Tan mendapati apartemen sekarang telah kosong. Tak ada Eun Sang di
sana. Ia berdiri termangu di dalam apartemen yang gelap, dan ingat bagaimana
ayahnya menyuruhnya untuk mengingat hari ini, “Karena kau mengayunkan pedangmu,
sebagai gantinya kau kehilangan gadis itu.”
Tak kuat menahan perasaannya, Tan
jatuh dan menangis tersedu-sedu. Ia mencengkeram dadanya, seakan ingin menyakiti
dadanya agar bisa mengabaikan sakit di hatinya.
Di jalan, Tan mencoba menelepon
Eun Sang, tapi ternyata nomor telepon Eun Sang sudah mati. Eun Sang benar-benar
memutuskan satu-satunya penghubung yang bisa mempertemukannya dengan gadis itu.
Tan kembali menangis saat mengingat senyum terakhir Eun Sang saat mengantarkannya
pergi dari apartemen.
Kembali ke rumah, Tan menemui ayahnya
untuk mengatakan kalau Eun Sang sudah pergi dan ia tak dapat menemukannya, “Apa
yang Ayah lakukan padanya? Kemana ayah menyuruhnya pergi?”
Presdir Kim malah mengatakan
kalau semua ini adalah kesalahan Tan. “Kau yang membuat semua ini terjadi
sehingga ia bahkan tak berani melihatmu.”
Tan mengaku kalau semua ini
adalah kesalahannya. Ia yang menatap Eun Sang, ia yang memintanya untuk berani.
Karena itu seharusnya ia yang pergi. Ia yang naik pesawat itu.
Dengan nada sinis Tan bertanya
mengapa ayahnya tak mau melakukannya, “Apa Ayah tak bisa mengirimku pergi
karena akau adalah jaminan untuk kakakku? Siapa yang memberi hak pada Ayah
untuk menghancurkan hidup seseorang?!”
“Aku hanya menyarankan agar ia
menjalani kehidupan yang pantas untuknya,” jawab Presdir Kim tak acuh. “Ia akan
keluar dari sekolah.”
Tan meminta ayahnya untuk tak
melakukan hal itu. Tapi Presdir Kim memberi Tan peringatan untuk tak mencari
Eun Sang lagi, “Di saat kau menemukannya, kehidupannya akan benar-benar hancur.
Kembalilah ke kamarmu sekarang.”
Setelah menerima telepon Tan,
Chan Young memberitahu ayahnya kalau Eun Sang menghilang dan telepon Eun Sang
bahkan juga sudah dimatikan. Sekretaris Yoon memeberitahu kalau Eun Sang memang
sudah pergi dan ia membantunya.
Chan Young terkejut dan minta
diberitahu ke mana Eun Sang pergi. Sekretaris Yoon pun tak tahu. Eun Sang
memintanya untuk tak bertanya apapun. Chan Young marah karena Eun Sang pergi
tanpa memberitahukannya, “Apakah semua ini terjadi gara-gara Kim Tan? Ia tak
pergi ke luar negeri, kan?”
Sekretaris Yoon tak bisa menjawab
semua pertanyaan anaknya dan meminta Chan Young untuk menanyakan sendiri pada
Eun Sang nanti. Eun Sang berjanji akan meneleponnya setelah ia mapan dan juga
akan menelepon jika ada sesuatu yang terjadi, “Mari kita tunggu saja.”
Teman-teman sekelas Eun Sang tahu
kalau Eun Sang hari ini absen, tapi mereka tak peduli. Myung Soo bertanya pada
Bo Na mengapa Eun Sang hari ini tak masuk? Myung Soo bertanya sekaligus ingin
mengobarkan rasa cemburu Bo Na, “Apa mungkin Chan Young tahu alasan Eun Sang
tak masuk?”
Tak seperti biasanya, Bo Na malah
nampak khawatir. Apa mungkin Eun Sang sakit, karena Eun Sang tak membalas
SMS-nya. Daripada SMS, Myung Soo menyuruh Bo Na untuk menelepon Eun Sang.
Tapi Bo Na gengsi, “Nanti aku merasa
kalau aku benar-benar berteman dengannya.” Dan dengan melirik Rachel yang duduk
di depannya, Bo Na menyindir judes, “Apa mungkin ada orang yang mengganggunya
lagi?”
Rachel sadar kalau Bo Na
menyindirnya. Ia memilih pergi. Tapi belum sempat ia membuka pintu, pintu itu
sudah terbuka. Tan masuk dan langsung menghampiri Chan Young, tanpa basa-basi
bertanya, “Dia meneleponmu atau tidak?”
Dengan nada dingin, Chan Young
menyuruh Tan untuk tak mencari Eun Sang melaluinya, “Karena kupikir karena
kesalahanmulah makanya ia pergi. Iya, kan?”
Belum sempat Tan menjawab, Young
Do masuk. Dan melihat ekspresi Young Do, Chan Young langsung menjawab sebelum
ditanya, “Jangan tanya padaku.” Chan Young berdiri dan mengajak Bo Na pergi.
Dan Young Do menyuruh semua anak
untuk keluar dari kelas karena ia ingin bicara dengan Tan. Semua anak keluar, termasuk
Myung Soo, walau Myung Soo sempat mengancam, “Aku ada di depan pintu! Aku tak
akan meninggalkan kalian berdua lagi. Jadi jangan berkelahi lagi!”
Aww… benar-benar teman baik.
Ditinggal berdua saja, Young Do
memuji Tan yang berhasil menyingkirkan Eun Sang. Ia juga bertanya apa mungkin
Eun Sang masih hidup? Disindir seperti itu, Tan hanya menahan sabar. Ia sedang
tidak mood untuk berkelahi dengan Young Do. Dengan serius ia berkata, “Aku akan
akan mencari Eun Sang dengan caraku sendiri. Kau bisa mencarinya dengan caramu
sendiri.”
Young Do bertanya apa Eun Sang ada di
Korea atau tidak? Tan seharusnya tahu tentang ini. Tan menjawab kalau ia akan
mencari tahu. Ia akan menemukan Eun Sang dimanapun gadis itu berada.
Yang pertama Tan lakukan adalah
menemui Nyonya Jung dan meminta agar Eun Sang tak dikeluarkan dari sekolah,
walau ayahnya memerintahkan hal itu. Ia yakin kalau Eun Sang akan kembali.
Nyonya Jung bertanya apakah ini adalah permintaan Tan? Tan menjawab, “Saya
sedang membuat kesepakatan. Give and take. Ibu mungkin akan membutuhkan bantuan
saya nanti.”
Hmm.. apakah Tan mencium kalau
mungkin ada pemberontakan di sisi yang tak terduga?
Young Do memeriksa dokumen milik
Eun Sang di klub broadcasting. Hyo Sin muncul dan mengambil dokumen yang
dipegang Young Do, “Siapa yang memberimu ijin untuk menggeledah?”
“Aku sedang melakukan
investigasi. Apakah Cha Eun Sang meninggalkan hal yang lainnya?” tanya Young
Do.
Hyo Sin heran mendengar ucapan
Young Do ditambah lagi dengan Tan muncul dan langsung meminta Hyo Sin untuk
membantunya. Tan memberikan copy paspor Eun Sang, yang segera direbut oleh
Young Do.
Sambil mengamati salinan paspor
itu, Young Do menjelaskan kalau Eun Sang hari ini tak masuk sekolah, “Dan ia
juga tak akan masuk besok.”
Hyo Sin bertanya pada Tan apa
yang sedang terjadi. Tapi Tan tak menjelaskan, hanya meminta agar Hyo Sin bisa
mencarikan catatan kepergian Eun Sang keluar negeri dengan segera. Dan Tan pun
langsung pergi setelah meminta Hyo Sin untuk meneleponnya jika ada kabar.
Hyo Sin merebut copy paspor dari
tangan Young Do dan menghardiknya, “Apa kau akan tetap tinggal di sini hingga
aku menendangmu keluar?”
Tahu jawaban Young Do? “Berhentilah
pilih kasih. Kau sedang melukai perasaanku.” Hahaha..
Ibu-ibu kaya dari sekolah Jeguk bertemu
dan salah satu ibu yang tak mengikuti pertemuan terakhir menyelamati Esther
akan pernikahanny. Esther berkata kalau persiapan pernikahannya belum selesai.
Ibu Myung Soo bertanya apa tindakan
Esther itu tepat? Secara sambil lalu Ibu Myung Soo mengatakan kalau Hotel Zeus
sekarang sedang diselidiki oleh kejaksaan. Esther baru mendengar tentang hal
ini dan melirik ibu Hyo Sin. Ibu Hyo Sin tak menatap Esther saat ia menjawab
tak tahu.
Tapi Esther tak percaya akan hal
itu. Ia mendedikasikan waktunya selama 2 tahun dalam perkumpulan ibu-ibu ini
untuk mendapatkan informasi dari dalam seperti sekarang ini. Dengan gaya paling
anggun yang pernah saya lihat, Ibu Hyo Sin berkata kalau ia butuh ke restroom.
Seperti memahami kalau ucapan itu
adalah sebuah kode, Esther pun berkata kalau ia juga ingin ke restroom.
Won mendatangi Sekretaris Yoon
dengan membawa papan namanya yang baru, dengan gelar Wakil Presiden Direktur
Yoon Jae Ho.
Oke.. kita panggil ayah Chan
Young ini dengan Yoon aja, ya.. Siapa tahu ia nanti akan menjadi Presdir.
*digetok sama Won*
Won berkata kalau papan nama itu
adalah hadiahnya untuk Yoon, “Sekarang kau ada di pihakku. Dan aku ingin
memberitahukan, kalau aku tak suka diduakan.” Ia mengulurkan tangan dan
menyalami bawahannya, “Senang bekerja denganmu, Wapresdir Yoon.”
Tan meminta pihak sekuriti untuk
memberikan rekaman CCTV selama 4 hari terakhir kepadanya. Mereka memperbolehkan
namun mereka harus memberitahukan hal ini pada Presdir Kim. Tan tak peduli.
Dan Tan pun mulai melihat CCTV,
terutama yang ada di pintu gerbang. Ia baru saja menemukan rekaman truk yang
mulai mengangkuti barang-barang Eun Sang, saat
Hyo Sin meneleponnya. Hyo Sin memberitahu kalau tak ada catatan kepergian Eun
Sang keluar negeri. Eun Sang bahkan tak melaporkan kalau paspornya hilang.
Tan menghela nafas lega karena
itu berarti Eun Sang masih ada di dalam negeri. Ia bertanya bagaimana Hyo Sin
bisa mendapatkan informasi itu? Hyo Sin menjawab, “Rahasia. Jadi semua adalah
kesalahanmu kalau aku dikeluarkan.”
Tan berterima kasih pada Hyo Sin.
Hal yang selanjutnya ia lakukan adalah menelepon Young Do untuk memberitahukan
kalau Eun Sang masih ada di Korea. Tan memberitahukan hal ini karena ia merasa
dua orang yang mencari akan lebih baik daripada satu. Mereka harus segera
menemukan Eun Sang karena sebentar lagi UAS.
Tan masih mendengarkan Young Do yang
menagih hutang setelah membantunya kabur dari rumah. Tapi ia tak mendengarkan lagi
karena ia melihat sesuatu di rekaman CCTV itu. Lebih tepatnya seseorang.
Dengan sedih, Eun Sang melambaikan
tangannya ke kamera CCTV, seakan tahu kalau Tan akan melihatnya.
Young Do kesal karena tak ada
tanggapan dari Tan. Ia akhirnya mematikan handphonenya. Tapi informasi dari Tan
ini, membuat ia memiliki sebuah rencana. Ia membuka website resmi Hotel Zeus,
dan membuka halaman Contact Us.
Young Do berpura-pura sebagai Eun
Sang dengan menggunakan username Young Do Lover (ha!), ia menuliskan pesan di
sana. Bunyinya seperti ini : Perhatian,
Admin! Saya ingin memberitahukan beberapa rahasia tentang pewaris Hotel Zeus, Choi
Young Do. Choi Young do menggunakan wajah tampannya dan pesona yang tak
terbatas untuk membuatku jatuh. Ia mengancamku agar aku mau makan jjajangmyun
bersamanya. Ia menarikku dan mendorongku ke dalam kolam.
Young Do terlihat menyesal saat
mengingat saat-saat itu. Namun ia tetap melanjutkan pesan Eun Sang, yang
mungkin kalau dibaca Eun Sang, Eun Sang akan ngamuk-ngamuk: Ia benar-benar menyukaiku. Aku mencoba
menahan siksaannya karena Choi Young Do benar-benar sangat keren. Sekarang aku
ingin mendapatkan refund untuk hatiku karena aku sudah membayar dengan
perasaanku. Pembatalan tak akan ada gunanya.
Hahaha.. Dan Young Do benar-benar
puas dengan pesan itu. Setelah mengeklik sent,
Young Do menelepon pengacaranya dan dengan nada bangga ia berkata, “Akhirnya
wajah tampanku membuatku terlibat dalam masalah.”
Haduhh… ternyata sama narsisnya dengan yang lain.
Di restoran ddukbokgi, Young Do
menatap janji Eun Sang yang tertulis di dinding, dan seakan janji itu adalah
Eun Sang, ia memerintahkan Eun Sang untuk muncul.
Tapi yang muncul adalah Myung Soo dengan memasang tampang paling serius untuk
memberitahu Young Do sesuatu yang menghebohkan. Dan setelah menoleh ke belakang,
memastikan tak ada yang mendengarnya, ia berbisik pada Young Do, “Aku
dengar dari anak-anak, Cha Eun Sang tak hanya absen.. ia .. whuss.. menghilang.”
Hahaha.. LOL banget liat ekspresi
Young Do yang seperti ‘yaelah.. kabar kapan taun juga..’ Tapi Myung Soo tak
sadar dan semakin berbisik dengan bersemangat, “Lokernya juga kosong. Dan ia
juga bukan termasuk kelompok tunjangan sosial. Ayahnya adalah..”
“Ayahnya sudah meninggal,” potong
Young Do dengan suara normal. Myung Soo tetap meneruskan sambil berbisik, kali
ini ingin menceritakan tentang ibunya. Tapi Young Do kali ini benar-benar
memotongnya, menyuruh Myung Soo untuk makan ddukbokki saja.
Myung Soo pun langsung manut
dengan melahap ddukbokki dan minum supnya. Ha. Betapa patuhnya detektif yang
gagal ini.
Tan bertemu dengan Myung Soo yang
lewat di depan rumahnya dan Myung Soo .. err.. Myung Sook menyapa Tan, “Kau
sedang apa, Oppa?”. LOL banget nih si Myung Soo.
Sepertinya mereka benar-benar
bertetangga dekat, karena begitu tahu kalau Myung Soo selalu memarkir mobil di
depan rumah, Tan langsung meminta memory card black box mobil Myung Soo untuk
mencari Eun Sang, karena mungkin saja black box Myung Soo merekamnya.
Myung Soo segera menyuruh
supirnya untuk memberikan memory card mobilnya. Tapi belum sempat memory card
itu berpindah tangan, Myung Soo mendapat pesan dari Kakao Talknya, pesan random
yang mengajaknya untuk pesta.
Melihat Myung Soo dengan Kakao
Talknya, membuat Tan mendapatkan ide. Ia langsung pergi sebelum mendapatkan memory
card Myung Soo.
Tan pergi ke toko handphone dan
berkata kalau ia ingin mendaftarkan handphonenya dengan nomor Eun Sang yang
sudah mati. Tapi menurut pemilik toko, nomor itu sudah dimiliki oleh orang
lain. Tan pun menelepon nomor lama Eun Sang, dan membujuk si pemilik baru agar menjual
nomor itu kepadanya.
Akhirnya Tan mendapatkan nomor
itu. Ia pun mengaktifkannya dan kontak pertama yang muncul di handphone itu
adalah pesan Kakao Talk. Tan langsung membukanya.
Ternyata dari Young Do. Haha..
betapa kesalnya Tan melihat nama itu lagi. Apalagi Young Do menulis begini di
Kakao Talk itu : Cha Eun Sang, dimana
kau? Aku merindukanmu. Aku hanya bicara pada nomor yang sudah mati.
Young Do yang baru saja selesai
menulis pesan pada Eun Sang, terkejut saat melihat nomor Eun Sang muncul di
layar handphonenya. Ia melonjak dan langsung mengangkat telepon itu, “Cha Eun
Sang?”
“Kau mau mati?” salak Tan.
Bwahahaha.. Young Do kesal karena
bukannya mendengar suara Eun Sang, tapi malah suara Tan, “Kau ini bahkan
menjawab teleponnya saat ia tak ada.”
Tan berkata kalau nomor itu
sekarang adalah nomornya dan menyuruh Young Do untuk mencari Eun Sang dengan
cara lainnya. Young Do berkata dengan bangga kalau ia sekarang sedang memasang
jebakan dan tak lupa meluapkan kekesalannya karena sudah menghancurkan
pengakuan cintanya pada Eun Sang.
Young Do pun menelepon
pengacaranya untuk bertanya apakah korban sudah ditemukan. Tapi ia harus kecewa
karena pengacaranya belum bisa menemukan Eun Sang, karena gadis itu tak
mendaftarkan namanya untuk mendapatkan nomor baru.
Tan meneliti beberapa memory card
yang berhasil dikumpulkan dari mobil-mobil tetangga rumahnya. Tapi tak ada
hasil. Namun muncul hal yang lain. Di handphone Eun Sang muncul SMS tentang
transaksi yang baru saja dilakukan Eun Sang sebesar 24.030 won di sebuah mini
market.
Maka Tan menelepon semua mini
market sejenis dan menanyai mereka apakah ada yang melakukan transaksi sejumlah
24.030 saat jam 21.45? Nihil. Tak ada yang memberi respon positif. Tapi Tan terus
menelepon hingga pagi, dan akhirnya Tan terkantuk-kantuk saat menelepon.
Walau kerja kerasnya ada hasilnya
juga. Di telepon yang kesekian, ada seorang pemilik toko yang membenarkan kalau
ada pembeli yang melakukan transaksi sejumlah itu kemarin malam. Tan langsung
bertanya tentang keberadaan minimarket itu.
Rupanya kabar Eun Sang yang tak
jadi pergi ke Argentina sampai juga ke telinga Presdir Kim. Bahkan mata-mata
Presdir Kim memberikan foto yang memperlihatkan Eun Sang dan ibunya yang masih
ada di Korea. Mata-mata itu juga memberitahukan kalau Wapresdir Yoon yang
membantu Eun Sang. Presdir Kim sangat marah mendengarnya.
Eun Sang dan ibunya ternyata
tinggal di kota tepi pantai. Eun Sang bekerja di toko buku dimana pemilik toko
sangat senang dengan kehadiran Eun Sang karena tokonya sekarang menjadi ramai.
Ia bahkan menganggap Eun Sang sebagai jimat keberuntungannyan walau ia bertanya
mengapa Eun Sang tak bersekolah?
Eun Sang berkata kalau ia baru saja
keluar dari sekolah, dan ia memutuskan untuk mengikuti ujian nasional saja.
Tapi saat ditanya asal sekolahnya, Eun Sang tak menjawab dengan jelas.
Berbeda dengan Eun Sang yang
langsung dapat pekerjaan, ibu Eun Sang masih belum mendapatkan pekerjaan karena
ia bisu. Eun Sang menghibur dan membesarkan hati ibunya, dengan berkata kalau nanti
akan ada orang yang akan menghargai keahlian ibu dan menerima ibu.
Sementara ini, ia akan membelikan
ibunya sebuah handphone agar bisa ditelepon saat mendapat panggilan kerja. Namun
sekarang ia akan membeli sarung karet dulu di toko dan meminta ibu untuk pulang
ke rumah lebih dulu.
Hanya pada saat ibunya dan dirinya
berbalik arah, Eun Sang baru berani
menangis, merasa tersiksa dengan semua keadaan yang membuatnya tak bisa
bernafas.
Tan pergi menemui pemiliki toko
dan menunjukkan foto Eun Sang. Pemilik toko itu mengiyakan, bahkan
memberitahukan kalau gadis yang berbicara dengan logat Seoul itu baru saja
membeli sarung tangan karet.
Tan langsung menyebut jumlah
transaksinya dengan tepat, membuat pemilik toko kaget. Namun kekagetan
itu malah membuat Tan tersenyum lega karena ia akhirnya menemukan jejak
Eun Sang.
Ia pun berlari ke sana kemari menyusuri
kota, tapi tetap tak menemukan sosok Eun Sang.
Eun Sang membongkar kardus yang
berisi baju dan mengeluarkan semua bajunya untuk diangin-anginkan, namun hal
itu malah membuat kenangan akan Tan membanjiri ingatannya.
Saat menggantung satu per satu bajunya, ia tak dapat menghindari kenangan itu, yang memberikan kebahagian kepadanya.
Setiap helai seragamnya
mengingatkannya pada saat Tan mengikutinya di pagi hari saat sekolah masih sepi
dan untuk pertama kalinya mereka berpegangan tangan di sekolah. Rok yang ia
pakai saat mengantarkan minuman di pesta Bo Na, mengingatkannya saat Tan
mencium keningnya dan menjadikannya gadis paling bahagia di pesta itu.
Juga baju hangat yang ia pakai,
mengingatkannya saat Tan memeluknya dan berjanji akan membantu Eun Sang
melintasi batas perbedaan mereka. Dan kaos I love California, yang membuat
semua ini terjadi.
Kenangan indah itu malah membuat
Eun Sang termangu sedih.
Akhirnya Tan melihat kaos I love California tergantung di sebuah rumah dan melihat kalau ada seseorang di balik baju-baju itu. Tan terpaku, menanti sosok itu muncul untuk memperkuat keyakinannya kalau baju itu memang milik Eun Sang.
Dunia Tan seakan berhenti saat Tan
akhirnya melihat Eun Sang kembali. Tapi bersamaan dengan itu, berbagai macam
pikiran muncul dan semuanya itu menahan kakinya untuk tidak menemui Eun Sang. Kesedihan
Eun Sang yang tampak jelas di wajahnya mencegahnya untuk berlari menghampiri Eun Sang.
Bahkan Tan berbalik, saat melihat
Eun Sang berjalan meninggalkan rumah.
Eun Sang duduk di tepi pantai
menatap laut dengan kosong. Ia tak menyadari kalau ada Tan yang memperhatikannya
dari jauh, memperhatikan kesedihan yang tampak jelas dari seluruh tubuhnya.
Tan melangkahkan kakiknya untuk
mendekati Eun Sang, tapi hanya satu langkah saja. Karena setelah itu Tan berbalik
pergi, meninggalkan Eun Sang sendiri.
Hanya saat sendirian di hotel,
Tan menangis.
Eun Sang mendapat telepon aneh,
katanya dari kantor polisi Gangnam.
Ulah siapa lagi kalau bukan dari
Young Do? Pengacara Young Do akhirnya melapor kalau mereka telah menemukan Cha
Eun Sang. Young Do kegirangan dan berkata kalau ia akan menemui korban langsung
dan meminta berkas laporan diserahkan ke kepolisian setempat. Ia akhirnya
mengaku, “Tujuanku hanya satu, yaitu menemukannya.”
Di kantor polisi, Young Do sudah
tak sabar untuk bertemu Eun Sang. Ia bahkan marah-marah pada polisi, mengira
Eun Sang mungkin melarikan diri. Polisi heran mendengar rentetan omelan Young
Do.
Tapi Young Do langsung berhenti
mengomel saat melihat Eun Sang datang. Ia terpana melihat Eun Sang dan tak
dapat menahan perasaannya, ia segera menghampiri Eun Sang dan memeluknya.
Eun Sang kaget dan mencoba
memberontak, tapi Young Do tetap memeluknya dan berbisik, “Terima kasih, karena
tetap selamat. Karena kau datang, terima kasih.”
Sepanjang perjalanan, Eun Sang
hanya diam saja dan Young Do bertanya apakah Eun Sang tak senang melihatnya?
“Sepertinya kau ingin bertemu dengan orang lain. Tapi aku tak akan membicarakan
tentangnya, jadi jangan berharap.”
Tapi Eun Sang malah menunduk
sedih, membuat Young Do yang akhirnya bertanya, “Apakah ia sudah datang?”
Eun Sang tak ingin membicarakan
hal itu. Ia berkata kalau cuaca sangat dingin dan lebih baik pergi sekarang.
Young Do menahan Eun Sang, “Aku akan melepas jaket untukmu. Tinggallah lebih
lama lagi.”
Eun Sang sepertinya tak ingin
berlama-lama menemui Young Do. Dengan halus ia mengusir Young Do dengan alasan
Young Do tak suka tempat yang tak ada atapnya karena terasa dingin. Tapi Young
Do tak peduli kalau tak ada atap, selama masih ada tanah untuk dipijak. “Aku
sudah melihat kau selamat. Kau putus dengan Tan. Kita berjalan-jalan menyusuri
pantai karena kau tak ingin menunjukkan di mana rumahmu. Tentu saja aku sangat
senang.”
Akhirnya Eun Sang mengaku kalau
ia merasa takut saat bertemu dengan Young Do. Jika Young Do dapat menemukannya
dengan mudah, sudah berapa orang yang mungkin telah menemukannya? “Aku
benar-benar takut.”
“Aku adalah orang yang paling tidak menakutkan yang akan datang dan menemuimu,” jawab Young Do yang juga
dibenarkan oleh Eun Sang. Young Do bertanya apakah Eun Sang akan tinggal di
sini? Apa Eun Sang benar-benar tak ingin kembali ke Seoul?
Eun Sang menjawab kalau ia akan
kembali setelah Kim Tan melupakannya. Young Do langsung menjawab, “Berarti aku
akan segera bertemu denganmu.” Eun Sang tersenyum kecil mendengar guyonan Young
Do.
Young Do meminta Eun Sang untuk
tidak berbuat bodoh dengan mendaftarkan nomor HP baru atas namanya sendiri dan
berkata kalau Eun Sang tak berpengalaman dalam melarikan diri dan
menawarkan,”Apa kau mau melarikan diri bersamaku? Anggap saja itu sebagai
pengalaman.”
“Young Do-ya..” pinta Eun Sang,
seakan meminta Young Do untuk tak bercanda.
Young Do menghela nafas dan
berkata kalau Eun Sang baru saja melukai hatinya. Ia pun memotong ucapan Eun
Sang yang meminta padanya, “Jangan memintaku untuk tak datang. Aku sudah
melakukan sesuatu yang cukup membuat ayahku bisa membunuhku agar aku bisa
datang kemari.Aku akan datang lagi.”
Dan benar saja. Presdir Choi
langsung memanggil anaknya dan bertanya siapakah Cha Eun Sang itu, karena pesan
itu telah membuat website hotel jadi kacau balau.
Young Do menjawab kalau itu
adalah nama gadis yang ia sukai dan bukan Eun Sang yang menuliskan pesan itu,
melainkan dirinya sendiri. “Ia lenyap dalam semalam, dan hanya itu satu-satunya
cara bagiku untuk menemukannya.”
Presdir Choi berkata kalau Young
Do akan menjadi wajah dari hotel mereka tapi mengapa Young Do harus merusak
citranya hanya untuk menemukan seorang gadis, bahkan membuat seluruh dunia
tahu?
“Karena jika aku tak
menemukannya, aku bisa gila,” Young Do mengaku. “Aku bersedia menerima hukuman.
Tapi jangan suruh aku untuk tak menemuinya. Jangan ikut campur. Ayah dapat
mencampuri semua yang ada dalam hidupku, tapi jika tentang wanita, Ayah tak
memiliki hak sama sekali.”
Presdir Choi sesaat terdiam, tapi
ia kemudian menyetujui permintaan Young Do, membuat Young Do terkejut, tak
menduga reaksi ayahnya seperti itu. Presdir Choi berkata kalau Young Do
akhirnya sadar kalau tak akan dapat mengalahkannya, dan sekarang memilih
bernegosiasi karena itu lebih bijaksana daripada pertarungan sengit.
Presdir Choi mengajak anaknya
bersama Esther dan Rachel untuk merayakan kerjasama yang baru saja diresmikan antara
Hotel Zeus dan Jeguk untuk pembangungan Convention Center. Namun belum sempat
mereka bersulang, Presdir Choi mendapat telepon dari kejaksaan dan Presdir Choi
marah-marah hingga membentak si penelepon yang merupakan jaksa karena hendak
menyelidiki hotelnya.
Setelah menutup telepon, Presdir
Choi menjelaskan dengan tenang kalau yang menelepon adalah orang yang bertugas
melakukan pemeriksaan berkala akan pajak. Presdir Choi juga mengusulkan pada
Esther untuk memajukan jadwal pernikahan mereka.
Tapi Esther tahu lebih banyak dan
berkata kalau ia tak bisa melanjutkan pernikahan ini. Ia mendengar selentingan
kabar dan tahu kalau telepon itu adalah pertanda dari kebenaran kabar itu. Mereka
akan bicara hal ini berdua besok, tidak di depan anak-anak. Ia pun menarik
Rachel pergi.
Wow, Esther tenang banget mutusin
pertunangan. Dia ini lagi memutuskan hubungan pertunangan atau PHK karyawan,
ya?
Tapi Presdir Choi pun juga tenang
diputuskan seperti itu. Merasakan kekhawatiran Young Do, ia meminta anaknya untuk
tak mengkhawatirkan kelangsungan Hotel Zeus karena ia akan menyerahkan hotel
itu dengan tanpa cela. Young Do gusar sekali karena, bukan itu yang
dikhawatirkan oleh Young Do.
Rachel pun sama khawatirnya
dengan Young Do. Ia mengejar ibunya dan bertanya apakan ayah Young Do akan
dipenjara? Apakah Hotel Zeus akan hancur? Apa karena itukah ibunya memutuskan
pertunangan?
Esther membantah kalau Zeus akan
hancur karena tak ada konglomerat yang bisa jatuh, “Rezim bisa berubah, tapi
chaebol itutak akan pernah berubah selamanya. Apa kau tak tahu itu? Aku hanya
tak mau terkena lumpur karena bersamanya. Karena itulah aku memutuskan
pertunangan.”
“Syukurlah.”
“Karena aku putus?”
“Karena Young Do tak akan
bangkrut,” jawab Rachel membuat Esther heran. Apa anaknya mulai menyukai Young
Do. Rachel menjawab kalau hubungan mereka lebih ke arah bersahabat, “Hanya ia
satu-satunya orang yang mengerti penderitaanku karena Ibu.”
Well.. berarti shipping Rachel –
Young Do pun tenggelam.
Tan kembali ke apartemen yang
kosong lagi. Ia menatap dreamcatcher yang tergantung dan teringat akan ucapan
Eun Sang saat di Amerika, “Hanya akan ada mimpi yang indah yang melewati
lubang-lubang itu.
Teringat Eun Sang yang
melambaikan tangan di CCTV untuk mengucapkan selamat tinggal, ia pun juga melepas
dreamcather itu.
Keesokan harinya, Won dikagetkan
dengan permintaan Tan yang menemuinya di kantor. Tan berkata kalau ia akan
melakukan semua yang Won katakan. Kembali ke Amerika, memberikan semua saham,
dan tak akan pernah kembali dan menemuinya selama-lamanya. Ia akan melakukan
semua itu, “Hanya selamatkanlah Eun Sang dari ayah dan aku. Aku telah
menghancurkannya.”
Tan menjelaskan kalau rasa
sukanya telah mendorong Eun Sang ke jurang. Ia telah menghancurkan semuanya.
Rumah, sekolah, teman-teman, bahkan juga masa depannya. “Aku melakukan
sebaik-baiknya untuk bisa bersama dengannya. Tapi bagaimana mungkin hanya
inilah caraku satu-satunya untuk melindunginya? Kenapa hanya ini cara
satu-satunya?” tanya Tan marah dan frustasi.
Mendengar nada Tan, Won bertanya
apa Tan ini sedang meminta bantuan atau ingin berkelahi? Tapi Tan tak peduli.
Ia sekarang sedang memberikan Won kesempatan untuk mengambil semuanya yang bisa
diambil Won darinya. Hanya satu yang dilakukan Won, “Bantulah Eun Sang kembali
ke tempat ia berada sebelumnya.”
“Kau tak akan bertemu dengannya
lagi? Apakah kau tak masalah dengan seperti itu?”
“Aku akan menemuinya hanya sekali
lagi.”
Eun Sang menutup toko dan berdiri
di depan. Hujan sedang turun dan ia tak membawa payung. Ia melihat Tan berdiri di
seberang jalan, menatapnya. Menunggunya.
Eun Sang panik melihat Tan lagi.
Saat Tan menghampirinya dan berdiri di depannya, Eun Sang berkata marah, “Kau
tak boleh ada di sini. Apa yang harus
kulakukan jika kau terus datang padaku seperti ini?”
“Maaf.”
“Kalau begitu, pergilah! Aku
sedang melarikan diri darimu. Kenapa kau menemukanku?”
“Maaf,” jawab Tan pelan. Ia akan
mengembalikan semua yang pernah ia hancurkan. Sekolah, rumah dan teman-teman,
dan kehidupan sehari-harinya. Tan juga akan mengembalikan semua seperti saat
sebelum mereka bertemu.
Eun Sang berusaha menahan air
matanya saat berkata kalau Tan tak perlu melakukan hal itu karena ia tak ingin
kembali dan sudah menyukai tempat tinggalnya yang sekarang. “Yang harus kau
lakukan sekarang adalah tak membuatku pindah ke kota lainnya.”
“Dari awal kita bertemu, apakah
aku sudah memberimu masalah?” tanya Tan pelan. Eun Sang berusaha membuat
suaranya tak bergetar saat ia mengiyakan. Tan mengerti dan berjanji tak akan
pernah datang lagi, “Aku minta maaf karena
pernah memintamu untuk meraih tanganku dan menjadi berani. Selamat tinggal, Cha
Eun Sang.”
Kali ini Eun Sang tak dapat menahan
air matanya saat Tan menyerahkan payung yang ia pegang, dan pergi menembus
hujan tanpa menoleh lagi. Eun Sang menjatuhkan payungnya dan menangis
tersedu-sedu.
Di rumah, Presdir Kim membentak
Tan yang kembali dengan badan basah karena hujan dan memberitahukan kalau ia
baru saja menemui Eun Sang. Tapi Tan berkata
kalau ia tak akan pernah menemui Eun Sang lagi. “Ayah telah menang. Dan aku
sudah kalah. Jadi jangan sentuh dirinya lagi.”
Presdir Kim menyebut anaknya
bodoh dan bertanya mengapa ia harus peduli jika menghilangkan seorang gadis dari
kehidupan anaknya. Tan marah dan berteriak, “Karena itu melukai perasaanku!
Rasanya sangat sulit dan aku sekarang kehilangannya. Rasanya hidupku sudah seperti
sampah!”
Bahkan Presdir Kim pun kaget
mendengar luapan perasaan Tan.
Tan keluar dari ruang kerja
ayahnya, sementara ibunya sudah menunggu di luar dengan cemas. Nyonya Han mencoba
mengeringkan badan Tan yang basah kuyup karena hujan. Tapi Tan tak mau dan
masuk ke kamar.
Nyonya Han semakin panik
mendengar suara barang dibanting dan dipecah dari dalam kamar. Pintu kamar Tan
terkunci dan Nyonya Han meminta Tan untuk membuka pintunya. Tapi Tan mlah
membentak, menyuruh ibunya pergi dan semakin menghancurkan seisi kamarnya.
Presdir Kim bahkan sampai naik ke atas dan mengintip apa yang sebenarnya
terjadi.
Tan masuk sekolah dengan tangan
berbalut perban akibat menghancurkan barang-barang semalam. Tan seakan tak
peduli sedikitpun pada keramaian di dalam kelasnya. Pandangannya kosong. Young
Do yang duduk di belakangnya terus memandanginya.
Bel berbunyi tanda pelajaran akan
dimulai. Tapi Tan malah berdiri untuk keluar ruangan, membuat Hyun Joo yang
baru saja muncul menyuruhnya untuk duduk kembali. Tapi seakan tak mendengar,
Tan malah terus berjalan keluar.
Hyun Joo memanggil Hyo Sin dan
bertanya tentang Tan. Murid-murid lain memberitahukan kalau Hyo Sin adalah
teman terdekat Tan. Hyun Joo bertanya apa Hyo Sin tahu masalah yang sedang
dihadapi Tan?
Hyo Sin tak menyangka kalau ia
dipanggil kemari hanya untuk ditanyai masalah itu. Hyun Joo yang tak sadar, malah
bertanya apakah ada hal lain yang ingin dibicarakan Hyo Sin? Apakah tentang
ujian masuk universitasnya?
Hyo Sin menghela nafas dan
akhirnya menjelaskan, “Kau melihatku mencium seorang gadis. Kau seharusnya
membicarakan hal itu dulu. Aku melakukannya untuk menunjukkan padamu.”
Tapi Hyun Joo malah salah sangka
atau berpura-pura bodoh, “Jadi kau sudah mulai suka pada seorang gadis? Apakah
ini akan membuatmu menjadi semakin lebih baik lagi? Kuanggap itu sebagai hal
yang menguntungkan.”
“Apanya yang untung? Kau juga
sudah tahu siapa yang kusukai,” jawab Hyo Sin, membuat Hyun Joo tak nyaman dan
mengusulkan mereka kembali membicarakan Tan. Tapi itu malah membuat Hyo Sin
kesal. Kenapa Hyun Joo sangat peduli pada Tan. “Apa kau ini juga tutornya?”
“Ia adalah adik temanku,” jawab
Hyun Joo singkat.
Tapi hal itu sudah membuat Hyo
Sin heran. Bagaimana Hyun Joo bisa mengenal Won? Mereka tak pergi ke
universitas yang sama. Melihat wajah Hyun Joo yang bingung seakan mencari
alasan, Hyo Sin pun sadar, “Apa kau pacaran dengannya?”
Hyun Joo menjawab tidak. Tapi Hyo
Sin tak percaya. Dan mengetahui betapa jauh perbedaannya dnegan Won, membuat ia
merasa Hyun Joo pasti menganggapnya hanya sebagai lelucon saja. Ia pun pergi
dan menyuruh Hyun Joo untuk menanyai pacar Tan saja untuk mendapatkan informasi
lebih lengkap.
Tan membolos untuk menonton film
di bioskop seperti yang Eun Sang lakukan. Pergi ke toko yang menjual dreamcatcher.
Tapi toko itu juga telah tutup dan tempatnya disewakan. Tan tidur masih dengan
memakai bajunya, bahkan jaketnya. Diam-diam air mata jatuh dari matanya yang
terpejam.
Keesokan harinya, Tan berpapasan
dengan mata-mata ayahnya. Melihat orang itu memabawa amplop, ia langsung
merebut amplop itu dan membuang isinya ke tanah. Terlihat foto-foto Eun Sang
dan ibunya di kotanya yang baru.
Sebelum ditanya, mata-mata itu
beralasan kalau Presdir Kim memintanya untuk mencari tahu keberadaan gadis itu.
Won datang lebih awal ke blind
date yang sudah diatur untuknya. Teman kencannya datang dan ternyata gadis itu
juga sudah punya pacar. Keduanya sama-sama tak tertarik, bahkan Won mengatakan
kalau ia pergi lebih dulu karena kelakuan gadis itu yang tak sopan.
Saat itu, ia menerima telepon
dari kepolisian. Ternyata Tan ditangkap karena ketahuan ngebut dan tak memiliki
SIM. Won marah melihat Tan seperti itu. Apakah Tan pikir ini adalah Amerika?
Tapi Tan tak peduli dan bertanya sampai kapan ia harus tinggal di sini?
Won berkata kalau cara Tan ini
salah. “Pemberontakan seperti ini tak akan ada gunanya.”
“Pemberontakan?” tanya Tan
mencemooh. “Kedengarannya bagus. Apakah kau sekarang senang? Sekarang tak ada
lagi anggota keluarga yang bisa menghalangi jalan mu. O iya... Kita bukanlah
keluarga.” Tan berdiri dan sebelum pergi ia menyuruh kakaknya mengurus ini
semua. Siapa tahu Won nanti membutuhkan bantuannya lagi.
Won melaporkan hal ini pada
presdir Kim. Dan sepeti biasa, Presdir Kim hanya marah-marah mendengar kelakuan
Tan. Seakan membela Tan, Won berkata kalau Tan adalah pria yang setengah dewasa
yang bertindak seperti orang dewasa, dan sekarang Tan sedang jatuh.
Tentu saja Presdir Kim meremehkan
Tan, “Kenapa ia tak menguatkan diri lebih dulu sebelum ia jatuh?”
Won pun menjawab, “Tan selalu
mengetuk pintu kamarku selama 18 tahun bahkan saat aku membencinya. Dia sangat
baik dan jujur. Ayah tentu tak dapat membayangkan betapa kuatnya ia agar bisa
menjadi seperti itu. Dan sekarang ia sedang hancur. Apakah ayah tak bisa
melihatnya?’
Presdir Kim tak mau bicara lagi
tentang Tan dan malah bertanya tentang pertemuan blind date Won. Tapi Won malah
bertanya, “Apakah Ayah mengusir gadis yang disukai Tan?”
Tapi Ayah malah menyuruh untuk
membina hubungan dengan gadis anak perusahaan telekomunikasi karena mereka
sedang membutuhkan provider telekomunikasi. Won bertanya lagi hal yang sama dan
mengatakan ayahnya tak perlu melakukan hal sedrastis itu, “Apakah aku tak cukup
bagi Ayah?”
Presdir Kim malah menyalahkan
Won, “Kalau kau memang memuaskanku, aku tak perlu melakukan hal seperti ini
pada adikmu. Tapi lihat apa yang sudah kau lakukan dengan Hyun Joo? Maka aku
tak dapat membiarkannya seperti ini. Kedua ibu kalian sama-sama tak ada gunanya. Jika
kalian tak memiliki ipar yang kuat, bagaimana bisa membangun bisnis kita?”
Uhh… Presdir Kim ternyata setali
tiga uang dengan Esther dan Presdir Choi.
“Tak bisakah Ayah mempercayakan
semuanya pada kami?” tanya Won. Presdir Kim bergeming dan berkata kalau ia akan
percaya saat Won bisa membawa putri anak pengusaha BS Telecom itu ke
hadapannya.
Won tak percaya mendengar ucapan
ayahnya, “Ayah mengatakan kalau itu adalah bentuk kepercayaan?”
Tapi bagi Presdir Kim, hal itu
sudah final. Ia menyuruh Won pergi karena ia sudah lelah.
Rachel pergi ke UKS karena merasa
pusing. Tapi di sana ia menerima telepon. Dan setelah telepon ditutup, ia
menerima SMS. Dari Hyo Sin yang bunyinya : Diamlah
kalau sedang di UKS.
Rachel terbelalak membaca SMS
itu. Ia langsung menghampiri satu tempat tidur yang tertutup tirai dan
membukanya. Taraaa… Ada Hyo Sin di sana dan tersenyum sambil melambai ke
arahnya.
Aww.. cute. Mungkin Rachel pun
berpendapat sama, karena ia langsung merasa canggung dan menutup tirai itu
kembali. Ia kembali ke tempat tidurnya dan menutup tirainya. Ada SMS kedua : Kenapa kau terlihat canggung saat berada di
dekatku?
Aku tak merasa canggung, aku hanya merasa malu.
Kenapa?
Bisakah kita melupakan apa yang sudah terjadi?
Hyo Sin nyengir membaca SMS itu
dan membalas, Walau semua orang sudah
mengetahuinya, tapi baiklah.
Rachel jelas kesal dijawab
seperti itu, maka ia menulis : Kau ini
tak mengambil ujian masuk universitas. Kenapa juga kau masuk sekolah? Apa kau
sudah bersiap untuk gagal?
Tiba-tiba tirai tempatnya
terbuka, mengagetkan Rachel. Hyo Sin berdiri di hadapannya dan bertanya, “Haruskah
aku gagal?”
Rachel menantang Hyo Sin, memang
apa yang akan Hyo Sin masuki jika ujiannya gagal? Hyo Sin menjawab, “Apa kau
tak melihat aku memenangkan juara pertama di Asia Youth Short Film Festival?
Aku dapat masuk ke sekolah film di manapun di Korea dengan menggunakan portofolio
itu”
“Kalau begitu kenapa kau harus
belajar?”
“Karena mengetahui lebih banyak
itu sangatlah bagus,” jawab Hyo Sin, membuat Rachel memandangnya dengan
apresiasi lebih. Mereka berdua saling berpandangan, dan saat sadar, Rachel
benar-benar merasa malu dan berkata judes, “Aku sedang pusing.”
Rachel langsung menutup tirai
tempat tidurnya, membuat Hyo Sin heran dan bingung.
Myung Soo mengajak Young Do untuk
pergi ke klub karena ada DJ-DJ keren. Tapi Young Do tahu kalau Myung Soo pergi
ke sana bukan untuk menikmati musik tapi untuk melirik cewek-cewek. Tapi bagi
Myung Soo, gadis itu adalah musik.
Bo Na pun bertanya pada Chan Young,
kalau bagi Chan Young, dirinya itu seperti musik apa? Chan Young langsung
menjawab, “Lagu-lagu pujian.” LOL.
Tapi Myung Soo langsung
menambahkan pendapatnya tentang Bona, “Death metal.” Bwahaha.. Bo Na langsung
menyerang Myung Soo, tapi Myung Soo juga langsung bertahan, “Diam di sana.
Kalau tidak aku akan mencurimu dari Chan Young!”
Kali ini Chan Young berdiri dan
kesal, hendak memukul Myung Soo. Bo Na langsung tersenyum senang, “Wow …. Pacarku
cemburu!” Dan Myung Soo pun sadar, “Wow.. aku baru saja diperalat.”
Bo Na mengkhawatirkan Kim Tan
yang mereka biarkan saja seperti itu. Wajahnya sangat kacau. Chan Young yang
masih marah pada Tan malah berharap besok luka-luka Tan tetap seperti itu dan
Tan menimbulkan banyak masalah besok karena besok adalah perayaan ulang tahun
Jeguk.
Young Do mendengarkan percakapan keduanya dan nampak kekhawatiran di wajahnya.
Dan kekhawatiran mereka terbukti.
Di saat Presdir Kim memberi pidato, semua orang malah memperhatikan Tan yang
duduk dengan tatapan kosong dan wajah yang babak belur. Bahkan Nyonya Jung dan
Won pun juga melirik pada penampilan Tan, tapi mereka hanya bisa menghela nafas
saja.
Young Do akhirnya pergi clubbing.
Dan ia melihat Tan keluar dari club dengan mabuk bahkan menabrak orang-orang
yang berpapasan dengannya. Salah satu orang yang ditabrak, marah. Tapi Tan
malah memukul orang itu. Mereka pun berkelahi.
Young Do akhirnya turun tangan.
Ia menahan Tan dan menggantikan orang yang ditabrak, ia yang berkelahi dengan
Tan. Tapi Tan seakan tak peduli. Ia terus melayangkan tinjunya namun tak peduli
untuk melindungi dirinya. Ia seperti merusak dirinya sendiri.
Akhirnya Young Do pun membanting
Tan ke tanah. Young Do memandang Tan yang bahkan tak mengeluh kesakitan walau
mulutnya sudah mengeluarkan darah. Akhirnya ia berkata, “Jika kau sangat merindukan
Cha Eun Sang, setidaknya pergilah melihatnya.”
“Aku tak akan pergi lagi,” jawab
Tan. “Ambillah dia.”
Young Do terkejut mendengarnya.
Ia menoleh dan melihat Tan meneteskan air mata.
source :
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-17-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-17-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment