Dong Joo mengandarai mobilnya ia terus mencoba menghubungi Joon Ha tapi panggilannya selalu mailbox.
Dong Joo pun meninggalkan pesan, “Kakak dimana kau? Kenapa kau membuatku khawatir? Angkatlah teleponmu! Kakak, Kak Joon Ha. Kau tahu aku tak bisa mendengar. Kau bisa berteriak melepaskan frustasimu, apapun dapat kau katakan. Tapi hubungi aku kembali, apa kau mengerti?”
Dong Joo pun meninggalkan pesan, “Kakak dimana kau? Kenapa kau membuatku khawatir? Angkatlah teleponmu! Kakak, Kak Joon Ha. Kau tahu aku tak bisa mendengar. Kau bisa berteriak melepaskan frustasimu, apapun dapat kau katakan. Tapi hubungi aku kembali, apa kau mengerti?”
Nenek mengendap-endap keluar, ia
berjalan menuruni tangga berpegangan pada pegangan tangga. Nenek
mengeluh kenapa ia harus menuruni tangga terkutuk ini karena ia pernah
jatuh dari sana.
Nenek
turun pelan-pelan, ia merasakah sakit di kakinya. Ia memutuskan untuk
duduk dan istirahat sebentar di tangga. Tapi ia terkejut melihat Joon Ha
sudah menunggunya di bawah tangga dengan tatapan penuh kebencian.
“Ma
Roo!” panggil Nenek. Joon Ha langsung menarik paksa Nenek turun dari
tangga. Nenek tanya mau kemana. “Ikut aku!” kata Joon Ha.
Joon Ha terus menarik paksa Nenek yang berjalan tertatih-tatih, “Apa kau mau membunuh Nenekmu? Kenapa kau ini? Ya Tuhan pelan-pelan saja. Nenekmu bisa mati!” Nenek melepaskan tarikan tangan Joon Ha, ia jongkok di jalan mengeluh kakinya sakit.
Nenek : “Ma Roo, Ma Roo. Ya Tuhan, Nak bagaimana kau tahu kalau aku mencarimu dan menemukanku disini? Terima kasih!”
Joon
Ha dengan tatapan dingin bertanya siapa Shin Ae. Nenek kaget. Joon Ha
kembali bertanya siapa Shin Ae. Nenek terbata-bata menjawabnya, “Shin
Ae... dia... apa pentingnya dia untukmu? Ma Roo ayo pulang. Ayahmu
menunggumu!” Nenek mulai menangis dan memegang kaki Joon Ha.
“Aku
tanya padamu siapa itu Shin Ae?” bentak Joon Ha memandang penuh
kebencian. Ia ikut jongkok. “Kali ini aku takkan bisa dibohongi lagi.
Dibohongi seperti ketika aku kecil dulu. Katakan padaku siapa itu Kim
Shin Ae? Katakan!”
Nenek panik kenapa Joon Ha tiba-tiba seperti ini, “Cucuku kenapa kau seperti ini?”
“Aku ingin tahu semuanya!” ujar Joon Ha. “Dari mulutmu sendiri, katakan padaku siapa itu Kim Shin Ae?”
Nenek
mengaku dan ia yang bersalah. Nenek menangis pasrah, “Aku sudah
melakukan kesalahan padamu. Ma Roo, aku salah. Tapi kau harus terima!”
Joon Ha : apa? Apa!
Nenek : “Ibumu. Ibumu. Itu benar. Shin Ae adalah ibumu. Ya dia ibumu!”
Nenek menangis ingin memeluk
Joon Ha tapi Joon Ha yang masih tak percaya kalau ibu kandungnya adalah
Shin Ae malah mendorong Nenek. Nenek terus memohon maaf ia mengaku
salah tapi cucunya harus bisa menerima itu.
“Terima apa?” Tanya Joon Ha dingin.
Nenek
: “Ibumu. Shin Ae melakukan itu agar dia bisa hidup terus. Ketika dia
baru pulang membawa bayinya yang baru lahir, ketika itu usianya lebih
muda darimu sekarang. Ia melakukannya karena ia masih anak-anak dan
miskin. Pahamilah dan maafkanlah ibumu. Jangan salahkan Dia, Ma Roo!”
Joon
Ha : “Kenapa aku tak boleh menyalahkannya? Biarpun dia Bibiku, Ibuku
atau siapapun itu tak kan merubah apapun. Aku tak punya Ibu. Itu karena
kalian bilang dia sudah meninggal, tidak apa-apa. Tapi..... siapa
ayahku?
Bong Young Kyu... bukan
ayahku. Dia bukan ayahku. Ayah yang ingin selalu kuhindari, ayah yang
selalu aku ingin dia mati. Orang yang selalu menyiksa hatiku setiap
hari. Dia bukan Bong Young Kyu. Aku bukan anak dari Idiot itu!” teriak
Joon Ha.
Nenek hanya bisa menangis, ia terus mengaku salah.
Joon Ha : “Kenapa kau melakukannya?”
Nenek : “Ini semua salahku karena aku
tak berpendidikan dan miskin. Aku tak menyangka ini akan membuatmu
menderita. Tak sekalipun aku berniat seperti itu. Memiliki dirimu di
sampingku dan mendaftarkanmu atas nama Bong Young Kyu, ini semua ideku.
Aku tak menyangka kalau Shin Ae akan kembali setelah sekian lama.”
Joon
Ha : “Atas izin siapa? Atas izin siapa kau menjadikanku sebagai anak
Bong Young Kyu. Kalau ternyata ayahku adalah..... Choi Jin Chul...?”
Nenek
terkejut mendengar tebakan Joon Ha, “Ma Roo tidak tidak tidak. Choi Jin
Chul bukan ayahmu. Penjahat itu menyuruh Shin Ae untuk mengaborsi
ketika itu. Tidak tidak!”
Joon Ha lemas ternyata benar ayah
kandungnya adalah Choi Jin Chul. Nenek terus menangis menyebut nama Ma
Roo. Nafas nenek tersengal ia merasakan sakit di dadanya.
Young Kyu tidur di kamar Woo Ri. Woo Ri menyelimuti ayahnya.
Woo
Ri panik dan ia segera keluar rumah. Di depan rumah Dong Joo datang
mencari Joon Ha. Woo Ri yang panik berkata kalau Nenek tak ada dia
menghilang.
Nenek
masih menangis, ia mengatakan kalau Choi Jin Chul bahkan tak tahu kalau
putranya lahir, “Dia meninggalkan ibumu lalu menikahi wanita kaya.
Penjahat itu tak bisa menjadi ayahmu. Dia bukan ayahmu dia bukan
ayhamu.”
Joon
Ha menatap Nenek, “Benar. Dia bukan ayahku. Aku kesini bukan untuk
mencari orang tuaku. Tapi untuk mencari tahu siapa yang telah
menghancurkan hidupku. Apa kau pikir kau bisa menyimpan rahasia ini
sampai mati?”
Nenek : Ma Roo?
Joon Ha : “Setelah mengacaukan hidupku
seperti ini, sekarang kau minta maaf? Apa kau ingin ku maafkan? Kau tak
tahu bagaimana aku hidup selama ini kan? Kau tak tahu bagaimana aku
hidup.
Tahukah
kau walaupun aku makan enak dan memakai pakaian bagus, di sudut
hatiku...Ya benar aku anak durhaka yang meninggalkan keluargaku. Aku
sampah yang lebih rendah dari pada binatang.
Karena dosaku itu, bagaimana pun aku berusaha hidup bahagia. Tapi Aku tetap tak bisa, aku selalu takut dan sendirian.
Kenapa
aku bisa seperti ini? Kenapa aku harus hidup seperti itu? kanapa?
Kenapa aku harus hidup seperti itu? anak durhaka yang telah meninggalkan
Bong Young Kyu dan Bong Woo Ri. KENAPA AKU? KENAPA AKU HARUS YANG HIDUP
SEPERTI ITU?”
Joon Ha berdiri dan berteriak sambil menangis, “Kenapa aku? Kenapa aku harus hidup seperti itu?”
Dengan
penuh kebencian Joon Ha berkata, “Kim Shin Ae yang melahirkanku kedunia
ini telah membuangku. Choi Jin Chul mencoba membunuhku sebelum aku
lahir. Dan kau telah membuatku hidup sebagai anak si bodoh Bong Young
kyu.”
Joon
Ha memegang bahu Nenek menatap tajam, “Jangan mati. Jangan mati dan
teruslah hidup. Kim Shin Ae, Choi Jin Chul, Nenek. Jangan mati sampai
aku menyuruh. Hiduplah terus dan yang akan kulakukan mulai sekarang
HARUS KALIAN SAKSIKAN!”
Joon
Ha langsung pergi meninggalkan Nenek sendirian di jalan. Nenek berusaha
memanggil tapi apa daya karena ia menangis sesenggukan dan suara pun
tak bisa keluar. Nenek langsung ambruk.
Woo Ri kesana kemari mencari Nenek ia
juga berteriak memanggil Nenek. Woo Ri melihat mobil Joon Ha terparkir
di jalan tak jauh dari rumahnya. Woo Ri mengamati mobil itu tapi tak ada
siapa-siapa di dalam mobil.
Dan
jreng Woo Ri berpapasan dengan Joon Ha. Mata Joon Ha masih penuh air
mata. Woo Ri mendekat tapi Joon Ha mangacuhkan dan menuju mobilnya. Woo
Ri menatap khawatir jalan yang baru di lalui Joon Ha.
Dong Joo membantu Woo Ri mencari Nenek, tapi ia tak menemukannya Dong Joo terlihat cemas.
Woo ri berjalan menyusuri jalanan yang di lewati Joon Ha tadi. Woo Ri sangat terkejut melihat Nenek tergeletak di jalan.
Woo Ri berusaha membangunkan Nenek yang sudah lemas. “Ma Roo Ma Roo!” ucap Nenek lemah dengan mata terpejam.
Dong Joo sampai dimana Woo Ri
dan Nenek berada, ia terkejut. Dong Joo tanya apa Woo Ri sudah memanggil
ambulance, Woo Ri menggeleng. Nenek bergumam, “Aku yang salah!”
Dong
Joo langsung menekan 911 (119) diponselnya. Tapi bingung ia harus
bicara apa, ia tak bisa mendengar ucapan orang yang diteleponnya. Dong
Joo meminta Woo Ri bicara di telepon dan menyebutkan dimana lokasi
mereka sekarang. Woo Ri mengerti ia menerima ponsel dan langsung
menyebutkan dimana posisinya berada. Dong Joo menyangga Nenek dan
memperhatikan apa yang digumamkan Nenek.
Young
Kyu kebingungan harus bagaimana. Paman Lee dan Seung Chul juga ikut
bingung. Paman Lee berkata harus cepat. Young Kyu tanya ke sohibnya di
mana ibunya. Paman Lee berkata mungkin Nenek mengidap penyakit tidur
sambil berjalan. Young Kyu tanya apa itu. Paman Lee mencoba menjelaskan,
tapi Seung Chul meminta ayahnya cepat karena Woo Ri sudah menunggu.
Bibi Lee tiba dan berkata kalau
mobilnya sudah siap. Ia bertanya pada suaminya apa sudah membawa dompet.
Paman Lee berkata apa gunanya dompet toh tak ada isinya.
Young Kyu bilang ia punya uang, Young Kyu merogoh kantongnya tapi tak ada, ia melepas semua baju mencari uangnya.
Bibi Lee tak sabar melihatnya ia
langsung turun mengambil uang. Karena terburu-buru Seung Chul meminta
yang lain di rumah saja, ia yang akan ke sana dan akan menghubungi
ketika sampai di sana. Seung Chul segera berangkat ke rumah sakit
menyusul Woo Ri.
Di rumah sakit, Woo Ri panik meminta
Nenek membuka mata. Dokter langsung memeriksa Nenek. Woo Ri cemas apa
Neneknya tak apa-apa. Melihat kepanikan Woo Ri, Dong Joo memintanya
untuk tenang.
Dokter bertanya pada Dong Joo
pernahkah Nenek pingsan sebelumnya. Dong joo tak tahu apa yang dikatakan
dokter karena mulut dokter separuhnya tertutup masker. Dong Joo meminta
Woo Ri menjawabnya. Woo Ri berkata tak pernah dan ini pertama kalinya.
Dokter kembali bertanya bagaimana
riwayat penyakit Nenek. Woo Ri mengatakan kalau Nenek di diagnosa
menderita alzheimer dan juga nama penyakit lain yang Woo Ri lupa apa
namanya. Dong Joo memperhatikan apa yang dikatakan Woo Ri. Dong Joo
meminta Woo Ri mengingat nama penyakit Nenek.
Dong Joo menyarankan pada dokter untuk melihat catatan medis Nenek karena sebelumnya Nenek pasien di rumah sakit ini.
Woo
Ri ingat nama penyakit itu Brain Aneurims. Perawat berkata kalau
tekanan darah Nenek naik. Dokter mengatakan ada kemungkinan pembuluh
darah di otaknya pecah. Kalau hasil pemeriksaannya keluar, Nenek harus
segera di operasi.
Woo Ri cemas bukan main, “Ooo.. perasi? Apa itu berbahaya?”
Dokter
meminta Dong Joo mengisi berkas formulir untuk operasi Nenek. Lagi-lagi
Dong Joo tak bisa melihat apa yang dikatakan dokter karena mulut dokter
tertutup masker (arghhh dokter maskernya dilepas napa)
Dong Joo bingung apa yang harus ia lakukan. Ia benar-benar tak mengetahui apa yang dikatakan dokter barusan.
Perawat meminta Dong Joo chek in dan
lakukan pembayaran. Dan lagi-lagi Dong Joo tak melihat perawat itu
bicara, ia membelakangi si perawat. Dong Joo menyadari si perawat
barusan mengatakan sesuatu padanya, ia tanya apa yang perawat katakan
barusan tolong katakan sekali lagi.
Seung Chul tiba di rumah sakit dan bertanya Nenek kenapa dan mana dokternya.
Dong
Joo memperhatikan Seung Chul yang baru datang. Perawat kembali berkata
lakukan pembayaran dulu. Dan kembali Dong Joo tak melihatnya. (Arghhh...
greget saya)
Seung
Chul bertanya ke perawat mana dokternya. Apa dia harus meninggal dulu
baru di scan. Perawat meminta Seung Chul tenang. Ia sudah bilang ke Dong
Joo berulang kali, “Kalian harus chek in dulu dan membayar baru bisa
dilakukan scan!”
Dong
Joo baru tahu maksud dari perawat. Seung Chul menatap dingin Dong Joo,
kenapa Dong Joo tak segera melakukan chek in. Dong Joo diam. Woo Ri yang
mengatahui situasinya menenangkan Seung Chul dan berkata kalau ia tadi
panik dan ia yang akan segera check in. Seung Chul melarang, Woo Ri
harus selalu berada di samping Nenek. Ia yang akan melakukannya, biar ia
yang mengurus.
Dong Joo sedih ia tak bisa berbuat banyak untuk membantu Nenek dan Woo Ri.
Joon Ha menepikan mobilnya di
pinggir jalan. Ia masih marah mengetahui siapa orang tua kandungnya. Ia
teringat ucapan Presdir Choi ke Ny Tae ketika ia menerima beasiswa dulu,
“Sikap baikmu tak ada gunanya mereka akan menjadi lintah untukmu!”
Joon Ha juga mengingat perlakuan
kasar Presdir Choi ketika ia ke rumah Ny Tae dulu. Ia juga bicara
dengan Shin Ae ketika itu, apa Shin Ae mengenalnya dan Shin Ae mengelak.
Joon Ha menangis mengingat semua itu.
Joon Ha juga mengingat ketika Ny
Tae mengenalkan ia pada Presdir Choi dan Shin Ae dengan nama barunya
Jang Joon Ha di pesta ulang tahun Woo Kyung. Dan juga ketika ia
berbincang dengan Presdir bahwa ketika Presdir melihat Joon Ha untuk
pertama kali di pesta Woo Kyung itu Presdir merasa Joon Ha mirip
seseorang yaitu dirinya.
Joon Ha menangis meraung-raung di dalam mobil.
Young
Kyu menunggu kabar ibunya di rumah. Paman dan bibi Lee tertidur. Tapi
keduanya langsung terbangun begitu ponsel Young kyu berbunyi. Yang
menelepon Seung Chul menenangkan Young kyu dan berkata kalau Nenek jadi
seperti itu karena mengantuk. Young Kyu heran.
Seung Chul sebisa mungkin tak membuat
Young Kyu khawatir. Katanya dokter akan memeriksa kepala Nenek dia sakit
atau tidak. Young kyu berkata kalau ibunya tak sakit dia sehat, ia
ingin bicara dengan ibunya.
Bibi
Lee merebut ponsel, ia penasaran dengan keadaan Nenek. Ia bertanya pada
putranya bagaimana keadaan Nenek yang sebenarnya. Seung Chul bicara
jujur dengan ibunya. Ia mengatakan menurut pemeriksaan ada kerusakan
ringan di otak Nenek.
Bibi Lee terkejut, rusak dimana?
Mendengar itu Paman Lee ikut
panik. Ia merebut telepon dan bicara dengan putranya. Seung Chul meminta
orang tunya jangan seperti itu nanti akan membuat Young Kyu panik.
Seung Chul bilang ada penyumbatan pembuluh darah tapi itu bukan sesuatu
yang perlu dikhawatirkan.
Young
Kyu ingin tahu apanya yang rusak. Paman Lee berkata pada sobatnya
supaya tak khawatir menurut dokter semuanya baik-baik saja. “Semuanya
baik-baik saja. Hore!” Paman Lee bersorak agar Young Kyu tak cemas.
Young Kyu dan Bibi Lee ikut bersorak. Young kyu kembali bicara dengan
Seung Chul meminta ibunya segera dibawa pulang.
Woo
Ri menunggui Nenek yang belum sadar. Dong Joo dan Seung Chul masih ada
di sana. Dong Joo tanya apa sudah menelepon rumah. Woo Ri menjawab ya.
Dengan sikap dingin karena masih kesal Seung Chul berterima kasih pada
Dong Joo karena sudah membawa Nenek ke rumah sakit. Dong Joo minta maaf
karena tak bisa membantu banyak.
Dong Joo tersenyum pada Woo Ri
dan pamit mohon diri karena ada barang yang harus ia ambil di kantor bea
cukai. Kalau Nenek sadar ia harap Woo Ri memberi tahunya.
Setelah
Dong Joo pergi, Seung Chul tanya apa Woo Ri juga akan menginap di rumah
sakit. Ia tak bisa sendirian di rumah sakit. Woo Ri meminta Seung Chul
pulang saja, ia sudah merepotkan Seung Chul.
Seung Chul meminta Woo Ri jangan seperti itu, ia tak akan bisa tidur kalau meninggalkan Woo Ri dan Nenek di rumah sakit.
“Nenek cepatlah sadar!” ucap Seung Chul. Woo Ri terharu melihat perhatian Seung Chul pada keluarganya.
Nenek membuka matanya, Woo Ri senang Nenek sudah sadar. Nenek akan bicara tapi suaranya berat.
Dong
Joo ternyata belum pergi, ia masih di sana dan merasa lega Nenek sudah
sadar walaupun tatapannya masih sedih karena ia tak bisa berbuat banyak
untuk membantu Nenek.
Dong
Joo berdiri di samping mobil dan menatap gedung rumah sakit. Ia menekan
panggilan cepat nomor 1 nya. Ia mencoba menghubungi kembali Joon Ha.
Tapi tetap saja tak aktif.
Dong Joo kembali meninggalkan
pesan, “Kakak. Kak Joon Ha. Aku tahu ini sulit bagimu. Nenekmu pingsan,
dia menderita shock tapi dia sudah sadar sekarang. Aku di rumah sakit.
Apa sih sulitnya? Kalau orang tak bisa mendengar membiarkan dokter
bekerja, dia tak bisa banyak membantu.
Dokter perawat Cha Dong Joo. Malaikat pelindung. Kakak. Kau lari dari tugasmu. Cepatlah kesini sebelum kupecat kau!”
Dong Joo langsung terduduk lemas dan tertunduk.
Esok harinya di taman botani
Young Kyu memunguti daun kering yang berserakan. Ia melihat ada mobil
hitam yang lampu mobilnya masih menyala. Young Kyu langsung berseru
sudah pagi harusnya lampu-lampu sudah dimatikan. Young kyu mendekati
mobil sambil sesekali menguap.
Ternyata
itu mobil Joon Ha. Joon Ha tertidur di dalam mobil dengan tangan
menutupi wajahnya. Young Kyu heran kenapa ada orang yang tidur di dalam
mobil. Young Kyu mengetuk pintu mobil dan Joon Ha terbangun.
Dengan
sebelah matanya Joon Ha melirik ke samping dan dilihatnya Young Kyu.
Joon Ha panik, ia langsung membuang muka supaya Young Kyu tak melihat
wajahnya. Young kyu senang orang yang di dalam mobil sudah bangun.
Joon
Ha menengok dan Young Kyu terkejut melihatnya. Joon Ha langsung pergi
menjalankan mobilnya membuat Young Kyu terkejut. “Kau seharusnya tidur
di rumah. Tidurnya di bawah selimut.”
Staf
Energy Cell sibuk. Kim Bi tanya ke rekannya bagaimana barang-barang
itu. Rekannya menjawab kalau bahan-bahan dari China seharusnya sudah
masuk hari ini. Kim Bi senang.
Park
Dae Ri berbicara di telepon, “Pabrik sudah memproduksi jadi jadwal
pengirimannya sudah bisa tepat waktu.” Perusahannya juga tak akan
terpuruk lagi karena keterlambatan produksi.
Min Soo datang membawa koran dan
bertanya apa Dong Joo sudah datang. Park Dae Ri meminta Min Soo untuk
tenang. Ia bilang kalau Dong Joo baru saja datang setelah mengambil
barang di kantor bea cukai. Dia begadang semalaman. Ternyata Dong Joo
tertidur di ruangannya (Dia semalaman di Rumah sakitkah???)
Min
Soo masuk ke ruangan dan menatap Dong Joo yang tengah tertidur. Ia
membidikkan tangannya ke wajah Dong Joo seperti sebuah bingkai.
“Haruskah kuambil gambar pemandangan ini!” sahut Min Soo. “Tidak.
Terlalu berharga untuk dibagi ke orang lain!” sambungnya. Min Soo gemes
melihat Dong Joo yang tertidur pulas.
Min
Soo ingin menyentuh wajah Dong Joo tapi niat itu ia urungkan. Ia
mendekatkan wajahnya ke Dong Joo, ia mengambil ponselnya dan berniat
memotret. Tapi Min Soo terkejut mendengar ponsel Dong Joo bergetar. Ia
kaget dan tanpa sengaja menyenggol Dong Joo hingga Dong Joo terbangun.
Ia gagal memotret. Hehe.
Min
Soo panik dan langsung mengambilkan ponsel Dong Joo, “Ada telepon!”
sahutnya. Dan si penelpon adalah piano-ist dengan foto Woo Ri kecil.
Dong Joo marah dan merebut ponselnya. Min Soo penasaran, “Piano-ist
siapa itu?”
Min Soo ingat ia menunjukan
koran yang dibawanya dan berkata kalau perusahannya untung besar.
Keuangan bulan lalu sudah dipublikasikan dan hasilnya saham Woo Kyung
melambung tinggi.
Dong Joo menjawab teleponnya dan
mengacuhkan apa yang disampaikan Min Soo. Dong Joo menatap Min Soo, Min
Soo mengerti dan langsung keluar ruangan.
Video call Dong Joo dan Woo Ri
Woo
Ri memperlihatkan kalau ia sudah berada di kamarnya. Dong Joo tersenyum
senang, “Apa dia sudah pulang?” Woo Ri menjawab ya boss. Dong Joo heran
Woo Ri memanggilnya Bos.
Woo Ri : “Bos ini adalah hari pertamaku kerja dan juga hari pertamaku cuti. Aku minta maaf.”
Dong Joo : “Apa artinya ini?”
Woo Ri : “Apa kau sudah tidur?”
Dong Joo : kau?
Woo Ri : “Aku akan tidur seperti sepotong kayu.”
Dong Joo : “Jangan. Sampai jam kerja usai, telepon aku setiap satu jam sekali.”
Woo
Ri tak mengerti. Dong Joo bilang ia belum cukup tidur dan masih merasa
lelah. “Bangunkan aku setiap satu jam.” Woo Ri takut waktu bekerja Dong
Joo akan terganggu kalau ia meneleponnya.
Dong
Joo berkata tidak. “Mulai detik ini aku akan memikirkanmu, hingga aku
akan konsentrasi kerja. Jadi kau harus memikirkanku. Setiap jam ya!”
Dong Joo membaca koran yang Min Soo bawa tadi.
[Keberhasilan Enegy Cell Cosmetics di pasar: Naiknya tingkat kepuasan pelanggan online]
Presdir Choi membanting koran yang dibacanya, ia tak suka dengan keberhasilan Energy Cell. Di ruangan presdir juga ada Shin Ae.
Shin Ae berkata bukankah ia
sudah menyuruh choi Jin Chul untuk bercerai. Kemarin ia melihat Ny Tae
duduk di sana seakan-akan itu tempat duduknya sendiri. “Dan kau tahu apa
katanya? Sekumpulan burung berkumpul, dua orang miskin hidup dengan
baik. Dia memintaku untuk menyingkirkan tanganmu darinya dan tinggal
bersamamu!”
Presdir Choi merasa curiga ia
memeriksa laci tempat ia menyimpan foto Ma Roo, ia melihat foto itu
terbalik tak seperti ketika ia terakhir menyimpannya. Shin Ae tanya ada
apa. Apa sudah menemukan gambar Ma Roo. Shin Ae marah kenapa menyimpan
foto Ma Roo di situ.
Presdir
meminta Shin Ae memajang gambar Ma Roo di rumah sakit dan jangan
melibatkannya, “Katakan itu anakmu dan kau mencarinya!” Shin Ae takut
bagaimana pendapat Tae Yeon Suk kalau melihat itu. Presdir tanya apa
buktinya kalau Ma Roo itu anaknya, “Kau meminta pertolonganku untuk
mencari anakmu!”
Shin Ae : “Apa kau pikir wanita itu akan percaya?”
Presdir mencibir bahkan Kakeknya
Cha Dong Joo pun tak bisa menutup masa lalunya. Ia minta Shin Ae hanya
perlu menutup mulut. “Sampai Bong Ma Roo ditemukan kita tak ada hubungan
apa-apa. Ma Roo itu anakmu!”
Na
Mi Sook mengawasi anak buahnya mengepak kosmetik. Shin Ae masuk ke
ruangan itu dan meminta laporan hasil penjulan hari ini. Mi Sook tertawa
geli dan meminta anak buahnya keluar sebentar.
Shin Ae menyuruh Mi Sook mengambil laporan dari kepala team supaya kantor pusat tahu dan laporkan langsung pada Presdir.
Mi Sook : “Maksudmu, antara pribadimu dan pribadinya. Dari pada itu lebih baik kau menjaga ibumu!”
Shin Ae : Apa?
Mi Sook : “Bukankah Nenek Bong Woo Ri adalah ibumu? Ketika Ibumu pingsan apa yang kau lakukan?”
Shin Ae meminta Mi Sook jangan
ikut campur urusan orang lain. Mi Sook menutup hidungnya, “Bau apa ini,
kau yang bau!” sahutnya. Mi Sook langsung menyemprotkan parfum ke
ruangan.
Shin
Ae kesal dan merebut parfum itu tapi tenaga Mi Sook lebih besar. Dengan
kekuatannya Mi Sook langsung menahan Shin Ae dengan cekikannya, “Ow
instingku sebagai seorang istri yang sah, harusnya kupatahkan tanganmu.
Orang sepertimu aku ingin sekali menggunduli rambutmu. Jangan muncul
lagi dihadapanku kalau kau tak mau celaka!”
Shin Ae melepaskan diri, “Kau. Suamimu pasti sudah menyia-nyiakanmu. Aku bisa tahu dari sikapmu!”
“Ya. Lelaki tua itu sudah menendangku dan suamimu aku akan...” Mi Sook berbisik, “Membunuh mereka!”
Shin
Ae gemeratan. Ia berteriak meminta orang lain melaporkan Mi Sook ke
polisi. Mi Sook tersenyum dan berkata untuk sementara ini ia membunuh
mereka di dalam hati, jadi berhati-hatilah. Mi Sook kembali
mengingatkan, jangan lupa insting istri yang sah. Ia menggenggam
tangannya. Membuat Shin Ae ketakutan setengah mati.
Dong Joo berusaha menghubungi kembali Joon Ha. Joon Ha yang masih kacau mengabaikan panggilan telepon Dong Joo.
Na Mi Sook berkunjung ke rumah
Woo Ri, ia melepas kacamatanya dan melihat rumah itu sangat sepi.
Terdengar suara Woo Ri dari dalam kamar, suara Woo Ri yang mencemaskan
Neneknya.
Nenek
duduk murung, Woo Ri ingin Nenek cepat makan agar tak pingsan lagi. ia
akan menyuapi tapi Nenek menolak. Nenek terlihat sangat sedih.
Woo Ri mengancam kalau Nenek tak
mau makan, ia akan memanggil ayahnya. Apa Nenek mau membuat ayahnya
khawatir. Nenek menggeleng tak bicara mungkin maksudnya jangan beri tahu
Young Kyu. Woo Ri ingin Neneknya mengatakan sesuatu kalau disimpan
dalam hati Nenek bisa sakit.
Nenek memegang dadanya, ia menangis tanpa suara. Woo Ri meminta nenek jangan seperti ini.
Woo
Ri memeluk Nenek dan berkata tak satu pun Nenek berbuat salah. “Apapun
itu semuanya bukan kesalahan Nenek. Aku juga gadis yang jahat, tak
kukatakan semua yang ku tahu, jadi itu bukan salahmu!” Nenek menggeleng
seakan terus menyalahkan dirinya sendiri.
Woo Ri ingin tahu siapa yang sudah melakukan hal seperti ini pada Nenek, “Nenek sangat mencintai anak-anaknya siapa yang membuatmu seperti ini?”
Nenek tak menjawab, Woo Ri mengerti. Nenek masih terus diam dan menangis. Woo Ri tak akan memaksa Nenek untuk mengatakannya.
Woo Ri ingin tahu siapa yang sudah melakukan hal seperti ini pada Nenek, “Nenek sangat mencintai anak-anaknya siapa yang membuatmu seperti ini?”
Nenek tak menjawab, Woo Ri mengerti. Nenek masih terus diam dan menangis. Woo Ri tak akan memaksa Nenek untuk mengatakannya.
Mi Sook yang mendengar ikut menangis, “Benar. Itu bukan salah siapa-siapa.” Sahutnya.
Young
Kyu sampai di rumah membawa bunga untuk ibunya. Ia terkejut melihat Na
Mi Sook ada di rumahnya. “Orang yang ditinggalkan cinta!” panggil Young
Kyu.
Young Kyu heran kenapa Mi
Sook menangis, “Apa kau jatuh? Apa kau terluka?” Young Kyu mencoba
memeriksa barangkali ada yang terluka di kaki Mi Sook.
Mi Sook hanya ingin segera pergi dari sana. Sebelum Mi Sook pergi Young Kyu memberikan bunga yang di bawanya, “Apa kau mau ini?”
Mi Sook terharu melihatnya.
Young Kyu bilang tadinya bunga itu mau ia berikan pada ibunya tapi
diluar sana masih banyak. “Jadi berhentilah menangis dan terima ini! Dan
berhati-hatilah jangan sampai kau jatuh!”
Mi
Sook menerima bunga pemberian Young Kyu dan kembali menangis. Ia
langsung menyandarkan kepalanya ke bahu Young Kyu. Young Kyu gugup ia
jadi gagap tak tahu harus ngomong apa.
Mi
Sook ada di luar rumah Young Kyu, ia mengamati make up wajahnya yang
berantakan karena menangis tadi. Ia mendesah kesal, “Aku bisa gila!”
ucapnya.
Young Kyu datang
membawakan air minum. Mi Sook langsung mengambil posisi menangis untuk
menutupi wajahnya yang berantakan. Young kyu tanya apa Mi Sook masih
menangis.
Mi Sook menutupi
wajahnya dan berkata kalau ia ingin sendiri. Young kyu akan pergi tapi
ia kelihatan tak tega dan duduk di sebelah Mi Sook.
Mi
Sook menoleh dengan wajah masih ditutupi, “Apa yang kau inginkan?”
Young Kyu berkata kalau Mi Sook menangis, Mi Sook harus bersama orang
lain. “Kalau kau sendirian kau akan sedih. Biar aku menemanimu disini!”
Kini giliran Young Kyu yang
menangis. Mi Sook tanya kenapa. Young kyu menjawab tak tahu karena kalau
ada yang menangis ia juga jadi ikutan menangis.
Terdengar teriakan Bibi Lee
mencari putranya. Young kyu menyahut kalau Seung Chul tak ada. Mi Sook
langsung membersihkan make up wajahnya yang belepotan.
Young kyu melihat Mi Sook tak lagi menangis, “Karena Ibu Seung Chul air matamu masuk lagi. benarkan?”
Keduanya bertatapan sejenak. Tapi Mi
Sook menggeleng-geleng, ia kemudian berkata tentang mereka berdua yang
duduk bersama seperti ini dan bunganya ia minta Young Kyu
merahasiakannya.
Young Kyu : Rahasia?
Mi Sook : “Jangan bilang siapa-siapa!”
Young Kyu langung mendekatkan telunjuknya ke mulut Mi Sook. Kemudian ia memperagakan bahasa isyarat yang artinya rahasia.
Shin
Ae menempel sketsa gambar Ma Roo disetiap lorong rumah sakit. Di sketsa
gambar tertulis ‘Dicari Bong Ma Roo hadiahnya 50rb dolar!’
Ny
Tae menerima telepon mungkin dari Sekertaris Kim yang memberi tahu
kalau sketsa gambar Ma Roo ditempel di rumah sakit. Ny Tae marah dan
meminta itu segera dihentikan.
Dong Joo masuk ke kamar ibunya.
Ny Tae kaget dan segera mematikan teleponnya. Ny Tae tanya kenapa
putranya datang. Dong Joo berkata bukankah ibunya meminta ia untuk
sering datang tapi sekarang wajah ibunya tak meyambut kedatangannya.
Ny Tae meyakinkan kalau ia tak
apa-apa dan ada yang ingin ia beritahukan pada Dong Joo. Ia merasa
akhir-akhir ini Joon Ha terlihat aneh. Dong Joo dengan santai bertanya
ada apa dengan Kakaknya.
Ny Tae : “Kudengar dia menarik uang dari perusahaan investasi dan memberikan padamu.”
Dong Joo membenarkan ia sudah
membicarakan itu dengan Kakakanya dan mengenai rencana itu ia sudah
mengatakannya pada Joon Ha kalau ia tak akan menerima uang itu.
Ny Tae berkata bukan itu masalahnya. “Dia memblokirku, hak aksesku terhadap rekening itu. dia bahkan merubah pin-nya!”
Dong Joo : “Apa Kakak melakukan itu?”
Ny Tae : “Ya. Itu terjadi sejak dia bertemu Choi Jin Chul. Aku tak tahu apa yang dia rencanakan!”
“Ibu,
kau-lah penyebabnya!” ucap Dong Joo. “Lalu kenapa ibu curiga? Ibu
bilang ibu lebih percaya dia dari pada aku. Berikanlah kepercayaanmu
kepada Kakak dan ibu tak usah terlibat lagi!”
Ny Tae mengatakan kalau Choi Jin
Chul sekarang sedang tidak berfikir waras. Kita harus merelakan uang
kita padanya untuk membeli pabrik sistem RAM. Ini bukan masalah
kepercayaan. Kita tak punya waktu lagi.
Dong Joo berkata bukankah Ibunya
sudah cukup banyak mengambil saham Choi Jin Chul untuk membangun
perusahaan Energy Cell dan meminta ibunya jangan rakus. Jangan sakiti
hati Kakak.
Nya Tae : “Menyakiti? Aku yang lebih sakit!”
Dong Joo bertanya bagaimana kalau kita kehilangan Joon Ha kalau terus melakukan ini. Ny Tae meyakinkan kalau Joon Ha tak akan meninggalkannya. “Dia selalu mendengarku. Dia sudah kuperlakukan seperti anakku sendiri!”
Joon
Ha sampai di rumah bersama Dokter Jang. Dong Joo heran melihat Kakaknya
datang penuh senyuman. Joon Ha berkata kalau ia datang bersama ayahnya.
Ke-empatnya makan bersama di halaman rumah. Mereka tertawa bersama.
Joon
Ha bertanya pada Dong Joo, “Kalau kau harus membawa tiga benda di pulau
terpencil apa yang akan kau bawa? Pertama pasti aku!”
Dong Joo : “Salah. Aku tak akan membawamu!”
Joon Ha : Apa?
Dong Joo : “Kau harus menyelamatkanku. Bagaimana bisa malaikat pelindungku ikut terdampar bersamaku?”
Joon Ha : “Apakah aku kembali ke posisi sebagai malaikat pelindung?”
Presdir
Choi hadir di sela-sela canda tawa meraka, “Apa yang kalian lakukan?”
Semua terkejut. Presdir Choi kembali bertanya apa kalian sedang melawak.
Joon Ha : “Itu masalahnya, tak seorang pun menyambut Presdir Woo Kyung. Selamat datang presdir Choi Jin Chul!”
Suasana berubah menjadi tegang.
Joon
Ha menyarankan sebaiknya pergi ke warung tenda untuk minum, “Dong Joo
bukankah kau belum pernah ke sana? kalau kau ke Seoul cobalah mampir ke
sana!”
Dokter Jang menyahut kalau
itu bukan tempat yang bagus untuk pergi seorang diri apa Joon Ha sudah
punya pacar. Ny Tae menyahut kalau itu membuatnya cemburu.
“Oh
oh coba saja!” sahut Joon Ha tersenyum pada Ibunya. Keduanya tertawa.
Presdir Choi merasa tak nyaman berada diantara semuanya.
Dong
Joo menatap heran sikap Kakaknya. Dokter Jang memperhatikan Dong Joo
yang diam. Dokter Jang berkata itulah sebabnya kanapa ia tak memiliki
Joon Ha. “Setiap dia bersama ibunya dia jadi sensitif!”
Joon Ha : “Apa ayah cemburu? Kalau Presdir Choi diam-diam saja. Kenapa kau juga diam Ayah?”
Dokter
Jang merasa kalau Presdir Choi memiliki perut yang kuat dan itu
berbanding terbalik dengan dirinya perutnya tak begitu kuat.
Joon
Ha tanya ke Presdir apa terlihat tak nyaman untuk Presdir. Choi Jin
Chul menyangkal, “Kalian berdua terlihat baik. Kau lebih dianggap anak
olehnya (Ny Tae) dari pada Dong Joo!”
“Memangnya ada apa dengan anak?
Kau tak punya seorang anakpun. Ah.. kau tak bermaksud begitu kan?” Joon
Ha kemudian memandang Ny Tae, “Presdir pasti sangat menyayangimu,
Bu!” Ny Tae berkata kalau yang dicintai suaminya bukan dirinya melainkan
Woo Kyung. “Benarkan sayang?”
Dong Joo mulai merasa bosan dan
mengajak Kakakanya ka warung tenda. Tapi Joon Ha menolak. Dokter Jang
melempar sesuatu ke arah Joon Ha, “Kau sudah mabuk? Kau punya kebiasaan
mabuk. Dari mana kau belajar mabuk?” Joon Ha menjawab belajar sendiri
karena ia tak punya ayah.
Dr Jang : apa?
Joon Ha : “Kau meninggalkanku. Apa yang mau kau katakan?”
Dokter
Jang tertawa meminta Joon Ha jangan membolak-balikan kata. Bukankah
Joon Ha sendiri yang minta ingin bersama Ny Tae dan Dong Joo. Dong Joo
saksinya. Dong Joo setuju ia bisa menjadi saksinya.
“Ibu
kau lihat kan, ayah labih mencintai Dong Joo dari pada aku?” ucap Joon
Ha manja pada Ny Tae. Dong Joo sudah menyerah terhadap ibunya, ia sudah
lama merelakan ibunya untuk Kakaknya, “Kak silakan memilikinya!”
Joon Ha : “Ibu. Dong Joo bilang aku boleh memilikimu!”
Ny Tae : “Cha Dong Joo inilah kenapa aku lebih memperhatikan Joon Ha!”
Choi
Jin Chul langsung tertawa terbahak-bahak menyaksikan semua ini. Semua
menatapnya. Presdir menunjuk Joon Ha, “Kau. sangat ingin menjadi anggota
keluargaku. Walaupun ayahmu duduk di sebelahmu. Kau tetap menempel pada
istriku!”
Joon Ha menawarkan apa Presdir Choi mau minum lagi, karena rasanya ia sebentar lagi akan mabuk. “Mana wine-nya?” tanya Joon Ha.
Choi Jin Chul menawarkan diri mengambil wine, ia beranjak dari kursinya akan ke tempat penyimpanan wine. Joon Ha mengikutinya.
Presdir
Choi berkata kalau Joon Ha itu bukan tipe orang yang pemabuk, “Apa kau
memiliki masalah denganku?” Joon Ha menjawab bukan masalah. Ia hanya
mengasihani Presdir.
Presdir : Apa?
Joon Ha : “Kau tak bersama Ibu dan Dong Joo. Itulah sebabnya kau terobsesi dengan Woo Kyung kan? Tanpa itu kau akan kesepian.”
Presdir Choi tertawa ringan, Joon Ha
begitu tahu banyak tentang dirinya. Joon Ha berkata bukankah Presdir
pernah bilang kalau ia mirip dengan Presdir ketika muda. “Aku seperti
itu. Aku sangat kesepian, hanya ada satu yang ku punya yang tak akan
kulepaskan!”
Presdir ingin tahu apa itu. Tapi
Joon Ha tak akan mengatakannya karena ia masih belum jelas Choi Jin
Chul itu teman atau lawan. Jadi kenapa ia harus memberitahukan itu.
Joon
Ha ingin menanyakan sesuatu pada Presdir Choi. Bagaimana perasaan
Presdir jika Woo Kyung jatuh ke tangan Dong Joo. Presdir menjawab itu
tak akan terjadi.
Joon Ha : “Bagaimana kalau itu terjadi?”
Presdir : “Kalau kau memang penasaran coba jadikan itu terjadi dan lihatlah apa yang akan terjadi!”
Joon Ha berkata ia sangat penasaran.
Ny
Tae masuk ke ruang penyimpanan wine dan bertanya apa sudah dipilih
wine-nya. Ia memegang wajah Joon Ha dan merasa suhu badan Joon Ha panas.
Ia meminta joon Ha berhenti minum. Presdir Choi langsung keluar dari
ruang penyimpanan wine.
Ny
Tae tanya apa Joon Ha sudah mabuk. Joon Ha menjawab tidak. Ia tanya
bukankah ibunya sudah memiliki uang penjualan real estate. Ny Tae tanya
kenapa. Joon Ha meminta ibunya siap-siap saja, Ibunya akan segera
memerlukan uang itu.
Joon Ha :
“Ibu aku sudah berbuat kesalahan, kau dan Dong Joo satu-satunya milikku.
Kurasa aku harus menyeret Choi Jin Chul dengan tanganku sendiri!”
Ny
Tae tersenyum senang. Joon Ha kembali berkata bukankah ibunya bilang.
Ibu, Dong Joo dan dirinya akan selalu bersama sampai mati. ia akan
selalu mengingat itu.
Dong Joo dan Woo Ri video call-an lagi.
Woo
Ri terkejut mengetahui kalau mereka berkumpul bersama. Dong Joo
mengatakan kalau mood Kakaknya sedang tak bagus. Ia nanti bicara lagi.
Woo Ri mengerti.
Dong Joo : “Karena kau menghubungiku setiap jam, ku anggap kau gadis yang baik. Tapi apakah itu karena Kakak?”
Woo Ri menjawab kalau itu bukan satu-satunya alasan.
Tiba–tiba
Dokter Jang langung ikut bicara dan masuk ke video call hehe, “Apa kau
bicara dengan pacarnya Joon Ha? Mendadak aku tak mabuk lagi!” ucap
Dokter Jang.
“Siapa anda?” tanya
Woo Ri. Dong Joo berkata Woo Ri tak perlu tahu. Dokter Jang langsung
mendorong kepala Dong Joo tuing hahaha. Woo Ri panik.
“Itu pacar Dong Joo!” sahut
dokter Jang seraya tersenyum. Dong Joo berkata kalau ini hubungan
segitiga antara Kakak, dirinya dan gadis itu. Dong Joo berterima kasih
karena Woo Ri sudah meneleponnya ia akan menemui Kakaknya.
Ponsel Woo Ri kembali berdering ia mengira itu dari Dong Joo, “Bukankah kau bilang akan menghubungi kakakmu?”
Ternyata
yang menelepon adalah Joon Ha. Joon Ha mengajak Woo Ri ketemuan. Woo Ri
bersedia. Joon Ha bilang ia ingin bertemu Woo Ri bukan sebagai Kakak
Woo Ri. Woo Ri menolak karena ada yang ingin ia sampaikan pada Ma Roo
untuk terakhir kalinya.
Joon Ha : “Asal kau tak memukulku karena kebohonganku aku akan datang menemuimu. Kita bertemu besok!”
Joon Ha menutup teleponnya,
“Sebagai Kakak atau dokter kita harus tetap bertemu!” ucapnya pelan.
Dong Joo melihat Kakaknya selesai menelepon tapi tak tahu siapa yang
ditelepon.
Joon
Ha tiduran di kamar, Dong Joo datang. Keduanya sudah berganti pakaian.
Melihat adiknya datang Joon Ha meminta Dong Joo mematikan lampu dan
mengajak tidur.
Dong
Joo langsung merebahkan diri ke kasur dan menindih Joon Ha. Dong Joo
memeluk Kakaknya, ia bilang ia akan menidurkan Kakaknya.
Joon
Ha risih meminta Dong Joo jangan mendekat. Dong Joo tetap memeluk
Kakaknya. “Malam ini jangan memikirkan apa-apa tidur saja!”
Dong
Joo menyanyikan lagu nina bobo untuk Joon Ha sambil menepuk punggung
Joon Ha keras, Joon Ha meringis kesakitan. Dong Joo berseru Kakaknya
genit sekali. Dong Joo kembali menepuk punggung Joon Ha dan menyanyaikan
lagu nina bobo lagi. Joon Ha ikut menyanyikannya. Keduanya saling
menepuk punggung.
Dong Joo mendorong Kakaknya dan kedunya saling memandang.
Dong Joo : “Kau mencintaiku kan? Kakak tidak boleh. Kita bersaudara!” Buwahahaha...
“Baiklah anak brengsek!” Joon Ha memukul Dong Joo dengan bantal.
“Kenapa kau begitu mencintaiku?” seru Dong Joo menarik dan memeluk Kakakanya. Keduanya bergulat di kasur.
Young Kyu berada di taman ia berseru pada orang yang menutupi diri dengan payung, “Sekarang kan tak hujan. Hey orang berpayung!”
Young Kyu mendekati orang itu ternyata di balik payung itu ibunya yang tengah tertidur. “Ibu apa kau tidur?”
Nenek
terbangun ia langsung menutup diri dengan payung. Young kyu heran ia
melihat ke sisi lain dan ibunya kembali menutup dirinya dengan payung.
Young kyu tambah heran kenapa ibunya bersembunyi seperti itu. Ia akan
menyelesaikan pekerjaannya dulu setelah itu ia akan bermain dengan
ibunya.
Nenek menutup dirinya ia terlihat bingung, Young kyu loncat kesana kemari seperti bermain Ci Luk Ba.
Young Kyu berseru kalau ini menyenangkan, bermain di taman itu menyenangakan. Nenek tertawa. Young kyu senang ibunya tersenyum.
Young kyu kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia malambai-lambaikan tangan ke arah ibunya. “Aneh!” Gumam Nenek.
Nenek
melihat sekeliling ia merasa bingung, “Kenapa dia lama sekali. Sudah
lama sekolahnya Young Kyu selesai. Tapi kenapa dia belum datang?”
Apa Nenek pikun lagi?
Presdir Choi tiba di kantor Woo Kyung. Dong Joo tiba setelahnya tepat di belakang Presdir. Dong Joo memanggil, “Ayah!”
“CEO Cha!” panggil Joon Ha. Presdir menengok ke arah Joon Ha spontan Dong Joo pun menengok ia kaget melihat Kakaknya datang.
Joon Ha berkata kalau mulai hari
ini ia resmi bekerja di Energy Cell. “Dengan dukungan Presdir Choi dan
CEO Cha aku bisa bekerja disini kan?”
Presdir
terkejut, “Kau mulai bekerja di Energy Cell?” Joon Ha balik bertanya,
“Memangnya tak boleh? Presdir kau sudah mengakui kemampuanku!”
Presdir meminta Joon Ha menemuinya di ruangan. Joon Ha mengajak Dong Joo. “JANG JOON HA!” teriak Presdir marah.
Joon Ha menemui Presdir Choi bukan di ruangan tapi di luar ruangan.
Presdir : “Apa kau mau cuci tangan denganku sekarang? Siapa yang menyuruhmu?”
Joon Ha : “Aku. Ini juga uangku.”
Presdir : “Beraninya kau. Orang seperti kau meremehkanku?”
Joon Ha : “Sudah pernah kukatakan padamu kalau aku akan menolong Dong Joo!”
Presdir : “Jadi menjual namaku. Menjadikanku tameng. Mengambil uangku lalu menolong Dong Joo? Apa kau pikir aku akan diam saja?”
Joon
Ha : “Lalu apa kau akan pergi bersamaku ke pihak yang berwajib kerena
penggelapaan? Aku sudah menggunakan uang investasi untuk deposit
perusahaan semikonduktor-mu. Aku tak mau pergi sendiri. Paling tidak,
aku tak kesepian!”
Presdir : “Kenapa kau melakukan ini padaku?”
Joon
Ha menatap tajam Presdir Choi penuh kebencian, “Presdir Choi Jin Chul.
Aku tak bisa melihatmu hidup bahagia. Selama aku hidup. Di manapun kau
akan kuseret sampai ke dasar laut!”
“Dasar berandalan!” umpat Presdir. “Kupikir kau melakukan ini karena Tae Yeon Suk dan Dong Joo. Apa artinya mereka bagimu?”
Joon Ha : “Orang-orang yang kau singkirkan!”
Presdir : Apa?
Joon
Ha : “Apa kau tak mengerti? Orang-orang yang kau singkirkan demi Woo
Kyung. Itulah kenapa aku tak akan memberikan Woo Kyung padamu. Akan
kukembalikan kepada ahli waris yang sah. Kau akan berlutut dan memohon
pada mereka!”
Presdir mencengkeram baju Joon Ha, apa Joon Ha pikir ia akan mengembalikan Woo Kyung pada mereka.
“Kalau kau penasaran tunggu saja!”
ucap Joon Ha tersenyum dingin. “Karena aku sudah sengsara mati-matian
untuk sampai ketahap ini. Tidak akan menyenangkan kalau sudah terungkap
lebih dulu!”
(Joon Ha sudah tahu kalau
Presdir Choi adalah ayah kandungnya tapi ia tetap bertempur melawan
ayahnya karena ia sendiri dendam. Karena dulu Ayahnya menginginkannya
mati bahkan sebelum ia lahir. Joon Ha sangat membenci ini. Karena
keinginan Ayahnya untuk memiliki Woo Kyung, Presdir choi sampai meminta
Shin Ae melakukan aborsi. Tapi Joon Ha tak tahu kalau pertempuran ini
yang diinginkan Ny Tae dan Dong Joo belum tahu kalau Joon Ha adalah anak
dari Choi Jin Chul)
Presdir meminta Sek Kim menjual semua saham atas namanya. Rombongan Presdir berpapasan dengan Dong Joo.
Presdir
menatap marah dan berkata pada Dong Joo kalau ia akan mencekik leher
Joon Ha. Presdir memerintahkan Sekertaris Kim agar memasukan Joon Ha ke
penjara.
Shin
Ae marah karena sketsa gambar Ma Roo yang sudah ia tempel dicopot lagi.
Ia meminta orang suruhannya untuk menempelkannya kembali. Tapi Mereka
menerima perintah dari direktur rumah sakit dan meminta Shin Ae jangan
memaksanya lagi kalau tidak Shin Ae akan dilaporkan. Ia meminta petugas
rumah sakit membuang sketsa gambar itu.
Shin
Ae kesal bukan main dan menelepon Presdir Choi, tapi tak aktif. Ny Tae
memperhatikannya dari jauh. Karena tak tersambung ke ponsel, Shin Ae
menelepon ke kantor dan minta disambungkan ke Presdir Choi.
Ny
Tae menerima telepon yang memberitahukan sepertinya Choi Jin Chul sudah
memutuskan untuk membunuh Jang Joon Ha. Ny Tae terkejut.
“Untuk mengembalikan semua uang dari W invest sekarang dia sedang rapat dengan para investor!”
Ny Tae : “Kalau mereka menarik semua uangnya mereka tak akan mendapatkan 100% apa mereka mau menanggung kerugian itu?”
“Presdir mulai panik. Untuk menghindari kerugian dia bahkan merubah pemilik saham atas nama lain. Bagaimana Nyonya?”
Ny Tae meminta membeli semua saham yang dibuang Choi Jin Chul.
“Lalu bagaimana dengan Jang Joon Ha?”
“Biar
aku yang urus!” ucap Ny Tae. Ia meminta cepat, agar jangan sampai jatuh
ke tangan orang lain. Beli semua dan jangan sampai tercecer.
Joon
Ha melihat Woo Ri duduk di kursi, ia tersenyum dan akan menghampirinya
karena keduanya sudah membuat janji untuk bertemu. Tapi Dong Joo
memanggilnya. Woo Ri melihat kedunya dan langsung berdiri.
Dong
Joo tanya apa yang terjadi, kenapa Kakaknya mencari masalah dengan Choi
Jin Chul. Joon Ha berkata bukankah Dong Joo pernah mengatakan padanya
jangan bermain dengan orang jahat, “Jadi ini ku akhiri. Kenapa?”
Dong Joo : “Kau membuatnya marah. Memangnya apa yang ada di dalam otakmu?”
Joon Ha : “Sudah kubilang aku lelah. Aku ingin istirahat sebentar.”
“Apa
artinya itu?” Dong Joo meminta Kakakanya bicara yang jelas. Dong Joo
mencengkeram tangan Kakaknya. Joon Ha melepaskan diri kerena itu akan
menyakitinya. Dong Joo ingin Kakaknya bicara sebelum ia betulan
menyakiti kakaknya.
Joon Ha :
“Choi Jin Chul akan segera melepas seluruh sahamnya. Ibu akan membeli
semuanya. Lalu kau akan memiliki Energy Cell sepenuhnya. Itu semua yang
terpenting!”
Dong Joo : “Apa maksudmu yang penting?”
Woo Ri berjalan mendekat perlahan.
Joon
Ha : “Dong Joo, aku mati-matian percaya padamu. Tapi kalau kau sendiri
terlihat ketakutan. Apa yang bisa ku perbuat? Ini tak sebanding dengan
neraka yang ku lalui 16 tahun yang lalu melawan Choi Jin Chul. Kalau aku
masuk, kau bisa manarikku keluar!”
Dong Joo : Apa?
Joon Ha : “Jangan biarkan aku terlalu lama di dalam sana!”
Dong Joo : “Kau sudah merencanakan untuk masuk ke sana. Berapa banyak uang yang kau gunakan untuk rencana itu?”
Joon Ha meminta Dong Joo jangan memikirkan itu. “Jagalah Energy Cell, aku akan sangat puas kalau kau bisa melakukannya!”
Dong Joo : “Kau sudah gila, apa kau pikir aku akan membiarkanmu?”
Joon
Ha : “Hey. Kau bilang kau tak akan membawaku ke pulau terpencil. Aku
juga tak akan membawamu. Selama 16 tahun aku menjagamu, sekarang
waktunya kau menjagaku. Cha Dong Joo mulai hari ini, aku memintamu
menjadi malaikat pelindung Jang Joon Ha!”
Dong Joo marah atas apa yang sudah direncanakan Kakak-nya, dengan sekuat tenaga Dong Joo melayangkan pukulannya ke arah Joon Ha.
Woo Ri tersentak kaget. Ujung bibir Joon Ha berdarah.
Dong
Joo mencengkeram baju Kakaknya, “Hey brengsek mulai saat ini kau bukan
Kakak Cha Dong Joo. JANG JOON HA, KALAU KAU SEPERTI INI JANGAN JADI
KAKAKKU!” bentak Dong Joo.
source : http://anishuchie.blogspot.com/2012/02/can-you-hear-my-heart-episode-19.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment