Dong
Joo menandatangani penjualan Energy Cell pada Mr Phillppe, kedunya
penuh senyum dan berjabat tangan. Ny Philippe bertanya apa Dong Joo tak
menyesal sudah menjual Energy Cell. Dong Joo meyakinkan apapun keputusan
yang sudah ia buat, ia tak akan menyesalinya.
Mr Phillippe : “Cha Dong Joo kau orang baik mari kita bekerja sama.”
Semua bersulang.
Presdir Choi memuji Joon Ha sudah melakukan hal yang bagus. Dong Joo menelepon Joon Ha. Presdir Choi akan menuju ruangannya.
Joon
Ha tanya apa Dong Joo sudah mendapat kabar. Dong Joo menebak apa
mengenai penjualan Energy Cell. Dong Joo berkata kalau Joon Ha sudah
terlambat karena ia sudah menjualnya.
Joon Ha terkejut mendengarnya
dan terlihat sangat marah. Apa hak Dong Joo menjual Energy Cell itu
milik Woo kyung. Presdir Choi yang belum jauh terkejut mendengar Joon Ha
mengatakan itu dan bertanya apa yang terjadi.
Joon Ha meminta Dong Joo segera datang ke kantor. Presdir Choi merebut ponsel Joon Ha dan bicara dengan Dong Joo.
“Aku sedang bicara berikan padaku!” Joon Ha membentak Presdir Choi.
“Tutup mulutmu!” ucap Presdir.
Presdir marah, “Cha Dong Joo apa
yang sudah kau lakukan?” Dong Joo membaca apa yang tertera di layar
ponselnya. “Siapa itu? aku tak bisa mengenalimu. Ini hanya pesan
tulisan. Jang Joon Ha? Ayah?” Dong joo berusaha menebak dengan siapa ia
bicara. Presdir meminta Dong Joo datang ke kantor sekarang.
Dong Joo tersenyum dan bertanya
dengan siapa ia bicara. Ia tak bisa kalau caranya seperti ini. Kita
bicara 4 mata saja nanti. Dong Joo memutus teleponnya.
Min
Soo menepuk bahu Dong Joo pelan dan berkata kalau tamunya akan pulang.
Dong Joo akan menemui mereka tapi Min Soo penasaran. Ia tak tahu apa
yang terjadi, ia akan bingung kalau Dong Joo tak menjelaskannya. Dong
Joo tak mengatakan apapun pada Min Soo.
Presdir
berada di ruangannya bersama Joon Ha. Ia cemas berkata kalau kita kalah
dua kali sekaligus, “Kita tak mendapat uang dari penjualan Energy Cell
dan kita harus membayar biaya pinalti.”
Joon Ha meminta ayahnya menunggu
supaya lebih yakin. Ayahnya tak boleh begitu saja mempercayai perkataan
Dong Joo. Presdir marah apa Joon Ha tak tahu seperti apa Dong Joo.
Kalau saja Joon Ha mendengarkannya hal ini tak akan terjadi. “Ditikam
oleh orang cacat. Kalau seperti ini caramu bekerja, kenapa kau menjadi
Direktur?”
Joon Ha mengeraskan suaranya, ia
juga marah. Ia bukan satu-satunya yang membuat ide penjualan Energy
Cell. Bagaimana bisa Direktur seperti dirinya memahami hal ini kalau
pemilik perusahaan saja tak mengerti tentang hal itu.
Presdir Choi merasa kalau ia akan
dipermalukan karena sudah mendukung Joon Ha di perusahaan. “Dan kau
ingin aku mempercayakan perusahaan padamu? Lakukanlah sesuatu baru bisa
aku percaya. Apa lagi yang kau tunggu lakukan sesuatu!” Bentak Presdir.
Joon
Ha keluar dari ruangan Presdir dan menghubungi Min Soo. Joon Ha tanya
dimana Min Soo. Min Soo menjawab kalau ia baru saja dari rumah Dong Joo
dan sekarang ada di Lab.
Joon Ha mengatakan kalau ia
sudah mendengar penjualan Energy Cell. Ia ingin tahu lebih jelas
bagaimana itu bisa terjadi. Min Soo membenarkan dan mengatakan kalau
pemilik Energy Cell yang sekarang adalah pemilik perusahaan
multinasional. Min Soo menambahkan kalau Cha Dong Joo tidak akan
menjualnya begitu saja. Min Soo merasa kecewa pada Joon Ha, ia sudah
mendengar dari ayahnya.
Joon Ha meminta Min Soo
menemuinya, ada yang ingin ia beritahukan pada Min Soo. Min Soo menolak
ia tak ingin menemui Joon Ha sekarang. Joon Ha memerintahkan Min Soo
datang karena menurut Joon Ha hari ini mungkin Dong Joo sudah
mengalahkannya dan yang berikutnya adalah Min Soo. Min Soo tak mengerti
apa yang dikatakan Joon Ha.
Joon Ha : “Tae Yeon Suk hanya mempercayaimu kan? Aku sudah dibohongi kata-kata itu selama 16 tahun.”
Min Soo : “Apa maksudmu?”
Joon Ha : “Putri pegawai Woo Kyung yang paling dipercaya, Kang Min Soo. Datanglah ke sini!”
Dong
Joo mengemasi pakaian dan memasukannya ke koper. Ketika ia tengah
berkemas Woo Ri menghubunginya. Woo Ri tersenyum dan bertanya apa Dong
Joo sudah menyelesaikan tugas Dong Joo dengan baik. Dong Joo malah balik
bertanya apa yang terjadi karena ia berfikir Woo Ri tak jadi datang
karena sakit jadi ia akan datang untuk memastikannya.
Woo Ri mengaku kalau sebenarnya
ia datang tapi ia melihat Dong Joo bersama orang asing. Ia takut berbuat
kesalahan karena bahasa inggrisnya tak baik. Dong Joo menyindir
memangnya Woo Ri dipanggil untuk berbicara bahasa inggris. Ia hanya
ingin Woo Ri membantunya membaca ekspresi wajah. “Bukankah kau bilang
hanya dengan melihat ke dalam matanya kau bisa langsung tahu apa saja.”
Woo Ri minta maaf seharusnya ia berfikir seperti itu tadi.
Dong Joo : “Apa kau tak percaya padaku? Baiklah kalau kau masih terus seperti ini kita putus saja.”
Woo Ri kaget mendengar Dong Joo
mengatakan ini. Dong Joo mengatakan kalau ia tengah bersiap-siap. Ia
memperlihatkan baju yang tengah ia kemasi. Woo Ri ingin tahu Dong Joo
mau kemana.
Dong Joo : “Supaya kau tahu bagaimana perasaanmu sendiri, aku harus pergi.”
Woo Ri kembali bertanya Dong Joo
mau kemana. Dong Joo menolak memberi tahu. Mulai sekarang Woo Ri tak
boleh tahu apa yang akan terjadi. Bukankah Woo Ri takut hanya gara-gara
satu orang asing dan meminta Woo RI introspeksi diri.
Woo Ri ingin tahu siapa yang
menang hari ini. Dong Joo diam sejenak, “Ini... rasanya aku yang menang.
Tapi aku perlu menenangkan diri dulu. Jadi...”
Woo Ri : “Hmmm kalau begitu aku akan pergi menghibur ke yang kalah. Aku selalu menepati janji.”
Woo Ri minta Dong Joo memberitahunya kalau sudah sampai di Amerika. Woo Ri menebak Dong Joo akan menenangkan diri ke Amerika.
Dong Joo : “Kenapa Amerika? Aku akan pulang.”
Woo Ri tersenyum ternyata Dong Joo mau pulang. Woo Ri segera menutup teleponnya dan Dong Joo hanya bisa tersenyum.
Ny
Tae meminta Sekertaris Kim menyiapkan surat gugatan, tak perlu menunggu
karena ia berhak melakukannya. Tepat saat itu Dong Joo masuk ke kamar
ibunya. Melihat putranya datang Ny Tae memutus telepon dan akan
menghubungi Sekertaris Kim nanti.
Ny Tae mencemaskan putranya. Apa
Dong Joo sudah tahu tentang Choi Jin Chul, Joon Ha dan yang lainnya.
Mereka memutuskan untuk menjual Energy Cell. Ny Tae meminta Dong Joo
siap-siap untuk mengajukan tuntutan.
Dong Joo meminta ibunya tenang
karena ia sudah menjual Energy Cell pada perusahaan Prancis dan Choi Jin
Chul tak akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Ny Tae tersenyum lega
mendengarnya, seharusnya Dong Joo mengatakan itu padanya karena ia
berfikir kalau semuanya sudah berakhir.
Ny Tae memberi tahu seharusnya
Dong Joo melihat tadi. Ketika rapat Choi Jin Chul membawa Joon Ha dan
membuatnya mempresentasikan idenya.
Dong
Joo : “Ibu yang membuat Kakak jadi seperti ini. Dan jangan lagi bicara
tentang pekerjaan. Kalaupun ada tuntutan itu aku yang akan menuntut dan
jangan pernah menganggu Kang Min Soo!”
Pelayan masuk ke kamar Ny Tae
dan memberi tahu kalau Presdir Choi sudah pulang. Dong Joo meminta
ibunya menunggu di kamar saja. Ia yang akan keluar lebih dulu.
Dong
Joo menemui Presdir Choi dan berkata kalau Presdir Choi tak terlihat
ceria pasti ada sesuatu yang terjadi. Presdir marah atas izin siapa Dong
Joo menjual perusahaan. Dong Joo mengatakan kalau perusahaan itu
miliknya. Apa Presdir sudah lupa siapa pemilik asli Woo Kyung.
Presdir mengingatkan bukankah ia
sudah mengatakannya Dong Joo sudah terlambat kalau ingin mengambil alih
perusahaan. Dong Joo tertawa dan berfikir kalau sekarang lah saat yang
tepat.
Dong Joo berpesan mulai sekarang
Presdir harus berhati-hati duduk di kursi Presiden Direktur. Dong Joo
naik ke kamarnya. Presdir berteriak memanggil Dong Joo (percuma Dong Joo ga bakalan denger teriakanmu)
Ny
Tae keluar dari kamarnya dan berkata apa yang dilakukan suaminya itu
tak ada gunanya. Bukankah ia sudah bilang walaupun suaminya memanggil
Dong Joo dia tak akan menengok.
Ny Tae menepuk dada Presdir, “Rasakan hatimu robek berkeping-keping.” Presdir menyingkirkan tangan istrinya.
Dong
Joo merebahkan diri di ranjang. Ia teringat sesuatu dan mengambil
ponsel dari saku celananya. Dong Joo duduk dan menyetel rekaman ketika
Woo Ri menyanyi di show room mobil. (Episode 16 lagu Good Person)
Dong Joo mengucap ulang apa yang
dinyanyikan Woo Ri. Ia membaca gerak bibir Woo Ri ketika menyanyi. Ia
mengulangnya dengan nada versinya sendiri karena memang ia tak tahu nada
aslinya.
Woo
Ri ke kantor Energy Cell disana tak ada staf satupun, sepi. Tapi di
dalam ruangan Joon Ha, Min Soo tengah berbincang dengan Joon Ha.
“Kau bohong ayahku tak melakukan itu.” ucap Min Soo. Ia perlu bukti.
Joon
Ha : “Kang Min Soo, apa kau mau menjadi seperti aku? Cha Dong Joo
sedang memanfaatkanmu. Apa kau tak melihat diriku? Aku sudah menjadi
Kakaknya selama 16 tahun hanya karena ayahku membunuh Presdir Tae. Hal
yang sama akan terjadi padamu. Sejak kau bergabung dengan Energy Cell,
Cha Dong Joo memanfaatkanmu untuk balas dendam. Dia tahu ayahmu ikut
terlibat.”
Min Soo tak mempercayai ucapan
Joon Ha ia akan menanyakan sendiri pada ayahnya. Joon Ha mengatakan
kalau ia sudah mendengar Dir Kang memberikan semua sahamnya pada Min
Soo. Uang hasil penghianatan terhadap Presdir Tae. Dir Kang takut saham
itu akan jatuh ke tangan Dong Joo dan itu yang dikatakan Dir Kang
padanya. Min Soo lemas mendengarnya.
Joon Ha : “Kalau kita tak bisa
menghentikan Dong Joo, kita berdua akan selamanya menjadi anak seorang
kriminal. Aku tak mau hidup seperti itu. Hanya ada satu cara untuk kita
hidup. Kalau kita tak bisa mengalahkan Dong Joo, kau dan aku akan mati.”
Woo Ri mendengar semuanya tapi
kemudian ponselnya berdering. Ia panik dan segera pergi dari sana. Joon
Ha menyadari ada orang di luar ruangan dan segera keluar tapi tak
melihat siapapun.
Min
Soo berjalan lemas keluar dari ruangan Joon Ha. Joon Ha menahan karena
ia belum selesai bicara. Min Soo berkata kalau ia harus menenangkan
diri.
Joon Ha : “Menenangkan apa? Kau hanya perlu melaksanakan apa yang kuperintahkan.”
Min Soo bingung, sekarang ia tak
bisa mempercayai siapapun. Entah itu Dong Joo, Ibu Dong Joo, Joon Ha
bahkan ayahnya dan semua orang yang telah memperalatnya.
Joon
Ha : “Tak ada yang bisa kau percaya kecuali dirimu sendiri. Jangan
memilih atas dasar perasaan, pilihlah dengan benar. Kalau kau ikut
denganku ini semua akan berakhir. Min Soo, aku hanya percaya padamu.”
Ternyata Woo Ri mendapat sms dari Dong Joo, ‘Apa kau sudah menghiburnya? Jangan menyanyi suaramu tak bagus.’ Woo Ri menangis sedih membaca sms. Ia hanya bisa terduduk sedih atas apa yang baru didengarnya tadi.
Young Kyu memberikan make up pada Mi Sook tapi Mi Sook menolaknya. Young Kyu memaksa Mi Sook harus menerimanya (Young Kyu memperagakan orang yang memakai bedak) tapi Mi Sook bersikeras menolak.
Young Kyu : “Lakukan agar wajahmu menjadi putih!”
Mi Sook kesal, “Waktu aku
memakai make up wajahku menjadi putih dan kau tak memandangku. Kenapa
kau tiba-tiba menyuruhku memakainya?”
Young
Kyu bingung, “Ini.. ini... orang berwajah putih harus tetap terlihat
putih. Apa yang harus kulakukan kalau ada 2 Mi Sook. Aku tak tahan.”
Young
Kyu memukul-mukul matanya. Mi Sook memeganginya menahan tangan Young
Kyu agar tak memukul lagi. Young Kyu jadi grogi dan meminta Mi Sook
melepaskan tangannya.
Tapat saat itu Nenek datang dan
terkejut melihat keduanya. Ia berusaha mengalihkan pandangannya.
Menyadari kalau Nenek ada disana Mi Sook langsung melepas tangan Young
Kyu.
Young
Kyu ketakutan ia langsung bersembunyi di belakang tubuh ibunya dan
meminta ibunya berkata pada Mi Sook supaya jangan menyentuh tangannya.
Mi Sook menyangkal kapan ia melakukan itu.
Nenek ngomel, “Tetap saja. Bagaimana bisa perempuan maju lebih dulu?” (haha)
Young Kyu : “Tidak.. tidak.. Dia bukan perempuan. Hanya Mi Sook (Ibu Woo Ri) yang perempuan. Suruh dia pergi. Pergi!”
Mi Sook sedih apa Young Kyu
begitu membencinya. Kenapa semua pria membencinya. Nenek mengingatkan
jangan terlalau berharap pada mereka (pria). Kalau perempuan maju duluan
semua pria akan lari.
Young Kyu
meminta tolong pada ibunya agar Mi Sook mengenakan make up lalu pergi.
Mi Sook malah menggandeng lengan Nenek dan menolak pergi. Ia tak mau
pergi sebelum makan.
Nenek
dan Mi Sook berada di kamar Woo Ri. Dengan kesal Mi Sook merias
wajahnya tapi sesekali ia juga menangis. Nenek tak tahu harus berbuat
apa karena Young Kyu yang bertanggung jawab atas makanan di rumah (oh Young Kyu mengancam kah kalau Mi Sook tak mengenakan make up, Young Kyu tak akan menyiapkan nasi hehe)
Mi Sook minta maaf ia tak
bermaksud mengganggu Nenek. Mi Sook menangis. Nenek berkata tanpa Mi
Sook mengatakanya ia sudah tahu. Tangis Mi Sook semakin menjadi dan ia
memeluk Nenek.
Shin Ae masuk ke kamar Woo Ri
dan melihat ibunya tengah menenangkan Mi Sook yang menangis, “Kau masih
belum pergi? Kenapa kau tidak tinggal saja disini?”
Mi Sook menyembunyikan wajahnya.
Nenek meminta Shin Ae jangan mengganggu Mi Sook. Jangan mengganggu
orang baik. Shin Ae heran dengan sebutan ibunya untuk Mi Sook. Apa
ibunya tak tahu wanita seperti apa Mi Sook ini.
Mendengar itu Mi Sook langsung
menatap tajam Shin Ae. Shin Ae ketakutan dan mengadu pada ibunya. Tapi
Nenek malah mengajak Mi Sook keluar bersamanya.
Shin
Ae menahan ibunya dan memperlihatkan gambar perabotan rumah. Ia meminta
ibunya mengatakan itu pada Ma Roo kalau Ibunya yang memilih itu. Shin
Ae berkata kalau ia tak bisa tinggal di rumah yang kecil. Nenek tak
peduli apa yang dikatakan putrinya. Shin Ae meyakinkan kalau putranya
memiliki banyak uang, seorang anak ingin membalas jasa jadi ia minta
ibunya menyetujui saja usul putranya untuk pindah rumah.Nenek mengajak
Mi Sook keluar dan anggap saja Shin Ae tak mengatakan apa-apa. Pura-pura
saja tak mendengar.
Mi Sook mengerti situasi dan
tahu Nenek sangat tertekan, tak bisa mengakui orang tua didepan anaknya
sendiri. Ia sangat mengerti itu. Nenek terharu mendengarnya tapi tidak
dengan Shin Ae, ia malah kesal.
Mi
Sook : “Semua Ibu hatinya sama. Orang tua adalah mereka yang
mengkhawatirkan anaknya walaupun dia baik-baik saja. Kau mana mungkin
tahu? Apa kau pikir tubuh orang tua saja yang bisa layu? Hatinya pun
menjadi tua karena terlalu mengkhawatirkan anaknya.”
Mendengar itu Nenek langsung
memeluk Mi Sook. Shin Ae dengan paksa melepas pelukan itu. Kenapa ibunya
jadi seperti ini, Ma Roo itu sudah memiliki pekerjaan jadi ikuti saja
kemauannya. Nenek tak mau mendengarkan apa yang dikatakan Shin Ae.
Sementara
ketiga wanita ini berdebat, Young Kyu malah asyik menggambar. “Satu
perempuan, satu Mi Sook.” Young Kyu menggambar wajah Mi Sook (ibunya Woo
Ri)
Paman Lee datang dan berkata
kalau ia sudah tahu bagaimana caranya keluarganya bisa selalu bersama.
“Aku tak akan pergi, satu perempuan.” sahut Young Kyu sambil terus
menggambar. Paman Lee heran apa Young Kyu tak mau tinggal bersama Ma
Roo.
Young
Kyu berkata kalau nanti Ma Roo akan bingung. “Aku Bong Young Kyu,
adalah ayah Ma Roo. Tapi Ma Roo bilang kalau ayahnya adalah Choi Jin
Chul. Satu ayah. Satu Mi Sook. Jadi aku ayah Ma Roo dan Choi Jin Chul
juga ayah Ma Roo. Tidak tidak, Ma Roo akan bingung.”
Paman Lee bengong, “Benar. Aku saja bingung.” (aku juga haha)
Young Kyu meminta sobatnya tak
usah khawatir karena Ma Roo akan kembali lagi. “Kusuruh dia makan di
sini tapi dia malah pergi, jadi dia akan datang lagi.”
Paman Lee menyerah silakan sobatnya befikir seperti itu. Kalau Ma Roo tak datang hari ini besok dia pasti datang.
Young
Kyu bertanya pada sobatnya kapan ia bisa bertemu Choi Jin Chul. Paman
Lee menatap marah dan bertanya kenapa apa Young Kyu ingin balas dendam.
Young Kyu menepuk dahinya dan
dengan sifat polosnya ia berkata kalau ia mau balas dendam dan juga
mengucapkan terimakasih karena sudah membesarkan Ma Roo.
Paman Lee langsung menabok
kepala sobatnya ini dan meminta sobatnya mengerjakan satu hal saja dan
lebih baik balas dendam saja. “Tidak balas dendam dulu lalu
berterimakasih padanya. Setelah itu dia akan marah besar.” Paman Lee
tertawa terbahak-bahak.
Joon
Ha menemui Presiden Direktur yang mau membeli Energy Cell. Keduanya
berbincang di dalam mobil. Ternyata dia Presdir Perusahaan Hansung. Joon
Ha mengatakan semuanya kalau Energy Cell sudah dijual dan ia juga harus
membayar biaya penalti.
Presdir Hansung marah apa Joon
Ha pikir uang bisa membeli segalanya, “Kau menyenangkan kami dengan
menawarkan perusahaan kepada kami tapi kenapa kau malah menjual
perusahaan ke perusahaan lain?”
Joon
Ha menyadari kesalahannya dan minta maaf. Presdir Hansung tak peduli
itu ia ingin bertemu dengan Presdir Choi sebelum media tahu dan
membuatnya malu.
Joon Ha : “Apa anda mau dokumen
Hansung juga? Ketika kami memulai Energy Cell, Hansung mencoba
mengacaukan bisnis. Haruskah kuungkapkan ini pada wartawan?” (haha Joon Ha mengancam Presdir Hansung nih ceritanya)
Presdir Hansung terlihat sangat marah. Joon Ha menundukan kepala kembali minta maaf.
Dong
Joo duduk di tangga memperhatikan ibunya yang tengah menelepon
seseorang. Ia mengingat kejadian dimana ia melihat ibunya dan Joon Ha
tertawa sambil minum bersama. Ia juga mengingat ketika Ibunya
mengenalkan ke orang-orang kalau Joon Ha sudah seperti putranya sendiri.
Ny Tae menyudahi teleponnya dan
terkejut melihat Dong Joo duduk di tangga. Dong Joo berkata kalau
setelah Joon Ha pergi, sekarang ibunya sudah kehilangan senyumnya. Ny
Tae tak suka Dong Joo membicarakan Joon Ha.
Dong Joo : “Walaupun itu semua bohong, melihat ibu tersenyum aku selalu ingin melihatnya.”
Dong Joo tersenyum sambil menghela nafas dan berjanji akan membantu ibunya tersenyum lagi. Dong Joo beranjak ke kamarnya.
Woo Ri di kamarnya ia tak bisa tidur dan teringat kata-kata Joon Ha ke Min Soo,
“Aku dipaksa menjadi saudara Cha Dong Joo dan menjadi telinganya selama
16 tahun hanya karena ayahku membunuh Presdir Tae. Hanya ada satu cara
kita bisa selamat, kalau kita tak bisa mengalahkan Cha Dong Joo kita
akan mati.”
Woo Ri juga mengingat ketika
Dong Joo mengatakan padanya kalau ayah dari Joon Ha adalah Choi Jin Chul
dan itu membuat Dong Joo terpukul. Juga kejadian ketika Dong Joo
berjanji pada Joon Ha kalau Dong Joo akan menjadi malaikat pelindung
untuk Joon Ha. Dan juga ia mengingat Dong Joo mengatakan padanya kalau
Dong Joo dan Joon Ha harus bertarung.
Woo
Ri menelepon Dong Joo. Ponsel Dong Joo diletakkan di atas kasur dan
Dong Joo tengah sibuk dengan laptopnya, jadi tak tahu Woo Ri
meneleponnya.
Ny Tae masuk ke kamar putranya
dan menawarkan apakah Dong Joo mau dibuatkan sesuatu. Dong Joo menolak
karena sebentar lagi dia mau tidur. Ny Tae tersenyum apa Dong Joo mau
minum alkohol. Dong Joo membalas senyum dan meminta ibunya bergabung
dengannya. Dong Joo langsung keluar kamar.
Nya
Tae mendengar ponsel Dong Joo bergetar, ia celingukan mencari dan
menemukan ponsel itu ada di atas tempat tidur. Ny Tae melihat siapa yang
menelepon, Piano-ist. Ny Tae tak tahu siapa itu, ia langsung menelepon
nomor itu menggunakan ponselnya sendiri dan terkejut kalau si penerima
itu Woo Ri. Ia langsung mematikan ponselnya.
Woo Ri merasa aneh. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi. Woo Ri terus memandang ponselnya, “Cha Dong Joo.” gumamnya pelan.
Dong Joo sarapan bersama ibunya dan
Presdir Choi. Joon Ha datang dan ikut bergabung. Presdir Choi tanya apa
Joon Ha sudah membereskan semuanya. Joon Ha menjawab tentu saja dan ia
sengaja datang untuk melaporkannya. Joon Ha meminta Ny Tae membuatkan
kopi untuknya. Tapi Ny Tae tak mau melakukannya ia malah akan menyiapkan
pakaian untuk Dong Joo. Ny Tae langsung pergi ke kamar Dong Joo.
Joon Ha : “Dia selalu saja melakukan itu walaupun sudah kuberi tahu kalau aku akan sedih kalau kehilangan seorang ibu.”
Dong
Joo tak mempedulikan apa yang dikatakan Joon Ha, ia akan bergegas pergi
meninggalkan meja makan tapi Joon Ha memberi kode dan menyuruh Dong Joo
duduk kembali karena Dong Joo perlu mendengar bagaimana ia membereskan
kekacauan yang sudah dilakukan Dong Joo.
Joon
Ha menyampaikan kalau pemilik Hansung mengancam akan menyebarkan berita
ini ke wartawan dan ia harus menundukkan kepalanya untuk minta maaf.
Dong Joo : “Kalau begitu bagus. Kau tidak bisa belajar seperti itu dari ayahmu. Dia tak tahu bagaimana caranya minta maaf.”
Joon Ha memberi usul pada
ayahnya daripada bergaul dengan Dong Joo lebih baik ayahnya menendang
Dong Joo dari perusahaan. Dong Joo harus dihukum karena membuat
perusahaan kehilangan banyak uang dan harus membayar pinalti karena
melanggar perjanjian. Dan juga membuat pemilik Hansung malu.
Dong Joo tersenyum melihat Joon
Ha mengatakan ini dan berkata kalau Joon Ha tak punya hak melakukan itu.
Ia menyindir Joon Ha, “Direktur yang mencoba mengkhianati karyawan
dengan menjual perusahaan. Dia tak akan dihargai lagi.” Dong Joo
langsung pergi ke kamarnya.
Joon
Ha kesal Dong Joo mengatakan itu dan mengadu pada ayahnya. Presdir Choi
menenangkan Joon Ha dan berkata walau bagaimanapun juga Dong Joo masih
anaknya. Ia memperingatkan saat ini jangan membuat keributan dengan Dong
Joo karena kemungkinan Dong Joo sedang menyembunyikan sesuatu dan Joon
Ha harus mencari tahu apa yang sedang direncanakan Dong Joo.
Joon Ha menyampaikan kalau ia
mempunyai cara untuk meredam ini. Ia mengajak ayahnya berangkat ke
kantor bersama dan akan menceritakannya di jalan.
Woo
Ri akan berangkat kerja, Young Kyu mencegatnya. Ia menitipkan gambar
untuk Ma Roo, “Kau pasti bertemu Ma Roo di kantor. Berikan ini padanya,
ini surat bergambar. Haruskah aku membuatnya setiap hari? Sejak kecil Ma
Roo jarang sekali tersenyum sampai dewasa pun dia tidak tersenyum. Tapi
begitu tersenyum dia sangat tampan. Dan juga sepertinya dia mau
menangis.”
Woo Ri tak mengerti maksud ayahnya.
Young
Kyu : “Matanya seperti ini, seperti mau menangis. Surat ini harus
sampai ke Ma Roo. Lalu katakan padaku kalau dia tersenyum, lalu akan
kubuatkan lagi surat untuknya.”
Woo Ri berada di BBQ Chicken. Ia
menelepon Dong Joo dan mengatakan kalau ada hal yang sangat penting.
Seung Chul langsung mendekatinya ia ingin tahu yang ditelepon Woo Ri itu
bukan Dong Joo atau Joon Ha kan. Woo Ri menutup teleponnya.
Seung Chul : “Apa kau masih belum tahu kalau jodohmu itu aku?” (pede amat nih orang haha)
Woo Ri : “Mana mungkin aku tahu!”
Seung
Chul : “Kalau begitu dengarkan baik-baik. Jang Joon Ha kan Kakakmu jadi
dia bukan pilihan. Cha Dong Joo itu tuli tapi dia tak selevel dengan
kita, jadi jangan lagi dekati dia.”
Kemudian
keduanya berbincang panjang dan tertawa terbahak-bahak. Seung Chul
seolah mengerti betul kegalauan Woo Ri dan ia sahabat yang tepat untuk
Woo Ri, seorang sahabat yang bisa menghibur. Dong Joo datang dan melihat
keduanya tertawa. Ia ikut tersenyum melihatnya.
Woo Ri memuji Seung Chul pandai bicara.
Seung
Chul : “Apa kau pikir aku hanya pandai bicara? Aku ini juga pandai
berenang. Cha Dong Joo dibawa ke rumah sakit setelah jatuh ke dalam air
kan? Tapi aku, kalau aku jatuh ke air aku akan langsung keluar. Aku juga
bisa menghasilkan uang. Aku ini yang terbaik. Kurang apa aku sekarang?”
Woo Ri meminta Seung Chul
mengembalikan uangnya yang 2 juta Won. Seung Chul menolak ia memiliki
alasan kenapa tak mengembalikan uang itu. “Kau bisa melupakan seorang
pacar tapi kau tak bisa melupakan orang yang meminjam uangmu kan? Sampai
mati pun kau tak akan lupa. Bahkan saat tidur kau selalu mengingatnya.
Aku tak akan mengembalikan hutangku.”
Keduanya lalu saling pukul seperti berkelahi tapi penuh senyuman. Dong Joo memperhatikan keduanya dan masuk.
“Kau
punya kopi kan?” tanya Dong Joo pada Seung Chul. Melihat Dong Joo
datang Seung Chul langsung memasang wajah juteknya. “Ini bukan Kafe kopi
tapi Kafe ayam.”
Dong Joo : “Tapi katanya disini menjual kopi?”
Seung Chul sewot, “Tak akan kujual padamu.”
Seung Chul mengehela nafas apa
badan Dong Joo sehat-sehat saja. Dong Joo mengucapkan terima kasih
karena Seung Chul sudah memperhatikannya. Seung Chul mengelak ia tak
memperhatikan Dong Joo dan meminta Dong Joo segera pergi.
Dong Joo : “Kalau begitu kapan-kapan aku akan datang lagi untuk minum alkohol disini.”
Seung
Chul mengingatkan Dong Joo jangan sok akrab dengannya karena ia tak
menyukainya dan kembali menyuruh Dong Joo untuk segera pergi.
Dong Joo : “Aku datang dan pergi itu terserah padaku.”
Seung Chul kesal ia meninggikan
suaranya dan berkata kalau ini warung makannya. “Datang saja lain kali,
pergi!” Bukannya melerai Woo Ri malah cengingisan melihat keduanya
beradu mulut. Ia mengingatkan Seung Chul bukankah sobatnya ini mau
menggoreng ayam. Seung Chul langsung lari ke dapur dan berpesan Woo Ri
jangan kemana-mana.
Woo Ri heran kenapa Dong Joo
datang ke sini. Dong Joo berkata kalau ia mau minum kopi. “Sebenarnya
aku bukan penakut tapi temanmu itu agak menakutkan.” (enggak kok dia lucu hehe)
Woo
Ri ingat masih ada waktu sebelum Dong Joo berangkat kerja. Ia ingin
bicara dengan Dong Joo di tempat lain. Dong Joo menyarankan ngobrolnya
di jalan saja sambil ia mengemudi. Woo Ri menolak karena itu berbahaya
dan juga banyak yang harus ia ceritakan.
Woo Ri berteriak pamit pada
Seung Chul. Seung Chul keluar dari dapur dan berteriak Woo Ri jangan
kemana-mana, tapi Woo Ri sudah pergi dan lari dari sana.
Dong Joo akan menyusul Woo Ri
tapi Seung Chul menahannya. Ia memberi tahu kalau saat ini pikiran Woo
Ri sedang bimbang, kalau Dong Joo tak bisa membuat Woo Ri tertawa
seperti yang ia lakukan paling tidak Dong Joo hati-hati membawa
kendaraan.
Dong
Joo dan Woo Ri berada di sebuah restouran. Keduanya duduk berhadapan.
Dong Joo ingin Woo Ri duduk di sampingnya tapi Woo Ri menolak karena ada
banyak hal yang harus ia katakan dan duduk berhadapan akan lebih baik.
Woo Ri : “Tak ada rahasia diantara kita kan? Orang yang bukan Bong Ma Roo dan bukan Jang Joon Ha tidak mengacaukanmu lagi kan?”
Dong
Joo tersenyum dan meminta Woo Ri menganggapnya seperti itu saja. Woo Ri
akan bicara tapi ia ragu mengatakannya. Dong Joo meyakinkan kalau tak
apa-apa katakan saja.
Woo
Ri mulai bercerita kalau kemarin ia mendengar Joon Ha bicara serius
dengan Min Soo. Sebenarnya kemarin ia ke kantor ingin menemui kakaknya
tapi mendengar itu ia membatalkannya.
Woo Ri : “Kak Min Soo seperti
mau menangis karena tak percaya. Dia diberi tahu kalau ayahnya (Dir
Kang) terlibat hal serius. Aku juga terkejut tapi mungkin karena ini
melibatkan ayahnya, dia terlihat shock.”
Dong
Joo merasa pada akhirnya Min Soo akan tahu juga. Tapi cara dia
mengetahuinya itu sangat penting dan cara kemarin kurang bagus.
Woo Ri ingin tahu sampai kapan
Dong Joo akan berseteru dengan Joon Ha. Dong Joo balik bertanya kenapa,
apa Woo Ri sudah lelah melihat ia dan Joon Ha berseteru. Woo Ri berkata
kalau Kakaknya benar-benar tegang. Sampai dia harus membenci orang yang
dicintainya.
Dong Joo menghela nafas sepertinya Woo Ri penggemar berat Joon Ha. ”Aku memintamu untuk menghibur, bukan berpihak.”
Woo Ri : “Kata ayah mata Kak Ma Roo seperti mau menangis. Kuharap dia benar-benar menangis. Dengan begitu dia akan berubah.”
Woo Ri sedih ia hampir menangis dan mengalihkan pandangan dari Dong Joo. Ia tak ingin Dong Joo melihat air matanya.
Dong Joo pindah duduk di sebelah
Woo Ri, “Apakah aku perlu memelukmu atau terus mendengar ceritamu?
Karena aku hanya bisa melakukan satu hal dalam satu waktu.” (peluk peluk peluk hahaha)
Woo
Ri menyandarkan kepalanya ke bahu Dong Joo. Kemudian ia meraih tangan
Dong Joo dan menuliskan sesuatu di telapak tangan Dong Joo. Dong Joo
heran. Woo Ri berkata kalau Dong Joo bisa melakukan kedua-duanya.
Woo
Ri menghembuskan nafasnya ke kaca dan menuliskan kata ‘bodoh’ di kaca.
Ia melakukannya lagi dan meminta Dong Joo menuliskan sesuatu. Dong Joo
tersenyum dan ia menuliskan kata ‘terima kasih’ di kaca.
Woo
Ri melakukannya lagi ia membuat gambar senyum. Dong Joo melengkapi
gambarnya. Keduanya tersenyum. Dong Joo memeluk Woo Ri sambil memandang
tulisan dan gambar yang mereka buat.
Di
kantor Woo Ri mendengar telepon di meja Dong Joo berdering. Ia segera
menjawabnya walaupun ia tahu Dong Joo ada di sana. Na Mi Sook
memperhatikan apa yang dilakukan Woo Ri.
Woo Ri bertanya pada Dong Joo
kalau mereka (si penelepon) menanyakan apa Dong Joo sudah selesai
memeriksa dokumen marketing. Dong Joo berkata kalau ia akan segera
mengirim emailnya. Woo Ri menyampaian pada si penelepon apa yang
dikatakan Dong Joo.
Terdengar kasak-kusuk staf disana.
Mereka bergumam ternyata benar Dong Joo tak bisa mendengar. Mi Sook
memperhatikan stafnya yang tengah bergosip dan memarahi mereka, “Dari
pada bekerja dengan kulitmu cobalah bekerja dengan hatimu.”
Mi
Sook menghampiri Dong Joo. Ia tahu kalau Dong Joo sudah menceritakan
semua rahasia Dong Joo dan sekarang ia juga ingin membuka rahasianya.
Mi Sook : “Aku sudah bercerai. Bong Woo Ri apa kau ada masalah dengan itu?”
Woo Ri berkata tidak dan itu melegakan Mi Sook.
Joon Ha datang dan memanggil Woo Ri.
Woo Ri : “Kakak?”
Mi
Sook heran dengan panggilan Woo Ri pada Joon Ha dan bertanya pada Dong
Joo apa itu artinya Jang Joon Ha adalah anak Kim Shin Ae. Dong Joo hanya
menjawab ya.
Joon Ha meminta kalau pekerjaan
Woo Ri sudah selesai agar ikut bersamanya. Woo Ri tanya kemana. Joon Ha
menjawab kemana saja. Joon Ha mengambilkan tas Woo Ri dan memakaikannya.
Woo Ri menatap Dong Joo seolah meminta izin. Dong Joo tersenyum dan
membolehkan Woo Ri pergi. Ia akan menghubungi Woo Ri nanti. Joon Ha
langsung menggandeng Woo Ri.
Ponsel Dong Joo bergetar, Min Soo meneleponnya.
Woo
Ri dan Joon Ha berjalan di parkiran. Woo Ri berjalan mundur di depan
Joon Ha. Ia senang Kakaknya mau mentraktirnya makan. Joon Ha
mengingatkan kalau ia bukan Dong Joo dan ia bisa mendengar. Woo Ri
beralasan ini bukan karena Dong Joo tapi memang sejak kecil ia sudah
seperti ini.
Joon
Ha bertanya Woo Ri mau makan apa. Woo Ri menjawab itu terserah Joon Ha.
Banyak yang ia mau makan sandwich, telur, daging, mie rebus.... Joon Ha
tersenyum dan mengajak Woo Ri makan kimchi. Bukankah Woo Ri tahu cara
memasaknya, ia mengajak Woo Ri membuat kimchi di rumahnya.
Di
apartemen Joon Ha, Woo Ri sibuk membuat kimchi dan Joon Ha hanya duduk
melamun memperhatikannya. Woo Ri menyuguhkan masakannya. Joon Ha
mencicipinya. Woo Ri ingin tahu pendapat Joon Ha tentang masakannya tapi
Joon Ha diam dan meneruskan makannya.
“Makanlah
denganku!” ajak Joon Ha. Ia meminta Woo Ri duduk di sebelahnya. Woo Ri
menolak ia akan makan sambil berdiri saja. Woo Ro merasa ini agak aneh,
ia agak canggung dan langsung melahap makanannya sambil berdiri (ah maaf bukan pelajaran yang baik nih makan sambil berdiri)
Sambil makan Woo Ri memberi
tahu kalau hari ini ia sudah menjual 2 set kosmetik dan memuji diri
sendiri kalau ia sales yang hebat.
“Tempat ini terlalu kecil karena
aku tinggal tinggal sendirian. Gedung di sebelah ruangannya lebih
luas.” ucap Joon Ha membahas masalah pindah rumah. Woo Ri langsung diam.
Joon Ha : “Kapan kau akan pindah?”
Woo Ri memberi tahu kalau
diskusi keluarga kemarin baru selesai lewat tengah malam. Dari pada ke
apartemen lebih baik pindah ke villa. “Kita bahkan tak pernah memimpikan
memiliki rumah. Bahkan tak ada yang memiliki pekerjaan tetap. Terimalah
tanggung jawab!”
Joon Ha : “Aku akan bertanggung jawab terhadapmu.” (Huwa hihihi..)
Joon Ha kembali memakan nasinya.
Woo Ri manaruh lauk ke mangkuk Joon Ha. Kenapa Kakaknya hanya makan
nasi dan lauknya tak dimakan, pikirkanlah orang yang membuatnya.
Joon Ha meminta Woo Ri tidur di
rumahnya. Ia beralasan tak bisa mengantar Woo Ri pulang karena lelah.
Woo Ri berkata kalau ia bisa naik bus. Joon Ha tak membolehkannya itu
akan berbahaya.
Woo
Ri mengatakan ia takut ayah dan nenek akan cemas menunggunya pulang.
Mendengar itu Joon Ha langsung menelepon Neneknya dan memberi tahu kalau
Woo Ri menginap di rumahnya. Nenek mengerti dan mengizinkannya. Tak
lupa Nenek menanyakan kabar cucunya, apa makanan di tempat cucunya enak.
Shin
Ae sibuk memilah-milah gambar rumah dan bertanya dengan siapa ibunya
bicara. Nenek menjawab kalau itu Ma Roo. Shin Ae ngomel kenapa
teleponnya tak diberikan padanya, ia ingin tahu apa yang putranya
katakan. Nenek memberi tahu kalau Woo Ri menginap di rumah Ma Roo.
Shin Ae heran kenapa Woo Ri
menginap di rumah Ma Roo. Ia menyuruh ibunya kembali menelepon Ma Roo.
Nenek menolak karena ia tak tahu nomor telepon cucunya. Shin Ae kesal
bukankah ia sudah bilang kalau Woo Ri itu menyukai Ma Roo. Nenek berkata
tentu saja Woo Ri menyukainya. Mereka kan bersaudara.
Shin Ae : “Mereka tak memiliki
hubungan darah dan apakah mereka pernah tinggal bersama dalam waktu yang
lama? Bukankah dulu mereka pernah tinggal bersama hanya satu bulan.
Kita harus memisahkan mereka.”
Nenek
meminta Shin Ae membiarkannya saja karena Ma Roo itu memiliki perasaan
khusus pada Woo Ri. Mereka seperti itu sejak kecil. Woo Ri selalu
memanggilnya Kakak. Gadis itu selalu mengejarnya. Ma Roo selalu
berpura-pura mengacuhkannya, padahal dia juga menyukai Woo Ri. Ma Roo
selalu membuat Woo Ri tertawa, Ma Roo membuat Woo Ri nyaman padanya.
Seperti itulah Ma Roo. Sedangkan dirinya, ia hanya bisa berteriak pada
Ma Roo. Young Kyu takut padanya dan selalu bersembunyi. Tapi setiap Ma
Roo dikejar oleh Woo Ri walaupun dia selalu menghindar, Ma Roo semakin
suka dengan gadis itu.
Shin Ae kesal mendengarnya kenapa ia baru tahu sekarang dan ia kembali memilah-milah gambar yang ada di depannya.
Nenek meminta Shin Ae seharusnya
bersikap selayaknya seorang ibu, yang selalu Shin Ae pikirkan hanya
rumah baru. Woo Ri tak pernah memiliki alasan lain dan dia serius
mendekati Ma Roo. Itulah kenapa Ma Roo menyukainya.
Dong
Joo dan Min Soo bertemu. Min Soo heran kenapa Dong Joo mengajaknya
kencan. Dong Joo berkata kalau ia hanya ingin ditemani minum. Min Soo
kecewa dengan jawanban Dong Joo, ia berfikir kalau Dong Joo menyukainya.
Dong Joo : “Aku menyukai Kang Min Soo. Kau temanku yang tak bisa tergantikan.”
Min
Soo ingin tahu apa Dong Joo membencinya ia mengaku kalau ayahnya sudah
menganiaya Dong Joo. Tapi Dong Joo tak boleh membalas dendam padanya.
Kenapa Dong Joo melakukan itu. Kenapa Dong Joo memperalatnya juga.
Dong Joo berkata kalau ia tak tahu apa
kesalahan ayah Min Soo dimasa lalu. Min Soo merasa alasan Dong Joo
sangat lemah, ia meminta alasan yang kuat.
Dong
Joo : ”Waktu aku mengajakmu menjatuhkan Choi Jin Chul untuk membalas
dendam hanya itu yang kupikirkan. Itu lukaku yang paling dalam. Aku
marah, frustasi, dan merasa teraniaya. Aku sama sekali tak dendam pada
keluargamu. Aku tak tahu bagaimana penderitaanmu. Maafkan aku.”
Min Soo : “Tak perlu minta maaf. Sudah terlambat.”
Dong Joo tahu apapun alasannya
ia tak boleh memperalat orang lain. Ia sudah tahu itu ketika kehilangan
Joon Ha. Min Soo tahu kalau Dong Joo adalah korban. Tapi Dong Joo
memilih cara yang salah untuk balas dendam. Dong Joo tak mengerti dengan
perkataan Min Soo. Min Soo memberi tahu kalau Woo Kyung sudah melempar
Dong Joo keluar.
Woo
Ri berada di kamar Joon Ha. Ia merasa tak nyaman dan tak segera tidur.
Ia hanya duduk di tepi ranjang. Ia memutuskan untuk pulang tapi tak enak
hati. Ia hanya menghela nafas panjangnya.
Joon Ha akan masuk kamar untuk menaruh baju. Ia pun sadar ini tak nyaman untuk Woo Ri. Ia tak jadi masuk dan tersenyum. (Ahhh senyum apa ini...)
Woo
Ri akan mengirim sms, tiba-tiba Joon Ha mengetuk pintu dan masuk ke
kamar. Woo Ri kaget. Joon Ha meminta kalau Woo Ri merasa tak nyaman
lebih baik Woo Ri katakan saja. Joon Ha menyuruh Woo Ri segera tidur.
Joon Ha akan keluar tapi kembali berkata kalau Woo Ri tak ngantuk Woo Ri
bisa menonton film.
Dong
Joo dan Min Soo masih bersama. Min Soo berkata jujur kalau ia menyukai
Dong Joo. Ia ingin tahu apakah membuat dirinya menyukai Dong Joo itu
bagian dari rencana Dong Joo. Dong Joo meminta Min Soo menganggapnya
seperti itu agar lebih mudah. Ia memerlukan saham Dir Kang untuk merebut
kembali Woo Kyung. Min Soo sedih mendengarnya dan itu berarti Dong Joo
memanfaatkannya lagi.
Min Soo : “Kalau kau mau tetap di Woo Kyung. Kalau kau mau, kau bisa memanfaatkanku.”
Dong
Joo menolak ia tak mau memanfaatkan Min Soo. Sejak kembali ke Seoul ia
tak mau dan itu tak ada kaitannya dengan Jang Joon Ha.
Min Soo menebak apa itu kerana
Woo Ri. Dia sudah membuat Dong Joo ragu atas rencana yang sudah Dong Joo
buat selama 16 tahun. “Cha Dong Joo, tanpa aku apa kau yakin bisa
mengalahkan Choi Jin Chul dan Jang Joon Ha? Pikirkanlah lagi. Apa saja
yang kau minta aku bersedia membantumu. Tidakkah kau menginginkan Woo
Kyung? Bagaimana caranya?”
Dong Joo : “Kalau Kang Min Soo
tak mau jadi partnerku. Aku tak akan memanfaatkanmu. Aku akan mencari
cara lain untuk mendapatkan kembali Woo Kyung.”
Min Soo : “Apa kau begitu membenciku? Apa kau tak bisa melepaskan Bong Woo Ri?”
Dong
Joo berkata kalau ini bukan tentang Bong Woo Ri tapi ini karena ibunya.
“Untuk mendapatkan kembali Woo Kyung haruskah kuulangi seperti
perbuatan Choi Jin Chul pada ibuku? Kepadamu?”
Dong Joo merasa sedih kalau
memikirkan Ibunya. Apa yang diambil dari ibunya adalah Kakeknya,
pendengarannya, Woo Kyung dan juga kepercayaan. “Apakah ibuku mengatakan
bahwa dia percaya padamu? Itu semua bohong. Walaupun aku anaknya, aku
tak percaya padanya. Kau tahu betapa menakutkannya ibuku ketika
mencampakan Kak Joon Ha. Apa kau juga mau seperti itu? kalau kau menemui
aku sedang bersusah payah dan meminta tolong padamu, pura-pura saja tak
tahu.”
Dong Joo pamit ia harus pulang tapi Min Soo menahan tangannya, “Jangan pergi!” pinta Min Soo sedih matanya berkaca-kaca.
Joon
Ha dan Woo Ri benar-benar nonton film. Woo Ri merasa kalau Kakaknya
menyukai Film ini. Joon Ha tanya apa filmnya diganti saja. Woo Ri
menolak karena ia menyukai semua jenis film.
Woo Ri berkata kalau ia lebih
suka nonton bersama ayah dan nenek. Ayah akan menangis dan nenek akan
mengumpat. Lucu sekali. Woo Ri tertawa. Di Amerika pasti Joon Ha tak
pernah menonton Film Korea.
Woo Ri ingin Joon Ha menceritakan pengalaman Joon Ha ketika di Amerika. Pergi kemana saja, apa pergi ke disneyland.
Joon Ha : “Sudah kubilang aku tak bisa kemana-mana karena Dong Joo.”
Woo
Ri ingat Joon Ha pernah mengatakan itu dan ia pun ingat cable car. Ia
mengajak Joon Ha kalau sempat naik cable car bersama. Joon Ha menolak
karena sepertinya tak asyik. Woo Ri heran apa Kakaknya pernah naik cable
car. “Kapan kakak pernah naik itu?”
Joon Ha : “Ketika kau menyukai Dokter Jang Joon Ha lebih sedikit daripada Cha Dong Joo.”
Woo Ri tertegun mendengarnya.
Joon Ha : “Apa kau tahu, bagimu
aku ini Bong Ma Roo anaknya Bong Young Kyu. Jang Joon Ha kakaknya Cha
Dong Joo dan juga anak dari musuh Choi Jin Chul. Sepanjang hidupku saat
aku tak ada hubungannya dengan orang-orang, saat aku ini kau anggap
seorang pria. Ketika aku Dokter Jang Joon Ha, itu yang pertama dan
terakhir kan? Bong Woo Ri apakah waktu itu kau suka padaku?”
Mata Woo Ri berkaca-kaca dan mengangguk pelan. (Ah jadi Woo Ri sempat menyukai Joon Ha sebagai seorang pria bukan Kakak ketika ia belum tahu kalau Joon Ha itu Ma Roo)
Woo Ri tak bisa tidur ia hanya duduk di kasur. Ia kembali mengingat ucapan Joon Ha tadi, “Apakah waktu itu kau suka padaku?” (dilemakah hati Woo Ri ???)
Joon Ha tidur di kursi. Apakah ia tidur? tentu saja tidak. Ia mengingat apa yang pernah dikatakan Woo Ri padanya.
Dong
Joo pulang ke rumah dan ia sudah berada di kamarnya. Ia menatap amplop
hitam yang selalu dibawa ibunya. Ia tampak memikirkan sesuatu.
Esok harinya, Joon Ha dan Woo Ri
berangkat ke kantor bersama. Keduanya melihat Dong Joo tengah berdiri
menatap papan informasi yang juga dibaca oleh karyawan lain.
Woo Ri akan menghampiri Dong Joo
tapi Joon Ha menahannya. Dong Joo akan pergi dari sana. Ia melihat Joon
Ha dan Woo Ri tengah menatapnya.
Joon Ha menghampiri Dong Joo. Woo Ri penasaran ia ikut membaca apa yang ada di papan pengumuman.
‘Memo bagian personalia – pemberhentian Cha Dong Joo’
Woo Ri menatap Dong Joo cemas. Sementara Dong Joo dan Joon Ha bertatapan penuh perseteruan.
Presdir
Choi keluar dari kamar dan akan berangkat ke kantor. Ny Tae
memanggilnya dan memberikan sebuah amplop besar. Presdir Choi membaca
berkas dan terlihat sangat terkejut.
‘Pemberitahuan untuk mengadakan rapat darurat Dewan Direksi dengan agenda : pemberhentian Choi Jin Chul’
Dan dibalik kertas itu ada kertas lain ‘Surat Wasiat’
Ny Tae tersenyum, “Kau sudah bekerja keras. Selamat tinggal.”
Dong
Joo dan Joon Ha masih saling menatap. Woo Ri hadir di tengah-tengah
keduanya. Staf Energi Cell menatap cemas. Min Soo juga sudah datang.
Joon Ha : “Kuputuskan untuk memaafkan Ibu sekarang. Jadi kau juga harus memaafkan Choi Jin Chul.”
Dong Joo : Memaafkan?
Joon Ha : “Mulai sekarang kita tak usah bertemu lagi. Lupakan semua. Itulah tujuan dari memaafkan seseorang. Pergilah!”
Dong Joo : “Jang Joon Ha, apa kau akan baik-baik saja? Aku bisa saja melupakan semuanya. Tapi apa kau bisa melupakan semuanya?”
Dong
Joo berjalan pergi meninggalkan kantor. Ia berpapasan dengan rombongan
Dewan Direksi. Joon Ha menatap heran kenapa Dewan Direksi berkumpul.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment