Kembali
saat Eun Sang dan Presdir Kim bicara di ruang kerja. Presdir Kim
mempunyai 2 tiket diatas meja. Ia menyodorkan salah satunya dan
berkata.
"Aku akan memberikanmu waktu dua minggu. Selama itu, kau bisa menemui Tan selama yang kau suka dalam dua minggu. Tapi, saat kau putus setelah dua minggu kau akan pergi ke tempat yang sudah kutentukan. Dan ini sudah pasti bukan di Korea. Dan juga, ini adalah tempat yang sangat berbeda. dari Amerika, Inggris, atau Perancis. Kau bisa memilih salah satu dari dua pilihan yang aku berikan. Tapi satu hal yang pasti, hanya ada 1 tiket yang bisa membawamu naik ke lantai dua. Ke kamar dimana aku mengurung Tan".
Eun Sang
menangis memandangi ke dua tiket itu. Dan 2 pilihan yang diajukan
presdir Kim benar-benar merupakan pilihan yang sulit baginya.
Hee Nam
sedang belanja di supermarket ketika menerima sms dari beberapa orang
yang berterima kasih, karena Hee Nam sudah meluniasi semua hutanganya
berikut bunganya. Tapi wajah Hee Nam tampak bingung saat membaca sms
itu.
Ketika kembali ke rumah, Hee Nam langsung menemui Ny. Han di kamarnya. Hee Nam bertanya apakah Ny. Han sudah membayar uang pesangonnya. Ny. Han kaget, "Ahjumma, kau kan masih belum berhenti. Apa kau segera menginginkannya?. Beginikah caramu meminta bayaranmu?". Ny. Han mengira Hee Nam meminta berhenti sekarang.
Hee Nam menulis bukan begitu maksudnya. Ny. Han mengeluh, ia tak menyukai semua calon pelayan yang ia wawancarai, "Yang pertama terlalu banyak bicara. Yang kedua tidak berpengalaman. Yang ketiga...".
Ny. Han berhenti bicara melihat karena melihat Hee Nam yang terpaku seperti memikirkan sesuatu.
"Kenapa
kau tidak mendengarkanku?", protes Ny. Han, "Apa yang kau pikirkan?.
Mungkinkah, Kau sudah memikirkan orang nyonya lain di depanku?".
Hee Nam bengong. Ny. Han kembali mengoceh, "Benar! Aku benar. Keluarga seperti apa?. Kalian akan pergi ke mana?. Aku tanya, kalian akan pergi ke mana?".
Hee Nam tersenyum tipis melihat kecemburaan majikannya. Ny. Han pasti akan sangat kesepian jika Hee Nam benar-benar pergi.
Kemudian Hee Nam masuk ke kamar dan bertanya pada putrinya, apakah tadi presdir Kim mencari Eun Sang. Apakah dia memberitahumu sesuatu. Eun Sang berbohong dengan mengatakan tidak, lalu bertanya kenapa.
Hee Nam
menebak presdir Kim yang sudah melunasi hutang mereka. Ia lalu
menunjukan sms yang ia terima hari ini. Ucapan terima kasih dari para
pemilik uang.
"Dalam sekejap mata, dia membuat perempuan yang baru saja mendapat uang jadi bangkrut", guman Eun Sang lirih.
Selama
ini Eun Sang dan ibunya bekerja keras dan pelan-pelan mencicil hutang
mereka. Tapi sekarang presdir Kim ingin membuat Eun Sang merasa
berhutang budi dengan melunasi semua hutang mereka.
Hee Nam
yang mendengar gumanan Eun Sang menjadi khawatir, ia bertanya apa
maksudnya, apakah lunasnya hutang-hutang mereka ada hubungannya dengan
Eun Sang, "Apa ini karena putra kedua?. Katakan padaku?. Kenapa dia
memberi kita uang sebanyak ini?".
"Ibu.
Sekarang, dengarkan apa yang akan aku katakan, jangan sampai ibu salah
paham, ya?. Mungkin ini hal yang sulit untuk ibu mengerti".
Semula Hee Nam terkejut, tapi ia mengangguk siap mendengarkan penjelasan Eun Sang.
Penjelasan
apa yang diberikan Eun Sang pada ibunya, kita tidak tahu karena
sekarang Eun Sang melangkah menaiki tangga lantai 2. Entah pilihan mana
yang akan dipilih Eun Sang. Meski awalanya ragu, ia memantapkan hatinya
untuk terus melangkah. Yang berarti ia telah membulatkan tekad memilih
pilihan ke-2 yang diajukan presdir Kim.
Kim Tan
duduk di kamarnya. Televisi yang menyala di belakangnya, menyiarkan
topik hangat hari. Tentang putra Jeguk Group yang selama ini di
sembunyikan telah muncul. Berstatus anak tidak sah yang kini menjadi
pemegang saham utama Jeguk Holdings. Dipredeksikan akan adanya
kemungkinan perebutan kekuasaan perusahaan. Akibatnya, saham Jeguk
Konstruksi telah melonjak naik hingga angka maksimal hari ini.
Pandangan
Kim Tan menerawang, menunduk sedih mengingat perkataan menyakitkan Kim
Won yang menyuruhnya untuk menyerahkan seluruh saham miliknya, lalu
pergi ke Amerika dan jangan pernah kembali. Maka dengan begitu Kim Won
akan mempercayai Kim Tan.
Terdengar suara ketukan di pintu. Kim Tan mematikan televisi dan berdiri membuka pintu. Alangkah terkejutnya dia melihat Eun Sang berdiri di depan kamar. Tertegun tak percaya, "Bagaimana....?".
Ssstt...Eun Sang meletakan telunjuknya di bibir, memberi isyarat diam dan tersenyum sangat manis, "Apakah aku bisa masuk?".
Tanpa berpikir panjang, Kim Tan langsung menarik Eun Sang masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Kim Tan bertanya, "Bagaimana dengan bodyguard?. Bagaimana kau bisa ke sini?".
Eun Sang
berusaha bersikap ceria dan berbohong dengan bilang para bodyguard itu
pergi sebentar, jadi ia segera ke kamar Kim Tan, "Karena aku rindu
padamu".
Kim Tan
menarik Eun Sang dalam pelukannya. Eun Sang berkata ia merindukan Kim
Tan, tapi tidak bisa menelpon Kim Tan, dan tidak juga bisa bicara meski
mereka jalan berpapasan, "Itulah alasan kenapa aku datang ke sini,
bukan?".
"Rasanya seperti komputer grafis. Bahkan jika kau tepat ada di depan mataku, tapi tak bisa menyentuhmu", ujar Kim Tan.
"Maafkan aku. Aku yang membuatmu menjadi seperti ini. Ini semua terjadi karena aku", ucap Eun Sang merasa bersalah.
Kim Tan melepas pelukannya, "Cha Eun Sang, lihat aku!. Ini bukan karenamu. Agar aku tidak terkurung seperti ini lagi. Aku kembali ke rumah dengan sendirinya. Karena cara untuk tetap bersamamu, adalah tidak dengan terkurung bersama. Sebaliknya, apapun keputusan yang aku buat pilih. Kau harus percaya padaku".
Eun Sang
menatap Kim Tan sedih. Kim Tan menyentuh wajah Eun Sang dengan kedua
tangannya, "Sekarang kau satu-satunya yang ada di sisiku".
"Apa yang terjadi padamu, sampai kau begini?", tanya Eun Sang sedih.
"Aku menyukaimu", jawab Kim Tan lirih.
Eun Sang
memeluk Kim Tan. Kim Tan balas memeluk Eun Sang lebih erat, tanpa
mengetahui Eun Sang yang diam-diam menangis di bahunya.
Kim Wo
dan Jae Hoo minum di bar. Kim Won cerita tentang Kim Tan yang menantang
Kim Won untuk merebut semua sahamnya. Jae Hoo menyindir hal itu pasti
akan mudah Kim Won lakukan. Kim Won merasa terganggu dengan perkataan
Jae Hoo, "Aku meneraktirmu minum agar kau berada di pihakku".
"Apakah kau pernah berpikir untuk mencoba mengerti Tan?', tanya Jae Hoo.
"Setelah
Kakek meninggal, Paman, Ayah, bahkan bibiku saling menyerang satu sama
lain, saling tarik dan dorong berulang kali. Aku sudah melihat semua
peperangan itu. Apa gunanya mengerti dia? Karena pada akhirnya kami akan
tetap saling menyerang", jabar Kim Won.
Jae Hoo berkata untuk mencegah perang presdir Kim melakukan hal itu. Dengan membagi saham sama besarnya untuk kedua putranya. Tapi Kim Won berpendapat lain, perang ini terjadi karena ayahnya ingin membagai saham dengan adil. Kim Won menilai Kim Tan tidak mempunyai keterampilan yang sebanding dengan dirinya. Karena itu ia merasa Kim Tan tidak berhak mendapatkan hak yang sama dengannya. Jika membaginya sama rata, itu namanya tidak adil.
Kali ini
Jae Hoo membenarkan pendapat Kim Won. Kim Won heran pada siapa
sebenarnya Jae Hoo berpihak. Jae Hoo menjawab ia selalu berada di pihak
Jeguk Group. Kim Won memandang tajam. Jae Hoo tetap bersikap santai,
"Mari bersulang".
"Apakah
kau sudah mempertimbangkan tentang posisi wakil Presiden?", tanya Kim
Won kemudian. Jae Hoo menjawab akan memberitahukan jawabannya nanti.
Pagi
harinya, Kim Tan duduk di depan layar TV, melihat rekaman CCTV yang
terpasang di depan pintu gerbang. Sudah jelas, pasti Kim Tan sedang
menunggu Eun Sang yang akan keluar dari gerbang untuk berangkat sekolah.
Kim Tan melihat jam tangan, sediki resah karena Eun Sang tak juga
muncul.
Beberapa detik kemudian, akhirnya Eun Sang keluar dari gerbang dan melangkah pergi. Namun baru beberapa langkah, Eun Sang menghentikan langkahnya lalu berbalik. Ia berdiri tepat di bawah kamera CCTV.
Ia mengeluarkan buku dan menulis sesuatu di atasnya. Lalu mengangkat buku itu ke arah kamera, agar Kim Tan bisa melihat tulisannya.
"Senang bertemu denganmu di dalam mimpiku".
Lalu Eun
Sang berkata, ia tahu Kim Tan akan melihat ini. Eun Sang pamit pergi ke
sekolah, melambaikan tangan ke arah kamera CCTV dan tersenyum. Kim Tan
terus memperhatikan layar TV, menatap Eun Sang pergi hingga menghilang
di persimpangan jalan.
Setelah
Eun Sang tak terlihat lagi. Kim Tan menunduk sedih, menutupi wajah
dengan kedua tangannya. Terasa benar-benar sepi terkurung di dalam kamar
yang besar ini.
Eun Sang sampai di sekolah, ia melihat banyak wartawan yang memenuhi halaman sekolah. Para wartawan yang mencari berita tentang Kim Tan. Beruntung siswa yang ditanya tidak ada yang menjawab (jangan coba-coba bermain dengan Jeguk Group, kalau tidak mau di tendang keluar).
Siswa lain yang melihat berkomentar pasti banyak yang
ingin wartawan tanyakan tentang status Kim Tan sebagai anak tidak sah
dan pemegang saham terbesar. Teman Ye Sol yang rese lewat di belakang
Eun Sang.
"Aku
ingin tahu apakah akan ada artikel tentang anak dari Grup Kepedulian
Sosial yang berbohong menjadi OKB", sindirnya jutek seraya berlalu
pergi.
Beberapa dari wartawan itu menghampiri Eun Sang, bertanya apakah Kim Tan kesekolah hari ini. Eun Sang kebingungan mau menjawab apa. Eun Sang terselamatkan dengan kedatangan Young Do, yang baru saja tiba bersama Myung Soo.
"Jangan bertanya tentang hal itu. Dia sedang terluka", ucap Young Do merangkul pundak Eun Sang
"Jadi ini yang daritadi aku dengar, Yellow Journalism (Jurnalis/wartawan gosip)", komentar Myung Soo.
Myung Soo yang selalu membawa kameranya, menggunakan kesempatan ini untuk mengejek wartawan. Ia pun mengarahkan kamera pada mereka. Dengan gaya centil, Myung Soo berkata, "Ayo lihat ke sini". Membuat para wartawan bengong keheranan.
Young Do mendorong Eun Sang untuk terus jalan. Wartawan bertanya apa Young Do dan Myung Soo mengenal Kim Tan, "Kalian siapa?".
"Aku
putri bungsunya", ujar Myung Soo tak mau kalah, bergaya centil seperti
perempuan yang sedang membelai rambutnya.... hahaha... i like Myung
Soo...
"Ya, oppa", Myung Soo mengandeng lengan oppa-nya. Jalan berlenggak-lenggok seperti wanita... Hahaha...LOL...
Young Do
menepuk pundak Eun Sang. Eun Sang tersenyum dan mereka masuk ke dalam
bersama. Meninggalkan para wartawan yang berkomentar banyak siswa aneh
bin ajaib di sekolah Jeguk ini.
Eun Sang pergi ke loker. Betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu loker dan melihat lokernya dalam keadaan berantakan. Pintu loker penuh coretan, yang bertuliskan, "Pergi mati saja!. Berhenti menggoda Kim Tan". Buku-buku Eun Sang berhamburan dari tempatnya. Dan pakaian olahraganya dikotori dengan tumpahan susu.
Young Do
datang dan melihat loker Eun Sang yang berantakan. Ia ikut prihatin,
tapi menutupinya dengan gaya bercanda seperti biasa, "Apakah kau
memiliki ternak sapi di dalam sana?". LOL...
"Ini adalah susu keledai", jawab Eun Sang hendak membereskan lokernya.
Young Do
berkomentar kenapa Eun Sang berpacaran dengan Kim Tan dan mencari
masalah. Ucapan itu membuat Eun Sang melihat Young Do dengan tatapan
menunduh.
"Aku
tahu apa yang akan kau katakan, tapi ini bukan hasil perbuatanku, oke?',
kata Young Do sembari menempelkan ponsel ke telinganya. Menghubungi
nomor tujuan. Panggilan tersambung, "Ya, bisa aku pesan sesuatu?".
Membuat Eun Sang heran.
Dan
keheranan Eun Sang bertambah, karena tak lama kemudian berdus-dus kotak
susu berada di hadapannya (Mungkin ini sekaligus promosi, karena Park
Shin Hye menjadi bintang iklan produk susu tersebut, Hahaha).
Young Do
menyuruh Eun Sang minggir. Mengambil susu sekotak dan siap melempar
susu itu ke deretan loker yang ada di depannya. Tapi sebelum itu
terjadi, Eun Sang lebih dulu menahan tangan Young Do.
"Aku mau membalas dendam untukmu", ujar Young Do enteng. "Aku yakin ini ulah salah satu dari mereka".
"Apakah kau ingin merusak loker semua orang untuk mencari pelakunya?", tanya Eun Sang tidak percaya.
Young Do
membenarkan. Eun Sang bertanya apa tindakan Young Do ini masuk akal?.
Young Do balik tanya, "Kenapa tidak?. Pelakunya pasti salah satu dari
mereka", Young Do mengayunkan tangannya siap melempar.
Kembali Eun Sang menahan, "Hentikan. Apa salah siswa yang lainnya?"
"Memangnya kesalahan apa yang kau lakukan?", ucap Young Do membela Eun Sang.
Eun Sang
tertawa. Young Do tanya kenapa Eun Sang tertawa. Eun Sang berkata
sekarang akhirnya ia bisa mulai bisa memahami pemikiran Young Do,
"Terima kasih untuk kebaikanmu, tapi jangan lakukan itu. Kau tidak boleh
memperlakukan makanan seperti itu".
"Kau tersenyum saat kau mengucapkan terima kasih", ucap Young Do.
"Sepertinya
sekarang kau juga mengenalku. Ngomong- ngomong, apa yang akan kau
lakukan dengan semua ini?", Eun Sang menunjuk tumpukan kardus susu.
"Aku
membeli semua ini untukmu. Makan yang banyak, Cha Eun Sang", Young Do
menepuk pundak Eun Sang pelan, lalu pergi melambaikan tangan.
"Hei", protes Eun Sang, tapi Young Do tak peduli, pergi begitu saja menyerahkan tumpukan susu pada Eun Sang.
Bo Na dan Chan Young membaca buku di perpustakaan. Eun Sang datang dan membagikan 2 kotak susu pada sepasang kekasih itu. Ia berkata Young Do yang membeli susu ini. Chan Young dan Bo Na menerima pemberian susu itu.
Bo Na bertanya apa Eun Sang sudah meminumnya. Eun Sang mengiyakan, ia bahkan sedang meminum susu saat ini.
"Ada gejala aneh?. Demam, diare, muntah?. Tidak mungkin Choi Young Do tidak melakukan sesuatu yang buruk", komentar Bo Na.
Eun Sang
memberikan selembar foto pada Bo Na, "Ambilah. Ini bayaranku". Bo Na
mengambilnya dan berseru senang, "Oh my God! dia sangat lucu. Sangat
lucu, benar-benar lucu!".
Rupanya
itu adalah foto masa kecil Chan Young, yang pernah Eun Sang janjikan
sebagai ganti bayara Eun Sang menginap di rumah Bo Na. (Kang Min Hyuk
imut).
"Hei,
kenapa kalian menggunakan foto lama seseorang untuk perdagangan pribadi
kalian?" protes Chan Young hendak merebut foto itu.
Bo Na
menyingkirkannya jauh-jauh, ia bertanya apa Eun Sang punya foto lain,
foto yang aneh, "Jika kami putus, foto itu akan aku sebarkan dan membuat
hidupnya menjadi memalukan".
"Karena pacarmu itu sangat keren, foto yang seperti itu tidak mungkin ada. Apakah kau mengerti?", ujar Chan Young.
"Itu benar. Kalian berdua, jangan pernah putus. Mengerti?", kata Eun Sang.
Bo Na berkata tentu saja tidak. Eun Sang meminta maaf pada Bo Na terlebih dahulu, lalu memeluk Chan Young.
"Ah..Temanku, Yoon Chan Young".
"Hei. Cha Eun Sang, apakah kau sudah gila?", protes Bo Na.
Eun Sang melepas pelukannya, Chan Young heran, "Apakah hari ini? Hari di mana rambutmu di jambak?", ledek Chan Young.
Bo Na terheran-heran, "Omo, ada apa denganmu?". Eun Sang melepas pelukannya dan tersenyum.
Bo Na
berkata Eun Sang menjadi aneh seperti ini karena minum susu pemberian
Young Do. Chan Young bertanya, kenapa?, ada apa?. Eun Sang berkata
tiba-tiba saja ia ingin melakukannya, memeluk mereka.
Chan
Young dan Bo Na melempar pandangan heran. Eun Sang memaksakan senyum.
Senyun Eun Sang pudar, berganti wajah sedih. Huwa..apa Eun Sang baru
saja mengucapkan salam perpisahan tanpa mereka sadari. Hiks...
Jae Hoo
datang untuk mengajar Kim Tan. Huah, Kim Tan buka pintu sambil pegang
buku nich, apa kesepian membuat Kim Tan jadi rajin belajar, hehehehe,...
Jae Hoo tersenyum dan bertanya haruskah ia datang dengan membawakan makanan ringan untuk Kim Tan.
Kim Tan menimpali kenapa Jae Hoo baru menyadari hal itu sekarang. Jae Hoo kembali tanya, dalam keadaan terkurung di dalam kamar ini, apa yang bisanya Kim Tan lakukan sepanjang hari?.
Kim Tan menimpali kenapa Jae Hoo baru menyadari hal itu sekarang. Jae Hoo kembali tanya, dalam keadaan terkurung di dalam kamar ini, apa yang bisanya Kim Tan lakukan sepanjang hari?.
"Pikiran yang tidak baik", jawab Kim Tan.
"Pikiran yang tidak baik yang biasa dipikirkan orang dewasa?", gurau Jae Hoo.
Kim Tan
tersenyum tipis mendengar gurauan Jae Hoo, lalu berkata ia memikirkan
hal yang lebih buruk. "Sebuah cara untuk mengacaukan semua hubungan.
Sesuatu seperti itu".
Jae Hoo
tidak tahu apakah ini waktu yang tepat atau tidak tepat untuk mengatakan
hal ini pada Kim Tan, tapi ada sesuatu yang harus ia beritahukan. Kim
Tan tanya apa itu?.
"Apakah kau sudah dengar Eun Sang akan dikirim sekolah ke luar negeri?".
Kim Tan yang baru mendengar hal ini tentu saja kaget, "Keluar negeri?. Belajar ke luar negeri apa?".
Scene berikutnya memperlihatkan Kim Tan yang keluar dari kamar dengan menggunakan seragam sekolah. Ia melangkah menuju ruang kerja ayahnya, di iringi perkataan Jae Hoo saat di dalam kamar tadi.
"Aku lebih tahu ayahmu dibandingkan dirimu. Dia orang yang lebih kejam melebihi bayanganmu sebagai pebisnis dan seorang ayah".
Kim Tan
masuk keruang kerja ayahnya, tanpa ada ketakutan dalam setiap
langkahnya. Kim Tan berkata ingin mengambil ponselnya, tanpa menunggu
ijin ia langsung meraih ponsel yang terletak di atas meja. Presdir Kim
mengatakan tak akan pernah menginjinkan Kim Tan melakukan hal itu,
"Letakkan kembali".
Tapi Kim Tan tidak mau mendengarkan, ia menghubungi Ny. Ji Sook, meminta pada ibu tirinya itu untuk mengeluarkannya dari rumah, karena ia harus berangkat sekolah. Ny. Ji Sook setuju dan akan datang menjemput.
"Ya. Aku akan menunggumu", ujar Kim Tan, lalu menutup telepon.
"Apa kau baru saja menelepon ibumu agar kau bisa ke sekolah?", tanya presdir Kim.
Kim Tan
mengiyakan. Presdir Kim mencoba menebak kenapa Kim Tan ingin pergi ke
sekolah, "Apa ... karena gadis itu?". Kim Tan mengiyakan tanpa takut.
"Apakah kau mengubunginya agar kau bisa pergi ke sekolah dan menemui gadis itu?", ulang presdir Kim untuk meyakinkan.
"Ya", Kim Tan kembali mengiyakan. "Ibu bilang dia segera datang. Ini berkat saham yang Ayah berikan padaku".
"Apakah kau pikir aku memberikan saham-saham itu padamu agar kau bisa melakukan ini?".
"Aku juga ingin meminta sesuatu pada, Ayah. Untuk yang selanjutnya, jangan pernah menyentuh Eun Sang".
"Apakah kau mengancam ayahmu sekarang?", tanya presdir Kim seakan tak percaya.
"Untuk
membuat ancaman ini berhasil, ayah memberiku pedang (sebagai pemeganga
saham terbesar). Ini adalah pedang yang ayah berikan kepadaku. Jika ayah
menyentuh Eun Sang lagi, Dengan pedang yang aku miliki, aku tidak akan
memilih siapa yang akan aku serang", ucap Kim Tan tegas, membungkuk
hormat lalu pergi.
Sebuah langkah berani yang langsung membuat presdir Kim berpikir...
Kim Tan
dan Ny. Ji Sook dalam perjalanan menuju sekolah. Ny. Ji Sook benar-benar
datang menjumput Kim Tan, meski tidak ikhlas. Mereka bicar tanpa
melihat satu sama lain. Dengan suasana dingin dan penuh sindirian. Ny.
Ji Sook menyindir betapa menyenangkannya sekarang memiliki uang,
kekuasaaan dan gelar. Hingga Kim Tan bisa menyuruhnya datang dan pergi
sesuka hati.
"Ibu, kau juga telah banyak berubah. Kau datang menjemputku segera setelah aku meneleponmu", sindir Kim Tan balik.
Ny. Ji
Sook berkata Kim Tan juga harus tahu aturan di dunia ini. Bahwa Kim Tan
harus membayar harga untuk membuat orang datang dan pergi sesuka hati.
Kim Tan menyahut ia sudah tahu hal itu.
"Saat
aku bicara, dengarkan dengan baik", semprot Ny. Ji Sook, "Apa yang kau
lakukan ini padaku, suatu hari kau akan membalasnya padaku. Kau
menyadari semuanya saat kau sudah menyesal, bahwa sudah terlambat untuk
menyesal".
"Ibu,
tentang penyesalan itu. Ibu pasti merasakannya saat kau mengangkat
teleponku. Apakah kau ingat apa saja yang sudah kau lakukan (perlakuan
buruk) padaku dan ibu?".
Ny. Ji
Sook mengalihkan pembicaraan, ia berkata akan ada banyak wartawan di
depan sekolah, "Saat kita keluar dari mobil, kita harus terlihat ramah".
Aku tahu, jawab Kim Tan menatap keluar jendela.
Seperti yang mereka sepakati bersama, begitu keluar dari mobil. Kim Tan dan Ny. Ji Sook bersikap layaknya ibu dan anak yang saling menyayangi. Para wartawan sibuk mengekor dan memotret mereka.
Ny. Ji
Sook merapihkan kerah jas Kim Tan dan berkata akan malam ini mereka akan
makan malam bersama. Ny. Ji Sook memaksa tersenyum melirik wartawan dan
berkata mereka perlu di foto lebih banyak lagi oleh wartawan. Kim Tan
menjawab ya.
Mereka lalu jalan bersama, Ny. Ji Sook berkata akan datang bersama presdir Kim. Dan Kim Tan janji tidak akan datang terlambat.
Myung
Soo, Bo Na, Chan Young dan Ye Sol melihat tontonan itu dari atas balkon.
Myung Soo dibuat takjub dengan pemandangan yang ia lihat, "Wah! Aku
sudah bertetangga dan berteman dengan Kim Tan bertahun-tahun, tapi ini
adalah pertama kalinya aku melihat mereka bersama!".
"Dulu, aku pikir mereka tidak akur tapi seperti mereka sudah baikan sekarang", komentar ketua kelas, Chan Young.
"Bukankah sudah jelas ini hanyalah bualan?. Mereka hanya berakting untuk menunjukkannya ke wartawan", komentar penggosip Ye Sol.
"Semakin
banyak yang kau miliki, semakin banyak orang yang ingin memanfaatkan
dan menghancurkanmu. Sama dengan kita", ucap Bo Na berpikir sebagai
pewaris.
"Menjadi
pemegang saham utama, dan mendapatkan perlindungan tak terbatas dari
Ketua dewan. Bahkan jika dia hanyalah anak tidak sah, kau
tidak bisa mengalahkannya", ujar Myung Soo menyadari bagaimana
pengaruhnya Kim Tan saat ini, dengan Jeguk Group di belakangnya.
Kim Tan jalan di koridor menuju kelas, di iringi tatapan dari para siswa.
Sesampainya di kelas, tanpa berkata apa-apa, Kim Tan langsung mengambil tas Eun Sang dan mengemasi semua buku-bukunya yang ada di atas meja.
Sesampainya di kelas, tanpa berkata apa-apa, Kim Tan langsung mengambil tas Eun Sang dan mengemasi semua buku-bukunya yang ada di atas meja.
Eun Sang bengong kaget, "Apa yang kau lakukan?. Pelajaran bahkan belum dimulai...".
Eun Sang bahkan belum menyelesaikan ucapanya, ketika Kim Tan menariknya keluar dari kelas. Siswa lain yang melihat berkomentar heran, Dia baru saja datang, apa yang dia lakukan sekarang?.
Eun Sang bahkan belum menyelesaikan ucapanya, ketika Kim Tan menariknya keluar dari kelas. Siswa lain yang melihat berkomentar heran, Dia baru saja datang, apa yang dia lakukan sekarang?.
Kim Tan membawa Eun Sang ke studio Myung Soo. Ia langsung mengeluarkan semua isi tas Eun Sang ke atas meja.
"Hei!. Kim Tan", seru Eun Sang tertegun bingung, "Kenapa kau seperti ini? Apa yang akan kau lakukan?"
Kim Tan diam tak menjawab. Membuka semua buku Eun Sang memeriksa setiap lembarannya.
Eun Sang mencoba menghentikan, tapi Kim Tan menepis tangannya. Hingga
akhirnya Kim Tan menemukan tiket pesawat tujuan Buenos Aires (Argentina)
yang terselip di salah satu halaman buku. Tanggal keberangkatan 24
November 2013.
Kim Tan marah, "Apakah kau benar- benar menyukaiku?. Apakah kau percaya padaku?. Jawab aku!', bentaknya.
"Kembalikan" ujar Eun Sang
Suara Kim Tan meninggi, "Itulah sebabnya kau harus memberitahu aku!. Seharusnya kau biarkan aku menghadapi ayahku!"
Dengan
lebih pelan Kim Tan berkata, "Aku telah kehilangan semuanya sekarang.
Aku sudah bilang bahwa hanya kau satu- satunya yang ada di sisiku.
Jangan pernah melakukan ini padaku. Kumohon padamu, jangan terluka saat
aku tidak ada. Jika kau melakukan itu, aku benar-benar akan gila,
mengerti?".
Eun Sang
menangis dan memandang wajah Kim Tan. Terisak sedih dan akhirnya
mengangguk pelan. Kim Tan menghapus air mata di pipi Eun Sang, "Aku
minta maaf karena membuatmu menangis. Aku minta maaf", ucapnya lirih.
Dengan
tangan satunya lagi, Kim Tan menyentuh pipi Eun Sang, menghapus air mata
yang membajiri wajah gadis itu. Air mata Eun Sang semakin deras, ia
menggeleng, seakan berkata ini bukan kesalahan Kim Tan. Kim Tan
memandang Eun Sang lembut sekaligus sedih.
Young Do
datang, ia bertanya apa masalah apa lagi ini hingga mereka berdua
bertengkar, "Kau bahkan membuatnya menangis". Ia melihat ke atas meja
yang berantakan dan menyindir, "Apa sekarang kau menggunakan kekerasan
fisik, Kim Tan?. Apakah menjadi pemegang saham utama adalah
segalanya?".
Eun Sang
menunduk memungut sobekan tiket dilantai, tak ingin Young Do
melihatnya. Kim Tan menarik Eun Sang berdiri, "Biarkan saja". Ia
menyerahkannya Eun Sang pada Young Do.
"Aku tak ingin mengatakan ini, Tapi hanya kau yang bisa kuandalkan".
"Jika
kau ingin kembali ke sekolah, ajak dia dan bawa dia kembali lagi nanti
ke sini. Jangan menyentuhnya. Aku akan menjemputnya sebelum jam 8",
terang Kim Tan.
"Apakah kau gila?. Tidak ada jaminan bahwa kami akan di sini saat kau kembali", ucap Young Do.
Kim Tan berkata tidak mempuyai waktu untuk berdebat dengan Young Do. Ia akan kembali nanti. Kim Tan bergegas pergi meninggalkan mereka.
Eun Sang
berhenti menangis dan membereskan buku-bukunya. Young Do ingin tahu
kenapa Eun Sang menangis. Eun Sang tak menjawab dan hendak pergi.
"Bagaimana
dengan utangmu padaku?", tagih Young Do. "Apakah kau tidak ingin
membayarnya?. Kau pura-pura lupa karena tidak ada hitam di atas
putih?".
Eun Sang berjanji akan membayarnya nanti. Pasti. Young Do bertanya kapan.
"Sepulang sekolah?. Mie. Apakah kau tidak ingin pergi makan mie?', jawab Eun Sang.
Young Do menatap Eun Sang, masih terlihat jelas kesedihan dan sisa-sisa air mata di wajah Eun Sang.
Mobil keluarga Kim berhenti di sebuah restoran besar. Para wartawan langsung mengarahkan kamera mereka begitu presdir Kim dan Ny. Ji Sook keluar dari mobil. Ny. Ji Sook mengandeng tangan suaminya. Mereka terlihat akur seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Kim Won
dan Kim Tan datang menyusul kemudian dengan mobil berbeda. Mereka sempat
berhenti sebentar di depan pintu, saling melempar senyum tipis saat
para wartawan mengambil foto mereka. Seandainya saja ini bukan akting,
pasti lebih baik.
Hal yang berbeda terjadi ketika mereka makan diruangan VVIP. Keakraban yang mereka tunjukan tadi langsung luntur. Kim Won menyindir sebaiknya lain kali mereka nonton film bersama, "Kita tidak perlu bicara, dan cukup mengambil foto. Itu lebih baik".
Presdir Kim tertawa, "Baiklah, ayo lakukan itu nanti. Akan sangat menyenangkan, untuk menghirup udara luar bersama keluarga".
Kim Tan
yang sedari tadi diam tak menyentuh makanannya, menyinggung senyum sinis
mendengar kata keluarga keluar dari bibir ayahnya. Presdir Kim lalu
bertanya pada Ny. Ji Sook, "Apa kau sudah menemukan pasangan yang cocok
untuk Won?".
Ny. Ji
Sook menjawab, mereka tinggal mencari tanggal agar Kim Won bisa bertemu
dengan gadis itu. Kim Won akan mendapatkan foto gadis itu dari
sekertarisnya besok. Ia minta Kim Won memberitahukan jadwalnya. Ny. Ji
Sook akan mengatur kapan dan dimana mereka bertemu.
"Aku
sendiri yang akan melakukannya jika waktunya sudah tiba. Kau tidak perlu
membuang-buang energimu", komentar Kim Won tidak suka.
Presdir Kim berkata sudah waktunya Kim Won menikah dan membentuk keluarga sendiri. Dengan begitu Kim Won bisa mengelola bisnis perusahaan dengan baik. (Eits..presdir Kim ini gak bercermin pada dirinya sendiri apa ya?. Liat bagaimana kacaunya keadaan keluarganya sekarang, apa perlu saya belikan cermin juga?).
"Dua minggu lagi, akan ada pertemuan pemegang saham, dan kalian berdua harus hadir. Pertemuan ini... untuk mendiskusikan apakah kita akan memecat Presiden Jeguk Konstruksi, Kim Won atau tidak", ucap presdir Kim memberikan shock terapi pada mereka.
(Apa?. 2
minggu, kenapa waktunya tepat sekali. Kenapa harus 2 minggu, kurun
waktu yang sama yang diberikan presdir Kim pada Eun
Sang....huwwaa..merinding saya).
Ny. Ji Sook terkejut, Kim Tan terkejut, Kim Won apa lagi, dia lah yang paling shock mendengar berita ini.
Presdir
Kim berkata kandidat untuk posisi yang akan menggantikan Kim Won adalah
Yoon Jae Hoo. Ia beralasan sudah waktunya bagi Jae Hoo untuk mengelola
salah satu anak perusahaan. Presdir Kim mengatakan ini tanpa beban,
sembari menyinggung senyum (licik).
"Ayah", seru Kim Won nyaring
"Kecilkan suaramu. Ada banyak telinga yang mendengarkan di luar", tegur presdir Kim.
"Meskipun
aku memecat dan memang mengubah susunan dewan direksi. Apakah saran aku
dipecat sudah diterima?. Para anggota direksi yang aku pecat setuju
dengan saran ini?", tanya Kim Won tak percaya.
Presdir
Kim bertanya memangnya apa yang Kim Won pikirkan saat memecat dan
mengganti susuan dewan direksi, tanpa mendiskusikan hal itu terlebih
dahulu pada presdir Kim, "Semua orang terpercaya dan yang mengikutiku
selama bertahun-tahun. Ini adalah kesempatan bagiku untuk menunjukkan kalau aku percaya pada mereka".
"Lalu bagaimana denganku?', tuntut Kim Won, "Aku masih muda, ayahku sendiri yang memperlakukanku seperti anak kecil. Aku mencoba bertahan di posisi ini. Sekarang, aku hanyalah presdsir boneka Komisaris. Kenapa ayah melakukan ini?".
"Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Ini masih bukan perusahaanmu. Tapi kau tetap bertindak seperti perusahaan ini sudah menjadi milikmu. Aku sudah mengatakan itu. Aku tidak akan bermurah hati. Aku tidak memihak anak pertama. Aku akan memberikannya pada orang yang terbaik diantara kalian. Kau hanyalah langkah darurat yang kubuat demi Grup Jeguk. Itu keputusan salah. Jadi aku harus menariknya kembali. Apa lagi yang bisa aku lakukan?", ujar presdir Kim tajam.
Kim Won tampak terguncang, "Apa ini sebabnya ayah jadikan Tan sebagai pemegang saham utama?".
Presdir Kim tak menjawab, ia berkata nafsu makannya sudah hilang dan ingin pulang. Ny. Ji Sook yang sejak tadi hanya diam mengamati Kim Tan dan Kim Won ikut berkata akan menemani presdir Kim.
"Jadi,
pertemuan keluarga yang berikutnya adalah pertemuan pemegang saham. Kita
akan bertemu lagi nanti". ucap presdir Kim tanpa merasa bersalah.
"Kita akan segera bertemu lagi", ujar Ny. Ji Sook mengandeng tangan suaminya lalu pergi.
Tak lama kemudian Kim Tan juga berdiri. Kim Won menyuruh Kim Tan duduk. Kim Tan menyindir, "Sekarang, giliran aku punya sesuatu (saham), kakak memintaku tinggal".
"Jangan sombong", cibir Kim Won, "Kau masih 18 tahun. Usia di mana kau tidak bisa melakukan apapun tanpa seorang wali".
"Hal-hal yang tidak bisa kau lakukan saat kau sudah bertambah tua. Aku baru 18, jadi...aku akan melakukannya. Aku akan pergi".
"Duduk", ucap Kim Won marah, "Aku belum selesai bicara".
Tapi Kim Tan tak ingin lagi mendengar atau menuruti perkataan Kim Won.
"Hyung, apa kau punya waktu untuk dihabiskan bersamaku?. Aku pikir kau akan sangat sibuk (melobi para pemegang saham untuk mendukung Kim Won tetap berada di posisi presdir)?. Dan aku yang menjadi orang yang terakhir kau temui (sebagai pemegang saham utama, tentu suara Kim Tan sangat penting). Bertindaklah seperti yang biasa kau lakukan. Untukmu, aku selalu yang terakhir" ucap Kim Tan lalu pergi meninggalkan Kim Won sendirian.
"Hyung, apa kau punya waktu untuk dihabiskan bersamaku?. Aku pikir kau akan sangat sibuk (melobi para pemegang saham untuk mendukung Kim Won tetap berada di posisi presdir)?. Dan aku yang menjadi orang yang terakhir kau temui (sebagai pemegang saham utama, tentu suara Kim Tan sangat penting). Bertindaklah seperti yang biasa kau lakukan. Untukmu, aku selalu yang terakhir" ucap Kim Tan lalu pergi meninggalkan Kim Won sendirian.
Kim Won terhenyak, tidak mempuyai pendukung satu pun. Bahkan adik yang selama ini selalu baik dan bersikap hangat padanya, benar-benar meninggalkannya. Semoga Kim Won tidak menyesal.
Kim Won mengambil ponselnya, minta pada Jae Hoo untuk bertemu sekarang.
Kim Won dan Jae Hoo bertemu di kantor. Kim Won memegangi papan namanya sebagai Presdir. Dengan marah ia bertanya apa Jae Hoo sudah mendengar tentang rapat pemecatan dirinya, "Dan..Kaulah calon Presdir berikutnya?",
Jae Hoo
mengiyakan keduanya. Kim Won bertanya apakah ini yang dijanjikan oleh
presdir Kim, "Apakah kau dan ayahku sudah merencakan ini dan menusuk
dari belakang?". Jae Hoo tidak bermaksud begitu, tapi pada akhirnya ia
melakukannya.
"Kenapa
kau tega melakukan hal ini padaku? Bagaimana?", bentak Kim Won, "Apa ini
jawaban yang akan kau berikan padaku?. Kau pasti merasa terhina saat
aku menawarkan posisi wakil presiden padamu!".
"Aku tidak merasa terhina. Kalahkan ayahmu dan tetaplah di posisimu. Itulah yang harus kau lakukan. Setelah kau melindungi posisimu aku akan bekerja padamu sebagai wakil presdir", jawab Jae Hoo.
Kim Won terdiam. Jae Hoo tersenyum, dengan begini ia sudah menetapkan pilihan akan berada di pihak Kim Won.
Seperti janjinya Kim Tan kembali ke studio Myung Soo untuk menjemput Eun Sang, tapi Eun Sang tidak ada disana.
"Halo!",
terdengar sahutan suara di seberang yang ternyata adalah suara Young
Do. Terdengar juga suara Eun Sang yang minta pada Young Do untuk
mengembalikan ponselnya.
(Hahaha...Young Do mau balas dendam nich ceritanya).
"Kenapa kau yang mengangkat ponselnya Cha Eun Sang?', tanya Kim Tan keberatan.
"Bagaimana
tidak?. Ponselnya berdering tepat di depanku", jawab Young Do yang kini
sedang berada di kedai tteobokki bersama Eun Sang.
"Dimana kau?", tanya Kim Tan.
"Kami?.
Dihatimu", jawab Young Do ngasal...hahaha...(orang korea ternyata punya
lawakan model gini juga, kirain hanya di daerah saya saja..).
Young Do langsung menutup telepon. Kim Tan bergegas pergi, seakan tahu dimana Young Do berada sekarang.
Eun Sang
merebut ponselnya dan mengomel, "Kenapa tuan muda seperti kalian suka
menjawab telpon orang lain?". Young Do berkata presdir Kim ingin membuat
Eun Sang berlutut karena juga ingin membuat Kim Tan berlutut.
Eun Sang
tertegun. Young Do berkata bukankah tebakannya benar. Eun Sang
menyangkal, bukan begitu. Tapi Young Do yakin tebakannya benar, "Dan Kim
Tan menangkap basah dirimu! (yang menerima tiket dari presdir Kim).
"Kau bilang kau mau makan mie, kenapa kau malah memesan tteokbokki?", tanya Eun Sang mengalihkan pembicaraan.
"Kita harus makan mie lain kali, jadi kita bisa bertemu lagi", jawab Young Do.
Young Do
berkata perkataan saja tidak ia berhasil, dan ia tak bisa tak bisa
percaya begitu saja pada Eun Sang. Young Do menyodorkan board marker
minta Eun Sang menulis surat perjanjian. Bahwa mereka akan makan mie
bersama.
Eun Sang menurut, menulis surat perjanjian di dinding. Young Do mengamati wajah Eun Sang saat menulis perjanjian.
"Aku akan makan mie dengan Choi Young Do. - ttd. Cha Eun Sang", bunyi tulisan Eun Sang.
Setelah
menulis, Eun Sang bertanya apa Young Do sudah merasa puas sekarang.
Young Do curiga, biasanya Eun Sang tidak akan langsung menurut seperti
ini.
"Kenapa tadi kau menangis", tanya Young Do ingin tahu.
"Makanlah tteokbokki-mu", jawab Eun Sang.
Young Do kesal, "Ini bukan harinya jadi aku tidak akan bertanya lagi".
"Ingatlah!. Ingat juga nomor Kim Tan. Jika sesuatu terjadi, hubungi kami. Akan lebih baik jika kau meneleponku tanpa alasan".
Eun Sang
tersenyum tipis, jika Young Do tidak mau makan lebih baik mereka
pulang, "Ibuku khawatir jika aku terlambat pulang. Ini juga sudah sangat
terlambat. Dan aku tidak bekerja hari ini".
Meski
terlihat berat, Young Do membiarkan Eun Sang pergi, "Jika aku
membiarkanmu pergi, Kim Tan akan mengomeliku. Itu benar-benar
menyenangkan. Tapi kau harus pulang naik mobilku".
"Baiklah", Eun Sang benar-benar menjadi penurut hari ini.
Eun Sang
sudah pulang, tapi Young Do masih berdiam di dalam kedai. Menatap nanar
tulisan Eun Sang di dinding. Young Do tampak khawatir, apakah dia bisa
merasakan ada sesuatu yang tidak beres?.
Kim Tan datang, dan ia tak terkejut ataupun marah melihat Eun Sang tidak ada di kedai ini. Kim Tan duduk di depan Young Do. Young Do berkata akhirnya Kim Tan menemukannya. Tapi Cha Eun Sang sudah pergi.
"Itu
sebabnya dia tidak ada di sini. Aku tahu kau yang membiarkannya pergi.
Dan lagipula Cha Eun Sang juga tidak akan berlama- lama di sini", kata
Kim Tan.
"Jika sudah tahu, kenapa kau datang?", tanya Young Do.
Kim Tan
mengucapkan terima kasih untuk hari itu. Young Do datang ke rumahnya dan
membantunya melarikan diri. Young Do tampak tersentuh, tapi ia kembali
bersikap seperti biasa.
"Apakah
kau punya rahasia lain?. Seperti, kau itu sebenarnya seoarang perempuan.
Aku tidak bisa makan apa-apa karena kartu As yang aku sudah pegang
selama 3 tahun lenyap begitu saja!. Kecepatan Internet di Korea lebih
cepat dari yang diperlukan", omel Young Do.
Kim Tan
berdiri mengajak Young Do pulang. Young Do menyuruh Kim Tan menyerah
saja, "Sebelum kau terluka lagi", ucap Young Do serius, "Aku rasa mereka
sudah mengurus Cha Eun Sang".
"Aku tahu", sahut Kim Tan, "Jadi urus saja urusanmu sendiri. Ayo pulang".
"Pergilah duluan"
"Berdiri brengsek. Jangan duduk di sini sendirian".
Young Do
tampak tersentuh, perkataan yang langsung mengena di hatinya. Jadi
Young Do sering duduk disini sendirian. Kasihan, tempat ini benar-benar
berarti banyak untuknya. Dua mantan sahabat, atau mungkin sedang
menjalin persahabatan kembali. Keduanya saling memperhatikan dengan cara
mereka sendiri.
Dirumah
Ny. Han duduk dilantai minum wine. Ia terlihat sedih dan mulai mabuk.
Tak jauh darinya, presdir Kim berdiri memarahi dan menyindir Ny. Han
yang melakukan semua dengan sangat bagus, "Masuk ke kamarmu sekarang!".
Ny. Han
tersenyum memandang wajah putranya, "Putraku sudah pulang!. Putraku
pemegang saham terbesar!. Ibu tak bisa keluar bersamamu. Karena itu, ibu
merayakannya
sendiri di rumah. Jangan katakan apapun, Nak".
sendiri di rumah. Jangan katakan apapun, Nak".
Kim Tan
membantu Ny. Han berdiri. Kim Tan memang tidak mengatakan apapun ataupun
marah pada ibunya, karena ia juga sedih melihat ibunya seperti ini.
Tapi berbeda dengan presdir Kim yang selalu merasa paling benar. Ia pun
memaki Ny. Han.
"Karena inilah kenapa aku tak bisa muncul di depan umum bersamamu!. Karena kau bisa saja membuat masalah. kau tak bisa bersikap!. Dan inilah kenapa kau adalah cacat bagi hidup Tan!".
Ny. Han
terluka, "Apakah aku satu- satunya yang membuat cacat itu?. Hanya aku?.
Apakah aku satu-satunya yang merusak hidup Tan?".
"Aku bilang masuk ke kamarmu sekarang", bentak presdir Kim.
"Jangan
membentak Ibuku!", Kim Tan tidak terima, "Seluruh hidupku penuh dengan
cacat. Bahkan jika hanya gorean kecil, itu akan tetap jelas. Langit ibu
adalah langit-langit rumah ini. Ayahlah yang membuat itu. Sebagai
seorang ayah, sebagai seorang suami, berhenti bertindak seperti seorang
pengecut. Aku tidak tahan lagi".
"Jika kau tidak tahan lagi. Jika kau tidak tahan lagi, apa yang akan kau lakukan?", tantang presdir Kim dengan mata melotot.
"Ayah tidak perlu tahu", ujar Kim Tan marah. Ny. Han mengenggam tangan Kim Tan erat, mencoba menghentikan putranya.
Tapi Kim
Tan sudah terlanjur marah dan kecewa pada ayahnya. Dengan nada tinggi
Kim Tan berkata tidak tahu apa yang akan ia lakukan, "Jangan membuat aku
memegang tangan dengan musuh ayah. Jangan membuatku berpikir siapa
musuh ayah yang bisa kujadikan sekutu".
"Apa?", tanya presdir Kim seakan tak mendengar.
Ny. Han
menunduk sedih. Kim Tan tak mengubris pertanyaan ayahnya, "Ibu! Ayo
masuk", ucap Kim Tan lirih menuntun ibunya masuk ke kamar.
Didapur,
Eun Sang meringkuk jongkok di bawah meja. Sejak tadi ia mendengarkan
pertengkaran Kim Tan dengan ayahnya. Pundaknya sempat bergetar saat
mendengar nada suara Kim Tan dan presdir Kim yang meninggi. Raut wajah
Eun Sang terlihat sedih meksi sekarang ia bisa menghela napas lega.
Karena tidak lagi mendengarkan pertengkaran di ruang tengah.
Kim Won
mengedor pintu rumah Hyun Joo tengah malam. Ia teriak menyuruh Hyun Joo
keluar. Hyun Joo pun keluar, "Aku akan memberimu waktu 5 menit. Aku
harus mempersiapkan pelajaran untuk besok", ujar Hyun Joo tanpa
memandang wajah Kim Won.
"Aku
tidak bisa datang ke sini untuk sementara waktu. Aku tidak bisa
menemuimu lagi. Jadi, dengarkan baik- baik. Pergilah ke Amerika selama
tiga tahun. Aku akan datang menjemputmu. Pergilah, Hyun Joo".
"Kenapa aku harus ke Amerika?. Ini adalah hidupku. Kenapa Oppa yang membuat keputusannya?".
"Aku melakukan ini karena aku ingin menjadi bagian dari kehidupanmu. Jadi...".
Hyun Joo marah, "Tidak bisa. Kita tidak bisa bersama. Oppa tahu itu!. Pergilah", Hyun Joo berbalik.
Kim Won menahan tangan Hyun Joo, "Jika aku bilang pergi, pergi!", teriaknya., "Aku tak bisa membiarkanmu melihatku jatuh ke bawah. Aku akan datang menjemputmu".
Hyun Joo tanya apakah terjadi sesuatu. Setengah berbisik Kim Won minta Hyun Joo pergi saja ke Amerika. Hyun Joo tanya ada apa, "Apakah aku akan mengetahuinya jika aku membaca koran?".
"Inilah kenapa aku menyuruhmu untuk pergi!. Jangan pernah membaca artikel tentangku. Kau tidak boleh tahu betapa menyedihkannya aku setelah meninggalkanmu. Aku mohon. Jangan membacanya", pinta Kim Won putus asa.
Hyun Joo melunak, "Baiklah. Aku tidak akan membacanya".
Kim Won dan Hyun Joo memandang sedih satu sama lain. Kim Won memeluk Hyun Joo erat-erat. Hyun Joo membalas pelukan Kim Won.
Eun Sang
merenung di kamar. Ponselnya berdenting menerima pesan Kakaotalk dari
Kim Tan. Kim Tan bertanya dimana Eun Sang. Eun Sang menjawab ada dirumah
dan bersiap tidur.
"Bawa paspormu dan keluar. Atau aku akan masuk ke sana dan mengambilnya sendiri", balas Kim Tan selanjutnya.
Eun Sang menarik napas panjang dan keluar. Ia terkejut ketika melihat Kim Tan sudah berdiri di depan pintu kamar. Kim Tan langsung menarik paspor dari tangan Eun Sang.
"Aku akan menyimpan ini", ucap Kim Tan lalu menarik Eun Sang masuk ke dalam gudang.
Kim Tan memojokan Eun Sang ke dinding dan memarahinya.
"Aku sudah bilang aku akan menjemputmu. Aku menyuruhmu untuk menungguku. Aku mohon jangan pernah pergi ke manapun. Tunggu aku jika aku sudah mengatakan itu. Dan jangan pergi jika aku bilang jangan pergi. Mulai sekarang, kau pergi dan pulang sekolah bersamaku. Dengarkan apa yang aku katakan. Mengerti?".
Eun Sang hanya bisa mengangguk di marahi Kim Tan seperti itu. Mendadak Kim Tan mencium Eun Sang. Ciuman yang mengartikan bagaimana takutnya Kim Tan kehilangan Eun Sang. Tak sanggup jika Eun Sang benar-benar meninggalkannya. Eun Sang pun membalas ciuman Kim Tan. Long kiss.
Kemudian Kim Tan memeluk Eun Sang, "Jangan pergi ke manapun. Berjanjilah padaku", ucap Kim Tan lirih dengan nada memohon.
Eun Sang
tak menjawab, yang berarti ia tak sanggup berjanji. Eun Sang menahan
tangisnya dan memeluk Kim Tan dengan erat. Seakan tak ingin berpisah
dari Kim Tan.
Sesuai dengan perkataan Kim Tan, keesokan harinya ia menunggu Eun Sang di depan pintu gerbang, agar mereka bisa berangkat sekolah bersama. Kim Tan menyuruh Eun Sang masuk ke dalam mobil.
Eun Sang
tak langsung masuk, tampak ragu seraya melirik ke arah CCTV. Kim Tan
mengatakan mungkin ayahnya sudah melihat CCTV. Tidak apa-apa, jadi
masuklah. Eun Sang masih ragu.
"Jika
kau bimbang, usahaku akan menjadi sia-sia", ujar Kim Tan. Dan Eun Sang
pun menurut masuk ke dalam mobil seperti perkataan Kim Tan.
Masih ingat tugas kelompok yang diberikan Hyun Joo untuk membuat review novel klasik?. Hari ini waktunya mempresetasikan tugas kelompok mereka di depan kelas. Dan saat ini Rachel berdiri di depan kelas. Rachel membuat review dari novel klasik The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald.
"Daisy
adalah lampu hijau Gatsby. Sambil melihat lampu hijau, bersinar melalui
kabut, dia tidak bisa menyentuhnya, Gatsby mempunyai harapan untuk
hidupnya".
"Tapi
Daisy bukan harapan bagi Gatsby, dia adalah racun", ucap Rachel menatap
tajam Eun Sang, lalu beralih melihat Kim Tan, "Pada akhirnya, Gatsby
mulai mencintai Daisy dan agar dia bisa bersama dengan orang yang
dicintainya. Gatsby kehilangan nyawanya sendiri".
Eun Sang sadar tengah di sindir, ia terpekur mencerna perkataan Rachel. Kim Tan bisa merasakan itu dan menatap Eun Sang.
Rachel keluar dari kelas dan mendengar bisik-bisik Ye Sol bersama temannya. Teman Ye Sol mendengar Rachel dan Hyo Shin berciuman di pesta Bo Na - Chan Young. Ye Sol membenarkan, "Aku ada disana. Dia benar-benar gila".
Mereka
tidak sadar, saat membicarakan itu Rachel lewat di depan mereka. Rachel
berusaha cuek, meski sebenarnya merasa terganggu.
Rachel dan Hyo Shin bertemu pandang di ujung lorong. Hyo Shin tetap bersikap seperti biasa, melempar senyum khasnya. Rachel meraih ponselnya menelpon Hyo Shin.
Hyo Shin menjawab telponnya. Mereka jalan menghampiri sembari bicara di telepon.
"Sunbae, kau hindarilah aku", kata Rachel.
"Aku tidak punya alasan untuk itu", jawab Hyo Shin
"Aku merasa tidak nyaman",
"Hal ini berbeda dari rencana awalmu. Harusnya Tan dan aku yang merasa tidak nyaman", ujar Hyo Shin enteng.
"Kenapa kau tidak menghindariku lebih dulu?",
"Kau biasanya tidak mendengarkan apa yang orang lain pikirkan", balas Hyo Shin.
Rachel
bertanya apakah sekarang ia terlihat khawatir tentang apa yang orang
lain pikirkan. Hyo Shin balik tanya lalu kenapa Rachel harus menghindar
darinya.
Keduanya bertemu di tengah lorong. Hyo Shin dan Rachel saling memandang dalam jarak dekat. Dan itu membuat Rachel jadi salah tingkah. Hyo Shin juga terlihat canggung.
Keduanya bertemu di tengah lorong. Hyo Shin dan Rachel saling memandang dalam jarak dekat. Dan itu membuat Rachel jadi salah tingkah. Hyo Shin juga terlihat canggung.
"Aku akan melewatimu", ucap Hyo Shin terbata melewati Rachel, memilih jalan lain.
"Terima kasih", ucap Rachel pelan lalu mematikan telepon dan berjalan pergi.
Setelah
Rachel pergi, Hyo Shin menegok ke arah Rachel pergi. Hyo Shin tampak
bingung, ketika tiba-tiba merasa grogi, sebenarnya apa yang barusan
terjadi. Hahaha..apakah ini pertanda akan ada pasangan baru?.
Untuk
mempertahankan posisinya sebagai presdir. Kim Won harus bisa meyakinkan
dan mengambil hati para pemegang saham terbesar. Tuhuannya tak lain,
agar para pemegang saham ini mau memberikan suara dukungan pada Kim Won
pada pertemuan pemegang saham nanti.
Orang
yang pertama kali Kim Won temui adalah Esther. Esther mengaku sudah
mendengar tentang pertemuan pemegang saham untuk menentukan apakah Kim
Won akan di pecat dari posisi presdir atau tidak. Esther tahu kalau ayah
Kim Won kejam tapi ini benar-benar di luar bayangannya.
"Bagaimana
bisa dia mengadakan pertemuan untuk memecat anaknya sendiri?. Aku pasti
berada dipihakmu. Aku sudah memutuskan untuk berada di pihak yang
berlawanan dengan Ketua. Jangan tanya alasannya".
Kim Won
tampak lega dan mengucapkan terima kasih. (Pasti Esther kecewa dan sakit
hati merasa ditipu oleh presdir Kim atas status Kim Tan).
Orang ke
dua Presdir Choi Dong Wook. Sedikit jual mahal, Dong Wook berkata untuk
memihak Kim Won tidaklah sulit, tapi ia mempunyai syarat. Sebelum Dong
Wook bicara lebih baik, Kim Won memebrikan tawaran menarik.
"Hotel Zeus akan jadi rekan kami untuk proyek JJ Convention Center di Jeju".
Dong Wook langsung setuju dan mengajakan salaman, tanpa sepakat. Karena memang itulah yang diingkan Dong Wook.
Setelah
Dong Wook pergi, Kim Won melonggarkan dasinya dengan kesal. Tidak suka
karena tadi Dong Wook menggunakan bahasa non formal.
Orang
ke-3 adalah Ny. Ji Sook. Untuk pertama kalinya, Kim Won mengucapkan
terima kasih atas 'cinta' yang diberikan Ny. Ji Sook, yang telah
membesarkannya selama 10 tahun. Ny. Ji Sook bertanya apakah ia akan
mendapatkan sesuatu kali ini. Entah kesepakatan apa yang terjalin antara
Ny. Ji Sook dan Kim Won, tapi yang jelas bantuan yang diberikan Ny. Ji
Sook bukanlah bantuan tanpa pamrih.
Sebagai
pemegang saham utama, Kim Tan adalah orang terakhir yang Kim Won temui.
Kim Tan duduk di depan Kim Won, memasang wajah dingin. Tanpa basa-basi,
Kim Won menyuruh Kim Tan harus berada di pihaknya, jangan dengarkan ayah
mereka.
"Ini
bukanlah sesuatu seperti. 'kau harus' tapi melainkan 'apakah kau bisa'.
ujar Kim Tan mengoreksi perkataan Kim Won, dengan kata lain seharusnya
Kim Won memohon padanya bukannya menyuruh.
Meskipun begitu, Kim Tan tetap akan berada di pihak Kim Won, "Aku menyukai seseorang,
tapi ayah tidak akan membiarkan itu. Jadi, aku ingin kakah memberikanku apartment".
"Apakah dia gadis yang tinggal di kamar pelayan?", tanya Kim Won. Kim Tan membenarkan.
tapi ayah tidak akan membiarkan itu. Jadi, aku ingin kakah memberikanku apartment".
"Apakah dia gadis yang tinggal di kamar pelayan?", tanya Kim Won. Kim Tan membenarkan.
"Jadi kau akan memberiku suaramu 'hanya karena' dia?", tanya Kim Won tak percaya.
"Ya. Hanya karena gadis itu aku akan melakukan segalanya. Dan ini adalah awalnya. Tapi mulai sekarang, jangan mengatakan 'hanya karena'. Karena gadis itu adalah segalanya buatku sekarang.
Kim Won terpekur sejenak, raut wajahnya terlihat sedih. Sedikit banyak perkataan Kim Tan tadi pasti mengusik hatinya.
Kim Won
setuju dengan persyaratan yang diajukan Kim Tan, "Baiklah. Lindungilah
dia. Kau hanya memerlukan apartment?. Kau juga memerlukan mobil dan
supir. Aku akan memberikan semuanya, jadi lindungilah".
"Jika sudah siap, telepon aku", ucap Kim Tan lalu pergi.
Myung
Soo mematut dirinya di depan cemin, eh Myung Soo mau kemana nich, tumben
pake setelah jas rapih. Myung Soo melihat ke arah sofa, dimana ada
Young Do berbaring diam sembari memandangi plester pemberian Eun Sang
(yang sampai sekarang belum dibuka).
"Apa yang kau lakukan daritadi?. Apakah kau punya luka?', tanya Myung Soo heran.
Young Do
bertanya apakah Myung Soo mau ke suatu tempat. Myung Soo berkata akan
pergi makan malam bersama ayah dan ibunya, "Kau mau ikut?".
"Kau bilang ayahmu membenciku?', tanya Young Do.
"Bahkan jika ayahku menolak, aku akan membiarkanmu makan. Kau terlihat kurus akhir- akhir ini. Ayo pergi".
"Tidak mau. Aku punya janji", tolak Young Do.
Young Do
berkata siapa dan dimana sudah ditentukan, tapi Young Do tidak tahu
kapan. Young Do pamit pergi, bangkit dari tidurnya mengambil mantel
meninggalkan Myung Soo.
"Apakah
kau mau berkeliaran di dekat rumah Cha Eun Sang?. Kau tidak bisa
melakukan itu!. Kau akan menyesalinya nanti!. Karena aku sudah melakukan
itu semua dulu", omel Myung Soo entah Young Do mendengarkan atau
tidak.
Young Do
memang pergi berkeliaran di sekitar rumah Kim Tan. Menunggu Kim Tan?,
Bukan, pastinya menunggu Eun Sang keluar. Ia terus menunggu untuk
beberapa lama. Tapi gadis yang ia tunggu tak juga muncul. Akhirnya Young
Do memutuskan untuk pulang, pada sopir yang sejak tadi menunggunya, ia
minta mampir ke mini market di depan jalan.
Sesampainya di mini market, Young Do keluar dari mobil dan melihat Eun Sang duduk sendirian di depan mini market. Salju turun sehingga membuat cuaca semakin dingin. Young Do menghampiri Eun Sang, melepas mantelnya dan memakaikannya pada Eun Sang.
Eun Sang yang tidak menyadari kedatangan Young Do dari arah belakang, tentu saja kaget, "Kenapa?. Kenapa kau ada disini?".
"Aku
tahu kita sudah punya janji sebelumnya. Tapi aku benar-benar benci
dingin. Lain kali, tunggu aku di suatu yang ada atapnya", ucap Young Do
geer.
"Siapa
yang menunggumu?", sangkal Eun Sang, "Jika kau kedinginan, pakai ini',
Eun Sang hendak mengembalikan jaket Young Do, tapi Young Do menahannya.
"Kau saja yang pakai sebelum aku mengancanmu. Cuaca makin dingin setiap harinya, jadi berhentilah keluar rumah".
Eun Sang
berkata hanya keluar rumah sesekali. Young Do bertanya apakah Eun Sang
bercanda, ia sudah melihat Eun Sang keluar rumah 3 kali. Eun Sang kaget,
"Apa?".
"Saat
subuh, kau memakai pakaian olahraga. Kau yang setengah tertidur dan
melangkah keluar dari rumah Tan, hari dimana Myeong Soo melihatmu. Itu
mungkin hari pertama kita bertemu".
Eun Sang bingung.
"Apa kau tidak ingat?", protes Young Do, "Hari itu, ada dua anak yang sedang menangis. Hari itu aku berkelahi dengan anak-anak hanya untuk melindungimu. Kau pergi bahkan tanpa menoleh ke belakang".
Eun Sang menunduk, tersenyum tipis, "Aku benar-benar tidak tahu. Maaf".
"Sudahlah. Aku suka melakukan hal-hal yang hanya aku yang tahu", ujar Young Do.
"Kau adalah orang jahat tapi kau juga orang baik. Akan lebih baik jika aku tahu ini sebelumnya", ujar Eun Sang pelan.
Young Do
seperti menemukan harapan baru dan berkata Eun Sang belum terlambat
(untuk memilih dirinya). "Mulai sekarang, kita sebut saja ini sebagai
awalnya"
"Sebaiknya
jangan", cegah Eun Sang mengetahui arah pembicaraan Young Do, "Biarkan
aku tetap menjadi seseorang yang hanya lewat saja. Nanti, saat kau
menyukai seseorang, bersikap baiklah padanya. Jangan menyandung kakinya
hanya karena kau ingin memegang tangannya. Jangan mengancamnya hanya
karena kau ingin makan mie bersamanya".
Young Do
terlihat kecewa. Eun Sang melepas jaket Young Do, "Meskipun hanya
sesaat, tapi rasanya benar-benar hangat. Terima kasih", Eun Sang
mengembalikan jaket Young Do dan beranjak pergi.
Dengan cepat Young Do menahan tangan Eun Sang, "Jangan pergi".
"Aku punya janji dengan Tan".
"Jangan bercanda", ujar Young Do tidak percaya seperti merasakan firasat tidak baik,
"Hari ini adalah pertemuan pemegang saham Grup Jeguk. Kim Tan tidak punya waktu untuk bertemu denganmu".
"Hari ini adalah pertemuan pemegang saham Grup Jeguk. Kim Tan tidak punya waktu untuk bertemu denganmu".
"Dia bilang dia akan menemuiku sebentar sebelum rapat".
"Aku
lebih tahu tentang perpisahan dan melarikan diri, dan itu bukan ekspresi
seseorang yang mau bertemu dengan seseorang. Itu ekspresi seseorang
yang akan kehilangan seseorang", ucap Young Do serius.
Eun Sang tertegun. Young Do berusaha bercanda, "Ada apa?. Apakah kau diusir dari rumah Kim Tan?. Apakah kau sudah pindah?".
Eun Sang tersenyum, "Kau itu hantu. Aku akan pindah sebentar lagi. Aku sudah mencari tempat hari ini. Beritahu aku jika ada tempat kosong di sana. Mungkin kita akan menjadi tetangga. Aku pergi".
Kali ini Young Do tak bisa menahan Eun Sang lagi. Ia terpekur dengan tatapan kosong. Firasat Young Do tajam, dia bisa merasakan Eun Sang akan pergi. Apa itu karena pengalamannya yang kehilangan ibu 3 tahun yang lalu.
Kim Tan datang ke kantor Kim Won. Kim Won menyerahkan kunci apartemen yang Kim Tan minta, "Kau bisa menggunakannya apartemen-nya mulai hari ini. Jika kau turun kebawah, ada sopir yang akan mengantarmu ke sana. Mulai sekarang mobil itu, apakah kau atau gadis itu yang menggunakannya, lakukan apapun yang kau inginkan".
"Hm..Aku
pergi", guman Kim Tan pelan hendak berbalik, tapi terhenti saat Kim Won
mengingatkan hari ini adalah rapat pertemuan pemegang saham, Kim Tan
harus hadir. Kim Tan menjawab aku tahu.
"Itulah harga karena aku menggunakan pedangku, bukan?. Aku akan ke sana tepat waktu".
"Jangan lupa bahwa suaramu bukan untuk menyetujui keputusan tersebut, tetapi untuk menolaknya".
Kim Tan menghela napas kesal, "Kau masih tidak percaya padaku kan, Hyung?. Aku pergi".
Kim Tan
jalan berbalik. Kim Won memberi nasehat, "Jangan biarkan pertahananmu
lengah. Wanita itu yang kau sembunyikan, kau pikir berapa lama sampai
ayah akan menemukannya?".
"Aku
tahu", jawab Kim Tan tanpa berbalik, "Aku yakin ayah akan menemukannya
dengan cepat. Tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin menunjukkan ini
padanya. Selama 18 tahun ini, aku sangat mencintai Ayah dan kakak, tapi
cinta itu sudah berakhir. Satu-satunya yang tersisa untukku sekarang,
hanya dia seorang".
Kim Tan
berbalik menatap Kim Won, "Jadi karena itulah, tidak peduli siapa aku,
bagaimana rahasia kelahiranku, dan berapa umurku. Aku tidak peduli
tentang semua itu. Aku akan menggunakan semua yang aku miliki untuk
melindunginya. Ini adalah peringatan agar kakak jangan pernah
menyentuhnya.
Kim Won
terpekur diam setelah Kim Tan pergi. (saya melihat ekspresi sedih di
raut wajah Kim Won. Kenapa?. Apa karena Kim Won telah menyadari
kehilangan sosok adik yang hangat, atau Kim Won merasa tidak bisa
melakukan hal yang sama seperti Kim Tan, untuk mempertaruhkan semuanya
demi wanita yang dia sukai).
Eun Sang jalan-jalan melihat eletase toko, tanpa menyadari Young Do mengamatinya dari dalam mobil. Young Do yang merasa cemas dan mempunyai firasat tidak baik, diam-diam mengikuti Eun Sang.
Eun Sang
tersenyum melihat sepasang sneaker (sepatu karet) couple warna pink
yang terpajang di depan elatase toko. Eun Sang melihat ke dalam toko,
dimana ada sepasang kekasih dengan gembira memilih sepatu pasangan.
"Ini
adalah kesalahanku karena berpikir gadis cerdas sepertimu akan sadar.
Aku lupa bahwa orang-orang seperti kalian tidak punya rasa malu.
Bagaimana mungkin cinta anak umur 18 tahun tak kenal takut seperti ini,
dan tak tahu malu?!. Karena kau, Tan kehilangan Rachel, keluarganya, dan
menjadi bahan tertawaan bagi dunia. Seberapa jauh lagi kau akan
menghancurkan Tan?".
(Aish..selalu
menyalahkan orang lain, memangnya yang membuat Kim Tan menjadi bahan
tertawaan dunia dan menghancukan hidup Kim Tan itu siapa?. Akibat
perbuatan siapa?).
Kim Tan datang dan langsung memeluk Eun Sang dari belakang. Eun Sang tersenyum, "Kau sudah datang?". Kim Tan mengiyakan dengan deheman.
"Kapan kau datang?', tanya Eun Sang
"Baru saja", jawab Kim Tan pelan. Eun Sang tersenyum cerah.
Young Do
yang tak lepas melihat Eun Sang, tentu juga bisa melihat Kim Tan
datang. Ia patah hati melihat sepasang kekasih yang terlihat tertawa
bahagia bersama. Young Do pun pergi dengan wajah sedih.
Kim Tan dan Eun Sang duduk di cafe. Eun Sang dan Kim Tan saling memandang. Dari cara mereka memandang saja sudah jelas seberapa dalam perasaan mereka.
Mereka
juga menggunakan sepatu couple. Eun Sang terlihat sangat bahagia
memperhatikan sepatu yang mereka kenakan. Ia terus menggoyangkan
kakinya, menyentuh sepatu Kim Tan dengan sepatunya.
"Ini
adalah stuff couple kita yang pertama. Aku selalu ingin melakukan
sesuatu seperti ini. (Hm..kaos I Love California tidak termaksud, ya?).
"Tapi, bagaimana kau bisa membeli sesuatu seperti ini. Kau selalu saja bersikap boros".
(Jadi Eun Sang yang membeli sepatu itu. Ada mitos di Korea yang mengatakan "Jika kamu memberikan sepasang sepatu kepada orang yang kamu cintai, dia (yang diberi sepatu) akan berlari jauh dari kamu. Apa Eun Sang tidak ingat mitos itu?).
Eun Sang tertawa, "Haruskah kita pergi jalan-jalan?. Untuk memamerkan sepatu ini?".
"Tentu. Ayo. Lagian ada tempat yang ingin kutunjukkan padamu", jawab Kim Tan.
Kim Tan mengajak Eun Sang melihat apartemen baru yang ia terima dari Kim Won. Dream cachter pemberian Eun Sang tergantung di jendela. Eun Sang bertanya tempat apa ini?. Rumah siapa?. Kim Tan menjawab, "Rumahmu!". Eun Sang kaget, "Apa?".
"Tinggalkan rumahku. Aku merasa khawatir karena ayahku. Ajak ibumu dan jika mungkin, pindahlah besok".
Eun Sang
bertanya apakah ayah Kim Tan mengetahui hal ini. Kim Tan berkata
ayahnya pasti akan mengetahui hal ini nanti, "Tapi jika dia tahu, akan
kupastikan dia tidak bisa menyentuhmu. Aku berjanji".
"Apakah ini bagaimana kau membantuku mengatasi semua rintangan di dunia ini?. Ini caramu?", tanya Eun Sang.
Kim Tan
berkata ini baru pemulaan, "Maafkan aku karena membuatmu canggung dan
harus menggunakan cara yang seperti ini. Maafkan aku, karena tidak
bertanya pendapatmu. Aku akan melakukannya lebih baik lagi. Lain kali,
aku akan memastikan cara yang lebih mudah agar bisa kau mengerti. Aku
akan berusaha lebih keras".
Eun Sang memandang dream catcher yang tergantung di jendela. Eun Sang sedih dan matanya mulai berkaca-kaca. Kim Tan tanya kapan Eun Sang akan pindah.
Eun Sang
berusaha menguasai diri dan menahan tangisnya, "Besok", jawabnya seakan
setuju dengan usulan Kim Tan. "Sudah waktunya untuk pertemuan pemegang
saham. Pergilah cepat".
"Bagaimana denganmu?".
"Aku akan tinggal di sini sebentar. Aku ingin memfotonya dan menunjukkannya pada ibuku dan aku ingin berkeliling".
Kim Tan
khawatir naik apa nanti Eun Sang pulang kerumah. Eun Sang minta Kim Tan
jangan mengkhawatirkannya, "Aku rasa kau lupa. Aku bahkan pergi ke
Amerika sendirian".
"Baiklah. Aku akan pergi", pamit Kim Tan.
Eun Sang
mengantar Kim Tan hingga depan pintu. Eun Sang tersenyum manis dan
melambaikan tangan. Kim Tan membalas lambaian tangan Eun Sang dengan
senyuman.
"Jika seperti ini, kita terlihat seperti pasangan yang sudah menikah", ucap Kim Tan.
"Kau
yang bilang kita terlihat seperti pasangan yang sudah menikah", ucap Eun
Sang lalu mencium pipi Kim Tan. Seperti seorang istri yang mengantar
suaminya pergi kerja.
Kim Tan kaget, "Kau...Kau tidak boleh melakukan itu tanpa memberiku aba- aba", lalu tertawa senang, "Lihatlah dirimu!".
"Apakah
kau pernah memberiku aba- aba sebelum kau melakukan sesuatu?", ujar Eun
Sang lalu tersenyum (emang selama ini kan,...Kim Tan selalu main peluk
dan cium tiba-tiba).
"Hati- hatilah. Aku akan menunggumu di rumah", ucap Eun Sang lalu tersenyum manis dan kembali melambaikan tangan.
Kim Tan juga tersenyum dan ikut melambaikan tangan. Ia menutup pintu dan pergi dengan senyuman di wajahnya.
Tapi hal
berbeda terjadi pada Eun Sang. Pertahanannya jebol, dan tangisnya
langsung pecah saat itu juga. Eun Sang menangis sesengukan. Tangisan
sedih, pertanda apa ini?.
Rapat pemegang saham Jeguk Kontruksi ke-38 resmi di buka. Pembawa acara membacakan agenda pertama hari ini adalah untuk mengambil pemungutan suara apakah harus memecat Kim Won dari posisinya atau tidak. Keluarga Kim duduk berderet di satu meja.
Kim Won menoleh ke seberang sana, ada Esther, Dong Wook dan Jae Hoo duduk di satu meja. Dong Wook tersenyum mengangguk memberik keyakinan pada Kim Won, begitu pula dengan Esther.
Kim Won lalu melihat ayahnya. Presdir Kim tersenyum sambil memandang ke arah depan. Kim Won lalu menoleh ke Kim Tan yang duduk disampingnya. Wajah Kim Tan datar, tanpa ekspresi.
Rapat pemegang saham Jeguk Kontruksi ke-38 resmi di buka. Pembawa acara membacakan agenda pertama hari ini adalah untuk mengambil pemungutan suara apakah harus memecat Kim Won dari posisinya atau tidak. Keluarga Kim duduk berderet di satu meja.
Kim Won menoleh ke seberang sana, ada Esther, Dong Wook dan Jae Hoo duduk di satu meja. Dong Wook tersenyum mengangguk memberik keyakinan pada Kim Won, begitu pula dengan Esther.
Kim Won lalu melihat ayahnya. Presdir Kim tersenyum sambil memandang ke arah depan. Kim Won lalu menoleh ke Kim Tan yang duduk disampingnya. Wajah Kim Tan datar, tanpa ekspresi.
Pemungutan
suara di mulai, para pemegang saham dan direksi berbaris memasukan
surat suara ke dalam kotak pemungutan suara. Presdir Kim terus tersenyum
sepanjang pertemuan ini, entah rencana apa yang sudah presdir Kim
siapkan.
Tak lama kemudian, hasil pemungutan suara di umumkan. 3% suara menyetujui pemecatan Kim Won, 95% tidak setuju, 2% absen. Dengan begitu ulasan untuk memecat Kim Won di tolak.
Tak hanya Kim Won yang terkejut dengan perolehan suara itu, Esther, Dong Wook, Jae Hoo, Ny. Ji Sook dan Kim Tan memandang presdir Kim yang tersenyum dengan tatapan heran dan tidak mengerti. Palu di ketuk menandakan rapat di akhiri.
Kim Won keluar dengan perasaan marah. Meski ia berhasil menang, tapi wajahnya tampak seperti orang yang mengalami kekalahan. Kim Tan menyusul di belakang, memandang kakaknya dengan tatapan prihatin, ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
Esther menghapiri Kim Won dan bertanya apa sebenarnya semua ini. Kim Won diam. Dong Wook berkata presdir Kim baru saja menjinakan anaknya. Berkat itu Hotel Zeus dan Jeguk Group menjadi rekan bisnis. Jadi pikirkan saja sisi positifnya.
Dong Wook pergi. Esther masih berdiri di samping Kim Won. Presdir Kim dan Ny. Ji Sook jalan keluar. Esther memandang tidak suka pada presdir Kim lalu pergi dari sana.
(Jadi ini hanyalah skenario yang disusun presdir Kim. Mungkin sebuah teguran atas tindakan Kim Won yang merubah susunan direksi dan memecat orang-orang kepercayaan presdir Kim. Sekaligus ingin menunjukan pada Kim Won, kalau ia masih memiliki kendali penuh atas perusahaan).
Presdir Kim menghampiri Kim Won dan berkata syukurlah keputusannya di tolak, "Selamat Presdir Kim Won", ucapnya menepuk pundak putranya.
Kim Won menjauhkan pundaknya, "Ayah benar-benar mengesankan", ucapnya sinis memandang marah ayahnya lalu pergi.
Ny. Ji Sook bertanya apa Kim Tan mengerti situasi seperti apa sekarang. Kim Tan bertanya apakah ini hanya untuk pertunjukan
"Kau punya otak juga rupanya", sahut Ny. Ji Sook sinis, "Aku yakin kakakmu tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Jadi jangan menggangunya". Ny. Ji Sook pergi. Kim Tan tertegun tak percaya.
Presdir Kim menoleh ke Kim Tan, "Bagaimana rasanya menghadiri pertemuan pemegang saham?".
"Apa yang ayah lakukan pada Hyung", tanya Kim Tan kesal.
"Aku hanya memberinya sedikit penghinaan. Bukan hanya Hyung-mu, aku juga melakukan itu padamu".
"Apa maksudnya?".
"Aku berbicara tentang Eun Sang, gadis yang kau sembunyikan. Dia meninggalkan Korea satu jam yang lalu", ucap presdir Kim tajam.
Kim Tan terpaku. Ia segera pergi dari ruang meeting. Sambil terus berusaha menelpon Eu Sang, tapi ponsel Eun Sang tidak aktif.
Dirumah Ny. Han menangis membaca surat yang ditinggalkan Hee Nam,
"Nyonya, terima kasih karena kebaikan Anda selama ini. Aku minta maaf telah membuat anda tidak nyaman selama ini. Aku benar-benar minta maaf karena pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan. Jaga kesehatan anda dan selamat tinggal".
Kim Tan pulang kerumah, dengan panik ia bertanya pada ibunya di mana Eun Sang, dimana Eun Sang?. Ny. Han menangis dan berkata Eun Sang pergi dengan ibunya. Bagaimana mereka pergi tanpa mengucapakan satu kata pun.
Kim Tan bergegas pergi ke kamar Eun Sang. Tapi kamar itu sudah kosong.
Ia lalu pergi ke cafe tempat Eun Sang bekerja. Atasan Eun Sang mengatakan Eun Sang sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Kim Tan tampak bingung, ia lalu pergi ke sekolah. Ia memeriksa loker Eun Sang. Tapi loker itu juga kosong. Kim Tan membanting pintu loker, marah dan sedih jadi satu. Kim Tan hampir menangis putus asa, benar-benar terpukul.
Sampai malam, Kim Tan terus mencari Eun Sang kesana-kemari tanpa mengenal lelah. Ia bertanya pada Chan Young, tapi Chan Young malah heran kenapa Kim Tan selalu bertanya dimana Eun Sang padanya. Apa sebenarnya yang terjadi dengan kalian.
Pencarian Kim Tan berakhir di apartement yang ia berikan pada Eun Sang. Sekaligus tempat terakhir mereka bertemu. Kim Tan menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Terniang perkataan ayahnya saat rapat pemegang saham tadi.
"Jangan lupa hari ini. Karena pedang yang kau ayunkan, kau kehilangan dia hari ini".
Air mata Kim Tan menetes membanjiri wajahnya. Ia menghela napas berat dan terisak pelan.
Kim Tan jatuh bersimpuh, menangis memegangi dadanya yang sesak. Teramat sesak. Crying again.
Tak lama kemudian, hasil pemungutan suara di umumkan. 3% suara menyetujui pemecatan Kim Won, 95% tidak setuju, 2% absen. Dengan begitu ulasan untuk memecat Kim Won di tolak.
Tak hanya Kim Won yang terkejut dengan perolehan suara itu, Esther, Dong Wook, Jae Hoo, Ny. Ji Sook dan Kim Tan memandang presdir Kim yang tersenyum dengan tatapan heran dan tidak mengerti. Palu di ketuk menandakan rapat di akhiri.
Kim Won keluar dengan perasaan marah. Meski ia berhasil menang, tapi wajahnya tampak seperti orang yang mengalami kekalahan. Kim Tan menyusul di belakang, memandang kakaknya dengan tatapan prihatin, ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
Esther menghapiri Kim Won dan bertanya apa sebenarnya semua ini. Kim Won diam. Dong Wook berkata presdir Kim baru saja menjinakan anaknya. Berkat itu Hotel Zeus dan Jeguk Group menjadi rekan bisnis. Jadi pikirkan saja sisi positifnya.
Dong Wook pergi. Esther masih berdiri di samping Kim Won. Presdir Kim dan Ny. Ji Sook jalan keluar. Esther memandang tidak suka pada presdir Kim lalu pergi dari sana.
(Jadi ini hanyalah skenario yang disusun presdir Kim. Mungkin sebuah teguran atas tindakan Kim Won yang merubah susunan direksi dan memecat orang-orang kepercayaan presdir Kim. Sekaligus ingin menunjukan pada Kim Won, kalau ia masih memiliki kendali penuh atas perusahaan).
Presdir Kim menghampiri Kim Won dan berkata syukurlah keputusannya di tolak, "Selamat Presdir Kim Won", ucapnya menepuk pundak putranya.
Kim Won menjauhkan pundaknya, "Ayah benar-benar mengesankan", ucapnya sinis memandang marah ayahnya lalu pergi.
Ny. Ji Sook bertanya apa Kim Tan mengerti situasi seperti apa sekarang. Kim Tan bertanya apakah ini hanya untuk pertunjukan
"Kau punya otak juga rupanya", sahut Ny. Ji Sook sinis, "Aku yakin kakakmu tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Jadi jangan menggangunya". Ny. Ji Sook pergi. Kim Tan tertegun tak percaya.
Presdir Kim menoleh ke Kim Tan, "Bagaimana rasanya menghadiri pertemuan pemegang saham?".
"Apa yang ayah lakukan pada Hyung", tanya Kim Tan kesal.
"Aku hanya memberinya sedikit penghinaan. Bukan hanya Hyung-mu, aku juga melakukan itu padamu".
"Apa maksudnya?".
"Aku berbicara tentang Eun Sang, gadis yang kau sembunyikan. Dia meninggalkan Korea satu jam yang lalu", ucap presdir Kim tajam.
Kim Tan terpaku. Ia segera pergi dari ruang meeting. Sambil terus berusaha menelpon Eu Sang, tapi ponsel Eun Sang tidak aktif.
Dirumah Ny. Han menangis membaca surat yang ditinggalkan Hee Nam,
"Nyonya, terima kasih karena kebaikan Anda selama ini. Aku minta maaf telah membuat anda tidak nyaman selama ini. Aku benar-benar minta maaf karena pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan. Jaga kesehatan anda dan selamat tinggal".
Kim Tan pulang kerumah, dengan panik ia bertanya pada ibunya di mana Eun Sang, dimana Eun Sang?. Ny. Han menangis dan berkata Eun Sang pergi dengan ibunya. Bagaimana mereka pergi tanpa mengucapakan satu kata pun.
Kim Tan bergegas pergi ke kamar Eun Sang. Tapi kamar itu sudah kosong.
Ia lalu pergi ke cafe tempat Eun Sang bekerja. Atasan Eun Sang mengatakan Eun Sang sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Kim Tan tampak bingung, ia lalu pergi ke sekolah. Ia memeriksa loker Eun Sang. Tapi loker itu juga kosong. Kim Tan membanting pintu loker, marah dan sedih jadi satu. Kim Tan hampir menangis putus asa, benar-benar terpukul.
Sampai malam, Kim Tan terus mencari Eun Sang kesana-kemari tanpa mengenal lelah. Ia bertanya pada Chan Young, tapi Chan Young malah heran kenapa Kim Tan selalu bertanya dimana Eun Sang padanya. Apa sebenarnya yang terjadi dengan kalian.
Pencarian Kim Tan berakhir di apartement yang ia berikan pada Eun Sang. Sekaligus tempat terakhir mereka bertemu. Kim Tan menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Terniang perkataan ayahnya saat rapat pemegang saham tadi.
"Jangan lupa hari ini. Karena pedang yang kau ayunkan, kau kehilangan dia hari ini".
Air mata Kim Tan menetes membanjiri wajahnya. Ia menghela napas berat dan terisak pelan.
Kim Tan jatuh bersimpuh, menangis memegangi dadanya yang sesak. Teramat sesak. Crying again.
source :
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-16-part-1.html
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-16-part-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment