Di dalam ballroom, para tamu
menyapa Presdir Kim dengan hormat, membuat Nyonya Jung berkata kalau Presdir
Kim harus selalu sehat karena masih banyak yang menghormatinya. Presdir Kim
menjawab kalau hal itu tak ada gunanya karena kedua anaknya tak mau berada di
sisinya.
Nyonya Jung mengungkit masalah
Nyonya Han yang pergi dari rumah dan menyindir, “Apa dia pikir hubungan kalian
berdua adalah hubungan yang panas membara?” Seakan membela ibu Tan, Presdir
Jung menjawab, “Itulah masalahnya. Memang akan lebih baik jika dia tutup mulut dan tetap tinggal karena uang.”
Merasa tersindir, Nyonya Jung pun
diam. Saudara dan keponakan Presdir Kim muncul dan menyapa mereka. Terkesan
basa-basi dan palsu, itulah isi percakapan mereka.
Dan muncul gadis yang bertemu
dengan Won di kencan sebelumnya bersama ayahnya, Presdir Jang. Saat kedua pria
itu bersalaman dengan ramah, Nyonya Jung memperhatikan gadis itu dengan
tertarik. Ia sepertinya sudah suka dengan pilihannya dan menyetujui jika gadis
itu yang akan menjadi istri Won.
Note : kita sebut saja gadis itu
dengan Nona Jang, oke?
Myung Soo, si fotografer, kali
ini jepret sana-sini, tapi bukan untuk memotret orang-orang di pesta Tan, tapi
memotret dirinya sendiri. Haha.. dasar narsis. Tapi ia langsung diam tak bergerak saat
melihat Presdir Kim memandanginya tajam.
Hyo Sin heran melihat Myung Soo tak
meneruskan kenarsisannya. Dengan gugup, Myung Soo berbisik, “Aku baru saja
memperlihatkan pose imutku pada Ayah Tan. Dan mata kami saling bertatapan.”
Hyo Sin menoleh ke belakang dan
melihat Presdir Kim masih memandangi mereka. Ia pun merasa gugup.
Ha. Hanya
tatapan mata saja membuat Myung Soo mati gaya. Padahal mungkin saja Presdir Kim
baru sekali ini melihat orang mengambil selca.
Kegugupan itu putus saat Bo Na
berteriak, “Oh my God! Oppa?” dan langsung berlari menghambur seorang pria dan
lansung bermanja-manja dengan pria itu. Chan Young mengerutkan kening, jelas
tak suka, apalagi saat Bo Na membawa pria itu ke hadapannya.
“Lee Bo Na! Aku sudah tahu kalau
kau pasti akan melakukan hal ini,” tuduh Chan Young kesal. “Bukankah dulu sudah
kukatakan aku akan memotong kakimu jika kau melakukan hal ini?” Bo Na malah
tersenyum gembira mendengar ancaman Chan Young dan berkata kakinya adalah milik
Chan Young. #eaaa
Chan Young semakin kesal dan
bertanya bagaimana mungkin Bo Na bisa berkata seperti itu dengan tangan
menggandeng pria lain? “Lepaskan tanganmu sekarang juga!” Pria itu berkata
kalau ia tak suka Chan Young membentak adiknya seperti itu. Mendengar kata
adik, Chan Young melongo kaget.
Sambil menahan tawa, Bo Na
memperkenalkan, “Ini adalah kakakku. Selama ini ia sekolah di New York. Dan kau
sekarang dalam masalah.” LOL.
Chan Young langsung jaim dan
menunduk hormat pada kakak Bo Na. Tapi kakak Bo Na tak ingin melepaskan Chan
Young begitu saja, “Setelah kita saling mengenal, mari kita bicara, apa yang
hendak kau lakukan tadi pada kaki adikku?”
Bwahahaha.. Bo Na, Myung Soo dan
Hyo Sin meninggalkan mereka berdua sambil tertawa geli. Akhirnya Chan Young
kena batunya juga.
Won datang dan melihat gadis yang
kemarin ditemuinya di kencan butanya sedang bercakap-cakap dengan Nyonya Jung.
Saat mereka berdua, Won berkata kalau Nona Jang tak membawa pacarnya kemari.
Nona Jang menjawab kalau ia tak membawa pacarnya ke pesta seperti ini karena
pacarnya terlalu miskin. Tapi sebagai gantinya ia membawa ayahnya yang kaya.
Nona Jang menebak kalau Won juga
pasti punya pacar juga, “Bukankah kita adalah pasangan yang serasi? Ayahku
ingin agar kita menikah.” Won berkata kalau mereka bukan pasangan yang serasi,
tapi nona Jang mengatakan itu tak masalah baginya.
Tan datang bersama Eun Sang,
membuat para wartawan langsung mengerumuni mereka, penasaran pada gadis yang
dibawa Tan. Kilatan kamera menyerbu mereka, membuat Eun Sang sedikit gugup. Tan
bertanya apakah Eun Sang takut? Eun Sang menjawab, “Sedikit.”
“Sebuah kehormatan dengan adanya
kau di sisiku, Cha Eun Sang,” kata Tan. Eun Sang tersenyum dan sambil
bergandengan tangan, mereka berjalan, sekarang tak mempedulikan kamera yang
mengarah pada mereka.
Tentu saja kedatangan mereka
berdua membuat semua mata memandang ke arah mereka. Wajah Presdir Kim dan Nyonya Jung langsung mengeras
melihat Tan datang bersama Eun Sang.
Tak hanya mereka berdua, semuanya
pun juga kaget melihat kedatangan mereka berdua. Myung Soo langsung memfoto
mereka berkali-kali dan Chan Young memandangi Eun Sang, membuat Bo Na memukul
lengannya, cemburu.
Tan berhenti di depan ayahnya dan
menyapanya, berterima kasih karena telah menyelenggarakan pesta ulang tahun
yang meriah untuknya. Saking shocknya, Presdir Kim hanya diam memandangi tangan
anaknya yang menggenggam tangan Eun Sang, Nyonya Jung berbisik pada suaminya
kalau para wartawan masih mengawasi mereka.
Tan menyapa paman dan sepupunya
yang langsung menanyai, siapa gadis di samping Tan. Tanpa ragu, Tan menjawab
kalau gadis itu adalah pacarnya. Ia bahkan mengenalkan Cha Eun Sang pada
mereka. Cha Eun Sang memberi salam, membuat wajah Presdir Kim semakin mengeras.
Pada wartawan di luar berteriak,
meminta Presdir Kim memberikan pernyataan, walau hanya sedikit. Won menunggu
apa yang akan dikatakan ayahnya, begitu pula Tan. Tapi dari senyum yang muncul
di bibirnya, nampak ia merasa kalau ia sudah berhasil kali ini.
Sambil tersenyum, Presdir Kim
berkata kalau para wartawan itu sudah cukup mendapatkan banyak foto dan
mempersilahkan mereka pergi sekarang. Pintu pun ditutup.
Di dalam kamar, Presdir Kim marah
karena kelakukan Tan. Begitu banyak mata melihat mereka dan Tan benar-benar
gila dengan datang seperti itu. Ia menunjuk pada tangan Tan yang menggenggam
tangan Eun Sang.
Tapi Tan berkata kalau ia ingin
menunjukkan Eun Sang pada seluruh dunia, “Aku tak lagi takut akan kecaman
dunia ini atau kecaman Ayah.”
“Seberapa pentingnya perasaanmu
itu? Aku ingin memberikan dunia yang lebih besar padamu. Dan aku sudah
meletakkannya di atas piring perak,” sergah Presdir Kim marah.
Tapi Tan tak tertarik karena Eun
Sang jauh lebih menarik dari dunia yang ditawarkan Presdir Kim, “Jadi, kumohon
berikanlah restu pada kami, Yah.”
Presdir Kim menghela nafas keras,
tak percaya mendengar kata-kata Tan. Ia terdiam lama dan mengatur nafasnya.
Akhirnya ia berkata, “Baiklah. Kalau kau
memang sangat mencintainya, teruskan dan pacaranlah dengannya.”
Tan dan Eun Sang terkejut
mendengar ucapan Presdir Kim yang tiba-tiba berubah. Tan bertanya apakah
ayahnya serius? Tapi Presdir Kim berkata kalau ia bukannya memberikan restu,
karena ia yakin kalau nanti Tan akan menyesali keputusannya. Dan pada Eun Sang,
ia berkata kalau suatu hari Eun Sang akan menyesali telah menggoyahkan hati
anaknya.
Presdir Kim berdiri dan berkata,
“Ibumu ada di ruang 3409. Jangan berpikir kalau aku telah kalah darimu. Aku
hanya melepaskanmu kali ini.”
Presdir Kim pun pergi,
meninggalkan mereka. Eun Sang bingung mendengar ucapan Presdir Kim. Ucapan
Presdir Kim tadi itu, apakah sebuah tanda kalau setuju atau malah sebuah
ancaman? Tan menjawab sekaligus bertanya, “Sebuah persetujuan yang
sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman?”
Melihat keraguan di wajah Eun
Sang, Tan meminta gadis itu untuk mencoba memahami ucapan ayahnya, karena
ucapan itu muncul sebagai bentuk menjaga harga dirinya. Eun Sang mengangguk dan
bertanya ragi, “Kalau begitu, kita..” Tanpa menunggu Eun Sang meyelesaikan
kalimatnya, Tan membenarikan, “Benar. Kita telah berhasil melewati satu pintu.”
Eun Sang tersenyum lega dan suaranya
penuh haru saat berkata, “Selamat ulang tahun, Kim Tan.”
Tan menarik Eun Sang dan
memeluknya. Sama-sama merasakan kelegaan karena berhasil melalui sebuah
rintangan. Tan mengajak Eun Sang untuk merayakan ulang tahun yang sebenarnya.
“Di lantai 34. Ibuku kabur meninggalkan rumah. Tapi ia tetap terkunci di dalam.
Ia bahkan tak dapat menghadiri pesta ulang tahun anaknya. Mari kita pergi.”
Nyonya Han benar-benar kaget saat
melihat Tan muncul dengan membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang
menyala. Lebih kaget lagi saat melihat Eun Sang ada di samping Tan. Ia langsung
menembakkan banyak pertanyaan, “Kau ada di Seoul? Kenapa ibumu tak pernah
meneleponku sekalipun? Dan bajumu..,” ia menatap baju pesta Eun Sang dan
menoleh khawatir ke anaknya, “Kau membawanya ke pesta?”
Tan tak mau menjawab dan malah
meminta ibunya untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuknya karena lilinnya
sudah hampir mati. Nyonya Han langsung sadar dan mempersilakan masuk dengan
senyum paling lebar yang pernah terlihat.
Nyonya Han memberi selamat ulang
tahun pada Tan dan berterima kasih telah lahir sebagai putranya. Tapi Tan yang
berterima kasih pada ibunya. Dan tanpa ba bi bu, ia langsung meniup lilinnya,
membuat ibunya kesal, “Kau seharusnya mengucapkan permintaanmu dulu. Kita
bahkan belum menyanyi untukmu.”
“Aku sudah menyebutkan harapanku.
Dan itu rahasia,” jawab Tan, membuat ibunya merengut kesal. Tapi Tan punya
hadiah istimewa untuk ibunya. Ia meminta ibunya memejamkan mata. Eun Sang
tersenyum saat Nyonya Han berbisik dan bertanya apa yang sedang Tan lakukan?
Eun Sang menjawab, “Ia mengambil sesuatu yang berkilau dan indah.”
Nyonya Han memandangi kalung
kunci yang penuh berlian, yang sekarang tergantung di lehernya. Ia yang memilih
untuk melepas semua perhiasan saat angkat kaki dari rumah Presdir Kim, sekarang
memakai kalung yang indah, seakan menunjukkan penghargaan Tan pada ibunya.
Tan berlutut dan berkata, “Terima
kasih telah melahirkanku, Bu. Kuharap ibu sekarang bahagia karena sudah bisa
hidup sebagai ibuku.” Mata Nyonya Han berkaca-kaca saat berkata kalau dari dulu
hinga sekarang pun ia merasa bahagia.
Nyonya Han heran melihat kedua
anak itu bisa keluar dari pesta dengan selamat. Tan berkata kalau ayah sudah
melepaskan mereka, “Ayah juga sudah melepaskan cengkeramannya dari ibu. Ayah
sudah tahu kalau ibu tinggal di hotel ini.”
Nyonya Han terbelalak, panik
mendengar hal itu. Sepertinya ia tak percaya kalau Presdir Kim melepaskannya
begitu saja. Ia langsung bertanya pada Eun Sang, sekarang Ibu Eun Sang tinggal
di mana?
Dan yang terjadi berikutnya
adalah Nyonya Han terburu-buru keluar dari mobil yang membawanya ke kota tempat
tinggal ibu Eun Sang. Ibu Eun Sang yang sedari tadi mondar-mandir tak sabar
menunggu, juga melambaikan kedua tangannya, saat melihat Nyonya Han berlari
menghampirinya. Mereka pun berpelukan.
Nyonya Han memarahi Ibu Eun Sang,
“Kenapa kau tak pernah memberi kabar padaku? Kau jahat sekali. Aku tahu aku ini
kejam padamu. Tapi ada yang namanya hubungan benci tapi rindu!”
Ibu Eun Sang malah tersenyum
lebar dimarahi seperti itu. Dengan bahasa isyarat ia berkata kalau ia tak
pernah membenci Nyonya Han, ia bahkan meninggalkan surat. Eun Sang langsung
menterjemahkan, dan Nyonya Han langsung menjawab, “Aku tahu. Tapi surat itu
hanya 3 baris saja. Dan 3 bari itu yang membuatku sangat marah.”
Nyonya Han melihat kalau sekarang
ibu Eun Sang menjadi lebih kurus, “Jadi yang paling enak adalah bersamaku. Iya,
kan?” Ibu Eun Sang mengangguk, masih tersenyum lebar. Nyonya Han mengajak Ibu
Eun Sang untuk segera kembali ke rumah karena ia merasa kedinginan.
Ibu Eun Sang pun membawa Nyonya
Han pergi dan Nyonya Han menggandeng Ibu Eun Sang seperti mereka adalah teman
lama. Eun Sang tersenyum melihat kedekatan mereka berdua dan menelepon Tan
untuk memberitahu kalau ia sudah sampai. Ia juga memberitahu kalau kedua ibu
mereka saling berpelukan, “Dan dimana pacarku ini sekarang?”
Tan geli mendengar dengan cara Eun
Sang bertanya dan menjawab kalau ia sedang menuju ke kaar Young Do. Ada yang
ingin ia bicarakan. Ia akan menemui Eun Sang dan kedua ibu mereka besok.
Tan dan Young Do duduk
berhadapan, sama-sama diam. Tan ingin bicara tentang ibunya tapi Young Do yang
tahu akan ke arah mana percakapan mereka, tak mau membicarakan itu, “Jangan berterima
kasih atau minta maaf karenanya.”
Tapi Tan tetap mengucapkan terima
kasih dan minta maaf, membuat Young Do mengeluh, “Kalau kau seperti itu, aku
harus berkata apa?” Tan menjawab kalau Young Do tak harus berkata apapun karena
ia hanya mengucapkan apa yang ia rasakan. Ia pun beranjak pergi.
Young Do menghentikannya,
“Tentang ibuku.. bukan kesalahanmu kalau aku kehilangannya. Ia hanya pergi
lebih dulu. Tapi aku membutuhkanmu untuk melampiaskan kemarahanku.” Tan pun
juga sudah tahu itu.
Tapi sepertinya ucapan Tan itu
tetap tak membuat hatinya merasa lega. Perasaan menyesal, kecewa dan sedih
berkecamuk di dalam hatinya. Di studio, Young Do melihat foto-foto Tan dan Eun
Sang. Myung Soo yang baru datang mencoba menghentikannya, tapi terlambat, Young
Do berkata kalau ia sudah melihat semuanya.
Myung Soo pun separuh menyalahkan
Young Do yang tak percaya pada kata-katanya dulu, “Cinta pertama itu tak pernah
berhasil. Harusnya kau mendengarkan aku sebelum kau benar-benar ditolak.”
Young Do berkata dengan percaya
diri kalau ia bukannya ditolak, tapi Myung Soo tahu perasaan Young Do yang
sebenarnya. Karena itu ia sudah mempersiapkan sebuah pengumuman, larangan masuk
bagi Tan, Eun Sang dan anjing.
Young Do menyuruh Myung Soo untuk
mengeluarkan gambar yang nampak kasihan itu. Maksudnya sih menunjuk pada gambar
anjing, “Dia tak bersalah.” Maka Myung Soo pun menambahkan satu garis ke kata
anjing, dan berkata kalau ia sudah mengeluarkan ‘yang nampak kasihan itu’, yang
maksudnya adalah Eun Sang.
Young Do menampar kaki Myung Soo dan berkata, “Aku akan membunuhmu,” walau senyum muncul di wajahnya. Myung Soo
nyengir melihat usahanya untuk membuat Young Do tersenyum, berhasil. Aww…
Young Do bertekad untuk bisa
mengalahkan ayahnya dalam judo. Ia terus berlatih dan berlatih. Tapi pelatihnya
berkata kalau tak mungkin Young Do bisa mengalahkan ayahnya. Mendapat tanggapan
itu, Young Do hanya berkata, “Kalau begitu aku harus berlatih lebih keras
lagi.”
Ibu Eun Sang dan Nyonya Han
minum-minum hingga sedikit mabuk. Ibu Eun Sang menulis kalau tak seharusnya
Nyonya Han tak kabur dari rumah karena Nyonya Han sudah tak muda lagi dan tak
punya keahlian, “Harusnya Nyonya tahu lebih baik mengenai ini!!”
Dalam mabuknya, Nyonya Han
langsung menunjuk pada dua tanda seru, berkata kalau ia tak menyukai hal itu.
Tapi sebenarnya ia pun juga tak menyangka hidupnya akan menjadi seperti ini,
“Tinggal di rumah wanita lain, memakai tas wanita lain, bersama suami wanita
lain. Aku sedang dihukum karena melakukan hal itu. Dan sekarang aku tak bisa
menjadi istri ataupun ibu dari anakku.”
Ibu Eun Sang menatap Nyonya Han
dengan iba. Nyonya Han tiba-tiba berkata kalau ia ingin pergi ke toilet. Tapi
Ibu Eun Sang sangat mengenal Nyonya Han dengan baik. Ia tahu kalau Nyonya Han
tak pergi ke toilet.
Ia pun pergi keluar, menemui
Nyonya Han yang menangis tersedu-sedu di tengah riuhnya deburan ombak,
menyesali semua yang terjadi. Ia hanya duduk
di samping Nyonya Han, membiarkan Nyonya Han menumpahkan semua perasaannya.
Tan baru saja menelepon Eun Sang
untuk datang menemuinya. Tapi Eun Sang sudah muncul di depannya, membuat ia
kaget. Eun Sang berkata kalau ia datang kemari bukan untuk menemuinya, ia akan
bertemu dengan pria lain.
Tan langsung marah dan cemburu,
bertanya siapa pria itu? Dan muncullah Won yang datang dengan muka polos. Ha.
Eun Sang hanya mengangkat bahu.
Ternyata pertemuan itu untuk
membujuk Eun Sang agar mau pindah ke apartemen yang sudah Tan siapkan. Eun Sang
tak mau. Ia sudah membicarakan hal ini dengan ibunya dan memutuskan kalau ia
akan pindah ke apartemen lamanya.
Tan sakit kepala mendengar Eun Sang tak mau
pindah ke apartemen itu, “Kau tak tahu apa yang harus aku berikan pada kakakku
untuk mendapatkan itu. Sudahlah, kembalilah ke kamarmu.”
Maksud Tan adalah kamar di dalam
rumahnya. Tapi Eun Sang tak mau, “Bagaimana mungkin aku pergi ke sana? Tak ada
jaminan kalau hubungan kita akan langgeng. Hal itu akan menambah masalah kalau
nanti kita putus.”
Tan mendelik mendengar ucapan Eun
Sang dan Won memandang mereka dengan geli. Eun Sang meneruskan kalau ia mungkin
sekarang merasa akan mati kalau tak bisa hidup tanpa Tan, “Tapi kita kan tak
tahu apa yang akan terjadi nanti.”
“Heh, aku ini juga tak bisa hidup
tanpamu. Dan itu adalah masa depan kita, bodoh!”
“Anak-anak..,” sela Won.
Tapi Tan memotongnya, “Kak,
tenanglah. Aku bisa mengurusi hal ini sendiri.” Ia pun berbalik pada Eun Sang
dan bertanya apakah Eun Sang serius dengan kata-katanya.
Maka Eun Sang pun menjawab, “Tak
ada jaminan kalau kita akan bahagia selamanya. Aku mungkin akan
mencampakkanmu.” Tan kesal, menyuruh Eun Sang diam dan menariknya pergi
LOL. Won menatap kepergian mereka
dengan geli, tapi kemudian senyumnya menghilang dan iapun menghela nafas.
Mungkin membandingkan hubungan Tan-Eun Sang dengan hubungannya sendiri.
Di depan ibu Eun Sang, Tan dan Eun Sang
berlutut. Tan meminta maaf karena telah menyusahkan ibu Eun Sang dan berjanji
kalau hal ini tak akan terulang kembali. Ia sudah mendapat persetujuan ayahnya
dan meminta ijin ibu Eun Sang agar mereka bisa mulai pacaran, “Berilah restu
pada kami, Bu.”
Ibu Eun Sang diam tak menjawab,
hanya menunduk dan mulai mencabuti sisa benang di kaos kaki. Rupanya itu adalah
pekerjaan yang bisa ia dapat sekarang. Tan dan Eun Sang menunggu, tapi ibu
tetap mencabuti sisa-sisa benang, tetap tak memberi jawaban.
Akhirnya Nyonya Han muncul dengan
tak sabar, “Aku sudah tak tahan lagi. Ahjumma, Apa kau tak merestui putraku?
Kedengarannya kau tak merestuinya!” katanya sambil berkacak pinggang.
Tan dan Eun Sang kaget melihat
Nyonya Han muncul. Mereka memandangi penampilan Nyonya Han dari atas sampai
bawah dengan terkesima karena sudah mirip dengan ibu-ibu kebanyakan.
Dengan tangannya, Ibu Eun Sang
menjawab kalau ia memang tak bisa merestui hubungan itu. Ia sudah tak ingin
berurusan dengan keluarga Kim lagi, karena ia melihat anaknya menderita karena
ini.
Tanpa diterjemahkan pun, Nyonya
Han dapat menebak kalau Ibu Eun Sang tak menyetujui Tan memacari Eun Sang. Ia
sangat kesal pada mantan pembantunya itu, “Anakku ini tampan, tinggi, baik dan
mengorbankan hidupnya untuk Eun Sang. Ia bisa memilih yang lebih baik. Kenapa
kau menolaknya?”
Ooh.. ngajak perang, nih. Ibu Eun Sang mendelik dan
dengan bahasa isyarat ia berkata, Eun
Sangku ini cantik, baik dan pintar! Tan tak mengerti apa yang dikatakan ibu
Eun Sang dan bertanya pada Eun Sang.
Tapi sebelum Eun Sang menjawab, ibu meneruskan,
kali ini pada Eun Sang, Kau! Kau harus
pulang sebelum jam 9. Jangan coba-coba untuk pulang terlambat. Aku akan
membunuhmu jika kau datang kemari dengan bergandengan tangan!
Haha.. Eun Sang meringis ngeri
karena ancaman itu, tapi ia langsung merubah ekspresinya dan sambil tersenyum
ia berkata pada Tan, “Pokoknya aku harus selalu pulang dan untuk sekarang ini,
kita dapat bergandengan tangan”
Ibu Eun Sang itu bisu tapi tidak
tuli. Mendengar anaknya membelokkan ucapannya, Ibu memukul Eun Sang. Tapi Tan
lebih cepat. Ia maju untuk melindungi Eun Sang, sehingga pukulan Ibu kena
bahunya.
Semuanya kaget dan semuanya tak
bergerak. Tan dan Nyonya Han terlalu kaget dan Ibu Eun Sang kaget plus
ketakutan karena ia memukul anak majikan. Bekas majikan sih, tapi tetap saja.
Eun Sang bergerak cepat. Ia berbisik pada Tan, “Cepat! Lakukan sesuatu yang kau
sangat pintar melakukakannya.”
Tan mulanya bingung, tapi ia
langsung sadar dan menjatuhkan dirinya dan mengerang kesakitan. Hahaha.. Nyonya
Han langsung berteriak panik, “Ahjumma, kau tadi barusan memukul anakku?”
Ahahaha.. Ibu dan anak sama saja,
pinter acting. Ibu Eun Sang terbelalak ketakutan namun juga bingung melihat
anak majikannya itu sangat kesakitan sekali. Apalagi dengan nada khawatir Eun
Sang bertanya apakah Tan baik-baik saja, “Apa sakit sekali?”
Tan terus mengerang namun
menjawab, “Sepertinya sih aku akan baik-baik saja jika ibumu setuju.”
Bwahahaha.. Nyonya Han malah menambahi dengan menyuruh Tan untuk menuntut Ibu
Eun Sang jika Ibu Eun Sang terus menolak.
Akhirnya Ibu Eun Sang sadar kalau
semua itu hanya pura-pura. Ia memukul Tan lagi, membuat Tan mengerang lebih
keras. Tapi Ibu Eun Sang kali ini diam dan melanjutkan pekerjaannya. Eun Sang
tersenyum, tahu kalau itu artinya ibunya sudah memberikan restu. Ia pun
berterima kasih dan Tan pun bangun dengan berlutut lagi, “Terima kasih, Ibu.”
Aww… Nyonya Han melihat senyum
kecil muncul dari Ibu Eun Sang. Ia pun duduk, mengambil satu kaos kaki dan
mulai mencabuti sisa benangnya. Tan dan Eun Sang toss diam-diam, senang karena
usaha mereka akhirnya berhasil.
Eun Sang akhirnya membawa
barang-barangya kembali ke rumahnya yang kecil. Dan ia terkejut melihat Tan
muncul dari balik pintu, “Oh? Bagaimana mungkin kau ada di sini?”
Tan nyengir, “Kenapa? Apa kau pikir
aku hanya ada di cerita-cerita dongeng? Ayo masuklah.”
Tan menutup mata Eun Sang saat
membawanya masuk ke dalam rumah. Eun Sang ngomel-ngomel karena Tan menutup
matanya, membuat Tan mengancamnya, “Apa yang terjadi kalau kau selalu membantah
ucapanku?” Tapi Eun Sang tetap bicara, hingga akhirnya Tan menekan sesuatu di
laptopnya dan melepas tangannya.
Eun Sang membuka mata dan terkesima
melihat potongan-potongan video dirinya yang sekarang ada di hadapannya. Sambil
memeluk Eun Sang, Tan bertanya apakah Eun Sang menyukainya? “Aku mampu bertahan
selama ini karena selalu menonton video itu.”
Mata Eun Sang berkaca-kaca
mendengarnya. Walau ia merasa sangat terharu, tapi ia mencoba terlihat tenang
dan acuh dengan memberi komentar, “Aku terlihat sangat fotogenic.”
Dan benar saja, Tan langsung
bertanya apa Eun Sang tak merasa tersentuh dengan apa yang sudah ia lakukan.
Eun Sang menjawab kalau Romance bukanlah seleranya, “Aku lebih suka film
horror. Atau sesuatu seperti ini,” Eun Sang tiba-tiba mencium pipi Tan,
“Thriller.”
Tan nyengir mendapat kecupan
mendadak itu dan berkata kalau memang asyik nonton thriller di rumah. Tapi
sekarang ia mengajak Eun Sang nonton film romance. Dan tatapan matanya yang
mengandung arti, membuat Eun Sang waspada dan langsung melepaskan diri dari
pelukan Tan dan menjauh, “Jangan lakukan itu.”
“Lakukan apa?” goda Tan yang
dengan kakinya yang panjang, ia mengejar Eun Sang dengan mudah, “Ruang tamu ini
hanya berjarak dua langkah saja.”
Eun Sang menjerit karena Tan berhasil
mengejarnya. Eun Sang mengancam kalau ibunya akan segera tiba, tapi Tan malah
berkata, “Tak masalah. Aku dapat mengunci pintunya.” Haha.. Dan beneran, Tan
mengunci pintunya, membuat Eun Sang menjerit panik, namun juga tertawa-tawa.
Hmm… thriller romantis?
Di sekolah, tak sengaja Rachel
menabrak Ye Seol, tapi ia hanya diam saja. Ye Seol menyuruh Rachel meminta maaf
padanya, tapi Rachel tetap cuek. Salah satu siswi lain menyindir kalau sopan
santun Rachel patut dipertanyakan karena tak ada keluarga yang bisa mengajarkan
Rachel akan sopan santun, “Pertunangan ibumu dibatalkan. Pertunanganmu juga
batal.”
Rachel menatap mereka marah. Tapi
para gadis itu malah terus mengejek, “Kami ini takut padamu karena kau dulu
adalah tunangan Tan.”
Terdengar suara sumpit dibanting
ke meja. Para gadis itu menoleh dan kaget karena Young Do duduk di belakang
mereka, sekarang berdiri dan berkata, “Bagaimana dengan dia menjadi adikku?
Kurasa aku menjadi terlalu baik sekarang.”
Mereka langsung kabur saat itu
juga. Dengan suara yang hanya bisa didengar mereka berdua, Young Do menyuruh
Rachel untuk bangkit dan pergi keluar karena anak-anak lain memperhatikan
mereka.
Rachel pun berdiri dan Young Do memeluk pundaknya dengan akrab. Rachel
mencoba melepaskan pelukan Young Do, tapi Young Do malah berkata, “Cobalah
terlihat akrab. Dengan begitu, anak-anak yang biasa-biasa saja itu tak akan
mengganggumu.”
Aww.. manisnya Young Do.
Rachel bertanya apa Young Do tak
berniat untuk menjadi jahat lagi? “Dan menaikkan rambutmu lagi?” Young Do
menjawab kalau ia menyukai rambutnya yang sekarang. Tapi Rachel malah menjawab,
“Jelek. Pikirkan lagi.”
Hahaha.. Young Do nampak terluka mendengar hinaan Rachel pada rambut barunya itu.
Di luar, Rachel berkata kalau
anak-anak itu sekarang tak begitu takut lagi pada Young Do. Tapi Young Do
berkata walau begitu, ia tetap masih dapat menyelamatkan adiknya. Rachel heran,
“Bagaimana aku masih menjadi adikmu?”
“Karena aku adalah kakakmu. Kau
dapat bersandar kepadaku sekarang dan selamanya,” jawab Young Do.
Aww.. Young Do akan menjadi
pelindung Rachel selamanya.
Rachel melihat sekarang Young Do
banyak waktu luang. Apakah Young Do sudah mengakhiri semuanya dengan Cha Eun Sang?
Young Do menjawab kalau tak ada yang perlu diakhiri dan ia tak memerlukan ijin orang
lain. Kalau ia merasa sudah selesai, maka semuanya selesai.
Rachel bertanya tentang kondisi
perusahaan Presdir Choi dan Young Do berkata masih tetap baik-baik saja. Rachel
berharap kalau tak akan terjadi apapun sehingga ia tak perlu menghibur Young
Do, “Sepertinya semester ini, kita saling menghibur satu sama lain.”
Rachel pun kembali ke kelas.
Young Do melihat kemunculan Eun
Sang dan ia berjalan menghampiri Eun Sang. Eun Sang sudah hampir menyapanya,
tapi Young Do terus berjalan tanpa menghiraukannya.
Eun Sang memandangi Young Do yang
menjauh darinya.
Salah seorang anak berteriak,
“Hasil ujian sudah keluar!” Semua berbondong-bondong ke papan pengumuman,
termasuk Eun Sang. Tapi ia dihentikan oleh Bo Na yang dengan wajah serius
berkata, “Mulai sekarang, jangan mendekatiku. Menyingkirlah!”
“Kenapa?”
“Hasil ujian sudah keluar. Dan
jika ternyata Chan Young kalah dari Rachel karena terlalu mengkhawatirkanmu
yang menghilang… aku akan menangis!” kata Bo Na judes.
LOL. Eun Sang tersenyum geli
melihat temannya yang dramaqueen banget.
Tapi semuanya tak dapat melihat
hasilnya karena Tan sudah ada di sana dan paling depan, menutupi kertas pengumuman itu dengan seluruh
tubuhnya. Bahkan ia berjinjit dan mengangkat jaketnya agar peringkat yang di
atas pun tak dapat dibaca dan menyuruh semua siswa untuk menyingkir.
Aishh.. Memang sih semua sekolah
punyanya Tan, tapi…
Saat ia mendengar suara Eun Sang
memanggilnya, Tan bertambah panik. Ia langsung menyobek kertas pengumuman itu
dan kabur. Eun Sang berteriak memanggilnya, “Hei!! Kau ada di peringkat paling
bawah lagi? Berhenti!” Tapi Tan terus melarikan diri, membuat Eun Sang
berteriak frustasi, “Katamu kau akan berada selalu di belakangku!”
Teriakan itu membuat Tan berhenti
dan menoleh, “Kalau begitu berjalanlah lebih dulu di depanku.”
Haha.. Eun Sang tersenyum dan
berjalan menghampiri Tan, “Ohh.. pria yang selalu memegang ucapannya.” Ia
langsung merebut kertas itu dan malah melarikan diri. Yaelahh.. dua anak ini.
Di taman, Tan mencoba mencari
kertas yang disembunyikan Eun Sang, tapi Eun Sang tak mau. Kata ibunya, mereka
tak boleh berpegangan tangan. Tapi Tan berkilah kalau ibu Eun sang tak ada di
sini. Ia belum siap melihat nilainya, jadi ia merobek kertas perngumuman itu,
“Aku trauma karena itu. Ayo, berikan padaku!”
Dengan manis Eun Sang bertanya
apa Tan yakin kalau Tan ada di posisi 100? Ia membuka dompet untuk mengambil uang untuk membeli minuman. Tapi
Tan melihat kertas pengumuman itu ternyata terlipat rapi di dalam dompetnya,
maka ia langsung merebut dompet itu dan menyembunyikan di dalam jaketnya. Ia
ingin hubungan mereka langgeng, maka memutuskan kalau mereka berdua tak akan
membaca hasil itu.
Namun tetap saja terlambat. Chan
Young telah mengupdate hasil ujian mereka di Kakao-nya. Tan mencoba menghalangi
Eun Sang untuk membacanya, tapi namanya yang hanya dua kata gampang terlihat.
Ia ada di posisi 50, sedangkan Myung So (yang kemarin lirik kanan kiri tak mau
hasilnya dicontek) ada di posisi 100! Bwahaha..
Tan kaget sekaligus bangga,
“Akhirnya aku bisa juga punya nilai rata-rata.” LOL, biasanya memang selalu
merasa di ujung, ya.. Ujung puncak kenarsisan dan pun puncak bawah nilai
akademis. Dan Tan pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyombong,
“Sebenarnya, dulu itu aku ini tak sungguh-sungguh mengerjakannya.”
Tapi Eun Sang tak menghiraukannya
karena ia melihat nama lain, “Choi Young Do di peringkat 27.”
“Maksudmu peringkat 97?”
“Dia di peringkat 27,” Eun Sang
mengkoreksi. “Wahh.. Ia sangat keren. Ia pasti baru sekarang mengerjakan
ujiannya dengan sungguh-sungguh.”
Hahaha.. Tan gondok sekali
mendengar pujian Eun Sang pada Young Do, “Hei, ini bukan ujian kita yang
terakhir. Dulu aku rangking 100, sekarang rangking 50, berarti kau bisa menebak
kan aku ada di peringkat berapa nanti?”
Eun Sang mencibir, “Tidak bisa
kalau masih ada Chan Young, Kalau dipikir-pikir, Chan Young juga sangat keren.”
Tan benar-benar kesal hingga
mendorong Eun Sang, “Kalau begitu pacaran saja dengan Chan Young.” Tapi ia
segera ingat, “Eh, kau peringkat berapa?”
Eun Sang terbelalak dan buru-buru
kabur.
Young Do bertanding lagi dengan
ayahnya, dan kali ini ia menang. Presdir Choi memuji Young Do yang berhasil
mengalahkannya dan bertanya hadiah apa yang diminta Young Do sekarang? Young Do
menyebutkan, “Beritahu aku dimana ibu sekarang tinggal.”
Presdir Choi takdapat memenuhi
permintaan Young Do karena ia sendiri juga tak tahu. Tapi jawaban itu membuat
Young Do lega, karena setidaknya ayahnya tak menyembunyikan keberadaan ibu
darinya.
Masih dengan memakai seragam,
Young Do pergi ke restoran ddukbokgi, dan pemilik restoran yang baru tahu nama
Young Do dari name tag yang ada di seragam memberitahukan kalau ada seorang
wanita yang menitipkan kartu nama untuk diberikan pada anak yang bernama Choi
Young Do.
Young Do membaca nama ibunya yang
bekerja di sebuah kafe bernama Secret Garden. Dan ternyata di bawah pertanyaan ibunya, Young Do menulis jawaban untuk ibunya.
Tan menghadang Bo Na yang
langsung dituduh kalau Tan ingin menyatakan perasaannya karena sedang tak ada
Chan Young. Ha.. dua anak narsis ini, Tan berkata kalau ia menemui Bo Na karena
sedang tak ada Eun Sang di antara mereka, Ia ingin bertanya apa yang Eun Sang
suka dan tidak sukai?
Bo Na menjawab tak tahu karena ia
bukanlah teman Eun Sang. Namun ia menduga kalau Tan ingin memberikan hadiah
pada Eun Sang dan berkata kalau Eun Sang butuh sekali banyak barang, “Ia
meminjam sepatu tinggiku, handphone-nya tergores, ia suka bantalku, dan
dompetnya juga baru saja hilang. Katanya ada orang gila yang mencuri dompetnya.”
Tan nyengir bangga, “Aku si orang
gila itu. Aku mengambilnya karena ingin membelikan dompet untuknya.”
“Oh My God!”
Hyo Sin memberitahukan kalau SMA
Se Ryun ingin meminjam host untuk festival dari sekolah mereka. Bo Na sangat
antusias dan meminta Hyo Sin untuk mengiyakan. Alasannya? “Klub broadcasting Se
Ryun itu banyak cowok cakep!” Eun Sang berkata kalau Bo Na sudah punya pacar,
tapi Bo Na berkata kalau ia punya pacar bukan berarti ia tak bisa memandang
pria-pria tampan.
Ia pun mengajak Eun Sang untuk
menemaninya. Eun Sang tak bisa karena ia harus bekerja. Maka Bo Na pun mengajak
Eun Sang dan mengatur pertemuan itu di café Eun Sang.
Mereka pun beranjak pergi dengan
bersemangat. Hyo Sin senyum-senyum melihat mereka dan mengambil handphone-nya,
“Tan sekarang ada di mana, ya? Kuharap Chan Young sedang ada di dekat sini.”
LOL, ada yang nyalain kompor, nih.
Bo Na dan Eun Sang menemui anak
Se Ryun yang bertanya sekaligus memuji, “Apakah gadis di Jeguk semuanya cantik
seperti kalian?”
Dengan manis Eun Sang menjawab kalau mereka saja yang memang
cantik. Aih..
Namun belum sempat percakapan
mereka lebih jauh, terdengar suara, “Sayang ..”. Bo Na dan Eun Sang menoleh dan
melihat Tan serta Chan Young menghampiri mereka. Pada anak Se Ryun, Tan
memberiahu kalau Eun Sang sudah menikah dan menyuruh mereka pergi.
Kedua pria itu berkata kalau
mereka belum membicarakan masalah festival. Tapi mereka mengalah dan berkata
kalau mereka akan menghubungi Bo Na kembali. Tapi dengan ketus Chan Young
melarang mereka melakukan hal itu. Kedua murid itupun pergi.
Tan dan Chan Young duduk menggantikan
murid-murid Se Ryun. Tan mengkritik jepit rambut yang tumben dipasang oleh Eun
Sang, yang langsung buru-buru dilepas oleh Eun Sang. Tan memarahi Bo Na yang
mengajak Eun Sang di siang hari.
Chan Young yang tadinya sepaham
dengan Tan langsung berbalik arah, “Kenapa kau malah memarahi Bo Na? Eun sang
juga bukan seperti Ibu Theresa. Ia itu tergila-gila pada pria.”
“Yoon Chan Young, jangan
mengada-ada,” bentak Eun Sang kesal. Tapi Bo Na malah menyerang Eun Sang yang
membentak Chan Young. Tan yang masih kesal pada Bo Na, berkata kalau Bo Na tak
punya hak bicara. Bo Na ganti membentak Tan, “Jangan bicara padaku lagi. Aku
ini bukan pacarmu.”
“Kalau begitu berhentilah menemui
pria lain,” potong Chan Young. Kali ini Tan setuju dan mereka pun satu kubu
lagi. Eun Sang kesal pada Tan yang bukannya menghentikan Chan Young malah membela
Chan Young. Bo na setuju, “Kim Tan itu adalah tipe yang membuatmu merasa
kesal.”
Chan Young setuju dan pada Eun
Sang ia menasihati, “Apa gunanya wajah tampan? Itu hanya bertahan selama 3
bulan.”
Dan kali ini Eun Sang setuju,
“Yang penting dari pria itu adalah kepintaran.”
Haha.. Kasihan Tan, semua malah
mengeroyoknya.
Saat berdua, Tan mengakui kalau
dirinya adalah cowok posesif. Ia sebenarnya ingin membunuh para pria yang
menatap Eun Sang, benci pada pria-pria yang memikirkan Eun Sang, “Kau tak tahu
pria-pria itu berpikir apa. Semua pria itu sama. Kecuali diriku.” Lol.
Eun Sang tertawa mendengar Tan
tak sama dengan pria-pria lain. Tapi Tan bersikeras kalau dia polos dalam
mencintai Eun Sang (ha!) dan memiliki hati yang putih (HA!).
Eun Sang mencibir
tak percaya, “Bagaimana kau bisa membuktikannya? Apa kau bisa mengeluarkan hati
putihmu?”
“Lupakanlah. Aku kecewa padamu,”
Tan cemberut dan meninggalkan Eun Sang. Eun Sang kaget melihat Tan yang marah
beneran dan berteriak, kapan Tan akan mengembalikan dompetnya.
Ternyata Tan hanya pura-pura
marah. Ia berbalik dan tersenyum. Ia melemparkan sebuah bungkusan dan berkata
kalau ia sekarang akan mengembalikannya. “Aku merasa senang karena kita
bertengkar bukan karena situasi yang sedang kita hadapi, tapi tentang kita sendiri.
Mari kita bertengkar setiap hari seperti ini.” Tan melambaikan tangannya dan
pergi.
Aww.. so sweet..
Masih tetap tersenyum, Eun Sang
membuka bungkusan itu. Ternyata dompetnya sudah diganti dengan dompet yang
baru. Dan di dalamnya ada foto Tan.
Haha.. tetep.. narsis dan
posesifnya kumat. Awas.. jangan-jangan ada alat penyadapnya.
Yoon sepertinya ingin nostalgia
dan mendatangi kafe yang dulu sering ia datangi. Ia kaget karena melihat Esther
ada di sana. Esther pun juga tak menanyangka melihat mantan pacarnya itu ada di
hadapannya.
Mereka pun duduk bersama. Esther
mengungkit tentang Yoon yang sekarang menjadi wakil presiden direktur dan Yoon
juga mengungkit tentang kabar putusnya pertunangan Esther. Esther menjawab
kalau Hotel Zeus sekarang sedang dalam penyelidikan, membuat Yoon berkata kalau
Esther selalu pintar, sama seperti 20 tahun yang lalu.
Yoon bertanya apakah Rachel
baik-baik saja? Esther menjawab kalau sekarang Rachel sedang menangis sejak
pertunangannya putus padahal Rachel adalah gadis yang jarang menangis, “Ia
pasti sangat suka dengan Tan. Tapi ia tak tahu bagaimana cara menyukai
seseorang. Aku sendiri tak dapat mengajarkan padanya. Karena aku sendiri juga
tak tahu.”
Yoon terkejut mendengar pengakuan
Esther. Esther melanjutkan, “Melihat Rachel sekarang, aku jadi punya kesempatan
untuk melihat ke kehidupanku sendiri.”
“Dan kehidupan itu seperti apa?”
tanya Yoon hati-hati.
“Sebuah kehidupan yang
menghasilkan banyak uang, sangat kaya,” Esther menghela nafas, “Sebuah
kehidupan tanpa Yoon Jae Ho.”
Walau Tan selalu memarahi ibunya
yang suka minum anggur, kali ini Tan malah menuangkan anggur untuk ibunya dan
mengajak minum bersama. Tan berkata kalau seorang anak harus belajar cara minum
dari ayahnya. Tapi sekarang ibu adalah ayahnya juga. Mendengar nama ayah
disebut, mood Nyonya Han langsung suram, karena mengingatkannya pada presdir
Kim.
Tan bertanya kapan ibunya akan
pindah ke tempat yang disediakan Won? Nyonya Han tak berniat pindah ke sana. Ia
tak ingin tinggal di rumah yang bagus lagi. Ia ingin berjalan dengan kakinya
sendiri melihat dunia luar, “Aku akan berjalan-jalan ke Gangnam besok.”
Tan mengajak ibunya untuk
berjalan-jalan bersamanya besok. Nyonya Han setuju. Mereka besok akan
jalan-jalan, tapi setelah itu Tan harus pulang ke rumah karena ayah Tan hanya
sendirian saja. Tapi Tan tak mau karena ibu adalah ayahnya juga. Nyonya Han
meminta Tan untuk tak berkata seperti itu.
Presdir Kim berada di rumahnya
yang besar, dan tiba-tiba ia merasa pusing. Saat merasa agak baikan, ia
mendengar suara, “Aku sudah pulang.”
Presdir Kim menoleh dan rupanya
ia teringat masa lalu. Saat itu Won pulang sekolah dan Tan mengikutinya dari
belakang, bertanya pada Won. Tapi Won tak menjawab. Tan pun melihat ayahnya dan
menghambur untuk memeluknya. Presdir Kim sudah membuka tangannya namun ia tak
memeluk Tan, karena Won menoleh ke arahnya.
Bayangan masa lalu itu
menghilang, dan kepala Presdir Kim terasa sangat sakit hingga ia terjatuh
pingsan. Sendirian di rumah yang besar.
Tan dan Won langsung menuju rumah
sakit saat mendengar berita jatuhnya ayah. Begitu pula dengan Nyonya Han.
Pertolongan pertama sudah dilakukan pada Presdir Kim yang mengalami perdarahan
otak. Tapi menurut dokter, mereka tak bisa mengoperasi Presdir Kim sekarang,
harus menunggu Presdir Kim sadar dulu.
Tan bertanya bagaimana kalau
ayahnya tak sadar? Dokter menjawab kalau mereka harus berdoa agar Presdir Kim
bisa sadar. Nyonya Han yang selama itu duduk di samping Presdir Kim dengan
sedih, hanya semakin mempererat genggamannya, seakan ingin memberi kekuatan
agar cepat sadar.
Nyonya Jung juga mendengar
tentang kondisi suaminya. Adik Nyonya Jung meminta kakaknya agar segera
bergerak. Nyonya Jung menyuruh adiknya tenang karena ia sedang berpikir. Adik
Nyonya Jung berkata kalau kakaknya telah berpikir selama 20 tahun. Apa lagi
yang perlu dipikirkan? “Kita harus segera cepat melakukannya. Suruh Pengacara
Park untuk mempersiapkan semua dokumennya.”
“Tindakan yang sembrono akan
membawaku ke posisi kotor yang penuh tuduhan dan dakwaan hukum. Aku akhirnya
bisa tak memiliki sepeserpun,” jawab Nyonya Jung.
Tapi menurut adiknya, sekaranglah
saat yang tepat karena Won sedang panik sekarang dan belum tahu gerakan mereka,
“Kau telah menahan semua penghinaan dari keluarga itu. Untuk apa? Ya untuk hari
ini! Segala penderitaanmu akan hari-hari yang menyedihkan itu harusnya terbayar
sekarang.”
Nyonya Jung memang berniat
melakukannya. Tapi ia mencoba melakukannya dengan benar. Ia menyuruh adiknya
untuk mencari tahu kondisi terakhir di rumah sakit sementara ia akan menelepon
beberapa orang.
Tapi Yoon dan Won sudah dapat
menebak langkah Nyonya Jung. Sebagai istri yang sah, Nyonya Jung mendapat hak
suara milik Presdir Kim jika presdir Kim tetap dalam keadaan koma. Won menduga
kalau Nyonya Jung akan menggelar rapat pemegang saham untuk mencopot posisi
Presdir Kim. Yoon berkata kalau ia akan segera mengadakan rapat internal.
Nyonya Han masih tetap duduk
menemani Presdir Kim. Tan masuk dan meminta ibunya untuk pulang dan akan
menelepon jika ayahnya bangun. Tapi Nyonya Han meminta anaknya tak
mengkhawatirkannya. Ia lebih khawatir kalau Presdir Kim langsung
mencari-carinya ketika sadar.
Tapi Tan berkata kalau ia tak
mengkhawatirkan ibunya, tapi mengkhawatirkan perusahaan dan ayahnya, “Bu
Presdir sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Aku tak ingin ia melihat ibu
ada di sini. Won, ayah dan aku akan berada di posisi yang sulit,” pinta Tan.
Nyonya Han merasa terluka, tapi
ia berkata kalau ia mengerti dan akan segera pergi. Tan merasa tak enak karena mengucapkan kata-kata yang terus terang itu pada
ibunya. Tapi ibunya menenangkan anaknya kalau ia mengerti maksud Tan dan
meminta Tan untuk segera meneleponnya jika Presdir Kim sadar. Ia pun segera
pergi. Tan hanya menghela nafas memandangi ayahnya.
Nyonya Jung mengumpulkan pemegang
saham yang merupakan saudara Presdir Kim. Ia mengatakan kalau ia tak percaya
pada kemampuan Won dan Tan dalam menghandle perusahaan yang dibangun oleh
suaminya seumur hidupnya. Saudara-saudara Presdir Kim meminta Nyonya Jung
blak-blakan tentang niatnya.
Maka Nyonya Jung berkata kalau
mereka semua memiliki kesempatan untuk mendapatkan perusahaan ini lagi melalui
dirinya. Ia tak memiliki anak untuk menjadi pewaris, sehingga dengan mereka
berada di pihaknya, mereka memiliki kesempatan lagi mewarisi Jeguk.
Nyonya Jung meminta mereka untuk
berada di pihaknya. Karena saat Won dan Tan mewarisi Jeguk, mereka semua tak
memiliki kesempatan itu lagi.
Kartu nama ibunya sudah ada di
tangan, tapi ia ragu. Akhirnya ia memutuskan untuk mencuci piring. Namun di
sana ia malah mendengar para koki sedang bergosip. Tahu apa yang mereka gosipkan,
ia pun melepas sarung tangan dan celemek, meninggalkan dapur dan menuju ruangan
ayahnya.
Benar saja. Ia melihat jaksa dan
polisi sedang mengumpulkan semua dokumen. Ia berteriak dan mencoba menghentikan
mereka, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Presdir Choi berteriak,
meminta Young Do untuk meninggalkan ruangannya.
Young Do dibawa keluar, namun ia
terus menatap wajah ayahnyan yang tak sepercaya diri seperti biasanya.
Tan menunggui ayahnya dan
memandanginya, seakan memohon agar ayahnya bangun. Melihat tangan ayahnya yang
terkulai, ia memberanikan diri untuk menggenggamnya.
Nyonya Jung muncul dan langsung
bertanya dimana ibu Tan sekarang, “Apa dia tak bisa masuk karena ia bukan
keluarga?” sindirnya.
“Anda juga keluarganya, tapi Anda
datang terlambat,” jawab Tan. Nyonya Jung menjawab kalau ia harus mengurus
beberapa hal karena tak ada harapan bagi Presdir Kim untuk bisa sadar kembali. Berbeda
dengan Nyonya Jung, Tan percaya ayahnya nanti akan sadar.
Pada suaminya, Nyonya Jung
berkata kalau sekarang Presdir Kim pasti merasa bahagia karena anak-anaknya ada
di sisinya. Dan ia juga bahagia karena ia sudah menunggu-nunggu akan datangnya
hari ini. “Karena kau sekarang terbaring di sana, maka aku sekarang adalah wali
resmi Tan. Itulah gunanya kartu keluarga.”
Tan memperingatkan Nyonya Jung
agar tak coba-coba menyentuh saham yang diberikan ayahnya padanya karena ia
akan menjadikan Won sebagai walinya. Nyonya Jung mempersilakan Tan melakukan
hal itu. Karena sebentar lagi Tan dan ibunya akan pergi tanpa sepeser uang pun.
“Selamat datang di dunia yang penuh keserakahan ini, anakku.”
Won muncul dan menyapa Nyonya
Jung sekaligus menyindirnya, “Saya pikir Anda tak bisa datang karena sibuk.”
Nyonya Jung berkata kalau ia hanya ingin melihat Presdir Kim dan memberitahu
tan apa yang harus ia beritahukan. Ia pun pergi meninggalkan mereka.
Won meminta agar Tan tak perlu
memikirkan ucapan Nyonya Jung karena Tan masih terlalu muda. Ia menyuruh Tan
untuk pulang dan beristirahat. Ia akan berjaga malam ini dan Tan bisa menjaga
ayah setelah pulang sekolah.
Tak banyak bicara, Tan mengiyakan
perintah kakaknya. Sejenak ia menatap ayahnya dan kemudian berlalu pergi.
Di lift hotel, ia memencet angka
34. Teringat wajah ayahnya yang pucat pasi dan ucapan Nyonya Jung di rumah
sakit, “Kadang pelajaran pahit adalah obat yang mujarab. Kita ambil, kita
kalah, kiat mengambil alih, kita diambil alih. Selamat datang di dunia yang
penuh keserakahan ini, anakku.”
Ia pun mengurungkan niat ke
kamarnya. Ia memencet angka 35. Satu lantai menuju atap hotel. Di atas, ia
menatap kota Seoul. Ia membutuhkan tempat untuk berpikir.
Merasa tak sendiri, ia menoleh
dan melihat Young Do ternyata juga berada di sana. Young Do pun menyadari
kehadiran seseorang. Ia menoleh dan mereka pun berpandang-pandangan. Ingin
bercerita, tapi mereka tak sedekat sahabat. Mereka pun sama-sama memandang ke
atas kota Seoul, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
source :
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-19-1.html
http://www.kutudrama.com/2013/12/sinopsis-heirs-episode-19-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani,blogspot.com
No comments:
Post a Comment