Dong
Joo pergi meninggalkan kantor Woo Kyung. Woo Ri ingin tahu apa ini
semua perbuatan Joon Ha dan apa salah Dong Joo sampai dia dipecat. Joon
Ha berkata bukankah tadi Woo Ri sudah mendengar yang ia ucapkan. Ia tak
mau lagi melihat Dong Joo. Woo Ri kecewa apa ini alasan Joon Ha memecat
Dong Joo, hanya karena tak mau melihat Dong Joo lagi, “Kakak memecatnya
karena itu? apa Kakak sudah gila? Kenapa Kakak tak mencoba mengerti
dia?”
Joon Ha : “Mengerti? Kenapa aku harus mengerti? Aku tak mau ingatanku tentang dia membuatku muak. Aku ingin menghapus semuanya.”
Woo
Ri mengeraskan suaranya. Apa Kakaknya bisa melakukan itu, silakan saja
mencoba melupakan. Tapi kalau dirinya, ia tak akan bisa. Walaupun
Kakaknya pergi, ia akan tetap merindukan Kakaknya sampai ia marah dan
membenci Kakaknya. Ia sendiri tak bisa melupakan Kakaknya. Woo Ri sangat
kecewa dengan sikap Joon Ha dan berkata yang bodoh itu bukan ayahnya
tapi Joon Ha. Woo Ri pergi meninggalkan Joon Ha dengan kekesalannya.
Joon Ha menerima telepon dari Presdir Choi.
Joon
Ha segera menemui ayahnya di parkiran. Sek Kim membukakan pintu mobil,
Presdir Choi ada di dalam mobil. Presdir Choi bertanya apa Joon Ha tahu
apa yang sudah dilakukan Dong Joo. Ia menyerahkan berkas yang ia terima
dari istrinya. Joon Ha membacanya ‘Surat Wasiat’
Presdir Choi mengatakan kalau
surat wasiat ayah kandung Dong Joo akan dimuat di media. Kita terpojok.
Selama 16 tahun Joon Ha bersama Dong Joo dan Ny Tae. Apa Joon Ha tak
tahu adanya surat wasiat ini. Bukankah Joon Ha bilang sangat mengenal
Dong Joo tapi Joon Ha sudah ditikam 2 kali oleh Dong Joo.
Joon Ha menegaskan kalau itu tak
akan terjadi lagi. Kalau masalah ini dibawa ke pengadilan perlu waktu 5
sampai 10 tahun hingga kedua belah pihak menyerah. Dong Joo tak akan
melakukan ini dengan mudah. Yang perlu kita lakukan adalah mengumpulkan
kepercayaan dan mencoba mencari selamat.
Presdir Choi yakin kalau Dong
Joo tak akan melakukan ini sendirian. Maka dari itu Joon Ha harus bisa
menguasai Min Soo. Kalau sampai Dir Kang membantu Dong Joo, tamatlah
kita. Joon Ha mengerti dan memandang Presdir Choi dengan tatapan aneh.
Presdir
Choi berpapasan dengan rombongan Dewan Direksi. Mereka menanyakan
berkas yang mereka terima. Presdir Choi bersikap sesantai mungkin,
sepertinya Dewan Direksi tak puas terhadapnya dan berkata kalau ia tak
melakukan kesalahan apapun. Ia tak punya alasan untuk dikritik.
“Lalu dokumen ini dari Cha Dong Joo. Apa ini?” tanya salah seorang dari mereka. “Kalau ini benar kami tak bisa diam saja.”
Presdir Choi menyampaikan kalau
Cha Dong Joo bukan anak kandungnya. "Seseorang yang tuli akan memimpin
perusahaan. Kenapa kalian begitu mudah masuk perangkapnya? Kalau aku
bersalah, kesalahanku adalah tak becus membesarkan anak. Itu saja. Aku
Choi Jin Chul selama 30 tahun telah membesarkan Woo Kyung. Selama itu
aku tak pernah berdiam diri.”
Joon
Ha di ruangannya. Ia tertawa sendiri, Min Soo masuk dan heran melihat
sikap Joon Ha yang seolah tak terjadi apa-apa, sementara ia sendiri
sangat khawatir. Joon Ha menyangkal ia juga shock sampai tak bisa
berhenti tertawa. “Dia bukan Cha Dong Joo yang kukenal, setelah ditikam
dari belakang dua kali aku merasa pikiranku jadi lebih jernih.”
Min Soo memberi tahu kalau
masalah ini sampai ke pengadilan kita dalam posisi yang tak diuntungkan.
Ia ingin tahu apa rencana Joon Ha selanjutnya. Joon Ha tak tahu lagi
bagaimana caranya mengalahakan Dong Joo. Ia meminta Min Soo memberitahu
padanya apa yang harus ia lakukan. Min Soo juga tak bisa memberikan
solusi karena ia tak memiliki kemampuan untuk itu.
Joon Ha berkata selama Dong Joo
ingin mendapatkan apa yang pernah menjadi miliknya. Kita tak punya waktu
lagi Joon Ha meminta Min Soo memikirkan baik-baik.
Woo Ri mendapat sms dari Dong Joo ‘Aku bukan pihak yang kalah jadi kau tak perlu menghiburku. Akan kuhubungi kau lagi nanti.’
Woo Ri membalas sms Dong Joo, ‘Apa yang terjadi? Ayo kita bertemu’ Woo Ri berfikir kembali apa ia harus mengirim sms itu.
Dong Joo dan ibunya tengah makan di restouran. Dong Joo mendapat sms dari Woo Ri. ‘Salut’ (wah berarti tulisan sms nya diganti)
Ny Tae menepuk meja meminta
perhatian Dong Joo. Dong Joo menyimpan ponselnya. Ny Tae berkata
seharusnya Dong Joo melihat wajah Choi Jin Chul tadi pagi. Ia penasaran
seperti apa wajah Choi Jin Chul ketika di pengadilan nanti dan bertanya
pada Dong Joo kapan Dong Joo kau akan mengeluarkan ‘kartu terakhir’
(senjata terakhir). Dong Joo mengatakan ia akan mengeluarkan kartu
terakhir kalau Choi Jin Chul tak mengakui kesalahan pada pertemuan Dewan
Direksi. Ny Tae tak yakin Choi Jin Chul akan mengakui kesalahan. Ia tak
percaya putranya masih berharap Choi Jin Chul melakukan itu. “Kau
anakku tapi kau terlalu polos. Lihat saja sampai mati pun dia tak akan
mengaku.”
Dong
Joo tersenyum melihat kedatangan seseorang, Min Soo. Lain halnya dengan
Ny Tae, ia terkejut Min Soo datang. Dong Joo ingin tahu bagaimana
dengan suasana kantor. Min Soo berkata kalau Joon Ha sangat tegang dan
dia terlihat sangat mencurigakan. Dong Joo tahu kalau ini akan terjadi,
“Kau bilang kau mau jadi mata-mataku. Mana hasilnya?”
Ny Tae heran, “Mata-mata? Apa yang kalian bicarakan?”
Min Soo menatap Ny Tae penuh harap, “Bibi. Maukah kau memaafkan ayahku?”
Dong Joo berkata sangat yakin kalau ibunya sudah memaafkan itu. Ny Tae diam saja. Min Soo permisi ke belakang (mungkin ke toilet).
Ny Tae ingin tahu apa Dong Joo sudah
menceritakan semuanya pada Min Soo. Dir Kang adalah kaki tangan Choi Jin
Chul dan Dong Joo tak boleh mempercayai Min Soo begitu saja. Dong Joo
berkata kalau Min Soo itu anak yang jujur. Ketika ia menceritakan
semuanya dan minta maaf Min Soo bahkan mau membantunya.
Ditengah-tengah obrolan keduanya
Choi Jin Chul menelepon Ny Tae. Ny Tae bicara menjauh dari Dong Joo.
Min Soo sudah kembali dari toilet (mungkin).
Ny
Tae berbicara dengan Choi Jin Chul di telepon, “Kau mau menemuiku? Tapi
aku tak bisa. Ada yang harus kulakukan. Aku harus ke rumah Dong Joo dan
memberi makan ikan. Kalau itu yang kau mau, datanglah!”
Kim Bi memprentasikan rencana
Produk di depan Joon Ha. Joon Ha lebih memilih pilihan yang B. Ny Tae
meneleponnya. Joon Ha berkata kalau ia tengah rapat.
Ny Tae : “Bagaimana rencana Dong Joo. Apa kau menyukainya?”
Joon Ha : “Aku sibuk, tak ada yang bisa kusampaikan.”
Joon Ha akan menutup telepon
tapi Ny Tae buru-buru mengatakan kalau Joon Ha harus menemui Choi Jin
Chul di rumah Dong Joo karena sepertinya Choi Jin Chul mau membicarakan
warisan dan Joon Ha harus datang karena Joon Ha anak Choi Jin Chul. Joon
Ha hanya menjawab terima kasih karena Ny Tae masih memikirkannya. Joon
Ha langsung menutup teleponnya.
Joon
Ha meminta pendapat Park Dae Ri tentang rencana yang dipaparkan oleh
Kim Bi. Park Dae Ri mengatakan kalau ia lebih menyukai pilihan A dan CEO
Cha bilang juga menyukai pilihan A. Joon Ha tak menanyakan pendapat CEO
Cha. Ia menanyakan pendapat Park Dae Ri dan meminta pendapat Kim
Bi. Kim Bi bingung karena menurutnya pilihan A adalah konsep yang
terbaik tapi ia juga menyukai pilihan B. Joon Ha menilai produknya tidak
akan terlihat menonjol kalau memakai pilihan A dan memutuskan
menggunakan pilihan B.
Kim
Bi mengeluh pada Woo Ri. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Joon Ha.
Apa alasan Joon Ha memecat Bos-nya. Ia ingin Woo Ri mengatakan sesuatu
padanya bukankah Woo Ri dekat dengan mereka. Woo Ri hanya menjawab tak
tahu.
Kim
Bi mendesak ia ingin tahu. Seung Chul datang ke kantor dan melihat Kim
Bi memaksa Woo Ri mengatakan alasan kenapa Joon Ha memecat Dong Joo.
Seung Chul tentu saja tak senang dengan sikap Kim Bi yang dekat-dekat
dengan Woo Ri. Ia menepuk pundak Kim Bi. Kim Bi merasa ia pernah melihat
Seung Chul. Apakah ia mengenal Seung Chul.
Seung Chul kesal memangnya ia
harus mengenal semua pegawai disini. Ia menyuruh Kim Bi mengurus
pekerjaan Kim Bi saja. Kim Bi pergi tapi sebelum ia pergi ia meminta Woo
Ri nanti memberi tahu dirinya alasan Joon Ha memecat Bos-nya.
Seung
Chul penasaran dengan sebutan Bos yang dimaksud Kim Bi. Ia bertanya
siapa dia. Woo Ri mendesah dan menjawab kalau itu Cha Dong Joo. Seung
Chul kaget mengetahui Dong Joo dipecat. ia menebak ini pasti perbuatan
Jang Joon Ha. Seung Chul marah ia berniat melabrak Joon Ha. Woo Ri heran
dan menahan Seung Chul, bukankah yang dipecat itu Dong Joo kenapa Seung
Chul yang marah.
Seung Chul tak tahu harus berkata apa
lagi. Kemudian ia mengeluarkan sebuah kertas pemesanan pembelian
kendaraan. Woo Ri kaget apa Seung Chul mau membeli mobil.
Seung Chul : “Bukankah sudah
kukatakan. Kita ini sudah ditakdirkan bersama. Ketika aku bisa punya
mobil, orang yang biasa mengantarmu naik mobil, dia sudah dipecat.”
Seung Chul ingin tahu berapa
banyak penghasilan Woo Ri sampai bisa membeli mobil. Dari pada Woo Ri
bekerja seperti ini lebih baik bekerja di kafe ayamnya. Ia akan menggaji
5 juta Won. Woo Ri meminta Seung Chul cepat mengembalikan uangnya yang 2
juta Won. Ia meminta Seung Chul jangan merecoki pekerjannya.
Young
Kyu di Taman Botani mengurusi bunga-bunga. Ia kesal melihat Na Mi Sook
selalu mengikuti dan mengejarnya. Na Mi Sook duduk di kursi
memperhatikan Young Kyu bekerja.
Young Kyu menghampiri Mi Sook, “Kenapa kenapa kenapa kenapa kau mengikutiku terus?”
Mi Sook : “Kenapa kenapa kenapa kau begitu membenciku?”
Young
kyu makin kesal kenapa Mi Sook tak mengenakan make up. Ia tak suka Na
Mi Sook mirip Ibunya Woo Ri karena itu membuatnya bingung.
“Tidakkah kau pikir ini keajaiban?” Mi
Sook menatap langit, “Atau aku adalah hadiah yang dikirim oleh Mi Sook
dari surga.” Young Kyu mencari bingkisan hadiah yang diucapkan Mi Sook,
“Apa? Mana hadiah?”
Mi Sook tersenyum, “Aku...”
Young Kyu bingung ia tak mengerti.
Terdengar
teriakan Menajer Seo memanggil Young Kyu. Ia panik karena poster yang
ditempelkan Young Kyu hilang. Young Kyu bilang ia yang mengambilnya
karena Ma Roo sudah pulang.
Manajer
Seo berkata seharusnya Young Kyu membawa Ma Roo padaknya. Young Kyu
menjelaskan kalau Ma Roo itu sibuk sekali, “Dia dokter tapi kerja di
kantor karena dia juga anak Choi Jin Chul.”
Manajer Seo terkejut, “Siapa?”
Young Kyu : “Manajer, kau bingung kan? Ma Roo itu anakku tapi juga anak Choi Jin Chul.”
Manajer Seo membentak meminta Young Kyu jangan bercanda. Kalau Young Kyu bohong bisa dipenjara.
“Dia tak bohong.” sahut Mi Sook. “Ini hanya masalah rahasia keluarga.” Mi Sook memperagakan kode rahasia.
Manajer
Seo heran siapa Mi Sook. Mi Sook tersenyum malu-malu dan menyenggol
Young Kyu. Young Kyu heran kenapa Mi Sook menyenggolnya. Mi Sook kembali
tersenyum malu-malu.
Manajer
Seo langsung bisa menebaknya. Ia kesal bukan main dan berteriak sambil
mengacak-acak rambutnya. Young Kyu dan Mi Sook heran melihatnya.
Manajer Seo : “Bong Young Kyu, aku saja belum pernah punya pacar. Ini tidak benar. Ini tidak mungkin, tak boleh terjadi.”
Dong Joo datang dan memanggil
Young Kyu. Melihat Dong Joo datang Mi Sook langsung menutup wajahnya
dengan tas. Dong Joo melihatnya dan terheran-heran. Dong Joo ingin
bicara dengan Young Kyu. Keduanya duduk di bangku taman.
Dong
Joo berkata dengan nada sedih, setiap berseteru pasti bisa didamaikan
tapi kali ini malah semakin parah. Bagaimana kalau tidak bisa berdamai
selamanya. Young Kyu tak mengerti siapa yang maksud Dong Joo.
“Orang
yang kusukai.” Sahut Dong Joo. Young Kyu menyarankan kalau begitu
katakan padanya kalau Dong Joo tak mau bertengkar dengannya. Dong Joo
berkata kalau dia sudah tak mau mendengarkannya lagi.
Young
Kyu : “Shin Ae juga seperti itu. Dia tak mau mendengarkan. Dia tak
pernah mau kalau kusuruh pergi. Dia selalu kembali. Dia selalu berteriak
pada ibu walaupun kusuruh berhenti. Walalupun kubuatkan nasi enak, dia
tetap saja marah-marah. Setiap hari kerjanya marah-marah.”
Young Kyu memperlihatkan wajah
marah-marahnya Shin Ae, “Kau selalu sakit kepala setiap berteriak
mungkin itu sebabnya dia marah-marah. Mong Goon dan Ibu Seung Shul suka
pada semua orang kecuali Shin Ae. Bahkan Ibu pun mungkin tak
menyukainya. Aku tak menyukainya.”
Dong Joo : “Jadi itu sebabnya...”
Young
Kyu : “Benar karena semua orang tak menyukainya aku kasihan pada Shin
Ae. Dia tak punya teman. Tak ada yang mau berteman dengannya.”
(Ya ampun ucapan seperti ini keluar dari mulut seorang Bong Young Kyu. Salut)
Young Kyu berkata setelah ia
menanam tanaman ia akan memberi makan ikan. Young Kyu melanjutkan
pekerjaanya. Dong Joo merenungi apa yang dikatakan Young Kyu, “Benar
juga aku punya teman bicara disini tapi Kakakku tak punya.” Batin Dong
Joo.
Ny
Tae memberi makan ikan-ikan Dong Joo, Presdir Choi datang dengan
kekesalannya. Presdir berkata kalau ia tak mau membuang waktu. Ia tahu
kalau Dong Joo menginginkan Energy Cell. Ia akan menulis perusahaan atas
nama Dong Joo dan mengajak istrinya bercerai dan menyelesaikan
semuanya.
Ny Tae setuju karena hidup
bersama Choi Jin Chul rasanya seperti hidup di neraka. “Pergilah seperti
ketika kau datang ke sini. Dengan tangan kosong.” (Artinya Ny Tae ingin bercerai asalkan Presdir Choi memberikan semua yang menjadi miliknya dan Dong Joo yaitu Woo Kyung)
Presdir Choi berkata kalau
Ny Tae sudah banyak berubah. “Apa kau pikir ini semua karena aku? Tidak.
Ayahmulah yang memulai semua ini.”
Ny Tae menebak, “Apa maksudmu perjanjian pranikah?”
Presdir Choi terkejut istrinya
mengetahui ini. Ny Tae mencibir ia merasa kasihan pada Choi Jin Chul,
“Kau anak yang tak punya ayah lalu kau jual dirimu demi uang.” Presdir
Choi meninggikan suaranya dan meminta Ny Tae hati-hati kalau bicara.
Ny Tae : “Apa kau kecewa? Itukah sebabnya kau membunuh ayahku?”
Young
Kyu berlari jingkrak-jingkrak karena akan memberi makan ikan. Tapi
Young Kyu terkejut melihat dari luar kalau di dalam rumah ada Choi Jin
Chul tengah berbincang dengan Ibu Dong Joo. Tepat saat itu Joon Ha juga
datang. Young Kyu tambah terkejut melihatnya, “Ma Ma Ma Roo.” ujar Young
Kyu senang bisa melihat Ma Roo lagi.
Dong
Joo heran melihat kedatangan Joon Ha dan bertanya untuk apa Joon Ha
datang ke rumahnya. Joon Ha tak menjawab ia berjalan masuk ke rumah.
Young Kyu bersembunyi di balik badan Dong Joo. Young Kyu ingin mengejar
tapi Dong Joo menahannya dan menarik Young Kyu menjauh dari sana.
Ny
Tae berkata kalau ia tengah mencari cara agar Presdir Choi memohon
padanya untuk menghapus penderitaan Presdir Choi dan itu yang selalu ia
pikirkan selama 16 tahun setiap kali melihat wajah anak Presdir Choi.
Presdir Choi mengungkapkan kalau
istrinya adalah penculik Joon Ha. ia minta istrinya mengatakan pada
Dong Joo untuk membatalkan rapat Dewan Direksi dan diam saja
mendengarkan rencananya.
Joon Ha hadir ditengah-tengah
keduanya. Nya Tae menyadari kehadiran Joon Ha tapi Presdir Choi tak
tahu. Ny Tae menolak melakukan apa yang diperintahkan Choi Jin Chul
karena ia sendiri yang menyebarkan surat wasiat ayah kandung Dong Joo.
Ia tak puas kalau hanya dengan memiliki Energy Cell. Kecuali Choi Jin
Chul berjanji akan mewariskan Woo Kyung pada Dong Joo. “Tapi tampaknya
tempat itu sudah kau siapkan untuk anak kandungmu sendiri kan?”
Presdir Choi : “Aku belum melakukan ... test DNA.” (wow itu berarti presdir Choi masih belum yakin kalau Joon Ha anaknya, kasihan Joon Ha)
Joon
Ha tersenyum miris mendengarnya. Presdir Choi meminta Ny Tae membawa
Dong Joo padanya dan menyuruh Dong Joo berlutut dihadapannya baru
kemudian ia akan menjadikan Dong Joo sebagai pewaris Woo Kyung.
Ny Tae : “Apa kau serius? Lalu bagaimana dengan Joon Ha?”
“Jangan jawab itu ayah!” sahut Joon Ha menghampiri keduanya dan membuat Presdir Choi terkejut.
Joon Ha : “Semuanya yang dikatakan Tae Yeon Suk bohong. Tak ada gunanya meladeni semua ucapannya.”
Young Kyu mengkhawatirkan Ma
Roo. Ia melihat disana ada Choi Jin Chul. Ia harus bertemu Choi Jin
Chul. Ia harus balas dendam dan mengucapkan terima kasih pada Choi Jin
Chul (balas dendam Young Kyu memperagakan dengan menepuk kepala dan terima kasih Young Kyu memperagakan memberi hormat)
Dong Joo menahan dan berkata
kalau Choi Jin Chul itu orang jahat. Ia akan mengirim Choi Jin Chul ke
tempat yang jauh dan meminta Young Kyu segera pergi saja.
Young
Kyu melihat Joon Ha keluar dari rumah, ia menyembunyikan wajahnya di
balik badan Dong Joo. Choi Jin Chul juga ikut keluar dan melihat Young
Kyu. Joon Ha menyuruh ayahnya segera masuk ke mobil. Young Kyu sedih
mendengar Joon Ha menyebut Choi Jin Chul dengan sebutan ayah.
“Kau mau kemana Joon Ha?” Ny Tae berteriak. Joon Ha dan Presdir Choi berbalik menatap Ny Tae.
Ny Tae : “Orang yang kau minta
untuk kau selamatkan ada disini. Ayahmu, Bong Young Kyu. 16 tahun yang
lalu kau berlutut dan memohon. Choi Jin Chul membunuh ibu tirimu lalu
kau minta aku menyelamatkan ayahmu agar tak dipenjara. Lalu kenapa kau
meninggalkan ayahmu yang baik ini dan memanggil musuhmu ‘ayah’?”
Young Kyu melihat wajah Joon Ha
sedih. Ia meminta Ny Tae jangan mengatakan itu karena Joon Ha akan
menangis. Ia menyuruh Joon Ha cepat pergi. Young Kyu tak ingin Ny Tae
bicara lebih jauh lagi dan membuat Joon Ha menangis. Young Kyu memohon
pada Ny Tae jangan melakukan ini. Ia mengaku salah.
Joon
Ha kembali mengajak ayahnya masuk ke mobil. Young Kyu sangat
mengkhawatirkan Joon Ha, bukankah Choi Jin Chul itu orang jahat.
Bukankah Dong Joo bilang akan mengejar Choi Jin Chul. Dong Joo minta
maaf ia akan mengejar Choi Jin Chul lain kali. Dong Joo mengaitkan
jemarinya, ia berjanji.
Shin
Ae meminta ponsel Woo Ri. Ia ingin tahu nomor telepon Joon Ha. Woo Ri
meminta Shin Ae membiarkan kakaknya sebentar saja. Shin Ae berkata kalau
itu bukan urusan Woo Ri ia tetap meminta Woo Ri berikan ponsel atau
memberikan nomor telepon Joon Ha.
Na Mi Sook datang dan mendengar
keributan antara Shin Ae dan Woo Ri. Shin Ae meminta Mi Sook jangan ikut
campur. Shin Ae memarahi Woo Ri memangnya siapa Woo Ri sampai melarang
dirinya bertemu anaknya. “Anak yang malang aku harus bertemu anakku.”
Mi Sook : “Kenapa kau bilang dia anak yang malang. Dia sudah memecat Cha Dong Joo dan tak merasa bersalah.”
Shin Ae terkejut mendengarnya, “Kau bilang Cha Dong Joo dipecat? Dan Ma Roo yang melakukannya?”
Mi Sook : “Benar. Dia bertingkah seperti dirimu tanpa belas kasihan.”
Shin Ae marah ia bertolak pinggang Keduanya baradu mulut. Woo Ri berusaha melerai keduanya.
Nenek datang karena mendengar
keributan. Mi Sook langsung berdiri di samping nenek. Nenek marah kenapa
Shin Ae tak sopan terhadap tamu dan menabok Shin Ae keras-keras.
Shin
Ae minta ibunya jangan seperti itu. Sikap Mi Sook seperti ini karena
ada maunya dengan Young Kyu. Apa Mi Sook pikir Young Kyu mau dengan Mi
Sook. “Young Kyu itu Oppa-ku, tak akan kuberikan Oppa-ku padamu!” (Wohoho ini pertama kalinya Shin Ae menyebut Young Kyu Kakaknya)
Nenek dan Woo Ri terkejut mendengarnya, “Oppa? Apa sekarang kau mau menjadi adiknya?” Shin Ae gelagapan dan berkata tak sudi.
Nenek bersyukur Shin Ae sudah
waras dan kata-kata Kakak keluar dari mulut Shin Ae. Ia tertawa senang
dan memuji Mi Sook sangat hebat. Sebelum ia meninggal satu keinginannya
sudah terkabul. Woo Ri juga senang Shin Ae membela ayahnya.
Young
Kyu datang tergesa-gesa mencari Woo Ri. Ia terkejut melihat Mi Sook
juga ada disana. Mi Sook tersenyum melihat kedatangan Young Kyu. Nenek
langsung berseru pada Shin Ae, “Hey Shin Ae Oppa-mu pulang!”
Young Kyu heran, “Oppa? Oppa? Aku ini Oppa siapa?”
Mi Sook langsung meraih tangan Young Kyu (agresif ya haha) tapi Young Kyu menarik tangannya tak mau disentuh Mi Sook.
Shin Ae kembali ke topik awal. Ia tetap meminta nomor telepon putranya pada Woo Ri dan bertanya dimana putranya.
Young
Kyu menarik Woo Ri masuk ke kamar. Ia mengatakan kalau ia tahu dimana
Ma Roo tapi ia meminta Woo Ri merahasiakan ini dari Shin Ae. Young Kyu
berkata kalau tadi Ma Roo datang ke rumah Dong Joo. Ibu Dong Joo juga
ada di sana, dia berteriak pada Choi Jin Chul lalu pergi. Young Kyu
sedih karena Ma Roo pergi dengan Choi Jin Chul dan mata Ma Roo seperti
mau menangis.
Woo Ri mengkhawatirkan ayahnya
tapi Young Kyu bilang ia tak apa-apa karena Dong Joo berjanji padanya
lain kali Dong Joo akan mengejar Choi Jin Chul.
Woo Ri tergesa-gesa menuju rumah
Dong Joo. Ia senang melihat mobil Dong Joo terparkir disana. Ia akan
menekan bel rumah tapi ia sadar dan niat itu ia urungkan. Ia melongok ke
kaca yang samar-samar tertutup tirai, sepi. Tak seorang pun ada di
rumah. Woo Ri berteriak memanggil nama Dong Joo, sekali lagi ia sadar
apa yang ia teriakan akan percuma. Dong Joo tak akan mendengarnya.
Di
kafe BBQ Chicken, Paman Lee heran dan bertanya pada putranya apa anak
pemilik juga bisa dipecat. Seung Chul malah menyahut kalau ayahnya
pemilik juga bisa dipecat. Ia minta ayahnya berhati-hati.
Tiba-tiba Dong Joo datang dan
meminta alkohol. Seung Chul menyahut bukankah Dong Joo dipecat, kenapa
datang ke tempatnya. Dong Joo meminta segelas alkohol. Tapi Seung Chul
malah bertanya apa kedatangan Dong Joo ke tempatnya ingin bertemu Woo
Ri. Dong Joo menjawab kalau sekarang ia merasa malu untuk bertemu Woo Ri
karena ia sudah dipecat.
Keduanya
duduk berhadapan. Seung Chul masih penasaran apa kedatangan Dong Joo
benar-benar sedang tak mencari Woo Ri. Dong Joo malah balik bertanya
kalau Seung Chul jadi dirinya apa Seung Chul tak malu menunjukan diri di
depan gadismu. Dong joo juga mengingatkan Seung Chul jangan menghubungi
Woo Ri.
Seung Chul : “Apa kau punya teman? Kenapa kau datang kesini?”
Dong
Joo mendesah dan bertanya apa Seung Chul mau menjadi temannya. Seung
Chul melotot, apa Dong Joo pikir ia mau menjadi teman Dong Joo. Ia
sangat membenci orang seperti Dong Joo. Dong Joo tersenyum ia ingin tahu
apa yang Seung Chul benci darinya. Seung Chul menjawab semuanya.
Joon
Ha bersama Presdir Choi di apartemennya. Presdir Choi membuka dokumen.
Joon Ha menuangkan air untuk Presdir Choi dan disana tergeletak sebuah
gambar yang dibuat oleh Young Kyu. Ada sebuah pesan kecil dari Woo Ri, ‘Hadiah kecil ini agar kau bisa belajar tertawa, ayah sudah pandai menulis kan?’ Ada tulisan yang dibuat Young Kyu di gambarnya, ‘Jangan sakit ha ha ha’
Presdir meminta Joon Ha duduk, Joon Ha langsung menyimpan gambar itu.
Joon
Ha melihat dokumen yang Presdir Choi berikan padanya, sepertinya itu
dokumen pengalihan kepemilikan. Tapi karena Dong Joo bersikap seperti
ingin membuat tuntutan. Maka dari itu ia belum memasukan Joon Ha ke
daftar keluarga. Kalau ia mengalihkan kekayaan pada Joon Ha sekarang,
waktunya tak sebentar. Presdir Choi meminta Joon Ha membuat surat
penolakan pemindahan saham.
Joon Ha membaca tuntutan yang
diajukan Dong Joo, “Jika kebanaran Choi Jin Chul adalah ayah Jang Joon
Ha terungkap maka Jang Joon Ha harus mengembalikan semua saham
miliknya.”
Presdir Choi minta Joon Ha tak
perlu kecewa karena ini sudah biasa dalam bisnis. Joon Ha berkata apa ia
juga harus menyerah menjadi ahli waris. Joon Ha pun membuat catatan
penolakan pemindahan saham dengan tulisannya.
Woo
Ri masih menunggu Dong Joo sampai hampir ketiduran. Ia melihat
ponselnya tapi tak ada panggilan atau sms dari Dong Joo. Untuk mengusir
rasa bosan Woo Ri menghembuskan nafas ke meja kaca. Ia menuliskan ‘db’
dan gambar senyum.
Ponsel Woo Ri tiba-tiba berdering, dengan cepat ia langsung melihatnya. Ia kecewa karena yang menelepon ternyata Bibi Lee.
Bibi Lee : “Kau dimana? Bawa pulang ‘susu putih’ ini (Dong Joo). Dia minum alkohol dan sekarang seperti ‘susu strawberry’.”
Dong
Joo dan Seung Chul bersulang minum alkohol. Seung Chul ingin tahu Dong
Joo belum mabuk kan. Dong Joo bukan laki-laki kalau minum segini saja
sudah mabuk. Dong Joo berkata kalau ia peminum yang hebat. Tapi Seung
Chul menyangkal, ia melihat mata Dong Joo tak berkata seperti itu.
Paman Lee heran melihat kedua
pemuda ini, sejak kapan putranya berteman dengan musuhnya. Bibi Lee
berkata kalau putranya itu tak polos tapi berjiwa besar. Ia memuji
dirinya sudah berhasil mendidik putranya menjadi pria sejati.
Woo Ri sampai ke kafe. Bibi Lee
berkata pada Woo Ri kalau ‘susu stawberry-nya’ sudah kembali menjadi
‘susu putih’. Ia meminta Woo Ri menjaga kafe. Ia mengajak suaminya
menggoreng ayam. Woo Ri melihat ke dua pemuda ini bicara akrab dalam
mabuk.
Seung Chul ingin tahu apa yang Dong Joo suka dari Bong Woo Ri. Rambutnya seperti helm dan pakaiannya berantakan.
Dong Joo : “Apa kau ingat tasnya? Tas merah itu? dia bukan anak kecil lagi.”
Seung Chul : “Begitukah? Itu saja? Kenapa kalau bicara suaranya keras?”
Dong Joo : “Apa? Suaranya seperti piano.”
Seung Chul : ”Piano? Ah yang benar saja. Kau memang tak bisa mendengar... tapi maksudku adalah ...”
Dong Joo : “Tak apa-apa walaupun aku tak bisa mendengar, dia bilang dia menyukaiku.”
Seung
Chul : “Siapa bilang menyukaimu? Siapa? Hey, Kau itu baru saja belajar
bernafas. Bong Woo Ri dan aku sudah 16 tahun bersama.”
Dong Joo : “Denganku pun sudah 16 tahun. Aku bertemu dia ketika dia berusia 9 tahun.”
Seung Chul : “Kapan? dimana? Bulan apa? jam berapa?”
Dong Joo tertawa, “Hey.. Lee Seung Chul kau bukan sainganku.”
Woo Ri tersenyum melihat keduanya.
Seung Chul : “Kalau begitu bagaimana yang satunya lagi?”
Dong Joo : “Kenapa? Memangnya ada orang lain lagi selain kita berdua?”
Seung
Chul : “Apa kau tak tahu? Jang Joon Ha juga menyukainya. Hubungan
kalian kan sedang tak baik, makanya kau tak tahu. Dia berlagak jadi
Kakaknya dan ingin membelikan rumah di Seoul ‘kalau tak mau datang
sendiri bawa seluruh keluargamu’ apa seperti itu sikap seorang Kakak?
Kau tak tahu kan?”
Dong Joo melirihkan suaranya dan
mengatakan ia sudah tahu itu. Seung Chul heran Dong Joo sudah tahu itu
dan Dong Joo pergi begitu saja. Katika dia masih kecil dia meninggalkan
keluarganya dan Dong Joo masih simpati padanya. Dong Joo berkata kalau
Joon Ha tak meninggalkan keluarganya. Joon Ha pikir dia meninggalkan
keluarganya tak hanya brengsek tapi juga bodoh.
Seung Chul berkata kalau Dong
Joo lebih bodoh dari Joon Ha. Dong Joo tertawa dan mengusulkan bagaimana
kalau menantang Joon Ha minum bukankah Seung Chul bilang Seung Chul
pejuang tangguh. Seung Chul jelas saja mau dan bersemangat. Tapi
kemudian Dong Joo mendesah meminta Seung Chul melupakan itu karena Joon
Ha lebih suka minum sendirian. “Jang Joon Ha tak punya teman sepertimu!”
Seung Chul : “Siapa bilang aku temanmu?”
Dong Joo : “Lalu, apa kau mau jadi adikku? Minta apa saja, Kakak akan memberikan apa saja.”
Seung Chul tertawa kemudian
menatap tajam Dong Joo, “Kakak berikan aku Bong Woo Ri! Kak Dong Joo,
katanya kau mau memberikan apa saja.” Dong Joo jelas tak mau dan
keduanya beradu mulut dalam mabuk.
Joon
Ha memasang gambar Young Kyu di pintu lemari es, Ia tersenyum memandang
gambar itu. Joon Ha kembali membaca catatan yang ia buat mengenai
penolakan pemindahan saham. Ia tersenyum sinis. Dan terdengar olehnya
bel pintu rumah berbunyi.
Woo
Ri datang mengunjunginya membawakan ayam goreng BBQ Chicken. Woo Ri
melihat di meja tergeletak dokumen-dokumen. Woo Ri tanya apa Joon Ha
tengah bekerja. Joon Ha takut Woo Ri membaca itu, ia akan membereskannya
tapi Woo Ri meminta ia saja yang membereskannya.
Joon Ha menolak dan mendorong
Woo Ri. Ia menyuruh Woo Ri cepat pulang karena ia banyak pekerjaan. Woo
Ri minta maaf dan berpesan agar Joon Ha memakan ayam goreng itu.
Joon
Ha marah apa Woo Ri itu bodoh, tak ada gunanya Woo Ri datang jauh-jauh
membawa ayam goreng ke rumahnya, apa lagi naik bus. Joon Ha kembali
menyuruh Woo Ri pulang. Woo Ri mengerti dan segera pulang dengan
perasaan sedih. Tapi ia tersenyum melihat gambar yang dibuat ayahnya
dipajang disana.
Melihat
itu Joon Ha langsung mencabut gambar dan sobeklah gambar itu. Joon Ha
terkejut karena ia tak bermaksud untuk merobeknya. Joon Ha membuang
gambar itu dan langsung masuk kamar. Di dalam kamar Joon Ha terduduk
sedih.
Esok
harinya Woo Ri sampai di kantor dan menyapa semua karyawan. Ia heran
melihat Na Mi Sook pagi-pagi sudah sampai di kantor. Woo Ri memandang
kursi Dong Joo yang kosong, tak ada penghuninya. Ia hanya mendesah
kesal.
Kim Bi tiba-tiba datang dan
berteriak kalau Bos datang. Mi Sook tak percaya bukankah Dong Joo sudah
dipecat. Kim Bi menegaskan kalau Dong Joo datang lagi. Woo Ri senang
mendengarnya.
Pertemuan
dewan direksi, Dong Joo berdiri di podium dan mengatakan kalau tujuan
ia dan dewan direksi berkumpul adalah membahas pemberhentian Choi Jin
Chul. Dong Joo meminta dewan direksi melihat wasiat ayah kandungnya,
“Bahwa aku mewarisi 77% saham Woo Kyung. Bertentangan dengan surat
wasiat, Choi Jin Chul menguasai seluruh saham tersebut dan sekarang dia
Presden Direktur.”
Presdir Choi mencibir apa Dong
Joo mengumpulkan dewan direksi untuk menentang warisan. Dong Joo berkata
kalau ia hanya mau menunjukkan bahwa orang yang duduk di kursi Presiden
Direktur yang sekarang sebenarnya tak punya hak. Presdir Choi memberi
tahu kalau Ibu Dong Joo (Tae Yeon Suk) sudah menyerahkan bisnis padanya.
Dong Joo berkata kalau ibunya hanya mempercayakan Woo Kyung pada Choi
Jin Chul bukan menyerahkan agar Choi Jin Chul berkuasa semaunya.
Dong
Joo mengungkapkan kalau 16 tahun yang lalu Choi Jin Chul menjual Woo
Kyung Cosmetics dan bertanya siapa yang mengizinkan Choi Jin Chul
melakukan itu. Presdir Choi menjawab kalau ia mendapat izin dari
almarhum Kakek Dong Joo. Dong Joo meminta bukti.
Presdir Choi : “Kalau saja aku bisa, akan kubawa Kakekmu kesini untuk mengatakannya sendiri.”
Dong Joo : “Kalau Kakekku ada disini sekarang, apakah hanya itu yang akan dikatakannya?”
Dir Kang mengingatkan agar
masalah rumah dibicarakan di rumah dan masalah pekerjaan dibicarakan di
kantor, “Perusahaan ini adalah perusahaan dengan sistem semikonduktor
terbesar. Kenapa Presdir Choi diberhentikan? Apakah dia menyebabkan
perusahaan rugi? Apa kau punya bukti?”
Dong Joo memperlihatkan dokumen penjualan Energy Cell dan kerugian yang dihasilakannya cukup besar.
Woo
Ri mendengar kasak-kusuk staf marketing. Mereka berpendapat Dong Joo
tak seharusnya bersikap seperti itu pada ayahnya. Staf yang lain berkata
kalau Choi Jin Chul bukan ayah kandungnya. Woo Ri hanya bisa menarik
nafas panjangnya.
Woo Ri membuka sms Dong Joo ‘Bukan aku yang kalah kau tak perlu menghiburku. Selesai bekerja kau akan ku hubungi tunggu saja.’ Woo Ri berucap penuh semangat, “Cha Dong Joo bertahanlah!”
Presdir
Choi berkata kalau dalam situasi darurat CEO diperkenankan menjual
perusahaan setelah mendapat persetujuan dewan direksi dan ini ada dalam
peraturan perusahaan. Dong Joo ingin tahu bagaimana dengan pembuatan
sistem semikonduktor. Jika para dewan direksi tak setuju apakah ada
aturan kalau Presdir bisa berbuat semaunya. Presdir Choi menatap Dir
Kang dan ia berfikir kalau Dir Kang bisa menjawab pertanyaan Dong Joo.
Presdir Choi mencibir bukankah Dong Joo sudah dipecat tapi Dong Joo
tetap berani menyingkirkannya.
Dong Joo mengerti karena
posisinya sudah dipecat ia tak memenuhi syarat untuk bisa mengangkat
masalah ini dan ia akan menyampaikan ini pada rapat pemegang saham.
Hasil rapat hari ini akan ia laporkan pada pemegang saham. Di luar rapat
ini ia akan menjelaskan alasan mengapa Choi Jin Chul perlu
diberhentikan.
Presdir Choi emosi kenapa Dong
Joo tidak melakukan disini saja. Dong Joo inginnya begitu tapi ia tak
percaya pada para Dewan Direksi Woo Kyung. Dir Kang khawatir jika Dong
Joo melapor ini pada pemegang saham masalah ini akan terbuka ke
masyarakat. Ia tahu Dong Joo tak peduli pada nama baik Woo Kyung.
Dong Joo : “Mana yang kalian anggap penting, menjaga nama baik atau menutupi kejahatan?”
Presdir Choi menggebrak meja, “Kau... Apa kau mau memasalahkan ini sampai akhir?”
Dengan santai Dong Joo berkata kalau ini bukan akhir tapi baru permulaan. “Sampai bertemu di rapat pemegang saham!”
Dir Kang mengejar Dong Joo, ia ingin bicara dengan Dong Joo.
Presdir
Choi kesal karena Dong Joo mau mengungkap masalah ini di rapat pemegang
saham. Ia sudah memberi Joon Ha arahan untuk menutup Energy Cell, para
pemegang saham ingin mengetahui informasinya. Dengan santai Joon Ha
berkata kalau semua itu tak ada gunanya karena sudah berakhir. Presdir
Choi terkejut mendengar perkataan Joon Ha.
Joon
Ha berkata kalau ia akan menggunakan uang yang diberikan Presdir Choi
dengan sebaik-baiknya. Presdir marah dan menahan paksa Joon Ha, ia ingin
tahu apa maksud perkataan Joon Ha.
Joon Ha : “Aku sudah berusaha menjadi anakmu tapi kau tetap mengatakan aku bukan anakmu. Tidak apa-apa. Aku tak rugi.”
Presdir marah ia merasa dikhianati Joon Ha.
Dir
Kang memohon Dong Joo jangan mengungkapkan masalah ke pemegang saham,
sudah cukup menyingkirkan Choi Jin Chul saja. Dong Joo berkata kalau ini
bukan hanya untuknya tapi untuk Dir Kang juga. Dong Joo melihat Min Soo
datang. Ia meminta Dir Kang mendiskusikan ini dengan Min Soo untuk
mencari jalan keluar. Ia tak akan memaafkan Dir Kang kalau berbuat
macam-macam lagi.
Dir
Kang ingin tahu seberapa banyak yang diketahui Min Soo. Dong Joo
melirik ke arah Min Soo. Dir Kang mengikuti arah pandang Dong Joo dan
terkejut putrinya sudah ada disana.
Min Soo langsung menggandeng
lengan ayahnya dan berkata kalau ayahnya sudah lama tak kencan
dengannya. Min Soo mengajak ayahnya pergi dan berjanji akan menghubungi
Dong Joo nanti.
Joon
Ha keluar ruangan dan melihat Dong Joo masih disana. Keduanya bertemu
pandang. Presdir Choi menyusul Joon Ha dan marah-marah, apa Joon Ha
sudah lupa apa yang Joon Ha tulis.
Joon Ha menatap sinis, “Kenapa?
Agar bisa kau berikan pada anakmu Cha Dong Joo?” Joon Ha menepis
pegangan tangan Presdri Choi dan mengeluarkan catatan penolakan
pemindahan saham. “Itu sebabnya aku tak mau menuliskan semua ini.” Joon
Ha merobek kertas penolakan pemindahan saham dan membuangnya begitu saja
(maaf dilarang buang sampah sembarangan hahaha)
Presdir Choi : “Apa yang kau lakukan pada ayahmu?”
Joon Ha menatap tajam, “Ayah katamu? Aku tak punya ayah.”
“JANG JOON HA...” Presdir Choi mengguncang tubuh Joon Ha seraya berteriak.
“Apa kau tak malu di depan anakmu?” Joon Ha menatap Dong Joo, dengan paksa ia menyingkirkan tangan Choi Jin Chul dari tubuhnya.
Presdri Choi seperti terkena
serangan jantung dadakan. Ia berusaha menggapai dinding untuk mencari
pegangan. Joon Ha meninggalkannya begitu saja dan menghampiri Dong Joo.
Joon
Ha : “Kau mau apa? Semua yang mau kau ambil dari Choi Jin Chul sudah
kuambil. Kau harus berhadapan denganku kalau kau mau menginginkan Woo
Kyung.”
Joon Ha berlalu dari hadapan Dong Joo. Presdir Choi berusaha berdiri ia menelepon Sek Kim.
Dong Joo pulang ke rumahnya. Ia memandangi ikan-ikannya. Dong Joo mengambil ponselnya dan membaca sms dari Woo Ri, ‘Kau tak lupa kalau aku masih menunggu kan? Begitu semua berakhir kau harus membelikan aku sesuatu. Harus.’
Woo Ri membaca sms balasan dari Dong Joo, ‘Penawaran kencan pertama, ayo bertemu.’
Woo Ri menghela nafas. Dong Joo menunggu sms balasan dari Woo Ri tapi tak kunjung datang.
Esok
harinya Dong Joo mengajak Woo Ri kencan. Keduanya berada di dalam
mobil. Woo Ri menyentuh bahu Dong Joo dan bertanya apa Dong Joo tak
merindukannya. Dong Joo menjawab kalau ia lupa karena sangat sibuk. Woo
Ri berkata kalau ia sangat terkejut ketika menerima tawaran kencan dari
Dong Joo. Memangnya Dong Joo itu siapa. Dong Joo tertawa dan meminta Woo
Ri mengatakan saja apa yang ingin Woo Ri lakukan.
Woo
Ri langusng mengambil ponsel dan mengarahkannya ke Dong Joo. Ia
memotret sembarangan. Dong Joo melarang Woo Ri mengambil gambarnya
begitu. Woo Ri minta Dong Joo bergaya. Dong Joo langsung bergaya sesuai
arahan Woo Ri sambil mengemudi dan tersenyum.
Dong Joo minta Woo Ri
memaafkannya karena ia sudah berbuat kesalahan dan tak pernah
menghubungi Woo Ri karena sibuk. Woo Ri merengut diam. Dong Joo kembali
meminta Woo Ri memaafkannya. Dengan judesnya Woo Ri menolak, ia akan
balas dendam pada Dong Joo. Tapi cemberutnya itu langsung diikuti dengan
senyuman.
Ada yang menelepon Woo Ri
sepertinya Joon Ha tapi Woo Ri mematikan dan langsung menonaktifkan
ponselnya. Dong Joo heran dan bertanya siapa yang menelepon. Woo Ri tak
mengatakannya dan beralasan kalau ini kencan pertamanya tak boleh ada
yang mengganggu.
Presdir
Choi berada di dalam mobil di depan apartemen Joon Ha. Sek Kim memberi
tahu kalau Joon Ha ada di rumah tapi tak mengangkat telepon. Sek Kim
bertanya apa Presdir Choi akan langsung ke kantor tapi Presdir berkata
ia akan ke Pucheon.
Dong
Joo dan Woo Ri jalan berdua menikmati pemandangan danau. Dong Joo mulai
menceritakan hari-harinya setelah ia dipecat. Setiap hari yang ia
lakukan adalah makan, minum alkohol, lalu tidur dan waktu berjalan
sangat cepat. Banyak hal yang tadinya tak terpikirkan olehnya muncul
begitu saja.
Dong Joo : “Choi Jin Chul adalah
ayah Jang Joon Ha, X adalah Y. Kenapa sulit membayangkannya? Kalau bagi
Cha Dong Joo yang IQ-nya 300 saja sulit apa lagi bagi Bong Woo Ri.”
Woo Ri merasa akan lebih mudah
menjawab soal matematika. Sesulit apapun pasti bisa diselesaikan.
Jawaban salah atau benar tinggal dihapus, selesai sudah.
Dong
Joo menyindir apa Woo Ri tak pernah belajar dengan serius. Woo Ri malah
bertanya kenapa harus belajar serius karena semua temannya yang belajar
serius semuanya aneh-aneh. Cha Dong Joo yang IQ-nya 300 saja dipecat
dari perusahaan. Jang Joon Ha seorang dokter yang tak bekerja di rumah
sakit. Yang normal hanya dirinya.
Dong Joo tertawa dan membenarkan
ucapan Woo Ri. Sekarang Jang Joon Ha sudah sulit ia tangani. Sekarang
ia tahu cara mengakhiri perseteruan ini. Ia harus mengembalikan semua
yang telah ia ambil, lalu dengan begitu mungkin perasaan Joon Ha akan
lebih baik. Woo Ri tak mengerti dengan ucapan Dong Joo.
Dong
Joo berkata kalau ia sudah memikirkannya sejak awal. Ia bisa
menjatuhkan Choi Jin Chul dan membuat ibunya senang. Tadinya ia pikir
dengan menyerahkan kembali ke Joon Ha akan sia-sia. Tapi, itu semua
bohong. “Yang paling diinginkan Joon Ha... aku pura-pura tak tahu saja.
Bong Woo Ri, kau... takkan bisa kembali ke Kak Joon Ha, bahkan jika
posisi anak pemilik perusahaan diambil.”
Woo Ri : “Kesimpulannya, apa ini semua karena aku?”
Dong Joo : “Tidak. Aku akan mengembalikan Kak Joon Ha, tapi aku tak bisa kehilanganmu. Jadi itu karena aku.”
Dong Joo merasa perseteruan ini
tak akan selesai. Woo Ri bertanya kali ini siapa yang menang. Kalah atau
menang bukankah Dong Joo tetap ingin dihibur. Woo Ri langsung menarik
Dong Joo ke wahana permainan.
Keduanya
naik banyak wahana permainan. Dong Joo tak menyangka kalau di tempat
ini ada wahana seperti ini. Woo Ri berkata walapun ini sudah ketinggalan
jaman tapi masih aktif dan ia sudah 10 kali datang ke sini. Dong Joo
membanggakan diri kalau ia sudah 100 kali naik permainan yang seperti
ini sebelum usia 13 tahun.
Woo Ri ingin tahu apa Dong Joo
pernah ke Disneyland. Dong Joo menjawab tentu saja karena setiap kali
Kakeknya bisnis di luar negeri ia selalu diajak ke Disneyland. Sesibuk
apapun Kakeknya beliau selalu menyempatkan diri untuk menemaninya
memancing bahkan mendaki gunung. Woo Ri tak percaya Dong Joo mendaki
gunung. Dong Joo berkata bukankah ia sudah mengatakannya kalau ketika
kecil cita-citanya adalah menjadi petualang Indiana Jones.
Selanjutnya Dong Joo dan Woo Ri naik wahana kora-kora.
Woo
Ri berteriak kegirangan, “Paman orang ini adalah Indiana Jones. Sekali
lagi.” Dong Joo memejamkan matanya ketakutan dan berpegangan pada Woo
Ri.
Tapi setelah itu Woo Ri yang tak kuat, “Paman sudah dong. Berhenti.” Wajah Woo Ri memelas.
Giliran
Dong Joo yang semangat, “Kenapa? Lebih lama lebih asyik. Kupikir aku
akan jatuh naik ini tapi ternyata asyik sekali. Paman seratus kali
lagi!”
Woo
Ri dan Dong Joo keluar dari cable car. Woo Ri tak tahan lagi perutnya
mulai mual. Dong Joo khawatir apa Woo Ri tak apa-apa. Apa pergi saja.
Woo Ri menolak karena sudah terlanjur datang wahananya harus dimainkan
semua.
Woo
Ri berjalan meringis Dong Joo mencegatnya dan langsung jongkok. Ia
meminta Woo Ri naik ke punggungnya ia akan menggendong Woo Ri.
Woo
Ri ragu dan menolak ia beralasan badannya berat. Dong Joo berkata kalau
keberatan Woo Ri akan ia jatuhkan. Woo Ri terharu dan menarik nafas
dalam-dalam. Ia langsung naik ke punggung Dong Joo (siapa mau? saya saya haha)
Dong
Joo mengendong Woo Ri tanpa kesulitan. Woo Ri tersenyum dan bicara tapi
karena Dong Joo menggendong Woo Ri, Dong Joo tak tahu apa yang
dikatakan Woo Ri.
“Cha Dong Joo aku menyukaimu.
Mungkin takdir terus mempertemukan kita. Sejak pertama kali bertemu.
Sebenarnya aku juga tak bisa mendengar. Tidak, aku bisa mendengar tapi
aku pura-pura tak bisa dan hanya mau mendengar apa yang mau kudengar.
Kata-kata bahwa kau menyukaiku, kata-kata bahwa kau mau bersamaku.”
Kemudian Woo Ri sedih, “Tapi
karena aku, Kakak memusuhimu. Aku tahu tapi aku pura-pura tak tahu.
Pura-pura tak mendengarkan. Tapi aku lebih dulu bertemu Kakakku. Dia
menakutkan dan pantas dikasihani.” Woo Ri menangis, “Menakutkan. Aku tak
bisa membayangkan bagaimana Kakak bisa jadi seperti ini, apa yang harus
kita lakukan?”
Dong
Joo seakan merasakan apa yang diucapkan Woo Ri, ia ikut merasakan
kesedihan Woo Ri. Dong Joo langsung melantunkan reff lagu Good Person
untuk menghibur Woo Ri. Woo Ri terharu mendengarnya.
Niga wooseumyuhn nado joha nuhn jangnanira haedo
Nuhl gidaryuhdduhn nal, nuhl bogo shipduhn bam
Naegen buhkchan haengbok gadeukhande
Naneun honjayuhdo gwaenchanha nuhl bol sooman iddamyuhn
Neul nuhui dwiesuh, neul nuhl baraboneun geuge naega gajin mogshin guhtman gata
(Huhu sedih liat Dong Joo nyanyi buat menghibur Woo Ri walaupun nadanya ga tepat)
Joon
Ha memasukan ikan ke aquarium kecil. Ia menatap ikan itu dan bicara
padanya, “Haruskah aku memberimu nama? Bagaimana kalau kuberi mana
‘aku’?”
Joon Ha kesepian ia hanya seorang diri ditemani ikan barunya.
Dong
Joo dan Woo Ri melihat keindahan tebing dan danau. Woo Ri bertanya apa
yang Dong Joo sukai darinya. Dong Joo menjawab semuanya.
Woo Ri tersenyum, “Wuah... aku
pasti gadis yang paling bahagia kalau Cha Dong Joo yang ‘tak ada yang
tak bisa kau lakukan’ menyukaiku. Dan aku akan merasa nyaman. Ayo kita
putus!”
“Apa?” Dong Joo terkejut mengetahui ajakan putus dari Woo Ri.
Woo
Ri : “Ketika aku menginap di rumah Kakakku. Membuatkan nasi, ketika
makan nasi, nonton film dan ngobrol, aku hanya memikirkan Cha Dong Joo.
Itulah kenapa aku tak bisa menyatu dengannya. Aku akan kembali padanya
dan mencoba lagi. Bisakah kau menungguku?”
Woo
Ri hampir menitikan air mata, ia tak bisa melihat Kakaknya dalam
keadaan yang menyedihkan seperti ini. “Karena aku gadis yang baik, kau
bisa menungguku kan?”
Dong
Joo mengerti dan mengangguk pelan. Ia meminta Woo Ri mendengarkannya
sebelum pergi, “Ketika Bong Ma Roo berusia 14 tahun. Ketika dia
meninggalkan rumah, dia mendatangi ibuku. Memohon agar Bong Young Kyu
diselamatkan (dikeluarkan dari penjara) makanya kubilang Kakakmu tak
pernah meninggalkan keluarganya. Itulah kenapa aku ikhlas melepasmu.
Walaupun kau mungkin akan disakiti Bong Ma Roo. Itu karena adiknya.”
Woo Ri menangis tak percaya. Apa
benar Kakaknya minta keluargnya diselamatkan. Dong Joo mengangguk
tersenyum dan meminta Woo Ri mendekati Ma Roo secara baik-baik. Woo Ri
berjanji.
Woo Ri : “Bos aku akan kembali setelah misi ku berhasil.”
Woo Ri langsung pergi meninggalkan Dong Joo.
“Sekertaris Bong!” panggil Dong Joo. Woo Ri berbalik menatap Dong Joo.
Dong Joo : “Kalau kau mau melakukannya dengan benar lalu kenapa kau pergi? Bong Woo Ri adik Bong Ma Roo yang harus pergi.”
Woo Ri mengangguk penuh air mata.
Dong Joo : “Kau harus menepati janjimu. Kembalilah segera!”
Woo Ri kembali mengangguk. Dong Joo memperagakan bahasa isyarat ‘anak bodoh’ pada Woo Ri sambil tersenyum.
Woo Ri tersenyum sedih dan pergi meninggalkan Dong Joo seorang diri disana.
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment