Presdir Choi menjerit ketakutan ketika Dong Joo melepas pegangan dari tangga balkon lantai 2, “Apa yang kau lakukan?”
Dong Joo tersenyum memandang ayahnya
yang khawatir, “Ini tinggi sekali. Sungguh menakutkan, tapi kenapa dulu
aku berani melakukannya?”
Presdir Choi langsung masuk rumah dan
sudah mendapati putranya ada di dalam rumah. Dong Joo tanya pada ayahnya
usia berapa ketika ia jatuh dulu, 13 atau 14 tahun. Ibu selalu marah
kalau ditanya mengenai ini. “Apa usiaku waktu itu 13 tahun?”
Presdir Choi heran mendengarnya, “Apa
kau tak mengingatnya?” Dong Joo hanya mengangkat bahu. “Apa kau tak
mengingat apapun sebelum peristiwa itu?” tanya ayahnya lagi. Dong Joo
mengangguk.
Tapi Dong Joo tahu kalau Presdir Choi
adalah ayahnya, “Itu kata orang-orang setelah aku dewasa!” sahutnya.
“Tapi lebih baik kalau aku tak ingat apa-apa!” Presdir setuju tak perlu
mengingat kejadian buruk itu.
Presdir akan melakukan tos seperti
yang ia dan Dong Joo lakukan dulu. Tapi Dong Joo hanya bengong memandang
tak mengerti. Presdir tersenyum dan bersyukur Dong Joo sudah kembali.
Presdir masuk kamar dan melihat istrinya sudah berbaring di ranjang dan oh ada dua ranjang di kamar itu.
Presdir akan menyalakan lampu tapi Ny
Tae meminta suaminya jangan menyalakannya karena ia baru saja mau tidur.
Ny Tae bertanya apa suaminya sudah bertemu dengan Dong Joo.
Presdir
menjawab ya, kemudian Ny Tae menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Presdir menaruh kotak perhiasan di samping ranjang istrinya, kemudian ia
keluar kamar. Ny Tae membuka selimutnya dan melihat kotak perhiasan
itu.
Dong Joo duduk melamun sendiri di halaman depan rumahnya. Kemudian ia menatap balkon kamar kakeknya tempat ia terjatuh dulu.
Terbayang
dalam ingatannya. Ayahnya memutus selang oksigen kakek. Ternyata Dong
Joo masih mengingat semuanya. Ia mulai menitikan air mata.
Woo Ri memakai gaun panjang milik
ibunya yang ketika kecil ia pakai dan saat itu masih kebesaran. Kini pas
di badannya. Woo Ri bertanya pada ayahnya apa ia terlihat aneh.
Young Kyu berkata putrinya terlihat
cantik mengenakan itu. Nenek berkata lain, kalau Woo Ri mengenakan gaun
itu Ma Roo akan lari melihatnya, “Dia pergi karena dia malu bersama
kita!”
Bibi Lee ikut menyahut kalau gaun itu
juga tidak terlihat bagus. Ia akan meminjamkan gaun miliknya. Paman Lee
menyela memangnya gaun seperti apa yang dipunyai istrinya itu.
Bibi Lee : “Memangnya kenapa dengan gaun yang kupakai saat acara wisuda Seung chul? Itu terlihat elegan!”
Seung Chul berkata kalau gaun ibunya
itu mirip dengan gaun yang dipakai Woo Ri sekarang, “Aku sangat malu
waktu itu dan rasanya ingin bersembunyi!” Mendengar kata malu Young Kyu
jadi melamun.
Woo Ri bersikeras
bagaimanapun juga ia akan mengenakan gaun itu, “Kak Ma Roo tak tahu
kalau aku sudah mengganti nama menjadi Bong Woo Ri. Pakaian ini akan
mengingatkan dia padaku!”
Woo Ri membuyarkan lamunan ayahnya. Ia
meminta tolong pada ayahnya menggambarkan rumah meraka yang dulu agar
bisa ia perlihatkan pada Ma Roo. Young kyu akan segera mengerjakannya
tapi Woo Ri meminta ayahnya melakukan itu nanti setelah makan saja.
“Tidak akan kugambar sekarang!” sahut Young kyu. Nenek mendesah melihat putranya, “Anak yang malang!”
Young kyu menggambar rumahnya yang
dulu tapi kemudian ia melamun dan memukuli dahinya. Woo Ri melihat apa
yang dilakukan ayahnya dan segera menghentikannya.
Young kyu : “Woo Ri, ayah itu bodoh!”
Woo Ri : “Benar. Ayah memang bodoh.
Ibu bilang orang baik itu bodoh. Aku juga ingin bodoh tapi tak bisa,
tidak semua orang bisa menjadi bodoh. Bodoh itu bagus!”
“Tapi
menurut Ma Roo itu memalukan!” sahut Young kyu. Ma Roo tak bicara
dengannya karena malu. Young Kyu menolak ikut ke Stasiun TV takut kalau
Ma Roo akan malu.
Woo Ri menyangkal, “Itu tidak benar. Kak Ma Roo sangat merindukan ayah!”
“Tidak. Ma Roo malu padaku. Kalau dia
melihatku dia tak mau pulang!” kata ayahnya. Ia meminta kalau Woo Ri
bertemu dengan Ma Roo segera membawanya pulang. “Aku akan diam saja di
rumah, Kalau aku diam saja dia tak akan malu!” Woo Ri terharu dan
mengangguk.
Woo Ri teringat pesan Seung Chul kalau ia harus mengajak Shin Ae ke stasiun TV. Woo Ri sampai di sebuah apartemen.
Shin Ae kaget dengan pakaian yang
dikenakan Woo Ri. Woo Ri memohon bantuan Shin Ae. Shin Ae mengira Woo Ri
akan meminta bantuan uang. Woo Ri berkata kalau kedatangannya bukan
untuk minta uang tapi mengajak Shin Ae tampil di TV tentang mencari
orang hilang. “Aku mau mencari Kak Ma Roo bisakah Bibi membantuku? Kalau
kakak melihatmu dia akan menghubungi kita. Bukankah kau ibunya?”
Shin Ae menolak ia meminta Woo Ri
jangan membawa namanya diacara itu, “Apa kau mau membuaku malu?” Woo Ri
memohon. Shin Ae membentak, apa Woo Ri pikir ia tak mencari putranya.
“Kuhabiskan 10 juta won untuk mencarinya tapi tak ketemu. Apa kau pikir
dengan tampil diacara itu kau akan berhasil? Kau ini bodoh atau polos?
kalau waktu luangmu banyak bekerjalah untuk mencari uang!”
Shin Ae pergi karena ia akan ke
salon dan mengingatkan Woo Ri kalau ia sendiri yang akan mencari
putranya. Ia juga meminta Woo Ri membersihkan rumah sebelum pergi dan
melemparkan sejumlah uang pada Woo Ri.
Woo Ri frustasi harus bagaimana lagi.
Ia melihat uang yang ditinggalkan Shin Ae tadi. 100rb won. Di sana juga
ada kalung dan gaun merah milik Shin Ae.
Seung Chul dan kedua orang tuanya
menonton acara mencari orang hilang di stasiun TV MBS di Warung ayam
goreng mereka yang semakin maju.
Young kyu dan ibunya juga ada di depan
TV. Nenek tak sabar menunggu ia terus ngedumel, apa kerena mereka
miskin jadi tak segera muncul. Seung Chul meminta Nenek sabar.
Ada seorang wanita masuk Bibi Lee kaget melihatnya. Young kyu takut dan segera sembunyi di belakang Ibunya.
Wanita itu tersenyum ia berkata ada
beberapa hal yang perlu ia tanyakan, “Aku ingin tahu diantara kalain
siapa yang bernama Bong Woo Ri. Wanita itu bernama Kang Min Soo.
Young kyu bergumam, “Dia mirip dengan kuntilanak kenapa mencari Woo Ri?”
Kang
Min Soo berkata kalau ia sudah ke rumah tapi tak ada seorang pun ada di
sana, dan orang pasar mengatakan ia bisa menemui Woo Ri di sini.
Seung Chul menatap ketus Min Soo, “Siapa kau?”
Min Soo terkesan dengan bulu mata
Seung Chul dan langsung maju supaya bisa melihat lebih dekat, “Apa boleh
kusentuh bulu matamu?”
Kemudian terdengar suara MC di TV mengatakan ada seorang adik mencari kakaknya yang telah menghilang selam 16 tahun.
Min
Soo terus mengamati bulu mata Seung Chul, “Apa kau memakai bulu mata
palsu? Apa kau memakai maskara yang sangat tebal?” (haha gila kosmetik
nih orang)
Woo Ri tampil di TV, semua memperhatikan tak terkecuali Min Soo yang baru datang itu.
Woo
Ri mengenakan gaun merah dan kalung milik Shin Ae. Ia juga membawa
lukisan ayahnya. Young kyu pangling melihat putrinya, “Itu bukan Woo Ri
dia kelihatan aneh!”
“Apa kabar namaku Bong Woo Ri, kakakku mungkin mengingatku sebagai Mi Sook kecil...”
Paman Lee memuji pakaian yang dikenakan Woo Ri dan itu membuat Woo Ri seperti seorang artis.
“Apa dia Bong Woo Ri?” tanya Kang Min Soo. Seung Chul terus memandang Woo Ri ia tersenyum (wahahaha)
Woo Ri bercerita kalau Ma Roo selalu
juara kelas. Ia juga memperlihatkan gambar rumah yang dibuat ayahnya. Ia
menunjukan letak rumahnya yang dulu. Woo Ri teringat ucapan Seung Chul
bahwa ia tak boleh meninggalkan kesan kalau mereka itu miskin. Woo Ri
kemudian mengatakan kalau di rumahnya yang dulu sudah di buat Taman
Botani dan wilayah itu milik keluarganya.
Paman Lee tertawa mendengarnya. Young
kyu bingung dan bertanya pada ibunya apa keluarga mereka sekarang kaya.
Nenek sendiri tak mengerti maksud Woo Ri. Nenek dan ayahnya marasa aneh
dengan apa yang disampaikan Woo Ri di TV. Paman menyahut kalau yang
disampaikan Woo Ri sudah bagus, ia memuji ide putranya. MC meminta Woo
Ri mengatakan sesuatu untuk Ma Roo.
“Oppa... Ma Roo Oppa. Aku Mi Sook
kecil. Oppa... Ma Roo Oppa...“ mata Woo Ri mulai berkaca-kaca, “Aku
merindukanmu. Nenek dan ayah juga merindukanmu!”
“Oppa...”
Air mata Woo Ri mulai menetes. Ia teringat ayahnya selalu menyiapkan
nasi hangat untuk Ma Roo. Tangis Woo Ri tak tertahankan lagi.
“Oppa......”
Young kyu ikut sedih melihat Woo Ri menangis. Semua memandang haru. “Woo Ri jangan menangis, ayah yang salah ayah yang salah!”
Nenek ikut menangis tapi masih
mengumpat, “Dasar anak berandalan kenapa kau mempermalukan dirimu dan
kau membuat kami kehabisan air mata!” Paman dan Bibi Lee ikut manangis.
Seung Chul mengambilkan minuman untuk semuanya.
Shin Ae menelpon Woo Ri dan marah-marah. Woo Ri minta maaf dan berkata akan segera kembali.
Presdir Choi dan istrinya menghadiri perayaan ulang tahun Woo Kyung yang ke 30. Keduanya keluar dari mobil.
Woo Ri sampai di tempat yang sama
menggunakan taksi ketika keluar dari taksi uang recehnya berhampuran
karena menerima telepon dari Shin Ae.
Woo Ri melihat Presdir Choi dan
istrinya, ia mengenali wajah Sang Presdir ketika pabrik di Bucehon
terbakar dan menyebabkan ibunya meninggal.
Presdir Choi dan Ny Tae masuk ke aula pesta. Di sana sudah banyak orang yang menyambut dan bertepuk tangan.
Woo Ri berada di toilet dengan pakaian
dalamnya. Ia meminta Shin Ae memberikan pakaiananya. Shin Ae marah Woo
Ri mengambil pakaiannya. Woo Ri minta maaf, ia tak tahu kalau itu gaun
baru Shin Ae. Shin Ae meminta Woo Ri jangan memanggilnya Bibi. Woo Ri
mengerti dan meminta pakaiannya. Shin Ae melemparkan gaun itu ke wajah
Woo Ri dan berpesan jangan lagi muncul dihadapannya.
Shin Ae keluar dari toilet berpapasan dengan 2 orang wanita. “Nyonya siapa perempuan itu” tanya salah satu wanita.
“Dia
itu simpanannya Presdir Choi!” ucap wanita yang lain. “Dia itu sahabat
istrinya tapi gosipnya dia itu simpanan pemilik Woo Kyung!”
Sambil mengenakan gaun, tanpa sengaja Woo Ri mendengarnya.
Presdir Choi menyampaikan sambutannya.
“Dengan
20% bagian saham DRAM dunia, Woo Kyung telah menjadi pilar industri
Korea. Kita tak akan menjadi seperti ini kalau masih memakai metode yang
lama. Ketika itu, semua orang meragukan strategiku. Tapi aku, Choi Jin
Chul telah berhasil!”
Ny Tae menatap tajam apa yang disampaikan suaminya di podium.
Shin
Ae datang menghampiri Ny Tae. Ia terkejut dengan kalung yang dipakai Ny
Tae ukurannya lebih besar dari yang ia pakai dan berkata kelihatannya
kalung itu baru.
Ny Tae mengatakan kalau suaminya
akhir-akhir ini selalu memberinya kejutan walaupun ia sendiri tak
terlalu suka dengan design-nya, “Kalau kau suka kau boleh memilikinya!”
Shin
Ae menolak karena kalung itu pemberian Presdir untuk istrinya dan pasti
Presdir akan sangat kecewa, “Itu sangat cocok untukmu!” ucap Shin Ae
sambil memegang kalung yang ia kenakan.
Di tengah-tengah sambutan Presdir Choi tiba-tiba terdengar suara alunan piano. Semua mata tertuju pada sang Pianis.
Oh oh that’s Cha Dong joo. Ia memperlihatkan kepiawaiannya bermain piano.
Bong Woo Ri akan masuk ke aula pertemuan, tapi penjaga mencegat dan menanyakan apa Woo Ri memiliki undangan.
Woo
Ri beralasan kalau ia mencari seseorang yang ada di dalam. Penjaga
melarang Woo Ri masuk. Woo Ri menjelaskan kalau ia harus masuk karena
Shin Ae membawa ponsel dan dompetnya.
Woo
Ri akan menerobos masuk tapi penjaga langsung menariknya. Woo Ri
memohon kalau ia tak diizinkan masuk setidaknya penjaga bisa
mencarikannya, “Dia Kim Shin Ae. Dia Bibiku!”
Dong Joo selesai unjuk kebolehan. Ia langsung berdiri, “Selamat Ayah!” Ucapnya.
Wartawan yang ada di sana langsung berteriak kalau itu Cha Dong Joo dan mengerumuni untuk diwawancarai.
Presdir berkata pada istrinya kalau Dong Joo sudah merusak suasana dan meminta istrinya melakukan sesuatu pada Dong Joo.
Dong
Joo tak menjawab satu pun pertanyaan yang diutarakan wartawan, ia malah
menghampiri ayahnya. Dong Joo meminta ayahnya berdiri di sampingnya.
Presdir Choi tersenyum pada wartawan
dan berdiri di samping Dong Joo. Presdir Choi memperkenalkan Dong Joo
dan berkata ia belum berani menyampaikan di bidang apa nantinya Dong Joo
akan bergabung dalam Woo Kyung Group.
Dong Joo memperhatikan ayahnya bicara.
Kemudian Dong Joo menatap para wartawan, “Aku berjanji suatu hari aku
akan membuat motto Ayah ‘yang tak mungkin menjadi mungkin’ dan
bersama-sama menjalankan konsep bisnis yang ditinggalkan oleh Kakekku,
Presdir terdahulu!”
Dong Joo kembali menatap
ayahnya, “Kau sudah bekerja keras selama 16 tahun!” Presdir mencoba
tersenyum dengan apa yang disampaikan Dong Joo.
Young kyu menggendong ibunya ia
melihat Seung Chul akan keluar dan bertanya mau kemana. Seung Chul
menjawab kalau berandalan itu tak memiliki uang untuk pulang naik bus.
Nenek meminta Young kyu
menurunkannya. Tapi Young kyu berkata kalau nanti kaki ibunya akan sakit
lagi. Young Kyu juga bilang kalau Woo Ri terlihat sangat cantik di TV.
Nenek
tak peduli dia cantik atau tidak, “Di rumah dia cerewet tapi di TV dia
hanya bisa menangis!” Young kyu merasa ketika ia melihat Woo Ri
menangis ia juga jadi ingin ikut menangis.
Young kyu terus menggendong ibunya
naik ke lantai 2 menuju tempat kediamannya. Nenek terus minta turun,
Young kyu menolak menurunkan ibunya ia malah bernyanyi.
Di lain tempat Woo Ri menunggu Shin Ae
ia juga menyanyikan lagu yang dinyanyikan ayahnya tadi. Woo Ri duduk
sendirian di luar gedung. Woo Ri menyasal seharusnya ia tadi menyanyikan
lagu itu di TV, karena Ma Roo pasti akan langsung mengenalinya. Ia juga
menyesali kenapa dirinya tadi menangis.
Seorang pemuda masuk ke gedung, ia menatap poster yang bertuliskan perayaan 30 tahun Yayasan Woo Kyung. Pemuda itu tersenyum.
Yeah..... That’s Jang Joon Ha.
Dong Joo menyalami para tamu. Banyak
tamu yang pangling melihatnya. Dong Joo terus memperhatikan orang yang
bicara dengannya sambil terus melemparkan senyum.
Presdir Choi menatap Dong Joo, tapi ketika Dong Joo balik menatapnya Presdir seolah tak melihatnya.
Dong Joo mulai merasa tak nyaman diantara banyak orang. Ibunya bertanya pelan apa Dong Joo baik-baik saja. Dong Joo mengangguk.
Wajah Dong Joo mulai pucat, matanya
berkunang-kunang pandangannya kabur. Tapi ia tetap berusaha untuk
tersenyum di depan semua orang yang bicara dengannya.
Direktur Kang manarik pelan Dong Joo.
Ia berkata kalau setiap kali ada perjalanan bisnis ia selalu teringat
pada Dong Joo. Karena tak kuat Dong Joo mohon diri.
Dong Joo langsung lari menuruni eskalator sambil sesekali menutup mulutnya. Perutnya mulai mual.
Dong Joo keluar dan menabrak Woo Ri membuat jam tangan Woo Ri terjatuh. Dong Joo terus lari. Dong Joo langsung muntah.
Woo Ri menghampiri Dong Joo. Woo Ri melihat punggung Dong Joo, “Permisi!” sapa Woo Ri. “Apa kau tak apa-apa?”
Tak ada sahutan dari orang yang diajak bicara. Woo Ri kembali bertanya, “Apa kau sakit?” tetap tak ada jawaban.
“PERMISI...!” Woo Ri mengeraskan suaranya. Tapi masih tetap tak ada sahutan dari Dong Joo. Dong Joo hanya menghela nafas.
“Apa kau tak bisa mendengar?” Tanya
Woo Ri kali ini lebih dekat pada Dong Joo. Tapi tetap saja Dong Joo tak
tahu kalau ada orang yang bicara dengannya.
Woo Ri memberanikan diri menepuk bahu Dong Joo. Dong Joo langsung menengok.
Woo Ri memperagakan bahasa isyarat dan berkata, “Apa kau sakit? Apa kau tak bisa mendengar?”
Dong Joo panik melihat orang yang
didepannya bicara seperti itu dan langsung menepisnya. “Apa yang kau
lakukan? Jangan ganggu aku!”
Dong Joo berdiri sempoyongan. Ia
melihat Joon Ha, keduanya tersenyum. Joon Ha memberi kode kalau ia harus
masuk ke dalam. Dong joo mengangguk. Woo Ro tak menyadari kehadiran
Joon Ha.
“Tunggu sebentar!” Woo Ri menarik Dong Joo. Dong Joo merasakan pusing di kepalanya.
Woo
Ri : “Apakah kau kemarin di Distrik Apgujeong? Kau yang mengenakan
earphone? Apakah itu kau? Dan kau mengendarai sepeda kan? Apa kau tak
kenal aku. Aku Mi Sook kecil, Mi Sook kecil!”
Dong Joo tak tahan lagi ia langsung lari masuk toilet dan muntah lagi.
Dong
Joo duduk lemas di dalam toilet. Ia berusaha menguatkan dirinya. Dong
Joo menutup kedua telinganya berusaha mendengar dengan suara hati yanga
diajarkan Mi Sook kecil dulu, “Kung kung kung!” ucapnya gemetaran.
Banyak yang memberikan selamat pada Presdri Choi atas keberhasilan investasinya. Ny Tae cemas tak melihat putranya.
Shin Ae datang menghampiri Presdir dan
Ny Tae, “Nyonya apa Dong Joo sudah pergi? Aku belum sempat menyapanya!”
Shin Ae berusaha lebih dekat dengan Presdir (ga malu nih orang
nempel-nempel kayak Prangko)
Shin Ae menduga kalau Dong Joo pasti keluyuran lagi. Ia berfikir kalau Dong Joo itu tak tertarik dengan bisnis.
“Ibu.....!” terdengar panggilan memanggi Ny Tae.
“Joon Ha....!” Ny Tae tersenyum lebar melihatnya. Keduanya langsung berpelukan. Presdir dan Shin Ae memandang heran.
Ny Tae memperkenalkan pemuda yang ada
di sampingnya sebagai putrannya. “Dia anak ketiga dari Dokter Jang,
Dokter yang mengobati Dong Joo. Ketika Dong Joo sakit Joon Ha banyak
menolong, jadi aku mengadopsi dia menjadi anakku!”
Joon Ha menatap Presdir Choi, “Senang bertemu dengan anda namaku Jang Joon Ha!” Keduanya berjabat tangan.
Ny Tae mengajak Joon Ha makan. Shin Ae kesal melihat tingkah Ny tae, “Apa yang membuatnya begitu senang?”
Sambil menggandeng Joon Ha, Ny Tae
berbalik menatap suaminya, “Choi Jin Chul. Dia anakmu Bong Ma Roo.
Bukankah dia sudah dewasa?” Presdir Choi dan Shin Ae heran menatap
keakraban keduanya.
Woo Ri menunguu Dong Joo keluar dari
toilet. Dong Joo tak menyadari Woo Ri mengikutinya, “Apa kau sakit?
tunggu dengarkan aku sebentar!” Woo Ri menyentuh lengan Dong Joo dan
Dong Joo langsung menengok.
Woo Ri : “Kau mirip kakakku, kupikir kau kakakku. Kau mengenakan earphone dan kau juga mengucapkan kotoran semut!”
Woo
Ri juga memperlihatkan bajunya, “Apa kau tak mengenali baju yang
kupakai?” Woo Ri juga menunjukan jam yang Ma Roo titipkan padanya.
Dong Joo mengacuhkannya, Woo Ri merentangkan tangan menahan Dong Joo pergi, “Apa kau bukan kakakku?”
Dong Joo memperhatikan gerak bibir Woo
Ri, “Bagaimana bisa aku menjadi kakakmu? Apa aku mirip dengan kakakmu?”
Dong Joo menyingkirkan tangan Woo Ri yang menutupi jalannya.
Ny Tae dan Joon Ha mengambil makanan. Ny Tae berkata, “Bahkan Bibimu tak mengenalimu!”
Joon
Ha : “Bibi apa? Anggota keluargaku hanya Ibu dan Dong Joo. Aku bahkan
tak pernah bertemu dengannya jadi tentu saja dia tak mengenaliku!”
Shin Ae berkata pada Presdir
kalau Ny Tae dan Joon Ha kelihatan aneh, “Apa anak muda itu pacarnya?”
Presdir Choi meminta Shin Ae jangan bicara yang tidak-tidak.
Terjadi keributan di pintu masuk
aula. Beberapa penjaga menahan Woo Ri yang ingin menerobos masuk. Tahu
kalau itu Woo Ri, Shin Ae langsung menutupi wajahnya agar Woo Ri tak
melihatnya.
“Lepaskan aku! Oppa Oppa Oppa....” Woo
Ri memanggil Dong Joo, ia masih mengira kalau Dong Joo itu Ma Roo.
Jelas Dong Joo tak mendengarnya.
Ny Tae cemas dan langsung menghampiri Dong Joo.
Woo Ri berhasil melepaskan diri dari
penjagaan dan menemui Dong Joo, “Oppa..” Woo Ri menarik lengan Dong Joo.
“Apa kau tak mengenaliku?” Woo Ri mulai menangis, “Atau kau hanya
pura-pura. Aku Mi Sook kecil...!”
Yang paling terkejut di sini tentu saja Jang Joon Ha.
Woo Ri : “Kau Oppa-ku. Ma Roo Oppa. Oppa...!”
Ny Tae menyingkirkan tangan Woo
Ri dan menyuruhnya diam. Ny Tae mendorong Woo Ri hingga terjatuh dan
meminta penjaga membawa Woo Ri keluar.
“Oppa Oppa!” teriak Woo Ri diseret penjaga. Joon Ha hanya bisa menatap apa yang baru dilihatnya.
Presdir bertanya ada apa dan apa istrinya sudah gila melakukan itu. Ny Tae berkata ia terpaksa melakukannya, “Gadis itu bilang akan balas dendam ketika ibunya kecelakaan waktu pabrik Woo Kyung terbakar!” Sepertinya Ny Tae mengancam suaminya nih.
Joon Ha menyentuh pundak Dong Joo. Dong Joo berbalik manatapnya, “Apa kau tak apa-apa?” tanya Joon Ha
Penjaga menyuruh Woo Ri keluar mereka mengancam akan memanggil polisi kalau Woo Ri masih membuat kekacauan.
Shin Ae menarik Woo Ri. Seung Chul tiba di sana dan melihat Shin Ae bicara dengan Woo Ri.
Shin Ae marah kenapa Woo Ri mempermalukannya seperti ini. “Apa kau tahu tempat apa ini?”
Woo
Ri masih penasaran dan bertanya pada Shin Ae, “Apa tadi Bibi ada di
dalam? Kalau begitu kau pasti melihat orang itu? Dia Oppa. Ma Roo Oppa!”
Shin Ae mendorong kepala Woo Ri. Seung Chul marah melihatnya.
Shin
Ae : “Apa kau mau membunuhku? Kenapa kau memanggilnya Ma Roo? kalau ada
yang tahu Ma Roo itu anakku, aku bisa mati! Apa kau bisa menjagaku,
merawatku dan bertanggung jawab atasku?”
“Kenapa dia menjagamu?” bentak Seung Chul. “Dia sudah menjaga Nenek dan ayahnya, apa kau akan bersandar padanya juga?”
Woo Ri masih penasaran, “Pria di aula tadi apa Bibi mengenalnya? Apa dia bukan Kak Ma Roo?”
shin Ae : “Apa kau pikir aku tak mengenali anakku sendiri?” (emang ga toh ngliat Joon Ha dia ga ngenalin)
Shin Ae kembali memperingatkan Woo Ri jangan pernah menjadikan Ma Roo sebagai alasan untuk mendekatinya.
Woo Ri hanya bisa duduk lemas, “Aku pikir dia kakakku. Dia mirip sekali dengan kakak!”
Seung Chul : “Apa kau pikir Ma Roo mirip Bibimu? kenapa dia bisa ada di pesta Woo Kyung?”
Shin Ae melihat Ny Tae berjalan
dipapah suaminya, mereka akan segera pulang. Presdir Choi berpesan pada
Direktur Kang agar bisa menjaga pesta, jangan sampai ada berita miring
tentang kejadian malam ini. Direktur Kang menjamin, ia tahu apa yang
harus dilakukannya.
Dong Joo dan Joon Ha ikut pulang. Shin Ae menghentikan langkah Dong Joo. Ia berkata kalau ia belum menyapa Dong Joo.
Dong Joo : “Apa kau mengenalku?”
Shin Ae bengong Dong Joo tak mengenalnya.
Seung Chul datang meminta ponsel dan dompet Woo Ri. Dong Joo langsung pergi meninggalkan Shin Ae.
Seung Chul akan menyetop taksi tapi Woo Ri memintanya naik bus saja. Seung Chul menolak.
Dong Joo dan Joon Ha berada dalam satu
mobil. Dong Joo melihat kedua orang ini di pinggir jalan. Mobilnya
terus melaju tapi Dong Joo masih memperhatikannya melalui spion mobil.
Sampai di rumah, Presdir Choi marah
atas tindakan istrinya tadi. Ny Tae mengatakan kalau gadis itulah yang
sudah membuat kekacauan kenapa ia yang disalahkan.
Presdir
berkata bukan itu masalahnya, “Dong Joo sudah dewasa kenapa dia masih
belum bisa bertanggung jawab? Kenapa dia membuat keributan diacara
sepenting ini?” Dan ia harus menjawab pertanyaan wartawan tanpa
persiapan.
Nya Tae berkata kenapa suaminya
peduli dengan wartawan, “Anak yang sakit dan menghilang. Lalu kembali
dihadapanmu, apakah itu tidak baik bagimu?”
Presdir Choi : Apa?
Ny Tae : “Dong Joo kehilangan
ingatannya semenjak kecelakaan itu. Seperti bayi yang baru lahir dia
harus belajar lagi dari awal. Perlu satu tahun untuk mendengarnya
memanggilku ‘ibu’!”
Ny Tae meminta suaminya jangan berharap Dong Joo akan melakukannya sekaligus dan meminta suaminya bersabar.
Suara Presdir meninggi, “Aku sudah
menunggunya selam 16 tahun berapa lama lagi aku menunggu? kecelakaan itu
karena kecerobohannya. Berapa lama lagi aku harus bersabar?”
Bagi
Presdir Choi yang menjadi masalah bagi dirinya adalah istrinya sendiri.
Dong Joo sudah baik-baik saja ia meminta istrinya jangan memperlakukan
Dong Joo seperti bayi.
Dong Joo mengajak Joon Ha masuk ke rumah, “Masuklah Kak!”
Joon
Ha minta maaf karena sudah merepotkan. Ia juga mengkhawatirkan ibunya
atas kejadian tadi. Ny Tae berkata kalau ia tak apa-apa, ia hanya
sedikit terkejut. Dong Joo mengajak Joon Ha ke kamarnya di lantai 3.
Presdir tak suka Joon Ha berada di rumahnya, “Kenapa kau membawa orang asing ke rumah tanpa memberi tahuku?”
Dong Joo terbaring lemas di kasurnya.
Joon Ha memperhatikan foto yang ada di sana dan berkata kalau Dong Joo
sekarang mirip dengan Kakek. Dong Joo tak mendengar ucapan Joon Ha.
“Dokter mana obatku!” ucap Dong Joo lemas. Joon Ha diam saja masih memandangi foto.
“Kak, aku mau obatku!” Dong Joo meninggikan suaranya.
Joon Ha mendekat pada Dong Joo dan
meminta Dong Joo bertahan karena obat itu sifatnya candu. Dong Joo
mengeluh dan menutup matanya, “Mataku hampir copot!”
Joon Ha membuka tangan Dong Joo meminta Dong Joo melihat ke arahnya, “Kau mirip kakekmu?”
Dong Joo : “Benarkah? Bukankah kau belum pernah bertemu Kakekku? Waktu itu kau datang ke sini hanya mengambil surat beasiswa!”
Joon Ha : “Waktu itu aku diusir ayahmu. Kenapa kau mengingat kembali kenangan buruk itu?”
Dong Joo tersenyum, “Kenangan buruk? Lupakan saja seperti yang kulakukan!” Suaaahhhhh....
Joon Ha berkata bukankah ia sudah mengingatkan jangan kelewatan, tapi pesta tadi Dong Joo minum alkohol.
Tahu
kalau Joon Ha menasehatinya Dong Joo langsung memejamkan matanya, “Ahhh
damainya. Aku tak perlu mendengar omelanmu. Begitu tenang..!”
Joon Ha menatap Dong Joo. Dong Joo
membuka matanya dan heran, “Kenapa? Kenapa kau melihatku seperti itu?
Apa kau mencintaiku?” Buwahahaha...
Joon Ha tertawa dan menarik bantal Dong Joo. Keduanya bergulat di kasur.
Young Kyu memijit kaki ibunya. Ia
berkata mungkin saja Ma Roo menonton acara TV itu karena orang-orang di
pasar semuanya menyaksikan.
Young
Kyu melihat ibunya sudah tertidur. Tiba-tiba ponsel yang selalu ia
kalungkan di lehernya berdering, ia segera keluar kamar.
Woo Ri menelepon ayahnya, Woo Ri tanya
apa Nenek sudah tidur. Ayahnya menjawab kalau Nenek sudah tidur. Woo Ri
akan pulang terlambat karena harus menemui seseorang.
Ayahnya mengira Woo Ri akan bertemu Ma Roo, “Apa dia sudah menghubungimu?”
Woo Ri berkata kalau itu bukan Ma Roo tapi seorang wanita. “Katanya dia mau membeli lukisan Ayah!”
“Apa itu gambar buatanmu sendiri?” tanya Min Soo. “Paman kau jenius!” ucap Min Soo yang ternyata sudah mulai mabuk.
“Jenius? kau salah namaku Bong Young Kyu!” sahut Young Kyu. Woo Ri menutup teleponnya.
Kang Min Soo mengatakan kalau dirinya berasal dari perusahaan Woo Kyung. Semua terkejut mendengarnya.
Tahu kalau wanita dihadapannya bekerja pada Woo Kyung, Woo ri tak akan menjual lukisan ayahnya.
Min Soo menunjuk gambar yang ada di
Buku, “Aku harus membeli lukisan ini sebutkan harganya berapapun. Woo
Kyung itu kaya jadi sebutkan harganya.... Aku ... harus membeli lukisan
ini. Ditambah lagi aku benar-benar menyukai kalian! Aku melihat acara
itu di TV!” Min Soo merasa tersentuh dan ia terus minum alkoholnya.
“Maaf, Maaf!” Woo Ri akan bicara. Min Soo meminta Woo Ri jangan bicara maaf, “Eonni Eonni...!” Dia minta dipanggil kakak.
Kang Min Soo mengenggam tangan Woo Ri,
“Dongsaeng (adik) begitu aku menyukai sesuatu apapun akan kuberikan
untuk mendapatkannya, bahkan celanaku-pun akan kuberikan. Apalagi yang
kau mau? apa lagi yang kau perlukan? Sebutkan saja apa yang kau
inginkan!”
Woo Ri sangat berterima kasih tapi ia
tak mau menjualnya ke Woo Kyung. Min Soo tanya kenapa. Woo Ri tak bisa
mengatakan alasannya.
“Kenapa kenapa kenapa kenapa?” Min Soo memaksa Woo Ri mengatakannya.
Seung Chul ikut marah dan berkata
kalau Min Soo itu perempuan aneh. Paman dan Bibi Lee segera membereskan
meja sambil marah-marah. Paman Lee berkata kalau ada hal yang tak bisa
dikatakan pada semua orang.
Bibi Lee meminta bayaran atas
minumannya 38rb Won. Suaminya meminta istrinya tak menerima uang dari
Woo Kyung, “Apa kau mau menjual ayam pada musuhmu?”
Woo Ri membentak, “Paman?”
“Musuh?” Min Soo terkejut mendengarnya.
Seung Chul membenarkan, “Siapa yang membuat Ma Roo pergi dari rumah?”
Paman Lee : “Ibunya meninggal karena Woo Kyung!”
Woo Ri marah, “Kenapa itu diberitahukan?”
Min Soo menggebarak meja,
“Jangan menjualnya!” teriak Min Soo. ”Kalau memang benar, aku juga tak
mau bekerja di sana. Woo Kyung.. katakan pada mereka pergilah ke
neraka!”
Woo Ri buru-buru masuk kamar dan menggelar kasurnya. Seung Chul menggendong Min Soo yang sudah mabuk berat dan membaringkannya.
“Hantu?
Woo Ri kenapa kau membawa hantu ke dalam rumah?” Ayahnya terkejut
melihat wanita yang ia temui tadi sekarang berada di kamar Woo Ri.
“Dia bukan hantu, dia kenalanku. Biarkan dia bermalam, dia mabuk!” Jelas woo Ri.
Seung Chul meminta Woo Ri jangan terlalu dekat dengan wanita ini. Young kyu meminta putrinya jangan minum alkohol.
“Pergi
orang jahat!” teriak Min Soo sambil kakinya menendang (dia nglindur
hehehe) Woo Kyung sudah mati! carilah Ma Roo! Ma Roo... Ma Roo!”
Young kyu heran Min Soo menyebut nama Ma Roo. Woo Ri menjelaskan kalau dia mendengarnya di acara TV.
Min Soo terbangun dan langsung membuka
jaketnya. Woo Ri panik dan menyuruh ayahnya dan Seung Chul segera
keluar. Woo Ri menutup pintu kamarnya. Min Soo langsung merebahkan
tubuhnya kembali sambil terus ngelindur. Hahaha...
Joon Ha melihat Ibunya akan minum obat
tidur. Ia langsung merebutnya. Ny Tae berkata kalau ia tak bisa tidur.
“Aku bisa membantumu!” sahut Joon Ha.
Joon Ha menuangkan wine untuk ibunya, “Hanya segelas saja!”
Ny
Tae berkata kalau Dong Joo bisa tidur kalau Joon Ha ada di sisinya,
“Kemarin dia pasti gemataran aku mendengar langkah kakinya semalam!”
Joon
Ha merasa kalau hari ini Dong Joo kelelahan. Ny Tae berpendapat Dong
Joo lebih nyaman kalau berada dengan Joon Ha dari pada dengannya.
Joon Ha : “Ini karena kami sama-sama pria!”
Joon
Ha mengatakan kalau Dong Joo tak tahu malu, “Dia bertanya apa aku
mencintainya?” Ny Tae terkejut, “Apa Dong Joo bilang begitu?” Joon Ha
meminta Ibunya mencarikan jodoh untuk Dong Joo dari pada membiarkan dia
terus bermain.
“Gadis tadi itu, dia adikmu kan?” Tanya Ny Tae. Joon Ha langsung terdiam.
Joon Ha menggenggam tangan ibunya,
“Ibu.. Adikku adalah Cha Dong Joo. Tolong diingat. Aku tak punya
siapa-siapa kecuali Ibu dan Dong Joo. Walapun kau mati, aku ikut
denganmu. Dong Joo juga berfikir seluruh keluargaku meninggal. Jadi
jangan menyebut mereka lagi!”
Nya Tae tersenyum mengerti, “Joon Ha anakku, kau jangan kemana-mana!”
Joon Ha : “Memangnya aku akan kemana? Ini rumahku! Ibu dan Dong Joo ada disini!”
Ny Tae ingin segelas wine lagi. Joon Ha menurut tapi hanya satu gelas lagi, “Apa kau mau kugendong sampai ke tempat tidur?”
Ny Tae : Benarakah?
“Tentu saja aku hanya bercanda!” jawab Joon Ha. “Aku hanya akan menggendong pacarku!”
“Oh oh aku pasti akan cemburu!” kemudian keduanya tertawa bersama.
Dong Joo duduk melamun di tangga melihat Ibu dan kakaknya minum bersama sambil tertawa riang.
Esok harinya, Woo Ri memeriksa jam
tangannya yang rusak karena tersenggol Dong Joo semalam, ia jadi
teringat kejadian ketika ia mengira Dong Joo adalah Ma Roo.
Young Kyu menakar air untuk memasak nasi. Paman Lee ngedumel perutnya sakit karena lapar dan nasinya belum di masak.
Young kyu memberi alasan ini supaya nasinya enak, “Jika Ma Roo pulang nasinya harus enak!”
Woo Ri mendengar harapan yang diucapkan ayahnya. ia mendapat ide untuk menghibur ayahnya.
Woo Ri langsung melempar 2 kotak susu
dengan kedua tanga sangat cepat, membuat ayahnya terkagum-kagum. Woo Ri
memberikan kedua kotak susu itu untuk ayah dan Neneknya.
Woo Ri mengangkat kedua tangannya
dengan semangat. Ayahnya mengikuti apa yang dilakukan putrinya. Paman
Lee juga ikut melakukan apa yang kedua ayah dan anak ini lakukan.
Tiba-tiba terdengar teriakan. Nenek keluar dan bertanya apa itu.
Min Soo keluar dari kamar Woo Ri
dengan wajah yang berantakan, “Dongsaeng (adik) apa ini rumahmu? Aku
minta pembersih wajah. Kulitku belepotan. Aku minta pembersih wajah!”
“Eonni, aku tak punya pembersih!” ucap Woo Ri.
Min Soo panik, “Ahjussi apa kau punya?” Min Soo bertanya pada Paman Lee.
Paman Lee berkata kalau ia selalu alami, tak pernah menggunakan kosmetik.
Min soo : “Kalau begitu apa kau punya ampas kacang hijau?”
Min Soo melihat di dapur ada air
beras. Min Soo langsung mengambilnya, tapi Young Kyu berusaha
merebutnya. Keduanya rebutan haha.
Nenek ikut merebutnya, “Beras ini mau di masak, setelah itu kita akan ke stasiun TV utuk mencari Ma Roo!”
Semua bengong mendengar Nenek mengatakan itu. Young kyu berkata kalau kemarin sudah ke stasiun TV, Woo Ri mengenakan gaun merah.
Nenek : “Siapa? siapa yang mengenakan gaun merah?”
Paman Lee mengajak Woo Ri bicara
berdua, “Kelihatannya ingatan Nenekmu sudah hilang. Ahneyong, good bye,
sayonara!” ia meminta Woo Ri cepat membawa Nenek ke rumah sakit. Woo Ri
tanya ia harus ke rumah sakit mana.
Min
Soo masuk ke kamar Woo Ri. Paman berkata ada beberapa jenis penyakit
pikun, “Kalau alzheimer atau pikun karena alkohol pergi ke Neurolog.
Melihat kondisi Nenekmu kemungkinan dia pikun karena alkohol!” paman Lee
menyarankan pergi ke neorolog.
“Tapi kalau ini akibat stres pergilah ke psikiater!” sambung paman Lee.
“Pergilah ke dokter spesialis bedah
syaraf!” Min Soo memberi saran, “Pacarku dokter spesialis bedah syaraf
akan kuhubungi dia, tapi lukisanmu jual ke Woo Kyung!”
Woo Ri : Apa?
Paman Lee : “Agasshi, bukankah kau bilang kau keluar dari Woo Kyung?”
Min Soo tak ingat ucapan ketika ia mabuk, “Aku? Jangan bercanda. Aku harus membeli lukisan itu!”
Woo Ri menolak bantuan Min Soo, “Lukisan itu tak akan kujual ke Woo Kyung!”
Min Soo menelepon seseorang, “Joon Ha... (what kok Joon Ha) Aku ada pasien penting tolong siapkan waktu untuknya!”
Woo Ri terkejut mendengarnya, “Eonni?”
Paman
Lee menyuruh Woo Ri pergi saja ke rumah sakit, “Anggap saja tidak ada
apa-apa!” Ternyata janjian bertemu dokternya hari ini.
Dong Joo berangkat ke kantor bersama
ayahnya. Ia duduk di kursi depan. Ia membetulkan posisi kaca mobil untuk
merapihkan rambutnya tapi kemudian ia mengarahkan kaca itu ke ayahnya
untuk melihat ucapan ayahnya.
Presdir
meminta Dong Joo duduk di sampingnya karena ada yang perlu ia
bicarakan. Dong Joo meminta ayahnya bicara saja ia tak mau duduk di
belakang, ia mabuk duduk di belakang.
Presdir Choi meminta Dong Joo menjaga sikap kalau di luar rumah, “Jaga sikap dan jaga image Woo Kyung!”
“Aku mengerti!” sahut Dong Joo.
Presdir
Choi : “Kau akan mengerti jika di kantor nanti, semua karyawan berkerja
keras untuk mempertahankan posisinya. Kau akan mengerti jika kau sudah
bekerja. Semua orang perlu survive!”
Dong Joo : “Aku sudah tahu untuk bisa seperti itu aku harus seperti ayah!”
Ada yang ingin Dong Joo sampaikan tapi
ia akan menyampaikannya ketika tiba di kantor. Dong Joo langsung
mengenakan earphone. Tentunya bukan untuk mendengarkan musik tapi
sebagai antisipasi agar tak ada yang bicara dengannya dan orang lain
akan mengira kalau ia tengah mendengarkan musik.
Di ruangan ayahnya Dong Joo
mengungkapkan kalau ia hanya akan melakukan apa yang ia mau, “Aku tak
tertarik di bisnis semikonduktor!” Ayahnya meminta Dong Joo lakukan saja
apa tugasnya.
Dong Joo bersikeras kalau ia
hanya melakukan apa yang mau ia lakukan. Ayahnya meminta Dong Joo jangan
keras kepala. Dong Joo berkata kalau ia tidak keras kepala, ia hanya
belum siap, “Ayah masih sehat dan ayah bisa bekerja sampai 30 tahun
lagi!”
Presdir Choi ingin tahu apa akan Dong
Joo lakukan. Dong Joo belum mau mengatakannya ia akan mengatakannya
ketika waktunya tepat. Ia datang ke kantor hari ini untuk menghindari
ibunya.
Shin Ae masuk ke ruangan Presdir dan terkejut melihat Dong Joo di sana.
Shin Ae : “Sepertinya kau tak mengingatku. Aku mantan sekertaris ibumu, Kim Shin Ae. Waktu kecil kita sering bertemu!”
Dong Joo memperhatikan apa yang diucapkan Shin Ae. Ia mohon diri keluar.
Presdir marah bukankah ia sudah melarang Shin Ae datang ke kantornya.
Shin Ae : “Kenapa apa kau takut pada Dong Joo? Lalu kanapa kau disini saja ? plat namamu jadi sia-sia?”
Shin Ae mengembalikan kalung pemberian
Presdir Choi, “Seberapa besar perhatianmu akan tercermin pada seberapa
besar yang kau berikan. Apa hanya ini perhatianmu? Apa hanya ini
perhatianmu pada perempuan yang melahirkan anakmu?”
Presdir marah ia mengambil kalung itu dan membuangnya ke tempat sampah.
Shin
Ae : “Kenapa kau marah padaku? Apa kau gusar karena tak bisa
mengendalikan Dong Joo di perusahan yang kau besarkan mati-matian?
bukankah kau sudah kusuruh untuk menceraikan Tae Yeon Suk segera
daripada menelantarkanku seperti ini?”
Presdir : “Kenapa aku harus
melakukan itu? kalau kami bercerai apa kau pikir dia dan Dong Joo akan
pergi begitu saja? jangan mengusulkan hal yang sia-sia.
Presdir membentak menyuruh Shin Ae
keluar. Shin Ae memelas ia melihat Dong Joo seperti ia melihat Ma Roo.
Presdir terus membentak meminta Shin Ae jangan menggunakan Ma Roo untuk
mempengaruhinya itu sudah tak mempan, “Kalau kau muncul lagi dan
membuatku marah kau akan lihat nanti akibatnya!”
Ny Tae menemani Joon Ha mengendarai
mobil baru ke rumah sakit. Kalau Joon Ha tak suka mobil itu, ia akan
mencarikan mobil yang lain. Joon Ha memuji kalau mobil itu bagus dan
mirip seperti mobil milik ibunya.
“Dasar perayu!” sahut Ny Tae. “Sepertinya kau dan Dong Joo sudah bertukar kepribadian?”
Joon Ha : “Apa Ibu tak suka?”
“Tidak apa-apa. Kalian berdua adalah anakku!” sahut ny tae.
Joon Ha meyakinkan ibunya jangan lagi mengkhawatirkan Dong Joo, dia akan baik-baik saja.
Keduanya
keluar dari mobil. Ny Tae membetulkan letak dasi Joon Ha. Kemudian ia
masuk ke mobilnya sendiri, tak lupa ia memberikan Kiss Bye untuk Joon
Ha.
Young Kyu membersihkan kolam ikan dari berudu. Ia menunggu telepon dari Woo Ri.
Ponsel berbunyi Young Kyu langsung berkata Halo Halo Halo tapi ponsel terus berbunyi.
Teman di sampingnya mengatakan walaupun terburu-buru jawablah dulu teleponnya. Hahaha.
Young Kyu langsung menjawabnya. Woo Ri yang menelpon, ia menuntun Nenek duduk di kursi tunggu.
Woo Ri berkata pada ayahnya kalau ia
baru saja sampai di rumah sakit, ia akan menghubungi ayahnya lagi
setelah bertemu dengan dokter. Nenek melarang Woo Ri menutup teleponnya.
Nenek bicara dengan putranya.
Nenek berkata kalau ia sudah tak sakit
lagi kenapa membuang-buang uang membawannya ke rumah sakit. Nenek tanya
apa yang sedang dilakukan putranya. Young Kyu menjawab kalau ia tengah
membersihkan kolam dari telur-telur katak.
Nenek
ngedumel kemana perginya katak setelah meninggakkan telurnya dan
menyamakan katak itu dengan Shin Ae yang pergi meninggalkan Ma Roo.
Young Kyu jadi bertanya apa Ma Roo sudah menelpon. Nenek berkata kalau mau menelpon sudah dari dulu pasti dilakukan Ma Roo.
Young kyu kecewa Ma Roo belum menelepon, “Apa Ma Roo tidak menyaksikan acara itu?”
Seung Chul datang dan berkata kalau
dokter Jang Joon Ha belum datang, “Kita sudah dibohongi wanita itu!”
seru Seung Chul. “Tidak dia sudah membuat janji dengan dokter itu!”
sahut Woo Ri.
Nenek berkata pada putranya kalau wanita itu (Min Soo) sudah membohonginya dan meminta pulang.
Woo Ri segera merebut teleponnya takut kalau ayahnya akan khawatir. Ia mengatakan pada ayahnya akan mencari dokter itu.
“Kenapa kau begini berikan teleponnya!” teriak Nenek.
Nenek terus teriak-teriak kenapa Woo Ri menutup teleponnya dan membuat Seung Chul menutup muka menahan malu.
Joon Ha masuk ke rumah sakit ia mendengar suara ribut-ribut di ruang tunggu. Ia langsung menengok ke arah sumber suara.
Joon Ha terkejut melihat Nenek dan Woo Ri berada di rumah sakit. Ia tak menyangka akan bertemu mereka di sini.
Joon Ha akan segera pergi tapi
langkahnya terhenti karena penasaran. Ia pun kembali melihat keluarga
yang sudah lama ia tinggalkan.
Telepon Joon Ha berdering, Min Soo
menelponnya dan bertanya apa sudah bertemu dengan Woo Ri. Joon Ha
menjawab belum (Joon Ha belum tahu nama Mi Sook kecil yang sekarang itu
Woo Ri)
Min Soo meminta Joon Ha menanyakannya di Reseptionis, “Nama pasiennya Hwang Soon Geum!”
“Apa?” Joon Ha terkejut mendengar nama Neneknya disebut. Min Soo berharap Joon Ha bisa membantunya mendapatkan lukisan itu.
Woo Ri menelepon Min Soo, “Eonni kita sudah di rumah sakit tapi mereka bilang dokter Jang Joon Ha belum datang!”
Joon
Ha terkejut kalau pasien yang akan ia tangani adalah Neneknya. Nenek
kesal kenapa kita harus menunggu dan meminta Woo Ri memanggil Min Soo
supaya datang.
Woo Ri berkata pada Nenek kalau dokternya baru saja datang, “Lihat kan wanita itu tidak bohong!”
Woo Ri celingukan mencari orang yang baru datang, kemudian matanya tertuju pada satu arah.
Ya matanya tertuju ke arah Joon Ha yang masih berada di sana, keduanya saling memandang.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment