Dong
Joo dan Woo Ri berada di bawah pohon besar, keduanya duduk
berdampingan. Dong Joo menunjukkan permainan pianikanya dan setelah itu
Woo Ri gantian memainkannya dan Dong Joo mengajarinya. Sementara Woo Ri
memainkannya, Dong Joo menutup kedua telinga dengan tangannya.
Woo Ri meminta pendapat Dong Joo tentang permainan pianikanya. Tapi Dong Joo menutup telinga dan memejamkan matanya.
(Dong Joo rambutnya baru, habis potong rambut dia haha.. tambah cakep hihihi)
“Apa mainnya sudah?” Tanya Dong
Joo dan meminta Woo Ri memainkan lagu yang lain. Woo Ri tersenyum dan
menabok Dong Joo. Dong Joo tersenyum membuka mata dan mulai menggoda Woo
Ri, “Tak bisa kah kita?” Woo Ri pura-pura tak mengerti, “Apa?”
Dong
Joo mendekatkan wajahnya, “Kau tahu maksudku!” Dong Joo tersenyum
mencurigakan. “Aku pulang saja!” sahut Woo Ri akan berdiri tapi Dong Joo
manariknya untuk kembali duduk.
Keduanya
berpandangan kemudian Woo Ri memejamkan matanya. Dong Joo terkekeh dan
plok... Dong Joo menabok kepala Woo Ri dan menyuruh membuka mata.
Dong Joo : “Kalau terburu-buru seperti itu memangnya kau bisa tahan?”
Woo Ri : Apa?
Dong
Joo : “Woo Ri, aku menyukaimu dan aku ingin kita selalu bersama. Tapi,
saat kau bersamaku kau akan menjadi susah. Jadi, apa mungkin suatu saat
nanti kau tak akan mau bersamaku lagi...”
Belum
selesai Dong Joo bicara Woo Ri langsung menyambarnya dengan ciuman. Woo
Ri tersenyum, “Kalau memang begitu lalu kenapa? Apa aku boleh
meninggalkanmu? Kau berbohong!”
Dong
Joo mengaku kalau ia sudah berbohong karena walau bagaimanapun ia
berharap Woo Ri selalu di sisinya. “Kalau begitu, jangan pergi dan
selalu dengarkan kata-kataku!”
“Apa yang akan kau katakan? Apa itu?” Woo Ri penasaran.
Dong Joo : “Apa kau tahu kenapa Kak Joon Ha marah?”
Woo
Ri mengangguk. Bukankah Dong Joo adiknya, ia merasa Joon Ha berhak
marah. Selama 30 tahun dia tak tahu dan dia berfikir kalau ini tak adil.
Kemudian dengan penuh keyakinan Woo Ri berkata dengan seiring
berjalannya waktu kemarahan Joon Ha juga akan mereda.
Tapi Dong Joo tak yakin. Ibunya
tahu kalau Joon Ha anak Choi Jin Chul tapi ibunya tetap membesarkan Joon
Ha seperti anak sendiri, “Aku menjadi tuli karena Choi Jin Chul. Karena
luka yang disebabkan ibuku sekarang Kakakku juga tuli. Kami berdua
sekarang sama-sama tuli!”
Woo
Ri terdiam mendengar penjelasan Dong Joo. Dong Joo meminta Woo Ri
menjawab pertanyaannya, “Apa kau mau tetap bersamaku dengan keadaanku
yang seperti ini?” Woo Ri menatap Dong Joo, keduanya bertatapan lama
tanpa berkata-kata.
Joon
Ha membuka foto di ponsel Dong Joo isinya foto keluarga Woo Ri dan foto
Joon Ha dulu. Joon Ha juga membuka kotak masuk sms dan menghapus
beberapa sms dari Woo Ri. Salah satunya berbunyi, ‘Akan kuajari kau pianika datanglah ke pohon besar’ Joon
ha terlihat marah mereka berdua tengah bersama. Terdengar seseorang
membuka pintu tapi Joon Ha tak beranjak dari tempat duduknya.
Dong
Joo dan Woo Ri sampai di sana. Dengan sikap dinginnya Joon Ha melempar
ponsel dan menghampiri Dong Joo sambil menyerahkan koran. Joon Ha
berkata kalau wartawan sudah menulisnya dengan baik, Dong Joo membaca
beritanya
‘Cucu pendiri Woo Kyung : Cha Dong Joo adalah saksi kematian Kakeknya’
Joon
Ha berpesan lebih baik kenangan itu dikubur saja tapi Dong Joo menolak
walau bagaimanapun ia tak akan menutupi kenyataan. Joon Ha berkata kalau
orang-orang hanya melihat kenyataan yang bisa mereka lihat kalau memang
ini tidak adil ia meminta Dong Joo membuktikannya. Dong Joo akan
melakukan itu tapi demi nama baik Woo Kyung ia akan bersabar.
Joon
Ha : “Apa pedulimu dengan nama baik Woo Kyung? Aku adalah orang yang
paling berhak atas nama baik Woo Kyung dibandingkan dirimu. Aku akan
menyingkirkan semua orang yang menghalangiku tak peduli itu Energy Cell
atau Cha Dong Joo.”
Woo Ri yang
dari tadi mendengarkan saja ingin ikut bicara, “Kakak?” Tapi Joon Ha
mengacuhkannya. Joon Ha mengingatkan Kalau Dong Joo mau mempertahankan
posisi lebih baik menutup mulut Tae Yeon Suk dan jangan membiarkan dia
membuang tenaga sia-sia. Joon Ha langsung pergi dari sana. Woo Ri hanya
bisa menarik nafas melihat Joon Ha pergi.
Dong Joo menyimpan koran yang
diberikan Joon Ha tadi. Woo Ri penasaran tentang isi beritanya. Dong Joo
berkata kalau isi beritanya tak penting.
Dong Joo ingin tahu apa arti dari bahasa isyarat yang diperagakan Woo Ri.
“Pabo kate ‘Kau bodoh’.” jawab Woo Ri tanpa ekspresi.
Dong Joo kaget, apa?
Woo Ri memperagakan bahasa isyaratnya, “Pabo kate.” ulang Woo Ri.
Dong Joo : “Jadi artinya bukan keren? Atau hidungku mancung? Atau aku ini tampan?”
Woo Ri : “Apanya yang keren?”
Dong Joo merengut, tapi kemudian
tatapannya berubah sendu. Woo Ri tanya ada apa. Dong Joo langsung
keluar rumah Woo Ri mengikutinya. Dong Joo membuka pintu mobil dan
menyuruh Woo Ri masuk. Woo Ri bertanya mau kemana.
Joon
Ha dan Min Soo bertemu di sebuah restouran. Min Soo tanya dimana Dong
Joo bukankah Joon Ha bertemu Dong Joo. Dengan sikap dingin Joon Ha
berkata kalau Dong Joo ada di rumahnya bersama Woo Ri. Min Soo penasaran
apa sebenarnya hubungan mereka bertiga, “Apa cinta segitiga?” Joon Ha
tak menjawab, Min Soo mendesaknya, “Tak mungkin kalau ini cinta segi
empat atau ada hubungan dua pasang kekasih.”
Joon
Ha sedikit tersenyum, “Baiklah. Sepertinya hubungan dua pasang kekasih.
Dari pada membuat kita pusing lebih baik kita pacaran.” (hah?)
Min Soo jadi gelagapan.
Joon Ha : “Kenapa? Ketika di Amerika kau menyatakan itu padaku.”
Min Soo mulai merengut itu
karena Joon Ha dulu selalu mengedepankan Dong Joo dan membuatnya patah
hati. Joon Ha berkata benar tapi di Make Up Show kemarin Dong Joo sudah
menyingkirkannya. Setelah sekian tahun hanya dalam waktu singkat ia
sudah disingkirkan.
Joon Ha : “Kang Min Soo jadilah pacarku dan aku akan memperlakukanmu dengan baik.”
Min Soo : “Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?”
Joon Ha : “Aku tak suka kau menyukai Dong Joo. Kau harus menyukaiku. Ayahmu pasti setuju.”
Joon Ha meminta Min Soo memikirkannya kembali.
(Oh oh Apalagi rencana Joon Ha ingin mendapatkan saham lebih banyak kah?)
Dong
Joo mengantar Woo Ri ke suatu tempat, apartemen Joon Ha. Woo Ri masih
bingung ia belum mengenal tempat ini dan bertanya di mana ini.
Dong
Joo memberi tugas pada Woo Ri untuk bicara dengan Joon Ha, “Masuklah
dan dengarkan apa yang dikatakan Jang Joon Ha.” Woo Ri kaget mendengar
apa yang diperintahkan Dong Joo padanya.
Dong Joo berkata hari ini
mungkin Woo Ri akan sibuk tapi coba dengarkan dia. Apapun bisa ia
lakukan tapi yang ini ia tak bisa melakukannya, “Bantu aku melakukan hal
yang aku tak mampu.” Kata Dong Joo. Woo Ri masih diam, Dong Joo meminta
Woo Ri segera pergi sebelum ia berubah pikiran.
Woo Ri tersenyum dan menggenggam tangan Dong Joo, “Terima kasih!” batin Woo Ri sambil terus tersenyum.
“Oh.. jangan tersenyum!” batin Dong Joo sambil memperlihatkan muka manisnya hehe..
Dong
Joo ke kantor Woo Kyung, ia berpapasan dengan Presdir Choi. Dong Joo
ingin bicara tapi Presdir memintanya nanti saja sambil berlalu.
Dong
Joo tanya nanti itu kapan, langkah Presdir terhenti dan membelakangi
Dong Joo. “Aku tak bisa mendengarmu kalau kau ada dibelakangku.
Datanglah ke depanku supaya aku bisa membaca gerak bibirmu.” Presdir
Choi berbalik tapi masih membelakangi Dong Joo.
“Cha
Dong Joo!” panggil Presdir tapi Dong Joo tak mengetahuinya. Dong Joo
berbalik badan ia sedikit terkejut Presdir sudah ada tepat
dibelakangnya. Dong Joo mengira kalau Presdir sudah pergi.
Presdir
Choi mengajak Dong Joo bicara di ruangannya. Dong Joo menatap plat nama
Choi Jin Chul di meja dan mengelusnya. Presdir meminta Dong Joo duduk
tapi Dong Joo tak menyadari Presdir bicara.
“Bolehkah
aku duduk disini?” Tanya Dong Joo. Presdir mulai kesal dan menepuk Dong
Joo, “Sudah kubilang duduk disini!” Dong Joo minta maaf karena ia tak
bisa mendengar Presdir bicara.
Presdir
Choi menegaskan kalau ia bukan penyebab Dong Joo menjadi tuli. Kalau
Dong Joo tak kehilangan ingatan seharusnya Dong Joo tahu itu.
Dong
Joo malah bertanya kapan ia menyatakan kalau Presdir Choi penyebab
ketuliannya. Ia ingin Presdir Choi melakukan sesuatu terhadap artikel di
koran yang dibawanya. Dong Joo menatap Presdir sesantai mungkin, “Aku
terkejut melihat yang tak seharusnya kulihat!” (kejadian yang menimpa
Kakek)
Presdir : “Apa kau punya
bukti? Siapa yang akan pecaya padamu? Baiklah. Anggap saja mereka
percaya padamu, tapi kasusnya sudah lama berlalu ancamanmu sudah
terlambat. Kau terlambat.”
Dong Joo berkata kalau ia tak
berminat memasukan Presdir Choi ke penjara karena itu terlalu mudah.
Yang diinginkannya adalah Presdir Choi minta maaf pada ibunya, uang
ibunya diperdaya orang lain lalu kehilangan ayahnya ditangan orang itu.
Anaknya kehilangan pendengaran. “Ibuku, sebelum dia menjadi gila kau
harus mundur dan minta maaf pada ibu.”
Presdir Choi tersenyum sinis ia tak
tahu apa kesalahannya. Ia berfikir kalau kesalahannya adalah membawa
Dong Joo ke rumah sakit pada hari kecelakaan itu. Seharusnya ketika itu
Dong Joo ia biarkan mati (sompret nih orang) “Seperti yang kau katakan,
sebelum dia menjadi gila bawa dia ke Amerika!”
Dong Joo menghela nafasnya, daripada Presdir Choi melakukan itu lebih baik minta maaf pada ibunya. Presdir Choi diam.
Dong Joo maju menatap tajam Presdir Choi, “Apa kau dengar itu? apa kau dengar? Sebelum aku menutup kesabaranku!”
Presdir
marah melihat sikap Dong Joo padanya, ia akan melayangkan tamparan pada
tapi Dong Joo langsung menahan tangan Presdir Choi, “Ayah. Kalau kau
tak mau minggir aku sendiri yang akan menyingkirkanmu. Bersiaplah.”
Dong Joo langsung keluar dari ruangan, Presdir Choi geram ia meminta sekertarisnya memanggilkan Joon Ha.
Joon
ha pulang ke apartemennya dan terkejut melihat Woo Ri ada di sana. Woo
Ri masih memanggilnya dengan sebutan Kakak. Joon Ha mengatakan kalau ia
sudah lelah memperingatkan Woo Ri jangan menyebutnya seperti itu.
Woo
Ri mengerti, “Orang yang bukan Bong Ma Roo atau Jang Joon Ha, tunjukan
dimana rumahmu aku mau lihat bagaimana kau hidup. Kerena kau bilang malu
hidup bersamaku. Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri.”
Joon
Ha lelah ia menyuruh Woo Ri pulang. Joon Ha akan masuk tapi Woo Ri
menghalangi jalannya dan berkata kalau ia juga lelah dan meminta Joon Ha
memberinya segelas air. “Aku bahkan tak bisa ke kamar kecil gara-gara
menunggumu,”
Joon Ha menerima telepon dan ia
bergegas kembali ke mobilnya tak jadi masuk ke rumah. Woo Ri
membuntutinya. Woo Ri tanya kapan ia harus datang lagi karena sekarang
sepertinya Joon Ha ada urusan penting. Joon Ha bilang terserah karena
bukan dirinya yang mengajak Woo Ri datang. Joon Ha langsung masuk ke
mobil dan tancap gas.
Shin
Ae mengeluh kakinya pegal dan menyuruh ibunya memijit kakinya. Ia
ngedumel mereka menyembunyikan anaknya dan tak membiarkan dirinya masuk.
Nenek berkata biarkan saja jangan pedulikan. “Mulai sekarang anggap
saja kau tak punya anak, tinggal saja bersama ibumu.”
Shin Ae : “Mana mungkin aku melakukan itu? untuk bisa bertemu Ma Roo sudah 4 hari aku menunggu diluar kantor.”
“Young Kyu sudah 16 tahun menunggunya!” sahut Nenek.
Shin Ae : “Padahal dia kan bukan ayah biologisnya.”
Nenek
: “Itu membuatku gila, yang bukan ayah biologis saja seperti itu.
Selama itu dia selalu menyiapkan makanan untuk Ma Roo dan malam hari dia
tidur di luar menunggunya.”
Shin Ae tak mau mendengar itu,
ia celingukan dan bertanya dimana Woo Ri, ia menerka mungkin sekarang
Woo Ri tengah menemui putranya. Dia dekat dengan Cha Dong Joo dan juga
Ma Roo. Terakhir ia melihat di kantor dan Ma Roo membela Woo Ri. Ia
benar-benar tak menyangka kalau Joon Ha itu Ma Roo. Tadinya ia berfikir
kalau Joon Ha itu pacarnya Woo Ri.
Nenek
menabok Shin Ae karena tak bisa mengenali anak sendiri. Paman Lee
datang, Shin Ae heran melihatnya kenapa Paman Lee selalu masuk ke rumah
orang. Nenek menyahut kalau ini rumah Paman Lee. Nenek mengingatkan Shin
Ae jangan pernah berharap kalau Ma Roo akan memanggil Shin Ae dengan
sebutan ibu.
“Benar.” bentak
Paman Lee, “Selama dia sekolah SD ibunya Seung Chul yang selalu
menjemputnya, kau tak punya hak.” Shin Ae makin kesal mendengarnya.
Joon
Ha menemui ayahnya di kantor, ia melihat ayahnya tengah melamun dan
bertanya apa ada yang salah. Ayahnya meminta mulai sekarang Joon Ha
jangan seperti ini. Presdir Choi menunjukan koran yang ia terima dari
Dong Joo.
Joon Ha tanya kenapa,
ini ia lakukan untuk melindungi ayahnya. Presdir Choi tanya apa Joon Ha
pikir ini akan berhasil jangan terlalu menyudutkan Dong Joo, “Tikus yang
terpojok pun dia akan menyerang kucing.”
Joon Ha : “Jadi menurutmu dia sebaiknya ku elus-elus saja? Kalau Dong Joo semenakutkan itu kapan dia akan pergi?”
Presdir
berjanji ia akan memasukan nama Joon Ha ke daftar keluarga tapi kalau
ia mengumumkan itu di publik Dong Joo akan menjadi tenang. Dong Joo
mungkin akan membencinya tapi Dong Joo tak akan bisa apa-apa sejak Joon
Ha bersamanya. Joon Ha tersenyum dengan rencana ayahanya, akhirnya
ayahnya menggunakan dirinya untuk menghentikan Dong Joo.
Presdir : “Kalau anak itu pergi tidak akan bagus untuk kita berdua.”
Joon Ha memberi tahu kalau ada
cara lain untuk menyingkirkan Dong Joo dan Tae Yeon Suk tanpa harus
mencelakakan dirinya dan ayahnya, “Kudengar ada wasiat lain yang
ditinggalkan Presdir Tae.” Presdir Choi sedikit terkejut mendengar ini.
Joon Ha : “Belum pernah kulihat tapi kurasa itu memang ada. Bagaimana lagi mereka bisa menyeret masalah ini?”
Presdir : “Jadi? Apa yang akan kau lakukan?”
Joon Ha berfikir kalau Dir Kang
belum mengetahui ini, “Kita punya cara lain. Karena kita masih orang
asing pindahkan seluruh sahammu padaku. Daripada ayah kehilangan semua
itu karena berhadapan dengan Dong Joo. Bukankah itu tak masalah bagimu?”
Dong
Joo pulang ke rumah dan ia terkejut melihat ibunya tertidur di sofa. Ia
membetulkan letak posisi ibunya tidur. Ny Tae tidur sambil menggenggam
amplop hitam yang dibawanya. Dong Joo mengambil amplop itu dan
membetulkan letak selimut ibunya.
Dong Joo menelepon seseorang dan berkata kalau ia sudah memeriksa dokumen kontrak yang ia bicarakan waktu itu.
‘Suamiku pasti senang bertemu denganmu sepertinya dia punya waktu besok’ itu yang tertulis di layar ponsel Dong Joo.
Selesai menelepon Dong Joo memandang amplop hitam itu sambil sesekali memandang ibunya yang terlelap di sofa.
Ada sms dari Woo Ri, ‘Bos misi kita gagal. Bong Ma Roo dan Jang Joon Ha, mereka sudah gila sepertinya perang ini akan berlangsung lama.’
Dong Joo tersenyum membacanya dan membalas sms Woo Ri..
Woo Ri bersiap tidur dan ia mendapat balasan sms dari Dong Joo, ‘Datanglah ke taman botani jam 2 kau harus menerima hukuman atas kegagalanmu. Sebelum itu kau tak boleh menemuiku.’
Joon
Ha dan Presdir Choi makan bersama di sebuah restouran. Joon Ha berkata
kalau rapat hari ini berjalan lancar kita bisa menyingkirkan Energy Cell
dengan cepat. Presdir mengerti itu dan Joon Ha harus merahasiakan ini
dari Dong Joo dan berpesan supaya hati-hati.
Kemudian datanglah seorang pria.
Pria itu minta maaf karena terlambat datang. Presdir berkata kalau ada
perusahaan lain yang menginginkan Energy Cell, tidakkah keterlambatan
itu keterlaluan.
Pria itu bersyukur karena
Presdir Choi menawarkan pertama kali padanya. “Kupikir kau mencoba
memanfaatkan ketidakmampuan anakmu (Dong Joo yang tak bisa mendengar)
aku ternyata sudah berprasangka buruk padamu!” sahut pria itu yang
ternyata calon pembeli Energy Cell.
Presdir tertawa ia mengaku kalau ia
memang mencintai uang tapi siapa yang mau menjatuhkan anaknya sendiri ia
juga manusia. Joon Ha hanya diam saja. Pria itu bertanya berapa
harganya ia berharap Presdir Choi tak memasang harga tinggi. Presdir
berkata untuk masalah harga bicarakan dengan Joon Ha. Joon Ha
menyerahkan berkas dokumennya.
Pria itu mengajak minum terlebih
dahulu tapi Joon Ha meminta minumnya nanti saja setelah kontrak
ditandatangani, karena Joon Ha melihat sepertinya pembeli ini sudah
membuat keputusan dan tak perlu membuang waktu silakan menyebutkan harga
yang ditawarkan.
Ny
Tae menyiapkan makanan untuk Dong Joo dan membawanya ke kamar. Ia tanya
apa Dong Joo ingin agar ia tinggal bersama Dong Joo. Tapi Dong Joo
menolak.
Dong Joo : “Ibu apa kau merasa kesepian? apa Ibu ingin aku pulang?”
Ny Tae : “Tidak, kau sudah nyaman tinggal disini.”
Dong Joo : “Ibu mau aku pulang kan? Apa ibu pikir aku merasa nyaman disini? Aku akan berkemas sekarang.”
Ny
Tae : “Sudah kubilang aku tak mau. Aku baik-baik saja sekarang. Choi
Jin Chul lah yang akan merasakan penderitaan, aku ini penuh dendam.”
Dong Joo : “Aku tak suka itu. Aku tak ingin wanita yang kucintai menyimpan dendam.”
Dong Joo mengenggam tangan
ibunya dan meminta ibunya kembali ke diri ibu seperti yang dulu. Ny Tae
hanya tersenyum mendengar keinginan putranya.
Ny Tae melihat putranya tak
mengenakan arloji, ia meminta Dong Joo memakai itu karena ada orang yang
datang. Dong Joo berkata kalau ia ingin terbiasa hidup tanpa alat bantu
dan yang datang itu mungkin staf Energy Cell dan meminta ibunya
mengatakan pada mereka kalau sebentar lagi ia akan menemui mereka. Ny
Tae mengerti dan langsung keluar.
Ny
Tae terkejut melihat siapa yang datang, Joon Ha dan juga Staf Energy
Cell. Kim Bi dan Min Soo. Dong Joo keluar akan menemui tamunya dan ia
juga terkejut melihat Joon Ha juga datang.
Joon Ha : “Kau terlihat sehat-sehat saja. Kupikir kau pingsan lagi. Makanya kau suruh pegawaimu datang ke sini kan?”
Min Soo berkata kalau ia bertemu
Joon Ha diluar ketika akan berangkat ke rumah Dong Joo. Joon Ha ingin
tahu ada pertemuan apa di rumah Dong Joo, apa ada hal yang tidak harus
ia ketahui tentang Energy Cell. Dong Joo tak menjawabnya ia meminta yang
lain memulai pertemuan mereka.
Ny Tae memandang kesal Joon Ha.
Joon Ha meminta Ny Tae membuatkan kopi untuknya, bukankah Ny Tae tahu
selera kopinya. Ny Tae tambah kesal melihat tingkah Joon Ha. Dan Ny Tae
pun membuatkan minuman untuk mereka semua.
Dong Joo menyembunyikan sebuah dokumen dan Min Soo menyentuh lengan Dong Joo, “Bagaimana perasaanmu?” tanya Min Soo.
Kim
Bi memberikan kode kalau ia juga mau bicara dengan Dong Joo. Ia bilang
kalau ia masih belum percaya bagaimana Dong Joo bisa lancar bicara
padahal Dong Joo tak bisa mendengar. Dong Joo tersenyum.
Joon Ha mengingatkan kalau mau bicara lebih baik satu-satu karena Dong Joo hanya bisa membaca satu pembicaraan dalam satu waktu.
Dong Joo : “Kenapa kau menanyakan hal yang sudah kau tahu? Kau yang mengajariku seperti itu.”
Joon Ha : “Tapi tetap saja kau tak bisa mendengar.”
Dong Joo tanya ke Kim Bi apa contoh
iklannya sudah selesai. Joon Ha ikut menyahut meminta Kim Bi
mengeluarkan ide dan mereka akan beriklan di TV. Min Soo tak percaya apa
anggarannya cukup. Kim Bi menambahkan kalau beriklan di TV pasti akan
memberikan dampak yang besar, Kim Bi tersenyum senang.
Ny Tae menyuguhkan minuman.
Sambil menyuguhkan ia berkata tak perlu mendengar perkataan orang lain
kita sudah cukup punya peluang. Kita perlu mendapatkan pendapatan lima
kali lebih besar dari sekarang. Joon Ha berkata tak apa-apa karena
pemilik perusahaan sudah memberikan semuanya, ia meminum minuman yang
disuguhkan Ny Tae. Nya Tae memandang kesal Joon Ha, semuanya jadi merasa
canggung.
Dong Joo meminta ibunya lebih
baik membicarakan masalah ibunya berdua dengan Joon Ha di luar. Ia dan
pegawainya harus mendiskusikan sesuatu.
Tiba-tiba
Woo Ri masuk dan minta maaf karena terlambat datang. Ny Tae jelas tak
suka dengan kedatangan Woo Ri. Dong Joo meminta Woo Ri segera bergabung.
Dong Joo menyebut Woo Ri sekertaris.
Ny Tae heran Dong Joo menyebut
Woo Ri dengan sebutan sekertaris. Min Soo tanya apa benar Woo Ri itu
sekertaris-nya Dong Joo. Ny Tae menyindir seharusnya Dong Joo memlilih
sekertaris yang lebih baik. Ny Tae meminta Woo Ri ikut dengannya dan
membantunya di dapur.
Dong Joo melarang ia memanggil
Woo Ri bukan untuk membantu pekerjaan ibunya, Woo Ri bilang tak apa-apa
dan menyuruh yang lain meneruskan pekerjaannya. Woo Ri segera menyusul
Ny Tae ke dapur.
Dong Joo akan menyusul keduanya tapi Min Soo meminta Dong Joo cepat menyelesaikan pertemuan ini karena ia harus segera ke Lab.
Woo
Ri menawarkan diri apa yang harus ia lakukan. Ny Tae berkata dengan
sinis kalau Woo Ri itu tak tahu malu barani datang ke sini.
Joon Ha tiba-tiba masuk dapur dan meminta kopi lagi, “Woo Ri tolong ambilkan!”
Ny Tae berkata kalau Woo Ri dan Joon Ha itu sama saja, “Kalian tak tahu dimana tempat kalian.”
Joon
Ha : “Aku baru saja mau mengatakan itu padamu. Kau tahu kalau ayahku
sudah tak suka kenapa kau masih tinggal di rumah dan tak pergi saja.”
Woo Ri : Kakak?
Ny
Tae : “Kakak? Kau masih menganggap anak Choi Jin Chul ini kakak.
Pembunuh ibumu? Dia anak pembunuh apa kau tak jijik padanya?”
Woo Ri diam tak menjawab. Dong Joo tak bisa konsentrasi ia bergegas menuju dapur.
Ny Tae : “Kalian berdua tak tahu tempat kalian.”
Joon
Ha : “Itu yang mau kukatakan kenapa kau tak tahu tempatmu bicara
seperti itu pada adikku. Woo Ri pergilah kencan dengan manusia normal
kau tak usah pacaran dengan Dong Joo yang tak bisa mendengar.”
Woo Ri : Kakak?
Ny Tae emosi anaknya dihina seperti itu. Joon Ha maju dan menatap tajam Ny Tae, “Jangan bersikap kasar pada adikku.”
Dong Joo membalikan badan Joon Ha dengan kasar ia meminta Joon Ha pergi saja kalau sikap Joon Ha masih seperti itu.
Joon
Ha memandang marah Dong Joo, “Apa yang kau lakukan? bukankah kau mau
menjaga Bong Woo Ri? Tak bisakah kau mengontrol ibumu?”
Untuk meredakan suasana Woo Ri
berniat mengajak Joon Ha pergi dari sana tapi Dong Hoo menahan tangan
Woo Ri dan meminta tetap tinggal. Joon Ha menepiskan tangan Dong Joo
dari tangan Woo Ri, “Lepaskan tanganmu dari Bong Woo Ri!”
Dong Joo meninggikan suaranya, “Memangnya siapa kau berani menyuruhku?”
Joon Ha : “Bong Woo Ri adalah adikku. Aku tak akan menyerahkan dia pada orang sepertimu.”
Joon Ha menggandeng tangan Woo Ri dan menariknya keluar. Dong Joo hanya bisa melihat dan menahan kesal.
Di luar, Woo Ri heran dengan sikap Joon Ha. Kenapa Joon Ha bicara seperti itu bukankah Dong Joo tak bisa mendengar.
Joon Ha : “Kenapa kau masih menyebut dia Cha Dong Joo. Apa kau suka mendengar namanya?”
Woo
Ri : “Apa kakak sudah lupa? Ibuku juga tak bisa mendengar. Aku senang
Kakak membelaku tadi. Aku sangat terharu Kakak membelaku. Tapi
sebencinya Kakak padanya, kakak tak boleh berkata seperti itu. Ucapan
kakak tak hanya menyakiti Cha Dong Joo tapi aku juga.”
Joon
Ha : “Aku tak tahu itu. Kalian berdua sama saja. Selalu saja yang
menyakitkan adalah menyakitimu. Satu dari kalian sakit, yang satunya
ikut merasakan. Begitukan?”
Air mata Woo Ri menetes, “Kakak. Kau benar, aku hanya memikirkan diriku sendiri maafkan aku.”
Joon
Ha memberi tahu kalau ia akan berkunjung ke rumah Woo Ri, “Aku kan
Kakakmu jadi aku harus datang. Aku tak tahu kapan tapi tunggu saja.”
Joon Ha meminta Woo Ri masuk ke
mobilnya. Ia akan mengantar Woo Ri pulang, “Karena aku kakakmu aku harus
mengantar adikku pulang.”
Woo Ri
menolak ia memilih jalan kaki saja. Kemudian Woo Ri tersenyum,
“Pulanglah kalau Kakak sempat, kami semua menunggumu.” Woo Ri langsung
jalan pergi, Joon Ha menutup pintu mobilnya kesal.
Ny Tae tak bisa mempercayai ini
bagaimana Joon Ha bisa bersikap seperti itu pada putranya. Dong Joo
menegaskan kalau dia bukan Jang Joon Ha tapi Bong Ma Roo. Ia berpesan
pada ibunya jangan lagi mengganggu Bong Ma Roo dan Bong Woo Ri.
Dong
Joo menemui Min Soo dan Kim Bi yang masih duduk di sana. Ia berkata
kalau kantor pusat membantu beriklan di TV pasti ada alasan dibalik itu
semua, mungkin mereka akan membuat kita sukses kemudian menjatuhkan
kita.
Dong Joo memberikan dokumen pada
Min Soo dan menyampaikan kalau itu rencana barunya untuk selamat. Ia
meminta Min Soo melihat dokumen itu. Min Soo tanya Dong Joo mau kemana.
Dong Joo bilang ia tak bisa konsentrasi dan akan langsung keluar.
Ny Tae menarik putranya dan
bertanya mau kemana. Dong Joo menjawab kalau ia mau minta maaf atas nama
ibunya, Dong Joo langsung keluar.
Dong Joo berlari keluar menyusul Woo Ri yang belum jauh. Joon Ha di dalam mobil melihat Dong Joo berlari menghampiri Woo Ri.
Dong Joo langsung memeluk Woo Ri dari belakang. Woo Ri sedikit terkejut.
Dong
Joo : “Woo Ri, ibuku tak menyadari kekurangan anaknya. Maafkan aku. Aku
tak akan berbuat seperti ini lagi. maafkan aku Woo Ri.”
Joon Ha sedih melihat ini, ia hampir menangis.
Shin
Ae menelepon ke kantor Woo Kyung, lebih tepatnya ke Sek Kim. Ia tanya
apa Sek Kim sudah menyampaikan pesannya pada Presidr Choi. Kalau Presdir
Choi tetap menolaknya ia akan mengungkap semua rahasia yang ia ketahui.
Sementara itu telepon rumah terus berdering. Shin Ae tak mengangkatnya.
Nenek masuk kamar dan mengangkat teleponnya. Ia terkejut mendengar siapa yang menelpon, Ma Roo?
Shin
Ae yang ikut mendengarkan juga terkejut dan langsung mematikan
ponselnya. Nenek mengerti dan tersenyum senang mendengarnya. Shin Ae
merebut telepon itu dari ibunya tapi sayang telaponnya sudah terputus.
Wehehe..
Nenek mengambil kembali gagang
telepon dari tangan Shin Ae dan menghubungi Young Kyu. Shin Ae penasaran
apa yang dikatakan putranya tadi ditelepon.
Young Kyu tengah memberi makan ikan di rumah Dong Joo. Ia tampak terburu-buru. Dong Joo memanggilnya, Young Kyu menyahut tapi tak memandang Dong Joo.
Dong
Joo kembali memanggil Young Kyu. Young Kyu menyahut kenapa Dong Joo
memanggilnya terus ia sibuk. Dong Joo heran apa terjadi sesuatu. Young
Kyu kegirangan dan berkata apa Dong Joo tak tahu, Ma Roo akan pulang
hari ini. Hebat kan hebat kan hebat kan.
Dong
Joo ikut senang mendengarnya, “Wah Bong Ma Roo pasti akan makan nasi
enak buatanmu. Aku jadi iri.” Young Kyu langsung bergegas pulang.
Joon
Ha benar-benar berkunjung ke rumah Neneknya. Di depan rumah Shin Ae
sudah menunggunya. Shin Ae tersenyum tapi Joon Ha hanya menatapnya
dingin dan menghindar. Shin Ae sedikit kecewa dengan sikap putranya.
Young
Kyu sampai di sana, Joon Ha melihatnya. Young Kyu jadi serba salah ia
langsung menyembunyikan wajahnya di tangga dan melirik dengan sebelah
matanya.
“Pabo (bodoh)!” ucap
Shin Ae melihat tingkah Young Kyu. Joon Ha terus memandang Young Kyu
yang berusaha menyembunyikan wajah. Joon Ha langsung naik menuju lantai
2, Young Kyu tersenyum dan bersorak senang melihat Ma Roo pulang.
Joon Ha duduk memandang foto ketika ia kecil, Nenek senang cucunya berkunjung ke rumahnya.
Shin Ae : “Ma Roo aku tak tahu kau akan datang, ibu jadi tak enak.”
Joon
Ha mengacuhkan ucapan Shin Ae dan bertanya pada Nenek bagaimana kabar
Nenek. Nenek terkejut Joon Ha menanyakan kabarnya, “Aku? Kau tak usah
mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja.”
Paman
Lee masuk tergesa-gesa dan ia benar-benar terkejut Joon Ha berkunjung
ke rumah, “Ma Roo apa kau ingat aku?” Paman Lee memberikan semua ayam
goreng yang dibawanya.
Paman Lee
menangis terharu, “Aigoo dia sudah dewasa. Dia menjadi pria yang tampan.
Mana Young Kyu?” Nenek mengatakan kalau Young Kyu berada di dapur
membuat nasi untuk anaknya.
Paman Lee kembali menangis dan berkata kalau keinginan Young Kyu akhirnya terpenuhi. Paman Lee menyusul sobatnya ke dapur.
Paman
Lee meminta sobatnya menemui Joon Ha jangan hanya di dapur saja. Young
Kyu menolak ia harus memasak nasi. Young Kyu tersenyum memandang Joon Ha
dari dapur, “Mong Goon. Ma Roo itu tampan ya? Dia sudah jadi dokter.
Wajah Ma Roo tak berbeda dengan waktu dia masih kecil. Matanya seperti
ini... sama. Kalau dia pakai pakaian dokter dia mirip Mi Sook.”
Shin Ae dan Nenek hanya diam
memandang Joon Ha. Joon Ha tanya apa Woo Ri belum pulang. Shin Ae
menawarkan diri apakah ia harus memanggil Woo Ri. Nenek berkata kalau
Woo Ri sebentar lagi akan pulang.
Joon Ha ingin melihat-lihat rumah. Tepat saat itu Woo Ri pulang. Woo Ri senang Joon Ha benar-benar datang.
Di BBQ Chicken, Bibi Lee celingukan mencari putranya.
Seung
Chul datang setelah mengantar pesanan dan bertanya apa ada pesanan yang
akan dikirim lagi. Bibi Lee meminta putranya menjaga toko. Seung Chul
tanya ibunya mau kemana. Bibi Lee menjawab kalau ia akan pulang karena
Ma Roo datang. Ia ingin melihatnya.
Seung Chul : “Ma Roo.... maksud
ibu Jang Joon Ha? Kenapa si brengsek itu pulang? Apa dia sudah bosan
menjadi anak Choi Jin Chul?”
Bibi Lee : “Mungkin. Aku mau pulang melihatnya.”
Seung Chul : “Ibu. Karena banyak pelanggan, tolong jaga tokonya!”
Seung Chul langsung ngibrit pulang. Bibi Lee berteriak kesal ia juga mau pulang melihat Ma Roo.
Woo
Ri mangajak Joon Ha melihat-lihat kamarnya. Joon Ha memperhatikan
setiap detail kamar itu. Woo Ri jadi tak enak hati karena kamarnya
berantakan. Joon Ha melihat tas ransel merah, Woo Ri berkata kalau ia
juga punya tas lain. Woo Ri membuka lemarinya dan memperlihatkan tas-tas
yang dibelikan Joon Ha.
Joon Ha juga melihat pianika Woo
Ri. Woo Ri langsung mengambilnya dan mengingatkan Joon Ha, “Apa ingat
ini? Dulu aku meniup ini setiap hari.”
Joon Ha : “Apa selama ini kau menyimpan ini?”
Woo Ri : “Tentu saja. Apa mau kumainkan sekarang?”
Joon Ha bilang tak usah dan
mengajak Woo Ri keluar kamar. Keduanya akan keluar tapi Shin Ae masuk ke
sana dan meminta Woo Ri keluar. Ia ingin bicara dengan putranya. Joon
Ha tak suka melihatnya. Woo Ri mengerti dan langsung keluar kamar.
Shin
Ae : “Apa yang bisa kukatakan, aku tahu aku tak pantas menjadi ibumu
tapi aku juga mengkhawatirkanmu. Ketika aku mendengar Dong Joo tak bisa
mendengar, aku malah mengkhawatirkanmu. Aku tak mengerti kenapa Tae Yeon
Suk menjadikanmu anaknya.”
Joon Ha : “Apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan?”
Shin
Ae : “Itu maksudku... Baiklah, walaupun kau tak menyukaiku. Kau, aku
dan ayahmu Choi Jin Chul. Kita bertiga keluarga. Kau mungkin tak tahu
tapi ayahmu tahu kalau aku membuka mulut......”
“Kalau kau mau diperlakukan seperti manusia. Bersembunyilah selama bertemu denganku.” Joon Ha memotong ucapan Shin Ae.
Shin Ae : Apa?
Joon Ha : “Itu yang terbaik yang bisa kau lakukan untukku.”
Joon Ha keluar kamar. Dilihatnya
Woo Ri tengah menyiapkan makanan. Joon Ha meminta Woo Ri tinggal
bersamanya di Seoul. Woo Ri terkejut mendengar permintaan Joon Ha.
Seung
Chul tiba di sana. Joon Ha kembali mengulang ucapannya, “Tinggallah
bersamaku. Aku tahu kau tak mau sendirian, bawalah seluruh keluarga.”
Joon
Ha pamit ia harus pulang. Yang di dapur semuanya keluar mendengar Joon
Ha akan pulang. Young Kyu bersembunyi di balik badan Paman Lee, “Ma Roo
nasinya sudah matang.” ucap Young Kyu sedih.
Joon Ha memberi tahu kalau ia
datang ke sini bukan untuk makan, “Akan kucarikan tempat tinggal untuk
kalian di Seoul. Datanglah ke sana. Aku ingin membalas kebaikan kalian
yang telah membesarkanku.” Joon Ha langsung keluar. Young Kyu sedikit
kecewa Joon Ha tak makan dulu. Woo Ri langsung keluar mengejar Joon Ha.
Woo
Ri meminta penjelasan Joon Ha apa maksudnya pindah ke Seoul. Joon Ha
menjelaskan bukankah Woo Ri dan keluarganya tinggal di rumah Paman Lee
untuk menunggunya dan karena sudah bertemu tak ada alasan lagi untuk
tetap tinggal disini. Ia akan mencarikan tempat tinggal baru.
Woo Ri : “Taman botani ada disini, Keluarga Seung Chul juga ada disini kami tinggal disini untuk....”
Joon Ha : “Rumah sakit Nenek dan tempat kerjamu di Seoul. Di Seoul juga ada taman botani kan, kucarikan tempat di sana.”
Woo Ri : Tapi...
Joon Ha : “Dengar, kau kan ingin aku jadi kakakmu. Kalau kau tak ingin lagi aku jadi kakakmu, aku tak masalah.”
Seung Chul mendengarkan pembicaraan keduanya. Woo Ri mengerti ia akan mencoba membicarakan ini dengan yang lain.
Setelah
Joon Ha pergi Seung Chul menarik Woo Ri. Ia tak akan membiarkan Woo Ri
pergi. Seung Chul mengingatkan kalau Bong Ma Roo melihat Woo Ri sebagai
seorang wanita, “Dia tak melihatmu sebagai adik.”
Seung
Chul tak bisa membiarkan Woo Ri pindah begitu saja, “Keluargamu adalah
untuk mereka yang mau tinggal bersama. Kenapa baru sekarang dia mau
menjadi Kakakmu?”
Seung Chul menarik Woo Ri masuk ke rumah, batas kesabarannya sudah habis. “Bong Woo Ri kau sudah tak punya kakak!”
Semuanya
menglilingi meja makan. Nenek hanya melamun, Young Kyu malah minum
alkohol. Shin Ae berkata kalau Ma Roo saja mau datang, kita pergi saja. (Menyetujui usul Joon Ha untuk pindah)
Bibi Lee : “Begitu mdah mengatakanya. Hidup tidak selalu sesuai keinginanmu.”
Seung Chul : “Sudah diputuskan. Bibi (Shin Ae) kau yang pergi dan kami tetap tinggal disini.”
Paman Lee juga tak setuju
sobatnya pindah, bagaimana kalau Nenek tersesat di Seoul. Shin Ae marah
dan mengatakan kalau keluarga Lee sudah keterlalauan. Ia bertanya pada
ibunya apa yang akan ibunya lakukan. Nenek bingung ia belum bisa
memutuskan. Ia hanya bersyukur cucunya mau datang sekarang ia sudah tak
punya hak lagi. Ia tak pernah memberinya makan dan pakaian yang ia
lakukan hanya menyakiti hati cucunya.
Melihat sikap ibunya yang
seperti itu Shin Ae tambah jengkel dan meminta pendapat Woo Ri. Woo Ri
mengatakan kalau ia lebih suka tinggal disini. Ia berharap Kakaknya bisa
datang ke sini sekali-kali. Seung Chul mengingatkan jangan pernah
mengizinkan dia datang.
Di sela-sela diskusi mereka, Na
Mi Sook datang berkunjung. Shin Ae yang sudah emosi tambah marah lagi
melihat kedatangan Mi Sook. Ternyata Nenek yang mengundangnya datang. Ia
ingin Mi Sook makan bersama mereka.
Mi
Sook duduk di samping Nenek. Young Kyu terus minum. Bibi Lee berkata
kalau semakin lama dilihat Mi Sook semakin mirip dengan ibunya Woo Ri.
Shin Ae kesal, jadi pindah tidak. Apa masalahnya kalian tinggal pindah
saja.
Young Kyu yang sudah mulai mabuk menepuk-nepuk meja keras. Semuanya terkejut.
Young
Kyu memarahi Shin Ae, “Aku tak bisa menunjukan wajahku. Tak ada yang
bisa kulakukan untuk anakku. Kau pikir hidup ini selalu sesuai
keinginanmu?” Young Kyu bicara seperti orang eling Haha...
Shin Ae langsung mengumpat, “Bong Young Kyu bodoh.”
Mi Sook marah mendengarnya, “Jaga mulutmu.”
“Kemarilah tinggallah bersama
kami. Apa sih masalahnya? Kalian ke sana hanya membawa badan kalian
saja.” ucap Young Kyu pada Mi Sook. Mi Sook gugup dan langsung meminum
alkohol yang ada di depannya, “Bong Young Kyu. Kau terlalu terburu-buru
mengambil keputusan.”
Young Kyu : “Aku tak setuju dia yang tak punya pendirian.”
Setelah berkata seperti itu
Young Kyu langsung ambruk tak sadarkan diri, hehe. Woo Ri menemrima sms
(dari siapa itu) sementara yang lain minum Woo Ri mengendap-endap
keluar.
Woo Ri lari-lari menuruni
tangga. Dong Joo sudah menunggunya dan mengingatkan jangan lari-lari
seperti itu nanti jatuh. Ketika Woo Ri sampai di depannya, Dong Joo
langsung memeluknya.
Dong Joo tersenyum, “Seberapa banyak kau suka padaku? Jantungmu berdetak cepat sekali.”
Woo Ri melepas pelukannya dan berkata kalau tadi Ma Roo datang.
Dan Plok... Dong Joo langsung menabok kepala Woo Ri, “Kenapa baru sekarang kau melaporkannya? Kau kupecat!”
Plok... giliran Woo Ri yang manabok kepala Dong Joo, “Ini masalah keluarga bukan bisnis. Kenapa kau pecat aku?”
Dong
Joo sewot karena Woo Ri kelihatan gembira sekali. Ia agak kecewa.
“Ayahmu langsung pergi ketika sedang memberi makan ikan. Kau juga.”
Dong Joo kemudian mengatakan kalau ia merasa khawatir. Woo Ri tanya tentang masalah apa.
Dong Joo : “Maafkan aku. Apa yang harus kulakukan? Besok adalah hari dimulainya perang dengan Jang Joon Ha.”
Woo Ri cemas, Kenapa?
Dong
Joo : “Hey tukang selingkuh. Kau menyukai Cha Dong Joo dan Jang Joon Ha
kan? Jadi besok jangan berpihak dan terima saja apa hasilnya, mengerti?
Datang ke rumahku jam 2 besok. Besok adalah hari yang penting, jadi aku
akan sangat senang kalau kau datang.”
Woo Ri : “Apa kau memang perlu melawannya?”
Dong
Joo tak mau mengetahui komentar Woo Ri. Ia langsung membalikan badan
Woo Ri dan memeluknya erat, “Jangan bicara lagi. jangan hentikan kami.
Kami harus bertarung untuk menyelesaikan ini.”
Esok
harinya, Mi Sook terbangun ia menginap di rumah Woo Ri karena mabuk. Ia
melihat dirinya di kaca tanpa make up dan berteriak kaget.
Woo Ri masuk ke kamarnya dan
melihat Mi Sook sudah bangun. Mi Sook menyembunyikan wajahnya dan
bertanya siapa yang menghapus make up nya. Woo Ri mengaku kalau ia yang
menghapus make up Mi Sook dan beralasan tak bagus tidur mengenakan make
up dan memuji wajah Mi Sook cantik tanpa make up.
Kemudian Woo Ri mengatakan kalau
ada janji. Ia harus pergi dan meminta Mi Sook beristirahat saja. Mi
Sook memperhatikan penampilan Woo Ri. Apa Woo Ri akan pergi begitu saja.
Woo Ri heran dan melihat penampilannya, apa aneh?
Mi
Sook menarik Woo Ri dan mulai mendandaninya. Ia mendandani Woo Ri
seperti seorang ibu yang mendandani putrinya hehe. Woo Ri terus
memperhatikan Mi Sook.
Young
Kyu masuk ke kamar Woo Ri dan melihat wajah Mi Sook tanpa make up.
Young Kyu memandangnya heran dan semakin maju untuk melihat lebih jelas.
Mi Sook tersenyum. Young Kyu tak percaya dengan penglihatannya dan
menutup mulutnya yang menganga. Ia berusaha menutup matanya dan
geleng-geleng tak percaya dengan yang dilihatnya. Hehe...
Dong
Joo menerima telepon dari ibunya, ia sudah siap dengan pakaian rapi. Ny
Tae meminta Dong Joo segera ke kantor. Dong Joo tanya ada apa. Ny Tae
mengatakan kalau Choi Jin Chul dan Jang Joon Ha mengadakan rapat dengan
dewan direksi tanpa sepengetahuannya dan materi rapatnya juga
dirahasiakan. Perasannya tak enak, ia meminta Dong Joo segera datang.
Dong Joo tak bisa datang karena
ada tamu yang harus ia tunggu. Dong Joo melihat keluar dan tamu yang
ditunggu sudah datang. Dong Joo menutup teleponnya.
Kim Bi dan Min Soo datang bersama seorang pria bule Prancis dan istrinya yang orang Korea (Mr Phillipe dan istrinya)
Mr
Phillippe bicara dalam bahasa Prancis kalau ia merasa terkesan dengan
Dong Joo. Ia sudah membaca artikel tentang Dong Joo di majalah, “Aku
harus berfoto denganmu karena sekarang kau orang terkenal.” Ny Phillippe
mentranslate apa yang diucapkan suaminya. Dong Joo tersenyum senang
mendengarnya.
Woo
Ri lari-lari menuju rumah Dong Joo, ia mengenakan rok. Dari luar, Woo
Ri melihat tamu Dong Joo, ia memandang penampilannya. Ia melihat
penampilan Min Soo yang sempurna, cantik penuh senyuman dan pakaian Dong
Joo yang sudah rapi dan juga penuh senyuman berbincang dengan tamunya.
Woo Ri tak jadi masuk.
Kim
Bi menjelaskan pada Mr phillippe tentang taman botani. Dong Joo melihat
jam tangannya dan melirik keluar mencari Woo Ri tapi tak kunjung
datang. Min Soo heran dan bertanya apa Dong Joo sedang menunggu
seseorang. Dong Joo menjawab ya sambil kembali menengok keluar.
Mr Phillippe memuji kalau
pemandanagn disini sangat indah. Ia ingin membangun vila dan meminta
pendapat Dong Joo. Ny Phillippe kembali menerjemahkan apa yang diucapkan
suaminya. Dong Joo berkata kalau itu semua tergantung Mr Phillippe.
Min Soo berbisik pada Dong Joo.
Ia merasa kalau Mr Phillippe sepertinya setuju dengan perjanjiannya. Kim
Bi berbisik pada Dong Joo katanya Mr Phillippe ingin melihat dokumen
kontraknya terlebih dahulu.
Di
ruangan rapat dewan direksi Woo Kyung. Presdir Choi mengatakan kalau
rapat hari ini tentang penjualan Energy Cell. Ny Tae jelas terkejut
mendengar ini. Salah satu dewan direksi bertanya kenapa mendadak.
Presdir berkata kalau sekarang waktu yang tepat untuk menjualnya.
Ny Tae jelas menolaknya tapi
Presdir Choi menyerahkan keputusan ini pada anggota rapat. Ia meminta
pemaparan direktur keuangan Jang Joon Ha. Jang Joon Ha pun masuk dengan
dokumen yang dibawanya. Ia berdiri di podium.
Ny Tae marah apa hak Jang Joon
Ha berdiri di sana karena ia berfikir kalau Joon Ha sedang dalam kasus
penipuan saham. Presdir Choi meminta Ny Tae menahan argumennya dulu,
“Apa kau masih mau mendiskusikan masalah kontaminasi logam berat Energy
Cell lagi?”
Joon
Ha melanjutkan presentasinya, “Investasi dibisnis semikonduktor dapat
menghasilkan sampai dengan 200rb M dollar Amerika diseluruh dunia. Itu
lebih dari 20 kali dari bisnis kosmetik di dalam negeri. Kalau kita bisa
menyelesaikan dalam waktu 3 tahun kita bisa mendapatkan kesuksesan
diluar negeri.”
“Karena
itu aku perlu membeli Energy Cell.” ujar Mr Phillippe. Ia datang bukan
untuk menawarkan kerja sama tapi membeli Energy Cell.
Kim
Bi yang mengerti bahasanya terkejut, “Apa? tidak bisa seperti itu.” Min
Soo ingin tahu apa yang dikatakan Mr Phillippe. Kim Bi menjelaskan
dibandingkan dengan perjanjian yang sudah dibicarakan sebelumnya dia
ingin membeli perusahaan.
“Kami
ingin investasi di Asia.” sahut Ny Phillippe. “Kami tadinya mau
membangun merk baru tapi ketika kau menelepon, kupikir dengan membeli
Energy Cell akan lebih cepat.” Dong Joo sedikit bimbang.
“Apa ada yang tak setuju?” tanya Joon Ha pada anggota rapat. Joon Ha tersenyum sinis pada Ny Tae.
Dan Dong Joo pun menyetujui penjualan Energy Cell pada Mr Phillippe. Keduanya berjabat tangan dan tersenyum.
Mr Phillippe : “Cha Dong Joo. Kau orang baik, kita akan bekerja sama.”
“Kalau begitu kita sepakat dengan penjualan Energy Cell.” ucap Presdir Choi memutuskan.
Ny
Tae berdiri marah ia tak setuju, “Siapa yang berhak memutuskan itu? Cha
Dong Joo membangun Energy Cell kita tak bisa memutuskan tanpa
kehadirannya. Aku tak setuju.”
Predir Choi : “Apa kau tak menyetujui keputusan dewan direksi?”
Ny Tae marah dan berkata kalau
ini sama seperti 16 tahun lalu. Woo Kyung kosmetik dijual tanpa
sepengetahuan ayahnya, ia tak bisa menyetujui ini. “Apa kau pikir aku
akan diam saja?”
Presdir Choi tersenyum sinis, “Sayang. Kau urus saja urusan rumah tangga. Mengerti?”
Presdir Choi menutup rapat. Ia memuji pemaparan Joon Ha bagus. Ny Tae menatap marah Joon Ha.
Joon Ha dan Presdir Choi keluar
dari ruangan rapat. Presdir merangkul Joon Ha dan kembali mengatakan apa
yang dilakukan Joon Ha sudah bagus, “Apa kau lihat bagaimana wajah Tae
Yeon Suk tadi?”
Ponsel Joon Ha berdering, Dong Joo yang meneleponnya. Presdir berlalu meninggalkan Joon Ha yang menerima telepon.
Joon Ha : “Apa kau sudah mendengar kabar?”
Dong Joo : “Maksudmu tentang penjualan Energy Cell? Kau sudah terlambat. Karena aku sudah menjualnya.”
Joon Ha terkejut mendengarnya, “Apa? Cha Dong Joo apa yang baru saja kau katakan?”
Dong Joo : “Haruskah kuulangi lagi?”
Joon Ha marah dan meninggikan suaranya, “Cha Dong Joo!”
Dong Joo tersenyum menang.
re-posted and re-edited ny : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment