia dan keluarga ku, dan hal-hal lain tentang identitasnya.

Chan Young menyinggung senyum, merasa tersinggung, "Apakah kau baru saja menyuruhku menutup mulut?. Aku sudah menjadi temannya selama 10 tahun". 

"Teman bisa saja menjadi musuh yang potensial. Karena kalian terlalu banyak tahu tentang satu sama lain. Itulah dunia yang aku alami", jelas Kim Tan.

"Chan Young-ah", Bo Na datang memanggil nama kekasihnya dengan riang. Kim Tan dan Chan Young langsung menoleh ke pemilik suara.
Saat melihat Kim Tan, Bo Na langsung berbalik pergi pura-pura menelpon. (Bo Na pikir, Kim Tan lagi cari ribut sama Chan Young. Bo Na ini lucu, kegeeran sendiri).

Kim Tan heran, Chan Young tersenyum geli. 

"Sepertinya Lee Bo Na tidak bisa melupakan aku", ujar Kim Tan. 

Chan Young : Apakah orang menghindari truk sampah karena mereka tidak bisa melupakannya?.
Kim Tan : Apa?. Truk sampah?. 

(Hahaha..ganteng abis gitu di bilang truk sampah. gak sopan!). 

Eun Sang masuk kekamar, lesu tanpa semangat. Hee Nam mendekat, menyenggol bahu putrinya, bertanya dalam bahasa isyarat, "Bagaimana sekolahmu? Apakah semua siswa baik pada kamu?. Bicaralah! Ibu ingin tahu". 

Eun Sang mengajak ibunya pindah dari rumah Kim, "Tak bisakah kau mendapatkan pinjaman?. Tak bisakah ibu meminjam uang dari seseorang?". 

Hee Nam : Keluar dari mana? Hentikan omong kosong itu dan fokus pada sekolahmu.

"Aku tidak peduli tentang sekolah. Ayo keluar dari dari ruangan kecil ini!. Aku bisa mencari pekerjaan lagi. Kita bisa membayar uang sewa". desak Eun Sang. 

Hee Nam menyuruh Eun Sang jangan pernah berpikir tentang hal itu, jangan bermimpi tentang hal itu, "Aku sudah melakukan semuanya bahkan bekerja di restoran. Semuanya memecatku dalam waktu 3 bulan. Tidak ada yang akan menerima orang bisu sepertiku".

"Apakah salahku Ibu tidak bisa bicara?", tanya Eun Sang putus asa.
"Jadi apakah ini salahku?", tanya Hee Nam sedih. 

"Ini tidak adil", Eun Sang menangis, "Kenapa kita harus hidup seperti ini tanpa masa depan?. Ini membuatku gila".

Hee Nam termenung sedih. Orang tua lah yang paling merasa sedih jika melihat anaknya menderita. 

Kim Tan mondar mandir di gudang wine, memutar-mutar ponselnya. Seperti ingin menghubungi seseorang. Tak lama ia mendengar, suara dari atas. Kim Tan langsung sembunyi di tempat kemarin, dibalik tembok. 

Eun Sang masuk ke gudang wine membawa notebook, sembari menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya. Eun Sang duduk didekat tembok, menyalakan note book. Di mesin pencari internet Eun Sang mengetikan kata, "Seragam Bekas SMA Jeguk". Tidak ada hasil penelusuran.

Perasaan marah dan putus asa kembali menghinggapinya. Eun Sang duduk melamun, mendengarkan alunan musik yang mengalun pelan dari notebook-nya (Ost. The Heirs Part 3, "Love People").



Kim Tan tak bersuara. Keduanya diam mendengarkan lagu dengan pikiran masing-masing.

♫ Bahkan ada saat , jalan ini terlihat terlalu jauh ♫
♫ Bahkan jika air mata menetes karena kau sedih ♫
♫ Sampai semuanya menjadi bagian dari masa lalu ♫
♫ kami berdua , kami akan menjadi tempat istirahat ♫

Kim Tan berinisiatif mengirim sms ke ponsel Eun Sang. "Bisakah kita bertemu sebentar?". 

Eun Sang membalas, "Dimana kau?". 

"Tepat disini", Kim Tan tiba-tiba muncul dari balik tembok mengangetkan Eun Sang. 

"Ya Tuhan", seru Eun Sang meloncat mundur, terkejut setengah mati. (Hahahaha, abis di buat sedih, sekarang dibuat ketawa. Top dech SW Kim Eun Sook).

Eun Sang protes kenapa Kim Tan sembunyi, mengangetkannya saja. Kim Tan berkata Eun Sang lah yang lambat menyadarinya, "Apa kau buta. Kamu lihatkan terang sekali di sana?".  

Eun Sang tanya sudah berapa lama Kim Tan di sana?, "Apakah kau pernah sembunyi di sini sebelumnya?"

"Kenapa bertanya?. Tentu saja", jawab Kim Tan tertawa. Eun Sang ingin tahu kapan. 

Kim Tan balik tanya, "Kenapa?. Apakah kamu melakukan sesuatu yang kamu tidak harus lakukan di sini?".
Kim Tan meraih tangan Eun Sang mendekatkannya ke mulut seperti ingin mencium. 

Eun Sang terbelalak kaget, "Apa yang kau lakukan?". 

"Kau tidak merokok", ucap Kim Tan. (Hahaha). dikira mau nyium tangan Eun Sang sekalinya cuma mau mencium aroma tangan Eun Sang, sembari menggoda. "Apakah kau berbicara tentangku di belakangku?".

Eun Sang buru-buru menarik tangannya, "Lepaskan!".  

Kim Tan minta Eun Sang makan siang bersamanya di sekolah besok. Eun Sang tanya apa Kim Tan tidak mendengarkan perkatananya di sekolah tadi, ia yakin akan baik-baik saja jika melakukan apa yang tadi ia bilang (menghindari Kim Tan).

Kalau begitu, Kim Tan menyuruh Eun Sang kembali ke sekolah lamanya, atau berpura-pura lah menjadi orang kaya baru sampai lulus, dan tetap disampingnya. Eun Sang menolak. 

"Terserah. Makan siang denganku besok", kata Kim Tan. Dan Eun Sang pun diam. 

Keesokan harinya. Saat makan siang, Eun Sang mengambil makanan di buffet sendirian. Restoran dan buffetnya di set'up seperti hotel bintang 5. Hari ini Eun Sang masih mengenakan pakaian casual, dan memakai earphone di telinganya. Siswa lain memandanginya dengan pandangan aneh. 

Eun Sang duduk di meja kosong dekat buffet. Saat mulai makan, Joon Young datang dan menyuruhnya untuk segera pindah. "Minggir. Ini tempatku". Eun Sang melepas earphone, "Aku tidak melihat namamu tertulis di sini", lalu memasang kembali earphonenya. 

Joon Young tahu, Eun Sang tidak sedang mendengarkan musik. Eun Sang tak jadi memasang earphone dan tanya bagaimana Joon Young tahu. Joon Young menyuruh Eun Sang mengecilkan suara bicaranya. 

Joon Young menoleh ke kanan dan kekiri, melihat sekitar. Setelah dirasa aman Joon Young bicara, "Anak-anak berpikir bahwa kau adalah orang kaya baru. Tapi aku telah mendengar semuanya di kantor guru. Tentang pekerjaan Ibumu. Aku mengatakan ini hanya untuk berjaga- jaga. Jangan pernah mengungkapkan identitas kamu yang sebenarnya. Kau tidak akan menginginkan itu, menjadi sukarelawan untuk di kerjai".

"Hati Nurani? Tak seorangpun peduli tentang hati nuranimu. Semua yang mereka senangi adalah kau terus di bully. Satu-satunya hal yang menarik bagi mereka adalah penderitaan yang akan kamu alami. Hadapi itu. Walau aku senditi tak bisa". 

Eun Sang mulai terpengaruh dan tanya apa maksdunya. Joon Young mengatakan ia akan segera pindah ke sekolah lain. 

Young Do dan kedua temannya masuk ke kantin. Joon Young yang mengetahuinya buru-buru mendorong Eun Sang untuk menjauhi dari meja-nya. Teman Young Do langsung mendudukan Joon Young dengan kasar. 

Eun Sang memandang heran. Teman Young Do menegur Eun Sang, "Orang kaya baru! Apakah kau butuh sesuatu?. Kau ingin makan bersama kami?". Young Do mengangkat tangan, "Aku tidak keberatan". 

Eun Sang balik pergi. Teman-teman Young Do mulai mengerjai sasaran pembully'an. Mereka menyuruh Joon Young makan banyak, dengan melemparinya kacang dan kentang. Joon Young makan, sambil menahan marah. Tak berdaya meski ia mencoba melawan. Kasihan Joon Young, makan aja gak bisa tenang.

Eun Sang tak tahan melihat kelakuan nakal mereka, "Hei! Apa yang kau lakukan?", protes Eun Sang melihat ketidakadilan. Hatinya tergerak ingin membantu. 

Kim Tan muncul, langsung menarik Eun Sang pergi, "Aku sudah menyuruhmu, makan bersamaku". Eun Sang minta di lepaskan. Kim Tan tetap menariknya pergi. Mata Young Do mengekor memperhatikan mereka. 

Kim Tan mengiring Eun Sang ketempat duduk yang ia pilih, "Kau ingin duduk di sana (Tempat duduk Joon Young?", Lalu memutar duduk di depan Eun Sang, "Jika kau ingin menyelesaikan sekolah tanpa kesulitan, makanlah dengan diam". 

"Apakah ini alasan kenapa kau ingin makan denganku?", tanya Eun Sang. (Makanya kalo di bilangin ya nurut toh nduk!). 

"Itulah kenapa kau harus mendengarkanku", sahut Kim Tan. 

Eun Sang bingung bagaimana Kim Tan tahu hal ini akan terjadi, "Kau juga murid baru disini?". 

Kim Tan menarik napas, "Karena aku yang memulainya. Waktu itu aku adalah salah satu dari mereka", ujar Kim Tan menunjukan wajah menyesal. 

Tiba-tiba Young Do mengambil tempat duduk di samping Eun Sang, "Aku tidak tahu kenapa mereka mem-bully orang lain. Apakah aku bisa duduk di sini?". 

"Duduklah di tempat lain. Aku ingin menikmati makanan. Untukmu dan aku", ujar Kim Tan. 

Young Do berkata nafsu makannya baru saja datang, "Aku harus duduk dengan murid baru". Eun Sang berdiri. Young Do menarik tangan Eun Sang dengan cepat mendudukannya kembali, "Jangan". 

"Ayo luangkan waktu yang menyenangkan dengan hanya kita berdua", tawar Kim Tan pada Young Do. Tak ingin Eun Sang terlibat dalam masalah.

Tapi Young Do tidak mau, tidak tanpa murid pindahan. "Mereka melihat kita. Mereka mungkin berpikir kita bertengkar". 

Kim Tan kesal, melemparkan sendok ke meja dekat Young Do. Suara yang ditimbulkan membuat anak-anak menoleh ke mereka.

Young Do semakin menjadi, "Makan yang banyak, murid pindahan", ucap Young Do pada Eun Sang. Tapi kok senyumannya terkesan ngolok ya..hehehe. Kim Tan bete.

Eun Sang mulai takut, tapi ia mencoba bersikap berani, "Ayo makan. Kau juga makan yang banyak", lalu makan. 

"Lihat dia. Seorang gadis seperti ini, bagaimana mungkin aku tidak tertarik?", Young Do menekankan kata-katanya yang memang ia tujukan untuk Kim Tan. 


Kim Tan menarik napas kesal, mencoba bersabar menghadapi sikap Young Do yang terus memancing amarahnya. 

Selanjutnya di kelas musik. Ye Sol memainkan piano, murid-murid lain membentuk kelompok sendiri. Bahkan diantara mereka ada yang sibuk memeriksa grafik nilai sahamnya. 

Myung Soo duduk di samping Kim Tan yang duduk selonjor, sembari memejamkan mata. Myung Soo cerita ia membuat studio itu karena dipikir akan kuliah nantinya. Tapi malah digunakan orang. "Kau mungkin bisa temukan foto lamamu  dengan Lee Bo Na disana. Yang dengan Young Do juga.".

Myung Soo terdiam, menyadari kalau ia mulai menyinggung masalah yang sensitif. Kim Tan membuka mata, "Perlihatkan padaku nanti. Yang dengan Young Do juga.". Myung Soo berkata akan mencarinya nanti.

Young Do and the gank masuk, "Maafkan aku. Tapi bisa kalian semua pergi?. Kim Tan dan aku ada sesuatu yang mau kami bicarakan". 

Kim Tan menghembuskan napas panjang. Myung Soo memberi isyarat pada yang lain untuk keluar. Young Do melirik Myung Soo yang masih duduk santai di kursinya.
Myung Soo kaget, "Aku juga?". 

Kim Tan minta Myung Soo keluar dan awasi pintunya, ia tak percaya pada ke dua teman Young Do. Myung Soo berdiri, mengajak 2 teman Young Do keluar. 

Tinggalah Kim Tan dan Young Do berdua. Kim Tan berkata Young Do sangat kekanak-kanakan sekali, kenapa mengusir mereka semua.
Young Do berkata karena ia ingin berbicara tentang apa yang tidak boleh mereka dengar, "Sepertinya kau lupa masa lalu kita, budaya etika, dan lain-lain saat kau di Amerika. Di Korea, mereka melakukan sesuatu yang disebut mendefinisikan peringkat sosial (hirarki) untuk perdamaian. Yang biasanya kita lakukan dulu". 

Kim Tan duduk tegak, "Apa?. Kau ingin berkelahi", emosinya mulai terpancing. 

Young Do tertawa, "Kita bukan lagi anak 8 tahun. Kita sudah 18 tahun". 

Kim Tan : Jadi apa yang kau mau?
Young Do : Kita tidak bisa satu sekolah. Kalau bukan aku yang pergi, maka kau yang pergi.

Kim Tan tersenyum kesal, "Aku baru saja pindah kemarin".
"Kalau begitu pergilah lagi. Aku beri kau kesempatan. Kesempatan untuk pergi sebelum,  aku berkata 'anak haram", ucap Young Do tajam. 

Wajah Kim Tan mengeras, kali ia marah. Berdiri jalan mendekati Young Do, "Aku masih kelewat muda untuk mengerti  pepatah, 'mengalah berarti menang". 
"Aku terlalu kekanakan sehingga sikap Tan yang begini membuatku marah", ujar Young Do. 

Kim Tan menatap tajam, "Sudah terlambat bagi kita untuk berteman kembali".

"Terlambat juga untuk menghindarinya", jawab Young Do.


Sepulang sekolah, Young Do pergi kebengkel. Sepertinya ia ingin memodifikasi motornya menjadi motor balap. Pemilik bengkel tidak setuju, karena hal itu ilegal. Young Do tanya kenapa semua yang ingin ia lakukan ilegal. Pemilik bengkel berkata karena Young Do masih dibawah umur. Tapi Young Do punya jawaban, "Kalau kau melakukannya, aku bisa tumbuh dengan cepat".

Tak lama kemudian, Eun Sang datang mengantarkan pesanan ayam goreng. Ia menyerahkannya pada montir yang sedang bekerja di depan. Young Do yang berdiri di pojok dalam ruangan, melihat Eun Sang. Tapi Eun Sang tidak melihat Young Do dan langsung pergi setelah menerima uang bayaran.

Young Do memperhatikan kotak restoran ayam goreng itu, tersenyum penuh arti dan munculah ide di benaknya. Seolah menemukan mainan baru. 

Beberapa menit kemudian, Eun Sang datang lagi ke bengkel yang sama dengan membawa sekotak pesanan baru ayam goreng. Eun Sang menyebutkan 16.100 won yang harus mereka bayar. Montir heran, bukankah tadi Eun Sang sudah mengantarnya, dan ayam goreng itu juga sudah mereka makan. 

Eun Sang berkata ada pesanan tambahan. Ia mengira montir sedang bercanda dengannya, tapi kalian harus tetap membayar atas pesanan ayam goreng. Montir yang lain meyakinkan Eun Sang, "Kami tidak pesan!. Apakah kau yakin pesanan itu dari sini?". 

"Aneh sekali!", guman Eun Sang lalu menelpon nomor pelanggan yang terakhir kali memesan. Panggilan tersambung, "Halo?. Anda memesan ayam untuk dibawa ke bengkel motor?"

"Ini nomormu?", Young Do jalan masuk ke bengkel. 

"Hah?". 

"Dibelakangmu?', kata Young Do.
Eun Sang berbalik ke belakang, dan mata Eun Sang melebar terkejut melihat Young Do. (Ow...ow..Is not good!).

"Ayamnya sudah sampai", ucap Young Do.
Eun Sang merasa tak enak hati dan meminta maaf pada montir. Young Do membayar tagihannya dengan menggunakan kartu kredit. Tangan Eun Sang bergetar saat menggesek kartu kredit ke mesin EDC. Eun Sang terus menunduk tanpa berani mengangkat wajah.

Young Do berkata ia harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan nomor ponsel Eun Sang. Harusnya ia bertanya saja pada Rachel. Eun Sang mengatakan jangan sampai Young Do menelponnya, karena tidak akan di jawab. Eun Sang menyelesaikan proses pembayaran dan memberikan copyan bill pada Young Do. 

"Kau menyimpan nomorku tidak?", tanya Young Do saat Eun Sang jalan berbalik. Eun Sang diam saja. Young Do melanjutkan, "Jika kau tidak akan menyimpannya, aku akan bertanya kenapa orang kaya baru bekerja. Padamu....". 

Eun Sang tak menjawab, keluar dari sana dengan perasaaan langkah berat dan was-was. Satu lagi orang yang mengetahui kehidupan Eun Sang yang sebenarnya. 

Kim Tan pulang kerumah dan melihat ayahnya sedang berjalan-jalan di halaman. "Aku pulang", ucap Kim Tan memberi salam. Presdir Kim menganguk. Kim Tan hendak masuk ke dalam tapi tidak jadi, ia tetap berdiri disamping ayahnya ragu-ragu.
Presdir yang tahu gelagatnya, tanya kenapa. Kim Tan berkata satu anak pulang, satu anak lagi pergi. Presdir Kim tersenyum, "Begitulah. Aku menyukai keduanya". 

"Tapi, Hyung dan aku, sepertinya tidak menyukai ayah..", ungkap Kim Tan jujur

"Itulah nasib seorang ayah", ujar presdir Kim. "Sisihkan waktumu besok". 

"Kenapa besok?", tanya Kim Tan. 

"Kita perlu membuat anak yang pergi kembali", kata presdir Kim tanpa menerangkan lebih banyak. 
Keesokan harinya. Hyun Joo merawat Kim Won yang sedang sakit. Kim Won terus memperhatikan Hyun Joo yang sedang meniupi bubur agar cepat dingin. Hyun Joo tanya apa Kim Won tak mau pulang kerumah, "Oppa harusnya ada di rumah saat sakit, bukannya di sebuah hotel seperti ini". 

"Semuanya bahkan lebih menyedihkan di rumah. Para pelayan akan memasak bubur untukku. Setidaknya, aku bisa melihatmu di sini", ujar Kim Won. 

Hyun Joo berdiri memeriksa suhu badan Kim Won, "Kedengarannya seperti kau sedang berpura- pura sakit". 

Kim Won tersenyum tipis, "Kau tahu aku pura-pura tapi masih membawakan bubur?. Kau harusnya membeli sesuatu yang enak".

"Berhenti menyuruh-nyuruh aku. Aku juga butuh berkencan", ucap Hyun Joo. Kim Won sedih, "Kau kejam sekali pada orang sakit". 

Hyun Joo tersenyum, "Oppa terlihat lunak karena sedang sakit. Jadi cepatlah sembuh". 

Hyun Joo minta Kim Won segera makan buburnya, sudah mulai dingin. Kim Won memandangi Hyun Joo lalu menegakan duduknya. Belum sempat Kim Won menyentuh bubur itu, ketika ponselnya berdering. 

Kim Won menjawabnya, "Apa?. Sekarang?. Kapan kau ditelepon?. 30 menit lagi aku tiba". Kim Won menutup telepon, minta Hyun Joo pulang sekarang, karena ia akan pergi. 

Kim Won langsung bangun dari tempat tidur. Hyun Joo tanya apa ada masalah di perusahaan. Kim Won menjawab sepertinya begitu, sembari mencukur kumisnya yang tipis dan sedikit merapihkan rambutnya. 

Hyun Joo memandang sedih Kim Won dan pada bubur yang belum sempat di sentuh sama sekali. Bubur yang dibuatnya untuk Kim Won, kini menjadi mubajir. Kim Won memilih pakaian, saat dia berbalik, Hyun Joo sudah tidak ada di tempatnya. Pergi tanpa suara. 

Kim Won bergegas berganti pakaian. 

Presdir Kim tiba di depan perusahaan bersama Kim Tan. Sekertaris Yoon Jae Hoo membuka pintu untuk presdir Kim. Kim Tan melihat sekitar, menghela napas menyadari kemana ayahnya membawanya pergi. 

Pada Jae Hoo, presdir Kim tanya dimana Kim Won. Jae Hoo bilang Kim Won dalam perjalanan, "Dia tadi ke rumah sakit dan langsung ke hotel karena sedang sakit". 

"Kalau dia sakit, harusnya dia pensiun saja, seperti aku", ucap presdir Kim dingin, sambil jalan tertatih. 
Jae Hoo berkata ini hari sabtu. Presdir Kim tak peduli hari apa, ia menjalankan bisnis tanpa melihat hari. Kim Tan memanggil Jae Hoo pelan, "Aku pergi dulu". Jae Hoo bingung, "Sekarang?". 

"Berhenti disitu", cegah presdir Kim. 

Kim Tan protes, "Katanya kita akan bertemu Hyung". Presdir Kim bilang kita akan melihat Hyung Kim Tan disini. 

"Tapi ayah tidak mengatakan kalau itu di perusahaan. Ini bukan....", tuntut Kim Tan. 

"Ini bukan demi kakakmu", potong presdir Kim cepat. "Juga bukan demi dirimu. Ini adalah hal yang harus kalian berdua lakukan untukku. Selama kau hidup sebagai anakku dibawah Jeguk Group kau tidak punya hak untuk lari". 

Jae Hoo melirik Kim Tan iba. Presdir Kim melangkah masuk ke dalam. Kim Tan mulai merasakan beban di pundaknya. 

(Presdir Kim ingin menegaskan, suka atau tidak Kim Tan harus menerima takdirnya untuk menjalankan perusahaan suatu hari kelak. Bersama Kim Won tentunya. Karena mereka berdua adalah putra presdir Kim). 

Presdir Kim, duduk menunggu di ruang meeting bersama Kim Tan dan Jae Hoo yang duduk tak jauh di sebelahnya. Para jajaran management dan dewan direksi belum tiba. Tak lama kemudian, para dewan direksi dan jajaran management berlarian memasuki ruangan, duduk di tempanya masing-masing. Salah satu direktur menyapa presdir Kim. Presdir Kim diam tidak merespon.

Direktur Jung menjadi orang yang terakhir kali masuk keruangan. Ia bahkan masih mengenakan pakaian casual, tanpa sempat berganti baju. Dengan dingin presdir Kim tanya, "Kau, masih belum berhenti berjudi golf". 

Direktur Jung tersenyum lebar dan berdalih, ini bukan berjudi. Ini murni bisnis. Presdir Kim mencibir, "Bisnis apa?. Berikan laporanmu lebih dulu". 

"Apa?", Direktur Jung kaget, para direktur kasak kusuk. Jae Hoo tersenyum tipis. 

Di jalan, Kim Won terjebak macet, ia tak bisa datang seperti perkiraan sebelumnya. 

Kembali ke perusahaan. Para direktur mulai melaporkan hasil kerjanya pada presdir Kim. Salah satu direktur melaporkan hasil Konvensi JJ proyek Jeju yang direncanakan untuk putaran kedua 2014. Rencananya dibangun 30 lantai kamar tamu. Sebagai kandidat mereka memilih hotel Yoonyun. 

Kim Won masuk keruang meeting melalui pintu belakang.
Alangkah terkejut dan marahnya dia melihat Kim Tan berada diruangan itu. Karena Kim Won sudah datang, Presdir Kim mengakhiri laporan dari para direktur. 

"Aku lupa. Jung Sang Moo dan Park Jung Moo sudah mengenalnya. Yang lainnya belum pernah melihat dia sebelumnya. Dia putra keduaku. Aku membawanya agar kalian mengenali wajahnya", ujar presdir Kim mengenalkan Kim Tan pada dewan direksi. 

"Anak kedua. Jadi...?", seru direktur Jung kaget.

Meski berat Kim Tan berdiri, "Senang bertemu kalian. Aku Kim Tan", ucapnya mengenalkan diri, lalu membungkuk memberi salam pada mereka.

Para dewan direksi memuji Kim Tan sangat tampan dan mirip dengan presdir Kim. Mereka berkata presdir Kim pasti bangga memiliki putra setampan Kim Tan.

Kim Won menunduk, matanya memerah menahan marah. Tampak terpukul.

Kim Tan lalu menyapa direktur Jung Sang Moo dengan panggilan samchon (paman dari pihak ibu. Direktur Jung kakak dari Ny. Jung Ji Sung, istri ke dua presdir Kim. 

Direktur Jung berkata ia hampir tak mengenali Kim Tan, "Kapan kau kembali?. Adikku tidak bilang apa-apa". 

"Sejak kapan kau dapat berita soal urusan keluargaku?", sahut presdir Kim dingin, mendelik tajam. Membuat direktur Jung tidak enak, "Tidak, bukan begitu maksudku". 

"Kalian bisa pulang. Kalian bisa menghabiskan waktu dengan keluarga kalian. Sebaiknya jangan bersenang-senang karena aku ijinkan kalian pulang awal", ucap presdir Kim mengakhiri meeting, disambut tawa dari para dewan direksi. Satu persatu mereka membubarkan diri meninggalkan ruangan. 

Setelah mereka pergi, presdir Kim tanya bagaimana kabar Kim Won. Kim Won berkata ia tidak tahu jika ayahnya akan datang ke kantor. 

"Aku tidak menyangka bahwa kau akan pergi dari rumah selama itu.", balas Presdir Kim. "Ayo pulang", ajak presdir Kim pada Kim Tan lalu berdiri, "Antar aku dan Tan pulang, sekertaris Yoon". 

"Ya", jawab Jae Hoo lalu memberi hormat pada Kim Won.

Kim Won berkata Jae Hoo selalu kejam padanya. Dengan tenang Jae Hoo berkata aku akan kembali, lalu menyusul presdir Kim.
Tinggal Kim Tan dan Kim Won di ruangan itu. Untuk beberapa saat kedunya saling diam. Kim Tan membuka suara, "Jangan salah sangka. Aku tidak berencana kemari. Ayah mengajakku bertemu denganmu. Aku tidak tahu kalau akan dibawa ke perusahaan".
"Kapan kau pernah melakukan sesuatu yang direncanakan?. Kau tidak tahu apapun. Tidak pernah sengaja melakukan sesuatu. Tapi, coba lihat apa yang terjadi kalau kau bertindak tanpa tahu konsekwensi", serang Kim Won marah.

"Hyung benar. Tapi kenapa aku merasa ini tidak adil?. Terlepas dari apa yang aku tidak tahu, dari apa yang tidak aku lakukan. Aku harus bagaimana jika keberadaanku selalu mengganggumu", kata Kim Tan mengeluarkan isi hatinya yang mengganjal selama ini.

Kim Won diam, tak bisa menjawab. Kim Tan pamit pergi. Ini seperti sebuah teguran presdir Kim pada Kim Won karena telah meninggalkan rumah. Jika Kim Won terus membangkang entah apa yang terjadi nanti. 

Dirumah, Ny. Han menemani Kim Tan makan. Kali ini hidangan yang tersedia di meja lebih banyak dari kemarin. Ny. Han ingin tahu apa yang dilakukan Kim Tan di perusahaan. Kim Tan mulai terlihat kesal, tapi ia tetap bersikap manis dan berkata tidak ada yang ia lakukan di kantor.

"Ayahmu bilang kau ikut dalam meeting", kata Ny. Han.

"Aku tidak melakukan apa- apa. Aku hanya melihat", jawab Kim Tan sembari menumpahkan air minum ke mangkuk nasinya.

Ny. Han senang, "Sama saja. Kau duduk di mana?. Tepat di sampingnya? Atau di samping orang yang ada di sampingya?".
Kim Tan diam, makan nasinya tanpa lauk. Ny. Heran kenapa Kim Tan makan nasi dengan air, ada banyak lauk yang bisa di makan.

"Aku ingin makan dengan cepat karena aku tidak mau mendengarkan Ibu", jawab Kim Tan pelan.

"Anak ini!", tegur Ny. Han. "Baiklah, Ibu akan bertanya padamu dengan cepat. Meeting apa itu?. Apakah Ayahmu menyuruhmu melakukan sesuatu?. Apakah dia meminta pendapatmu?. Siapa yang ada di sana? Apakah kakakmu ada di sana? Di mana dia duduk?", tanya Ny. Han memberondong banyak pertanyaan dengan cepat, dalam satu tarikan napas.
Kim Tan bete dan kesal, meletakan sendok dengan keras ke meja. Kehilangan selera makan, lalu pergi tanpa menyelesaikan makannya. Ny. Han tanya kau mau kemana. Tapi ia tak memperdulikan kemarahan anaknya. Ny. Han mengepalkan tangan, "Yes". Merasa ini adalah peluang baru untuknya.
Eun Sang dan ibunya menjemur berlembar-lembar sprei di halaman. Hee Nam menyuruh Eun Sang menjemur sendiri sisa sprei sendiri, ia akan masuk ke dalam memeriksa sup. Eun Sang mengangguk, dan menyelesikan sisanya.
Kim Tan lewat di halaman. Melihat kaki Eun Sang dan sosok bayanganya yang tertutupi jemuran sprei.
Eun Sang merenggangkan badan setelah menjemur semua sprei. Mendongak ke atas melihat matahari yang bersinar terik. "Cuacanya sangat bagus, sepertinya meledeki aku. Orang kaya baru pada siang hari. Pelayan pada malam hari. Mana ada hidup sejomplang itu?".
Eun Sang duduk di kursi. Merebahkan kepalanya dan tidur. Rasa lelah membuatnya bisa tidur di mana saja. Tanpa menyadari ada Kim Tan berdiri di balik jemuran mendengarkan semua yang dia katakan barusan.
Kim Tan duduk di depan Eun Sang. Memandang Eun Sang yang sedang tertidur dengan tatapan lembut dan dalam. (Huwaaaa...meleleh...meleleh...Oppa, you kill me!).
Kim Tan melihat plester di tangan Eun Sang yang terbuka. Ia berdiri di depan Eun Sang merekatkan plester itu kembali. Eun Sang bicara dalam tidurnya, "Ibu, lima menit lagi. Aku ingin tidur sebentar sebelum pergi kerja".

Kim Tan menatap miris, memandang wajah Eun Sang dan tangannya yang di balut plester. Bisa dibayangkan bagaimana kerja keras Eun Sang.
Beberapa saat kemudian. Eun Sang terbangun dan panik melihat jam di ponselnya. Eun Sang menarik napas lega, "Ya ampun, kukira sudah telat".
Eun Sang melihat dream catcher tergantung di tiang jemuran, yang berada di depannya. Eun Sang menyadari Kim Tan tadi ada disekitarnya.
Sementara itu Kim Tan tidur di ranjangnya, dengan padanganan kosong dan melamun. Terlihat sedih dan kesepian (sini oppa, ku peluk..hihihi!. Maunya).
Beralih ke Esther. Saat ini dia berada di hotel tempat Kim Won menginap. Esther jalan sembari mengecek ponselnya, seperti mengharapkan seseorang menelpon. Esther menutup ponselnya, dan ingat kejadian saat berciuman dengan Jae Hoo. Esther tersenyum, lalu membuang pikiran itu jauh-jauh.
Ponsel Esther berdering menerima panggilan masuk dari nomor tidak di kenal. Senyum tersenyum, "Akhirnya kau menelpon juga", gumannya mengira panggilan itu dari Jae Hoo. Ia hendak menjawabnya, tapi tidak jadi karena tepat pada saat itu Esther melihat Jae Hoo berada di depannya sedang bicara dengan pegawai hotel. Berarti panggilan itu bukan dari Jae hoo. Esther menjadi kesal, menutup kembali ponselnya.
Jae Hoo berbalik dan melihat Esther lalu jalan mendekati Esther yang cemberut. Jae Hoo berkata kita sering bertemu. Esther menyahut itu karena Jae Hoo sering ke hotel ini. Ia dengar Kim Won menginap di hotel ini.

"Dan kau sering datang ke hotel ini", sambung Jae Hoo.

"Jangan sarkastik begitu. Sebuah ciuman tidak memberimu hak berkata begitu". ucap Rachel.
Jae Hoo ingin pergi. Esther bertanya kenapa Jae Hoo tidak menelponya setelah kejadian itu. Jae Hoo balik tanya kenapa bukan Esther yang duluan menelpon. Esther bilang ia tak tahu nomor telepon Jae Hoo.

Jae Hoo : Tidak sulit dicari bagi seorang Presdir RS International (mencari tahu nomor teleponnya).
Esther : Tepat! Alasan apa yang harus aku katakan untuk mendapatkan nomor seorang sekretaris?

"Kalau begitu semoga beruntung. Semakin orang putus asa semakin mudah menemukan alasan", ucap Jae Hoo tersenyum lalu pergi.
Rumah dalam keadaan gelap saat Jae Hoo pulang. Jae Hoo menenteng belanjaan yang ia beli di supermarket. Beginilah menjadi single parent, belanja sendiri dan tidak ada yang menyambut kepulangannya. Jae Hoo melepas dasinya, sedikit tersenyum ingat pertemuannya dengan Esther tadi.
Jeguk High School. Eun Sang berada di ruangan guru menanyakan tentang beasiswa, ia ingin tahu apa dengan nilai bagus saja sudah cukup mendapatkan beasiswa.

"Kau pikir anak-anak di sini hanya menghabiskan uang dan bersenang-senang?. Mereka sudah mempersiapkan untuk Liga Ivy dengan tutor (guru privat) pribadi. Apakah kau yakin bisa bersaing dengan itu?", tanya Guru balik.  (Galak banget gurunya!!!!)

(Liga Ivy = Ivy League sebuah asosiasi yang terdiri dari 8 universitas Amerika Serikat. Dimana ke 8 universitas itu adalah universitas-universitas yang paling prestisius di AS dan hampir selalu berada di peringkat teratas dalam daftar universitas top AS. 

Meliputi : Universitas Brown,  Universitas Columbia,  Universitas Cornell,  Universitas Dartmouth, Universitas Harvard,  Universitas Pennsylvania,  Universitas Princeton, dan Universitas Yale). 
Guru memberikan Eun Sang formulir pembayaran, menyuruhnya untuk membayar biaya sekolah akhir minggu ini. Eun Sang mengira ia di bebaskan dari semua biaya sekolah. Guru berkata itu bukan bayaran uang sekolah, tapi biaya mata pelajaran tambahan yang dipilih Eun Sang.

"Kalau kau dibebaskan dari ini juga, maka tidak ada alasan bagi orang-orang itu  memindahkanmu dari sekolah. Tenis, Golf, Tenis, golf, dan menunggang kuda. Salah satunya adalah wajib. Persiapkan kelengkapan dan bajunya segera".

Eun Sang melihat formulir pembayaran itu. "Kelas khusus semester 1 = 550.000 won".

Guru menambahkan lalu sampai kapan Eun Sang memakai pakaian kasual ke sekolah. Dengan kata lain guru menyuruh Eun Sang untuk segera memakai seragam.
Eun Sang keluar dari ruang guru dengan memandangi formulir bayaran itu. Saat melewati mading, ia melihat sesuatu yang menarik. Pengumuman perekrutan Produser klub penyiaran. Pria atau wanita dengan keuntungan sedikit uang beasiswa. Eun Sang tertarik, lalu mencatat nomor ponsel Hyo Shin.
Tak perlu menunggu, saat itu juga Eun Sang menemui Hyo Shin di studio penyiaran. Dengan mata berbinar-binar Eun Sang berkata, "Aku tahu bahwa kau memiliki banyak pelamar. Aku tahu bahwa anak-anak di sini mempersiapkan untuk Liga Ivy dengan tutor. Tapi aku hanya ingin tahu. Apakah beasiswa dibayar dimuka atau setelah itu?".

"Memangnya..kenapa?", tanya Hyo Shin.

"Aku butuh uang untuk membeli seragam", jawab Eun Sang jujur.
Hyo Shin tersenyum, "Kau butuh berapa?. Kau ingin masuk klub penyiaran karena uang beasiswa?".

Eun Sang tertawa, "Aku juga punya minat untuk ...".

Hyo Shin memotong, "Anggap saja kalau iya ..Berbeda dari rumor yang aku dengar. Kau sungguh tidak punya uang  untuk beli seragam?. Aku kira kau orang kaya baru?".

Eun Sang berdalih baru saja membeli tas baru dan kelewat boros. Hyo Shin tanya, "Dan kau ingin aku untuk menerimamu setelah mendengar itu?". Eun Sang menyakinkan Hyo Shin dengan bilang bahwa ia baik dalam melakukan semua hal kecuali itu (boros).

"Bagaimana aku bisa tahu itu?".

"Karena aku tahu orang seperti apa dirimu, sungguh", puji Eun Sang setinggi langit.

"Wah..wah", komentar Hyo Shin.

"Kamu  orang yang benar-benar baik. Baik dan lembut", tambah Eun Sang, "Apakah sunbae akan memberi aku kesempatan untuk tes?".

Hyo Shin tersenyum. Pertanda baik kah?.
Eun Sang jalan di koridor loker, minum air sambil melihat from pendaftaran yang diberikan Hyo Shin. Terdengar suara keras di tengah loker, dan di depannya para siswa bergerombol menyaksikan sesuatu.
Eun Sang masuk ke tengah lingkaran, ingin melihat apa yang terjadi. Alangkah terkejutnya dia begitu melihat Young Do dan kedua temannya sedang membully Joon Young. Young Do mendorong Joon Young berkali-kali, membuat Joon Young terus-terusan menabrak loker yang ada di belakangnya.
Posisi Joon Young yang terjepit disini, tapi Young Do bicara seolah ia yang disakiti. Young Do mencengkram kerah baju Joon Young, "Berhenti menyakiti perasaanku, Joon Young. Kau kira aku tidak tahu kalau  kau melaporkan aku diam-diam?".

Young Do melepas cengkaramannya, "Selain melaporkan aku ke guru...Ayahmu menerima telepon sendiri, tapi yang menjawab telepon ayahku  adalah sekretarisnya. Berapa kali harus kuberitahu padamu?. Kenapa kau terus membuat rahasia antara kantor sekretaris dan aku?".
Joon Young memandang Young Do takut-takut. Eun Sang marah melihat sikap kasar Young Do. 2 teman Young Do sangat menikmati permainan ini.
"Aku harus bagaimana lagi agar kau perhatian padaku?. Karena kalau tidak, aku harus melakukan ini padamu agar dilihat orang-orang", Young Do mendorong kasar kepala Joon Young berulang-ulang dengan telunjuknya.
Kim Tan ada disana. Berdiri di depan lokernya, seperti sibuk memeriksa isi dalam lokernya. Ia sengaja diam, tenang dan tak ingin terlibat.
Joon Young diam, menahan tangis, malu dan sakit hati. Melirik marah pada Young Do.

Plok...Young Do memukul kepala Joon Young, "Kau mau begini terus?. Tidak mau jawab?. Plok... "Tidak mau jawab?. Berhenti melotot".

Anak-anak merintih nyeri. Eun Sang tidak tahan dan ingin mengatakan sesuatu. Tapi Joon Young lebih dulu bertindak, mendorong Young Do menjauh.
"Jangan sentuh aku!. Aku tidak tahan lagi!", Joon Young memukul wajah Young Do menggunakan tasnya.

Anak-anak teriak nyeri. Kim Tan menoleh melihat apa yang terjadi. Lalu kembali sibuk sendiri.
Young Do meraba wajahnya yang sedikit mengeluarkan darah akibat sabetan tas Joon Young. Joon Young menatap marah. Young Do tersenyum dengan wajah marah dan berkata, "Kenapa kau malah memperburuk suasana?. Kau mau mati?".

"Aku tidak akan tinggal diam lagi sialan!", teriak Joon Young murka. "Sebentar lagi aku pindah. Aku tidak takut apa-apa lagi. Kubunuh kau".
Joon Young menyerang Young Do, tapi Young Do dengan cepat membanting Joon Young ke lantai dengan jurus taekwondo yang ia kuasai. Benar-benar keras hingga Joon Young meringis kesakitan. Anak-anak teriak nyeri. Pembullyan nyata yang terjadi di depan matanya membuat Eun Sang syok.
Young Do bak banteng yang sedang mengamuk. Young Do berbalik dan melihat Eun Sang yang menatapnya. Belum cukup sampai disitu, Young Do dengan sengaja menginjak pundak Joon Young.
Eun Sang meringis seperti ikut merasakan sakit. Young Do menatap garang Eun Sang, "Harusnya kau menahannya sedikit lebih lama. Aku akan menantikan....apa yang akan terjadi padamu".

Eun Sang gemetaran ketakutan, seperti akan menangis. Dengan jelas Young Do mengancamnya.

Setelah puas, Young Do pergi di ikuti 2 pengawalnya. Satu persatu anak-anak membubarkan diri tanpa ada yang berani menolong ataupun sekedar bersimpati dengan Joon Young.
Eun Sang segera mendekati Joon Young, membantunya bangun, "Kau tak apa?.

Kim Tan menoleh mendengar suara Eun Sang.

"Mau minum?", Eun Sang menyodorkan botol minumnya ke Joon Young.
Kim Tan dengan cepat membuang botol minum itu, menarik Eun Sang berdiri, memepetkannya ke pintu loker.

Eun Sang marah, "Apa yang kau lakukan?. Aku ingin memberikan ini padanya".

"Kau tidak lihat apa masalahnya?. Jangan ikut campur". kata Kim Tan.
"Aku cuma tanya apa dia baik-baik saja. Bukan ikut campur", sangkal Eun Sang tidak mengerti.

"Kau lihat ada orang lain yang bicara dengannya selain kau?", tanya Kim Tan.

Eun Sang melihat kesekitar. Tidak ada satu orang pun yang berani bicara atau bahkan mendekati Joon Young.

Kim Tan melanjutkan, "Jangan pernah ada di pihak yang lemah di SMA Jeguk. Saat orang lemah di pihak yang lemah mereka tetap akan lemah". Kim Tan menatap Eun Sang yang diam tak lagi bersuara.
Rachel melihat mereka dari jauh. Perhatian yang ditujukan Kim Tan pada Eun Sang membangkitkan rasa marah di hatinya.
Dirumah, Rachel membuka laci mengeluarkan formulir kedatangan milik Eun Sang yang ia ambil paksa saat di pesawat.  Ia menghubungi nomor ponsel Eun Sang berdasarkan yang tertulis di formulir itu.
Panggilan tersambung, "Halo?", jawab Eun Sang dari sebrang.

"Ini Aku. Kamu mengenali suaraku , kan?", balas Rachel, "Kembalikan name tagku saat aku masih bicara baik-baik. Aku tidak sesabar kelihatannya".

"Jika kamu menginginkannya, maka kamu datang dan ambil sendiri", jawab Eun Sang.

"Kau mau aku datang dengan Kim Tan?", tantang Rachel.

Eun Sang mengalah, "Kau dimana?".
Eun Sang duduk menunggu di lobby spa. Tak lama Rachel keluar dengan menggunakan bathrobe. Rachel tanya dimana name tagnya. Rachel balik tanya mana formulir kedatangannya.

"Dasar sombong", cibir Rachel. "Apa Chan Young tidak menjelaskan padamu soal rangking di sekolah?".

"Kalau iya kenapa?. Apa yang harus berubah?", tanya Eun Sang tak gentar.
"Sikapmu harus berubah. Kau Orang Kaya baru", sindir Rachel. "Aku tidak tahu bagaimana orang tuamu bisa kaya. Keluargaku sudah kaya sejak jaman kakek buyutku. Jadi jangan biarkan orang bicara soal kau dan Tan. Itu merendahkan kami".

"Aku juga maunya begitu", Eun San mengembalikan name tag Rachel, "Kembalikan formulirku".

Rachel mengambil name tag-nya. "Oh itu sudah kubuang", ucapnya santai tapi mengesalkan.

"Apa?".

"Di tong sampah bandara", ujar Rachel.
Rachel berdiri, "Bagus sudah kemari", ia membuka dompetnya, mengeluarkan 2 lembar uang 50.000 won, "Ini untuk ongkos pulang", lalu melempar uang itu ke meja dekat Eun Sang. "Jangan menolaknya. Ini artinya kau harus minggat". Rachel memasang wajah jutek lalu masuk ke dalam.
Eun Sang menahan kesal dengan penghinaan Rachel. Ia memandangi uang diatas meja, menahan marah seperti ingin menangis. Haruskah ia ambil uang itu yang sama saja dengan melukai harga dirinya. Atau tidak mengambil uang itu. Totalnya lumayan juga 100.000 ribu won (1 juta jika dirupiahkan).
Young Do berada di mini market dekat rumah Myung Soo. Saat ini dia sedang menelpon Myung Soo minta pada temannya itu untuk segera datang. Ia langsung menutup teleponnya.
Eun Sang berada di tempat yang sama, tapi tidak melihat Young Do. Setelah membayar minuman yang ia beli. Eun Sang langsung keluar, duduk di meja luar dan merebahkan kepalanya di meja, tidur.
Young Do yang berdiri di depan kaca jendela bisa melihat Eun Sang dengan jelas. Tersenyum melihat gadis itu lagi-lagi tidur di tempat yang sama, dengan posisi yang sama.
Young Do keluar membawa ramenya duduk di depan Eun Sang. Young Do mengamati Eun Sang sebentar, lalu memakan ramenya. Hanya satu kali suap, setelanya ia kembali mengamati gadis itu. Young Do menendang kaki meja, "Hey".
Eun Sang tak terpengaruh. Young Do menendang kaki meja sekali lagi, "Hey!". Eun Sang terhentak dan membuka matanya, tapi tidak merubah posisinya sedikit pun.

"Kenapa kau selalu tidur di sini?. Itu membuatku ingin melindungimu", ujar Young Do.

Eun Sang mengenali suara Young Do. Mengeryitkan kening cemas, tak berani mengangkat kepala.
Ponsel Young Do berdering. Tersenyum melihat nama layar di ponsel lalu menjawabnya. "Dari mana kau tahu nomorku?".

"Kau juga tahu nomorku", jawab suara dari seberang yang ternyata adalah Kim Tan.

Young Do mengulum bibir kesal, "Baik kita seri. Kenapa?".

"Ramyeon nya enak ?", tanya Kim Tan mengetahui Young Do sedang makan ramen.
Young Do perlahan menoleh. Melihat Kim Tan berdiri di seberang jalan menatapnya. Kim Tan melihat Eun Sang yang tidur di meja.
Lalu beralih menatap Young Do tajam, matanya merah seperti menahan marah. Eun Sang membuka matanya, semakin cemas. Dan senyum kecil kembali muncul di wajah Young Do.


source :
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-6-part-1.html
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-6-part-2.html

re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment