Young Gyu berada di kamar bersama Ma Roo yang tertidur.
Young Gyu terus membenturkan kepalanya ke dinding. Ma Roo merasa terganggu dan segera keluar.
“Ma Roo, kau mau kemana?” teriak Nenek.
Nenek mengintip apa yang dilakukan
Young Gyu. Ia mencemaskan putranya, “Ya Tuhan akulah yang berbuat banyak
kesalahan, aku tak tahu harus bagaimana denganmu, walaupun aku mati aku
tak akan membiarkannya. Tidak akan.”
Young Gyu terus membenturkan kepalanya ke dinding.
Mi Sook membereskan pakaian sementara putrinya tertidur. Mi Sook mengusap lembut kepala putrinya dan menangis.
“Ibu... ibu...” Mi Sook kecil terbangun dan melihat ibunya tengah mengemasi pakaian. Ia tanya mau kemana.
Ibunya hanya mengatakan dalam bahasa isyarat, “Cepat tidur. Kita harus bangun pagi-pagi besok!”
Sambil menangis Mi Sook kecil berkata
kalau ia tidak mau pergi, ia tidak mau pindah lagi, “Aku mau tinggal
disini!” Mi Sook kecil menyingkirkan tas yang sudah berisi pakaian.
“Paman bilang dia mau menjadi ayahku. Dia sudah berjanji!” ucap Mi Sook kecil sambil terus menangis.
Keduanya saling menarik tas, karena
tak kuasa menahan lagi Mi Sook memeluk putrinya. Mi Sook kecil terus
meminta ibunya jangan pindah ia ingin tetap tinggal di sini. “Ibu...
ibu... kita tinggal di sini saja!”
Esok harinya Mi Sook keluar dari rumahnya dan kebingungan.
Mi Sook menemui Keluarga Lee yang tengah sibuk dengan dagangan ayam gorengnya.
Mi Sook berusaha bicara dengan bahasa
isyarat dan mencoba menyampaikan sesuatu. Karena tak mengerti Ny Lee
meminta Mi Sook menuliskannya.
Mi
Sook menulis kalau putrinya kabur dari rumah dan membawa tas. Lee Myung
Gyun cemas jangan-jangan pria kemarin yang membawanya. Ny Lee akan
lapor polisi dan menyuruh Mi Sook segera mencari.
Mi Sook berpapasan dengan Young Gyu. Young Gyu menyapa tapi tak dihiraukan.
Young Gyu tanya pada Myung Gyun kenapa Mi Sook menangis.
Myung Gyun : “Apa kau benar-benar tidak tahu? Kau itu laki-laki atau bukan?”
“Kenapa
dia menangis?” bentak Young Gyu. Myung Gyun hanya mendesah dan berkata
kalau Mi Sook kecil menghilang bersama dengan tasnya.
Young Gyu langsung mengejar Mi Sook dan bertanya dimana Mi Sook kecil, “Aku yang salah. Aku yang salah. Kemana dia pergi?”
Mi Sook menjawab dengan bahasa isyarat.
Young Gyu : “Aku tak mengerti. Aku tak mengerti. Aku hanya tahu kode ‘bersama’ ayo kita mencari Mi Sook kecil bersama-sama!”
Mi Sook terharu Young Gyu peduli ada putrinya.
Sepanjang jalan Young Gyu
mencari Mi Sook kecil. Ia bertanya pada ibu pemilik toko dan setiap
orang di jalan apa melihat Mi Sook kecil.
Sampai akhirnya ia menemukan Mi Sook
kecil di depan seorang pedagang dekat halte bus, “Kau tahu berapa lama
kami mencarimu? Mana tasmu?”
Mi Sook kecil diam, Young Gyu
memintanya pulang dan berkata kalau ibu Mi Sook kecil sudah menunggu.
“Apa benar kau mau pergi?” tanya Young Gyu.
Bus datang dan Mi Sook kecil langsung naik. Young Gyu mengikutinya
Nenek minum alkoholnya dan marah
ketika ayam-ayam Lee myung Gyun berisik nenek mendekati kandang ayam dan
menendang pintu kandangnya. Tanpa sengaja ia melihat sesuatu di dalam
kandang, “Apa itu?” Nenek penasaran.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang. Nenek terkejut melihatnya.
Shin Ae datang.
“Apa kau melihat hantu?” tanya Shin Ae. “Kenapa kau kaget melihat putrimu?”
Nenek mengusir Shin Ae, “Pergi! Kenapa kau ke sini? Pergi dari rumahku!” Nenek mendorong Shin Ae.
Shin Ae : “Ibu... kenapa kau seperti ini? Aku ke sini untuk bertemu anakku!”
Nenek
: “Apa? Dasar perempuan jalang. Apa kau sudah lupa kalau kau sudah
membuang anakmu? apa lagi maumu? Dasar perempuan tak berperasaan!”
Nenek memukuli Shin Ae beberapa kali. “Walaupun begitu, aku ini ibu kandungnya. Di mana dia?” Tanya Shin Ae.
Di dalam bus Young Gyu tanya ke
penumpang lain mau ke mana bus ini. Tapi tak ada yang menjawab. Ia
bertanya pada Mi Sook kecil pertanyaan yang sama, “Kau mau kemana?”
Mi Sook kecil : “Aku mau menemui seseorang!”
Cha Dong Joo berdandan rapi dengan setelan jas dan dasi kupu-kupunya (He is So Handsome haha)
Nenek terus mengusir Shin Ae tapi Shin
Ae keras kepala ia tak mau pergi dan ingin bertemu dengan anaknya, “Aku
hanya mau mengambil anakku!”
Nenek
terus memukulnya, “Apa kau manusia yang bertanggung jawab? Punggung
Young Gyu sudah bungkuk karena membesarkannya sendirian dan sekarang dia
terus sendiri seumur hidupnya!”
Shin Ae : “Memangnya itu salahku? Aku tak pernah menyuruhnya menjadi anak Young Gyu!”
Nenek tahu niat buruk Shin Ae,
“Katakan dengan jujur apa yang kau inginkan? Menghilang selama 13 tahun
lalu muncul begitu saja. Dasar wanita jalang!” Nenek kembali memukul
Shin Ae dengan tas.
Wajah Shin Ae
pura–pura memelas, “Ibu aku merindukannya, meninggalkan anak kandungku,
aku penasaran seperti apa dia sekarang dan aku juga merindukanmu.”
Nenek tetap kesal karena baginya
Shin Ae itu sudah mati. Shin Ae berkata kalau ia selalu merindukan
putranya dan lain kali ia akan datang untuk mengambil jika waktunya
tiba.
Setelah Shin Ae pergi Nenek hanya bisa mendesah, kenapa ada wanita seperti itu.
Ada pesta di rumah keluarga pemilik
Woo Kyung Group. Ma Roo sampai disana ia berniat mengambil berkas
beasiswanya yang tempo hari tertinggal di mobil.
Young Gyu dan Mi Sook kecil berlari dari satu rumah ke rumah lain mencari rumah Cha Dong Joo.
Bong Ma Roo bertemu Choi Jin Chul, ia
heran kenapa Ma Roo ada di rumahnya. Ma Roo mengatakan kalau ia datang
untuk mengambil berkas beasiswanya yang tertinggal.
Choi Jin Chul mencibir apa hanya untuk itu Ma Roo datang. Ia akan mengirimkannya ke sekolah dan meminta Ma Roo segera pulang.
Ma Roo berkata kalau kedatangannya untuk bertemu dengan Ny Tae, “Dimana dia?”
Choi Jin Chul tak suka melihatnya, “Mendapat beasiswa saja sudah cukup untukmu untuk apa kau bertemu istriku?”
Dengan tak kalah ketus Ma Roo mengatakan kalau Choi Jin Chul tak usah khawatir ia datang bukan untuk mengemis.
Ny Tae datang dan menyambut Ma Roo. Dong Joo juga tiba di sana, Ny Tae memuji anaknya sangat tampan (banget haha)
Dong Joo meliat Ma Roo, “Hyung!” sapa Dong Joo.
Ny
Tae Hyun Suk mengajak Ma Roo masuk ke rumah. Tepat saat itu Cha Sung
Moo datang menyapa Dong Joo (pamannya Dong Joo – adik kandung Ayah Dong
Joo)
Cha Sung Moo memuji keponakannya yang makin lama makin mirip dengan ayahnya. “Sepertinya kakakku bangkit dari kematian!”
Dong
Joo mengikuti ibunya masuk ke rumah. Ayahnya berpesan agar mengatakan
pada ibunya jangan terlalu lama bersama Ma Roo dan menyuruh Ma Roo
pulang.
“Kenapa? Tak bisakah dia bermain denganku?” tanya Dong Joo.
Choi Jin Chul : “Ayah tak suka sembarang orang masuk rumah!”
Ketika Dong Joo akan masuk terdengar
olehnya keributan di pintu gerbang, “Benar dia menyuruhku datang ke
sini!” Dong Joo melihat Mi Sook kecil di pintu gerbang rumahnya.
“Siapa nama temanmu itu?” tanya penjaga.
“Aku tak tahu. Dia temanku!” jawab Mi Sook kecil. Dong Joo tersenyum, “Dia sungguh-sungguh datang!”
Young
Gyu merasa kalau itu bukan rumah yang mereka cari, ini besar sekali. Mi
Sook kecil melihat kalau alamatnya sama dengan yang tertulis di buku.
Mi Sook kecil berkata pada penjaga kalau ia bertemu pasti mengenalinya. Penjaga menolak dan meminta keduanya untuk segera pergi.
Dong Joo keluar dan berkata pada penjaga kalau itu adalah temannya. Ia kemudian mengajak Mi Sook kecil masuk.
Young
Gyu akan ikut masuk tapi si penjaga melarangnya, “Apa kau juga
temannya?” Young Gyu mengatakan kalau ia hanya menemani Mi Sook kecil.
Tae Hyun Suk menyuruh pembantunya menyiapkan makanan enak. Ma Roo merasa kalau yang disediakan sudah lebih dari cukup.
Tae Hyun Suk gemes melihat Ma Roo dan
mencubit hidungnya ia berkata kalau keluarganya tidak setiap hari makan
enak seperti ini dan sekarang kebetulan sedang ada pesta, Ma Roo
beruntung datang.
Ma Roo menatap haru Tae Hyun Suk. Ia
mengatakan kalau ia tak pernah berfikir seperti itu sebelumnya, tak
pernah ada yang mengatakan padanya ‘kau anak yang beruntung’
Tae Hyun Suk meminta Ma Roo untuk berfikir kalau ia adalah anak yang beruntung setiap hari.
Pesta dimulai musik pun dimainkan. Tamu-tamu banyak yang hadir. Dong Joo dan Mi Sook kecil duduk di kursi melihat dari kejauhan.
Mi Sook kecil kagum melihat ibu-ibu mengenakan gaun yang bagus-bagus.
Dong
Joo tanya kenapa Mi Sook kecil datang hari ini, pesta ini membuatnya
canggung. Mi Sook kecil juga tak tahu kalau akan ada pesta di rumah Dong
Joo. Kalau tahu ia akan mengenakan gaun milik ibunya. Gaun yang panjang
itu.
“Kau berpakaian seperti itu
karena kau mau menjadi pianis?” tanya Dong Joo. Mi Sook kecil
mengangguk dan ia akan menunjukan pada ibunya betapa indahnya musik dari
piano.
Dong Joo tak mengerti, “Menujukan? suara?”
Mi Sook kembali mengangguk dan melafalkan solmisasi.
Do.... dengan mata terpejam.
Re.... ia membuka satu matanya.
Mi.... ia kembali menutup semua matanya.
Dong Joo tertawa, “Apa itu?”
Faaa... Mi Sook kecil mengeraskan suaranya sambil merentangkan tangan.
Dong Joo meminta Mi Sook kecil jangan berisik kalau tidak akan ketahuan.
Mi Sook kecil memandang ibu Dong Joo dan ia kagum melihatnya, “Dia cantik sekali!”
Tae Hyun Suk mencari putranya. Dong Joo meminta Mi Sook jangan kemana-mana.
Kakek mengikuti pesta ia duduk di kursi roda dengan selang oksigen masih di hidungnya. Dong Joo menyapa kakeknya.
Terdengar komat kamit tamu yang datang, “Kenapa mendadak? Bukankah dia sudah sehat? Lalu bagaimana dengan bisnis kita?”
Kakek mulai bicara, “Aku senang bertemu kalian lagi!”
“Kami juga senang melihat anda sehat!” sahut Cha Sung Moo. Ia tepuk tangan dan meminta yang lain tepuk tangan juga.
Dong Joo melirik ke arah kursi ia meninggalkan Mi Sook kecil, kursi itu kosong.
Kakek melanjutkan kata-katanya, “Aku sudah divonis menderita kanker perut umurku tak akan lebih dari satu tahun lagi!”
“Sepertinya kita masih bisa bertemu sampai 30 tahun lagi!” sahut Dokter Kim.
Kakek
: “Walaupun aku akan hidup sampai 30 tahun lagi tapi teman-teman
sebayaku sudah tiada semua. Mulai saat ini akan kusampaikan tentang
siapa yang akan menjadi penerus Woo Kyung dan aku berharap kalian semua
menyetujuinya!”
Cha Sung Moo terkejut mendengarnya, “Penerus?”
Dong Joo bertanya pada ibunya apa kakek akan meninggalkan bisnisnya. Tae Hyun Suk hanya menggenggam tangan putranya.
Kakek : “Siapapun dia aku percaya dia akan melindungi dan meneruskan kejayaan Woo Kyung Group.”
Dan kakek menyerahkan tongkat estafet Presdir Woo Kyung Group ke manantunya, Choi Jin Chul.
Choi Jin Chul menjabat tangan kakek, “Aku menghormati keputusanmu yang bijaksana. Aku akan berusaha sebaik-baiknya!”
Tae Hyun Suk langsung memeluk suaminya dan mengucapkan selamat. Semua tepuk tangan.
Cha Dong Joo berusaha mencari Mi Sook
kecil, ia celingukan. Tiba-tiba ada yang melempar sesuatu padanya. Ia
pun menoleh dan dilihatnya Mi Sook kecil bersembunyi di bawah meja. Mi
Sook kecil mengajak Dong Joo ke bawah meja.
Dong Joo : “Apa yang kau lakukan di bawah sini?”
Mi Sook kecil memberi kode supaya Dong Joo diam lalu terdengar bunyi keruyukan perut Mi Sook kecil, “Aku lapar!”
Dong Joo meminta Mi Sook kecil jangan kemana-mana lagi. Mi Sook kecil mengerti. Dong Joo keluar dari persembunyian.
Young Gyu setia menunggu Mi Sook kecil, ia menguap dan bosan. Akhirnya ia menghibur dirinya sendiri.
Young Gyu melempar sepatu dan menangkapnya. Penjaga marah melihat Young Gyu masih di sana.
Penjaga merebut sepatu Young Gyu dan melemparkannya jauh-jauh. Young Gyu lari mengambil sepatunya.
Penjaga menyuruh Young Gyu pergi. Young Gyu hanya bisa sembunyi sambil menunggu Mi Sook kecil.
Nenek masih kesal karena kedatangan Shin Ae. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh kedatangan Mi Sook yang dikejar-kejar Preman kemarin.
Nenek
sembunyi. Preman berhasil menangakap Mi Sook dan menunjukan sebuah
catatan. Ia mengancam kalau Mi Sook tak membayar ia akan membunuh Mi
Sook.
Mi Sook berniat merebut kertas itu tapi si preman dengan sigap mengamankannya.
Si preman kembali mengancam kalau Mi Sook kabur ia tak segan-segan mencelakai Mi Sook kecil.
“Dasar brengsek!” Nenek langsung
memukul preman dengan gayung yang dibawanya. “Suami apa? istri apa?
Beraninya kau berbohong dihadapan semua orang!” Nenek terus mengayunkan
gayungnya ke arah preman.
Preman menepis pukulan hingga membuat gayung itu patah. Nenek mencengkeram baju si preman.
Si preman melepaskan diri dan segera pergi dengan ancaman kalau ia akan datang lagi.
Nenek menatap kesal Mi Sook,
seharusnya Mi Sook mengatakan kalau preman itu lintah darat. “Ya Tuhan,
lama-lama aku bisa menjadi kering seperti mumi. Jantungku rasanya mau
copot. Ya Tuhan sebenarnya aku tak tega padamu!” Nenek menyuruh Mi Sook
segera pergi.
Dong Joo mengambil makanan dan ia langsung menunjukannya pada Mi Sook kecil. Tapi Mi Sook kecil menolak ia meminta daging.
“Bukankah ini daging?” sahut Dong Joo. Ia kemudian mengambil daging dan kembali memperlihatkannya pada Mi Sook kecil.
Mi Sook kecil meminta Dong Joo mengambil nasi kemudian ia mengambil minuman.
Dong Joo melihat sekeliling dan ia melihat Ma Roo keluar dari rumahnya.
“Hyung...!” Sapa Dong Joo pada Ma Roo. Dong Joo melambaikan tangan tapi Ma Roo mengacuhkannya.
Mi Sook kecil terkejut melihat Ma Roo ada di rumah Dong Joo. Ma Roo langsung keluar menuju gerbang.
Young Gyu masih mengendap-endap di luar, ia melihat sebuah taksi datang dan tepat saat itu Ma Roo juga keluar.
Young Gyu langsung menyapa putranya.
Ma Roo tanya kenapa ayahnya ada di sini. Young Gyu mengatakan kalau Mi
Sook kecil meninggalkan rumah dan ia mengikutinya sampai di sini.
Young Gyu menatap wanita yang baru keluar dari taksi, ia mengenali wanita itu. “Itu Shin Ae... Itu Shin Ae..” sahut Young Gyu.
Shin Ae tanya pada penjaga apa Nyonya ada.
“Shin Ae...!” teriak Young Gyu. Ma Roo langsung menarik ayahnya. “Itu Shin Ae, itu Shin Ae!” ucap Young Gyu.
“Siapa Shin Ae?” tanya Ma Roo.
“Ibumu!” jawab Young Gyu.
“Ibuku?” Ma Roo terkejut mendengarnya.
Young Gyu sadar sudah keceplosan bicara dan menutup mulutnya.
Ma Roo : “Kau bilang ibuku sudah meninggal.”
Young Gyu tak tahu harus bicara apa, “Shin Ae itu adalah...”
Ma Roo meminta ayahnya bicara yang benar, bagaimana orang yang sudah meninggal bisa hidup lagi.
“Tidak
tahu, Tidak tahu, Tidak tahu. Ibu bilang Shin Ae sudah meninggal!”
Young Gyu kebingungan, ibunya mengatakan kalau Shin Ae sudah meninggal
tapi ia melihat orang yang mirip dengan Shin Ae. Young Gyu langsung
menepuk-nepuk jidatnya karena kebingungan.
Mendengar penjelasan ayahnya Ma Roo jadi penasaran dan menatap wanita yang barusan masuk.
Mi Sook kecil makan sangat lahap di
bawah meja Dong Joo menemaninya. Karena terlalu terburu-buru Mi Sook
kecil tersedak. Dong Joo langsung memberinya air.
Keduanya mendengar tawa dari luar,
ucapan selamat untuk Choi Jin Chul terus datang. Choi Jin Chul meminta
pada dewan direksi agar tetap bekerja keras untuk Woo Kyung. Semuanya
bersulang.
Mi Sook kagum melihatnya, “Ayahmu pasti seorang pemimpin!”
“Nyonya!” Shin Ae memanggil Tae Hyun Suk. Ny Tae senang Shin Ae datang dan langsung memeluknya.
Shin Ae memandang Choi Jin Chul, “Apa kabarmu? Kau tak berubah sama sekali Sekertaris Choi?”
“Sekertaris apa, hari ini dia menjadi Presiden Direktur!” seru Ny Tae.
Choi Jin Chul tak suka melihat Shin Ae datang.
Salah satu istri Dewan Direksi mengajak Tae Hyun Suk bicara dan ia pun meninggalkan Shin Ae sendiri.
Shin Ae langsung menghampiri Choi Jin Chul, “Seorang sekertaris menjadi Presiden Direktur. Surat kabar akan laris!” sahutnya.
“Tentu saja!” ujar Choi Jin Chul sambil berjalan pergi.
“Walaupun
hanya Presdir pajangan, akan seperti itukah berita di koran nanti?”
tanya Shin Ae dan itu membuat Choi Jin Chul menghentikan langkahnya.
Shin Ae meminta jangan terlalu dipusingkan dan berkata jika Dong Joo sudah besar nanti semua itu pasti akan dikuasai Dong Joo.
Shin Ae : “Kalau kau masih menginginkannya, aku bisa membuatnya menjadi anakmu!”
Choi Jin Chul tak mengerti maksud ucapan Shin Ae.
Tiba-tiba Ma Roo datang dan menyapa Shin Ae, “Apa kau mengenalku?” Tanya Ma Roo. Shin Ae melongo melihatnya.
“Apa kau mengenalku?” tanya Ma Roo sekali lagi. Shin Ae masih belum mengerti ada anak kecil menyapanya.
Ny Tae datang dan bertanya ada apa.
Shin Ae : “Apa kau bertanya padaku?”
Ma Roo : “Apa kau mengenalku? Aku... Bong Ma Roo!”
Shin Ae : “Siapa?”
Ma Roo : “Aku anak Bong Young Gyu. Namaku Bong Ma Roo!”
Mata Shin Ae membesar mendengarnya.
Choi Jin Chul ingat pernah bertemu Young Gyu di pasar ketika mencari Dong Joo ia lalu memandang Shin Ae.
“Kak
Ma Roo!” teriak Mi Sook kecil keluar dari persembunyian dan membuat
piring-piring berjatuhan mengenai Dong Joo. Tapi Dong Joo tak apa-apa.
Mi Sook kecil serba salah ia bingung. Choi Jin Chul tanya apa yang dilakukan Dong Joo di bawah meja.
“Oppa!” Mi Sook kecil sembunyi di belakang Ma Roo. Shin Ae menatap kedua anak ini.
Ny Tae ke Mi Sook kecil, “Siapa kau?”
Mi Sook kecil langsung berlindung di belakang Ma Roo ia ketakutan. Dong Joo akan mengenalkan tapi ayahnya tiba-tiba bicara.
“Beraninya
kau datang ke sini bersama adikmu dan membuat keributan. Bawa adikmu
dan cepat pergi!” bentak Choi Jin Chul pada Ma Roo.
“Dia
bukan adikku!” Ma Roo menepiskan tangan Mi Sook kecil. “Aku datang ke
sini untuk menegaskan sesuatu.” Ma Roo kembali memandang Shin Ae, “Apa
kau tak mengenalku?” tanya Ma Roo.
Shin Ae : “aku tak tahu. Aku tak
mengenalmu? Mengapa kau begini? Baru kali ini aku melihatmu. Apa kau
mengenalku? Apa kau pernah bertemu denganku? Aku lama tinggal di Amerika
dan baru kembali. Bagaimana aku bisa mengenalmu? Anak yang aneh.”
“Apa aku bilang anak ini hanya menggerogoti kita saja!” sahut Choi Jin Chul pada istrinya.
Choi Jin Chul kembali mengusir Ma Roo.
Ma Roo menahan marah ia mengepalkan tangannya.
Mi
Sook kecil hanya tertunduk. Dong Joo langsung bicara dengan ayahnya
kalau Mi Sook kecil itu temannya ia akan mengantarnya keluar.
Ny
Tae pusing melihat semuanya dan meminta Shin Ae mengambilkannya
minuman. Shin Ae menuruti. Tapi sebelum itu ia memandang sekilas Ma Roo.
Ma Roo juga masih penasaran dan terus memandang Shin Ae.
Dong Joo berjanji hari minggu nanti ia akan ke desa Mi Sook kecil, “Bukankah aku sudah berjanji akan mengajarimu bermain piano!”
Mi Sook mendesah dan berkata kalau ia akan segera pindah. Dong Joo tanya kapan dan pindah ke mana.
Mi Sook kecil diam. Dong Joo meyakinkan kalau ia akan datang pada hari minggu nanti di pohon itu.
Mi
Sook kecil melihat Ma Roo berjalan di depannya, ia langsung memanggil
dan mengejar, “Ma Roo Oppa!” Dan Dong Joo pun ditinggalkan.
Ma Roo keluar dari rumah keluarga Dong Joo, ayahnya langsung bertanya apa Ma Roo bertemu Shin Ae? apa katanya?
Young Gyu melihat wajah Ma Roo yang tampak kecewa. Ia bertanya apa Ma Roo menangis.
Ma Roo marah, “Apa kau sudah gila ? untuk apa aku menangis?”
Mi Sook kecil lari menyusul dan ketiganya pulang bersama.
Shin Ae keluar mengamati ketiganya ia tampak kesal, “Ah orang itu. Siapa gadis kecil itu?”
Shin Ae menelpon Nenek dan mengatakan kalau ia bertemu Ma Roo. Nenek cemas mendengarnya.
Shin Ae berkata kalau ia tak sengaja bertemu dengan Ma Roo dan bertanya siapa gadis kecil yang bersama Young Gyu.
Nenek
meminta tak usah mememikirkan gadis itu dan bertanya apa Shin Ae
mengaku di depan anaknya. Shin Ae tak berani melakukannya karena banyak
orang yang melihat, ia tak bisa mengatakannya begitu saja.
Nenek sudah menduganya kalau Shin Ae
tak akan mengakui putranya di hadapan orang. Shin Ae memarahi ibunya
kenapa Ma Roo sangat kurus, diberi makan apa dia. Nenek tambah marah,
“Kenapa tidak kau sendiri yang memberinya makan!” Shin Ae berkata kalau
Ma Roo itu mirip dirinya.
Terdengar suara di kamar kakek, Shin Ae langsung menutup teleponnya.
Kakek bersama Cha Sung Moo di
kamarnya. Cha Sung Moo merasa keberatan kalau Choi Jin Chul menjadi
Presdir. Ia mengatakan kalau Choi Jin Chul tak akan becus mengurus
pabrik. “Dan ini sebenarnya milik kakakku!”
Kakek : “Sebenarnya aku memberikan sebuah tugas khusus pada Direktur Kang, jadi bersabarlah sebentar!”
Cha Sung Moo tak percaya mendengarnya,
“Dir Kang? Kenapa kau berkata seperti itu? sudah satu tahun kami minta
dia menengok mesin pabrik tapi dia hanya mengerjakan proposal yang tak
ada habisnya.
Orang licik itu.
Dir Kang, dia hanya orang yang bicara ‘Ya Tuan’ dihadapanmu tapi
dibelakangmu dia patuh pada Choi Jin Chul dan dia mungkin memiliki
rencana busuk. Jangan percaya dia! Dia anak buahnya Choi Jin Chul!”
Kakek meminta Cha Sung Moo jangan bicara sembarangan, “Lakukanlah saja tugasmu dengan baik!”
Shin Ae menguping pembicaraan itu.
Choi Jin Chul tiba di sana dan melihat Shin Ae berdiri di depan kamar kakek, “Apa yang kau lakukan?”
Shin
Ae mencoba bicara manis, ”Kau tak perlu tahu apa yang kulakukan. Selain
aku, kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri. Aku sedang berfikir
apa aku akan berada dipihakmu atau tidak.”
Choi Jin Chul meminta Shin Ae jangan
mengurusi dirinya dan urus saja keluarga Shin Ae sendiri agar mereka tak
menjadi benalu orang lain.
Shin Ae : “Apa katamu?”
Choi
Jin Chul : “Anak itu, keponakanmu kan? Anak kakakmu yang idiot. Anak
Bong Young Gyu. Kau tak bodoh untuk urusan seperti itu!”
Choi Jin Chul akan masuk ke kamar kakek, “Ayah mertua!” panggilnya.
Shin Ae mencibir, “Ayah mertua? Siapa
yang sebenarnya benalu!” Shin Ae meminta Choi Jin Chul jangan
berpura-pura tidak tahu, “Pikirkan baik-baik dengan otak pintarmu!”
Young Gyu meminta pada Ma Roo jangan
mengatakan pada nenek kalau itu Shin Ae. “Aku salah lihat!” kata Young
Gyu. “Benar Shin Ae sudah meninggal, jadi itu bukan Shin Ae!”
Mi Sook kecil melihat ibunya duduk sambil menangis. Mi Sook kecil langsung memanggil dan memeluk ibunya.
Ma Roo langsung masuk ke rumahnya,
Young Gyu masih ingin bicara dengan Ma Roo tapi ia tak tega melihat Mi
Sook menangis. Ia kebingungan dan memukul dahinya.
Nenek langsung bertanya pada Ma Roo kenapa larut malam baru pulang. Ma Roo merebut minuman nenek dan bertanya siapa itu Shin Ae.
Nenek : “Kenapa kau menyebut orang yang sudah meninggal?”
Ma Roo mengeraskan suaranya, “Jangan membohongiku. Aku bertemu dia di Seoul. Dia ibuku kan?”
Nenek : “Kau bertemu orang gila di mana?”
Ma Roo : “Aku sudah mendengar semuanya. Ayah tak mungkin berbohong!”
Nenek : “Sejak kapan kau mempercayai ayahmu. Kau sendiri yang bilang kalau ayahmu bodoh!”
“Kalau begitu siapa Shin Ae?” tanya Ma Roo lagi. “Dia putriku. Putriku. Dia Bibimu. Kau puas?” bentak Nenek.
Ma Roo merasa tak pernah memiliki seorang Bibi karena Nenek tak pernah menceritakan itu sebelumnya.
Nenek mengatakan kalau Shin Ae
meninggalkan rumah bertahun-tahun yang lalu, “Dan aku tak tahu apakah
dia masih hidup atau sudah meninggal. Apa perlu aku cari? Kenapa kau
tiba-tiba menanyakan ini pada Nenekmu?”
Ma Roo diam.
Nenek : “Kenapa? Apa kau senang wanita seperti itu menjadi ibumu?”
Ma Roo : “Tidak. Kalau dia ibuku lebih baik aku tak usah dilahirkan olehnya.”
Ma Roo langsung keluar, karena kesal
ia membanting jas dan membasuh wajahnya. Sepertinya Ma Roo menangis tapi
ia menyembunyikan air matanya. Young Gyu memungut jas Ma Roo, ia serba
salah dan memukuli dahinya lagi.
Tae Hyun Suk bersenda gurau dengan
putranya dan bertanya siapa gadis jelek itu. keduanya masuk ke kamar
Kakek. Kakek menyembunyikan sesuatu di bawah bantalnya.
“Dia cantik!” seru Dong Joo. Ibunya tertawa, “Dia itu jelak. Carilah gadis yang cantik!”
“Tak ada yang lebih cantik selain ibu!” Dong Joo langsung menutupi dirinya dengan selimut.
Kakek
ingin tidur dengan Dong Joo, sebelum keluar kamar Tae Hyun Suk memeluk
ayahnya dan membuat Dong Joo tertindih badannya. Ia menduga kalau
suaminya tak akan bisa tidur malam ini karena jabatan barunya.
Kakek berkata akan malakukan apapun selama putrinya menyukai itu. “Aku juga, aku juga!” Dong Joo memeluk ibu dan kakeknya.
Choi Jin Chul memandang foto keluarga
sambil minum. Istrinya mendekat, “Presdir Choi!” panggilnya. Ia memberi
ucapan selamat pada suaminya.
Choi
Jin Chul mengatakan kalau ada yang bilang padanya dia itu hanya Presdir
pajangan. Istrinya tanya siapa yang mengatakan itu. Choi Jin Chul
berkata orang itu pasti iri.
Tae Hyun Suk memberikan sebuah berkas pada suaminya dan berkata kalau itu hadiah, “Ini sebenarnya saham bagianku dan Dong Joo.”
Tae
Hyun Suk meminta suaminya jangan mempedulikan orang lain dan percaya
pada pikiran sendiri, “Kita lihat apakah masih ada yang berani
menyebutmu sebagai Presdir pajangan.”
Choi
Jin Chul berterima kasih pada istrinya. “Akulah yang seharusnya
berterima kasih, aku sangat bersyukur kau sudah bekerja keras demi Dong
Joo dan aku!” sahut Tae Hyun Suk.
Sambil memeluk istrinya, Choi Jin Chul memandang amplop berkas yang diterimanya.
Kakek membuka sebuah surat dan
menghela nafas panjang. Ia melihat cucu tersayang tidur disebelahnya.
“Dong Joo, pemilik sah atas Woo Kyung adalah kau. Jangan lupakan itu!”
Young Gyu tertidur di luar, Mi Sook
kecil mengambil tas dari kandang ayam. Young Gyu terbangun, Mi Sook
kecil memberi kode agar Young Gyu tak bersuara.
Nenek keluar dan marah, “Apa kau menyelinap lagi? Masuk dan tidurlah!”
Mi Sook kecil berusaha menyembunyikan
tasnya. Nenek tanya apa yang disembunyikan Mi Sook kecil. “Bukan
apa-apa!” jawab Mi Sook kecil. Nenek merebut tas yang dibawa Mi Sook
kecil.
Mi Sook kecil berkata
kalau ia tak ingin pindah makanya ia menyembunyikan tas itu di dalam
kandang ayam. “Ibu bilang kami harus pindah!”
Young Gyu terkejut mendengarnya. Mi Sook kecil mengambil kembali tasnya dan mengucapkan salam perpisahan.
Young Gyu sedih ia mulai menangis dan membenturkan kepalanya ke tiang penyangga, Nenek turut sedih melihatnya.
Sebelum tidur Mi Sook kecil berbincang-bincang dengan ibunya.
“Ibu
kalau kita pindah, kita tak bisa kesini lagi kan?” tanya Mi Sook kecil.
“Kalau aku merindukan Nenek, Paman dan Kak Ma Roo walaupun sedikit
bagaimana? Aku mungkin tak akan merindukan Nenek karena suka mengumpat.”
Mi Sook memejamkan mata putrinya, tapi Mi Sook kecil berkata ia tak bisa tidur.
Mi Sook berkata dalam bahasa isyarat, “Kau bisa melihatku walaupun kau menutup matamu!”
Mi Sook kecil : “Benarkah? Ibu bisa
melihat orang yang Ibu rindukan dengan menutup mata? Walaupun orang itu
tak ada disampingmu?”
Mi Sook mengangguk.
Mi Sook kecil langsung mempraktekannya, ia memejamkan mata dan bergumam, “Paman.. Paman.. Paman!”
Lalu Mi Sook kecil membuka matanya, “Aku melihat dia. Aku benar-benar bisa melihatnya!”
Mi Sook kecil lalu menutup telinga
ibunya, “Apa Ibu bisa mendengar suaraku? Karena Ibu bisa melihat kalau
Ibu menutup mata, apakah bisa mendengar kalau Ibu menutup telinga ibu?”
Mi Sook memberi isyarat, “Aku mendengarnya!”
Mi Sook kecil : “Benarkah? Bagaimana suaraku?”
“Cantik. Seperti suara piano!” jawab Mi Sook.
Mi Sook kecil heran, “Suara piano?” Ibunya mengangguk. “Aku juga ingin mendengar suara ibu!” Mi Sook kecil menutup telinganya.
Mi Sook meraih tangan putrinya dan meletakan di dadanya, “Ini suara ibu!”
“Aku bisa mendengarnya!” ujar Mi Sook kecil seraya tersenyum.
Mi Sook memeluk putrinya dan dalam
hati ia berkata, “Ibu menyayangimu putriku dan Ibu minta maaf. Ibu
benar-benar minta maaf, Ibu sangat mencintaimu. Ibu benar-benar
mencintaimu!” Mi Sook meneteskan air matanya.
Sementara di luar Young Gyu masih membenturkan kepalanya.
Keesokan harinya Choi Jin Chul bersiap
berangkat bekerja sebagai Presdir Woo Kyung, ia mengingatkan putranya
tak boleh bermain keluar karena masih dalam proses hukuman.
“Kau
dihukum karena mengacaukan pesta ayahmu!” Tae Hyun Suk menambahkan
kalau Dong Joo juga pernah menghilang dari aula pabrik. Choi Jin Chul
menambah hukuman Dong Joo menjadi 2 minggu tak boleh keluar rumah.
Direktur Kang datang berkunjung dan ingin bicara berdua dengan Sang Presdir baru.
Dong Joo langsung berangkat sekolah, sebelum itu tak lupa ia melakukan tos dengan ayahnya.
Choi Jin Chul dan Dir Kang bicara
berdua kakek melihat dari kamarnya. Ia teringat ucapan Cha Sung Moo yang
mengatakan kalau Direktur Kang merupakan kaki tangan Choi Jin Chul.
Dengan tubuh yang masih lemah
kakek mencoba melakukan sesuatu di meja kerjanya. Ia mengambil berkas
dari dalam laci. Ia kemudian membuka proposal penutupan pabrik nomor 1.
Ia kembali teringat ucapan Cha Sung Moo yang menyebutkan bahwa Dir Kang
hanya mengurusi proposal yang tak ada habisnya.
Kakek merasa ada yang sakit dalam
tubuhnya, beruntung putrinya cepat datang. Kemudian Choi Jin Chul dan
Dir Kang menyusul di belakangnya.
“Direktur Kang apa ini?” tanya kakek lalu ambruk ke lantai. Choi Jin Chul mengambil kertas yang terjatuh dan membacanya.
Tae Hyun Suk meminta cepat dipanggilkan Dokter Kim. Perawat datang dan memberikan bantuan oksigen.
Choi Jin Chul memegang tangan
mertuaya. Kakek menatap tajam menantunya ini ia berusaha melepaskan
genggaman tangan Choi Jin Chul tapi tak bisa Choi Jin Chul memegangnya
erat-erat.
Choi Jin Chul : “Ayah kenapa kau begitu, kalau kau memang percaya dan menyerahkan semua padaku kau pasti sudah...”
Choi Jin Chul menyuruh Direktur Kang memanggil ambulance. Tae Hyun Suk terus berteriak memanggi ayahnya.
Young Gyu dan ibunya tiba di pasar ia
langsung menggelar dagangannya. Myung Gyun datang. Young Gyu menyapa
tapi Myung Gyun mengacuhkannya. Ia heran dan bertanya pada Ny Lee apa
mereka berdua bertengkar? apa dia marah?
Ny Lee kesal dan menancapkan pisaunya. Melihat itu nenek emosi, “Dasar kalian aku sudah tersinggung mengapa kalian berdua...”
Young Gyu berusaha menahan ibunya dan
berkata kalau semuanya ia yang salah. Kau salah apa? seru Nenek mulai
menangis. Young Gyu meminta ibunya jangan menangis.
Young Gyu mendapatkan ide untuk
menghibur ibunya. Ia melemparkan sepatu dan mengakapnya ia mulai
menyanyi dan menari ‘Di padang rumput yang biru’
Nenek
memohon Young Gyu jangan seperti itu. Young Gyu menjadi tontonan orang
di pasar. Tapi Young Gyu tetap meneruskan tarian dan nyanyiannya untuk
menghibur ibunya.
Terdengar seorang pembeli mengejeknya, “Kenapa disaat seperti ini dia bernyanyi? Dia sudah gila!”
Myung Gyun tak terima temannya dihina seperti itu. Ia membentak, “Dia berbuat seperti itu untuk ibunya, itu wajar!”
Nenek terharu mendengar Young Gyu menyanyi untuk menghiburnya, “Baiklah mari kita hidup bersama!”
Mereka semua menemui Preman yang kemarin. Nenek langsung berhadapan dengan si preman dan memberikan sejumlah uang padanya.
Nenek
berkata kalau Mi Sook sudah menyusahkan putranya dan ia jadi ikut
sengsara. “Aku akan hidup bersama mereka sampai aku mati, kau akan
kupekerjakan sampai mati!”
Ny Lee dan suaminya senang mendengar
itu. Tapi Young Gyu cemas mendengarnya, “Apanya yang baik ibu bilang
akan mengerjakannya sampai mati dia akan tersiksa!”
Preman menghitung uang pemberian Nenek
dan ternyata kurang. Nenek membenarkan. Preman langsung mengeluarkan
surat hutang, nenek menerima dan langsung merobeknya. “Apa kau gila!”
teriak si preman.
Nenek : “Ya aku gila. Kalau tidak gila mana mungkin aku memberimu uang!”
Nenek meminum minumannya dan bertanya pada Preman, “Kenapa kau memegang uangku kembalikan padaku?”
Nenek
berusaha merebut uang yang sudah ada di tangan preman, “Kembalikan
uangku. Uang ini untuk anakku. Itu uang yang dikumpulkan anaku dari
hasilnya bekerja!”
Si preman langsung kabur.
Mi Sook menangis melihatnya ternyata
nenek sudah baik padanya dengan membayarkan hutang-hutangnya. Ny Lee dan
putrinya berusaha menghibur.
Nenek meminta Mi Sook jangan menangis kalau tidak rumahnya pasti akan terkena sial.
Tae Hyun Suk menunggui ayahnya di
rumah sakit, Tangan kakek bergerak dan tersadar. Ia akan memanggil yang
lain tapi ayahnya menolak.
Tae
Hyun Suk mengatakan kalau mereka semua sangat khawatir tapi kakek tetap
memengang tangan putrinya. Melarang memberi tahu yang lain.
Nenek berdandan rapi, ia
memanggil Young Gyu dan Ma Roo untuk cepat bergegas. Young Gyu baru
bangun tidur dan bertanya mau pergi kemana.
Telepon berdering Young Gyu akan
mengangkat tapi Nenek melarang dan meminta putranya bersiap-siap memakai
pakaian yang bersih. Young Gyu mengerti dan segera kembali ke kamar.
Nenek
menjawab telepon. Shin Ae yang menelpon meminta dikirimi uang. Nenek
sudah menebaknya kalau Shin Ae hanya datang untuk menghabiskan uangnya
saja.
Ma Roo keluar, Nenek panik dan langsung menutup teleponnya. Ma Roo tanya mereka mau pergi kemana.
Telepon berdering lagi Ma Roo akan mengangkat tapi Nenek melarang, “Jangan diangkat itu orang yang berhutang!”
“Hutang?” Ma Roo heran,
Nenek : “Ya. Di pasar ada yang berhutang dan memberi hutang!”
Nenek memanggil Young Gyu untuk cepat-cepat.
Shin Ae terus berusaha menelpon ibunya tapi tak diangkat. Terdengar dari luar pemilik kontrakan datang dan berteriak.
Ibu pemilik kontrakan berhasil masuk menggunakan kunci duplikat dan memarahi Shin Ae.
“Uang
sewanya akan kubayar!” sahut Shin Ae berlindung di balik selimutnya.
Ibu pemilik kontrakan tak menginginkan uang itu ia hanya ingin Shin Ae
segera pergi.
“Bibi apa kau tak tahu siapa kau?” bentak Shin Ae. “Bawa anakmu padaku dia akan kujadikan pegawai di Woo Kyung!”
Ibu kontrakan tak percaya dan menganggap Shin Ae sudah gila, ia menyeret Shin Ae keluar dari kamar kontrakan.
Nenek mengajak Young Gyu dan Ma Roo ke studio foto, di sana Mi Sook dan putrinya sudah menunggu.
Ma
Roo menatap kesal ayahnya. Young Gyu membela diri kalau itu bukan
idenya. Ma Roo akan pergi tapi Nenek menahan dan meminta Ma Roo ikut
berfoto.
Ma Roo tak mengerti, “Foto apa?”
Nenek berkata kalau penikahan harus tetap dilaksnakan. Mi Sook kecil tersenyum senang. Tapi tidak dengan Ma Roo.
Ma Roo masih tak setuju. Nenek
mengancam kalau Ma Roo masih seperti itu lagi Ma Roo tidak boleh
menemuinya dan jangan pernah masuk kerumahnya lagi.
Mereka
berpose bersama, awalnya posisi Ma Roo berada di belakang Mi Sook dan
ayahnya. Tapi ia mengganti posisinya dengan Mi Sook kecil. Ia berada di
belakang Neneknya.
Ketika berfoto Young Gyu dan Mi Sook kecil bersenda gurau saling menjulurkan lidahnya. Hehe.
Dan akhirnya jadilah foto keluarga.
Kakek meminta pada Dokter Kim agar
mengizinkannya pulang karena ada yang harus ia lakukan. Dokter Kim
berkata Kakek tak bisa keluar dari rumah sakit tanpa izin dari Choi Jin
Chul.
Shin Ae berada di kamar Tae Hyun Suk, “Apa aku akan menjadi sekertarismu lagi?”
Tae Hyun Suk merasa senang, “Tapi bagaimana dengan pacar yang akan kau nikahi di Amerika?”
Shin
Ae berkata kalau mereka sudah putus, “Kami memiliki anak tapi tidak
bisa kuurus!” Tae Hyun Suk terkejut mendengar Shin Ae memiliki anak.
Shin
Ae berkata setelah Tae Hyun Suk menikah dengan Choi Jin Chul mereka
putus komunikasi dan banyak hal yang sudah terjadi, “Hidupku naik turun
dan bertemu pria-pria jahat!”
Tae Hyun Suk merasa iba mendengar kisah hidup Shin Ae, “Dimana anak itu sekarang?”
“Dia
dibesarkan di rumah saudaraku. Sekarang sedang kuusahakan untuk
mengambilnya kembali. Nyonya, tolong beri aku pekrjaan!” pinta Shin Se.
Tae Hyun Suk bertanya berapa
usia anak Shin Ae sekarang. Belum sempat di jawab tiba-tiba Dong Joo
masuk. Shin Ae akan menceritakannya lain waktu.
Shin
Ae mengajak Dong Joo makan. Dong Joo mengatakan kalau dia tidak lapar.
Shin Ae berpesan kalau Dong Joo lapar bisa memberitahunya. Shin Ae
keluar kamar.
Dong Joo menghampiri ibunya dan
bertanya apa benar Bibi itu dulu sekertars ibu dia agak aneh. Tae Hyun
Suk meminta putranya jangan seperti itu, ia sudah menganggap Shin Ae
seperti adiknya sendiri.
Dong Joo tanya apa ayahnya akan pulang terlambat. Ibunya menjawab kalau mereka akan bertemu di RS, “Kenapa?”
Dong Joo senang dan tersenyum mencurigakan, “Tidak. Titip salam untuk kakek ya bu!”
Dong Joo menyiapkan pianikanya.
Tiba-tiba Shin Ae masuk ke kamarnya membawakan makanan. Dong Joo
langsung menyembunyikan pianika di bawah selimut.
Shin Ae melihat sekeliling. Dong Joo berkata bukankah ia sudah bilang kalau ia tidak lapar.
Shin
Ae meminta Dong Joo bersikap lebih sopan padanya, “Makanlah!” kata Shin
Ae sambil berkeliling kamar dan melihat foto Dong Joo bersama Tae Hyun
Suk dan Choi Jin Chul.
Shin Ae : “Ayah kandungmu pasti sangat kecawa. Apa kau tak merindukan ayah kandungmu?”
Dong Joo merebut fotonya, “Jangan pegang-pegang!”
“Kau sangat sensitif!” sahut Shin Ae. “Kau tak boleh seperti itu padaku!”
Dong Joo : Apa?
“Kau tak akan tahu bagaimana nasib
orang akan berubah!” Shin Ae kembali mengambil foto itu dari Dong Joo
dan meletakkannya kembali ke atas piano.
Setelah berfoto bersama nenek mengajak
semuanya makan. Keluarga Lee Myung Gyun juga ikut, mereka mengajak
putranya Lee Seung Chul.
Sebelum makan nenek memberikan dua
buah cincin untuk dikenakan Young Gyu dan Mi Sook, “Masing-masing ambil
satu dan kalian akan berbahagia selamanya!”
Ny Lee tanya dari mana nenek mendapatkan uang, bukankah kemarin sudah mengahbiskan uang.
Myung Gyun meminta sobatnya untuk segera memakaikan cincni itu ke jari Mi Sook.
Young Gyu tak paham. Myung Gyun menjelaskan pakailah cincin itu dan kalian sah menikah.
Young Gyu memandang ibunya dan menyuruh ibunya saja yang memakaikannya.
Nenenk : “Memangnya aku yang menikah?”
Ny Lee menuruh Mi Sook memakaikan
cincin ke jari Young Gyu. Mi Sook langsung melakukannya, Young Gyu
tersipu dan ia juga melakukan hal yang sama.
Ma Roo memandang kesal ayahnya.
Ny Lee mengeluh karena makanan yang disediakan hanya Mie dan meminta putranya cepat makan.
“Babi asam manisnya untukku!” sahut Seung Chul. “Aku tak bisa makan yang lain selain babi asam manis.”
Myung Gyun menepuk kepala anaknya, “Jangan sombong. Makanlah!” hahaha
Mi Sook kecil tertawa melihatnya. “Jangan tertawa!” bentak Seung Chul. “Ayah dia menertawaiku!”
“Sekarang aku juga punya ayah, benarkan ayah?” Mi Sook kecil memandang Young Gyu.
“Benar!” Young Gyu mengangguk. “Dengar itu dia mengucapkan kata ‘ayah’ dengan lancar!” sambung Nenek.
Mi
Sook kecil : “Aku sudah latihan semalaman. Aku bisa mengucapkan 10 kali
dalam satu detik ayah ayahyahyahyahyahyahyahyahyahyah!”
Young Gyu merasa senang memiliki keluarga besar. Tapi Nenek bingung bagaimana caranya memberi makan mereka semua.
Mi Sook bicara dengan bahasa isyarat. Nenek bingung tak mengerti.
“Bersama?” Young Gyu menjawab. Mi Sook mengangguk. “Dia bilang ‘bersama’!” Young Gyu memperagakan tangannya.
Myung Gyun memuji sahabatnya, walaupun tak bisa membaca dan menulis tapi Young Gyu tahu bahasa isyarat, “Benar-benar berjodoh!”
Young Gyu : “Teman, apa mau kuajarkan? ‘Bersama’!”
Mendengar ayahnya menyebut kata teman Mi Sook kecil langsung berdiri, ia teringat sesuatu.
Mi Sook kecil langsung lari meuju
pohon tempat ia janjian dengan Dong Joo. Ia mengelilingi pohon tapi tak
menemukannya. Ia kecewa, “Kurasa dia tidak datang!”
Shin Ae duduk santai dan meminta pembantu membawaka kopi untuknya. “Kau buat saja sendiri, aku lelah!” sahut si pembantu.
Shin Ae tak percaya mendengarnya, “Kalau dipecat baru tahu rasa dia.”
Shin Ae mendongak mendengar suara piano, “Aku tak tahan dengan suara piano itu!”
Ternyata tak ada yang bermain piano, Dong Joo menyetel rekaman pianonya. Dong Joo tak ada di rumah.
Dong Joo lari-lari untuk sampai di
mana ia janjian dengan Mi Sook kecil, ia celingukan dan tak melihat Mi
Sook kecil, “Anak itu belum kesini?”
Mi Sook kecil membuat suara seperti ayam berkokok. Dong Joo mencari sumber suaranya. Mi Sook kecil sembunyi di atas pohon.
Mi
Sook kecil tersenyum melihat Dong Joo dan segera turun, ia mengira dong
Joo tak akan datang. “Aku selalu menepati janji!” ucap Dong Joo.
Mereka berdua pergi ke tanah lapang di bawah pohon besar. Dong Joo mengajari Mi Sook kecil bermain pianika.
Mi Sook masih belum bisa mengatur nafasnya ketika meniup pianika. Dong Joo terus mengajari.
Mi
Sook kecil merasa kalau ia sudah bisa memainkannya dan minta di ajari
nada yang lain. Tapi Dong Joo mengatakan kalau latihan kali ini sudah
cukup dan lain kali bisa latihan lagi.
Mi Sook kecil : “Kau akan mengajariku lain kali? Bagaimana aku membalas kebaikanmu?”
Dong Joo berfikir kemudian ia bertanya, “Bagaimana caranya kau menunjukkan suara pada ibumu? Tunjukan bagaimana caranya!”
Dong Joo lalu menyebutkan solmisasi yang sama ketika Mi Sook kecil menyebutkannya ketika di rumah Dong Joo.
Do....
Re....
Mi....
Faaaa...
“Aku tak melakukan itu lagi!” jawab Mi Sook kecil. “Kukira ibuku tak bisa mendengar tapi ternyata dia bisa!”
Dong Joo : Apa?
Mi Sook Kecil : “Apa kau mau kuajari caranya?”
Mi Sook kecil menutup matanya, “Kalau kau menutup matamu dan berkonsentrasi kau akan bisa melihat apa yang ingin kau lihat!”
Kemudian
ia menutup telinga dengan kedua tangnnya, “Jika kau menutup telingamu
seperti ini kau akan bisa mendengar apa yang ingin kau dengar.
Aku bisa melihat paman, lalu kau akan bisa melihat paman. Aku bisa mendengar suara ibu, lalu aku bisa mendengar suaranya.
Kung kung kung!” gumam Mi sook kecil menutup mata dan telinganya.
Dong Joo mengikuti apa yang dilakukan Mi Sook kecil, “Aku mengerti. Ibuku....dan kakek!”
Mi Sook kecil tanya bagaimana suaranya
“Aku mendengarnya!” sahut Dong Joo masih menutup mata dan telinganya.
Mi Sook kecil ingin tahu, “Suara apa itu? Suara apa itu?”
“Suaramu!” Dong Joo membuka mata dan telinganya. “Kau menyuruhku berkonsentrasi tapi kau bicara terus!”
Mi Sook kecil : “Tapi kau... tidak tidak...”
Mi Sook kecil tak jadi mengatakannya. Dong Joo penasaran, “Apa? Apa yang ingin kau katakan?”
Mi Sook memperagakan bahasa isyarat.
Jemari terbuka dengan ibu jari menyentuh hidung setelah itu mengatupkan
kedua ibu jari dan telunjuk secara bersamaan.
Dong Joo tak mengerti, Apa?
Mi Sook kecil melakukannya lagi lalu meniup pianika.
Dong Joo memeperagakan apa yang dilakukan Mi sook kecil, “Apa itu? apa yang kau katakan?
Mi Sook kecil menggeleng tak mau menjawab.
Dong Joo kembali memperagakannya dan ia terus penasaran, “Hey apa yang kau lakukan? Kau selalu seperti itu.”
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment