Saturday, December 28, 2013

The Heirs Episode 18

Kim Tan dan Young Do tergelatak di tanah kelelahan setelah berkelahi. Seakan mengetahui yang dirasakan Kim Tan, Young Do pun berkata, "Jika kau sangat merindukan Cha Eun Sang, temuilah dia". 


"Aku tak akan pergi menemuinya. Kau bisa memilikinya", ucap Kim Tan putus asa. 


Young Do tertegun mendengar perkataan Kim Tan. Lalu menoleh dan melihat Kim Tan yang menangis. 

Young Do marah dan menarik kerah jaket Kim Tan, hingga membuat Kim Tan terduduk. 

"Apa katamu barusan?. Kau mau mati?".

Kim Tan diam tak memberi respon. "Apakah kau pantas hancur seperti ini?", ucap Young Do kemudian.

"Tidak pantas", jawab Kim Tan menatap Young Do dengan linangan air mata, "Aku tidak bisa melakukannya lagi. Young Do-ah". 

Young Do terhenyak mendengar Kim Tan memanggilnya dengan sebutan teman/akrab. Ia ikut terluka melihat Kim Tan hancur seperti itu. Ia menghempaskan Kim Tan dan pergi meninggalkannya. 

Kim Tan mencoba bangkit dengan tenaga yang tersisa, tapi tak mampu. Badannya sama lelahnya dengan hatinya saat ini. 

Kim Won dan presdir Kim bicara di ruang tengah. Kim Won yakin presdir Kim telah mendengar laporan tentang Jae Hoo yang kini menduduki posisi wakil presdir Jeguk Konstruksi. Presdir Kim mencemooh Jae Hoo bodah dan tidak mempunyai ambisi besar. 

"Bahkan Red Hare yang melegenda hanyalah seekor kuda tanpa Lu Bu", ujar presdsir Kim.

(Kisah tiga negara. Lu Bu adalah pangima militer umum. Lu Bu memiliki kuda yang dikenal dengan nama Red Hare, kuda tangguh dan kuat dalam medan peperangan)

"Memang benar Lu Bu adalah majikan Red Hare. Tapi, Guan Yu yang lebih sering memakai Red Here dalam pertempuran", balas Kim Won.
(Guan Yu = jendral terkenal dari kisah 3 negara. Setelah Lu Bu wafat, ia yang memiliki Red Hare). 

Dari perkataan Kim Won saya bida di simpulkan. Lu Bu = presdir Kim. Red Hae = Jae Hoo dan Guan Yu = Kim Won. Benar begitu?.

Ny. Han keluar dari kamar berdiri tak jauh dari mereka dan hanya menyimak percakapan antara ayah dan anak itu. Presdir Kim tidak membalas perkataan Kim Won. Sebaliknya ia menyuruh Kim Won pergi. Kim Won berkata ia datang kesini bukan untuk menemui ayahnya. (Jadi ingin melihat siapa???. Kim Tan??). 

Tepat saat itulah, Kim Tan pulang dalam keadaan babak belur dan mulut berlumuran darah. Kim Won terkejut melihatnya, benar-benar terkejut. Ny. Han panik dan menghampiri Kim Tan, 

"Ya Tuhan. Ada apa ini?. Apakah kau terlibat perkelahian lagi?. Apa yang kau lakukan?. Kenapa wajahmu bisa seperti itu?". 

Kim Tan tak merespon dan terus jalan menuju kamarnya. Seperti biasanya, presdir Kim hanya bisa teriak dan marah-marah.

"Dasar Bodoh!. Berapa lama kau akan bersikap seperti itu?. Itu hanya lucu untuk sehari atau dua hari".

Kim Tan seakan tak mendengar cacian ayahnya. Kim Won menghela napas, matanya terus mengekor mengikuti kemana Kim Tan pergi. Ny. Han terisak pelan, "Tan-ah". 


Kim Won menyusul ke kamar Kim Tan. Ia melihat Kim Tan duduk di lantai, dengan tisu bernoda darah berserakan di sekitarnya. 

Kim Won menghela napas, "Bangunlah. Kita harus pergi ke rumah sakit". 

"Keluar", ucap Kim Tan menyembunyikan wajahnya. 

"Kita sudah sepakat. Kau sudah bilang, kau akan melakukan apa yang aku katakan. Itu artinya kau harus patuh mendengarku. Bangunlah". 

"Keluar", ucap Kim Tan pelan. "Kubilang keluar", teriaknya kemudian. 

"Berapa lama lagi kau akan seperti ini?. Tidak ada yang akan berubah  di keluarga ini meskipun kau begini. Kau tahu betul itu!", bentak Kim Won.


Kim Tan mengangat wajahnya yang tampak pucat dan babak belur. "Hyung. Kapan aku ke Amerika?. Aku rasanya mau mati. Biarkan aku pergi. Tolong selamatkan aku", Kim Tan menangis putus asa.
Kim Won terenyuh melihat adiknya dalam kondisi seperti ini. Ia menatap Kim Tan dengan sorot mata sedih dan khawatir. 


Kim Won kembali ke Hotel Zeus, berjalan setengah melamun memikirkan Kim Tan. Ia berpapasan dengan Young Do. Young Do menunduk, berusaha menghindari Kim Won dan menutupi bibirnya yang berdarah. 

"Choi Young Do, berhenti", ucap Kim Won melihat bibir Young Do yang berdarah. 

Mau tak mau, Young Do berbalik menatap Won. Kim Won bertanya apa Young Do berkelahi lagi dengan Kim Tan. 

"Lebih tepatnya, aku yang memukulnya. Dia pantas menerimanya. Kau bisa menuntutku jika kau mau.", ujar Young Do. 

Kim Won menghembuskan napas, "Kenapa kau memukul adikku?". 


"Ah...Maaf, ucap Young Do sinis mendengar Kim Won menyebut Kim Tan dengan panggilan adik. "Harusnya aku tidak memukuli anak yang punya kakak. Tapi aku lupa kalau Tan mempunyai kakak. Tan bersikap seolah tidak punya kakak". 

Kim Won membalas sindiran Young Do, "Tampaknya Tan juga tak punya teman (seperti Young Do). Pergi obati lukamu, atau itu akan terus membekas". 

Kim Won pergi. Young Do diam ditempatnya. Sindiran mereka itu saling mengena di hati masing-masing. 


Bo Na dan Chan Young belajar bersama di studio Myung Soo. Bo Na membacakan esai dalam bahasa inggris. Chan Young mengulanginya dalam bahasa Korea. Meski jawabannya benar, Chan Young tampak tidak kosentrasi, ia terus memandangi ponselnya. Bo Na protes ujian akhir semester sudah dekat, tapi Chan Young malah sibuk dengan ponselnya.

Bo Na mengira Chan Young sedang memandangi foto-fotonya, "Kenapa kau hanya melihat foto 2D saat versi 3D jelas-jelas ada di sebelahmu?". 

Bo Na lalu melihat ponsel Chan Young, "Heol!. Kau melihat akun SNS Cha Eun Sang saat aku ada disebelahmu?", omel nya lalu merebut ponsel Chan Young. 

Chan Young berkata berusaha mencari petunjuk keberadaan Eun Sang dari akun SNS-nya.

"Oh My God, dia gila", Bo Na mulai membaca satu persatu status Eun Sang, "'Aku harap Jeguk bangkrut' 'Dimana kau?' 'Aku sedang minum air'. 

(Sebenarnya itu adalah percakapan Kim Tan dan Eun Sang. Sepertinya yang kita tahu. Saat di Amerika, Eun Sang pernah login ke akun SNS-nya dengan meminjam ponsel Kim Tan. Dan sampai sekarang pun Kim Tan tidak pernah mau Log out dari akun tersebut).

"Kenapa dia berbicara pada dirinya sendiri?", ujar Bo Na heran. 


Chan Young menduga sepertinya itu bukan Eun Sang. Bo Na bertanya apa maksudnya, siapa lagi jika bukan Eun Sang, inikan akun Eun Sang. Lalu Bo Na melihat foto Kim Tan dengan status, "Kim Tan sangat tampan". 

"Siapa lagi yang menulisnya selain Cha Eun Sang?. Dan ini juga. 'Kau dimana, Cha Eun Sang?'. Kenapa dia mencari dirinya sendiri?", seru Bo Na makin binggung.

Chan Young diam. Sama seperti Bo Na, ia sendiri juga bingung. 

Ditempat lain Eun Sang juga memeriksa akun SNS-nya dan membaca postingan yang ditinggalkan Kim Tan sebelum menemukannya.

"Kau dimana Cha Eun Sang?. Aku merindukanmu". 

Eun Sang menghela napas, kesedihan mulai tergambar di wajahnya. Ia lalu melihat postingan lain yang baru kali ini di lihatnya. Beberapa foto dirinya yang diambil dari arah belakang, tentu foto itu diambil tanpa sepengetahuan Eun Sang. 

Foto saat Eun Sang belajar di kelas. Foto saat Eun Sang tertidur di kursi halaman rumah Kim Tan, setelah lelah menjemur seprai. Dan beberapa foto saat Eun Sang sedang berjalan dan Kim Tan diam-diam mengikutinya di belakang.

"Aku selalu ada di sana, di mana pun kau berada. Jadi ... tunggulah sebentar. Aku akan datang padamu. Aku akan kesana. Dimanapun kau berada, aku akan selalu dibelakangmu".

Eun Sang mulai menangis, karena ia mengetahui siapa yang memposting foto-foto tersebut. Eun Sang berusaha menguatkan diri. Dengan bercucuran air mata, ia mulai menghapus satu persatu postingan tersebut. 

Disaat yang sama namun di tempat yang beda. Kim Tan juga melihat akun SNS Eun Sang, ia memandang foto profile Eun Sang yang tersenyum cerah. Kemudian Kim Tan melihat semua foto yang ia posting terhapus dari folder. Kim Tan menyadari, Eun Sang lah yang menghapus semua foto-foto itu.

Keesokan harinya, Kim Tan dan Hyo Shin bertemu di cafe tempat dulu Eun Sang bekerja. Hyo Shin membawa 2 minuman dan memberikannya satu untuk Kim Tan. 

"Aku memesan minuman favoritku untukmu. Minumlah, sebelum aku yang meminumkannya untukmu".

Kim Tan melihat minuman yang dibawa Hyo Shin (mango mlik shake), minuman itu mengingatkannya pada Eun Sang. Kim Tan memandang sedih minuman itu, "Eun Sang sering membelikan minuman ini untukku", ucap Kim Tan lalu meminumnya.

"Eun Sang yang membelikannya untukmu?. Kau berasal dari keluarga yang kaya dan kau membiarkan dia yang membayarnya?", tanya Hyo Shin heran. 

"Kupikir aku bisa membayarnya kembali", jawab Kim Tan tak bersemangat.
"Bukankah ini benar-benar klise kau bersikap ugal-ugalan, dan terlibat perkelahian?. Lihatlah apa yang terjadi pada wajah tampanmu itu", Hyo Shin mencoba bercanda. 

"Bisakah kau berhenti mengajakku keluar?. Kau harus belajar. Kudengar kau harus melakukan yang terbaik agar tidak gagal di ujian akhir.", ujar Kim Tan menanggapi candaan Hyo Shin.

Melihat Kim Tan yang tidak bersemangat, Hyo Shin pun menjadi khawatir, "Kukira aku sudah pernah bilang padamu, kalau makanan rumah sakit tidak enak. Kau tidak akan mau merusak kesehatanmu saat masih muda". 

Kim Tan berkata ia tidak berencana mati. Maka dari itu Hyo Shin minta Kim Tan menghentikan pemberontakannya, "Jika kau benar-benar tidak tahan, culiklah dia. Itu takkan mengubah apapun. Tapi akan lebih mudah bernapas saat kau memberontak seperti itu". 

(Hyo Shin menasehati Kim Tan untuk berhenti menghancurkan diri sendiri. Memberontak dengan cara seperti itu tidak akan mengubah apapun, justru sebaliknya hanya membuat Kim Tan terlihat semakin menyedihkan).

Kim Tan terdiam, meresapi perkataan Hyo Shin. 

Saat Kim Tan masih merenungkan perkataan Hyo Shin, Young Do lebih dulu bergerak. Saat ini, ia berdiri di sekitar rumah Eun Sang. Kebetulan saat itu, Hee Nam baru pulang dari belanja. Young Do membungkuk hormat, mengucapkan salam pada Hee Nam. 

"Halo, ibu". 

Hee Nam mengamati wajah Young Do membuat Young Do merasa canggung. Hee Nam ingat, pernah bertemu dengan Young Do di depan rumah keluarga Kim. Young Do berkata kedatangannya kesini untuk bertemu dengan Eun Sang, apa dia ada dirumah. Hee Nam tampak ketakutan terlebih saat melihat seragam Jeguk yang dikenakan Young Do. 

Hee Nam menggeleng, melambaikan tangan menyuruh Young Do pergi. Lalu jalan meninggalkan Young Do. Tapi hanya beberapa langkah, karena tiba-tiba ia berbalik, memandang Young Do dengan tatapan prihatin. 

Hee Nam mengajak Young Do masuk dan menyiapkan makan untuk Young Do. Young Do tertegun melihat meja penuh makanan di depannya. Hee Nam mengambil sumpit dan memberikannya pada Young Do, menyuruhnya untuk makan. 

Young Do gugup, "Terima kasih. Apakah ibu tidak ingin makan juga?". Hee Nam tersenyum, menyuruh Young Do maka saja, ia lalu menulis di notes dan melihatnya ke Young Do. 

"Eun Sang pergi ke Seoul. Dia harus menyerahkan beberapa formulir ke sekolah".

Young Do tersenyum canggung lalu mulai makan. Satu suapan yang sudah membuatnya merasa terharu. Young Do hanya makan nasi tanpa lauk, melihat itu Hee Nam pun menyodorkan lauk ke arah Young Do. 

Satu demi satu suapan membuat Young Do semakin sedih. Baru kali ini, ia merasakan kehangatan dari masakan seorang ibu yang tidak pernah ia rasakan selama 3 tahun terakhir. Dengan air mata mengenang Young Do memuji masakan Hee Nam yang lezat. 

Hee Nam lalu bertanya menggunakan notesnya, "Kalian teman sekelas?. Kau teman dekatnya Eun Sang?". 


Young Do dengan jujur menjawab, "Aku menyukai Eun Sang", ucapnya sedih lalu kembali makan. Hee Nam memandang Young Do dengan prihatin.


Eun Sang saat ini tidak pergi ke sekolah, melainkan bertemu dengan presdir Kim. Mungkin Eun Sang sengaja berbohong agar ibunya tidak cemas. Eun Sang menunduk takut, menggengam tangannya erat-erat. 

Presdir Kim mengetahui Eun Sang pindah ke tempat dekat pantai yang indah untuk berjalan-jalan. Dan ia juga tahu, Eun Sang masih saja bertemu dengan Kim Tan. Eun Sang mencoba membela diri, ia dan Kim Tan bertemu secara tidak sengaja. 

Presdir Kim berkata itulah sebabnya ia ingin mengirim Eun Sang ketempat yang benar-benar jauh, kebelahan lain dari dunia ini. "Saat kau melanggar janjimu dan melarikan diri. Aku kira kau sudah paham maksudku. Jadi aku tidak akan mengusikmu lagi. Dan sekarang kau mengatakan bahwa kau bertemu Tan di depan mukaku?". 

"Tan..", ucap Eun Sang menekan rasa takutnya.

"Beraninya kau menyebutkan namanya", potong presdir Kim cepat.

"Dia baik, jujur dan hangat. Itu sebabnya aku, sangat menyukainya", 

"Bagaimana bisa kau begitu tak tahu malu?", hardik presdir Kim. 

"Tak ada yang salah jika aku menyukainya", ucap Eun Sang (Bener banget, Go..Go...Eun Sang).

Presdir Kim mengingatkan, Eun Sang sudah meneria uangnya. Mendapatkan semua kemurahannya. Jika Eun Sang sekarang menginginkan Kim Tan, maka itu sebuah kesalahan. 

"Aku pasti akan melunasi hutang yang Anda bayarkan. Tapi karena Anda memberikannya padaku tanpa persetujuan apapun, aku akan melunasinya secepat mungkin tanpa mengulur-ulur waktu". 


Presdir Kim melotot, "Jadi, saat kau sudah bisa membayar semuanya, kau akan menemuinya lagi?. Bagaimana kau bisa seberani ini diusia muda begini?".

"Karena aku menyukai Tan!. Aku masih menyukai Tan. Tidak peduli bagaimana anda mengancamku. Tidak peduli seberapa menakutkanya anda. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku tidak menyukai Tan lagi. Tapi karena anda menyuruhku untuk tidak menemuinya, aku tidak akan menemuinya lagi. Jadi kumohon ...Berhenti memanggilku", Eun Sang menangis putus asa. 

Presdir Kim kehilangan kata-kata, hanya bisa berdehem melihat Eun Sang menangis seperti itu. Sudah jelas, Eun Sang mengatakan tidak akan menemui Kim Tan, tidak ada alasan lagi bagi presdir Kim untuk menganggu dan terus menyalahkan Eun Sang.

Mungkin Eun Sang tengah berusaha memantapkan hatinya tidak bertemu dengan Kim Tan lagi. Tapi takdir bicara lain. Sebelum pulang, Eun Sang mampir sebentar ke toko yang menjual dreamcathter. Toko nya sudah tutup dan tempatnya di sewakan. Tapi masih ada beberapa dreamcatcher yang tergantung di elatase toko. Eun Sang menatap sedih benda-benda yang tergantung itu.

Kim Tan juga sedang berada di jalan yang sama, semula ia berjalan dengan melamun. Tapi begitu ia mengangkat wajah. Kim Tan terpaku melihat Eun Sang berdiri tak jauh darinya. Hanya berjarak beberapa langkah.

Eun Sang berbalik dan melihat Kim Tan dengan wajah penuh luka, membuat Eun Sang sedih. Keduanya bertatapan sesaat, Eun Sang hendak mengatakan sesuatu, tapi ia menahan dirinya.

Kim Tan jalan menghampiri Eun Sang, begitu pula sebaliknya. Tapi mereka hanya saling melewati seperti tidak saling mengenal.

Mereka berjalan ke arah yang berlawanan. Eun Sang melewati Kim Tan dengan wajah sedih. Kim Tan tampak dingin. 

Tapi...sanggupkah Kim Tan menahan perasaanya. Membiarkan wanita yang ia cintai pergi begitu saja. Tidak...Kim Tan tidak bisa, ia menghentikan langkahnya dan berbalik mengejar Eun Sang. 



Eun Sang sudah menghilang, namun Kim Tan tak menyerah. Akhirnya naik ke bus yang sama dengan Eun Sang, tepat sebelum bus berangkat. Eun Sang terkejut melihat Kim Tan duduk di seberangnya. Keduanya diam selama dalam perjalanan.




Kim Tan ikut turun saat Eun Sang turun dari bus. Mengikuti Eun Sang dari belakang, seperti yang sering ia lalukan selama ini. Eun Sang terus melangkah maju menuju rumahnya, dan menyadari kehadiran Kim Tan. Ia mempercepat langkahnya masuk kedalam rumah. Kim Tan berhenti di tempatnya, melihat Eun Sang menghilang di balik pintu.

Begitu masuk ke dalam rumah, pertahanan Eun Sang seakan jebol. Ia terduduk menahan handle pintu. Seperti menahan perasaanya untuk tidak berlari menghampiri Kim Tan. Tapi..perasaan itu amat kuat, dan terasa menyakitkan.

Dan Eun Sang tidak sanggup, ia berlari keluar mencari Kim Tan. Sekali lagi, setidaknya ia ingin melihat Kim Tan sekali lagi. Eun Sang berlari hingga ke ujung jalan besar. Tapi Kim Tan sudah menghilang. Eun Sang kecewa dan pulang dengan perasaan sedih.
Namun siapa yang kini berdiri di depannya kini. Kim Tan...pria yang ia rindukan. Eun Sang hampir menangis saat memandang wajah Kim Tan.

"Kenapa kau mencariku?", tanya Kim Tan

"Jangan bicara padaku", larang Eun Sang.

Kim Tan maju selangkah.

"Jangan mendekat", ucap Eun Sang takut. Takut tidak bisa berpisah dengan Kim Tan.

Eun Sang berbalik hendak meninggalkan Kim Tan. Kim Tan bergegas memeluk Eun Sang dari belakang.

"Hentikan", pinta Eun Sang terisak.


 "Cha Eun Sang. Aku tidak bisa melepaskanmu. Apa yang harus aku lakukan?".

Tangis Eun Sang semakin deras. Ia menguatkan hatinya. Lalu melepaskan diri dari pelukan Kim Tan, dan pergi dengan kesedihan mendalam.

Kim Tan yang membeku ditempatnya. Merasakan kesedihan yang terasa amat menyakitkan.

Dirumah, Ny. Han terkejut mendengar perkataan presdir Kim, "Barusan kau bilang apa?".

"Aku bilang, kemana darah itu pergi?. Darah panas dari lobby resepsionis!. Yang memiliki keberanian untuk sampai pada puncak ke kantor presdir", caci presdir Kim.

(Dengan kata lain, presdir Kim menyalahkan Ny. Han. Kim Tan bertindak seperti itu karena menurun dari ibunya).

Ny. Han tidak percaya teganya presdir Kim berkata seperti itu. Suara presdir Kim meninggi, "Kenapa tidak. Ibu dan anak tidak menghargai kehidupan mewah mereka!. Kau menjalani kehidupan yang orang lain bahkan tidak bisa bayangkan. Kenapa kau tidak bisa melepaskan satu hal saja?".

"Kau yang memintaku datang. Kau bilang aku boleh datang. Kau bilang padaku bahwa kantormu berada di lantai yang paling atas", ucap Ny. Han terluka.

Presdir Kim berkata itulah sebabnya ia harus melalui semua ini, "Aku telah tersihir oleh  kilauan berlian murahan. Yang sudah menghancurkan seluruh keluargaku".

"Presdir".

"Pastikan kau memberitahu Tan. Saat dia tidak yakin apa yang harus di pilih, dia harus memilih apa yang paling mahal. Jangan memilih permata berkilau yang murahan seperti yang ayahnya lakukan. Katakan padanya untuk sadar".

Ny. Han menangis, hati wanita mana yang tidak terluka menerima penghinaan seperti ini. Kesalahan ini tidak seharusnya ditimpakan pada Ny. Han seorang.

"Kau pengecut", ucap Ny. Han terisak. "Bagimu, aku ini apa?".

"Aku sudah mengatakannya padamu. Untuk apa kau bertanya lagi?", ucap presdir Kim angkuh.

Ny. Han menangis sedih. Perasaaanya hancur, mengetahui arti dirinya di mata presdir Kim, yang ternyata tak lebih dari perhiasan murahan.


Dikamar, Ny. Han terus menangis. Ia memandang wajahnya dicermin yang tampak menyedihkan. Satu demi satu, Ny. Han melepas seluruh perhiasaannya yang tampak berkilauan.


Rachel pergi ke butik untuk membatalkan pesanan gaun pengantin untuk Esther, sekaligus gaun untuk dirinya. Pada karyawan butik, Rachel berkata pernikahannya dibatalkan, jadi ia juga ingin membatalkan pesanan gaun tersebut. 

Tak lama, Young Do juga datang dan membatalkan pesanan jas atas nama dirinya dan ayahnya, dengan alasan yang sama seperti Rachel.


Young Do duduk di dekat Rachel. Mereka terlihat lebih santai. Young Do berkata, "Pernikahan dibatalkan dan pertunanganmu juga dibatalkan. Dan aku kehilangan adikku yang seksi. Itu melukai hatiku".

"Jangan khawatir. Aku akan tetap seksi jadi kau takkan merasa terlalu sedih", ucap Rachel.

Young Do tersenyum, satu-satunya yang ia suka dalam pernikahan ini adalah memiliki adik yang seksi seperti Rachel. Rachel mengajak Young Do merayakan hari ini dan makan bersama, ia tahu tempat sushi yang seksi (enak).

"Jangan menggodaku. Kau bukan adikku lagi. Kau takkan pernah tahu apa yang akan kulakukan", ujar Young Do membuat Rachel tersenyum.

Young Do berkata lain kali mereka akan merayakannya, karena hari ini ia harus pergi ke suatu tempat. Rachel ingin tahu Young Do mau kemana. Young Do tak menjawab, hanya melirik Rachel.

Kemana Young Do pergi?. Kemana lagi kalau bukan pergi ke kedai tteokbokki. Disana ia memandangi tulisan Eun Sang, yang janji akan makan mie bersamanya. Young Do menunduk dan tersenyum tipis.
Tiba-tiba, mata Young Do mata Young Do menangkap sesuatu. Perlahan matanya bergerak menelusuri dinding.

Dibagian bawah ada tulisan yang baru kali ini ia lihat. "Bagaimana kabarmu, Young Do-ah', bunyi tulisan itu yang ternyata adalah tulisan ibunya. 


Young Do terpaku menatap tulisan itu dengan air mata mengenang di pelupuk matanya.




Kim Won dan Hyun Joo berbaring bersama di ranjang. Kim Won memainkan kalung wishbone yang dipakai Hyun Joo (kalung pemberian Kim Won sepulang dari amerika, menurut penjual kalung itu bisa mengabulkan permohonan). Kim Won bertanya apa Hyun Joo belum memiliki permohonanan.

Hyun Joo bertanya apa Kim Won bisa membuat keinginannya menjadi kenyataan. Kim Won minta Hyun Joo mengatakannya, ia akan membuatnya jadi kenyataan.

"Kau tidak akan bisa", ujar Hyun Joo

"Apakah harapanmu itu adalah pernikahan?", tanya Kim Won. Hyun Joo menjawab pernikahan bukanlah hal yang bisa dinggap sepele. Kim Won tersenyum tipis.

Hyun Joo bertanya apa Kim Won merasa bersalah telah pergi ke kencan buta. Kim Won bertanya, kenapa Hyun Joo tidak menanyakan siapa nama gadis itu, berapa umurnya, apa dia cantik atau tidak.

Hyung Joo tak peduli soal itu. Kim Won tersenyum dan membelai rambut Hyun Joo, "Jadi Kau tahu itu". Tapi Hyun Joo ingin tahu dari keluarga mana gadis itu berasal.

Wajah Kim Won tampak murung, "Jika aku melakukan apa yang Tan lakukan. Apakah menurutmu, ini tidak akan terjadi pada kita?".

"Apa yang Tan lakukan?".

"Dia melakukan semuanya. Dia jatuh dan hancur. Dia kacau".



 "Oppa tak boleh melakukannya", ujar Hyun Joo. Kim Won bertanya kenapa?.

"Oppa memimpikan tempat tertinggi di dunia ini. Tapi Tan bermimpi bahwa Eun Sang adalah dunianya. Aku tidak akan menghalangi jalanmu. Sebaliknya, aku akan terus menyemangatimu. Capai apa yang Oppa inginkan", ujar Hyun Joo penuh pengertian.

"Aku sedang menuju kesana. Bertahanlah sebentar", Kim Won membelai lembut pipi Hyun Joo.



Sembari menunggui toko buku tempatnya bekerja, Eun Sang membaca petikan kisah dari sebuah novel Wonder Boy karya Yoon Yeon Soo.

"Saat kita bergandengan tangan di tengah-tengah kerumunan orang banyak kita menggunakan tulang, otot, dan pembuluh darah kita agar peganang kita tidak terlepas. Itulah semua yang kutahu soal cinta. Selain itu ada apa lagi dalam cinta?. Kecuali fakta, bahwa aku tidak bisa melepaskan tangan itu".

Eun Sang menyalin tulisan itu dan menempelkannya di jendela toko. Ia teringat saat berpegangan tangan dengan Kim Tan di ruang tengah.

Hari itu juga, Eun Sang mendapat kunjungan tak terduga. Kim Won datang menemui Eun Sang di toko buku. Ia sedikit takut melihat Kim Won.



Kemudian, mereka berdua bicara di cafe. Kim Won menebak Kim Won pasti sudah datang kesini, apa Eun Sang bertemu dengannya. Kim Tan bilang padanya, akan datang menemui Eun Sang.

"Jika kau sudah bertemu dengannya, kau pasti tahu dalam keadaan kacau sekarang. Tidakkah menurutmu itu salahmu?. Kurasa sebagian besar memang salahmu. Bagaimana menurutmu?", tanya Kim Won.

Eun Sang diam ditanyai seperti itu. Kim Won bertanya lagi, apa Eun Sang tidak akan kembali kesekolah, "Bagaimana dengan Tan?. Kau tidak merindukannya?. Kau menahan diri atau kau memang sudah melupakannya?".

Eun Sang masih diam, hanya memandang Kim Won. Kim Won minta Eun Sang mengatakan sesuatu, agar ia bisa mengatakan apa yang harus ia katakan pada Eun Sang.

"Aku tidak akan menemuinya. Aku tidak akan pernah menemuimnya. Aku akan melupakannya! Aku akan mencoba melupakannya!", jawab Eun Sang menguatkan diri, "Apa yang mau kau katakan padaku?. Aku tidak punya banyak waktu".

"Kapan kau mau kembali dan mengembalikan semua seperti semula?", tanya Kim Won membuat Eun Sang bingung.

Kim Won berkata, Eun Sang berada di sini karena kesalahan ayahnya. Ia dan Tan tahu betul soal itu. Jadi Eun Sang berhak menuntut apapun yang Eun Sang inginkan. Tujuan Kim Won datang kesini untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan, "Jadi apa yang akan engkau lakukan", tanya Kim Won kemudian.

Eun Sang bingung mau menjawab apa.

"Saat kau merasa sulit membuat keputusan, jangan melihat terlalu jauh kedepan. Pikirkan saja hari esok. Pikirkan saja tentang apa yang ingin kau lakukan besok. Dan itu akan memberikan jawaban yang berbeda. Jika kau memerlukan alasan untuk kembali pada Tan....Bagaimana dengan ujian akhir?. Terkadang menemukan alasan dapat membantumu saat kau tidak mempunyai keberanian", ujar Kim Won.

Eun Sang berpikir. Ucapan Kim Won seakan memberinya harapan baru. Just follow your heart, Eun Sang.



Kim Tan duduk melamun di gudang wine dengan wajah sedih. Kim Won datang menemui Kim Tan. Ia berkata bukankah Kim Tan pernah bilang akan melakukan apapun yang ia katakan.

 Kim Tan mengiyakan, "Aku akan pergi ke Amerika. Kapan aku berangkat?".


Kim Won melihat wajah Kim Tan yang pucat dan tidak bersemangat. Ia pun berkata, "Hal pertama yang aku ingin kau lakukan adalah berusahalah saat ujian akhir. Pergilah ke sekolah. Jika kali ini kau dapat peringkat terkahir......".

Kim Won menghela napas panjang dan menghentikan ucapannya. Lalu berjalan menuju deretan anggurnya dan mengambil sepucuk surat yang diselip diantara botol-botol. Ia mengulurkan surat itu pada Kim Tan.



"Ini surat dari gadis itu. Aku berkata padanya kalau anggur ini punyaku. Dia pasti sengaja meninggalkan surat ini agar aku berikan padamu saat dia pergi. Aku menemukan ini beberapa hari yang lalu. Tadinya aku tidak mau kuberi. Untuk apa?. Tapi kalau ini bisa jadi alasan kau bisa tetap hidup ...Maka hiduplah ...Kau memintaku menyelamatkanmu".

Kim Tan memandangi surat itu dan menerimanya. Kim Won pergi.



Saat Kim Tan membaca surat itu, waktu seakan berputar membawa Eun Sang kembali ke ruang anggur. Duduk tak jauh dari Kim Tan dan menangis saat menulis surat perpisahan.



"Dear Kim Tan, Dua musim telah berlalu. Musim panas dimana kita bertemu terlihat jauh seperti sebuah mimpi. Tempat itu terlalu panas pada siang hari dan terlalu dingin pada malam hari. Dan aku menyukaimu". 

"Kita begitu dibutakan oleh cinta. Hubungan kita terlalu panas dan dingin. Mampukah aku melupakan semua itu?. Maafkan aku karena harus melarikan diri seperti ini. Aku minta maaf karena aku berbohong bahwa aku akan menunggumu dirumah".
"Kau adalah satu-satunya hal yang baik yang pernah terjadi dalam hidupku, Kim Tan.  Sekarang aku benar-benar akan menghilang seperti mimpi semalam. Senang bertemu denganmu dalam mimpi itu, Kim Tan". 
Kim Tan semakin sedih setelah membaca surat itu.

Sementara itu dirumahnya, Eun Sang memandangi seragam Jeguk. Memikirkan perkataan Kim Won. Ia ingat saat melihat wajah sedih Kim Tan di kebun almond (amerika). Ia juga ingat Kim Tan yang menangis di depan cafe tempatnya bekerja. Dan Eun Sang juga ingat saat Kim Tan berjalan mengikutinya dari belakang. Keputusan apa yang akan Eun Sang ambil?. 




Eun Sang menemukan keberanian dan memakai seragam Jeguknya, lalu pergi ke sekolah. Yey...
Disekolah, Kim Tan duduk sendiri di bangku taman. Dikupingnya terpasang earphone, seperti orang yang mendengarkan musik. Tapi pastinya tidak seperti itu, karena ia hanya duduk melamun dengan pandangan kosong. 

Seseorang menghampiri Kim Tan dan duduk disampingnya. Kim Tan menoleh dan terpaku ketika melihat orang yang duduk di sampingnya adalah Eun Sang. Ia hanya diam tanpa melepaskan pandangannya dari Eun Sang, seakan tak mempercayai penglihatannya sendiri. Hingga Eun Sang tersenyum dan memecah keheningan. 

"Halo, Kim Tan". 

Tanpa mengalihkan pandangannya, Kim Tan melepas earphone. Eun Sang bertanya apa Kim Tan sudah belajar, "Aku tidak bisa belajar. Aku sangat khawatir". 

"Apakah ini benar-benar..kau?", tanya Kim Tan tidak percaya. 

"Aku ingin bertanya padamu saat terkahir kali kita bertemu. Kenapa dengan wajahmu?. Apa yang terjadi padamu, bodoh?', tanya Eun Sang khawatir. 

"Kau meninggalkanku", jawab Kim Tan sedih. 

Eun Sang tersenyum dan berkata, "Sekarang aku sudah kembali. Aku tidak akan lari lagi. Pertama, aku akan mengikuti ujian akhir (semester). Setelah itu, aku akan mencari alasan lain. Dan aku akan tinggal di sini. Di sisimu". 

Kim Tan menarik Eun Sang dalam pelukannya. Memeluknya erat. Eun Sang tersenyum membalas pelukan Kim Tan. Tampak kelegaan di wajah keduanya. Seakan beban yang selama ini menghimpit telah lepas dari hati mereka. Dan ini kenyataan, bukan mimpi. :p

Young Do terkejut mendengar anak-anak yang membicarakan tentang kabar Eun Sang kembali ke sekolah. Tepat saat itu, Eun Sang muncul didepannya. Eun Sang jalan menghampiri Young Do dan menyapa. Tapi Young Do yang terlihat marah berlalu begitu saja meninggalkan Eun Sang. 

Mungkin Young Do bersikap seperti itu, karena dia mengetahuid apa alasan Eun Sang kembali ke sekolah.

Bo Na dan Chan Young berdiri terkejut melihat kemunculan Eun Sang di ruang penyiaran. Eun Sang berkelekar, "Kalian hanya berdua di sini karena aku tidak ada. Apakah aku datang di saat yang tidak tepat?. Apakah kalian ingin berciuman?". 

"Hey, kau", seru Chan Young

"Hei, kau gila", protes Bo Na, "Klub jurnalistik berantakan karena kau! Apa yang akan kau lakukan?. Ke sini kau!". 

Bo Na memeluk Eun Sang erat-erat, cukup lama. (Bo Na cute...). Eun Sang tersenyum geli dan membalas pelukan Bo Na. Chan Young tanya apa yang terjadi, pergi kemana saja Eun Sang selama ini. Eun Sang bahkan mengganti nomor ponselnya. 

"Kau pasti merindukanku", ujar Eun Sang. 

Bo Na melepas pelukannya, "Rindu apanya! Kami harus memilih direktur program baru tanpamu. Kau pikir anak-anak di sini tidak ingin bergabung dengan klub jurnalistik?. Jadi jangan pergi ke mana pun lagi. Mengerti?".


Eun Sang minta maaf karena tidak memberi kabar. Eun Sang juga menyampaikan alasan-nya tidak bisa menelpon ayah Chan Young, dikarenakan sibuk. Chan Young lalu tanya, apa Eun Sang sekarang baik-baik saja, "Apakah kau sudah mengurus semuanya?". 

"Tidak terlalu baik,  dan masih banyak hal yang harus aku urus. Tapi sekarang, aku sudah kembali. Aku juga sangat merindukan kalian", jabar Eun Sang. 

Apapun yang terjadi, Chan Young minta Eun Sang memberitahunya jika terjadi sesuatu. Chan Young mengeluarkan ponselnya, minta Eun Sang memberikan nomor ponselnya yang baru. Buru-buru Bo Na menghalangi. 

"Tidak, berikan padaku lebih dulu. Aku akan mennyimpannya dan memberitahu Chan Young.". Bo Na menyodorkan ponselnya. Eun Sang menurut memberikan nomor ponselnya yang baru. 

Setelah selesai, ia mengembalikan ponsel Bo Na. Saat Bo Na sibuk mengotak-atik ponselnya, Chan Young berusaha mengintip. Dengan gaya cute-nya, Bo Na minta Chan Young bersikap baik padanya, kalau tidak ia tidak akan memberitahukan nomor ponsel Eun Sang. 

Chan Young pun menurut, "Baik, bu!". Eun Sang tertawa geli melihat pasangan cute itu...
Hyun Joo membagikan kertas ujian. Disaat siswa lain sibuk mengisi kertas jawaban, Kim Tan hanya diam memandangi lembar ujian di depannya. Ujian kali ini, Myung Soo duduk di depan Kim Tan. 

Myung Soo sibuk melingungi kertas ujiannya, takut di contek Kim Tan...hahahaha...dulu juga siapa yang suka nyontek...

Seperti biasa, Rachel serius mengerjakan soal ujian. Sesaat, ia melirik Kim Tan. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Kim Tan mengerjakan soal dengan serius... (Go..go urri tanny).

Young Do seperti tidak mempunyai niat mengerjakan ujian. Seperti ujian sebelumnya, ia hanya memandangi Eun Sang dari belakang, yang tampak begitu serius mengerjakan soal. Akhirnya Young Do meraih pulpen, mulai mengisi lembar jawaban. Kali ini serius, tidak asal jawab seperti ujian sebelumnya. 

Selesai ujian. Kim Tan dan Young Do jalan berpapasan di koridor sekolah. Keduanya hanya melewati dengan dingin. Seperti tidak saling mengenal.  

Young Do menemui Eun Sang yang sedang belajar di ruang penyiaran. Eun Sang terkejut. Young Do bertanya Eun Sang mau jalan keluar sendiri atau harus ia seret. Eun Sang tentu saja bingung, "Apa terjadi sesuatu?". 

"Sekarang aku jadi mengerti perasaan lintah darat. Harusnya hutang itu dibayar sebelum ditagih. Apa aku harus menagihnya dengan pemaksaan?. Ayo, pergi makan mie",

Seperti permintaan Young Do, Eun Sang menemaninya makan mie. Young Do melahap mie dengan lahap, Eun Sang hanya diam melihat Young Do makan.

"Apa kau tidak makan?", tanya Young Do tanpa memandang wajah Eun Sang, tapi sadar tengah di perhatikan.

"Oh, ya. Makan".
Sembari mengaduk-aduk mienya, Young Do bertanya alasan Eun Sang datang kesekolah. Eun Sang menjawab karena ia ingin mengikuti ujian akhir semester. Young Do bertanya apa alasan lain-nya. 

"Aku ingin kembali", jawab Eun Sang. 

"Apa kau harus memilih jalan ini?", tanya Young Do kecewa. 

"Aku ingin mencobanya", jawab Eun Sang memberanikan diri.

Young Do meletakan sumpitnya, berhenti makan dan berkata, "Jangan sampai terluka saat kau bertarung dengan Presdir Kim. Kau bisa saja jatuh hancur jika serangannya terlalu keras. Maka aku bisa bilang, 'Baguslah !' 'Sudah kutebak ini akan terjadi.'", Young Do berusaha bercanda. 

Eun Sang tersenyum mengerti. Young Do mengucapkan terima kasih atas traktiran mienya. Dengan nada berat, ia mengatakan, "Selamat tinggal. Aku tidak akan menemuimu lagi. Sekarang aku sudah membuangmu". 

"Kau dan aku, tidak bisakah kita berteman?", tanya Eun Sang. 

"Sudah kubilang, aku tidak bisa menganggap kau sebagai teman. Dari awal aku menganggapmu seorang wanita. Sekarangpun masih begitu. Dan dimasa depan....Kau adalah cinta petamaku. Kita tidak perlu menyapa saat berpapasan. Tidak perlu saling berhubungan. Bahkan jika waktu sudah berlalu, jangan lihat ke belakang dan membicarakannya layaknya bernostalgia tentang masa lalu. Ini kau yang traktir. Terima kasih". 

Young Do beranjak pergi dengan perasaan patah hati. Langkahnya terasa berat mengucapkan selamat tinggal. Eun Sang menyusul keluar, memandangi punggung Young Do yang menjauh. 

Sebelum tidur, Bo Na menyempatkan diri melalukan perengangan tubuh. Sembari mengirim sms pada Eun Sang. Dengan nada kesal, Bo Na bertanya kenapa Eun Sang belum datang kerumahnya, dilengkapi emotion marah. (Bo Na mengajak Eun Sang menginap dirumahnya). 

Ponsel Bo Na berdenting, menerima pesan masuk. 

"Aku tidak bisa datang malam ini. Aku akan menginap di tempat lain malam ini. Sampai jumpa besok", balas Eun Sang. 

"Heol", seru Bo Na kesal. 

Dimana Eun Sang sekarang ini?. Berdua bersama Kim Tan di studio Myung Soo. (cie..cie... ^-^) Eun Sang sedikit canggung, karena Kim Tan terus memandanginya sejak tadi dengan mengulum senyum. (OMG...tatapan Kim Tan itu, bikin meleleh..). 

"Kau bertemu dengan siapa?", tanya Kim Tan

"Seorang teman yang tidak mau jadi temanku", jawab Eun Sang. 

Kim Tan tahu siapa yang dimaksud Eun Sang, ia bertanya apa Eun Sang memberitahu Bo Na kalau mereka bersama saat ini. Eun Sang menjawab kurang lebih begitu. 

"Kau sangat penurut hari ini", ujar Kim Tan

"Aku takut kau akan pergi", kata Eun Sang (Wah... itu perkataan yang pernah Eun Sang ucapkan saat di Amerika). 

Kim Tan memandang Eun Sang lebih dalam. Eun Sang berkata tak punya tempat lain untuk menginap. Itulah alasannya sekarang, "Kau juga, berikan alasan. Alasan untuk bersama denganku". 

"Aku menyukaimu", kata Kim Tan, Eun Sang sedikit kecewa, "Itu... alasanmu?". 

"Aku merindukanmu", tambah Kim Tan. 

"Alasan lainnya?". 

Kim Tan terdiam sesaat, menarik napas dalam. Mengalihkan pandangannya dari Eun Sang, lalu berkata,

"Rasanya aku seperti mau mati. Mulai sekarang aku tidak bisa tersenyum. Tidak ingin menjalani hidup dengan baik.  Aku akan menjadi orang yang paling tidak bahagia di dunia ini. Aku tidak akan jatuh cinta lagi pada seseorang. Aku akan mengejek orang-orang yang berbicara tentang 'seseorang'. Aku mengatakan ini pada diriku sendiri". 
Mata Eun Sang berkaca-kaca mendengar curahan hati Kim Tan. Kim Tan menopangkan tangan, memandang Eun Sang. 

"Jadi..jangan pernah meninggalkan aku lagi, Cha Eun Sang. Mengerti?". 

Eun Sang tersenyum dan mengangguk. Ia meraih tangan Kim Tan dan menggenggamnya erat. Kedua tangan itu kembali bertautan. Saling memandang satu sama lain dengan senyum bahagia menghiasi wajah mereka. Akhirnya, Eun Sang mengembalikan senyum Kim Tan. ^-^
Keesokan harinya, Kim Tan dan Eun Sang pergi sekolah dengan bergandengan tangan. Sembari meminum susu kedelai sebagai sarapan mereka. Kim Tan tak habis pikir, bagaimana Eun Sang bisa belajar sepanjang malam. Eun Sang berkata akan terasa aneh jika mereka melakukan hal lain disaat ujian akhir. 

"Coba pikirkan hal lain. Mari kita lihat bagaimana hasil ujianmu nanti", tantang Kim Tan. 

"Kau pikir aku takkan melihat nilaimu?", balas Eun Sang

"Kau jangan terkejut nanti", kata Kim Tan, Eun Sang mengangkat bahu, seolah berkata "lihat aja nanti". 

Eun Sang merasa tidak enak karena menginap di studio Myung Soo tanpa membayar. Sementara Kim Tan berpikiran berbeda, hal yang membuat ia merasa kesal sekarang ini adalah karena ia masih dibawah umur (belum dewasa).

Eun Sang binggung, apa maksudnya. Kim Tan berkata itu bisa berarti banyak hal. Eun Sang tak mengerti apa jeleknya belum dewasa. 

"Karena cinta anak yang belum dewasa terkesan cuma main-main", jelas Kim Tan. Eun Sang berkata tidak ada pilihan bertumbuh terus menjadi dewasa. 

"Tidak mau dengar alasan lain?", tanya Kim Tan seakan menggoda. 

"Tidak", jawab Eun Sang cepat dengan nada rada kesal. Lalu tersenyum, menyuruh Kim Tan mengangkat telponnya yang berdering.
Kim Tan tersenyum dan menjawab ponselnya, "Ya. Ibu". 

Ny. Han bertanya tidur dimana Kim Tan semalam, "Ibu sangat mencemaskanmu". Sembari menelpon, Ny. Han tengah mengamasi barang-barangnya (Ny. Han mau kemana???).

Kim Tan mengaku tidur di studio Myung Soo, ia heran ibunya sudah bangun sepagi ini. Dengan wajah sedih Ny. Han bertanya jam berapa Kim Tan pulang kerumah, "Ibu mungkin tidak ada dirumah...". 

"Tidak apa-apa", ucap Ny. Han kemudian, "Baiklah. Berjuanglah untuk ujianmu. Dah", Ny. Han menutup telepon. 

Wajah Ny. Han sedih saat mengelus fotonya bersama Kim Tan kecil, lalu ia memasukan kembali foto itu ke dalam koper. Ny. Han menghela napas, menguatkan hatinya. Lalu menemui presdir Kim di ruang kerja. 

"Apa?. Apa yang kau katakan?", tanya presdir Kim terkejut. 

"Sebaiknya Kkita berpisah saja. Kita berpisah saja, Oppa", pinta Ny. Han

Presdir Kim menganggap Ny. Han sedang bercanda, mengira Ny. Han mabuk karena minum alkohol pagi-pagi begini. 

"Sebagai balasan karena telah menyakiti hati istrimu, masa mudaku tidaklah hebat juga. Sekarang, aku ingin melihat langit yang sebenarnya. Jadi, ayo akhiri saja". 

"Aku mengerti kalau apa yang sudah aku katakan menyakiti perasaaanmu. Tapi kau melakukannya saat Tan masih di sini?. Mengakhiri apa?". 

Ny. Han berkata saat ia memikirkan masa depan Tan, ia ingin putranya tetap tinggal disini menjadi bagian dari Jeguk. Tapi jika Tan tidak menginginkannya (menjadi bagian jeguk). Ny. Han akan mendukung keputusan Kim Tan. 

Presdir Kim marah, "Kata siapa?. Siapa yang memberimu hak?".

Ny. Han sadar tidak mempunyai hak, karena itu ia mengajak putus. Mereka tidak perlu menulis sesuatu diatas kerta (surat cerai), dan ia juga tidak mempunyai tabungan tersembunyi. Semuanya selesai, saat ia melangkah kaki keluar dari rumah ini. 

"Selamat tinggal presdir. Meskipun kita tidak mempunyai awal yang bersih. Aku mencintaimu", ucap Ny. Han tulus mencoba menahan tangisnya. 

Presdir Kim terkejut dengan keputusan Ny. Han. Lidahnya seakan kelu, tidak bisa berkata apa-apa. 

Presdir Kim mengantar Ny. Han sampai di pintu. Disana juga ada Spy Jung berdiri di tengah mereka. Untuk terakhir kalinya, pandangan Ny. Han mengitari sekeliling rumah dengan sedih. Ia baru menyadari tidak mempunyai foto bersama dengan presdir Kim.

Presdir Kim memalingkan wajahnya dengan angkuh. Ny. Han berkata akan memberitahu Kim Tan mengenai kepergiannya, ia yakin putranya itu akan mengerti.

"Mengerti apa?. Aku saja tidak mengerti", ucap presdir Kim (Ya, iyalah. Pola pikirnya menilai sesuatu hanya berdasarkan uang, untung rugi dan kekayaan. Tak akan mengerti bagaiman rasanya sakit hati). 

Presdir Kim menyuruh Spy Jung mengantar Ny. Han ke bandara. Ny. Han tentu saja kaget, "Bandara?. Kenapa aku harus ke bandara?. Aku cuma ingin pergi dari rumah ini!". 

Presdir Kim berkata, Ny. Han bisa datang kembali kerumah ini, kapanpun Ny. Han mau. Tapi ceritanya akan berbeda jika Ny. Han ingin pergi.

"Pergilah ke Amerika. Tinggallah di sana dan lihatlah langit Amerika sampai kau merasa lebih baik. Pergilah berbelanja sebanyak yang kau inginkan".

Ny. Han protes, "Aku bahkan tidak bisa bahasa inggris, untuk apa pergi ke Amerika?. Aku bahkan tidak bisa putus denganmu saat aku menginginkannya?". 

Presdir Kim menyuruh Ny. Han jangan menghubungi Kim Tan. Anak itu bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Jangan membuat mengkacaukan Tan, dan pergilah ke bandara dengan tenang. 

"Aku memberitahumu agar setidaknya kau bisa menjadi Ibu yang baik. Ass. Jung kawal dia", presdir Kim berbalik menuju ruang kerja.

Ia bahkan tak peduli saat Ny. Han memanggil-manggil namanya, mengajukan keberatan atas keputusan sepihak presdir Kim.

"Presdir...Presdsir....Hei. Kim Nam Yoon!", teriak Ny. Han kesal.

Sopir memasukan koper-koper di dalam bagasi. Ny. Han berdiri gelisah. Suatu keberuntungan, disaat perhatian Spy Jung teralih kerena sibuk menelpon.

Secara kebetulan sebuah taksi melintas di depah rumah. Tanpa pikir panjang, Ny. Han langsung lari menyetop taksi itu dan masuk ke dalam. 

Ny. Han sangat cemas dan minta sopir mempercepat laju taksi, karena Spy Jung mengikuti di belakang. 

Ny. Han berdiri di depan sekolah Jeguk dengan gelisah, sembari sibuk menghubungi ponsel Kim Tan. Sebuah mobil berhenti di belakangnya. Ny. Han tidak berani menoleh, takut jika itu adalah Spy Jung. 

Tapi yang keluar bukan Spy Jung, melainkan Young Do. Young Do membungkuk hormat mengucapkan salam. 

"Kau Young Do, kan?", tanya Ny. Han. 

"Ya", jawab Young Do merasa tidak enak, "Sedang apa anda disini?. Maafkan aku soal waktu itu....". 

"Young Do-ah", potong Ny. Han cepat, "Apa kau melihat Tan?. Ahjuma sedang terdesak sekarang. Bisakah kau mencari Tan?. Ini penting. Dia tidak menjawab ponselnya". 

"Anda mau pergi ke suatu tempat??", tanya Young Do terkejut.

Ny. Han berkata ia tidak mempunyai banyak waktu, ia tidak bisa masuk ke dalam sekolah  karena ada Ny. Ji Song, "Bisa tolong carikan, Tan?". 

Young Do berpikir cepat, ia membuka pintu mobilnya dan minta Ny. Han menunggu di dalam mobil. Tetaplah didalam mobil apapun yang terjadi. 

Young Do segera berlari masuk ke dalam sekolah, mencari Kim Tan. Kejadian 3 tahun lalu terulang kembali. Dulu, Kim Tan yang berlari mencari Young Do. Tapi Young Do tidak mau mengikuti Kim Tan, sekarang apakah Kim Tan juga melakukan hal yang sama seperti Young Do dulu?. 

Young Do akhirnya bertemu Kim Tan, "Tan. Sekarang Ibumu ada di depan sekolah. Pergilah!. Cepatlah pergi!". 

Kim Tan tertegun sejenak, akhirnya ia tahu apa maksud Young Do. Kim Tan bergegas, berlari menuju gerbang sekolah. Young Do ikut berlari mengikuti di belakang.

Begitu tiba di halaman sekolah, Ny. Han memanggil Kim Tan dari dalam mobil. Young Do membuka pintu mobil, Kim Tan mengucapkan terima kasih pada Young Do. Lalu mereka pun pergi. 

Sedetik kemudian, Spy Jung datang ke sekolah. Tapi mereka tidak menemukan siapa-siapa. Young Do bersikap biasa, seakan tidak ada yang terjadi. 

Kejadian ini membuat ingatan Young Do kembali ke 3 tahun yang lalu. Ia membayangkan ibunya berdiri didepan sekolah, sama seperti yang dilakukan Ny. Han tadi. Dalam bayangan Young Do, ia melihat ibunya dengan cemas bertanya pada setiap anak yang lewat, apakah mereka melihat Young Do. Tapi tidak ada satupun yang membantu dan bersikap tidak peduli. 

Young Do berjalan menuju kedai tteokbokki. Ia duduk di dekat dinding tulisan ibunya. 

"Bagaimana kabarmu, Young Do-ah?"

"Tidak baik", jawab Young Do dibawah tulisan ibunya.

"Kabarku tidak baik", sambung Young Do kemudian melaju diatas motornya.

Kim Tan dan ibunya berada di parkiran bawah tanah. Ia sedang menelpon sopir untuk segera datang. Usai menenutup telpon, Ny. Han bertanya apa ada yang mau datang. Kim Tan menjawab mobilku (mobil pemberian Kim Won). 

Ia lalu tanya apa Ny. Han benar-benar berpisah dengan ayahnya. Ny. Han membenarkan, tapi ia menekankan tidak ada yang berubah pada Kim Tan. Tan tetap anaknya dan anak presdir Kim. 

"Benarkah begitu?  Kalau begitu, kenapa ibu melarikan diri?. Kenapa para boduguard tadi mengejar ibu?", Kim Tan menuntut penjelasan. 

"Ayahmu mencoba menghentikan Ibu. Tapi sekarang, Ibu tidak mencintai Ayahmu lagi. Begitu juga dengan Ayahmu. Karena itu kami berpisah". 

Kim Tan tidak percaya, dan minta ibunya berhenti berbohong. Apa semua wanita di kejar bodyguard saat mereka berpisah, "Ibu melarikan diri tanpa membawa koper. Apa semua laki-laki mengejar pacar mereka dengan bodyguard?. Apa yang sudah ayah lakukan pada ibu?".

"Bukan begitu", Ny. Han berusaha meyakinkan Kim Tan. 

Mobil Kim Tan datang, ia segera menuntun ibunya masuk ke dalam mobil. Kim Tan minta ibunya tinggal dulu disuatu tempat, dan hubungi ia, begitu Ny. Han sampai disana. Tapi Ny. Han tampak bingung, enggan masuk ke dalam mobil. 
Melihat wajah ibunya yang binggung seperti itu, Kim Tan pun bisa menebak ibunya pergi meninggalkan rumah tanpa mempunyai tempat tujuan. Dengan wajah memelas, Ny. Han berkata tidak menyangka akan menjadi seperti ini. 

Kim Tan menghela napas dan menyarankan ibunya untuk sementar ini pergi ke hotel Young Do. Ia akan menghubungi ibunya nanti lalu pergi. Ny. Han bertanya kau mau kemana. Tapi Kim Tan terus pergi tanpa menjawab pertanyaan ibunya. 

Kim Tan menemui ayahnya, ia mengaku sudah bertemu dengan Ny. Han, "Aku sudah pernah bilang. Ibu itu wanitanya Ayah. Ayah seharusnya bertanggung jawab padanya!. Tapi, Ayah malah mencampakknya".
"Mencampakan siapa?. Aku hanya menyuruhnya untuk mencari udara segar. Apa yang salah dengan itu?", ucap presdir Kim berkelit.

"Itu namanya mencampakkan, ayah. Aku akan bertanggung jawab atas ibu mulai sekarang". 

Presdir Kim berkata tidak akan tahan lagi dengan semua rengekan Kim Tan. Ia meremehkan dengan cara apa Kim Tan bertanggung jawab atas Ny. Han. 

"Dengan cara meninggalkan ayah. Aku akan meninggalkan rumah ini. Mulai sekarang, aku akan hidup sebagai bagian dari keluarga Ibu. Aku tidak membutuhkan ijin Ayah. Semua hal yang membuatku bahagia, adalah hal - hal yang  tak pernah Ayah ijinkan. Meskipun begitu, terima kasih sudah memberiku kehidupan, ayah". 

Kim Tan membungkuk hormat, memandang presdir Kim sedih. Presdir Kim terdiam. Semua orang kini pergi meninggalkannya.
Di hari lain, Ny. Ji Sook menemani presdir Kim dirumah sakit. Ia berkata presdir Kim sudah berpura-pura sakit. Tapi baik Kim Tan, Kim Won dan wanita yang telah hidup selama 10 tahun dengan presdir Kim. Tidak dari satupun dari mereka yang datang menjenguk, "Hanya aku yang kau miliki sekarang". 

"Sepertinya begitu", sahut presdir Kim. Ny. Ji Sook bertanya selanjutnya, apa yang akan presdir Kim lakukan.
"Apa lagi?. Jika hari ini mereka tidak datang, aku akan membuat mereka datang besok. Jika mereka tidak datang besok,  aku akan membuat mereka datang keesokan harinya.Kau uruslah ulang tahunnya Tan. Siapan seperti ulang tahun Won". 

Ny. Ji Sook keberatan seluruh dunia tahu kalau Tan adalah anak tidak sah dan presdir Kim ingin melakukan hal yang sama untuk Tan. Presdir Kim berkata, ia harus melakukannya karena seluruh dunia suda tahu, Tan adalah anak tidak sah. Presdir Kim memerintahkan agar pesta ulang tahun itu di buat pesta yang besar dan meriah.

Jelas sekali wajah tidak ikhlas tersirat di wajah Ny. Ji Sook, meski begitu mau tak mau ia harus mematuhi perintah presdir Kim. 

Kabar ulang tahun Tan, sudah sampai di telinga Kim Won. Untuk itu ia memanggil Tan keruangannya, bahkan menyuruhnya Tan duduk. Hm..kemajuan yang sangat pesat, biasanya Kim Won selalu tidak suka jika Kim Tan menampakan diri di perusahaan. 

Kim Won bertanya apa Tan sudah mendengar tentang ayah mereka yang masuk rumah sakit. Tan tentu saja tidak tahu dan kaget saat diberitahu, "Ayah dirawat dirumah sakit?. Kenapa?". 

"Sudahlah jika kau tak tahu. Kau tidak harus pergi,  jadi tak usah pergi. Dan jangan minta aku pergi bersamamu. Ini juga bagian dari kesepakatan", ujar Kim Won

(Mulai sekarang, Kim Tan harus menurut pada apa yang dikatakan Kim Won. Itu kesepakatan yang mereka buat). 

Kim Tan ingin tahu, apakah ayahnya masuk ke rumah sakit karena kesalahannya. Kim Won menegaskan itu bukan kesalahan Kim Tan. Kim Won juga mendengar tentang Ny. Han yang pergi dari rumah. Kim Tan mengiyakan. 

"Katakan pada ibumu, dia bisa tinggal di villa di Cheongdamdong", tawar Kim Won, "Ibumu membuat pilihan itu sebagian karena aku". 

Kim Tan tersentuh dan memandang Kim Won, "Hyung. Aku menyukaimu. Sebelum ibuku bisa masuk ke rumah itu, satu-satunya orang yang bisa aku andalkan diantara ayah dan ibu Jung adalah Hyung. Maafkan aku karena aku mengandalkanmu tanpa bertanya lebih dulu. Aku minta maaf untuk apa yang sudah aku katakan padamu". 

(Ny. Han tinggal bersama presdir Kim selama 10 tahun. Sementara umur Kim Tan 18 tahun. Itu berarti selama 8 tahun, Kim Tan tinggal dirumah itu lebih dulu, bersama presdir Kim, Kim Won dan Ny. Ji Sook). 

Kim Won merasa canggung, "Jangan minta maaf. Rasanya tidak nyaman". Kim Won menganti topik pembiaraan. Ia bertanya apa yang akan Kim Tan lakukan dengan pesta ulang tahun yang telah di siapkan oleh ayah mereka. Semua orang dikantor tengah membiarakan pesta itu. 

Kim Tan tak mengerti, "Apa maksudnya?". 

"Sepertinya Ayah sedang  mencoba menjinakkanmu. Ayah menyuruh kantor sekretaris menelpon semua wartawan dan pejabat tingkat tinggi", jelas Kim Won. 

Kim Tan tak habis pikir, ayahnya belum juga menyerah. Kim Won memberitahu, acaranya diadakan malam ini di Hotel Zeus, "Kau harus memilih. Jika kau tidak pergi, Ayah akan menjadi lelucon. Jika kau pergi...".

"Aku harus pergi", jawab Kim Tan cepat, "Aku akan pergi, kak. Kakak juga, harus datang". 

Kim Won tak berkomentar, yang berarti ia setuju dengan keputusan Kim Tan. Ia menyuruh Kim Tan pergi, karena ia sibuk. Kim Won kembali ke mejanya, dan Kim Tan jalan menuju pintu. 

"Selamat ulang tahun", ucap Kim Won tiba-tiba, menghentikan langkah Kim Tan. 

Kim Tan tentu saja terkejut, menerima ucapan selamat ulang tahun dari kakaknya yang dingin itu. Ia berbalik menatap Kim Won. Wajah Kim Won terlihat datar, tidak lagi dingin. Kim Tan tersenyum. 

Apakah ini tanda, Kim Won telah menerima adiknya???....

Kabar pesta ulang tahun Kim Tan cepat menyebar, begitu pula di sekolah. Dan saat ini Hyo Shin tengah memegang kartu undangan pesta ulang tahun Kim Tan. Ye Sol terburu-buru masuk keruangan penyiaran

"Lee Bo Na!. Aku baru saja dengar...".

"Ulang tahunnya Tan", sambar Bo Na cepat. Ye Sol heran Bo Na sudah mendengarnya. 

Bo Na menujukan ponselnya dan berkata baru saja mendapat telepon dari sekertaris Jeguk. Chan Young yang juga sedang memegang kartu undangan bertanya apa Hyo Shin akan datang. 

"Apa lagi yang bisa kulakukan saat ujian masuk kuliahku sudah selesai?. Aku akan menjadi perusak pesta", ucap Hyo Shin dengan gaya khasnya. 

"Hei, benar-benar!. Kau tidak boleh melakukannya. Kau tahu aku benci itu!. Kau mau mencium Yoo Rachel lagi?", tanya Bo Na tidak suka. 

Ye Sol pun bertanya apa Hyo Shin berkencan dengan Rachel. Hyo Shin pun langsung kikuk di buatnya. 

"Aku menentangnya. Aku menentangnya. Aku tak bisa membiarkan Yoo Rachel merebut orangku lagi!', ujar Bo Na sewot. (Apa ini karena Kim Tan putus dari Bo Na dan bertunangan dengan Rachel?). 

"Kau terdengar seperti punya pengalaman yang pahit". komentar Chan Young. 

Sadar bicara keceplosan, Bo Na pun pura-pura sibuk mengotak-atik ponselnya. Bertanya apakah Cha Eun Sang akan datang. Haruskah ia menelponnya. 

"Jangan berani-berani pergi ke pesta Tan. Aku akan mematahkan kakimu", ancam Chan Young. 

"Apa dia benar Yoon Chan Young?", tanya Hyo Shin. 

"Ya", jawab Bo Na menyanarkan kepalanya ke lengan Chan Young, "Bukankah dia sangat keren?". 

Hyo Shin tersenyum geli, seperti biasa Ye Sol hanya mendengus tak percaya. 

2 pria datang menjemput Eun Sang. Mereka berkata mendapat perintah untuk mengantar Eun Sang. Eun Sang heran, oleh siapa. 

Siapa?. dan kemana?. Ke tempat pangeran tampan berada. Kim Tan sedikit gelisah menunggu Eun Sang keluar ruang ganti. Tak lama pintu terbuka, Kim Tan berbalik dan terpesona melihat Eun Sang yang tampak cantik dengan gaun merahnya. 

Mulanya Eun Sang agak canggung, lalu ia tersenyum dan sedkit berlenggok. Kim Tan tersenyum dan menghampiri Eun Sang, "Kau cantik sekali".

"Bagus kalau kau tahu", jawab Eun Sang. 

Kim Tan berkata, ini sebagai ganti atas ongkos taksi yang pernah di bayarkan Eun Sang (saat Kim Tan diusir keluar rumah). 

"Aku masih belum bisa membayar 5 menit yang kubeli darimu", ucap Kim Tan. 

"Bayarlah hari ini. Hari ini, kita harus benar-benar berani. Kau bisa melakukannya?". 

Eun Sang mengangguk. Kim Tan mengulurkan tangan, "Ayo pergi". Eun Sang menyambut uluran tangan Kim Tan. 

Mereka lalu tiba di Hotel Zeus. Banyak wartawan yang sudah menanti. Kim Tan keluar dari mobil lebih dulu, yang langsung di sambut kilatan lampu kamera. Para wartawan meminta pernyataan Kim Tan. Tapi, Kim Tan tidak memperdulikan mereka. 


Eun Sang keluar dari mobil, berdiri berhadapan dengan Kim Tan diatas red carpet. Kilatan kamera terus mengarah pada mereka. Eun Sang terlihat takut, sadar kalau malam ini kemunculannya bersama Kim Tan akan menjadi topik hangat di seluruh negeri. 

"Takut?", tanya Kim Tan mengerti apa yang Eun Sang rasakan. 

"Sedikit", jawab Eun Sang. 

"Ini mungkin akan sulit. Meskipun begitu, mari kita hadapi". 

Eun Sang tersenyum, tanda mengiyakan. Keduanya bertatapan, saling menguatkan, saling memberi dukungan. 





source :
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-18-part-1.html
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-18-part-2_17.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment