Woo
Ri menagih Joon Ha untuk mentraktirnya tapi ia menolak di traktir
makan. Akhirnya Joon Ha membelikan berbagai macam pakaian dan tas untuk
Woo Ri. Selain itu, Woo Ri juga meminta Joon Ha memberikan kembali jam
tangan yang ia kembalikan tempo hari.
“Dokter...”
Woo Ri menatap tajam Joon Ha. “Dokter Jang Joon Ha...” sambung Woo Ri
seraya tersenyum. Tapi lama kelamaan matanya mulai menitikan air mata,
“Ma Roo-Oppa.... Aku tak akan mencarinya lagi. Kudengar dia sudah
bahagia disuatu tempat. Bukankah begitu dokter? Kakakku pasti hidup
bahagia sekarang!”
Joon Ha terharu mendengarnya, “Dia
hidup sangat bahagia. Dia makan makanan yang enak. Tidak tahu kesulitan
kita disini. Sama sepertiku dia menghamburkan banyak uang. Dia pasti
hidup sangat baik.”
Woo Ri berkata kalau itu bagus, ia
berusaha tersenyum walau air mata terus mengalir di pipinya. Joon Ha
ingin merayakan hari ini sebagai hari melupakan Bong Ma Roo, ia ingin
naik cable car. Tapi Woo Ri ingin menambahkan satu hal lagi yang ia
inginkan sebagai hari peringatan melupakan Ma Roo.
Woo Ri : “Gantikan posisi Kak Ma Roo. Dokter, aku mohon jadilah Kakakku. Dengan begitu, aku bisa melupakan Kak Ma Roo!”
Jelas ini bukan hal yang diinginkan Joon Ha, dari dulu ia tak mau menjadi seorang Kakak untuk Woo Ri.
Woo Ri : “Bisakah kau lakukan itu?”
Joon Ha : “Aku tak mau!”
Joon Ha meminta Woo Ri masuk ke
mobilnya tapi Woo Ri diam saja. “Apa kau mau jalan kaki?” tanya Joon Ha.
Ia ingin Woo Ri jangan bicara, kalau yang dibicarakan adalah masalah
yang diucapkan tadi, ia jelas-jelas menolaknya.
Dokter
Jang menyuguhkan minuman untuk Presdir Choi. Dokter Jang berkata kalau
ia sangat berterima kasih atas bantuan Presdir Choi dan juga ruangan
yang nyaman ini (what jadi ini yang nyiapain Choi Jin Chul) Presdir berkata kalau itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Dokter Jang yang sudah menyelamatkan Dong Joo.
Dokter Jang tanya apa Dong Joo baik-baik saja. Walau ia sudah menyelamatkanya, Dong Joo seharusnya baik-baik saja karena ia sudah tak ada kontak dengannya. Presdir menatap curiga, kenapa Dokter Jang menanyakan kabar Dong Joo dan tak menanyakan Joon Ha, anak Dokter Jang. Dengan santai Dokter Jang berkata kalau Joon Ha itu seperti dirinya, keras kepala. Jadi setiap kali bertemu ia selalu berbeda pendapat dengan putranya.
Dokter Jang tanya apa Dong Joo baik-baik saja. Walau ia sudah menyelamatkanya, Dong Joo seharusnya baik-baik saja karena ia sudah tak ada kontak dengannya. Presdir menatap curiga, kenapa Dokter Jang menanyakan kabar Dong Joo dan tak menanyakan Joon Ha, anak Dokter Jang. Dengan santai Dokter Jang berkata kalau Joon Ha itu seperti dirinya, keras kepala. Jadi setiap kali bertemu ia selalu berbeda pendapat dengan putranya.
Presdir
tertawa, Benarkah. Ia belum tahu banyak tentang Joon Ha. “Kenapa kalian
tak terlihat sama? Bisa saja kau menginginkan itu. Pada pandangan
pertama bertemu Joon Ha, tak ada hal yang mengingatkanmu. Benarkah dia
anak kandungmu? Terkadang kau punya aktifitas sebagai suka relawan, kau
rentan akan hal-hal semacam itu. Bisa saja kau mengadopsinya!”
Dokter Jang menyadari kalau Presdir
Choi mulai curiga, “Apakah ini alasanmu datang kemari?” Dokter Jang
tertawa terbahak-bahak, “Kau sukses dengan rencanamu, karena kurasa akan
jadi masalah besar bila dia mirip denganku. Jadi aku memilih istri yang
unik. Joon Ha sekarang terlihat tampan kan?” Dokter Jang kembali
tertawa.
Tapi tawa itu tak mengurangi rasa
curiga Presdir Choi. Ia menatap Dokter Jang dengan tatapan serius, “Aku
dengar anakmu meninggal saat kecelakaan. Saat itu usianya 17 tahun kan?
Aku lihat di koran Jepang sudah lama. Bukankah seperti itu?”
Dokter Jang : “Apa kau sedang menyelidiku?”
Kini
giliran Presdir Choi yang terkekeh dan meminta Dokter Jang jangan salah
paham, “Dalam posisiku, aku harus berhati-hati dengan orang asing yang
memiliki maksud tersembunyi. Selain itu, istriku sangat dekat dengannya.
Ini sedikit bermasalah untukku!”
Dokter Jang : “Kau seharusnya
lebih banyak mencari tahu. Anakku, Joon Ha masih hidup. Aku
menyelamatkan dia. Sama seperti aku menyelamatkan anakmu, Dong Joo!”
Presdir masih curiga, “Kalau
memang demikian, kenapa kau tak hidup dengannya? Joon Ha bilang ke
istriku dan Dong Joo bahwa dia diadopsi olehmu!” Presdir berusaha
menjebak dokter Jang dengan ucapannya. Dokter Jang terkejut, tapi
untunglah suara telepon memotong ucapan Presdir Choi.
Dokter
Jang menjawab teleponnya. “Apa kau bersama Choi Jin Chul?” itu suara Ny
Tae. Dokter Jang menjawab ya dan mengalihkan pembicaraan supaya Presdir
Choi tak curiga dengan siapa ia bicara. Presdir Choi terus
memperhatikannya.
Ny
Tae terlihat cemas, “Apa dia bertanya tentang Joon Ha? Dokter Jang, aku
tahu kau pasti akan mengurus semuanya tapi setelah itu kau harus
meneleponku. Kau tahu betapa cemasnya aku!” Dokter Jang mengerti dan
akan menelepon Ny Tae setelah ini.
Ny
Tae bertanya apa Dokter Jang akan menemui anak-anak. Dokter Jang
menjawab tentu saja, “Jadwalku sangat padat tapi aku harus menemui
anakku. Aku meninggalkannya tanpa gangguan karena dia telah dewasa. Tapi
dia bertingkah seperti yatim piatu. Kalau istriku tahu dia pasti
pingsan.”
Ny Tae ternyata berada di ruangan Presdir Choi di kantor Woo Kyung.
Dokter Jang menyambung kembali
percakapannya dengan Presdir Choi, “Sampai dimana kita tadi?”
“Lupakanlah!” sahut Presdir, sepertinya ia tak curiga lagi setelah
mendengar ucapan Dokter Jang di telepon tadi dan membicarakan obrolan
yang lain.
Ny
Tae sedikit kecewa dengan kinerja Sek Kim, “Bagaimana bisa kau baru
menemukan Dokter Jang saat Choi Jin Chul telah menemukannya lebih dulu.”
Sek Kim minta maaf.
Ny Tae : “Apapun itu kau harus membuat Choi Jin Chul tak berhubungan lagi dengan Joon Ha!”
Setelah Sek Kim keluar, Ny Tae
memeriksa berkas-berkas milik Persdir yang ada di depannya. Ia juga
memeriksa laci tempat Presdir menyimpan foto Ma Roo. Ia mengambil foto
itu dan mendesah kesal.
Terdengar suara Shin Ae di luar
yang ingin masuk ke ruangan Presdir. Ny Tae segera menaruh kembali foto
itu ke tempat semula tapi posisinya rubah menjadi terbalik.
Shin
Ae terkejut melihat Ny Tae ada di ruangan Presdir. Ny Tae tanya apa
yang dilakukan Shin Ae di ruangan Presdir. Shin Ae beralasan karena
Presdir memberinya pekerjaan ia mau memberikan tanda terima kasih untuk
Presdir.
Ny Tae menyindir, “Apa
sekarang kau juga mengurus kebutuhan pribadinya? Kau sudah melakukan
tugasku dan bahkan kau sekarang mengurus suamiku!”
Shin Ae : “Itu... Nyonya sepertinya kau salah paham!”
Ny Tae tersenyum dan berkata tak
apa-apa dan berterima kasih, “Aku tak bermaksud untuk mengatakannya.
Sebenarnya selama ini kami menikah hanya atas namanya saja. Setelah
kecelakaan Dong Joo, aku meninggalkan rumah sangat lama. Aku paham hal
itu bisa terjadi dan tempat yang aku tinggalkan, kau sementara sudah
mengganti tempat itu. Aku tak tahu betapa beruntungnya aku.”
Shin Ae : Nyonya?
Ny Tae : “Itu benar. Jika kau adalah wanita yang tepat, kau tak akan pernah bisa menggantikan tempatku!” Shin Ae : Apa?
Ny
Tae : “Kau bisa dibuang begitu mudah dan ditipu dengan mudah. Itulah
sebabnya Choi Jin Chul memilihmu. Karena kau mudah disingkirkan tanpa
alasan!”
Shin Ae mulai marah,
“Nyonya. Aku berkata seperti ini karena aku rasa kau tahu segalanya.
Tapi jangan memandang rendah aku. Aku bukan Kim Shin Ae yang dulu.”
Ny Tae tertawa terbahak-bahak
mendengarnya, “Benar saat itu kau masih muda. Tapi jangan berfikir kalau
sekarang kau lebih baik. Jangan memaksa dirimu.”
Shin
Ae tambah berani bicara, “Apa kau tak berpikir dirimu juga buruk? Kau
masih menahan pria yang tak mencintaimu. Bukankah Presdir sudah meminta
cerai? Dia tak bisa melakukannya karena uangnya akan dibagi rata. Dia
tak memiliki perasaan padamu dari awal.”
Ny Tae tambah tertawa, “Benar.
Lalu kau mengambilnya dan hidup bersamanya. Setiap hari kau akan
mendengar suara berisik, itu memang cocok untukmu!” Ia ingin Shin Ae
jangan begitu tertekan, “Kenapa kau marah padaku dengan kesalahanmu
sendiri? Saat kau muda seharusnya kau punya anak sehingga aku merasa
takut!”
Dengan
penuh keyakinan Shin Ae berkata bahwa Ny Tae akan menyesal sudah
memperlakukannya seperti ini. Ny Tae menantang, “Baiklah saat hari itu
datang mari kita bicarakan lagi.”
Shin Ae keluar dari ruangan
dengan kemarahan yang memuncak, “Kapan kau pikir aku akan berhenti
ditipu olehmu? kalau aku menemukan anakku, kau dan anakmu akan berlutut
di kakiku!”
Joon
Ha membelikan minuman untuk Woo Ri, ia berpesan Woo Ri hati-hati
meminumnya karena ini panas. “Kita akan bicara setelah meminum ini.”
Ponsel Woo Ri berdering, Dong Joo yang meneleponnya. Tapi Woo Ri tak
segera menjawabnya. Joon Ha merebut ponsel Woo Ri dan mengangkatnya.
“Cinta
pertama Bong Ma Roo!” sahut Dong Joo. “Dong Joo, nanti saja aku akan
menutupnya!” Ucap Joon Ha. Dong Joo membaca tulisan di layar ponselnya
dan merasa aneh, “Kakak?”
Tiba-tiba ada uang koin yang berputar
di mejanya. Dong Joo menengok ke samping dan di sana Dokter Jang
berdiri, “Apa kau masih bertemu dengan Joon Ha?”
“Dokter Jang!” Seru Dong Joo langsung memeluk dengan perasaan yang sangat senang.
Dokter Jang : “Apa kau melakukan hal yang baik, anak nakal?”
Dong
Joo tertawa dan kembali memeluk Dokter Jang. Dong Joo Tanya kapan
Dokter Jang datang. Dokter Jang menjawab pagi ini dengan penerbangan
kelas 1, karena Presdir mengunjunginya.
Dong
Joo terkejut melihat Dokter Jang mengatakan ini, “Choi Jin Chul? Untuk
apa?” Dokter Jang berkata kelihatannya Choi Jin Chul mulai curiga. Dong
Joo tambah terkejut, tapi Dokter Jang menegaskan kalau Choi Jin Chul tak
mencurigai Dong Joo tapi mencurigai Joon Ha.
Woo
Ri terdiam di mobil Joon Ha. Joon Ha tanya apa Woo Ri marah padanya
karena telepon dari Dong Joo ia tutup. Woo Ri malah berkata kalau ada
yang ingin Joon Ha ucapkan lebih baik dikatakan saja.
Joon Ha : “Apa kau sangat membenciku?”
Woo
Ri menatap Joon Ha. Joon Ha mengingat ketika masa kecil dulu, Mi Sook
kecil bertanya kenapa Ma Roo membencinya ia saja menyukai Ma Roo.
Joon
Ha bertanya dengan tatapan sedih, “Kenapa kau membenciku? Aku menyukai
Bong Woo Ri. Tak ada gunanya kau seperti itu? karena aku menyukai Bong
Woo Ri!” (akhirnya Joon Ha menyatakan perasaannya juga)
Woo Ri : Dokter?
Joon
Ha : “Lupakan! Apa yang harus kuharapkan. Ketika aku egois mengatakan
aku menyukaimu..... Kopinya mulai dingin!” Joon Ha meminum kopinya
sambil menangis. (hiks hiks hiks)
Woo
Ri : “Aku tak membencimu. Itu karena kau kakak Cha Dong Joo. Itu
sebabnya... karena kau kakak Cha Dong Joo. Aku hanya bisa melakukan ini.
Maafkan aku!”
(Hiks hiks hiks kasian Joon Ha, cintanya ditolak)
Dokter
Jang berkata Presdir Choi sangat serius bertanya padanya kalau Joon Ha
bukan anaknya dan meminta Dong Joo memberi tahu Joon Ha agar hati-hati.
Dong Joo mengatakan ini masalahnya karena Dokter Jang dan Joon Ha tak
mirip sama sekali, “Kakakku itu sedikit tampan!” Dokter Jang menyahut,
“Kalian berdua tumbuh begitu tampan!”
Dong Joo tersenyum membenarkan, “Kapan kau pulang? Kita bertiga harus minum sama-sama!”
Dokter Jang : “Minum? Sudah kubilang orang yang memiliki rahasia tak boleh minum.”
“Itu
benar, Aku bisa bercerita dalam satu ucapan. Aku tak bisa mendengar!”
Dong Joo memegang telinganya membuat Dokter Jang terkekeh dan berkata
setelah Dong Joo di Seoul, Dong Joo banyak berubah.
Dokter Jang : “Yang membuat Cha Dong Joo seperti ini seorang gadis atau monyet itu?”
Dong Joo : “Ini bukan di Afrika, dimana ada banyak monyet?”
Dokter : “Lalu apa ini karena seorang gadis? Sebelum aku pulang, kau harus mengenalkanya padaku!”
Dong Joo mengangguk dan berkata kalau Dokter Jang bertemu dengannya, Dokter Jang pasti suka.
Dokter : Apa dia cantik?
“Itu sedikit...” Dong Joo mengangkat wajahnya dan terkejut melihat sesosok wanita cantik mengenakan gaun hitam (Woo Ri datang ke kantor Energy Cell)
Dong Joo melongo tak percaya dengan yang dilihatnya. “Dia cantik!” sahut Dokter Jang. “Itu bukan dia!” ucap Dong Joo.
“Cha Dong Joo!” Dokter Jang memanggil dan Woo Ri langsung menengok. “Itu dia!” sahut Dokter Jang.
Dong Joo masih melongo tak percaya.
Dong Joo dan Woo Ri bicara berdua di dekat tangga. Dong Joo memandang penampilan baru Woo Ri dari atas sampai bawah.
Dong
Joo : “Apa maksud semua ini? Apa yang terjadi dengan jeans-mu yang
cantik? Kenapa juga dengan rambutnya? Kau memakai make up seperti
hantu!”
Woo Ri menyangkal ia tak pakai make up.
Dong Joo langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Woo Ri untuk melihat lebih jelas.
“Aku hanya pakai sedikit di bibir!” sahut Woo Ri gugup.
Dong Joo terus memperhatikan wajah Woo Ri, “Kenapa matamu bengkak? Apa kau baru menangis?” Woo Ri kembali menyangkal tidak.
Seettt.... Dong Joo langsung mengunci tubuh Woo Ri ke tembok dan menatap tajam, “Kenapa kau datang kemari?”
Woo Ri gugup mengatakannya, “Aku besok mulai bekerja disini jadi aku datang untuk menemui Na Mi Sook!”
Dong
Joo : “Benarkah? Kau datang untuk menemui Na Mi Sook? Bukan aku? Tak
apa-apa kalau kau datang ke sini menemuiku dengan pakaian seperti ini.
Kemarin aku mengejekmu itik jelek, jadi kau mau menunjukan dirimu
memakai gaun di depanku. Benarkan?”
Woo Ri : “Aku tahu kalau aku kemari aku akan bertemu denganmu. Bisakah aku mulai bekerja besok?”
Dong Joo : “Tidak. Tidak boleh!”
Woo Ri : Apa?
Dong Joo : “Ada workshop di kebun jadi kau harus ke sana!”
Woo Ri tersenyum ini berarti ia boleh bekerja. Dong Joo langsung merengut meminta Woo Ri jangan tertawa. Woo Ri langung diam.
“Jika kau coba berbohong lagi. Woakh...” Dong Joo memajukan wajahnya lagi. Woo Ri spontan menutup mulutnya. Hehe.
Nenek minum alkohol sambil menatap gambar buatan Young Kyu, ia terus menyebut nama putranya.
Woo Ri datang mengunjungi nenek dan terkejut melihat Nenek mabuk, “Nenek jika kau minum alkohol kepalamu akan meledak!”
Woo
Ri merebut minumannya. Nenek meminta Woo Ri mengembalikan itu, ia
memang sedang mencoba meledakkan kepalanya. “Aku tak tahan melihatmu,
lebih baik aku mati!”
Woo
Ri : “Kalau Nenek meninggal bagaimana dengan ayah? Bagaiman dengan aku?
Apa anakmu hanya Bibi? Apa cucumu hanya Kak Ma Roo? Bagaimana dengan
aku? Bagaimana dengan ayah?”
Nenek
terdiam, Woo Ri mengajaknya pulang. Ia datang untuk mengajak neneknya
pulang. Nenek menolak ia ingin tetap di rumahnya Shin Ae.
Woo Ri bertanya apa Nenek pikir
Shin Ae akan berubah hanya dengan Nenek tinggal bersamanya. Woo Ri
meninggikan suaranya “Nenek pikir Kak Ma Roo akan kembali dengan Nenek
menunggunya disini?”
Nenek kesal mendengar Woo Ri berteriak padanya, “Mana sopan santunmu? Siapa kau?”
Woo
Ri : “Nenek pikir aku siapa? Aku cucumu... jangan lupa. Haruskah aku
tunjukan lagi?” Woo Ri mengeluarkan kertas, Nenek tanya apa ini. Woo Ri
menjelaskan walaupun Nenek kesulitan membaca tapi Nenek pasti tahu ini.
Semuanya tertulis disini (semacam kartu keluarga)
Nenek menangis, “Kau masih membawa ini?”
Woo
Ri berkata kalau ia sudah berjanji pada ibunya, “Saat Ibuku meninggal,
saat aku menebarkan abu ibuku di sungai aku membuat janji. Bersama. Kita
akan hidup bersama. Jadi ayo pulang. Bahkan bila kau membenciku, aku
ingin hidup bersamamu. Karena aku telah membuat janji dengan ibuku!”
Nenek
menangis memukul-mukul Woo Ri, “Ya Tuhan kau anak yang berbakti. Ya
Tuhan kau anak yang berbakti!” Nenek berulang kali mengucapkannya.
Woo
Ri ikut menangis, “Nenek, walaupun semur hidupku aku mendengar kau
memanggilku ‘gadis gila’ aku menyukainya. Ayah juga ‘anakku melakukan
yang terbaik’ ‘Young Kyu-ku yang terbaik’ mendengar itu ayah suka. Jadi,
lupakan Bibi dan Kak Ma Roo yang kabur dari rumah dan membuatmu sedih.
Ayo hidup bahagia bersamaku dan ayah.” Woo Ri menyanyikan lagu-nya,
“Ayo hidup bahagia seperti itu!”
Nenek tetap menolak ia akan
mencari Ma Roo, “Aku akan mencari Ma Roo dan membawanya ke rumah. Aku
tak bisa meninggalkan dia disini!”
“Kak Ma Roo tak akan datang!” ucap Woo Ri. Nenek terkejut Woo Ri mengatakan ini.
Woo
Ri kembali berkata bukankah Nenek bertemu Kak Ma Roo, “Itu bukan karena
Kak Ma Roo tak bisa, tapi karena dia tak mau. Dia hidup sangat baik
disana kan? Benarkan? Kata-kataku benar kan?”
Nenek terus menangis,
bagaimanapun juga Ma Roo tetap cucunya. Woo Ri mengajak Nenek menunggu
sampai Ma Roo sendiri datang ke rumah. “Karena itu tak akan sulit bagi
kita dan itu tak akan sulit bagi Kak Ma Roo. Jadi lupakan dia, maka dia
akan hidup bahagia dan makan dengan baik. Jangan lupakan yang lain,
hanya lupakan Kak Ma Roo. Aku akan baik padamu. Aku akan melakukan apa
yang Nenek minta!”
Woo
Ri mengaitkan kelingkingnya, ia berjanji. Nenek menangis sesenggukan,
“Apa yang harus kulakukan?” Nenek menyentuh wajah Woo Ri, “Cucuku yang
malang, apa yang harus kulakukan?”
Nenek langsung memeluk dan menangis dalam pelukan Woo Ri. “Apa yang harus kulakukan pada cucuku yang malang?”
Seung
Chul keluar dari kamar dengan setelan jas yang rapi, ia menghampiri
Young Kyu dan kedua orang tuanya yang tengah sibuk mengupas daun bawang.
Seung Chul : “Ayah, Ibu, Paman. Aku sudah lulus dari ‘sekolah ayam goreng’ terima kasih telah membesarkanku sampai saat ini!”
Seung Chul langsung berlutut memberi hormat. Ibu dan ayahnya mendesah sudah mengerti maksud putranya.
“Berapa?” tanya Young Kyu (haha dia juga sudah paham maksud Seung Chul)
Seung Chul langsung berbisik ke ibunya, “100 juta!”
Semua menganga mendengarnya, “100 juta berapa banyak itu?” tanya Young Kyu.
Seung
Chul memohon pada Ibunya agar mengizinkannya membuka toko ayam. Bibi
Lee menabok putrnya, “Apa kau mengancamku. Ayam atau apalah itu, aku tak
punya uang!”
Seung Chul :
“Ibu.... siapa yang bilang kalian memberiku uang Cuma-cuma? Aku bilang
investasi. Aku akan mengembalikan itu dalam waktu 3 tahun!”
Woo
Ri berhasil membujuk Nenek untuk pulang, ia tersenyum sumringah begitu
sampai rumah. Semua menyambut kedatangan Nenek dengan penuh kegembiraan.
Paman dan Bibi Lee girang sampai melempar daun bawang yang ada di tangan mereka.
Seung Chul terkejut melihat penampilan Woo Ri yang baru, ia tak percaya.
Young
Kyu tanya ke Ibunya apa mengenalinya. Nenek tertawa. Paman dan Bibi Lee
juga bertanya apa Nenek mengenali mereka. Nenek menjawab kalau ia ingat
dan baik-baik saja.
Seung Chul langsung menunjuk Woo Ri, “Hey Bong Woo Ri dimana jamur yang selalu kau pakai?” (rambut jamur Woo Ri)
Semua
baru menyadari penampilan baru Woo Ri. Ayahnya langsung berkata kalau
Woo Ri seperti putri. Paman dan Bibi Lee memuji Woo Ri sangat cantik.
Seung Chul tak menyukainya ia malah curiga, “Hey dimana kau mendapatkan baju ini? Siapa yang membelikannya?”
“Cha Dong Joo!” Tebak Paman Lee.
Seung
Chul marah, ia berusaha melepas baju yang dipakai Woo Ri. “Lepakan itu.
Siapa suruh pakai itu!” Woo Ri langsung berlindung di belakang Nenek.
Seung
Chul dipegangi orang tuanya. Seung Chul kesal bukan main, ayahnya minta
Seung Chul menahan emosi dan tenangkan diri. Seung chul langsung
ngosek-ngosek ngambek kayak anak kecil. hehe
Young
Kyu duduk tertidur di depan pintu. Woo Ri membangunkannya dan berkata
kalau Nenek sudah bosan tidur sendiri dan meminta ayahnya menemani
Nenek. Young Kyu menyahut kalau ia menunggu Ma Roo.
Woo
Ri berkata kalau ayahnya akan bertemu Ma Roo dalam mimpi, “Pegang erat
tangan Nenek dan tidur!” Young Kyu mengerti ia setuju, ia bisa bertemu
Ma Roo dan ibunya di dalam mimpi.
Young kyu langsung beranjak menuju kamar.
Woo
Ri mengambil dompet ayahnya yang tertinggal, ia menatap foto
keluarganya. “Ibu, Kak Ma Roo masih tetap tampan. Dia tampan dan pintar.
Dia masih sama seperti saat masih muda. Tapi dia mengaku bernama Jang
Joon Ha. Jadi, itu sebabnya aku tak bisa memanggilnya Kak Ma Roo. Kalau
aku mencari Kak Ma Roo aku merasa akan banyak orang yang akan terluka.
Jadi aku pura-pura tak tahu. Ibu, katakan padaku sekarang aku melakukan
hal yang benarkan? Aku sangat frustasi!”
Di
taman botani kegiatan workshop hampir di mulai. Manajer Seo menunjukan
ruangan yang akan digunakan untuk makan dan ruangan rapat pun sudah
disiapkan secara terpisah. Manajer menjelaskan dan menunjukannya secepat
mungkin. Juga tempat untuk pegawai dan tempat untuk bermain voly, sepak
bola.
Manajer menggerakkan badannya
sangat cepat seperti yang pernah Woo Ri tunjukkan. Dong Joo merasa
risih, ia menyuruh Manajar Seo keluar dan lanjutkan pekerjaan. “Ya aku
mengerti!” jawab Manajer Seo semangat. Ia juga bergerak kesana kemari
seperti gerakan Woo Ri. Hingga membuat Dong Joo geleng-geleng.
Dong Joo melihat Woo Ri ada di sana tengah membersihkan meja dan Woo Ri kembali memakai kaos dan jeans-nya.
‘Life Change Academy’ Na Mi Sook membaca Slogan Workshop yang terpasang disana, ia tak menyukai ini.
Mi
Sook berbalik dan terkejut ada Young Kyu di sana, “Life Change
Academy.... ini sedikit polos!” ucap Young Kyu mengikuti apa yang
diucapkan Mi Sook tadi.
Mi Sook heran, “Polos bagaimana?”
Young Kyu : “Tak ada Ka Na Da (alfabet Korea) jadi tak ada arti!”
Woo Ri dan Dong Joo keluar
bersamaan. Woo Ri memanggil ayahnya. Melihat ada Dong Joo di sana Young
Kyu langsung memberi hormat, “Apa kabar Cha Dong Joo, hari ini apa kau
tak bekerja?”
Dong Joo berkata kalau hari ini ia bekerja di taman.
Mi Sook menyampaikan protesnya
pada Dong Joo mengenai slogan Workshop, bukankah ia sudah meminta
dirubah. “Aku bilang kosmetik tak dapat merubah kehidupan!”
Dong Joo berkata kalau konsep itu tim yang memutuskan secara bersama.
Mi Sook : “Bersama? kata itu sungguh...”
“Sungguh suka!” teriak Young kyu memotong ucapan Mi Sook.
“Hey!” Mi Sook beteriak keras sampai memekakan telinga, “Siapa kau begitu mengganggu?”
Young Kyu kesal karena Mi Sook lupa lagi, “Namaku...”
“Bong
Young Kyu. Aku tahu, aku tahu!” Sahut Mi Sook kekesalannya memuncak,
“Begitu menyebalkan!” Mi Sook kembali bertanya pada Dong Joo apa itu tak
bisa dirubah.
Dong
Joo : “Oh ya. Karena ada 4 hal yang dapat merubah kehidupan. Love,
Image Family and Energy. Cinta, imajinasi, keluarga dan kekuatan. 4 hal
tersebut bukankah bisa merubah kehidupan?”
“Life Change Academy!” Young kyu
kembali mengucapkannya membuat Woo Ri terkagum-kagum karena ayahnya
sangat bagus berbahasa Inggris.
Young Kyu tak mengerti, “Bahasa inggris apa?” Haha
Mi Sook tambah kesal ia langsung melepas kacamatanya, “Kau tak bodoh kan?”
Woo
Ri kembali melihat Mi Sook tanpa kacamata, “Kau benar-benar mirip
ibu!” Mi Sook kembali melarang Woo Ri mengatakan itu. Mi Sook paham
dengan slogan ini, tapi bisakah Dong Joo menyingkirkan dua orang ini
(Woo Ri dan Young Kyu) karena ia bisa gila.
“Tapi bukankah Na Mi Sook yang mengajaknya?” sahut Dong Joo menunjuk Woo Ri.
“Boss kami datang!” Terdengar teriakan Kim Bi dan yang lain.
Woo
Ri melihat Kim Bi datang menyapa Dong Joo tapi Dong Joo tak
menyadarinya. Woo Ri langsung mengangkat tangan bersorak senang yang
lain datang, memberi tanda pada Dong Joo.
Young Kyu dan Woo Ri memberi ucapan selamat datang pada para tamu dan ini membuat Mi Sook semakin kesal (haha kemarahan yang tak beralasan)
Joon
Ha dan Presdir Choi makan bersama di ruangan Presdir. Presdir merasa
Joon Ha sangat santai makan dengannya. Joon Ha tanya apa Presdir Choi
keberatan dengan sikapnya.
Presdir
berkata saat seorang pemuda makan siang dengan Presdir Woo Kyung dia
seharusnya tak merasa nyaman. Joon Ha beralasan kalau ia dan Presdir
sudah semakin dekat dan ia mengaku kalau dirinya berkulit tebal.
Presdir
memuji itu bagus saat bertindak jujur, “Itulah kenapa semua investor
banyak yang berinvest denganmu!” Joon Ha menganggap itu semua karena
pengaruh Presdir choi jadi mereka berinvestasi karena percaya pada
Presdir.
Presdir
ingin tahu berapa banyak investasi yang datang hari ini. Joon Ha malah
bertanya berapa banyak yang akan Presdir tawarkan.
Presdir
: “Tentu saja memang harus begitu. Ada sesuatu yang harus ditawarkan,
jadi jika ada sesuatu yang salah, kau tak akan dirugikan!”
Joon Ha tersenyum, ia tak pernah
berfikir hal itu akan terjadi. “Ada Presdir yang sangat kuat seperti
Anda? Lalu kenapa hal itu bisa terjadi? Kita dalam perahu yang sama jadi
jika ada sesuatu yang salah, bukankah aku tak bisa menjadi satu-satunya
yang dihukum? Aku akan berpegang padamu. Aku akan hidup atau mati di
sampingmu. Aku bahkan belum menikah!”
Presdir menarik kesimpulan perkataan Joon Ha, “Jika terjadi kesalahan kau tak ingin mati sendirian?”
Joon
Ha : “Bukankah kau merebut uang orang dan menggunakannya, atau mungkin
nanti aku bisa seperti itu. Itu sama saja. Jika aku mati sendiri, aku
tak mau hidup karena penyesalan.”
Ny
Tae masuk ke ruangan Presdir, “Kau ada disini Joon Ha? Kalian berdua
makan bersama?” Joon Ha berkata kalau ada sesuatu yang tengah ia dan
Presdir diskusikan.
Presdir tanya
untuk apa istrinya datang, jika itu bukan sesuatu yang penting lebih
baik memberitahunya di rumah saja. Ia meminta istrinya keluar.
Joon Ha mengatakan kalau diskusinya tak akan lama, lebih baik ibunya menunggu setelah itu ia bisa pergi dengan ibunya.
Ny
Tae mengusulkan seharusnya Joon Ha mengajak Dong Joo juga. “Makan enak,
kau harus mengurus anakmu juga!” Ny Tae langsung keluar ruangan.
Presdir tak mempedulikan kata-kata istrinya dan kembali menyuruh Joon Ha makan.
Joon
Ha keluar dari ruangan Presdir, Ibunya sudah menunggu. Ny Tae memuji
Joon Ha sudah bertindak bagus, ia merasa Choi Jin Chul sangat
mempercayai Joon Ha. Seperti yang ia katakan Joon Ha lebih cepat dari
Dong Joo.
Joon
Ha mengingatkan ibunya jangan membicarakan itu di kantor takut ada
seseorang yang mendengar. Tapi Nya Tae tak peduli, “Choi Jin Chul tak
bisa merendahkan kita lagi. Karena dia tahu begitu baanyak uang yang dia
tanamkan padamu. Jika dia menyerang kita, dia akan jatuh juga.
Investasi Choi Jin Chul berhubungan denganmu, benarkan?”
Joon Ha menjawab benar. Ny Tae
berkata kalau kita memerlukan taget investasi semikonduktor, pabrik, dan
percetakan sistematis. “Pertama yakinkan kau merebut rumahnya!”
Joon Ha : Ibu?
Ny Tae : “Karena aku memilikmu, aku begitu tegar. Ini akan segera berakhir kan?”
Workshop
di mulai, Na Mi Sook menjadi pembicara. Ia mengatakan meskipun lupa
tentang arti dari semua ini tapi perlu diingat satu hal. Yang namanya
penjualan pada akhirnya akan bertemu dengan cinta dan seseorang. “Dan
pada akhirnya kau akan memilih antara cinta dan seseorang. Tak tahu
kalian suka atau kau pergi. Cinta atau pergi. Sama seperti make up,
perempuan hanya berlaku 2x dalam hidup mereka.”
Woo Ri sangat serius mendengarkan apa yang disampaikan Na Mi Sook. Dong Joo tersenyum memperhatikannya.
“Ketika
mereka cinta, ketika meraka pergi!” Mi Sook mengeluarkan lipstik
merahnya, “Saat kau cinta : merah muda (pink) saat kau pergi : merah
terang!”
Ponsel Woo Ri tiba-tiba
berdering, semua melihat ke arahnya. Woo Ri minta maaf dan menjawab
teleponnya menjauh. Dong Joo penasaran dan mengikuti Woo Ri.
Ternyata
Seung Chul yang menelepon Woo Ri. Woo Ri mengatakan kalau ia tengah
bekerja, ia akan menutup teleponnya. Seung Chul hanya ingin memastikan
dan ternyata Woo Ri ada diluar, ia meminta Woo Ri cepat pulang. Ia akan
menanda tangani kontrak dengan toko.
Woo
Ri tak bisa pulang sekarang karena ini hari pertamanya bekerja, ia
harus melakukan yang terbaik. Seung chul tanya dimana Woo Ri. Woo Ri
minta maaf ia akan memberi tahu Seung Chul nanti. Woo Ri langsung
menutup telepon.
Woo
Ri berbalik dan ia terkejut Dong Joo sudah berdiri di sana, Dong Joo
menatap heran. Woo Ri berjalan sesantai mungkin, Dong Joo menahan tangan
Woo Ri dan memberikan sebuah ponsel untuknya.
“Life
change (perubahan hidup). Saat kau merubah hidupmu, rubahlah ponselmu!”
ucap Dong Joo. “Mulai sekarang, apa saja yang kau kerjakan dan dengan
siapa laporkan padaku!”
Woo Ri tersenyum senang, “Kenapa? Kenapa aku harus melakukan itu?”
Dong Joo : “Karena kau pegawaiku dan aku Bos-mu!” Dong Joo berlalu dari hadapan Woo Ri.
“Alasan yang buruk!” ucap Woo Ri. Ia memandang ponsel barunya yang bagus, cantik dan bercahaya.
Woo Ri tersenyum senang, “Kenapa? Kenapa aku harus melakukan itu?”
Dong Joo : “Karena kau pegawaiku dan aku Bos-mu!” Dong Joo berlalu dari hadapan Woo Ri.
“Alasan yang buruk!” ucap Woo Ri. Ia memandang ponsel barunya yang bagus, cantik dan bercahaya.
Woo
Ri jingkrak jingkrak senang karena Dong Joo memberinya ponsel baru dan
Eng Ing Eng ketika ia kembali ke tempat Workshop, ia terkajut melihat
semua peserta workshop juga memiliki ponsel yang sama seperti dirinya.
Woo
Ri menatap heran, ternyata Dong Joo memberikan ponsel itu untuk semua
orang bahkan Na Mi Sook juga. Na Mi Sook langsung memakai ponsel itu
untuk berkaca.
“Aishhh...” Woo Ri mendesah kesal, ia celingukan mencari Dong Joo. Dong Joo berdiri tak jauh darinya.
Dong Joo mengirim sms, “Aishhh kenapa?”
Woo Ri langsung mendelik menatap kesal. Dong Joo kembali mengirim sms, “Apa kau mau aku hanya menjadi bosmu? Kenapa?”
Woo Ri kembali mendelik. Dong Joo tersenyum geleng-gelang, “Terlalu berharap!” ucapnya. Hehe.
Dong Joo memberi pengumuman pada
semuanya dan mengatakan kalau sekarang waktunya makan. Selanjutnya akan
ada permainan tim di lapangan rumput. Tapi peserta workshop mengeluh
kenapa setelah makan mereka harus melakukan itu bukankah itu hal yang
buruk.
Woo Ri membenarkan untuk
melakukan itu peserta workshop harus mengitari seluruh taman dan akan
mengeluarkan banyak energi. “Kalau begitu ayo kita makan setelah melihat
semua tanaman!”
Semua peserta
workshop setuju usul Woo Ri. Woo Ri melirik menang ke arah Dong Joo.
Dong Joo tersenyum dan mengelus rambut Woo Ri.
Min
Soo berada di kantor Energy Cell, ia tengah menunggu telepon dari
seseorang dengan cemas. Kemudian telepon kantor berbunyi ia menjawabnya,
telepon dari Tuan Cheng.
Min Soo
berbicara menggunakan bahasa inggris, ia mengatakan kalau bosnya sedang
berada di luar kantor dan bisa meninggalkan pesan padanya.
“Kita akan mengirimkan penawaran
pada Tuan Cha, aku akan mengirim fax!” ucap Tuan Cheng. “Pabrik Shen
Young akan memberikan bahan anak perusahaan Energy Cell untuk 3 tahun ke
depan. Pastikan anda menanda tangani kontrak eksklusif dnegan kami
ketika masuk ke pasar China!”
Min Soo berkata ia sudah menerima fax-nya, ia berjanji akan terus menjaga kerja sama dengan Tuan Cheng.
Min
Soo langsung mengirim email ke Dong Joo. Joon Ha datang dan heran
karena kantor sangat sepi. Min soo bilang kalau semuanya tengah
menghadiri workshop di taman.
Min
Soo mengajak Joon Ha pergi ke sana. Tapi Joon Ha menolak, ia ada urusan
lain dan menitipkan sesuatu untuk Dong Joo. Min Soo penasaran berkas
apa yang dititipkan Joon Ha untuk Dong Joo. Min Soo membukanya.
Joon Ha : “Bo Young sekarang menjadi bagian dari Energy Cell Group. Ini adalah kontrak 5 tahun untuk bahan baku pada kami!”
Min Soo berkata bukankah
perusahaan itu yang terakhir menolak kerja sama. Joon Ha membenarkan,
tapi ia sudah membeli setengah saham perusahahan itu. Oleh karena itu,
kita tak ada pesaing lagi. sekarang tidak memiliki masalah karena tak
ada yang bisa menghentikan mereka.
Min Soo ingin tahu dimana Joon
Ha mendapatkan semua uang itu. Joon Ha berkata kalau ia memiliki
beberapa uang. “Apakah kau tak tahu? Energy cell harus melakukan yang
terbaik atau kalian akan ditendang keluar!”
Dong
Joo membuka email dari Min Soo yang berisi pesan kontrak kerja sama
dengan perusahaan China. Dong Joo tersenyum kemudian ia menatap peserta
workshop yang tengah melihat Young Kyu yang sedang berkebun.
Young
Kyu menunjukan berbagai macam tanaman yang boleh di makan dan tak boleh
dimakan. Woo Ri berkata kalau Young Kyu itu ayahnya, tanyakan padanya
semua tanaman yang ada disini dia berpengalaman.
Na Mi Sook melirik dan mengamati Young Kyu, “Seperti orang yang berbeda!” sahutnya.
Min
Soo menyusul ke taman dan membawa berkas yang dititipakn Joon Ha untuk
Dong Joo. Ia langsung memberikan berkas kontrak itu pada Dong Joo,
“Pacarmu memintaku memberikan ini padamu!”
Min
Soo mengatakan kalau Joon Ha membeli perusahaan Bo Young. “Andai aku
tahu akan seperti ini.... aku tak perlu susah-susah mengontrak Pabrik
China!” Min Soo kesal bukan main.
Dong
Joo juga kesal dan bertanya dimana Kakaknya. Woo Ri melihat Dong Joo
dan Min Soo bicara, kemudian ia melihat Dong Joo berlalu dengan
kekesalan. Woo Ri menatap heran.
Dong
Joo menghubungi Joon Ha, ia marah. Siapa yang meminta Kakaknya
melakukan semua ini. Ia tahu semuanya. “Tapi kenapa kau melakukan ini?
membuatku merasa lelah.”
Joon Ha
bilang seharusnya Dong Joo senang sudah mendapatkan satu perusahaan
lagi. Dong Joo meminta Kakaknya berhenti ikut campur.
Joon Ha : “Kau yang berhenti membuang waktu berusaha mendapatkan perusahaan lain dan gunakan waktumu untuk produk manufaktur!”
Dong Joo : “Kakak kenapa kau seperti ini?”
Joon
Ha : “Dong Joo, itu benar-benar Choi Jin Chul. Dia menarik banyak
investor. Jika ini berlanjut, kau bisa melanjutkan Energy Cell dan aku
bisa menusuk Choi Jin Chul dari belakang!”
Dong Joo : “Kakak, ini begitu memusingkan, ayo bertemu. Ayo bertemu dan bicara!”
Tak
ada jawaban dari Joon Ha. Joon Ha menutup teleponnya, Dong Joo kembali
menelepon Joon Ha. Woo Ri memperhatikan Dong Joo dari jauh.
Ny
Tae menemui seseorang sepertinya pria ini seorang pengacara. Ny Tae
berkata ia mendapatkan banyak uang saat menjual real estate, “Ada
sejumlah uang yang akan dikirim dari sana dan semua yang ada di akun ini
aku ingin membeli semua saham Woo Kyung!” Ny Tae menyerahkan buku
rekening.
Pria itu mengatakan
kalau sekarang bukan waktu yang tepat karena biayanya meningkat. Ny Tae
tak peduli dengan harga sahamnya, “Pastikan pembeliannya atas nama akun
ini!”
Pria
itu tanya apa Ny Tae tak mendengar apa-apa dari Joon Ha. Ny Tae belum
tahu, apa itu. Pria itu mengatakan kalau tanda tangan yang berwenang
sudah berubah jadi tak bisa menggunakan tanda tangan lagi.
Ny Tae : “Apa Joon Ha melakukan itu? Kapan dia melakukan itu?”
Pria
itu menjawab itu terjadi saat restrukturisasi Energy Cell group, dia
membeli sebagian saham Woo Kyung. “Apa kau benar-benar tak tahu?”
Ny Tae merasa ini ada sedikit kesalahpahaman, ia ingin melihat rekening itu. Pria itu berkata ini sedikit sulit.
Ny Tae : Ketua Zi?
Ny
Tae langsung menemui Joon Ha. Joon Ha tengah menelepon seseorang. Ny
Tae yang sudah kesal langsung merebut dan mematikan ponsel Joon Ha.
“Siapa yang menyuruhmu membekukan akun? Dan merubah password akunmu?”
Joon
Ha hanya berkata kalau mulai sekarang ia akan melakukan yang ia mau. Ny
Tae mengatakan kalau itu bukan uang Joon Ha dan meminta membuka
blokirannya sekarang. Joon Ha menyampaikan kalau akun itu tak ada
uangnya.
Ny Tae meyakinkan kalau
hari penggulingan Choi Jin Chul belum datang. Joon Ha berkata kalau ia
tak akan memberikannya pada Choi Jin Chul. “Investasi semikonduktor akan
bangkrut jika kita mengambil uangnya!”
Ny
Tae : “Kita baru saja mulai. Jadi kau akan menyerah? Segala sesuatu
yang kita lakukan sampai saat ini akan sia-sia. Biar saja dia punya
hutang pembelian dan kemudian kita bisa mengambil rumahnya!”
Joon Ha : “Ibu, jika kita melanjutkan ini aku akan dalam bahaya. Ibu, ayo bantu Dong Joo sekarang!”
Ny
Tae : “Choi Jin Chul tak bisa merendahkanmu lagi. Jika dia meraih
kakimu, dia akan mati juga. Menggulingkannya dan merebut rumahnya!”
Joon Ha : “Tidak. Aku akan lakukan dengan caraku sekarang. Ibu bilang, ibu percaya padaku!”
“Apa kau melakukan seperti yang kusuruh?” Bentak Ny Tae.
Joon Ha ikut meninggikan suaranya, “Ibu bilang Ibu hanya akan percaya padaku!”
“Apa kau bilang kau tak akan mematuhiku? Ibu bicara padamu!” Ny Tae kembali membentak.
Joon Ha melirihkan suaranya, “Ibu. Saat ini tak boleh. Hanya saat ini, pecayalah padaku. Karena aku anakmu!”
Park Dae Ri mengatakan pada Dong Joo kalau ia sudah memeriksa semua barang yang dipesan.
Dong
Joo melihat Woo Ri sibuk membawa makanan. Dong Joo meminta itu
diberikan padanya. Woo Ri menolak, ia saja yang membawanya. Ia akan
membawanya secepat kilat.
Woo Ri berjalan cepat membawa
makanan dan tepat saat itu Paman Lee berdiri tiba-tiba dan menabrak Woo
Ri. Makanan itu tumpah mengenai keduanya dan keduanya kepanasan. Dong
Joo terkejut melihat itu.
“Paman apa kau terluka?” tanya Woo Ri cemas. Dong Joo juga mencemaskan Woo Ri, “Apa kau terluka?”
Paman
Lee mengambil sesuatu yang ia duduki, semangkok sambal. Woo Ri
mencemaskan Paman Lee dan tak mempedulikan dirinya. Dong Joo membentak
cemas, ia bertanya apa Woo Ri terluka.
Young
kyu pulang memanggil ibunya dan ia melihat ibunya tengah makan bersama
Seung Chul. Young kyu bilang ia datang untuk membuatkan makanan untuk
ibunya tapi ibunya sudah makan bersama Seung Chul.
Nenek berkata disini banyak makanan, Seung Chul sudah menyiapkan ini dan meyuruh putranya cepat makan.
“Bukankah aku calon cucumu yang baik!” sahut Seung chul mulai menjilat Nenek hehe. Young kyu tak mengerti calon cucu apa.
Nenek mengatakan kalau Seung Chul akan menjalankan restauran ayam dan akan menikahi Woo Ri.
Seung Chul : “Nenek, berapa kali aku harus mengatakan ini. Bukan restauran ayam tapi kafe ayam!”
Nenek mengumpat, “Tutup mulutmu. Sebelum ku injak-injak tubuhmu. Makan saja makananmu!”
Seung
Chul berbisik pada Young Kyu meminta Young Kyu menelepon Woo Ri dan
suruh dia cepat pulang. Sebelum Young Kyu menelpon, teleponnya berdering
lebih dulu. Itu dari Woo Ri. Tapi bukan Woo Ri yang bicara melainkan
Paman Lee.
Paman Lee meminta Young Kyu membawakan celana ganti untuknya karena celananya terkena sambel.
Seung Chul merebut ponsel dan
bicara dengan ayahnya, ia akan menutup teleponnya karena ia ingin bicara
dengan Woo Ri. Paman Lee berkata kalau Woo Ri juga ada bersamanya dan
meminta putranya membawakan celana ganti. Seung Chul tanya ayahnya ada
dimana.
Young Kyu menyahut kalau sobatnya sekarang ada di kebun. “Dia bermain dengan Woo Ri dan Cha Dong Joo!”
Mata
Seung Chul melotot mendengar nama Dong Joo, “Apa paman bilang Woo Ri
bersama Cha Dong Joo?” Young Kyu membenarkan Woo Ri dengan Cha Dong Joo
dan orang-orang kantor.
Young Kyu menjelaskan pada ibunya kalau Woo Ri sekarang bekerja dengan Dong Joo. Woo Ri menjual mobil dan make up.
Seung
Chul langsung menuju tempat workshop akan melabrak Dong Joo, ia
celingukan mencari Dong Joo. Dari balik sekat ayahnya muncul dengan
nampan yang menutupi boxernya hahaha.
Seung
Chul tanya pada ayahnya dimana Woo Ri. Ayahnya menjawab tak tahu, ia
meminta celananya. Seung Chul kembali bertanya kemana Cha Dong Joo
pergi. Ayahnya kembali menjawab tak tahu, “Berikan celanaku!”
Seung
Chul emosi bukankah ayahnya tadi bilang bersama Woo Ri. Paman Lee kesal
putranya berani bicara keras padanya. Ia berjalan menghampiri putranya,
“Berikan celanaku lalu aku akan beritahu dimana mereka!”
Seung
Chul pura-pura menyembunyikan celana ayahnya, ia ingin ayahnya
mengatakan keberadaan Woo Ri dan Dong Joo lebih dulu kemudian ia akan
memberikan celana itu.
Paman Lee berkata kalau mereka ke rumah Dong Joo, “Mana celanaku!”
“Tak ada!” ucap Seung Chul langsung lari menuju rumah Dong Joo sambil mengumpat.
Paman
Lee kesal bukan main, anak apa yang sudah membohongi ayahnya. Ia
langsung kembali ke balik sekat melindungi dirinya, malu karena tak
pakai celana. Hehe.
Joon Ha tiba di rumah Dong Joo ia membawa belanjaan, Ia merasa ragu untuk masuk.
Woo
Ri mengenakan kemeja dan celana panjang milik Dong Joo (mungkin), ia
mengeluh kenapa mereka lama membawakan pakaiannya. Memakai baju ini
merusak harga dirinya. Hehe.
Dong
Joo langsung menarik Woo Ri ke wastafel, ia menggulung baju yang
dipakai Woo Ri dan memeriksa luka di tangan Woo Ri yang terkena masakan
panas tadi. Woo Ri mengatakan kalau itu tak apa-apa.
Dong
Joo mengucurkan alkohol, Woo Ri mengaduh. Kemudian ia berkata tak
sedikitpun merasa sakit. Ini akan lebih baik setelah tidur. Dong Joo
kembali menuangkan alkohol. Woo Ri mengatakan kalau itu akan sia-sia.
Dong Joo mengucurkan alkohol satu botol. Woo Ri bilang Dong Joo tak usah
menuangkan semuanya.
Dong
Joo merasa ini salahnya, ia langsung menarik dan memeluk Woo Ri. Joon
Ha melihatnya, ia terlihat sangat sedih. Matanya berkaca-kaca hampir
menangis, tak sanggup dengan apa yang dilihatnya.
Dong Joo : “Bong Woo Ri, kenapa kau jadi seperti ini? Kalau sakit katakan saja atau mungkin lebih baik menangis!”
Woo Ri melepas pelukan Dong Joo dan ia menatapnya, “Ini sakit. Lepaskan tanganku!”
Dong Joo melepas tangan Woo Ri dan Woo Ri langsung memeluk Dong Joo erat.
Joon Ha meninggalkan belanjaannya di meja.
Joon Ha berada di luar bersama kesedihannya dan ia melihat kedatangan Seung Chul yang terpogoh-pogoh menuju rumah Dong Joo.
Seung
Chul langsung masuk rumah tanpa permisi. Ia melihat posisi Woo Ri dan
Dong Joo seperti sedang berpelukan, padahal Dong Joo tengah mengobati
tangan Woo Ri. Dan memang posisinya mirip seperti Dong Joo memeluk Woo
Ri dari belakang. Woo Ri memberi tahu Dong Joo sepertinya ada yang
datang. Dong Joo meminta Woo Ri diam, ia tengah mengompres tangan Woo
Ri.
Seung
Chul langsung menarik paksa tubuh Dong Joo. Woo Ri terkejut melihat
kedatangan Seung Chul. Seung Chul mengamati pakaian yang dikenakan Woo
Ri, ia langsung menggandeng dan mengajak Woo Ri pergi dari sana. Woo Ri
meringis kesakitan. Dong Joo menahan tangan Seung Shul dan berkata kalau
tangan Woo Ri terluka.
“Kau
itu siapa?” Seung Chul marah dan akan memukul Dong Joo tapi tangan Joon
Ha menahannya, Joon Ha meminta jangan menggunakan kekerasan. “Kau juga
siapa?” tanya Seung Chul pada Joon Ha.
Woo
Ri tanya bagaimana Seung Chul bisa datang, ia mengajak Seung Chul
pergi. Dong Joo melarang, ia harus mengobati tangan Woo Ri yang terluka
lebih dulu. Seung Chul tambah marah melihat Dong Joo bersikap seperti
itu pada Woo Ri. Joon Ha membentak Seung Chul, “Kenapa kau bertingkah
begitu kasar?”
“Kau juga siapa?” Seung Chul tak kalah keras bicara.
“Cepat keluar!” suara Joon Ha bertambah tinggi.
“Dokter?” Woo Ri kaget baru kali ini ia melihat Joon Ha begitu marah.
Joon
Ha meminta Woo Ri tetap disini. Jika Seung Chul masih bersikap seperti
itu, ia tak menginzinkan Woo Ri keluar dengan Seung Chul.
Seung Chul tertawa sinis, “Hey
Bong Woo Ri apa kau mengenal mereka dengan baik?” Woo Ri mengajak Seung
Chul keluar untuk bicara. Tapi Seung Chul menolak ia tak bisa pergi
dengan cara seperti ini, “Kenapa kau gunakan pakaian itu disini? Setelah
ditipu oleh orang-orang ini dan bersumpah tak akan pernah lagi terlibat
dengan mereka. Kenapa sekarang kau disini?”
Seung Chul mengeraskan suaranya,
“Ibumu meninggal karena Woo Kyung. Kenapa kau bekerja untuk Woo Kyung?
Aku perlu tahu semuanya, semuanya!”
Dong
Joo berkata kalau ia tahu semua jawaban yang dibutuhkan Seung Chul,
jadi bicara saja padanya. Joon Ha menyela meminta Dong Joo jangan
menggunakan emosi. Ia mengajak Seung Chul keluar, Ia yang akan bicara
dengan Seung Chul.
Seung Chul : “Aku peringatkan pada kalian. Sebelumnya... jika kau membuat Bong Woo Ri menangis lagi aku tak akan tinggal diam!”
Seung
Chul meminta Woo Ri keluar karena ada yang harus ia bicarakan dengan
Dong Joo dan Joon Ha, “Diantara kalian berdua siapa yang akan
bertanggung jawab untuk Woo Ri? Silakan maju!”
Dong Joo langsung maju tapi Joon Ha mengahalangi dan mengatakan kalau Seung Chul sangat tegang. Dong Joo meminta Kakaknya diam.
“Kakak?”
Seung Chul heran. “Jadi kalian Kakak beradik? Kalian berdua adalah si
brengsek dari Woo Kyung!” Seung Chul menatap Woo Ri dan mengatakan
kalau Woo Ri sangat hebat, “Kelihatannya mereka berdua berperang demi
kau!” Woo Ri mengancam kalau Seung Chul tak pergi ia yang akan pergi.
Seung
Chul menahan, “Kau. Kau, mulai sekarang jangan mengatai Bibimu. Setelah
kehilangan anaknya, Ma Roo karena Woo Kyung dan hidup bergantung pada
Woo Kyung, Bibimu ...”
Wow.....
Joon Ha sangat terkajut mendengar apa yang baru saja dikatakan Seung
Chul. Dong Joo juga kaget melihat apa yang barusan diucapkan Seung Chul.
Woo Ri memandang khawatir Joon Ha. Dong Joo menatap Kakaknya ia tak percaya.
Seung Chul : “Kenapa? Apa kau
tak suka mendengar ini? Kau melakukan hal yang sama. Dengan anak-anaknya
musuhmu yang membunuh ibumu!”
Woo
Ri berusaha menarik Seung Chul agar tak bicara keterusan. Tapi Seung
Chul menolak. Woo Ri berteriak pada Seung Chul, siapa Seung Chul sampai
bisa mengatakan ini.
Joon Ha berjalan sempoyongan tak
percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, Kim Shin Ae adalah Ibu
kandungnya. Dong Joo menghawatirkan Kakaknya, ia berusaha mengejar. Woo
Ri akan ikut mengejar tapi Seung Chul menariknya. Joon Ha langsung
menjalankan mobil, Dong Joo tak berhasil mengejar Kakaknya.
Entah
bagaimana perasaan Joon Ha setelah mengetahui siapa ibu kandungnya. Ia
mengingat kejadian ketika ia pertama kali bertemu Shin Ae di rumah Ny
Tae ketika ia mengambil berkas beasiswa 16 tahun yang lalu.
Ketika itu Ayahnya, Young Kyu
keceplosan bicara kalau Shin Ae itu ibu Ma Roo. Ma Roo langsung menemui
Shin Ae dan bertanya apa Shin Ae mengenalnya. Ia anak Bong Young Kyu.
Shin Ae terlihat terkejut. Kemudian Ma Roo bertanya pada Nenek siapa
Shin Ae, Neneknya menjawab kalau Shin Ae itu putrinya, Bibinya Ma Roo.
Woo
Ri berusaha menghubungi Joon Ha, tapi Joon Ha tak menjawabnya. Seung
Chul melihat Woo Ri mondar mandir menelepon seseorang, ia merebut ponsel
itu dan membaca nama yang dihubungi Woo Ri, “Apa yang kau lakukan? Ini
Jang Joon Ha orang yang tadi kan? Apa yang kau lakukan dengan kedua
orang itu?”
Woo
Ri meminta Seung Chul mengembalikan ponselnya. Seung chul heran dengan
sikap Woo Ri, “Kau bilang salah satunya anak dari pemilik Woo Kyung?
Yang satunya lagi saudaranya. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan, tapi
kau tak seharusnya ada disana. Kau pikir mereka itu baik untukmu? Apa
kau bodoh? Mereka hanya mempermainkanmu. Karena saat aku tanya siapa
yang mau bertanggung jawab atasmu kau lihat tak ada satu pun yang maju!”
(Dong Joo kan maju....)
Woo ri bilang itu bukan masalah dan kembali meminta ponselnya.
“Apa kau gila?” Seung Chul tambah marah. “Karena beberapa orang kaya menyukaimu, apa kau tak menggunakan otakmu?”
Woo Ri : “Benar. Karena ini begitu rumit. Benar, sekarang aku tak tahu apa yang terjadi. Jadi hentikan itu!”
Seung
Chul : “Apa seterusnya kau akan seperti ini? Dari pada nanti kau akan
menyesal tolong dengarkan aku. Berhenti berhubungan dengan mereka!”
Ponsel Woo Ri berdering, ia
meminta ponselnya. Seung Chul ingin Woo Ri berjanji padanya. Woo Ri
memohon Seung chul memberikan ponselnya karena ia harus menjawabnya.
Melihat
Woo Ri yang memohon-mohon padanya hati Seung Chul luluh, ia menyerah
mengalah. Woo Ri minta maaf ia nanti akan menjelaskan semuanya pada
Seung Chul.
“Tak usah!” ujar Seung Chul. “Jawab saja teleponmu!” Seung Chul berlalu.
Joon
Ha berada di dalam mobil memandang ponselnya yang terus berdering. Ia
tak menjawabnya ia mengabaikan semua telepon yang masuk. Ia memarkir
mobilnya tepat di depan apartemen Shin Ae.
Joon
Ha akan pergi dari sana tapi ia melihat Shin Ae keluar bersama Presdir
Choi. Joon Ha terkejut melihat Shin Ae begitu perhatian pada Presdir
Choi. Merapikan dasi dan bersikap mesra pada Presdir Choi.
Presdir
masuk ke mobilnya, tak lupa Shin Ae berkata kalau Choi Jin Chul itu
satu-satunya bagi dirinya. Presdir menutup pintu mobil Shin Ae mengetuk
kaca mobil, “Sayang hubungi aku saat kau menemukan Ma Roo. Sayang
telepon aku!” ucapnya begitu mobil Presdir berjalan.
Shin
Ae akan kembali, tapi ia dikejutkan dengan kehadiran Joon Ha yang
tiba-tiba berdiri tak jauh darinya. Shin Ae marah kenapa Joon Ha begitu
saja datang tanpa menyapanya.
Joon
Ha tanya, kenapa Choi Jin Chul ada disini. Karena sudah terlanjur
ketahuan, Shin Ae tak bisa mengalak lagi. “Haruskan aku mengatakannya?
Kalau kau punya mata kau pasti tahu. Kau tahu, jadi kenapa kau tetap
bertanya?”
Shin
Ae tertawa meremehkan, “Kenapa? Apa kau akan mengadukannya pada wanita
yang kau sebut ‘Ibu’ itu? lakukan saja sesukamu. Tapi Dokter Jang, kau
pasti paham. Kenapa kita hidup seperti ini? Semua orang hidup dari
seseorang, jika aku tak punya uang tapi saat kau butuh sesuatu. Kau tahu
rasanya kan? Mari kita saling membantu dan bertahan hidup!”
Joon Ha tak menyangka ternyata ibu kandungnya orang seperti ini, ia mengepalkan tangan menahan amarah yang memuncak.
Young Kyu memegangi kaki ibunya, ia ingin memotong kuku kaki ibunya. Tapi Nenek menolak ia kegelian.
Telepon
rumah berdering Nenek meminta putranya menjawab telepon dulu. Young kyu
mengerti ia langsung menjawab teleponnya, tapi tak ada jawaban dari si
penelepon. Young Kyu heran dan meniup-niup teleponnya hehe.
Ternyata
Joon Ha yang menelepon. (Ya ampun tatapan matanya) Nenek tanya siapa
yang menelpon, young kyu mengatakan kalau tak ada jawaban dari si
penelepon.
Nenek meminta teleponnya. Nenek langsung mengumat pada si penelepon ia mengancam akan menutup teleponnya.
“Nenek, aku Ma Roo!” ucap Joon Ha. Nenek terkejut mendengarnya.
Joon Ha : “Seseorang yang kau temui di rumah sakit!”
Nenek terbata-bata, “Ma... Ma... Ma...!”
Joon Ha : “Kau bilang kau akan menutup teleponnya kan?”
“Tidak.
Tidak. Aku tak akan menutup. Jangan ditutup dokter!” pinta Nenek
memanggil Joon Ha dengan sebutan dokter agar Young Kyu tak curiga.
Young
Kyu heran, dokter? Nenek mencari alasan tak menyebut nama Ma Roo di
depan Young Kyu. Ia meminta Young kyu mengambilkan air. Young kyu segera
menuruti perintah ibunya.
Nenek tanya dimana Ma Roo. Joon
Ha berkata ada yang ingin ia tanyakan, ia ingin Neneknya segera keluar,
“Datang sendiri. Jika Nenek bersama orang lain aku akan pergi lagi!”
Nenek mengerti ia akan melakukan apa yang dikatakan Joon Ha, ia akan
menemui Joon Ha.
Joon Ha masih duduk di mobil menunggu Neneknya datang dan tatapan matanya benar-benar penuh kebencian.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment