Woo Ri ke rumah Dong Joo untuk mencari ayahnya. Dong Joo yang memang sudah tak enak badan langsung ambruk di lantai.
Woo Ri terkejut dan cemas melihat kondisi Dong Joo. “Cha Dong Joo apa kau sakit? Apanya yang sakit?”
Dong Joo berusaha melihat apa yang Woo Ri ucapkan. “Apa kau tak bisa mendengar kata-kataku? Apa kau tak bisa mendengarku?”
Dong Joo langsung menarik Woo Ri ke tubuhnya, ia memeluk Woo Ri erat. Woo Ri terkejut.
“Aku bisa mendengar, suaramu....!” mata Dong Joo terpejam tapi airmatanya terus mengalir.
“Aku mendengar........... suaramu. Aku mendengar...... suaramu!”
Dalam pelukan Dong Joo, Woo Ri
kembali bertanya apa Dong Joo sakit, “Kalau kau sakit seperti ini aku
tak sanggup membencimu. Apa kau sakit?”
Mata
Dong Joo masih terpejam dalam batin ia bicara, “Bong Woo Ri lihatlah
aku kalau kau bicara!” Tangan Dong Joo langsung jatuh lemas.
Woo Ri panik dan segera bangun untuk
melihat kondisi Dong Joo. Dong Joo membuka matanya perlahan. “Apa kau
tak apa-apa?” tanya Woo Ri. “Bicaralah!” pinta Dong Joo.
Woo Ri : “Kau jahat, sudah sakit seperti ini kalau aku bicara aku ini apa? Dasar kotoran semut!”
Dong Joo memperhatikan ucapan Woo Ri.
Ponsel Dong Joo bergetar, Joon
Ha meneleponnya. Dong Joo lemas tak bisa mengangkat telepon. Woo Ri
bingung bagaimana cara mengambil ponsel yang ada di saku celana Dong
Joo.
Joon Ja cemas Dong Joo tak segera menjawab teleponnya. Ia terus mencoba menghubungi adiknya.
Woo Ri mengguncang-guncangkan tubuh
Dong Joo memberi tahu kalau ada telepon. Dong Joo meraih tangan Woo Ri
dan menggenggamnya, Woo Ri berusaha melepaskan genggaman Dong Joo.
Young kyu masuk ke rumah Dong Joo, ia melihat Woo Ri.
Woo Ri senang ayahnya datang dan
berkata kalau Dong Joo sakit. Young kyu heran kenapa Dong Joo tiduran di
lantai, “Kau akan kedinginan!”
Woo Ri meminta ayahnya mengambil ponsel di saku celana Dong Joo. Young kyu mengambil dan memberikannya pada Woo Ri.
Woo
Ri melihat tulisan si penelpon 'Hyeong'. Ia langsung tahu kalau itu
telepon dari Joon Ha dan segera menjawabnya. Young kyu membawa Dong Joo
ke kamar.
Joon Ha heran kenapa Woo Ri yang
menjawab teleponnya. Woo Ri mengatakan kalau Dong Joo pingsan. Joon Ha
tanya dimana Woo Ri. Woo Ri menjawab kalau ia sekarang berada di rumah
Dong Joo.
Woo Ri ingin tahu kenapa Dong Joo bisa seperti itu, “Dia pucat sekali dan sekarang pingsan, apa Cha Dong Joo mengalami cidera?”
Joon Ha meminta Woo Ri segera
pulang ia akan memeriksanya dan jangan bicara dengan Dong Joo. Woo Ri
mengerti dan meminta Joon Ha cepat datang.
Joon Ha menelepon ibunya memberi tahu
kondisi Dong Joo. Ny Tae panik dan akan ke rumah Dong Joo tapi Joon Ha
melarang, ia yang akan ke sana. Joon Ha berkata kalau Dong Joo pasti
kelelahan setelah mempersiapkan lounching produknya.
Ny Tae mengingatkan jangan membawa Dong Joo ke rumah sakit. Ia menunggu kabar selanjutnya.
Presdir Choi sampai di rumah, Ny
Tae berkata kalau Joon Ha menginap di rumah Dong Joo. Ny Tae ingin tahu
lounching produknya apa semua beres.
Presdir
Choi memuji kalau Dong Joo sudah tumbuh lebih baik dari yang ia
pikirkan, “Kau pasti sudah bersusah payah membesarkannya!”
Ny Tae merasa tersanjung mendengar
suaminya mengatakan itu. Presdir Choi juga merasa bangga, “Dia
menghidupkan kembali apa yang dulu dikerjakan almarhum ayahmu!”
Ny Tae meminta suaminya membantu Dong Joo, “Karena kau ayahnya!” Presdir Choi tersenyum sinis memandang istrinya yang berlalu.
Woo Ri masuk ke kamar Dong Joo ia melihat ayahnya tengah memijat kaki Dong Joo.
Young
Kyu : “Apa kau menungguku? Aku juga sambil menunggu Ma Roo kembali. Aku
membawakan mainan untuk ikan-ikan itu. Maaf aku terlambat!”
Dong Joo tersenyum lemas, “Ikan-ikan itu pasti menyukainya!”
Young Kyu menawarkan apa Dong Joo ingin melihat apa yang ia bawa. Dong Joo berkata nanti saja. Ia sekarang ngantuk.
Young Kyu menggenggam tangan Dong Joo,
“Aku akan menemanimu. Jika aku menemanimu kau tak perlu takut dengan
kegelapan. Mi Sook juga setiap hari tidur dengan lampu yang menyala.
Setiap kugenggam tangannya dia tak takut lagi. Karena kita bersama kau
tak perlu takut lagi. Kau sudah tak takut lagi kan?”
Dong Joo mengangguk pelan. Ia memejamkan matanya. Young kyu mengalihkan sinar senternya supaya tak menyilaukan Dong Joo.
Young Kyu mengamati wajah Dong
Joo yang tertidur, “Orang yang bukan Ma Roo. Cha Dong Joo, seperti ini.
Ma Roo tidak seperti ini!”
Dong Joo tertidur dengan tangan masih menggenggam Young Kyu. Woo Ri melihat dari luar kamar. Ia menatap haru.
Joon Ha sampai di rumah Dong Joo ia
melihat Woo Ri sendirian di depan rumah. Joon Ha tanya bagaimana Dong
Jo. Woo Ri menjawab kalau Dong Joo sudah tertidur.
Joon Ha akan masuk tapi Woo Ri bilang kalau Dong Joo tengah bersama ayahnya. Joon Ha tak jadi masuk.
Woo Ri menjelaskan kalau
kedatangan ayahnya itu untuk memberi makan ikan-ikan. Joon Ha melihat
dari luar jendela, Young Kyu tengah menemani Dong Joo tidur.
Woo Ri meminta Joon Ha segera memeriksa kondisi Dong Joo, “Dia sudah membaik tapi sepertinya dia masih sakit!”
Joon Ha tak mau masuk ia beralasan
akan mengambil obat di rumah sakit dulu, ia lupa membawanya. Woo Ri
meminta Joon Ha melihat Dong Joo dulu, “Sakitnya apa?”
“Aku
sudah tahu!” jawab Joon Ha. Joon Ha berkata kalau ia akan segera
kembali, ia juga meminta Woo Ri dan ayahnya segera pulang. Woo Ri
penasaran Dong Joo sakit apa karena sebelumnya dia terlihat pucat. Dia
agak aneh.
Joon Ha : “Ketika Dong Joo masih kecil kepala Dong Joo terluka karena kecelakaan!”
Woo Ri terkejut, “Kapan itu? kapan?
Maksudku apa itu sebabnya... aku mengerti. Tapi dia bilang dia tak ingat
apa-apa. Aku bertemu dengannya ketika usiaku 9 tahun lalu....”
Joon Ha : “Dia tak ingat apa-apa!”
Woo Ri : Apa?
Joon Ha : “Dong Joo tak ingat apa-apa, semua kejadian sebelum kecelakaan itu!”
Joon Ha harus pergi sebelum Dong Joo bangun dan meminta Woo Ri dan Ayah Woo Ri segera pulang. Joon Ha langsung bergegas pergi.
Dong Joo terbangun ia melihat helm
yang dipakai Young kyu tadi ada di meja, disamping ia terbaring. Helm
itu digunakan untuk menerangi ruangan agar tak gelap. Dong Joo berusaha
meraih helm senter itu dengan tangannya.
Woo Ri mengajak ayahnya pulang. Ia berkata kalau Kakak Dong Joo seorang dokter dan akan membawakan obat.
Joon Ha melihat keduanya pergi meningglkan kediaman Dong Joo. Ternyata dari tadi ia tak pergi kemana-mana.
Joon Ha melihat lampu rumah menyala semua, ia masuk dan melihat Dong Joo tiduran sambil memakai helm senter.
Dong Joo melihat kakaknya, “Kapan kau
sampai?” Sepertinya Dong Joo sudah tak apa-apa. Joon Ha menepuk helm
yang dipakai Dong Joo, “Apa ini?” Dong Joo kesal kakaknya menepuknya
seperti itu, “Hyeong?”
Joon Ha : “Apa aku tak boleh ke sini lagi?”
Dong Joo : Apa?
Joon Ha : “Aku menunggu di depan rumahmu lama sekali. Apa ikan lebih penting dari pada kakakmu?”
Dong Joo : Ya
“Kalau begitu main saja dengan ikanmu!” Joon Ha akan pergi.
Dong Joo berseru bukankah launching
produknya sudah selasai, “Bukankah kau harus kembali ke Amerika?” Suara
Dong Joo melemah kalau Joon Ha ke Amerika ia tak akan punya siapa-siapa
lagi.
“Jadi, apa aku tak usah
pergi?” tanya Joon Ha. Dong Joo menggeleng, “Tidak. Pergilah. Aku ingin
kau dan ibu tak mencampuri bisnisku!”
Young Kyu membagikan-bagikan nasi, “Untuk ibu, Nasi Ma Roo!” Paman Lee langsung mengambilnya, “Ini untuk Ma Roo kan?”
Young kyu senang sobatnya mau bermain dengannya. “Sudah kubilang aku ini temanmu!” sahut Paman Lee.
“Nasi
Cha Dong Joo!” sambung Young kyu menyendokan nasi untuk Dong Joo. Paman
Lee sewot, “Apa nasinya sekarang kau bagi ke dia? Siapa itu Cha Dong
Joo? Siapa dia?”
Young kyu berkata kalau Cha Dong Joo sedang sakit, “Karena dia bermain denganku setiap hari. Aku sedih melihatnya sakit!”
“Aku
akan bermain denganmu setiap hari. Kau mau main apa?” sahut Paman Lee.
Young Kyu ingin main dokter-dokteran. Paman Lee berujar kalau ini pasti
menyenangkan, ia bisa bermain rumah sakit-rumah sakitan.
Paman Lee langsung memperagakan
berbagai macam orang sakit, bahkan ia menyelipkan bunga di rambut tanda
seseorang memilki sakit jiwa. hahaha
Paman Lee ingin tahu apa yang
bisa dilakukan Cha Dong Joo tapi tak bisa lakukannya. Young kyu menjawab
kalau mata Cha Dong Joo mirip dengan mata Mi Sook.
“Apa maksudmu kau mau main dengan Mi Sook-mu yang sudah meninggal?” Paman Lee menyerah dan menyuruh Young kyu pergi.
Bibi Lee tanya apa yang dilakukan
suaminya, “Kalau kau jadi bodoh begini aku tak mau menjadi istrimu!”
Paman Lee kesal, “Aku tak akan kalah olehmu Cha Dong Joo!” Ia memakan
bunga.
Woo Ri mengendap-endap di rumah Dong Joo, “Kenapa disini sepi? Apa dia pingsan lagi?”
“Cha Dong Joo!” terdengar
teriakan panggilan Young kyu. Woo Ri langsung sembunyi. Young kyu
lari-lari membawa nasi. Pintu terkunci ia bingung bagaimana membukanya.
Ia mencoba membuka pintu yang lain tapi semua terkunci.
Young kyu melihat ada ember merah. Ia
membuka ember itu dan di dalamnya ada helm senter yang ia pakai semalan.
Ada pesan yang tertulis di kertas. Ia tak mengerti dan langsung
menelepon Woo Ri.
Young kyu bilang kalau terjadi sesuatu ia meminta Woo Ri cepat ke rumah Dong Joo.
Woo Ri langsung lari, “Ada apa.
Ada apa? Apa yang terjadi?” Woo Ri sudah sampai. Ayahnya heran kenapa
cepat sekali. Woo Ri ingin tahu ada apa.
Young Kyu menunjukan tulisan yang
ditinggalkan Dong Joo. Ia ingin tahu apa yang Dong Joo tulis. Woo Ri
membacanya, “Tuan Bong Young Kyu ini aku Cha Dong Joo, makanan ikan hari
ini benar-benar enak. Mulai besok dan seterusnya aku akan menunggu
kedatanganmu. Bong Young Kyu lebih daripada topi sinar untuk Cha Dong
Joo!”
“Apa maksudnya?” Woo Ri tak mengerti. Young Kyu tahu maksudnya ia memakai helm itu, “Ini topi dengan sinar Bong Young kyu!”
Di kantor baru Dong Joo, semua
staf-nya beres-beres ada Shin Ae di sana. Dong Joo dan Joon Ha tiba,
Dong Joo heran kenapa Shin Ae ada di sana.
Ny Tae keluar dari ruangan Dong Joo, ia berkata kalau ia sudah membawa baju ganti untuk Dong Joo.
Dong Joo memuji gaya rambut baru
ibunya. Ia bertanya ke staf-nya bagaimana dengan pencetakan dan
pengepakan. Staf Dong Joo berkata kalau sore nanti ia akan mengambil
print-nya.
Joon Ha berbisik ke ibunya kalau Dong Joo sudah bekerja dengan baik.
Dong Joo berpesan jangan sampai
terlambat karena itu bisa membuat masalah, ia meminta penambahan pegawai
dibagian itu. Staf Dong Joo mengingatkan kalau jadwal promosi sudah
menunggu.
Min Soo punya usul bagaimana kalau
dihari pertama bekerja diadakan makan bersama. Ny Tae menyetujui usul
Min Soo dan ia yang akan mentraktirnya.
Dong Joo malah mengalihkan ke
pembicaraan lain, ia tanya ke Min Soo apa sudah membuat cover cadangan
selain lukisan Bong Woo Ri. Kau tak punya kan? Ia sudah memikirkannya
mereka harus mencari ide lain untuk cover itu. Karena sibuk Dong Joo
meminta ibunya pulang saja.
“Hyeong, sebelum kau kembali ke Amerika bisa kau membantuku?” Joon Ha siap membantu apapun.
Ny Tae akan pergi tapi Presdir Choi
datang melihat kantor baru Dong Joo. Shin Ae langsung berseru, “Pak
komisaris langsung datang berkunjung, apa hari ini ada yang spesial?”
Presdir tanya apa Dong Joo menyukai kantor barunya. Apa Dong Joo perlu pegawai tambahan ia minta Dong Joo mengatakannya saja.
Ny Tae : “Ayahmu sangat tersentuh karena kau mengikuti jejak kakekmu, jangan kecewakan dia!”
Kim Bi Young tergesa-gesa datang dan
menyampaikan kalau mereka memiliki masalah. Pabrik di Incheon
menghentikan produksi kosmetik mereka. “Sepertinya Han kosmetik sudah
menekan mereka, apa yang harus kita lakukan?”
Presdir Choi tanya apa Dong Joo
sudah siap dengan kompetisi buas yang seperti ini. Dong Joo menjawab
kalau ia tak menyangka ini terjadi dengan cepat.
Dong Joo meminta Kim Bi mengecek
ke pabrik yang lainnya, apakah mereka mengalami hal yang sama, Kim Bi
mengerti. Presdri Choi tersenyum meremehkan.
Dong Joo dan Joon Ha berada di ruangan
Dong Joo. Joon Ha ingin tahu bagaimana pabrik di Po River apa baik-baik
saja. Dong Joo berkata kalau sejauh ini semuanya baik, hanya saja
mereka tak bisa memproduksi lebih banyak lagi.
Joon Ha : “Begitu masuk pasar produk kita akan langsung habis. Apa yang harus kita lakukan?”
“Habis terjual?” Dong Joo tak
menyangka itu akan terjadi. “itu Hebat. Ini bisa jadi bahan promosi.
Akibatnya, produksi tahap dua pun akan segera habis terjual. Respon yang
luar biasa!”
Joon Ha : Lalu? Selanjutnya?
Dong Joo : “Kita akan kebanjiran
pesanan pelanggan, ini artinya kita akan bisa melakukan tahap awal
rencana pemasaran dengan akurat. Katanya ayah akan membantu kita.
Benar-benar membantu!”
Joon Ha : “Kita tak boleh main potong kompas, tidak bagus membuat jangka panjang!”
Dong Joo tahu dan ia menyadari betul
kalau niat sebenarnya dari Choi Jin Chul adalah menghancurkan mereka,
“Kita lihat saja sampai dimana kemampuannya!” Ia meminta jangan
membuang-buang waktu, image merk sekarang menjadi fokus mereka.
Ny Tae masuk ruangan ia minta Dong Joo tak usah khawatir tentang pabrik di Incheon.
Dong Joo : “Proyek Energy Cell ini apa Ibu mau menanganinya? Lakukan saja semau Ibu!”
Ny Tae mengerti ia tak akan ikut campur. Ia bergegas keluar, Joon Ha akan mengejar Dong Joo mencegahnya.
Joon Ha mengingatkan kalau Ibu
melakukan ini semua untuk Dong Joo, “Tak bisakah kau merasakan
perasaannya!” Joon Ha keluar dari ruangan Dong Joo.
Sekertaris Kim melaporkan pada Presdir
Choi kalau ada masalah di Pabrik Po River, “Kemarin mereka sudah mulai
produksi, aku belum berhasil menghubungi pemilik pabriknya!”
Presdir
Choi ingin tahu siapa pemiliknya. Sekertaris Kim menyampaikan kalau
pemiliknya itu investor dari Amerika. Presdir meminta Sekertaris Kim
memasukannya dalam jadwal, ia akan menemui pemilik pabrik itu.
Presdir tertawa sinis, “Nyalimu besar sekali mendirikan bisnis kosmetik!”
Woo Ri melepas lelah di kamar. Ia
mengingat percakapannya dengan Joon Ha yang mengatakan ketika kecil Dong
Joo mengalami kecelakaan sehingga membuat Dong Joo kehilangan
ingatannya.
“Tak bisa dipercaya,
kenapa hal itu bisa terjadi?” Woo Ri mengingat ketika Dong Joo menarik
dirinya kepelukan Dong Joo dan berkata kalau Dong Joo bisa mendengar
suara Woo Ri.
Woo Ri membuka kotak yang berisi pianika dan memandangnya, “Kenapa kau melupakan hal yang begitu penting, anak bodoh!”
Terdengar suara dari luar Woo Ri
segera keluar dan melihat Nenek tengah memasak. Woo Ri mengagetkan
Neneknya. Nenek terkejut dengan kedatangan Woo Ri yang tiba-tiba.
Woo Ri bertanya kenapa Nenek tidur
lama, “Nanti malam kau akan sulit tidur!” Nenek beralasan ini karena
usianya sudah tua, “Kapanpun aku bisa tidur begitulah caraku menghadapi
kematian!”
Nenek dan Woo Ri makan bersama. Nenek
tanya mana Ayah Woo Ri. Woo Ri menjawab ayahanya pergi ke taman.
“Bukankah dia sudah dipecat?” tanya Nenek.
Woo
Ri mengatakan kalau ada seseorang yang tinggal disana dan memberikan
ayahnya pekerjaan memberi makan ikan. Nenek tak peduli memelihara bunga
atau memelihara ikan yang penting Young Kyu bisa ke taman.
Woo Ri meminta Nenek makan yang
banyak dan harus ikut pemeriksaan kesehatan lagi. tapi Nenek tak mau
pergi. Woo Ri minta Nenek harus pergi karena ia sudah membayar biaya
pemeriksaannya.
Nenek marah siapa yang menyuruh Woo Ri membayarnya. Ia akan memukul Woo Ri tapi Seung Chul datang tiba-tiba dan menahannya.
Nenek melihat wajah Seung Chul belepotan. Seung Chul mengatakan kalau ia baru saja menggoreng ayam.
Seung Chul memandang Woo Ri, “Ingatalah kukorbankan wajah tampanku demi kau!”
Seung
Chul berjanji ia akan mencari pekerjaan yang lebih baik. Ia sudah
bilang pada ibunya kalau ia akan kerja di restouran ayam selama 20
tahun. “Disana aku akan bekerja keras dan mendapat penghasilan yang akan
kuberikan padamu. Aku melakuknnya bukan karena tertipu 3 juta won!”
“Tertipu?” Nenek tak mengerti.
“Hey
kau bicara apa? Apa kau sedang mabuk?” ucap Woo Ri panik. Seung Chul
serba salah sudah keceplosan bicara. Ia memberi kode tanda minta maaf
sudah mengatakannya.
Di kamar Nenek merasakan badannya tak
enak. Woo Ri pamit akan pergi kerja. Nenek meminta Woo Ri cepat pergi
dan menutup pintu. Nenek merasakan sakit, “Ya Tuhan apa yang harus
kulakukan?”
Young Kyu memakai helm topi senter dan memberi makan ikan-ikan di aquarium, “Kau harus makan!”
Dong Joo menghampiri, “Kau belum pulang?” Young Kyu menunjuk salah satu ikan yang belum makan.
“Ha. jangan menyusahkan paman!” sahut Dong Joo pada ikannya.
Young Kyu tak mengerti, “Ha?”
Young Kyu tak mengerti, “Ha?”
Dong Joo berkata kalau ia sudah
memberi nama ikan-ikannya. Ga Na Ta Ra Ma Ba Sa A Ra Cha Ka Pa Ha. Dong
Joo juga menyebut ikannya terbalik. Young Kyu mengatakan kalau Woo Ri
bisa membaca huruf secara terbalik.
Dong Joo meminta lain kali kalau
ikannya tak mau makan tulis saja namanya. Bagaimana menuliskannya Young
Kyu sendiri tak pernah sekolah.
Dong Joo menunjukan huruf demi huruf pada Young kyu. Tiap huruf ia kenalkan pada ikannya.
Dong
Joo melihat di luar jendela ada yang mengintip. Woo Ri bolak balik
lari-lari di luar jendela. Dong Joo tersenyum melihatnya.
Woo Ri penasaran apa yang dilakukan Dong Joo, “Kemarin dia seperti orang yang sekarat. Sekarang dia sudah normal!”
Dong
Joo melirik ke jendela, Woo Ri panik ia langsung sembunyi. Tapi Woo Ri
penarasan dan melihat lagi ke dalam tapi Dong Joo sudah tak ada di
tempatnya.
Woo Ri celingukan mencari Dong Joo, tiba-tiba ada tangan yang menghalangi pandangannya. Ia kaget setengah mati.
Woo Ri panik dan lari menjauh dan
Jreng pintu dibuka tepat di depan Woo Ri melintas, bukk Woo Ri menabrak
pintu yang terbuka dan langsung jatuh.
Dong Joo yang membuka pintunya. Woo Ri menutupi kepalanya dengan jaket ia tak mau Dong Joo melihatnya dan langsung lari.
“Hey tas merah!” panggil Dong Joo, Woo Ri tetap lari.
“Bong Woo Ri!” panggil Dong Joo. “Jangan pura-pura lain kali jangan wajahmu saja, sembunyikan juga tas merahmu!”
Woo Ri langsung berbalik memasang
wajah juteknya, “Apa yang kau lakukan dengan ayahku? Kau memecatnya lalu
kau mempekerjakannya!”
“Itu rahasia!” sahut Dong Joo. “Itu rahasia antara aku dan Bong Young Kyu. Kalau kau berani mengintip lagi....”
Woo Ri panik, “Apa? kenapa? Apa kau punya bukti? Aku kesini bukan untuk mengintip aku mau bertemu ayahku. Kau siapa?”
“Cha Dong Joo!” Dong Joo menyebut namanya kemudian ia menatap tajam Woo Ri, “Kau? Apa menurutmu kita memilki hubungan khusus?”
Woo Ri diam tak menjawab. Dong Joo
memperhatikannya. Woo Ri melihat dirinya dan Dong Joo hanya
geleng-gelang dan kembali masuk akan menutup pintu.
Woo Ri menahan pintunya, “Tatapan apa itu?” Ia ingin tahu. “Kalau ada yang mau kau katakan, katakan saja!” Dong Joo tertawa.
Woo
Ri : “Kenapa? Pandanganmu itu bisa diartikan kau meremehkan orang lain.
Waktu kecil kau tak seperti itu, dari mana kau belajar bersikap kasar
seperti itu?”
Dong Joo : “Waktu aku masih kecil?”
Woo Ri : “Benar. Waktu kau masih kecil
memangnya kenapa? Kalau kau sudah ingat kau akan menangis. Aku merasa
tak enak memberitahumu. Dulu kau berkata kau menyukaiku!”
Dong Joo : “Benarkah? aku mengatakan aku menyukaimu?”
Woo
Ri : “Bukan hanya menyukaiku, kau bahkan memohon padaku untuk
mengajarimu piano. Kau bahkan bolos sekolah. Orang-orang di kampung
mengira kau tersesat. Kau tak ingat kan?”
Dong Joo : “Aku memohon padamu untuk mengajariku piano? Aku?”
“Bukan
hanya itu!” Woo Ri terus berbohong, “Kau memaksaku untuk memberikan
alamatmu karena besok hari ulang tahunmu. Waktu itu aku lari ke Nenek.
Lebih jelasnya lagi akan kuceritkan lain waktu!”
“Ah
ada bukti lain, kau mencuri kantong kacangku. Kembalikan!” Woo Ri
meminta kantong kacangnya, “Tak kusangka kau berani mencurinya. Padahal
kau bilang kantong itu kotor sekali. 16 tahun sudah berlalu dan benda
itu masih ada padamu. Aku tak tahu kenapa masih kau simpan selama 16
tahun, kenapa tak kau buang?”
“Baru saja aku membuangnya kemarin!” sahut Dong Joo.
Mata Woo Ri memebesar terkejut, “Dibuang? Hey beraninya kau. Itu barangku yang paling berharga. Makanya kuberikan padamu!”
Dong Joo : “Diberikan? Bukankah tadi kau bilang aku mencurinya?”
Woo Ri salah tingkah, “Itu tadi... kantongku....”
“Cha Dong Joo!” terdengar panggilan Young Kyu dari dalam. Woo Ri mendengar panggilan ayahnya untuk Dong Joo, “Apa?”
Dong Joo yang tak tahu dirinya dipanggil malah bertanya, “Apa kenapa? Apa sebenarnya yang terjadi dengan kantong itu?”
“Cha Dong Joo!” Young Kyu kembali memanggil, “Cha Dong Joo dimana kau?”
Woo Ri celingukan mancari ayahnya, “Ayah memanggilmu, dia memanggilmu!”
Dong
Joo berusaha bersikap seolah dia mendengar panggilan Young Kyu. Ia
memperingatkan Woo Ri jangan lagi mengintip di rumahnya. Dong Joo masuk
dan menutup pintu.
“Bodoh bodoh!” Woo Ri memukuli
kepalanya. “Siapa yang mau mengintip?” kemudian ia menyadari sesuatu.
“Tidak mungkin, apa dia tahu kalau aku berbohong? Tentu saja tidak dia
tak mengingat semuanya!”
Woo Ri memakai penutup kepala jaketnya
dan kembali mendekati pintu rumah Dong Joo tapi Woo Ri langsung mundur
lagi, “Ah tidak mungkin. Tak masuk akal!” Woo Ri memukul kepalanya.
Joon Ha menangkap tangan Woo Ri, Woo
Ri terkejut melihat Joon Ha datang, “Kalau kau membenturkan kepalamu kau
akan tambah bodoh!” sahut Joon Ha.
Keduanya jalan bersama menyusuri taman, “Apa kau serius? Apa kau yang membawaku pulang?”
Joon Ha berkata kalau Woo Ri sangat berat. “Apa kau menggendongku seperti ini?” Woo Ri memajukan kedua tangannya di depan.
“Karena kau berat aku tak bisa membawamu seperti itu!” jawab Joon Ha. “Aku menggendongmu di punggungku!”
Woo
Ri beralasan itu karena tasnya yang berat. Woo Ri jalan membungkuk
memberi tanda kalau ia keberatan menggendong tasnya. Ia menawarkan apa
Joon Ha mau membawanya.
Keduanya duduk di bangku taman. Joon
Ha mengira setelah kejadian di kantor Woo Kyung ia berfikir tak ada
alasan untuk bertemu Woo Ri lagi.
Woo
Ri juga merasa ia tak mau lagi bertemu dengan gerombolan kotoran semut.
Joon Ha mendengar Woo Ri mengatakan hal yang sering ia ucapkan dari
dulu, ia menatap Woo Ri.
Woo Ri minta Joon Ha berhati-hati
orang jahat itu suka berbohong dan Polisi akan menangkap orang jahat.
Joon Ha mengingat ayahnya juga sering mengatakan itu dulu.
Suara Woo Ri lebih tenang, “Tapi dari pada Cha Dong Joo, dr Jang Joon Ha sedikit lebih baik!” Joon Ha tersenyum, “Kenapa?”
Woo
Ri : “Kau tahu kan, Kak Ma Roo juga bercita-cita menjadi dokter. Aku
lihat waktu kita pulang dari rumah sakit, Ketika kau mengantarku pulang,
kau minta maaf atas nama Kakaku!”
“Di rumah sakit kau mengenakan jas
putih dan memberikan ceramah. Melihatmu, aku mengingat Kak Ma Roo dan
juga ibuku. Ibuku juga mengenakan jas putih kalau bekerja, dia memotong
rambut pekerjaannya sangat bagus!” Woo Ri menyembunyikan air matanya.
Joon Ha : “Jadi apa kau tak membenciku? Ini bukan kebohongan lain kan?”
Woo Ri mengusap air matanya, “Kapan aku berbohong?”
Joon Ha : “Kau bilang kau berbohong mau mencari kakakmu!”
Woo Ri : “Aku tak pernah berbohong. Kau tak tahu betapa aku ingin Kakakku kembali!”
“Hey..!” Joon Ha mengeraskan suaranya
membuat Woo Ri kaget. “Kau bilang kau tak mau aku menjadi adikmu, aku
juga tak mau kau jadi kakakku. Apa kau seorang kakak? Kakak seperti apa
kau? Kepala ayam, kotoran sapi, kotoran anjing, kotoran kuda, kotoran
semut, Kau brengsek!”
Joon Ha mengucap ulang yang diucapkan Woo Ri, “Begitu kan yang kau bilang?”
Joon Ha harus pergi ia ada jadwal di rumah sakit. Woo Ri sewot, “Apa kau membenciku sampai kau seperti itu?”
Joon Ha : “Apa itu karena cinta?”
Woo Ri makin sewot dan pamit. Joon Ha menatap kepergian Woo Ri, “Kau tak tahu apa-apa!”
Dong Joo berada di kamar memperhatikan
laptopnya sambil memainkan bola. Joon Ha merebut bolanya dan
melempar-lempar bola itu. “Kembalikan!” pinta Dong Joo. Joon Ha terus
memainkannya. “Kembalikan padaku!” ucap Dong Joo lagi. Joon Ha ingin
Dong Joo memintanya sekali lagi.
Dong Joo : “Sudah lama kau tidak mengoperasi pasien sekarang tanganmu menjadi gatal!”
Joon Ha : “Sudah jelas!”
“Kalau begitu tolong lakukan operasi!” Dong Joo menyerahkan kantong kacanganya yang rusak parah. “Apa kau merobeknya lagi?” tanya Joon Ha.
Dong Joo mewek-mewek katanya kali ini
benar-benar parah, “Kali ini kau harus melakukan operasi besar.
Tolonglah aku dokter Jang!” wajah Dong Joo memelas.
Joon Ha : “Hey memangnya aku jadi dokter hanya untuk menjahit kantong kacangmu?”
“Kumohon, kumohon!” Dong Joo mengait lengan Joon Ha erat. “Tolong aku, tolong aku. Tolong selamatkan ini dokter Jang!”
“Hey
jangan begitu!” Joon Ha berusaha melepaskan diri. “Kalau kau terus
seperti ini kantong kacangmu akan mati!” Joon Ha menggertak.
“Kuserahkan padamu!” Dong Joo berlutut
menyerahkan kantong kacanganya. Joon Ha menerima juga sambil berlutut
dan Dong Joo langsung merangkul kakaknya.
Young Kyu belajar menghafal dan menulis huruf yang diajarkan Dong Joo. Ia mengeluh sangat sulit mempelajarinya.
Woo
Ri mengendap-endap ingin tahu apa yang dilakukan ayahnya. Tiba-tiba
Seung Chul membekap mulut dan menariknya menjauh dari Young kyu. Young
kyu mencium aroma sesuatu. Ia celingukan.
Seung Chul mengajak Woo Ri keluar
rumah. Woo Ri tanya ada apa. Woo Ri melihat ada ayam goreng, ia senang
karena waktunya tapat ia sangat lapar.
Seung
Chul membawakan ayam goreng buatannya yang pertama. Woo Ri akan
langsung mengambilnya tapi tangan Seung Chul meraih tangan Woo Ri.
Seung Chul menatap serius, “Hari ini
selama menggoreng ayam entah kenapa jantungku berdebar, apakah karena
ayamnya? Ataukah karena....”
Woo Ri : “Aku juga berdebar-debar, seharian aku lari jadi aku lapar sekali!”
Seung Chul mengaitkan jemarinya ke
jemari Woo Ri, “Inikah rasanya seperti lahir kembali? Karena lahir
kembali atau karena ayamnya?”
Woo Ri merengut, “Sebenarnya kau mau memberikan atau tidak?”
Seung Chul : “Kuberikan semua untukmu. Kau membangkitkan jiwaku menjadi pria sejati. Aku sangat berterima kasih padamu!”
Woo Ri berteriak kalau ayamnya jadi dingin. Seung Chul ikut mengeraskan suaranya, “Walaupun ayamnya dingin tapi hatiku tidak!”
Seung Chul kemudian melembutkan
suaranya, “Tapi kita harus berpisah untuk sementara waktu!” Woo Ri ingin
tahu Seung Chul mau kemana.
Seung Chul : “Aku harus mengejar masa depanku!”
Woo Ri : “Apa? Kalau Nenek harus ke rumah sakit bagaimana?”
Seung Chul meminta Woo Ri berusaha
sendiri, “Mereka yang meremehkanmu dan menertawai ayahmu. Mereka nanti
tak akan seperti itu lagi. Aku akan menjadi pelindungmu. Selama aku
pergi kau jaga dirimu!”
Ada nyamuk yang melintas Woo Ri
meniupnya. Melihat itu Seung Chul terprovokasi untuk mencium Woo Ri.
Wajah Seung Chul maju siap untuk mencium Woo Ri.
Dan Taaa Raa. Young kyu datang mengagetkan Seung Chul hahaha.
“Ternyata benar bau ayam goreng!” sahut Young Kyu. Seung Chul langsung melepas tangan Woo Ri.
Young Kyu : “Woo Ri, Seung Chul, apa kalian akan berciuman sebelum makan atau makan dulu?”
Keduanya salah tingkah. Yong Kyu dan Woo Ri langsung melahap ayam goreng pertama buatan Seung Chul.
Nenek masih menyimpan nomor telepon Shin Ae, ia akan menghubungi putrinya tapi ragu-ragu.
Nenek berada di rumah sakit ia menelepon Woo Ri dan berkata kalau ia sudah sampai di rumah sakit.
Shin Ae mengambil teleponnya, “Kalau kau khawatir seharusnya kau temani Nenekmu. Jangan menelpon lagi aku tak punya waktu!”
Shin Ae meminta ibunya ganti baju nanti perawat akan memanggil ibunya dan bersiap ia sibuk dan ia harus pergi.
Nenek
tanya Shin Ae mau pergi kemana. Shin Ae mengatakan kalau pemeriksaan
ibunya memerlukan waktu 5 jam dan ia ada janji. Ia akan menjemput kalau
pemeriksaannya sudah selesai.
Shin Ae menyalahkan ibunya kenapa
memintanya untuk menemani ke rumah sakit. Nenek beralasan kalau ia
merasa kasihan dengan mereka. Mereka sudah bekerja keras untuknya dan
hanya Shin Ae yang bisa ia andalkan.
Sebelum Shin Ae pergi Nenek tanya
dimana ruang gantinya. Shin Ae kesal ia meminta ibunya tanya ke orang
lain ia juga baru pertama kali sendirian di rumah sakit.
Nenek celingukan sendirian di rumah sakit, kemudian terdengar perawat memanggilnya.
Young Kyu lari-lari ke rumah Dong Joo ia melihat papan penahan angin jatuh menimpa tanaman. Ia bingung harus bagaimana.
Young
Kyu melihat Manajer taman, ia memanggilnya. Manajer mendekat dan marah
melihat Young Kyu ada di taman, “Kenapa datang ke sini? Cepat pergi.
Tamu penting akan datang. Aku akan dipecat kalau kau masih disini. Cepat
pergi. Pulang sana!”
Young Kyu menunjuk papan penahan angin yang menimpa tanaman.
Min Soo melihat Young Kyu. Joon Ha dan Dong Joo juga melihatnya. Ketiganya melihat Manajer mengusir Young Kyu pergi dari taman.
Young Kyu terus mengatakan kalau papan penahan anginnya harus ditegakkan.
Ny Tae dan Shin Ae tiba di taman
keduanya melihat keributan Young Kyu dan Manajer taman. Shin Ae pamit ia
akan melihat-lihat taman, ia tak mau Young Kyu melihatnya.
Ny
Tae mengajak Dong Joo masuk ke rumah. Dong Joo meminta ibunya masuk
lebih dulu. Joon Ha berusaha menghindari pandangan Young Kyu.
Ny
Tae menyuruh Joon Ha mengantar Min Soo masuk, Joon Ha mengerti. Min Soo
heran ada apa dengan Dong Joo Dia kelihatan marah. Joon Ha tak
menjawab.
Ny Tae terus memandang keributan Young
Kyu dan Manajer taman. Menajer melihat Ny Tae ada disana, ia ketakutan
dan terus meminta Young Kyu pergi.
Young Kyu melihat Dong Joo berjalan
menghampirinya. “Cha Dong Joo!” panggil Young Kyu. Manajer membentak,
“Beraninya kau menyebut namanya. Cepat pergi!”
Manajer minta maaf pada Dong Joo, ia sudah berusaha mengusirnya tapi Young Kyu tidak mau mengerti.
Dong Joo meraih dan memperhatikan telapak tangan Manajer. Manajer tersipu, “Ada apa dengan tanganku?”
Dong Joo : Manajer Seo kau tak pernah bekerja ya?”
Manajer : “Ya aku bertanggung jawab atas taman ini!”
Dong Joo : “Bong Young Kyu, maukah kau memperbaiki penahan anginnya?”
Young Kyu tak bisa melakukannya karena
ia sudah dipecat. Dong Joo bicara lagi pada Manajer, “Bong Young Kyu
adalah orang yang harus memperbaiki penahan anginnya!” Manajer mengerti
dan ia menyuruh Young Kyu segera melakukannya.
Dong Joo ingin tahu apa Bong Young Kyu
dipecat. Manajer berkata ya itu karena Ny Tae yang menyuruhnya. Ny Tae
berdiri tak jauh dari keduanya.
Dong
Joo meminta Manajer mengikuti apa yang ia perintahkan. Dari
pengamatannya tak ada alasan untuk memecat Bong Young Kyu. “Sebagai
penanggung jawab Taman Botani bukankah kau harus melakukan yang terbaik?
Pekerjakan kembali Bong Young Kyu!”
Semuanya berada di Galeri lukisan, Min
Soo memperhatikan Dong Joo yang berdiri menjauh menatap Joon Ha yang
terus berada di samping ibunya.
Ny Tae bertanya pada pengunjung galeri bagaimana dengan koleksi Lukisannya. Pengunjung bekata kalau selera Ny Tae sangat unik.
Ibu pengunjung memperhatikan Joon Ha yang pernah ia lihat di pesta Woo Kyung. Joon Ha langsung memperkenalkan diri.
Ny
Tae mengatakan kalau Joon Ha dan Dong Joo besar bersama, ia sudah
menganggap Joon Ha seperti anaknya sendiri, “Dia dokter bedah saraf dan
dia juga pemegang saham di perusahannya!”
Min Soo terus memperhatikan Dong Joo
dengan tangan membidik layaknya kamera. “Aku paling suka lukisan ini,
berapa harganya?” Dong Joo meminta kalau Min Soo bosan lebih baik pergi
saja.
Min Soo : “Pertemuan ini diselenggarakan oleh kantormu, kenapa Joon Ha mengerjakan semuanya sendirian?”
Dong Joo menatap Joon Ha ia meminta Min Soo pergi membantu Joon Ha.
Joon Ha berkata pada ibunya ia ada janji dengan Direktur rumah sakit.
Ny Tae : “Kau sudah mengerjakan semua pekerjaan Dong Joo, ibu sangat kasihan dan berterima kasih padamu!”
Dong
Joo pamit ia juga akan pergi. Ia sudah datang sebagai putra dari Choi
Jin Chul. Ny Tae hanya mendesah melihat sikap putranya.
Sekertris Kim melaporkan kalau
berdasarkan perintah Presdir ia sudah mengecek siapa pemilik pabrik Po
River. Presdir membaca berkas yang ada di tangannya. Sekertaris Kim
tanya apa ia harus menyelidikinya lebih lanjut. Presdir meremas
berkasnya, ia manahan marah. “Jang Joon Ha si brengsek itu!”
Joon Ha menerima telepon dari ibunya
ketika menyetir. Ny Tae memperingatkan Joon Ha sebentar lagi Choi Jin
Chul akan menelepon Joon Ha.
Ny Tae : “Dia sudah mengetahui kalau aku menyerahkan kepemilikan pabrik itu padamu!”
Joon Ha tak mengerti, “Pabrik atas namaku? Apa Dong Joo tahu?”
Ny Tae : “Kau tahu hanya kau yang bisa
ibu percaya. Dong Joo tak akan mampu berhadapan dengan Choi Jin Chul.
Persiapkan dirimu bila terjadi sesuatu. Dia akan segera menghubungimu!”
Setelah mengakhiri pembicaraan dengan ibunya Joon Ha berniat menelepon Dong Joo. Tapi ia ragu.
Dalam batin Ny Tae berkata, “Ya aku
tak mau tangan anakku yang berdarah. Choi Jin Chul silakan bertumpah
darah dengan anakmu sendiri!”
Young Kyu memberi makan ikan, “Cha
kenapa kau tak makan? Cha makan makananmu? Apa kau khawatir tentang
ibuku? Aku juga khawatir!”
Young Kyu memandang teleponnya, ia ingin menelepon Shin Ae tapi takut Shin Ae akan memarahinya.
Dong Joo muncul dengan senyumnya, “Kukira ada ikan besar di aquarium tapi itu hanya Tuan Bong Young Kyu!” sahut Dong Joo.
Young Kyu : “Aku bukan ikan, kau melihat kesini dan mengira aku ikan? Bukan aku Bong Young Kyu!”
Dong Joo ingin tahu siapa (ikan mana) yang tak mendengarkan dengan baik hari ini.
Young kyu menjawab dia sendiri, “Ibuku
pergi ke rumah sakit. Ibuku bilang aku tak usah khawatir tapi aku tak
mendengar dan tetap khawatir. Aku tak bisa menulis jadi aku tak bisa
mencantumkan namaku disini!”
Tiba-tiba Ny Tae datang dan
marah-marah, “Apa yang kau lakukan disini? Kau meninggalkan rapat
penting hanya untuk ke sini? Kau pikir kau kuberikan rumah ini agar kau
bisa bersamanya disini?”
Young Kyu melindungi Dong Joo dari amukan Ny Tae, “Kau tak boleh begitu pada Cha Dong Joo!”
Dong Joo berkata pada Young Kyu kalau itu tak apa-apa, ia meminta Young Kyu datang lagi besok.
Ny Tae menarik putranya, “Besok? Usir dia keluar dari sini!”
Dong Joo meminta dengan halus Young Kyu pulang saja, ia mayakinkan kalau dirinya tak akan apa-apa.
Di luar Young Kyu kebingungan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya.
Joon Ha sampai di rumah sakit, ia melihat Nenek ada di sana. Ia melihat Nenek berjalan tertatih sambil memegang kaki yang sakit.
Nenek membawa berkas pemeriksaannya dan mengingat ucapan dokter.
“Nama penyakitnya Degenerative
Dementia. Alkohol sudah merusak otakmu. Mulai sekarang berhentilah minum
alkohol. Dan kami menemukan sebuah tumor, ukurannya tidak besar tapi
tak tahu kapan akan pecah. Diusiamu seperti ini tidak disarankan untuk
dioperasi. Kita harus memonitor secara rutin dan menjaganya.”
Nenek jongkok bersandar pada tembok,
“Diusiaku seperti ini sangat wajar kalau aku banyak menderita sakit
disana sini. Orang itu bicara dementia dan tumor hanya untuk menakutiku
saja. Mereka hanya mau memeras dan menghabiskan uangku. Orang paling
jahat di dunia.”
Nenek memandang berkas pemeriksaannya, “Aku mendapat balasan atas dosa masa laluku!”
Seorang petugas lewat dan meminta
Nenek jangan jongkok disitu. Nenek langsung berdiri ia bertanya dimana
apotiknya, orang itu menyuruh Nenek menanykannya di reseptionis.
Joon Ha terus memperhatikan Nenek.
Nenek bertanya lagi dimana ia harus menebus obatnya karena ia tak bisa
membaca. Orang itu menyuruh Nenek pergi ke sebelah sana.
Joon Ha menghindari bertemu pandang dengan Nenek.
Nenek mengambil obatnya di apotik ia
bertanay pada petugas apa itu obatnya, bertugas menjawab benar. Nenek
mengambil satu bungkus dari beberapa obat yang ada di sana.
Kemudian
tangan seseorang mengambil obat yang lain, “Nenek!” panggil orang itu.
“Nenek!” ternyata yang memanggilnya adalah Joon Ha.
“Kau salah mengambil obat!” ujar Joon Ha.
“Apa?” Nenek tak paham.
Joon Ha : “Bukankah nama anda Hwang Soon Geum?”
Joon Ha menukar obat yang dibawa Nenek. Nenek berterima kasih, Joon Ha langsung pergi.
“Bagaimana dia tahu namaku?" Nenek heran.
Kemudian langkahnya terhenti ia
menatap Joon Ha yang masih berdiri memandangnya. Keduanya bertemu
pandang sejenal, Joon Ha langsung pergi.
“Ya Tuhan!” Nenek berusaha memanggil. “Ma.... Ma dia....” Sulit sekali rasanya mengeluarkan kata-kata.
“Apa itu kau?” Nenek berusaha mengejer Joon Ha sambil melambai-lambaikan tangan. “Anak itu!” Nenek merasakan sakit di kakinya.
Nenek berjalan tertatih ia tak kuat
berdiri, Nenek merangkak mengejar Joon Ha. Mulutnya serasa dikunci,
suaranya seperti menghilang, “Ma Ma Ma Ma Roo!” air mata Nenek menetes
sambil terus merangkak mengejar Joon Ha.
“Ma Roo Ma Ma Roo!” tangis Nenek pecah.
Woo Ri lari-lari menghampiri ayahnya.
Ayahnya panik dan berkata kalau sudah terjadi sesuatu. “Ada orang yang
berteriak pada Cha Dong Joo. Orangnya seperti ini menakutkan, Dong Joo
akan sakit lagi, apa yang harus kita lakukan?”
Woo Ri meminta ayahnya menunggu ia
akan melihatnya. Young Kyu melarang karena dia orangnya pemarah. Woo Ri
meyakinkan ia akan segera kembali.
Woo Ri langsung lari menuju rumah Dong Joo untuk memastikan. Ia akan menekan bel tapi niat itu diurungkannya.
Ny Tae mengemasi barang-barang Dong
Joo, ia meminta putranya segera pergi dari sini. “Pulanglah, kau tak
bisa tinggal disini sendirian!”
Dong
Joo : “Apa ibu pikir kalau aku tinggal di rumah aku akan mematuhimu?
Apa salahku sampai kau bersikap seperti ini? Apa jika ada yang menemuiku
itu membuatmu marah?”
Ny Tae membentak ia tak suka bertemu orang-orang itu.
Dong Joo : “Ibu, siapa yang pantas
dibenci? Mereka punya banyak alasan untuk membenci kita. Kak Joon Ha tak
bisa menemui keluarganya walaupun dia berada disini. Kenapa ibu begitu
kejam padanya?
Karena ibu, dia tak bisa bicara dengan
mereka walaupun dia ada disini. Apa ibu tahu bagaimana perasannya
ketika keluarganya ibu ganggu? Pernahkah ibu memikirkan hal itu?
Kalau Kak Joon Ha ibu perlakukan seperti itu lebih baik Ibu kembalikan dia pada keluarganya!
Woo Ri mengintip di luar jendela.
Ny Tae : Apa?
Dong Joo : “Kalau ibu tak mau melakukannya biar aku yang melakukannya!”
“Kau itu tahu apa?” bentak Ny Tae seraya menampar putranya.
Woo Ri yang diluar terkejut melihatnya ia memegang pipinya. Dong Joo menatap ibunya dengan kemarahan.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment