Wednesday, December 18, 2013

The Heirs Episode 4

Eun Sang melangkah masuk ke bandara dan tertegun sejenak melihat Rachel memeluk Kim Tan. Tak ingin menganggu mereka, Eun Sang berbalik menarik kopernya pergi. 
Tapi Kim Tan melihatnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung memanggil gadis itu, "Cha Eun Sang. Berhenti di situ".

Rachel melepas pelukannya dan kaget melihat Eun Sang. Eun Sang terpaku bimbang, perlahan-lahan ia berbalik menatap Kim Tan. 
"Masuklah. Telpon aku jika sudah sampai", kata Kim Tan pada Rachel, lalu meninggalkannya, buru-buru menghampiri Eun Sang. 

"Kenapa kau tidak meneleponku?. Temanmu tidak memberitahumu?", tuntut Kim Tan pada Eun Sang.

"Dia memberitahuku", jawab Eun Sang menundukkan pandangan-nya. 

Kim Tam marah, "Jadi kau harusnya meneleponku!. Apa kau akan pulang ke Korea sekarang?".

Eun Sang mengangkat wajahnya, "Apa yang ingin kau katakan?".

Kim Tan mengambil ponsel dan menyodorkanya pada Eun Sang, "Ini....Berikan nomor ponselmu!". Karena Eun Sang diam saja, Kim Tan bertanya, "Ada apa?". 

Eun Sang melirik Rachlel. Ia bisa melihat kemarahan dan kesedihan di wajah gadis itu. Sadar akan posisinya, Eun Sang menolak memberikan nomor ponsel, "Aku berterima kasih. Aku telah mengucapkan terima kasih. dan juga telah mengucapkan selamat tinggal. Aku sudah mengatakan semuanya. Jadi jangan tinggalkan tunanganmu sendirian hanya untuk menanyakan hal seperti itu". 

Eun Sang beranjak pergi. Kim Tan terpaku di tempatnya, menerima penolakan dari gadis itu. Tangan-nya bahkan masih terulur memegang ponsel. Eun Sang jalan cepat melewati Rachel, yang menatapnya dengan benci.

Kim Tan berbalik saat Eun Sang menaiki eskalator. Eun Sang sempat melirik sedikit lalu menatap lurus ke depan. Rachel bisa menangkap kesedihan di wajah Kim Tan, dan itu semakin membuatnya marah.

Di dalam pesawat, tepatnya Kabin kelas 1. Rachel duduk dengan wajah murung. Pramugari meminta Rachel mengisi formulir kedatangan. Dengan malas, Rachel menerimanya. Lalu memandangi formulir itu dan terlintas-lah ide untuk membalas kemarahannya.
Rachel bangkit dari kursinya, keluar dari kabin kelas 1, pergi ke kabin kelas 2. Menyilangkan tangan, berdiri tepat di depan Eun Sang yang sedang mengisi formulir kedatangan. Eun Sang tanya apa yang Rachel lakukan.
"Aku sedang menunggumu menyelesaikan itu. Lanjutkan", ucap Rachel memerintah khas nona besar.

"Apa yang kau inginkan", tanya Eun Sang tanpa merasa takut sedikit pun.

Rachel berkata, ia sudah berpikir dan mempunyai firasat buruk akan bertemu dengan Eun Sang lagi. Eun Sang yakin itu tidak akan terjadi, lalu kembali menulis. Rachel berkata, Eun Sang mengatakan itu karena tidak mengenal Kim Tan dengan baik, "Jika sesuatu yang menyedihkan terjadi padanya (Kim Tan), aku pikir dia akan menemuimu lebih dulu. Tapi aku tak tahu apapun tentang dirimu. Karena itu?".

"Karena apa?", tanya Eun Sang.

"Anggaplah ini sebagai perkenalan kita", ucap Rachel ketus, mengambil formulir kedatangan Eun Suk dengan kasar dan membawanya ke kelas 1.

"Hei!", panggil Eun Sang mengikuti Rachel, tapi dihalangi oleh pramugari yang melarangnya masuk ke kabin kelas 1. Selain penumpang kabin kelas 1 dilarang masuk. 

Pada pramugari itu, Eun Sang mengatakan bahwa wanita yang baru masuk tadi mengambil formulir kedatangannya. Pramugari minta Eun Sang menunggu sebentar. Pramugari masuk ke dalam untuk menanyakannya pada Rachel.

Tak lama kemudian pramugari keluar. Tentu saja Rachel tidak mengakui perbuatan-nya. Eun Sang marah, tapi ia menahan diri karena berada di dalam pesawat. 
Setibanya di bandara Korea, kedatangan Rachel di sambut Young Do dengan tulisan "Selamat Datang! Saudari tiri-ku". Baik Rachel maupun Young Do sama-sama menyungging senyum sinis. Rachel tidak peduli berjalan ke arah yang berlawanan. 
Young Do menyusul Rachel dan meletakan kertas itu di atas trolley yang di dorong Rachel. Tulisan besar itu tentu saja bisa dibaca oleh orang lain. Rachel kesal, "Jika kau sangat bosan, kenapa kau tidak mencuci piring saja. Kau bilang kau tidak mau datang. Kenapa kau datang?".


Young Do berkata ini karena semua Rachel yang memberitahukan perubahan jadwal kepulangan pada ibunya. "Tak bisakah kamu pulang tanpa membuat keributan?".

"Kau yang seharusnya tidak kalah dengan Ayahmu itu", balas Rachel.

"Jangan berisik kecuali jika kau ingin pulang dengan berjalan kaki. Jangan bicara", Young Do menggertakan gigi menahan marah. 
"Aku akan memberitahu Ibu kau menjemputku. Jadi dorong ini", Rachel kembali bersikap seperti nona besar, meninggalkan trolley-nya dan melenggang santai.

"Sial", gerutu Young Do, lalu mendorong trolley barang Rachel. Tak lupa menyembunyikan kertas yang tadi ia letakkan diatas trolley. 

Eun Sang juga keluar dari bandara. Sendirian tanpa keluarga datang menjemput.

Dalam perjalanan pulang, Rachel dan Young Do kembali menunjukkan sikap tidak menyukai satu sama lain. Young Do menyetel musik rock keras-keras. Menggerakan kepalanya mengikuti alunan musik. Sementara Rachel yang tidak suka tanpa segan mematikan. Remote berpindah dari tangan Young Do ke tangan Rachel begitu berulang-ulang, hingga akhirnya Rachel menyinggung tentang Kim Tan. 
"Aku yakin kamu sangat penasaran - Tan baik-baik saja. Tan juga menanyakan dirimu, apa kau baik-baik saja. Aku memberitahunya kau jahat seperti biasa, kau makan dan hidup dengan baik. Seperti seekor serigala bertingkah seperti seorang raja, dalam gua kosong yang ditinggalkan harimau", ucap Rachel puas. 

Young Do menyuruh supir menghentikan mobil. Mobil menepi, Young Do diam sejenak, lalu membalas, "Pernahkah kau memikirkan ini?. Kenapa tidak ada Harimau di hutan itu?. Mungkin dia hanya berpura-pura kalau dia adalah Harimau. Mungkin dia melarikan diri karena dia takut orang lain mengetahui itu".

"Apa?", tanya Rachel bingung. 

Young Do enggan menjelaskan, "Aku sudah menjemputmu", lalu turun dari mobil. Mobil jalan menjauh, meninggakan Young Do.

Young Do berdiri di tengah jalan, terpekur menatap aspal. Wajahnya tampak tertekan. Dari ucapannya tadi, tersirat kalau Young Do mengetahui jati diri Kim Tan yang merupakan anak dari istri simpanan. Mungkin Kim Tan mengatakannya sebelum pergi ke Amerika. Hanya saja, apa yang membuat hubungan mereka retak itu yang masih menjadi pertanyaan. 

Apa Young Do memutuskan persahabatanya hanya karena Kim Tan bukan-lah pewaris sah, merasa di bohongi, dan dikhianati?. Atau mungkin ada masalah yang lebih buruk dari itu!. Mungkinkah dulu Young Do menyukai Bo Na atau Rachel?. Tapi kedua gadis itu lebih memilih Kim Tan. Mungkin saja, karena ini adalah drama. 
Eun Sang pulang kerumah, berdiri ragu di depan pintu. Rumahnya dalam keadaan gelap saat ia masuk. Eun Sang terkejut tidak percaya melihat rumahnya dalam kaeadaan kosong. Tidak seperti terkahir kali dia tinggal. Eun Sang bingung dimana semua barang-barangnya. Ia memeriksa kamar mandi dan kamarnya. Tak ada ibunya, dan juga tidak ada barang-barang yang tertinggal di ruangan itu.

Ahjuma tetangga datang, Eun Sang tanya apa yang terjadi, dimana ibuku?". Ahjuma bilang ibu Eun Sang sudah pindah, dia menjadi pembantu tetap (tinggal dirumah majikan). Eun Sang kaget, "Apa?. Maafkan aku, bolehkah aku meminjam ponselmu?". 
Ibu Eun Sang mengatakan keadaan Presdir Kim sedang sakit dan keadaan dirumah keluarga Kim sedang tidak baik. Ia menyuruh Eun Sang untuk menginap malam ini di sauna dan datang ke rumah keluarga Kim besok pagi. Tak ada tenaga, Eun Sang memilih tidur di kamar-nya yang kosong.
Diseberang lautan nan jauh disana. Kim Tan kembali menjalani kehidupannya yang normal. Berkumpul bersama teman-teman bule. Bedanya kini, ia tak lagi menikmati kehidupan seperti itu. Ia hanya duduk diam memandangi "bule-bule itu" yang asyik berenang di kolam rumahnya. 
Kim Tan mengambil ponselnya, memandangi foto Eun Sang bersama Chan Young di akun SNS. Men-zoom foto, melihat senyum cerah gadis itu. Kim Tan menaruh kembali ponsel-nya dan menghela napas. Kesedihan dan kesepian terpancar jelas di kedua matanya. Suara bising yang ditimbulkan teman bule itu, tak bisa mengusir rasa sepi dalam hatinya.
Hyo Shin pulang ke rumah dan mendengar suara ibunya yang menceramahi guru lesnya, "Jeon Hyun Joo". Ibu Hyo Shin menegur Hyun Joo karena kemarin datang kerumah dengan menggunakan celana jeans dan bertelanjang kaki. Walau sekarang musim panas, tetap saja ibu Hyo Shin tidak menyukainya. Hyun Joo berjanji akan lebih berhati-hati.
Ibu Hyo Shin tidak suka mendengar jawaban Hyun Joo, "Kau bilang kau akan berhati-hati, tapi kau memakai rok hari ini. Minggu sebelumnya, kau kemari memakai celana pendek. Akan kukatakan sekali lagi. Mulai sekarang, selagi kau mengajar tolong tahan dirimu untuk memakai pakaian minim. Kerah-V juga tidak diperkenankan. Dan juga, tolong untuk tidak memakai parfum dan memanicure kukumu".

Hyun Joo tersenyum mengiyakan. (Peraturan yang sangat terperinci, jelas sekali ibu Hyo Shin takut anak-nya jatuh cinta pada Hyun Joo, atau mungkin dia sudah tahu kalau Hyo Shin menyukai gurunya?). 
Didalam kamar, Hyo Shin menunggu guru-nya dengan bosan. Meski saat itu ia sedang mengerjakan soal melalui tab-nya. Hyun Joo masuk dan terkejut melihat Hyo Shin sudah ada di dalam kamar. Hyun Joo tanya kapan Hyo Shin pulang, "Aku tidak mendengarmu masuk?".

"Tidakkah keluarga ku menyebalkan?", tanya Hyo Shin begitu Hyun Joo duduk. 

"Menyebalkan", jawab Hyun Joo jujur. 

Lalu, Hyo Shin tanya kenapa Hyun Joo tidak berhenti. Hyun Joo berkata ibu Hyo Shin membayarnya banyak sekali, dan ia butuh uang itu. Hyo Shin mengatakan ia menyukai semua yang ibunya larang. Semuanya. (celana jeans, rok pendek, kuku cantik, wangi parfum wanita. Bahkan gurunya pun Hyo Shin suka).

Hyun Joo diam sejenak, "Aku juga menyukainya, tapi aku tidak akan melakukannya (melakukan apa yang dilarang ibu Hyo Shin). Orang yang memberi uang selalu menjadi pihak yang benar. Jadi apa yang kau suka tidak membantuku sama sekali. Apakah kau mengerti?".

Hyo Shin membuka halaman 16, dan mulai pelajaran. Saat itu ponsel Hyun Joo bergetar menerima panggilan masuk, dari Kim Won. Hyun Joo memandanginya sebentar, lalu menekan tombol reject. 
Hyo Shin yang melihatnya tanya kenapa Hyun Joo tidak menjawab panggilan itu, "Apakah dia pacarmu?". Hyun Joo enggan menjawab,  menyuruh Hyo Shin membaca bukunya.

Kim Won kecewa karena Hyun Joo tidak menjawab teleponnya. Ia berbalik menghadap pegawai toko yang sejak tadi menunggu. Pada pegawai itu Kim Won mengatakan, "Jangan cincin. Kalung saja". 

Pegawai toko menunjuk ke showcase, mempersilahkan Kim Won memilih yang dia suka. Pilihan Kim Won jatuh pada kalung "Wishbone" (tulang permohonan). Pegawai toko mengatakan kalung itu akan membuat impian Kim Won menjadi kenyataan.

Eun Sang pergi ke rumah kediaman keluarga Kim dan bicara dengan ibunya di depan pintu gerbang. Eun Sang kaget saat mengetahui uang yang dibawa kabur Eun Suk adalah uang deposit untuk tempat tinggal mereka. Itulah alasan kenapa ibu Eun Sang (Hee Nam) pindah dari sana.

Eun Sang benar-benar tak mengerti, "Bagaimana bisa ibu memberi semua uang itu padanya?. Pernikahannya itu semua bohong!". Dengan menggunakan bahasa isyarat Hee Nam bilang bahwa ia sudah mengetahui hal itu. Eun Suk sudah menelpon dan menceritakan semuanya.

"Gadis jahat. Dia benar-benar menelepon Ibu untuk mengatakan itu?. Apa katanya?. Apakah dia memberitahu ibu dengan mulutnya sendiri, kalau semua yang dia katakan selama ini itu hanya bohong ?", tanya Eun Sang kesal.

"Dia bilang dia menyesal, dan dia bertanya apakah kamu sudah pulang dengan selamat", jawab Hee Nam dengan bahasa isyarat. 
Eun Sang semakin marah, "Itu saja?. Dan ibu tidak melakukan apa-apa?". Hee Nam balik tanya apa yang bisa ia lalukan. Bicara pun tak bisa, yang bisa ia lakukan saat itu hanya mengetuk ponsel.

"Jadi, kenapa ibu memberikan semua uang itu?. Gadis jahat (jalang) itu kabur dari Ibu dan adiknya hanya untuk kepentingan sendiri. Apa ibu tidak punya harga diri?". 
Hee Nam marah dan memukul tangan putrinya. Eun Sang teriak kesakitan dan kaget. Hee Nam memarahi Eun Sang, "Jangan panggil kakakmu seperti itu". 

Masih dengan nada tinggi Eun Sang tanya apa yang harus kita lakukan sekarang, "Tidur di jalanan?". Hee Nam menyuruh Eun Sang menunggu sebentar di luar. Sementara ia akan masuk ke dalam rumah Kim, mengabaikan pertanyaan Eun Sang yang bertanya kenapa?, berapa lama, berapa menit?.

Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah Kim. Ny. Ji Suk keluar dari mobil. Eun Sang mengamatinya, dan buru-buru menundukan kepala ketika Ny. Ji Suk menatapnya dengan pandangan "Angkuh". Eun Sang menarik napas lega, ketika Nyonya besar itu masuk ke dalam rumah. 
"Ahjuma, apa yang kau lakukan?", tanya Ny. Han pada Hee Nam. Hee Nam menunjukkan notesnya. Mengajukan pertanyaan, "Fotografer yang Nyonya perintahkan untuk mengikuti Nyonya besar Ji Sung,  apa berjalan lancar?".

"Aku baru mulai menyewa mereka 2 hari yang lalu!. Apa yang bisa terjadi selama itu?", jawab Ny. Han. 

Hee Nam tanya, "Apa anda mempercayai saya"?. Ny. Han bingung, "Apa maksudmu?. Omo, omo, omo!. Apa sekarang aku sedang diancam?" (Hahaha lucu liat Ny. Han ngomong, "Omo...omo..omo"). 
Hee Nam mengiyakan, "Aku juga merasa tidak enak". Ny. Han marah, "Ahjumma ini benar-benar?!. Kenapa kau mengancam seseorang jika kau merasa tidak enak. Sungguh tidak sopan. Apa yang kau inginkan?". 

Sebelum Hee Nam menjawab, pelayan lain datang memberitahukan kalau Ny. Ji Sung baru saja datang. Ny. Han heran, "Apa?. Kenapa tiba-tiba begini?". Pelayan tadi pergi. Ny. Han memekik kaget, "Jangan-jangan... kau memberitahunya?!", tanyanya pada Hee Nam.

Hee Nam buru-buru menuliskan sesuatu, "Belum, tapi karena dia sudah ada di sini...". lalu menunjukkanya ke Ny. Han dan lari pergi bertingkah seperti ingin melaporakan hal tersebut. 


Ny. Han yang panik buru-buru mencegahnya, "Apa? Apa yang kau inginkan?. Katakan padaku!. Tulis. Kau bisa menulisnya, cepat!". 

Ny. Han menunggu Hee Nam menuliskan apa yang dia inginkan. Meski Ny. Han majikan, tapi dia selalu menurut dengan pelayan-nya. Tingkah mereka lucu. 
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Hee Nam menemui Eun Sang yang sejak tadi menunggu di depan. Menggunakan bahasa isyarat ia menyuruh putrinya untuk berganti pakaian yang bersih dan rapi. Dan mengganti kaus kakinya dengan kaus kaki baru. 
Eun Sang tak mengerti, "Apa maksud ibu?". Hee Nam mengatakan mulai sekarang, rumah ini (rumah Kim) akan menjadi tempat tinggal kita sekarang.
"Apaaa!", seru Eun Sang kaget. 
Beberapa menit kemudian, Hee Nam membawa Eun Sang yang telah berganti baju masuk kerumah kediaman keluarga Kim lewat pintu belakang (dapur). Menuju ruang makan yang tembus keruang tamu. Eun Sang tercengang dengan mulut membulat, melihat rumah yang besar itu. Ekspresi yang sama ketika ia melihat rumah Kim Tan pertama kali. 
Diruang tengah, mereka melihat Ny. Han dan Ny. Ji Sung sedang bertengkar. Ny. Ji Sung marah pada Ny. Han, "Apa yang kamu lakukan, selain  makan tiga kali sehari?. Kenapa kau tidak bilang bila Presdir Kim sakit?". 
Ny. Han menjawab santai, Presdir Kim sakit setiap hari, "Aku tidak bisa memberitahumu setiap kali dia sakit. Kau mengharapkan dia mati, atau kau mengharapkan dia tetap hidup?". 
"Apa?. Apa yang kau katakan?". 

"Tidak sopan menerobos ke rumah orang di pagi hari. Kau sangat berani", jawab Ny. Han. 
Ny. Ji Sung meradang, "Apa? Rumah orang?. Kau bukan bagian keluarga ini!. Namamu bahkan tidak ada di kartu keluarga!. Siapa kau berani-beraninya berkata seperti itu!".
 
"Hah! Itu hanyalah kartu keluarga bodoh itu. Kau bahkan tidak memiliki anak", balas Ny. Han.
Ny. Ji Sung : Kau tak pernah gagal mengecewakanku. Hanya kartu keluarga bodoh?. Baik, kau memang melahirkan anak. Tapi, anak yang kau lahirkan... apa di pelukanmu sekarang?.
Ny. Han : Apa?.
Ny. Ji Sung berkata itulah gunanya kartu keluarga, "Kau dan aku  sama. Tak satu pun dari kita yang memiliki anak". Ny. Han berkata hidup itu panjang, "Hanya karena dia tidak dalam pelukanku hari ini, tidak berarti dia tidak akan berada di sini selamanya. Itulah sebabnya mengapa darah lebih kental daripada air". 

"Bisa-bisanya kau, benar-benar...", Ny. Ji Suk geram. 

Ny. Han melanjutkan, "Karena itu, Nyonya besar,  jaga dirimu!. Ketika namamu dihapus dari silsilah keluarga berjalan dengan kakimu, jangan merangkak...". 

Plak!. Ny. Ji Sung yang merasa kalah menampar Ny. Han dengan sangat keras. Suara tamparan itu membuat Eun Sang dan Hee Nam terkesiap kaget.

"Beraninya kau!. Hanya karena aku membiarkan kau bicara...Teruskan!. Teruskan lagi!", ucap Ny. Ji Sung murka.

Ny. Han memegangi pipinya yang sakit, "Kau menamparku?. Apakah kau baru saja menamparku?', tanyanya tidak percaya. 
"Kau tidak sadar.  Kau ingin aku menamparmu lagi?", Ny. Han mengangkat tanganya siap menampar. Ny. Han memekik dan memegangi pipinya. Untunglah disaat genting itu seorang pelayan datang memberitahukan kedatangan Kim Won. 

Ny. Ji Sung merapihkan rambutnya dan bersikap sewajar mungkin. Sama dengan Ny. Han yang menahan rasa sakit di pipinya. Kim Won masuk dan memandang 2 ahjuma itu dengan dingin. Mereka berebut mencari perhatian di depan Kim Won. 
"Kau pulang?. Kau harus temui ayahmu", sapa Ny. Han lebih dulu. Ny. Ji Suk tanya bagaimana dengan Amerika. Ny. Han kaget, "Kau pergi ke Amerika?", dia yang satu rumah bahkan tidak tahu Kim Won pergi ke Amerika. 

"Aku pulang. Lanjutkan apa yang kalian lakukan tadi", ucap Kim Won dingin. Lalu jalan melewati Eun Sang yang menunduk takut. Kim Won sempat melirik Eun Sang sekilas, lalu naik ke tangga menuju kamarnya.

Ny. Han tanya pada Hee Nam, "Dia baru datang (dari amerika)?. Hee Nam menganguk, membenarkan. 
"Hidup ini panjang. Darah lebih kental daripada air", guman Ny. Ji Sung. 

Ny. Han mendelik marah, "Apa maksudmu?". 

"Kau pikir Won dan Ayahnya terhubung oleh air?. Ayo kita lihat seberapa baik Tan melindungi Ibunya dari saudaranya", Ny. Ji Suk dan Ny. Han bertatapan dengan percikan api permusuhan di mata mereka. Ny. Ji Suk pergi, sengaja menyenggol bahu Ny. Han hingga jatuh ke sofa. 
Ny. Han cepat-cepat berdiri seakan tidak mudah di jatuhkan. Setelah Ny. Ji Suk menghilang dari pandangannya, Ny. Han mendesis kesal, "Sial! Kau pikir itu membuatku takut?". Ny.Han menyentuh pipinya yang sakit, "Ahjuma. Es!", ucapnya lalu pergi ke kamar. 

Alarm Hee Nam bunyi, waktunya Presdir Kim minum obat. Ia minta Eun Sang mengikutinya, membawakan obat-obat untuk Presdir Kim. Eun Sang kaget, "Aku?". Hee Nam menganguk lalu pergi. Eun Sang mengikuti. 

Dengan langkah takut-takut Eun Sang membawa nampan berisikan obat-obat presdir Kim. Eun Sang bingung dimana kamar presdir Kim. Kim Won turun dari lantai atas, melihat Eun Sang yang celingukan kebingungan. Eun Sang langsung menunduk takut begitu menyadari kehadiran Kim Won.
Kim Won menunjuk dengan kepalanya dimana kamar presdir Kim berada. Lalu mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Eun Sang ikut masuk, tangan-nya bergetar saat menaruh nampan itu ke meja di hadapan presdir Kim.

Eun Sang menunduk memberi hormat, "Halo. Apa kabar. Ibuku dipanggil oleh Nyonya Han". Presdir Kim yang sedang membaca buku menoleh, "Apakah kau putri Park Hee Nam?".
"Ya'", jawab Eun Sang menunduk hormat, lalu pergi. 

Presdir Kim menyuruh Kim Won duduk, "Kenapa kau terus berdiri?". Kim Won beralasan akan segera berangkat kerja. Presdir Kim berkata itu alasan yang buruk. Kim Won mengaku bertemu Kim Tan di Amerika.

Presdir Kim tidak percaya, ia kenal lebih dekat dengan para tamu yang hadir pada pesta itu, tapi tak satupun dari mereka yang berbicara tentang Kim Tan. "Sudah cukup. Bawa pulang adikmu kembali dari pengasingannya. Jika tidak, Ayah yang akan melakukannya sendiri. Ayah tahu kau terluka. Itu sebabnya Ayah bermain adil dan membiarkanmu menyakiti Tan. Tapi kau menyakitinya lebih dari yang Ayah kira. Ini tidak adil".

"Beratnya rasa sakit kita sama apa itu yang Ayah anggap "Adil" ?", tanya Kim Won dingin. 

"Ayah tidak ingat pernah memeluk Tan, karena aku tidak ingin menyakitimu. Jika aku membiarkan ini berlanjut. Ayah takut aku akan menyesal nanti", ucap Presdir Kim kemudian.
"Perkataan Ayah itu terdengar seperti Ayah telah membesarkan kami dengan cinta dan kasih sayang", kata Kim Won sinis. "Apakah Ayah yakin tidak memiliki penyesalan apapun terhadapku?". 
Presdir Kim balik tanya, apa saat ini ia sedang meminta pendapat Kim Won. Kim Won tak menjawab, tetap pada pendiriannya dan pamit pergi. Presdir Kim diam memandang kepergian putranya yang dingin itu. 

Ny. Han mengompres pipinya dengan es batu. Ia benar-berar kesal dan merasa ini konyol, baik dirinya maupun Ny. Ji Suk bukanlah istri pertama presdir Kim. Hee Nam menulis, "Anda benar. Ada sebuah buku yang berjudul, "Rasanya menyakitkan, karena aku simpanan".

Ny. Han marah, "Apa?', menghembuskan napas kesal, "Keluarga ini terlihat konyol bahkan untukmu, bukan?". Hee Nam menganguk. Ny. Han berkata Hee Nam harusnya bersyukur karena dia miskin, sehingga tidak perlu mengalami harus melalui semua ini.

Hee Nam menggeleng. Ny. Han berguman, "Aku kira tidak begitu". Ny. Han yang semula lemas menjadi semangat, "Tunggu sebentar. Jika Won pergi ke Amerika. Dia pasti bertemu dengan Tan!".

Kim Won sedang merenung di kamarnya, ketika Ny. Han dengan antusias mengetuk pintu kamar. "Aku masuk", serunya dari luar langsung membuka pintu. Ny. Han protes, seharusnya Kim Won bilang padanya kalau pergi ke Amerika. Dengan dingin Kim Won bilang, jika Ny. Han ingin dengar tentang Tan, langsung bertanya pada ayahnya saja.

"Apakah kamu bertemu Tan?. Apa yang dia katakan? Apakah dia baik-baik saja?. Dia tidak sakit, kan?. Dia tidak menanyakan aku?", tanya Ny. Han atusias memberondong pertanyaan. 

Kim Won menjawab bukankah Ny. Han punya nomor ponselnya (Kim Tan). "Apakah kau ingin aku memberitahumu?".  
"Itu karena Tan tidak menjawab teleponku", sahut Ny. Han putus asa. "Aku ingin bertanya sesuatu. Berapa lama kau akan melakukan ini padanya?. Apakah kau harus sekejam ini?. Usianya baru 18 tahun. Apa yang bisa dia...". 

"Pada usia itu aku adalah pewaris Grup Jeguk", potong Kim Won cepat dan dingin. "Aku sudah menjadi pemegang saham utama sebesar 8%".

Ny. Han mengalah, "Oke. Aku menarik kata-kataku kembali. Tapi... Kau tahu Aku bahkan tidak bisa menemui anakku sendiri. Aku Ibunya, tapi aku membiarkannya merasa kesepian...".

Kim Won memotong, "Ini bukan gereja. Buatlah pengakuanmu di tempat lain", Kim Won berdiri mengambil air.

"Aku ini penganut Buddha!", sempot Ny. Han kesal lalu keluar kamar. (Haha..walau marah, tetap aja lucu).

Kim Won diam dengan ekspresi dingin. Lalu memandang foto di atas meja. Foto dirinya saat tinggal di Amerika. Ternyata selama tinggal di Amerika, Kim Won juga melakukan hal yang sama dengan Kim Tan, surfing dan duduk merenung di pinggir pantai dengan pemandangan matahari senja. 

Saat ini, Kim Tan juga melakukan hal yang sama, ditempat yang sama. Merenung diam di pinggir pantai berlatar belakang matahari senja. Rasa kesepian kembali mengrong-rong hatinya. Kim Tan ingat percakapan-nya dengan Kim Won di kebun Almond. Kim Won mengatakan dengan jelas, Kim Tan hanya perlu melakukan apa yang dia lakukan saat ini. Bersenang-senang dan tetap di Amerika. 
Malam hari. Kediaman keluarga Kim. Eun Sang dan ibunya makan malam di dapur. Eun Sang bertanya pada ibunya siapa yang lebih kuat?. 2 wanita yang berkelahi tadi. Pihak yang mana yang harus ia dukung. Mereka adalah si istri (Ny. Ji Sung) dan si simpanan (Ny. Han) Siapa yang lebih kuat?".

"Tidak. Kau salah. Mereka adalah istri ke-2 dan istri simpanan", jawab Hee Nam dengan bahasa isyarat. 
Eun Sang kaget, "Benarkah. Presdir Kim terlihat baik, aku tak berpikir dia begitu. Dia punya istri pertama?".

"Istri pertama sudah meninggal. Presdir (Kim Won) yang kau lihat tadi...Ibunya adalah istri pertama" jawab Hee Nam.

Eun Sang melihat Ny. Han menuju ke dapur dan segera mengalihkan pembicaraan, "Jadi Ayah Chan Young membantu Ibu pindah?". Semula Hee Nam bengong, tapi ia langsung bisa membaca situasi ketika Ny. Han tiba-tiba sudah ada di sebelahnya. 

"Jadi kau putrinya", tanya Ny. Han Eun Sang. Eun Sang memberi salam dan memperkenalkan dirinya.

Ny. Han tanya Eun Sang kelas berapa. Eun Sang menjawab kelas 2 SMA. Ny. Han berkata pasti Eun Sang sudah tahu bahwa keluarga ini tidak se-elegan kelihatannya. "Jangan sampai apa yang kau lihat dan kau dengar di sini tersebar keluar melewati pintu pagar. Apakah kau mengerti apa yang aku katakan?". Eun Sang menganguk mengerti.

Ny. Han : Karena Ibumu tidak bisa menyebarkan rumor meskipun dia ingin, maka aku percaya padanya.

Wajah Eun Sang langsung berubah mendengar perkataan Ny. Han, tersinggung. Hee Nam memandang putrinya, minta Eun Sang jangan marah. Eun Sang menunduk, menahan marah, "Terima kasih atas apa yang telah Anda lakukan untuk Ibu dan saya. Aku akan pindah secepat yang aku bisa. Aku akan tetap tenang saat aku tinggal di sini. Jika ada sesuatu yang mengganggu Anda, tolong katakan padaku. Aku akan memperbaikinya".

"Oke. Aku mengerti", kata Ny. Han lalu melihat menu makanan di meja yang dimakan Eun Sang dan ibunya. "Berikan dia sesuatu yang enak!", komentarnya.

Hee Nam membereskan makanan dimeja. Eun Sang minta ibunya beristirahat, biar ia yang mencuci piring. Tapi, Nyonya Han berkeinginan lain. Sebagai nyonya rumah, ia menyuruh Ny. Han membawakannya sebotol wine dari ruang bawah tanah. Wine tahun 2000. (Semakin tua usia wine,  maka semakin mahal harganya).

Hee Nam menganguk, sebelum pergi ia memberikan isyarat pada Eun Sang, "Diam, dan bersikap hormat". 

Ny. Han ingin tahu apa yang dikatakan Hee Nam barusan. Eun Sang berkata, Nyonya orang yang baik". Ny. Han tidak percaya, "Bohong. Aku tidak memperlakukan Ibumu dengan baik". Lalu tersenyum, "Putrinya pintar juga".

Ny. Han pergi dari dapur. Eun Sang sedih, tapi ia menahan tangisnya.

Eun Sang mencuci piring menggantikan tugas ibunya. Baru ia ketahui, seberapa berat perkerjaan yang dikerjakan ibunya. 

Selesai mencuci piring, Eun Sang pergi ke kamar. Sedih melihat ibunya yang tetap memaksa menyertika pakaian dengan terkantuk-kantuk. "Jangan memikirkan itu dan pergilah tidur. Aku akan mengerjakan sisanya", ujar Eun Sang mengambil setrika dari tangan ibunya.

Hee Nam langsung tertidur pulas, begitu kepalanya menyentuh bantal. Eun Sang mengedarkan pandangan ke kamar yang kecil itu, semakin terlihat sempit karena barang yang berantakan.

Keesokan harinya, kamar sempit itu terlihat lebih lega setelah Eun Sang merapikannya. Ibu Eun Sang masuk dan tersenyum melihat kamar yang tampak bersih. Eun Sang memberikan oleh-oleh untuk ibunya dari Amerika. Satu-satunya, oleh-oleh yang ia punya. 

Hee Nam sedikit bergurau, "Kau ingin aku makan ini sambil memikirkan kakakmu?"
Eun Sang tertawa, membalas gurauan ibunya, "Ini baik untuk diet. Aku akan mulai bekerja. Ibu makan ini untuk diet dan rayulah orang kaya. Itulah cara tercepat untuk kita keluar dari sini".

"Baiklah. Mari kita lakukan!", jawab Hee Nam tersenyum.

Eun Sang tersenyum lebar, perlahan senyumnya hilang berganti tangisan, "Maafkan aku ibu.  Maafkan aku karena meninggalkan, Ibu.  Aku benar-benar minta maaf, Ibu". 

Hee Nam memeluk putrinya, ikut menangis dan menepuk-nepuk pelan punggung Eun Sang. Seakan berkata, "Tidak apa-apa, yang penting kau sudah kembali". Tangis Eun Sang semakin deras, "Maafkan aku, Ibu. Aku benar-benar minta maaf, Ibu".

Eun Sang kembali menjalani pekerjaan paruh waktunya. Bekerja di cafe ataupun menjadi pelayan di restoran ayam goreng.

Sementara itu Kim Tan tetap menjalani kehidupanya seperti biasa. Sebelum mengenal  Eun Sang, ia merasa kesepian dan rasa kesepian itu semakin bertambah setelah Eun Sang pergi. Untuk sedikit mengusir rasa sepi itu, Kim Tan pergi ke tempat yang pernah ia kunjungi bersama dengan Eun Sang. Berdiri di dijalan, menatap ke arah bukit Hollywood.

Kim Tan berdiri di depan mading Universitas Redlands. Tapi ia tidak melihat pesan yang ditinggalkan Eun Sang, karena pesan itu tertutup brosur-brosur lain.

Eun Sang melipat pakaian dan melihat kaos I Love California. Eun Sang tersenyum, kaos yang mengingatkannya pada Kim Tan dan kenangannya di Amerika. 

Tan duduk di tangga rumahnya, memakan sandwich. Sambil memandangi Dream Catcher pemberian Eun Sang yang tergantung di pintu dekat kolam.

Waktu terus berjalan. Hari demi hari berganti. Pelahan namun pasti, Eun Sang berhasil mengumpulkan hasil upahnya untuk membayar hutang-nya pada Chan Young. Eun Sang menelpon Chan Young, minta nomor rekening sahabatnya itu agar bisa mentransfernya besok pagi. Chan Young mengatakan akan pulang ke Korea. Liburan panas sudah berakhir dan saatnya kembali ke sekolah. 

Kediaman keluarga Kim, pagi hari. Ny. Han menggeliat dari tidurnya. Meski sekamar dengan presdir Lee tapi mereka tidur di ranjang terpisah. "Selamat pagi", sapa presdir Kim, seraya membaca koran. 

"Pagi yang buruk", keluh Ny. Han. "Aku sangat khawatir tentang Tan sampai-sampai aku tidak bisa tidur semalam".

"Kau mendengkur semalam", ucap Presdir Lee (hahaha). 
"Mendengkur?', tanya Ny. Han lalu duduk, "Oppa. Kamar ini terlalu kering!", ucapnya kesal, lalu berdiri mengambil minum. 

Presdir Kim tanya apa Tan ingin kembali ke Korea. Ny. Han langsung sewot, "Kau pikir dia pergi karena dia ingin?. Aku akan membuatnya kembali bahkan jika dia tidak mau. 3 tahun sudah cukup bagiku untuk memberi perhatian pada Won. Apakah kau merindukan Tan?".

"Tentu saja aku merindukannya", jawab presdir Kim tetap fokus membaca koran.

Ny. Han mencibir, "Aku pikir kau hanya memerlukan Won".

Presdir Kim berkata lebih baik jika ia memiliki keduanya (Tan dan Won). Ny. Han menjadi semangat, "Benarkah? Benarkah? Kau menyetujuinya?. Kau sudah menanyakannya pada Won?". 

"Jika dia tak kembali karena dia terlalu takut pada hyungnya lebih baik dia tidak kembali.". 

"Buat keputusanmu!", desak Ny. Han. "Terserah! Aku akan menelponnya". Ny. Han meraih ponselnya, menghubungi nomor Kim Tan. Ny. Han menunggu dengan berhatap-harap cemas. 
Ny. Han kesal, "Dia tidak menjawab teleponku lagi. Astaga, anak nakal itu!".
Kim Tan duduk melamun di taman Universitas Redlands, ketika ponselnya menerima panggilan masuk dari ibunya. Sama sekali tidak ada keinginan baginya untuk menjawab telpon itu. Pikiran Kim Tan dipenuhi tentang dirinya dan keluarganya.

"Aku selalu membayangkan mereka yang kesepian karena aku. Aku berharap setidaknya sekali saja, ketidakhadiranku membuat mereka merasa kesepian".

Harapan Kim Tan seakan membawanya kembali pulang kerumah, membayangkan dan melihat satu-satu persatu anggota keluarga yang dia tinggalkan. 
Presdir Kim yang berdiri menatap keluar jendela, tampak tua dan lemah. 
"Aku ingin pulang ke rumah. Ayah". 
Ny. Han yang duduk di kamar Kim Tan, mengelus tempat tidurnya. Seolah bisa sedikit mengurangi rasa rindu pada putranya. 
"Aku merindukanmu...Ibu.". 
Lalu Kim Won, yang berdiri menatap ke luar jendela dengan ekspresi dingin dan kaku.

"Meskipun kau mengasingkanku begitu kejam, setidaknya aku ingin percaya sekali saja bahwa itu benar-benar menyakitimu". 

Kini Kim Tan memutar-mutar ponselnya. Lalu menelpon Sekertaris Yoon Jae Hoo. Ya, Kim Tan telah menemukan suatu keberanian dan menetapkan keputusanya.

Kemudian Kim Tan menemui Pak Guru yang sedang memeriksa tugas siswa. Ia datang untuk menyerahkan buku tugasnya. "Apakah kau sudah mengubah pikiran untuk menyerahkan ini?", tanya Pak Guru.

"Ya. Terima kasih untuk semuanya", jawab Kim Tan menunduk hormat lalu pergi.

Pak Guru tersenyum tipis, membuka buku tugas Kim Tan dan membaca tulisan, "One Who Wants to Wear the Crown, Bears the Crown".

Kim Tan jalan keluar dari Universitas Redlands dengan satu tekad kuat, "Seseorang yang menginginkan mahkota, harus menanggung berat mahkota itu".


Kim Tan telah menemukan keberanian, dan keberanian itulah yang mendorongnya untuk kembali ke Korea. Kedatangan Kim Tan disambut hangat sekertaris Yoon Jae Hoo. Hm..seandainya saja, ayah Kim Tan sebaik Jae Hoo. Pasti bebannya tidak terlalu berat. Beruntung Chan Young dibesarkan dengan hangat oleh ayahnya. 

Jae Hoo berkata Kim Tan bertambah tinggi dan tumbuh dewasa sejak bertunangan. Ia hampir tak mengenali Kim Tan, " Apakah  makanan Amerika sesuai dengan selera mu?". Kim Tan tersenyum, menanyakan kabar Jae Hoo. Jae Ho berkata kabarnya baik-baik saja, sama seperti Jeguk Group, "Presdir Kim pasti senang. Ibumu telah menelponku 4 kali, telpon dia bila kau sempat".

"Aku akan menemui Hyung dulu", ucap Kim Tan yakin. Cepat atau lambat, dia harus menghadapi kakaknya. Jae Hoo tampak kaget, tapi ia tetap menemani Kim Tan. 

"Siapa? Siapa yang datang?", Kim Won terkejut saat sekertarisnya bilang ada Kim Tan datang dan ingin sedang menuju kemari. 

Pintu terbuka, Kim Tan masuk bersama Jae Hoo. Sekertaris Kim Won langsung pergi. "Aku kembali", kata Kim Tan. 

Kim Won bertanya dengan ekspresi dingin, "Untuk berapa hari?". 

Kim Tan berkata ia akan tinggal disini. Kim Won mengulangi pertanyaanya, "Untuk berapa hari?. Apa kau tidak ingat apa yang aku katakan saat kau pergi ke Amerika?. Atau kau tidak mengerti?". 
"Aku tahu apa yang Hyung khawatirkan", kata Kim Tan. 
"Dan kau tetap kembali?", tuntut Kim Won bertingkah seperti penguasa. 
"Aku merindukan keluargaku. Aku rindu rumah", jelas Kim Tan.

"Untuk merengek?", cemooh Kim Won. 

"Hyung boleh bilang apa saja, tapi aku tidak akan kembali (ke Amerika). Aku hanya akan makan dan bermain-main di sini. Jadi biarkan aku tinggal di sini. Hal apa yang Hyung khawatirkan, tidak akan terjadi", jamin Kim Tan.  
Kim Won mencibir, "Apa?. Apa yang aku khawatirkan tidak diputuskan oleh anak haram. Dengarkan baik-baik. Satu hal yang jelas adalah bahwa kau menghilangkan kesempatan yang aku berikan. Kesempatan saudara tiri untuk bersikap baik satu sama lain. Itulah arti kenapa kau kembali ke Korea. 
Jae Hoo yang sedari tadi mendengarkan, hanya bisa mengerutkan kening mendengar perkataan kejam Kim Won pada adiknya. 

Kim Won berdiri, "Kau tidak ingin kembali (ke Amerika)?. Jadi tinggallah (di Korea). Apa yang bisa aku lakukan padamu?. Saat semua orang berada dipihakmu", Kim Won menatap tajam Jae Hoo lalu keluar dari ruangannya.
Jae Hoo berancang-ancang keluar mengikuti Kim Won, tapi sebelumnya ia bicara pada Kim Tan, "Ayahmu sudah menunggumu. Aku tidak bisa mengantarmu. Berhati-hatilah", ucapnya lalu keluar menyusul Kim Won.

Kim Tan terpaku diam ditempatnya. Hatinya pasti sakit menerima perkataan kejam Kim Won barusan. Bukan kesalahan-nya jika dia terlahir sebagai anak haram. Sebenarnya apa kesalahan Kim Tan hingga Kim Won memperlakukannya seperti itu?.

Kim Won benar-benar mengibarkan bendera peperangan. Baik apanya, itukah cara terbaik Kim Won bersikap baik pada adik tirinya, dengan mengasingkannya jauh dari keluarga dan memperlakukan Kim Tan dengan dingin. Mungkinkah Kim Won melampiaskan rasa sakit hatinya pada Kim Tan?.
Segitu besarkah keinginan Kim Won menguasai kerajaan Jeguk? dan duduk di kursi Presdir menggantikan ayahnya?. Tidakkah itu terlalu serakah dan ambisius. Well, tapi banyak memang kejadian seperti ini terjadi dalam kehidupan nyata. Anak dari istri sah tak sudi berbagi harta dengan anak dari istri simpanan.
 
Jae Hoo bergegas menyusul Kim Won. Kim Won marah karena Jae Hoo pergi ke bandara tanpa melapor padanya. Jae Hoo mengira Kim Won sudah mendengar dari ayahnya. 

"Sejak kapan ayah....", ucap Kim Won dengan nada tinggi. Suaranya merendah ketika sadar diamana dia berada. Kim Won menyuruh Jae Hoo memesan kamar hotel untuk sementara, hotel yang dekat dengan kantor. 

(Kim Won tak mau tinggal di rumah karena ada Kim Tan disana).

Jae Hoo tanya bagaimana ia harus melaporkan hal ini pada presdir Kim. Kim Won berkata biar saja ayahnya berasumsi sendiri. (mengetahui sendiri, yang berarti Kim Won menyuruh Jae Hoo jangan melaporkan hal ini pada ayahnya).

Kim Won jalan pergi. Jae Hoo tidak mengikuti. Keningnya kembali berkerut karena sikap dingin dan keras pimpinanya itu. 
Kim Tan pulang kerumah, Ny. Han langsung memeluk putranya erat-erat, "Anakku!". Puas memeluk, Ny. Han menyentuh wajah Kim Tan, memandangnya lekat, "Biarkan Ibu melihatmu!. Biarkan aku melihat wajahmu!". Kim Tan tersenyum.

"Aku pulang, Ayah", sapa Kim Tan membungkuk memberi hormat. 

"Duduklah", jawab presdir Kim tanpa memandang wajah anaknya. Asyik memandangi jari-jarinya tangannya sendiri. Yach seperti inilah perlakuan presdir Kim pada Kim Tan. Tidak dingin, tidak juga hangat. Datar. Plan. 
Kim Tan duduk, tersirat rasa kecewa di wajahnya. Ny. Han mengeluh kenapa Kim Tan tidak menjawab teleponnya. Kim Tan ingin tahu kenapa ibunya sering menelponnya, "Apa  Ayah tidak memperlakukan Ibu dengan baik?". 

"Ayahmu?", sahut Ny. Han sewot, "Dia memarahi Ibu karena mendengkur. Ibu bahkan ditampar...(Ny. Ji Sung)".  Ny. Han mengehela napas kesal, "Dan lagi Ibu sangat menderita".

Presdir Kim berkata ibu Kim Tan masih saja manja, "Apakah rumahmu di sana nyaman?. Aku meminta mereka untuk membangun dengan baik".

Terdengar ketukan di pintu, Hee Nam masuk membawa minum untuk mereka. Saat menaruh minuman di meja, Hee Nam sekilas melihat wajah Kim Tan sebelum keluar.

Kim Tan berkata rumahnya terlalu besar, "Rumah yang terlalu terang pada siang hari dan terlalu gelap di malam hari". 
Ny. Han protes, "Gelap?. Kenapa kau memberinya tempat yang gelap?".

"Jika rumah itu gelap, kau bisa melihat bintang-bintang bukan", jawab presdir Kim lalu menatap Kim Tan, "Bagaimana dengan sekolah?. Apakah kau belajar sesuatu?".

"Aku hanya bersenang-senang", jawab Kim Tan. 

Ny. Han dan presdir Kim tampak kecewa dan kaget. "Istirahatlah. Kau terlihat lelah", ucap presdir Kim kemudian. 

"Ya", jawab Kim Tan yang juga kecewa dengan penyambutan ayahnya. 

Kim Tan masuk ke kamarnya, yang telah ia tinggalkan selama 3 tahun. Tidak ada yang berubah semua masih sama seperti dulu. Ny. Han mengekor di belakang, menempel pada anaknya.

"Lihatlah bagaimana putraku tumbuh besar!. Kau tumbuh seperti ini tanpa Ibu, Ibu merasa sedikit sedih. Apakah kau memiliki banyak teman berambur pirang di Amerika?". 

"Mereka punya dada yang besar", jawab Kim Tan sesukanya, sambil mengeluarkan pakaian dari dalam tasnya. 

Ny. Han menelan ludah, "Kamu tidak pakai narkoba, kan?", tanyanya khawatir. 

"Terlalu mahal". 

Ny. Han mengelus dada, lega. "Kau sudah dewasa. Oh ya, aku dengar Rachel pergi ke sana".

"Ibu, aku mau mandi. Kita bicarakan ini nanti saja" jawab Kim Tan mencari alasan, tidak ingin membicarakan tentang Rachel.

Ny. Han mengerti, "Baiklah. Ibu minta maaf. Mandilah". 

Ny. Han menyuruh pelayan yang ada di kamar Kim Tan untuk keluar, agar Kim Tan bisa mandi. Pelayan ini sedang mengumpulkan pakaian dari koper Kim Tan, tanpa sengaja ia menjatuhkan kaos kaki milik Eun Sang. Sejenak ia heran memandangi kaos kaki itu, lalu memasukannya ke dalam keranjang cucian dan keluar dari kamar Kim Tan.

Ya, ampun. Bahkan kaos kaki Eun Sang saja Kim Tan bawa pulang ke Korea. Seperti benda berharga. 

Kim Tan mengeluarkan Dream Catcher ungu pemberian Eun Sang dari dalam tasnya. Sesaat ia memandangi benda itu. Lalu menggantungnya di jendela kamar.

Eun Sang duduk di depan halaman rumah Kim. Belajar, hanya sebentar. Ia mengambil dompet dan mengeluarkan potongan Boarding Pass keberangkatannya ke Amerika. Eun Sang memotret Boarding pass itu lalu mempostingnya ke akun SNS
"Sama halnya aku tidak punya cara untuk membuktikan apa yang ada di mimpiku tadi malam, tempat itu sama saja bagiku. Apakah aku benar-benar pernah disana?"

Eun Sang mengadahkan kepala, menerawang menatap langit malam. 

Kim Tan berdiri di depan jendela kamarnya. Memandangi langit malam sama seperti Eun Sang. 

Mereka ada ditempat yang sama, dalam jarak dekat. Hanya saja keduanya tidak mengetahui kehadiran satu sama lain. 

Keesokan harinya. Kim Tan jalan keluar rumah, menuju taman. Ia sempat berhenti sejenak ketika melihat sepasang sepatu wanita dan kaos kaki yang tergantung di jemuran. Kim Tan merasa aneh, tapi ia tak memperdulikannya, dan melanjutkan jalannya. 

Hari berikutnya, Kim Tan makan sendirian diruang makan. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara yang berasal dari dapur. Kim Tan berusaha tak peduli, tapi suara itu benar-benar menganggunya. Sontak Kim Tan berdiri, dengan wajah penasaran, ia membuka pintu yang menghubungkan ruang makan dengan dapur. Dan melihat sekelebat sosok gadis baju putih, berambut panjang menyelinap pergi dari dapur. 

(Jangan bilang, Kim Tan kira itu hantu...hahahaha). 

Hari selanjutnya giliran Eun Sang yang melihat sosok tuan muda baru di sekitar rumah. Saat itu Kim Tan masuk kerumah setelah berjalan-jalan keluar. Diruang tamu ada Hee Nam yang sedang mengepel lantai, Kim Tan menyapanya dengan anggukan kepala.

Selang beberapa detik kemudian, Eun Sang masuk kerumah setelah membeli sesuatu, ia yang melihat sosok tuan muda (Kim Tan) dari belakang buru-buru sembunyi di balik dinding. (kenapa juga harus sembunyi).
Eun Sang Mengamati tuan muda itu yang jalan menaiki tangga. Ia tak melihat wajahnya karena Kim Tan menggenakan Hoodie (sweater atau jaket dengan tudung kepala) dan topi. 
Eun Sang bertanya pada ibunya menggunakan bahasa isyarat, "Itu Putra kedua?". Hee Nam membenarkan dengan anggukan, lalu meminta bungkusan yang dibawa Eun Sang.  
Di hari lain, Ibu Eun Sang buru-buru membangunkan putrinya lebih pagi dari biasanya. Eun Sang bangun, "Oh. Jam berapa ini?". Hee Nam menyuruh Eun Sang cepat keluar dari rumah dan kembali lagi nanti malam. "Sekarang ini, suasana rumah ini tidak begitu baik. Karena putra kedua kembali, putra pertama sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah".

"Oh, kalau begitu suruhlah dia pulang, kenapa Ibu membangunkanku?. Aku baru tidur 3 jam", jawab Eun Sang lalu kembali tidur. 
Hee Nam memukul Eun Sang, yang dipukul tentu teriak kesakitan dan langsung duduk. Hee Nam mengatakan. "Suasana hati Presdir Kim dalam suasana tidak baik, dan itu akan membuat Ny. Han lebih histeris dari biasanya. Karena itu jangan terperangkap dalam situasi ini dan terlibat masalah. Cepatlah, pergi!".

Eun Sang menguap, "Kemana aku harus pergi di jam segini?". 

Myung Soo turun dari taksi di ujung jalan komplek dekat rumah. Di dalam taksi itu juga ada Young Do. (Btw, dari mana ya mereka?. Pulang dugem?).

Myung Soo berkata ia hanya akan pulang sebentar menunjukkan wajah pada ayahnya. Dan akan pergi lagi setelah ayahnya berangkat kerja. Young Do bilang ia bisa menunggu di ujung jalan sini. 

Myung Soo tidak setuju, "Aku tahu kau bisa, tapi Ayahku tidak. Ayahku sangat tidak menyukaimu". 
"Jika itu karena kesalahpahaman, beritahu pada Ayahmu kita akan mencari tahu cara penyelesaiannya", ucap Young Do.

Myung Soo berkata akan lebih bagus jika ada kesalahpahaman, tapi ayahnya benar-benar tidak menyukai Young Do. "Jika kamu jalan lurus ke depan ada sebuah Mini Market. Bersantailah dulu disana. Kita ketemu di sana".

Young Do tak bisa berkata lagi. Taksi membawa Young Do ke mini market depan jalan.

Rumah Myung Soo berada dalam satu komplek rumah Kim Tan. Untuk menuju rumahnya, ia harus melewati rumah Keluarga Kim. Myung Soo berdiri tepat di rumah Kim Tan. Ia mengambil parfum dari dalam tas, menyemprotkannya ke seluruh badan. Lalu berkumur dengan mouthwash.

Krekkk....Pintu gerbang rumah Kim terbuka. Myung Soo terkejut setengah mati melihat Eun Sang tiba-tiba keluar dari rumah itu. "Kau mengagetkanku?",  serunya terkejut. "Apa.....Apakah kamu tinggal di rumah ini?".

Eun Sang yang masih mengantuk tidak mengubris pertanyaan Myung Soo, lalu jalan dengan mata setengah terpejam. Myung Soo heran, "Siapa dia?. Apa keluarga Tan pindah?".

Sembari menunggu Myung Soo, Young Do membeli mie ramen di mini market yang tadi disebutkan temannya itu. Dari kaca  jendela mini market Young Do melihat Eun Sang yang jalan masuk ke dalam mini market dengan mata terpejam. Merasa tertarik, mata Young Do mengekor mengikuti gerak gadis itu. 

Dari mengambil minuman, hingga membayar di kasir semua Eun Sang lakukan dengan mata setengah terpejam. Eun Sang lalu berdiri di samping Young Do, menghabiskan minuman yang ia beli dalam sekali teguk. Gluk...gluk...gluk... Young Do menatapnya dengan heran.

Selesai minum, Eun Sang keluar dan langsung tidur di meja yang ada di luar. Tentu saja Eun Sang tidak menyadari kalau dia sedang di perhatikan. Young Do membawa mie ramennya keluar, duduk di depan Eun Sang. Menggerakan tanganya di depan wajah Eun Sang, tapi gadis itu sudah terlelap.

Young Do memperhatikan Eun Sang tidur, lalu memakan mie ramennya. Aroma ramen dan suara Young Do makan tidak mempengaruhi tidur Eun Sang sama sekali. 

2 anak kecil datang dan berebut PSP di depan Young Do. Satu anak ingin memainkan game. Sementara anak yang memiliki PSP itu tidak menginjinkan dan menyuruh temannya membawa sendiri PSP yang dia punya. Suara pertengakaran mereka itu sangat berisik.

Young Do menegur, "Hei!. Kalian!. Di tempat umum seperti  ini, mengapa kamu berteriak teriak?. Dia sedang tidur", ucapnya menunjuk Eun Sang yang sedang tidur.

Salah satu anak menangis, dan tangisan itu memancing temannya. Kedua anak itu menangis dengan suara lebih keras dari teriakan mereka tadi. Kedua anak itu menangis memanggil ibu mereka. Young Do mengeryitkan kening, menggosok kupingnya yang terasa tuli.
Eun Sang terbangun karena suara berisik itu, duduk sebentar lalu berdiri dan pergi dari sana. Ia jalan dengan kondisi mata setengah terpejam. Tak menghiraukan keadaan sekitar. Yang ada dalam benaknya adalah mencari tempat tidur yang nyaman.
"Lihatlah. Apakah kalian sedang memamerkan padaku bahwa kalian mempunyai Ibu?. Aku juga punya Ibu pada usia kalian!", ucap Young Do membuat tangisan kedua anak itu semakin keras. Hihihihi, bukannya menenangkan malah tambah runyam. 

"Hei, Young Do!. Apa yang kau lakukan?", seru Myung Soo menjemput Young Do dengan mobilnya. 

"Hei, anak-anak ini mengajakku berkelahi. Mereka mengejekku karena aku tidak punya Ibu.", jawab Young Do sekenanya.

Young Do berdiri, tangis anak-anak itu semakin menjadi. Myung Soo komentar, "Akhir-akhir ini, anak-anak memang mengerikan. Apakah kau terluka?" (wkwkwk..ngaco). 

Young Do jalan menuju mobil, lalu menoleh ke kanan. Melihat Eun Sang yang berjalan menjauh, "Hatiku yang terluka". 
Young Do lalu masuk ke dalam mobil, "Diam", bentaknya pada kedua anak itu sebelum pergi. 

 
Bo Na berlari riang memasuki gedung Mega Entertaiment, mencari ayahnya. Dikoridor Bo Na berpapasan dengan girlband 2EYES (Cameo).

Bo Na singgah sebentar di ruang tunggu, menyapa boyband VIXX (cameo). Ia bertanya apa mereka melihat ayahnya. Personil VIXX menjawab sepertinya ayah Bo Na berada di pangung. Bo Na berguman, "Ayah tidak ada disana".

Bo Na lalu memuji mereka, mengacungkan jempol. "Oppa. Soundtrack kalian keren!", lalu mesenandungkan lirik lagu, "Neoman boindan mariya". (Ost. The Heirs Part 1)
"Itu lagu milik Lee Hong Ki sunbae", jawab personil VIXX. . 
  
Bo Na malu."Bye", ucapnya langsung ngacir dari situ.

Bo Na Lalu  masuk ke ruangan sebelah. Disana ada boyband BTOB (cameo). Bo Na langsung memuji penampilan mereka. "Daebak".

"Kami belum tampil", ucap personil BTOB. 

"Semoga beruntung", ucap Bo Na yang lagi-lagu malu dan buru-buru pergi. (Hahaha). 
Beberapa menit kemudian. Kim Hee Chul (Super Junior) naik ke atas panggung, setelah boyband BTOB menyelesaikan rekaman mereka. (Wuih, ada Hee Chul juga, ini mah namanya parade boyband). 

Dengan gaya seniornya, Hee Chul bertanya pada personil BTOB, "Apakah kalian melakukan dengan baik?". Personil BTOB balik tanya bagaimana dengan Hee Chul sunbae. 

"Aku seorang bintang besar!", jawab Hee Chul bangga, (ya iyalah SUJU gitu loh).

"Jadi, apakah kau melakukannya dengan baik?", tanya BTOB. 
"Kau tahu bagaimana performa kami di Taiwan?. Apa kalian pernah ke Taiwan?", jawab Hee Chul tak mau kalah. 

Bo Na datang dan menyapa Hee Chul, "Oppa". 
"Oh. Urri Bo Na", seru Hee Chul girang. BTOB turun dari panggung. Bo Na tanya apa yang Hee Chul lakukan disini, "Apakah kau hostnya?".

Hee Chul menjawab ya. Ia lalu tanya pada Bo Na lebih menyukai dirinya atau Kyu Hyun. Tanpa berpikir Bo Na langsung menjawab, "Aku menyukai Chan Young". 

"Oh, Chan Young!", sahut Hee Chul seolah mengenal siapa itu Chan Young. 

Bo Na heran, "Oppa kenal Chan Young?". 

"Tentu saja tidak", jawab Hee Chul (Hahaha). 

Bo Na langsung cemberut. Hee Chul tanya siapa itu Chan Young, "Apakah dia pacarmu?". Hee Chul lalu membuat suaranya terdengar seperti tokoh kartun, "Apakah dia pacarmu atau tahananmu?". 

"Ah. Kau menggodaku...Kau benar-benar seperti orang tua...", ucap Bo Na tidak suka. "Permisi orang tua, Apakah kau melihat Ayahku?". 

"Orang tua? Hei, aku menduduki chart no. 1 di Taiwan selama 60 minggu berturut-turut. Aku mendominasi semuanya", omel Hee Chul tidak terima sekaligus membanggakan diri.

Tapi Bo Na tidak mengubris omelan Hee Chul, karena ada sms masuk ke ponselnya dari Chan Young, "Apa yang kau lakukan dengan pria lain?". Bo Na celingak celinguk. 

Hee Chul protes, "Apakah aku berbicara sendiri?. Bo Na, kau harus melihat Oppamu!
Bo Na!. Lee Bo Na! Apa yang kau lihat?.".

Bo Na tidak peduli, sibuk mencari orang yang mengirim sms. Sms baru masuk lagi ke ponsel Bo Na, "Sebelah kanan". 
Bo Na menoleh kesebelah kanan, melihat Chan Young duduk di kursi penonton. Tersenyum manis dan melambai kearahnya.

"Chan Young-ah", seru Bo Na girang, langsung lari menghampiri Chan Young. Sampai Chan Young khawatir melihat Bo Na yang lari seperti itu. "Kau bisa terluka".

"Bo Na lihat ke depan, Bo Na kembali!', seru Hee Chul dari atas panggung. 
Bo Na tanya kapan Chan Young kembali ke Korea, bagaimana kau bisa masuk. Chan Young menjawab ia bertemu dengan ayah Bo Na di depan, dan tiba di Korea 3 jam yang lalu. Dengan gaya manja Bo Na tanya kenapa Chan Young tidak mengatakannya kemarin di telepon. Chan Young berkata dengan begitu Bo Na akan lebih terkejut 3 kali.

"Yang disana, tahanan!. Beritahu aku jika kau dalam bahaya", seru Hee Chul dari atas panggung, menganggu mereka yang sedang melepas rindu. 

Bo Na cemberut, lalu protes meskipun begitu Chan Young harus tetap memberitahu kepulangannya. "Aku sangat merindukanmu", ucap Bo Na kemudian. 

"Aku juga", ucap Chan Young

"Aku lebih merindukanmu!", seru Bo Na sekali lagi. 

"Aku tak boleh kalah kali ini. Aku merindukanmu", Chan Young memeluk Bo Na. 

Bo Na tersenyum, "Jangan pergi ke mana pun mulai sekarang". Chan Young melepas pelukannya, "Mulai sekarang, kita pergi bersama". Bo Na tersenyum senang, "Oke, ayo lakukan itu".
Bo Na kembali kesal ketika ingat Eun Sang,  "Bagaimana dengan Cha Eun Sang?. Apakah kau pindah dan tinggal bersamanya?". 

Chan Young memberikan jawaban yang membuat hati Bo Na luluh, "Bagaimana aku bisa meninggalkan pacar yang cantik begini dan pindah bersama teman?. Chan Young memang pintar merayu. 
Bo Na tersenyum, "Kau mau makan apa? Makanan Korea!. Aku yang traktir. Ayo!". Chan Young tanya bukankah Bo Na tadi mencari ayahnya. Bo Na bilang sekarang itu tidak penting lagi.

Chan Young menganguk dan berkata tak ingin memiliki anak perempuan. (Ntar kaya Bo Na yang lebih memilik kekasih dari pada ayahnya). 
Bo Na kaget, "Ya Tuhan, apakah aku bilang aku ingin melahirkan anak perempuan untukmu?. Dasar cabul!", ucapnya manyun lalu pergi. Chan Young seperti biasa, hanya tersenyum melihat pacarnya yang merajuk. 

Chan Young membawa Bo Na kerumah. Bo Na kagum melihat kemahiran dan keakraban Chan Young dan ayahnya dalam hal memasak. Dia yang wanita mungkin tak pernah menyentuh dapur. Dari menggoreng telur, merebus mie hingga menyajikan makanan, mereka lakukan berdua dengan cepat. Hingga terhidanglah "Mie Kuah" ala Korea. 

Bo Na berkata inikah sebabnya Chan Young ingin makan dirumah. Jae Hoo bilang mie kuah itu adalah masakan kesukaan Chan Young. Bo Na kaget, ia berpikir makanan kesukaan Chan Young adalah Sushi. Jae Hoo memuji anaknya pintar menyenangkan hati perempuan, "Dia tidak suka ikan mentah".  

"Apa ini?. Kau terlihat keren di depan Ayahmu", puji Bo Na makin cinta dech.

Jae Hoo tersenyum. Chan Young berkata jika nanti Jae Hoo punya pacar, ayahnya itu harus memperlakukan wanita itu dengan baik sama seperti yang ia lakukan pada Bo Na saat ini. Jae Hoo lalu tanya, "Apa kau ingin ayah punya pacar?".

Bo Na mengangkat tangan, "Aku menentang itu, Ayah mertua.  Fokus saja pada Chan Young 100 % sampai dia kuliah".

"Baiklah, karena Chan Young harus kuliah, kau juga harus putus dengan Chan Young", sahut Jae Hoo. 

"Mertua memang sulit", guman Bo Na lalu memakan mie kuah, "Hm..Ini benar-benar enak, Ayah mertua".

"Berikan tip yang besar", ucap Jae Hoo menimpali.

Chan Young menceritakan pengalamannya di L. A., yang tak terbiasa memberi tip seperti orang L. A. Ia menjadi gugup setiap kali harus membayar sesuatu. Jae Hoo ingat, "Aku dengar kau bertemu dengan Tan di L.A". 

Chan Young mengiyakan, "Mungkin karena kami bertemu ketika masih kecil, dia hampir tidak mengenaliku".

Bo Na kaget, "Maksudmu, Kim Tan?", tanyanya setengah berbisik.  Jae Hoo tanya apa Bo Na kenal Kim Tan. Bo Na cepat-cepat menyangkal, "Tentu saja tidak, bagaimana aku bisa kenal Kim Tan?". 
"Kupikir kau kenal", ucap Chang Young kemudian. 

Jae Hoo berkata anggap saja Bo Na tidak mengenal Kim Tan. Bo Na cepat-cepat menyangkal, "Tidak, aku tidak mengenalnya. Aku benar-benar tidak mengenalnya".

Jae Hoo kembali menekankan kita anggap saja Bo Na tidak mengenal Kim Tan. 

Bo Na memakan mie kuah-nya sambil melirik-lirik, salah tingkah. Chan Young tersenyum melihat tingkah Bo Na yang berlagak tidak mengenal Kim Tan. Hahaha..padahal Chan Young kan tahu, Bo Na mantan pacar Kim Tan. 

Setelah dari rumah Chan Young, Bo Na pergi ke markas. Meringkuk tidur di sofa. Myung Soo tanya apa lagi, apa yang terjadi sekarang.  Bo Na merasa seperti akan dicampakkan. Myung Soo malah tersenyum, "Chan Young tidak akan kembali?. Aku tahu dia adalah orang bijaksana". 

"Bukan seperti itu", ucap Bo Na kesal, duduk tegak. 
Myung Soo tanya lalu apa?. Bo Na berkata mungkin Chan Young sudah tahu bahwa ia pernah pacaran dengan Kim Tan. Myung Soo tanya apa maksudnya. Bo Na bilang Chan Young dan Kim Tan bertemu di Amerika.

"Oh. Tidak. Mereka bertemu dan mencampakkanmu???, tanya Myung Soo (hahaha..maksdunya, mereka saling tertarik satu sama lain gitu!!!). 
Bo Na kesal, "Sini, biar aku memukulmu!".

Myung Soo ingin kejelasan, jadi Chan Young tahu atau tidak, "Barusan kau bilang kau dicampakkan". Bo Na merasa yakin ia akan segera dicampakkan. Ia bertanya-tanya apa yang Kim Tan katakan tentang dirinya pada Chan Young, "Aku yakin Kim Tan belum bisa melupakanku". 
Myung Soo menghela napas dan garuk-garuk kepala melihat Bo Na yang terlalu percaya diri. Bo Na berpikir Kim Tan dan Chan Young berkelahi, " Kau pikir Kim Tan akan menuntut Chan Young karena memukulnya?". 

"Hey!. Jika begitu maka Tan yang akan memukuli Chan Young", sanggah Myung Soo.
Bo Na tidak terima, "Hei! Chan Young-ku petarung yang baik, kau tahu!. Dan jangan berpihak pada Kim Tan!. Jangan pula berpihak pada Yoo Rachel!", kata Bo Na kesal. 

Oke, kita sekarang ke Kim Tan, orang yang sedang dibicarkan Bo Na. Kim Tan diam di kamar memandangi Dream Catcher diatas jendela. Hm..Kim Tan benar-benar merindukan Eun Sanag. Kim Tan duduk di ranjang, mengutak-atik ponselnya. Hal pertama yang ia lakukan adalah membuka akun SNS Talking Book milik Eun Sang. 
Kim Tan membaca status Eun Sang yang diposting tadi malam, "Sama halnya aku tidak punya cara untuk membuktikan apa yang ada di mimpiku tadi malam, tempat itu sama saja bagiku. Apakah aku benar-benar ada di sana? ".

Kim Tan menulis komentar, "Kau ada di sana. Aku bisa membuktikannya".  
 
Karena Kim Tan belum log out dari akun SNS Eun Sang itu, jadi komentar yang ia ketik tadi atas nama Cha Eun Sang.

Eun Sang pulang dari membeli keju. Ponselnya berdenting menandakan ada komentar baru. Eun Sang membuka dan heran melihat komentar terbaru atas nama "Eun Sang".

Eun Sang langsung bisa mengetahui siapa pelakunya. Eun Sang membalas, "Hei log out sekarang! Atau aku akan membuatmu log out dari hidupmu".

Kim Tan keluar dari kamar, tertawa membaca balasan Eun Sang. "Tidak akan. Apa aku orang yang tahu sopan santun?. Aku seorang pengedar narkoba.  Dimana kau?. Apakah ginjalmu masih sehat?".

Eun Sang jalan menuju pintu, dan membalas, "Ginjalku sehat. Ambil ginjalku jika kau membutuhkannya".

Kim Tan membalas, "Jujurlah padaku. Kau benar-benar ingin aku ada di sana, ya kan?". 
Keduanya berdiri di depan pintu. Tangan mereka sama-sama membuka handle pintu. 1,2, 3....Pintu terbuka. Kim Tan kelua dan Eun Sang masuk. Mereka membuka pintu yang berbeda. Kim Tan keluar lewat pintu depan sedangkan Eun Sang masuk kerumah melalui pintu belakang.

Eun Sang masuk ke dapur memberikan bungkusan yang ia bawa pada pelayan lain.

Kim Tan jalan menuju taman, sedikit kesal karena Eun Sang tidak lagi membalas komentar. Ia berpapasan dengan Ibu Eun Sang yang membawa wine. Ibu Eun Sang mengenakan kaos "I Love California".
(Ruang penyimpanan wine bawah tanah terpisah dari rumah utama. Jika ingin kesana harus keluar dari rumah utama, dan melewati jalan yang menuju taman). 

Kim Tan menganguk pada Hee Nam, lalu kembali menatap ponselnya. Kim Tan berhenti ketika melihat sesuatu yang tampak tak asing baginya. Lalu berbalik menatap punggung Hee Nam dengan bingung. 
Di ruang tengah, Ny. Han berbaring santai di sofa sembari belajar bahasa inggris, dari kartun Sleeping Beauty ditabletnya. Eun Sang datang membawa keju yang diminta Ny. Han.
Ny. Han mengucapkan terima kasih, "Aku tidak menyuruhmu melakukan ini. Tapi Ibumu".

"Ya", jawab Eun Sang. 

Hee Nam datang membawa wine. Eun Sang menatap heran pada kaos kaki yang dikenakan Ny. Han, mirip dengan miliknya. 

Perhatian Eun Sang teralih ketika Ny. Han bilang pada ibunya, bukan wine itu yang ia inginkan, "Berapa kali aku harus memberitahumu?. Botol yang tertulis tahun 2005. Botolnya tidak memakai bahasa Perancis!. Kau bisa membaca angkanya!. Apakah kau sudah buta juga?". 
Cara menegur yang kasar dan itu membuat Eun Sang ingin marah, tapi ia tahan. Hee Nam melirik Eun Sang, mengetahui putrinya sedang marah, lalu mengambil wine untuk di tukarkan. Eun Sang mengambil botol wine, "Aku yang akan perg".

Eun Sang berkata pada Ny. Han mulai sekarang ia yang akan membawakan anggur untuk Ny. Han.

"Benarkah?", tanya Ny. Han. "Itu akan lebih baik. Karena kau menumpang gratis. Kau harusnya melakukan bagianmu", Ny. Han kembali fokus pada tab-nya. 

Eun Sang semakin marah, tapi ia tetap diam. Berancang-ancang pergi menukar wine. Hee Nam menegur putrinya dengan bahasa isyarat, "Kenapa kau melakukan ini?. Pergilah belajar!", lalu mengambil botol wine dari tangan Eun Sang.

"Bagaimana aku bisa belajar?. Aku bahkan tidak bisa membayar sewa kamar". jawab Eun Sang dengan bahasa isyarat, merebut botol wine lalu pergi dengan kesal. Menahan tangis. 
Hee Nam berdiri terpaku memandangi punggung putrinya yang menjauh. Sama seperti Eun Sang, ia juga menahan tangis dan kesedihannya.
Eun Sang masuk keruang penyimpanan wine. Ruangan yang luas dan terlihat mewah. Eun Sang menghela napas, air mata yang sedari tadi di tahannya menetes dengan sendirinya, "Bahkan anggur hidup dalam kemewahan".

Kim Tan duduk di taman menanti balasan Eun Sang. "Ahh!. Kenapa tidak ada jawaban?".
Eun Sang  keluar dari ruang penyimpanan wine jalan menuju dapur. 

Kim Tan merasa ada yang lewat langsung menoleh dengan cepat. Lagi-lagi yang ia lihat hanya punggung gadis dengan rambut panjang menyelinap masuk ke dalam dapur. Kim Tan sedikit ketakutan, mengira itu adalah hantu...hihihihi....

Kim Tan masuk kerumah, ponsel ia angkat tinggi-tinggi seperti mencari sinyal. Dikiranya Eun Sang ndak balas karena masalah koneksi internet kali, ya. Kim Tan kembali dibuat terkejut melihat sekelebat bayangan gadis berambut panjang melintasi dapur.

Kim Tan lalu bertanya pada ibunya, "Ibu, apa ibu pernah merasa lumpuh saat tidur?". 
Ny. Han kaget, "Lumpuh saat tidur?. Kenapa? Apakah kamu ber mimpi buruk ?".

Kim Tan berkata ia sering melihat punggung gadis berambut panjang disini. Ny. Han menarik napas lega, "Oh, dia adalah putri salah satu pelayan. Dia tinggal di sini. Usianya sama denganmu. Siapa ya, namanya?. Cha Eun Sung?". 

Ny. Han berkata, ia menyuruh gadis itu untuk tinggal disini, seolah dia tidak di sini tapi bukan seperti hantu.

Kim Tan mulai tertarik, "Kenapa dia tinggal disini". Ny Han berkata kakak perempuan gadis itu menikah di Amerika, dan ibunya menarik semua uang deposit jaminan tempat tinggal mereka. Jadi apa yang bisa mereka lakukan.

Kim Tan tertegun, jalan mondar-mandir di kamar. Mencerna satu persatu kesamaan yang terjadi. Ia ingat pertengkaran Eun Sang dengan kakaknya Eun Suk sewaktu di Amerika. Eun Sang yang menangis karena kakaknya membawa lari uang itu. 

Kim Tan mengambil ponselnya, melihat kembali status Eun Sang yang menginginkan Jeguk Group bangkrut. Kim Tan semakin yakin, lalu mengirim pesan ke Eun Sang, "Apa yang kau lakukan sekarang?. Jawab aku cepat!".

Kim Tan gelisah menunggu jawaban yang tak kunjung datang. Mengetuk layar ponsel, merefresh halaman. Sekali, dua kali,  tiga kali, semakin lama Kim Tan semakin tidak sabar dan mengetuk ponselnya berulang-ulang. 

Kim Tan berdiri, "Ah. Jawab aku cepat". Kim Tan kembali mengetuk ponselnya, merefresh halaman, dan tring balasan dari Eun Sang muncul, "Aku sedang minum".

Kim Tan buru-buru keluar kamar, berlari menuju dapur. Ia berdiri ragu-ragu di depan pintu, diluputi rasa tegang. Kim Tan diam sejenak, seolah menguatkan hatinya. Ia memberanikan menggeser pintu perlahan. Membuat celah dan mengintip ke dapur. (Kaya main petak umpet aja nich).
Apa yang dilihatnya benar-benar membuat Kim Tan syok. Eun Sang, gadis itu ada disana sedang minum di dapur sembari memandangi ponselnya. Kim Tan berbalik membelakangi pintu. Lalu melihat kembali ke dapur, memastikan penglihatannya kalau gadis itu benar-benar Eun Sang. 
  
Ya...di dapur sana memang Eun Sang, gadis yang selama ini memenuhi benaknya. 


source :
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-4-part-1.html
http://blognyanuri.blogspot.com/2013/10/sinopsis-heirs-episode-4-part-2.html

re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com

No comments:

Post a Comment