Presdir Choi dan rombongan keluar dari lift. Di lobi perusahaan wartawan sudah banyak yang menunggu.
Presdir Choi mulai bicara kalau ia akan membuat perusahaannya menjadi perusahaan nasional.
Wartawan 1 bertanya tentang strategi yang diterapkan Presdir Choi apakah akan sama denngan strategi Presdir terdahulu?
Presdir
Choi : “Sasaranku bukan untuk memecah belah perusahaan tetapi untuk
membangun. Karena beresiko sepanjang tahun, strategi itu bagus!”
Wartawan 2 bertanya apa Presdir Choi akan melakukan perubahan untuk bersaing dengan perusahaan lain?
Presdir membenarkan tak ada masalah yang tak bisa ia dipecahkan.
Pertanyaan
3 Ketika presdir terdahulu meninggal para wartawan mendengar kalau
putra Presdir Choi juga mengalami kecelakaan. Bagaimana dia sekarang?
Dan tak pernah diungkapkan apa yang menjadi penyebab Presdir terdahulu
meninggal.
Direktur Kang menyela kalau Presdir Choi tak akan menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi.
Tapi
Presdir Choi dengan tenang menjawabnya. Ia berkata kalau anaknya
sehat-sehat saja. Mengenai penyebab kematian Presdir sebelumnya ia
percaya kalau keluarganya tidak harus bertanggung jawab atas seseorang
yang kesehatannya sudah memburuk. Ia tak ingin menyalahkan siapa-siapa. (Gubrakkkk padahal ini salahnya sendiri)
Wawancara selesai tapi banyak wartawan yang ingin terus bertanya.
Shin Ae berada diantara kerumunan wartawan melambaikan tangan kearah Presdir Choi, tapi Presdir tak mempedulikannya.
Bong Woo Ri mendapat tugas dari
sekolah untuk mengisi formulir biodata keluarga untuk disurvey. Ayahnya
mempersilakan Woo Ri bertanya apa saja tentang isian formulir itu.
Pertanyaan 1. Apa pendidikan tertinggi ayah?
Nenek
berkata kalau pertanyaan itu tidak sopan. Young Kyu mengatakan kalau ia
tak pernah sekolah. Kalau begitu isinya ‘tidak pernah sekolah’ sahut
Woo Ri.
Nenek melarang Woo Ri mengisinya seperti itu, “Ayahmu pernah masuk TK!”
Woo Ri tak percaya dan bertanya pada ayahnya, “Ayah apa benar kau pernah sekolah di TK?”
Young Kyu tak mengerti ia menjawab kalau ia tak tahu dan bertanya apa itu TK.
Nenek
menjelaskan kalau TK itu tempat belajar anak-anak sebelum masuk SD,
“Ini lebih baik dari pada tidak sekolah sama sekali. Tulis saja Taman
kanak-kanak!” Ucap Nenek.
Woo Ri segera menuliskannya di lembar formulir biodatanya.
Pertanyaan 2 apa pekerjaan ayah?
Nenek berkata apa Woo Ri tak tahu. “Harusnya kau tahu dimana ayahmu mendapatkan uang?”
Woo
Ri bingung harus menuliskannya yang mana, “Memanggul barang, menjual
sayuran, Jual ayam, jual telur. Apa tidak terlalu banyak?” Tanya Woo Ri.
Bukankah Woo Ri sudah bisa menulis ayahnya menyarankan untuk menuliskan
saja semuanya.
Nenek kembali melarangnya, “Tulis saja produsen makanan!” Woo Ri tak mengerti.
Nenek menjelaskan biar orang lain melihat keluarga kita seperti orang kaya dengan begitu kita tidak akan diremehkan lagi.
Woo
Ri ingat perkataan Shin Ae, “Bibi juga pernah bilang kalau kita harus
kelihatan kaya supaya mereka bisa membantu mencari kak Ma Roo!” Woo Ri
menulis apa yang dikatakan Nenek.
“Apa lagi yang ditanyakan? Aku bisa menjawab semuannya!” sahut Nenek semangat.
“Ini agak sulit!” ucap Woo Ri lirih. “Pekerjaan ibu, Ibu sudah berada di surga apa dia di sana membuka salon?”
“Apanya yang susah dijawab, tentu saja ia akan membuka salon!” ujar Young Kyu.
“Tapi
ibu pernah bilang kalau ia mau membuka toko bunga!” ucap Woo Ri.
Ayahnya berfikir sejenak apakah ia akan menjadi florist. Young kyu tanya
pada ibunya.
Nenek menjawab tak tahu. “Kenapa kalian tak bertanya ke tempat yang biasanya?”
Woo Ri dan ayahnya tak mengerti maksud Nenek, “Seperti biasa di mana itu?”
Nenek langsung mengakat kedua
tangannya dan berucap ‘Tanyakan pada bintang’ Woo Ri dan ayahnya
tertawa, “Ibu kau sudah menjadi anggota kami!”
“Tanyakan pada bintang” Woo Ri dan ayahnya mengucapkan jingle andalan meraka.
Presdir Choi pulang mengendarai
mobilnya sendiri tapi ia terhenti di tengah jalan karena Shin Ae menutup
laju jalan kendaraannya.
Presdir Choi marah, “Apa yang kau lakukan?”
Shin Ae berkata sinis, “Tanpa supir kau mau pergi ke mana? tanpa Tae Yeon Suk kau lebih santai kan?”
Presdir
sekali lagi bertanya untuk apa Shin Ae datang. Shin Ae berkata bukankah
seharusnya mencari Ma Roo, “Sebagai Predir sudah satu tahun anak itu
belum kau temukan!”
Presdir berkata kalau Shin Ae lah yang menelantarkannya kenapa dirinya yang harus mencari.
Shin Ae : “Kalau kau tak menuntutnya
dulu Ma Roo tak akan lari dari rumah. Karena kau keluargaku jadi
berantakan. Untuk mencari anak itu rumah kami bahkan harus dijual. kalau
kau memang mau mencarinya, berikan aku uang biar aku yang mencari!”
Presdir
tahu sifat Shin Ae ia tak akan memberikan Shin Ae uang apalagi untuk
hal yang tak berguna, “Anak itu. Bong Ma Roo belum tentu dia anakku.
Kenapa aku harus mencarinya?”
Shin
Ae mencibir, “Kau jangan pura-pura kuat. Apa kau pikir aku tak
mengenalmu. Walau kau pura-pura tak mengenalnya, diam-diam kau
mencarinya!”
“Kalau dulu kau bawa langsung anak itu padaku kejadian ini tak akan terjadi!” bentak Presdir Choi.
Presdir Choi akan masuk kembali ke
mobil, secepat kilat Shin Ae memeluknya dari belakang, “Kalau tak
bertemu denganmu aku takut aku akan mati!”
Presdir
Choi berusaha melepaskan pelukan itu tapi Shin Ae memeluknya erat. “Aku
belum mendengar dia memanggilku Ibu, kau mengerti perasaanku kan? Aku
yakin kau pasti ingin dipanggil ayah oleh Ma Roo!”
Shin
Ae berkata lirih, “Apa aku sedang dihukum karena dosa-dosaku, aku
menyaksikan Presdir meninggal dan tak berbuat apa-apa. Aku ketakutan.
Aku akan mendengarkan kata-katamu selama kau selalu disampingku!” ini
seperti kata-kata ancaman dari Shin ae buat choi Jin Chul karena ia
adalah saksi kejadian malam itu.
Ancaman Shin Ae sepertinya mempan membuat Presdir Choi luluh.
Dong Joo masih belum mau bicara.
Ibunya menunjukan sebuah microphone yang bila berbicara langsung
tersambung ke komputer. (ah aku ga ngerti)
Dong
Joo hanya menepis benda yang sudah disiapkan ibunya ini dengan marah.
Dong Joo kesal ia menunjukan sikap kesalnya tanpa berbicara. Ibunya
minta Dong Joo untuk bicara, “Cha Dong Joo apa maumu?”
Dong Joo menjerit mengerang meronta. “Ibu tahu kau kesakitan!” ucap Ny Tae.
Dong Joo melepaskan diri dari ibunya, Ny Tae mengejarnya. Dong Joo membuka lemari es dan mengobrak-abrik isinya.
Ny Tae sudah lelah, “Dong Joo bicaralah dan ibu akan mengambilkannya!”
Dong Joo mengambil es krim ia langsung membuka dan melahapnya tanpa sendok. Ia makan es krim langsung menggunakan tangannya.
Ny
Tae merebut es krimnya. Dong Joo berusaha merebutnya kembali. “Dong
Joo katakan kau ingin es krim!” Ucap ibunya menyuruh Dong Joo bicara.
Ny Tae tak tahan lagi dan mendorong putranya hingga terjatuh.
Ny
Tae membentak putranya, “Bicaralah! kalau tidak kau akan lupa caranya
berbicara. Apa kau mengerti?” Ny Tae memegang kepala putranya seakan
menjambak Dong Joo, “Katakan kau mau es krim!”
Dong Joo mencoba melepaskan diri, ia terus mengerang dan memukuli ibunya.
Dong Joo menjerit dan mendorong
ibunya. Ia langsung lari mencari seseorang tapi tak ketemu ibunya
langsung menangkapnya lagi dan berkata kalau Joon Ha tidak ada, “Apa kau
tak tahu kalau dia sudah mulai sekolah?”
Ny Tae menahan putranya yang
ingin lari. “Dong Joo ini demi kau Joon Ha harus masuk sekolah lebih
dulu sebelum kau. Semua temanmu sudah naik kelas, kau harus seperti yang
lain pergi sekolah. Kenapa kau diam saja di rumah? Sampai kapan? sampai
kapan kau akan membisu? kumohon bicaralah... bicaralah!”
Dong Joo marah ia menjerit dan mulai memukuli kepalanya sendiri.
Ny
Tae ketakutan dengan sikap Dong Joo, ia memeluk dan meminta putranya
jangan memukuli kepala karena itu akan membuat Dong Joo pingsan.
Dong Joo frustasi ia terus memukuli kepalanya.
“Cha Dong Joo!” Ny Tae teriak.
Dong Joo makin kesal dan marah. Kali ini ia mulai menggigit lengannya sendiri.
Ny Tae menatap marah anaknya, “Apa kau mau mati? kalau begitu katakan kalau kau mau mati!”
Dong Joo terus mengerang dan berteriak.
“Mulai sekarang kau bukan anakku. Kau bukan Cha Dong Joo. Kau bukan anakku!”
Ny Tae menyeret Dong Joo keluar. Dong Joo berusaha melepaskan diri tapi tenaga ibunya lebih besar.
Ny Tae terus menyeretnya seperti menyeret karung.
“Matilah!” ucap ibunya. “Kalau kau tak mau mati sendiri ibu akan menemanimu!”
Joon Ha pulang dari sekolah. Ia
melihat suasana rumah yang sepi. Joon Ha memeriksa tiap ruangan dan
melihat isi kulkas yang berantakan.
Joon Ha cemas dan langsung keluar
rumah berteriak memanggi Dong Joo dan ibunya. Ia berlari ke suatu arah
mencari ibunya dan Dong Joo.
Ny Tae terus menarik putranya hingga ke tepi tebing, Dong Joo terus meronta menatap ke belakang mencari bantuan.
Joon Ha melihat keduanya sudah berada di tepi tebing, “Ibuuu... Dong Joo.. Ibu jangan!”
Ny
Tae dan putranya berdiri di tepi tebing yang curam di tepi laut. Ny Tae
memengang erat putranya. Dong Joo meronta mengerang meminta melepaskan
diri.
Dong Joo seakan berteriak minta tolong pada Joon Ha yang tiba di sana. Tapi ia hanya bisa menangis dan mengerang.
Ny Tae memandang putranya penuh
keyakinan kalau mereka akan mati bersama. Dong Joo manangis
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus mengerang. Kemudian ia
menatap tajam tatapan ibunya.
Terlihat kilasan balik ketika ia melihat kakeknya meninggal sebelum dirinya terjatuh.
Dong Joo tersadar dari amarahnya dan
melepaskan diri dari cengkeraman ibunya ia menjatuhkan dirinya ke tanah.
Dong Joo bergerak mundur menjauhi tepi tebing.
“Tolong aku!” ucap Dong Joo setelah satu tahun bungkam. Ny Tae langsung berbalik badan menatap putranya.
“Tolong aku. Tolong!” ucap Dong Joo sambil menangis.
Ny Tae tak kuasa berdiri ia merangkak mendekati putranya.
“Ibu!” tangis Dong Joo semakin deras. “Ibuu....” Ny Tae tak kuasa menahan tangis dan langsung memeluk putranya, “Ibuu ibuuu!”
Joon Ha terharu melihatnya. Kakinya langsung lemas dan berlutut melihat ibu dan anak ini yang masih berpelukan.
Woo Ri masih setia menunggu Dong Joo
di pohon tempat mereka janjian. Woo Ri semakin mahir memainkan nada yang
diajarkan Dong Joo dulu. (aku pengen tahu not angka nada ini biar bisa kucoba pakai pianika)
“Woo Ri putriku!” panggil Ayahnya membuyarkan lamunannya. Woo Ri langsung turun dari pohon menghampiri ayahnya.
Ayahnya tanya apa masih belum bertemu
Ma Roo? Apa hari ini dia tidak pulang juga? Woo Ri berkata kalau tidak
hari ini besok Ma Roo pasti pulang.
Ayahnya menyahut kalau Woo Ri kemarin juga berkata besok, “Kau bilang dia akan pulang setelah tidur semalaman!”
Woo Ri tersenyum, “Bukankah setelah tidur semalaman itu hari ini. Pokoknya besok!”
“Ya besok setelah tidur malam!” ucap ayahnya. “Lalu apakah dia akan pulang besok?”
Woo
Ri melihat ayahnya tak membonceng Nenek dan bertanya kenapa. Ayahnya
mengatakan kalau Nenek sedang tidak sehat. Kakinya sakit jadi ia harus
pergi sendiri.
“Kenapa sendirian? Ayo pergi bersamaku!” sahut Woo Ri.
Young Kyu : Bersama?
“Bersama!”
jelas Woo Ri sambi memperagakan bahasa isyarat. “Bong Woo Ri adalah
putri ayah, itulah kenapa aku harus bersama ayah!”
Young
Kyu mengerti, “Ya Bong Woo Ri adalah putri ayah itulah kenapa kau harus
bersama ayah!” Young Kyu turut mrmperagakan bahasa isyarat.
Woo Ri memuji bahasa isyarat ayahnya sudah lebih bagus.
Ayahnya
berkata kalau ia bertemu dengan ibu Woo Ri banyak hal yang harus ia
ceritakan. Ia sudah berlatih setiap hari. Woo Ri berjanji sampai pasar
nanti ia akan mengajari yang baru lagi.
Keduanya naik sepeda menuju pasar sambil menyanyikan lagu kesukaan mereka ‘Di padang rumput yang biru’
Ny tae di kamarnya dan melamunkan
sesuatu. Kemudian ia membuka brangkasnya ia mengambil sebuah amplop. Ia
memandangi amplop itu dan akan membuka perekatnya tapi tiba-tiba Joon Ha
datang, “Ibu apa kau sudah tidur?” Ny Tae langsung menyimpan amplop itu
ke laci.
Ibunya tanya apa Dong Joo sudah tidur. Joon Ha menjawab ya.
Ny Tae menggenggam tangan Joon Ha, “Apa kau takut? Mulai sekarang kita semua akan bahagia menjalani hidup kita!”
“Lain kali bawa aku juga!” sahut Joon Ha. Ibunya tak paham apa maksudnya.
Joon
Ha : “Bukankah kita sudah sepakat selalu bersama sampai akhir? Kita
bertiga. Tanpa ibu dan Dong Joo aku bukan siapa-siapa lagi. Kalau kau
mati bawalah aku bersamamu!”
Joon Ha mulai menitikan air matanya.
Ternyata Dong Joo belum tidur. Ia masih bermain dengan kantung miliknya.
Dong Joo melemparkan katung itu ke jendela, kantung itu jatuh kemudian ia memungut dan melemparnya lagi beberapa kali.
Dong Joo mangangis tanpa suara. Ia kembali melempar kantungnya ke jendela. pluk pluk pluk
Dong Joo memungut kantungnya dan itu terus ia lakukan sampai ia dewasa.
Dong Joo memandang senyum kantung miliknya, dan ia kembali melemparkan kantung itu ke jendela.
15 tahun kemudian, April 2011
Bong Young Kyu dikejar-kejar seorang gadis ia terus berteriak, “Aku yang salah aku yang salah!”
“Awas kalau kutangkap!” teriak gadis
itu yang tak lain adalah putrinya Bong Woo Ri. “Ayah!” teriak Woo Ri.
“Ya!” Young Kyu menyahut panggilan putrinya, keduanya masih saling
mengejar.
Sambil lari Young Kyu menyapa orang yang ditemuinya, “Apa kabar apa kabar!”
Woo Ri berteriak, “Kemana saja kau memakai uangnya?”
Sambil
lari Young Kyu menjawab, “Dia bilang akan membantu mencari Ma Roo jadi
kuberikan padanya. atau kukembalikan 500 won padamu, apa kau puas?”
“Bukan
500 won tapi 5 juta won!” ucap Woo Ri sambil lari mengejar ayahnya.
“Itu uang deposito penjualan rumah kita, 5 juta won kau berikan pada
siapa? siapa orang itu?”
“Di sana di sana di sana!” Young Kyu menunjuk ke seorang pemuda.
“Lee Seung Chul, kau brengsek!” Woo Ri langsung menghampirinya. Seung Chul langsung lari. Membuat ayah dan ibunya heran.
“Dasar berandal, awas kalau kutangakap!” kini Woo Ri mengejar Seung Chul.
Young kyu ikut mengejar, “Woo Ri kau tak boleh mengumpat!” Paman Lee ikut mengejar (aku sekarang nyebutnya Paman Lee aja ya n istrinya Bibi Lee)
Woo Ri terus mengejar Seung Chul
sampai ke jembatan sebuah sungai, “Kau tahu situasi keluarga kami tapi
kau tetap saja menipu ayahku!”
“Aku
juga ditipu!” teriak Seung Chul terus lari menghindari kejaran Woo Ri.
“Orang itu bilang akan mencarikan kak Ma Roo!” sambungnya.
“Tutup mulutmu!” teriak Woo Ri melompat dan mendaratkan tubuhnya ke tubuh Seung Chul. Keduanya terjatuh.
Woo Ri mencengekeram kerah baju Seung Chul, “Kembalikan uangnya!”
“Lepaskan aku. Aku tak punya uang. Kau boleh ambil nyawaku!” ucap Seung Chul melepaskan diri dari cengkeraman Woo Ri.
“Apa? Dasar kau berandalan!” Woo Ri terus berteriak.
“Baik.
Bunuh aku cepat!” sahut Seung Chul menyerahkan diri. “Aku juga tak mau
hidup dengan beban yang seperti ini. Bunuh aku, aku tak peduli!”
“Baik. Kalau begitu kita mati sama-sama!” Woo Ri menarik Seung Chul mengajaknya terjun ke sungai bersama-sama.
Seung Chul ketakutan, “Woahhh apa yang kau lakukan tunggu-tunggu!” kaki Seung Chul gemetaran.
Woo Ri : “Kenapa? Bukankah kau tak mau hidup lagi?”
“Tunggu! tapi kalau mati sekarang kita akan menyianyiakan masa muda kita!” ucap Seung Chul ketakutan.
Emosi
Woo Ri sedikit mereda, “Benar. Kalau mati seperti ini masih banyak hal
yang belum kulakukan!” Lalu Woo Ri kembali menjerit, “Tidak adil!”
Seung Chul membenarkan, “Benar...”
Kemudian secepat kilat Woo Ri langsung mencium Seung Chul.
Paman Lee dan ayah Woo Ri yang tiba di sana tekejut melihatnya. Young kyu sampai menutup mulutnya.
Seung Chul shock dicium Woo Ri. Ia langsung menyentuh bibirnya.
“Paling
tidak aku sudah melakkan ini sebelum mati!” sahut Woo Ri. “Ayo kita
mati!” teriak Roo Ri sambil menyeret Seung Chul menceburkan diri ke
sungai.
Paman Lee dan Young kyu teriak memanggi nama anak mereka.
Di dalam air mata Woo Ri terpejam. Ia
terbayang percakapan dengan ibunya dulu. Ia juga mengingat ketika ibunya
meminta ia dan ayahnya selalu bersama sebelum meninggal. Woo Ri juga
melihat ayahnya yang selalu tersenyum untuknya.
Terdengar teriakan dari luar air. Woo Ri.. Woo Ri.. Seung Chul.. Seung Chul..
Woo Ri membuka matanya, ia sadar tangan Seung Chul menarik rambutnya. Keduanya bergulat di dalam air.
Seung Chul lemas ia hampir tenggelam Woo Ri langsung menggapai rambutnya menariknya ke permukaan air.
Young Kyu cemas ia akan terjun
ke sungai tapi Paman Lee menahan sohibnya. Ia berkata kalau Seung Chul
pandai berenang, “Percayakan saja pada Seung Chul!” ucapnya penuh
keyakinan.
Paman Lee melihat ada
yang muncul dari dasar air. Ia teriak girang putranya selamat tapi
ketika yang keluar lebih dulu Woo Ri dan Seung Chul tak sadarkan diri ia
langsung menatap cemas.
Woo Ri menarik Seung Chul ke daratan. Kedua orang tua itu menolong.
Young kyu tanya apa Woo Ri tak
apa-apa. Paman Lee teriak histeris melihat kondisi putranya. “Seung
Chul.... Seung chul...” ia terus menepuk putranya yang belum sadar.
“Ayah
orang itu hampir membuatku mati!” ucap Woo Ri sambil memeriksa jam
tangannya. Ayahnya cemas dan memohon kalau Woo Ri tak boleh mati.
Seung Chul mulai membuka matanya tapi ketika Woo Ri berkata tentang uang 5 juta won itu Seung Chul pura-pura pingsan.
Paman Lee ketakutan putranya pingsan
lagi. Ia langsung memberikan nafas bantuan untuk putranya. Young kyu
melihat ayah dan anak ini, ia berseru kalau Seung Chul dan Paman Lee
berciuman.
Seung Chul langsung
membuka mata dan mendorong ayahnya, “Ayah apa yang kau lakukan? Buehhh
bueehhhh!” Seung Chul menyemburkan mulutnya merasa jijik. Paman Lee
senang putranya sadar. Seung Chul memandang Woo Ri.
Woo Ri kembali mengejarnya, Seung Chul
langsung lari menghindar. “Aku tak kan bisa mengembalikan uang itu
walaupun kau menangkapku!”
Woo Ri terjatuh dan berteriak, “Kau kotoran semut!”
“Dan
bawa aku hidup bersamamu, tanpa jaminan deposit aku tak tahu akan
kemana. Nikahi aku dan bawa aku ke rumahmu dasar berandalan!” teriak Woo
Ri kembali mengejar Seung Chul.
Young kyu dan Paman Lee terkejut, “Me.. Menikah?” Keduanya saling memandang.
Woo Ri terus mengejar Seung Chul
sampai ke rumah. Ia menari baju Seung Chul yang berusaha untuk masuk ke
rumah lantai 2, “Apa kau tahu kalau kau menikahiku kau akan dibuat gila
oleh ayahku!”
Paman Lee ikut
berteriak, “Seung Chul jangan sampai tertangkap. Kalau tertangkap masa
depanmu akan suram, seperti masa depan ayahmu!”
Karena tubuhnya basah Seung Chul jatuh tergelincir. Ia bangun dan masuk ke kamar Woo Ri.
“Masuk
kamar. Baik. Anggap saja ini kamar pengantin baru!” ucap Woo Ri. Seung
Chul teriak, “Jangan sentuh aku!” lalu keluar kamar dan masuk ke kamar
Nenek.
Young kyu membantu Woo Ri menangkap Seung Chul tapi Paman Lee memegangi Woo Ri erat-erat.
“Paman.. paman.. aku harus mencari Kak Ma Roo!” ucap Seung Chul membohongi Young Kyu agar bisa lari.
“Mencari Ma Roo?” Young kyu langsung melepaskan dan membiarkan Seung Chul pergi.
Woo Ri meronta meminta Paman Lee
melepaskannya. Paman Lee terjengkang karena tenaga Woo Ri yang besar dan
merasakan sakit di pinggangnya.
Young
Kyu menatap kamar ibunya. Ia melihat Nenek tak ada disana, “Ibu ibu
ibu!” Young kyu mulai kebingungan dan langsung mencari ibunya keluar.
Seung Chul lari kerumahnya dan masuk
kamar. Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat, ia menahan dengan
tubuhnya, “Pergi! ini kamarku!”
Dengan sekali tendangan Woo Ri bisa membuka pintu dan membuat Seung Chul jatuh.
“Keluar aku mau ganti baju!” Seung
Chul membuka satu persatu bajunya. Ia mengira Woo Ri akan langsung
keluar tapi Woo Ri terus bergerak maju mendekati bahkan menutup pintu
kamarnya.
Seung Chul panik ia sendiri yang malah ketakutan. Ia mengancam akan membuka celananya. Woo Ri tak peduli dan terus mendekat.
“Woo
Ri tunggu sebentar ada orang tua di rumah ini, jangan seperti ini!”
Seung Chul terbata-bata. Woo Ri malah mengunci pintunya.
Seung Chul semakin ketakutan ia menutup dadanya yang telanjang dangan tangannya.
Young Kyu berlari keluar mencari Nenek, “Ibu ibu ibu!” Di luar ia bertemu dengan Bibi Lee dan bertanya apa ibunya ada di pasar?
Bibi Lee berkata kalau sudah siang Nenek belum pergi ke pasar, apa dia tak ada di rumah?
“Dia tak di rumah.. dia tak di rumah!” Young kyu tambah panik.
Woo Ri terus bergerak maju mendekati
Seung Chul. ”Hey Woo Ri kau tak boleh begitu aku ini laki-laki kau tak
bisa seperti ini padaku!” Seung Chul menutupi dadanya yang terbuka
dengan baju.
Woo Ri : Laki laki?
Seung Chul ; “Ya kita tak boleh melanggarnya, kita kan cuma teman!”
Woo Ri : Teman?
Seung Chul terdiam. Mata Woo Ri mulai
berkaca-kaca, “Lee Seung Chul apa kau laki-laki? Apa kau teman?” Woo Ri
kemudian meninggikan suaranya, “Kau ini manusia atau bukan?”
Seung Chul terkejut mendengar terikan Woo Ri.
Woo
Ri : “Apa kau pikir ini lucu? dengan membodohi ayahku? Apa kau sangat
membutuhkan 5 juta won? Selama kau mengahabiskan uang itu apa kau tak
memikirkan ayahku yang menunggumu membawa kembali Kak Ma Roo?”
Woo Ri mulai menangis, “Kenapa kau... kenapa kau membohonginya mengatakan kalau kau mau mencari Kak Ma Roo?”
Seung Chul serba salah, “Woo Ri itu karena....”
Woo Ri langsung jongkok ia menangis, “Ayah berfikir ini benar. Dia berfikir kau akan membantunya mencari kak Ma Roo!”
Seung Chul ikut jongkok di sebelah Woo Ri menepuk bahu Woo Ri, “Jangan menangis!”
Terdengar panggilan Young Kyu dari luar kamar memanggi Woo Ri. Woo Ri langsung mengusap air matanya.
Woo
Ri berpesan pada Seung Chul jangan pernah mengatakan pada ayahnya kalau
ia menangis. Seung chul mengangguk. Woo Ri langsung keluar kamar.
Young Kyu kebingungan mencari Nenek,
“Ibu hilang.. ibu hilang.. dia tak ada di rumah, ibu Seung Chul bilang
dia juga tak ada di pasar!”
Paman Lee turun dari tangga, ia memanggil istrinya dan memegangi pinggangnya yang sakit. Paman Lee langsung masuk kamar.
Bibi Lee melihat lantai rumahnya basah dan bertanya ada apa. Kemudian terdengar teriakan Paman Lee dari dalam kamar.
Paman Lee terkejut ada orang yang tidur di kamarnya dan itu adalah Nenek.
Young
Kyu senang menemukan ibunya. Ia dan Woo Ri berusaha membangunkan Nenek.
Nenek bangun dan bertanya ada apa, “Aku baru saja mau tidur!” sahutnya.
Young Kyu melihat ada sebotol alkohol di sana, “Lengan ibu masih sakit kenapa masih minum?”
Nenek beralasan karena sakit itu dia jadi minum. Nenek merasa sakit di tangan dan kepalanya.
Paman Lee bertanya kenapa tidur disini?
“Ini
kamarku memangnya kenapa?” bentak Nenek. “Ini rumah kami!” Bibi Lee
mulai kesal dan berkata kalau selimut yang digunakan nenek itu hadiah
dari sauna, ia sendiri sayang menggunakannya.
Young
Kyu membenarkan ucapan Bibi Lee kalau itu rumah mereka, rumah kita di
lantai 2. Nenek tak peduli kemudian menatap Woo Ri kenapa ibumu belum
pulang dari pabrik?
Woo Ri
bingung. “Ibu siapa yang belum pulang dari pabrik?” tanya Young Kyu.
“Siapa lagi tentu saja istrimu, Mi Sook!” sahut Nenek.
Woo Ri memandang Nenek dengan tatapan tak mengerti sekaligus sedih.
Woo Ri minta maaf atas kejadian di kamar tadi dan akan mencuci selimutnya. Bibi Lee berkata kalau ia sudah tak tahan lagi.
Bibi
Lee : “Apa kau pikir aku marah gara-gara selimut? Terakhir kali Nenekmu
hampir membakar rumah kami gara-gara tak mematikan gas, dan sekarang
dia menyebut ibumu yang sudah lama meninggal. Kami ini manusia memiliki
batas kesabaran!
Tak perlu menunggu bulan depan. Akan kukembalikan uang deposit sewa kamarmu bulan ini. Cepat pergi dari lantai 2!”
Seung Chul mendengarnya. Ia langsung
mengahampiri ibunya ia berkata pelan pada Woo Ri sambil memunggungi
ibunya, “Apa kau sudah bilang? Apa kau sudah bilang pada ibuku?”
Woo
Ri diam. Bibi Lee tanya ke anaknya apa yang dilakukan putranya. Seung
Chul minum air dan protes kenapa airnya hangat dan meminta ibunya
memasukan air itu ke kulkas. Bibi Lee makin kesal dan berteriak pada
anaknya.
Woo Ri memohon pindahnya di tunda
sebentar lagi. Ia beralasan ingin pindah ke rumah lamanya. “Bukan karena
kami tak menyukai rumahmu, lengan Nenek masih diperban sembuhnya lama
karena sudah berusia lanjut. Itulah kenapa kukumpulkan 5 juta won agar
bisa pindah! Ada yang membantu mencarikan Kak Ma Roo.
Bibi Lee tambah kesal dan mulai
memukuli Woo Ri, “Untuk mencari Ma Roo kalian sekarang tak punya rumah
apa kalian masih belum menyerah? Kalian harus lebih memperhatikan nenek.
“Sudah 16 tahun!” Bibi Lee mengingatkan, “Di mana lagi anak itu akan dicari? anggap saja dia sudah mati!”
“Dia belum meninggal!” Woo Ri
meninggikan suaranya. “Apapun yang terjadi kau tak boleh mengatakan itu
di depan ayahku, sebelum melihat sendiri mayatnya kami tak akan menyerah
mencarinya!”
Nenek mengikat kepalanya yang terasa
pusing. Paman Lee mengamatinya dan menyuruh nenek mengulang beberapa
kata yang diucapakannya secara urut. Nenek tanya kenapa. Paman Lee
berkata kalau itu adalah tes untuk memeriksa penderita pikun.
Nenek
mencoba mneyebutkan kata-kata yang diminta paman Lee tadi karena tak
sabar Nenek mendorong Pama Lee hingga terjengkang membuat pinggangnya
kembali sakit.
Young kyu masuk membawakan sup ikan ia
meminta ibunya makan. Nenek baralasan kalau ia sudah tak mabuk.
“Walapun begitu kau harus makan dan kau sekarang tak boleh mabuk lagi!”
ucap Young Kyu.
“Tanganmu terluka
gara-gara mabuk. Kau lupa Mi Sook sudah berada di surga dan kau tidur
di kamar Myung Gyun kau sudah membuat ibu seung chul marah!” sambung
young Kyu. Paman Lee menyarankan lebih baik nenek dibawa ke rumah sakit.
Nenek membentak dan bertanya pada putranya apa sudah menyiram bunga.
Apa? Young kyu langsung menepuk dahi karena lupa tugasnya. Ia langsung lari keluar.
Terlihat kesibukan disebuah taman, seorang penanggung jawab sibuk mengatur anak buahnya.
Young
kyu lari-lari karena datang terlambat, ia memberi hormat pada Manajer
penanggung jawab itu, “Apa kabar!” Ia berujar kalau bunganya sudah
kehausan karena ia terlamabat datang.
“Tuan Bong Young Kyu!” manajer
mengehentkan langkah Young Kyu. ia memarahi Young Kyu, “Kau sudah cukup
bodoh dan sekarang terlambat datang mulai besok kau tak perlu datang
lagi!” Young Kyu hanya bengong.
“Apa?
Apa kau tak mengerti? Kau dipecat pulang saja! kukatakan dalam bahasa
inggris seperti ini, You go!” bentak Manajer sambil menunjuk supaya ke
arah berlainan supaya Young Kyu pergi.
Young
Kyu melihat arah yang ditunjukan tangan Manajer, “Oh ya aku akan
bekerja keras di sebelah sana!” Ujar Young Kyu langsung lari ke arah
yang ditunjuk Manajernya.
Manajer kesal dan berteriak, “Bong Young Kyu kau mau kemana? kau dipecat?”
Tiba-tiba Tae Yeon Suk dan
rombongannya datang. Manajer berkata kalau ada karyawan yang kurang
ajar, sementara tugasnya adalah mengatur semua karyawan.
Ny
Tae mengingatkan kalau Manajer tak sanggup mengatur para karyawan
haruskah ia mencari orang lain untuk melakukan tugas manajer.
“Tidak
Nyonya akan kuyakinkan pekerjaan selesai sebelum minggu depan!” ucap
manajer takut kalau ia yang akan dipecat. Ny Tae meminta tak usah
terburu-buru yang penting semua dikerjakan dengan baik karena tamu
spesial akan segera datang
Ny Tae meminta menanam lebih banyak
bunga agar semuanya terlihat bagus. Ini sudah musim semi tapi suasananya
seperti musim dingin. Manajer berkata kalau dananya perlu ada tambahan.
Ny
Tae : “Apa kau mau menggaji dirimu sendiri? Memelihara lingkungan yang
asri nyaman dan bersih akan membuat hati semua orang menjadi tenang, apa
kau mengerti??
Oh ternyata taman itu milik keluarga Woo Kyung.
Ny Tae menelepon suaminya, ia khawatir
dengan masa depan Woo Kyung karena sebagai penerus putranya masih
berkeliaran di luar sana.
Presdir Choi mengingatkan kalau Dong Joo masih berkeliaran seperti itu dia tak akan bisa mendapatkan kedudukan di perusahaan.
Setelah
menutup telepon Sekertaris Kim bertanya apa mau langsung ke kantor.
Presdir Choi berkata kalau mereka harus ke kangnam dulu.
Young Kyu menyapu daun-daun yang
kering, rekan sekerjanya melintas. Ia mengingatkan jangan lewat sana
karena ada bunga yang sedang tumbuh.
Young kyu memandang bunga itu kemudian menatap langit yang tak kunjung menurunkan hujan, “Bagaimana kau bisa makan?”
Young kyu teringat pada Ma Roo, pandangan matanya menjadi sedih. “Ma Roo, apa dia sudah makan?”
Di belakang Young Kyu, Ny Tae lewat
tapi tak menyadari kalau di sana ada Young Kyu. Ny Tae menelepon anak
buahnya yang mengawasi pergerakan Dong Joo. “Ikuti terus dan jangan
sampai lolos dari penglihatanmu!”
Kemudian Ny Tae menatap sebuah rumah yang ada di depannya.
Cha Dong Joo menyusuri keramaian jalan menggunakan sepeda dengan tas ransel di punggung dan earphone di telinganya.
Tak jauh dari Dong Joo mengendarai
sepeda, Woo Ri dan Seung Chul jalan bersama. Woo Ri menelepon Manajer
teamnya dan berjanji kalau sudah menjual 10 mobil ia akan mentraktir.
Sambil jalan Seung Chul tanya sejak kapan Woo Ri menyukainya, “Ciuman pertamamu kau berikan padaku kan?”
Woo Ri menatap tajam Seung Chul, “Kalau kau berhasil menjual 10 mobil kau akan bisa membayar hutangmu!”
Seung Chul menyombongkan diri kalau ia sanggup menjual 15 mobil bahkan dengan sisa uang itu ia akan membelikan tas untuk Woo Ri.
Seung
Chul merangkul Woo Ri dan mengajak minum kopi. Woo Ri marah meminta
kawannya jangan hanya memikirkan kopi dan mnyuruh memikirkan bagaimana
menjual mobil.
Dengan sedikit tipaun Seung Chul mengalihkan perhatian Woo Ri dan segera kabur. “Hey..!” teriak Woo Ri.
Ada sales minuman menjajakan
dagangannya. Banyak orang yang berkerumun. Seung Chul dan Woo Ri tiba
disana dan menerima sampel minuman.
Cha Dong Joo menghentikan laju
sepedanya dan menatap penjual minuman itu. Ia hanya melihat keramaiannya
tak mendengar apapun, Dong Joo hanya tersenyum.
Woo Ri menerima telepon. Ketika menerima telepon ia mendengar ada seseorang mengucapkan kata ‘kotoran semut’
“Ini
baunya seperti kotoran semut!” itu kalimat yang didengar Woo Ri. Ia
melupakan orang yang meneleponnya. Woo Ri celingukan mancari sumber
suara.
Cha Dong Joo tengah berada di kios penjual parfum. Penjual mengatakan kalau itu adalah aroma lylac.
“Ini juga baunya seperti kotoran semut!” sahut Dong Joo.
Woo Ri menatap tajam orang yang mengatakan kotoran semut. Kemudian Dong Joo langsung memakai earphone-nya.
Woo
Ri tengingat kalau dulu Ma Roo juga selalu mengenakan earphone dan
berkata kalau bunga yang dibawa Woo Ri baunya seperti kotoran semut.
Mata Woo Ri mulai berkaca-kaca, “Oppa....” sebutnya. Dong Joo langsung memacu sepedanya.
Woo Ri akan mengejar, Seung Chul menahan, apa yang kau lakukan?”
“Itu kakak.. Kak Ma Roo!” Woo Ri langsung lari mengejar. Seung Chul mengikutinya.
Tapi sayang Woo Ri kehilangan
jejaknya. “Dia memakai earphone!” ucap Woo Ri. Seung Chul berkata apa
hanya Ma Roo saja yang menggunakan earphone di negera ini.
“Dia
bilang baunya seperti kotoran semut!” sambung Woo Ri. “Hanya dia yang
bicara seperti itu. Itu kak Ma Roo, aku yakin itu kak Ma Roo!”
Ada mobil yang mengerem mendadak
hampir menabrak Dong Joo, pengemudi mobil marah. Dong Joo menundukan
kepalanya tanda minta maaf dan segera pergi dari sana.
Tak terima pengemudi itu langsung
menghampiri Dong Joo dan melepas earphone yang dipakai, “Apa kau tuli?
kenapa kau memakai benda ini? Bagaimana kalau kecelakan? kenapa kau
mengacuhkanku begitu?”
Dong Joo memperhatikan orang yang berbicara padanya itu. pengemudi makin marah, “Kenapa kau menatapku seperti itu?”
Dong
Joo merebut earphonenya. Pengemudi masih tak terima, “Apa kau mau mati?
Kau mengacuhkanku? Kau akan mati di tanganku hari ini?”
Dan bukkkk pengemudi itu memukul Dong Joo hingga terjatuh. Dong Joo menyentuh bibirnya yang berdarah. Kemudian tertawa ringan.
Pengemudi
makin marah melihat Dong Joo tertawa. Ia akan memukul lagi tapi dengan
sigap Dong Joo menahan tangan pengemudi, “Apa yang kau lakukan?” Ucap
Dong Joo pada pengawalnya.
Penegawal Dong Joo mengerti dan langsung melumpuhkan si pengemudi.
Dong Joo berada di kantor polisi, tapi
ia hanya duduk sambil memainkan earphone. Pengemudi protes, “Dia
sengaja membuatku marah agar bisa memerasku!”
Polisi
berkata kalau identitas korban sudah jelas dan membolehkan pergi.
Pengawal berkata kalau ia tak mau berdamai dan kerugian di tanggung
sendiri.
Pengawal memberikan kartu identitas Dong Joo dan mengajak majikannya pergi.
Pengemudi masih marah mengira Dong Joo
akan memerasnya. Polisi menjelaskan kalau Dong Joo adalah putra dari
pemilik Woo Kyung, untuk apa dia memerasmu?
Pengemudi terkejut dan mengejar Dong Joo berusaha minta maaf, “Kalau kau marah pukul saja aku!” Dong Joo tak mempedulikannya.
Di luar kantor polisi tiba-tiba ada
yang membuka pintu mobil. Dong Joo melongok ke dalam mobil, “Sampai
kapan kau akan terus seperti ini Nyonya Tae Yeon Suk?”
Ny Tae meminta putranya masuk ke mobil dan bertanya kenapa Dong Joo mematikan ponselnya.
Dong Joo mengambil ponsel dan
mengaktifkannya lagi. “Kalau kau mengikutiku lagi aku akan benar-benar
menghilang!” Dong Joo mengedipkan mata ke ibunya sambil tersenyum. Dong
Joo langsung menjalankan sepedanya.
Woo Ri bertemu dengan pelanggan yang
membeli mobil melalui dirinya. Pelanggan itu berkata kalau temannya juga
ingin membeli mobil. Woo Ri mengambil kartu nama teman dari pelanggan
itu ia akan segera menghubunginya.
Woo Ri menghampiri Seung Chul dan berkata kalau ia sudah berhasil menjual mobil lagi.
“Apa
kau mau hidup seperti ini setiap hari?" tanya Seung Chul. Woo Ri
berkata kalau ia bisa menjual 2 mobil sehari ia bisa membelikan Seung
Chul rumah.
Di taman Young Kyu memebersihkan coretan gambar yang ia tempelkan. Gambar denah rumahnya yang dulu disertai dengan foto Ma Roo.
Manajer marah melihatnya, bukannya ia sudah menyuruh untuk merobeknya. Young kyu memohon dan berjanji akan membersihkannya.
“Untuk apa dibersihkan? sebentar lagi juga mau digusur!” manajer berusaha merobek gambar itu.
Young kyu melarang dan berkata tanpa gambar itu Ma Roo takkan bisa pulang. Ini rumah kami, ini dulu rumah kami!”
Manajer
berkata kalau sebentar lagi tamu akan segera datang dan direktur akan
menghukumnya. Young Kyu berjanji akan membersihkannya setiap hari.
Woo Ri melihat ayahnya dimarahi ia
langsung maju, “Manajer kenapa ayahku diperlakukan seperti ini?” Woo Ri
mengajak Manajer bicara berdua.
Woo Ri memohon pada manajer. Tapi manajer tetap menyuruh Ayah Woo Ri untuk segera pergi.
Woo Ri mengancam tentang kejadian ketika hujan, “Aku tahu apa yang kau lakukan pada waktu itu manajer!”
Woo Ri menatap tajam Mananjer dan tersenyum penuh ancaman. Manajer berjalan sempoyongan mandengar Woo Ri mengatakan itu.
Young kyu menutun sepedanya dan Woo Ri
berjalan di sampingnya. Woo Ri berkata kalau saja malam itu ayahnya tak
menengok taman mungkin semua bunga akan mati. “Lebih tepatnya yang
harus dipecat itu Manajer bukan ayah!”
“Tidak tidak dipecat itu tidak baik, orang tidak bisa bekerja setelah dipecat. Manajer tak boleh dipecat!” ucap Young Kyu.
Young kyu melihat seorang anak
melintas menggunakan sepeda ia kembali teringat Ma Roo. Tahu kalau
ayahnya sedih, Woo Ri menghibur dengan berkata kalau Ma Roo bukan
anak-anak lagi.
Young kyu : “Ya. Ma Roo sudah berusia 30 tahun sekarang, bukan anak-anak lagi. Dia sudah besar!”
Woo Ri : “Benar, aku sendiri sudah besar kakak pasti lebih besar lagi!”
Woo
Ri bertanya pada Ayahnya apa mengingat semua kata-katanya. Young Kyu
mengingatnya waktu makan, waktu menyiram bunga, waktu kerja, waktu tidur
selalu ia ingat tak pernah lupa.
Woo Ri : Sepertinya ayah hanya memikirkan Kak Ma Roo, tak pernah memikirkanku!”
Young kyu : Tidak.. tidak. Ibu, Mi Sook, Ma Roo. Aku selalu memikirkan keluarga kita!”
Woo Ri : “Sepertinya tidak begitu. Kalau begitu apa yang kau pikirkan tentangku hari ini?”
Ayahnya menjawab Woo Ri yang bertengkar dengan Seung Chul. Woo Ri dan Seung Chul yang berciuman.
Woo Ri meralatnya kalau itu bukan ciuman. Ayahnya minta Woo Ri jangan bohong.
Kemudian Woo Ri teringat kalau salah satu stasiun televisi menghubunginya dan mengajak keluarganya untuk mengisi acara.
“’Ingin bertemu sekali saja’ apa acara itu?” Young kyu senang mendengarnya.
Paman Lee melatih Nenek, Young kyu
agar lancar bicara ketika di depan kamera. Mereka menggunakan sendok
sebagai microphone-nya. Paman Lee seolah sebagai MC dan bertanya pada
Young Kyu.
Young kyu bingung harus menjawab apa.
Paman
Lee meminta latihan dipercepat karena ia harus mengantar ayam. Ia kini
bertanya seolah Woo Ri yang diwawancarai, “Kapan Ma Roo menghilang?”
Woo Ri menjawab kalau Ma Roo hilang
tanggal 20 april 1995 di depan kantor polisi Bucheon. “Kak Ma Ro bilang
akan segera kembali tapi ternyata tidak pernah mucul!”
Paman Lee menyahut kalau itu bukan hilang tapi kabur.
Nenek membenarkan kalau Ma Roo itu kabur jadi jangan dicari lagi, “Kalau anak itu kembali akan kupatahkan kakinya!”
Young kyu meminta ibunya jangan bicara seperti itu. “Kalau ibu bilang begitu Ma Roo tak akan mau pulang!”
Woo Ri berpesan Nenek tak boleh bicara seperti itu di depan TV nanti, ia saja yang bicara.
paman Lee menyarankan Woo Ri dan ayahnya saja yang ke stasiun TV jangan mengajak Nenek.
Paman Lee kembali menjadi seorang MC
dan meminta Young Kyu mengucapkan sesuatu. Young Kyu bingung, Woo Ri
menjelakan bukankah ayahnya ingin bicara dengan Ma Roo, katakanalah!
Young kyu menerima microphone
sendoknya. Awalnya menatap tajam, tapi kemudian tatapannya mulai sendu,
“Ma Roo ayah bersalah, aku salah Ma Roo!”
Nenek mengumpat anak itu yang salah. Seung chul langsung mengambil apel dan memberikannya pada Nenek supaya diam.
Young kyu menangis dan mengusap air
matanya, Ma Roo.. Ma Roo... Ma Roo!” tangis Young kyu kembali pecah, “Ma
Roo apa kau sudah makan? Akan kukirimkan makanan padamu setiap hari!”
Woo Ri mengambil sendok mic-nya dan ikut menangis, “Ayah......”
Nenek turut sedih ia ikut bicara, “Ma
Roo anak berandalan asal kau tahu ayahmu makan nasi dingin. Nasi hangat
dibuat hanya untukmu, menunggumu pulang dimana kau?”
Paman Lee menyuruh anaknya keluar mengajak Woo Ri.
Katiganya jongkok di luar rumah. Paman
Lee meminta Woo Ri saja yang pergi. Woo Ri menginginkan ayah dan Nenek
ikut tapi Seung Chul meminta Woo Ri kali ini mendengarkan pendapatnya.
Seung Chul menyarankan, “Pertama
buanglah kesan kau miskin katakan kalau dia pulang dia bisa memiliki
segalanya. Katakan saja akan dibuatkan rumah sakit karena Ma Roo ingin
menjadi dokter!”
Kedua dari pada beresiko dia tak pulang jangan berkata padanya kalimat mengumpat.
Yang
terakhir sebenarnya tak perlu. Woo Ri penasaran apa itu. “Pergi dengan
Bibimu!” sahut Seung Chul. Woo Ri memikirkan baik-baik saran Paman Lee
dan Seung Chul.
Young Kyu tidur sekamar dengan ibunya.
Ia tak bisa tidur. Ia bertanya apa ibunya sudah tidur tapi tak ada
jawaban. Young kyu langsung keluar kamar. Seteleh Young kyu keluar Nenek
membuka mata dan mengehala nafasnya.
Young Kyu membuka pintu dan melongok
keluar tapi tak ada siapa-siapa. Ia langsung menutup pintunya kembali
dan duduk di depan pintu.
Ia membuka dompet dan menatap foto keluarga.
Ia mulai menitikan air mata dan berbicara menggunakan bahasa isyarat sambil menatap ke atas, “Mi sook aku merindukanmu!”
Ia kembali menatap fotonya, “Ma Roo.. Ma Roo cepatlah kembali!”
Woo Ri membuka pintu kamarnya sedikit ia merasakan kesedihan yang dirasakan ayahnya
Disebuah apartemen
Shin
ae mabuk dan jalan sempoyongan membawa baju baru dan kalungnya. Ia
memamerkan baju dan kalungnya di hadapan Choi Jin Chul yang tengah
minum.
Shin Ae berterima kasih
karena Choi Jin Chul sudah membelikannya, “Aku punya semua yang
kuinginkna tapi kenapa aku merasa hampa? Apa kau juga seperti itu?”
“Aku kesini untuk mencari ketenanagan jadi jangan bicara omong kosong!” sahut Presdir Choi.
Shin Ae : “Aku terkadang marah pada Ma
Roo. Aku tak memiliki perasaan padanya tapi kenapa kau merindukannya?
kenapa jadi begini?”
Shin Ae melepas kalungnya dan akan pergi mandi.
Presdir Choi menerima telepon dari
istrinya. Ny Tae mengatakan kalau Dong Joo sudah menungu di rumah. Shin
Ae mendengar percakapan itu.
Presdir Choi akan pulang. Shin Ae marah, “Apa artinya Dong Joo untukmu?”
Ny Tae duduk di ruang tamu, pembantunya datang memberi tahu kalau presdir sudah pulang.
Presdir sampai di halaman rumah.
Langkahnya terhenti dan menatap kamar mertuanya di lantai 2. Ia akan
masuk rumah tapi ada yang memanggilnya langkahnya kembali terhenti.
“Ayah....” Cha Dong Joo muncul di
balkon kamar kakeknya. Dong Joo naik ke pagar balkon ia menatap ayahnya,
“Apa aku jatuh dari sini?” tanya Dong Joo.
Presdir menatap Dong Joo dengan tatapan tak mengerti.
Dong Joo melompati pagar balkon dan
sekarang ia berdiri di pagar balkon bagian luar. Dong Joo melepas kedua
tangannya dan berdiri sempoyongan.
“Cha Dong Joo!” teriak Presdir khawatir.
Tangan Dong Joo langsung menggapai pagar ia terkejut melihat kecemasan ayahnya.
Kemudian Dong Joo tersenyum pada ayahnya.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment