'Kami Akan Selalu Bersama'
Mi Sook berada di dapur menyiapkan makanan, ia memandang luka di telapak tangannya yang sudah dibalut dengan kain.
Putrinya datang dan langsung memeluknya dari belakang, “Ibu aku minta maaf!” Mi Sook kecil memberikan bunga untuk ibunya.
Mi Sook kecil mengatakan rahasia Ma
Roo. “Kak Ma Roo sebenarnya tidak mendengarkan musik dari earphone-nya,
dia hanya meletakkannya di telinga supaya tak ada yang mengajaknya
berbicara, dia tak mau bicara pada Nenek, Ayah, aku setiap hari dan di
sekolah!”
“Ini rahasia!” Mi Sook kecil mengingatkan. Ibunya berkata dengan bahasa isyarat kalau ia juga memiliki rahasia.
Mi Sook kecil : “Benarkah? Ibu juga punya rahasia? Apa itu?”
Nenek
masuk ke dapur dan bertanya pada menantunya apa tidak berangkat ke
pabrik. Mi Sook menjawab dalam bahasa isyarat kalau ia harus menyiapkan
makanan terlebih dulu.
Putrinya masih penasaran ibunya
memiliki rahasia dan bertanya rahasia apa. Dengan bahasa isyarat Mi Sook
berkata kalau ia akan membuat taman bunga di halaman rumah.
Mi Sook kecil : “Benarkah?”
Nenek ikut menyahut, “Ada apa?”
“Bukan apa-apa!” jawab Mi Sook kecil.
Sambil berbisik Mi Sook kecil tanya
pada ibunya kapan ibunya akan melakukan itu. Mi Sook menjawab kalau hari
sudah hangat. Keduanya tersenyum.
Dong Joo masih belum sadar, Shin Ae
menungguinya hingga ia sendiri tertidur karena kelelahan. Tapi setelah
terdengar suara ada yang masuk ia segera bangun dan membacakan buku
cerita untuk Dong Joo.
Tae Yeon
Suk datang dan bertanya kenapa Shin Ae masih disana dan menyuruhnya
pulang. Shin Ae beralasan kalau ia tak bisa meninggalkan Dong Joo dalam
keadaan seperti ini.
Shin Ae
mengambil kantung milik Dong Joo dan bertanya pada Dong Joo apa ini,
“Ini kan mainan anak perempuan?” Shin Ae memainkan kantung milik Dong
Joo.
Tae Yeon Suk memandang tajam Shin Ae
kemudian bertanya, “Anakmu laki-laki atau perempuan?” Shin Ae menjawab
kalau anaknya laki-laki. Tae Yeon Suk kembali bertanya umurnya. Shin Ae
meminta jangan membicarakan masalah kehidupannya lagi, “Lebih baik kita
pikirkan Dong Joo!”
Shin Ae menggenggam tangan Dong Joo, “Dong Joo jangan menyusahkan ibumu bangunlah!”
Mi Sook pergi ke sebuah toko jam
tangan, sebelum masuk ia memeriksa uangnya terlebih dahulu. Ia membeli
sebuah jam tangan untuk Ma Roo sebagai pengganti jam tangan yang rusak.
Mi Sook menyimpan jam tangannya di loker pabrik. Ia pun segera bekerja.
Manajer pabrik mengumumkan kalau malam
ini para buruh harus bekerja lembur dan meminta semuanya untuk segera
menghubungi orang rumah.
Salah satu buruh protes kenapa tiba-tiba. Manajer mengancam yang tidak mau bekerja silakan pergi, banyak yang masih mau bekerja.
Buruh yang lain berkata kalau
dilanjutkan mesin akan kepanasan. Menajer tak peduli dan berkata kalau
bos marah karena produksi mereka kurang mencukupi.
Mi Sook meminta tolong pada rekannya untuk menghubungi keluarganya di rumah.
Mi Sook kecil belajar memainkan pianika. Ayah dan Neneknya membersihkan daun bawang.
Young
kyu memuji kalau putrinya sangat pintar memainkan piano. Nenek tak
peduli bisa atau tidak yang penting Mi Sook kecil tidak boleh
memainkannya ketika malam hari karena akan mengganggu orang.
Telepon berdering Nenek panik dan melarang Mi Sook kecil mengangkatnya, ia takut kalau itu telepon dari Shin Ae.
Nenek manjawab telepon, ternyata itu dari teman Mi Sook di pabrik yang mengatakan kalau Mi Sook akan pulang malam karena lembur.
“Sepertinya
Ibu tidak bisa pulang!” sahut Mi Sook kecil. “Lalu apakah kita harus
menjemputnya?” tanya Ayahnya. Mi Sook kecil mengagguk senang.
Keduanya berjalan bergandengan menuju
pabrik Woo Kyung yang ada di daerah mereka. Keduanya bersenda gurau
sambil membawa bekal makan malam untuk Mi Sook.
Mi
Sook kecil menceritakan niat ibunya yang ingin membuat taman bunga,
“Ibu ingin menanam banyak bunga!” Young Kyu berseru pasti sangat cantik.
Mi sook kecil : “Ini rahasia hanya kuberitahu pada ayah. Karena kau ayahku!”
Young Kyu : “Ya, karena aku ayahmu!”
Mi Sook kecil berkata kalau nanti sudah berbunga, bunganya akan ia jual di pasar dan ibunya tak perlu bekerja di pabrik lagi.
Di pabrik Mi Sook mencium bau yang
aneh, ia mengatakannya ini pada seorang buruh pria. Tapi karena tak
mengerti bahasa isyarat Mi Sook buruh itu hanya menyuruh Mi Sook cepat
bekerja. Mi Sook terus menunjuk hidungnya.
Manajer datang dan meminta buruh pria jangan lelet. Manajer berteriak, “Cepat selesaikan, ini juga cepat selesaikan!”
Dan di salah satu ruang mesin terjadi
konsleting. Di salah satu mesinnya memercikan api dan mulai membakar
yang ada di sekelilingnya.
Duaaarrrr.... dan terjadilah sebuah ledakan. Dengan cepat api menjalar ke sekeliling ruangan.
Presdir Choi bertemu dangan rekan bisnisnya di pabrik.
Ponselnya berdering, Shin Ae menelpon, “Kenapa kau tak ke rumah sakit? Dimana kau?”
Presdir Choi : “Haruskan aku melaporkannya padamu?”
Shin Ae berkata kalau tatapan mata Tae
Yeon Suk sekarang aneh. Presdir Choi meminta Shin Ae hati-hati kalau
bicara dan mengancam kalau Shin Ae masih seperti itu lagi ia tak akan
menemui Shin Ae lagi.
Kemudian terdengar sirine tanda kebakaran. Ia dan rekan bisnisnya segera keluar.
“Kebakaran.... Kebakaran!” Manajer pabrik terus berteriak menyuruh semua buruh keluar.
Mi
Sook yang tak bisa mendengar hanya diam saja, tapi ia bisa mencium
aroma asapnya. Ia pun menoleh ke samping dan dilihatnya semua rekannya
berhamburan berlarian.
Ia pun ikut panik dan melihat lampu sirine tanda kebakaran menyala. Mi Sook segera lari keluar.
Mi Sook berhenti, ia teringat sesuatu dan kembali masuk ke dalam.
Young Kyu dan Mi Sook kecil berjalan
riang menuju pabrik, keduanya heran melihat ada keramaian di pabrik,
“Apa itu? Apa mereka sudah selesai?”
“Asap.... Ada kebakaran!” teriak Mi Sook kecil.
Mi Sook kecil teringat ibunya. Ia mulai panik dan berlari ke arah kerumunan para buruh mencari ibunya, “Ibu... Ibu... Ibu...!”
“Mi Sook... Mi Sook!” teriak Young Kyu ikut panik.
Manajer tanya ke buruh apa semuanya sudah keluar dan meminta mematikan semua mesin.
Young
Kyu dan Mi Sook kecil tak menemukan Mi Sook diantara buruh yang sudah
ada di luar. Ada yang menyenggol Mi Sook kecil hingga membuat bekal
makanannya jatuh berantakan dan diinjak orang.
Ternyata Mi Sook masuk ke ruang
loker untuk mengambil jam tangan yang ingin ia berikan pada Ma Roo. Mi
Sook terbatuk-batuk menghirup asap.
Tiba-tiba lampu padam Mi Sook panik dan segera keluar tapi api menahannya ia terjebak.
Mi Sook mencoba mencari jalan lain untuk keluar.
Mi Sook kecil bertanya pada orang-orang apa melihat ibunya, tapi tak ada yang tahu.
Young Kyu menghampiri Manajer pabrik dan melaporkan kalau Mi Sook tak ada diantara para buruh yang keluar dari pabrik.
Presdir Choi tiba di lokasi dan
bertanya pada Manajer apa yang terjadi. Manajer mengatakan kalau ia tak
tahu dan tiba-tiba terjadi kebakaran, tak ada tanda-tandanya.
Young Kyu menghampiri Presdir Choi, “Apa kau pemiliknya?”
Presdir Choi mengacuhkannya dan meminta Manajer menghubungi 119.
“Mi Sook tak ada di sini!” sahut Young Kyu pada Presdir Choi.
Presdir Choi tetap tak peduli. Ia membentak manajer, “Apa kau mau membiarkan seluruh bangunan terbakar?”
Young
Kyu terus memohon pada Presdir Choi agar menemukan Mi Sook, “Aku
saudaranya Shin Ae!” teriak Young Kyu. “Tolong temukan Mi Sook di
dalam!”
Presdir Choi memandang Young Kyu yang terus memohon padanya. Tapi pengawal Presdir Choi menyeret Young Kyu.
Mi Sook kecil dan Young Kyu akan masuk ke dalam tapi beberapa buruh pabrik menahannya.
Karena tubuhnya yang kecil, Mi Sook kecil bisa lolos dari penjagaan ia pun langsung masuk ke dalam pabrik.
Mi Sook memeluk jam tangan yang
dibawanya, ia berusaha menghindari api. Ia mencoba melewati sebuah pintu
tapi tak bisa dilewati karena sudah tertutup api.
Mi Sook berputar putar kebingunangan ia kemudian terjatuh. Ia ingin berteriak minta tolong apa daya ia tak bisa melakukannya.
“Ibu... Ibu... Ibu...!” Mi Sook kecil berusaha mencari ibunya diantara kepulan asap.
Mi Sook menepi ke sebuah dinding sesaat kemudian kaca dinding itu pecah Mi Sook melindungi kepalanya.
Young Kyu meronta melepaskan diri dari penjagaan dan segera masuk ke dalam pabrik menyusul Mi Sook kecil.
Young Kyu meminta Mi Sook kecil keluar ia yang akan mencari Mi Sook.
Mi Sook kecil melihat ibunya sudah sesak nafas. Young Kyu dan Mi Sook kecil akan ke sana tapi api semakin membesar.
Sementara di rumah sakit tangan Cha Dong Joo mulai bergerak. Ia menjatuhkan kantung yang diletakkan di telapak tangannya.
Mi Sook kecil melepas sepatu dan melemparkan sepatu itu ke arah ibunya, agar ibunya tahu kalau dirinya datang untuk menolong.
Mi Sook melihat putri dan suaminya datang. Mi Sook kecil memberi kode ke ibunya untuk cepat keluar, “Ibu cepat ke sini!”
Mi Sook berusaha berdiri tapi
tiba-tiba pintu pabrik bergerak ke bawah akan menutup ruangan. Melihat
di tangannya ia tak membawa jam tangan, Mi Sook kembali berbalik
mengambil jam tangannya.
Pintu semakin menutup ke bawah, benda-benda dari atas mulai berjatuhan mengahalangi Mi sook dan membuatnya terjatuh.
Mi Sook kecil terus berteriak, “Ibuuuuuuuuu.....!”
Dan pintu pun menutup....
Nenek menjahit selimut di rumah. Kemudain terdengar panggilan dari Myung Gyun dan istrinya.
Nenek dan Ma Roo keluar, “Ada apa?” tanya Nenek.
Ny Lee tanya kemana Mi Sook dan Mi Sook kecil. Tentu saja ke pabrik jawab Nenek.
Myung Gyun dan istrinya cemas, “Ya Tuhan, Bagainana ini? Pabriknya kebakaran!”
Nenek dan Ma Roo shock mendengarnya. Ny Lee mengajak Nenek cepat bergegas ke sana.
Mi Sook dibawa ke rumah sakit. Dokter memberi bantuan oksigen karena Mi Sook terlalu banyak menghirup asap.
Mi Sook kecil cemas melihat ibunya, “Ibu apa kau melihatku?”
Mi Sook membuka mata dan ia melihat putri dan suami yang mengkhawatirkannya. Nafas Mi Sook tersengal.
Young kyu meminta Mi Sook melihat ke arahnya. Young kyu menyanyi lagu ‘Di padang rumput yang biru’ sambil cemas.
Perawat ngomel meminta Young Kyu keluar karena menganggu pekerjaannya. Young Kyu tak peduli.
“Ayah, ibu tersenyum!” teriak Mi Sook kecil. Melihat istrinya tersenyum Young Kyu makin semangat menyanyi.
Mi Sook menyingkirkan oksigen, ia ingin melihatnya dengan leluasa. Nafasnya masih tersengal-sengal.
“Ibu apa yang ingin kau katakan?” air
mata Mi Sook kecil terus mengalir. Young Kyu mendekat tapi dokter
meminta jangan terlalu dekat dengan pasien.
Mi Sook berkata dengan bahasa isyarat, ia menyatukan kedua telunjukanya. Young Kyu dan Mi Sook kecil mengerti maksudnya.
“Bersama.. bersama. Aku mengerti!” sahut Young Kyu.
“Ya ibu, bersama!” sahut Mi Sook kecil terus meneteskan air mata.
Mi
Sook meraih tangan suami dan putrinya, ia menggenggamkan kedua tangan
orang yang disayanginya itu. Mi Sook seakan ingin bicara tapi apa daya
ia tak mampu berkata-kata.
Perawat berkata kalau denyut nadi Mi Sook melemah. Dokter langsung memompa jantung Mi sook.
“Ibu... Ibu... Ibu...!” teriak Mi Sook kecil.
Young kyu masih menggenggam tangan Mi Sook kecil, “Benar bersama bersama, sekarang kita bersama!”
Mi Sook terharu air matanya menetes dan mulai menutup matanya.
Mi Sook kecil teriak, “Ibu jangan menutup matamu, buka matamu nanti kau tak bisa mendengarku!”
Young Kyu : “Mi Sook lihat kami bersama!”
Young Kyu meminta dokter janga memompa denyut jantung Mi Sook karena itu akan membuat Mi Sook kesakitan.
“Ibu... ibu... ibu..!” Mi Sook kecil terus menangis.
Nenek, Ma Roo, Myung Gyun dan istrinya tiba di rumah sakit. Nenek memandang Mi Sook, ada apa dengan dia?
Dokter berkata kalau pasien sudah meninggal.
Mi
Sook kecil belum mempercayai kalau ibunya telah tiada, “Tidak ibu..
Tidak.. buka matamu!” ucapnya sambil menguncang-guncangkan tubuh ibunya.
“Menantu.. menantu..!” teriak Nenek jatuh lemas.
Ny
Lee tak kuasa menahan tangisnya. Mi Sook kecil langsung memeluk tubuh
ibunya. Ma Roo tak kuasa menahan kesedihan kehilangan ibu barunya.
Manajer pabrik menemui Presdir Choi
berkata kalau Mi Sook meninggal karena paru parunya rusak akibat terlalu
banyak menghirup asap, “Kalau seandainya pintu tidak ditutup...”
manajer merasa menyesal.
Presdir Choi : “Apa kau mengakui itu sebagai kesalahanmu?”
Manajer : Apa? Bagaimana?
Presdir Choi : “Bukankah kau bilang kalau semua karyawan sudah keluar? Itu yang kudengar darimu!”
Manajer : Presdir?
Presdir Choi : “Kau harus bertanggung jawab kalau ada yang meninggal!”
Manajer : “Apakah maksudmu aku harus....”
Presdir Choi : “Bukankah seharusnya seperti itu?”
Manajer memohon kenapa harus dia yang bertanggung jawab.
Presdir
Choi : “Sirine sudah memberikan tanda untuk keluar tapi wanita itu
memutuskan untuk kembali masuk. Kalau kerusakan semakin besar karena
pintu tak tertutup ceritanya mungkin akan lain!”
Manajer sepertinya mengerti maksud Presdir Choi.
Perawat membawa mayat Mi Sook, Mi Sook
kecil tanya mau dibawa ke mana ibunya. Myung Gyun menahan tubuh
sahabatnya yang terus menangis.
Nenek : “Kenapa hidup bisa seperti ini membunuh orang yang tak bersalah. Bawa manajer pabrik itu. Bawa dia ke sini!”
Ma Roo manahan tubuh Mi Sook kecil, ibu ibu ibu.
Manajer pabrik membawa polisi ke rumah sakit.
Polisi
itu menunjukan identitasnya dan bertanya pada Young Kyu yang masih
menangis, “Apa kau yang bertanggung jawab atas Mi Sook? Ini mungkin
sulit bagimu tapi kami harus membawamu ke Kantor Polisi. Kau ada di
tempat kejadian kan?”
“Kenapa kau menangkap anakku?” Tanya Nenek pada Polisi. “Kalau mau menangkap orang, kau harus menangkap manajer pabrik itu!”
“Karena Go Mi Sook kerusakan pabrik semakin parah. Pihak pabrik sudah membuat tuntutan!” sahut polisi.
Ma Roo ikut bicara, “Orang itu sudah meninggal, siapa menuntut siapa?”
Manajer membentak Ma Roo agar diam, “Ibu barumu sudah disuruh keluar tapi dia malah masuk ke dalam!”
Nenek : “Apa maksudmu? Apa dia yang menyebabkan kebakaran?”
Young
Kyu menjelaskan kalau api sudah menyala dan Mi Sook sudah berusaha
untuk keluar, “Aku mencoba menolongnya tapi pintu tertutup!”
Young Kyu mencengkeram baju Manajer,
“Paman bukankah sudah kubilang jangan menutup pintunya. Mi Sook masih
didalam waktu itu. Tapi dia (presdir Choi) tak mendengarku begitu kan?”
Manajer teriak, “Apa kau sudah gila?”
Polisi menenangkan Young Kyu dan meminta pergi ke kantor polisi Seoul bersamanya.
Young Kyu terus berteriak dan mengarahkan kepalanya ke arah kepala Manajer pabrik.
Tae Yeon Suk mendengar kalau ada kebakaran di pabrik dan bertanya seberapa parah kebakaran itu.
Pegawai
mengatakan kalau kebakaran sudah bisa ditangani tapi ada satu korban
yang meninggal. “Tapi ada masalah, karena penangung jawab korban itu
cacat mental!”
Shin Ae terkejut dan bertanya siapa penanggung jawab korban itu. Tae Yeon Suk terkejut mendengar petanyaan Shin Ae.
Shin Ae segera naik taksi menuju kantor polisi, Tae Yeon Suk membuntutinya.
Ma Roo maju sebagai juru bicara ayahnya, “Ada yang meninggal dan uang pertanggunjawaban? Kenapa harus begitu?”
Young kyu duduk di kursi dangan tangan terborgol. “Lepaskan ini, aku harus menemui Mi Sook. Lepaskan ini lepaskan ini!”
“Kemana? Apa kau ini sakit jiwa?” sahut Manajer.
Polisi
meminta Young Kyu dan Manajer diam. Polisi berkata baik Mi Sook maupun
pabrik keduanya bersalah, “Kami membandingkan keterangan kedua pihak.
Pabrik menginginkan biaya kompensasi!”
“Apakah ada bukti kalau ibuku yang berbuat kesalahan?” tanya Ma Roo.
Manajer membantak, “Semua karyawan
pabrik saksinya. Alarm berbunyi tapi ibumu malah masuk ke dalam dan api
bertambah besar. Seluruh karawan bisa dipanggil untuk bersaksi!”
Young Kyu memeluk putranya dan meminta Manajer jangan membentak Ma Roo.
Ma Roo meminta ayahnya menjelaskan apa yang terjadi, “Ibu tidak memulai kebakarannya kan?”
Young
Kyu berfikir, “Aku tak tahu, aku tak tahu. Aku menyusulnya dan pintunya
bergerak menutup. Orang itu (menunjuk manajer pabrik) aan orang yang
kuberi kimchi (maksudnya Choi Jin Chul) mereka tak mau mendengarku!”
Manajer emosi, “Kenap kimchi dibawa-bawa. Aku bisa gila!”
Ma Roo meminta ayahnya menjelaskan lebih jelas lagi.
Polisi berkata kalau ia sudah menyelidiki tempat kejadiannya, “Area tempat ibumu pingsan ada banyak drum!”
“Aku tahu, itu mudah meledak!” sahut Manajer.
Ma Roo berkata siapapun bisa berada di sana. Manajer kembali membentak, kalau Ma Roo tak tahu apa-apa jangan bicara.
Lalu manajer menunjukan bungkusan yang
membuat Mi Sook kembali ke dalam. Ma Roo membuka bungkusan itu dan ia
melihat jam tangan yang masih baru.
Young Kyu kebingungan ia hanya bisa memukuli dahinya. Ma Roo terdiam menatap jam yang dibeli ibu barunya itu.
Myung Gyun dan Nenek mengintip dari
luar dan melihat Young Kyu memukuli dahinya. Nenek cemas melihat
putranya, “Aku harus masuk. Buka pintunya!”
Myung Gyun menarik Nenek dan memintanya diam.
“Ibu... ibu...” tangis Mi Sook kecil jongkok meratapi ibunya. Nenek kesal melihatnya dan memebentak, “Diamlah!”
Nenek menarik paksa Mi Sook kecil yang masih menangis, “Bangun. Pergi. Aku tak mau melihatmu lagi!”
Nenek
mengusir Mi Sook kecil, “Kau masih mengganggu walaupun dia sudah
meninggal, apa kau pikir aku menikahkan mereka untuk melihat hal yang
seperti ini? Aku tak mengenalmu dan ibumu. Pergi! Young Kyu akan semakin
menderita kalau bersamamu. Pergi. Pergi!”
Tangis Mi Sook kecil semakin menjadi, “Nenek maafkan aku. Aku yang salah. Aku yang salah!”
Shin Ae tiba di kator polisi, “Ibu!” panggilnya. Nenek terkejut melihat putrinya datang, “Shin Ae kenapa kau kemari?”
Myung Gyun terkejut wanita yang baru datang menaggil nenek dengan sebutan ibu.
Mi Sook kecil langsung jongkok bersandar sambil menangis. Shin Ae menatap Mi Sook kecil dengan tatapan kesal.
Shin Ae langsung melihat ke dalam dan dilihatnya Ma Roo berada di dalam sana.
Shin Ae menarik ibunya keluar, ia ingin bicara. “Kenapa Ma Roo ada di dalam?”
Nenek
menjelaskan kalau Ma Roo sedang meyakinkan petugas untuk membebaskan
Young Kyu, “Kata mereka istri Young Kyu yang memulai apinya. Apa
maksudnya?”
Shin Ae memarahi ibunya, “Ibu selalu melakukan hal yang tak berguna. Apa ibu pikir Young Kyu pantas menikah?”
Nenek menyesali perbuatannya, “Benar aku salah. Tapi kau harus menyelamatkan Young Kyu yang polos itu. Tolong kami!”
Shin Ae menolak, “Apa kau gila? Ini
demi kebaikan, lebih baik dari pada dia membawa Ma Roo pergi. Mulai
sekarang bawa dia ke pnjara atau ke rumah sakit jiwa. Ibu, Ma Roo dan
aku kita tinggal di Seoul!”
Nenek : Apa?
Shin Ae : “Ibu, kau sudah cukup berusaha. Membesarkan anak itu selama 40 tahun sudah cukup!”
Nenek
memukul Shin Ae, “Dasar perempuan tak tahu diri. Kau sudah membuang
anakmu dan kau menginginkan aku membuang Young Kyu juga?”
Shin Ae : “Apa kau tak tahu orang seperti apa ayahnya Ma Roo itu!”
Presdir Choi berdiri menatap keluar jendela kemudian ia menelpon seseorang.
Ma Roo masih termenung menatap jam tangan yang sekarang ada di tangannya. “Hey kenapa diam saja!” kata Manajer pabrik.
“Biarkan aku menemui Mi Sook!” Young Kyu membenturkan kepalanya ke meja. “Mi Sook maafkan aku!”
Ponsel Manajer berdering. Sambil menerima telepon manajer melihat ke arah Ma Roo.
Selesai menerima telepon Manajer minta ijin pada polisi agar diizinkan bicara dengan Ma Roo.
Manajer
berkata kalau ia akan menarik tuntutan. “Presdir kami menganggap ini
kejahatan, ayahmu harus dipenjara!” Ma Roo menatap marah Manajer.
Manajer melanjutkan kalau Ma Roo tak akan sanggup melawan orang yang memiliki kekuasaan.
“Sudahlah jangan meneruskan
pembelaanmu. Presdir kami sudah pernah kau temui ketika kau menerima
beasiswa. Kau diberi kesempatan memohon maaf padanya!”
Ma Roo teringat ketika ia menerima beasiswa dan mendengar apa yang diucapkan Choi Jin Chul.
Ia juga mengingat ketika Choi Jin Chul mengusirnya ketika ia berkunjung ke rumah untuk mengambil beasiswa yang tertinggal.
Ma Roo menatap marah manajer, “Kalau aku tak bersalah kenapa aku harus minta maaf?”
Manajer seolah menasehati, apa Ma Roo akan membiarkan ayah dan Nenek menderita. Apa bisa Ma Roo membayar biaya kompensasinya.
“Kenapa harus aku?” bentak Ma Roo. “Bukan aku yang membuat kebakaran!”
“Ibumu
sudah meninggal dan ayahmu akan dipenjara. Apa yang bisa kau lakukan?”
sahut Manajer. “Lebih baik kau berlutut memohon ampun. Dengan begitu kau
tak perlu membayar biaya kompensasi. Redakan amarah Presdir sebelum
ayahmu masuk penjara atau rumah sakit jiwa!”
Ma Roo berdiri marah, “Lakukan semaumu. Masuk penjara atau rumah sakit jiwa!”
Ma Roo langsung pergi dari sana mengacuhkan panggilan ayahnya.
Ma Roo keluar, Myun gyun tanya kenapa hanya Ma Roo sendiri yang keluar, “Mana ayahmu?”
Ma Roo menarik Mi Sook kecil keluar, “Ikut denganku!”
Mi
Sook kecil tanya apa kita akan ke ibu? Bagaimana dengan ayah? Kita
harus selalu bersama ayah. Kita harus selalu bersama dengan ayah. Ma Roo
terus menariknya, Mi Sook kecil meronta.
Ma Roo meminta Mi Sook kecil berhenti
bicara seperti itu, “Bagaimana dia bisa menjadi ayahmu? Sampai sekarang
dan di masa depan dia tak akan bisa berbuat apa-apa untukmu. Jadi jangan
temui dia dan jangan mencarinya!”
Ma Roo mengancam kalau Mi Sook kecil terus seperti itu ia akan meninggalkannya.
“Tidak mau!” Mi Sook kecil melepaskan tarikan tangan Ma Roo. “Aku harus selalu bersama Ayah!” ucap Mi Sook sambil menangis.
“Bersama,
bersama dengannya. Aku sudah berjanji pada ibu. Kakak, aku mohon jangan
pergi. Ayah, Kakak kita harus bersama. Ayo kita melihat ibu!”
“Aku tak mau!” Ucap Ma Roo. “Tidak. Aku tak mau!” teriak Ma Roo.
Ma Roo akan lari tapi ia melihat Tae Yeon Suk berada di dalam mobil.
Tae Yeon Suk mengingat kejadian dimana
Ma Roo mengaku sebagai putra dari Bong Young Kyu. Sedangkan Bong young
Kyu adalah saudara Shin Ae. Tae Yeon Suk tahu kalau Ma Roo putra dari
Shin Ae.
Mi sook kecil memohon, “Oppa jangan pergi!” Ma Roo menatap tajam Tae Yeon Suk.
Tae Yeon Suk langsung menjalankan mobilnya pergi dari sana. Ma Roo akan mengejar tapi Mi Sook kecil menariknya.
Ma Roo menggenggam tangan Mi Sook kecil ia menitipkan jam tangannya, “Tunggu di sini aku akan kembali!” sahut Ma Roo.
Ma Roo berlari mengajar mobil Tae Yeon Suk.
Mi Sook kecil mengejar Ma Roo hingga
terjatuh tersungkur, “Oppa Oppa Oppa Jangan pergi!” Mi Sook kecil terus
memanggil Ma Roo sambil menangis.
“Tunggu ada yang mau kusampaikan!” teriak Ma Roo mengejar mobil Tae Yeon Suk.
Tae Yeon Suk mencengkeram setir mobil menahan emosi.
Tangan Dong Joo bergerak, perlahan-lahan ia mulai membuka matanya. Ia melihat seorang perawat masuk.
Perawat mengamati Dong Joo, “Bisakah kau melihatku? Apa kau tak apa-apa?”
Dong Joo akan membuka penutup oksigennya tapi perawat melarang. Dong Joo memaksa membukanya.
Perawat : “Dong Joo, Dong Joo apa kau tak apa-apa?”
Dong Joo memandang gerak bibir perawat. Ia kemudian merasakan sakit di kepalanya dan menjerit.
Tae Yeon Suk tiba di rumah
sakit, ia langsung bergegas. Ma Roo tiba setelahnya menggunakan taksi
(ga bayar ongkos taksi sampai si supir teriak)
Dong Joo meronta sampai 4 orang harus menahannya.
Tae Yeon Suk sampai di kamar rawat putranya, “Dong Joo ini Ibu!”
Dong Joo memandang ibunya bicara dengannya, tapi tak ada suara yang sampai ke telinganya. Ia hanya melihat gerakan bibir ibunya.
Dong joo ketakutan ia langsung memeluk Ibunya erat-erat. “Ibu.. ibu.. ibu.. ibu.. ibu..” ucap Dong Joo.
Tae Yeon Suk menenangkan putranya, ia berusaha melepaskan pelukan Dong Joo tapi Dong Joo tak mau melepaskan pelukannya.
Dokter
berkata kalau ia harus menyuntikan obat tidur. Tae Yeon Suk menolak,
“Dia baru sadar jangan membuatnya tidur lagi!” ia meminta semuanya
keluar.
Dong Joo terus menyebut ibunya, “Ibu ibu ibu ibu!”
Ma Roo sampai di ruang rawat Dong Joo. Ia terkejut melihat Dong Joo berada di rumah sakit sebagai pasien.
Tae Yeon Suk mencoba melepaskan kembali pelukan Dong Joo tapi Dong Joo menolak ia terus memeluk ibunya erat-erat.
Dong Joo melepaskan pelukannya. Tae Yeon Suk memandang putranya, “Dong Joo Kau sudah sadar!” ucap ibunya.
Dong Joo mengamati apa yang ucapkan ibunya. Terasa sepi di telinganya padahal ibunya berulang kali menggerakkan bibir.
Dong Joo menggelangkan kepalnya, “Aku tak bisa!” ucapnya sambil menangis.
Tae Yeon Suk : Apa?
Dong Joo : “Aku tak bisa mendengarmu Bu!”
Tae Yeon Suk menghibur putranya dan beralasan kalau ini karena Dong Joo shock.
Tangis Dong Joo pecah, “Ibu aku tak bisa mendengar apa-apa!”
Tae Yeon Suk : “Dong Joo kenapa kau seperti ini?”
Dong
Joo mengguncangkan tubuh ibunya, “Ibu jangan bercanda bicaralah.
Besuaralah. Aku tak bisa mendengarmu. Kata-katamu, aku tak bisa
mendengar. Aku tak bisa mendengarnya!”
Sadar apa yang terjadi dengan putranya
tae Yeon Suk langsung memeluknya. “Tidak. Tidak mungkin bisa seperti
itu. Tidak mungkin, tidak mungkin!”
Ma Roo masih berdiri melihat dan mendengar semuanya.
Shin Ae menemui Presdir Choi, ia menatap marah. Presdir Choi tanya kenapa Shin Ae datang.
“Memangnya
siapa yang kau tunggu? Shin Ae balik bertanya. “Choi Jin Chul kau
sungguh biadab. Young Kyu akan dipenjara dalam waktu yang lama karena
ada yang menuntutnya!”
Presdir Choi meminta Shin Ae membawa Ma Roo padanya, “Anakku atau bukan dia harus dites dulu!”
Shi Ae berkata kalau ia tak akan lagi
mendengar kata-kata dari Choi Jin Chul lagi, “Aku tak akan melakukan
kata-katamu. Kalau kau mau menemui anak ini seharusnya kau memeberi
tahuku dulu, menyelinap dari belakang dan akan memanggil anak itu. Apa
kau pikir aku akan diam saja?”
Presdir Choi : “Memangnya apa maumu?”
Shin Ae : “Aku ibu kandung Ma Roo. Perempuan yang melahirkan anakmu!”
“Bukankah sudah jelas, bawa anak itu kemari!” bentak presdir Choi.
Tae Yeon Suk menemani putranya tidur, Dong Joo terlihat lebih tenang.
Ma Roo yang dari tadi berdiri di sana kemudian berlutut dan mulai menitikkan air matanya,
Sekali ini saja, Tolonglah aku!
Kau
pernah bilang aku bisa menemuimu jika sedang kesulitan. Ini untuk yang
pertama dan yang terakhir. Aku tahu kau dalam situasi yang sulit. Tapi
aku tak bisa minta tolong pada siapapun.
Tolonglah ayahku. Maafkan aku, tolonglah aku!
“Ma Roo kemarilah!” tangan Tae Yeon Suk memanggil meminta Ma Roo mendekat padanya.
Ma Roo berdiri dan berjalan mendekat.
Tae Yeon Suk menggenggam tangan Ma Roo. Ma Roo menangis melihatnya.
Tae Yeon suk menatap tajam ma Roo, “Apa kau mau menjadi anakku?”
Di dalam tahanan Young Kyu terus menangis memanggil nama istrinya.
Sementara Mi Sook kecil dengan wajah
yang masih belepotan terkena asap kebakaran semalam, sepatu yang tinggal
satu. Ia menangis memanggil Ayah, Ibu dan Ma Roo. Ia terus memandangi
jam tangan yang Ma Roo titipkan padanya.
Tae Yeon Suk masih mengganggam tangan Ma Roo.
Sambil menatap Ma Roo dalam hati ia
bergumam, “Choi Jin Chul... Kau membuat anakku menjadi seperti ini. Kau
tunggu saja, apa yang akan kulakukan pada anakmu!”
Young Kyu dan Mi Sook Kecil ditemani
Myung Gyun dan istrinya ke danau. Mareka akan menaburkan abu Mi Sook.
Young Kyu terus memeluk erat abu Mi Sook sambil menangis.
Ny Lee tak tahan melihatanya dan turut menangis, “Berhentilah menangis. Cepat taburkan!”
“Sebentar lagi!” pinta Young Kyu. Ia masih takut kalau Mi Sook akan kesepian.
“Ibu ibu..!” Tangis Mi Sook kecil sambil melihat abu ibunya. Young kyu meminta Mi Sook kecil menunjukan sesuatu pada ibunya.
Mi Sook kecil menunjukan berkas kalau
ia sudah masuk sekolah, “Aku tinggal bersama ayah. Tidak pindah-pindah
lagi, ibu aku merindukanmu!”
Sambil terus menangis Young Kyu mulai menaburkan abu Mi Sook ke danau, “Mi Sook aku merindukanmu!"
Lee Myung Gyun terharu ia tak tahan lagi dan menutup wajahnya.
Ny Lee menghibur, “Dia akan melihatnya. Ibumu pergi ke surga, nanti kau akan menemuinya!”
Mi Sook kecil : “Ibu tunggulah aku, sampai bertemu lagi. Kita akan bertemu lagi!”
Young
Kyu : “Mi Sook pergilah, tapi jangan melupakan kami, aku akan menemuimu
lagi. Jangan lupakan kami. Pergilah dengan tenang!”
Mi Sook kecil menabur bunga kemudian
ia berdiri menatap langit dan berbicara sambil menggunakan bahasa
isyarat, “Ibu aku mencintaimu. Kau tak boleh melupakanku!”
Young Kyu ikut berdiri dan menatap langit, “Mi Sook lihatlah kami, kami bersama. Bersama!”
Young Kyu dan Mi Sook kecil memperagakan bahasa isyarat menandakan mereka akan selalu bersama, “Kami akan selalu bersama!”
Satu tahun kemudian, 1996.
Mi Sook kecil lari-lari ia melihat jam tangannya. Jam tangan milik Ma Roo dititipkan padanya.
Ia berlari menuju kantor polisi, ia memberi hormat pada polisi yanga ada di sana.
Polisi berkata kalau mereka belum
memiliki kabar, “Kemarin ada kecelakanan mobil mereka menemukan anak
berusia 12 tahun tapi bukan Ma Roo!”
Ternyata Mi Sook kecil sudah melaporkan pada polisi tentang menghilangnya Bong Ma Roo.
Mi Sook kecil sedikit kecewa belum mendapatkan kabar dari Ma Roo.
Mi Sook kecil berterima kasih, ia harus memberi tahu keluarganya dan akan kembali esok harinya.
Mi Sook kecil lari-lari menuju rumahnya, “Nenek aku pulang!” teriaknya sambil melempar tas.
“Aku akan masuk sebelum kau selesai berhitung sampai 100!” Mi Sook kecil segera masuk ke dapur.
Nenek memandangi foto keluarganya, ia
sedih Ma Roo menghilang. Yang Nenek lakukan hanya meminum alkoholnya,
“Dimana kau? apa yang sedang kau lakukan?”
Mi Sook kecil masuk membawakan Nenek
makan, “Nenek kau seharusnya makan bukannya mabuk!” Mi Sook kecil
merebut botol minuman Nenek.
Nenek marah, “Memangnya apa urusanmu?”
Mi Sook kecil : “Kau tak boleh minum alkohol. Kau harus makan. Aku harus ke pasar ayah juga lapar!”
Nenek : “Kenapa aku nenekmu? Cari Ma Roo dan bawa dia ke sini. Ma Roo pergi karena kau!”
“Kakak akan pulang, dia berjanji akan
pulang!” ucap Mi Sook kecil. “Dan aku ini cucumu. Putri ayah! Putrinya
Bong Woo Ri!” ucap Mi Soook kecil memperlihatkan sebuah kertas pada
nenek dan mengucapkan namanya.
Ok sekarang kita menyebut Mi Sook kecil dengan nama barunya yaitu Bong Woo Ri.
“Nenek kau tak bisa menyangkal lagi!” sahut Woo Ri sambil tersenyum.
“Kau
ini seperti permen karet!” sahut nenek akan memukul Woo Ri dengan
sendok tapi karena mabuk pukulannya tak kena Nenek sempoyongan.
Woo Ri membantunya duduk dengan benar, “Karena kau mabuk kau jadi loyo dan pikun!” Ucap Woo Ri.
“Anak lancang!” Nenek akan memukul Woo Ri lagi.
“Apa
kau tak menyukaiku? Woo Ri merebut sendok yang tadi digunakan Nenek
untuk memukulnya. Ia menyendok nasi dan ia berikan itu pada nenek.
“Makanlah nasi ini lalu aku akan pergi!” ucap Woo Ri.
Nenek pasrah, “Baiklah aku akan makan semua. Setelah itu kau pergi!”
Shin Ae datang dan kesal melihat Woo Ri masih di sana, “Ibu dalam situsi seperti ini kau masih bisa makan?”
Woo Ri berdiri menawari Shin Ae nasi, “Bibi apa kau mau kuambilkan nasi!”
Plak... Shin Ae memukul dahi Woo Ri hingga terjatuh, “Kau pergilah!”
Nenek memarahi Shin Ae karena memukul Woo Ri.
“Bukankah sudah ku suruh menyingkirkannya? Setiap melihatnya darah tinggiku kumat! Keluar dari sini!” Bentak Shin Ae.
“Aku akan pergi setelah Nenek menghabiskan nasinya!” ucap Woo Ri lirih.
Shin Ae menyuruh ibunya bersikap layaknya orang kaya agar Ma Roo kembali.
Shin Ae lalu menatap tajam ibunya,
“Ibu katanya ada yang melihat orang mirip Ma Roo di pulau Jeju, beri aku
ongkos pesawat ya Bu...”
Nenek
mendelik melihat Shin Ae, ia lalu mengabil gelas dan melemparkannya ke
baju Shin Ae, “Perempuan busuk lagi-lagi minta uang!”
Shin Ae teriak, ibu....
Nenek : “Young kyu akan masuk penjara tapi Ma Roo malah kabur. Aku tak mau melihatnya lagi. terserah kau!”
“Lalu kenapa kau melihat fotonya?” tanya Shin Ae. Nenek diam.
“Asal
ibu tahu kalau Ma Roo ketemu masalah kita akan berakhir. Berikan
uangnya berikan uangnya!” Shin Ae merogoh saku baju ibunya.
Nenek tak memberikannya dan ia malah mendorong Shin Ae.
Pencarian Ma Roo tak hanya lewat kantor polisi tapi juga lewat selebaran.
Young Kyu membagikan selebaran ke pembeli yang lewat, “Ini anakku. Tolong beritahu kalau bertemu!”
Myung Gyun datang dan mengatakan kalau
orang-orang tak akan mempedulikan hal itu, “Saat ini kau perlu menyewa
orang yang profesional untuk mencari orang!”
Young kyu : “Mana orangnya? aku punya banyak uang. Akan kuberikan semuanya. Aku punya lebih banyak lagi!”
Young
kyu merogoh uang recehnya. Sohibnya berkata kalau itu tidak cukup,
perlu sekantong besar. Young kyu berfikir ia tak memiliki uang sebanyak
itu.
Young Kyu kebingungan dan seperti biasa kalau ia kebingungan selalu menepuk dahinya.
Woo Ri datang, “Ayah ada apa?”
“Paman?” Woo Ri memandang kesal Myung Gyun karena sudah membuat ayahnya kebingungan seperti itu.
Myung
Gyun beralasan ia tak tahu apa-apa, “Ah kenapa orang jahat itu? kenapa
mereka menyakiti Ma Roo dan mengancam mengirim Young Kyu ke penjara?
Betapa sedihnya? Orang-orang pabrik Woo Kyung adalah orang jahat!”
Paman... Woo Ri berteriak
Ny Lee memarahi suaminya apa yang kau lakukan dan menyuruh suaminya masuk.
Woo Ri mangajak ayahnya makan sebelum
mencari Ma Roo. Young kyu setuju dan berpesan pada Woo Ri agar tidak
mendekati pabrik Woo Kyung. Woo Ri memberikan bekal makan untuk ayahnya.
Selama ayahanya makan Woo Ri
menggantikan ayahnya berdagang sayuran. Tak lupa ia memberikan selebaran
pada pembeli dan orang yang lewat di pasar.
Seorang wanita berbelanja di sebuah kios (That’s Tae Yeon Suk)
Tea Yeon Suk berbicara dalam bahasa Inggris apa di sana ada sereal rasa coklat karena anaknya sangat menyukai itu.
Tae Yeon Suk mengendarai mobilnya menuju kediamannya.
Sampai di rumah ia bertanya pada pelayannya apa anaknya baik-baik saja. Pelayan itu berkata ya.
Tae
Yeon Suk menemui seorang anak laki-laki yang tengah bermain Base ball
sendirian dengan bertelanjang dada (Ohhh That’s Ma Roo)
“Eomeoni....” teriak anak lelaki itu.
Tae Yeon Suk melamparkan minuman ke arahnya. Ia langsung meminum dan
menyiramkan air ke tubuhnya.
Tae Yeon Suk memperlihatkan cereal rasa coklat, “Apa kau suka rasa ini? Dimana Dong Joo?”
“Dong Joo tadi di sini!” jawabnya.
“Jang
Joon Ha!” Tae Yeon Suk memanggilnya. “Coba kulihat!” Tae Yeon Suk
mengamati wajah Joon Ha. “Apa kau tak memakai sunblock lagi? bukankah
Ibu sudah bilang kalau seperti ini kulitmu akan rusak!”
“Aku tak mau!” jawab Joon Ha. Ia merebut belanjaan ibunya dan berseru kalau Es krim-nya akan meleleh.
Dong Joo berada di dalam menyetel film kesukaannya. Ia menyalakan volume sampai full.
Karena
kesal tak bisa mendengarnya melempar remote-nya. Kemudian Dong Joo
merasakan sakit di kepalanya. Ia menyembunyikan kepalanya di bantal.
Tae yeon Suk : “Dong Joo apa kau mau menonton TV bersama ibu? Ini film kesukaanmu?”
Dong Joo tak bicara ia hanya mengerang dan menutup telinganya.
Ibunya kembali berkata kalau itu
adalah film yang sudah Dong Joo tonton lebih dari 100 kali, “Kau sudah
tahu walaupun kau tak bisa mendengarnya!”
Dong Joo tetap mengerang dan menutup telinganya.
Tae Yeon Suk kesal. “Ibu biar aku saja!” pinta Joon Ha. “Dong Joo, apa kau mau main bersama kakak?”
Dong Joo menolak dan mendorong Joon Ha
hingga jatuh. “Kalau begitu kita kerjakan yang lain!” ajak Joon Ha
sabar menghadapi Dong Joo. “Apa kau mau main game?” Joon Ha mengambilkan
game.
Dong Joo malah melemparkan game itu ke arah Joon Ha.
Melihat itu Tae Yeon Suk hilang
kesabarannya. Ia mengguncang-guncangkan tubuh putranya. Joon Ha melarai,
“Jangan Bu. Aku akan mengarahkannya pelan-pelan. Semakin Ibu memaksanya
semakn dia tidak mau!”
Dong joo
menjerit. Ibu nya marah meminta Dong Joo jangan hanya menjerit, “Katakan
sesuatu janagn menjerit. Bicaralah yang benar!”
Karena kesabarannya sudah habis Tae
Yeon Suk manampar Putranya. Joon Ha terkejut melihatnya, Tae yeon Suk
sendiri langsung sadar kalau ia sudah lepas kontrol.
Dong Joo hanya bisa menangis memegangi pipinya.
Joon Ha langsung memeluknya, “Tak apa apa Dong Joo. Tak apa-apa!”
Tae Yeon Suk terlihat masih kesal,
“Kau bisa bicara kan? Kenapa kau seperti ini? Menutup mulutmu sepanjang
tahun. Sampai kapan kau akan begini? Apa kau mau ibumu ini menjadi
gila?”
“Bicaralah.. bicara bicara..” teriak Tae Yeon Suk.
Dong Joo berlindung di belakang Joon Ha. Ibunya meminta jangan bersembunyi. Dong Joo menangis ketakutan ia tak berkata apa-apa.
Dong Joo dan Joon Ha tidur di kamar yang sama. Joon Ha melirik Dong Joo yang sudah tertidur, ia beranjak.
Dong Joo langsung membuka matanya dan menarik Joon Ha untuk tak pergi meninggalkannya.
“Aku tak akan kemana-mana. Hanya mau mematikan lampu!” Ucap Joon Ha.
Dong Joo menggeleng tanda lampu jangan dimatikan. Ia juga menunjuk ke arah jendela yang kordennya terus bergerak.
“Itu hanya angin jangan takut!” jelas
Joon Ha. “Cuma angin!” Joon Ha berkata sejelas mungkin walaupun tahu
Dong Joo tak bisa mendengarnya.
“Kau tak usah takut tidur saja!” Ujar Joon Ha. Dong Joo menggeleng.
“Baiklah!” Joon Ha tak jadi beranjak. Dong Joo langsung melingkarkan lengannya ke tangan Joon Ha.
Joon Ha menatap Dong Joo, “Aku tak akan kemana-mana. Aku selalu di sampingmu!”
Dong Joo mentap lurus ke depan tangannya terus membawa kantung pemberian Mi Sook kecil (Woo Ri)
Joon Ha melihat kantung yang dibawa-bawa Dong Joo, “Kenapa kau membawa ini kemana-mana!”
Joon Ha menatap mata Dong Joo, “Tutup matamu dan tidurlah!”
Joon
Ha menutup mata Dong Joo dengan tangannya dan menyandarkan kepala Dong
Joo ke bahunya, “Tidurlah. Jangan khawatir. Aku akan menjagamu!”
Setelah semuanya terlelap Tae Yeon Suk masuk ke kamar anak-anaknya. Ia mendekati putranya, Dong Joo.
Tae Yeon Suk menyentuh pipi putranya dengan penuh cinta, “Dong Joo ibu minta maaf. Maaf, semua salah ibu!”
Joon Ha belum tertidur, ia membuka
matanya dan mendengarkan apa yang diucapkan Tae Yeon Suk yang terus
meminta maaf pada anaknya.
Joon Ha teringat ayahnya yang selalu minta maaf padanya, selalu melidunginya. Joon Ha sedih memikirkan itu.
Young Kyu memasak nasi dan mulai membagi-bagikan nasinya. “Ini ibu, ini untuk Ma Roo!”
Woo Ri mencium aroma nasinya sangat enak. Ia langsung menutup mangkuk nasi bagiannya Ma Roo.
Young
Kyu berkata pada Woo Ri kalau mau nasinya enak airnya harus sampai
sini. Ia kemudian teringat Ma Roo, “Apa Ma Roo akan pulang hari ini?”
Young Kyu sedih memikirkannya. Woo Ri
langsung menghibur ayahnya dengan memberikan dua jempolnya sambil
tersenyum, “Ayahku yang terbaik!”
“Aku yang terbaik!” Young Kyu langsung tersenyum. Woo Ri mulai pandai menghibur Ayahnya supaya tak sedih.
Dong Joo duduk sendiri menatap hamparan pegunungan hijau di depannya.
“Cha Dong Joo!” panggil Joon Ha, tapi karena tak bisa mendengar Dong Joo hanya diam saja.
Tiba-tiba Joon ha menyiramnya dengan air, “Nice!” ucap Joon Ha.
Joon Ha melemparkan sarung tangan dan bola Base ballnya. Dong Joo melirik bola dan sarung tangan itu.
“Kenapa? Apa kau takut?” ucap Joon Ha.
“Kau takut kalah? Dasar kotoran semut yang penakut!” Joon Ha
menyebutkan tiap katanya pelan-pelan agar Dong Joo mengerti.
Dong Joo memungut bolanya dan melemparkan ke arah Joon Ha.
Joon Ha tertawa menangkapnya, “Anak cengeng. Kau kotoran semut, lempari aku kotoran semut!”
Joon Ha kembali mengambil selang air dan menyiramnya ke arah Dong Joo.
Dong Joo berusaha menghindar dan melawan, ia merebut selang airnya dan mengarahkannya ke Joon Ha. Dong Joo tertawa.
Di dalam rumah Tae Yeon Suk tengah berbincang dengan Dokter Jang.
Dokter
Jang tanya apa sekarang Dong Joo bisa membaca gerakan bibirnya. Tae
Yeon Suk menilai itu tak perlu, “Kenapa harus begitu? yang cacat dari
lahir saja bisa dioperasi. Kenapa hanya Dong Joo yang tak bisa?”
Dokter Jang menjelaskan kalau saraf pendengaran Dong Joo sudah rusak, melakukan operasipun tak ada gunanya.
Tae Yeon Suk : “Pasti ada cara lain, apa kau sudah mencari di Jepang atau Eropa?”
Dokter
Jang Sudah mencobanya, tetapi pendapat mereka sama. “Kau harus menerima
keadaan, kalau tidak Dong Joo akan semakin menderita. Kau harus
mengajarinya bahasa isyarat!”
Tae Yeon Suk tak menyukai itu, “Kenapa harus Dong Joo? Dia seperti orang bisu. Dong Joo bisa bicara, dia hanya tak mau bicara!”
Dokter
Jang : “Benar tapi karena paksaan orang tua, anak yang tuli jika
belajar bicara melawan kehendaknya akan menjadi stres. Dia tidak hanya
menutup mulutnya tapi juga hatinya. Apa kau menginginkan ini terjadi
pada Dong Joo?”
“Dong Joo bukan anak yang lemah!” sahut Tae Yeon Suk. “Lihat dia bisa beradaptasi, apa bedanya Dong Joo dengan Joon Ha.
Operasi
? Kalau tidak bisa lupakan saja. Akan kubuat Dong Joo seperti anak yang
lainnya. Agar kau selalu menepati janjimu padaku Dong Joo akan membaik
dan kau memperlakukannya dengan lembut. Berjanjilah padaku!”
Dokter
Jang mengangguk mengerti, “Tapi ingatlah satu hal walau seluruh dunia
kau bohongi Dong Joo sebenarnya tahu kalau dia tak bisa mendengar!”
Tiba-tiba terdengar teriakan Joon Ha,
Ibu... ibu... ibu.. sambil menggedor-gedor jendela. Dong Joo kesakitan.
Joon Ha terlihat cemas.
Tae Yeon Suk tanya apa yang terjadi. Joon Ha serba salah, ia tak tahu karena kejadiannya sangat tiba-tiba.
Dokter Jang langsung membaringkan Dong Joo. “Apa ada yang salah dengan kepalanya?” tanya Tae Yeon Suk.
“Trauma
luka di kepala menyebabkan stres pada cairan. Kepala akan menjadi sakit
bila ada getaran mendadak. Tapi ini tak berbahaya!” Jelas dokter Jang.
Dokter Jang berpesan pada Joon Ha jangan lagi mengajak main yang seperti tadi. Joon Ha mengerti.
Tae Yeon Suk tak terima, “Kenapa semuanya tak boleh dilakukan Dong Joo? apa lagi yang tak boleh dia lakukan?”
Dokter Jang membopong Dong Joo masuk ke rumah ia akan memeriksanya lebih lanjut.
Tae Yeon Suk lemas, Joon Ha serba salah. “Ibu maafkan aku, aku hanya ingin bermain dengan Dong Joo!”
Tae Yeon Suk : “Tidak. Kau hanya terkejut!”
Tae Yeon Suk menatap Joon Ha dan
meminta maaf. Ia kemudian menggenggam tangan Joon Ha, “Ibu lupa mulai
besok kau sudah bisa masuk sekolah. Kau tak boleh seperti ini karena
Dong Joo. Kuharap kau tak mengecewakanku?”
Joon Ha tersenyum. “Ya... Ibu!”
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment