Woo Ri mengaku pada Dong Joo kalau ia
sudah berbohong tentang Dong Joo yang mencuri kantong kacang,
pembelajaran piano dan tentang Dong Joo yang menyukainya. Woo Ri juga
secara resmi memberi tahukan namanya. Woo Ri menyesal ia minta maaf.
Entah karena terbawa perasaan atau
apa, Dong Joo tak bisa berkata-kata lagi. Ia langsung mencium Woo Ri dan
membuat Woo Ri tersentak kaget, hingga kantong kacang yang berada di
tangannya pun jatuh dengan sendirinya. Woo Ri memejamkan
matanya. Melihat Woo Ri memejamkan mata Dong Joo menciumnya lagi. Woo Ri
tambah terkejut dan membuka matanya.
Woo Ri tertegun dan memegang bibirnya.
“Bibir itu... hanya untuk bermain pianika dan makan. Bukan untuk
berbohong. Dia tidak dibuat untuk berbohong. Kalau kau berbohong lagi,
aku tak akan melepasmu!” Ucap Dong Joo. (ini berarti kalau Woo Ri bohong
lagi hukumannya kiss wahahaha)
“Apa kau benar mau bertemu
Paman?” Woo Ri mangangguk pelan masih belum sadar seratus persen ia
masih terpaku. Dong Joo pergi Woo Ri langsung duduk lemas dan kembali
memegang bibirnya.
Dong Joo masuk rumah ia berusaha menenangkan hatinya atas apa yang dilakukannya barusan. Jantungnya dag dig dug hehehe.
Young
Kyu melihat Dong Joo masuk dan langsung menyapa, ini membuat Dong Joo
kaget dan Dong Joo pura-pura menguap, beralasan ngantuk. Ia mohon diri
akan ke kamarnya. Young Kyu heran.
Young Kyu langsung keluar, ia melihat
Woo Ri duduk terpaku di tangga memegangi bibirnya. Ayahnya tanya apa Woo
Ri sakit, apa ada yang terluka? Woo Ri berkata tidak ia hanya
mengantuk.
Young Kyu merasa aneh,
kenapa semua orang ngantuk padahal belum waktunya tidur. Young Kyu
melihat kantong kacang tergeletak di situ. Woo Ri mangambilnya. Keduanya
pulang. Sebelum pergi Woo Ri menatap kediaman Dong Joo dan
menggeleng-gelengkan kepala.
Di dalam kamar Dong Joo masih
memikirkan apa yang baru dilakukannya terhadap Woo Ri tadi. Ia mendesah
dan geleng-geleng kepala, “Tidak!” Dong Joo langsung bergegas keluar.
Dong Joo mencari Woo Ri. Ia tersenyum senang Woo Ri belum jauh.
Woo Ri berjalan melamun, ayahnya
memandang heran. “Woo Ri apa kau ngantuk?” Ayahnya membuyarkan
lamunannya. “Apa kau mau kugendong di punggungku?”
“Aku
lapar!” Woo Ri mencari alasan, “Ayo cepat pulang lalu kita makan!”
ayahnya berkata kalau ia akan membuatkan nasi yang sangat enak.
“Aku juga mau nasi!” seru Dong Joo
setelah mengetahui apa yang diucapkan Young Kyu tadi. Woo Ri menatapnya
gugup, ia menunduk. Young Kyu tanya apa Dong Joo lapar. Dong Joo
mengiyakan, “Kumohon berikan aku nasi!” Young kyu menyanggupi, ia akan
membuatkan nasi yang enak.
Dong Joo berterimakasih dan memeluk Young Kyu. Dong Joo memandang Woo Ri, “Bagaimana dengan kantong kacangku?”
Woo Ri menyerahkan kantong kacangnya sambil menunduk, ia masih belum berani menatap Dong Joo.
Dan brukk Dong Joo langsung memeluk Woo Ri, “Terima kasih!” ucap Dong Joo. Mata Woo Ri terbelalak Dong Joo memeluknya.
Dong Joo : “Kau terkejutkan? Aku melakukannya karena aku merasa nyaman!”
“Ayo berangkat!” teriak Young
Kyu. Dong Joo tak menyadari teriakan Young Kyu. Woo Ri langsung melepas
pelukan Dong Joo dan bilang berangkat.
Woo Ri kembali menyerahkan kantong
kacang. Dong Joo mengambilnya dari tangan Woo Ri sambil yah tentu saja
mengenggam tangan Woo Ri. Hehehe.
Young
Kyu kembali berseru ayo berangkat. Dong Joo mengangkat tangan Woo Ri
dan menjawab berangkat. Dong Joo menggandeng tangan Woo Ri sambil
berlari.
Woo Ri masuk lebih dulu ke
rumah, ia melihat rumah yang berantakan. Ia meminta Dong Joo dan ayahnya
tunggu di luar sebentar. Woo Ri langsung beres-beres.
Young kyu langsung mencari ibunya. Woo
Ri mengatakan kalau Nenek sekarang berada di rumah Shin Ae. Young Kyu
tanya kenapa, apa terjadi sesuatu, kenapa dia pergi. Young Kyu masuk
kamar dan mencari ibunya. Woo Ri mengatakan kalau Nenek akan menginap di
sana beberapa hari.
Dong Joo masuk dan melihat-lihat
rumah Woo Ri. Dong Joo berusaha mencari tahu apa yang dikatakan Woo Ri
dan ayahnya di dalam kamar tapi ia tak bisa melihat dengan jelas apa
yang keduanya bicarakan.
Bibi Lee memanggil Woo Ri tapi ia
terkajut melihat Dong Joo di sana, ia belum pernah bertemu dan mengenal
Dong Joo. Dong Joo tak menyadari di sana ada Bibi Lee. Paman Lee juga
datang mencari sobatnya ia terkejut ada seorang pemuda disana. Ia
menduga kalau dia pencuri, Bibi Lee menyuruh suaminya diam.
Bibi Lee mengamati Dong Joo dari kanan ke kiri. Dan ketika Dong
Joo bertemu pandang dengan Bibi Lee sontak ia terkejut, tiba-tiba ada
orang dihadapannya.
Bibi Lee langsung duduk lemas memegang dadanya, ia terpana melihat Dong Joo, “Apa aku bermimpi?” hahaha
Young Kyu dan Woo Ri keluar kamar. Young Kyu mengatakan pada Dong Joo kalau ibunya tak ada di rumah.
Paman Lee : “Cha... Cha Dong Joo? Apa dia Cha Dong Joo?”
Dong
Joo berbalik badan dan terkejut melihat Paman Lee tiba-tiba ada di
belakangnya (padahal dari tadi hehe). Dong Joo heran memandang
orang-orang di rumah Woo Ri. Bibi Lee tak percaya dengan wajah putih
Dong Joo, ia kagum dan memuji Woo Ri pandai (mencari pacar hahaha)
Shin Ae menyeret ibunya, ia meminta
ibunya berjalan yang benar. Nenek mengeluh kakinya sakit dan tak bisa
berjalan, ia langsung jongkok. Nenek juga mengeluh lapar dan minta
makanan.
Shin Ae meminta Ibunya
menyebutkan makanan apa saja, ia akan membelikannya di luar. Nenek
menolak makanan yang dibeli di luar karena terlalu banyak minyak. Shin
Ae kesal kenapa Ibunya seperti ini. Ia tak tinggal sendiri di rumah itu
dan pemiliknya segera datang.
Nenek berkata kalau Shin Ae
merasa tak nyaman kenapa tinggal di rumah orang lain, kenapa tidak
tinggal di rumah mereka sendiri. Shin Ae yang sudah kesal langsung
mengacuhkan ibunya, ia tiduran di kursi dengan santainya.
Nenek langsung berdiri ia akan
membuatkan makanan dan bertanya dimana nasinya. Shin Ae menjawab tak ada
nasi karena ia sedang diet jadi tak makan nasi. “Kau pantas di
gantung!” Nenek menggerutu. “Kalau begitu ayo kita mati sama-sama, sudah
cukup rasanya hidup seperti ini. Mati juga tak rugi!”
Young Kyu menyendokan nasi untuk
semua, untuk ibunya juga. Paman Lee menyahut kalau dia sedang ada di
Seoul. “Bagaimana kalau dia pulang?” bantah Young Kyu. Ia juga
menyendokan nasi untuk Ma Roo. Woo Ri langsung membungkus nasi untuk Ma
Roo.
Paman Lee menepuk Dong Joo,
“Teman.. Pemandangan yang aneh kan?” Dong Joo membenarkan. Paman Lee
berkata kalau ini adalah ritual keluarga, setelah itu Young Kyu akan
makan sisa-nya yang dingin.
Paman Lee menatap Dong Joo, “Semakin
lama aku melihatmu aku semakin ingin mendonorkan darahku untukmu.
Sebanarnya apakah kau kekurangan darah?” Dong Joo tertawa dan menjawab
kalau ia sehat-sehat saja.
Woo Ri
menyuguhkan nasi untuk Dong Joo, masih ada suasana canggung diantara
keduanya. Paman Lee meminta jatah bagiannya, tapi Young Kyu bilang kalau
sekarang bukan sarapan jadi Paman Lee tak kebagian. Keluarga Seung Chul
hanya makan bersama Young Kyu ketika sarapan saja.
Bibi Lee membawa ayam goreng, minuman
dan makanan yang lain untuk Dong Joo. Paman Lee ngomel istrinya kejam,
ulang tahunnya saja makanannya tak semewah ini. Bibi Lee mendorong
suaminya dan tersenyum menatap Dong Joo, “Aigoo seandainya saja aku bisa
memelihara dan menyuapimu setiap hari. Kalau kurang bilang saja akan ku
buatkan!”
“Ya terima kasih!” ucap Dong Joo.
Bibi
Lee langsung berseru bahagia, “Ya Tuhan dia baru saja berterimakasih
padaku!” Bibi Lee tertawa riang. Suaminya kesal apa berterima kasih itu
lucu. “Bagiku itu lucu jangan cerewat!” ucap Bibi Lee. Hahaha.. Young
Kyu senang Bibi Lee menyukai Dong Joo.
Paman Lee menuangkan minuman untuk
Dong Joo, “Teman. Ini untuk merayakan kita menjadi 3 sekawan.” Tapi Dong
Joo bilang ia tak minum alkohol. Woo Ri langsung menyambar minuman itu
dan segera meneguknya sampai habis, “Aku haus sekali. Rasanya enak!”
sahut Woo Ri membuat Dong Joo dan yang lain bengong. Woo Ri berujar
kenapa membuang-buang waktu dengan orang yang tak minum alkohol. Ia
langsung menuangakan minuman untuk Paman Lee.
Paman Lee minta Young Kyu juga
diberikan minuman, “Kita tak bisa membuat dia membenturkan kepalanya ke
tembok gara-gara merindukan ibunya.” Young Kyu tak mau minum, Woo Ri
juga melarang Paman Lee memberikan minuman untuk ayahnya. Paman dan Bibi
Lee terus memaksa, Woo Ri langsung mengambil dan meminumnya. Dong Joo
terheran-heran dengan kehebohan keluarga ini.
Paman dan Bibi Lee sudah mulai mabuk. Young Kyu menelepon ibunya dan menyanyikan lagu kesukaannya. Paman dan Bibi Lee ikut bersenandung. Nenek senang mendengar lagu itu. Bibi Lee merebut teleponnya dan berkata pada Nenek kalau mereka semua tengah minum-minum, ia mengundang Nenek untuk ikut bergabung.
Suami istri ini terus minum, Woo Ri
meminta keduanya berhenti minum. Young Kyu kembali menyanyikan lagu
ditelepon, Dong Joo tersenyum melihat keluarga ini.
Shin Ae merebut telepon membuat
ibunya tersentak kaget. Shin ae marah apa ibunya mau membayar tagihan
telepon. “Ibu menyebutnya (Choi Jin Chul) penjahat, tagihan teleponnya
juga dibayar oleh penjahat itu!” Shin Ae menarik ibunya meminta jangan
membuatnya susah, “Pulanglah! Pulang ke anakmu yang hebat itu!”
Terdengar suara bel pintu Shin Ae cemas apa yang harus ia lakukan Presdir Choi datang.
Shin Ae membawa ibunya ke kamar dan ia
memberi minuman alkohol agar ibunya diam, “Minumlah lalu tutup mulutmu
dan tidur!” Shin Ae mengatakan kalau minuman itu mahal ia memohon pada
ibunya agar jangan keluar dan jangan bersisik, “Kalau ketahuan aku akan
mati.”
Shin Ae menyambut Presdir Choi dan bertanya bagaimana rapatnya apa semua setuju dengan sistem baru yang akan diterapkan Presdir.
Presdir Choi : “Anak brengsek Dong Joo itu membuat kekacauan!”
Shin
Ae : “Apa dia sudah siap ditendang keluar? apa dia melakukan itu karena
didukung Dir Kang? Katanya dia akan menikahi putrinya!”
Presdir : “Menikah?”
“Benar.
Min Soo yang bilang!” sahut Shin Ae. Shin Ae ingin tahu seberapa banyak
saham Dir Kang. Dia pemilik saham terbesar setelah Presdir, “Apa kau
tak apa-apa dengan itu?”
“Bicara apa kau?” Nenek tiba-tiba masuk. “Dasar brengsek Nenek melempar sesuatu ke arah Presdir.
Presdir marah, “Apa ini?”
Nenek : “Aku ibu mertuamu. Kau pantas mendapat penyakit Epilepsi, sipilis. Lalu mati dengan wajah ada di dalam toilet.”
Nenek berkata akhirnya bisa
melihat menantunya setelah 30 tahun. Nenek menyiram Pesdir Choi dengan
minuman yang dibawanya. Amarah Presdir meledak. Ia menatap garang Ibunya
shin Ae ini.
Nenek : “kau lihat apa? Haruskah
matamu kucungkil. Kau ini tak ada kerjaan sehingga menikah demi uang?
Setelah kau telantarkan anakmu, apa kau pikir hidupmu jadi bahagia? Lalu
kau buat hidup anakku jadi sengsara!”
Shin Ae cemas kenapa ibunya jadi
seperti ini. Shin Ae akan membersihkan baju kotor Presdir, “Sayang.
Nenek itu sudah benar-benar gila dia mengidap alzheimer. Dia seperti itu
karena dia pikun tolong mengertilah.” Nenek masih menumpahkan sumpah
serapahnya.
“Keluar!” bentak Shin Ae seraya
mendorong ibunya hingga terjatuh. “Kalau bukan karena orang ini aku
sudah mati. Jangan sekali-kali ibu menyakiti dia! Sayang ...” Shin Ae
mencoba bersikap manis pada Presdir Choi.
Karena sudah terlanjur emosi Presdir
langsung melayangkan tamparan pada Shin Ae. “Perempuan murahan, keluar
dari rumahku sekarang juga!” bentak Presdir. “Kalau dia memang gila
kenapa tak kau bawa dia ke rumah sakit jiwa. Apa kau tahu siapa yang kau
hadapi?” Nenek tak terima putrinya ditampar seperti itu, “Memangnya kau
siapa? akan kubunuh kau! beraninya menyakiti anakku!”
Shin Ae menengahi Ibunya. Ia
berlutut minta maaf, “Aku salah aku yang salah. Aku yang salah. Aku
melakukannya untuk menemukan Ma Roo. Maafkan aku sekali ini. Sekali ini
saja.” Presdir yang masih emosi tak yakin kalau Ma Roo itu benar-benar
lahir, “Tak perlu mencarinya. Kalau dia memang seperti kalian tak usah
dicari!”
Shin Ae kembali membentak ibunya
jangan membuat Presdir Choi lebih marah lagi, “Akan kulakukan apapun
yang kau katakan hentikan amarahmu. Aku yang salah ini tak akan terjadi
lagi, Sayang. Tanpamu aku akan mati. Sayang aku salah.” Nenek tak
sanggup melihat putrinya memohon-mohon merendahkan diri dihadapan pria
seperti Choi Jin Chul. Nenek menangis, “Nak, Jangan lakukan ini!”
Joon Ha memainkan bola baseball dan
mengingat percakapannya dengan Dong Joo di kantor Energy Cell tadi. Dong
Joo tanya Joon Ha ingin menjadi anak Ibu atau ingin menjadi Hyeong-nya.
Joon Ha memandang sarung tangan baseball yang ia biasa mainkan bersama
Dong Joo.
Ny Tae masuk ke kamar dan
memperlihatkan koran yang isinya tentang Konferensi Pers Dong Joo
kemarin, “Anak ini. Apa yang sedang dia rencanakan?”
[CEO Energy Cell, Cha Dong Joo mengatakan kosmetik akan menjadi bendera baru Woo Kyung]
Ny Tae berkata bukankah Joon Ha
bilang Dewan Direksi akan membantu Dong Joo, Walaupun Choi Jin Chul tak
mendukung dia. Ny Tae kesal, “Untuk apa memperjuangkannya. Dia hanya
akan menggali kuburannya sendiri.” Ny Tae ingin tahu, apa yang dikatakan
Dong Joo pada Joon Ha. Joon Ha menjawab kalau Dong Joo sudah tak ingin
bermain dengannya lagi.
Ny Tae mengenggam tangan Joon Ha
memintanya jangan ragu-ragu, “Dong Joo itu masih anak-anak, dia belum
dewasa seperti kau.” Joon Ha tiduran di pangkuan Ibunya, “Ibu.” gumam
Joon Ha sedih. Ny Tae minta Joon Ha berusaha lebih keras lagi.
Tatapan Joon Ha sedih, “Ibu. Ketika
aku masih kecil aku ingin sekali melakukan ini. Tapi kenapa dulu aku tak
berani? Ibu tak perlu takut, anak-anak remaja biasa melakukan ini!”
Ny Tae meminta Joon Ha jangan
bicara omong kosong, seorang anak bersandar pada ibunya berarti dia
sedang galau. Joon Ha berkata dari pada mengucap janji-janji kenapa
ibunya tak mengusap punggungnya saja. Bukankah seorang ibu akan selalu
melakukannya. “Dong Joo selalu memojokkanku. Jadi hari ini aku kecewa.
Ibu sebentar saja!”
Tangan Ny Tae ingin mengusap punggung
Joon Ha tapi ia berat melakukannya. Joon Ha menunggu dalam diam. Ny Tae
mengerti kalau beban pikiran Joon Ha sangat berat tapi mereka bisa apa,
“Maafkan ibu?”
Dan tes... tetes demi tetes air mata Joon Ha mengalir. Joon Ha benar-benar ingin bersandar pada sosok seorang Ibu. Huhuhu.
Ny Tae kembali ke kamarnya, disana
suaminya akan pergi tidur. Ia meminta istrinya mematikan lampu. Tapi Ny
Tae tak melakukannya, ia malah duduk di depan meja rias. “Apa kau tak
dengar kubilang matikan lampunya!” Perintah Presdir Choi. Ny Tae
menjawab apa suaminya tak lihat kalau ia sedang bermake up, “Kita ini
masih pasangan suami istri kau bukan satu-satunya penghuni kamar ini!”
Presdir
kesal untuk apa istrinya malam-maalm bermake up, “Kau mau kemana?” Ny
Tae tak mengatakannya, kenapa ia harus melaporkan semuanya. Ny Tae
langsung keluar kamar. Presdir menatap kesal.
Setelah pesta minum Young Kyu
dan Paman Lee mabuk berat. Dong Joo dibantu Woo Ri mengangkat Young Kyu
ke kamar, Paman Lee sudah tergeletak tak sadar.
Dong Joo akan melepas helm yang
menempel di kepala Young Kyu. Tapi Woo Ri merebut biar ia saja ucapnya
dan tangan keduanya bersentuhan, “Kau gadis tak tahu malu!” ucap Dong
Joo. Woo Ri langsung menarik tangannya. Karena sudah malam Woo Ri
menyuruh Dong Joo pulang.
Dong Joo keluar dari kamar dan melihat
ada foto keluarga di dinding, lebih tepatnya memandang foto Woo Ri
kecil. Dong Joo tersenyum memandangnya, “Kau benar. Seperti inilah kau
ketika kecil!” Dong Joo melihat foto Ma Roo yang berdiri di samping Woo
Ri, “Dia lebih tampan ketika masih kecil.” Dong Joo merogoh ponsel dan
memotret gambar Woo Ri kecil.
Dong Joo langsung menyimpan ponselnya
begitu Woo Ri keluar dari kamar, “Kau belum pulang?” tanya Woo Ri. Dong
Joo tak menjawab ia hanya berkata kalau Woo Ri sangat cantik ketika
kecil. Woo Ri memberi tahu kalau ibunya adalah seorang penata rambut
yang hebat setiap hari ibunya selalu menata rambutnya. Dong Joo langsung
mengusek-usek rambut Woo Ri, “Aku jadi tahu kenapa sekarang rambutmu
pendek.” Kemudian Dong Joo merapikan rambut Woo Ri yang ia acak-acak
tadi.
Joon Ha berdiri di tepi jalan di depan
rumah Woo Ri. Ia memandang ke arah rumah Woo Ri. Joon Ha langsung
sembunyi ketika melihat Dong Joo dan Woo Ri keluar dari rumah.
Dong Joo turun tangga pelan-pelan. Woo
Ri ada di belakangnya meminta Dong Joo hati-hati, “Tanganmu bisa patah
kalau terpeleset. Nenekku dulu seperti!” itu ucap Woo Ri. (Tapi Dong Joo
ga tahu Woo Ri ngomong apa, coz dia di belakang Dong Joo)
Sadar
kalau ucapannya tak akan diketahui Dong Joo, Woo Ri menyentuh pundak
Dong Joo. Dong Joo menoleh, “Ini berbahaya jadi hati-hatilah!” ucap Woo
Ri.
Dong Joo : “Benarkah? Kalau begitu kau seharusnya mambantuku!”
Woo Ri : “Bagaimana caranya? Tangganya begitu sempit.”
Dong
Joo menarik tangan Woo Ri, “Apa yang tidak bisa di dunia ini!” sahut
Dong Joo kemudian jalan cepat menuruni tangga menarik tangan Woo Ri.
Hingga posisi keduanya seperti Dong Joo menggendong Woo Ri.
Karena jalan terlalu cepat Woo Ri hilang keseimbangan dan ia langsung merangkulkan tangannya ke leher Dong Joo.
Dong Joo berbalik badan, karena tak
siap dengan perubahan posisi Woo Ri hampir jatuh dan tepat mendarat ke
pelukan Dong Joo. Woo Ri kaget, “Selamat jalan!” ucap Woo Ri tertegun.
Tahu kalau Woo Ri bicara Dong Joo meminta Woo Ri diam, “Shhh.. dalam
suasana seperti ini seharusnya kau diam saja!” Dong Joo tersenyum.
Dong Joo melepas pelukannya, Woo Ri
hanya bisa menunduk. “Apa mau kuantar karena sekarang sudah gelap?” Dong
Joo malah mengusek-usek rambut Woo Ri. “Pantang takut, masuklah!” Dong
Joo menyuruh Woo Ri masuk ke rumah lebih dulu.
Dan Joon Ha masih berdiri di tempatnya memandang kedua orang ini.
Dong Joo kembali ke rumah dengan
senyum sumringah, ia mengira disana ada Joon Ha tapi ternyata itu adalah
ibunya. Ny Tae merasa kalau Dong Joo hidup di rumah ini dengan riang
gembira. Dong Joo bertanya ketus, memangnya ada masalah. Dong Joo
mengacuhkan ibunya. Ibunya minta Dong Joo jangan menyalahkannya, “Kau
sebenarnya sudah tahu kalau semua ini kulakukan demi dirimu.”
“Dengan membeli perusahaan?”
sahut Dong Joo memperlihatkan berkas pembelian perusahaan yang
sepertinya sengaja ditinggalkan Joon Ha. Sebagai ganti rugi atas
keputusan ibunya di Energy Cell ia tetap tak mau melibatkan Ibunya.
“Cepatlah mengambil uangmu di perusahaan invenstasi, Ibu harus minta
tanda tangan pemiliknya, Jang Joon Ha sebelum dia pulang ke Amerika.
Atau kalau tidak kenapa tak merubah nama pemilik itu menjadi nama Ibu
sendiri dari pada menggunakan Joon Ha yang malang sebagai ‘bemper’”
Ny Tae berkata kalau mereka itu satu
keluarga, tak ada bedanya siapa yang menjadi CEO. Joon Ha juga
menginginkan ini, “Ini bukan karena aku yang memaksa jadi kau tak perlu
salah paham.”
Dong Joo : “Benarkah? Kalau begitu rubah menjadi namaku. Biar aku yang menjalankan perusahaan investasi itu!” (W Invest)
Ny
Tae meminta Dong Joo fokus saja pada Energy Cell. Dong Joo menolak,
“Masuk ke perusahaan yang menspekulasi harga saham itu harusnya tugasku,
kenapa melibatkan Kak Joon Ha?”
Dong Joo : “Jangan mengganggu Kak Joon
Ha! Kak Joon Ha mungkin saja percaya pada Ibu. Tapi kebohongan ibu
dengan menjadikan Joon Ha sebagai keluarga, aku tak pernah percaya itu.”
Ny Tae meyakinkan putranya kalau
musuh Dong Joo yang seberanya itu bukan dirinya tapi Choi Jin Chul.
“Kalau aku memiliki kekuatan sebesar ini akan kugunakan untuk
menjatuhkan dia.”
Jumpa pers?
Mungkin itu cara Dong Joo untuk keluar dari masalah. Tapi pada akhirnya
Dong Joo dimusuhi oleh dewan direksi. “Kau tanya kenapa aku tak
mempercayaimu? Itulah bukan karena masalah telingamu tapi karena kau tak
akan mampu berhadapan dengan Choi Jin Chul. Joon Ha mungkin bisa!”
Dong Joo tertawa, kebohongan ibunya
tak mempan untuknya. “Jangan membawa-bawa nama Kak Joon Ha atau Choi Jin
Chul. Kuasai saja Energy Cell. Jangan lagi bekerja diam-diam di
belakangku.” Dong Joo meminta ibunya segera mengirim Joon Ha ke Amerika.
Sudah cukup membawa dirinya ke situasi seperti sekarang ini dan ini
peringatan terakhir untuk ibunya. Jangan lagi menyentuh Joon Ha, kalau
Ibunya mengacaukan hidup Joon Ha ia tak akan memaafkan orang itu,
walaupun itu ibunya sendiri.
Woo Ri membereskan botol-botol minuman
dan ia teringat ucapan Dong Joo ketika dirinya jatuh ke pelukan Dong
Joo, “Shh.. dalam situsi seperti ini kau seharusnya diam saja!” Woo Ri
tersenyum mengucap ulang kalimat yang diucapkan Dong Joo. Ia kembali
memegang bibirnya.
Min Soo meneleponnya, Woo Ri
langsung minta maaf karena ia lupa menghubungi Min Soo. Min Soo tanya
bagaimana dengan Na Mi Sook. Woo Ri berkata kalau kepala teamnya
mengenal Na Mi Sook, “Dia itu sales pintar dan juga pintar dalam
bersembunyi. Orang bilang sekarang dia tak ada di Korea.”
Min Soo bilang ia harus segera
menemui Na Mi Sook karena perusahaan sedang tak stabil. Woo Ri ingin
tahu kenapa. Min Soo tanya apa Woo Ri tak membaca koran, ini semua
gara-gara Cha Dong Joo. Mereka sekarang dikucilkan di Woo Kyung. “Adik,
aku benar-benar berharap banyak padamu, Mi Sook yang satu ini
benar-benar tak mau keluar dari persembunyiannya.” Woo Ri mengerti ia
akan mengusahakannya. Woo Ri heran kenapa Dong Joo tak menunjukkan kalau
dia sedang mengalami kesulitan. Woo Ri ingin menghubungi Dong Joo, ia
memandang ponselnya.
Dong Joo duduk di depan piano
memandang foto dirinya bersama ibu dan Joon Ha. Ia teringat ketika ia
melewati masa-masa sulit di Saipan.
Joon Ha mendampinginya memainkan piano. Ibunya turut serta, ketiganya tertawa gembira.
Dong Joo : “Hyeong. Jang Joon Ha. Jangan menyesal seperti Bong Ma Roo. Mulai saat ini kau berhati-hatilah. Apa kau mengerti?”
Dong Joo mengintip lewat jendela
memastikan apa Woo Ri sudah datang mengantar susu apa belum. Ia tak
melihat Woo Ri tapi di depan pintu dua kotak susu sudah ada di sana.
Dong Joo heran dan langsung keluar.
Dong Joo mengambil susu itu dan
berlari ke depan mencari Woo Ri. Ia melihat jam memastikan apakah sudah
waktunya Woo Ri mengantar susu, ia melihat kalau jam belum menunjukan
pukul 6 pagi. “Dia sudah pergi mengantar susu?” Dong Joo ingin menelepon
tapi ia berfikir kembali, “Apa dia meloncat-loncat seperti kelinci?”
Joon Ha akan ke rumah Dong Joo tapi
langkahnya terhenti melihat Woo Ri sedang membersihkan coretan digambar
Ma Roo yang ditempelkan ayahnya. Joon Ha tersenyum memandangnya. Woo Ri
kesal siapa yang mencoret-coret itu.
Woo Ri melihat Joon Ha berdiri memandangya. Joon Ha mengingatkan Woo Ri jangan suka mengumpat seperti itu.
Woo Ri merasa kalau Joon Ha sedang
tidak pergi piknik kenapa pagi-pagi sudah ada di taman. Joon Ha
beralasan ingin bertemu saudaranya.
Woo Ri : “Dokter benar-benar menyayanginya. Kenapa Dokter mau pergi ke Amerika?”
Joon Ha : “Jadi, apa aku tak usah pergi?”
Woo Ri : “Memangnya Dokter tak akan pergi kalau kubilang begitu?”
Joon Ha sangat berharap, “Bisakah kau bilang ‘jangan pergi’?”
Joon Ha melihat ada susu coklat
di keranjang sepeda Woo Ri, ia mengambilnya. Joon Ha berkata kalau Dong
Joo hanya minum susu putih dan dirinya minum susu coklat. Ia sangat suka
yang manis-manis. Woo Ri tak menyangka Joon Ha menyukai yang
manis-manis, Neneknya juga seperti itu. Dia suka makan yang manis-manis
dan ia sedih ketika melihat Neneknya memakan gula pasir.
Woo Ri akan sangat senang kalau Joon
Ha tak kembali ke Amerika dan bisa merawat Neneknya. “Katanya Nenekku
menderita alzheimer. Orang bilang itu sejenis penyakit pikun.” Woo Ri
berbalik memandang gambar Ma Roo yang ditempel di dinding, “Sayang
sekali kalau sampai dia melupakan semuanya.” Joon Ha memandang sedih.
Terjadi kesibukan di kantor Energy
Cell. Dong Joo memperhatikan warna lipstik Woo Tae Hyun. Tae Hyun
tersenyum bukankah ini bagus. Dong Joo juga menyukai warnanya.
Min Soo senang bisa melihat Dong Joo
lagi. “Kantong kacangmu. Sepertinya kondosimu bagus hari ini, bukankah
karena ini?” Dong Joo menatap senyum kantong kacangnya. Tadinya Min Soo
khawatir pada Dong Joo karena ia berfikir Dong Joo bertengkar dengan
pacarnya (Joon Ha). “Aku jadi penasaran apa yang kalian pertengkarkan?
Tapi aku tak berani bertanya? Kenapa kalian bertengkar?” (bertengkar
dengan Joon Ha)
Dong Joo tak menjawab ia malah
bertanya pada Kim Bi, apa Kim Bi melihat pengacara mereka. Kim Bi
menjelaskan kalau ia sudah mengirim dokumen bersertifikasi jadi mereka
(Hansung) sudah tak bisa menuntut lagi. “Ini tak adil aku sampai tak
bisa tidur, asmaku sampai kumat!” Kim Bi tertawa mengeluarkan maskernya.
Dong Joo : “Sebagai spesialis
wewangian asma itu sangat fatal, perhatikan masalah hukum agar hal ini
tak terjadi lagi. Kau ku tugaskan untuk memberi pembalasan pada Hansung
dan yang lainnya. Ayo kita kerjakan pemasaran.”
Dong Joo menyuruh kepala team
Kang Min Soo untuk memeriksa hasil inspeksi FDA. Min Soo berkata kalau
ia sangat sibuk, ia harus inspeksi terakhir ke toko pertama yang
dilantai 3, Bong Woo Ri juga ada disana. Dong Joo tanya jam berapa. Min
Soo menjawab jam 2. Wohoho Dong Joo semangat.
Shin Ae menemui Presdir Choi di
kantor. Presdir Choi kesal melihatnya, Shin Ae malah mengunci pintu
ruangan. Tanpa malu-malu Shin Ae langsung merangkul Presdir Choi, ia
meminta Presdir melupakan kejadian kemarin ia mengaku salah. Presdir
minta Shin Ae menyingkirkan tangannya.
Shin Ae melepas rangkulannya sambil terus memohon. Presdir sudah dibuat kesal oleh Shin Ae, “KELUAR!!!” bentak Presdir Choi.
Shin Ae berlutut meminta maaf, ia
kembali mengaku salah. Si tua itu (ibunya) menderita alzheimer dan ia
harus mengawasinya. Selama dia ada akan lebih mudah mencari untuk Ma
Roo, “Setelah itu kita tak memerlukannya lagi akan kupulangkan dia. Jadi
kau jangan marah, jangan sampai kau tak pulang ke rumahku lagi.”
Presdir : “Rumahmu?”
Shin
Ae sadar kalau itu bukan rumah miliknya, “Ayahnya Ma Roo?” Shin Ae
terus merendahkan diri di depan Presdir Choi, “Tolong aku sekali ini
saja. Sekali saja, Sayang...?” Shin Ae memohon-mohon sambil menangis.
Nenek ingin keluar rumah tapi ia tak
bisa membuka pintunya. Ia menggerutu rumah Shin Ae seperti penjara.
Nenek akan menelepon putrinya tapi ia lupa dimana menaruh nomor ponsel
Shin Ae. Ia merogoh isi kantongnya dan membuka sketsa gambar Ma Roo,
“Apa ini?” Nenek memandang heran, “Kenapa?”
Nenek lupa dengan sketsa Ma Roo. Ia
meletakan gambar begitu saja di lantai. Nenek kembali merogoh kantong
dan ia menemukan permen. Nenek langsung membuka bungkusnya tapi sial
permen itu jatuh ke lantai. Nenek mencari permennya dan menyenggol jus
yang ada di meja dan tumpahan jus itu mengotori sketsa gambar Ma Roo.
Nenek menemukan permennya dan langsung melahapnya.
Woo Ri menemui Dokter yang memeriksa
Nenek, ia bertanya tentang penyakit Nenek apa bisa disembuhkan. Dokter
mengatakan kalau alzheimer tak bisa disembuhkan semakin lama akan
semakin memburuk. Dokter akan membuatkan resep obatnya. Woo Ri teringat
Nenek pernah minta obat tapi ketika ditanya obat apa Nenek mengatakan
kalau itu vitamin yang dibelikan Shin Ae.
Dokter
berkata kalau alzheimer bisa diperlambat prosesnya. Woo Ri ingin tahu
apa ada solusi yang lain untuk mengobatinya, “Tidak. Maksudku untuk
memperlambatnya bagaimana caranya?”
Young Kyu pulang tergesa-gesa ia
langsung masuk ke kamar ibunya dan tentu saja tak mendapati Nenek ada
disana. Young kyu jongkok di depan kamar Nenek dan tampaknya hari ini
pun dia tak pulang sahutnya sedih. “Sudah satu malam, ibu pasti sudah
meninggalkanku karena dia malu padaku, sama seperti Ma Roo. Ibu aku
merindukamu!”
Seung Chul masuk mengendap-endap. Ia
membawakan gingseng merah untuk Young Kyu, “Ini sebagai tanda tekadku
untukmu. Persediaanya masih banyak, minumlah bersama Nenek!” Young Kyu
memberi tahu kalau Ibunya tak ada di rumah, “Dia ke rumah Shin Ae sudah
satu malam tapi dia belum pulang!” ucap Young Kyu sedih. Seung Chul
meminta Young Kyu jangan berisik. Kalau sampai ia ketahuan, ibunya akan
menari-kan tarian pisau untuknya. Dan ia bisa mati karena itu.
Terdengar panggilan Paman Lee, “Young
Kyu apa kau sudah pulang?” Young Kyu merespon panggilan sobatnya tapi
Seung Chul langsung membungkam mulut Young Kyu dan menarik masuk ke
kamar Woo Ri.
Paman Lee heran di lantai 2 tak
ada siapa-siapa dan ia melihat di sana ada gingseng merah yang dibawa
Seung Chul tadi, “Dari mana ini? Sepertinya benda ini bukan berasal dari
rumah ini!” Paman Lee langsung menebak kalau gingseng itu dari Cha Dong
Joo. Ia akan membawa gingsengnya. Seung Chul kesal karena gingseng itu
akan ia berikan pada Nenek.
Young Kyu melepas bungkaman tangan Seung Chul, “Seung Chul apa kau juga merindukan ibuku?”
“Ya
tentu saja!” jawab Seung Chul ia memohon Young Kyu jangan berisik.
Seung Chul mengajak Young Kyu menemui Nenek di rumah Shin Ae. Young kyu
tentu saja senang.
Woo Ri pergi ke bandara untuk menjemput Na Mi Sook. Ia melihat foto Na Mi Sook yang ada di ponselnya tapi foto itu tak jelas. Woo Ri menelepon kapala team-nya agar mengirim foto yang lebih jelas lagi. Woo Ri melihat orang yang lalu lalang, ia menyamakan setiap orang yang dilihatnya dengan foto yang ia terima.
Woo Ri melihat seorang wanita
mengenakan kaca mata hitam dengan dandanan make up yang super tebal, itu
Na Mi Sook. “Na Mi Sook-ssi, Na Mi Sook-ssi!” panggil Woo Ri. “Anda Na
Mi Sook-ssi kan?”
“Kau siapa?”
tanya Mi Sook. Woo Ri memperkenalkan diri, “Perusahaan Energy Cell ingin
bertemu anda!” Mi Sook memberi kode supaya Woo Ri diam. Dengan
angkuhnya ia berjalan tegap.
Tiba-tiba ada polisi yang mecegat Na
Mi Sook. Polisi memperlihatkan kartu identitasnya dan mengatakan bahawa
mereka memiliki beberapa pertanyaan pada Na Mi Sook yang berkaitan
dengan penukaran mata uang ilegal. “Aku perlu melihat langit sebentar!”
sahut Na Mi Sook. “Kenapa jadi gerah?”
Dia mirip seseorang (Ibunya Woo Ri ?????)
Di kantor polisi Woo Ri terus memandangi Mi Sook.
Polisi ke Mi Sook : “Perjudian di luar negeri? Ini perjalanan kelima anda di Makau!”
Mi Sook : “Ini karena aku tak bisa ke portugal. Banyak orang portugis disana, apa lagi?”
Polisi : “Tuan Park Ho Min ditahan karena pertukaran mata uang ilegal dan perjudian tak resmi. Dia bilang kau juga terlibat.”
Mi Sook : “Terlibat? Aku tak tahu bagaimana cara melakukannya. Aku hidup sebatang kara, begitu juga dengan berjudi. Itu gayaku.”
Woo Ri bengong memperhatikan Mi Sook.
Polisi risih dengan kaca mata
hitam Mi Sook dan meminta melepasnya. Na Mi Sook memegang kaca mata akan
membukanya, Woo Ri penasaran dan siap melihat wajah Mi Sook tapi Mi
Sook tak jadi melepasnya. “Akan kubuka kalau kau bisa menunjukan surat
perintah penangkapan!”
Polisi berdiskusi dengan rekannya, Mi Sook berbalik menatap Woo Ri yang duduk di belakangnya, “Siapa namamu?”
Woo Ri : “Namaku? Namaku Bong Woo Ri!”
“Nama itu biasa saja. Apa aku
bisa pergi?” tanya Mi Sook pada polisi, “Hak sepatu kananmu sudah usang
kau pasti sering membawa ngebut mobilmu. Kau perlu mobil yang bisa
ngebut dengan tombol dari pada dengan pedal kaki yang merusak sepatumu.
Aku bisa menyediakan mobil itu!” Na Mi Sook memberikan kartu namanya.
Hehe promosi ni ye.
Na Mi Sook keluar kantor polisi
bersama Woo Ri. Woo Ri memuji Mi Sook sangat keren di kantor polisi
tadi. “Apanya yang keren?” tanya Mi Sook. Woo Ri tak tahu tapi yang
pasti Mi Sook sangat keren.
Mi Sook : “Kau kelihatan begitu gembira. Manusia dan kehidupan itu sama saja. Ketika kau tak tahu apa-apa, kau merasa gembira.”
Mi Sook merasakan hangatnya sinar
matahari. Ia menikmati dan menengadahkan wajahnya ke langit. Ia memegang
kaca mata seolah ingin melepas tapi tak dilakukannya. Woo Ri penasaran
dengan wajah Na Mi Sook ini.
Mi Sook : “Ini mungkin karena langitnya cerah. Aku suka dengan wajahmu. Kemana kau akan mengajakku pergi?”
Dong Joo mencium aroma produk kosmetik
yang dibawa Kim Bi. Ia memuji garis yang putih itu bagus karena terang
dan segar. “Kalau garis acak itu temanya apa?”
Kim Bi : “Remaja yang belum
terbuka matanya terhadap dunia. Diambang fajar ketika pagi belum tiba.
Maksudku ketika rusa jantan menenggak embun, angin segar berhembus
perlahan. Wangi yang membuatku terbangun dari tidur. Itu temanya.”
Dong Joo : “Tidak baik untuk jatuh cinta yang pertama!”
Kim Bi : “Lalu? jatuh tidur lagi?”
Dong Joo tertawa, rusa jantan? Dong Joo memuji itu ide yang hebat. Kim Bi senang.
Setelah Kim Bi keluar Dong Joo
kembali mencium aroma produuk kosmetiknya dan bergumam, “Cinta pertama?”
Dong Joo tersenyum. Dong Joo melihat jam tangannya sudah hampir jam
dua. Ia mengajak Min Soo untuk segera melakukan inspeksi akhir. Tapi Min
Soo mengatakan kalau jadwal pertemuannya ditunda. Dong Joo sedikit
kecewa. Hahaha
Young Kyu memberi makan ikan, ia
mengeluh dan curhat pada ikan-ikan walaupun kepalanya tak sakit karena
mabul semalam tapi ia masih mengantuk. Young Kyu menguap beberapa kali.
Di dalam mimpi ia ingin sekali melihat Ma Roo, ia juga ingin bertemu
ibunya. Young kyu kembali menguap jam menunjukan pukul 2 kurang.
Dan Young Kyu pun tertidur. Joon Ha mengangkat kepala Young Kyu dan menaruh bantal untuk menyangga kepalanya.
Joon Ha menatap wajah Young Kyu, ia
mulai meraba wajah ayahnya mulai dari alis, hidung, mulut dan dagu.
“Jadi seperti ini rupamu!” Tak terasa air mata Joon Ha menetes dengan
sendirinya semakin lama semakin deras.
Dong Joo melihat Min Soo menemui Woo
Ri dan Na Mi Sook. Min Soo ingin tahu kenapa Na Mi Sook pindah haluan
dari berjualan mobil pindah ke berjualan kosmetik. “Apa harus ada alasan
lain?” tanya Mi Sook.
Min Soo : “Apa kau mau melatih para pegawai?”
Mi
Sook menyenggol Woo Ri agar mengatakan sesuatu sehingga Na Mi Sook
betah. Woo Ri menawarkan apa Mi Sook mau keluar karena hari ini cuaca
sangat cerah.
Mi Sook : “Bong Woo Ri apa arti nama itu?”
Woo
Ri : “Itu asalnya dari ‘bongori’ yang artinya ‘kuncup bunga’ tapi
karena aku dan ayahku tak tak tahu cara mengeja yang benar!”
“Nona Bong Ori (bebek)!” panggil Dong
Joo. Woo Ri langsung mendelik ke arah Dong Joo. Dong Joo memuji woo Ri
sangat hebat bisa membawa Na Mi Sook ke sini.
“Apa kabar. Aku Cha Dong Joo!” Dong
Joo menjabat tangan Na Mi Sook tapi posisinya itu lho haha nempel-nempel
Woo Ri seperti memeluk. Mi Sook memuji kulit Dong Joo sangat halus,
“Jadi CEO perusahaan kosmetik itu kau. Kurasa aku bisa mempercayaimu!”
Shin Ae tiba-tiba muncul dan ngomel
kenapa kantornya sepi. Semua menatap Shin Ae tak terkecuali Dong Joo
yang melihat semua menengok. Min Soo heran kenapa Shin Ae datang ke
kantor Energy Cell. Shin Ae berkata kalau Presdir Choi memberi tanggung
jawab padanya untuk memimpin toko.
Shin Ae melihat disana ada Woo
Ri dan penasaran kenapa Woo Ri ada disana. Dong Joo tak tahu ternyata
keduanya saling mengenal. Dong Joo belum tahu kalau Shin Ae anaknya
Nenek. Woo Ri beralasan siapa tahu ia bisa membantu di sana, “Tapi Bibi,
Nenek bagaimana?”
Dong Joo heran membaca gerak bibir Woo
Ri, “Apa dia Bibi-mu? Kim Shin Ae?” Woo Ri mengangguk. Shin Ae
mengelak, “Kau ini masa aku Bibimu? Orang akan mengira itu betulan.”
Shin Ae mengajak Woo Ri keluar, ada yang ingin ia katakan.
Mi Sook juga akan pergi, ia menatap
Shin Ae dan berkata kalau ia tak suka yang gelap-gelap. Shin Ae kesal
dan mengerasakan suaranya, “Kau seharusnya melepas kaca matamu.”
“Ikut
aku!” Dong Joo menarik Woo Ri keluar. Shin Ae bertanya ke Min Soo siapa
itu. Min Soo bilang kalau Woo Ri sudah jauh-jauh menjemputnya di
bandara. “Tapi kenapa mereka bergandengan tangan?” tanya Shin Ae heran.
Min Soo juga bengong.
Dong Joo manarik Woo Ri sampai
ke parkiran. Ada yang harus dilakukan Dong Joo. Tapi ia penasaran, “Kim
Shin Ae itu bukan Bibi-mu kan?” Woo Ri tak menjawab. Dong Joo meminta
Woo Ri menunggu sebentar.
Ada mobil yang berjalan cepat di
parkiran Dong Joo tak mengetahuinya, Woo Ri yang tahu langsung lari
menghampiri Dong Joo. Mobil itu ngerem mendadak. Ternyata Jang Joon Ha
yang berada di dalam mobil. Ketiganya terkejut. Joon Ha tak menyangka
kalau Woo Ri juga ada disana.
Dong Joo dan Joon Ha bicara berdua.
Dong Joo : “Jang Joon Ha. Jadi kau lebih memilih menjadi anak Ibu?”
Joon Ha : “Kontrak untuk Pabrik Energy Cell yang kau bicarakan itu. Kutingalkan di rumahmu. Tolong diperiksa.”
Dong Joo : “Apa kau kesini bukan untuk menemui Choi Jin Chul?”
Joon Ha akan melakukan keduanya,
karena ia yakin bisa melakukannya. Ia akan membelikan Dong Joo
perusahaan dan akan ia tarik tangan Choi Jin Chul agar dia menyerahkan
sahamnya. Dong Joo merasa itu akan gagal. Dari mana Joon Ha mendapatkan
uangnya. Joon Ha berkata Kalau mereka memiliki investasi, tabungan
mereka dan uang Ibu.
Dong Joo : “Apa kau pikir aku bodoh? Mana bisa mendapatkan keduanya!”
Joon
Ha bisa meminjam uang investasi mereka dalam jangka waktu pendek lalu
mengembalikannya. Dan ibu akan menjual seluruh real estate-nya.
(sebegitu kaya kah mereka ckckck)
Dong Joo : “Apa kau akan mencuri? Kau bilang kau akan menghentikan Choi Jin Chul. Tapi sekarang kau jadi seperti dia!”
Joon
Ha : “Orang kaya selalu melanggar hukum untuk melindungi uang mereka.
Aku hanya meminjam sedikit dan aku pasti akan mengembalikannya!”
“Lupakan saja!” Dong Joo kesal.
“Jangan membeli perusahaanku, aku hanya minta kau jangan menggandeng
Choi Jin Chul. Aku tak perlu itu. aku tak mau kau melakukan hal seperti
itu.”
Joon Ha : “Aku sudah tanda tangani kontraknya.”
Dong
Joo terkejut dan manarik tangan Joon Ha, “Kenapa kau berbuat seperti
ini? Kau dan ibu sama-sama sudah tak waras. Bukankah sudah kubilang kau
jangan lagi mendengarkan ibu!”
“Dan jangan lagi melibatkan ibu!” sambung Joon Ha.
Dong Joo : “Bukankah kau bilang akan kembali ke Amerika. Kenapa tiba-tiba kau melakukan ini? Kakak?”
Joon Ha : “Dong Joo, Apa kau tak
melihat dulu Choi Jin Chul melepas masker oksigen kakekmu? Aku juga
melihatnya. Choi Jin Chul juga penyebab meninggalnya ibu tiriku di
pabrik dulu. Waktu aku ke rumah sakit, dia meninggal di depan mataku.
Bong Woo Ri menyimpan arloji itu di tasnya. Benda itu milikku. Benda
yang membuat ibu tiriku kembali ke dalam pabrik untuk mengambilnya
ketika kebakaran.
Namun Choi Jin Chul menutup
semua pintu hingga dia meninggal. Kakekmu maupun ibu tiriku, mereka
meninggal karena Choi Jin Chul. Dia Ibu pertama yang pernah kumiliki.
Aku tak pernah sebelumnya mengucapkan kata-kata yang baik padanya. Baik
itu terima kasih atau pun kata maaf.
Ibumu, ibuku... aku tak boleh kehilangan dia.
Dong Joo, Cha Dong Joo. Tak bisakah aku menjadi anak ibu dan menjadi kakakmu juga?”
Mata keduanya berkaca-kaca.
Dong Joo dan Woo Ri berada di dalam
mobil, keduanya masih diparkiran. Dong Joo memejamkan matanya, Woo Ri
duduk diam menatap Dong Joo. “Bong Woo Ri!” panggil Dong Joo masih
memejamkan mata. “Kau bisa minum kan? Hari ini kita minum ya.” Dong Joo
membuka mata dan langsung memakai sabuk pengamannya. Ia langsung
menjalankan mobilnya.
Dong Joo dan Woo Ri berada di sebuah
restouran. Dong Joo menarikan kursi untuk Woo Ri. Dong Joo duduk di
depan Woo Ri. “Ini yang pertama kalinya bagiku!” sahut Woo Ri seraya
tersenyum.
Dong Joo : “Kau jangan lupa, orang yang pertama kali menarikan kursi untukmu adalah Cha Dong Joo!”
Woo Ri melepas tas ransel dan menaruhnya di samping ia duduk. Dong Joo melihat jam tangan itu dan teringat ucapan Joon Ha.
Dong Joo menggenggam tangan Woo Ri
erat, Woo Ri tersentak kaget. Pelayan datang membawakan makanan tapi
genggaman Dong Joo tak juga lepas. Woo Ri gugup plus malu ia ingin
melepaskan tangannya dari genggaman Dong Joo tapi itu sulit Dong Joo tak
melepasnya.
Tangan kanan Dong Joo menuangkan minuman dan tangan kirinya tetap menggenggam tangan Woo Ri.
Woo
Ri berkata bukankah Dong Joo memintanya minum, tapi tangannya digenggam
Dong Joo terus. Dong Joo meminum minumannya. “Kalau kau pingsan lagi
bagaimana?” Woo Ri cemas.
Dong Joo : “Bong Young Kyu bilang aku
tak boleh bermain dengan orang jahat. Karena itu aku merasa sedih. Tapi
orang yang paling aku sukai... mau bermain dengan orang jahat. Sudah
kusuruh dia berhenti tapi dia tak mendengarkanku. Itulah kenapa, bisakah
kau menyuruhnya berhenti?”
Woo Ri tahu yang dimaskud adalah Joon Ha, “Dengan siapa dokter Jang Joon Ha bermain? siapa orang jahat itu?”
Dong Joo : “Ayahku!”
Joon Ha dan Choi Jin Chul makan
bersama di restauran, kedunya berada di ruangan dalam. Presdir Choi
ingin Joon Ha menuangkan minuman untuknya sebagai pengganti ia sudah
melaksanakan permintaan Joon Ha. Joon Ha menuruti, ia menuangkan
minuman untuk Presdir Choi.
Presdir : “Ketika aku melihatmu pertama kali di pesta itu, kukira kau mirip seseorang.”
Joon Ha : “Siapa seseorang itu?”
Presdir
: “Aku. Mirip ketika aku kecil. Penuh percaya diri, tak terhentikan dan
tak pernah ragu. Sulit bagi seorang pemuda untuk bisa seperti itu. Kau
pasti sudah banyak berlatih. Itulah bedanya antara kau dan Dong Joo.”
Joon Ha : “Apa bedanya antara aku dan Dong Joo?”
Presdir
: “Kau pantas sebagai ... dan Dong Joo penuh kekurangan. Walapun
kekurangan itu selalu ditutupi seseorang. Itulah kenapa dia suka
seenaknya. Orang-orang seperti kau dan aku, kita harus bisa survive
dengan cara kita. Kita harus menjaga diri kita sendiri.”
Pelayan masuk membawakan makanan dan membiarkan pintu ruangan terbuka.
“Kau jangan minum lagi, kau akan pingsan!” itu suara Woo Ri, Joon Ha mendengar suara Woo Ri. “Aku bukan orang selemah itu, aku baik-baik saja!”
terdengar pula olehnya suara Dong Joo. Ternyata mereka berada dalam
restauran yang sama. Tapi Presdir Choi belum menyadarinya, ia asyik
melahap makanannya.
Dong Joo terus minum, Woo Ri kesal. “Lakukan apa saja semaumu, kalau kau pingsan aku akan pergi meninggalkanmu disini!”
Dong Joo : “Bong Woo Ri, apa Bong Ma Roo terlantar dan pergi?”
Woo Ri : “Jangan bicara begitu tentang oppa-ku!”
Dong
Joo : “Dia memberikanmu arlojinya, meninggalkanmu dan berjanji akan
kembali. Oppa seperti apa itu? kau panggil saja aku ‘Oppa’ aku tak suka
kotoran semut seperti itu!”
Woo Ri : “Kenapa kau marah bicara tentang Oppa-ku? Walau bagaimanapun aku tetap menyukai Oppa-ku!”
Dong Joo : Apa?
Woo Ri : “Asal kau tahu, Oppa-ku adalah cinta pertamaku!”
Dong Joo mengangkat wajahnya dan
melihat joon berdiri di sana. Woo Ri belum menyadari hadirnya Joon Ha
dan Joon Ha mendengar apa yang dikatakan Woo Ri tadi.
Dong Joo : “Jadi cinta pertamamu adalah kotoran semut itu? aku tak menyukainya!”
Ketika Dong Joo akan meminum lagi
tiba-tiba tangan Joon Ha menahannya. “Dokter?” Woo Ri tak menyangka Joon
Ha juga ada di restouran yang sama dengannya. Joon Ha meminta Woo Ri
pulang bersama Dong Joo. “Apa aku tak boleh ikut minum?” Dong Joo akan
meminum minumannya lagi, tapi Joon Ha mencegahnya, “Bukankah aku sudah
memintamu untuk tak minum?”
Dong Joo : “Kenapa aku tak boleh seperti ini seperti itu? sedangkan kau bisa!”
Joon Ha berkata kalau Presdir Choi ada di sana, “Tak ada artinya jika kalian berdua bertemu!”
Dong Joo : “Benarkah? Kalau begitu bawa Bong Woo Ri pulang!”
Dong
Joo meminta maaf pada woo Ri karena ia sudah agak mabuk, “Mintalah
Kakak mengantarmu pulang.” Woo Ri malah meminta Joon Ha mengantar Dong
Joo pulang. Dong Joo tak mau, ia ingin mereka pulang bersama.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya
Presdir Choi. Presdir melihat Dong Joo tengah bersama Woo Ri, “Orang
yang menggembar-gemborkan diri akan menjadi pemimpin Woo Kyung, pergi
dengan orang seperti ini?”
Woo Ri merasa tak enak ia akan pergi.
Dong Joo menarik Woo Ri supaya berdiri di sampingya, “Kau mengenal Bong
Woo Ri kan? Karena kau ada disini kenapa tak minta maaf?”
Joon Ha menyuruh Dong Joo segera pulang membawa Woo Ri. “Dasar pecundang!” gumam Presdir Choi.
Dong Joo : “Apakah kau kehilangan ingatan seperti aku? Kudengar ibu Bong Woo Ri meninggal karena Woo Kyung!”
Amarah Presdir meledak ia akan
melempar kursi kearah Dong Joo. Tapi Joon Ha dan Sekertaris Kim
menahannya, Joon Ha mengajak Dong Joo dan Woo Ri keluar tapi Presdir
meminta semuanya tetap di tempat karena ia belum menyuruh mereka pergi.
Dong Joo menatap marah Presdir, “Hubungan antara aku dan kakakku tak ada yang bisa memisahkan. Dan jangan pernah mencobanya!”
“Apa? Kau brengsek!” Presdir akan menampar Dong Joo tapi dengan sigap Dong Joo menahan tangan Presdir Choi.
Dong Joo : “Kalau kau tak ingin membunuhku, jangan pernah menyentuhku!"
re-posted and re-edited by : dianafitriwidiyani.blogspot.com
No comments:
Post a Comment