Di musim semi di tahun 1995 hiduplah
sebuah keluarga kecil. Seorang Nenek, Hwang Soon Geum, anaknya Bong
Young Gyu dan cucu laki-lakinya Bong Ma Roo.
Ketiganya makan bersama, Bong Young Gyu memiliki keterbelakangan mental.
Ia memandang ibunya dan mengucapkan
kalimat seperti di TV ‘tanyakan pada bintang’ sambil memandang ke atas
dan mengangkat kedua tangannya.
Bong
Ma Roo tak mempedulikan sikap ayahnya dan langsung pergi setelah
selesai makan. Kenapa dia tanya Nenek heran. Young Gyu hanya mengulang
kalimat ‘tanyakan pada bintang’ Nenek langsung menepuk kepala dan
menyuruhnya untuk meneruskan makan.
Bong Young Gyu membonceng ibunya naik
sepeda. Ia menyanyikan lagu andalannya ‘Di padang rumput yang biru’
Ibunya senang mendengar putra tersayangnya menyanyikan lagu itu.
Nenek berjualan sayuran di pasar sementara Young Gyu menjadi kuli angkut yang rajin.
“Young Gyu katanya kau mau
menikah?” tanya penjual di pasar. “Aku tak tahu, aku tak tahu!” jawab
Young Gyu sambil memanggul karung. “Apa dia cantik?” tanya yang lain.
“Aku tak tahu, aku tak tahu!” jawab Young Gyu.
Young Gyu melihat ibunya meminum alkohol, ia langsung merebut dan bertanya kapan ibunya memasukan sebotol alkohol.
Nenek
beralasan kalau dirinya sakit pinggang jadi ia harus minum alkohol
untuk menghilangkan rasa sakitnya. Young Gyu ingin melihat pinggang
ibunya yang sakit. Nenek berteriak, “Jangan angkat bajuku! Jangan!”
Penjual ayam goreng di sebelah Ny. Lee
memberikan beberapa ayam gorengnya untuk Young Gyu dan ia bertanya
kalau Young Gyu menikah apa akan meninggalkan ibunya.
Young Gyu Menjawab kalau ia tak akan kemana-mana. Nenek menerima ayam goreng pemberian Ny Lee.
Young
Gyu bertanya apa ibunya akan mengirimnya ke suatu tempat. Nenek malah
balik bertanya memangnya Young Gyu bersedia pergi darinya dan menyuruh
anaknya memakan ayam goreng pemberian Ny Lee.
Nenek
mengambil satu dan sisanya ia berikan pada putranya. Young Gyu
memberikan satu ayam goreng lagi untuk ibunya, “Makanlah yang banyak!”
seru Young Gyu dan segera pergi.
Ny Lee memuji kalau Young Gyu anak
yang baik dan bisa diandalkan. Kemudian Nenek bertanya tentang
pernikahan yang tinggal sepuluh hari lagi kenapa belum siap.
Ny Lee mengatakan kalau ia sudah menemui Mi Sook (calon istri Young Gyu) keadaan meraka agak berubah.
Nenek : “Kenapa mempermasalahkan hal
sekecil itu kalau wanita itu kita terima? Katakan saja tak apa-apa.
Kalau mereka tak mau tak ada yang dirugikan!”
Nenek kembali akan meneguk alkoholnya tapi dengan cepat Ny Lee merebutnya.
Bong Young Gyu pergi ke sebuah salon, ia mengintip seorang wanita melalui jendela.
“Perempuan jalang!” sahut seorang gadis kecil yang tiba-tiba berada di samping Young Gyu.
Young Gyu terkejut, “Mi Sook kecil!”
Mi
Sook kecil memandang wanita yang ada di dalam salon, “Penghisap darah,
perempuan jalang!” Young Gyu menutup mulutnya mendengar Mi Sook kecil
menyebutkan kata–kata buruk.
Mi Sook kecil kemudian memandang tajam Young Gyu, “Kau berfikir seperti itu kan tentang Ibuku?”
“Tidak.
Bukan itu. Bukan itu!” Sahut Young Gyu. Mi Sook kecil melihat bungkusan
ayam goreng yang dibawa Young Gyu. “Makanlah!” ujar Young Gyu.
Mi
Sook kecil tak mempedulikannya, ia akan masuk ke dalam salon menemui
ibunya. Young Gyu mencegah, “Jangan bicara seperti itu dia itu tuan
putri!”
Young Gyu sekali lagi mengatakan kalau
kata-kata yang diucapkan Mi Sook kecil tadi sangat buruk, “Orang jahat
kata-katanya jahat dan polisi akan menangkap orang jahat!”
“Kalau
begitu Nenek juga harus ditangkap karena dia selau mengutuk ibuku!”
Sahut Mi Sook kecil sambil menjulurkan lidahnya ke Young Gyu.
“Jangan. Dia Ibuku!” Cegah Young Gyu. “Memangnya kau mau kalau ibumu ditangkap?”
Mi Sook kecil masuk dan memanggil ibunya, “Ibuuuu!”
Wanita
yang dipanggil ibu tak menyahut. Mi Sook kecil mengambil sesuatu dari
dalam tasnya dan ia melemparkan benda itu ke punggung wanita yang ia
panggil ibu.
Wanita itu menoleh dan tersenyum. Young Gyu segera memberi hormat dan menyapanya. “Apa kabar Mi Sook-ssi?”
Go Mi Sook ibunya Mi Sook kecil ini penderita bisu tuli.
Dengan malu-malu Young Gyu
memberikan ayam goreng yang dibawanya pada Mi Sook. Tapi dengan cepat Mi
Sook kecil merebutnya dan bertanya apa pendapat Young Gyu tentang
ibunya. Young Gyu belum mengerti maksudnya.
Mi Sook kecil : “Selain penghisap darah dan perempuan jalang!”
Young
Gyu memandang Mi Sook, ia tak bisa menjawab dan kebingungan. Mi Sook
kecil mendesaknya agar cepat menjawab karena ayam gorengnya sebentar
lagi dingin.
Di sebuah rumah mewah, sesosok anak laki-laki tengah menuruni tangga dari luar rumah, ia berniat kabur.
“Cha Dong Joo....!” teriak seorang
pria (Choi Jin Chul) dari bawah sambil membawa pemukul base ball. Cha
Dong Joo langsung memberi kode pada pria itu agar diam. “Kau tak akan
bisa kabur!” sahut pria itu.
“Ayah kumohon... Shhh...!” pinta Cha Dong Joo. “Kau sudah melanggar janji, kau mau kabur?”
Kemudian
seorang ibu-ibu (Tae Hyun Suk) juga akan turun lewat tangga dimana ada
Dong Joo di sana. Suaminya cemas, “Sayang tenanglah!”
“Ibu berhenti!” teriak Dong Joo.
Tapi karena kurang ahli ibu Dong Joo ketakutan, “Kenapa kau melakukan hal yang berbahaya!” teriaknya.
Suaminya akan ikut naik untuk menolong istrinya. Istrinya melarang, ia meminta Dong Joo berjanji tak boleh kabur lagi.
Perawat datang dan mengatakan kalau Presdir (kakek) sudah sadar. Dong Joo senang mendengarnya dan segera masuk ke kamar kakek.
Dong Joo langsung memeluk kakek yang
masih lemas. Ia mengatakan pada kakek kalau ia sangat khawatir dan
meminta kakek jangan sakit lagi.
Kakek mengerti, “Sampai kau dewasa
apapun yang terjadi aku harus tetap sehat!” Tae Hyun Sook memeluk
ayahnya. “Jangan membuat kami khawatir!”
Dong Joo mengajak kakeknya menonton film baru. Kakek setuju.
Dong Joo akan segera mengambil kaset
film tapi sebelum itu ia melakukan tos dengan ayahnya. Presdir melihat
keakraban cucu dan menantunya itu.
Choi Jin Chul memberi hormat pada Presdir, ia merasa senang (benarkah?)
Young Gyu menarik paksa temannya Lee
Myung Gyun. Ia ingin menanyakan sesuatu. Ia menyebutkan ciri-cirinya.
“Wanita bergaun putih, rambutnya begini, senyumnya seperti ini siapa
menurutmu?”
Myung Gyun berfikir sejenak kemudian menjawab, “Hantu!”
“Mi
Sook bukan hantu!” sahut Young Gyu kesal. Mi Sook kecil mengatakan
padanya jika ia tak bisa memberikan komentar tentang ibunya ia tak boleh
dekat dengannya. “Aishh kepalaku jadi sakit!”
Myung Gyun : “Orang bilang dia seperti mawar, semua pria menyukai wanita seperti itu!”
Young Gyu : “Dia itu lebih cantik dari mawar!”
Myung Gyun : “Kalau begitu katakan dia seperti malaikat!”
Young Gyu : “Aku belum pernah bertemu malaikat aku tak setuju!”
Myung Gyun teriak, “Kalau begitu aku tak tahu lagi!”
Young Gyu mengeluh orang sepintar Myung Gyun saja tak tahu bagaimana dengan dirinya. “Kenapa ibu selalu mengutuknya?”
Mi Sook kecil melihat Young Gyu
berjalan ke arah salon ibunya. Ia segera kembali duduk dan memainkan
gambar piano. Seolah dirinya memainkan piano sungguhan.
Mi Sook kecil tanya apa berfikirnya sudah selesai. Young Gyu menjawab sudah.
Mi Sook kecil : “Lalu?”
Young Gyu berbisik, “Seorang wanita!”
Mi Sook kecil : “Apa?”
Young Gyu mengatakan kalau ia melihat Mi Sook seperti seorang wanita, “Dia itu wanita bagiku!”
“Lalu aku?” tanya Mi Sook kecil.
Young Gyu : “Kau Mi Sook kecil.”
“Lalu orang itu bagaimana?” Tanya kembali Mi Sook kecil sambil menunjuk wanita yang lewat di depan salon.
“Ahjumma!” jawab Young Gyu.
“Dia?” tunjuk lagi Mi Sook kecil.
“Orang asing!” jawab Young Gyu. “Jadi apa aku bisa main ke sini terus?”
Mi Sook kecil menepuk tempat kursi
sebelahnya yang kosong yang artinya menyuruh Young Gyu duduk di
sampingnya. Young Gyu menghela nafas lega dan duduk di sebelah Mi Sook
kecil.
Young Gyu heran, “Kenapa tanganmu? Apa lenganmu sakit?”
Mi Sook kecil menjelaskan kalau mau menjadi pianis tangan harus tahan dengan yang seperti ini. Young Gyu kurang paham apa itu.
“Orang yang bermain piano!” Jawab Mi
Sook kecil. “Kalau aku bisa menjadi pianis aku akan berpakaian putri
setiap hari. Bukan gaun yang ini tapi gaun sungguhan!” kata Mi Sook
kecil menunjukan gaun besar yang dipakainya.
“Wah.. lalu kau akan terlihat cantik!” Young Gyu kagum mendengarnya.
Mi
Sook kecil memandang ibunya yang tengah membasuh rambut pelanggan,
“Benar. Tapi ibuku bilang aku tak akan bisa menjadi seperti itu!”
Young Gyu tanya kenapa. Mi Sook kecil menjawab belajar piano itu memerlukan banyak uang.
Young Gyu langsung merogoh saku dan
mengatakan kalau ia memiliki banyak uang dan memberikan semuanya pada Mi
Sook kecil. Ia juga berjanji kalau ia mendapatkannya lagi ia akan
memberikan semuanya pada Mi Sook kecil.
Mi Sook kecil senang dan langsung menghampiri ibunya sambil membawa uang receh pemberian Bong Young Gyu.
“Paman memberikannya padaku!” sahut Mi Sook kecil memamerkan uang itu pada ibunya yang masih sibuk mengeramasi pelanggan.
Mi Sook mengambil uang itu dan
mengembalikannya ke Young Gyu. Ia bicara dalam bahasa isyarat yang tak
dimengerti oleh Young Gyu tapi putrinya mengerti.
Mi Sook kecil bicara pada ibunya
dengan bahasa isyarat juga dan bertanya, “Kenapa? Paman memberikannya
padaku untuk belajar piano.”
Mi Sook menjawabnya dengan bahasa isyarat.
“Nanti kapan?” tanya Mi Sook kecil. “Sekolah nanti, Piano nanti. Ibu tak pernah menepati janji. Ibu pembohong!”
Mi
Sook terdiam. Young Gyu mengingatkan kalau Mi Sook kecil tak boleh
berkata seperti itu. Mi Sook kecil kesal, “Ini semua gara-gara paman!”
Ia kemudian mengambil tas kecilnya dan pergi.
Mi Sook mangatakan pada Young Gyu dengan bahasa isyarat. Tapi Young Gyu tak mengerti.
“Young Gyu dia menyuruhmu pergi apa kau masih tak mengerti?” sahut pelanggan yang tadi dikeramas.
Bong Ma Roo mengangkat telepon. Si
penelpon bertanya apa itu rumah Bong Young Gyu. Ma Roo membenarkan dan
bertanya siapa ini. Si penelpon tak menjawab malah bertanya siapa Ma
Roo. Karena tak ada jawaban telepon pun ditutup.
Mi Sook kecil masih kesal dan
memukuli kepalanya. Tapi ia kemudian tersenyum lebar melihat Ma Roo. Ia
langsung lari dan menyapa Ma Roo.
“Kak Ma Roo!” sapa Mi Sook kecil. Ma Roo mengacuhkannya, ia langsung menggunakan earphone dan melanjutkan perjalanannya.
Mi Sook kecil berusaha mengimbangi
langkah Ma Roo dan bertanya bukankah sekarang libur kenapa Ma Roo
memakai seragam sekolah, bukankah itu digunakan untuk mendengarkan
musik?
Aku dan ibuku juga menyukai musik, aku juga akan belajar piano tapi nanti bukan sekarang. Saat ibuku dan ayah kakak menikah....
Ma Roo menghentikan langkahnya, “Siapa yang menikah?”
Mi Sook kecil : “Apa kau tak tahu? Ayah kakak dan...”
Ma Roo membentak, “Jangan memanggilku kakak, aku bukan kakakmu!” Ia kembali berjalan meninggalkan Mi Sook kecil.
“Kau membenciku tapi aku menyukaimu!” kemudian Mi sook kecil teriak, “Aku menyukai kakak. Kak Ma Roo adalah kakakku!”
Ma Roo berbalik badan menatap Mi Sook kecil.
Mi sook kecil langsung menyilangkan
tangan di kepalanya. Tapi Ma Roo tak melakukan apa-apa ia langsung
pergi. “Marah ya!” ujar Mi sook kecil ia kemudian menjulurkan lidahnya.
Ma Roo datang ke pabrik Woo Kyung yang ada di daerahnya, ia akan menerima beasiswa dari Woo Kyung Group.
Choi Jin Chul masuk ke dalam pabrik melihat kondisi pabrik. Salah satu buruh pabrik mengeluhkan mesin yang lagi-lagi rusak.
Manajer
mengatakan kalau itu sudah sering terjadi, buruh meminta itu diperbaiki
tapi pimpinan pabrik tengah pergi dan belum mendapatkan persetujuannya.
Dan tibalah penaggung jawab pabrik,
Wakil Ketua Cha. “Kami tak tahu kau akan datang!” sahutnya. Lalu datang
Direktur Kang. Wakil ketua Cha mengajak anak buahnya rapat.
Choi Jin Chul berada di ruangan
bersama Direktur Kang. Ia bertanya tentang bagaimana kondisi divisi
kosmetik. Direktur Kang menjawab kalau ia sudah membicarakannya dengan
Presdir tentang kerugian itu. katanya kita perlu investasi tambahan
diperalatan dan membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Choi Jin Chul : “Orang tua itu sudah pikun dan tak bisa berfikir.”
Dir. Kang : “Apa menurutmu kosmetik di Woo Kyung Group lebih baik? ada masalah lain!”
Choi
Jin Chul mengatakan kalau mereka tidak bisa mencapai target bulan ini
mereka akan bangkrut. “Bisakah kalian bertanggung jawab atas kerugian
investasi yang ada?” Ia meminta Direktur Kang memutuskan ini dengan baik
karena ia memulai ini tak sendiri.
Direktur Kang menyampaikan kalau
Presdir sudah memikirkan untuk mempromosikan jabatan Choi Jin Chul. Choi
Jin Chul tertawa sinis mendengarnya.
Manajer pabrik menarik Ma Roo untuk
menemui Tae Hyun Suk. Ia memperkenalkan Ma Roo sebagai anak yang paling
cerdas di lingkungannya. Terutama dalam pelajaran matematika ia sangat
tertarik dengan keuangan.
Dong Joo yang duduk di samping ibunya
ikut menyahut kalau matematika itu sulit. Kakak kau hebat. Tae Hyun Suk
menasehati putranya jangan iri dan memintanya supaya bekerja keras.
Manajer
menjelaskan kalau Tae Hyun Suk itu putri dari pemilik Woo Kyung Group
dan dia yang akan memberikan beasiswa. Manajer meminta Ma Roo memberi
salam.
“Namaku Bong Ma Roo kelas 2 SMP!” ucap Ma Roo membungkukkan sedikit badannya. Tae Hyun Suk tersenyum melihatnya.
Manajer
meminta Ma Roo memberi salam yang benar dan ia membungkukkan badan Ma
Roo lebih bungkuk lagi. “Dia memang pintar tapi sopan santunnya kurang,
dia tak memiliki ibu dan ayahnya memiliki keterbelakangan mental!” sahut
Manajer. Dong Joo tak suka melihat sikap manajer ke Ma Roo.
Manajer
melanjutkan kata-katanya karena Ma Roo mendapat bea siswa dia berjanji
akan belajar lebih giat lagi dan kelak mau bekerja di Woo Kyung Group.
Ma Roo menyangkalnya, “Aku tak pernah
mengatakan seperti itu. Aku tak mau berbisnis, aku mau menjadi dokter!”
Tae Hyun Suk dan Dong Joo tertawa mendengarnya.
Manajer
meminta Ma Roo jangan kurang ajar. Tae Hyun Suk mengerti, menjadi
dokter itu lebih baik dan ia meminta kelak Ma Roo akan menjadi dokter
bagi keluarganya.
Tae Hyun Suk menggenggam tangan Ma
Roo. Ma Roo akan menariknya tapi Tae Hyun Suk langsung menahan dan
mengelus tangan Ma Roo, “Karena kau mirip anakku!”
Choi Jin Chul melihat keakraban istrinya dengan Ma Roo, ia memandang tak suka.
Ma
Roo memberi hormat untuk pamit. Tae Hyun Suk berpesan kalau ada apa-apa
carilah dirinya. Ma Roo tersenyum dan sekali lagi ia memberi hormat.
Manajer berusaha menyenangkan keluarga Woo Kyung. Ia berbasa basi kalau Tuan Muda (Cha Dong Joo) sangat mirip dengan ayahnya.
Dong Joo memandang ketus, benarkah?
Manajer : “Tentu saja. Bahkan kalau dilihat dari belakang!”
Dong Joo mengumpat, dasar pembohong.
Tae
Hyun Suk mengingatkan putranya supaya berlaku sopan. Dong Joo membela
diri dan mengatakan seluruh dunia juga tahu kalau ia itu bukan anak
kandung ayahnya. Mana mungkin mirip.
Ma Roo yang berdiri tak jauh dari sana tak sengaja mendengar.
Dong Joo tanya ke manajer apa kau tak
membaca koran, majalah atau melihat TV? Bukankah itu dikabarkan di
mana-mana. Manajer tak bisa menjawab ia hanya bilang permisi dan segera
pergi.
Tae Hyun Suk mengeluh kenapa
Dong Joo mengatakan itu. “Karena kenyataannya begitu!” sahut Choi Jin
Chul yang dari tadi sudah mendengar ucapan Dong Joo.
Dong Joo serba salah, “Ayah mendengarnya ya?”
“Tapi kau tetap anakku, aku sedih mendengarnya. Aku kecewa!” ucap Choi Jin Chul.
Dong Joo : “Bukan begitu, Paman itu bersikap kasar pada siswa tadi (Ma Roo) aku hanya memberinya pelajaran!”
Tae
Hyun Suk membenarkan karena ia juga melihat kalau manajer berlaku agak
kasar pada Ma Roo. Choi Jin Chul berpesan pada istrinya, “Jangan mudah
percaya pada anak itu nanti kau yang akan rugi sendiri!” Istrinya
mengingatkan jangan bicara seperti itu anak itu mendengarnya.
Bong Young Gyu jongkok di depan salon
Mi Sook, tak lama kemudian Mi Sook keluar. Ia panik dan berdiri
terburu-buru hingga uang recehnya berhamburan.
Mi Sook memunguti uang milik Young Gyu. Young Gyu mencoba melarangnya karena itu akan membuat tangan Mi Sook kotor.
Mi Sook bicara dengan bahasa
isyaratnya dan itu memebuat Young Gyu tak mengerti. Mi Sook menempelkan
kedua telunjuknya sambil berusaha bicara, beeerrrr.... saaamaa.
“Bersama?” Young Gyu heran. Mi Sook mengangguk. “Mi Sook dan aku bersama?” tanya Young Gyu.
“Kau
bisa bicara? Bicaralah!” pinta Young Gyu. Mi Sook kembali memunguti
uang. Young Gyu terus meminta Mi Sook untuk bicara. Obrolan keduanya
diperhatikan oleh preman yang ada di sana.
Prosesi penyerahan beasiswa pun dimulai. Siswa yang mendapatkan beasiswa dipanggil dan maju satu persatu.
Dong
Joo melihat kedua orangtuanya yang sibuk memberikan beasiswa di
panggung. Ia mencari kesempatan menyelinap dan langsung lari (kenakalan
anak-anak emang gitu)
Dong Joo lari-lari disekitar
persawahan. Ia Tak sengaja melihat seekor katak. Ia berusaha menangkap
tapi tak berhasil ia pun terjatuh di persawahan.
Sementara di sebuah kelas di
salah satu gedung sekolah. Mi Sook kecil memainkan piano yang belum bisa
ia mainkan. Ia hanya menekan-nekan tuts-nya saja, suaranya tak
terdengar.
Mi Sook kecil
menyanyikan lagu ‘Di padang rumput yang biru’ Ia melempar sepatunya
hingga terlepas dari kakinya tapi tangannya tak berhasil menangkapnya.
Ia mencoba lagi sambil terus menyanyi, tapi ia masih belum bisa
menangkap sepatu itu dengan tangannya.
Dong Joo membersihkan luka kecilnya dan ia pun mendengar suara seorang anak menyanyi. Ia menatap ruangan yang ada di depannya.
Mi Sook berhasil menangkap sepatu yang dilemparnya, kemudian sepatu itu ia gunakan sebagai microphone.
Cha Dong Joo mengamatinya dari luar pintu. Ia memperhatikan bagian bawah piano yang seharusnya di injak agar mengeluarkan bunyi.
Dong Joo mendekati Mi Sook kecil
perlahan-lahan, sementara Mi Sook kecil terus menyanyi sambil memainkan
piano tak menyadari ada yang mendekatinya.
Dong Joo menginjak bagian bawah
piano dan membuat piano itu berbunyi ketika tuts nya ditekan. Sontak Mi
Sook kecil terkejut dan berbalik badan.
Keduanya tambah terkejut ketika mereka berdua berhadapan sangat dekat satu sama lain.
Keduanya diam sejenak dan saling memandang.
Tapi tiba-tiba Mi Sook kecil mendorong Dong Joo hingga jatuh. Dong Joo meringis kesakitan, “Kenapa mendorongku?”
“Kau siapa?” tanya Mi Sook kecil.
Kemudian
keduanya dikagetkan oleh penjaga sekolah yang tiba-tiba muncul sambil
marah-marah. “Lari!” teriak Mi Suk kecil mengajak Dong Joo untuk kabur.
Dong Joo dan Mi Sook kecil lari
menghindari kejaran penjaga sekolah. Mi Sook kecil akan berbalik karena
ada benda dari tasnya yang terjatuh. Dong Joo menarik Mi Sook kecil agar
cepat lari.
Karena sudah berumur penjaga itu tak bisa mengimbangi larinya. Ia pun menyerah dan mengambil benda yang terjatuh tadi.
Mi Sook kecil melepaskan diri dari
tarikan Dong Joo dan marah-marah, ia menyalahkan Dong Joo. Mi Sook kecil
akan kembali ke sekolah lagi untuk mengambil benda yang terjatuh tadi.
Dong Joo menarik, “Kau mau kemana?”
Mi Sook kecil berkata kalau kantongnya terjatuh. “Apa itu penting?” tanya Dong Joo. “Paman itu sangat marah!”
“Aku
tak bisa tanpa benda itu!” sahut Mi Sook kecil. Dong Joo masih berusaha
menghalangi dan meminta Mi Sook kecil mengambilnya besok ketika sekolah
masuk.
Mi Sook kecil menolak
karena nanti akan banyak anak. Dong Joo heran, “Apa kau bukan murid di
sana?” Mi Sook kecil menunduk, “Aku tak sekolah!”
Dong Joo tak percaya, “Apa? Usiamu 8 tahun kan?” Mi Sook kecil meninggikan suaranya, “Usiaku 9 tahun!”
“Lalu kenapa kau tak sekolah, dasar pembohong!” ujar Dong Joo seraya tertawa.
“Aku tak bohong!” teriak Mi Sook kecil matanya mulai berkaca-kaca. Dong Joo jadi tak enak hati.
“Kau tak tahu apa-apa!” air mata Mi Sook kecil mulai menetes dan segera pergi.
“Hey!”
teriak Dong Joo. Mi Sook kecil berbalik dan menatap tajam dan meminta
Dong Joo jangan mengikutinya. Mi Sook kecil lari meninggalkan Dong Joo
sendirian. Dong Joo merasa bersalah.
Anak buah Choi Jin Chul melaporkan
kalau ia sudah mencari kemana-mana tapi Dong Joo tak ditemukan. Salah
satu pegawai mengusulkan untuk melaporkannya pada polisi. Choi Jin Chul
menolak karena itu akan menambah masalah.
Manajer pabrik melaporkan kalau Dong Joo juga tidak ditemukan di sekitar pabrik.
Tae Hyun Suk mencemaskan putranya.
Ma Roo mengusulkan bagaimana kalau
mencarinya di sekitar perkampungan atau ke pasar, ia berfikir kalau anak
dari Seoul akan menyukai tempat yang seperti itu.
Penjaga sekolah masih marah ia menghapus papan tulis yang kotor karena tulisan Mi Sook kecil.
Mi
Sook kecil mengendap-endap masuk ke sana untuk mengambil kantungnya
yang terjatuh. Ia melihat kantung miliknya ada di atas meja.
Mi Sook kecil berusaha menggapainya tanpa ketahuan oleh si penjaga tapi kemudian keduanya dikagetkan oleh suara piano.
Penjaga kembali marah dan segera
mengambil tongkat pemukulnya dan langsung pergi ke sumber suara.
Secepat mungkin Mi Sook kecil mengambil kantung miliknya. ia
juga mendengar suara alunan piano yang sangat merdu.
Ternyata yang memainkannya adalah Cha Dong Joo.
Penjaga sekolah datang dan membuat Dong Joo terkejut. Dong Joo langsung kabur melompati jendela.
Mi Sook kecil tahu kalau yang bermain piano itu Dong Joo ia tersenyum.
Ma Roo mengajak kedua orang tua Dong Joo ke pasar untuk mencari Dong Joo.
Choi Jin Chul menyuruh istrinya untuk tetap di mobil tapi Tae Hyun Suk menolak karena ia sangat mencemaskan putranya.
Tae
Hyun Suk menyarankan untuk masuk ke pasar lebih dalam. Ma Roo melarang
karena ia melihat di sana ada neneknya dan menyarankan melewati jalan
lain dan berpencar mencari Dong Joo.
Choi Jin Chul mengerti dan menyuruh Ma Roo segera membawa Dong Joo ke mobil begitu dia ditemukan.
“Ma Roo...” teriak Bong Young Gyu
melihat anaknya ada di pasar. Ma Roo tak menggubris panggilan ayahnya ia
langsung pergi. Young Gyu mengejar, “Untuk apa kau ke pasar? Kau
memakai seragam? bukankah hari ini libur?”
Ma
Roo menarik tangan ayahnya. Young Gyu melihat sekilas wajah Choi Jin
Chul. Ia langsung menghentikan langkahnya, sepertinya ia mengenali wajah
itu.
Young Gyu langsung memandang Choi Jin
Chul, “Benar ini kau. Apa kabar?” sapa Young Gyu sambil memberi hormat.
“Ini aku. Ini aku. Kau dulu pernah menerima kimchi pemberianku di
tempatnya Shin Ae!” ujar Young Gyu.
Choi Jin Chul mengelak, “Kau salah orang!” tapi Young Gyu merasa kalau ia tak salah mengenali orang.
Ma Roo kembali menarik tangan ayahnya.
Tae Hyun Suk bertanya pada
suaminya apa mengenal orang itu. Choi Jin Chul menyuruh istrinya jangan
mendengarkan perkataan orang itu. Choi Jin Chul menengok memandang Young
Gyu.
Young Gyu menawari putranya ayam goreng, “Apa kau mau ayam goreng?” Ma Roo diam saja. “Apa kau mau ayam?” tanya Young Gyu lagi.
“Jangan bicara padaku ini memalukan!” bentak Ma Roo. Young Gyu langsung diam.
Nenek menepuk Young Gyu dan berkata
kalau ia mengetahui Young Gyu baru saja dari salonnya Mi Sook. Young Gyu
heran dari mana ibunya tahu.
Ma Roo langsung pergi meninggalkan nenek dan ayahnya. “Hey anak nakal kau tak memberi salam!” teriak nenek.
Young Gyu menyuruh ibunya diam dan mengatakan kalau Ma Roo itu sedang malu. Nenek kesal kenapa Young Gyu takut pada Ma Roo.
Young Gyu mengatakan pada ibunya kalau
ia bertemu dengan seseorang yang pernah ia temui di rumahnya Shin Ae.
Nenek tanya siapa. Young Gyu menjawab kalau ia pernah memberikan orang
itu kimchi di Seoul. “Tapi dia tak mengaku. Aku mau bertanya padanya di
mana Shin Ae!”
Nenek marah dan
meminta Young Gyu jangan lagi menyebut nama Shin Ae. “Dia sudah
meninggal. Awas kalau kau menyebutkan namanya lagi. Aku akan bunuh diri
dengan minum alkohol!”
Mi Sook kecil melihat ibunya
melintas di jalan. Ia memanggil tapi ia sadar ibu tak akan mendengar
panggilannya. Ia kemudian mengeluarkan kantung dan melemparkan benda itu
ke tubuh ibunya.
Mi Sook menoleh dan tersenyum ia memungut kantung yang dilemparkan putrinya tadi dan memberikannya pada Mi Sook kecil.
Mi Sook kecil mengaku salah karena ia sudah marah-marah pada ibunya ketika di salon tadi.
Mi
Sook mengatakan dalam bahasa isyarat kalau dirinya-lah yang bersalah
tak bisa menepati janji. Mi Sook kecil mengerti, ia tak akan lagi
meminta ibunya untuk menyekolahkan atau mengajarinya piano. “Aku selalu
bermain ke sana!”
Mi Sook tanya apa putrinya tadi ke
sekolah. Mi Sook kecil membenarkan dan mengatakan kalau ia juga
memeiliki banyak teman. Mi Sook sudah menyiapkan makanan untuk putrinya
dan ia meminta Mi Sook kecil supaya makan.
Mi
sook kecil tak mau makan sendiri ia ingin ikut dengan ibunya ke pabrik.
Mi Sook menolak karena itu berbahaya, Mi sook kecil meyakinkan tak akan
bahaya karena ia hanya bermain di halaman saja, ia takut sendirian.
Mi
Sook meminta putrinya menyalakan lampu. Mi sook kecil merasa kalau itu
akan tetap saja membuatnya takut. Kemudian Mi Sook kecil mengerti dan ia
meminta ibunya untuk pulang cepat.
Dong Joo berada di atas pohon mengamati ibu dan anak ini.
Setelah
ibunya pergi Mi Sook kecil bergumam, “Pianis-nya sudah pergi!” Tepat
saat itu Dong Joo turun dari pohon mengagetkan Mi Sook kecil.
Dong Joo melihat kalau Mi Sook kecil
berhasil mendapatkan kembali kantungnya. Dong Joo mengamati wajah Mi
Sook kecil dan mengatakan kalau Mi Sook kecil sangat lucu.
Mi
Sook kecil tanya apa Dong Joo bisa bermain piano? Aku melihat di TV
anak seusiamu bisa bermain piano. “Ah pianis. Ya aku mempelajarinya
sedikit!” sahut Dong Joo sambil tertawa.
Mi Sook Kecil : “Belajar di mana?”
Dong Joo : “Tentu saja di rumah!”
Mi Sook Kecil kagum, “Jadi rumahmu itu sekolah piano?”
Dong Joo : “Apa?”
Mi Sook kecil merengek minta diajari
bermain paino. Dong Joo mengatakan untuk bermain piano diperlukan waktu
betahun-tahun. Mi Sook kecil menegaskan kalau dirinya itu pintar. Ia
juga sudah mengenal huruf.
Mi
Sook menyebutkan huruf dengan cepat bahkan ia juga menyebutkannya dari
belakang dulu. Ia memohon pada Dong Joo agar mengajarinya bermain piano,
“Ajari aku sekali saja!”
Dong Joo minta maaf ia
mengatakan kalau rumahnya jauh. Mi Sook kecil tanya dimana rumah Dong
Joo. Dong Joo mengatakan kalau rumahnya di Seoul. “Aku akan ke sana naik
bus!” ujar Mi Sook kecil.
Dong
Joo melihat jam tangannya dan pamit pada Mi Sook kecil. Dong Joo lari Mi
Sook kecil teriak, Tunggu! dan Mi Sook kecil pun melemparkan kantungnya
ke arah Dong Joo.
Mi Sook kecil memberikan kantung itu
pada Dong Joo sebagai hadiah. Dong Joo menolak karena ia merasa kantung
itu sangat penting untuk Mi Sook kecil.
Mi
Sook kecil meminta Dong Joo jangan menolaknya. Walaupun jelek itu
adalah kantung ajaib. Sejauh apapun, kau bisa memanggil siapa saja.
Keduanya melihat mobil datang ke arah
mereka. Orang tua Dong Joo keluar dari mobil dan Ma Roo juga. Dong Joo
langsung memeluk ibunya. Ia minta maaf pada ibunya.
Tae Hyun Suk lega sudah menemukan putranya tapi ia pura-pura marah, “Aku tak mau menjadi ibumu lagi!”
Ma
Roo akan mengambil berkas beasiswa-nya tapi ia ditarik Choi Jin Chul
untuk segera keluar dari mobil. Berkas beasiswanya masih tertinggal di
mobil.
Mi Sook kecil langsung menghampiri Ma Roo, “Kak Ma Roo!”
“Sudah
kubilang jangan memanggilku kakak!” bentak Ma Roo. Mi Sook kecil
langsung menyilangkan tangan diatas kepalanya takut kalau Ma Roo akan
memukulnya.
Mi Sook Kecil : “Lalu aku harus memanggilmu apa? Kalau ayahmu dan ibuku menikah kau akan menjadi kakakku!”
Ma Roo tambah marah, “Manikah,
menikah. Jangan lagi bicara seperti itu. Walaupun mereka menikah aku
tetap bukan kakakmu dan aku tak menyukai ibumu. Walaupun aku tak
menyukai ayahku yang bodoh, tapi dengan ibu yang tuli... Menjalani hidup
yang seperti itu aku tak mau!”
Mata Mi Sook kecil berkaca-kaca mendengarnya.
Dong Joo keluar dari mobilnya dan menghampiri Mi Sook kecil. Ma Roo menatap keakraban keduanya.
Dong Joo merogoh tas Mi Sook kecil dan
mengambil buku. Ia menuliskan alamat rumahnya, “Ini hadiahku. Alamat
rumahku. Datanglah kalau kau sempat, aku akan mengajarimu bermain
piano!”
Mi Sook senang ia mengusap air matanya, “Benarkah?”
“Tapi hanya sekali!” tegas Dong Joo. Lalu lari kembali ke mobilnya.
Dong Joo dan kedua orang tuanya sampai
di rumah. Dong Joo meringis kesakitan karena kakinya terluka. Tae Hyun
Suk menyuruh pembantunya mengambilkan obat-obatan.
Choi
Jin Chul menyuruh Dong Joo masuk kamar dan melarangnya bermain keluar
selama beberapa hari. Ini hukuman buat Dong Joo karena kabur tadi.
Perawat kakek datang dan Dong Joo pun segera menemui kakeknya.
Perawat
melaporkan kalau Cha Sung Moo memaksa bertemu dengan Presdir Tae. Choi
Jin Chul khawatir itu akan membuat Presdir semakin lemah tapi perawat
menegaskan ia bisa mengatasinya.
Perawat
memberikan berkas titipan dari Cha Sung Moo. Choi Jin Chul memberikan
gaji pada perawat dan meminta perawat itu pulang. Ia membuka berkasnya.
Itu berkas laporan pabrik Woo Kyung kosmetik 2. Ia hanya tersenyum sinis
melihatnya.
Dong Joo dan kakek menonton film Indiana Jones.
Dong
Joo mengucapkan beberapa kalimat yang ada di film kakek tersenyum
melihatnya. Dong Joo memainkan kantung pemberian Mi Sook kecil.
Kakek
ingin tahu dimana Dong Joo mendapatkan kantung itu. Dong Joo
menjelaskan kalau itu bukan sembarang kantung, itu adalah kantung ajaib.
Dong Joo kemudian bertanya pada kakek
apa bisa menyebutkan huruf Ga Na Da Ra Ma Ba Sa Ah Ja Cha Ka Ta Pa Ha
dengan cara terbalik.
“Tentu
saja!” jawab Kakek. Lalu kakek menyebutkannya dengan cara terbalik tapi
lambat. Dong Joo mengatakan kalau itu dibacanya harus cepat. “Dia bisa
melakukannya dalam beberapa detik.”
Kakek heran, “Benarkah? Pasti dia sangat pintar!”
Choi Jin Chul masuk ke kamar Kakek, ia membawa obat-obatan untuk mengobati luka Dong Joo.
Dong Joo meringis kesakitan dan bertanya apa ibunya masih marah.
“Apa maksudmu ibu?” tanya ayahnya. “Kau sudah tak memiliki ibu lagi. Dia bilang tak mau menjadi ibumu!”
Dong
Joo tersenyum mendengarnya, “Memangnya dia bisa hidup tanpa aku!” Choi
Jin Chul tertawa dan keduanya bersenda gurau di hadapan kakek.
Dong
Joo pamit akan pergi tidur, ayahnya mengingatkan kalau Dong Joo harus
minum obat dulu ia takut luka itu akan menimbulkan infeksi.
Choi Jin Chul membetulkan posisi selimut Presdir Tae. Kakek berterima kasih atas perhatian menantunya.
Kakek
: “Sejujurnya, aku baru menyadarinya kemarin. Aku ingin mengatakan itu
padamu. Bisnis dan rumah tangga kau mengurusnya dengan baik. Bahkan kau
menepati janjimu padaku. Jangan pernah kau mengingkarinya!”
Choi Jin Chul berjanji kalau ia akan menjaganya biak-baik.
Sebelum tidur Dong Joo memainkan
pianonya. Tapi ternyata ia sudah merekamnya dan menyetel rekaman itu
seolah ia tengah memainkan piano.
Tae Hyun Suk senang dengan kemampuan
bermain piano Dong Joo yang makin bertambah. Ia memeluk suaminya dan
berkata mungkin kalau mempunyai banyak anak itu enak. Yang satu Pianis,
yang satu fashion designer, yang lain atlit, dan juga dokter.
Choi Jin Chul menyudahi obrolan dengan mengatakan kalau ia harus bangun pagi dan segera pergi tidur.
Tae
Hyun Suk bertanya bisakah ia mencobanya lagi. Suaminya menjawab kalau
memiliki Dong Joo saja sudah cukup. “Tapi aku ingin punya anak satu
lagi!” jawab Tae Hyun Suk.
Tiba-tiba telepon berdering Tae Hyun
Suk mengangkatnya, “Oh... Shin Ae!” serunya. Choi Jin Chul yang matanya
sempat terpejam kini terbelalak mendengar istrinya menyebut nama Shin
Ae.
Tae Hyun Suk mengatakan pada Shin Ae kalau suaminya akan diangkat menjadi Presdir menggantikan ayahnya.
“Selamat ya Nyonya!” sahut Shin Ae. Sambil tengkurap di kamar yang sempit.
Tae
Hyun Suk ingin tahu Shin Se menginap di hotel mana karena ia akan
menemuinya. Shin Ae menjawab tak perlu ia yang akan menemui Tae Hyun Suk
(ya iyalah kan bo’ong nih orang tempat tinggalnya sempit gitu kontrakan kali nihhh)
Terdengar
pintu rumah Shin Ae digedor pemilik kontrakan. Ia panik dan beralasan
kalau itu adalah Room Service dan segera menutup teleponnya. Ia juga
langsung mematikan lampu kamarnya.
Choi Jin Chul bangun dan merasa
tak senang istrinya bergosip dengan Shin Ae, “Bagaimana kalau dia
menyebarkan gosip jabatan itu?”
Tae
Hyun Suk meyakinkan suaminya tak perlu khawatir karena Shin Ae bisa
dipercaya. “Aku tak suka wanita itu!” sahut Choi Jin Chul. Tae Hyun Suk
menghibur suaminya lain kali ia tak akan melakukannya lagi.
Choi Jin Chul : “Ini pemintaanku. Bergaulah dengan orang yang selevel denganmu. Bukan dengan orang yang akan menjadi benalu!”
“Memangnya kenapa? kau sangat tampan kalau kau sedang marah!” sahut istrinya hahaha.
Ma Roo belajar di kamarnya ia mengingat ketika Tae Hyun Suk menggenggam tangannya.
Ayahnya bangun dan bertanya apa Ma Roo belum tidur.
“Jangan ganggu aku!” bentak Ma Roo. Young Gyu langsung diam dan segera kembali tidur. Ma Roo langsung memaakai earphonenya.
Terdengar suara dari luar. Young
Gyu berkata kalau ia tak bisa tidur kalau mendengar suara. Ma Roo
menyarankan lebih baik ayahnya keluar saja. Young Gyu langsung keluar.
Ternyata suara itu adalah suaranya Mi Sook kecil dan keduanya akan bermain (what malam-malam gini?)
Nenek mengeluh kalau tagihan
listriknya selalu naik dan meminta Ma Roo jangan belajar sampai larut
malam. Nenek masuk ke toilet dan berteriak ke arah rumah Mi Sook supaya
mematikan lampunya.
Mi Sook kecil dan Young Gyu bermain salon-salonan haha. Mi Sook jadi tukang potong rambutnya dan Young Gyu sebagai pelanggannya.
Young Gyu memuji pakaian yang dikenakan Mi Sook kecil sangat cocok dan sangat mirip dengan ibumu, “Namamu juga sama Mi Sook!”
Mi
Sook kecil mengaku kalau itu bukan nama aslinya, “Karena ibuku tak bisa
mendengar orang-orang memanggilku Mi Sook, hanya dengan begitu aku akan
menjawab!”
Mi Sook kecil mulai memotong rambut Young Gyu.
Young
Gyu tanya siapa nama asli Mi Sook kecil. “Aku belum memiliki nama!”
jawab Mi Sook kecil. “Ibu akan memberiku nama setelah ia menikah dengan
Paman. Lalu aku akan disekolahkan!”
Young Gyu merasa kalau Mi Sook kecil
sekolah itu akan membuat Mi Sook kecil malu. Mi Sook kecil tanya kenapa.
Young Gyu mengatakan kalau Ma Roo seperti itu, “Dia sekolah. Setelah
itu dia tak pernah memanggilku ‘ayah’ lagi karena dia malu.”
Mi
Sook kecil meminta jangan mempedulikannya, “Kalau aku punya ayah aku
akan memanggil dia ‘ayah’ tapi syaratnya kau harus menjawab setiap kali
kupangggil. Kalau dengan ibu dia tak pernah menjawab setiap kupanggil.”
Young Gyu berjanji ia akan menjawab kalau Mi Sook kecil memanggilnya.
Young Gyu : “Suatu hari nanti kau akan bisa menjadi penata rambut yang hebat!”
Mi Sook K : “Apa kau lupa? aku ini akan menjadi pianis!”
Mi Sook kecil teringat kalau tadi ia
bertemu dengan seorang Pianis, “Sangat pendek, wajahnya putih, alisnya
hitam seperti piano!” dan tanpa sengaja ia memotong rambut Young Gyu
sangat pendek.
Hah... Mi Sook kecil terkejut melihat rambut Young Gyu. Tapi Young Gyu bertanya apa itu sangat tampan. Hahaha.
Mi Sook kecil dihukum ibunya berlutut dengan posisi kedua tangan di atas dan ia merapikan rambut Young Gyu.
Mi
Sook menyudahi hukuman putrinya. Young Gyu merasa Mi Sook penata rambut
yang hebat. Dan masuklah seorang preman ke salon Mi Sook.
Brakkkk preman itu membanting
tubuh Young Gyu hingga membuat pintu salon rusak dan preman itu
menjambak Mi Sook dan menariknya keluar.
Young Gyu berusaha melawan dengan menggigit si preman. “Aku akan menikahi Mi Sook, kau jangan mengganggunya!” Seru Young Gyu.
“Apa menikah? Dasar orang gila. Mati saja kau!” umpat si Preman.
Preman
itu langsung memukul Young Gyu. Mi Sook kecil belari menuju pasar
mencari bantuan. “Cepat, Cepat kalau tidak paman akan meninggal!”
sahutnya.
Nenek, Lee Myung Gyun dan
istrinya berlari mengikuti Mi Sook kecil. Nenek tak kuat berlari Ny Lee
menyuruh suaminya pergi lebih dulu.
Nenek berusaha menolong Young Gyu, Si Preman malah mendorong Nenek. Young Gyu berusaha melindungi ibunya.
Mi Sook kecil juga berusaha membantu tapi ia malah didorong hampir jatuh untung ibu menangkapnya.
Lee
Myung Gyun teriak, “Kalau kami celaka aku akan memanggil hakim dan
jaksa juga pengacara!” Istrinya tak tahan dan mendorong Myung Gyun untuk
membantu Young Gyu tapi suaminya malah kena pukul.
Tidak terima suaminya dipukul Ny Lee melepas sepatunya dan memukulkannya pada si Preman.
Ma Roo dan teman-temannya datang. Salah satu teman Ma Roo menyahut, “Bukankah itu ayahmu?”
Ma Roo diam saja. Mi Sook kecil langsung minta tolong pada Ma Roo untuk membantu Young Gyu.
Young Gyu meminta Ma Roo membawa Mi Sook kecil pergi dari sana. Mi Sook kecil menangis melihat Young Gyu dipukuli.
Teman-taman Ma Roo mengejek, “Mereka sepertinya pacaran!”
Ma Roo langsung menepiskan tangannya hingga membuat Mi Sook kecil jatuh.
Ma Roo mengancam temannya, “Jangan
bicara kalau tak tahu apa-apa!” dan segera pergi meninggalkan tempat
itu. “Kasar sekali!” sahut temannya.
Mi Sook kecil hanya bisa menangis.
Ma Roo sampai di rumah ia membanting
tas dan membasuh wajahnya. Terdengar telepon berdering dan ia langsung
menagangkatnya. “Haloo! Aku Bong Ma Roo!”
“Apa kau tak mengenal suaraku? Kita bertemu kemarin!” ternyata Tae Hyun Suk yang menelpon.
Ma
Roo senang Tae Hyun Suk menelponnya. Tae Hyun Suk mengatakan kalau Ma
Roo melupakan sesuatu kemarin. Ma Roo ingat kalau berkas beasiswa itu
yang tertinggal di mobil.
Ny Tae
juga mengucapkan rasa terima kasih karena sudah membantu menemukan Dong
Joo. Ma Roo terseyum serasa mendapat kehangatan seorang ibu.
Ny Tae tanya dimana ia harus mengirim beasiswa itu, ke sekolah atau ke rumah.
“Aku akan datang megambilnya!” jawab
Ma Roo. Ia beralasan kalau ia memiliki keperluan di Seoul sepulang
sekolah besok dan bertanya bolehkah ia ke sana.
Nenek memeriksa wajah Young Gyu ia
mengancam akan melaporkan preman itu pada polisi. Si preman tak takut ia
malah berbalik mengancam kalau ia juga akan melaporkan pada polisi
karena semuanya sudah melakukan kekerasan padanya.
Si preman mengaku sebagai suami Mi Sook. Ny Lee meminta Mi Sook mengatakan sesuatu. Mi Sook hanya menggeleng.
Si preman minta uang kompromi dengan bayaran 200 won. Nenek tidak terima anaknya yang terluka kenapa ia harus membayar 200 won.
Mi Sook kecil mengatakan kalau preman itu berbohong. Ny Lee tanya apa dia ayahmu. Mi Sook kecil menggeleng, bukan.
Preman mengatakan apa perlu ia menceritakan ketika mereka bersama. Nenek jadi lemas mendengarnya.
Nenek mengajak Young Gyu pergi. Preman tetap meminta ganti rugi. Nenek teriak kalau ia tak ada hubungannya dengan Mi Sook.
Young Gyu mengusulkan, “Baiklah kita bisa tinggal bersama di rumah kami!” (What hahaha)
“Aku
tak suka orang ini tapi kalau katanya dia hidup bersama dengan Mi Sook.
Karena aku akan menikah dengan Mi Sook jadi kita harus tinggal bersama.
Ibu anggaplah kau mempunyai anak satu lagi!”
Nenek langsung memukul putranya. Young Gyu malah mencari perlindungan di belakang si Preman.
Nenek
mengeluh, perempuan jalang ini sudah mengacaukan hidup anakku. Ia
langsung amburk dan Young Gyu segera menggendongnya pulang ke rumah.
Si preman mengancam Mi Sook kalau Mi Sook tak memberinya uang ia akan membuat perhitungan dengan Mi Sook.
Sampai di rumah Nenek memarahi Ny Lee,
“Ini semua salahmu. Gara-gara kau tak ada yang mau berteman dengan
Young Gyu dan kenapa kau menjodohkan perempuan itu dengan Young Gyu!”
Young Gyu mengingatkan ibunya jangan pernah mengumpat lagi karena Mi Sook kecil akan menirukannya.
Young Gyu akan pergi menolong Mi
Sook lagi. Kalau ia tak menolong kapan ia bisa menikah. Nenek kembali
mengumpat anak gila ini masih bicara pernikahan.
Young
Gyu heran, apa tidak jadi. Ma Roo yang tengah belajar di kamarnya
merasa terganggu dengan keributan itu. Ia merasa kesal dan memakai
earphonenya.
Ma Roo keluar kamar membanting pintu
dan berteriak, “Cukup. Kalian membuatku malu saja. Paman dan Bibi jangan
ikut campur urusan keluarga kami!”
Nenek marah, “Dasar anak kecil beraninya ikut campur masalah orang dewasa!”
Young Gyu menyuruh Ma Roo masuk ke dalam dan belajar saja.
Ny Lee merasa tersinggung, “Ya semua
salah kami. Kami sudah berbuat kesalahan tapi kau tak seharusnya bicara
seperti itu pada kami. Bahkan sejak dulu kau dibawa ke sini oleh
ayahmu...”
“Cukup!” bentak Myung
Gyun memotong pembicaraan istrinya. “Tak ada gunanya mengatakan itu. Dia
bilang jangan ikut campur!” Ia berniat mengajak istrinya pergi dari
sana.
Ny Lee melepaskan tangan
suaminya, “Akan kukatakan apa yang seharusnya kukatakan. Kami juga tak
akan berhubungan lagi dengan kalian, semua sudah berakhir. Kita sudah
tak ada apa-apa lagi!”
Myung Gyun dan istrinya pergi dengan kemarahan. Young Gyu berusaha menenangkan temannya.
Nenek ikut marah, ia mengambil air dan menyiramkannya ke arah Myung Gyun tapi air siraman itu malah mengenai putranya.
Young Gyu merasakan air itu panas. Nenek kembali ngomel kenapa Young Gyu menghalanginya.
Young
Gyu mengajak ibunya pergi juga. Ia akan mengajak Mi Sook dan Mi Sook
kecil pergi. Nenek meminta Young Gyu segera sadar dan menyuruh Ma Roo
menghentikan ayahnya.
Ma Roo malah menantang, “Bukankah
Nenek yang menginginkan itu? kenapa? Apa kau tak senang? Bukankah nenek
yang memberi tahu seluruh isi kampung?”
Nenek : “Apa?”
Ma Roo : “Kau yang menjodohkannya. Kau yang menjodohkan orang bodoh yang tak mengerti arti perkawinan!”
Nenek langsung menampar Ma Roo, “Katakan sekali lagi!”
Ma Roo : “Nenek yang menjodohkan mereka kan?”
Nenek : “Apa yang kau katakan, beraninya kau...”
Young Gyu berusaha melindungi Ma Roo dari amukan Nenek.
Nenek menangis, “Orang lain boleh mengatakan ayahmu bodoh tapi kau... Beraninya kau..!”
Nenek lemas. Young Gyu berusaha membantu ibunya, “Ibu aku yang salah!”
“Young
Gyu.. Young Gyu.. Ya Tuhan Young Gyu..!” nenek menyebut nama anaknya
sambil terus menangis ia tak terima Cucunya menyebut putranya bodoh.
Melihat Ibunya menangis Young Gyu ikut
menangis dan memeluk ibunya, “Ibu aku yang salah. Aku tak usah menikah.
Aku yang salah. Aku tak akan menikah!”
Young Gyu terus memeluk Ibunya dan keduanya menangis.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment