Sementara di dalam Tan mencium
kening Eun Sang, di luar Rachel melepas korsasenya dengan marah. Tapi
sepertinya korsase itu juga marah padanya karena korsase itu menolak lepas dari
tangannya.
Young Do yang ikut keluar, menarik tangan Rachel dan membantu melepaskannya. Tapi bukan karena ia baik hati, tapi karena ia ingin segera memarahi Rachel yang memanggil Eun Sang kemari sebagai pelayan cafe.
Young Do yang ikut keluar, menarik tangan Rachel dan membantu melepaskannya. Tapi bukan karena ia baik hati, tapi karena ia ingin segera memarahi Rachel yang memanggil Eun Sang kemari sebagai pelayan cafe.
Rachel tak ingin meladeni omongan
Young Do karena ia sedang marah. Young Do berkata Rachel seharusnya berterima
kasih pada Eun Sang yang kali ini menyelamatkan Rachel, “Karena ia sendiri yang
mengaku, aku akan melepaskanmu kali ini. Tapi ini yang terakhir kalinya,
Sister.”
“Apa Eun Sang tahu begitu
perhatiannya dirimu ini?” ejek Rachel.
“Tentu saja tidak. Hal itu
sangatlah memalukan,” jawab Young Do. Ia berbalik untuk kembali ke dalam tapi
Myung Soo muncul dan mulai berkata ngaco, membuat Young Do heran dan bertanya,
“Apa kau sedang mabuk?”
Myung Soo bingung karena
sebenarnya ia tak ingin mereka melihat apa yang terjadi di dalam. Ia pun
menunjuk pada Rachel dan mulai complain kenapa Rachel tak pernah membalas surat
cinta yang ia kirimkan saat SMP dulu. Rachel hanya menatap Myung Soo, mungkin
juga berpikiran sama dengan yang diucapkan Young Do.
Beberapa teman mereka (yang dulu
menginterogasi Eun Sang, minus Ye Sol) muncul dan mengomel, marah pada Eun Sang
yang tak tahu diri bahkan berani mencium Tan. Rachel dan Young Do terkejut
mendengarnya dan itu adalah isyarat bagai Myung Soo untuk cabut. Ia pura-pura
harus ke kamar kecil sekarang.
Young Do nampak sedih, namun
seolah tak peduli, ia berkata kalau ia akan pergi sekarang. Sedangkan Rachel,
walau terlihat galau, tapi ia memutuskan untuk kembali masuk. Tapi ia terkejut
saat hendak masuk ia bertemu dengan Hyo Sin.
Hyo Sin heran melihat Rachel yang
ada di luar dan dengan bergurau Rachel menjawab kalau ia ada di luar karena
menunggu kedatangan Hyo Sin, “Karena aku merindukan Sunbae.” Hyo Sin semakin
heran dengan jawaban Rachel yang aneh.
Ada telepon masuk di handphone Hyo
Sin dan Hyo Sin menyuruh Rachel untuk masuk duluan. Ternyata dari Hyun Joo yang
memarahi Hyo Sin karena Hyo Sin tak mengikuti ujian masuk Universitas. Hyo Sin
malah tersenyum dan menjawab kalau hal yang seperti ini yang membuat Hyun Joo
meneleponnya.
Hyun Joo bertanya dimana Hyo Sin sekarang karena orang
tuanya sekarang mengkhawatirkan anaknya yang menghilang. Hyo Sin mau
memberitahu keberadaannya jika Hyun Joo mau menemuinya dan datang sendirian.
Di rumah, Nyonya Han menyeret Ibu
Eun Sang ke dalam ruang kerja Presdir Kim dan menyuruhnya untuk mengawasi luar,
untuk jaga-jaga walau sekarang Presdir Kim sedang tidur siang, “Kau sekarang
adalah komplotanku, Ahjumma.”
Ibu Eun Sang bengong sesaat,
walau ia akhirnya berjaga di depan pintu dan mengintip keadaan luar. Nyonya Han
berencana untuk membongkar brankas besi Presdir Kim. Ia teringat ucapan Tan
yang mengatakan kalau Presdir Kim menyuruh orang memata-matai Tan. Maka ia pun
memencet-mencet tombol brankas, tapi pintu tetap tak mau membuka.
Pada Ibu Eun Sang, Nyonya Han
mengeluh kalau ia sudah mencoba semua kombinasi, hari ulang tahunnya, Won, Tan,
hari kemerdekaan, tapi tetap saja pintu brankas tak bisa dibuka.
Maka akhirnya Ibu Eun Sang pun
turun tangan. Seperti detektif kawakan, ibu Eun Sang meraut pensil dengan
cutter, sehingga mendapatkan setumpuk debu karbon. Setelah itu ia meniupkan
karbon itu hingga terlihat tombol-tombol mana yang sering dipencet oleh Presdir
Kim.
Nyonya Han terpana dengan
kemahiran ibu Eun Sang yang menyamai Mission Impossible. Ibu Eun Sang meminta
Nyonya Han untuk mengingat-ingat kombinasi nomor yang terdiri dari nomor-nomor
itu. Nyonya Han pun teringat sesuatu, dan memencet lagi. Kali ini berhasil,
namun hal itu membuatnya sedikit kecewa karena kombinasi angkanya adalah hari
ulang tahun ibu Won.
Tapi Ibu Eun Sang menyuruhnya
segera bergegas karena mereka tak punya banyak waktu. Nyonya Han pun segera mencari
dokumen yang ia cari. Dan ketemu! Ada foto Tan dengan Eun Sang, foto Won dengan
seorang gadis, dan.. Matanya terbelalak, berseru, “Apa ini?! Omo omo..!”
Tan dan Eun Sang masih saling curi-curi pandang saat Chan Young dan Bo Na menanyai Hyo Sin tentang ujian
masuknya yang katanya lebih berat dari ujian tahun lalu.. Hyo Sin tak
memberitahu mereka kalau ia tak jadi tes hanya menjawab kalau ujiannya dan
hanya tersenyum dan menjawab kalau soalnya tak sesusah itu.
Eun Sang memuji kakak kelasnya,
tapi Tan merangkul Hyo Sin dan menyindir, apa Hyo Sin yakin dengan jawabannya?
Hyo Sin malah menyindir balik, “Memang apa yang kau ketahui tentang ujian?”
Chan Young membenarkan Hyo Sin, membuat Tan kesal.
Rachel muncul dan Tan yang
melihatnya pertama kali. Ia langsung menghadang Rachel yang bertanya apakah
sekarang Tan merasa bahagia karena sudah mengatakan ke seluruh dunia kalau Tan
menyukai gadis miskin? Tan menjawab kalau ia hanya bisa berharap kalau Rachel
juga berbahagia sama sepertinya.
Rachel berkata kalau ia sudah
berhenti menyukai Tan tapi ia juga tak ingin melihat Tan bahagia, “Untuk
mendapatkan Cha Eun Sang kau harus kehilangan sesuatu.” Ia pun meninggalkan Tan dan menghampiri Hyo
Sin yang sedang bercakap-cakap dengan Bo Na dan Chan Young. Ia memanggil Hyo
Sin untuk menarik perhatiannya dan tanpa basa-basi langsung mencium bibirnya.
Semua terkesiap kaget mendapat
pertunjukan untuk kedua kalinya. Pada saat yang bersamaan Hyun Joo muncul
sehingga melihat ciuman itu dan Hyo Sin melihatnya.
Hyo Sin bertanya apakah Rachel
berniat membuat Tan cemburu? Rachel menjawab tidak. Ia hanya ingin membuat
hubungan Tan dan Hyo Sin menjadi renggang. Tapi ia tak memiliki perasaan pada
Hyo Sin. Ia berlalu pergi meninggalkan Hyo Sin.
Tapi Hyo Sin menangkap tangannya
dan berkata, “Aku juga tak memiliki perasaan apapun padamu.” Dan ia langsung
menarik Rachel dan menciumnya, sama seperti tadi, namun dengan mata melirik
pada Hyun Joo.
Semua yang melihat lebih terkejut
melihat hal itu dan bisik-bisik semakin keras. Namun suara paling keras adalah
Bo Na yang melepas bando berliannya, “Sialan! Sialan! Ini adalah pestaku,
sialan!”
Hahaha… O iya.. ini pesta Bo Na –
Chan Young, ya.. Sampai lupa.. :p
Eun Sang pulang dengan
terhuyung-huyung mabuk. Tan yang mengikutinya dari belakang geli dan bertanya
apa yang sebenarnya Eun Sang minum. Hanya tiga gelas jus. Tapi Tan kenal dengan
Myung Soo. Si biang pesta itu pasti sudah mencampur jusnya dengan alcohol.
Tan mendengar gumaman Eun Sang
yang merasa kepanasan dan meminta Eun Sang untuk tak menggodanya, “Karena aku
tak akan bisa tahan.”
Tapi Eun Sang malah berbalik dan
memanggil Tan, “Hei, Kim Tan. Kim Tan yang tampan.”
“Berhentilah bersikap imut.
Berbahaya,” sahut Tan dan berjalan mendahului Eun Sang.
“Kim Tan yang selalu
menghampiriku ketika melihatku,” kata Eun Sang menghentikan langkah Tan. Tan
berbalik dan melihat Eun Sang yang dalam mabuknya berkata, “Kim Tan yang selalu
dalam kesusahan karenaku.”
“Kalau kau bicara lagi, aku akan
meninggalkanmu,” ancam Tan.
Tapi Eun Sang menggeleng, merajuk
dan malah berkata, “Kim Tan! Aku menyukaimu sekarang. Aku benar-benar suka.”
Tan terpana mendengar pengakuan
Eun Sang, apalagi kali ini Eun Sang yang meraih tangan yang ada di saku dan
malu-malu menggenggamnya. Tan akhirnya bertanya mengapa tangan Eun Sang begitu
dingin? ”Kau benar-benar membuatku khawatir.”
Ia pun menggenggam tangan satunya
dan meniup kedua tangan Eun Sang, menghangatkannya. Aww…
Tapi kehangatan itu tak bisa
berlanjut karena Nyonya Han menelepon Tan. Maka Tan pun menemui ibunya yang
langsung bertanya apakah Tan tadi bersama Eun Sang? Tan tak mau menjawab.
Ibunya menyuruhnya datang karena ada hal yang penting bahkan menyuruhnya untuk
terbang menemui ibunya, “Jadi bisakah kita melewati interogasi itu?”
Nyonya Han memberikan jaket ganti dan berkata kalau ia
sudah memiliki rencana untuk Tan. “Kau akan minta maaf pada Rachel besok. Kau
bilang saja kau kau yang bersalah. Aku punya sesuatu yang akan mengembalikan
pertunanganmu lagi. Walau sedikit murahan. Aku akan menemui ibu Rachel besok.”
“Bu,” sentak Tan. “Bukan
pertunangan yang aku inginkan. Apakah ibu tak juga mengerti? Aku tak ingin
menjalani kehidupan yang palsu lagi.”
“Bagaimana mungkin kau ini palsu?
Apapun yang orang katakan, kau adalah anak kedua dari Grup Jeguk!” jawab Nyonya
Han dengan nada tinggi.
“Kalau begitu ibu adalah siapa?
Apakah dengan hanya menjadi ibuku itu tak cukup bagi ibu?” pertanyaan Tan
mengagetkan Nyonya Han.
Nyonya Han merasa sedih hatinya saat
melihat putranya tertunduk saat berkata, “Bahkan bagi ibu, aku bukanlah
siapa-siapa jika aku bukan anak kedua dari Grup Jeguk.”
Tan kembali ke hotel dan sedih
saat melihat kalau kamar Won sekarang sudah rapi dan bersih dari barang-barang
Won. Won sudah pindah dari kamar itu dan menyerahkan kamar itu pada Tan.
Orang tua Hyo Sin menyidang
anaknya yang tak mengikuti ujian masuk universitas. Tapi di luar dugaan, kedua
orang tuanya sangat pengertian dan menyuruh Hyo Sin untuk mengambil jurusan
yang ia maui. Entah itu Ilmu Sosial atau Seni, Hyo Sin boleh belajar apa yang
Hyo Sin suka.
“Apakah Ayah Ibu benar-benar
serius?” harapan Hyo Sin tumbuh.
“Kau sudah pasti akan menganggur
satu tahun. Jadi lakukan apa yang akan kau lakukan,” jawab Ayah Hyo Sin.
“Belajar apapun yang kau inginkan, tapi persiapkan juga untuk LEET. Jadi kau
bisa langsung masuk ke sekolah hukum.”
“Karena kau sudah banyak belajar,
kau akan lebih siap untuk tahun depan,” ujar ibu Hyo Sin dengan penuh
pengertian. Ia menggenggam tangan putranya dan menyemangatinya,
“Bersemangatlah, Lee Hyo Sin.”
Hyo Sin menghela nafas kecewa dan
menarik tangan dari genggaman ibunya, “Sama seperti tes wawancara masuk
universitas, Ayah Ibu pasti juga sudah menjadwal ulang ujian masuk universitas
untukku juga. Marahlah saja padaku. Kalian membuatku sesak nafas! Apakah Ayah Ibu tahu betapa kejamnya hal ini?”
“Apa kau tahu betapa putus asanya
kami karena punya anak yang mengecewakan?” jawab ayahnya tak sabar. “Apapun
impianmu.. Ada juga impian yang kami miliki saat kami melahirkanmu. Jangan
lupakan itu.”
Paginya, berita Hyo Sin yang tak
ikut tes sudah menyebar. Tan menemui Hyo Sin dan bertanya mengapa Hyo Sin
melakukan hal itu. Apakah Hyo Sin senang dengan perhatian yang tertuju padanya
sekarang?
Tapi Hyo Sin malah bercanda kalau
perhatian itu ada pada mereka, karena kejadian kemarin. Ia menunjuk bibirnya
dan berkata, “Hubungan cinta dan benci dengan aku nomer satu dan kau nomer dua.
Seharusnya hubungan kita berdua menjadi canggung.”
Tan menjawab kalau Hyo Sin tak
usah sok pintar karena ia bahkan tak ikut ujian kemarin. Dengan nada lebih
serius ia bertanya apakah Hyo Sin baik-baik saja? Bagaimana tanggapan orang tua
Hyo Sin?
“Bersemangatlah, Lee Hyo Sin,” jawab
Hyo Sin menirukan ibunya. Tan heran, neraka seperti apa yang didiami Hyo Sin
sekarang. Hyo Sin tersenyum, “Kau juga tidak sedang ada di awan juga. Soal yang
kemarin, aku minta maaf. Sumpah, aku tak bermaksud untuk melakukan ciuman yang
kedua. Aku hanya ingin menunjukkan pada seseorang saja.”
Tan menatap Hyo Sin lama, dan
akhirnya bertanya, “Jadi.. apakah seseorang itu aku?”
Wkwkwkwk.. jadi beneran dong
cinta segitiganya. LOL, Tan kepedean banget, sih.. Tapi melihat ekspresi Tan
yang menatap Hyo Sin dengan khawatir (atau sayang?) rasanya Tan tahu apa yang
terpendang di hati Hyo Sin.
Saat pelajaran olahraga selesai,
beberapa murid wanita menghadang Eun Sang yang berani-beraninya membohongi
mereka, menjadi OKB padahal hanya anak miskin. Eun Sang minta maaf, tapi mereka
masih terus menghina Eun Sang yang juga menggoda Tan.
Salah satu murid sudah hampir
main fisik kalau saja Young Do tak muncul di belakang mereka. Saat mereka
mengadu tentang kemiskinan Eun Sang yang masuk ke sekolah mereka, Young Do
hanya berkata kalau anak itu tak mempunyai ijin untuk bicara padanya.
Para gadis itu tahu diri dan
memilih pergi dengan diiringi sekelumit nasihat dari Young Do, “Berhenti
berkomplot. Belajar hidup sendiri-sendiri!”
Eun Sang berterima kasih karena
telah menjadi ksatria hitamnya. Tapi Young Do menolak disebut ksatria, karena,
“Kalau aku ksatriamu, apa berarti Kim Tan adalah Pangeran Tampanmu? Wajahku itu
lebih putih darinya.”
Hahaha.. Eun Sang bahkan geli
mendengarnya. Ia bertanya tentang kabar Hyo Sin yang ternyata tak ikut ujian.
Young Do menjawab kalau ia dari dulu sudah suka dengan Hyo Sin, “Tapi sekarang
aku semakin menyukainya.”
Eun Sang tersenyum dan berkata
kalau mereka ternyata bisa juga ngobrol enteng seperti ini, tanpa membicarakan
rahasianya, “Kupikir kau mungkin hanya susah mengekspresikan diri sendiri.”
Young Do kesal dan berkata kalau
sekarang Eun Sang sudah bisa berjalan sendirian saja. Eun Sang heran dan
bingung melihat sikap Young Do. Padahal Young Do menemani Eun Sang agar tak
diganggu dengan murid-murid yang lainnya lagi.
Young Do memang tak mungkin bisa
mengantarkan Eun Sang lebih jauh lagi, karena ia dipanggil untuk melaksanakan
hukumannya, yang lagi-lagi membersihkan kaca. Dan yang berikutnya kita lihat
adalah Tan dan Young Do yang membersihkan kaca masih dengan malas-malasan dan
tak saling bicara. Tapi kegiatan mereka terhenti saat melihat Won dan Presdir
Choi masuk ke lobi sekolah.
Wajah mereka langsung pucat dan
Tan bertanya apakah Young Do memberitahu ayahnya tentang panggilan ke sekolah?
“Apa kau memanggil mereka?” balas Young Do.
“Apa ayahmu tahu berapa nilaimu?”
“Bisakah kau katakan pada ayahku
kalau aku sudah mengalahkanmu?”
Bwahaha… LOL banget mereka
berdua. Mereka berdua hanya bisa memandang ayah dan kakak yang heran tak
percaya melihat mereka sedang membersihkan jendela.
Seberapa berkuasanya Presdir Choi dan Won di dunia bisnis, di ruangan
kepala sekolah mereka hanya orang tua dan wali murid yang harus
mendengar omelan Ibu Kepala Sekolah. Nyonya Jung memanggil Presdir
Choi dan Won karena ia sudah tak dapat mengendalikan Tan dan Young Do.
Won
melirik Tan kesal dan meminta maaf. Begitu pula Presdir Choi yang berkata kalau
ia akan menasehati putranya. Nyonya Jung bertanya apakah Presdir Choi sudah
tahu nilai Young Do?
“Rangking Young Do adalah 98,”
kata Nyonya Jung, membuat Presdir Choi berkata kalau ia akan mengingatkan
anaknya. Pada Won pun, Nyonya Jung bertanya, “Apakah Anda tahu rangking Tan,
Tuan Kim? Rangking 100! 100!”
Tan menggigit bibirnya, tapi Won
tetap tenang dan bertanya, “Apakah itu rangking secara nasional?”
“Rangking satu angkatan dalam SMA
Jeguk! Dari 100 siswa.”
Bwahaha… Ekspresi Won itu loh,
yang melongo saat menoleh pada Tan,
benar-benar tak bisa percaya. Tan hanya bisa ngeles, “Aku ini bukan orang yang
setengah-setengah.” LOL. LOL. LOL.
Selesai pertemuan, Presdir Choi
bertanya apakah IQ Young Do (note : 150) itu tak bisa membantu nilainya? Young
Do hanya tertunduk di belakang ayahnya, bersiap menghadapi yang terburuk. Tapi
Presdir Choi melanjutkan, “Tapi tetap saja, kau berhasil mengalahkan Tan untuk
pertama kalinya.”
Bwahahaha… si ayah ini.. Young Do hanya bisa bengong
mendengar kegembiraan ayahnya yang salah fokus.
Sementara itu Won masih belum
bisa percaya kalau rangking Tan adalah 100 dari 100. Tan menunduk dan minta
maaf. Ia akan berusaha lebih baik lagi di ujian final. Won langsung menyergah,
“Memang kau bisa lebih buruk lagi?” Haha.. Betul betul betul.
Tan malah tersenyum dimarahi
seperti itu, karena ia mengira Won tak peduli pada nilai-nilainya. Won menjadi
canggung karena dipuji seperti itu. Tan berterima kasih dan meninggalkannya
kakaknya untuk kembali ke kelas.
Saat berbalik, Won terkejut
karena melihat Hyun Joo. Tapi Hyun Joo hanya tersenyum sopan tanpa bicara,
seakan mereka tak mengenal satu sama lain. Won menghentikannya dengan bertanya,
“Apakah sangat berat? Wajahmu kelihatannya lelah.”
Tanpa memandang, Hyun Joo menjawab
kalau para guru masih memperlakukannya secara biasa karena belum tahu kalau ia
adalah yatim piatu. Ia merasa berterima kasih pada Presdir Kim yang
mengundurkan jadwal penerbitan artikelnya hingga minggu depan. Won memotongnya
dan berkata kalau artikel itu tak akan pernah terbit, membuat Hyun Joo
terkejut.
“Dan jawablah teleponku. Itu tak
akan membunuhmu,” tukas Won yang langsung berbalik meninggalkan Hyun Joo. Ia
tak menjawab saat Hyun Joo bertanya apakah Won yang menghentikan terbitnya
artikel itu, dan malah berlalu pergi.
Nyonya Han menemui Esther untuk
memintanya memutuskan pertunangan itu secara resmi. Whaaa..? Sepertinya ucapan
Tan yang terakhir di hotel itu benar-benar menyentuh perasaannya.
Esther tentu saja tak mau,
apalagi ia diminta oleh seseorang seperti Nyonya Han. Memang siapa Nyonya Han
itu hingga berani bicara padanya. Nyonya Han menjawab kalau ia adalah ibu Tan.
Tapi Esther menajawab kalau ibu Tan yang ia tahu adalah Nyonya Jung.
Nyonya Han menahan kesabaran dan
tetap berkata sopan kalau ia sudah terbiasa dengan anggapan seperti itu, tapi
ia tak peduli. Ia merasa kalau usia Tan dan Rachel masih terlalu muda untuk memenuhi
janji perusahaan, “Jadi pertunangan ini..”
“Rachel terlalu berharga untuk
menikah dengan seorang anak diluar nikah,” potong Esther. “Maafkan aku yang
berkata kasar. Aku hanya ingin menjadi ibu yang membela. Kuharap aku tak akan
bertemu denganmu lagi.”
Nyonya Han hanya memberikan
amplop. Ia sebenarnya tak ingin menggunakan ini dan ia mengeluarkan isinya,
“Maafkan kekasaranku. Aku hanya ingin menjadi ibu yang membela.”
Esther terkejut karena di dalam
ada fotonya dan Sekretaris Yoon yang berciuman. Ia menyebut taktik Nyonya Han
ini sebagai sesuatu yang kotor. Tapi ia setuju, “Baiklah, kita batalkan saja
pertunangan ini.”
Hyun Joo memberi tugas
murid-muridnya untuk membentuk kelompok yang terdiri atas 2 – 4 orang
untuk tugas sastra. Mereka harus membaca novel klasik dan menulis sebuah
review. Rachel mengeluh karena
novel-novel itu sudah pernah dibaca saat SD. Tapi Hyun Joo berkata kalau
mereka
sekarang sudah dewasa, dan apa yang dibaca pun juga akan berubah.
Bo Na mengajak Chan Young untuk
menjadi satu kelompok. Ia pun juga mengajak Eun Sang yang langsung Eun Sang
terima dengan segera. Hanya ada dua anak di belakang Eun Sang yang melihatnya
dengan tatapan tidak suka.
Bukaaann.. bukan para gadis-gadis
jahat itu, tapi si peringkat 98 dan 100.
Dan itu yang membuat Eun Sang
kesal, karena ia sekarang harus berkelompok dengan mereka. Di café, ia
menginterogasi Tan dan Young Do, siapa yang berinisiatif untuk menggabungkan
mereka bertiga, “Aku harusnya ada di kelompok Chan Young dan Bo Na. Apakah kau,
Young Do?”
‘Ini bukan kelompok yang aku
inginkan,” bantah Young Do. Eun Sang bertanya siapa yang Young Do inginkan?
Young Do menjawab, “Choi Young Do, Cha Eun Sang, Suzy dan Hyuna.”
Haha… Tan melirik Young Do tapi
Eun Sang tak merasa lucu sama sekali. Ia sedang tak ingin bercanda, “Apakah ini
ulahmu, Kim Tan?”
“Kalau mauku, tentu saja aku
ingin kelompok yang isinya Kim Tan, Cha Eun Sang, Cha Eun Sang dan Cha Eun
Sang,” jawab Tan konyol. Young Do menoleh padanya dan langsung dikomentari Tan,
“Ngapain liat-liat?”
Eun Sang akhirnya menyerah dan
karena sekarang ia harus bekerja, maka ia meminta kerja sama mereka. Ia tahu
kalau mereka tak akan mau baca buku, jadi ia sudah menyiapkan semuanya, “Aku
akan baca bukunya dan kalian akan nonton filmnya. Dan berikanlah setidaknya
satu kata saja.”
Eun Sang menaruh satu earphone ke
masing-masing telinga kedua cowok itu dan mengancam tak akan menulis nama
mereka jika mereka tak bekerja sama, “Lihatlah ke layar dan jangan sampai
berkelahi. Pikirkan saja kalian sekarang berada di dunia yang berbeda.”
Hahaha… imut banget mereka berdua
.. dan romantis lagi.
Tapi rencana tinggal rencana.
Kedua cowok itu duduk diam di depan layar, tapi yang ditonton bukanlah film
itu, tapi mereka kompakan nonton Eun Sang yang sedang melayani pelanggan.
Dan
saat ada satu pembeli yang marah karena Eun Sang salah buat minuman, mereka
berdua akan berdiri untuk membela Eun Sang.
Eun Sang melihatnya dan langsung
mendelik pada mereka berdua, dengan kedua jarinya ia menyuruh agar mereka duduk
kembali. Hahaha… Dan seperti dua anak nakal yang diomeli gurunya, mereka pun
patuh dan duduk kembali.
Mendadak muncul dua bodyguard
yang menyampaikan pesan Presdir Kim untuk membawa Tan pulang ke rumah, bahkan
dengan kekerasan jika perlu. Young Do menawarkan keahlian judonya untuk
menghalau mereka berdua, tapi Tan menolaknya. Tidak untuk hari ini. Pada Eun
Sang yang menatap khawatir, Tan memintanya untuk tak khawatir, “Aku hanya
pulang ke rumah lebih dulu.”
Eun Sang menatap kepergian Tan
dengan khawatir. Ia minta ijin pada bosnya untuk pergi sebentar selama 30
menit, dan pada Young Do .. ia menatap ragu. Young Do langsung bertanya, “Apa?
Kau butuh tumpangan? Bis terlalu pelan, ya?”
Eun Sang akhirnya meminta Young
Do mengantarkannya. Young Do mulanya tak mau, “Aku mau pergi ke pesta dan kau
ingin nebeng pulang ke rumah?” Ah.. boong banget. Pesta kok di siang bolong.
Tapi Young Do memang hanya pura-pura dan menyuruh Eun Sang agar segera bersiap,
ia akan mengantarkan Eun Sang pulang.
Ahh… bad boy with good heart.
Tan pulang dan melihat kalau
rumahnya sekarang dijaga ketat oleh para bodyguard. Di dalam, Presdir Kim
memarahi Tan yang membuat Esther mengembalikan semua hadiah pertunangan dan
memutuskan pertunangan itu, padahal Rachel tak ingin memutuskannya, “Apa yang
sudah kau lakukan padanya?”
“Aku yang memutuskan pertunangan
itu. Kenapa menyalahkannya?” sela Nyonya Han. “Sejak awal aku sudah tak
menyukai Rachel. Matanya terlalu tajam, dan hidungnya juga tajam..”
“Bisakah kau diam?!” bentak
Presdir Kim, membuat Nyonya Han mengkeret. Presdir Kim berkata kalau Tan baru
saja kehilangan kesempatan terakhirnya. “Dengan memutuskan pertunangan ini,
Esther tak akan diam saja menjaga rahasiamu dan keluarga kita. Dan kita akan
menjadi bahan pembicaraan orang-orang..”
“Dan itu akan membuat Ayah
semakin kaya,” potong Tan. “Akan muncul gosip tentang perkelahian antar
saudara, harga saham akan naik. Apa yang mesti dikhawatirkan? Ayah tak perlu
mengkhawatirkan apakah aku atau ibu akan terluka.”
“Aku mengkhawatirkan tentang
kehidupanmu!” bentak Presdir Kim. “Apakah kau melakukan hal ini karena Cha Eun
Sang?”
“Aku melakukan ini karena ayah,”
jawab Tan langsung. Jawaban itu membuat Presdir Kim marah dan mengangkat
tongkatnya untuk memukul Tan. Tapi Nyonya Han langsung menahan tongkatnya, “Pak
Presdir, kumohon..” Tapi Tan juga marah pada ibunya, “Siapa yang Pak Presdir?
Siapa yang ibu sebut Pak Presdir di rumah ini? Apakah Ayah ini masih atasan Ibu?”
“Apa.. aku harus melakukan
sesuatu padanya?” tanya Presdir Kim tetap melanjutkan pertanyaannya. Tan
mengancam kalau Presdir Kim tak akan melihatnya lagi jika Presdir Kim menyentuh
Eun Sang. Nyonya Han mencoba membujuk Presdir Kim kalau Tan dan Eun Sang masih
18 tahun dan tak akan menikah sekarang.
Presdir Kim menyentak, “Mereka
memang tak menikah sekarang, tapi pertunangannya baru saja dibatalkan!” Ia
menghukum Tan tak boleh keluar kamar dan tak sekolah. Juga meminta handphone
Tan sekarang juga.
Di kamar, Nyonya Han mencoba
membujuk anaknya untuk meminta maaf pada ayahnya. Tanpa handphone, computer dan
dikurung di kamar, apa yang akan Tan lakukan sekarang? Tan menjawab kalau saat gelap, ia dapat
melihat bintang-bintang dengan lebih jelas, membuat ibunya bingung.
Tan tak menjelaskan lebih jauh, malah
bertanya apakah ibunya ini benar-benar yang memutuskan pertunangannya? Dengan
nada bangga, Nyonya Han mengiyakan. Ia ingin melakukan sesuatu yang diinginkan
Tan, karena ia adalah ibu Tan.
Tan bertanya apakah ibunya tak
menyesal? Nyonya Han mengatakan tidak. Ia menggenggam tangan putranya dan
berkata, “Untuk pertama kalinya aku menjadi ibumu. Kau menggenggam tanganku dan
membawaku keluar dari kamar.”
Aww… ibu ini benar-benar
tersentuh dengan perbuatan anaknya saat pertemuan keluarga itu.
Tan pun menggunakan kesempatan
itu dengan bertanya, “Karena sekarang aku sedang dikunci di dalam rumah, Ibu
ganti mengeluarkanku dari kamar ini.”
Ibu hanya menatap Tan, pura-pura tak mendengar, dan
berkata, “Istirahatlah. Aku akan membawakanmu makanan yang enak.” Dan ibu pun
keluar dari kamar. Haha..
Rachel menangis mendengar
pertunangannya dibatalkan. Ia terserah ibunya yang menikah dan bercerai sesuka
hatinya, “Tapi kenapa ibu juga yang harus memutuskan pertunanganku?”
Esther melarang anaknya untuk
menangis akan putusnya pertunangannya dengan anak diluar nikah. Keluarga Kim
sangat kacau dan lebih baik bagi mereka jika seperti ini. Tapi Rachel marah
karena dulu ibunya sangat senang saat ia bisa bertunangan dengan Tan,
“Saat itu ibu pasti merasa senang
dan sangat berkelas. Apakah ibu yakin kalau nanti ibu tak akan membagi harta
ayah Young Do menjadi dua? Ibu menggunakan 7 hingga 8 pengacara untuk melawan
ayah saat bercerai dengannya. Apa itu berkelas?”
“Yoo Rachel! Jaga kata-katamu!”
hardik Esther marah.
“Tapi setidaknya aku menyukai
Tan, Bu,” ujar Rachel tersedu-sedu, mengagetkan Esther.
Esther menjawab kalau dulu ia pun
juga menyukai ayah Rachel, tapi mereka tetap bercerai juga. Ia meminta Rachel segera
melupakannya. Tapi Rachel tak butuh saran dari ibunya, “Jangan urusi hidupku
lagi. Aku bukanlah produk baru ibu untuk musim ini.”
Young Do mengantarkan Eun Sang
pulang naik motor. Eun Sang melepaskan pegangan eratnya pada jaket Young Do.
Young Do melihat hal itu, malah berkata kalau seharusnya Eun Sang memasukkan
tangan ke dalam sakunya seperti yang ia suruh agar tak kedinginan, “Nanti saja
kalau tanganmu beku kau baru berpikir, “Ahh.. ngerti gitu tadi tanganku aku
masukkan saja ya ke dalam saku Young Do.”
Eun Sang mencoba untuk tak
mempedulikan godaan Young Do. Ia berterima kasih dan berjalan pergi, tapi ia
terkejut melihat ada dua penjaga di depan pintu masuk. Ia merasa khawatir
karena Tan pasti dikurung di dalam rumah.
Dengan nada bercanda, Young Do
berkomentar, “Ini adalah bab dimana kau tak bisa baca tanpa menangis. Judul
babnya : Serangan Pak Presdir.” Young Do menambahkan kalau sebagian karakter di
bab ini adalah bodyguard. “Dan ini tak hanya tentang ayah dan anak saja. Tapi
perkelahian antar pria. Kau tak akan bisa melihatnya walau serumah dengannya.
Itu bagus buatku.”
Ha.. Eun Sang menatap Young Do
kesal dan sebelum pergi, Eun Sang berkata kalau ia akan membayar tumpangannya
hari ini. Young Do menatap punggung Eun Sang dan bergumam sedih, “Hati-hati.
Kau bahkan tak tahu apa yang akan kuminta darimu.”
Eun Sang masuk dan melihat
penjaga berjaga di semua penjuru rumah. Di kamar, ibu bertanya apakah mereka
dapat pindah lebih cepat karena ia khawatir kalau Eun Sang nanti juga akan
mendapat masalah. Eun Sang menjawab tidak bisa karena penghuni lama rumah yang
akan mereka sewa itu belum pindah.
Eun Sang bertanya apakah Tan
memang dikurung di dalam kamar? Ibu mengangguk dan meminta Eun Sang untuk tetap
di kamar saja. Sepeninggal ibu, Eun Sang meng-SMS Tan, bertanya apakah Tan
baik-baik saja?
SMS itu muncul di handphone Tan,
hanya yang membaca bukan Tan tapi Presdir Kim. Presdir Kim yang mengumpulkan
istri sah, istri simpanan dan sekretarisnya (err.. yang ini ga ada hubungan
romantis, yah..) memerintahkan pada masing-masing orang itu.
Nyonya Jung diperintahkan untuk
mencari seseorang yang pantas untuk menikah dengan Won. Ia juga mengingatkan
Nyonya Jung untuk tak menghasut Won dengan menggunakan saham yang Nyonya Jung
miliki, karena jika itu terjadi maka Nyonya Jung harus menceraikannya.
Nyonya Han diam-diam tersenyum
mendengar ancaman itu, dan sepertinya hatinya berharap agar ancaman itu
terjadi. Tapi Presdir juga memberi ancaman padanya, “Han Ki Ae, kau juga harus
keluar dari rumah ini jika kau ingin membesarkan Tan seperti itu.”
Wajah Nyonya Han langsung keruh
seketika itu juga.
Pada Sekretaris Yoon, ia
memerintahkan agar Sekretaris Yoon berusaha menangkal upaya RS International
yang sebentar lagi akan menyebarkan rumor tentang Tan adalah anak di luar
nikah, karena perjanjian pertunangan Tan – Rachel sudah batal. Ia juga menyuruh
Sekretaris Yoon memanggil semua pemegang saham yang namanya dipinjam untuk
membeli saham. Dan satu lagi, “Berikan padaku surat pengunduran diriku.”
Semua terkejut mendengarnya.
Presdir Kim berkata kalau Won sudah memecat semua orang-orangnya, dan hanya menyisakan Sekretaris Yoon, “Jadi
apa itu maksudnya?”
Sekretaris Yoon hanya bisa
menjawab kalau selama ini ia tak pernah memihak siapapun dan tak mengkhianati
siapapun, “Karena itulah saya mencapai posisi ini. Namun karena itulah juga
saya diberhentikan. “
Presdir Kim membenarkan kalau
Sekretaris Yoon memang penuh integritas. Tapi apa yang didapat Sekretaris Yoon
dengan memiliki integritas? Presdir Kim menyuruh mantan sekretaris itu untuk
mulai mengajar Tan besok, “Aku akan memikirkan ulang apakah aku akan memecatmu
atau tidak.”
Haduhh… susah kalau punya dua bos
yang lagi musuhan. Mau duduk salah, mau berdiri juga salah. Bahkan batuk pun
kayaknya juga salah, deh.
Sekretaris Yoon memberitahu Chan
Young kalau ia telah dipecat karena ia tak mau bersekutu dengan siapapun. Chan
Young memberi semangat ayahnya dan berjanji kalau ia akan cepat lulus dan mulai
bekerja.
Sekretaris Yoon mengacungkan jempol, senang dengan tekad anaknya.“Tapi Ayah.. Ayah pasti memiliki
sedikit tabungan, kan?” tanya Chan Young.
Sekretaris Yoon berhenti makan dan mulai
mengingat-ingat karena ia tak tahu, membuat Chan Young kesal.
Haha.. ni ayah, diajak ngomong
serius, malah becanda.
Tan kesal karena dikurung dan
berusaha memutar otak untuk bisa keluar. Tapi di luar para bodyguard berjaga
sangat ketat.
Nyonya Han melihat kalau makan
malam Tan masih tak tersentuh sama sekali. Ia membuka pintu tapi Tan
menguncinya. Akhirnya ia mengetuk pintu dan menyuruh Tan makan, “Apa kau sedang
mogok makan? Tak aka nada yang peduli. Kau sendiri yang rugi. Kau harus tetap
hidup agar bisa melakukan sesuatu. Buka pintunya, ya?”
Tapi Tan tetap duduk di kursi,
tak mau membuka pintu
Di sekolah, Young Do menjajari
langkah Eun Sang dan bertanya apakah Eun Sang berangkat ke sekolah sendiri
karena Tan masih dikurung di dalam rumah?
Eun Sang langsung bercerita
panjang lebar kalau di dalam rumah sekarang penuh penjaga dan ia merasa Tan
pasti merasa ketakutan sekarang. Young Do langsung kesal, merasa Eun Sang
keterlaluan, “Hanya karena aku menyukaimu, bukan berarti aku ada di pihakmu.
Atau haruskah aku berada di pihak Tan sekarang?”
Eun Sang heran dan bertanya
apakah ia tak bisa bicara pada teman? Young Do langsung menyalak, “Siapa yang
temanmu? Bagaimana bisa aku menjadi temanmu? Jangan menarik garis, karena aku
mungkin akan menerobosnya.”
Eun Sang menatap kepergian Young
Do dengan bingung.
Di halaman, Tan mencoba menerobos
benteng para penjaga. Tapi karena jumlah mereka sangat banyak, Tan tak bisa
menerobosnya.
Presdir Kim muncul dan malah memerintahkan para bodyguard untuk
tak segan-segan melukai Tan jika susah untuk menahan Tan, “Kembalikan ia ke
kamarnya. Selama ia tetap hidup, aku tak peduli.”
Wihh… kasih sayang Presdir Kim ini besar sekali… Yang penting hidup, ya
Dir.. Dan seperti ingin bergurau (atau mengejek?) Presdir Kim berkata kalau ia
ingin berjalan-jalan. Dengan langkah yang tertatih-tatih, ia berhasil menerobos
para penjaga itu dengan cepat.
Tan kembali ke kamar, memikirkan
cara untuk keluar. Sekretaris Yoon masuk dan Tan menyambutnya. Tapi Sekretaris
Yoon meminta Tan untuk memanggilnya dengan sebutan Tuan Yoon saja. Ia datang
kemari karena diminta ayahnya untuk mengajari Tan tentang Manajemen lagi, “Kau
tak lupa semuanya ketika main-main di Amerika, kan?”
“Aku tak pernah mengingatnya sama
sekali,”jawab Tan cuek.
“Itu malah kesempatan bagus bagi
kita untuk memulai dari awal lagi,” ujar Sekretaris Yoon tak terpengaruh.
Tapi Tan tak mau. Ia tak tertarik
pada politik dan pertarungan yang terjadi di Grup Jeguk. Sekretaris Yoon
menjelaskan kalau waktu dulu, Tan masih terlalu muda. Tapi sekarang Tan sudah
cukup dewasa untuk belajar sesuatu yang Tan tak sukai. Tapi Tan tetap tak mau. Sekretaris
Yoon bertanya apakah Tan tertarik pada bisnis?
Tan berkata kalau Sekretaris Yoon
mengajarinya saat ia berusia 10 tahun. Saat itu ia pikir sangatlah aneh karena
bibinya punya banyak saham, tapi ibunya tak punya sama sekali.
Pada saat itu ia
pikir jika ibunya punya saham, maka ibu mungkin dapat memegang tangannya untuk
berjalan-jalan keluar rumah. Karena itu ia bertanya pada Won apa yang harus ia
lkukan agar ibunya dapat memiliki lebih banyak saham dari Bu Presdir?
Tan terdiam dan menerawang, “Aku
masih sangat ingat ekspresi wajah Won saat itu.” Ia menggelengkan kepala,
mencoba menghilangkan ingatan itu, “Perusahaan ini adalah milik Won. Aku tak
tertarik pada apa yang menjadi miliknya.”
Saat makan siang, Eun Sang
melihat Young Do duduk sendiri. Aww.. kesian banget Young Do hanya sendiri tak
ada teman. Maka Eun Sang pun duduk di hadapan Young Do. Di kursi pesakitan,
membuat semua anak berbisik-bisik menggunjingkannya. Tapi Eun Sang tak peduli.
Young Do menyuruh Eun Sang
menyingkir dari tempat itu, “Aku khawatir Tan tiba-tiba muncul saat kau duduk
di situ. Dan aku merasa tak nyaman hanya dengan memikirkan itu.”
Haha… mungkin itu pula yang
diharapkan Eun Sang makanya ia duduk di situ. Atau ia menuruti ucapan Tan yang
sudah tak menganggap kursi itu kursi keramat. Atau ia hanya ingin menemani
Young Do yang makan dengan kesepian. Aapun itu Eun Sang tetap tak mau pindah.
Eun Sang berkata kalau Young Do
juga tahu kalau Tan tak mungkin datang. Jadi lebih baik mereka makan sekarang.
Young Do menghela nafas, “Tak bisakah kau sedikitnya merasa takut?”
Tapi masalah Eun Sang terlupakan
karena muncul berita baru di internet yang mengejutkan. Semua anak sekarang
membicarakan masalah itu. Salah satu anak pembully memberitahukan Young Do
kalau di internet ada kabar kalau Kim Tan adalah anak di luar nikah.
Rachel yang mendengar pembicaraan
itu di seluruh kantin, marah dan meninggalkan ruangan. Young Do dan Eun Sang
hanya diam, namun tampak khawatir. Chan Young dan Bo yang baru saja datang,
juga baru saja mendengarnya.
Bo Na tak percaya situs berita
itu, “Menurut mereka, Jo In Sung dan aku diam-diam menikah tahun lalu.” Haha..
I love this girl. Tapi Chan Young bertanya pada Eun Sang apakah Eun Sang tahu
mengapa hari ini Tan tak masuk? Bo Na langsung merasa kalau berita itu mungkin
benar, “Apa karena itu ia tak datang?”
Young Do berbisik, bertanya ada
berapa penjaga yang ada di rumah itu. Eun Sang menjawab sekitar enam. Memang
kenapa?
Di rumah, Presdir Kim marah-marah
pada editor di media yang membocorkan berita itu dan ia minta nama orang yang
bertanggung jawab akan berita itu segera.
Pada anak buahnya yang mata-mata,
ia menyuruh agar mereka mengeluarkan berita lain, “Jika ada tinta di kain,
daripada mencucinya lebih baik kita melukisnya saja. Keluarkan artikel tentang
pertarungan dua saudara memperebutkan tahta dan beli lebih banyak saham. Dan
umumkan secara resmi kalau Tan adalah pemegang saham terbesar mulai hari ini.”
Berita itu pun menyebar
sangat cepat dan seperti dugaan Presdir Kim, menutupi berita tentang Tan yang
bukan anak sah. Nyonya Jung yang mendengar hal ini dari adiknya, berpikir apa
tujuan suaminya yang sebenarnya.
Won pun membaca berita itu dan
marah besar. Esther melihat berita ini dan entah apa yang dipikirkannya.
Menunggu saham lebih tinggi lagi? Atau menyesal karena mantan tunangan anaknya
sekarang adalah pemegang saham terbesar? Entahlah.
Young Do membawa sepasukan
bodyguard dan datang ke rumah Tan. Pada Presdir Kim, Young Do berkata kalau ia
datang kemari karena untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
Dan lucu banget
ekspresi Presdir Kim yang tak menyangka kalau Young Do kemari hanya karena
urusan itu.
Tapi dengan serius Young Do berkata, “Saya ada tugas kelompok
dengan Tan untuk kelas literature. Kami harus menonton film bersama, baca buku
dan diskusi. Dengan absennya Tan di sekolah menyusahkan saya dalam mengerjakan
tugas.”
Hahaha.. ini alasan si rangking
98 untuk bertemu si rangking 100? Yeah.. right.
“Saya memberitahu ayah saya kalau
saya akan pergi ke rumah Tan dan ia menitipkan salam hormat pada Anda,” ujar
Young Do. Presdir Kim berkata kalau ayah Young Do pasti bangga karena Young Do
sangat bersemangat dalam pendidikan.
Haha.. Tan seperti Rapunzel yang
terkurung di menara, ya? Dan jika bagi Eun Sang, Young Do adalah ksatria hitam,
bagi Tan, Young Do adalah pangeran yang berkuda putih. Dan pangeran itu
mengetuk pintu si Rapunzel, “Kim Tan! Ayo kita kerjakan pe-er!”
Tan membuka pintu dan mereka
ngobrol santai sambil saling mencela. Young Do mengatakan kalau ia datang
karena hasil kerja kerasnya selama 3 tahun ini musnah karena satu artikel yang
muncul di internet. “Bagaimana mungkin aku tak datang.”
Tan yang tak terhubung internet
tentu belum tahu hal ini. Young Do melemparkan handphone-nya agar Tan bisa membaca
sendiri.
Tan langsung berdiri dan berpikir cepat walau Young Do berkomentar,
“Kau ini selalu membuatku kagum. Hanya dalam setengah hari, kau yang sebelumnya
adalah anak di luar nikah langsung
menjadi pemegang saham terbesar.”
Tan mengembalikan handphone dan
menyuruh Young Do untuk membeli saham sebelum naik lebih tinggi lagi. Ia
mengambil jasnya sambil berkata kalau ia hanyalah anak di luar nikah dan tak
akan ada kesempatan kedua saham Jeguk melompat seperti ini.
Dan yang Tan lakukan sekarang
adalah pergi dari rumah ini, “Kau mau tetap tinggal di sini atau membantuku?” Young Do sih sebenarnya tak ingin
membantu, tapi ia suka ide kalau Tan sekarang berhutang padanya.
Tan nyengir dan bertanya, “Apa
kau sekarang bawa helmmu?”
Aww.. sepertinya ini menandai
secara resmi kalau hubungan mereka membaik kembali. Karena yang terjadi
kemudian adalah Young Do memakai helm dan berjalan dengan gerak gerik
mencurigakan, bahkan menutupi wajahnya yang sudah tertutup helm. Haha.. para
pengawal itu langsung curiga kalau Young Do ini adalah Tan yang menyamar.
Young Do itu langsung lari dan
dikejar oleh para pengawal keluar. Begitu pula dengan para pengawal yang di
luar, langsung berusaha menahan ‘Young Do’. Para pengawal Young Do langsung
bergerak untuk melindungi tuannya. Maka perkelahian pun tak terelakkan.
Dan.. oh.. ternyata ‘Young Do’
memanglah Young Do. Mereka tak pernah berganti baju seperti yang para pengawal
(dan saya) curigai. Tan keluar dari pintu belakang dan berlari saat perkelahian
terjadi. Pengawal di gerbang bahkan masuk ke dalam untuk membantu
teman-temannya, semakin memudahkan Tan untuk melarikan diri. Dalam sekejap, Tan
sudah menghilang di ujung jalan.
Melihat para penjaga gerbang
sudah muncul, sudah saatnya ksatria baja hitam itu membuka helmnya. Dan tarraaa…
tampaklah wajah Young Do yang cengar-cengir senang, “Apa kalian mencari
sesuatu?” Pemimpin bodyguard itu kesal karena merasa dikibuli.
Ditinggal pergi, Young Do
bergumam senang, “Ck.. orang-orang ini curigaan,” katanya sambil menatap
helmnya, “Ahh.. helm ini membuat rambutku berantakan.”
Tidaaakkk..!! Jangan pake gel lagi!.
Sekretaris Yoon memberitahu Won
kalau pekerjaannya sekarang adalah sebagai ayah dan pengangguran paruh waktu.
Won langsung bertanya, “Daripada melakukan paruh waktu seperti itu, bagaimana
jika menjadi Wakil Presiden dari perusahaan konstruksi Jeguk? Aku tak akan
memintamu tiga kali. Jangan pertimbangkan lagi.”
Tapi sebelum Sekretaris Yoon
menjawab, Tan muncul. Ternyata yang ditemui Tan pertama kali adalah Won. Saat
melihat berita itu, hanya Won yang ada di pikirannya, “Karena itu lihatlah aku,
dengarkan aku dan dengar penjelasanku.”
Won tak mau karena ia tak percaya
pada Tan sekarang. Tan memohon agar kakaknya percaya padanya kalau ia tak
pernah meminta saham itu, “Aku tak pernah berpikir untuk menggunakan hakku pada
saham itu. Tak mudah bagiku untuk datang kemari. Aku harus bagaimana agar kau
bisa percaya padaku?”
“Kalau begitu kembali saja,” Won
berdiri dan menantang Tan, “Serahkan sahammu dan kembalilah ke Amerika. Jika
itu terjadi, maka aku akan mempercayaimu.”
Tan kecewa mendengar permintaan
Won. Ia tak ingin kembali ke Amerika. Ia bersedia menyerahkan semuanya asal
tidak ke Amerika. Bagaimana mungkin Won dengan gampangnya menyuruhnya kembali
ke Amerika? Itu karena Won tahu kalau Tan tak benar-benar serius dengan
perkataannya.
Tuduhan Won membuat Tan sangat
marah. Ia sudah mengatakan kalau ia akan menyerahkan sahamnya dan tak akan
menghalangi Won. “Aku sudah tahan dengan kau membenciku, jahat padaku, dan
meremehkanku. Tapi bagaimana mungkin kau membuangku lagi? Bagaimana mungkin kau
menyuruhku untuk jangan pernah kembali lagi?”
Tan mengulang pertanyaannya
sekali lagi, apa Won harus berbuat seperti ini? Won pun menyuruh Tan memilih untuk
terakhir kalinya, apa Tan bersedia pergi ke Amerika atau tidak?
“Aku tak akan kembali ke Amerika
dan aku juga tak akan memberikan semua sahamku. Aku baru saja mengubah
pendirianku,” jawab Tan dan ia menantang Won, “Kau mau sahamku? Maka cobalah
mengambilnya dariku.”
Ughh.. stupid Won.
Di ruang kerja Presdir Kim, Eun Sang
gemetar Presdir Kim memberinya dua pilihan. Dua pilihan itu tak kita dengar,
tapi Eun Sang berjalan keluar dari ruangan itu dengan gontai.
Ia melihat Tan
yang akhirnya kembali dan walau ia masih gemetar, ia berjalan dengan tegar.Tan pun melihatnya, dan mereka
pun berjalan menghampiri satu sama lain. Tapi mereka tak menyapa ataupun
memandang.
Hanya saat berdampingan, mereka mengulurkan tangannya masing-masing
dan mengaitkan jari jemari mereka, saling menggenggam, saling menguatkan. Mereka
berhenti untuk bebeberapa saat, sebelum akhirnya melepaskan tangan dan melanjutkan
langkah kaki mereka.
Tan masuk menemui ayahnya yang
menyindirnya yang akhirnya pulang lagi karena tak punya uang. Tanpa memandang
ayahnya, Tan berkata walau ayahnya mengurung putranya sendiri, tapi ayahnya
menjadikan dirinya, si anak di luar nikah, sebagai pemegang saham terbesar
Jeguk. Ayah menjawab kalau itu adalah hadiah ulang tahun yang kepagian bagi
anaknya.
“Aku bukan lagi anak ayah. Aku
adalah musuh kakakku,” Presdir Kim terdiam mendengar ucapan sinis Tan, “Kupikir
aku bisa membujuk Ayah. Kupikir aku juga tak akan iri pada apa yang dimiliki
Won. Selama ia menjalani hidupnya dan aku menjalani hidupku, kupikir keluarga
ini akan tentram dan damai. Tapi hari ini Ayah telah menghancurkan semua
usahaku.”
Presdir Kim menjelaskan kalau Won
bisa mengalami hal yang buruk seperti masuk penjara, sakit sepertinya, dan
karena itu Jeguk harus memiliki pewaris berikutnya. Kalau tidak
saudara-saudaranya akan memperebutkan posisi Won, “Karena itulah aku
membutuhkanmu. Karena itulah yang bisa aku lakukan untuk kakakmu. Untuk Jeguk.
Untuk kedamaian.”
“Jadi aku mengincar posisi Won.
Won mengincar posisi Ayah. Selalu waspada pada apa yang ada di belakang kami.
Selalu berjingkat-jingkat. Apakah seperti itu ide Ayah untuk memperoleh
kedamaian?” tanya Tan sinis.
“Aku harus berterima kasih pada
Ayah, karena aku telah kehilangan keluargaku hari ini. Karena Ayah, aku tak
akan pernah menjadi adik dari kakakku. Sekarang hyung tak akan pernah menjadi
keluarga ibuku. Dan ibu tak akan pernah menjadi keluarga Ayah,” nada suara Tan menjadi
tinggi, namun ia tak dapat menahan air matanya untuk tak turun, “Dan sekarang..
Ayah bukan lagi keluargaku.”
“Itu adalah beban dari mahkota
yang kau pakai,” jawab Presdir Kim tenang. “Tanggunglah itu.”
Tan kembali ke kamar dan
merenung. Di bawah, Eun Sang berjalan dengan langkah pasti, melewati para
penjaga dan naik ke lantai dua. Dan pada saat itu kita mendengar apa dua
pilihan yang diberikan Presdir Kim kepadanya.
“Jika kau putus dengan Tan hari
ini, kau dapat pergi ke tempat manapun yang kau suka. Pergi ke mana pun, ke
Korea, Amerika, Inggris, Perancis. Kemanapun juga. Tapi jika katu tak dapat
putus dengannya sekarang, kau punya pilihan lain. Aku akan memberimu waktu dua
minggu. Kau dapat menemui Tan kapan pun kau suka. Tapi ..! Saat kau putus dua
minggu kemudian, kau akan pergi ke tempat yang aku mau. Dan itu tak akan di
Korea, Juga tempat yang berbeda dari Amerika, Inggris atau Perancis.”
Duhh.. pantes saja tadi Eun Sang
gemetar. Dua pilihan kok semuanya nggak enak.
Tan mendengar suara ketukan
pintu. Dan saat ia membuka pintu, ia melihat Eun Sang. Sebelum ia sempat
bicara, Eun Sang menaruh telunjuk di bibirnya, “Ssstt..!!” dan tersenyum.
source :
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-15-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-15-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment