Dong
Joo sampai di pabrik Pucheon. Pabrik itu terlihat sangat sepi. Dong Joo
keluar dari mobil dan ia meninggalkan ponselnya begitu saja. Sepertinya
Dong Joo lupa kalau ponselnya ia letakkan di jok samping. Dan ponsel
itu terus menampilkan banyak panggilan dari Joon Ha.
Dong Joo
mengamati sekeliling pabrik yang sangat sepi. Ia mencari keberadaan Joon
Ha. Dong Joo merogoh saku celana mencari ponselnya, kemudian terlintas
dalam pandangannya seseorang berada di dalam pabrik. Dong Joo mengira
itu Joon Ha.
“Jang Joon Ha!” panggil Dong Joo. Tapi
pria itu tak bergeming, Dong Joo pun masuk ke dalam pabrik mengikuti
arah masuk seseorang yang disana. Ya itu orang suruhan Choi Jin Chul.
Dia membawa Dong Joo masuk ke dalam ruangan pabrik lebih dalam lagi.
“Dia disini, aku yakin!” sahut orang itu menelepon Choi Jin Chul.
“Lakukan
sesuai rencana,” sahut Choi Jin Chul berada di dalam mobilnya. Kemudian
ia menelepon Shin Ae dan menyuruh Shin Ae keluar rumah.
Shin
Ae keluar rumah di bawah guyuran hujan dan segera masuk ke mobil Choi
Jin Chul. Shin Ae langsung bertanya ancaman apa lagi yang akan dikatakan
Choi Jin Chul padanya. Choi Jin Chul melihat jamnya dan berkata kalau
Shin Ae harus berada di dalam mobil bersamanya. (wohoho alibi untuk
mengalihkan tuduhan nih)
Dong
Joo terus mencari Joon Ha dan masuk ke sebuah ruangan gelap, “Jang Joon
Ha.” panggilnya tapi tak ada respon. Pria itu ada di ruangan yang sama
dengan Dong Joo. Dong Joo berbalik badan dan dengan cepat pria itu
langsung memukul Dong Joo hingga jatuh tersungkur. Pria itu segera
keluar menutup pintu dan menguncinya.
Dong Joo menggedor pintu berusaha membukanya tapi tak bisa pintu itu terkunci dan digembok. “Buka pintunya, siapa kau?”
Pria
itu menyalakan korek api dan melemparkan koreknya ke lantai sepertinya
sebelum itu ia sudah menyiramkan minyak terlebih dahulu di lantainya.
Api mulai membesar. Dong Joo terus menggedor pindu, “Buka pintunya! buka
pintunya!” teriak Dong Joo. “Mungkinkah, Choi Jin Chul?” Dong Joo
langsung bisa menebak siapa dalangnya. Sekuat tenaga Dong Joo berusaha
membuka pintu.
Dari
sela-sela bawah pintu masuklah kepulan asap. Dong Joo kaget bukan main
dan terus berusaha membuka pintu agar ia cepat keluar.
Woo
Ri dan ayahnya sampai di pabrik. Keduanya melihat mobil Dong Joo
terparkir di depan pabrik dan mencari keberadaan Dong Joo. Tapi kemudian
keduanya dikejutkan dengan suara alarm tanda kebakaran.
Keduanya
panik. Woo Ri akan masuk tapi Young Kyu tak membolehkannya. Ia meminta
Woo Ri tetap diluar, ia yang akan masuk ia yang akan menyelamatkan Dong
Joo. Tragedi Mi Sook tak boleh terjadi lagi. Young Kyu langsung bergegas
ke dalam.
Tepat
saat itu Joon Ha datang. Joon Ha panik dan bertanya dimana Dong Joo.
Woo Ri berkata kalau Dong Joo ada di dalam dan ayahnya sudah masuk
kesana. Joon Ha meminta Woo Ri jangan kemana-mana, disini saja. Tapi Woo
Ri ingin masuk bersama.
Joon
Ha tak bisa membiarkan Woo Ri dalam bahaya, ia melepas pegangan Woo Ri
segera masuk dan mengunci pintu. Ia mencegah agar Woo Ri tak masuk ke
dalam pabrik. Joon Ha berpesan agar Woo Ri segera mencari bantuan. Joon
Ha langsung ke dalam mencari Dong Joo. Woo Ri menggedor-gedor pintu
berusaha untuk masuk.
Asap
yang masuk ke ruangan dimana Dong Joo disekap semakin banyak. Ia mulai
batuk-batuk dan kesulitan bernafas. Dong Joo terus menggedor pintu
berharap cepat ada yang menolongnya.
Young Kyu masuk ke ruangan yang
lebih dalam lagi dan mulai merasakan adanya kepulan asap. Ia terus
berteriak memanggil Dong Joo. Young Kyu melihat ruangan di depannya
sudah penuh dengan api. Ia berusaha masuk kesana dan celingukan mencari
Dong Joo. Kemudian terdengar olehnya suara pintu digedor. Ya, ia tahu
kalau yang di dalam ruangan itu Dong Joo.
Young
Kyu akan kesana tapi api malah tambah besar, ia pun ketakutan dan
mundur menjauh. Ia teringat kejadian dulu dimana Mi Sook terjebak dalam
kebakaran. Ia melihat bayangan Mi Sook yang ketika itu minta tolong.
Young Kyu menyebut nama Mi Sook dan Dong Joo sambil menangis panik.
“Ayah kau dimana? Cha Dong Joo kau dimana?” teriak Joon Ha mencari keberadaan Dong Joo dan Young Kyu.
Di
luar Woo Ri berteriak panik dan dilihatnya api sudah mulai merambat
keluar. Woo Ri terus berteriak memanggil ayahnya dan berusaha membuka
pintu yang terkunci dari dalam.
Dong
Joo sudah lemas di ruangan yang penuh asap. Joon Ha menemukan Young Kyu
dan bertanya dimana Dong Joo. Young Kyu panik dan menunjukan ruangan
tempat Dong Joo berada. Joon Ha akan kesana menyelamatkan Dong Joo tapi
Young Kyu melarangnya. Ia yang akan kesana menyelamatkan Dong Joo.
Young
Kyu akan membuka pintu tapi handle pintunya panas. Ia tambah panik dan
menangis, tak tahu harus berbuat apa. Joon Ha menggedor pintu dan
berteriak, ia berusaha membuka pintunya dengan badannya. “Dong Joo apa
kau di dalam?” Teriak Joon Ha sambil menggedor pintu. Dengan sisa tenaga
Dong Joo terus menggedor pintu memberi tanda kalau ia ada di dalam.
Joon
Ha langsung mencari alat untuk membuka gemboknya, ia menemukan tabung
pemadam kebakaran dan memukulkannya agar gembok terbuka. Sementara api
terus membesar.
Tiba-tiba
lampu di atas mereka memercikan apinya. Joon Ha tepat berada di
bawahnya dan terkena percikan api tepat di matanya. Joon Ha berteriak
kesakitan sambil memegang matanya. Young Kyu tambah panik melihatnya.
Tak hanya itu, sesaat kemudian ambruklah rak besi yang ada di samping. Keduanya tertindih rak.
Dong Joo sekuat tenaga mendorong
pintu dengan badannya. Ia berhasil keluar dari ruangan sekapan.
Ternyata Joon Ha behasil membuka gemboknya.
Dong Joo melihat Joon Ha dan Young Kyu tertindih rak besi. Ia segera menyingkirkan benda itu. Young Kyu langsung bangun.
Dong
Joo melihat Joon Ha mengerang kesakitan sambil memegang mata, “Kakak
apa kau tak apa-apa?” Young Kyu juga merasakan sakit di lengannya akibat
tertindih rak besi tadi. Dong Joo langsung menggendong kakaknya agar
segera keluar dari sana. Young Kyu menangis khawatir dan terus menyebut
nama Ma Roo.
Dong
Joo dan Young Kyu berjalan tertatih tenaga mereka hampir habis. Dong
Joo sekuat tenaga menggendong kakaknya keluar dari sana.
Bantuan pemadam kebakaran pun
datang. Mereka membantu ketiganya keluar dan memadamkan api. Dong Joo
lemas dan jatuh tak sadarkan diri. Woo Ri berteriak cemas.
Nenek
dan Mi Sook tidur berdua di kamar. Terdengar suara telepon berdering.
Nenek bangun dan akan mengangkat teleponnya. Tapi Shin Ae masuk kamar
dan segera menyalakan lampu untuk mengangkat telepon. Ia terlihat
terkejut, “Kenapa Young Kyu kecelakaan?” Nenek cemas mendengarnya dan
bertanya apa yang terjadi.
Ternyata itu yang menelepon
adalah Woo Ri. Shin Ae meminta Woo Ri bicara lebih jelas lagi, “Kau
bilang Ma Roo kenapa? Dimana kau? seberapa parah lukanya?” Nenek cemas
mendengarnya dan bertanya siapa yang terluka. Mendengar keributan Mi
Sook langsung bangun.
Shin Ae mendengarkan penjelasan
Woo Ri, kalau mereka semua pergi ke pabrik. Nenek langsung lemas
mendengaranya, Mi Sook langsung memegangi Nenek. Woo Ri meminta Shin Ae
cepat datang.
Woo Ri membawa jas yang dipakai
Joon Ha. Ia memeriksa saku jas Kakaknya untuk mencari ponsel. Ia
menemukannya dan mencari kontak nama Ny Tae. Woo Ri menemukan nama
kontak atas nama ‘Ibu’.
Ny
Tae melihat jam tangan, pukul 1 dini hari. Ia menuangkan anggur untuk
dirinya sendiri, entah firasat atau ia tak hati-hati ketika
menuangkannnya. Gelas itu tersenggol botol anggur dan pecah. Ia berfikir
apa terjadi sesuatu dengan putranya. Ia segera mengambil tisu untuk
membersihkan tumpahan dan pecahannya.
Woo
Ri membernanikan diri menelepon Ny Tae dan memberi tahu kalau Dong Joo
dan Joon Ha mengalami kecelakaan. Ny Tae shock mendengarnya. Woo Ri
meminta Ny Tae segera datang ke rumah sakit. Ny Tae panik kenapa
putranya kecelakaan, di mana, seberapa parah.
Dong
Joo sadar dari pingsan, Woo Ri menemaninya. Dong Joo melihat sekeliling
dimana ia berada dan menoleh ke samping dimana Woo Ri duduk menjaganya.
Dong Joo melepas bantuan oksigen dan langsung bertanya bagaimana dengan
Kakaknya.
Dong
Joo langsung bangun tapi Woo Ri melarang. Dong Joo tak boleh banyak
bergerak dulu. Perawat datang dan mengatakan kalau Dong Joo harus
menjalani beberapa tes. Dengan wajah yang masih sangat pucat Dong Joo
melepas jarum impusnya dan akan menemui Joon Ha. Woo Ri membantu memapah
Dong Joo berjalan.
Ny
Tae datang dan terlihat sangat panik. Ia sangat mencemaskan putranya.
Dong Joo malah berkata kalau Kakaknya yang terluka parah. Lalu terdengar
tangis Young Kyu menyebut nama Ma Roo. Woo Ri langsung menemui ayahnya.
Joon
Ha keluar dari ruangan dalam kondisi tak tak sadarkan diri dengan mata
diperban. Dong Joo langsung bertanya pada dokter seberapa parah luka
Kakaknya. Dokter mengatakan kalau Joon Ha terlalu banyak menghirup asap
dan ia tak sadarkan diri. Tapi yang menjadi masalah utama adalah luka
dimatanya, kalau tidak dioperasi matanya bisa mengalami kebutaan.
Ny
Tae terkejut mendengarnya, “Joon Ha ini tak boleh terjadi.” Ia ikut
terpukul melihat kondisi Joon Ha. Joon Ha segera di bawa ke ruang
operasi.
Dong
Joo sangat sedih dengan kondisi kakaknya. Ny Tae ingin tahu bagaimana
Joon Ha bisa sampai seperti ini. Dong Joo menjelaskan kalau ini terjadi
karena Joon Ha ingin menolong dirinya. Shin Ae tiba di rumah sakit dan
mendengar percakapan Dong Joo dan Ny Tae.
Dong Joo kembali mengatakan
kalau Choi Jin Chul mencoba membunuhnya dengan cara menyekap dirinya
dalam kebakaran. Tapi Joon Ha datang dan mencoba menyelamatkannya. Shin
Ae langsung lemas mendengarnya.
Dong Joo juga mengatakan kalau
telepon yang ia terima adalah perbuatan Choi Jin Chul yang sudah
mengelabuinya dengan menjadi Joon Ha. “Kakak tahu dan langsung
mencariku. Aku tak mengangkat teleponnya, karena aku tak bisa
mendengarnya.”
Ny
Tae merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Joon Ha. Lalau terjadi
sesuatu yang buruk pada Joon Ha ia tak tahu harus bagaimana. Ia sangat
takut hal buruk terjadi pada Joon Ha. Ny Tae memeluk putranya, ia merasa
sangat bersalah. Shin Ae tak bisa berkata apa-apa hanya airmatanya yang
hampir menetes.
Semua
menunggu di depan ruang operasi. Woo Ri tampak cemas, Dong Joo langsung
mengerti perasaan Woo Ri dan berusaha menenangkannya. Dong Joo
menggenggam tangan Woo Ri keduanya saling menguatkan.
Young
Kyu juga menunggu cemas. Shin Se berdiri tak jauh dari sana. Semenara
Ny tae, ia tak sanggup mendekati ruang operasi. Ia berdiri menjauh.
Operasi Joon Ha selesai, ia dibawa ke ruang perawatan. Semua menungguinya harap-harap cemas. Keluarga Lee datang berkunjung.
Paman
dan Bibi Lee sedih melihat kondisi Joon Ha dengan mata masih diperban.
Woo Ri bertanya bagaimana dengan Neneknya. Bibi Lee berkata kalau Woo Ri
tak perlu mencemaskan Nenek. Seung Chul menambahakan kalau sekarang
Nenek tengah bersama Na Mi Sook.
Seung
Chul menatap Dong Joo dan bertanya apa Dong Joo tak apa-apa. Dong Joo
tak tahu Seung Chul mengajaknya bicara, ia terus menatap Joon Ha. Seung
Chul langsung diam tak melanjutkan pertanyannya.
Perawat
datang mengingatkan kalau Dong Joo juga harus menjalani pemeriksaan.
Woo Ri menyentuh pelan tangan Dong Joo dan berkata Dong Joo harus ikut
perawat itu. Woo Ri juga meminta ayahnya memeriksakan diri. Tapi Young
Kyu menolak ia hanya ingin manjaga Ma Roo, menurutnya ia tak terluka
sama sekali.
Dong
Joo akan pergi dan berpesan Woo Ri jangan kemana-mana. Woo Ri ingin
tahu Dong Joo akan kemana, bukankah Dong Joo harus diobati dulu. Dong
Joo berkata kalau ia harus pergi ke suatu tempat.
“Ayo sama-sama!” sahut Shin Ae yang mengerti betul kemana tujuan Dong Joo. “Aku ikut.”
Di kantor Woo Kyung Choi Jin
Chul menerima telepon dari anak buahnya yang memberi tahu kondisi Joon
Ha yang masih belum sadar. Choi Jin Chul mengerti dan meminta anak
buahnya terus mengawasi. Sek Kim berjalan tepat di belakang Choi Jin
Chul dan terus menatapnya.
Dong
Joo dengan kemarahannya datang ke kantor Woo Kyung dan berpapasan
dengan Choi Jin Chul. Choi Jin Chul membentak kenapa Dong Joo datang
dengan sikap seperti itu. Dong Joo langsung mencengkeram baju Choi Jin
Chul, “Sudah kubilang kalau kau menyentuhku aku akan membunuhmu.”
Choi
Jin Chul meminta bantuan pada Sek Kim agar menyingkirkan Dong Joo. tapi
Sek Kim diam saja tak bergeming, ia mengacuhkannya. Choi Jin Chul
memandang tak percaya terhadap orang kepercayaannya ini.
Dong Joo langsung menyeret Choi Jin Chul dan mendorongnya hingga jatuh. Banyak karyawan dan para direktur yang melihat.
Dong
Joo mengatakan kalau Choi Jin Chul sudah tak berhak berada di Woo Kyung
hari ini. Dir Kang dan Min Soo terheran-heran melihatnya. Mereka ingin
tahu apa sebenarnya yang terjadi.
Presdir Choi marah dan membentak, ia mengatakan kalau Dong Joo sudah gila. Ia meminta Dong Joo diseret keluar dari kantor.
“Kau
yang sudah gila!” suara Dong Joo tak kalah keras. “Kau pernah menjadi
Ayahku, tapi kenapa kau tega? Teganya kau memerangkapku di pabrik kosong
yang terbakar.”
Choi Jin Chul menyangkal, “Apa yang kau katakan? Apa kau punya bukti? Apa kau punya bukti kalau aku yang menyebabkan kebakaran?”
Dengan wajah yang masih pucat
Dong Joo berkata apa Choi Jin Chul perlu bukti. “Anakmu Jang Joon Ha
sekarang dirawat di rumah sakit karena berusaha menolongku dan sekarang
matanya terluka. Apa bukti itu tak cukup?” Dong Joo kemudian membentak,
“Apa kau tetap tak mau mengaku?”
Choi
jin Chul mengajak para pemegang saham memulai pertemuan mereka dan tak
usaha menghiraukan Dong Joo. Ia akan segera pergi tapi Dong Joo
mengatakan tentang peristiwa 16 tahun yang lalu dan itu membuatnya
terkejut karena Dong Joo sudah berani mengungkapkannya. “16 tahun yang
lalu. Kau membunuh Kakekku!”
Para
pemegang saham langsung kasak-kusuk. Dong Joo menunjukan bukti surat
perjanjian pranikah, “Aku menyimpan ini untuk membuktikan kejahatanmu 16
tahun lalu. Apa kau pikir dengan membunuhku kejahatanmu akan lenyap
begitu saja?”
Dong Joo melempar surat itu ke
arah Choi Jin Chul. Choi Jin Chul berteriak kalau itu semua bukti palsu,
Dong Joo sudah mengada-ada dan menjebaknya. Dir Kang menyuruh Choi Jin
Chul menghentikan semuanya.
“Tidak.
Kau harus mengakhiri apa yang sudah kau mulai.” sahut Shin Ae datang
bersama Woo Ri dan Sek Kim. “Apa kau ingat? Itu kata-katamu ketika
membunuh Presdir Tae.”
Choi Jin Chul menatap marah Shin Ae.
Shin Ae beralih memandang Dong Joo, “Dong Joo. Choi Jin Chul, aku melihatnya menarik oksigen Presdir Tae. Aku melihat semua.”
Choi
Jin Chul murka dan akan menyerang Shin Ae. Tapi secepat kilat Sek Kim
menahannya. Choi Jin Chul meronta tapi Sek Kim memeganginya kuat-kuat.
“Dokumen yang dirobek Choi Jin
Chul, aku mengambilnya. Itu kertas perjanjian Kakekmu dengan Choi Jin
Chul. Aku memang perempuan jahat, aku juga pantas dihukum.” Kemudian
Shin Ae menatap tajam Choi Jin Chul, “Tapi setelah kau mencoba membunuh
anakku, aku bukan sampah yang mau saja menjadi alibimu. Alasanmu
memintaku menemanimu adalah alibimu atas kebakaran itu kan? Supaya kau
tak dituduh melakukan kejahatan. Beraninya kau melakukan itu.”
Choi Jin Chul menyangkal ia tak
melakukan itu. Ia menatap Dong Joo penuh kemarahan dan berkata kalau
Dong Joo sudah merencanakan semua ini untuk merebut kedudukannya. Ia
memerintahkan memanggil polisi, ia akan memenjarakan mereka semua.
Dong Joo : “Kau bilang aku yang merencanakan semua ini? Kejahatanmu adalah alasan semua orang berada disini.”
Dong Joo menarik Woo Ri ke
sampingnya, “Kau kenal dia kan? 16 tahun lalu kebakaran di pabrik
Pucheon. Karena kau memerintahkan menutup pintu pabrik, seorang wanita
meninggal. Dia putri wanita itu.”
Mata Woo Ri berkaca-kaca menatap Choi Jin Chul. Choi Jin Chul berkata kalau ia tak mengenal Woo Ri, “Kalian semua bersekongkol.”
“Kembalikan
dia!” ucap Woo Ri menangis. “Ibu, Ibuku sekali lagi. Aku ingin
melihatnya sekali lagi. kembalikan Ibuku. Dia tak mengerti kenapa dia
harus mati. Dihadapan putrinya dia meninggal kesakitan dan hanya bisa
menangis.”
Dong Joo menatap tajam Choi Jin Chul, “Tamatlah riwayatmu Choi Jin Chul!”
Dong
Joo dan Woo Ri berada di dalam mobil di parkiran kantor Woo Kyung. Woo
Ri akan memasang sabuk pengaman tapi Dong Joo memintanya menunggu
sebentar. Woo Ri mengerti dan bertanya apa Dong Joo lelah, Dong Joo
harus segera dirawat di rumah sakit (bener wajah Dong Joo pucat banget)
Dong Joo mengangguk mengerti
tapi ia ingin menunggu sebentar saja, “Kita istirahat dulu. Kau juga
belum tidur.” Woo Ri menyarankan lebih baik Dong Joo tidur di rumah
sakit. Dong Joo memohon 10 menit saja. Woo Ri menggenggam tangan Dong
Joo.
“Woo
Ri kalau Kak Joon Ha sudah sembuh. Kita pergi tamasya ke tempat yang
jauh dan sepi, tidak perlu berfikir sepanjang hari.” Sesaat kemudian
Dong Joo langsung memejamkan matanya dan tertidur.
Woo Ri tersenyum, ”Baik kita
akan kesana. Kita harus melakukannya.” Dong Joo sudah tertidur pulas.
Woo Ri melanjutkan ucapannya, “Cha Dong Joo kau bagus sekali. Aku bangga
padamu. Kalau aku sendiri, mungkin aku tak sanggup melakukannya.
Walaupun ibuku tak bisa kembali. Semua beban disini rasanya sudah
hilang.”
Lama kelamaan air mata Woo Ri menetes, “Setelah ibuku pergi, aku menyesal. Aku menyesal.”
Dong
Joo membuka matanya, ia melihat Woo Ri tertidur pulas di sampingnya.
Dong Joo mengusap air mata yang ada di pipi Woo Ri dengan lembut.
Choi Jin Chul merenung di
ruangannya. Dua orang masuk dan menunjukan identitas mereka. Keduanya
polisi yang akan menangkap Choi Jin Chul.
“Choi Jin Chul kau ditahan karena percobaan pembunuhan, pembunuhan dan pembakaran. Kau harus ikut kami ke kantor polisi!”
Polisi
itu akan memasangkan borgol tapi Choi Jin Chul menolak. Ia tak mau
diborgol sampai ia berada di luar kantor. Polisi mengerti dan
menurutinya.
Choi Jin Chul berjalan dengan kepala tegak, di belakangnya kedua polisi mengawalnya. (agar tak kabur mungkin hehe)
Di lobi kantor banyak karyawan dan juga ada wartawan yang mengambil gambarnya.
“Choi Jin Chul!” terdengar seseorang berteriak memanggilnya. Itu Young Kyu, ia datang ke kantor Woo Kyung bersama Paman Lee.
Dengan
kondisi tangan yang digendong dan masih terluka Young Kyu berlari ke
arah Choi Jin Chul dan langsung menyeruduk seperti banteng hingga Choi
Jin Chul jatuh terjengkang.
Paman Lee tak menyangka sohibnya berani melakukan ini.
Dua
orang polisi datang ke kantor Woo Kyung untuk menangkap Choi Jin Chul.
Choi Jin Chul menolak diborgol, ia bersedia diborgol nanti ketika ia
sudah di luar kantor.
Young Kyu dan
Paman Lee datang ke kantor Woo Kyung untuk melabrak Choi Jin Chul.
Tanpa ba bi bu Yoang Kyu langsung menyeruduk ke arah Choi Jin Chul
hingga jatuh terjengkang. Semua wartawan mengabadikan momen ini. Choi
Jin Chul marah, ia menyebut Young Kyu sudah gila dan minta Young Kyu
ditangkap.
Dengan sikap polosnya Young Kyu
mengenalkan diri, “Namaku Bong Young Kyu, aku tidak gila tapi bodoh.
Walaupun aku bodoh tapi aku tahu kalau Mi Sook meninggal saat pabrikmu
terbakar.”
“Choi
Jin Chul, aku berterima kasih kau sudah merawat Ma Roo dan
menjadikannya seorang dokter. Terima kasih.” Young Kyu membungkuk
mengucapkan terima kasih. Semua orang memandang aneh, Paman Lee
tersenyum puas. Ny Tae dan Sek Kim memperhatikan dari lantai atas.
Young Kyu : “Choi Jin Chul
ketika Mi Sook meninggal aku ketakutan. Tapi aku sudah tak membencimu
karena kau sudah membesarkan Ma Roo dengan baik, tapi kenapa kau
membakar lagi pabrik dan mau membunuh Ma Roo?”
Choi Jin Chul marah dan mengajak
polisi segera pergi dari sana dan mengatakan kalau Young Kyu sudah
gila. Polisi menahan Choi Jin Chul.
Young
Kyu menangis kemudian berlutut, “Choi Jin Chul tolong selamatkan Ma
Roo. Sekali ini saja, aku mohon. Jangan bunuh Ma Roo, selamatkan dia.
Aku ini bodoh, tak tahu malu, tapi kau punya banyak uang. Kalau kau
pemilik Woo Kyung, kenapa kau mencoba membunuh Ma Roo? Mata Ma Roo
terluka karena kebakaran itu. Dia menangis. Aku sakit disini (menunjuk
dadanya) ketika Mi Sook meninggal aku tak bisa bernafas dan terluka
disini. Tapi Ma Roo terluka parah. Kumohon padamu, jangan bunuh Ma Roo
selamatkan dia. Sekali ini saja Choi Jin Chul kumohon padamu.”
Choi Jin Chul lemas mendengar Young Kyu terus memohon. Ia berjalan ditopang oleh dua orang polisi menuju kantor polisi.
Young Kyu terus menangis
memegangi dadanya. Paman Lee berusaha menghibur sobatnya. Ia memuji
Young Kyu sudah bagus melakukannya. Nya Tae yang memandang dari lantai
atas dan ikut terharu.
Joon Ha sadar ia langsung meraba matanya yang masih diperban. “Dong Joo?” panggil Joon Ha tapi tak ada yang menjawab.
“Ayah?” Tapi tak ada sahutan, “Apa tak ada orang disini?”
Di
samping Joon Ha ternyata ada Ny Tae. Ia tak sanggup bicara melihat
kondisi Joon Ha, ia hanya bisa menangis. Joon Ha menyadari ada orang di
sebelahnya dan bertanya siapa itu, Ny Tae masih belum berani bicara
kalau itu dirinya.
“Woo
Ri?” tebak Joon Ha. Tapi Ny Tae tetap diam tak bicara. Joon Ha kembali
bertanya, “Siapa itu? dimana ini aku tak bisa melihat apa-apa? Tolong.”
ucap Joon Ha meraba dengan tangannya. “Tolong hubungi keluargaku!”
Ny
Tae meraih tangan Joon Ha dan menggenggamnya. Joon Ha meraba tangan Ny
Tae dan ia menyadari tangan siapa yang ia genggam. Ia langsung
menepisnya, “Mau apa kau? Apa yang terjadi dengan Dong Joo? bukan aku,
bukan aku pelakunya.”
Ny Tae kembali menggenggam tangan Joon Ha, “Aku tahu Joon Ha.”
Joon Ha menyingkirkan kembali tangan Ny Tae dan meminta memanggilkan keluarganya.
Ny Tae meminta Joon Ha tenang, ia mengaku kalau ia yang salah, “Ibu salah padamu.”
Joon Ha menyurh Ny Tae pergi. Ny Tae terus mengaku salah. Joon Ha tak percaya, ia tak mau lagi termakan jebakan Ny Tae (huhu padahal Ny Tae sudah menyadari kesalahannya tapi Joon Ha masih belum percaya)
Joon Ha berteriak memanggil orang-orang, “Ada siapa disini? Woo Ri? Ayah Ayah Ayah?” tangis Joon Ha.
Ny Tae tak kuasa membendung tangis. Joon Ha tak mau memaafkannya.
Perawat datang kerena mendengar teriakan Joon Ha dan meminta Joon Ha untuk lebih tenang. Joon Ha menangis mencari keluarganya.
Joon
Ha sudah lebih tenang, di kamarnya pun tak ada siapa-siapa. Ia memegang
perban di matanya. Joon Ha kembali menangis. walaupun air matanya tak
terlihat tapi raut wajahnya benar-benar menunjukan kalau ia sangat
sedih.
Ny Tae meninggalkan rumah sakit dengan perasaan terluka dan tak tahu harus berbuat apa.
Young
Kyu memberi makan ikan milik Joon Ha. Di depannya Paman Lee tertawa
terbahak-bahak membaca berita di koran. Nenek hanya duduk melamun.
Paman
Lee membaca kembali berita di koran, ‘Ketika pemeriksaan polisi Choi
Jin Chul pingsan karena stroke’ Paman Lee tertawa girang.
Nenek : “Apa-apaan kau ini? tingkahmu seperti orang baik saja. Kenapa kau tertawa melihat orang pingsan?”
Paman Lee : “Dia bukan manusia, dia Choi Jin Chul.”
Young Kyu kesal dan menepuk meja karena sobatnya sangat berisik. Ibunya sedang sakit dan meminta Paman Lee jangan berisik.
Woo Ri keluar kamar, Paman Lee
langsung menunjukan berita di koran, “Lihat siapa yang jahat aku atau
Choi Jin Chul?” Woo Ri menyarankan agar koran itu dibuang saja.
Woo
Ri menawarkan diri akan memijat kaki Nenek. Young Kyu juga ingin
memijat kaki ibunya. Nenek menolak, ia tak apa-apa. Paman Lee merengut
karena ia dituduh yang tidak-tidak, ia langsung mencari istri dan
putranya.
Ketika
tengah memijit ibunya, Young Kyu mendengar ada sesuatu yang jatuh dari
arah dapur. Shin Ae tengah membuat bubur dan buburnya jatuh berantakan.
Young kyu melihat disana ada Na Mi Sook dan ia langsung kesal
melihatnya. Kenapa Mi Sook selalu berada di rumahnya dan membuat
keributan. Mi Sook berkata kalau ia hanya ingin membantu.
Nenek
mambantu membersihkan tumpahan bubur. Shin Ae berkata kalau ia sengaja
membuat bubur untuk Ma Roo tapi ia merasa kalau hari ini tak ada yang
berjalan baik. Shin Ae langsung sedih. Nenek menghibur putrinya dan
berkata Shin Ae bisa membuat bubur lagi. Nenek menawarkan diri akan
membuatkan bubur untuk cucunya.
Shin Ae tak mau, biar ia saja
yang melakukannya. Ia tak bisa berbuat apa-apa dan meminta ibunya
menjaga kesehatan saja. Shin Ae mulai menunjukan baktinya sebagai
seorang anak. Woo Ri mengajak ayahnya dan Mi Sook keluar dari dapur.
Young
Kyu takut dengan sikap Shin Ae terhadap Ibunya. Ia mengira kalau Shin
Ae mulai mengganggu Ibunya lagi. Woo Ri berkata bukan begitu, ia
menjelaskan kalau Shin Ae sedang memberi perhatian pada Nenek.
Mi
Sook menambahkan kalau seorang anak perempuan selalu seperti itu
terhadap ibunya, “Bong Young Kyu kau anak laki laki kau tak akan
mengerti dengan yang seperti ini.”
Woo Ri mendapat sms dari Dong Joo, ‘Aku tak mau makan sendirian, db?’ (db = bersama, maksudnya makan bersama)
Mi Sook sepertinya tahu kalau
itu sms dari Dong Joo. Ia mengerti dan meminta Woo Ri keluar mencari
udara segar, “Tinggalkan Nenek ke Bibimu dan Ayahmu padaku.” (wehehehe)
Young Kyu mundur ketakutan. Woo Ri hanya tersenyum geli.
Woo Ri langsung masuk ke rumah Dong Joo tanpa pemisi. Tapi kemudian ia dikejutkan dengan suara benda jatuh, glomprang....
Dong Joo di dapur tengah membuat
sesuatu. Ia tak tahu kalau ia sudah menjatuhkan peralatan masak. Woo Ri
hanya memandang dengan senyum. Woo Ri mengendap-endap mendekat pada
Dong Joo dan secara tiba-tiba Woo Ri mengagetkan Dong Joo. Sontak Dong
Joo kaget setengah mati.
“Kenapa
kau masuk tanpa mengetuk pintu? Kau pikir bel itu cuma untuk pajangan?”
Dong Joo menunjukan lampu bel yang terpasangan di dapur.
Woo
Ri keluar dan mencoba belnya. Ting nong dan lampu bel pun menyala. Woo
Ri tersenyum kagum. “Bagaimana caranya kau memasang bel pintu ini?”
Dong Joo : “Baguskan? Aku
mencoba membiasakan diri mendengar dengan mataku. Kalau kau rindu padaku
dan datang ke sini, kau tak perlu mengintip. Cukup tekan saja bel-nya.
Kalau tak ada jawaban berarti aku tak ada, mengerti?”
Woo Ri : “Memangnya kau mau pergi kemana?”
Dong Joo : “Bukankah sudah kubilang, cita-citaku yang pertama adalah menjadi Indiana Jones. Aku punya misi pertama.”
Woo Ri : “Apa itu?”
Dong Joo : “Mencari wanita cantik.”
Woo Ri kaget mendengarnya, apa?
Dong
Joo mengatakan kalau ibunya menghilang. Tapi ia tahu dimana keberadaan
ibunya dan ia tak tahu kapan ia akan pulang. Dong Joo minta maaf karena
kemungkinan ia pergi agak lama. “Kau akan tetap menungguku kan?”
Woo Ri berfikir sejenak, “Tidak.” Ucap woo Ri.
Dong Joo : Apa?
Woo Ri : “Aku tak mau hanya menunggu saja. Aku juga mau menggapai cita-citaku.”
Dong
Joo ingin tahu apa itu. Tapi Woo Ri tak mau mengatakannya. Kalau Dong
Joo penasaran segera selesaikan misi Dong Joo dan cepat kembali.
Dong
Joo meminta Woo Ri mencoba masakananya. Woo Ri memakan sesuap dan
mengatakan kalau itu enak. Dong Joo menilai Woo Ri berbohong, itu
masakan pertamanya. Dong Joo mencoba masakannya dan menilai apa
masakannya terlalu asin. Woo Ri berkata kalau itu benar-benar enak.
Dong Joo menawarkan apa Woo Ri
mau pergi bersama menemui ibunya. Mendengar itu Woo Ri langsung
tersedak, Dong Joo langsung memberinya minum. Woo Ri meyakinkan kalau
Dong Joo mau pergi, pergi saja ia bisa menunggu.
Dong
Joo ingin tahu apa Woo Ri membenci ibunya. Woo Ri menyangkal dan
berkata tidak. Dong Joo tersenyum dan menjitak kepala Woo Ri. Woo Ri
langsung memegang dahinya dan merengut. Woo Ri kemudian melanjutkan
kata-katanya, “Sebenarnya aku bukan membencinya aku hanya takut
padanya.”
Dong Joo tersenyum, “Baiklah hanya untuk Bong Woo Ri aku akan membawanya pulang dan tidak menakutkan.”
Dong Joo akan menyuapai Woo Ri.
Tapi Woo Ri menolak dan berkata kalau sebenarnya masakan Dong Joo
rasanya tak enak. “Aku tak mau makan ini lagi!” Wahahah keduanya
tertawa.
Di
rumah sakit, Dokter membuka perban mata Joon Ha. Perlahan-lahan Joon Ha
membuka matanya. “Apa kau bisa melihat?” tanya Dokter.
Joon Ha menatap bayangan kabur
di depannya. Lama kelamaan terlihat jelas, di depannya Young Kyu, Woo Ri
dan Seung Chul menatapnya cemas.
Joon Ha tersenyum dan menjawab ya aku bisa melihat.
Young Kyu senang sekali, “Ma Roo. Ma Roo bisa melihat.” Woo Ri dan Seung Chul tersenyum lega.
Dokter
merasa kalau kornea mata Joon Ha sudah sehat tapi Joon Ha harus terus
minum obat dan menjaga matanya agar jangan sampai terinfeksi. Joon Ha
mengerti saran dokter (Ya iyalah dia juga kan dokter hehe)
Young Kyu mengantar dokter keluar. Seung Chul pamit akan ke bagian adiministrasi.
Woo Ri menghala nafas leganya dan berkata kalau ayahnya sangat mengkhawatirkan Joon Ha.
Joon Ha tahu itu, “Aku senang bisa melihatmu lagi Bong Woo Ri.”
Woo Ri akan mengemasi barang-barang Joon Ha, “Kakak matamu merah. Tutup matamu!”
Woo
Ri menutup mata Joon Ha dengan telapak tanganya. Joon Ha menggenggam
tangan Woo Ri yang menutup matanya. “Aku ingin melihatmu. Aku ingin
melihat semua orang.” sahut Joon Ha dan keduanya pun tersenyum.
Akhirnya Joon Ha keluar dari rumah sakit dan pulang naik mobilnya Seung Chul (ah ini pengusaha ayam sukses haha) Di dalam mobil Woo Ri duduk di samping Seung Chul. Sementara Joon Ha di samping Young Kyu.
Joon Ha memandang pemandangan
yang dilaluinya. Seung Chul dan Woo Ri tak tahu harus bicara apa.
Keduanya serba salah dan tak tahu harus memulai percakapan dari mana.
Young Kyu juga tak kalah gugup.
Untuk menghilangkan suasana
canggung Woo Ri memberanikan diri bertanya pada Joon Ha, “Kakak akan
pulang ke rumah kami kan? Karena badanmu belum sehat.. oh ya ikan kakak
juga ada di rumah kami. Walaupun rumah kami kecil...”
“Aku bisa tidur di lantai. Aku suka lantai.” ucap Young Kyu.
“Kalau
kamar di lantai 2 terlalu kecil. Kau bisa pakai kamarku.” ujar Seung
Chul menawarkan kamarnya untuk ditempati Joon Ha. “Aku ahlinya lari dari
rumah, jadi aku bisa tidur dimana saja. Aku bisa tidur sambil berdiri.”
Joon Ha tersenyum dan berkata kalau ia juga bisa tidur sambil bergelantungan. “Aku ahlinya lari dari rumah.” (Ya iyalah kan kabur dari rumah sampai 16 tahun)
“Wuhahahaaha...”
Seung Chul langsung tertawa terbahak-bahak, “Katanya dia bisa tidur
sambil bergelantungan hahahaha lucu sekali ya Woo Ri.”
Melihat Seung Chul tertawa Woo Ri ikut tertawa tapi sepertinya ini dipaksakan deh hehe, “Kakak kau pandai melucu. Lucukan ayah?”
Young Kyu hanya menjawab ya dan ikut tertawa haha hehe. Joon ha tersenyum manis (ah seneng deh kalau liat Joon Ha senyum :P)
Joon
Ha mengehela nafas dan menyandarkan kepalanya ke bahu Young Kyu, “Aku
merasa pusing karena sudah lama tak keluar. Ayah, bangunkan aku kalau
sudah sampai di rumah.”
Young Kyu gugup Joon Ha
menyandarkan kepala ke bahunya. “Ya ya tidurlah. Tidur Ma Roo.
Tiduralah!” Joon Ha memejamkan matanya sambil tersenyum.
Woo Ri dan Seung Chul mengintip memen manis ini. Young Kyu memberi tanda agar tak berisik.
Nenek
mengamati ikan milik Joon Ha, “Cantik!” sahutnya. Bibi Lee datang dan
merasa heran kenapa mereka belum sampai. Nenek tanya siapa yang belum
sampai.
“Anak yang sudah
meninggalkan rumah selama 16 tahun akan pulang.” ucap Bibi Lee. Nenek
hanya diam. Ah sepertinya pikun Nenek kembali lagi.
Bibi
Lee menunjukan foto Ma Roo pada Nenek. Nenek melihat foto itu, “Aigoo
dia masih sangat muda. Dia pasti mengalami kesusahan.”
Paman
Lee berteriak kegirangan karena mereka sudah sampai. Melihat Joon Ha
datang Bibi Lee langsung berseru, “Ya ampun. Dia benar-benar pulang. Ma
Roo apa kau ingat aku?”
Joon Ha menjawab ya. Anda tak berubah sama sekali.
Bibi Lee : “Anakku senang kau sudah pulang.”
Young Kyu berkata pada ibunya kalau Ma Roo sudah pulang. Ia langsung ke kamar menyiapkan selimut untuk Joon Ha.
Joon Ha memandang Neneknya. Nenek mundur ketakutan, Woo Ri memeganginya.
“Nenek...” Panggil Joon Ha. “Aku pulang....”
“Aigoo selamat datang!” kata Nenek lirih dalam kepikunannya.
Air mata Joon Ha hampir menetes melihat kondisi Neneknya, “Maafkan aku baru bisa pulang!”
Semua menatap haru.
Shin
Ae mondar-mandir di kamar Woo Ri. Ia masih belum berani menemui
putranya. Woo Ri masuk membawa nenek ke kamarnya agar nenek bisa
istirahat.
Shin Ae tanya bagaimana dengan
Ma Roo apa dia sudah lebih sehat. Woo Ri menjawab ya dan meminta Shin Ae
segera menemui kakaknya. Tapi Shin Ae masih belum berani. Woo Ri keluar
akan mengambilkan obat untuk Neneknya.
Shin
Ae menggenggam tangan ibunya, “Ibu apa ibu mau ikut aku ke amerika?
Cepatlah sembuh lalu kita ke Amerika. Kita lupakan semua dan tinggal
bersama.”
“Semua keluargaku
disini.” sahut Nenek. “Dan putriku Shin Ae mungkin akan pulang
mencariku. Shin Ae tak boleh sepertiku. Dia cantik dan pintar. Dia
selalu juara pertama di sekolah.”
Shin Ae sedih mendengar ibunya
mengetakan hal-hal yang baik tentang dirinya dimasa lalu, “Kalau begitu
kita tinggal bersama-sama. Kenapa ibu tinggal bersama Young Kyu? Kalau
kau tinggal bersama Shin Ae pasti hidupmu lebih baik.”
Shin
Ae mencoba menghibur Ibunya dengan mengatakan kalau ia kenal dengan
Shin Ae, “Aku mengenal putrimu Shin Ae. Kata Shin Ae, kalau bukan karena
Young Kyu dia akan tinggal bersama ibunya. Apa kau tahu itu?”
Nenek
: “Tapi aku harus merawatnya. Karena orang tua Young Kyu memberiku uang
untuk merawatnya dan uang itu sudah kugunakan untuk membayar biaya
sekolah Shin Ae. Aku tak mau Shin Ae menjadi bodoh seperti diriku. Aku
ingin dia mendapat suami yang baik.”
Hiks hiks hiks... Nenek langsung merebahkan tubuhnya, “Young Kyu dulunya adalah tuan muda, aku kasihan pada Shin Ae.”
Air
mata Shin Ae tak terbendung lagi. Pengorbanan dan harapan ibunya sangat
besar. Dan Young Kyu ternyata bukan anak kandung nenek.
Huhuhu nangis liat adegan ini.
Setelah
liat adegan nangis kita pindah ke kamar sebelah dimana Joon Ha duduk
manis dan terus dipandang Paman dan Bibi Lee. Joon Ha merasa tak enak
terus dipandangi seperti itu.
Paman Lee : “Aku tak memperhatikan ini sebelumnya. Tapi matamu itu mirip mataku. Kau tampan.” (wuhehehe)
Joon Ha tertawa manis mendengarnya. Bibi Lee langsung berseru, “Lihat tawanya. Ya Tuhan. Aku sudah hidup begitu lama.”
Young
Kyu membawakan nasi untuk Joon Ha. Tapi Bibi Lee tak mengizinkan Joon
Ha makan nasi karena Joon Ha baru sembuh. Ia mengambil makanan yang
dibuat Young Kyu dan akan menggantinya dengan bubur.
Paman Lee memohon agar makanan itu tak dibawa pergi, “Selama 16 tahun aku menunggu untuk melihat Ma Roo makan nasi.”
Bibi Lee tak peduli pokoknya
Joon Ha belum boleh makan nasi. Bibi Lee langsung keluar kamar dan
segera membuatkan bubur untuk Joon Ha, Paman Lee menyusul istrinya.
Young Kyu berkata pada Joon Ha
kalau nasi itu ia yang membuatnya. Joon Ha berjanji kalau lain kali ia
akan memakannya. Young Kyu senang dan menyuruh Joon Ha istirahat.
Joon
Ha ingin tahu tentang keadaan Dong Joo. Young Kyu mengatakan kalau Dong
Joo pergi ke suatu tempat. Joon Ha tanya kemana. Young Kyu menjawab
kalau ia tak tahu, Dong Joo tak ada di rumah tapi ia selalu memberi
makan ikan-ikan Dong Joo. Joon Ha berfikir, sepertinya ia tahu Dong Joo
pergi kemana.
Woo Ri pamit dan barkata kalau
Kakaknya butuh apa-apa hubungi saja dirinya. “Ayah aku kuliah dulu.”
Kata Woo Ri pamit pada ayahnya.
Malam hari di Saipan. Ternyata Ny Tae menyendiri di Saipan. Ia di kamar tiduran dengan seluruh tubuh tertutup selimut.
Dong
Joo merayu ibunya untuk segera makan, “Tae Yeon Suk anakmu akan mati
kelaparan. Ayo kita makan. Mau kare? Aku pandai membuat kare.”
Ny Tae diam saja.
Dong Joo terus membujuk ibunya, “Ny Tae Yeon Suk apa kau mau bermain air di luar dan mendapat sorotan sinar matahari?”
Ny
Tae tak ingin bicara dengan siapun dan meminta Dong Joo
meninggalkannya. Dong Joo menarik selimut ibunya, “Kalau ibu tutupi aku
tak bisa melihat Ibu.”
Ny Tae kesal dan kembali meminta Dong Joo meninggalkannya sendiri.
Dong Joo : “Aku datang bukan untuk mengganggumu, Bu. Aku tahu kau sedang sedih.”
Ny
Tae : “Tidak. Aku tak tahu apa-apa lagi. kuharap ini hanya mimpi.
Setiap aku tidur aku selalu memimpikanmu, Joon Ha dan aku. Kita bertiga
hidup bahagia, itu mimpiku. Jadi pergilah. Tak usah menghiburku. Semakin
kau mencoba akan semakin sulit.”
Ny Tae kembali menutup tubuhnya dengan selimut.
Dong Joo : “Ibu, berteriaklah dan menangislah aku akan menemanimu. Seperti pertama kali kita ke rumah ini.”
Young
Kyu di rumah Dong Joo memberi makan ikan-ikan, “Makan yang banyak
jangan bertengkar dan bermain. Aku akan datang lagi besok.”
Young Kyu tersnyum memandang
gambar Dong Joo yang dibuat olehnya, “Cha Dong Joo. Ma Roo sudah tak
sakit lagi. Karena kau sudah menyingkirkan orang jahat itu. Jadi kau tak
boleh sakit lagi Cha Dong Joo dan pulanglah!”
Joon
Ha bersiap akan pergi tapi ia melihat Nenek keluar kamar kepayahan.
Nenek merangkak, Joon Ha membantunya. Nenek berkata kalau ia mau ke
kamar mandi. Joon Ha akan membantu nenek tapi nenek menolak dan berkata
kalau ia bisa sendiri, ia malu kalau ke kamar mandi diantar laki-laki.
Tepat saat itu Shin Ae kembali dari pasar. Ia canggung dan berusaha pergi lagi tapi Joon Ha memanggilnya (tanpa memanggil nama ataupun sebutan ibu)
Joon Ha berkata kalau nenek
mau ke kamar mandi dan sepertinya Nenek tak nyaman ke kamar mandi
dengannya. Shin Ae langsung mengerti dan segera memapah ibunya. Nenek
berterimakasih.
Nenek memandang Joon Ha kemudian beralih memandang Shin Ae, “Dia pasti anakmu.” Joon Ha dan Shin Ae diam saja.
Shin
Ae menyadari sesuatu sepertinya Joon Ha akan keluar. Shin Ae
mengijinkannya dan ia yang akan mengurus nenek. Ia berpesan agar
putranya cepat pulang. Joon Ha hanya menjawab ya.
Joon Ha pergi ke tempat dimana Woo Ri kuliah (Jurusan apa ya bahasa isyarat hehe bahasa kode) Yang dipelajari tentu saja semua hal tentang gerak tangan tanpa bicara.
Joon
Ha tersenyum memperhatikan Woo Ri yang sangat serius belajar. Yang
dipelajari banyak mulai dari bahasa isyarat tentang politik sampai
tentang ekonomi.
Joon Ha menyadari kenapa Woo Ri
mempelajari ini. Mata Joon Ha berkaca-kaca, ia berusaha menghapus air
matanya dan segera pergi dari sana.
Dong
Joo membawakan jus untuk ibunya. Ia mencari ibunya di kamar tapi tak
ada. Ternyata Ny Tae duduk menangis di bawah ranjang. Dong Joo sedih
melihat kondisi ibunya yang begitu terpuruk sedih karena menyesali
perbuatannya.
Dong Joo meletakan jus yang ia bawa dan membiarkan ibunya menyendiri. Ny Tae hanya bisa menangis tanpa suara.
Dong
Joo berdiri di tepi tebing yang sama ketika Ny Tae menyeretnya untuk
mati bersama. Dong Joo memejamkan mata dan menutup kedua telinga dengan
tangannya.(Wow Great pemandangan lautnya cantik banget dan pengambilan gambar Dong Joo dari berbagai posisi, keren)
Dong
Joo menyadari sesuatu jatuh di kakinya. Ia membuka mata dan melihat apa
yang ada di kakinya. Dong Joo berbalik badan dan tersenyum memandang
siapa yang datang.
source : http://anishuchie.blogspot.com/2012/04/can-you-hear-my-heart-episode-29-part-1.html and http://anishuchie.blogspot.com/2012/04/can-you-hear-my-heart-episode-29-part-2.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment