Friday, December 27, 2013

The Heirs Episode 15


Sementara di dalam Tan mencium kening Eun Sang, di luar Rachel melepas korsasenya dengan marah. Tapi sepertinya korsase itu juga marah padanya karena korsase itu menolak lepas dari tangannya.

Young Do yang ikut keluar, menarik tangan Rachel dan membantu melepaskannya. Tapi bukan karena ia baik hati, tapi karena ia ingin segera memarahi Rachel yang memanggil Eun Sang kemari sebagai pelayan cafe.



Rachel tak ingin meladeni omongan Young Do karena ia sedang marah. Young Do berkata Rachel seharusnya berterima kasih pada Eun Sang yang kali ini menyelamatkan Rachel, “Karena ia sendiri yang mengaku, aku akan melepaskanmu kali ini. Tapi ini yang terakhir kalinya, Sister.”
“Apa Eun Sang tahu begitu perhatiannya dirimu ini?” ejek Rachel.
“Tentu saja tidak. Hal itu sangatlah memalukan,” jawab Young Do. Ia berbalik untuk kembali ke dalam tapi Myung Soo muncul dan mulai berkata ngaco, membuat Young Do heran dan bertanya, “Apa kau sedang mabuk?”
Myung Soo bingung karena sebenarnya ia tak ingin mereka melihat apa yang terjadi di dalam. Ia pun menunjuk pada Rachel dan mulai complain kenapa Rachel tak pernah membalas surat cinta yang ia kirimkan saat SMP dulu. Rachel hanya menatap Myung Soo, mungkin juga berpikiran sama dengan yang diucapkan Young Do.
Beberapa teman mereka (yang dulu menginterogasi Eun Sang, minus Ye Sol) muncul dan mengomel, marah pada Eun Sang yang tak tahu diri bahkan berani mencium Tan. Rachel dan Young Do terkejut mendengarnya dan itu adalah isyarat bagai Myung Soo untuk cabut. Ia pura-pura harus ke kamar kecil sekarang.
Young Do nampak sedih, namun seolah tak peduli, ia berkata kalau ia akan pergi sekarang. Sedangkan Rachel, walau terlihat galau, tapi ia memutuskan untuk kembali masuk. Tapi ia terkejut saat hendak masuk ia bertemu dengan Hyo Sin.
Hyo Sin heran melihat Rachel yang ada di luar dan dengan bergurau Rachel menjawab kalau ia ada di luar karena menunggu kedatangan Hyo Sin, “Karena aku merindukan Sunbae.” Hyo Sin semakin heran dengan jawaban Rachel yang aneh.
Ada telepon masuk di handphone Hyo Sin dan Hyo Sin menyuruh Rachel untuk masuk duluan. Ternyata dari Hyun Joo yang memarahi Hyo Sin karena Hyo Sin tak mengikuti ujian masuk Universitas. Hyo Sin malah tersenyum dan menjawab kalau hal yang seperti ini yang membuat Hyun Joo meneleponnya.
Hyun Joo  bertanya dimana Hyo Sin sekarang karena orang tuanya sekarang mengkhawatirkan anaknya yang menghilang. Hyo Sin mau memberitahu keberadaannya jika Hyun Joo mau menemuinya dan datang sendirian.
Di rumah, Nyonya Han menyeret Ibu Eun Sang ke dalam ruang kerja Presdir Kim dan menyuruhnya untuk mengawasi luar, untuk jaga-jaga walau sekarang Presdir Kim sedang tidur siang, “Kau sekarang adalah komplotanku, Ahjumma.”
Ibu Eun Sang bengong sesaat, walau ia akhirnya berjaga di depan pintu dan mengintip keadaan luar. Nyonya Han berencana untuk membongkar brankas besi Presdir Kim. Ia teringat ucapan Tan yang mengatakan kalau Presdir Kim menyuruh orang memata-matai Tan. Maka ia pun memencet-mencet tombol brankas, tapi pintu tetap tak mau membuka.
Pada Ibu Eun Sang, Nyonya Han mengeluh kalau ia sudah mencoba semua kombinasi, hari ulang tahunnya, Won, Tan, hari kemerdekaan, tapi tetap saja pintu brankas tak bisa dibuka.
Maka akhirnya Ibu Eun Sang pun turun tangan. Seperti detektif kawakan, ibu Eun Sang meraut pensil dengan cutter, sehingga mendapatkan setumpuk debu karbon. Setelah itu ia meniupkan karbon itu hingga terlihat tombol-tombol mana yang sering dipencet oleh Presdir Kim.
Nyonya Han terpana dengan kemahiran ibu Eun Sang yang menyamai Mission Impossible. Ibu Eun Sang meminta Nyonya Han untuk mengingat-ingat kombinasi nomor yang terdiri dari nomor-nomor itu. Nyonya Han pun teringat sesuatu, dan memencet lagi. Kali ini berhasil, namun hal itu membuatnya sedikit kecewa karena kombinasi angkanya adalah hari ulang tahun ibu Won.
Tapi Ibu Eun Sang menyuruhnya segera bergegas karena mereka tak punya banyak waktu. Nyonya Han pun segera mencari dokumen yang ia cari. Dan ketemu! Ada foto Tan dengan Eun Sang, foto Won dengan seorang gadis, dan.. Matanya terbelalak, berseru, “Apa ini?! Omo omo..!”
Tan dan Eun Sang masih saling curi-curi pandang saat Chan Young dan Bo Na menanyai Hyo Sin tentang ujian masuknya yang katanya lebih berat dari ujian tahun lalu.. Hyo Sin tak memberitahu mereka kalau ia tak jadi tes hanya menjawab kalau ujiannya dan hanya tersenyum dan menjawab kalau soalnya tak sesusah itu.
Eun Sang memuji kakak kelasnya, tapi Tan merangkul Hyo Sin dan menyindir, apa Hyo Sin yakin dengan jawabannya? Hyo Sin malah menyindir balik, “Memang apa yang kau ketahui tentang ujian?” Chan Young membenarkan Hyo Sin, membuat Tan kesal.
Rachel muncul dan Tan yang melihatnya pertama kali. Ia langsung menghadang Rachel yang bertanya apakah sekarang Tan merasa bahagia karena sudah mengatakan ke seluruh dunia kalau Tan menyukai gadis miskin? Tan menjawab kalau ia hanya bisa berharap kalau Rachel juga berbahagia sama sepertinya.
Rachel berkata kalau ia sudah berhenti menyukai Tan tapi ia juga tak ingin melihat Tan bahagia, “Untuk mendapatkan Cha Eun Sang kau harus kehilangan sesuatu.” Ia pun meninggalkan Tan dan menghampiri Hyo Sin yang sedang bercakap-cakap dengan Bo Na dan Chan Young. Ia memanggil Hyo Sin untuk menarik perhatiannya dan tanpa basa-basi langsung mencium bibirnya.
Semua terkesiap kaget mendapat pertunjukan untuk kedua kalinya. Pada saat yang bersamaan Hyun Joo muncul sehingga melihat ciuman itu dan Hyo Sin melihatnya.
Hyo Sin bertanya apakah Rachel berniat membuat Tan cemburu? Rachel menjawab tidak. Ia hanya ingin membuat hubungan Tan dan Hyo Sin menjadi renggang. Tapi ia tak memiliki perasaan pada Hyo Sin. Ia berlalu pergi meninggalkan Hyo Sin.
Tapi Hyo Sin menangkap tangannya dan berkata, “Aku juga tak memiliki perasaan apapun padamu.” Dan ia langsung menarik Rachel dan menciumnya, sama seperti tadi, namun dengan mata melirik pada Hyun Joo.
Semua yang melihat lebih terkejut melihat hal itu dan bisik-bisik semakin keras. Namun suara paling keras adalah Bo Na yang melepas bando berliannya, “Sialan! Sialan! Ini adalah pestaku, sialan!”
Hahaha… O iya.. ini pesta Bo Na – Chan Young, ya.. Sampai lupa.. :p
Eun Sang pulang dengan terhuyung-huyung mabuk. Tan yang mengikutinya dari belakang geli dan bertanya apa yang sebenarnya Eun Sang minum. Hanya tiga gelas jus. Tapi Tan kenal dengan Myung Soo. Si biang pesta itu pasti sudah mencampur jusnya dengan alcohol.
Tan mendengar gumaman Eun Sang yang merasa kepanasan dan meminta Eun Sang untuk tak menggodanya, “Karena aku tak akan bisa tahan.”
Tapi Eun Sang malah berbalik dan memanggil Tan, “Hei, Kim Tan. Kim Tan yang tampan.”
“Berhentilah bersikap imut. Berbahaya,” sahut Tan dan berjalan mendahului Eun Sang.
“Kim Tan yang selalu menghampiriku ketika melihatku,” kata Eun Sang menghentikan langkah Tan. Tan berbalik dan melihat Eun Sang yang dalam mabuknya berkata, “Kim Tan yang selalu dalam kesusahan karenaku.”
“Kalau kau bicara lagi, aku akan meninggalkanmu,” ancam Tan.
Tapi Eun Sang menggeleng, merajuk dan malah berkata, “Kim Tan! Aku menyukaimu sekarang. Aku benar-benar suka.”
Tan terpana mendengar pengakuan Eun Sang, apalagi kali ini Eun Sang yang meraih tangan yang ada di saku dan malu-malu menggenggamnya. Tan akhirnya bertanya mengapa tangan Eun Sang begitu dingin? ”Kau benar-benar membuatku khawatir.”
Ia pun menggenggam tangan satunya dan meniup kedua tangan Eun Sang, menghangatkannya. Aww…
Tapi kehangatan itu tak bisa berlanjut karena Nyonya Han menelepon Tan. Maka Tan pun menemui ibunya yang langsung bertanya apakah Tan tadi bersama Eun Sang? Tan tak mau menjawab. Ibunya menyuruhnya datang karena ada hal yang penting bahkan menyuruhnya untuk terbang menemui ibunya, “Jadi bisakah kita melewati interogasi itu?”
Nyonya Han  memberikan jaket ganti dan berkata kalau ia sudah memiliki rencana untuk Tan. “Kau akan minta maaf pada Rachel besok. Kau bilang saja kau kau yang bersalah. Aku punya sesuatu yang akan mengembalikan pertunanganmu lagi. Walau sedikit murahan. Aku akan menemui ibu Rachel besok.”
“Bu,” sentak Tan. “Bukan pertunangan yang aku inginkan. Apakah ibu tak juga mengerti? Aku tak ingin menjalani kehidupan yang palsu lagi.”
“Bagaimana mungkin kau ini palsu? Apapun yang orang katakan, kau adalah anak kedua dari Grup Jeguk!” jawab Nyonya Han dengan nada tinggi.
“Kalau begitu ibu adalah siapa? Apakah dengan hanya menjadi ibuku itu tak cukup bagi ibu?” pertanyaan Tan mengagetkan Nyonya Han.
Nyonya Han merasa sedih hatinya saat melihat putranya tertunduk saat berkata, “Bahkan bagi ibu, aku bukanlah siapa-siapa jika aku bukan anak kedua dari Grup Jeguk.”
Tan kembali ke hotel dan sedih saat melihat kalau kamar Won sekarang sudah rapi dan bersih dari barang-barang Won. Won sudah pindah dari kamar itu dan menyerahkan kamar itu pada Tan.  
Orang tua Hyo Sin menyidang anaknya yang tak mengikuti ujian masuk universitas. Tapi di luar dugaan, kedua orang tuanya sangat pengertian dan menyuruh Hyo Sin untuk mengambil jurusan yang ia maui. Entah itu Ilmu Sosial atau Seni, Hyo Sin boleh belajar apa yang Hyo Sin suka.
“Apakah Ayah Ibu benar-benar serius?” harapan Hyo Sin tumbuh.
“Kau sudah pasti akan menganggur satu tahun. Jadi lakukan apa yang akan kau lakukan,” jawab Ayah Hyo Sin. “Belajar apapun yang kau inginkan, tapi persiapkan juga untuk LEET. Jadi kau bisa langsung masuk ke sekolah hukum.”
“Karena kau sudah banyak belajar, kau akan lebih siap untuk tahun depan,” ujar ibu Hyo Sin dengan penuh pengertian. Ia menggenggam tangan putranya dan menyemangatinya, “Bersemangatlah, Lee Hyo Sin.”
Hyo Sin menghela nafas kecewa dan menarik tangan dari genggaman ibunya, “Sama seperti tes wawancara masuk universitas, Ayah Ibu pasti juga sudah menjadwal ulang ujian masuk universitas untukku juga. Marahlah saja padaku. Kalian membuatku sesak nafas! Apakah Ayah Ibu tahu betapa kejamnya hal ini?”
“Apa kau tahu betapa putus asanya kami karena punya anak yang mengecewakan?” jawab ayahnya tak sabar. “Apapun impianmu.. Ada juga impian yang kami miliki saat kami melahirkanmu. Jangan lupakan itu.”
Paginya, berita Hyo Sin yang tak ikut tes sudah menyebar. Tan menemui Hyo Sin dan bertanya mengapa Hyo Sin melakukan hal itu. Apakah Hyo Sin senang dengan perhatian yang tertuju padanya sekarang?
Tapi Hyo Sin malah bercanda kalau perhatian itu ada pada mereka, karena kejadian kemarin. Ia menunjuk bibirnya dan berkata, “Hubungan cinta dan benci dengan aku nomer satu dan kau nomer dua. Seharusnya hubungan kita berdua menjadi canggung.”
Tan menjawab kalau Hyo Sin tak usah sok pintar karena ia bahkan tak ikut ujian kemarin. Dengan nada lebih serius ia bertanya apakah Hyo Sin baik-baik saja? Bagaimana tanggapan orang tua Hyo Sin?
“Bersemangatlah, Lee Hyo Sin,” jawab Hyo Sin menirukan ibunya. Tan heran, neraka seperti apa yang didiami Hyo Sin sekarang. Hyo Sin tersenyum, “Kau juga tidak sedang ada di awan juga. Soal yang kemarin, aku minta maaf. Sumpah, aku tak bermaksud untuk melakukan ciuman yang kedua. Aku hanya ingin menunjukkan pada seseorang saja.”
Tan menatap Hyo Sin lama, dan akhirnya bertanya, “Jadi.. apakah seseorang itu aku?”
Wkwkwkwk.. jadi beneran dong cinta segitiganya. LOL, Tan kepedean banget, sih.. Tapi melihat ekspresi Tan yang menatap Hyo Sin dengan khawatir (atau sayang?) rasanya Tan tahu apa yang terpendang di hati Hyo Sin.
Saat pelajaran olahraga selesai, beberapa murid wanita menghadang Eun Sang yang berani-beraninya membohongi mereka, menjadi OKB padahal hanya anak miskin. Eun Sang minta maaf, tapi mereka masih terus menghina Eun Sang yang juga menggoda Tan.
Salah satu murid sudah hampir main fisik kalau saja Young Do tak muncul di belakang mereka. Saat mereka mengadu tentang kemiskinan Eun Sang yang masuk ke sekolah mereka, Young Do hanya berkata kalau anak itu tak mempunyai ijin untuk bicara padanya.
Para gadis itu tahu diri dan memilih pergi dengan diiringi sekelumit nasihat dari Young Do, “Berhenti berkomplot. Belajar hidup sendiri-sendiri!”
Eun Sang berterima kasih karena telah menjadi ksatria hitamnya. Tapi Young Do menolak disebut ksatria, karena, “Kalau aku ksatriamu, apa berarti Kim Tan adalah Pangeran Tampanmu? Wajahku itu lebih putih darinya.”
Hahaha.. Eun Sang bahkan geli mendengarnya. Ia bertanya tentang kabar Hyo Sin yang ternyata tak ikut ujian. Young Do menjawab kalau ia dari dulu sudah suka dengan Hyo Sin, “Tapi sekarang aku semakin menyukainya.”
Eun Sang tersenyum dan berkata kalau mereka ternyata bisa juga ngobrol enteng seperti ini, tanpa membicarakan rahasianya, “Kupikir kau mungkin hanya susah mengekspresikan diri sendiri.”
Young Do kesal dan berkata kalau sekarang Eun Sang sudah bisa berjalan sendirian saja. Eun Sang heran dan bingung melihat sikap Young Do. Padahal Young Do menemani Eun Sang agar tak diganggu dengan murid-murid yang lainnya lagi.
Young Do memang tak mungkin bisa mengantarkan Eun Sang lebih jauh lagi, karena ia dipanggil untuk melaksanakan hukumannya, yang lagi-lagi membersihkan kaca. Dan yang berikutnya kita lihat adalah Tan dan Young Do yang membersihkan kaca masih dengan malas-malasan dan tak saling bicara. Tapi kegiatan mereka terhenti saat melihat Won dan Presdir Choi masuk ke lobi sekolah.
Wajah mereka langsung pucat dan Tan bertanya apakah Young Do memberitahu ayahnya tentang panggilan ke sekolah?
“Apa kau memanggil mereka?” balas Young Do.
“Apa ayahmu tahu berapa nilaimu?”
“Bisakah kau katakan pada ayahku kalau aku sudah mengalahkanmu?”
Bwahaha… LOL banget mereka berdua. Mereka berdua hanya bisa memandang ayah dan kakak yang heran tak percaya melihat mereka sedang membersihkan jendela.
Seberapa berkuasanya Presdir Choi dan Won di dunia bisnis, di ruangan kepala sekolah mereka hanya orang tua dan wali murid yang harus mendengar omelan Ibu Kepala Sekolah. Nyonya Jung memanggil Presdir Choi dan Won karena ia sudah tak dapat mengendalikan Tan dan Young Do. 
Won melirik Tan kesal dan meminta maaf. Begitu pula Presdir Choi yang berkata kalau ia akan menasehati putranya. Nyonya Jung bertanya apakah Presdir Choi sudah tahu nilai Young Do?
“Rangking Young Do adalah 98,” kata Nyonya Jung, membuat Presdir Choi berkata kalau ia akan mengingatkan anaknya. Pada Won pun, Nyonya Jung bertanya, “Apakah Anda tahu rangking Tan, Tuan Kim? Rangking 100! 100!”
Tan menggigit bibirnya, tapi Won tetap tenang dan bertanya, “Apakah itu rangking secara nasional?”
“Rangking satu angkatan dalam SMA Jeguk! Dari 100 siswa.”
Bwahaha… Ekspresi Won itu loh, yang melongo saat menoleh pada  Tan, benar-benar tak bisa percaya. Tan hanya bisa ngeles, “Aku ini bukan orang yang setengah-setengah.” LOL. LOL. LOL.
Selesai pertemuan, Presdir Choi bertanya apakah IQ Young Do (note : 150) itu tak bisa membantu nilainya? Young Do hanya tertunduk di belakang ayahnya, bersiap menghadapi yang terburuk. Tapi Presdir Choi melanjutkan, “Tapi tetap saja, kau berhasil mengalahkan Tan untuk pertama kalinya.”
Bwahahaha…  si ayah ini.. Young Do hanya bisa bengong mendengar kegembiraan ayahnya yang salah fokus.
Sementara itu Won masih belum bisa percaya kalau rangking Tan adalah 100 dari 100. Tan menunduk dan minta maaf. Ia akan berusaha lebih baik lagi di ujian final. Won langsung menyergah, “Memang kau bisa lebih buruk lagi?” Haha.. Betul betul betul.
Tan malah tersenyum dimarahi seperti itu, karena ia mengira Won tak peduli pada nilai-nilainya. Won menjadi canggung karena dipuji seperti itu. Tan berterima kasih dan meninggalkannya kakaknya untuk kembali ke kelas.
Saat berbalik, Won terkejut karena melihat Hyun Joo. Tapi Hyun Joo hanya tersenyum sopan tanpa bicara, seakan mereka tak mengenal satu sama lain. Won menghentikannya dengan bertanya, “Apakah sangat berat? Wajahmu kelihatannya lelah.”
Tanpa memandang, Hyun Joo menjawab kalau para guru masih memperlakukannya secara biasa karena belum tahu kalau ia adalah yatim piatu. Ia merasa berterima kasih pada Presdir Kim yang mengundurkan jadwal penerbitan artikelnya hingga minggu depan. Won memotongnya dan berkata kalau artikel itu tak akan pernah terbit, membuat Hyun Joo terkejut.
“Dan jawablah teleponku. Itu tak akan membunuhmu,” tukas Won yang langsung berbalik meninggalkan Hyun Joo. Ia tak menjawab saat Hyun Joo bertanya apakah Won yang menghentikan terbitnya artikel itu, dan malah berlalu pergi.
Nyonya Han menemui Esther untuk memintanya memutuskan pertunangan itu secara resmi. Whaaa..? Sepertinya ucapan Tan yang terakhir di hotel itu benar-benar menyentuh perasaannya.
Esther tentu saja tak mau, apalagi ia diminta oleh seseorang seperti Nyonya Han. Memang siapa Nyonya Han itu hingga berani bicara padanya. Nyonya Han menjawab kalau ia adalah ibu Tan. Tapi Esther menajawab kalau ibu Tan yang ia tahu adalah Nyonya Jung.
Nyonya Han menahan kesabaran dan tetap berkata sopan kalau ia sudah terbiasa dengan anggapan seperti itu, tapi ia tak peduli. Ia merasa kalau usia Tan dan Rachel masih terlalu muda untuk memenuhi janji perusahaan, “Jadi pertunangan ini..”
“Rachel terlalu berharga untuk menikah dengan seorang anak diluar nikah,” potong Esther. “Maafkan aku yang berkata kasar. Aku hanya ingin menjadi ibu yang membela. Kuharap aku tak akan bertemu denganmu lagi.”
Nyonya Han hanya memberikan amplop. Ia sebenarnya tak ingin menggunakan ini dan ia mengeluarkan isinya, “Maafkan kekasaranku. Aku hanya ingin menjadi ibu yang membela.”
Esther terkejut karena di dalam ada fotonya dan Sekretaris Yoon yang berciuman. Ia menyebut taktik Nyonya Han ini sebagai sesuatu yang kotor. Tapi ia setuju, “Baiklah, kita batalkan saja pertunangan ini.”
Hyun Joo memberi tugas murid-muridnya untuk membentuk kelompok yang terdiri atas 2 – 4 orang untuk tugas sastra. Mereka harus membaca novel klasik dan menulis sebuah review. Rachel mengeluh karena novel-novel itu sudah pernah dibaca saat SD. Tapi Hyun Joo berkata kalau mereka sekarang sudah dewasa, dan apa yang dibaca pun juga akan berubah.
Bo Na mengajak Chan Young untuk menjadi satu kelompok. Ia pun juga mengajak Eun Sang yang langsung Eun Sang terima dengan segera. Hanya ada dua anak di belakang Eun Sang yang melihatnya dengan tatapan tidak suka.
Bukaaann.. bukan para gadis-gadis jahat itu, tapi si peringkat 98 dan 100.
Dan itu yang membuat Eun Sang kesal, karena ia sekarang harus berkelompok dengan mereka. Di café, ia menginterogasi Tan dan Young Do, siapa yang berinisiatif untuk menggabungkan mereka bertiga, “Aku harusnya ada di kelompok Chan Young dan Bo Na. Apakah kau, Young Do?”

‘Ini bukan kelompok yang aku inginkan,” bantah Young Do. Eun Sang bertanya siapa yang Young Do inginkan? Young Do menjawab, “Choi Young Do, Cha Eun Sang, Suzy dan Hyuna.”
Haha… Tan melirik Young Do tapi Eun Sang tak merasa lucu sama sekali. Ia sedang tak ingin bercanda, “Apakah ini ulahmu, Kim Tan?”
“Kalau mauku, tentu saja aku ingin kelompok yang isinya Kim Tan, Cha Eun Sang, Cha Eun Sang dan Cha Eun Sang,” jawab Tan konyol. Young Do menoleh padanya dan langsung dikomentari Tan, “Ngapain liat-liat?”
Eun Sang akhirnya menyerah dan karena sekarang ia harus bekerja, maka ia meminta kerja sama mereka. Ia tahu kalau mereka tak akan mau baca buku, jadi ia sudah menyiapkan semuanya, “Aku akan baca bukunya dan kalian akan nonton filmnya. Dan berikanlah setidaknya satu kata saja.”
Eun Sang menaruh satu earphone ke masing-masing telinga kedua cowok itu dan mengancam tak akan menulis nama mereka jika mereka tak bekerja sama, “Lihatlah ke layar dan jangan sampai berkelahi. Pikirkan saja kalian sekarang berada di dunia yang berbeda.”
Hahaha… imut banget mereka berdua .. dan romantis lagi.
Tapi rencana tinggal rencana. Kedua cowok itu duduk diam di depan layar, tapi yang ditonton bukanlah film itu, tapi mereka kompakan nonton Eun Sang yang sedang melayani pelanggan. 
Dan saat ada satu pembeli yang marah karena Eun Sang salah buat minuman, mereka berdua akan berdiri untuk membela Eun Sang.
Eun Sang melihatnya dan langsung mendelik pada mereka berdua, dengan kedua jarinya ia menyuruh agar mereka duduk kembali. Hahaha… Dan seperti dua anak nakal yang diomeli gurunya, mereka pun patuh dan duduk kembali.
Mendadak muncul dua bodyguard yang menyampaikan pesan Presdir Kim untuk membawa Tan pulang ke rumah, bahkan dengan kekerasan jika perlu. Young Do menawarkan keahlian judonya untuk menghalau mereka berdua, tapi Tan menolaknya. Tidak untuk hari ini. Pada Eun Sang yang menatap khawatir, Tan memintanya untuk tak khawatir, “Aku hanya pulang ke rumah lebih dulu.”
Eun Sang menatap kepergian Tan dengan khawatir. Ia minta ijin pada bosnya untuk pergi sebentar selama 30 menit, dan pada Young Do .. ia menatap ragu. Young Do langsung bertanya, “Apa? Kau butuh tumpangan? Bis terlalu pelan, ya?”
Eun Sang akhirnya meminta Young Do mengantarkannya. Young Do mulanya tak mau, “Aku mau pergi ke pesta dan kau ingin nebeng pulang ke rumah?” Ah.. boong banget. Pesta kok di siang bolong. Tapi Young Do memang hanya pura-pura dan menyuruh Eun Sang agar segera bersiap, ia akan mengantarkan Eun Sang pulang.
Ahh… bad boy with good heart.
Tan pulang dan melihat kalau rumahnya sekarang dijaga ketat oleh para bodyguard. Di dalam, Presdir Kim memarahi Tan yang membuat Esther mengembalikan semua hadiah pertunangan dan memutuskan pertunangan itu, padahal Rachel tak ingin memutuskannya, “Apa yang sudah kau lakukan padanya?”
“Aku yang memutuskan pertunangan itu. Kenapa menyalahkannya?” sela Nyonya Han. “Sejak awal aku sudah tak menyukai Rachel. Matanya terlalu tajam, dan hidungnya juga tajam..”
“Bisakah kau diam?!” bentak Presdir Kim, membuat Nyonya Han mengkeret. Presdir Kim berkata kalau Tan baru saja kehilangan kesempatan terakhirnya. “Dengan memutuskan pertunangan ini, Esther tak akan diam saja menjaga rahasiamu dan keluarga kita. Dan kita akan menjadi bahan pembicaraan orang-orang..”
“Dan itu akan membuat Ayah semakin kaya,” potong Tan. “Akan muncul gosip tentang perkelahian antar saudara, harga saham akan naik. Apa yang mesti dikhawatirkan? Ayah tak perlu mengkhawatirkan apakah aku atau ibu akan terluka.”
“Aku mengkhawatirkan tentang kehidupanmu!” bentak Presdir Kim. “Apakah kau melakukan hal ini karena Cha Eun Sang?”
“Aku melakukan ini karena ayah,” jawab Tan langsung. Jawaban itu membuat Presdir Kim marah dan mengangkat tongkatnya untuk memukul Tan. Tapi Nyonya Han langsung menahan tongkatnya, “Pak Presdir, kumohon..” Tapi Tan juga marah pada ibunya, “Siapa yang Pak Presdir? Siapa yang ibu sebut Pak Presdir di rumah ini? Apakah Ayah ini masih atasan Ibu?”
“Apa.. aku harus melakukan sesuatu padanya?” tanya Presdir Kim tetap melanjutkan pertanyaannya. Tan mengancam kalau Presdir Kim tak akan melihatnya lagi jika Presdir Kim menyentuh Eun Sang. Nyonya Han mencoba membujuk Presdir Kim kalau Tan dan Eun Sang masih 18 tahun dan tak akan menikah sekarang.
Presdir Kim menyentak, “Mereka memang tak menikah sekarang, tapi pertunangannya baru saja dibatalkan!” Ia menghukum Tan tak boleh keluar kamar dan tak sekolah. Juga meminta handphone Tan sekarang juga.
Di kamar, Nyonya Han mencoba membujuk anaknya untuk meminta maaf pada ayahnya. Tanpa handphone, computer dan dikurung di kamar, apa yang akan Tan lakukan sekarang?  Tan menjawab kalau saat gelap, ia dapat melihat bintang-bintang dengan lebih jelas, membuat ibunya bingung.
Tan tak menjelaskan lebih jauh, malah bertanya apakah ibunya ini benar-benar yang memutuskan pertunangannya? Dengan nada bangga, Nyonya Han mengiyakan. Ia ingin melakukan sesuatu yang diinginkan Tan, karena ia adalah ibu Tan.
Tan bertanya apakah ibunya tak menyesal? Nyonya Han mengatakan tidak. Ia menggenggam tangan putranya dan berkata, “Untuk pertama kalinya aku menjadi ibumu. Kau menggenggam tanganku dan membawaku keluar dari kamar.”
Aww… ibu ini benar-benar tersentuh dengan perbuatan anaknya saat pertemuan keluarga itu.
Tan pun menggunakan kesempatan itu dengan bertanya, “Karena sekarang aku sedang dikunci di dalam rumah, Ibu ganti mengeluarkanku dari kamar ini.”
Ibu hanya menatap Tan, pura-pura tak mendengar, dan berkata, “Istirahatlah. Aku akan membawakanmu makanan yang enak.” Dan ibu pun keluar dari kamar. Haha..
Rachel menangis mendengar pertunangannya dibatalkan. Ia terserah ibunya yang menikah dan bercerai sesuka hatinya, “Tapi kenapa ibu juga yang harus memutuskan pertunanganku?”
Esther melarang anaknya untuk menangis akan putusnya pertunangannya dengan anak diluar nikah. Keluarga Kim sangat kacau dan lebih baik bagi mereka jika seperti ini. Tapi Rachel marah karena dulu ibunya sangat senang saat ia bisa bertunangan dengan Tan,
“Saat itu ibu pasti merasa senang dan sangat berkelas. Apakah ibu yakin kalau nanti ibu tak akan membagi harta ayah Young Do menjadi dua? Ibu menggunakan 7 hingga 8 pengacara untuk melawan ayah saat bercerai dengannya. Apa itu berkelas?”
“Yoo Rachel! Jaga kata-katamu!” hardik Esther marah.
“Tapi setidaknya aku menyukai Tan, Bu,” ujar Rachel tersedu-sedu, mengagetkan Esther.

Esther menjawab kalau dulu ia pun juga menyukai ayah Rachel, tapi mereka tetap bercerai juga. Ia meminta Rachel segera melupakannya. Tapi Rachel tak butuh saran dari ibunya, “Jangan urusi hidupku lagi. Aku bukanlah produk baru ibu untuk musim ini.”



Young Do mengantarkan Eun Sang pulang naik motor. Eun Sang melepaskan pegangan eratnya pada jaket Young Do. 
Young Do melihat hal itu, malah berkata kalau seharusnya Eun Sang memasukkan tangan ke dalam sakunya seperti yang ia suruh agar tak kedinginan, “Nanti saja kalau tanganmu beku kau baru berpikir, “Ahh.. ngerti gitu tadi tanganku aku masukkan saja ya ke dalam saku Young Do.”


Eun Sang mencoba untuk tak mempedulikan godaan Young Do. Ia berterima kasih dan berjalan pergi, tapi ia terkejut melihat ada dua penjaga di depan pintu masuk. Ia merasa khawatir karena Tan pasti dikurung di dalam rumah.
Dengan nada bercanda, Young Do berkomentar, “Ini adalah bab dimana kau tak bisa baca tanpa menangis. Judul babnya : Serangan Pak Presdir.” Young Do menambahkan kalau sebagian karakter di bab ini adalah bodyguard. “Dan ini tak hanya tentang ayah dan anak saja. Tapi perkelahian antar pria. Kau tak akan bisa melihatnya walau serumah dengannya. Itu bagus buatku.”
Ha.. Eun Sang menatap Young Do kesal dan sebelum pergi, Eun Sang berkata kalau ia akan membayar tumpangannya hari ini. Young Do menatap punggung Eun Sang dan bergumam sedih, “Hati-hati. Kau bahkan tak tahu apa yang akan kuminta darimu.”
Eun Sang masuk dan melihat penjaga berjaga di semua penjuru rumah. Di kamar, ibu bertanya apakah mereka dapat pindah lebih cepat karena ia khawatir kalau Eun Sang nanti juga akan mendapat masalah. Eun Sang menjawab tidak bisa karena penghuni lama rumah yang akan mereka sewa itu belum pindah.
Eun Sang bertanya apakah Tan memang dikurung di dalam kamar? Ibu mengangguk dan meminta Eun Sang untuk tetap di kamar saja. Sepeninggal ibu, Eun Sang meng-SMS Tan, bertanya apakah Tan baik-baik saja?
SMS itu muncul di handphone Tan, hanya yang membaca bukan Tan tapi Presdir Kim. Presdir Kim yang mengumpulkan istri sah, istri simpanan dan sekretarisnya (err.. yang ini ga ada hubungan romantis, yah..) memerintahkan pada masing-masing orang itu.
Nyonya Jung diperintahkan untuk mencari seseorang yang pantas untuk menikah dengan Won. Ia juga mengingatkan Nyonya Jung untuk tak menghasut Won dengan menggunakan saham yang Nyonya Jung miliki, karena jika itu terjadi maka Nyonya Jung harus menceraikannya.
Nyonya Han diam-diam tersenyum mendengar ancaman itu, dan sepertinya hatinya berharap agar ancaman itu terjadi. Tapi Presdir juga memberi ancaman padanya, “Han Ki Ae, kau juga harus keluar dari rumah ini jika kau ingin membesarkan Tan seperti itu.”
Wajah Nyonya Han langsung keruh seketika itu juga.
Pada Sekretaris Yoon, ia memerintahkan agar Sekretaris Yoon berusaha menangkal upaya RS International yang sebentar lagi akan menyebarkan rumor tentang Tan adalah anak di luar nikah, karena perjanjian pertunangan Tan – Rachel sudah batal. Ia juga menyuruh Sekretaris Yoon memanggil semua pemegang saham yang namanya dipinjam untuk membeli saham. Dan satu lagi, “Berikan padaku surat pengunduran diriku.”
Semua terkejut mendengarnya. Presdir Kim berkata kalau Won sudah memecat semua orang-orangnya,  dan hanya menyisakan Sekretaris Yoon, “Jadi apa itu maksudnya?”
Sekretaris Yoon hanya bisa menjawab kalau selama ini ia tak pernah memihak siapapun dan tak mengkhianati siapapun, “Karena itulah saya mencapai posisi ini. Namun karena itulah juga saya diberhentikan. “
Presdir Kim membenarkan kalau Sekretaris Yoon memang penuh integritas. Tapi apa yang didapat Sekretaris Yoon dengan memiliki integritas? Presdir Kim menyuruh mantan sekretaris itu untuk mulai mengajar Tan besok, “Aku akan memikirkan ulang apakah aku akan memecatmu atau tidak.”
Haduhh… susah kalau punya dua bos yang lagi musuhan. Mau duduk salah, mau berdiri juga salah. Bahkan batuk pun kayaknya juga salah, deh.
Sekretaris Yoon memberitahu Chan Young kalau ia telah dipecat karena ia tak mau bersekutu dengan siapapun. Chan Young memberi semangat ayahnya dan berjanji kalau ia akan cepat lulus dan mulai bekerja. 
Sekretaris Yoon mengacungkan jempol, senang dengan tekad anaknya.“Tapi Ayah.. Ayah pasti memiliki sedikit tabungan, kan?” tanya Chan Young. 
Sekretaris Yoon berhenti makan dan mulai mengingat-ingat karena ia tak tahu, membuat Chan Young kesal.
Haha.. ni ayah, diajak ngomong serius, malah becanda.
Tan kesal karena dikurung dan berusaha memutar otak untuk bisa keluar. Tapi di luar para bodyguard berjaga sangat ketat.
Nyonya Han melihat kalau makan malam Tan masih tak tersentuh sama sekali. Ia membuka pintu tapi Tan menguncinya. Akhirnya ia mengetuk pintu dan menyuruh Tan makan, “Apa kau sedang mogok makan? Tak aka nada yang peduli. Kau sendiri yang rugi. Kau harus tetap hidup agar bisa melakukan sesuatu. Buka pintunya, ya?”
Tapi Tan tetap duduk di kursi, tak mau membuka pintu
Di sekolah, Young Do menjajari langkah Eun Sang dan bertanya apakah Eun Sang berangkat ke sekolah sendiri karena Tan masih dikurung di dalam rumah?
Eun Sang langsung bercerita panjang lebar kalau di dalam rumah sekarang penuh penjaga dan ia merasa Tan pasti merasa ketakutan sekarang. Young Do langsung kesal, merasa Eun Sang keterlaluan, “Hanya karena aku menyukaimu, bukan berarti aku ada di pihakmu. Atau haruskah aku berada di pihak Tan sekarang?”
Eun Sang heran dan bertanya apakah ia tak bisa bicara pada teman? Young Do langsung menyalak, “Siapa yang temanmu? Bagaimana bisa aku menjadi temanmu? Jangan menarik garis, karena aku mungkin akan menerobosnya.”
Eun Sang menatap kepergian Young Do dengan bingung.
Di halaman, Tan mencoba menerobos benteng para penjaga. Tapi karena jumlah mereka sangat banyak, Tan tak bisa menerobosnya. 
Presdir Kim muncul dan malah memerintahkan para bodyguard untuk tak segan-segan melukai Tan jika susah untuk menahan Tan, “Kembalikan ia ke kamarnya. Selama ia tetap hidup, aku tak peduli.”
Wihh… kasih sayang Presdir Kim ini besar sekali… Yang penting hidup, ya Dir.. Dan seperti ingin bergurau (atau mengejek?) Presdir Kim berkata kalau ia ingin berjalan-jalan. Dengan langkah yang tertatih-tatih, ia berhasil menerobos para penjaga itu dengan cepat.
Tan kembali ke kamar, memikirkan cara untuk keluar. Sekretaris Yoon masuk dan Tan menyambutnya. Tapi Sekretaris Yoon meminta Tan untuk memanggilnya dengan sebutan Tuan Yoon saja. Ia datang kemari karena diminta ayahnya untuk mengajari Tan tentang Manajemen lagi, “Kau tak lupa semuanya ketika main-main di Amerika, kan?”
“Aku tak pernah mengingatnya sama sekali,”jawab Tan cuek.
“Itu malah kesempatan bagus bagi kita untuk memulai dari awal lagi,” ujar Sekretaris Yoon tak terpengaruh.
Tapi Tan tak mau. Ia tak tertarik pada politik dan pertarungan yang terjadi di Grup Jeguk. Sekretaris Yoon menjelaskan kalau waktu dulu, Tan masih terlalu muda. Tapi sekarang Tan sudah cukup dewasa untuk belajar sesuatu yang Tan tak sukai. Tapi Tan tetap tak mau. Sekretaris Yoon bertanya apakah Tan tertarik pada bisnis?
Tan berkata kalau Sekretaris Yoon mengajarinya saat ia berusia 10 tahun. Saat itu ia pikir sangatlah aneh karena bibinya punya banyak saham, tapi ibunya tak punya sama sekali. 
Pada saat itu ia pikir jika ibunya punya saham, maka ibu mungkin dapat memegang tangannya untuk berjalan-jalan keluar rumah. Karena itu ia bertanya pada Won apa yang harus ia lkukan agar ibunya dapat memiliki lebih banyak saham dari Bu Presdir?
Tan terdiam dan menerawang, “Aku masih sangat ingat ekspresi wajah Won saat itu.” Ia menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan ingatan itu, “Perusahaan ini adalah milik Won. Aku tak tertarik pada apa yang menjadi miliknya.”
Saat makan siang, Eun Sang melihat Young Do duduk sendiri. Aww.. kesian banget Young Do hanya sendiri tak ada teman. Maka Eun Sang pun duduk di hadapan Young Do. Di kursi pesakitan, membuat semua anak berbisik-bisik menggunjingkannya. Tapi Eun Sang tak peduli.
Young Do menyuruh Eun Sang menyingkir dari tempat itu, “Aku khawatir Tan tiba-tiba muncul saat kau duduk di situ. Dan aku merasa tak nyaman hanya dengan memikirkan itu.”
Haha… mungkin itu pula yang diharapkan Eun Sang makanya ia duduk di situ. Atau ia menuruti ucapan Tan yang sudah tak menganggap kursi itu kursi keramat. Atau ia hanya ingin menemani Young Do yang makan dengan kesepian. Aapun itu Eun Sang tetap tak mau pindah.
Eun Sang berkata kalau Young Do juga tahu kalau Tan tak mungkin datang. Jadi lebih baik mereka makan sekarang. Young Do menghela nafas, “Tak bisakah kau sedikitnya merasa takut?”
Tapi masalah Eun Sang terlupakan karena muncul berita baru di internet yang mengejutkan. Semua anak sekarang membicarakan masalah itu. Salah satu anak pembully memberitahukan Young Do kalau di internet ada kabar kalau Kim Tan adalah anak di luar nikah.
Rachel yang mendengar pembicaraan itu di seluruh kantin, marah dan meninggalkan ruangan. Young Do dan Eun Sang hanya diam, namun tampak khawatir. Chan Young dan Bo yang baru saja datang, juga baru saja mendengarnya.
Bo Na tak percaya situs berita itu, “Menurut mereka, Jo In Sung dan aku diam-diam menikah tahun lalu.” Haha.. I love this girl. Tapi Chan Young bertanya pada Eun Sang apakah Eun Sang tahu mengapa hari ini Tan tak masuk? Bo Na langsung merasa kalau berita itu mungkin benar, “Apa karena itu ia tak datang?”
Young Do berbisik, bertanya ada berapa penjaga yang ada di rumah itu. Eun Sang menjawab sekitar enam. Memang kenapa?
Di rumah, Presdir Kim marah-marah pada editor di media yang membocorkan berita itu dan ia minta nama orang yang bertanggung jawab akan berita itu segera.
Pada anak buahnya yang mata-mata, ia menyuruh agar mereka mengeluarkan berita lain, “Jika ada tinta di kain, daripada mencucinya lebih baik kita melukisnya saja. Keluarkan artikel tentang pertarungan dua saudara memperebutkan tahta dan beli lebih banyak saham. Dan umumkan secara resmi kalau Tan adalah pemegang saham terbesar mulai hari ini.”
Berita itu pun menyebar sangat cepat dan seperti dugaan Presdir Kim, menutupi berita tentang Tan yang bukan anak sah. Nyonya Jung yang mendengar hal ini dari adiknya, berpikir apa tujuan suaminya yang sebenarnya.
Won pun membaca berita itu dan marah besar. Esther melihat berita ini dan entah apa yang dipikirkannya. Menunggu saham lebih tinggi lagi? Atau menyesal karena mantan tunangan anaknya sekarang adalah pemegang saham terbesar? Entahlah.
Young Do membawa sepasukan bodyguard dan datang ke rumah Tan. Pada Presdir Kim, Young Do berkata kalau ia datang kemari karena untuk mengerjakan pekerjaan rumah. 
Dan lucu banget ekspresi Presdir Kim yang tak menyangka kalau Young Do kemari hanya karena urusan itu. 
Tapi dengan serius Young Do berkata, “Saya ada tugas kelompok dengan Tan untuk kelas literature. Kami harus menonton film bersama, baca buku dan diskusi. Dengan absennya Tan di sekolah menyusahkan saya dalam mengerjakan tugas.”
Hahaha.. ini alasan si rangking 98 untuk bertemu si rangking 100? Yeah.. right.
“Saya memberitahu ayah saya kalau saya akan pergi ke rumah Tan dan ia menitipkan salam hormat pada Anda,” ujar Young Do. Presdir Kim berkata kalau ayah Young Do pasti bangga karena Young Do sangat bersemangat dalam pendidikan.
Haha.. Tan seperti Rapunzel yang terkurung di menara, ya? Dan jika bagi Eun Sang, Young Do adalah ksatria hitam, bagi Tan, Young Do adalah pangeran yang berkuda putih. Dan pangeran itu mengetuk pintu si Rapunzel, “Kim Tan! Ayo kita kerjakan pe-er!”
Tan membuka pintu dan mereka ngobrol santai sambil saling mencela. Young Do mengatakan kalau ia datang karena hasil kerja kerasnya selama 3 tahun ini musnah karena satu artikel yang muncul di internet. “Bagaimana mungkin aku tak datang.”
Tan yang tak terhubung internet tentu belum tahu hal ini. Young Do melemparkan handphone-nya agar Tan bisa membaca sendiri. 
Tan langsung berdiri dan berpikir cepat walau Young Do berkomentar, “Kau ini selalu membuatku kagum. Hanya dalam setengah hari, kau yang sebelumnya adalah anak  di luar nikah langsung menjadi pemegang saham terbesar.”
Tan mengembalikan handphone dan menyuruh Young Do untuk membeli saham sebelum naik lebih tinggi lagi. Ia mengambil jasnya sambil berkata kalau ia hanyalah anak di luar nikah dan tak akan ada kesempatan kedua saham Jeguk melompat seperti ini.
Dan yang Tan lakukan sekarang adalah pergi dari rumah ini, “Kau mau tetap tinggal di sini atau membantuku?” Young Do sih sebenarnya tak ingin membantu, tapi ia suka ide kalau Tan sekarang berhutang padanya.
Tan nyengir dan bertanya, “Apa kau sekarang bawa helmmu?”
Aww.. sepertinya ini menandai secara resmi kalau hubungan mereka membaik kembali. Karena yang terjadi kemudian adalah Young Do memakai helm dan berjalan dengan gerak gerik mencurigakan, bahkan menutupi wajahnya yang sudah tertutup helm. Haha.. para pengawal itu langsung curiga kalau Young Do ini adalah Tan yang menyamar.
Young Do itu langsung lari dan dikejar oleh para pengawal keluar. Begitu pula dengan para pengawal yang di luar, langsung berusaha menahan ‘Young Do’. Para pengawal Young Do langsung bergerak untuk melindungi tuannya. Maka perkelahian pun tak terelakkan.
Dan.. oh.. ternyata ‘Young Do’ memanglah Young Do. Mereka tak pernah berganti baju seperti yang para pengawal (dan saya) curigai. Tan keluar dari pintu belakang dan berlari saat perkelahian terjadi. Pengawal di gerbang bahkan masuk ke dalam untuk membantu teman-temannya, semakin memudahkan Tan untuk melarikan diri. Dalam sekejap, Tan sudah menghilang di ujung jalan.
Melihat para penjaga gerbang sudah muncul, sudah saatnya ksatria baja hitam itu membuka helmnya. Dan tarraaa… tampaklah wajah Young Do yang cengar-cengir senang, “Apa kalian mencari sesuatu?” Pemimpin bodyguard itu kesal karena merasa dikibuli.
Ditinggal pergi, Young Do bergumam senang, “Ck.. orang-orang ini curigaan,” katanya sambil menatap helmnya, “Ahh.. helm ini membuat rambutku berantakan.”
Tidaaakkk..!! Jangan pake gel lagi!.
Sekretaris Yoon memberitahu Won kalau pekerjaannya sekarang adalah sebagai ayah dan pengangguran paruh waktu. Won langsung bertanya, “Daripada melakukan paruh waktu seperti itu, bagaimana jika menjadi Wakil Presiden dari perusahaan konstruksi Jeguk? Aku tak akan memintamu tiga kali. Jangan pertimbangkan lagi.”
Tapi sebelum Sekretaris Yoon menjawab, Tan muncul. Ternyata yang ditemui Tan pertama kali adalah Won. Saat melihat berita itu, hanya Won yang ada di pikirannya, “Karena itu lihatlah aku, dengarkan aku dan dengar penjelasanku.”
Won tak mau karena ia tak percaya pada Tan sekarang. Tan memohon agar kakaknya percaya padanya kalau ia tak pernah meminta saham itu, “Aku tak pernah berpikir untuk menggunakan hakku pada saham itu. Tak mudah bagiku untuk datang kemari. Aku harus bagaimana agar kau bisa percaya padaku?”
“Kalau begitu kembali saja,” Won berdiri dan menantang Tan, “Serahkan sahammu dan kembalilah ke Amerika. Jika itu terjadi, maka aku akan mempercayaimu.”
Tan kecewa mendengar permintaan Won. Ia tak ingin kembali ke Amerika. Ia bersedia menyerahkan semuanya asal tidak ke Amerika. Bagaimana mungkin Won dengan gampangnya menyuruhnya kembali ke Amerika? Itu karena Won tahu kalau Tan tak benar-benar serius dengan perkataannya.
Tuduhan Won membuat Tan sangat marah. Ia sudah mengatakan kalau ia akan menyerahkan sahamnya dan tak akan menghalangi Won. “Aku sudah tahan dengan kau membenciku, jahat padaku, dan meremehkanku. Tapi bagaimana mungkin kau membuangku lagi? Bagaimana mungkin kau menyuruhku untuk jangan pernah kembali lagi?”
Tan mengulang pertanyaannya sekali lagi, apa Won harus berbuat seperti ini? Won pun menyuruh Tan memilih untuk terakhir kalinya, apa Tan bersedia pergi ke Amerika atau tidak?
“Aku tak akan kembali ke Amerika dan aku juga tak akan memberikan semua sahamku. Aku baru saja mengubah pendirianku,” jawab Tan dan ia menantang Won, “Kau mau sahamku? Maka cobalah mengambilnya dariku.”
Ughh.. stupid Won.
Di ruang kerja Presdir Kim, Eun Sang gemetar Presdir Kim memberinya dua pilihan. Dua pilihan itu tak kita dengar, tapi Eun Sang berjalan keluar dari ruangan itu dengan gontai. 
Ia melihat Tan yang akhirnya kembali dan walau ia masih gemetar, ia berjalan dengan tegar.Tan pun melihatnya, dan mereka pun berjalan menghampiri satu sama lain. Tapi mereka tak menyapa ataupun memandang. 
Hanya saat berdampingan, mereka mengulurkan tangannya masing-masing dan mengaitkan jari jemari mereka, saling menggenggam, saling menguatkan. Mereka berhenti untuk bebeberapa saat, sebelum akhirnya melepaskan tangan dan melanjutkan langkah kaki mereka.
Tan masuk menemui ayahnya yang menyindirnya yang akhirnya pulang lagi karena tak punya uang. Tanpa memandang ayahnya, Tan berkata walau ayahnya mengurung putranya sendiri, tapi ayahnya menjadikan dirinya, si anak di luar nikah, sebagai pemegang saham terbesar Jeguk. Ayah menjawab kalau itu adalah hadiah ulang tahun yang kepagian bagi anaknya.
“Aku bukan lagi anak ayah. Aku adalah musuh kakakku,” Presdir Kim terdiam mendengar ucapan sinis Tan, “Kupikir aku bisa membujuk Ayah. Kupikir aku juga tak akan iri pada apa yang dimiliki Won. Selama ia menjalani hidupnya dan aku menjalani hidupku, kupikir keluarga ini akan tentram dan damai. Tapi hari ini Ayah telah menghancurkan semua usahaku.”
Presdir Kim menjelaskan kalau Won bisa mengalami hal yang buruk seperti masuk penjara, sakit sepertinya, dan karena itu Jeguk harus memiliki pewaris berikutnya. Kalau tidak saudara-saudaranya akan memperebutkan posisi Won, “Karena itulah aku membutuhkanmu. Karena itulah yang bisa aku lakukan untuk kakakmu. Untuk Jeguk. Untuk kedamaian.”
“Jadi aku mengincar posisi Won. Won mengincar posisi Ayah. Selalu waspada pada apa yang ada di belakang kami. Selalu berjingkat-jingkat. Apakah seperti itu ide Ayah untuk memperoleh kedamaian?” tanya Tan sinis.
“Aku harus berterima kasih pada Ayah, karena aku telah kehilangan keluargaku hari ini. Karena Ayah, aku tak akan pernah menjadi adik dari kakakku. Sekarang hyung tak akan pernah menjadi keluarga ibuku. Dan ibu tak akan pernah menjadi keluarga Ayah,” nada suara Tan menjadi tinggi, namun ia tak dapat menahan air matanya untuk tak turun, “Dan sekarang.. Ayah bukan lagi keluargaku.”
“Itu adalah beban dari mahkota yang kau pakai,” jawab Presdir Kim tenang. “Tanggunglah itu.”
Tan kembali ke kamar dan merenung. Di bawah, Eun Sang berjalan dengan langkah pasti, melewati para penjaga dan naik ke lantai dua. Dan pada saat itu kita mendengar apa dua pilihan yang diberikan Presdir Kim kepadanya.
“Jika kau putus dengan Tan hari ini, kau dapat pergi ke tempat manapun yang kau suka. Pergi ke mana pun, ke Korea, Amerika, Inggris, Perancis. Kemanapun juga. Tapi jika katu tak dapat putus dengannya sekarang, kau punya pilihan lain. Aku akan memberimu waktu dua minggu. Kau dapat menemui Tan kapan pun kau suka. Tapi ..! Saat kau putus dua minggu kemudian, kau akan pergi ke tempat yang aku mau. Dan itu tak akan di Korea, Juga tempat yang berbeda dari Amerika, Inggris atau Perancis.”

Duhh.. pantes saja tadi Eun Sang gemetar. Dua pilihan kok semuanya nggak enak.
Tan mendengar suara ketukan pintu. Dan saat ia membuka pintu, ia melihat Eun Sang. Sebelum ia sempat bicara, Eun Sang menaruh telunjuk di bibirnya, “Ssstt..!!” dan tersenyum.



source :
http://www.kutudrama.com/2013/11/sinopsis-heirs-episode-15-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-15-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment