Friday, December 27, 2013

The Heirs Episode 13


Eun Sang tak tahu persoalan apa yang sedang dihadapi Tan. Tapi melihatnya menangis, tak terasa air mata Eun Sang pun ikut turun. Perlahan ia menghampiri Tan dan dengan suara gemetar bertanya apakah Tan baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi?
Tan mengingatkan Eun Sang, saat di Amerika Eun Sang berjanji akan meraih tangannya dan melarikan diri jika ia berada dalam bahaya. “Apakah hal itu masih berlaku di Korea?” Eun Sang menelan air matanya dan menggeleng, membuat Tan mendesah kecewa, “Ah.. aku tahu itu.”
Tapi Eun Sang malah menghambur dan memeluk Tan erat. Tan terpana sesaat, namun kemudian tampak ia sangat lega dan membalas pelukan Eun Sang.



Esther masih belum bisa percaya akan kenyataan yang baru saja ia ketahui. Ia bertanya pada Rachel, apakah Rachel benar-benar tak tahu mengenai hal ini? Rachel memandang ibunya kesal, “Kenapa ibu malah bertanya padaku? Ibulah yang seharusnya mencari tahu sebelum aku dijodohkan.”
Ibu juga merasa dipermainkan oleh keluarga Kim. Kedua kakek Rachel bisa marah jika tahu kalau cucunya dijodohkan dengan anak di luar nikah. Rachel meminta ibunya tenang karena ia perlu berpikir. Tapi Esther sudah tak mau pikir-pikir lagi karena sudah tahu jawabannya.
Esther menyuruh anaknya untuk memutuskan pertunangan itu nanti. Rachel heran kenapa harus nanti?
Esther mengatakan kalau saudara kandung saja bisa bunuh-bunuhan untuk mendapatkan kekuasaan. Jadi ia yakin kalau Won dan Tan pasti akan berkelahi agar bisa menguasai perusahaan dengan cara membeli saham di luar untuk mempertahankan posisinya. “Saat itu saham Jeguk pasti akan meroket. Dan saat itu kita akan menjual seluruh saham kita kemudian mengakhiri pertunangan itu.”
Hmm.. pengusaha yang smart. Rachel menatap ibunya tak percaya, “Apakah ibu harus melakukan hitung-hitungan sekarang?” Dan ia pun meninggalkan ibunya.
Rachel langsung menemui calon kakaknya dan memarahinya. Kenapa Young Do tak memberitahukan kalau tak ada harimau di kandang harimau itu? Kenapa Young Do tak memberitahukan kalau Tan adalah anak di luar nikah?
Young Do senang karena Rachel akhirnya mengunjungi rumah Tan. Tapi senyumnya hilang saat mendengar kalau Rachel tak mengetahuinya sendiri, tapi Tan yang memberitahu karena Tan ingin mengakhiri pertunangan mereka.
Rachel heran, mengapa Young Do malah menyembunyikan kartu As itu dan bertanya apa yang akan Young Do lakukan sekarang?
“Aku akan menutup mulutmu,” jawab Young Do, membuat Rachel semakin heran. Tapi Young Do serius, “Ini bukan permintaan, tapi peringatan, Sister.”
Rachel tak mengerti mengapa Young Do malah menjaga rahasia Tan. Young Do berkata kalau hanya inilah hal terbaik yang pernah ia lakukan dan hal itu juga paling melukai perasaan Tan. Young Do menyuruh Rachel untuk tak memikirkan hal itu, karena yang harus lebih dikhawatirkan Rachel adalah keputusan apakah meneruskan atau memutuskan perjodohan itu.
Tan membawa Eun Sang ke studio Myung Soo. Namun sebelum membawa Eun Sang masuk lebih jauh ke dalam ruangan studio, Tan mengutak-atik pintunya. Ia berkata kalau mereka akan menginap di studio ini untuk malam ini.
Eun Sang terbelalak mendengarnya dan sudah hampir mengeluarkan segudang alasan jika Tan tak mencegahnya, “’Aku akan menjaga diriku’, ‘aku akan tidur di rumah teman’, ‘aku akan tinggal sendiri’. Kau sudah mengatakannya waktu di Amerika dulu. Aku tak percaya lagi.”
Tan menekankan kalau hubungan mereka sudah lebih dari teman karena mereka sudah berpegangan tangan. Eun Sang langsung membantah, “Hei.., sejak kapan kita ..”
“Ohh.. iya. Kau hanya memelukku,” jawab Tan sambil tersenyum manis dan minta maaf atas salah ucapnya. Haha.. Eun Sang hanya bisa melotot kesal. Tan tak peduli dan membawa Eun Sang untuk duduk di sofa. Ia sendiri? Duduk di meja, sangat dekat sekali hingga lutut mereka hampir bersentuhan sehingga membuat Eun Sang menjadi grogi.
Tapi Tan malah mulai menginterogasi dimana Eun Sang tinggal selama ini. Eun Sang pun tak mau kalah dan menginterogasi mengapa Tan tadi menangis. Keduanya sama-sama penasaran namun keduanya jug sama-sama menghindari pertanyaan lawan.
“Kenapa kau bersama dengan Young Do saat aku menangkap basah dirimu saat pagi-pagi itu?”
“Apa sebenarnya terjadi?” desak Eun Sang.
“Apa kau tidur di hotel Young Do?” tanya Tan keras kepala.
“Apa yang terjadi?” bentak Eun Sang. “Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?”
“Kau juga,” Tan mendelik.
“Pertanyaanmu itu tak layak untuk dijawab,” Eun Sang balas mendelik.
Tan terdiam dan akhirnya menjawab, “Karena global warming, penguin terancam bahaya.” Eun Sang menaikkan alisnya heran karena ucapan Tan yang aneh. Maka Tan melanjutkan, “Karena itulah aku menangis.”
Gubrak.. hahaha.. ngasal banget ngejawabnya. Tan semakin dramatis dan pura-pura menangis, “Ahh.. sedihnya.”
Eun sang benar-benar kesal pada Tan. Ia menuntut Tan menjawab pertanyaannya karena ia sangat khawatir pada Tan.
Tiba-tiba terdengar suara password pintu ditekan. Eun Sang panik dan bertanya siapa kira-kira yang ada di luar karena suara password yang terus menerus seperti orang itu tak tahu password pintu.
Tan menduga kalau yang diluar adalah Myung Soo. Tapi ia tetap tenang dan malah mengatakan kalau mereka hanya perlu diam tak bersuara. “Ia tetap tak akan bisa masuk, kok,” sambil tersenyum jail, Tan berkata, “Karena aku sudah mengubah passwordnya.”
Eun Sang heran mengapa Tan harus mengubah passwordnya. Tapi ia terbelalak ketakutan karena Myung Soo menggedor-gedor pintunya dan berteriak, “Ayo siapa itu di dalam? Aku mendengar ada orang. Setidaknya ada dua orang dan ada cewek di dalam! Ayo cepat buka dan aku akan memaafkanmu!”
Eun Sang langsung berinisiatif untuk membukakan pintu. Tapi Tan lebih cepat lagi. Ia meraih tangan Eun Sang  dan dengan kedua lututnya, ia menjepit kaki Eun Sang,  mengurung Eun Sang agar tak bisa bangkit.
Ia mendelik dan mengancam Tan, “Kau mau mati?” Tapi Tan malah menirukan gerakan Eun Sang, seperti mengoloknya. Eun Sang memberontak ingin melepaskan diri. Tapi jepitan tangan dan kaki Tan sangat kuat, sehingga ia tak bisa melepaskan diri.
Eun Sang tetap mendelik, tapi Tan malah cengar-cengir, “Bagaimana mungkin kau bisa mengalahkan tenagaku?’ Sudah tak terdengar suara lagi di luar dan Tan berkata kalau Myung Soo pasti pergi.
Eun Sang minta Tan melepaskannya, tapi Tan tak mau. Dengan nada sangat serius ia bertanya, “Dengan siapa kau tadi malam? Aku tak dapat tidur karena mengkhawatirkanmu.”
“Apa kau benar-benar tak ingin pulang?” Eun Sang tetap menolak menjawab dan malah mengalihkan perhatian, “Bagaimana dengan seragam sekolahmu? Apa kau tak mau pergi ke sekolah?”
Tan tetap akan pergi ke sekolah. Seragam? Ada orang yang bisa disuruh mengambilkan seragam di rumahnya. 
Mendadak handphone Eun Sang berdering, dan tanpa permisi Tan merogoh saku Eun Sang untuk mengambil handphone itu, mengagetkan si pemilik handphone. Tan menghela nafas kesal karena melihat nama Young Do di situ, “Tuh kan? Aku menangkap basah dirimu lagi.”
“Menangkap basah apa? Aku tak akan mau menerimanya.”
“Itu malah lebih mencurigakan,” tukas Tan kesal. Hahaha.. serba salah, ah ngomong sama Tan.
Tan mengangkat telepon Young Do, membuat Young Do kesal karena 4 LT (lu lagi, lu lagi, Tan), “Apa Eun Sang tak punya tangan? Kenapa kau yang selalu menerimanya?”
“Itu karena aku selalu bersama dia,” jawab Tan taktis. “Sudah katakan saja mengapa kau telepon. Tapi tak ada jaminan aku akan menyampaikan pesanmu.” LOL
Young Do ingin menyuruh Eun San untuk membuka akun SNS menjadi public, kalau tidak ia akan meng-hacknya. Seolah tahu segalanya, Tan menjawab kalau di akun itu tak ada apapun yang bisa dilihat, membuat Young Do garuk-garuk kesal, “Apa kau ini temannya?”
Tan menjawab santai, “Kami ini lebih dari teman.”
Young Do menyuruh Tan diam. Ia sudah mendengar kalau Tan sudah memberitahu ke public kalau Tan  adalah anak di luar nikah dan ia bertanya apa yang sebenarnya sedang Tan rencanakan. Dengan ceria Tan menjawab kalau Young Do tak akan pernah mengerti. Dan Tan berbisik, “Pergilah tidur.”
Klik. Telepon ditutup.
Young Do memandang handphonenya kesal dan membuangnya.
Baru setelah itu, wajah ceria Tan berubah muram. Eun Sang merasakannya dan bertanya apa yang dikatan Young Do. 
Sepertinya mengalihkan perhatian adalah tema mereka malam itu, karena Tan malah mengambil salah satu foto Young Do – Eun Sang yang tersebar di atas meja, “Kau berfoto dengannya saat aku tak ada di sana walau hanya sedetik saja? Lihat saja wajahmu.Kau tak membencinya juga.”
Eun Sang memasang wajah ’ini lagi..’  dan berkata, “Kau ini pasti akan menjadi calon suami yang benar-benar pencemburu.”
“Tapi istriku past benar-benar bahagia,” jawab Tan pede. Menanggapi kepedean Tan, Eun Sang hanya bisa berkata, “Lupakan sajalah..”
Eun Sang mengambil buku pelajarannya. Tan bertanya apa yang akan Eun Sang lakukan? Eun Sang menjawab, “Aku ini murid sekolah. Apa lagi yang bisa aku lakukan? Kukira rangking 100 tak mungkin akan mengerti.”
Haha.. kali ini Tan tak bisa pede menjawab. Ia akhirnya meremas-remas foto Eun Sang – Young Do dan membuangnya sebelum berbaring di sofa. Tapi ia melonjak bangkit dan berseru, “Aku hanya kelewatan satu baris saat menghitamkan jawaban!”
LOL. Memang di lembar jawaban nggak ada nomornya, ya? Tan kembali mengomel, “Dan bagaimana mungkin kau bisa tetap belajar padahal di ruangan ini hanya ada kita berdua saja.”
Eun Sang tetap menyibukkan diri dengan bukunya. Tapi siapa yang bisa konsentrasi belajar kalau ada cowok secakep Tan memandangi kita dari belakang. Walau tak melihat, Eun Sang dapat merasakannya hingga ia salah tingkah.
Aww…
Akhirnya Tan tidur sementara Eun Sang masih belajar. Dan sekarang gantian Eun Sang yang memandangi Tan dan berkata, “Mimpi yang indah.”
“Aku sedang memimpikannya,” kata Tan dengan mata terpejam, mengagetkan Eun Sang. “Ada kau di sisiku.”
Double aww…
Keesokan paginya, mereka keluar dengan tergesa-gesa karena terlambat. Tapi betapa kagetnya mereka mendapat serbuan kilatan kamera. Paparazzi!! Tan dan Eun Sang panik mendapat serangan itu.
“Lapar dan kedinginan. Akhirnya kudapatkan momen yang tepat. Ketangkap kalian!” ujar Myung Soo geram. Ternyata ia menolak untuk menyerah dan bermalam di sana. Berulang kali ia kembali menjepretkan kamera seakan balas dendam. Dan Tan seperti selebritis, menutupi wajah Eun Sang dengan tangannya.
Si paparazzi dan korban pun duduk bersebelahan, dengan paparazzi di tengah, menolak untuk menghapus foto-foto itu. Tan kesal dan mengancam akan melukai Myung Soo, “Kau tak tahu bagaimana aku, kan? Aku bisa melukai orang hanya dengan sendok dan barang-barang semacamnya.” LOL.
Myung Soo tetap tak mau. *ya iyalah.. ancamannya pake sendok. Ini Tan gitu loh, bukan City Hunter* Tapi ia bertanya apakah Tan dan Eun Sang pacaran? Tan menjawab iya dan Eun Sang malah membentaknya. Tan langsung protes, “Kau memelukku semalam.” Eun Sang hanya bisa mendelik.
Tapi jawaban itu membuat Myung Soo terbelalak dan menginterogasi lebih dalam lagi, “Apa yang sebenarnya kalian lakukan di studioku kemarin? Setelah berpelukan?”
Tan tak menjawab, hanya mengerucutkan bibirnya, seperti mencium. Haha.. bohong banget. 
Tapi itu membuat Myung Soo cengar cengir tak keruan dan Tan juga menyembunyikan senyum di balik tangannya. Sementara Eun Sang yang tak melihat gerakan bibir Tan, hanya mengerutkan kening, heran melihat cengiran Myung So semakin lebar.
Entah Myung Soo kemana, tapi saat masuk ke gerbang, hanya ada Tan dan Eun Sang yang berjalan bersisian. Eun Sang mencuri pandang ke arah Tan dan teringat saat mereka berjalan berdua di saat sekolah masih sepi. Eun Sang tersipu malu, dan semakin tersipu saat Tan menangkapnya sedang mencuri pandang.
Tan berkata kalau setelah mereka bermalam bersama, suasananya menjadi berbeda saat mereka berangkat sekolah seperti ini, “Istri..” Eun Sang berbalik menatap Tan, mengira Tan kembali bercanda.
Tapi Tan tak bercanda. Ia tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya, “Beranikan dirimu.”
Eun Sang memandang sekeliling, dan sejenak ragu saat memandangi tangan Tan. Tapi setelah menghela nafas panjang, Eun Sang perlahan mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Tan, “Maaf karena aku butuh waktu yang terlalu lama.”
Dan Eun Sang tersenyum, membuat Tan ikut tersenyum dan berkata, “Tuh kan, kau bisa juga tersenyum.” Tan menggenggam tangan Eun Sang lebih erat dan mereka berjalan dengan seperti itu, membuat anak-anak yang berpapasan dengannya langsung menggunjingkan hal itu.
Tapi Tan seperti tak peduli. Ia malah terus tersenyum lebar. Rachel memandangi mereka dari kejauhan dengan marah. Begitu pula Young Do yang datang menghadang mereka dan mengingatkan mereka kalau tempat ini adalah sekolah dan apa yang mereka lakukan?
Tan meminta Eun Sang untuk pergi ke ruang broadcasting karena ia harus bermain-main dengan Young Do dulu. Eun Sang pun menurut. Tapi Young Do menghentikannya dan meminta agar mulai sekarang Eun Sang mengangkat telepon jika ia menelepon. Tan menyuruh Eun Sang untuk terus berjalan.
Eun Sang akhirnya berkata, “Tak boleh berkelahi. Kalian berdua,” sebelum melangkah pergi.
Tan melarang Young Do untuk menelepon Eun Sang, membuat Young Do berkomentar kalau Tan pasti ingin memblokir sinyal handphone di Seoul ini. Tan menjawab, “Sayang sekali ayahku tak punya perusahaan telekomunikasi.”
Ia menyuruh Young Do untuk minggir. Tapi Young Do masih penasaran karena Tan mengungkapkan rahasia itu dari mulutnya sendiri “Kau kan tahu aku benar-benar menunggu saat-saat itu.”
Tapi Tan merasa kalau hal itu belum terlambat, “Mungkin memang rasanya tak sebagus saat kemarin, tapi anak-anak belum mengetahuinya. Kau dapat membuka rahasia itu.”
Young Do menyanggupi  hal itu. Tapi karena seperti kata Tan rasanya tak akan sebagus sebelumnya, maka ia akan menambah beberapa detail dan menaikkan skalanya agar terasa lebih menarik. Tan membenarkan tindakan Young Do dan memujinya yang selalu melakukan yang terbaik.
“Mungkin akan sulit bagimu untuk menutupi hal ini.”
“Tak apa-apa. Aku tak akan menyembunyikannya. Aku malah akan menghadipnya,” tukas Tan santai. “Aku bukan orang yang dulu pernah kau kenal. Jadi jangan bersikap seperti kau mengenalku.”
Rachel muncul di ruang broadcasting. Namun belum sempat ia melakukan apapun, Tan muncul dan menyuruhnya untuk keluar. Tanpa pendahuluan sedikitpun, Rachel menampar pipi Tan keras, membuat Eun Sang menjerit. Tapi Tan menerima tamparan itu, “Mulai sekarang, kalau ada apa-apa, temui aku. Jangan pernah menyerang Eun Sang lag.”
“Diam kau,” tukas Rachel tajam, “Anak haram.” Ia menoleh pada Eun Sang dan bertanya kenapa Eun Sang menjerit? Apakah kaget akan rahasianya atau tamparannya?
“Karena sikapmu,” jawab Eun Sang tak percaya. “Bagaimana mungkin kau berkata seperti itu?”
Rachel menjawab karena di dunia ini garis darah adalah yang menjadi mahkota. OKB seperti Eun Sang pasti tak akan mengerti. Ia menatap Tan marah dan berkata kalau ada orang yang memutuskan pertunangan, maka orang itu adalah dirinya, “Kalau itu adalah rahasiamu, maka aku yang minta putus! Kau seharusnya yang memohon padaku!”
“Maafkan aku, tapi kau bukanlah orang yang aku inginkan,” jawab Tan. Tak tahan mendengar semua ini, Eun Sang memilih pergi. Tanpa memandang Rachel lagi, Tan memilih mengikuti Eun Sang.
Tapi Rachel masih heran tentang ibu kandung Tan yang berpura-pura menjadi ibu Eun Sang dan mengeluarkan uang banyak untuk campingnya, ingin menunjukkan seolah-olah ia kaya. “Aneh bukan?”
Tan berbalik dan menyuruh Rachel untuk berhenti memikirkan ibunya, Eun Sang ataupun dirinya.
Karena khawatir Eun Sang menangis, maka Tan jadi tukang jaga toilet wanita. Bukan untuk menariki karcis, tapi melarang semua murid wanita yang mau masuk ke toilet untuk mencari toilet lain karena ada Eun Sang di dalam. Tapi Bo Na muncul dan tak terima larangan Tan. Bisa-bisanya Tan melarang dia padahal ia adalah penyelamat hidup Eun Sang,”Ia tidur di rumahku dua hari berturut-turut!”
Wajah Tan langsung bersinar gembira saat mendengarnya. Ia langsung menyuruh Bo Na untuk mengangkat tangannya. Bo Na menurut, dan Tan langsung toss pada tangan itu, membuat Bo Na terbelalak seakan tangan Tan mengandug kuman dan berteriak, “Hei!! Kenapa kau menyentuh tanganku? Chan Young-ahh..!!”
Tan tertawa gembira walau melihat penyelamat Eun Sang melarikan diri. Dan ia mendapat ganjaran pukulan di punggungnya, “Kau ini! Apa kau tak tahu kalau ini toilet cewek?”
“Makanya, apa kau mau menggunakan toilet cowok mulai sekarang?” jawab Tan jahil. LOL. Tan bertanya kenapa juga Eun Sang menangis gara-gara dirinya.
Eun Sang hanya mengkhawatirkan nasib Tan dan bertanya apa tak ada cara agar ia bisa melindungi Tan? Ucapan itu membuat Tan kembali bersinar, “Kau melukai perasaanku saat menyuruhku untuk mengkhawatirkan diriku sendiri. Sekarang kau  mengatakan kalau kau  ingin melindungiku?”
Aww… Eun Sang tak dapat menjawab karena malu dan memilih pergi. Hal itu malah membuat cengiran Tan semakin lebar.
Eun Sang mengambil buku di lokernya, dan Chan Young menghampirinya sambil menyindir, “Dulu pernah ada yang ngomong kalau setiap jam tanpa bayaran adalah kemewahan yang tak mampu ia miliki. Tapi orang itu malah berpegangan tangan dengan cowok di sekolah.”
Eun Sang membanting pintu lokernya dan melotot pada Chan Young, mengancamnya untuk tutup mulut. Tapi Bo Na langsung muncul dan mengomeli Eun Sang sekaligus cemburu dan ingin tahu apa yang mereka bicarakan.
Eun Sang menjawab kalau Chan Young sedang mencoba memerasnya. Chan Young hanya tertawa-tawa melihat Eun Sang pergi dan ia juga harus pergi ke ruang guru. 
Bo Na kesal karena ditinggalkan, membuat Ye Sol yang melihat kejadian itu, meminta Bo Na berhati-hati karena Eun Sang juga bisa mengambil Chan Young. Ia malah menyarankan agar Bo Na memutuskan hubungannya dengan Chan Young karena toh ia juga adalah anak seorang Sekretaris juga, “Kau sendiri yang rugi.”
Bo Na sekarang marah mendengar Ye Sol berkata seperti itu. Ia tak pernah merasa rugi dan meminta temannya untuk minta maaf padanya. Tapi Ye Sol berkata kalau ia hanya tak ingin melihat Bo Na menangis setelah Eun Sang merebut Chan Young dari sisi Bo Na, “Pertunangan seseorang itu saja jug dibatalkan.”
Upss.. kebetulan Rachel melewati mereka dan dengan dingin ia bertanya apa seseorang yang Ye Sol katakan barusan itu adalah dirinya? Siapa yang mengatakan kalau pertunangannya itu batal. 
Ye Sol menjawab kalau semua orang di sekolah mengatakan kalau Kim Tan sudah berpaling karena keluarga Rachel hanya sebuah dagelan. Ibu Rachel mengambil separuh harta ayah Rachel, mantan suaminya, saat mereka bercerai. Dan ia merasa yakin kalau hal itu juga terjadi ayah Young Do nanti.
Rachel sinis pada Ye Sol. Beraninya Ye Sol berkata seperti itu padahal ibu Ye Sol sendiri bekerja sebagai hostess bar. Ucapan Rachel itu menarik perhatian semua murid yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Ye Sol panik mendengar ucapan Rachel. Bo Na marah mendengar Ye Sol mengolok-olok Chan Young sebagai anak Sekretaris, tapi tak melihat status keluarga Ye Sol sendiri.
Dan yang terjadi kemudian adalah Tan melihat semua anak berbondong-bondong ke kantin. Ternyata Rachel mengajak Bo Na untuk menyiksa Ye Sol seperti yang Young Do lakukan pada Joon Young dulu. Bo Na enggan melakukan itu dan menutupi wajahnya, merasa bersalah.
Rachel menyuruh Ye Sol untuk duduk di kursi yang tertindas, mempermalukan Ye Sol. Tan dan Chan Young muncul di saat yang bersamaan. Melihat kedatangan pacarnya, Bo Na langsung mencoba membela diri kalau tadi Ye Sol menghina Chan Young. Tapi Rachel memotongnya dan menyuruh Chan Young bermain bola saja, karena ini masalah cewek.
Tan yang sejak tadi diam, tiba-tiba memegang perutnya, kesakitan, “Aduhh.. aku lapar,” ia merebut piring yang berisi kari dari tangan salah seorang murid dan menyuruh Ye Sol untuk minggir karena ia harus duduk untuk makan. Rachel terbelalak melihat Tan mengambil kursi pesakitan sebagai tempatnya duduk.
Semua murid kaget melihat Tan makan dengan santainya, bahkan mengambil makanan Rachel karena ia sangat lapar. Rachel bertanya apa Tan tak sadar apa arti kursi itu di sekolah ini? Dengan polos Tan menjawab, “Kursi ini? Ahh… Kursi yang paling dekat dengan makanan?”
Eun Sang muncul dan terbelalak melihat Tan duduk di kursi itu dengan tenangnya. Young Do yang akhirnya muncul juga bertanya mengapa Tan duduk di situ. Tan pura-pura kesal karena ia tak bisa makan dengan tenang. Tapi Young Do berkata, “Kau sudah melanggar aturan.”
Tan menaruh sumpitnya dan berkata, “Aku yang membuat aturan. Maka aku juga dapat melanggarnya.”
Tapi Young Do membantahnya, “Kau yang membuat aturan tapi aku yang mempertahankannya. Kau tak bisa melanggarnya tanpa ijinku. Kau tak boleh melanggarnya. Akan aku tunjukkan alasannya. Karena kursi itu adalah untuk hal ini.”
Young Do mengambil piring dan menumpahkan isi makanan itu ke jas Tan. Semua anak terkesiap melihat tindakan Young Do. Tapi Tan tetap tenang, walau sekarang wajahnya tampak marah dan berkata, “Hanya sampai kemarin, kursi ini ditujukan untuk alasan itu. Tapi untuk hari ini, hal seperti ini bisa terjadi.”
Tan melepas jasnya dan minta maaf pada Eun Sang sebelum ia melemparkan jas kotor itu ke wajah Young Do. Semua orang kembali terkesiap kaget melihat tindakan Tan, tapi Tan tak peduli dan berkata pada Young Do, “Cuci jas itu.”
Eun Sang langsung menarik tangan Tan untuk menyingkir. Begitu pula Chan Young menarik tangan Bo Na pergi. Ye Sol yang tak tahan dipermalukan, berlari pergi, dan seketika itu juga kerumunan membubarkan diri, meninggalkan Rachel dan Young Do yang hanya mematung diam.
Di luar, Eun Sang memarahi Tan yang berlaku seperti itu. Tan membela diri kalau bukan ia yang memulai pertama kali, tapi Young Do. Pembelaan itu malah membuat Eun Sang marah, “Kau juga tak mau mengalah.”
“Apa aku juga harus mengalah? Aku tak bisa melakukannya,” bantah Tan kesal. Ia mengulurkan tangannya, “Bauku sekarang seperti kari!”
“Choi Young Do itu seperti anak SD. Kupikir kau setidaknya bisa berlaku seperti anak SMP,” omel Eun Sang.
Chan Young juga memarahi Bo Na. Bo Na langsung membela diri kalau ia tak memulainya. Ye Sol yang memulainya dulu dengan mengatakan kalau ia seharusnya tak pacaran dengan anak seorang sekretaris. Tapi Chan Young berkata kalau tak seharusnya Bo Na bertindak sama seperti Ye Sol. Toh ia memang benar adalah anak seorang anak sekretaris.
“Alasanmu merasa marah pasti karena kau merasa malu,” tuduh Chan Young. “Bagaimana mungkin kau bisa pacaran denganku jika kau merasa malu?”
Bo Na tak bermaksud seperti itu. Tapi Chan Young merasa kecewa pada tindakan Bo Na dan bertanya apa Bo Na sebenarnya adalah gadis yang seperti ini? Ucapan Chan Young benar-benar kelewatan dan membuat Bo Na marah, “Apa aku mau pacaran denganmu jika aku adalah gadis seperti itu? Pergi saja kau! Aku benci padamu!”
Bo Na meninggalkan Chan Young dnegan marah.
Ihh.. Chan Young jahat! Don’t make woori Bo Na cries!!
Tan akhirnya kembali ke rumah. Tapi Presdir Kim masih marah dan mengusir Tan. Ia sudah memberikan asuransi yang memberikan hidup Tan lebih baik, tapi karena Tan tak mau, maka Tan boleh pergi dari rumah. Ia juga menyuruh Tan untuk mengembalikan dompet, handphone dan jasnya. Nyonya Han mencoba memohon, tapi Presdir Kim tetap teguh pada prinsipnya.
Tapi Tan kali ini menuruti perintah ayahnya. Ia mengeluarkan handphone, dompet dan melepas jasnya, “Aku akan tetap memakai seragam dan sepatuku. Aku akan membayar Ayah nanti. Aku tahu Rachel adalah asuransiku. Tapi hidupku tak semata-mata hanya tentang asuransi.” Ia memberi hormat pada kedua orang tuanya dan berjalan pergi.
Nyonya Han mencoba menahan Tan, tapi Tan tak mau. Ia mencoba memohon pada Presdir Kim, tapi Presdir Kim juga tak mau.
Maka Tan pun muncul di depan kafe Eun Sang, sama seperti malam sebelumnya. Reaksi Eun Sang sama. Khawatir dan panik. Ia bertanya kemana  baju Tan? Apa Tan tak merasa kedinginan?
Tapi Tan yang datang dengan taksi hanya bertanya, “Apa kau punya uang?”
“Uang apa?”
“Aku diusir dari rumah hanya dengan memakai ini saja. Tolong bayar taksi ini untukku.”
“Kau benar-benar diusir dari rumah?” Eun Sang mendelik kaget.
“Bayar dulu taksi ini. Aku akan membayarmu kembali,” pinta Tan.
“Kau diusir keluar dan pergi naik taksi?!”
Dan reaksi Eun Sang hampir sama seperti saat Tan datang kemarin malam. Tangannya menyentuh Tan. Walau kali ini Eun Sang tak memeluknya. Tapi memukul tangan Tan, membuat Tan mengaduh kesakitan.

“Sakit, tauk! Ayo bayar dulu taksinya!”



Eun Sang hampir membanting gelas minum di hadapan Tan yang duduk dengan santainya. Apa Tan benar-benar pergi dari rumah? Tan merasa tak bisa berbuat apa-apa karena diusir. Tapi Eun Sang berkata kalau orang tua seperti itu, tandanya kita sebagai anak harus berlutut dan minta maaf.
Tapi Tan tetap keras kepala, “Aku tak melakukan kesalahan apapun! Berikan aku minum, aku haus. Nanti kau akan membayarnya.”


Eun Sang tetap menolak, “Kalau air putih gratis. Minum air putih saja.” Tan mengerang, mendengar penolakan Eun Sang. Tapi Eun Sang punya alasan sendiri. Setelah Tan keluar tanpa dompet dan kartu kredit, Tan hanya bertahan paling lama satu minggu. Setelah itu apa yang akan Tan lakukan? Tan bertekad akan menghasilkan uang hingga kaya.
“Dengan apa?” tanya Eun Sang skeptis.
“Aku akan belajar keras dan menjadi sukses,” kata Tan yakin.
Tapi Eun Sang tak percaya. Lebih baik Tan mencoba menjadi K-pop Star saja. Tan tak mau, ia tak bisa menyanyi, membuat Eun Sang menyalak, “Kau kan tidak pintar!”
“Hei!!” bentak Tan kesal. Tapi tahu kalau ucapan Eun Sang benar, ia juga hanya bisa membantah sampai itu saja. Ia akhirnya minum air putih banyak-banyak. Setelah itu ia minta nomor telepon Hyo Sin karena ia akan pinjam uang dari temannya itu.
“Apa hanya itu pikiranmu? Kau mau pinjam dengan jaminan apa? Livermu?” ejek Eun Sang. Tan juga meminta nomor telepon Chan Young juga Bo Na. Eun Sang menutup mulutnya dengan pertanyaan,”Bagaimana kalau Young Do saja?”
Haha.. Tan bener-bener sebel mendengarnya. Ia menyuruh Eun Sang menelepon sekarang. Ia pasti bayar pulsa teleponnya.
Dan ini nih versi lain dari Mama minta pulsa. Tan mengumpulkan teman-temannya dan dengan senyum manis bertanya, “Siapa yang mau menampungku agar aku bisa tidur?” Semua diam. Tan melanjutkan,”Siapa yang mau memberi tumpangan besok?” Semua tetap diam. Tan semakin frustasi, “Kalau begitu, siapa yang mau mentraktirku makan?”
Myung Soo berdiri, membuat harapan Tan naik. Tapi ia ternyata hanya berdiri untuk mengelus-elus boneka yang dipegangnya. Ha. Chan Young pura-pura membaca buku saat Tan menanyai dimana Bo Na. Tan benar-benar frustasi melihat semuanya tak mau mengulurkan tangan membantunya.
Bo Na akhirnya muncul, namun segera berbalik saat melihat Chan Young. Chan Young memanggil Bo Na dan menyuruhnya untuk tinggal. Ia yang akan pergi. Melihat dinginnya mereka berdua, Myung Soo bertanya apakah mereka masih bertengkar? Tan yang menjawab, “Hei! Aku ini diusir dari rumah. Berilah sedikit perhatian padaku!”
Hhh… bener-bener caper nih si Tan.
Tapi akhirnya semua memang benar-benar memperhatikan Tan dan bertanya alasan Tan diusir. Tan tak bisa menceritakan alasannya, tapi ia cerita ending-nya, “Ayahku marah, ibuku menangis dan aku ditampar.”
Semua kaget mendengarnya. Hyo Sin akhirnya menawarkan Tan agar bisa tidur di rumahnya. Tapi Tan menolak. Ibu Hyo Sin menakutkan. Hyo Sin setuju, “Ibuku memang menakutkan. Aku iri denganmu yang bisa ditendang keluar rumah.”
Tapi ibu Hyo Sin memang menakutkan. Hyo Sin yang sebelumnya menghubungi Hyun Joo (Jika A lebih kecil dari 0 dan B adalah bilangan normal, kamu ada di mana? | Hyun Joo : Jawabannya salah), buru-buru mematikan tabletnya saat ibunya muncul.
Ibu Hyo Sin sudah menyiapkan baju untuk interview ulang di universitas Hyo Sin besok yang sebelumnya Hyo Sin sengaja tak lakukan. Hyo Sin terkejut melihat ibunya yang Jaksa Umum melakukan segala cara agar ia bisa interview lagi bahkan membuat surat dokter segala.
Ia langsung meledak, “Bagaimana ibu bisa melakukan hal ini padaku? Sampai sejauh mana ibu akan melakukan ini? Apa aku benar-benar harus mati?”
“Apa kau pikir gertakanmu ini bisa mengubah semuanya?” tanya ibu Hyo Sin. “Ibu tak akan pernah membiarkanmu menyerah. Tak akan pernah.”
Nyonya Han menemui Eun Sang di kafe. Setelah tahu kalau Eun Sang tidur di ruang karyawan di café itu, Nyonya Han memarahinya, “Kenapa kau benar-benar pergi hanya karena aku berkata seperti itu? Cuaca semakin hari semakin dingin dan aku tahu kau tak punya tempat untuk pergi. Apa aku akan merasa tenang setelah mengusirmu keluar? Apa aku akan merasa nyaman makan makanan yang dibuatkan ibumu? Apa kau ingin mengujiku?”
Aww… Bahkan Nyonya Han juga merasa sedih melihat kulit Eun Sang yang kusam. Nyonya Han berkata kalau Eun Sang pasti sudah mendengar tentang Tan yang diusir keluar dan ia menegaskan kalau itu adalah kesalahannya bukan kesalahan Eun Sang. Ia mendesak Eun Sang untuk memberitahu dimana Tan sekarang.
Eun Sang pun sebenarnya juga tak tahu. Tapi mendadak muncul Tan yang langsung dipukul oleh ibunya, membuat Tan berkomentar kalau ia selalu dipukul oleh wanita yang disayanginya. Ibu marah melihat Tan dan menyuruhnya pulang ke rumah, takut Presdir Kim tahu hubungan Tan dan Eun Sang. Tapi Tan tak mau dan berkata ayahnya pasti sudah tahu karena ada mata-mata yang mengikutinya.
Ucapan Tan itu malah membuat Nyonya Han (juga Eun Sang) khawatir. Ibu menyuruh Tan untuk segera masuk ke dalam mobil, tapi Tan tetap tak mau dan meminta Eun Sang untuk membantunya. Eun Sang pun memutuskan, “Saya akan ikut, Nyonya. Saya akan kembali ke rumah.”
Jawaban itu membuat Nyonya Han senang tapi membuat Tan kesal, “Hei, kau tak boleh pulang. Aku kan sudah pergi!”
“Karena itu aku harus pulang. Kau juga harus pulang,” pinta Eun Sang, membuat Nyonya Han lega dan memuji Eun Sang sebagai anak yang pintar. Nyonya Han langsung menggandeng Eun Sang dan berkata kalau Eun Sang adalah sanderanya mulai sekarang.
Hahaha… yang punya rumah siapa, yang tidur di rumah itu juga siapa. Tan mendengus tak percaya. Walau begitu ia tetap tak mau pulang namun minta jas agar ia tak kedinginan. Nyonya Han malah menyuruh Tan kedinginan terus saja sampai mati. Ah.. si ibu ini..
Tan malah nyengir, tak mempedulikan jas itu lagi. Ia minta ibu menjaga baik-baik pacarnya sebelum ia berlalu pergi. Nyonya Han yang malah khawatir dan buru-buru menyuruh Eun Sang mengambilkan jas dan handphone di mobil.
Aishh.. cengiran Tan semakin lebar saat menerima jas dan handphone itu dan memuji keduanya, “Kalian berdua sangat serasi. Aku akan menelepon.”
Nyonya Han heran, bagaimana mungkin Tan berani mempercayakan Eun Sang padanya.
Ha.. Karena Tan tahu kalau omma tak mungkin tega menjadi ibu tiri yang jahat.
Ibu Eun Sang yang kaget namun lega melihat Eun Sang kembali ke rumah bersama Nyonya Han. Eun Sang khawatir kalau Presdir Kim akan melakukan sesuatu pada ibunya. Tapi Ibu Eun Sang mengatakan kalau Presdir Kim tak pernah keluar dari ruang kerjanya setelah ia mengusir Tan dari rumah.
Won membuka pintu dan tak menyangka Tan ada di depan pintu dan minta ijin untuk tidur di kamarnya malam ini. Ia langsung membanting pintu tepat di depan hidung Tan. Namun kemudian ia membuka pintu itu lagi. Hehehe…
Tan makan malam dengan bahagia, walau melihat Won duduk di meja kerjanya masih dengan wajah dinginnya. Tapi ia tak peduli. Ia bercerita kalau ayah sudah menamparnya. Won menjawab pendek, kalau ia sudah tahu.
Tan heran pada ayah mereka. Kok bisa ayah mereka tak mengatakan apapun saat Won pindah keluar sedangkan ia diusir keluar tanpa sepeser uang sedikitpun. Ia pun menyimpulkan, “Itu pasti karena aku anak di luar nikah. Aku benar-benar merasa terluka.”
Won hanya diam mendengar kesimpulan Tan. Sekretaris Yoon meneleponnya dan melaporkan kalau 5% dari saham Nyonya Jung akan diberikan pada Tan. Won tak berniat menyembunyikan percakapannya itu, sehingga Tan tahu kalau mereka sedang membicarakan tentang saham yang akan dimiliki Tan.
Tan tertegun mendengar percakapan itu dan bertanya apakah Won dan Sekretaris Yoon sedang membicarakannya? Won menjawab sinis apa Tan benar-benar tak mengerti atau Tan hanya pura-pura? Won mengambil kartu kredit dari dompetnya dan melemparkan ke atas meja, “Kau buka kamar yang lain saja. Aku tak bisa tidur denganmu.”
Tapi Tan tak bisa membuka kamar satu lagi walau ia sudah memegang kartu kredit Won. Secarik kertas peringatanlah yang membuat staf hotel tak berani memberikan kamar pada Tan.
Hahaha…. Tan tak percaya melihat gambar seorang pria dengan nama ‘Kim Tan’ dan di pojok tertulis ‘kekeke’ ada di sana. Ia mencoba mendebat, “Apa aku kelihatan seperti ini?”
“Memang kau pikir tampangmu seperti apa?” Young Do tiba-tiba muncul dari belakang. Hahaha.. Ternyata Young Do melihat Tan sebelumnya saat berjalan di lift. Tan kesal, mengapa ia diperlakukan seperti ini. Apa di hotel ini tak ada aturannya? Apa alasan Young Do melakukan hal ini? Maka Young Do berkata,
“Pertama, karena kau Kim Tan. Kedua, karena kau Kim Tan. Ketiga, karena kau adalah Kim Tan. Keempat, karena kau membuat motorku diderek. Kelima.. karena kau yang melanggar aturan lebih dulu.”
Astaga.. anak dua ini..
Young Do mengolok Tan untuk kembali lagi ke kamar Won, “Perseteruan membuat keluarga bersatu kembali.” Tapi Tan malah tersenyum mendapat olokan itu, “Aku sebenarnya tak ingin mengatakannya, tapi.. aku berterima kasih padamu.”
Tan meninggalkan Young Do dengan gembira. Hanya Young Do yang ditinggalkan merasa bingung. Sebenarnya yang ia lakukan ini menguntungkan atau merugikannya, ya?
Dan yang sebenarnya terjadi Young Do memang malah membantu Tan. Karena untuk pertama kalinya Tan bisa tidur sekamar dengan Won. Tapi Tan merasa sedikit kecewa karena Won langsung tidur, “Ada banyak yang aku ingin tanyakan padamu. Ada banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Tapi kau tidur terlalu cepat.”
Walau sebenarnya Won mendengar ucapan Tan karena ia belum tidur.
Tan senang dan berterima kasih saat Won mengantarkannya ke sekolah. Ia mencoba peruntungannya dengan meminta Won menjemputnya. Tapi melihat tatapan Won yang dingin, Tan tahu kalau ia meminta terlalu banyak. Ia tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal.
Setelah keluar dari mobil, sekali lagi ia melambaikan tangan pada kakaknya seperti anak kecil yang melambaikan tangan pada ibunya. Walau setelah itu, ia menghela nafas dan berwajah muram.
Sebelum pergi, Won melihat sekelebat sosok Hyun Joo yang memasuki halaman sekolah. Reflek, ia hendak membuka pintu tapi ia teringat posisinya sekarang dan mengurungkan niatnya.
Sebagai guru baru, Hyun Joo menerapkan aturan sendiri. Ia tahu kalau murid-murid Jeguk melakukan diskriminasi berdasarkan kekayaan. Maka ia juga akan melakukan diskriminasi berdasarkan nilai. Ia menunjuk Young Do, “Kau yang ada di ujung, yang sedang mengangkat alis. Turunkan alismu, juga turunkan handphone yang kau pegang.”
Young Do akhirnya menatap Hyun Joo karena hanya ialah yang sedang memegang handphone. Murid-murid lain tertawa geli.
Hyun Joo bertanya siapa anak yang paling pintar dan semua menunjuk pada Chan Young. Maka Hyun Joo berkata, “Ada dua jenis murid di kelas ini. Yoon Chan Young dan kalian semua yang ada di ruangan ini.”
Tan mengenali Hyun Joo sebagai gadis yang keluar dari rumahnya sambil menangis.
Sekretaris Yoon datang memenuhi panggilan Presdir Kim yang sedang bersama dengan Nyonya Jung. Mata-mata Presdir Kim keluar ruangan dan Presdir Kim bertanya apakah Sekretaris Yoon pernah melihat orang itu? Sekretaris Yoon mengiyakan, walau ia belum sempat bertanya apakah mata-mata itu punya fotonya atau tidak.
Presdir Kim yang mengiyakan bahkan meminta sekretarisnya untuk menghentikan CLBK yang sedang Sekretaris Yoon lakukan . Sekretaris Yoon mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya.  Tapi Presdir Kim tak memanggil Sekretaris Yoon untuk itu. Ia menyuruh Sekretaris Yoon untuk menghentikan transfer saham pada Tan untuk sementara waktu.
Ia tahu yang sekarang menjadi masalah adalah Esther Lee dan ia bisa membaca rencana Esther. Esther pasti segera akan mulai membeli saham mereka, bahkan mulai menghubungi para pemegang saham untuk melakukan transaksi di luar bursa. Maka ia menyuruh Sekretaris Yoon untuk membeli semua saham yang dijual dan ia berani membayar lebih mahal.
Pada Nyonya Jung, ia meminta agar istrinya itu menemui Esther untuk mengubah pendiriannya. Presdir Kim juga menyuruh Sekretaris Yoon untuk mengirim Eun Sang untuk belajar keluar negeri, “Menyekolahkannya ke SMA Jeguk tak ada gunanya. Aku tak memperhitungkan faktor usia mereka.”
Eun Sang senang melihat Tan muncul. Tan melihat tadi Eun Sang datang terlambat. Eun Sang mengaku kalau ia ketiduran, “Aku benar-benar tidur nyenyak kemarin malam.”
Tan tak percaya Eun Sang menyombongkan hal itu, “Bagaimana mungkin kau bisa tidur di sana tanpaku.” Cieee… kaya sekamar aja. Padahal yang satu di mana yang satunya juga dimana. Tan bercerita kalau ia tidur sekamar dengan Won. Eun Sang mengangguk-angguk, tapi anggukannya berhenti saat Tan melanjutkan, “Kami ngobrol, kami makan enak bersama-sama.”
“Kedengarannya bohong,” tuduh Eun Sang dan meminta Tan untuk kembali ke rumah saja. “Tak bisakah kau memberontak di dalam rumah?”
“Apa ibuku membayarmu?” tanya Tan kesal. Tapi memikirkan ibunya membuat Tan bertanya tentang keadaan ibunya. Apakah ibunya masih minum anggur malam kemarin?
“Apa kau ingin membuatku menjadi mata-mata sekarang?”balas Eun Sang. Ia pun mengambil donat di atas meja dan menawari Tan, “Kau mau?”
“Ya,” jawab Tan cepat dan ia langsung melahap donat yang akan masuk ke mulut Eun Sang, membuat Eun Sang terbelalak.
Hheeee… Tan mengunyah donat itu dan matanya tersenyum sekaligus menantang Eun Sang. Sejenak terpaku, akhirnya Eun Sang sadar dan langsung memukul tangan Tan dengan keras. 
Melihat Tan hendak mengerang, Eun Sang mengancam, “Jangan merengek!”
Tan berdalih kalau perkembangan hubungan mereka itu lambat sekali. Tapi tidak menurut Eun Sang, “Kok bisa kau bilang lambat? Kita tak hanya pegangan tangan saja, tapi kita..” Eun Sang terbelalak, menyadari arah pembicaraannya yang menjurus.
Tapi Tan sudah mendengar hal itu dan bertanya menggoda, “Jadi kita sudah boleh bicara mengenai hal itu sekarang?
Eun Sang langsung berdiri dan berkata kalau semua itu ada urutannya. Walau pipinya memanas, Eun Sang berkata kalau ia harus pergi ke ruang broadcasting untuk menggantikan Hyo Sin yang hari ini tak masuk.
Hyo Sin ternyata menuruti permintaan ibunya untuk interview. Walau ia menjawab pertanyaan dengan malas, memberitahukan kalau ia tak pernah melamar di jurusan ini. Dan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan membuat ia merasa terjepit hingga pandangannya kabur.
Tan mencoba menghubungi Hyo Sin tapi tak diangkat. Malah Nyonya Jung yang menelepon untuk memarahi Tan yang bertindak seenaknya, mengungkap rahasia yang sudah ia dan Presdir Kim jaga selama 18 tahun ini.
Paman Tan dan anak-anak mereka masih memperkarakan Presdir Kim di pengadilan. Jadi bagaimana jika mereka tahu kalau Tan adalah anak di luar nikah? “Mereka akan kembali lagi dan akan terjadi perang yang lain. Kau masih SMA. Kakakmu baru 3 tahun menjadi CEO dan akan terjadi perang di antara kalian. Apa yang akan kau lakukan sekarang?”
Tan diam mendengar semua scenario yang akan terjadi karena pengakuannya. Dan ia kembali termenung di ruang golf, padahal ia tak ikut ekskul Golf. Pada Myung Soo ia mengaku kalau ia duduk di sini karena ini adalah satu-satunya tempat yang tak mungkin didatangi Eun Sang, karena ia tak ingin Eun Sang melihat wajahnya yang seperti ini.
Myung Soo memperhatikan wajah Tan dan bertanya apa yang tak boleh dilihat Eun Sang? Tan menjawab muram, “Melihatku menghitung rintangan yang harus kami hadapi.”
Bosnya memberitahu Eun Sang kalau kafe ditutup selama dua jam. Bosnya pergi meninggalkannya kebingungan apalagi saat bosnya mengatakan kalau ia iri pada Eun Sang. Tapi Eun Sang patuh pada perintah bos dan saat Young Do muncul, ia menyuruh Young Do untuk kembali 2 jam lagi karena kafe sedang tutup.
Young Do, yang tumben rapi memakai kemeja di balik jaketnya, tersenyum dan berkata kalau ia yang memesan kafe ini selama 2 jam. Ia bahkan membalik tulisan buka menjadi tutup dan duduk dengan santai, “Karena kau tak mau menjawab teleponku. Kau tak mau makan mie denganku. Kau selalu menghindariku. Jadi aku harus membayar untuk melihat wajahmu lagi.”
“Karena itukah kau memesan kafe ini selama dua jam?”
“Apa kau mau mencatat pesananku sekarang?” tanya Young Do. Tapi Eun Sang menolak karena di sini orang datang ke konter untuk memesan. Young Do tak peduli dan meminta Eun Sang untuk membuat dua gelas minuman yang paling mudah dibuat dan tambahan, “Jangan meludahi minuman itu, ya.”
Ha.. Eun Sang hanya bisa menghela nafas menghadapi Young Do. Tapi ia tetap menyajikan minuman untuk Young Do dan menyibukkan diri dengan semua pekerjaan di dalam kafe membuat Young Do mati gaya. 
Dengan canggung Young Do membuka percakapan, meminta Eun Sang duduk dan berhenti bekerja. Tapi seolah tak mendengar orang bicara, Eun Sang terus bekerja, membuat Young Do kesal.
Akhirnya Young Do menuangkan minuman ke lantai yang baru saja Eun Sang pel, membuat Eun Sang akhirnya membentak Young Do. Tapi Young Do tersenyum karena akhirnya Eun Sang melihatnya dan berkata kalau ia akan menumpahkan sisanya jika Eun Sang tak mau duduk.
Eun Sang duduk dan tanpa basa-basi bertanya apa yang Young Do inginkan darinya. Young Do terdiam, nampak kecewa mendapat tanggapan yang dingin dari Eun Sang. Ia akhirnya berkata, “Aku ingin kau mengangkat teleponmu. Aku ingin kau bicara padaku saat aku bicara padamu. Sapalah aku saat kau melihatku.“
Eun Sang menyadari apa maksud Young Do selama ini dan mengapa Young Do tak membuka rahasianya. Ia minta maaf karena terus menghindari Young Do,”Namun hanya satu yang bisa aku lakukan padamu. Yaitu menolakmu. Maafkan aku.”
Young Do menatap Eun Sang nanar, tak tahu harus menjawab apa. Ia bergumam kalau ia sekarang benar-benar ditolak. Dan ia bertanya, “Apakah aku bisa balas dendam?”
“Aku harap kau tak melakukan hal itu,” jawab Eun Sang pasrah. “Tapi jika hanya itu yang bisa kau lakukan, maka lakukanlah. Aku harus bisa menerimanya karena aku telah menolakmu.”
Tapi Young Do tak bisa membalas pada Eun Sang langsung, karena itu berarti akan melukai hatinya sendiri, “Karena itulah aku akan membalas pada orang-orang di sekitarmu.”
Di perpustakaan, Young Do duduk di kursi yang biasanya diduduki Eun Sang dan bersedih. Penolakan Eun Sang terus terngiang di telinganya. Dan akhirnya ia memutuskan sesuatu.
Tan membuka lokernya dan melihat kalau jas sekolahnya sudah bersih tanpa noda. Dari pengeras suara terdengar suara Young Do yang ingin bercerita tentang sesuatu yang menarik. Tentang putra kedua Grup Jeguk, Kim Tan.
Sepertinya Tan tak mencoba untuk menghentikan Young Do karena Tan tetap berjalan dengan perlahan, walau telinganya terus terpasang untuk mendengar suara Young Do.
Namun berbeda dengan Eun Sang yang berlari menuju ruang broadcasting, sementara suara Young Do mengumumkan akan memberikan waktu 1 menit sebelum mengungkapkan rahasia itu.
Untuk mengisi waktu satu menit itu, Young Do memberi satu quote menarik pada para pendengar, “Musuhmu bukanlah orang yang mengacungkan pedang kepadamu, tapi musuhmu adalah orang yang berdiri di sampingmu dengan pisau yang tersimpan di belakang punggungnya.”
Young Do terus bicara hingga akhirnya Eun Sang muncul dan mematikan volume. Eun Sang mengatakan kalau Young Do akan mendapat hukuman karena hal ini. Tapi Young Do tak peduli dan malah seakan mengolok, ia bertanya apa Eun Sang memang melompat ke dalam api demi Kim Tan? “Apakah hubungan kalian ini adalah untuk saling bergantung satu sama lain?”
Eun Sang menyuruh Young Do diam dan menariknya keluar. Tapi Young Do malah ganti mencengkeram Eun Sang, menghentikannya. Eun Sang marah, “Beginikah caramu untuk balas dendam? Lepaskan aku.”
“Tidak. Aku akan melepaskannya segera, tapi aku tak akan melepaskannya sekarang,” jawab Young Do. “Aku melalui semua masalah hanya untuk satu kesempatan ini saja. Jadi bertahanlah denganku.”
 “Hentikan sekarang, Young Do-ah..” pinta Eun Sang.
Young Do mendorong Eun Sang ke dinding dan meminta, “Jangan memanggilku seperti itu.”
Tan akhirnya muncul, namun begitu melihat kalau Eun Sang ada di dalam bersama Young Do, Tan segera membuka pintu. Tapi Young Do lebih cepat dan mengunci pintunya. Tan marah dan menendang pintu berkali-kali sekuat tenaga, menyuruh Young Do untuk membuka pintu.
Tak mempedulikan Tan, Young Do mengingatkan Eun Sang pada apa yang ia katakan di kafe, “Saat aku berkata kalau aku akan melukai semua orang kecuali dirimu, Kim Tan adalah satu diantaranya. Dan aku juga.”



source :
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-13-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-13-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment