Mengetahui
rencana Joon Ha yang siap masuk jeruji besi untuk menjatuhkan Choi Jin
Chul, Dong Joo sangat marah. Ia memukul dan mencengkeram baju Kakaknya,
“Mulai saat ini kau bukan Kakak Cha Dong Joo!”
“Jang Joon Ha, kalau kau terus seperti
ini jangan jadi Kakakku. Jangan jadi apa-apa sebelum situasi normal,
jangan tunjukan wajahmu di hadapanku. Jawab aku, apa kau mengerti?”
“Anak brengsek. Kau sudah tumbuh dewasa!” sahut Joon Ha.
Dong
Joo mengatakan kalau ia akan mengganti masa 16 tahun Joon Ha melindungi
dirinya. Kini ia akan menjadi malaikat pelindung untuk Joon Ha dan
mulai saat ini Joon Ha harus mendengarkan setiap kata-katanya. Dong Joo
melepaskan cengkeramannya.
Woo
Ri masih melihat keduanya. “Kakak!” panggil Woo Ri, Joon Ha menengok
dan berkata pada Dong Joo kalau Woo Ri akan menyampaikan sesuatu pada
Bong Ma Roo untuk yang terakhir kalinya. Dong Joo segera pergi. Woo Ri
menatap cemas Dong Joo. Joon Ha mengajak Woo Ri pergi. Woo Ri memanggil
Joon Ha, Kak Ma Roo.
Keduanya
berada di mobil. Joon Ha tanya Woo Ri ingin pergi kemana ia akan
mengantar ke tempat yang Woo Ri ingin tuju. Tiba-tiba Woo Ri mengelap
ujung bibir Joon Ha yang berdarah dengan sapu tangannya. Joon Ha berkata
kalau ia itu seorang dokter, luka seperti ini akan sembuh dengan
sendirinya kalau disentuh malah tambah sakit. Kalau tak ada tujuan ia
akan pergi tanpa tujuan.
“Kak Ma Roo!” Keduanya
bertatapan. “Hari ini pertama aku bekerja, bisakah aku bicara... Ah..
kurasa tidak kita pergi saja!” Woo Ri memakai sabuk pengamannya.
Joon
Ha tanya kenapa Woo Ri tiba-tiba seperti ini. “Kenapa kau minta yang
seperti itu? Kalau mau pergi, pergilah! Nanti kembali lagi.”
Woo Ri : “Karena kau Kakakku, karena sekarang kau Kak Ma Roo. Aku sudah mendengarkanmu apa kau lupa?”
Presdir
Choi menerima telepon dari seseorang mungkin salah satu Investor. Ia
berkata kalau ia sudah salah mempercayai orang. Dong Joo masuk ruangan
Presdir. Choi Jin Chul menutup teleponnya. Dong Joo tanya apa yang sudah
Presdir Choi lakukan terhadap Joon Ha. Presdir berkata kalau ia harus
menyingkirkan Joon Ha supaya tak bertemu lagi karena ia sudah sebal
dengan tingkahnya.
Dong Joo mengatakan kalau Joon
Ha bukan satu-satunya yang terlibat. Bahkan ia sendiri juga ikut
terlibat. Haruskah ayahnya bertindak sejauh itu.
Presdir
mengingatkan kalau Dong Joo-lah yang sebenarnya tak mendengarkan
peringatannya. Ini yang terjadi kalau Dong Joo tak menurut padanya.
Presdir menyuruh Dong Joo keluar dari ruangannya.
Dong Joo : “Aku ini tetap anakmu, tak bisakah kau abaikan anakmu kali ini saja?”
Presdir
menyarankan jika Dong Joo ingin minta maaf lebih baik berlutut. Dong
Joo tersenyum simpul, “Lakukan semaumu!” Dong Joo keluar dari ruangan
Presdir.
Dong Joo meminta Min Soo ke ruangannya. Min Soo heran Dong Joo memanggilnya tanpa embel-embel -ssi di belakang namanya.
Dong Joo memerlukan bantuan Min
Soo. Ia ingin Min Soo meminta tolong pada Dir Kang agar menyampaikan
pada para pemegang saham terbesar untuk bertemu dengannya. Ia akan
mempresentasikan hasil kinerja Energy Cell.
Min
Soo tanya kenapa mendadak. Dong Joo akan menjelaskan itu nanti karena
sekarang tak ada waktu lagi. Ia minta tolong waktunya setelah jam makan
siang. Min Soo ragu, Dong Joo meyakinkan kalau ia percaya pada Min Soo.
Mendengar Dong Joo percaya padanya, Min Soo jadi semangat.
Min
Soo dan Dong Joo berpapasan dengan Woo Ri. Min Soo langsung menyapa Woo
Ri, “Adik, kau pasti akan ke tim marketing!” Woo Ri menjawab ya dan
menatap Dong Joo. Tanpa bicara sepatah kata pun Dong Joo langsung
berlalu, Min Soo mengejarnya.
“Apa
Nenekmu baik-baik saja?” tiba-tiba Na Mi Sook bertanya. Woo Ri kaget
dan tak mendengar jelas. Woo Ri tanya apa. Mi Sook berkata lupakan saja.
Mi
Sook melihat raut wajah muram Woo Ri. Apa Woo Ri mau berjualan kosmetik
dengan wajah seperti itu. Mi Sook meliburkan Woo Ri dan Woo Ri bisa
kembali bekerja minggu depan. Woo Ri menyangkal ia tak apa-apa dan bisa
berjualan hari ini. Ia bisa menjual ke beberapa manajer Taman. Woo Ri
mengatakannya sambil tertawa.
Mi
Sook heran dalam suasana serius seperti ini kenapa Woo Ri masih bisa
tertawa. Ia menebak Woo Ri pasti penjual yang tangguh sama seperti
dirinya.
Woo Ri : “Apa kau mirip aku, Manajer?”
Mi Sook : “Kenapa kau mirip aku? Seharusnya kau mirip ayahmu! Ayahmu tak bilang apa-apa?”
Woo Ri bingung, “Apa? Memangnya dia bilang apa?”
Mi
Sook berkata woo Ri tak perlu tahu, itu kehidupan pribadinya. Ia
langsung memperagakan bahasa kode yang artinya rahasia. Woo Ri heran
kenapa Mi Sook tahu bahasa kode itu.
Ny
Tae mendapat kunjungan dari istri Dewan Direksi di rumahnya. Salah satu
wanita itu berkata kalau mereka sudah mendengar gosip itu. Ny Tae
meyakinkan kalau Energy Cell tak ada masalah. Mereka berkata kalau
Presdir Choi menyarankan mereka untuk menarik semua investasi dari sana.
Ny Tae mendapatkan sms ia tersenyum senang. Dong Joo tiba di rumah ibunya.
Ny Tae tanya ke Dong Joo
bagaimana suasana perusahaan. Dong Joo menjawab kalau suasana di
perusahaan sudah tenang dan sudah bisa berjalan tanpa dirinya. Dong Joo
permisi.
Wanita itu berkata kalau
ia akan menemui Jang Joon Ha. Wanita yang lain bilang kalau menurutnya
lebih baik mereka manarik investasi mereka. Ny Tae akan membicarakan
ini dengan Joon Ha dan akan segera menghubungi para istri Dewan direksi
ini.
Ny Tae bicara berdua dengan putranya, apa yang sudah Dong Joo lakukan di hadapan pada istri dewan direksi tadi.
Dong
Joo mengambil ponsel ibunya dan melihat SMS yang diterima ibunya tadi.
SMS yang berbunyi tentang pembelian saham Woo Kyung senilai 1,2 M.
Dong Joo : “1,2 M saham? Apakah Kak Joon Ha hanya bernilai 1,2 M saham Woo Kyung?”
Ny Tae berkata kalau ini tak ada
hubungannya dengan Joon Ha. Dong Joo mengatakan kalau memang tak ada
hubungannya dengan Joon Ha kenapa ibunya membeli semua saham itu,
seakan-akan memang ini yang direncanakan. Ibu memang keren.
Ny Tae memberi tahu kalau ia selalu menghormati keputusan Joon Ha. Sama hal-nya seperti kali ini.
Dong Joo : “Benarkah? Tapi aku tak tahu... Inilah keputusanku!”
Dong
Joo menelepon seseorang dengan ponsel ibunya. “Ini Cha Dong Joo. Aku
akan membahas investasimu di W Invest. Aku tak bisa membahasnya di
telepon ....”
Ny
Tae marah dan merebut ponselnya. Apa yang putranya lakukan. Ponsel Ny
Tae berdering, Dong Joo meminta ibunya menjawab telepon atau ia yang
akan bicara lagi.
Nya Tae
memukul-mukul putranya, kenapa Dong Joo melakukan ini. Dong Joo berkata
karena inilah yang paling ibunya takutkan. Dong Joo berpesan pada ibunya
katakan pada semua investor untuk datang ke Woo Kyung saat ini juga.
Ny Tae kesal, Joon Ha sudah menggunakan uang semaunya dan kenapa Dong Joo yang harus bertanggung jawab.
Karena
woo Ri dibebastugaskan, Woo Ri dan Joon Ha jalan-jalan di taman. Woo Ri
senang bisa jalan-jalan seperti ini. Joon Ha memandangnya, Woo Ri heran
dan tanya kenapa.
Joon Ha : “Kau
pasti sudah mengumpulkan banyak keberanian. Beraninya kau melewati
Kakakmu? Biasanya kau selalu mengikutiku dari belakang!”
Woo Ri tertawa. Karena memang dulu ia selalu mengikuti Ma Roo di belakang.
Joon Ha : “Beraninya kau bicara menatap mataku, padahal dulu tak pernah!”
Woo Ri : “Tapi sampai sekarang aku tak pernah menahan apa yang ingin kukatakan!”
Joon Ha geleng-geleng kepala, “Melelahkan!” Woo Ri tanya apa itu.
Joon
Ha : “Setiap hari hanya kata-kata itu yang kudengar darimu ‘Aku
menyukai Kakak tapi kenapa kau membenciku. Walaupun begitu, aku tetap
menyukai Kakak’”
Joon Ha mengucap
ulang kalimat yang sering Woo Ri ucapkan ketika kecil dulu. Woo Ri
kesal kenapa Joon Ha seperti itu. Ia menyangkal kapan dirinya seperti
itu.
Dan disela-sela obrolan keduanya, berlarilah seorang gadis cilik. Mi Sook kecil memanggil Ma Roo. “Kakak!” teriak Mi Sook kecil.
Apa ini khayalan Joon Ha, soalnya dia tersenyum...
“Awas saja kalau kau tak ingat!” Joon Ha mengancam. Woo Ri cemas, ia menabok mulutnya sendiri.
“Kakak!” panggil Mi Sook kecil mengejar Ma Roo.
Ma Roo : “Kenapa kau mengikutiku terus?”
“Apa
kau selalu marah kalau ada yang bilang menyukaimu? Aku masih
menyukaimu!” Kemudian Mi Sook kecil berteriak, “Kak Ma Roo adalah
Kakakku!”
Ma Roo tertawa, Mi Sook kecil senang melihatnya. Ia menyanyi sambil menari-nari, “Kau tersenyum, kau tersenyum!”
Ma
Roo mengingatkan awas nanti jatuh. Mi Sook kecil tak peduli, ia terus
jingkrak-jingkrak senang sambil menyebut kata ‘Kakak’ berulang-ulang.
Tiba-tiba
Mi Sook kecil tersandung kakinya sendiri, ia hilang keseimbangan tapi
beruntung Ma Roo langsung menangkapnya. “Awas nanti kau jatuh!”
“Kalau
begitu gendong aku!” rengek Mi Sook kecil. Ma Roo minta Mi Sook kecil
melepas tangannya kalau tidak ia akan marah. Mi Sook kecil tanya kenapa
Ma Roo selalu marah kalau ia menyukai Ma Roo.
Mi
Sook kecil kesal dan melepas pegangan tangannya, tapi tiba-tiba Ma Roo
meraih tangan dan menggandengnya, “Apa kau senang?” Mi Sook kecil
tertawa. Keduanya berjalan bergandengan tangan.
Di
belakang keduanya, Woo Ri dan Joon Ha berjalan dalam diam. Joon Ha
memperhatikan bayangan masa kecilnya. Woo Ri menatap Joon Ha.
Woo Ri memberanikan diri bertanya seandainya selama ini mereka selalu bersama apa Joon Ha akan menyukainya.
Joon
Ha : “Apa? Tidak. Aku lebih marah kalau melihatmu sedang sedih. Aku
sendiri marah hidup seperti itu. Aku selalu marah melihat keluargaku
hanya bisa hidup seperti itu. Karena aku tak bisa berbuat apa-apa untuk
menghadapinya.
Aku ingin cepat
dewasa agar bisa mencari uang dan keluar dari kehidupan yang seperti
itu. Dari pada membenci keluargaku hidup seperti itu lebih baik hidup
terpisah dengan mereka. Itu yang selalu muncul di kepalaku setiap aku
bangun tidur!”
Woo Ri : “Tapi kenapa dulu di kantor
polisi kau mengajakku pergi? Kau menggenggam tanganku dan kau menyuruhku
untuk mengikutimu!”
Joon Ha : “Bodoh. Apa kau percaya padaku? Bukankah pada akhirnya kau kutinggalkan dan tak pernah kembali!”
Woo Ri berhenti berjalan dan mengambil jam tangan milik Ma Roo, “Kalau begitu kenapa kau memberikan ini padaku?”
Joon Ha tak menjawab dan kembali berjalan. Woo Ri memanggilnya.
Keduanya duduk di bangku memandang danau. “Kakak...?” panggil Woo Ri. “Tunggu sebentar!” ucap Joon Ha.
Joon
Ha mengeluarkan earphone, “Setelah lagu ini habis katakan keinginanmu
kecuali permintaan untuk tinggal bersama dalam satu keluarga!”
Joon Ha memasang earphone di telinganya. Woo Ri manatap Joon Ha yang menikmati lagu.
Tiba-tiba pluk... sepatu merah kecil jatuh tepat di depan keduanya.
Joon Ha menyadari datangnya sepatu itu tapi tidak dengan Woo Ri. Woo Ri memakai earphone dan menikmati lagunya.
Joon Ha mengambil sepatu merah kecil itu. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depannya. Ma Roo. Keduanya saling menatap.
“Kakak cepat kesini!” panggil Mi Sook kecil. Ma Roo dan Joon Ha menengok ke arah Mi Sook kecil.
Joon Ha kembali menatap Ma Roo dan
memberikan sepatu merah kecil itu. Ma Roo menerimannya dan tersenyum
manis pada Joon Ha. Joon Ha membalas senyum dengan tak kalah manisnya.
Ma Roo langsung berlari ke arah
Mi Sook kecil dan memakaikan sepatu merah itu. Kedua kembali berlari
bergandengan tangan. Joon Ha menatap keduanya seraya tersenyum.
Mi Sook kecil melempar sepatunya dan Ma Roo yang menangkapnya.
Ma Roo : “Bukankah sudah kubilang jangan memainkan ini?”
Mi Sook kecil : “Kenapa? Ini menyenangkan.”
Ma Roo : “Tetap tidak boleh. Jangan selalu ikuti kelakuan Ayah. Kau akan terlihat bodoh!”
“Memangnya
kenapa? Orang Bodoh itu baik!” Mi Sook kecil mengambil sepatu dan
memakainya lagi. “Kalau aku sudah dewasa aku akan menjadi orang bodoh!”
Mi Sook kecil kembali melempar sepatunya. Ma Roo mengambil sepatu itu
dan menyuruh Mi Sook kecil berhenti melakukan itu.
Mi
Sook kecil berusaha merebut sepatunya, tapi Ma Roo mengangkat tangannya
tinggi-tinggi. Mi Sook kecil teriak meminta Ma Roo mengembalikan
sepatunya.
Joon Ha tersenyum melihat keduanya. Sementara Woo Ri tetap menikmati lagu yang ia dengarkan.
Joon Ha menatap Woo Ri, ia melepas earphone yang terpasang di telinganya dan memasangkan di telinga Woo Ri. Woo Ri terkejut.
“Kau benar-benar terlihat bodoh!” ucap Joon Ha. “Kau hidup seperti ini, aku terlihat seperti orang jahat!”
“Apa?” Woo Ri tak mendengarnya.
Joon
Ha menutup kedua telinga Woo Ri dengan kedua tangannya dan menarik
kepala Woo Ri supaya dekat dengannya. “Orang jahat di hadapanmu ini.
Orang bilang dia anak Choi Jin Chul. Dia tak boleh jadi Kakakmu, bahkan
kau pun tak menyukaiku sebagai seorang pria. Lalu apa yang harus
kulakukan?”
Presdir
Choi mengumpulkan dewan direksi. Ia mengatakan kalau Jang Joon Ha
dengan angkuhnya mengambil uang yang sudah para investor investasikan
untuk bisnis semikonduktor Woo Kyung dan meletakkan semuanya di bawah
Energy Cell. Dan sudah merupakan tugasnya untuk menyampaikan ini.
Salah satu Dewan direksi mengatakan karena Presdir Choi yang mengenalkan seharusnya presdir Choi yang bertanggung jawab.
Presdir berkata ia tak bisa
kalau tidak membalas keangkuhannya. Presdir meminta dewan direksi
menarik kembali uang investasi dan laporkan Jang Joon Ha dengan tuntutan
penggelapan. Setelah itu ia akan mengganti semua kerugian yang diterima
dewan direksi.
Rombongan istri dewan direksi datang mereka berkata kalau Jang Joon Ha meminta mereka datang.
Presdir heran dan tepat saat itu
Dong Joo masuk ke ruang rapat dan memberi hormat pada dewan direksi. Ia
memperkenalkan diri sebagai CEO dari Energy Cell. Presdir marah mana
sopan santun Dong Joo karena ia sedang rapat. Presdir meminta Dong Joo
keluar.
Dong
Joo mengacuhkannya dan bicara pada dewan direksi yang ada di sana, “Aku
percaya kalian semua disini telah mempercayakan uang kalian pada
Presdir Woo Kyung Choi Jin Chul, Direktur Tae Yeon Suk dan CEO W Invest
Jang Joon Ha!”
Dewan direksi membenarkan. Dong
Joo kembali melanjutkan, “Tapi menghamburkan uang untuk menutupi
kerugian dan mengambinghitamkan Jang Joon Ha bukanlah gaya Woo Kyung!”
Dong
Joo percaya kalau sampai 70% uang W Invest itu diinvestasikan di Woo
Kyung semikonduktor dan anak perusahaannya Energy Cell. “Kalau kalian
menarik semua uang kalian bukankah itu artinya kalian tak percaya lagi
pada Woo Kyung?”
Presdir meminta Dong Joo jangan membuat masalah lagi.
Dong Joo : “Itu yang dipercayai Presdir. Tapi Woo Kyung bukanlah perusahaan pribadi Presdir Choi Jin Chul kan?
Min Soo masuk bersama ayahnya (Dir Kang) dan para anggota dewan direksi yang lain.
Dong
Joo : “Aku ingin melaporkan kinerja Energy Cell kepada dewan direksi.
Kuharap kalian bisa duduk dan membaca laporan lalu putuskan apakah
kalian akan tetap menarik uang kalian atau menerima hasil keuntungan!”
Presdir
Choi bicara berdua dengan Dong Joo di ruangannya. Untuk menyelamatkan
Joon Ha, Dong Joo sudah menentangnya. “Memangnya ayahmu ini siapa?”
Dong
Joo berkata kalau memberi peringatan padanya itu hak prerogatif
ayahnya. Ia juga sudah memperingatkan Ayahnya. Jangan menyentuh Kak Joon
Ha.
Presdir tanya apa Dong Joo sudah
memikirkan kemungkinannya. Semakin seperti ini semakin berbahaya untuk
Jang Joon Ha. Dong Joo berkata tidak, tapi ia sudah memikirkan
kemungkinan lainnya. “Sementara ayah bergulat dengan Kak Joon Ha, aku
berkesempatan mengambil alih kedudukanmu!”
Dong
Joo menatap kursi Presdir, “Mudah bagi dewan direksi menemukan bahwa...
ayah memulai bisnis RAM tanpa sepengetahuan mereka!”
Presdir tanya kenapa Dong Joo begitu bermusuhan dengannya. Jang Joon Ha tak ada hubungan dengan Dong Joo. “Aku ayahmu!”
Dong Joo : “Apa kau Ayahku?”
Presdir : Apa?
Dong
Joo : “Atas dasar apa kau menjadi Ayahku? Bukankah selama ini kau
menginjak-injak anakmu agar dapat mempertahankan kedudukanmu? Kenyataan
bahwa kau mencoba membuat Kak Joon Ha menjadi tangan kananmu, itu
sebenarnya untuk menjegalku kan? Coba jelaskan, Ayah seperti apa itu?”
Presdir diam. Dong Joo bertanya apa ada lagi yang ingin dikatakan Presdir Choi padanya.
Presdir : “Kau. Kenapa kau berubah seperti ini? Benarkah kau tak ingat peristiwa kecelakaan itu?”
Dong Joo : “Kenapa ayah begitu penasaran tentang kecelakaanku? Adakah yang tak seharusnya ku ingat?”
Presdir berkata tidak dan
menyuruh Dong Joo pergi. Dong Joo berjanji kalau sudah ingat ia yang
akan memberitahu ayahnya pertama kali. “Ayah tak akan pernah tahu,
mungkin pada akhirnya aku akan menyukai ayah!”
Dong Joo kembali ke ruangannya, ia mengambil kantong kacang yang ada di hadapannya. Ia menggengam kantong itu dan merenung.
Joon Ha dan Woo Ri makan mie ramen di sela jalan-jalan mereka.
Joon
Ha mendesah setelah makan roti telur dan babi goreng ternyata Woo Ri
masih bisa makan mie ramen. “Kakakmu yang punya banyak uang ini merasa
tersinggung!”
Woo Ri tersenyum meminta Joon Ha berhenti mengejek dan membuat adik perempuan yang tak punya uang ini merasa rendah diri.
Joon
Ha juga tersenyum, kemudian bertanya apa Woo Ri sudah memikirkan apa
permintaan Woo Ri darinya. Woo Ri mengangguk, “Dengan seluruh keluarga!”
Ucap Woo Ri.
Joon Ha menggeleng, “Sudah kubilang yang seperti itu aku tak bisa!”
Woo Ri : “Memangnya bertemu sekali saja tak bisa?”
Joon Ha diam dan memakan mie-nya.
Woo Ri : “Kakak tahu kan kalau Nenek sakit? Keinginan ayah juga sama. Sekali saja Kakak makan bersama kami.. Kakak bisa kan?”
Joon Ha kembali menggeleng, “Tak bisa!”
Woo Ri : Kakak?
“Sudah kubilang tanpa keluarga!” Joon Ha menyuruh Woo Ri menghabiskan mie-nya.
Woo
Ri kembali bertanya apa benar-benar tak bisa. Walaupun hanya sekali.
Joon Ha tak menjawab ia hanya berkata kalau ia sudah sangat kenyang.
Woo
Ri berdiri menatap tajam Joon Ha, “Kak Ma Roo memang benar-benar jahat.
Baiklah. Jadilah Dokter Jang Joon Ha. Kalau dokter, dia pasti akan
mendengarkanku!”
Joon Ha ikut berdiri, “Senang bertemu denganmu Mi Sook kecil!” Ia mengulurkan tangannya.
Woo
Ri terharu, “Senang bertemu denganmu...... Kak Ma Roo!” Woo Ri
menitikan air mata dan langsung memeluk Joon Ha. Air mata Woo Ri terus
menetes.
Dan di sebelah mereka Ma Roo dan Mi Sook kecil masih bersama. Ma Roo menyembunyikan seikat bunga di belakang punggungnya.
Ma
Roo memberikan bunga itu pada Mi Sook kecil. Mi Sook kecil heran karena
bunga ini adalah bunga yang dulu Ma Roo bilang aromanya seperti kotoran
semut.
Ma Roo : “Ini adalah hatiku. Kau harus menerimanya!”
Mi Sook kecil kaget. Ma Roo memaksa Mi Sook kecil untuk menerimanya, “Ambillah. Ini adalah hatiku yang tulus!”
Mi Sook kecil bingung, “Apa sebenarnya maksudmu?”
Ma Roo : “Apa kau benar-benar tak tahu?”
Mi Sook kecil : “Maksudmu, apa kau memberikan hatimu yang seperti kotoran semut?”
Ma Roo langsung jongkok memberikan bunga itu, “Aku bilang terima ini!”
Mi Sook kecil menolak, “Aku tak mau. Aku tak mau menerimanya. Aku menyukaimu, kau bahkan tak tahu apa-apa!”
Mi Sook kecil langsung pergi. Ma Roo mengejarnya, “Lihat ini. Apa kau benar-benar tak mengerti?”
“Aku
tak tahu!” jawab Mi Sook kecil. Ma Roo merengut, “Kau tak tahu apa-apa.
Bodoh, ayo kita pergi!” kemudian Ma Roo tersenyum. Mi Sook kecil
membalas senyumnya dan Keduanya kembali jalan bersama.
Joon Ha menatap kepergian Ma Roo dan Mi Sook kecil sambil terus memeluk Woo Ri.
Woo Ri melepas pelukannya, ia mengembalikan jam tangan milik Ma Roo.
Joon Ha : “Maafkan aku karena tak menepati janji untuk kembali padamu!”
Woo Ri kembali menitikan airmatanya dan berbalik meninggalkan Joon Ha. Woo Ri berlari di belakang Ma Roo dan Mi Sook kecil.
Joon Ha menangis menatap kepergian Woo Ri. Ia melihat kembali jam tangan miliknya.
Young
Kyu masih di taman botani bersama Nenek. Ia melempar sepatu dan
menyanyikan lagu untuk ibunya. Ia bertanya apa ibunya ingat. Nenek balik
bertanya kenapa Young kyu seperti ini. Nenek tak ingat.
Young Kyu bingung ia harus
bagaimana lagi, kemudian ia teringat sesuatu. Ia langsung mengumpat.
Umpatan yang sering diucapkan ibunya.
Nenek
terkejut dan menutup mulutnya, “Ya ampun bisa-bisanya kau mengumpat.
Kau tak boleh berkata seperti itu. itu adalah orang jahat, polisi akan
menangkap orang jahat!”
Young Kyu senang ibunya mengucapkan itu, karena itu adalah yang Ibunya ajarkan kepadanya.
Young
Kyu duduk disamping ibunya. Nenek meminta Young Kyu jangan dekat-dekat.
Ia menatap heran, “Kenapa Tuan Muda Young Kyu belum datang?”
Young Kyu berkata pada ibunya kalau dirinya itu Young Kyu bukan Tuan Muda Young Kyu. “Aku anakmu, Young Kyu!”
“Aku
ini bukan ibumu!” Nenek berniat pergi dari sana. Young kyu mengingatkan
dimana rumah mereka dan berkata kalau Woo Ri sudah menunggu di rumah.
Nenek
bertanya pada orang yang lewat apa melihat Tuan Muda Young Kyu-nya, dia
setinggi ini matanya seperti ini. Mulutnya seperti ini. Orang itu
mengacuhkannya.
Young Kyu sedih, “Ibu lihat aku mata Young Kyu seperti ini. Hidung Young Kyu seperti ini. Ibu, aku ini Young Kyu!”
Nenek
dibawa pulang ke rumah dibantu Seung Chul. Ia merasa kebingungan dimana
ia berada. Seung Chul bilang ini rumahnya dan meminta Nenek
beristirahat sampai keluarga Nenek datang. Seung Chul menenangkan Nenek.
Nenek
merasa tak enak hati kalau ia tinggal di rumah itu nanti suasana rumah
jadi ramai. Paman Lee tak keberatan, itu tak masalah motto di rumahnya
adalah ‘Ayo ramaikan rumah kita bersama’ Paman Lee memperagakan bahasa
kode ‘bersama’.
Bibi Lee menawarkan apa Nenek mau minum alkohol. Nenek mengatakan kalau ia tak bisa minum alkohol (wehehe)
Semua
menatap terkejut. Young Kyu menangis sedih, Nenek heran dan bertanya
pada Seung Chul kenapa dia (Young Kyu) mengikutinya terus dan meratap
seperti itu.
Seung Chul mengatakan karena beberapa nasib buruk mereka kadang-kadang menangis.
Nenek : “Aigoo kasihan sekali!”
Young Kyu menangis sedih, “Woo Ri bilang setelah ibu tidur ingatan ibu akan pulih. Apakah malam sudah datang?”
Paman
Lee menghibur sobatnya ia berkata rasanya sekarang sudah malam. “Kalau
kau tutup matamu malam akan datang. Rasanya gelap, tutup matamu!” Ia
meminta sobatnya tidur.
Young Kyu
menutup mata. Paman Lee memerintahkan anggota keluarganya untuk
pura-pura tidur. Seung Chul dan Bibi Lee langsung pura-pura menguap dan
tidur.
Paman Lee meminta sobatnya
berbaring. Ia menyanyikan lagu nina bobo untuk Young Kyu. Tapi Young Kyu
langsung terbangun bukan begitu lagunya. Young Kyu langsung berdiri dan
menyanyi lagu ‘Dipadang rumput yang biru’
Seung Chul memberi kode supaya Young Kyu diam. Ia mengerti dan kembali berbaring untuk tidur. Nenek memandang heran.
Paman,
Bibi Lee dan Seung Chul tidur betulan. Young Kyu memperhatikan ibunya
yang duduk terpejam. Young Kyu masih sedih, “Ibu aku biasanya melihat
wajah ibuku ketika tidur. aku melihat Ma Roo juga hanya ketika dia
tidur.”
Woo
Ri sampai di rumah, ia berteriak cemas. Ayahnya meminta Woo Ri jangan
berisik. Woo Ri tanya apa ayahnya tak apa-apa. Young kyu mengangguk tapi
ia terlihat sedih, “Walaupun ibu melupakanku aku takkan melupakan ibu.
aku baik-baik saja!”
Bibi Lee tersadar dari tidurnya dan bertanya kapan Woo Ri pulang. Seung Chul terbangun mendengar ada Woo Ri.
Bibi Lee menepuk putranya
bukankah besok pembukaan kafe dan Seung Chul belum menyiapkan apa-apa.
Ia menyuruh Seung Chul untuk cepat menyiapkannya. Woo Ri dengan senang
hati mau membantu. Tentu saja Seung Chul senang, ia tambah semangat.
Joon
Ha menepikan mobilnya di tepi danau. Ia mendapatkan pesan gambar.
Sketsa gambarnya yang ditempel di rumah sakit. Si pengirim pesan
bertanya siapa itu Bong Ma Roo dan meminta Joon Ha segera menemuinya.
Ternyata
yang mengirim pesan gambar itu adalah dokter yang mengobati Nenek.
Dokter menunjukan gambar itu pada Joon Ha. Ia sengaja mengambil gambar
itu karena terlihat aneh, “Apakah ini gambar anda, Dokter Jang?”
Joon
Ha berseru apa ia terlihat menakutkan seperti ini. Dokter tanya kenapa,
bukankah wajah Joon Ha memang sedikit menakutkan kecuali kalau sedang
tersenyum. Dokter tertawa dan Joon Ha ikut terkekeh.
Joon
Ha mengatakan kalau gambar itu hanya mirip dengannya. Ia akan merobek
gambar itu, tapi dokter meminta sebaiknya Joon Ha mengaku saja dan
bilang kalau gambar itu adalah dirinya nanti hadiahnya kita bagi 2.
Wehehe.
Joon
Ha : “Kau tak tahu kenapa mereka mencari, tapi kau sudah mau minta
hadiahnya? Bagaimana kalau uang itu untuk menangkap penjahat?”
Dokter
: “Bukan begitu. Orang yang digambar itu pasti sangat penting. Ini atas
perintah khusus Direktur rumah sakit. Hanya perlu setengah hari untuk
menurunkan ini dari dinding rumah sakit. Kudengar ini atas permintaan
istri pemilik Woo Kyung Grup!”
Joon Ha terkejut mendengarnya, siapa?
Dokter : “Pemilik saham terbesar rumah sakit ini. Istri pemilik Woo Kyung Grup, Tae Yeon Suk!”
Joon
Ha tanya siapa yang bilang dan kenapa dia melakukan itu. Dokter
menjawab kalau ia tak tahu. Joon Ha mengamati gambar itu dan mulai
berfikir sesuatu kenapa ibunya melakukan ini. “Apa kau yakin Tae Yeon
Suk yang memerintahkan menurunkan gambar ini?”
Joon
Ha keluar dari ruangan dokter dan masih membawa gembar. Ia melihat Ibu
kandungnya, Kim Shin Ae tengah menelepon seseorang. Keduanya bertemu
pandang, Shin Ae menutup teleponnya.
Joon Ha mengacuhkannya. Shin Ae melihat Joon Ha membawa sketsa gambar itu, “Jadi kau sudah melihat poster itu?”
Joon Ha : “Kau tak mencariku kan?”
Shin
Ae : “Kenapa aku mencarimu Dokter Jang? Tapi aneh, perawat bilang
gambar itu mirip Dokter Jang. Kudengar kau bukan dokter tetap disini!”
Joon
Ha tanya siapa orang yang digambar ini. Shin Ae menjawab kalau dia
adalah orang yang harus ia temui. Shin Ae menawarkan diri apa Joon Ha
mau minum teh bersamanya karena ia bosan menunggu direktur rumah sakit
yang tak kunjung datang.
Joon Ha : “Kenapa kau begitu tak tahu malu? Kau punya malu kan?”
Shin
Ae : “Bukan aku yang seharusnya malu, tapi seseorang yang kau panggil
‘Ibu’ itu. Dia tahu semua hubunganku dengan Presdir Choi tapi dia
sendiri takut diceraikan!”
Joon Ha terkejut Ny Tae sudah mengetahui hubungan Presdir Choi dengan Shin Ae.
Shin Ae tersenyum dan berkata
kalau Ny Tae berterima kasih padanya karena membantu Presdir Choi ketika
dia pergi merawat Dong Joo. “Kasihan sekali dia, untuk waktu yang lama
dia sangat menderita jadi dia ingin balas dendam. Apakah itu sebabnya
dia dan kau seperti sepasang kekasih? Sungguh kekanak-kanakan!”
Shin Ae : “Apa hubunganmu yang sebenarnya dengan Tae Yeon Suk? Kau bisa katakan padaku. Katakanlah. Aku akan menjaga rahasiamu!”
Joon Ha menatap tajam ibu kandungnya ini, “Apa kau ingin hidup seperti ini? Aku tak sanggup melihatmu seperti ini!”
Joon
Ha langsung pergi. Shin Ae berteriak mengingatkan kalau Joon Ha jangan
ikut campur urusan orang lain dan tutupi saja kebusukan Joon Ha sendiri.
Joon Ha berjalan sambil menahan marah.
Joon
Ha kembali ke mobilnya yang ada di parkiran, ia kembali memandang
gambar dirinya. Ia kesal dan meremas-remas gambar itu, Joon Ha
menghubungi Ny Tae.
Ny Tae tanya
apa yang terjadi. Joon Ha menjawab tak apa-apa. Ny Tae berkata kalau ia
khawatir karena ponsel Joon Ha mati. Joon Ha beralasan ia bertemu dengan
teman-temannya di rumah sakit dan ia akan segera pulang.
Joon
Ha tanya apa ada makanan yang ingin ibunya makan, ia akan
membelikannya. Ny Tae hanya ingin Joon Ha pulang saja dan menawarkan
Joon Ha mau makan apa, karena ia akan membuatkannya.
Joon
Ha terlihat sedih dan menjawab apa saja karena ia juga sedang lapar. Ny
Tae berpesan Joon Ha hati-hati pulangnya tak usah ngebut. Joon Ha
hampir menitikan air mata.
Shin Ae marah pada Presdir Choi kenapa mengurusi Jang Joon Ha dan lupa dengan tugas utama yaitu mencari Ma Roo.
Presdir
mengatakan walaupun mencari Ma Roo, tapi jika Dong Joo memiliki posisi
yang lebih kuat ia jadi tak bisa memberikan kedudukan ini padanya (Ma
Roo)
Shin Ae heran kenapa presdir
Choi jadi lemah seperti ini, apa yang menakutkan dari Dong Joo. Presdir
merasa kalau Dong Joo sudah ingat kajadian ketika kecelakaan itu. Shin
Ae terkejut dan cemas apa yang harus dilakukan sekarang.
Presdir
berencana membungkam Dong Joo, “Orang-orang tak akan mendengarkan
kata-kata orang kecil. Dong Joo mungkin tahu makanya selama ini dia diam
saja!”
Shin Ae ingin tahu apa
yang akan dilakukan Presdir Choi selanjutnya karena sekarang Dong Joo
merupakan ancaman bagi Presdir Choi jika Energy Cell menjadi perusahaan
besar.
Presdir berkata kalau
masalahnya bukan Energy Cell, ada cara lain untuk mengancurakan Dong
Joo. Walaupun dia berusaha mati-matian tapi Dong Joo dan dirinya
berbeda. “Dia bergantung pada orang lain, bahkan hidup dan matinya!”
Shin Ae menebak, “Jang Joon Ha? Apa rencanamu?”
Presdir
: “Kita harus menjalankan sesuai rencana. Kesempatan ini akan kuambil
untuk menyatakan padanya bahwa tak ada yang bisa mengancamku!”
Dong
Joo terlihat letih, ia keluar dari ruangannya. Ia melihat Min Soo
tertidur di kursi. Dong Joo mengetuk meja membuat Min Soo terbangun.
Dong
Joo tanya kenapa Min Soo tak pulang saja. Min Soo menjawab kalau ia
tengah memberi perhatian, ia tak bisa masuk ke ruangan karena Dong Joo
sibuk. Min Soo memberikan makanan yang sudah dingin untuk Dong Joo.
Keduanya makan bersama di kantor. Min Soo kesal karena ulah Dong Joo, ia jadi dimaki maki ‘Si kaki pendek’ (Ayahnya-kurang ajar nih anak haha) “Aku tak suka si kaki pendek itu!”
Dong
Joo tertawa karena Min Soo menjuluki Dir Kang dengan sebutan itu. Min
Soo berkata kalau ia bisa seperti itu karena dia ayahnya, “Ayahku suka
sekali aku mengatakan itu!”
Min Soo juga mengatakan kalau ia sudah membuat janji dengan ayahnya, kalau Dong Joo perlu bantuan ayahnya katakan saja padanya.
Dong Joo mengingatkan Min Soo jangan terlalu baik padanya karena ia takkan sanggup membalas kebaikan Min Soo.
Min Soo berkata kalau Dong Joo tak perlu membalas apa-apa, “Kau hanya perlu menyukaiku sedikit!”
Dong
Joo berkata jujur kalau sudah ada seseorang yang ia sukai. Min Soo
tanya siapa dia, apakah piano-ist itu. “Dia kelihatan biasa-biasa saja.
Apa pekerjaannya?”
Dong Joo tersenyum dan mengatakan dia melakukan apa saja.
Min Soo : “Apa yang kau sukai darinya?”
Dong Joo : “Dia cantik!”
Min Soo : cantik?
Dong Joo tersenyum, “Ketika pertama kali bertemu dia tak ada cantik-cantiknya. Dia suka melempar sepatunya!”
Min Soo cemberut, “Apa itu? apa aku kenal dia?” (kenal kenal hahaha)
Dong Joo kembali tersenyum.
Seung Chul membuat persiapan untuk opening kafe ayamnya, ia dibantu pekerja memasang gerbang pintu yang terbuat dari balon.
Seung
Chul melarang Woo Ri membantunya bersih-bersih. Ia meminta Woo Ri duduk
saja dan mengambilkan minuman untuk Woo Ri, “Aku tak menyuruhmu ke sini
untuk bekerja. Aku hanya ingin melihatmu saja, karena belakangan ini
kau sibuk. Ini tempat duduk yang paling terlihat dari area dapur duduk
dan minum ini!”
Woo Ri : “Apa ini? Aku kesini karena temanku akan membuka tokonya!”
Seung
Chul meninggikan suaranya meminta Woo Ri jangan lagi menyebutnya
sebagai teman, “Sekali lagi kau anggap aku teman akan kuberi tahu semua
orang kalau kita ini suami istri!” (wehehe)
Seung
Chul meminta Woo Ri jangan lagi bekerja di kantor penjualan mobil dan
perusahaan kosmetik. “Mulai saat ini kau duduk disini saja dan minum
minuman segar!”
Woo Ri tertawa
mendengarnya, lalu bagaimana ia bisa makan dan hidup. Seung chul
mengatakan kalau ia akan memberikan semua penghasilannya. (Wah.....)
Woo Ri merasa Seung Chul lucu, kenapa memberikan semua uang untuknya. Seung Chul tanya kenapa apa Woo Ri tak suka uang.
Seung
Chul menatap tajam Woo Ri apa Woo Ri ingin dibelikan pakaian dan tas,
“Sejujurnya aku harus waspada padamu. Kepribadianmu itu tak mudah
menerima pemberian orang. Siapa dia? Cha Dong Joo? Jang Joon Ha? Akan
kuhabisi orang yang membeli barang-barang itu untukmu. Siapa dia?
Katakan!”
“Dokter Jang Joon Ha!” jawab Woo
Ri. “Kau boleh mengatakan aku gila, tapi dia sangat mirip dengan Kak Ma
Roo makanya kuminta dia membelikannya!”
Seung
Chul heran Woo Ri yang memintanya. Woo Ri bilang kalau selama 16 tahun
ini ia sudah mencari Ma Roo dan tak ketemu, itu membuatnya marah.
“Dokter Jang Joon Ha dan Kak Ma Roo sangat mirip, jadi aku memintanya
untuk menjadi Kakakku!”
Mata
Woo Ri berkaca-kaca, “Aku memintanya untuk menjadi Kakakaku. Aku
meminta dia membelikan barang-barang yang ingin kuminta dari Kak Ma Roo.
Membeli pakaian, tas, rumah untuk kita, membiayai kuliahku!” Woo Ri
mulai menangis, “Dan asuransi kesehatan Nenek!”
Seung Chul mengerti ia menggenggam tangan Woo Ri.
“Tapi dia tak mau menjadi Kakakku!” air mata Woo Ri semakin menetes deras.
Seung
Chul : “Bodoh, akan kubelikan semua barang-barang itu. Aku akan bekerja
keras dan akan kuberikan semua barang-barang itu. Maka dari itu, tak
usah lagi mencari Ma Roo. Memangnya kenapa kalau dia sudah tak ada? Kau
sudah cukup waktu bersamanya.”
Woo Ri mengangguk, “Benar. Mulai saat ini aku tak akan mencarinya lagi. Aku tak akan lagi memikirkannya!”
Seung
Chul jadi ikut sedih, “Kalau ada lagi yang membuatmu menangis akan
kubunuh dia. Bunuh aku!” Seung Chul menawarkan diri karena ia sudah
membuat Woo Ri menangis.
Woo Ri tertawa dan Seung Chul
tersenyum. Ia meminta Woo Ri pulang karena sudah malam dan wajah Woo Ri
sudah penuh dengan air mata. Woo Ri berkata bukankah ia datang kesini
untuk membantu seung Chul.
Seung
Chul kesal Woo Ri tak menurut padanya, sedikit saja Woo Ri menyentuh
pekerjaan. Seung Chul mendekatkan wajahnya ke wajah Woo Ri. “Mati kau!”
Woo Ri memajukan wajahnya dan
mendengus, bertemulah hidung dengan hidung. Seung Chul gugup ia langsung
berdiri dan meminta Woo Ri cepat pulang dan tidur.
Dong Joo ke rumah Woo Ri, ia melihat suasana rumah sudah sepi dan lampu padam. Dong Joo mengira semuanya sudah tidur.
Joon
Ha dan Ny Tae makan es krim berdua. Joon Ha berkata kalau hari ini
semua pekerjaannya berantakan, haruskah ia menerima hadiah.
Ny
Tae ingin tahu memangnya apanya yang salah. Joon Ha mengatakan kalau
Dong Joo sudah sedih karena dirinya. “Katanya mulai saat ini dia yang
akan menjadi malaikat pelindungku. Dia sudah dewasa!”
Ny Tae membenarkan, “Kau sudah bekerja keras. Kalau bukan karena kau, aku tak akan berada di sini hari ini. Ini benar!”
Joon
Ha penasaran, “Apa sebenarnya yang Ibu suka dariku? Apa yang membuatmu
ingin menjadikan aku anakmu? Apa yang menarik dariku?”
Ny
Tae : “Bukan daya tarikmu. Kau menjadi anakku, itu adalah takdir.
Ketika aku pertama kali melihatmu dulu ketika menerima beasiswa, aku
merasa kasihan padamu. Kau yang paling patut dikasihani diantara anak
yang lain ketika itu!”
Joon Ha : “Kenapa? Apa karena aku tak mengenal ibuku dan ayahku keterbelakangan mental?”
Ny
Tae menggeleng, “Dulu aku tak tahu itu. Tapi dulu kau tampan dan
cerdas. Aku sempat melihatmu tersenyum walaupun hanya sekejap. Aku ingin
melihatmu terus tersenyum!”
Joon Ha tersenyum, “Aku banyak tersenyum sekarang karena ibu dan Dong Joo!”
“Aku sangat beruntung!” Ucap Ny Tae.
Joon
Ha terharu, “Apa aku akan bisa tertawa terus? Bisa kan? Ibu, ada satu
hal yang membuatku iri dengan Dong Joo!” Ny Tae tanya apa itu.
Joon Ha : “Bukan apa-apa, kalau kukatakan akan manjatuhkan harga diriku!”
(Huft apa benar ini ucapan
dari hati Tae Yeon Suk yang paling dalam... tapi mungkin itu benar
adanya ketika ia belum tahu kalau Ma Roo itu anak Choi Jin Chul dan Shin
Ae, tapi setelah tahu kenyataannya sanksi deh saya mah....)
Ny
Tae menerima telepon di kamar dan bertanya bagamana reaksi Presdir
Choi. “Dia mau menangkap Jang Joon Ha? Kalau itu keinginannya aku akan
memberikannya hadiah.”
“Tolong katakan padanya (Choi Jin Chul) mengenai kegiatan penjualan saham yang terjadi di perusahaan W invest.”
Woo
Ri berjalan menuju rumahnya, ia melihat Dong Joo duduk di tangga jalan
dekat rumahnya. Dong Joo tengah memperhatikan ponselnya. Woo Ri
tersenyum dan memanggilnya. Dong Joo tak merespon, Woo Ri mengerti dan
berjalan mendekat. Dong joo akan menelpon tapi ia ragu.
Dong Joo terkejut ada seseorang yang mendekat, ia mendongakkan kepala dan dilihatnya Woo Ri sudah ada di hadapannya.
Woo
Ri tanya kapan Dong Joo sampai seharusnya membari tahu dulu. Dong Joo
menengok rumah Woo Ri yang lampunya padam, “Apa kau masih marah?”
Woo
Ri menggeleng dan berkata ia bertemu Kak Ma Roo sore tadi. Dong Joo
menyadari ternyata Woo Ri sudah tahu Joon Ha itu Ma Roo. Dong Joo minta
maaf karena ia tak memberi tahu Woo Ri kalau Joon Ha itu Ma Roo. “Sejak
kapan kau tahu? Kau pasti sangat marah padaku!”
Tiba-tiba secepat kilat Woo Ri mencium Dong Joo.
Woo Ri : “Maafkan aku. Walaupun aku menemukan Kakakku, aku tak bisa memberitahumu. Maafkan aku!”
Kini giliran Dong Joo yang langsung menarik dan mencium Woo Ri. Lebih lama dari pada ciumannya Woo Ri tadi.
Dong Joo dan Woo Ri duduk berpelukan di tangga. Dong Joo di belakang dan Woo Ri duduk di depan Dong Joo.
Dong Joo meminta Woo Ri menunggu beberapa saat lagi. Woo ri mengangguk.
Dong Joo : “Apa Kak Ma Roo mau kembali ke rumah?”
Dengan perasaan sedih Woo Ri menggeleng.
Dong Joo kembali bertanya apa Woo Ri tak apa-apa. Woo Ri menguatkan hatinya dan kembali mengangguk.
Dong Joo : “Maafkan aku. Apa yang harus kulakukan? Aku mengambil Kakakmu darimu!”
Dalam hati Woo Ri berkata, “Aku
bahkan tak bisa mengucapkan maaf. Kenyataan bahwa Kak Ma Roo adalah anak
dari Choi Jin Chul. Aku tak akan memberitahukan pada siapapun. Dengan
cara ini, semua orang akan bahagia!”
Joon
Ha memandang gambar buatan Young Kyu yang dipasang Dong Joo di
aquarium. Dong Joo sampai di rumah dan berdiri berseberangan dengan
Kakaknya.
Joon Ha menatap seekor ikan dan bertanya apa nama ikannya.
Dong Joo : Ka Na Da Ra Ma Ba Sa A Za Ca Ka Ta Pa Ha
Joon Ha heran, “Apa? Apa itu nama mereka?”
Dong Joo : “Memangnya kenapa? Orang yang bukan Bong Ma Roo. Orang yang bukan kakak Cha Dong Joo. Jang Joon Ha!”
Joon
Ha : “Hari ini kau pasti sibuk sekali. Orang yang bukan adik Bong Ma
Roo. Orang yang bukan adik Jang Joon Ha. Cha Dong Joo!”
Dong Joo : “Aku kemarin marah sekali. Orang yang bukan Bong Ma Roo. Orang yang bukan kakak Cha Dong Joo. Jang Joon Ha!”
(wahahaha nyebutin namanya sampe panjang banget hahaha)
Joon
Ha akan mengompres Dong Joo tapi Dong Joo menolak dan berkata kalau ia
tak apa-apa. Joon Ha meminta Dong Joo melakukannya sendiri.
Dong Joo berkata kalau tiket pesawat ada di atas meja, ia menyuruh kakaknya pergi ke Amerika, “Ini kesempatanmu!”
Joon Ha : “Kau seharusnya menjadi malaikat pelindungku, tapi kenapa malah...”
Dong
Joo memotong ucapan kakaknya, “Kalau kau tak suka pecat saja aku. Aku
juga tak suka dengan malaikat pelindungku. Aku sudah memecatnya!”
Joon Ha menabok Dong Joo, “Kenapa kau jadi brengsek seperti ini?”
Dong Joo mengeluh matanya sakit
dan mengompresnya. Joon Ha melepas kompresannya karena ia ingin bicara
dengan Dong Joo, “Bisakah kau melakukannya sendiri?”
Dong Joo mengangguk. Joon Ha kembali bertanya, “Bisakah kau melupakan dendammu dan mengikutiku?”
Dong Joo menggeleng sambil tersenyum.
Joon Ha berkata kalau ia sudah merasa bosan. Dong Joo meminta Kakaknya duluan saja. Ia akan mengikuti dari belakang.
Joon Ha : “Jangan ingkari janjimu dan jangan celaka ha ha ha!”
“Aku tak mengenalmu kotoran semut!” Dong Joo kembali mengompres matanya.
Joon Ha menatap Dong Joo dalam hati ia berkata, “Dong Joo, maafkan aku tak bisa melindungimu lagi!”
Mata Dong Joo terpejam dalam hati ia juga bicara, “Kakak. Kak Joon Ha jaga dirimu!” Dong Joo menitikkan air matanya.
Esok
harinya, Dong Joo terbangun dari tidurnya. Ia terkejut tak melihat
kakaknya, ia bergegas mencari Joon Ha. Dong Joo membaca pesan yang
ditulis Kakaknya dan meminta Dong Joo datang.
Dong Joo menerima telepon dari seseorang.
“Ini kantor Kejaksaan Seoul, kau kenal Jang Joon Ha dari W Invest kan?”
Dong Joo terkejut membaca tulisan yang tertera di layar ponselnya.
Grand
Opening kafe milik keluarga Seung Chul terlihat ramai. Young Kyu
mengajak ibunya menghadiri pembukaan kafe tersebut, Woo Ri menuntun
Neneknya dan meminta Nenek duduk. Nenek masih belum ingat.
Seung Chul dan kedua orang tuanya siap dengan upacara pemotongan pita.
Nenek
berseru ia harus menemui tuan muda Young Kyu. Young Kyu melarang,
ibunya harus bermain di sini dan makan ayam goreng. “Setelah tidur
malam, besok akan tiba dan besok Tuan Muda Young Kyu akan datang!”
(Wahaha ini kan jurusnya Nenek dan Woo Ri untuk mengelabui Young Kyu yang menunggu kepulangannya Ma Roo kekeke)
Woo Ri memuji ayahnya hebat. Young Kyu bekata ketika besok tiba ia akan kembali mengatakan besok.
Paman Lee akan membacakan pidato
tapi istrinya berseru kalau tamu-tamu sudah tak sabar menunggu, “Ayo
gunting pitanya dan kita makan ayam!”
Seung
Chul meminta Woo Ri dan keluarganya berdiri di sampingnya. Woo Ri
menolak, Seung Chul langsung memerintahkan anak buahnya untuk menarik
woo Ri.
Dan pita pun digunting tanda kafe ayam Seung Chul resmi dibuka, semua tepuk tangan Nenek hanya menatap bingung.
Joon Ha ada diantara orang-orang yang ada di sana. ia menatap sedih keluarganya.
Dong Joo mengendari mobilnya sambil berusaha menghubungi Joon Ha tapi ponsel Joon Ha tak aktif. Dong Joo terlihat sangat cemas.
Dong
Joo menepikan mobilnya dan menelepon Min Soo, Ia tanya apa Min Soo bisa
menghubungi Joon Ha. Min Soo menjawab tidak bisa, Joon Ha tidak datang
dan ada orang kejaksaan di kantor Energy Cell.
Dong Joo keget, “Apa mereka ada di sebelahmu?”
Min Soo bicara sambil berbisik, “Mereka menggeledah meja dan komputer. Mereka mengacak-acak kantor!”
Dong
Joo makin cemas tulisan yang tertera di layar tak jelas, ia meminta Min
Soo bicara di luar dan beralasan ia tak bisa mendengar suara Min Soo
dengan jelas.
Woo Ri, ayahnya dan Nenek duduk
bersama makan ayam goreng. Paman Lee meminta ketiganya makan yang
banyak. Young Kyu memberikan ayam goreng untuk ibunya. Nenek canggung
menerimanya dan berterima kasih. Woo Ri bilang ke ayahnya kalau ia akan
membantu Seung Chul.
Woo
Ri melihat Joon Ha berdiri tak jauh darinya menatap Nenek dengan
tatapan sedih. Melihat itu Woo Ri langsung mengerti, ia mengajak ayahnya
untuk membantu Paman Lee di dalam.
Young Kyu tanya bagaimana dengan
ibunya. Woo Ri bilang ia akan mengawasi Nenek sambil bekerja. Woo Ri
segera menarik ayahnya masuk ke dalam. Joon ha melihat keduanya masuk.
Woo Ri mengantar ayam goreng ke meja-meja. Kemudian ia menatap Nenek yang duduk sendirian di luar.
Seung Chul mengagetkannya, “Orang tua kita ada disini. Hari ini banyak tamu dan makanan. Ayo kita menikah!”
Melihat
tingkah putranya, Bibi Lee berseru pada suaminya bagaimana kalau kita
pukul kepalanya sampai benjol. (Wakakaka) Woo Ri meminta Seung Chul
mengerjakan saja pekerjaan Seung Chul.
Woo Ri menerima telepon dari
Dong Joo. Tanpa basa basi Dong Joo langsung bertanya apa Joon Ha ada di
tempat Woo Ri. Woo Ri menjawab ya. Dong Joo meminta Woo Ri menahan Joon
Ha. Ia akan ke sana karena ini sangat penting.
(ini darurat ga biasanya Dong Joo menelepon sambil nyetir gini. Sambil melihat jalan ia menatap tulisan di layar ponsel)
Woo Ri cemas dan langsung keluar. Young Kyu memperhatikannya.
Nenek
membungkus satu ayam goreng, tepat saat itu Joon Ha berdiri di samping
Nenek. Nenek kaget dan berkata kalau ia tak mencuri ayam goreng, “Ini
untuk Tuan Muda Young Kyu.”
Joon Ha : Nenek?
Nenek : “Aku bukan Nenek-nenek. Kenapa semua orang memanggilku seperti itu?”
Joon Ha sedih, “Apa ini? Kalau kau seperti itu padaku, setelah ini apa? Kalau kau seperti ini aku tak bisa membencimu!”
Young
Kyu melongok ke jendela melihat ibunya bersama seorang pria. Young Kyu
terkejut melihatnya, ia gemetaran tak percaya dengan yang dilihatnya
sekarang.
Dong
Joo sampai di kafe Seung Chul ia langsung berlari menghampiri Joon
Ha. “Kakak ada masalah, kita harus segera pergi!” Dong Joo terlihat
sangat cemas.
Nenek
menepuk tangan Joon Ha dan memberikan ayam goreng yang dibungkusnya
tadi, Joon Ha menatap haru. Dong Joo tak sabar dan segera menarik
Kakaknya untuk segera pergi.
“Cha Dong Joo!” panggil Young Kyu yang sudah berada di luar kafe. Joon Ha berhenti dan menatap ke arah sumber suara.
Ow ow dan keduanya bertemu pandang. Woo Ri kaget melihat ayahnya sudah berada di luar.
Young
Kyu langsung sembunyi dibalik Dong Joo, ia marangkul erat tangan Dong
Joo. Sambil menangis ia berkata, “Cha Dong Joo. Ma Roo akan malu karena
disini banyak orang. Banyak orang disini Ma Roo akan malu!”
“Cha
Dong Joo. Tolong aku sekali ini, bawa Ma Roo pulang sekali saja. Bantu
aku kali ini. Sekali ini saja bawa dia pulang. Di rumah Ma Roo tak akan
merasa malu.”
Woo Ri tak kuasa menahan air mata. Akhirnya ayahnya bertemu dengan Ma Roo yang selama 16 tahun dinanti.
Dong Joo menatap Kakaknya, Joon Ha pun tak kuasa menahan tangisnya.
source : http://anishuchie.blogspot.com/2012/02/can-you-hear-my-heart-episode-20.html
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment