Woo Ri terus berteriak memanggil Dong
Joo tapi Dong Joo tak melihatnya, “Apa kau tak mendengarku? Kau bilang
kau bisa mendengar suaraku!”
Dong
Joo mempercepat langkah pulang ke rumah tak melihat Woo Ri mengejar dan
memanggilnya dari belakang. Woo Ri menangis melihat Dong Joo tak
mendengar teriakannya. Dong Joo masuk rumah dan mengambil kantong
kacanganya.
Joon Ha tiba dan melihat Woo Ri
berdiri di depan rumah Dong Joo ia langsung menyapa. Joon Ha menyentuh
bahu Woo Ri, tapi Woo Ri beringsut menyembunyikan air matanya dan segera
lari dari sana. Joon Ha heran.
Joon Ha masuk ke rumah Dong Joo dan
melihat Dong Joo sudah siap dengan pakaian rapi, Joon Ha tanya Dong Joo
mau kemana. Dong Joo menjawab tak kemana-mana.
Joon Ha ingin mengatakan sesuatu
tapi Dong Joo meminta kakaknya nanti saja bicaranya. Joon Ha manahan
tangan Dong Joo, “Apa kau mau menemui Bong Woo Ri?” Dong Joo heran
kenapa Joon Ha tahu. Joon Ha berkata kalau Woo Ri baru saja pergi. “Apa?
Kakak tunggu sebentar!” Dong Joo langsung keluar.
Dong Joo celingukan mencari Woo Ri dan
ia tersenyum ketika melihatnya, “Orang yang aku sukai!” panggil Dong
Joo. Langkah Woo Ri terhenti tapi kemudian melanjutkan jalannya
lagi. Dong Joo merasa aneh dan mengejar Woo Ri, “Orang yang Cha Dong Joo
sukai!” panggil Dong Joo lagi. Woo Ri terus berjalan sambil menangis.
“Hey, Bong Woo Ri!” Woo Ri terus jalan cepat sambil terus menangisi Dong
Joo mengikutinya.
Pluk... Dong Joo melempar kantong
kacangnya dan tepat mengenai Woo Ri. Langkah Woo Ri terhenti ia melirik
ke bawah kearah kantong kacang jatuh. Woo Ri memungutnya.
Woo Ri berbalik manatap Dong
Joo. Dong Joo tersenyum ‘nice’ dan meminta Woo Ri melemparkan kantong
itu padanya. Joon Ha menyusul dan berdiri tak jauh dari sana.
“Berikan padaku!” pinta Dong Joo. Woo
Ri hanya diam memandang Dong Joo. “Itu milikku!” sahut Dong Joo.
“Berikan padaku!” Dong Joo berjalan maju. Woo Wi langsung lari ke arah
Dong Joo dan memeluknya.
Woo Ri memeluk Dong Joo erat dan Dong Joo hanya terdiam tertegun. Keduanya diam dalam pelukan.
Joon Ha mendekati keduanya, “Ada
apa?” Woo Ri masih menangis kemudian melepas pelukannya dan memandang
kantong kacang. “Ini kantong kacang milik ibuku. Ibuku!”
Woo Ri menyerahkan kembali
kantong kacang itu ke Dong Joo dan minta maaf dengan air mata yang masih
bercucuran. Ia langsung lari meninggalkan Dong Joo dan Joon Ha. Dong
Joo masih tertegun ia hanya bisa menatap dan memegang erat kantong
kacangnya. Joon Ha menepuk bahu adiknya. Dong Joo meminta Joon Ha
menunggunya disini, ia harus mengejar Woo Ri.
Woo Ri berjalan pelan dan masih
menangis, “Ibu. Ibu. Apa yang harus kulakukan, Bu? Ibu bagaimana ini?”
Ternyata Dong Joo sudah berjalan di samping Woo Ri. Woo Ri berhenti dan
terkejut, ia mengusap air matanya.
Dong Joo memandang Woo Ri dan
tersenyum, “Tak apa-apa menangislah lagi. Ketika seseorang menangis
sendirian, bukankah itu karena malu? Begitukan? Apa dia akan menangis
lagi dihadapan orang lain? Ahh aku tak tahu!”
Dong Joo berdiri di depan Woo Ri,
“Kemarilah!” Dong Joo merentangkan tangannya siap memeluk Woo Ri.
“Karena aku tak bisa ikut menangis. Kenapa aku mencurinya dulu ya? Lagi
pula aku lebih lama memiliki ini daripada kau dan kalau pun kau
mengambilnya kau akan pusing sendiri, kadang-kadang malah membuat sakit
kepala dan kadang-kadang organ dalam tubuh... perlu dioperasi, tapi
kakakku seorang dokter!” (kalau kantong kacangnya sobek/rusak, perlu
dioperasi/dijahit)
“Apa kau mau menangis lagi?” Dong Joo kembali membuka tangannya, “Kemarilah!”
“Aku
sudah selesai!” sahut Woo Ri memandang Dong Joo. “Aku pergi!” Dong Joo
menghalangi laju jalan Woo Ri sambil tetap membuka tangannya. “Ayo
kuantar kau pulang!”
Dong Joo berjalan mundur, “Sebagai
balasannya aku harus tetap memiliki ini!” Dong Joo mengacungkan kantong
kacanganya. Woo Ri jalan maju dan Dong Joo mundur.
Woo Ri berjalan cepat Dong Joo juga
mengikuti ia berjalan mundur cepat tapi ia kehilangan keseimbangannya
dan hampir jatuh. Woo Ri langsung menangkapnya. Keduanya tertawa.
Joon Ha menerima telepon dari Ibunya,
“Aku tak punya kesempatan menceritakan padanya mengenai kejadian di
pabrik. Harus. Kita harus menyembunyikan ini dari Dong Joo. Kita bisa
menyampaikan ini dengan mudah. Ada hal lain yang ingin kuberitahukan.
Aigoo, nanti saja!”
Dong Joo minta kakaknya berhenti menelepon. Joon Ha memberi tahu ibunya kalau Dong Joo ada di sebelahnya.
Setelah selesai menelepon Joon Ha
tanya mana Woo Ri. Dong Joo menjawab sambil memainkan kantongnya kalau
Woo Ri sudah pulang, “Waktu dia mau mengembalikan uang yang 3 juta won,
aku tadinya mau menerima dan mau melemparkan uang itu ke wajah teman
prianya (Seung Chul) tapi untuk apa, aku tak mau mengembalikan kantong
kacang ini padannya!”
Joon Ha menyuruh Dong Joo
memakai earphone, “Belakangan ini kau tak hati-hati!” Dong Joo tak
menanggapi ucapana kakaknya, ia malah mengalihkan pembicaraan “Ah..
kenapa ada suara burung ya?” Kepala Dong Joo mendongak kesana kemari.
Dong Joo merasa ia harus membuat benda
yang mirip dengan kantong kacangnya, karena ia tak akan melepaskannya,
“tapi bagaimana kalau dia tetap menunggu?”
Joon Ha merubah arah pembicaraan, ia
ingin membahas pabrik di Bucheon. Dong Joo ingat dan mengusulkan
bagaimana kalau mereka membeli pabrik itu. “Seperti yang kau katakan
pabrik di Bucheon itu tidak mencukupi, kita kan punya uang. Bukankah kau
mau menolongku sebelum kembali ke Amerika?”
Joon Ha menyampaikan kalau ia
sudah memulai usaha investasi. Ia akan melakukannya melalui perusahaan
itu. Dong Joo heran kakaknya sudah memulai usaha investasi. Joon Ha
mengingatkan bukankah Dong Joo menyuruhnya melakukan dua pekerjaan
sekaligus. Bisnis dan praktek medis. Uang yang ia dapat dari para istri
Direktur di Galery. Ia berpikir kalau lebih baik ia yang mengatur
sendiri.
Dong Joo tersenyum bangga dan langsung
memeluk Joon Ha. Ia merasa senang memiliki kakak seperti Joon Ha. Joon
Ha risih dengan pelukan Dong Joo dan meminta jangan terlalu berlebihan.
Ada yang ingin ia katakan.
“Apa kau lihat dia melakukan itu
padaku? (Woo Ri memeluk Dong Joo) Bong Woo Ri, dia sudah menyentuh
hatiku!” ucap Dong Joo seraya mengelus dadanya. Joon Ha melihat adikknya
sudah jatuh hati pada Woo Ri.
Tiba-tiba terdengar sapaan dari Young
Kyu mencari Dong Joo. Joon Ha bertanya pelan, ‘Siapa itu’ ke Dong Joo.
Dong Joo langsung melihat ke pintu dan disana Young Kyu tersenyum
menatapnya.
Young Kyu berkata kalau ia
mencari Dong Joo kemana-mana. Sadar kalau ayahnya ada di rumah adiknya
Joon Ha berusaha menghindari temu pandang dengan ayahnya. Ia terus
membelakangi Young Kyu.
Tahu kalau Kakaknya dalam situasi yang
sulit Dong Joo mengajak bicara Young Kyu. Young Kyu melihat Joon Ha dan
bertanya pada Dong Joo siapa dia, apa dia orang yang menakutkan itu.
Dong Joo menjawab kalau itu adalah Kakaknya.
Young Kyu langsung tahu,
“Kakaknya Cha Dong Joo yang dokter itu?” Young Kyu menyapa tapi Joon Ha
berusaha menghindar bertatap muka ia membalikan badannya.
Dong Joo menarik Young Kyu dan
berkata kalau ikannya sudah lapar. Tapi Young Kyu berkata kalau sekarang
bukan saatnya memberi makan ikan.
Young Kyu kembali memandang Joon Ha
yang membelakanginya, ia mengucapkan terima kasih. “Waktu itu Dong Joo
pingsan di lantai. Waktu aku menunggu Ma Roo aku juga menunggunya tidur
di lantai!” Mata Joon Ha berkaca-kaca mendengarnya. Young Kyu terus
mengucapkan terima kasih.
Joon Ha langsung keluar tanpa
memandang Young Kyu, ia membanting pintu. Young Kyu heran apa Joon Ha
marah? Apa seharusnya ia tak masuk, “Bagaimana ini? Apa karena
kata-kataku? Apakah dokter yang saudaranya Cha Dong Joo marah?” Dong Joo
meyakinkan kalau kakaknya tak marah dia hanya sedang sibuk.
Joon Ha berjalan lemas ia seperti tak
kuat berjalan setelah bertemu dengan ayahnya. Ia tak menyangka akan
bertemu dengan ayahnya lagi dan kali ini mereka sudah sangat dekat.
Apalagi ia mendengar kalau ayahnya selalu menunggunya pulang.
Joon Ha menangis sedih tapi ia
berusaha menguatkan hatinya. Ia langsung ke mobil dan segera pergi. Dong
Joo keluar mencari Kakaknya dan ternyata sudah tak ada, Dong Joo
mengkhawatirkan Joon Ha.
Woo Ri memandang foto keluarga, ia menatap foto ibunya. Woo Ri menangis, “Ibu ibu!”
Woo
Ri segera mengusap airmatanya ketika Nenek keluar dari kamar. Nenek
heran kenapa Woo Ri masih di rumah dan belum berangkat kerja.
Nenek tambah heran melihat wajah Woo
Ri. Nenek menyentuh wajah Woo Ri, “Kenapa begitu panas? Apa kau
menendang selimut ketika tidur?” Woo Ri meyakinkan kalau dirinya tak
apa-apa.
Nenek minta Woo Ri tak usah berangkat kerja dan istirahat di rumah. Nenek langsung mencari obat untuk Woo Ri.
Woo Ri senang Nenek perhatian padanya,
ia langsung memeluk Nenek. Ia merasa ketika memeluk Nenek rasanya
sangat hangat dan menyenangkan. Nenek menyahut apanya yang menyenangkan
kau sudah kerja setengah mati untuk biaya rumah sakit.
Woo Ri senang karena ketika dulu
ia bersandar pada punggung ibunya, ibu tak pernah menjawab perkatannya
tapi Nenek lain Nenek mengumpatnya dengan sebutan ‘brengsek, gadis
bodoh’ dan itu rasanya menyenangkan.
“Apa kau merindukan ibumu?”
tanya Nenek. Ia meminta lebih baik Woo Ri istirahat saja ia akan
membuatkan makanan untuk Woo Ri, “Makanlah lalu tidur. Tidur adalah obat
yang mujarab!”
Shin Ae tiba-tiba datang. Nenek kaget
sejak kapan Shin Ae masuk. “Sejak aku tak bisa tidur dan serasa mau
mati!” Shin Ae mengajak ibunya pergi. Woo Ri ingin tahu mau kemana. Shin
Ae minta Woo Ri jangan ikut campur.
Shin Ae mengajak ibunya ke kantor
polisi. Polisi akan membuat sketsa wajah Ma Roo berdasarkan keterangan
dari Nenek setelah bertemu Ma Roo kemarin.
Nenek menunjuk sebuah sketsa.
Kemudian Nenek diminta mengamati sketsa wajah. Nenek bingung kenapa
sketsanya banyak. Shin Ae meminta ibunya menuruti apa yang dikatakan
polisi, “Ibu kau memiliki penyakit alzheimer kita harus menemukan Ma Roo
sebelum ibu lupa sama sekali!”
Shin Ae menerima telepon dari
Presdir Choi. Ia berkata kalau ia sedang melaksanakan hal yang
diperintahkan Presdir, “Walau bagaimanapun kau akan mencari anak kita Ma
Roo. Kau juga merindukannya kan?” Nenek kaget mendengar Shin Ae
berbicara dengan ayah kandung Ma Roo.
Polisi meminta Nenek melihat ke
layar monitor. Nenek marah pada Shin Ae dan memukulnya, “Kau harusnya
digantung!” Shin Ae kesal kenapa tiba-tiba ibunya seperti ini mereka
harus menemukan Ma Roo.
“Kalau sudah ketemu kau mau
apa?” tanya Nenek. “Apa kau akan membawanya pada setan pujaanmu itu?
memangnya apa hakmu?” Shin Ae berkata kalau ayah Ma Roo itu Presdir Woo
Kyung dan kalau ayahnya Presdir perusahaan besar kehidupan Ma Roo akan
bahagia.
Nenek : “Apa kau menyebut itu
bahagia? Membawanya pada seorang suami yang sudah beristri. Kekejaman
apa lagi yang akan kau berikan padanya?”
Shin Ae : “Apa maksud ibu
kekejaman? Setelah Ma Roo ditemukan akan kutendang Nyonya besar itu dari
rumahnya dan aku yang akan menjadi Nyonya besar. Pria itu menikah
karena uangnya dan tidak mencintai istrinya dan yang paling penting
adalah anaknya yang sekarang. Kalau Ma Roo ketemu, Ibu juga akan hidup
dalam kemewahan. Jangan keras kepala bantulah mencari Ma Roo!”
Nenek tak menyangka putrinya seperti
ini, “Kau monster liar. Kalau itu rencanamu. Ma Roo atau bukan aku tak
akan melakukannya. Tak adakah yang bisa kau lakukan selain menghancurkan
rumah tangga orang lain? Tidakkah dengan mengabaikan anakmu itu sudah
cukup? Sekarang kau mau menancapkan kuku ke hati orang lain? Bagaimana
kau bisa menanggung dosa-dosa itu? makan apa aku hingga melahirkan anak
seperti kau!”
Nenek sedih dan merasa ia yang
salah, karena kehidupannya yang miskin dan tak berpendidikan ia
membesarkan Shin Ae menjadi orang yang seperti itu. Ibunya minta Shin Ae
merubah jalan hidup Shin Ae, “Carilah anakmu tapi jangan lagi kau
berbuat dosa. Ini permintaan terakhir ibumu, ini permintaan
terakhirku!” Shin Ae mengerti ia akan mendengarkan kata-kata ibunya. Ia
ingin anaknya memanggilnya ‘ibu’. Siapa tahu setelah ia mendengar
dipanggil ‘ibu’ ia akan bertaubat dan lahir kembali. Shin Ae menangis
sedih (ah.... Pura-pura dia)
Joon Ha pulang ke rumah disana ibunya
tengah bersama Min Soo. Ada yang ingin ditanyakan Min soo pada Joon Ha.
Ny Tae menyuruh Joon Ha ganti baju dulu, ia sudah menyiapkan baju di
kamar. Joon Ha langsung bergegas.
Min Soo heran karena wajah Joon
Ha terlihat muram ia menebak apa Joon Ha bertengkar dengan pacarnya. Ny
Tae tak mengerti apa Joon Ha sudah memiliki pacar. “Benar. Cha Dong
Joo!” jawab Min Soo. Ny Tae tertawa mendengar Min Soo mengatakan itu.
Min Soo merasa ia harus memilih salah satu diantara mereka, tapi mereka
selalu saja berdua dan sepertinya ia tak bisa menjadi menantu Ny Tae.
Min Soo langsung nyelonong masuk kamar
dan Joon Ha tengah berganti pakaian (ini cewek main nyelonong aja
haha) “Apa yang kau lakukan?” Joon Ha langsung memakai bajunya. Min Moo
berkata kalau Joon Ha tak perlu malu.
Min Soo tanya tantang kantong
kacang Dong Joo, apa kisah dibalik kantong itu. karena ia sangat
terganggu dengan kantong itu, “Katakan padaku apa itu? aku tak bisa
penasaran terus!”
Min Soo maju mendekat pada Joon Ha dan
Joon Ha berjalan mundur menghindari Min Soo, “Cepat ceritakan!” pinta
Min Soo. Joon Ha berkata kalau itu mainan milik Dong Joo. Dimainkan
sejak Dong Joo kecelakan dan kehilangan ingatannya.
Min Soo Ingin tahu apa benda itu
dimainkan Dong Joo sampai sekarang. Joon Ha berkata kalau kantong itu
enak buat diremas-remas dan sudah menjadi kebiasan Dong Joo.
Min Soo penasaran kalau kantong itu ia
ambil apa Dong Joo akan membunuhnya. Joon Ha menjawab tentu saja, Dong
Joo berbagi apapun dengannya kecuali yang satu itu. Min Soo masih
penasaran, ketika Dong Joo kecil dia pasti menyukai seorang gadis dan
berbagi kantong itu dengannya.
Ny Tae menelepon seseorang ia
berkata sebelum pasar saham ditutup ia akan menjual semuanya, “Ikuti
pergerakannya dan laporkan padaku. Kau harus bergerak tanpa
sepengetahuan mereka!” (siapa yang ditelepon Ny Tae)
Joon Ha mengetuk pintu, Ny Tae
menyudahi obrolannya. Ia tanya apa Min Soo sudah pulang Joon Ha menjawab
ya dan ada yang ingin ia bicarakan dengan ibunya. Ny Tae juga ada yang
ingin dikatakan pada Joon Ha dan menyuruh Joon Ha duduk.
Joon Ha mengatakan kalau ia mendapat
penawaran dari Presdir Choi. Ny Tae terkejut. Joon Ha menjelaskan kalau
Presdir Choi melihatnya berbisnis dengan Dong Joo, “Dia mungkin
memperhitungkan posisi kami dan dia mengajakku bergabung bersamanya!”
Ny Tae berkata apa menurut Joon Ha dia
melakukan itu karena takut dengan Dong Joo. Dia bahkan melepaskan
masker oksigen ayahnya (kakek Dong Joo). “Jika dia membunuh dia akan
bersungguh-sungguh. Beraninya dia menawarkan hal seperti itu. Ini sama
seperti ketika dia menggaaet tangan kanan ayahku, Dir Kang. Lalu apa
jawabanmu?”
Joon Ha berkata kalau ia belum
menjawabnya. Ia memberi kesempatan pada Dong Joo sampai ia kembali ke
Amerika. Ny Tae ingin Joon Ha tak pergi. Joon Ha menyampaikan kalau ia
akan tetap menjalankan perusahaan investasinya, “Dimanapun aku berada
aku akan tetap membantu Dong Joo!” Joon Ha menatap sedih ibunya,
“Bolehkah aku pergi?”
Joon Ha mengenggam tangan
ibunya. Ny Tae menyerah, kalau itu kemauan Joon Ha ia tak bisa
menahannya, “Pergilah jangan khawatirkan tempat ini!” Ia akan mencoba
sebisanya. Joon Ha cemas apa yang akan Ibunya lakukan. Ny Tae berkata
apapun itu asal untuk anaknya. Ia minta Joon Ha percaya padanya dan Dong
Joo.
Woo Ri yang tak sehat tiduran gelisah
di kamarnya. Min Soo meneleponnya. Min Soo akan ke rumah Woo Ri setelah
ia pulang dari lab. Ada yang ingin ia berikan pada Woo Ri.
Dong Joo keluar dari ruangan ia
bertanya apa daftarnya sudah siap. Park Dae Ri menjawab kalau kepala
Team Kang (Min Soo) akan memeriksanya.
Dong Joo melihat Min Soo tengah
menelepon. Ia memperhatikan apa yang diucapkan Min Soo. Min Soo tak
menyangka kalau Woo Ri bisa sakit, ia berfikir kalau Woo Ri itu selalu
ceria dan tak pernah sakit.
Dong Joo terkejut mengetahui Woo
Ri sakit. Min Soo berkata pada Dong Joo tapi tak memutus telepon ia
mengatakan kalau mereka harus menunggu 3 item barang lagi dan ia akan
menunggunya.
Dong Joo berkata mengeraskan suara
supaya Woo Ri yang disana mendengar, “Jadi kau tetap bicara dengan orang
sakit ditelepon? Kalau dia sakit dia harus ke rumah sakit dan bukan
menahan orang yang sedang bekerja. Sepertinya dia lebih suka makan obat
lalu tidur!” Woo Ri segera bangkit dari tidurannya setelah mendengar apa
yang diucapkan Dong Joo, ia mendengarnya.
Min Soo menutup teleponnya dan berpesan ia akan kembali menghubungi Woo Ri nanti.
Min Soo masuk ke ruangan Dong Joo ia
kesal kenapa Dong Joo berteriak seperti itu Woo Ri pasti mendengernya.
Dong Joo memang sengaja mengeraskan suaranya agar Woo Ri mendengar dan
supaya tahu kalau mereka itu sedang sibuk.
Min Soo heran apa Dong Joo tak khawatir. Dong Joo berkata kalau Min Soo khawatir kenapa tidak membawanya ke rumah sakit.
Min Soo tambah kesal, “Kau kasar sekali!”
“Sakitnya
kan tidak parah. Dimana dia sakit?” Dong Joo penasaran, ia kayaknya
cemas. “Aku tak tahu!” jawab Min Soo ketus. Min Soo minta Dong Joo lebih
perhatian pada orang lain seperti Dong Joo memperhatikan kantong
kacangnya.
Setelah Min Soo keluar Dong Joo
memandang kantong kacangnya ia teringat ucapan Woo Ri ketika menangis
dan menyebut kalau kantong kacang ini milik ibunya. Dong Joo berfikir
apa Woo Ri sakit karena kantong kacang itu masih berada di tangannya.
Dong Joo mencemaskan Woo Ri.
Nenek dan Shin Ae masih di kantor
polisi, Nenek sudah kelelahan. Shin Ae mengamati beberapa sketsa dan ia
sudah mulai frustasi. Ia meminta ibunya mencoba dari awal lagi. Nenek
mengeluh matanya sudah leleh dan hampir copot.
Polisi mengajak Shin Ae bicara
berdua. Mereka sudah mencoba sepuluh kali tapi tetap masih belum mirip
dan rasanya ini tak akan berhasil. Shin Ae memohon sekali lagi dan ini
yang terakhir kalinya.
Nenek melirik Shin Ae yang tengah
bicara berdua dengan polisi. Nenek mengambil satu gambar sketsa yang
mirip dengan Ma Roo (Joon Ha) ia langsung melipat sketsa itu dan segera
menyimpan dibalik bajunya.
Young Kyu berseru pada Paman Lee kalau
Woo Ri sakit, dia demam dan bertanya apa yang harus dilakukannya. Paman
Lee kesal dan berkata kenapa itu tanyakan pada dia, Paman Lee minta
Young Kyu tanya ke teman young Kyu yang baru, Cha Dong Joo.
Young Kyu berkata kalau Dong Joo
sibuk. Paman Lee menyahut ia juga sibuk makan dan nonton TV. Young Kyu
tanya bagaimana caranya membuat bubur, ia bisa membuat nasi tapi tidak
bisa membuat bubur.
Paman Lee mewek-mewek, “Kau jadikan
hidupku menjadi bubur. Lihat wajahku penuh bubur!” Young Kyu tak
menegerti, muka bubur. Wakakaka. Paman Lee merasa sohibnya sudah ga
menganggap dia lagi hehehe.
Shin Ae mengantar Nenek pulang. Young
kyu langsung berseru pada Ibunya kalau Woo Ri sakit dan belum mau makan
apa-apa. Nenek marah kenapa Young Kyu tak segera membuatkan bubur untuk
Woo Ri. Paman Lee langsung mengacungkan diri dan bicara, “Ayo bermain
membuat bubur!” Kata Paman Lee mangajak Young Kyu. Hehehe.
Woo Ri meyakinkan kalau dirinya
tak apa-apa. Nenek minta Woo Ri jangan banyak bicara dan segera makan
buburnya. Young Kyu langsung berseru kalau bubur itu ia yang buat
bersama Paman Lee.
Bibi Lee membelikan obat untuk Woo Ri.
Woo Ri tak enak hati, kalau semua ada di rumah bagaimana dengan toko
ayamnya. Bibi Lee berkata kalau ia mempekerjakan pelayan paruh waktu.
Sementara Suaminya di rumah dan Seung Chul sekolah di Unversitas Chi.
Shin Ae heran, “Universitas Chi (gigi) Apa Seung Chul mau menjadi dokter gigi?”
“Dokter gigi dengkulmu!” sahut Nenek. “Itu sekolah yang mengajarkan bagaimana menggoreng ayam!” hahahaha.
Bibi Lee mengatakan kalau
putranya belajar di Chicken University. “Apa? apa tidak sesuai dengan
seleramu?” Shin Ae tak menyangka Bibi Lee marah padanya. Ia merasa kalau
keluarganya harus mendiskusikan sesuatu dan meminta Bibi Lee dan
suaminya keluar.
Paman Lee menegaskan kalau mereka juga
satu keluarga. Bibi Lee minta suaminya membiarkan saja, “Dia tak tahu
malu. Yang dia tahu hanya merias saja. Dia bahkan tak tahu apa artinya
keluarga!”
“Apa?” Shin Ae mengeraskan suaranya.
Bibi lee : “Kenapa? Apa aku
salah? Apa itu keluarga? Orang-orang yang tinggal dan makan bersama
dalam satu atap. Pernahkah kau berbagi makanan dengan meraka?”
Woo Ri meminta Bibi Lee bisa
menahan emosi. Nenek menyahut meminta mengabaikan Shin Ae dan anggap
saja dia tak mendengarkan. Bibi Lee mengingatkan jangan pernah
memanggilnya kalau Shin Ae ada disana.
Shin Ae kaget bagaimana kalian
bisa menemukan perempuan tak tahu malu seperti ini. Nenek berteriak Shin
Ae berisik dan menyuruhnya pergi.
“Lihat ini. Apa kalian masih mau
mengusirku!” Shin Ae memberikan sketsa gambar. Young Kyu mengambil
sketsa gambar itu dan berujar kalau itu dirinya. Wakakaka, ternyata
sketsa yang dibawa sketsa Young Kyu. “Kalian punya mata? kalian lihat
ini? Apa ini Ma Roo? ini Young Kyu!”
Shin Ae minta ibunya mengingat
lagi wajah Ma Roo, “Ibu bilang Ibu melihatnya di rumah sakit?” Woo Ri
terkejut mendengar kalau Nenek melihat Ma Roo di rumah sakit. Dengan
terbata-bata Nenek berkata kalau ia cuma mimpi. Shin Ae emosi. Young Kyu
minta Shin Ae jangan seperti itu. Young Kyu mengahalngi amukan Shin Ae.
Tiba-tiba Min Soo masuk kamar ia
mengira kalau keluarga Woo Ri tengah dirampok. Shin Ae kaget melihat Min
Soo datang, ia langsung menutupi wajahnya. Min Soo penasaran dan ingin
melihat Shin Ae. Shin Ae langsung tersenyum memandang Min Soo.
Shin Ae keluar untuk menelepon Presdir
Choi. Ia mengatakan kalau ia hampir menanyakan pada ibunya tapi putri
Dir Kang keburu datang, “Sepertinya meraka sudah saling mengenal lama!”
Presdir ingin tahu bagaimana
dengan sketsa wajah Ma Roo. Shin Ae berkata kalau ia sudah
mendapatkannya (bohong) “Mataku berkaca-kaca waktu melihat wajah
anakku!” (huwekkk)
Presdir Choi meminta Shin Ae membawakan sketsa wajah Ma Roo besok ia ingin melihatnya.
Shin
Ae : “Mengenai putri Dir Kang, bagaimana menurutmu? Kehadirannya tidak
bisa kita abaikan. Karena ayahnya pemegang saham terbesar. Seandainya
terjadi putri Dir Kang dan Dong Joo itu pacaran ini tak akan
menguntungkan kita. Aku akan mengawasinya terus!”
Min Soo berjalan keluar dengan woo Ri,
Shin Ae langsung menutup teleponnya. Shin Ae senang melihat Min Soo
sangat perhatian pada Woo Ri, “Kita tak punya ikatan darah tapi sangat
perhatian dengan gadis malang ini. Dia sudah seperti keponakanku
sendiri. Bagaimana kalau kita ngobrol bersama?” Min Soo menolak ia hanya
mau ngobrol dengan dongsaeng-nya saja dan menyuruh Shin Ae pergi.
Setelah Shin Ae pergi Min Soo langsung
marangkul Woo Ri. Ia sudah menduga kalau Woo Ri itu mirip dirinya. Ia
juga sebenarnya jarang sakit. Woo Ri sangat berterima kasih karena Min
Soo memberikan kosmetik pertamanya. Min Soo senang woo Ri menerimanya
bahkan ibunya Cha Dong Joo pun tak diberi.
Shin Ae mengintip, ia ingin tahu apa yang dibicarakan kedua gadis ini.
Woo Ri kembali berterima kasih,
seandainya saja rumah Min Soo dekat ia akan mengirim susu ke rumah Min
Soo setiap hari. Min Soo bilang tak usah khawatir lab-nya dekat sini dan
ia akan sering mampir, dari pada susu ia lebih suka makanan.
Min Soo juga berharap kalau Boss-nya
(Dong Joo) lebih sedikit bersikap manusiawi seperti Woo Ri, “Begitulah
seharusnya kalau mau menjadi kekasihku. Tapi rasa kemanusiannya cuma
setengah!” Jadi ia ragu untuk menikahinya.
Woo Ri : “Me.. nikah?”
Shin Ae juga kaget mendengarnya. Min Soo berkata kalau itu hanya pendapatnya saja.
Woo Ri : “Eonni, bukankah kau menyukai dr Jang Joon Ha?”
Min
Soo berkata kalau itu juga cuma pendapatnya saja. Saat ini Min Soo
menyukai mereka berdua, jika perasaannya nanti sudah mantap memilih ia
akan menikahi salah satu dari mereka. “Kau sudah bertemu dengan mereka
berdua kan? siapa menurutmu yang lebih baik?”
Seung Chul berdiri di depan rumahnya
(menyelinap dari asrama dia hahaha). Ia menekan nomor panggilan cepat 1
nomor Woo Ri hehehe. Tiba-tiba terdengar suara Min Soo dan Woo Ri keluar
Rumah. Seung Chul langsung sembunyi di bawah tangga.
Min Soo meminta Woo Ri tak usah
khawatir bukankah Woo Ri sudah berjanji padanya akan mencarikannya sales
yang bernama Na Mi Sook. “Kau punya banyak hubungan dengan para sales
jadi aku minta tolong padamu!”
Woo Ri mengerti, kalau ia sudah
menemukannya ia akan segera menghubungi Min Soo segera. Min Soo
mengingatkan namanya agar Woo Ri tak lupa ‘Na Mi Sook’. Woo Ri tak akan
lupa dengan nama itu karena nama itu mirip nama ibunya.
Min Soo senang ini sangat
kebetulan pasti gampang ditemukan. Dari tadi ia tak melihat Seung Chul
mana dia. Waktu itu kami membicarakan mimpi-mimpiku (waktu mabuk)
Seung Chul yang tengah bersembunyi
heran kenapa dia dibawa-bawa Seung Chul mengintip. Woo Ri berkata kalau
ia merindukan Seung Chul sayang sekali dia tak ada. Dia baru pulang
minggu depan. Seung Chul terpana mendengar Woo Ri merindukannya. Min Soo
merasa Woo Ri dan Seung Chul sangat dekat. Woo Ri menyahut ini aneh
karena biasanya ia selalu melihat Seung Chul dan sekarang tidak.
Min Soo : “Kau pasti merindukannya kan?”
Woo Ri mengangguk dan Seung Chul melihatnya. Ia tersenyum dan kembali bersembunyi.
Seung Chul masih berdiri di jalan
dekat rumahnya. Ia menerima telepon dari Woo Ri. Woo Ri ingin tahu apa
yang dilakukan Seung Chul sekarang. Seung Chul menjawab kalau ia sedang
tidur. Woo Ri tak percaya ia merasa Seung Chul memanjat pagar kampus
karena ia mendengar ada suara mobil. Seung chul beralasan kalau dia
membuka jendela kamarnya, “Memangnya aku mau kemana? Aku kan kesini mau
belajar?”
Woo Ri kesal kenapa Seung Chul
tak pernah meneleponnya. Seung Chul bilang ia lupa kalau Woo Ri itu ada
karena ia asyik menggoreng ayam. Woo Ri tertawa.
Seung Chul : “Bong Woo Ri, kau anak ceria tak seorang pun sanggup bertemu denganmu setiap hari!”
Woo Ri mengucapkan terima kasih atas
sidiran Seung Chul ia pun curhat, “Hari ini aku sakit. Sakit betulan,
aku demam!” Tatapan Seung Chul cemas, “Terus kenapa? Haruskah aku
datang?” Woo Ri meminta Lupakan saja, “Kau harus belajar bagaimana cara
menggoreng ayam terenak di dunia!”
Seung Chul : Dan?
Woo Ri : Apa?
Seung Chul : “Dan apa? Kalau kukatakan sesuatu untukmu apa kau tak akan sakit lagi?”
Woo Ri : “Jadilah temanku selamanya. Kau satu-satunya orang yang bisa kuajak bicara kalau aku sedang sedih, kau mau kan?”
Seung Chul tak menjawab. Woo Ri
memanggil, “Seung Chul apa kau tidur? Hey Lee Seung Chul. Tidurnya kalau
kita sudah selesai bicara. Seung Chul. Teman!”
Mata Seung Chul terlihat sedih karena Woo Ri hanya menganggapnya sebagai teman. Ia menatap rumahnya sekaligus rumah Woo Ri.
Woo Ri masuk dan melihat ayahnya
tengah menggambar. Young Kyu berkata pada Woo Ri kalau ia tengah membuat
hadiah untuk Cha Dong Joo. Dong Joo sudah memberinya helm, bermain ikan
dan bermain sekolahan. Mengajarinya baca tulis sampai sampai ibu
menyukai dirinya karena jadi pintar. Ia harus mengucapkan terima kasih.
Woo Ri terharu mendengarnya, ia
menatap foto ibunya. “Ayah, ibu bukan orang yang mudah mendengar tapi
dia bisa melihat dengan bagus kan?” Young Kyu tak mengerti maksud Woo
Ri. Woo Ri berkata kalau ibunya melihat dan mendengar dengan matanya.
Young Kyu membenarkan dan ketika
ia menyanyi mata Mi Sook jadi bulat, “Dia jadi lebih cantik. Mata Cha
Dong Joo juga bulat dia cantik!”
Woo Ri setuju, dia cantik. Tapi ibu
diejek sampai menangis kan? Jadi Cha Dong Joo itu mirip ibu...
bagaimana? Woo Ri langsung memperagakan bahasia isyarat yang artinya
rahasia. Young Kyu tahu itu tapi ia bertanya kenapa.
“Bagaimana jika Cha Dong Joo
seperti ibu lalu diganggu orang. Jadi mata bulat ibu dan Cha Dong Joo
...!” Woo Ri kembali memperagakan bahasa isyarat rahasia.
Keduanya sepakat merahasiakan kondisi
sebenarnya Dong Joo. Keduanya tahu, walaupun Young Kyu tak mengerti
betul tapi ia menyadari kalau Dong Joo dan Mi Sook memiliki kemiripan,
yaitu selalu menatap wajah (mulut) orang yang diajak bicara.
Joon Ha yang tertidur merasa terganggu
dengan suara Dong Joo yang tengah memainkan kantong kacangnya, ia
langsung terbangun. Dong Joo melempar kantong kacangnya ke atas dan
menangkapnya kembali. “Pluk pluk pluk” ucap Dong Joo menerka suara
kantong kacangnya ketika jatuh.
Dong Joo memandang kantong kacangnya,
“Hey suaramu itu seperti apa sih?” Dong Joo kembali melempar dan mulai
menerka suara yang ditimbulkan dari lemparan kantonganya, “chik tok chak
chik pock” Joon Ha memperhatikan apa yang dilakukan Dong Joo. (ngenes
sumpah –kasihan-)
Pagi hari Woo Ri mengantar susu ke
rumah Dong Joo, ia menaruh susu kotak di pintu. Ketika Woo Ri berbalik
badan Dong Joo membuka pintu, “Hey susu!”
Dong
Joo memainkan kantong kacangnya dan bertanya jam berapa sekarang. Woo
Ri langsung melepas tas ransel melihat arlojinya. Jam 6.15 jawab Woo Ri.
Dong Joo tak percaya ia ingin
melihatnya sendiri. Ia melihat arloji Woo Ri yang diletakan di tas
ransel, “Kenapa kau mengantung arloji disitu? Apa ini tren jaman
sekarang?” Woo Ri berkata kalau arloji itu milik Oppa-nya. Woo Ri pamit.
Dong Joo langsung menahan Woo Ri
dengan meletakan tangannya ke dahi Woo Ri, mengecek apa Woo Ri sudah
sehat atau masih demam. Ada sesuatu yang membuatnya penasaran sahut Dong
Joo, “6.15 apa sudah waktunya minum susu?”
Woo Ri berbalik badan dan terkejut
ketika wajahnya sangat dekat dengan wajah Dong Joo. Dong Joo panik dan
langsung mundur menarik diri. Dong Joo gugup ia jadi memarahi Woo Ri,
bagaimana Woo Ri bisa mengirim susu jam 6.15 sementara ia sarapan jam 6.
Kalau sudah kenyang bagaimana ia bisa minum susu.
Woo Ri tanya jam berapa ia harus
datang. Dong Joo mendesah Woo Ri langsung berdiri di depan Dong Joo dan
mengulang kata-katanya, “Kapan seharusnya aku datang?”
Dong
Joo gugup, “Terserah kau!” Dong Joo mengalihkan pandangannya. Woo Ri
mengejar arah pandang Dong Joo, ia mengikuti kemana Dong Joo menatap.
“Kau yang putuskan jam berapa?”
Dong Joo tak menjawab kemudian
terdengar teriakan Young Kyu. Woo Ri menarik Dong Joo dan kembali
bertanya, “Jam berapa? kapan aku harus mengantar susu?”
Dong Joo : “Bisakah seorang gadis menarik lengan pria?”
Woo Ri langsung melepaskan tangan Dong
Joo. Young Kyu menyerahkan hadiah yang dibawanya untuk Dong Joo. Ia
berterima kasih karena Dong Joo sudah mengajarkannya tulisan Hangul.
Joon Ha mengintip dari dalam, ia tampak kesal.
Young Kyu menunjukkan pada Woo Ri ikan-ikan di aquarium Dong Joo ia juga menyebutkan namanya satu persatu.
Dong Joo memberi bingkai pada gambar yang dibuat Young Kyu. Gambar itu ada tulisannya, Woo Ri tanya kapan ayahnya menulis itu.
Young Kyu berkata kalau itu bukan
tulisan tapi sebuah surat. Waktu Dong Joo memberikan helm, Dong Joo
menuliskan surat jadi ia juga menuliskan surat. Dong Joo membaca tulisan
Young Kyu ‘jangan sakit tersenyumlah ha ha ha’ Dong Joo memuji surat
yang ditulis Young Kyu sangat bagus.
Dong Joo merasa kalau Woo Ri juga
pasti pandai menggambar. Woo Ri berkata ia tidak bisa. “Apa kau hanya
pintar bermain piano?” tanya Dong Joo. Young Kyu berkata kalau Woo Ri
bisa bermain piano dengan baik, dia juga pintar berenang seperti ikan.
Woo Ri menyangkal ia tak sepandai itu.
Young Kyu : “Waktu itu kau
terjun ke air bersama Seung Chul, kau berenang dan menarik Seung Chul ke
darat. Hari itu juga kau mencium Seung Chul!”
Woo Ri terkajut ayahnya mengatakan itu
di depan Dong Joo. Dong Joo pun kaget melihat apa yang diucapkan Young
Kyu. Woo Ri menyangkal kapan ia malakukan itu. Young Kyu minta Woo Ri
jangan berbohong, kalau bohong berarti orang jahat dan orang jahat akan
di tangkap polisi.
Dong Joo langsung pasang muka jutek.
Woo Ri mengajak ayahnya pergi mengantar susu. Tapi Young Kyu bilang ia
sudah mengirim semuanya. Dong Joo memandang Woo Ri dan hanya
manggut-manggut. Woo Ri ingin segera pergi dari sana. Young kyu menyahut
kalau mereka harus pergi bersama.
Dong Joo menarik Woo Ri, ia langsung
merogoh saku celana dan memberikan kantong kacangnya, “Kau harus
berterima kasih pada ayahmu untuk ini!” Dong Joo menatap kesal.
Joon Ha duduk santai meminum kopi,
Dong Joo minta maaf pada Kakaknya. Karena ia sudah menerima hadiah jadi
ia tak bisa menyuruh mereka pergi begitu saja. Joon Ha berkata itu tak
apa-apa, ia tak perlu lama-lama bersembunyi.
Dong Joo ingin tahu kenapa sikap
Woo Ri seperti itu. Joon Ha berkata kalau itu karena Dong Joo, “Apa kau
mengembalikan kantong kacangnya?” Dong Joo kesal dan menjawab tak tahu.
Joon Ha : “Kenapa kau mengembalikannya kalau kau jadi marah seperti ini?”
Dong Joo : “Aku tak menyukainya, aku sama sekali tak menyukainya!”
Woo Ri melayani pelanggan yang mau
membeli mobil dan itu mobil Joon Ha yang dijual. ia berkata pada
pelanggan kalau itu dulunya mobil milik seorang dokter dan kalau
pelanggan tersebut memakainya nanti, pasti para gadis akan terpesona.
Joon Ha menemui Woo Ri dan mengajak
makan. Apa yang mereka makan, roti isi telur. “Murah, bergizi dan
membutmu kenyang. Di Amerika tak ada yang seperti ini kan? Cobalah jual
disana pasti laku keras!” ujar Woo Ri. “Dan aku tidak menjadi dokter?”
sahut Joon Ha. Woo Ri menyakini kalau Joon Ha bisa melakukannya
sekaligus, menjadi dokter dan menjual roti isi telur.
Joon Ha mendesah Woo Ri mirip
seseorang (mirip Dong Joo) kenapa semua orang menyuruhnya mengerjakan
beberapa pekerjaan sekaligus. Woo Ri tanya siapa mirip siapa. Joon Ha
menjawab dia seseorang yang jelek dan seperti kotoran semut.
Joon Ha ingin tahu selain menjual
mobil apa ada lagi yang Woo Ri lakukan. Woo Ri berkata kalau ia tak
melakukan kerja apa-apa lagi. Temannya yang lulus kuliah saja pendapatan
selama sebulan tak sampai 1rb dolar sedangkan ia sendiri sering
mendapatkan 2rb dolar perbulan. Di perusahaan tempatnya bekerja ia
selalu masuk dalam 5 besar.
Joon Ha tanya kalau uang jatuh dari
langit apa Woo Ri akan tetap bekerja. Woo Ri menjawab ya karena tak
mungkin uang jatuh dari langit. Joon Ha menatap Woo Ri. Woo Ri tanya
kenapa, apa Joon Ha pikir pekerjaannya itu rendahan. Joon Ha berkata
bukan itu hanya saja ia melihat kalau Woo Ri masih muda.
Woo Ri merasa Joon Ha seorang peniru,
waktu itu Joon Ha meniru kata-katanya. Joon Ha berkata kalau itu sangat
menyenangkan, haruskah ia melakukannya lagi. Joon Ha menirukan beberapa
kalimat yang pernah diucapkan Woo Ri, Joon Ha tertawa.
Seung Chul menelepon Woo Ri tapi
Joon Ha langsung merebut dan mematikan ponselnya. “Kau itu bukan murid
yang baik di sekolah ya?”
Woo Ri : apa?
“Ketika
orang sedang belajar ya belajar. Ketika makan roti telur, makanlah roti
telur. Makanlah!” Joon Ha menyodorkan roti telur ke mulut Woo Ri.
Karena kantong kacangnya sudah tak ada
yang dimainkan Dong Joo barang lain. Ia terus melempar-lemparkannya.
Min Soo penasaran ada apa dengan kantong kacangnya. Dong Joo tak
menjawab ia meminta Min Soo melakukan analisa dan perbandingan
eksperimen dan segera melaporkan itu padanya.
Tae Hyun dan Kim Bi masuk ke ruangan
Dong Joo, mereka menyampaikan kalau Hansung menyampaikan komplein
terhadap kosmetik mereka. Kim Bi tanya apa yang harus ia lakukan, mereka
juga mengirim email di website Energy Cell bahwa ia sudah melanggar
hukum kompetisi bisnis. Kim Bi meyakinkan kalau ia bukan mata-mata
bisnis. Dong Joo paham itu, mungkin itu terjadi karena kontrak Kim Bi
dengan perusahaan itu.
Min Soo ikut emosi, “Mereka
memulai riset kosmetik berbasis sel ketika Kim Bi sudah meninggalkan
perusahaan itu!” Kim Bi menyahut mungkin mereka menyadari kalau ini
persaingan yang tak bisa mereka menangkan. Mereka ingin merusak image
Woo Kyung.
Dong Joo minta dipanggilkan seorang
konsultan dari luar. Park Dae Ri masuk dengan wajah yang cemas, “Boss
apa yang harus kita lakukan? ada masalah!”
Dong Joo masuk ke ruang Presdir Choi.
Di sana Presdir sudah memasang wajah kemarahannya. Ia membanting artikel
yang baru saja dibacanya, “Inikah image Woo Kyung yang kau inginkan?”
Dong
Joo membaca artikel itu disana tertulis [Energy Cell Cosmetics] chrome
dan neodymium terdeteksi diatas standar dalam produk perdana (ada logam
berat yang terkandung dalam kosmetik produk Dong Joo)
Presdir berkata bukankah Dong
Joo yakin mengenai masalah kualitas produk. “Kau bilang kau sudah
merisetnya selam 5 tahun. Logam berat? Ini memalukan sekali!” Dong Joo
ingin tahu apa ayahnya sudah memeriksa kebenarannya. Ini hanya rumor
murahan.
Presdir Choi emosi, apa Dong Joo pikir
bursa saham peduli itu rumor atau bukan. Begitu pasar dibuka saham Woo
Kyung akan turun merosot. “Ketika membuat anak perusahaan harga saham
akan berguncang dan kemudian kau menuangkan minyak ke atas api,
bagaimana kau akan bertanggung jawab?”
Dong Joo : “Kita harus mencari
kebenarannya dulu. Siapa yang melakukan ini akan kutangkap dia dan
menyeretnya ke pengadilan agar dia tak bisa mengulangi kejahatannya.
Akan kuberikan dia peringatan serius!”
“Lupakan saja!” bentak Presdir.
“Itulah yang diharapkan dari penjahat itu, anggap saja mereka sudah
ditangkap, lalu apa kau pikir kau bisa mengembalikan nama baik Woo Kyung
yang sudah rusak? Kalau kau punya waktu blokir media!”
Dir Kang masuk tergesa-gesa dan
bertanya ada apa. Ia mengeraskan suaranya kenapa hal ini bisa sampai
terjadi. Dong Joo beralasan ini karena ia kurang berpengalaman. Ia akan
bicara lagi nanti setelah situasinya sudah bisa ia kuasai.
Setelah Dong Joo keluar Presdir
menyahut apa mudah bagi Dong Joo untuk menggulingkan posisinya. Ia akan
lihat sampai berapa lama Dong Joo bisa bertahan.
Dir Kang menatap Presdir, “Apa
karena keinginanmu tak terpenuhi kau melangkah sejauh ini?” Presdir
menegaskan kalau ia akan kembali menjalankan sistem bisnis RAM lagi, ia
minta Dir Kang meyakinkan para dewan direksi yang tidak sepakat untuk
tidak mengacau lagi kali ini. “Kalau kita gagal mengamankan uang kita,
kau dan aku akan tamat. Bisnis yang dimulai tanpa dipahami oleh dewan
direksi apa kau pikir akan kubiarkan saja menerima konsekuensinya? Aku
Choi Jin Chul!”
Woo Ri makan Es krim bersama Joon Ha.
Woo Ri merasa ia tetap sedih sekaligus merasa senang. Joon Ha ingin tahu
apa yang membuat Woo Ri sedih. Woo Ri menjawab bukan apa-apa.
Woo
Ri menyahut kalau berat badannya tak akan bisa gemuk kalau hanya dengan
makan es krim. Joon Ha malah merasa sepertinya berat badan Woo Ri masih
bisa naik, “Dagumu begitu runcing, seperti jarum!”
Sepertinya begitu karena Neneknya juga
mengatakan kalau dagunya bisa dipakai untuk membajak sawah. Joon Ha
meminta Woo Ri makan yang banyak, “Apa mau pesan lagi?” Woo Ri menolak
itu tak ada gunanya, karena ia seperti ayahnya.
Woo Ri : Dokter belum lihat
ayahku kan? Dagunya benar-benar runcing. Dia ke rumah Cha Dong Joo untuk
memberi makan ikan. Kau harus bertemu dengannya sebelum pulang ke
Amerika. Dia mirip aku.”
Joon Ha terdiam mendengarkan Woo Ri mengatakan tentang ayahnya.
Woo
Ri : “Ayahku itu tampan. Hidungnya seperti ini, matanya seperti ini.
Kalau dia tersenyum dia seperti malaikat. Dokter kau mirip siapa? Ayahmu
atau ibumu?”
Joon Ha tersenyum
dan menjawab tak tahu. Joon Ha tanya apa kantong kacangnya disimpan
baik-baik karena Dong Joo sangat panik. Woo Ri heran, “Panik?”
Joon Ha berkata kalau sudah 16 tahun
tangan Dong Joo memegang itu dan sekarang tangannya mulai bergetar.
“Tangannya begetar?” Woo Ri cemas bagaimana bisa. Apa seperti ini, Woo
Ri memperagakan tangan orang yang bergetar.
Joon
Ha berkata tidak seperti itu lebih bergetar lagi. Apa seperti ini Woo
Ri menggetarkan tangannya lebih guncang lagi. Joon Ha tertawa dan Woo Ri
kesal melihatnya, kau bohong kan?
Joon Ha : “Siapa yang percaya itu, dia bukan peminum alkohol. Kenapa tangannya bergetar?”
Woo Ri kesal, “Ahhh dokter!”
Ponsel Joon Ha berdering Ny Tae
meneleponnya tapi Woo Ri segera merebut ponsel Joon Ha, “Kau tak boleh
mengangkat telepon ketika minum kopi, perhatikan kopimu!”
“Baik!”
Joon Ha meminum kopinya. Woo Ri melihat nama yang tertera dilayar dan
terkejut, “Oh ini ibumu jawablah!” Joon Ha menolak ia akan
mempertahankan kopinya. Woo Ri meminta Joon Ha menjawabnya bagaimana
kalau panggilan itu darurat.
“Kenapa kau selalu mengaturku?” Joon
Ha menjawab telepon ibunya. Ia terkejut mendengar berita yang
disampaikan ibunya dan bertanya bagaimana Dong Joo. Joon Ha bicara
menjauh dari Woo Ri. Woo Ri penasaran.
Ny Tae berkata kalau kita baru saja mulai dan sepertinya Choi Jin Chul yang menang. “Joon Ha, apakah ini akhir Energy Cell?”
Joon
Ha berkata kalau mereka bisa memblokir media. Ny Tae meminta Joon Ha
tak boleh terlibat walaupun Dong Joo minta tolong. Joon Ha menegaskan
kalau mereka harus segera memblokir media dan juga mencari sumber
beritanya, Dong Joo tak bisa melakukannya sendirian. Ny Tae meminta Joon
Ha jangan ikut campur, “Kau harus kembali ke Amerika!”
Joon Ha : apa?
Ny
Tae : “Dengan memblokir media apa kau pikir ini selesai? Kalau kau tak
akan tinggal sampai selesai maka akhirilah. Begitulah seharusnya!”
Joon Ha merasa ia harus menemui Dong Joo, ia akan mampir ke kantor.
Joon Ha minta maaf pada Woo Ri karena
ia harus pergi. Woo Ri berkata tak apa-apa dan bertanya ada apa dengan
Dong Joo. Joon Ha tak bisa mengantar Woo Ri pulang karena sesuatu
terjadi dengan pekerjaan Dong Joo. Woo ri berkata tak apa-apa dan
meminta Joon Ha bergegas.
“Tunggu sebentar!” Joon Ha memakaikan arloji ke tangan Woo Ri. Woo Ri heran apa ini.
Joon Ha : “Ini untuk makanannya. Karena kau membelikanku makanan aku juga ingin mentraktirmu tapi karena aku akan ke Amerika.
Woo
Ri tak bisa menerimanya ia akan melepas arloji itu, Joon Ha menahan dan
menatap Woo Ri, “Bong Woo Ri senang bertemu denganmu!”
“Ini resep untukmu kalau kau mau
mengobati pikiranmu tentang kakakmu maka lupakanlah dia. Jam 2.20 p.m 14
Mei 2011. Mulai dari sekarang jangan melihat arloji kakakmu, lihatlah
ini sedikit demi sedikit kau akan melupakannya!”
Dong Joo bertemu staf-nya di lobi
kantor. Min Soo berkata kalau mereka sudah menemukan sumber berita
tentang kasus logam berat itu, “Dia sudah dipecat dari pabrik Bucheon!”
Dong Joo heran jadi bukan dari Hansung?
Min Soo akan menemui orang itu tapi
Dong Joo meminta Min Soo menghentikan kegiatan promosi. Kim Bi diminta
menyiapkan dokumen gugatan dan ia yang akan menemui orang itu
sendiri. Kim Bi tanya apa yang harus dilakukannya ia sudah merasa kesal.
Dong Joo menyakinkan kalau ini bukan kesalahan Kim Bi, perusahaan akan
mengatasi ini dan lanjutkan saja pekerjaan Kim Bi.
Tae Hyun mencegah boss-nya, Dong Joo tak bisa keluar dari kantor sekarang. Di depan wartawan sudah banyak yang menunggu.
Joon Ha masuk diantara para wartawan
dan menghampiri Dong Joo. Park Dae Ri datang dan mengatakan bahwa sesuai
perintah Dong Joo ia terus mengawasi pergeseran saham, “Dari cabang
Yoido H Securities ditemukan banyak transaksi penjualan saham Woo Kyung.
Haruskah aku mengawasi terus?”
Joon Ha berkata pada Dong Joo kalau ia
akan melihatnya sendiri. Dong Joo berpapasan dengan Presdir Choi, Dong
Joo langsung pergi.
Dong Joo menghentikan laju mobilnya di
depan sebuah rumah. Ia melihat seorang pria dan memastikan apakah orang
itu yang tengah dicarinya. Dong Joo akan meneleponnya.
Ponsel pria itu berdering dan ia
langsung menjawabnya, Halo dan kata halo tertulis di ponsel Dong Joo.
“Tuan Baek Sun Hyuk?” tanya Dong Joo. “Ini Presdir Energy Cell, Cha Dong
Joo!”
Pria itu terkejut dan
gugup, Dong Joo memperhatikannya, “Maafkan aku anda salah sambung!” itu
yang tertulis di layar ponsel Dong Joo.
Dong Joo melihat orang itu menelepon
seseorang, “Nama anakmu bukankah Cha Dong Joo? Aku berencana akan pergi
tapi aku tak bisa meninggalkan istriku sendirian di rumah sakit. Maafkan
aku Nyonya (what Nyonya????) tentu saja aku siap dipenjara karena ini!”
Dong Joo terus memperhatikan gerak
Bibir pria ini. Dong joo mendapat sms ‘informasi penjualan besar-besaran
–Jang Joon Ha W invest inc’s patrner- Dong Joo marah ia mencengkeram
setir mobilnya.
Pria itu menjawab
mengerti dan mulai sekarang ia tak akan menerima telepon dari orang
yang salah sambung, “Anakmu tak akan datang menemuiku di rumah sakit
kan?”
Dong Joo langsung merebut ponsel pria itu dan meletakkan di telinganya. Ia tahu siapa dalang dibalik semua ini, “Apa ini?”
Ny Tae terkejut, “Dong Joo?”
Dong Joo : “Balas dendammu, apa balas dendammu lebih penting daripada aku dan Joon Ha?”
Ny Tae panik, ia minta Dong Joo bicara dengan ponsel Dong Joo.
“Aku
akan melakukannya. Aku akan merebut kembali Woo Kyung. Bisakah aku
melakukan itu? bisakah ibu mempercayaiku? Kenapa? Kenapa?” Dong Joo
mengeraskan suaranya.
Ny Tae meminta Dong Joo menutup
mulut karena ada orang disebelah Dong Joo. Joon Ha ikut panik, ia minta
telepon itu dan ia yang akan bicara pada Dong Joo. Ny Tae berkata kalau
itu bukan telepon Dong Joo.
Dong Joo : “Apapun yang kau lakukan
dibelakangku, apa itu karena aku tak bisa mendengar? Kau menjebakku
seperti boneka. Apa yang sudah ibu rencanakan bersama Kak Joon Ha?”
Ny Tae tambah panik, “Dong Joo bukan begitu. Jawablah teleponmu kau harus tahu apa yang kusampaikan!”
“Aku tak bisa mendengar. Ibu aku tak
bisa mendengar apapun yang kau katakan. Katakan dengan keras. Katakan
yang keras!” Dong Joo berteriak, “Aku tak bisa mendengar. AKU TAK BISA
MENDENGAR!”
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment