Dong Joo meminta Presdir Choi jangan
membuang energi untuk memecah belah dirinya dengan Joon Ha. Presdir
murka dan langsung melayangkan tamparan ke arah Dong Joo tapi Dong Joo
sudah siap. Ia menahan tangan Presdir Choi, “Kalau kau sedang tak ingin
membunuhku jangan pernah menyentuhku!”
Presdir menggertak apa Dong Joo berani
melawan ayahnya. “Menjatuhkan anaknya di belakangnya. Apakah itu
namanya seorang Ayah? Jangan melibatkan Kak Joon Ha untuk
menjatuhkanku.” Dong Joo tak kalah galak. Presdir mengatakan kalau ia
sudah menandatangani kontrak dengan Joon Ha. Joon Ha sekarang rekan
bisnisnya. Dong Joo menatap Kakaknya, Joon Ha hanya bisa menunduk dan
mengajak Woo Ri keluar.
“Apa kau pikir kau bisa mengalahkanku?” Presdir mencibir, akan
lebih baik kalau Dong Joo berlutut padanya supaya masa depan Dong Joo
lebih baik.
Joon Ha menyuruh Woo Ri masuk ke
mobilnya tapi Woo Ri mencemaskan Dong Joo kenapa meninggalkannya. Joon
Ha tanya apa Woo Ri ingin terluka di area pertempuran itu. Joon Ha
kembali menyuruh Woo Ri masuk ke mobilnya. Woo Ri ingin tahu mau kemana.
Kemana saja jawab Joon Ha.
Presdir kembali ke kantor Woo Kyung
dengan kemarahannya. Ia menyuruh Sekertaris Kim untuk memeriksa status
finansial perusahaan Joon Ha. Sekertaris Kim bilang kalau dananya sudah
di transfer ke rekening kita. Presdir minta Sekertaris Kim menemukan apa
saja untuk menjatuhkan Joon Ha, ia menginginkan semua uang Joon Ha
supaya Dong Joo tak mendapatkan satu sen pun.
Sekertaris Kim tanya apa Presdir
ingin meneruskan berbisnis dengan Jang Joon Ha. Presdir berkata ia
ingin menunjukan kepada mereka apa yang terjadi kalau mereka rakus dan
lupa siapa mereka. Ia akan mengembalikan semua uang Joon Ha pada saat
yang tepat. “Besok jual bagian saham yang kumiliki atas nama orang
lain.”
Sek Kim tanya apa itu perlu. Presdir
meninggikan suaranya, “Kenapa kau tak memakai otakmu? Aku Choi Jin Chul,
tak akan jatuh hanya gara-gara saham. Si brengsek Jang Joon Ha itu
sangat rakus dengan saham Woo Kyung. Kita pertahankan saham-saham itu
agar dia penasaran. Begitu dia tak tahan, dia akan mulai menggali
kuburannya sendiri menggunakan uang orang lain. Begitu tiba waktunya
lempar dia ke penjara!”
“Jangan menyentuhmu jika tak
ingin membunuhmu!” Presdir mengulang kalimat yang diucapkan Dong Joo.
“Baiklah, akan ku mulai dengan Jang Joon Ha dan melenyapkannya dari muka
bumi ini.”
(Perang seperti ini yang diinginkan Ny Tae (mengadu ayah dan anak kandung))
Dong Joo memandang kantong kacangnya, ia akan menelepon Woo Ri tapi ia ragu. (Nama kontaknya bukan Woo Ri tapi pianoist)
Min
Soo masuk ke ruangan Dong Joo dan bertanya apa yang harus mereka
lakukan terhadap Kim Shin Ae. Dong Joo meminta Min Soo tak usah
mempedulikannya dan harus tetap ke rencana semula. Min Soo tak tahu
bagaimana melakukannya, setelah Dong Joo pergi dia mengamuk. Kalau Dong
Joo tak menolong mereka dia akan menghancurkan rencana kita. “Apa kau
mau aku datang dan berteriak padanya?”
Dong Joo : Kang Min Soo?
Min Soo mendekatkan wajahnya ke Dong Joo, “Apa kau pikir aku tak bisa melakukannya?”
Dong
Joo langsung mundur menghindar. Min Soo mengerti, Dong Joo sedang ingin
sendiri. Min Soo mendesah ternyata sangat sulit untuk menjadi teman
Dong Joo, “Katakan padaku kalau kau mau bicara.” Dong Joo langsung
memeriksa berkas.
Min Soo kembali berbalik ada satu
masalah lagi yang mengganjal kenapa Dong Joo menggandeng tangan Bong Woo
Ri ketika pergi tadi. Dong Joo tak memperhatikan Min Soo bicara, Dong
Joo diam saja. Min Soo bergumam, “Ketika kau tak mau bicara kau
seakan-akan tak bisa mendengar. Kalau begitu akan kutanyakan langsung
pada Bong Woo Ri.”
Joon Ha mengajak Woo Ri jalan-jalan.
Woo Ri merasa kalau Dong Joo sudah kelewatan. Bukankah dia masih
anaknya, ayah tiri juga termasuk ayah. Tapi Choi Jin Chul adalah ayah
tiri yang terburuk.
Joon Ha tanya apa Woo Ri tak
kehabisan nafas karena mereka sudah naik begitu jauh dan Woo Ri terus
bicara. Woo Ri berkata kalau sekarang ia tak apa-apa. Ia bisa berjalan
dengan baik bahkan ia juga bisa berlari.
Woo Ri penasaran apa Joon Ha
bertengkar dengan Dong Joo. Apa tingkah Dong Joo seperti itu karena dia
bertengkar dengan Joon Ha. Joon Ha membenarkan, Dong Joo bertengkar
dengannya. “Makanya dia bersikap seperti itu padamu, kalau begitu
sekarang Cha Dong Joo adalah yang terburuk. Makanya dia jadi seperti
itu.”
Woo Ri minta Joon Ha jangan
marah pada Dong Joo, “Dia sangat menyukaimu.” Hanya dengan melihat saja
Woo Ri sudah tahu. “Dia tak berniat membuatmu marah itu hanya karena
masalah... kontrak atau sesuatu dengan Choi Jin Chul. Dia seperti itu
untuk mencegahmu menandatangani kontrak.”
Joon Ha mendesah mendengar
ocehan Woo Ri dan mengambil ponsel untuk menelepon seseorang. Woo Ri
bergumam apa ucapannya ada yang salah.
Joon Ha menelepon Dong Joo dan
bertanya Dong Joo di mana. Setelah ia makan dan menghirup udara segar ia
akan ke Taman Botani. Dong Joo tanya apa Joon Ha dan Woo Ri pergi
berdua.
“Kalau kau merasa sesak carilah udara segar akan kutemui kau di rumah setelah ku tenangkan pikiranku!”
Itu yang tertulis di layar
ponsel Dong Joo. Dong Joo tak bicara apa-apa lagi. Ia tahu kalau Joon Ha
dan Woo Ri tengah bersama. Joon Ha menunggu jawaban Dong Joo, Dong Joo
pun demikian.
“Dia menyuruhku mengantarmu pulang!” sahut Joon Ha berbohong. “Dan dia minta maaf padamu.”
Joon Ha memberikan softdrink untuk Woo
Ri. Joon Ha tanya apa Woo Ri sering datang ke tempat ini. Woo Ri
berkata kalau ia pernah sesekali datang. Ia datang dengan ayah dan
keluarga Seung Chul.
Woo Ri mulai bercerita, Seung
Chul meminjam mobil seniornya lalu mengajak ia dan keluarganya ke sana.
Di sini Nenek sering mengumpat. Ayah menggendongnya di punggung tapi
Nenek tetap mengumpat. Dia khawatir Ayah akan merasa lelah. Waktu itu
kami makan daging. Ibu Seung Chul protes karena datang kesini hanya
untuk makan. “Keluarga Seung Chul memiliki restauran ayam goreng. Sudah
berapa lama ya? Ketika itu usiaku 9 tahun. Wah berarti sudah 16 tahun,
bukankah sudah lama sekali?”
Joon Ha tersenyum mendengar
ceritanya, “Ya sudah lama. Ketika kau berusia 9 tahun tubuhmu pasti
sangat kecil, sekarang kau sudah dewasa.” (wah ada apa dengan Joon Ha hehe) Woo
Ri membenarkan, tapi ketika usianya saat itu ia tergolong gadis cilik
yang tinggi. Joon Ha merasa ketika itu Woo Ri pasti lebih cantik dari
sekarang. Woo Ri membantah kalau ia lebih cantik yang sekarang. Neneknya
bilang kalau sekarang ia terlihat lebih manusiawi.
Joon Ha : “Kalau begitu dulu kau pasti jelek sekali!”
Woo Ri mendelik, “Apa maksudmu?”
Joon Ha : “Aku lapar. Apa kau punya uang? Traktir aku makan!”
Woo Ri kaget, Lagi?
“Kapan
kau pernah mentraktirku? Mana toko daging yang kau sebut itu!” Joon Ha
langsung jalan duluan. Woo Ri menggerutu kenapa Joon Ha selalu minta
ditraktir.
Dan keduanya pun makan di restauran
daging. Woo Ri mengatakan bukankah dagingnya memiliki ukuran yang besar.
Joon Ha heran apa Woo Ri tak ikut makan kenapa hanya memesan setengah
porsi. Woo Ri beralasan kalau Joon Ha tak akan bisa menghabiskan semua
dagingnya. Tak menghabiskan makanan itu dosa, kalau kurang ia akan pesan
lagi.
Joon Ha menilai Woo Ri berbohong, “Kau
bilang kau lebih menyukai aku dari pada Dong Joo. Untuk orang yang kau
sukai kau hanya membeli setengah porsi daging? Kalau Dong Joo datang apa
kau juga akan membelikannya setengah porsi daging?”
“Tentu
saja!” jawab Woo Ri tegas tapi kemudian ia buru-buru meralatnya. Ia
tidak akan membelikan daging untuk Dong Joo sebanyak ini. “Dia egois
kenapa aku harus mentraktirnya? Lihat apa yang dilakukannya. Setelah aku
pergi tadi dia tak juga mengirim sms. Dia hanya memintamu untuk
mengantarku pulang. Bukankah kau sendiri yang menambahkan kata maaf? Aku
tahu semuanya aku mendengarnya. Benarkan?”
“Kalau aku menghabiskan semua ini kau harus pesan lagi!” Joon Ha langsung melahap dagingnya.
Joon Ha penasaran benarkah Kakak Woo
Ri itu cinta pertama Woo Ri. Woo Ri kaget Joon Ha menanyakan hal ini,
berarti Joon Ha tadi mendengar apa yang ia bicarakan pada Dong Joo di
restauran tadi.
Joon Ha ingin
tahu kenapa Kakak Woo Ri itu menjadi cinta pertama Woo Ri. “Bukankah kau
bilang dia brengsek?” Woo Ri beralasan kalau itu hanya ungkapan
emosinya saja. Sebenarnya ini masalah yang menyedihkan untuknya. Joon Ha
mulai mengorek rahasia hati Woo Ri, kenapa?
Woo Ri : “Ketika itu aku tak
tahu kalau dia akan menjadi Kakak-ku. Karena aku mencintai Ayahku. Aku
berkata ‘ya’ ketika dia hendak menikahi Ibuku. Mungkin Kakak juga
terkejut. sebenarnya dia juga sangat menyukaiku.”
Joon Ha kaget, “Dia menyukaimu?” (Ma Roo, apa kau menyukai Woo Ri???? Hehe)
Dengan sangat yakin Woo Ri berkata ya.
Joon Ha menatap tak percaya. Woo Ri meyakinkan kalau itu benar,
“Sebenarnya dia tak pernah tersenyum. Tapi setiap bertemu denganku dia
tersenyum. Dia tak pernah mau memakan bekalnya, tapi dia memakannya
ketika ku suruh. Ketika aku ke kamar kecil di malam hari, dia pun ikut
keluar dan pura-pura belajar di halaman belakang. Katanya dia terbangun
tapi aku tahu dia bohong. Halaman belakang itu terlalu gelap untuk
membaca. Dia pasti sedang manjagaku. Dia pikir aku tak tahu. Dia selalu
berusaha tampil berwibawa, tapi kalau kau sudah mengenal dia...” Woo Ri
geleng-geleng hehehe...
Joon Ha tersenyum mendengar semua yang
diucapkan Woo Ri tentang masa lalu dirinya. “Sepertinya Kakakmu
benar-benar menyukaimu? Pria selalu tampil berwibawa di depan wanita
yang dicintainya!” (apakah ini pengakuannya mulai menyukai Woo Ri????)
Woo Ri senang, Benarkan?
Setelah makan Joon Ha ingin
mengajak Woo Ri naik cable car (semacam kereta gantung), “Permainan itu
cepat tutup jadi aku tak sempat memainkannya. Setelah kecelakaan Dong
Joo tak pernah mau naik permainan di taman hiburan.” Woo Ri menatap
sedih dan berkata kalau Joon Ha bisa bermain sendirian.
Joon Ha : “Kalau adik kecilku celaka, bagaimana bisa aku sebagai kakak bermain sendirian? Dasar kau!”
Woo Ri terharu, ternyata Joon Ha sangat menyayangi Dong Joo.
Nenek tiduran di karpet kondisi ruang
tamu berantakan, disana sini bekas makanan berserakan. Juga gambar Ma
Roo yang kotor karena tumpahan jus. Terdengar bel pintu rumah berbunyi.
Itu
Young Kyu dan Seung Chul. Karena tak ada yang membukakan pintu, Seung
Chul merasa kalau mereka pasti pergi ke suatu tempat dan meminta besok
datang lagi saja.
Young Kyu tanya
besok itu kapan ia sudah merindukan ibunya. Young Kyu berteriak
memanggil Ibunya dan membuat Nenek terbangun. Seung Chul meminta Young
Kyu jangan berteriak seperti itu karena akan membuat masalah dengan
petugas keamanan.
Nenek terkejut dan takut mendengar terikan dari luar, ia mengira itu penjahat yang mau menangkapnya.
Young Kyu jongkok di depan pintu
apartemen Shin Ae, Seung Chul mengajaknya pulang. Tapi Young Kyu akan
pulang setelah melihat ibunya. Seung Chul mengancam kalau Young Kyu
masih keras kepala ia akan meninggalkan Young Kyu sendiri.
Terdengar suara dari dalam rumah, Young Kyu dan Seung Chul menebak itu Nenek, “Ibu ibu buka pintunya. Ini aku Bong Young kyu!”
Nenek
menyuruh Seung Chul dan Young Kyu pergi ia mengira kalau keduanya itu
penjahat, “Kau akan menangkapku kan? Pergilah penjahat.” Young kyu
meyakinkan kalau ia adalah putra Ibunya. Nenek malah berkata kalau ia
tak memiliki seorang putra, “Kau pasti penculik jangan menyikasa putriku
Shin Ae. Pergi!”
Seung Chul
berteriak meminta Nenek membuka pintunya. Nenek berseru ketakutan,
gerombolan penjahat datang. Ia ketakutan dan menangis. Young Kyu
mendengar Ibunya menangis ia mulai mencemaskan ibunya, “Ibu apa kau
menangis? Kenapa kau menangis? siapa yang memukulimu?”
Young Kyu dan Seung Chul berusaha meyakinkan Nenek agar membuka pintu. Tapi Nenek menangis memohon-mohon minta maaf (sepertinya masa lalu Nenek dan Shin Ae kelam)
Woo Ri memandangi ponselnya dan
mendesah. Ia menunggu kabar dari Dong Joo. Joon Ha sudah membeli tiket
kereta gantungnya. Tapi melihat kecemasan Woo Ri ia mengantongi tiketnya
dan berbohong tak jadi beli tiket karena mereka harus menunggu lama.
Woo
Ri melihat kereta gantung yang berjalan. Joon Ha mengajak Woo Ri pergi
dari sana. Woo Ri tanya bukankah wahana permainnya akan ditutup dan
bukankah Joon Ha akan kembali ke Amerika.
Joon Ha bilang kalau ia tak jadi pergi
ke Amerika. Ia memutuskan untuk tak kembali ke sana. Woo Ri tanya
kenapa, Joon Ha mengatakan tak ada alasan. “Tak ada yang menahanku jadi
aku merasa malas pergi!”
Woo Ri
heran bagaimana dengan rumah sakit. “Kau akan bekerja di rumah sakit di
Amerika kan?” Joon Ha berkata kalau rumah sakit itu ada dimana-mana.
Ada yang menelepon Woo Ri, Seung Chul
yang meneleponnya. Joon Ha kesal selalu saja Woo Ri sibuk. Joon Ha
memperlihatkan tampang bete-nya hehehe... mulai ada tanda tanda suka kah
si Joon Ha ke Woo Ri.
Woo Ri kaget kenapa Seung Chul kesana. Ia akan ke sana segera dan meminta Seung Chul menunggunya.
Woo Ri minta maaf pada Joon Ha,
sesuatu terjadi di rumahnya dan ia harus pergi. Joon Ha menarik tangan
Woo Ri. “Kita pergi sama-sama!” sahutnya.
Joon Ha mengantar Woo Ri sampai di
depan gedung apartemen tempat tinggal Shin Ae. Woo Ri menerima telepon
dari Seung Chul sambil keluar dari mobil Joon Ha. Joon Ha menatap Woo Ri
yang berlalu begitu saja. Woo Ri menutup telepon dan berbalik ke Joon
Ha untuk mengucapkan terima kasih.
“Woo Ri-ah!” panggil Joon Ha. Woo Ri
berbalik, Joon Ha berpesan pada Woo Ri, “Biarkan dia tenang dan tidur
dulu. Nenek pasti sangat panik. Jangan ditanya-tanya dulu, lebih baik
biarkan dia tenang.” Woo Ri mengerti.
Woo
Ri menerima telepon dari Shin Ae dan mengatakan ia sudah sampai di
apartemen Shin Ae. Woo Ri segera masuk Joon Ha menatapnya.
Shin Ae tiba dan keluar dari mobil
tergesa-gesa sambil berbicara dengan woo Ri di telepon. Joon Ha dan Shin
Ae pun bertemu pandang.
Shin Ae
tak mengira Joon Ha datang ke apartemen tempatnya tinggal dan bertanya
ada apa. Joon Ha juga heran ia menjawab kalau ia ada sedikit keperluan.
Shin Ae mengatakan kalau ia tinggal disini dan jika Joon Ha datang lagi
Joon Ha bisa memberitahu dirinya, “Akan ku hidangkan teh!”
Joon Ha : “Aku tak ada alasan lagi untuk ke sini. Permisi!”
Shin Ae melongo, “Kasar sekali dia!” (siapa dulu emaknya haha)
Nenek jongkok ketakutan di dalam
rumah. Shin Ae membuka pintu dan terkejut melihat rumahnya berantakan.
Young kyu langsung menghampiri Ibunya. Tapi Nenek malah menjauh
ketakutan ia berusaha melindungi Shin Ae, “Jangan ini anakku. Jangan
memukulnya!” Shin Ae heran dan bertanya ada apa.
Nenek : “Mereka mau menculik. Shin Ae, larilah!”
Young Kyu : “Ibu, ini aku Young Kyu. Putramu Bong Young Kyu!”
Nenek : “Apa? Aku tak memiliki seorang putra. Shin Ae pergilah cepat!”
Young kyu terkejut ibunya tak mengenalinya. Shin Ae cemas, “Ibu apa kau tak mengenali Young kyu? Apa Ibu sudah gila?”
Nenek
mengajak Shin Ae lari. Young Kyu melihat sikap aneh ibunya. Woo Ri
memandang cemas penyakit Nenek. Young kyu bingung ia memukul-mukul
dahinya.
Nenek tambah ketakutan
kenapa meraka. Shin Ae meminta ibunya sadar, “Kita harus menemukan Ma
Roo. Kau satu-satunya yang sudah melihat Ma Roo. Bagaimana bisa
menemukannya lagi kalau Ibu begini?”
Nenek
: “Ma Roo? Ma Roo anakmu? Kita tak boleh membiarkan mereka menculiknya.
Gambar Ma Roo ku simpan disini di dalam sini!” (menunjuk ke hatinya)
“Ibu
apa kau menyembunyikan gambar Ma Roo? Di mana?” Shin Ae memeriksa baju
ibunya secara paksa. Melihat itu Young kyu meminta Shin Ae jangan
memperlakukan ibu seperti itu.
Seung Chul melihat gambar sketsa
tergeletak di lantai. Ketika semua tak menyadari, Seung Chul mengambil
gambar itu dan menyimpannya.
Nenek
ketakutan dan memeluk Shin Ae. Young Kyu sedih ibunya tak mengenalinya
lagi. Woo Ri menenangkan ayahnya yang menangis. Seung Chul dan Woo Ri
mengajak Young Kyu pulang.
Bibi Lee memaskeri suaminya. Suaminya
berkata tanpa Seung Chul rasanya mereka seperti pengantin baru.
Pengantin baru apa sahut Bibi Lee. Biarpun ia tak bisa mengubah mata,
hidung, dan mulut ini paling tidak ia bisa merubah penampilan suaminya,
“Wajah pucat susu Cha Dong Joo!”
Paman
Lee kesal mendengar istrinya terus memuji Dong Joo. Ia merasakan pedih
di wajahnya. Bibi Lee berkata ia ingin membuat wajah suaminya menjadi
putih makanya ia menambahkan pemutih. “Oh tidak. Ini pasti ada efek
sampingnya.”
Seung Chul dan Woo Ri manggandeng
Young Kyu masuk ke rumah. Paman Lee heran kenapa dengan sobatnya ini.
Bibi Lee juga heran kenapa putranya tak berada di Universitas Chicken.
Seung Chul berkata kalau dia sudah lulus.
Seung
Chul mencemaskan Young Kyu, “Paman. Apa kau tak apa-apa?” Paman Lee
kembali bertanya pada Young Kyu kenapa wajahnya pucat. Woo Ri berkata
kalau ayahnya ketakutan. Woo Ri mengajak ayahnya masuk.
Bibi
Lee menahan putranya dan bertanya ada apa. Seung Chul menjawab kalau
penyakit pikun Nenek kumat lagi. Bibi Lee langsung duduk lemas tak
percaya.
Young Kyu berada di dalam kamar
menimang-nimang bantal yang selalu dipakai ibunya ketika tidur, “Ibu Ibu
ibu Ibu!” sebut Young Kyu sambil menangis. Woo Ri masuk membawakan air
untuk ayahnya, ia meminta ayahnya berhenti menangis.
Young Kyu : “Woo Ri ibu tak mengenaliku. Katanya Bong Young Kyu bukan anaknya!”
Woo
Ri berusaha menghibur ayahnya, “Jadi apa? Semua orang tahu kalau Bong
Young Kyu anak Nenek. Aku tahu dan keluarga Seung Chul juga tahu bahkan
semua orang di pasar juga tahu!”
Young Kyu : “Semua orang tahu... hanya ibu yang tak tahu!”
Woo Ri : “Kita bisa memberi tahu Nenek setiap hari sampai dia ingat. Lita katakan padanya setiap hari.”
Daripada ayahnya menangis lebih baik
ayahnya menceritakan hal-hal yang lucu padanya dan nyanyikan lagu itu Di
padang rumput yang biru... juga kau lempar sepatu dan menangkapnya lalu
nenk akan berkata ‘ya ampun kau pasti anakku Young Kyu’
Young
Kyu tersadar seharusnya ia melakukan itu tadi. Ia menyesal dan menepuk
dahinya. Woo Ri menahan dan bertanya apa lagi yang bisa membuat Nenek
mengingat ayahnya dengan cepat. Young kyu menjawab menulis surat ia
pernah menuliskan kata ‘ja’ (tidur) untuk ibunya. Dan ketika itu Ibunya
memuji dirinya pintar sekali.
Keluarga Lee masuk ke kamar Young Kyu.
Meraka merasa kasihan dengan kondisi Nenek. Young kyu tak punya waktu
untuk menjawab pertanyaan sobatnya ini ia berkata kalau ia sibuk. Young
Kyu mulai melupakan kesedihannya dan ia akan memulainya dengan lagu. Ia
langsung berdiri dan menyanyi terutama dibagian yang paling ibunya
sukai.
Woo Ri setuju dan mengangkat kedua
tangan, ayahnya senang dan menirunya. Woo Ri paling pintar mengusir
kesedihan ayahnya. Paman Lee ikut mengangkat tangan walaupun dengan
tatapan wajah yang sedih. Ia berusaha menghibur sobatnya. Seung Chul
terharu melihatnya.
Setelah menenangkan ayahnya Woo
Ri menghirup udara segar di luar rumah. Ia memandang langit. Seung Chul
mengikutinya, “Tanyakan pada bintang!” seru Seung Chul. Seung Chul
meminta Woo Ri jangan lagi menanyakan pada bintang, tanyakan padanya
saja. Woo Ri ingin sendiri, ia menyuruh Seung Chul kembali ke rumah.
Seung Chul mengingatkan apa Woo Ri
sudah lupa keinginan Ibu Woo Ri sebelum meninggal. “Bersama, bersama.”
Seung Chul memperagakan kode bersama. Woo Ri bilang kalau itu yang
selalu Seung Chul sebut setiap hari kepadanya. Seung Chul kembali
memperagakan bahasa isyarat lain, “Apa kau pikir aku anak bodoh?” Seung
Chul memperagakan kode bodoh. Seung Chul tertawa, Woo Ri juga ikut
tertawa. “Apa lagi? apa lagi yang bisa kulakukan untuk membuatmu
tertawa?” tanya Seung Chul. Woo Ri mendelik, “Apa kau pikir aku tertawa
padamu karena kau lucu? Itu karena kau aneh!”
Seung Chul : “Benarkah? Kalau begitu bagaimana dengan ini? Ini kak Ma Roo!”
Seung
Chul memperlihatkan sketsa gambar Ma Roo yang ia bawa dari rumah Shin
Ae. “Dengan ini kita akan segera menemukannya!” Woo Ri memandang senang
dan terkejut, “Apa ini Ma Roo-Oppa?”
Dong Joo membaca berkas sambil
minum, kantong kacangnya tergeletak di depannya. Karena minumannya habis
Dong Joo akan mengambilnya lagi. Ia melihat Kakaknya datang. “Kapan kau
datang? Kenapa langkah kakimu tak terdengar? Kau membuatku takut.” Nada
suara Dong Joo menandakan kalau diantara mereka sudah tak terjadi
apa-apa setelah ketegangan tadi.
Joon Ha berusaha menghindari adiknya,
tapi Dong Joo menahan, “Kalau kau mau memukulku lakukanlah. Aku sekarang
agak pusing karena minum alkohol. Aku sedikit tak sadar.”
Joon Ha tak mengubrisnya ia malah
tiduran di kursi. Joon Ha menutup matanya dengan tangan. “Bagaimana
kencanmu dengan adikmu?” tanya Dong Joo. Joon Ha diam tak menjawab.
“Seharusnya
kau membawakan makanan enak dan sesuatu yang bagus. Pakaian yang
dikenakannya selalu sama setiap hari. Tasnya juga, yang itu-itu saja.
Jam tangannya juga sudah kuno!”
Joon Ha membuka tangan dan menatap Dong Joo yang terus bicara.
Dong Joo : “Jika kau dan Choi Jin Chul sudah melakukan kesepakatan, apa rencanamu?”
Joon
Ha : “Apa harus ku ulangi lagi? akan ku gunakan apapun caranya untuk
merebut semua saham Choi Jin Chul. Aku sudah tahu kelemahan Choi Jin
Chul. Apa kau tahu?”
Dong Joo :
“Apa kau pikir hanya kau saja yang tahu? Apa kau pikir Choi Jin Chul
akan membiarkanmu melakukan itu? sebelum kau mengalahkan Choi Jin Chul,
kau akan hancur terlebih dahulu!”
Joon
Ha tak peduli siapa yang hancur lebih dulu, karena ia sangat yakin
dengan titik kelemahan Choi Jin Chul, “Paling tidak kami akan sama-sama
mati.” Joon Ha langsung bangkit menuju kamar.
Dong
Joo mengeraskan suaranya, “Apa kau mencintai Choi Jin Chul? Apa kalian
berdua itu romeo dan juliet? Kenapa mati bersama?” Joon Ha
mengacuhkannya.
Joon Ha sudah berganti pakaian. Dong
Joo merasa Joon Ha sangat egois. Walaupun Woo Kyung sudah berhasil
mereka rebut, apa Joon Ha pikir semuanya akan beres, “Setelah melakukan
trik-trik kotor untuk Choi Jin Chul, apa kau pikir Bong Woo Ri akan
berterima kasih?”
“Selama kau
bersama Bong Woo Ri hari ini, apa kau merasakan sesuatu? Keluarga yang
ingin kau lindungi bukan aku dan Ibu. Tapi Bong Woo Ri dan keluarganya.
Kau pasti sudah tahu itu, tapi kenapa kau keras kepala?”
Dong Joo menahan tangan Kakaknya,
“Jang Joon Ha dengan IQ 301. Bukankah kau lebih pandai dari aku?” Joon
Ha berkata kalau ia sudah lelah jika Dong Joo mau bicara katakan
langsung.
Dong Joo : “Jangan mempercayai Ibu.
apa maksudmu kau tak mau kehilangan dia? Katanya Ibu akan menjual
hartanya untuk mengembalikan semua uang yang telah kau habiskan? Apa kau
pikir dia benar-benar akan melakukan itu? Begitu dia punya uang dia
pasti akan membeli saham Woo Kyung. Dia tak akan melindungimu. Batalkan
kontraknya untuk pabrik Energy Cell nomor 2. Dan jangan makan umpan yang
diberikan Choi Jin Chul kepadamu. Kecuali, kalau kau mati bersama-sama
dengannya!”
Joon Ha : “Aku tak mau!”
Dong Joo : Apa?
Joon Ha : “Apa kau terkejut? itu kan
kata-kata yang selalu kau ucapkan. Aku bisa meniru setiap kata-katamu
tapi aku tak bisa menjadi Cha Dong Joo. Mudah bagimu untuk melarangku
percaya pada Ibu. Tapi bagiku, kalau kepercayaan itu hilang masa laluku
yang selama 16 tahun juga akan hilang begitu saja. Jadi apapun yang
terjadi, aku harus ke sana!”
Dong Joo : Kakak?
Joon Ha : “Tapi kalau ibu meninggalkanku, kau jadilah malaikat pelindungku. Kalau tidak, aku akan sangat menderita!”
Joon
Ha meminta Dong Joo lebih fokus pada Energy Cell dan jangan
mempedulikan dia. “Kau hanya bisa melindungiku kalau kau memiliki
kekuatan!”
Presdir Choi penasaran dan bertanya
pada istrinya apa benar Dong Joo kehilangan ingatannya karena kecelakaan
itu. “Aku tak bisa mengatakannya karena aku tak melihatnya sendiri.
Hari ini dia tiba-tiba menanyakan tentang kebakaran pabrik 16 tahun yang
lalu. Dia juga membawa putri dari perempuan yang meninggal itu.”
Ny
Tae terkejut suaminya mulai curiga tentang kebohongan hilang ingatannya
Dong Joo. Ny Tae berkata kalau ia mendengar keduanya saling bertemu
untuk masalah desain kemasan Energy Cell, tapi tak berhasil karena dia
masih memiliki dendam dengan Woo Kyung.
“Tapi
seorang anak tak pantas berkata seperti itu kepada ayahnya!” sahut
Presdir. “Katanya jika aku menyentuhnya lebih baik aku langsung
membunuhnya.” Presdir tertawa kenapa Dong Joo begitu marah padanya. “Apa
yang telah kulakukan padanya?”
Ny Tae menahan kesal apa suaminya tak
tahu. Sepertinya ia tahu. “Kau sudah meminta Shin Ae untuk membantu Dong
Joo, kau memang tak tahu malu. Aku sebenarnya mau marah padamu tapi kau
dan Shin Ae terlalu sempurna di mataku. Makanya aku tahan saja. Bahkan
aku merasa risih kalau mengganggu kalian berdua.”
Presdir : “Kalau kau risih kenapa tak menceraikanku saja? Sangat sulit bagiku untuk hidup dengan wanita angkuh seperti dirimu!”
Ny Tae : “Itulah sebabnya aku tak bisa menceraikanmu. Aku senang melihatmu menderita!”
Setelah istrinya berlalu Choi Jin Chul meremas-remas koran yang di bacanya.
Nenek dan Shin Ae mencari sketsa gambar Ma Roo. Shin Ae mencarinya sampai ke kolong-kolong kursi, tapi tetap tak ketemu. (jelas, kan udah di bawa sama Seung Chul) Shin
Ae melarang ibunya tidur sebelum menemukannya. Kenapa ibunya bisa
melupakan benda itu. Shin Ae menyuruh ibunya untuk menggambar ulang. (Nenek ga pikun lagi dia sudah sadar)
Nenek berkata kalau menggambar
itu kelebihan Young Kyu. Shin Ae mengancam kalau ibunya tak menemukan
gambar Ma Roo, ibunya tak boleh menemui Young Kyu lagi. Nenek memohon
mamanggilkan Young Kyu sekali ini saja. “Dia pasti terkejut, aku bisa
gila.” Nenek mendesah ia ingin mati saja.
Shin Ae : “Siapa yang menyuruhmu mati? Sebelum Ibu mati temukan dulu gambar Ma Roo!”
Telepon berbunyi Nenek menebak itu
dari putranya ia akan mengangkatnya tapi Shin Ae menabok tangan ibunya.
Shin Ae mengangkat teleponnya.
Wajah Shin Ae berubah jadi bete
setelah tahu kalau yang menelepon itu Woo Ri, “Wanita tua itu baik-baik
saja!” ucap Shin Ae. “Apa itu dari Young Kyu?” Nenek langsung memanggil
nama putranya.
Woo Ri senang mendengar suara Nenek,
ayahnya ikut menguping. Woo Ri berkata pada ayahnya kalau Nenek sudah
sembuh dia sudah mulai mengumpat lagi. Young Kyu menyuruh ibunya
mengumpat lagi tanda kalau ibunya masih mengingatnya. Young Kyu minta
ibunya tak usah khawatir, ia baik-baik saja dan berkata kalau penyakit
pikun itu tak menyakitkan. Walaupun ibunya tak mengenalinya ia tetap
mengenali ibunya.
Ada yang ingin Woo Ri tanyakan
ke Nenek, ia menatap cemas ayahnya. Woo Ri bicara sedikit berbisik, “Itu
bukan mimpi kan? Apa Nenek benar-benar bertemu Kak Ma Roo?” Young Kyu
kaget, “Siapa? Kakak? apa itu Ma Roo?” Woo Ri langsung menjawab bukan.
Woo Ri akan menutup telepon tapi ayahnya melarang ia harus menyanyi untuk ibunya dulu.
Woo Ri belum tidur, ia gelisah. Woo Ri mengambil gambar Ma Roo dari balik selimutnya, ia memandangi gambar itu.
Seperti
yang dilakukan ayahnya ketika ingin memastikan itu Ma Roo atau bukan,
Woo Ri menutup bagian mulut gambar itu dengan telapak tangannya.
Pagi hari Woo Ri kembali mengantar susu di rumah Dong Joo, ia tak sengaja mendengar alunan instrumen piano, Woo Ri mengintip.
Woo Ri penasaran dan langsung masuk ke
rumah Dong Joo, ia melihat ke arah piano tak ada siapa-siapa. Tak ada
yang memainkan piano. Ternyata itu suara rekaman dari tape recorder
hehe. Woo Ri heran.
“Ada apa kau disini?” tanya Dong Joo mengagetkan Woo Ri.
Dong Joo keluar dari balik aquarium
sambil membawa sendok penggorengan hehehe, “Sekarang, apa susu diantar
sampai ke ruang tamu?”
Woo Ri
berkata tidak, ia mendengar ada suara piano jadi... Dong Joo memotong
ucapan Woo Ri, “Kalau kau mendengar suara piano apa kau bisa seenaknya
masuk ke rumah orang?”
Woo Ri
tertawa kenapa Dong Joo jadi judes seperti itu. Kemarin ia sangat
menghawatirkan Dong Joo, “Kenapa kau tidak mengirim sms padaku?”
Dong Joo : “Kenapa aku harus.. (melakukannya)”
Dong Joo menunjuk Woo Ri dengan sendok
penggorengannnya, “Mengirim sms kepada seseorang yang menjadikan Bong
Ma Roo cinta pertamanya? Susunya letakkan di sana dan pergilah!” Dong
Joo pura-pura galak. Dong Joo menyuruh Woo Ri keluar ia mengibas-ibaskan
sendok penggorengannya.
Woo Ri : “Hey aku tak ingin mengungkit ini. Tapi setelah perbuatanmu kemarin beraninya kau berteriak padaku?”
Dong Joo pura-pura tak mengerti, “Apa salahku?” Woo Ri kesal, “Kau memintaku minum untukmu tapi kau malah memanfaatkan aku...”
“Dan berbohong!” lanjut Dong Joo sambil memajukan wajahnya ke wajah Woo Ri siap dicium oleh Woo Ri karena ia sudah berbohong (hukuman berbohong cium hehe) Dong Joo memonyongkan mulutnya, “Ayolah!” kata Dong Joo.
Plok... Woo Ri menabok mulut Dong Joo, “Itu yang akan kau dapatkan kalau kau berbohong padaku!” Dong Joo merengut, “Baiklah!”
Dong
Joo penasaran kemarin Woo Ri dan Joon Ha kemana. Woo Ri tak menjawab ia
malah balik bertanya apa dokter Jang Joon Ha ada. Dong Joo kesal dan
berkata tak ada dia sudah pergi.
“Siapa
yang pergi? aku ada disini!” Seru Joon Ha tiba-tiba muncul. Woo Ri
langsung menatap ke arah Dong Joo, “Kau berbohong lagi?”
Woo Ri langsung tersenyum berdiri di
samping Joon Ha, “Dokter. Bukankah kau hanya minum susu coklat?” Woo Ri
memberikan susu coklat untuk Joon Ha. Joon Ha tertawa menerimanya dan
memuji ternyata Woo Ri masih mengingatnya walaupun hanya sekilas.
Dong
Joo kesal dan merebut susu coklat itu. Ia memberikan Joon Ha sendok
penggorengannya, “Kalau begitu masak sendiri makananmu aku ada rapat
pagi ini!”
Joon Ha tanya apa Woo Ri mau minum
kopi. Woo Ri menjawab tidak karena ia tak minum kopi. Dong Joo tersenyum
menang ajakan Joon Ha ditolak. Tapi senyum itu berubah menjadi
kekesalan ketika Woo Ri berkata kalau ia ingin minum air putih biasa.
Hahaha cemburu dah tuh.
Joon Ha tersenyum menang dan Woo
Ri mengikutinya. Dong Joo menatap tak percaya, “Ada apa disini?” Dong
Joo langsung pergi tapi ia kembali menatap Woo Ri dan geleng-geleng
kepala.
Joon Ha penasaran bagaimana keadaan Nenek. Woo Ri mengatakan kalau Nenek sudah baikan. Mungkin dia lupa karena sedang mabuk penyakitnya itu cepat kumat. Joon Ha berpesan Nenek harus memperhatikan untuk tidak minum alkohol lagi dan jangan sampai dia stress.
Joon Ha minum dan Woo Ri
memperhatikannya. Ketika Joon Ha minum dengan gelas yang menutupi wajah.
Woo Ri merasa itu mirip ketika ia menutup wajah gambar Ma Roo.
Woo
Ri memberanikan diri bertanya, “Maaf. Bukankah kau bilang ayahmu juga
seorang dokter?” Joon Ha menjawab ya dan bertanya kenapa. Woo Ri
menjawab tidak apa-apa. Woo Ri masih belum berani menyimpulkan hal yang
bukan-bukan.
Joon Ha : “Kemarin kau mentraktirku makan, sekarang gantian aku yang akan mentraktirmu. Bagaimana kalau makan malam bersama?” (what? kencan kah?)
Woo Ri tak bisa malam ini ia ada lembur. Joon Ha sedikit kecewa dan berkata tak apa-apa lain kali saja.
Presdir Choi kesal sampai kapan ia
harus menunggu di ruang meeting. Di sana hanya ada Presdir Choi,
Sekertaris Kim dan Dong Joo. Anggota dewan direksi belum muncul.
Min Soo masuk dan menemui Dong Joo. Ia
mengatakan bahwa baru saja mendapatkan berita. Email permohonan maaf
Dong Joo kepada dewan direksi dikembalikan semuanya, “Bagaimana ini
tidak berhasil?”
Dong Joo menatap Presdir Choi
yang tengah asyik meminum teh-nya. Presdir bicara pada Min Soo, “Apa kau
tahu bagaimana Ayahmu memperoleh banyak saham di Woo Kyung?” Min Soo
menjawab tak tahu, ia dan ayahnya tak pernah membicarakan masalah
pekerjaan di rumah.
Presdir kembali bertanya kenapa Min
Soo tak menanyakannya, bukankah sekarang Min Soo bekerja di Woo Kyung,
“Dia dulu dekat dengan Kakek Dong Joo (Presdir Tae) dan dia masih aktif
di Woo Kyung sampai sekarang. Itu pelajaran yang harus kau pikirkan!”
Dong Joo menahan marah, ia mencengkeram erat pena yang ada di tangannya.
Presdir
juga meminta Dong Joo harus lebih hati-hati sejak kecelakaan ketika
kecil dulu. “Kalau kau tak mau jatuh lagi jangan pernah lagi naik ke
tempat yang tinggi!”
Dong Joo kembali ke kantor Energy Cell
bersama Min Soo. Di sana ia melihat Shin Ae dan peserta training. Shin
Ae tak setuju kalau begini caranya bagaimana bisa menjual kosmetik. Buat
pilihan yang baru. Park Dae Ri mengatakan kalau produk itu sudah
dipilih oleh seseorang yang berpengalaman. Menurut Shin Ae apa salahnya
menjual dari pintu ke pintu. Apapun harus dilakukan untuk menjual
kosmetik.
Dong Joo bertanya ke staf-nya kenapa
orang-orang ini bisa masuk ke kantor Energy Cell. Dong Joo
memperkenalkan diri pada peserta training, ia meminta semuanya keluar.
Mengenai masalah Program training ia akan menghubungi mereka nanti.
Shin Ae menatap marah Dong Joo, apa
Dong Joo menentangnya atau Dong Joo mengabaikan perintah Presdir Choi.
Dong Joo berkata pada staf-nya agar membiarkan Shin Ae keluar untuk
mencari udara segar. Shin Ae tak menyangka dengan sikap Dong Joo, “Dia
berani juga!”
Min Soo akan masuk ke ruangan Dong
Joo, tapi ia melihat Dong Joo merenung dan sepertinya tak ingin
diganggu. Min Soo tak jadi masuk.
Woo Ri berada di kamarnya ia kembali
menutup mulut gambar Ma Roo untuk memastikan perkiraannya, “Tidak
mungkin. Tapi mereka sangat mirip!” Woo Ri menggeleng-gelengkan kepala
mencoba menepis apa yang ia pikirkan.
Woo
Ri memandang jam tangan pemberian Joon Ha. Min Soo meneleponnya
menanyakan di mana keberadaan Na Mi Sook. Min Soo mengatakan ini sangat
darurat Woo Kyung akan menghancurkan Energy Cell.
Woo Ri tanya apa yang terjadi,
Min Soo menjelaskan kalau Dong Joo mengundang para Direktur pagi ini
untuk rapat tapi tak seorang pun yang datang. Dan juga Bibi yang bukan
Bibinya Woo Ri, Kim Shin Ae. Dia sudah membuat Dong Joo marah. Katanya
dia akan melakukan penjualan dari pintu ke pintu, tapi tak ada hasilnya.
“Aku
marah sekali dan tentu saja Cha Dong Joo juga ikut marah. Tapi Na Mi
Sook tak menjawab teleponnya. Bisakah kau mencari kan dia?” Woo Ri paham
ia akan mencarinya. Woo Ri mendesah, “Tadi pagi moodnya bagus sekarang
mungkin mood-nya sudah berubah.”
Woo Ri mengirim sms pada Na Mi Sook, “Nona Na Mi Sook apa kau ingin melihat langit biru nan cerah?”
Na Mi Sook membalas sms, “Kau dimana?” Woo Ri tersenyum senang sms-nya direspon.
Shin Ae mengadu pada Presdir Choi atas
kekesalannya di kantor Energy Cell tadi. “Dong Joo secara frontal
menolak perintahmu. Sudah kubilang itu perintahmu tapi dia tak mau
mendengarkan!”
Presdir menanyakan gambar Ma
Roo. Shin Ae berkata hal itu lah yang ingin ia bicarakan dengan Presdir.
“Ibu menyembunyikan gambar Ma Roo!” Presdir terkejut kenapa Shin Ae
baru mengatakannya sekarang. Shin Ae memberi tahu kalau ia juga baru
mengetahuinya kemarin. “Hubungi lagi kantor polisi. Sayang, mari kita
pikirkan Ma Roo saja. Kita harus menemukan anak kita!” Presdir tahu itu.
Dia akan mencarinya dan meminta Shin Ae mengerjakan pekerjaannya
sendiri.
Presdir menyuruh Sekertaris Kim untuk pergi ke kantor polisi Seoul, tapi jangan sampai Shin Ae tahu. Sekertaris Kim mengerti.
Ny Tae berada di parkiran, ia menerima
amplop besar dari seseorang yang duduk di kursi belakang mobilnya. Ny
Tae membuka amplop itu dan ternyata berisi sketsa gambar Ma Roo yang tak
lain juga Joon Ha. Ny Tae cemas dan bertanya siapa yang membuat gambar
ini.
“Ibunya Kim Shin Ae, Ny
Hwang Soon Geum!” ucap seorang pria yang duduk di kursi belakang mobil.
“Apa boleh kusampaikan informasi ini kepadanya?” (kepada presdir Choi)
Ny Tae : “Tak ada jalan lain. Kalau dia tahu kau mengambil ini dia akan curiga!”
Toeng toeng ternyata pria itu Sekertaris Kim.
Ny Tae mengatakan kalau isu tentang
Energy Cell sudah membuat saham Woo Kyung jatuh, “Ini kesempatan kita
untuk membelinya. Ini bagianmu!” Sekertaris Kim berkata kalau kita
memerlukan banyak dana. Ny Tae bisa mengembalikan nanti.
Ny Tae : “Kau sudah dibohongi Choi Jin Chul berkali-kali. Apa kau masih percaya pada orang lain? Kau tak perlu percaya padaku!”
Sekertaris Kim menerima amplop
berisi gambar itu. Ny Tae kembali berkata ia tahu penderitaan Sek Kim
tak bisa diukur dengan uang. Tapi uang itu bisa digunakan untuk membunuh
Choi Jin Chul. “Karena dia yang memulainya, mari kita lihat bagamana
akhirnya!”
Joon Ha membuat tiruan kantong kacang
seperti punya Dong Joo. Ia memasukan biji kacang dan menjahitnya
sendiri. Ia tampak senang melakukannya, Joon Ha terus tersenyum.
Tapi kegiatannya ini diganggu dengan
kedatangan Woo Ri yang tiba-tiba. Joon Ha panik ia tak ingin apa yang
dilakukannya diketahui Woo Ri. Woo Ri celingukan, Joon Ha mencoba
menghalangi arah pandang Woo Ri. Woo Ri heran apa ada orang lain di
rumah. Joon Ha menjawab tak ada siapa-siapa. Ia menyuruh Woo Ri menunggu
di luar selama 10 menit.
Woo Ri berkata tak perlu, ia tahu
kalau Joon Ha sedang sibuk. Woo Ri mengembalikan jam tangan yang
diberikan Joon Ha, “Jam tangannya bagus dan terima kasih atas
perhatiannya, tapi aku tak bisa mengenakan jam tangan ini. Terima kasih
lenganku sempat menikmati jam tangan mewah ini.”
Joon Ha kecewa dan meminta Woo
Ri kembali menyimpannya, kenapa hadiahnya dikembalikan. Woo Ri menolak,
bukankah Joon Ha memberikan jam itu padanya agar ia melupakan Kakaknya.
Tapi Woo Ri tak mau melupakan Kakaknya. “Maafkan aku, akulah yang bilang
ingin melupakannya.”
Joon Ha : “Kenapa kau merubah keinginanmu?”
Woo Ri : “Karena aku merindukannya!”
Joon
Ha terpana. Woo Ri pamit pulang. Tapi Joon Ha menahan tangan Woo Ri,
“Bukankah kau bilang dia bukan saudara kandungmu? Kenapa kau begitu
merindukannya?”
Woo Ri : “Aku tak tahu. Setiap aku melihatmu, aku semakin merindukannya!”
Ny Tae menelepon Joon Ha ia
mengingatkan kalau mereka ada rapat dengan investor hari ini. Ny Tae
mengajak Joon Ha berangkat bersama. Joon Ha tak bisa karena ia ada
konferensi di rumah sakit. Ny Tae bilang kalau ia sudah membatalkan
acara konferensi Joon Ha.
Joon Ha : “Apa? Tanpa bilang dulu padaku?”
Ny Tae membuka gambar Ma Roo dan
berkata kalau sekarang mood-nya tak bagus. Ia mendengar sesuatu yang
aneh dari Choi Jin Chul. “Kau dan Dong Joo kelihatannya dekat dengan
seseorang yang bernama Bong Woo Ri. Apa itu benar? Bukankah dulu kau
berlutut dan memohon padaku. Untuk tak melihat anggota keluargamu lagi?”
Joon Ha : “Aku melakukannya agar Ibu tak marah. Bukan karena aku berbuat kesalahan. Itu karena ibu membencinya!”
Ny Tae : “Jadi apa kau akan tetap menemui adikmu?”
Joon Ha : “Dia bukan adikku.
Dulu atau pun sekarang aku tak pernah menganggapnya adikku. Aku bukan
Bong Ma Roo, aku Jang Joon Ha.”
Ny
Tae : “Baik temui dia. Tapi kau juga harus membantuku. Kalau kau ingin
kembali pada keluargamu, biar Ibu yang memersiapkannya!”
Joon
Ha kesal bukan itu maksudnya, kalau ibunya menganggap ia adalah Jang
Joon Ha, seharusnya ibunya tak merasa terganggu dengan mereka.
Ny Tae : “Kenapa kau berkata seperti
itu? ketika aku mambawamu kau masih dibawah umur. Tanpa sepengetahuan
orang tuamu, aku merubah nama dan identitasmu. Kalau ada yang
mengetahuinya apa kau tahu apa yang akan terajadi padaku? Bagaimana
dengan Dong Joo? Kau jangan menemui mereka lagi. bukankah kau sudah
berjanji padaku. Aku mohon padamu.”
Joon Ha mematikan ponselnya, ia kesal.
Na Mi Sook berada di taman botani ia
berdiri di depan gambar yang di tempel Young Kyu. Ia menuliskan kata
‘Cinta atau pergi’ di gambar itu dengan lipstik merahnya. “Hanya ada dua
pilihan ketika orang saling bertemu. Cinta atau pergi.” Young Kyu
berjalan sedih ia merindukan ibunya. Ia melihat melihat Na Mi Sook
mencoret-coret gambarnya.
“Jangan mencoret-coret, nanti aku bisa
dipecat. Kalau aku dipecat aku tak bisa menunggu Ma Roo.” Young kyu
mulai berkata sedih, ibunya sakit kalau penyakit ibunya bertambah parah
ibunya tak akan bisa mengenali Ma Roo.
Mi Sook menatap tajam Young Kyu,
“Kau? Siapa kau?” Young Kyu mulai tersenyum, “Aku Bong Young Kyu. Halo
tukang mencoret-coret!” Young Kyu memberi salam.
Mi Sook berjalan mundur perlahan, “Pabo (orang bodoh)?”
“Benar aku orang bodoh!” sahut Young Kyu. “Bodoh itu bagus, Mi Sook yang bilang seperti itu!”
Mi Sook kaget namanya disebut tapi
yang pasti bukan dia yang dimaksud, “Apa kau mengenalku?” Mi Sook
melepas kaca matanya. Young Kyu melotot memandang heran, “Ya. Tukang
coret-coret aku melihatmu!” (Young kyu ga sadar apa ya kalau Mi Sook ini mirip sama Mi Sook-wakaka bingung dah)
“Hey!” Mi Sook berteriak kencang membuat Young Kyu kaget.
Manajer Seo keluar dari toilet ia
memanggil Young Kyu. Mi Sook kembali memakai kaca matanya. Young Kyu
minta maaf ia akan segera menghapusnya. Manajer melihat Mi Sook dan
bertanya siapa. “Kau tak perlu tahu!” sahut Mi Sook dingin. Mi Sook
berbalik meninggalkan dua orang ini. Young kyu langsung mengucapkan
selamat tinggal, “Selamat tinggal tukang coret-coret!” hehe
Mi Sook kesal ia berbalik badan untuk menatap galak Young Kyu. Young Kyu melayangkan senyumannya.
Manajer
tanya apa dia orang yang suka mencoret-coret. Young Kyu membenarkan dan
menunjukan coretan yang ditulis Mi Sook, Young Kyu membacanya pelan.
“Cinta atau pergi.” manajer memebca tulisan itu. Young Kyu tak mengerti
maksudnya.
Mi Sook duduk sendiri di bangku taman. Ia menengadahakan wajahnya menatap langit, “Begitu gerahnya!”
Woo
Ri datang membawa minuman. Mi Sook tanya dimana langit biru yang cerah.
Woo Ri menyesal karena hari berubah mendadak menjadi berawan. “Tapi
bukankah udaranya tetap segar?”
Woo Ri memberanikan diri duduk di
samping Mi Sook dan bertanya apa Mi Sook sedang kecewa. Mi Sook malah
bertanya balik apa Woo Ri mau ia beri saran, “Jangan menilai orang dari
wajahnya.” Woo Ri berkata kalau ia tak peduli hal semacam itu.
Mi
Sook : “Kebohongan yang baik. Lebih bersikap netral. Orang itu terlalu
putih. Warna putih cepat menjadi kotor, janganlah menjadi kotor. Kalau
warna putih menjadi kotor sulit untuk membersihkannya. Jangan
menyakitinya.”
Woo Ri :
“Sebelumnya kau bilang tak suka orang yang bicara berputar-putar. Hari
ini aku akan to the point saja. Bisakah kau mempertimbangkan Energy
Cell?”
Mi Sook menerima teh yang
ditungkan Woo Ri, “Apa karena orang itu?” Woo Ri menjawab bukan, ini
untuknya. Ini satu-satunya cara memebuatnya nyaman. Mi Soo penasaran
berapa usia Woo Ri. Woo Ri menjawab usianya 25 tahun.
“25 tahun!” Mi Sook kembali
menengadahkan wajahnya menatap langit, “25 tahun.” Woo Ri memandang
heran dan ia melihat Mi Sook meneteskan air mata.
And then aksi Woo Ri dengan lagu Good Person yang pernah dipopulerkan Super Junior hehe.
Woo Ri lembur di show room mobil
tempat ia bekerja. Woo Ri sibuk mengepel lantai. Ia manari kesana kemari
mengikuti alunan lagu Good Person, ia menjadikan gagang pel sebagai
microphone.
Dan Woo Ri melihat Dong Joo berdiri di
luar dan merekamnya. Ia langsung berhenti, Dong Joo tersenyum dan
meminta Woo Ri melanjutkan nyanyiannya. Woo Ri menggeleng karena ini
memalukan.
Dong Joo memohon, “Ayolah cepat. Menyanyilah, aku sedang kecewa.”
Akhirnya Woo Ri menyanyi tanpa menari.
Ia menyanyi sambil memperagakan bahasa isyarat dari lagu yang ia
bawakan. Dong Joo tersenyum menatapnya.
Nih reff-nya hehe
Niga wooseumyuhn nado joha nuhn jangnanira haedo
Nuhl gidaryuhdduhn nal, nuhl bogo shipduhn bam
Naegen buhkchan haengbok gadeukhande
Naneun honjayuhdo gwaenchanha nuhl bol sooman iddamyuhn
Neul nuhui dwiesuh, neul nuhl baraboneun geuge naega gajin mogshin guhtman gata
Setelah selesai menyanyi Woo Ri
menutup telinganya, “Bisakah kau mendengarku menyanyi?” Dong Joo
melakukan hal yang sama, munutup kedua telinganya. “Aku bisa
mendengarmu!”
Woo Ri kembali memperagakan gerak bahasa isyarat sambil menyanyi.
Seorang ibu dan anak kecilnya menonton
Woo Ri. Dong Joo melihat ibu dan anak ini. Si ibu bilang ke anaknya
mengomentari Woo Ri yang tengah bernyanyi, “Wajahnya cantik tapi sayang
sekali dia itu tuli.”
Tatapan
mata Dong Joo berubah sedih. Woo Ri heran kenapa. Woo Ri akan keluar
tapi Dong Joo berkata kalau ia harus ke pabrik. Dong Joo pamit ia
melambaikan tangannya.
Joon Ha minum-minum sendiri di warung
pinggir jalan. Ia teringat ucapan Woo Ri, “Setiap melihat dokter, aku
semakin rindu pada Kakakku.” Joon Ha bergumam, “Kau tak tahu apa-apa.”
Joon Ha meminum minumannya lagi, ia sudah mabuk.
Joon Ha meminta Bibi pemilik warung
memberikannya sebotol lagi. Joon Ha tanya apa Bibi pernah naik kereta
kabel (kereta gantung) Bibi itu menjawab pernah. Joon Ha mengeluarkan
tiket, “Apa kau mau tiketnya?” Tapi si Bibi tak menghiraukannya.
Joon Ha yang sudah mabuk mengeluarkan
kantong kacang buatannya dan jam tangan kembalian dari Woo Ri, “Aku juga
punya ini. Ini barang mahal.” Bibi itu meminta Joon Ha menyimpan
benda-benda itu. “Tidak. Bibi bisa memilikinya. Setiap kubelikan
sesuatu, dia tidak mau. Kau bisa memiliki semuanya.” Ucap Joon Ha.
Bibi itu mengeluh Joon Ha sudah mabuk, jangan minum lagi dan menyuruh Joon Ha pulang.
Ponsel Joon Ha berdering, Dong Joo
meneleponnya. Tahu kalau itu Dong Joo, Joon Ha tak menjawab. Ia
membiarkan ponselnya terus berdering, ia menatap ponselnya.
Dong Joo di luar rumah memainkan
kantong kacang menunggu Joon Ha pulang. Dong Joo mendapat sms dari Woo
Ri, “Sekarang aku berjalan dengan mata tertutup!”
Sms Woo Ri berikutnya, “Sekarang aku berjalan dengan telinga tertutup!”
Dong Joo menatap heran.
Woo Ri benar-benar melakukan apa yang
ia sms kan ke Dong Joo. Woo Ri berjalan dengan mata dan telinga
tertutup. “Kenapa aku melakukan ini? Kenapa?”
Woo Ri kembali mengirim sms, “Kenapa?”
Kemudian sms berikutnya muncul, “Tanyakan pada bintang!”
Dong Joo terkekeh hehehe, “Mati kau!” Dong Joo segera beranjak pergi.
Woo Ri kesal Dong Joo tak
membalas sms-nya. Ia menatap langit malam yang penuh bintang, “Tanyakan
pada bintang. Tanyakan pada bintang.” Gumam Woo Ri.
Woo Ri berjalan berjingkat-jingkat sambil mengucapkan ‘tanyakan pada bintang’
Ups Woo Ri keget di depan rumah Seung
Chul, Joon Ha duduk sendiri. Joon Ha melihat kedatangan Woo Ri dan
tersenyum dalam mabuknya.
Woo Ri tanya apa yang dilakukan Joon
Ha disini. Joon Ha berkata kalau ia baru saja minum alkohol. “Kau sangat
mabuk apa bisa kau berdiri?” Woo Ri mencoba membantu Joon Ha berdiri.
Tapi Joon Ha menarik Woo Ri supaya duduk di sampingnya.
Joon Ha menggenggam pergelangan tangan
Woo Ri, “Tunggu sebentar!” ucap Joon Ha pelan. Joon Ha langsung
menyandarkan kepalanya ke bahu Woo Ri, tangannya tetap menggenggam
tangan Woo Ri. “Tunggu sebentar!” Ucapnya lagi.
Woo Ri : Dokter?
Joon Ha : Woo Ri Woo Ri
Joon Ha mengangkat kepalanya dan
menatap wajah Woo Ri. “Tunggu sebentar!” pinta Woo Ri dengan suara yang
berat. Woo Ri mengangkat tangan dan menutup wajah Joon Ha sebagian,
seperti yang ia lakukan pada gambar Ma Roo. Mata Joon Ha berkaca-kaca.
Woo Ri : “Kau mirip dia. Ma Roo-Oppa!”
Air mata Joon Ha tak tertahankan lagi,
ia mulai terbawa perasaan. Joon Ha memajukan wajahnya mencium telapak
tangan Woo Ri dan mendorongnya ke wajah Woo Ri. Matanya terpejam dan
airmata mengalir deras di pipinya. (Dan inilah Palm kiss-nya Can You Hear My Heart) Woo Ri tersentak kaget dan diam terpaku.
Dan ternyata Dong Joo melihat ini. Ia memandang tak percaya, “Kakak?” sebutnya pelan.
Dong Joo menitikan air mata. Dong Joo seakan tak kuat berdiri dengan apa yang dilihatnya. Ia terhuyung-huyung, “Kakak?”
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment