Dong
Joo berdiri di tepi jurang dengan mata tertutup dan kedua tangan yang
menutupi telinga. Tiba-tiba ada bola dan sarung baseball jatuh mengenai
kakinya. Dong Joo membuka mata dan melihat Joon Ha berdiri di
belakangnya. Keduanya saling melempar senyum.
Joon
Ha mengajak Dong Joo bermain bola di sana. Dong Joo memungut sarung
tangan dan bolanya. Ia mulai melempar bola ke arah Kakaknya. Joon Ha
menangkapnya dengan tangkas dan melempar kembali ke arah Dong Joo. Dong
Joo juga menangkapnya dengan baik. Keduanya beberapa kali saling
melempar dan menangkap bola. (Oh oh untuk adegan ini berapa banyak bola yang jadi korban jatuh ke laut ya??)
Ny
Tae mondar-mandir di kamar tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Terdengar suara Dong Joo dan Joon Ha bicara. Ny Tae langsung kembali ke
tempat tidur menutup tubuh dengan selimut. Dong Joo masuk ke kamar
ibunya dan mengatakan kalau Joon Ha datang. “Katanya dia akan menginap
beberapa hari. Apa ada yang ingin ibu katakan?”
Ny
Tae membuka selimut dan bertanya apa mata Joon Ha sudah sembuh. Dong
Joo mengangguk. Ny Tae lega mendengarnya. Ia akan kembali membaringkan
tubuh tapi Dong Joo menahan meminta ibunya menemui Joon Ha, jangan
mengacuhkan seperti itu.
Ny Tae mengatakan kalau Joon Ha
tak mau melihatnya. Dong Joo tersenyum dan bertanya apa benar seperti
itu, “Ibu tentu tahu kata-kata apa yang paling disukainya. Jangan
lakukan hal yang akan ibu sesali. Bisa jadi ini kesempatan terakhir ibu
bertemu dengannya.”
Dong
Joo dan Joon Ha tidur sekamar. Joon Ha belum tidur, kayaknya dia akan
menemui Ny Tae. Tapi Dong Joo meminta kakaknya membiarkan saja dulu.
Dong Joo berkata kalau ia belum bisa pulang, ia masih harus di Saipan
dan Kakaknya harus pulang. Joon Ha diam tak mengatakan apa-apa, ia hanya
mendesah.
Dong
Joo bangun memandang wajah Joon Ha dan bertanya tatapan wajah seperti
apa itu, “Kalau kau tak nyaman tidur disini cari tempat lain buat tidur.
Aku mau tidur.” Dong Joo langsung merebahkan tubuhnya kembali.
Dan plok.... dengan keisengannya Joon
Ha memukul Dong Joo menggunakan bantal. “Hey.. kau egois, aku juga mau
tidur disini. Aku ini lebih egois dari pada kau, hah..... merepotkan
saja.”
“Merepotkan...” Joon Ha
langsung merebahkan badannya. Tapi sesaat kemudian ia bangun lagi,
“Lebih baik kau pergi sebelum aku teriak. Dengarkan kata-kata kakakmu!”
Dong Joo terkekeh melihat tingkah kakaknya, ia langsung memperagaakn bahasa isyarat, ‘orang bodoh’ dan langsung akan tidur.
Joon
Ha ingin tahu apa artinya itu. Dong Joo kembali memperagakannya. Joon
Ha makin penasaran ia menebak artinya. “Apa itu artinya aku tampan? Atau
apa artinya hidungku mancung?” Buwahaha tebakan Joon Ha sama seperti
tebakan Dong Joo ketika kecil dulu.
Ny
Tae masih menyendiri dengan penyesalannya, ia menimbang-nimbang apa
yang Dong Joo katakan padanya. Apakah ia harus menemui Joon Ha atau
tidak.
Pagi hari cuaca cerah di Saipan. Joon Ha bangun terlambat dan Dong Joo sudah tak ada di sampingnya.
Joon
Ha bersiap keluar, ia melihat Ny Tae duduk membelakanginya melihat
pemandangan. Ny Tae menegok ke arah Joon Ha. Joon Ha menghampirinya dan
Ny Tae langsung berdiri.
Nya
Tae berkata kalau ia perlu mendengar sesuatu dari Joon Ha. Joon Ha
mengatakan kalau tak ada yang perlu ia katakan, “Dong Joo sudah pulang
dan semua kembali ke tempat semula. Kau juga harus kembali.”
Joon
Ha akan pergi tapi Ny Tae langsung mengatakan sesuatu yang membuat Joon
Ha menghentikan langkahnya, “Aku, Dong Joo, dan kau. Kita berjanji
untuk selalu bersama sampai akhir. Apa kau lupa bagaimana kau pernah
memintaku untuk membawamu kalau aku mati? Kalau kau ijinkan... mulai
sekarang... aku benar-benar ingin menjadi ibunya Joon Ha.”
Hati Joon Ha tak kuasa mendengarnya.
Ny Tae : “Kau tak perlu menjawabnya sekarang. Agar kau bisa menjadi anakku, aku akan menunggu.”
Joon Ha tak bisa membendung air matanya.
“Sebagai balasannya sering-seringlah mengunjungi ibumu ini Joon Ha. Ibu minta maaf. Maafkan aku. Maafkan aku Ma Roo.”
Joon
Ha berbalik badan menatap ibunya dengan penuh air mata. Keduanya
berusaha untuk tersenyum, “Ibu...” ucap Joon Ha. Ny Tae senang Joon Ha
kembali memanggilnya Ibu.
Di kelas kuliah Woo Ri sedang diadakan tes.
Pertanyaan dari guru, “Tiga hal penting apa yang harus diperlukan seorang penerjemah bahasa kode?”
Seorang mahasiswa menjawab, “Yang pertama fleksibel, kedua objektif dan ketiga rasa tanggung jawab.”
Jawabannya diberi tepuk tangan. Nih kayak gini tepuk tangannya kayak orang bersorak. Bukan prok prok.
Kini giliran Woo Ri yang harus
menjawab pertanyaan. Woo Ri gugup dan menghela nafas panjang. “Bong Woo
Ri kenapa kau mau menjadi penerjemah bahasa kode?”
Woo
Ri berfikir sejenak kemudian ia berkata sambil memperagakan bahasa
kode, “Aku ingin menjadi penghubung antara dunia dan orang-orang yang
sangat penting bagiku. Sambil menunggu orang itu.....”
Tiba-tiba
Dong Joo masuk ke kelas Woo Ri. Woo Ri tersenyum senang melihat Dong
Joo. Spontan ia langsung berseru sambil memperagakan bahasa kode, “Aku
merindukanmu.”
Uhhhhhh.... terdengar riuh teman
sekelasnya. Dong Joo bingung tak tahu apa yang terjadi. Si Guru
bertanya, “Apa dia itu orang yang kau sebutkan?”
Woo
Ri menjawab pertanyaan gurunya hanya menggunakan bahasa kode tanpa
omongan, “Ya. Tak bisakah guru tahu hanya dengan melihatnya saja. Dia
begitu mencintaiku.”
Uhhhhhh.... kembali terdengar
suara riuh teman-teman Woo Ri yang mengerti apa yang Woo Ri peragakan.
Dong Joo yang tak mengerti hanya bengong saja. Guru mengistirahatkan
kelasnya.
Woo
Ri menemui gurunya. Ia meminta Dong Joo untuk menyapa gurunya. Dong Joo
langsung memperkenalkan diri. Si Guru senang bisa bertemu dengan Dong
Joo karena ia juga penyandang tuna rungu. “Walaupun tak bisa mendengar
aku senang bisa bertemu denganmu.”
Setelah
si Guru pergi Dong Joo bertanya apa kedatangannya mengganggu. Woo Ri
berkata kalau kedatangan Dong Joo tepat waktu. Keduanya tersenyum saling
menatap, “Aku sudah kembali.” sahut Dong Joo. Woo Ri mengangguk senang.
Dong Joo langsung memeluk Woo Ri.
Woo
Ri mengajak Dong Joo ke rumahnya. Keduanya melihat nenek tertidur
sambil duduk dan di sebelah Nenek, Shin Ae juga tertidur. Mungkin Shin
Ae ketiduran ketika menjaga ibunya. Keduanya memberi tanda agar tak
berisik.
Woo
Ri langsung menggelar kasur. Dong Joo membopong nenek dan
membaringkannya. Setelah menyelimuti Nenek, Dong Joo langsung pamit akan
pulang. Woo Ri kesal mendengarnya, “Kau sudah mau pergi? Baiklah, pergi
sana!” Keduanya keluar dari kamar Nenek.
Nenek terlelap dan ia pun bermimpi. Mimpi ketika Young Kyu masih kanak-kanak.
Nenek
pusing mencari Young Kyu kecil kesana-kemari, ia bertanya pada setiap
penjual di pasar apa melihat Young Kyu tapi tak ada yang melihatnya,
“Tuan muda Young Kyu.. Tuan muda Young Kyu.” teriak nenek.
Nenek
melihat Young Kyu kecil duduk menangis sendirian dibawah guyuran hujan.
Ternyata lutut Young Kyu kecil terluka karena terjatuh. Young Kyu kecil
terus menangis memanggil ibunya.
Nenek menenangkan Young Kyu
kecil dengan mengatakan kalau mulai sekarang ia adalah ibu Young Kyu.
Young Kyu kecil menolak. Nenek cemas bagaimana caranya agar Young Kyu
kecil tak menangis.
Nenek berusaha menghibur dengan
menawarkan akan membelikan permen. Tapi tak mempan Young Kyu kecil tetap
menangis. Nenek mengajak Young Kyu menyanyi tapi Young Kyu terus saja
menangis. Nenek tak kehilangan akal ia akan menggendong Young Kyu kecil
agar tak menangis, tapi Young Kyu tetap menolak. Young Kyu kecil malah
mendorong nenek dan membuat nenek hampir terjatuh.
Nenek dengan sabar berusaha menghibur
dan meminta Young Kyu kecil naik ke punggungnya. Young Kyu kecil
akhirnya mau digendong tapi tangisnya tak kunjung reda.
Young
Kyu kecil tertidur dalam gendongan nenek. Nenek melihat tangan dan kaki
Young Kyu terkulai karena tidur pulas. Nenek tak kehabisan akal, ia
mengikat tangan Young Kyu agar ia lebih mudah menggendong.
Nenek : “Tuan muda tak usah khawatir.
Tidurlah. Aku memang bodoh dan miskin tapi aku akan menepati janjiku
pada orang tuamu. Aku memang bukan ibu yang baik bagi tuan muda
sepertimu. Tapi apapun yang terjadi, aku tak akan pernah membiarkanmu
kelaparan. Kau tak usah khawatir. Tidurlah! Karena anak mereka cacat.
Orang tua seperti apa yang membuang anaknya? Orang tua seperti apa itu?
mulai sekarang kau tak usah mencari mereka!”
Dalam tidurnya Young Kyu kecil begumam memanggil nama ibu.
Nenek : “Apa yang harus kulakukan anak
ini tak mirip dengan putriku. Tuan muda, kita bukan orang kaya makanlah
dan bicara dengan orang lain. Kita hidup bergantung pada orang lain.
Jadi tidurlah dan jangan khawatir.”
Nenek menyanyikan lagu untuk Young
Kyu. Tapi kemudian ia mendesah, “Suamiku meninggalkanku dan aku harus
mencari makan sendiri.” Nenek kembali menyanyikan lagu untuk Young Kyu
kecil.
Nenek terbangun dari mimpinya dan Young Kyu sudah ada di sebelahnya sambil tersenyum, “Ibu kau sudah bangun?”
“Maaf.
Aku harus menemukan Young Kyu. Aku harus menemukan Tuan muda Young Kyu,
tolong carikan dia untukku!” Pinta nenek masih dalam kepikunannya.
Young Kyu sedih melihat ibunya seperti ini, “Aku Young Kyu. Aku anak ibu, Aku Bong Young Kyu.”
“Tidak. Young Kyu tingginya hanya segini.” kata Nenek. “Bagaimana ini, aku harus mencari Young Kyu?”
Woo Ri dan Shin Ae melihat dari balik pintu. Keduanya tampak sedih.
Young
Kyu : “Aku Bong Young Kyu. Aku Young Kyu besar karena makanku banyak
aku tumbuh. Maafkan aku, Bu. Maaf kalau aku banyak makan hingga tumbuh
besar.”
Woo Ri berusaha menghibur
ayahnya. Young Kyu menangis dan berkata mulai sekarang ia tak mau makan
lagi, “Aku tak mau makan. Aku mau jadi kecil saja. Aku mau sekecil
ini.”
Nenek
meminta Young Kyu jangan seperti itu, “Kalau aku melihatmu kau mirip
dengan Young Kyu kecilku. Kalau kulihat lagi kau sangat mirip dengan
Young Kyu. Jadi kau tak usah menangis lagi. Jangan menangis dan
makanlah!”
Young Kyu mengerti dan
menggenggam tangan ibunya, “Ibu kalau aku tak menangis dan makan, aku
anakmu benar kan? Bong Young Kyu anak ibu kan?”
Nenek
mengangguk. Young Kyu senang dan berkata pada Woo Ri kalau nenek
mengenalnya. Young Kyu berjanji tak akan menangis lagi dan berpesan pada
ibunya agar tak lupa lagi padanya. “Aku Bong Young Kyu anak ibu, jangan
lupa itu.”
Dong
Joo ke kantor Energy Cell. Ia memberi kejutan pada pegawainya, “Selama
aku tak disini kalian sudah bekerja keras.” sahut Dong Joo.
Semua
senang melihat Dong Joo kembali ke kantor. Min Soo tanya kalau Dong Joo
kembali apa Ny Tae juga pulang. Dong Joo mengatakan kalau ibunya ia
tinggalkan dengan anak tertua Ibunya. Min Soo tersenyum lega, “Kalian
berdua pasti sudah baikan.”
Di
rumah, Woo Ri dan yang lain membuat banyak makanan. Mi Sook juga ikut
membantu. Nenek meminta Young Kyu mencoba makanan yang dibuatnya.
Young
Kyu sudah siap akan mencicipi tapi Woo Ri langsung menyambarnya dan
berkata kalau itu sangat enak. Young Kyu merengut, “Itu punyaku. itu
untukku.” Nenek melerai meminta Young Kyu jangan marah karena masih
banyak yang lainnya. Nenek langsung memberikan makanan buatannya untuk
Young Kyu. Young Kyu berkata kalau itu enak.
Seung
Chul datang membawa buah plum untuk nenek. Woo Ri ingin melihatnya tapi
Seung Chul melarang karena itu bukan buat Woo Ri tapi khusus untuk
nenek. Nenek berseru lebih baik itu dimakan bersama-sama.
Mi Sook senang berada di
tengah-tengah keluarga ini, “Aku nonton drama dan aku ingin keluarga
seperti itu. Selama ini kita mungkin kurang bahagia. Tapi kini kita
bahagia kembali. Aku suka.”
Dong
Joo berkunjung ke rumah Woo Ri membawa sekeranjang buah-buahan dan
bawaan Dong Joo langsung disandingkan dengan yang dibawa Seung Chul.
Wehehehe.
“Apa ini?” Seung Chul
kesal. “kau.... ikut aku!” Seung Chul mengajak Dong Joo bicara di luar.
Woo Ri akan menyusul keduanya tapi Young Kyu melarang ia yang akan
menyusul.
Di
luar Seung Chul mengingatkan Dong Joo agar tak coba-coba berbuat
sesuatu yang bisa membuat Dong Joo menjadi anggota keluarga disini. Dong
Joo tertawa dan berkata kalau ia baru akan menyatakan hal itu pada
keluarga disini hari ini.
“Apa
maksudmu?” tanya Seung Chul. Ia merasa Dong Joo berlagak seolah-olah
Dong Joo yang menang. Ia belum menyerah tentang Bong Woo Ri.
Dong Joo meminta Seung Chul
mengalah kali ini saja. Dong Joo mengatakan kalau ia mempunyai banyak
kelebihan daripada Seung Chul. Ia bisa memenuhi kebutuhan Woo Ri.
“Seperti katamu, aku akan menjaganya sampai akhir. Aku berjanji.”
Seung Chul : “Memangnya kau mau melamarku? Lucu sekali.”
Young
Kyu datang tergesa-gesa. Ia mengira Seung Chul dan Dong Joo terlibat
baku hantam seperti dulu. “Cha Dong Joo apa kau tak apa-apa?”
“Baiklah.
Cha Dong Joo, aku mengalah sekali ini saja.” Seung Chul langsung pergi
dengan kekesalannya. Young Kyu menyahut, Seung Chul yang malang hehe.
Dong
Joo ingin tahu apa alasan Young Kyu menikahi ibunya Woo Ri. Young Kyu
terkejut dengan pertanyaan Dong Joo. Ia menjawab kalau Mi Sook wanita
yang paling cantik. Mi Sook satu-satunya wanita baginya.
Dong
Joo : “Kalau begitu aku juga. Bong Woo Ri adalah yang tercantik
diantara semua wanita, hanya dia yang kulihat. Bolehkah aku menikahi Woo
Ri?”
“Apa?” Young Kyu menepuk kelapanya, “Bagaimana ya? Ya kalau begitu lakukanlah!” (hehehe)
Dong
Joo tentu saja senang, “Kalau begitu mulai sekarang Bong Young Kyu
bukan lagi temanku kau adalah ayahku. Ayah Cha Dong Joo itu kau.”
Young Kyu bingung, “Ayah Cha Dong Joo? aku ayah Bong Ma Roo. Ayah Cha Dong Joo? kalau dua-duanya aku jadi bingung,”
Dong Joo : “Tidak akan. Yang satu dokter, Bong Ma Roo dan yang satunya bukan dokter, Cha Dong Joo.”
Young Kyu : “Ah... kalau begitu tidak bingung dan kau tak akan bisa jadi dokter kan?”
Dong Joo mengangguk senang, “Aku tak bisa jadi dokter. Kalau begitu kau setuju pernikahan antara aku dengan Bong Woo Ri?”
“Ya. Anak yang bukan dokter, Cha Dong Joo.” jawab Young Kyu tersenyum.
Na
Mi Sook menata rambut nenek. Nenek merasa ragu apa tak apa-apa ia ikut
menghadiri pesta keluarga lain. Mi Sook berkata kalau menjadi keluarga
itu tak sulit, orang yang tinggal dan makan bersama itu baru yang
namanya keluarga.
Semua
mengitari meja yang penuh dengan makanan. Paman Lee langsung berdiri
berniat memberi sambutan, sendok ia gunakan sebagai microphone.
“Hari
ini untuk pertama kali sejak 16 tahun yang lalu keluarga kita lengkap
berkumpul dan makan bersama. ada yang ingin kusampaikan....”
Young
Kyu melirik ke arah Joon Ha dan meminta sobatnya diam jangan terus
bicara nanti nasinya dingin lebih baik langsung makan saja. Yang lain
juga setuju langsung makan saja tak perlu ada sambutan segala.
Joon Ha menyendok dan melahap nasi. Semua mata menatapnya, Young Kyu tersenyum senang akhirnya Joon Ha memakan nasi buatannya.
Seung
Chul langsung memberikan tepuk tangan dan yang lain pun ikut tepuk
tangan. Suasana menjadi riuh Joon Ha hanya tersenyum malu.
Paman Lee merengut karena
pidatonya terganggu. Bibi Lee meminta suaminya duduk. Young Kyu berkata
pada ibunya bukankah senang kalau punya keluarga besar. Nenek
mengiyakan, “Aku senang kalau kalian semua bahagia.” Ucap nenek lirih.
Bibi Lee mengeluh kenapa tak ada
alkohol. Seung Chul berkata kalau hari ini sengaja tak ada alkohol,
“Kenapa? kalau aku mabuk kalian semua tak akan bisa mengatasi aku.”
Mi
Sook melihat sikap Shin Ae dan ia merasa aneh. Shin Ae dari tadi hanya
diam saja dan duduk menjauh dari putranya. Joon Ha menatap sikap ibu
kandungnya yang memang seperti tak nyaman dan serba salah.
Woo
Ri meminta nenek makan yang banyak. Nenek sangat berterima kasih dan
minta maaf karena mereka semua sudah baik pada orang asing seperti
dirinya. Sebagai anak dan cucu kandung dari nenek, Shin Ae dan Joon Ha
sedih melihat kondisi nenek yang tak mengingat mereka sekarang.
Nenek memakan nasinya, Young Kyu
langsung bertanya apakah nasinya enak. Nenek mengangguk dan berkata
lirih kalau nasi yang ia makan nasi terenak di dunia. Woo Ri terharu
mendengarnya, Dong Joo mengerti suasana hati Woo Ri dan langsung
memberikan semangat dengan mengelus bahu Woo Ri.
Acara
makan selesai, Joon Ha menatap foto masa kecil dirinya. Woo Ri tengah
mengelap meja yang digunakan untuk makan tadi. “Itu foto kita ketika
masih kecil.” sahut Woo Ri.
Woo Ri langsung berdiri di samping kakaknya dan berkata kalau mereka harus membuat foto keluarga yang terbaru.
“Kita foto sekeluarga ketika kau menikah nanti,” ujar Joon Ha.
Woo Ri : Apa ?
Joon Ha : “Ah... kau mau kado pernikahan apa? Kakakmu ini akan membelikan apa saja yang kau mau.”
Woo Ri diam tak tahu harus mengatakan apa.
Joon Ha menatap tajam Woo Ri, “Adiknya Bong Ma Roo, Bong Woo Ri. Terima kasih sudah menjaga ayah dan nenek.”
Woo Ri tersenyum, “Kakaknya Bong Woo Ri, Bong Ma Roo. Terima kasih sudah menepati janji untuk kembali.”
“Katanya
kau ingin mengenakan gaun pengantin, akan kupilihkan untukmu.” ucap
Joon Ha. tepat saat itu Dong Joo datang, “Ada apa disini? Kenapa kau
yang memilihkan?”
“Karena aku kakaknya.” ujar Joon Ha, “Kakakmu akan membelikan gaun pengantin untukmu.”
Dong Joo mengeraskan suaranya, “Jang Joon Ha?”
Woo Ri : “Dia bukan Jang Joon Ha, dia Bong Ma Roo.”
Woo Ri berlalu dari hadapan keduanya. Dong Joo melongo melihatnya.
“Lihat kan katanya aku Bong Ma Roo,” sahut Joon Ha. Dong Joo makin tak mengerti, “Bong Ma Roo!” panggilnya.
Ny
Tae sudah pulang ke Korea dan berada di rumah Dong joo. Ia tengah
menyiapkan makanan untuk putranya. Dong Joo pulang, Ny Tae langsung
menyuruh putranya agar lekas mandi karena ia sudah menyiapkan mie
campur. Dong Joo berkata kalau ia sudah makan.
Dong Joo melihat baju yang
dikenakan ibunya dan memuji dari sekian baju ibunya ini yang paling
cantik. Ny Tae mengatakan kalau Ma Roo yang membelikannya ketika di
Saipan.
Dong Joo merengut karena ia sudah kecolongan lagi dan berkata seharusnya ia tak menyatukan kakak dan ibunya.
Ny Tae : “Kau masih punya kesempatan. Kalau ingin kembali ke masa kita bersama Ma Roo,”
“Aku menolak,” kata Dong Joo. “Satu perempuan saja sudah cukup bagiku. Satu sudah cukup.”
“Perempuan? Hey ibu tak setuju kau dengan gadis jelek itu.”
“Dia tidak jelek, dia lucu.”
“Dia jelek. Dari dulu sudah kubilang jangan main dengannya, bermainlah dengan gadis cantik.”
“Bukankah sudah kubilang tak ada wanita cantik selain ibu.”
Dan keduanya bercanda bersama.
Young
Kyu menanam bunga di taman. Ia melirik ibunya yang duduk tertidur.
Young kyu tak konsentrasi ia menghampiri ibunya. “Ibu, biasanya ibu
selalu mengumpatku. Ibuku selalu mengumpatku. Benar.”
Ponsel Young Kyu berdering, Woo
Ri menelponnya. Young Kyu mengatakan kalau nenek tertidur dan tidurnya
nyenyak. Dia tidur sepanjang hari. “Woo Ri aku akan terus menjaga ibu.
kau tak usah khawatir bermainlah dengan Dong Joo. Aku tahu, walaupun aku
tak melihatmu.” (wehehe bermain apa?)
Nenek terbangun Young Kyu langsung menyudahi bicaranya dengan Woo Ri.
Nenek
bergumam sambil menatap bunga-bunga yang ada di depannya, “Semua sudah
mati kecuali kau yang masih hidup.” Nenek juga mengucapkan kata-kata
umpatannya pelan.
Young
Kyu senang mendengar ibunya mengumpat. Young Kyu membungkuk berterima
kasih karena ibunya sudah mengumpat. Nenek heran dengan terima kasih
yang aneh itu. Young Kyu ingin ibunya mengumpat lagi.
Nenek : “Anak yang aneh jangan ganggu aku, lakukan pekerjaanmu.”
Young
Kyu mengerti dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Tak lupa Young Kyu
memberikan permen agar ibunya tak bosan menunggunya bekerja.
“Orang yang baik.” gumam nenek. Young Kyu tersenyum meneruskan pekerjaannya sambil sesekali melirik ibunya dan tersenyum.
“Terima kasih...” Nenek membalas senyum Young Kyu sambil melambaikan tangan. Young juga melambaikan tangan pada ibunya.
Young
Kyu menggendong ibunya yang sudah tetidur, “Ibu ini rahasia. Tapi
karena kau ibuku aku akan memberitahumu. Dong Joo hanya melihat Woo Ri
sebagai wanita. Mi Sook juga satu-satunya wanita bagiku. Ibu ini hanya
pendapatku, tapi apakah aku harus mengijinkan Dong Joo dan Woo Ri
menikah? Aku juga menikahi Mi Sook. Ibu rahasiakan ini ya! Ibu apa kau
sudah tidur? ibu pasti sangat lelah. Baiklah Bu, tidurlah. Aku
kunyanyikan lagu untukmu.”
Young
Kyu menyanyi dengan riang. Nenek tetap memejamkan matanya. Tiba-tiba
tangan nenek terkulai. Melihat itu Young Kyu mengikat tangan nenek agar
ia tak kesulitan menggendong. Seperti yang dilakukan nenek padanya
ketika ia kecil. Young Kyu melanjutkan nyanyiannya sambil tersenyum.
Nenek memejamkan mata untuk selama-lamanya.
Semua
orang mengenakan baju hitam. Suasana berkabung dilakukan di taman.
Young Kyu memasang gambar nenek di pohon. Mereka akan menguburkan abu
Nenek di taman.
Young Kyu menatap gambar ibunya, “Ibu...” sebutnya lirih. Woo Ri memapah ayahnya untuk mundur.
Joon Ha membawa abu nenek. Ia meletakan abu neneknya dan siap dikuburkan. Perlahan-lahan Joon Ha mulai menguburnya dengan tanah.
Kemudian Dong Joo dan Seung Chul melakukan hal yang sama. menguburkan abu nenek dengan tanah.
Young Kyu berusaha untuk tak menangis, ia berusaha sekuat tenaga untuk tegar. Woo Ri tak kuasa membendung air matanya.
Shin
Ae tak bisa menguasai perasaannya, rasa kehilangan terhadap ibu yang
kini sangat ia cintai tak dapat membendung air mata yang terus mengalir.
Suara tangisnya yang paling terdengar. Joon Ha pun tak kuasa menahan
kesedihan kehilangan neneknya.
Paman
dan Bibi Lee juga merasa kehilangan nenek yang sudah mereka anggap
sebagai orang tua mereka sendiri. Seung Chul pun demikian ia sudah
menganggap nenek seperti nenek kandungnya sendiri.
Na
Mi Sook berdiri di samping Woo Ri berusaha menguatkan Woo Ri, ia
sendiri pun merasa kehilangan sosok seorang ibu. Dong Joo pun menitikan
air matanya.
Abu
nenek sudah terkubur. Young Kyu mendekati dan meraba gundukan kuburan
ibunya dengan tangan gemetaran, “Ibu walaupun orang-orang menganggapku
bodoh. Aku tak apa-apa, karena aku anakmu. ‘Young kyu yang terbaik’
‘anakku Young Kyu yang terbaik’. Ibu aku ingin mendengar itu sekali
lagi. Ibu kau juga yang terbaik.”
“Aku
menyukai ibu lebih dari ibuku. Ibuku membuangku. Ibu... terima kasih
sudah membesarkanku.” Young Kyu tersenyum berusaha untuk tak menitikan
air matanya. Namun lain halnya dengan Woo Ri dan Shin Ae, air mata
keduanya mengalir deras.
Young
Kyu membungkuk memberi penghormatan terakhir untuk ibunya. Ia pun
akhirnya tak bisa menahan air matanya, “Ibu.... maafkan aku, aku sudah
berjanji tak akan menangis tapi air mataku tetap keluar. Maafkan aku,
Bu. Ibu... ibu...”
Woo
Ri membantu ayahnya berdiri. Young Kyu dipapah kedua putra putrinya
yang juga menangis kehilangan nenek mereka. Young Kyu kembali berjanji
ia tak akan menangis lagi.
Joon Ha memandang gambar nenek yang terpasang di pohon dengan perasaan pilu.
Shin Ae terus menangis tak henti, “Ibu....”
Woo Ri dan Dong Joo duduk bersama menikmati pemandangan danau.
Dong
Joo membuka percakapan, “Bong Woo Ri.. Sebenarnya aku berbohong.
Tentang waktu aku di Saipan. Mengenai mimpiku menjadi Indiana jones. Itu
bohong.”
Dong
Joo mulai bercerita, “Ketika aku berusia 13 tahun. Ketika aku mengikuti
seekor katak, aku bertemu gadis cantik berusia 9 tahun. Walaupun dia
tak bisa, tapi dia berpura-pura bisa bermain piano dan gadis cantik itu
berkata dia kehilangan bendanya yang paling berharga. Aku mengembalikan
padanya dan menyelamatkan si gadis cantik itu. Setelah itu dia berterima
kasih. Benda yang beharga itu lalu diberikannya padaku.”
Dong
Joo merogoh saku celananya dan mengambil kantong kacang. Ia memberikan
benda itu pada Woo Ri. Dong Joo kembali melanjutkan ucapannya, “Waktu
itu aku sudah jatuh cinta tanpa kutahu apa namanya. Si gadis cantik itu,
selama 16 tahun aku menyimpan benda itu. Aku terus mengingat kenangan
itu. Suara piano itu adalah suara terakhir terindah yang kudengar.
Pertemuan itu, mungkin terakhir kalinya kudengar suara dunia dan karena
kenangan itu aku bisa menghadapi dunia.”
Dong Joo menutup kedua telinga dengan tangan sambil memejamkan mata, “kung kung kung...”
Dong Joo kembali membuka mata dan tersenyum, “Aku jadi tahu caranya mendengar suara hati dari gadis itu.”
Woo Ri tersenyum mendengarnya.
Dong
Joo : “Woo Ri, walaupun aku tak bisa mendengar suaraku sendiri aku
selalu mengingat suaramu. Itulah kenapa setiap kau menyebut ‘Cha Dong
Joo’ kau memanggil namaku aku sangat senang. Aku hanya mendengar
suaramu.”
“Cha Dong Joo.” sebut Woo Ri sambil tersenyum.
Dong
Joo memperagakan bahasa isyarat tanpa mengatakan kata-kata, “Maukah kau
selalu bersama disisiku? Agar kau bisa mendengar suaraku.”
Woo Ri mengangguk seraya tersenyum.
Dong Joo merasakan sakit di telinga. Ia menepuk-nepuk telinganya lalu keluarlah sebuah cincin. (oh so sweet...)
Woo Ri terkejut melihatnya.
“Aku mungkin tak bisa mendengar karena ini. Menikahlah dengan Cha Dong Joo.”
Woo Ri kembali mengangguk sambil tersnyum. Dong Joo langsung menyematkan cincin ke jari Woo Ri.
Woo Ri : “Apa kau bisa mendengar sekarang?”
Dong Joo memalingkan kepalanya dan tertawa. Keduanya tertawa bersama.
Di BBQ Chicken.
Dong
Joo mengambilkan ayam untuk Seung Chul yang tengah patah hati wehehe.
Tapi Paman Lee merebut ayam yang diambilkan Dong Joo dan langsung
memakannya.
Seung Chul meminta Dong Joo mengajaknya piknik.
Dong Joo tertawa, “Memangnya aku mau mengajakmu?”
Seung
Chul : “Katanya kita teman. Ada teman yang patah hati tapi kau tak
mengajaknya jalan-jalan. Beberapa hari ini aku tak bisa tidur.”
Bibi
Lee ikut bicara, “Sekali seorang pria menyerahkan hatinya sulit untuk
ditarik kembali. Kau harus membuka restouran yang nomor 2, jangan
kemana-mana dulu setelah itu kau harus membuka restouran nomor 3, 4 dan
seterusnya. Dan jadilah raja ayam.”
Seung Chul mengeluh apa gunanya menjadi raja ayam dan kaya raya kalau tak ada seorang ratu disisinya.
“Siapa bilang? Kau punya aku.” sahut Paman Lee. “Aku pandai menggunakan uang.”
Dong Joo memuji ayam di BBQ Chicken enak. Ia memesan untuk dibawa ke kantor untuk pegawai-pegawainya.
Seung Chul terus memaksa diajak piknik bersama.
“Baiklah. Mau menginap berapa malam.” ujar Dong Joo seraya menggenggam tangan Seung Chul. Buwahahaha.
“Apa-apaan ini, menjijikan.” Seung Chul menarik tangannya.
Bibi Lee berkata kalau suara
Dong Joo sudah melumerkan hatinya. Tak heran Woo Ri menyukai Dong Joo.
Seung Chul kesal ibunya menyebut nama Woo Ri di depannya. Tak hanya
ibunya ayahnya pun menyebut nama Woo Ri.
Seung
Chul berteriak kesal sambil menutup telinga meminta jangan menyebut
nama Woo Ri. Dong Joo malah menggoda Seung Chul dengan menanyakan Woo Ri
pada Paman dan Bibi Lee.
Bibi
Lee juga menggoda putranya dengan terus-menerus menyebut Woo Ri Woo Ri
Woo Ri membuat Seung Chul terus berteriak kesal hehehe.
Woo
Ri janjian bertemu dengan Min Soo di sebuah restouran Es Krim. Woo Ri
bertanya kenapa ke restouran es krim dan mengajak minum alkohol saja.
Min Soo menatap tajam Woo Ri dan
bertanya sejak kapan Woo Ri menyukai Cha Dong Joo. Woo Ri bingung
menjawabnya, “Kapan ya? Rasanya ketika usiaku 9 atau 10 tahun karena
sudah lama sekali aku sampai tak ingat.”
Min Soo kesal sampai ia akan
memukulkan sendok es krim yang ia pegang. Woo Ri hanya bisa terkekeh
melihatnya. Woo Ri minta maaf sudah lama ia ingin mengatakan hal ini
pada Min Soo tapi karena banyak kejadian ia tak berani mengatakannya.
Pelayan
datang membawakan pesanan Min Soo yang dibungkus dan Min Soo
mendapatkan bonus tas karena mereka sedang promo, “Ini bisa dipakai
kalau kau mau piknik dengan pacarmu.” ujar si pelayan.
Melihat tas itu Min Soo jadi
tambah kesal dan memberikannya pada Woo Ri. Woo Ri tentu saja senang
menerimanya, ia bisa memakai tas ini untuk piknik bersama Cha Dong Joo.
“Tak boleh.” Min Soo mengajak Woo Ri minum dengannya.
Joon Ha sudah siap dengan pakaian rapi, Shin Ae masuk ke kamar menemuinya.
Shin
Ae meminta putranya membelikan tiket pesawat untuknya, “Aku lelah.
Ibu... ibu sudah tidak ada, untuk apa aku tinggal disini? Walaupun aku
tak banyak berbuat sesuatu padanya, kupikir di Amerika akan lebih nyaman
dari pada disini.”
Joon Ha : “Kenapa kau harus dibelikan tiket?”
Shin Ae : apa?
Joon Ha : “Kau belum berbuat apa-apa untukku. Aku juga tak akan membelikan apa-apa untukmu.”
Shin Ae : “Tapi Ma Roo ada banyak hal....”
Joon
Ha : “Jangan menghindariku. Kau hiduplah lebih baik, itulah yang bisa
kau perbuat untukku. Aku tak akan memberimu apa-apa. Kalau kau ingin
sesuatu dariku berbuatlah sesuatu untukku.”
Joon Ha akan keluar Shin Ae memanggilnya, “Ma Roo aku akan baik-baik saja. Tidak, aku akan hidup lebih baik lagi.”
“Aku akan kembali.” kata Joon Ha seraya tersenyum.
Shin Ae terharu mendengarnya,
Joon Ha memberinya kesempatan untuk berbuat sesuatu sebagai seorang ibu,
“Terima kasih sudah menahanku pergi.” Shin Ae menangis gembira.
Joon Ha kembali bekerja sebagai dokter. Ia berjalan penuh senyuman dan menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya.
Joon
Ha menghentikan langkahnya ketika ia melihat seorang nenek yang tak
sanggup berjalan. Ia melihat nenek itu seperti melihat neneknya sendiri.
“Nenek apa kakimu sakit? Apa kau mau kugendong?” Joon Ha menawarkan diri.
“Bisakah kau mengantarku kesini!” kata nenek sambil menunjukan kertas yang dibawanya.
Joon Ha mengerti ia langsung
jongkok di depan nenek siap menggendong. Nenek langsung naik ke punggung
Joon Ha, “Aigoo nyamannya terima kasih dokter.” Nenek tersenyum.
Ny
Tae datang ke rumah sakit dan ia melihat Joon Ha menggendong seorang
nenek. Joon Ha menurunkan nenek itu di tempat yang dituju. Si nenek
mengucapkan terima kasih. Ny Tae terus memperhatikannya dan ikut
tersenyum bangga.
Ny Tae dan Joon Ha menemui dokter yang merawat Choi Jin Chul (ya ampun kita hampir melupakan orang ini)
Dokter mengatakan kalau Choi Jin Chul selalu menolak untuk di operasi.
Maka dari itu pihak rumah sakit memanggil Ny Tae, “Katanya dia ingin
menghabiskan hidupnya di penjara.”
Ny Tae tanya apa kondisi Choi
Jin Chul begitu buruk. Dokter menjawab ya, “Setelah serangan stroke yang
pertama kalau terjadi serangan stroke lagi akibatnya bisa fatal dan
karena kondisi Choi Jin Chul sudah semakin parah dia tak bisa dibiarkan
sendirian. Anaknya datang dan menandatangani formulir ijin operasi
tapi.....”
Ny Tae terkejut mendengarnya, “Anaknya?”
Joon Ha menebak itu pasti Dong Joo.
Dokter berkata kalau kondisi pasien sangat mempengaruhi caranya dalam mengambil keputusan.
Tak
sengaja Joon Ha melihat seorang pria berjalan tertatih menyeret tiang
infus dan berpegangan pada dinding, ya itu Choi Jin Chul. Keduanya
bertemu pandang, Choi Jin Chul terkejut melihat putranya ada di sana. Ia
langsung pergi tak sanggup menemui mereka.
Choi Jin chul berbalik akan ke
kamar rawatnya tapi karena terburu-buru dan kondisinya sedang tak baik
ia terjatuh dan tak ada yang membantunya berdiri.
Joon
Ha menatap iba tapi kemudian ia mengajak ibunya segera pergi dari sana.
Tapi Ny Tae ingin menengok Choi Jin Chul sebentar. Joon Ha berkata
menengoknya nanti saja. “Kondisinya hari ini tak memungkinkan untuk bisa
kita ajak bicara.”
Choi Jin Chul berusaha berdiri
sekuat tenaga dan kembali ke kamar rawatnya. Ia mendengar percakapan
Joon Ha dengan Ny Tae, Joon Ha belum ingin bertemu dengannya. Choi Jin
Chul melirik ke arah Joon Ha yang mengajak Ny Tae pergi, keduanya
kembali bertemu pandang. Ia tak kuasa menahan sedihnya, ia diacuhkan
oleh anak kandungnya sendiri.
Choi
Jin Chul masuk ke kamar rawat dan terkejut melihat Dong Joo ada disana.
Dong Joo membantu Choi Jin Chul kembali ke tempat tidur tapi Choi Jin
Chul menolak ia menyuruh Dong Joo pergi dan jangan datang lagi.
Dong
Joo tak tahu apa yang dikatakan Choi Jin Chul karena posisi Choi Jin
Chul membelakanginya. Dong Joo menyentuh lembut tangan Choi Jin Chul,
“Walaupun kau tak mau melihatku tapi kau tetap harus melihatku agar aku
bisa mengerti apa yang kau katakan. Kak Joon Ha, Ibu dan aku, semua
orang perlu waktu untuk memaafkanmu. Kumohon kau bersedia untuk
dioperasi. Kau harus dioperasi bukan untukmu tapi untuk kita semua.”
Choi Jin Chul mendengarkan semua yang
dikatakan Dong Joo tapi ia tak berani menatap Dong Joo, kesalahannya
pada Dong Joo sudah sangat besar. Sebelum pergi Dong Joo mengatakan
kalau ia akan segera menikah dan ia akan datang berkunjung lagi.
Setelah
Dong Joo pergi Choi Jin Chul hanya bisa menangis tersedu-sedu menyesali
kesalahannya, “Aku sudah bersalah padamu Cha Dong Joo. Aku sudah
menganiayamu. Aku sudah bersalah padamu. Aku bersalah.”
Young
Kyu, Paman Lee dan Manajer Seo tengah menanam bunga di taman. Kim Bi
sedang meneliti tanaman disana. Manajer Seo berkata kalau Dong Joo itu
orang yang baik, dia bahkan memenuhi keinginan calon ayah mertuanya.
Paman Lee meralat kalau itu bukan keinginan Young Kyu tapi keinginan
Ibunya Woo Ri agar memiliki taman bunga di depan rumah dan Manajer Seo
mana mungkin tahu hal itu.
Paman
Lee mendorong Manajer Seo agar menjauh dari Young Kyu. Manajer Seo
sampai jatuh terjengkang. Gilirang Manajer Seo yang mendorong Paman Lee
dan berkata kalau ia dan Young Kyu memiliki hubungan yang akrab. Paman
Lee kembali mendorong Manajer Seo. Manajer Seo kesal melihatnya.
Woo
Ri datang dan bertanya pada ayahnya apakah ayahnya membutuhkan sesuatu.
Young Kyu menjawab kalau ia haus. Dengan semangat 45 dan teriakan yang
mantap Manajer Seo langsung menawarkan diri akan mengambilkan air untuk
Young Kyu.
“Calon istri dan calon
nyonya disini saja. Aku akan lari seperti ini”. Manajer Seo
memperlihatkan gaya cepat yang pernah Woo Ri tunjukan. Manajer Seo
langsung lari mengambil air minum.
Kim Bi mencium bunga dan langsung bersin-bersin. Young Kyu bertanya apa Kim Bi terkena flu. Kim Bi menjawab kalau ia alergi.
Woo
Ri mengatakan kalau ada tanaman obat yang bisa menyembuhkan alergi
sinusitis. Young Kyu menjelaskan khasiat tanaman obat itu. Kim Bi
terkesan dam memuji Young Kyu serba tahu. Young Kyu mengajak Kim Bi
menunjukan tanaman dan cara mengkonsumsinya.
Paman Lee : “Ayahmu itu kuat sekali sudah lama sekali istrinya meninggal tapi sering kulihat dia masih menangis.”
Woo Ri : “Dia sudah berjanji pada nenek bahwa dia tak akan menangis lagi.”
Paman Lee : “Ya benar apa gunanya menangis toh istrinya tak akan hidup lagi.”
Malah Paman Lee yang sedih dan menangis. Woo Ri meminta Paman Lee jangan menangis, kalau ayahnya melihat dia akan ikut menangis.
“Mong goon ke sini cepat!” Young Kyu mengajak sobatnya untuk ikut bersamanya.
Paman
Lee malah mengumpat sambil mengusap air matanya, “Kau pikir aku ini
apa? Apa kau suka padaku?” Paman Lee langsung lari menyusul Young Kyu.
Saatnya piknik. Mereka piknik di dekat abu nenek dikuburkan.
Dan
hoho pakaian Bibi Lee paling wah. Paman Lee heran melihat istrinya,
“Apa kau mau ikut karnaval?” Seung Chul juga tak suka melihat pakaian
yang dipakai ibunya.
“Ini pesta kan?” tanya Bibi Lee.
“Ini bukan pesta ini piknik.” ujar Paman Lee.
Bibi
Lee menilai itu sama saja, ia meminta pendapat Yong Kyu bagaimana
penampilannya apa ia kelihatan aneh. Young Kyu berkata kalau Bibi lee
sangat cantik.
Na
Mi Sook meminta perhatian sebentar sebelum menata makanan. Ia
menengadahkan wajahnya ke langit dan berteriak kencang, “Mi Sook-ssi....
aku tak mencurinya setelah hidup bersama Bong Young Kyu sebagai teman
akan kukembalikan dia.”
Shin Ae dan Ny Tae terkekeh melihatnya, “Apa-apaan kau ini? Lucu sekali.”
Joon Ha tersenyum melihat keakraban kedua ibunya.
Dong
Joo ingin tahu apa maksudnya dan ia bertanya pada Woo Ri. Woo Ri
menjelaskan sambil memperagakan bahasa isyarat, “Dia baru saja melamar
ayahku.”
Dong Joo tersenyum senang tapi kemudian merengut, “Lalu kapan kita akan menikah?”
“Apa kau mau menikah disini?” tanya Woo Ri.
Dong Joo mengangguk setuju, keduanya tertawa.
Seung Chul ikut tersenyum dan sudah rela melepas Woo Ri untuk Dong Joo.
Na
Mi Sook kembali bicara pada Young Kyu, “Go Mi Sook itu istrimu dan Na
Mi Sook itu temanmu. Ayo kita tinggal serumah sebagai teman.”
“Tinggal serumah?” Young Kyu kaget. “Tidak bisa.”
Na Mi Sook membentak, “Kenapa tak bisa. Mong Goon itu temanmu dan tinggal serumah denganmu, kenapa aku tak bisa?”
Kang Min Soo lari-lari menyusul mereka, “Kenapa aku tak diundang?”
Dong Joo : “Siapa yang tak mengundangmu?”
Joon Ha : “Kami sudah menghubungimu. Kemarilah!”
“Tidak mau.” jawab Min Soo jutek hehe.
Min Soo melihat Seung Chul, “Sudah lama tak bertemu, nanti kita minum bersama ya!”
“Apa? Kau kan baru saja ditolak cintanya.” Sahut Seng Chul.
“Bukankah kau juga seperti itu. ini harus kita bicarakan berdua.” Ujar Min Soo.
Young Kyu : “Wah si kuntilanak menyukai Seung Chul.” (wakakaka)
Seung Chul kesal, “Paman?”
Kemudian mereka membuka botol sampagne-nya. Seung Chul menawarkan diri membuka tutup botolnya.
Tapi
kesenangan mereka terganggu karena hujan turun. Mereka berlarian
mencari tempat berteduh. Mereka berteduh di bawah pohon tempat gambar
nenek di pajang. Walaupun hujan mereka masih tetap ceria.
Joon Ha melindungi kedua ibunya dari air hujan.
“Ya ampun seharusnya kita piknik di rumah saja.” sahut Ny Tae.
“Kau benar.” kata Shin Ae.
“Tapi disini lebih segar.” Ucap Joon Ha.
Seung Chul malah kesal, “Sudah kuduga. Ide siapa ini?”
“Kenapa? ini romantis kok.” ujar Min Soo.
“Lalu kapan kita akan makan?” teriak Paman Lee melindungi istrinya dari guyuran hujan.
“Ah bagaimana ini?” Bibi Lee mencemaskan baju yang dipakainya.
“Wow
hujan.. hujan...” Young Kyu malah jingkrak-jingkrak. Na Mi Sook menarik
dan melindungi Young Kyu dari hujan. “Bunga-bunga senang kalau hujan.”
ucap Young Kyu masih jingkrak-jingkrak.
Dong
Joo memeluk dan melindungi Woo Ri dari hujan. Keduanya tersenyum
sumringah. Gambar nenek juga bersama mereka ikut kehujanan.
Suara Woo Ri : “Banyak hal yang tak bisa kau lakukan di dunia ini, tapi kita bisa melakukannya kalau dikerjakan bersama sama.”
Suara Dong Joo : “Karena kau selalu bersamaku aku bisa melakukannya. Itulah kenapa....”
Suara Joon Ha : “Walaupun sakit dan ingin menangis.....”
Suara Woo Ri : “Aku tetap mencintaimu!”
Suara Dong Joo : “Aku masih mencintaimu!”
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment